• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Dalam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Berada Di Tambak Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medantahun 2016 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Dalam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Berada Di Tambak Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medantahun 2016 Chapter III VI"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui kandungan kadmium (Cd) pada ikan nila (Orechoromisniloticus) yang berada di tambak sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Terjun Kota Medan Tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tambak ikan nila (Orechoromisniloticus) sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Terjun Kota Medan. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena :

1. Tambak ikan ini letaknya berada dekat dengan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah Kelurahan Terjun Kota medan.

2. Banyaknya sampah yang bertumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Terjun Kota Medan sehingga mengakibatkan pencemaran yang dapat mempengaruhi kualitas tambak ikan yang berada di sekitar TPA.

(2)

4. Berdasarkan Dinas Kebersihan Kota Medan (2013) terdapat kandungan Cd yang telah melebihi baku mutu lingkungan di air permukaan sekitar TPA Kelurahan Terjun sesuai yang ditetapkan dalam Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang kualitas air minum yaitu 0,003 mg/L. Rerata konsentrasi kadmium yang terdeteksi adalah 0,005 mg/L.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November – Desember 2016.

3.3 Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah air tambak dan ikan nila (Orechoromisniloticus) yang berasal dari tambak sekitar TPA, yaitu air tambak

sekitar TPA Kelurahan Terjun Kota Medan.

Tambak ikan nila (Orechoromisniloticus) yang menjadi tempat objek penelitian berjumlah 3 tambak dengan jarak yang bervariasi. Jarak tambak yang akan diteliti adalah mulai dari jarak 30 m, 60 m, 90 m dari TPA Kelurahan Terjun Kota Medan. Ikan yang akan diambil sebagai sampel adalahsebanyak 3 ukuran ikan, dimana akan dilakukan pemeriksaan mulai dari ikan yang berukuran 0,5 kg dengan waktu pemeliharaan selama 3-4 bulan, 0,3 kg dengan waktu pemeliharaan selama 2-3 bulan dan 0,1 kg dengan waktu 1-2 bulan yang ada di tambak.

(3)

Pengambilan sampel air tambak akan dilakukan pada 1 titik di masing-masing tambak.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Pengumpulan data dilakukan secara observasi langsung ke tambak ikan nila (Orechoromisniloticus)yang berada disekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Terjun Kota Medan, kemudian sampel diperiksa di Laboratorium yang ada di Kota Medan untuk mengetahui kadar kadmium (Cd) dalam ikan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur perpustakaan dan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian-penelitian.

3.5 Defenisi Operasional

1. Kandungan Kadmium dalam ikan adalah banyaknya kadmium yang ditemukan dalam ikan melalui pemeriksaan laboratorium.

2. Kandungan Kadmium dalam air adalah banyaknya kadmium yang ditemukan dalam air melalui pemeriksaan laboratorium.

3. Ikan yang berukuran 0,5 kg 4. Ikan yang berukuran 0,3 kg 5. Ikan yang berukuran 0,1 kg

(4)

ikan telah melebihi batas maksimum yaitu 0,1 mg/kg (ppm) yang ditetapkan olehSNI 7387-2009 tentang batas maksimumcemaran logam berat dalam pangan.

3.6 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel ikan nila dan air tambak dilakukan pada 3 titik, yaitu pada jarak 30 m, 60 m, dan 90 m dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medan.

1. Titik pengambilan sampel 1 dengan jarak dari TPA ke tambak yaitu 30 m, dikarenakan tambak 1 merupakan tambak yang terdekat dengan TPAsehingga air lindi sangat lebih berpotensi mencemari dan membentuk sedimentasi di tambak 1. Kandungan Cd yang terdapat di air tambak tersebut sangat dipengaruhi oleh air lindi karena lindi dapat meresap dalam tanah, menyebabkan pencemaran tanah dan air tanah secara langsung dengan adanya limpasan air hujan, sehingga tambak yang berada di dekat TPA dapat tercemar oleh lindi yang mengandung Cd.

2. Titik pengambilan sampel 2 dengan jarak dari TPA ke tambak yaitu 60 m, dikarenakan tambak 2 merupakan tambak yang letaknya berada di partengahan antara sungai dan TPA sehingga tambak berpotensi tercemar oleh air lindi yang berasal dari TPA dan air sungai yang berada disekitar tambak.

(5)

dengan TPA sehingga dapat dijadikan perbandingan dengan tambak 1 dan tambak 2 dalam melakukan penelitian dan untuk melihat seberapa jauh cemaran logam kadmium (Cd) yang mencemari tambak.

3.7 Pelaksanaan Penelitian

1. Mempersiapkan segala keperluan untuk pengambilan sampel ikan nila (Orechoromisniloticus), seperti plastik, alat tulis dan kertas catatan.

2. Ambil masing-masing sampel dengan jenis dan ukuran yang berbeda pada masing-masing ikan nila (Orechoromisniloticus), lalu masukkan ke dalam kantong plastik untuk menghindari kemungkinan pencemaran. Kemudian dicatat nomor sampel ikan pada masing-masing kantongan plastik.

3. Mengumpulkan sampel dan dimasukkan ke termos es untuk kemudian dibawa ke Laboratorium BTKL Medan untuk diteliti.

3.8 Instrumen Penelitian 3.8.1 Alat

a. Neraca listrik b. Cawan Platina c. Tanur

d. Lempeng Pemanas

e. Spektrofotometri Serapan Atom Type Schimadzu 630 AA f. Tabung katoda Kadmiun dan Timbal

(6)

i. Indicator universal 3.8.2 Bahan

a. Ikan nila (Orechoromisniloticus) b. Asam Sulfat

c. Aquadest d. Formalin 40% e. Pelarut Benedict f. Asam Nitrat

g. Hydrogen peroksida h. Kalium

i. Hidrosilamin HCL j. Kloroform

k. Ditizon l. Stano klorida m. Permanganat n. Dinatrium sulfida

o. Larutan standar HgCl2 di dalam HCL 1 N Hg/ml 3.8.3 Cara Kerja

3.8.3.1 Pengambilan dan Penanganan sampel

(7)

Pengambilan sampel ikan nila (Orechoromisniloticus) dilakukan dengan cara menjaring ikan yang berada dalam tambak di sekitar TPA Kelurahan Terjun Kota Medan. Selanjutnya sampel tersebut dimasukkan kedalam kantong plastik yang telah diberi kode setiap tambak. Kemudian sampel yang terkumpul diawetkan dengan es batu dalam kotak pendingin untuk mempertahankan tingkat kesegaran sehingga diharapkan pada saat pengambilan contoh daging ikan, daging masih dalam kondisi relatif tidak berbeda seperti pada saat diperoleh dari tambak ikan. Setelah itu, ikan contoh dibawa ke Laboratorium BTKL Kota Medan untuk dibedah dan diambil daging ikannya agar dapat mengetahui kadar kadmium (Cd) dalam ikan contoh.

3.8.3.2 Preparasi sampel

Sebelum dilakukan pemeriksaan kadar kadmium pada ikan nila (Orechoromisniloticus) harus dipreparasi terlebih dahulu dengan proses destruksi.

Adapun proses kerja yang dilakukan yaitu :

1. Lumatkan/haluskan contoh dengan blender yang sebelumnya ikan nila telah dibuang kulitnya

2. Timbang 10 gr ikan nila (Orechoromisniloticus) 3. Tambah 20 mL H2SO4 p.a dan 15 mL HNO3 p.a

4. Setelah reaksi selesai, panaskan dan tambahkan lagi HNO3 sedikit demi sedikit panaskan lagi hingga sampel berwarna coklat atau kehitaman

(8)

6. Masukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan himpitkan dengan air suling. 3.8.3.3 Analisis Kadar Kadmium dengan Metode ICP (Inductively Coupled

Plasma)

1. Hidupkan komputer

2. Alirkan gas karbon, tunggu 5 menit

3. Hidupkan instrumen ICP, tunggu 10 menit

4. Hidupkan water chiller, tunggu 5 menit sampai temperature stabil (190C – 200C)

5. Buka ICP software, klik instrument icon

6. Klik W/L Calib, tunggu ICP selesai wavelength calibration 7. Masukkan blank (Aquades)

8. Hidupkan plasma, tunggu 5 menit sampai stabil

9. Seting parameter yang diperlukan. Setiap ada perubahan angka seting, klik read spectrum

10.Klik standar dan masukan jumlah standard (0,01 mg/L; 0,03 mg/L; 0,05 mg/L; 0,1 mg/l; 0,25 mg/L; 0,5 mg/L)

11.Masukkan sample number dan calibration solution 12.Setelah klik OK, Klik manual sample source 13.Klik analysis page

(9)

15.Setelah selesai mengukur standar sampel, celupkan blanko selama 3 menit 16.Matikan plasma, tutup worksheet, tutup ICP soft

17.Matikan water chiller 18.Matikan ICP instrument 19.Matikan computer

20.Matikan exhaust system, tutup gas pencemaran. Kemudian dibawa ke Laboratorium BTKL Kota Medan.

3.9 Metode Analisis Data

(10)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Data Geografi

Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Kelurahan Terjun terletak di Kecamatan Medan Marelan Kota Medan, salah satu Kecamatan yang berada di bagian Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Medan Marelan memiliki luas wilayah 44,47 km² dan ketinggian wilayah 5 meter di atas permukaan laut, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Kecamatan Medan Marelan terdiri dari lima Kelurahan yaitu kelurahan Labuhan Deli, Kelurahan Paya Pasir, Kelurahan Rengas Pulau, Kelurahan Tanah Enam Ratus, dan Kelurahan Terjun (BPS Kota Medan, 2013).

4.1.2 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Medan Marelan pada tahun 2012 sebanyak 147.318 jiwa penduduk terdiri dari 74.673 jiwa penduduk laki-laki dan 72.645 jiwa penduduk perempuan. Kelurahan Terjun sendiri memiliki jumlah penduduk 32.526 jiwa penduduk dengan luas wilayah 16,05 km² yang terdiri dari 22 lingkungan, sedangkan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Terjun berada di wilayah lingkungan 6 (enam) Kelurahan Terjun (BPS Kota Medan, 2013).

(11)

TPA Kelurahan Terjun berlokasi di lingkungan 6 Kecamatan Medan Marelan Kota. Pengelolaan sampah di TPA mulai dari penanganan kegiatan yang menghasilkan sampah sampai tempat pembuangan akhir TPA di Kota Medan telah ditangani oleh Dinas sejak 7 Januari 1993, luas areal 14 Ha, berjarak 100 m dari pemukiman penduduk, 4 km dari Sungai Deli, 6 Km dari garis pantai, dan 14 km dari pusat kota. Jenis tanah lempung dan lapisan dasar tanah liat dengan keadaan topografi yang relatif datar. TPA Terjun menggunakan metode pengolahan sampah secara opendumping dan belum memiliki penampungan air lindi (leacheate) dengan pengolahan yang baik. Jadi air lindi merupakan hasil sampingan dari pengolahan sampah yang berupa rembesan dari timbunan sampah yang banyak di TPA, sehingga air lindi perlu pengelolaan terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan/sungai dan menyebabkan pencemaran yang berdampak buruk pada makhluk hidup.

Sekitar lokasi TPA Kelurahan Terjun Kota Medan terdapat tambak ikan yang dimiliki oleh masyarakat, bahkan tambak ikan ini langsung berbatasan dengan lokasi TPA. Berikut adalah data mengenai kondisi TPA Kelurahan Terjun Kota Medan yang dapat di lihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Kondisi dan Situasi TPA Kelurahan Terjun Kota Medan

1. Lokasi :

a. Kelurahan Terjun

b. Kecamatan Medan Marelan

c. Dati II Kota Medan

2. Luas Lokasi 137.563 m2

3. Kepemilikan Lahan Pemko Medan 4. Jarak Lokasi TPA dari :

a. Permukiman 5 km (Sei Deli)

b. Sungai 6 km (Belawan)

(12)

c. Pantai 5 km d. Lapangan Terbang 14 km

e. Pusat Kota 23 km

5. Kondisi Tanah :

a. Areal Tanah Lempung

b. Lapisan Dasar Tanah Liat

6. Topografi Relatif Datar

7. Prasarana Umum :

f. IPAL (Leachate) Tidak Ada

8. Mulai dioperasikan 1993

9. Sistem Pemusnahan Open Dumping 10. Fasilitas Lain :

a. Incenerator Tidak Ada

b. Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT)Tidak Ada

c. Komposting Tidak Ada

Persen Pemakaian 90 %

11. Sampah yang masuk per hari 50 % dari sampah terangkut

4.1.4 Sistem Pengolahan Air Lindi di TPA

(13)

4.1.5 Karakteristik Tambak Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Tambak ikan nila (Oreochromis niloticus) yang menjadi tempat penelitian memiliki jarak 13 meter, 34 meter, dan 68 meter dari TPA, sementara luasnya masing-masing 2.204 m², 2.605 m², dan 1.875 m².

Sumber air tambak ikan nila berasal dari aliran air sungai paluh nibungsehingga air akan mengisi tambak sewaktu air pasang maupun membuang air sewaktusurut. Pada masing-masing tambak terdapat pipa yang berukuran 5 inchi yang menjadi penghubung aliran air antara tambak yang satu dengan yang lainnya. Petakan tambak pada tingkat budidaya ikan nila, bentuk dan ukuran tidakteratur. Dinding tambak tidak terbuat kokoh dan kedap air,sehingga apabila air sedang pasang maka air sungai dapat merembes langsung ke airtambak.

Benih ikan nila di tambak sekitar TPA Terjun di tabur pada tanggal 21 September 2016 dan panen pada tanggal 9 Januari 2017.

4.2 Hasil Pemeriksaan Kadmium (Cd) dalam Air Tambak Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Sekitar TPA Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medan

(14)

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Kadmium (Cd) dalam Air Tambak Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Sekitar TPA Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medan Tahun 2017

1 Air I 13 0,01396 0,01 TMS

Tambak II 34 0,01350 0,01 TMS

III 68 0,01302 0,01 TMS

*MS : Memenuhi Syarat

*TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu 0,01 mg/L.

Dari Tabel 4.2. Hasil pemeriksaan Kadmium dalam air tambak ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berjarak 13 meter, 34 meter, dan 68 meter dari TPA sampah Kelurahan Terjun Kota Medan yaitu sebesar 0,01381 mg/L, 0,01296 mg/L, dan 0,01289 mg/L sehingga dapat diketahui bahwa semua sampel air tambak udang mengandung Cd dan telah melewati baku mutu yang ditetapkan berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 yaitu diatas 0,01 mg/L.

4.3 Hasil Pemeriksaan Kadmium (Cd) dalam Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di TambakSekitar TPA Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medan

Pengambilan sampel ikan nila juga dilakukan pada tanggal 9 Januari 2017. Pengambilan sampel ikan dilakukan pada 3 (tiga) lokasi dengan masing-masing tambak diambil 3 ukuran sampel yang berbeda yaitu 0,5 kg, 0,3 kg dan 0,1 kg. Sampel ikan pada tambak I yang berjarak 13 meter dari TPA, tambak II yang berajarak 34 meter dariTPA, dan tambak III yang berjarak 68 meter dari TPA. Pemeriksaan Kadmium (Cd) terhadap sampel ikan nila dilakukan di Laboratorium Balai Teknik KesehatanLingkungan dengan metode Inductively Couple Plasma

No. Sampel Lokasi Jarak Kandungan Baku MS/TMS*

(15)

(ICP). Adapun hasilpemeriksaan sampel udang tambak dari laboratorium dapat di lihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kadmium (Cd) dalam Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Sekitar TPA Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medan Tahun 2017

No. Ukuran *MS : Memenuhi Syarat

*TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Berdasarkan SNI 7387-2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan untuk kadmium dalam ikan yaitu 0,1 mg/kg

Berdasarkan tabel 4.3. di atas dapat dilihat bahwa kadar kadmium (Cd) pada ikan nila yang tertinggi terdapat pada ikan nila yang berukuran 0,5 kg pada tambak I yaitu sebesar 0,02657 mg/kg dan kadar kadmium (Cd) terendah terdapat pada ikan nila yang berukuran 0,1 kg pada tambak III yaitu sebesar 0,02386 mg/kg sehingga dapat diketahui bahwa semua sampel udang tambak masih memenuhi syaratyang ditetapkan berdasarkan SNI 7387 2009 tentang batas maksimum cemaran logamberat dalam pangan untuk kadmium dalam udang yaitu dibawah 0,1 mg/kg.

(16)

Gambar 2. Grafik Hasil Pemeriksaan Kadmium (Cd) Pada Ikan Nila 0,02250

0,02300 0,02350 0,02400 0,02450 0,02500 0,02550 0,02600 0,02650 0,02700

Tambak I Tambak II Tambak III

ukuran ikan 0,5 kg

ukuran ikan 0,3 kg

(17)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kandungan Kadmium (Cd) dalam Air

Berdasarkan hasil pemeriksaan Cd dalam air tambak, terdapat kandungan Cd dalam air tambak dan telah melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu diatas 0,01 mg/L. Kandungan Cd terbesar pada jarak 13 meter, yang terdapat pada air tambak I yaitu 0,01396 mg/L.

Air sungai yang ada disekitar TPA Terjun dijadikan sebagai sumber air tambak ikan nila. Menurut Yulia (2014) air sungai yang berada di sekitar TPA Sampah Paluh Nibung telah tercemar oleh kadmium, sehingga mengakibatkan air tambak yang digunakan untuk pembudidayaan ikan nila juga ikut tercemar oleh kadmium yang berasal dari air sungai. Selain dari air sungai, tambak juga dapat tercemar kadmium dari air lindi yang dihasilkan TPA Terjun. Faktor lain yaitu karena penduduk daerah tersebut membuang limbah rumah tangga di sungai yang merupakan satu saluran dengan masuknya air sungai ke tambak.

(18)

penggunaan pupuk buatan oleh petambak untuk mendorong pertumbuhan pakan alami.

Besarnya kandungan Cd pada air tambak I diasumsikan karena air tambak I merupakan tambak yang terdekat dengan TPA, sehingga air lindi lebih berpotensi mencemari dan membentuk sedimentasi di tambak I. Kandungan Cd yang terdapat di air tambak tersebut sangat dipengaruhi oleh air lindi karena lindi dapat meresap dalam tanah, menyebabkan pencemaran tanah dan air tanah secara langsung dengan adanya limpasan air hujan, sehingga tambak yang berada di dekat TPA dapat tercemar oleh lindi yang mengandung Cd.

Air lindi pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik (hidrokarbon, asam humat, fulfat, tanat dan galat) dan anorganik (natrium, kalium, kalsium, magnesium, klor, sulfat, fosfat, nitrogen, dan senyawa logam berat seperti kadmium) yang tinggi. Konsentrasi dari komponen-komponen tersebut dalam air lindi bisa mencapai 1000 sampai 5000 kali lebih tinggi daripada konsentrasi dalam air tanah. Selayaknya benda cair, air lindi akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Secara langsung air tanah atau air sungai tersebut akan tercemar. Air lindi juga dapat mencemari sumber air minum pada jarak 100 meter dari sumber pencemaran (Mahardika, 2010).

(19)

kadmium yang terdeteksi adalah 0,005 mg/L, dengan konsentrasi tertinggi 0,006 mg/L.

Menurut Damanhuri (2008), lindi terjadi karena sifat dan proses sampah yang terjadi menyimpan atau menahan air sesuai dengan kemampuan materialnya. Lindi dari TPA sebagai bahan pencemar dapat mengganggu kesehatan manusia dan mencemari lingkungan dan biota perairan karena dalam lindi terdapat berbagai senyawa kimia organik maupun anorganik serta sejumlah patogen. Kadmium terdapat di air tambak juga dapat dikaitkan dengan karakteristik tambak itu sendiri. Jarak tambak dari TPA sangat mempengaruhi masuknya Cd yang dibawa oleh air lindi ke tambak. Tambak ikan nila yang menjadi lokasi penelitian sekitar TPA memiliki jarak kurang dari 100 meter dari lokasi TPA.

5.2 Kandungan Kadmium dalam Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Berdasarkan hasil pemeriksaan Cd dalam ikan nila (Oreochromis niloticus) terdapatkandungan Cd dalam semua sampel ikan nila. Jumlah kadmium

yang terdapat pada ikan nila hasil ketiga tambak belum melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh SNI 7387-2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan untuk kadmium dalam ikan dan masih memenuhi syarat yaitu dibawah 0,1 mg/kg.

(20)

Lipophilik (suka lemak), Hidrophilik (suka air) atau lipophobik (tidak suka lemak). Oleh karena itu konsentrasi residu suatu bahan polutan atau unsur lain dalam suatu organisme dapat berbeda. Hal ini terjadi karena ikan nila dapat melakukan pengeluaran air oleh organ ekskresi disertai dengan pengambilan ion dari lingkungan, untuk mengimbangi kehilangan ion yang tidak dapat dihindari pada saat pengeluaran air. Sesuai dengan sifatnya ikan nila mengandung lemak yang banyak sedangkan kadmium sendiri adalah logam berat yang larut di dalam lemak sehingga kadmium mudah terakumulasi di dalam tubuh ikan nila. (Nyebaken 1992).

Kandungan kadmium yang tertinggi terdapat dalam ikan yang memiliki ukuran tubuh paling besar yaitu 0,5 kg pada tambak I. Ikan nila dari jenis yang sama dengan bobot berbeda nilai logam berat pada dagingnya berbeda. Bobot ikan yang besar berbanding lurus dengan nilai logam berat pada dagingnya. Besarnya bobot ikan dapat mengindikasikan umur ikan tersebut. Semakin lama ikan tersebut maka bioakumulasi logam berat akan semakin tinggi. Tingkat trofik ikan berpengaruh terhadap nilai logam berat pada dagingnya, hal ini dinamakan dengan biomagnifikasi logam.

(21)

ditemukan akumulasi Cd yang lebih banyak, sedangkan pada biota top level merupakan tempat akumulasi paling besar. Bila jumlah Cd yang masuk tersebut telah melebihi nilai ambang mutu maka biota dari suatu level atau strata tersebut akan mengalami kematian dan bahkan kemusnahan (Palar, 2008). Berikutnya ikan-ikan besar akan memangsa ikan berukuran kecil yang telah terkontaminasi oleh logam berat, maka konsentrasi di daging ikan besar akan lebih tinggi daripada konsentrasi di daging ikan kecil yang menjadi mangsanya. Bioakumulasi logam berat yang dilakukan oleh biota akan menyebabkan kadarnya dalam tubuh ikan lebih besar dari kandungan logam berat yang terlarut di dalam air. Sifat perairan yang dapat melarutkan dan mengendapkan logam berat menjadi faktor yang mempengaruhi kandungan logam berat dalam air dari waktu ke waktu serta jarak tambak dengan TPA yang dekat memungkinkan tambak lebih banyak tercemar logam berat.

(22)

Logam berat seperti kadmium pada umumnya masuk ke lingkungan dengan dua cara, yakni secara natural dan antropogenik. Kondisi alami terlepasnya logam berat di lingkungan ialah akibat adanya pelapukan sedimen yang dipengaruhi oleh cuaca, erosi, serta aktivitas vulkanik, sedangkan terlepasnya logam berat secara antropogenik adalah akibat aktivitas manusia, seperti electroplating/pelapisan logam, pertambangan, peleburan, penggunaan pestisida, pupuk penyubur tanah, dsb. Logam berat yang telah masuk ke badan air dapat mengkontaminasi biota laut, seperti ikan-ikan kecil dan makhluk air lainnya termasuk tanaman air.

Menurut Prabowo (2005) meskipun di dalam suatu perairan kadar logam berat relatif rendah, namun dapat terabsorpsi dan terakumulasi secara biologis oleh hewan air dan akan terlibat dalam sistem jaringan makanan. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya proses bioakumulasi, yaitu logam berat akan terkumpul dan meningkat kadarnya dalam jaringan tubuh organisme air yang hidup. Kemudian melalui proses biotransformasi akan terjadi perpindahan dan peningkatan kadar logam berat pada tingkat pemangsaan yang lebih tinggi. Secara tidak langsung proses biomagnifikasi dapat terjadi dalam tubuh manusia yang mengkonsumsi ikan-ikan dan hasil perairan yang telah tercemar logam berat.

(23)

disebabkan karena beberapa faktor. Seperti pada hasil penelitian oleh Nurrachmi (2011) dalam Maspari Journal pada ikan gulama yang juga menyatakan bahwa akumulasi logam berat di dalam daging ikan memang tergolong rendah dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Menurut Nurrachmi hal ini berkaitan dengan peran fisiologi daging dalam metabolisme ikan serta daging bukan merupakan bagian yang aktif dalam mengakumulasi logam berat. Sementara bagian organ yang mempunyai kandungan logam berat paling tinggi adalah insang, hati dan ginjal.

Bagian-bagian organ tersebut termasuk yang paling tinggi disebabkan karena organ tersebut merupakan jaringan yang aktif, dimana target utama logam berat adalah jaringan yang selalu aktif. Oleh karena itu, akumulasi pada semua jaringan lebih tinggi pada jaringan yang aktif. Hal inilah yang menyebabkan kadar logam berat dalam tubuh ikan nila masih tergolong rendah. Meskipun kandungan logam berat dalam tubuh (daging) ikan tersebut kadarnya belum melewati nilai ambang batas yang ditentukan, hal ini juga dapat berbahaya bagi kesehatan manusia sebab daging ikan merupakan bagian yang sering dikonsumsi oleh manusia.

Berikut ini adalah cara memilih ikan yang aman untuk dikonsumsi : 1. Warna kulit ikan terang dan cerah.

2. Daging ikan bila ditekan terasa kenyal. 3. Mata ikan masih terlihat jernih dan menonjol.

(24)

5. Insang berwarna merah.

6. Kulit an daging ikan tidak mudah robek, terutama pada bagian perut. 7. Tidak berbau busuk .

Logam berat dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam waktu yang lama sebagai racun. Jika ikan berukuran besar dikonsumsi terus menerus dalam jangka waktu yang lama, maka suatu waktu akan dapat mencapai jumlah yang membahayakan kesehatan manusia.

Menurut Kristanto (2004) beberapa logam berat berbahaya diantaranya banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehingga diproduksi secara kontinyu dalam skala industri. Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan yang terutama adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (Ar), kadmium (Cd), khromium (Cr), dan nikel (Ni). Menurut Yulaipi dan Aunurohim (2013) akumulasi logam berat pada ikan dapat terjadi karena adanya kontak antara medium yang mengandung bahan toksik dengan ikan. Kontak berlangsung dengan adanya pemindahan zat kimia dari lingkungan air ke dalam atau permukaan ikan, misalnya melalui insang.

(25)

kenaikan tekanan darah. Senyawa ini bisa mengakibatkan penyakit liver dan gangguan ginjal serta tulang.

Salah satu efek utama yang ditimbulkan dari keracunan kadmium adalah lemah dan rapuh tulang. Umumnya tulang belakang dan kaki sakit, dan gaya berjalan pincang karena cacat tulang yang disebabkan oleh Kadmium. Rasa sakit kemudian melemahkan, dengan patah tulang yang lebih umum dibandingkan tulang yang melemah. Komplikasi lain yang tejadi adalah batuk, kanker, anemia, dan gagal ginjal, yang kemudian menyebabkan kematian. Penderita penyakit ini banyak terjadi pada wanita pasca menoupaus. Sedangkan menurut Palar, 2004 keracunan Kadmium kronis menyebabkan kerusakan pada fisiologis tubuh, yaitu ginjal, paru-paru, darah dan jantung, kelenjar reproduksi, indra penciuman, kerapuhan tulang.

(26)

dikenal dengan nama lain Acceptable Daily Intake (ADI) yaitu sebesar 57 – 71 μg/hari untuk orang dewasa (FOX, 1982).

ADI atauacceptable daily intake adalah batas asupan harian yang diperbolehkan yang merupakan salah satu mekanismeuntuk meminimasi efek logam berat terhadap kesehatan manusia. Menurut badan dunia FAO/WHO, konsumsi per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah 400 – 500 µg/individu atau 7 µg/kg berat badan (Suhendrayatna,2001).

(27)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Kadmium terdapat dalam air tambak I yaitu 0,01381 mg/L, tambak II yaitu 0,01296 mg/L, dan tambak III yaitu 0,01289 mg/L, yang seluruhnya telah melebihi baku mutu yang ditetapkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu diatas 0,01 mg/L.

2. Jarak tambak ikan I, II, dan III dari TPA sampah, berturut-turut adalah 13 m, 34 m, dan 68 m. Sedangkan luas tambak I, II, dan III yaitu 2.324 m2, 2.503 m2, dan 1.893 m2.

(28)

6.2 Saran

1. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Medan untuk memperbaiki sistem pengolahan sampah yang ada dengan metode pengolahan sampah sanitarylandfill sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar TPA.

2. Perlu diinformasikan kepada masyarakat bahwa kandungan logam berat kadmium (Cd) lebih tinggi kadarnya padaikan nila yang berukuran besar dibandingkan ikan yang berukuran kecil.

3. Kepada pengelola tambak agar terlebih dahulu memeriksa sumber air yang akan dijadikan air tambak, sehingga dapat mengecilkan resiko terpaparnya logam berat pada ikan nila, serta menjaga kebersihan air tambak tersebut dengan cara pembuatan sirkulasi air. Jika perlu dilakukan pemindahan lokasi tambak ikan nila ke tempat yang lebih aman karena sumber air tambak telah tercemar kadmium.

Gambar

Tabel 4.1 Kondisi dan Situasi TPA Kelurahan Terjun Kota Medan
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Kadmium (Cd) dalam Air Tambak Ikan Nila
Gambar 2. Grafik Hasil Pemeriksaan Kadmium (Cd) Pada Ikan Nila

Referensi

Dokumen terkait

Posisi mereka tidak lagi sebagai orang-orang yang berkemampuan rendah seperti pada awal Islam masuk ke Amerika, tapi mereka telah menjadi penduduk

dokumentasi yang berkaitan dengan pembelajaran Tuntas Baca Tulis Al- Qur’an siswa di SMP Islam Durenan Trenggalek.. Peneliti disini mencari fakta- fakta atau keterangan

Beberapa konsumen berpendapat bahwa “buah-buahan yang dijual ditoko buah segar kualitasnya kurang bagus, ada yang busuk, ada buah-buahan yang sudah lama namun masih

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Enita di RSUD Sragen dengan jumlah 60 responden didapatkan hasil bahwa sistem penghargaan

(memotong bagian tertentu produk) dengan cara yang tertentu (menggunakan.. suatu jenis pahat) adalah merupakan variabel yang penting dalam rangka. penentuan

Jadi secara statistik pada alpha 0.05 chlorhexidine 0.2% tidak lebih baik dari pada povidone iodine 1% atau sebaliknya povidone iodine 1% tidak lebih baik dari

dilakukan dengan menggunakan software design expert yang mana data tersebut menunjukan pembatasan untuk optimasi parameter kondisi pemotongan dengan. nilai v, f, a,

Hasan Sadikin Bandung, dapat ditarik kesimpulan bahwa: seluruh pasien mempunyai pengalaman sebelumnya mengenai proses tindakan transfusi, itu berarti ketika peneliti