• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE COMPREHENSION INCREASING OF SHORT STORY INTRINSIC ELEMENT THROUGH COOPERATIVE LEARNING OF

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENTS DIVISION THE TENTH GRADE STUDENTS OF SENIOR HIGH SCHOOL 1

BANDAR LAMPUNG By

Reliani

This research is formed by the student’s ability to decide the short story intrinsic element that there are still under KKM. It is caused because the teacher hasn’t done the planning, the process and the correct evaluation yet to increase the ability to determine the short story intrinsic element. The purpose of this research to describe the planning, the process, evaluation system and increasing student’s ability to comprehend the short story intrinsic elements by using Cooperative STAD type.

This research is a class action research which is done in X-3 and X-4 classes of Senior High School 1 Bandar Lampung that totally 72 students. The data collection is done by observation and test. This research is done in 3 cycles. The first cycle is the increasing of short story intrinsic element by cooperative STAD type. The second cycle is still using STAD type with the U sitting position. The short story that discussed is more difficult than first cycle short story. The third cycle is using Cooperative STAD type, the student’s sitting position lined up on multimedia room floor, each lines consist of two groups is helped by a model. The purpose of the writer invites the author of short story directly is to attract student’s interest and to increase student’s activity.

The conclusion of this research are (1) Teacher’s ability increase on first cycle learning plan gets 2,68 in medium category, the second cycle gets 2,97 in medium category, the third cycle gets 3,20 in medium category. (2) Learning process on first cycle in X-3 class with 20 active students are (55,56%) in medium category, the second cycle with 27 active students are (75%) in high category, the third cycle with 36 active students are (100%) in very high category. The first cycle in X-4 class with 21 active students are (58,33%) in medium category, the second cycle with 27 active students are (75%) in medium category, the third cycle with 36 active student are (100%) in very high category, it means that there is increasing in each cycle. (3) The evaluation system uses 20 items valid and reliable multiple choice test, each cycle has the increasing with index on the first cycle (0,36), the second cycle (0,47), the third cycle (0,66). The instruments on each cycles is in enough category. (4) The mastery of average value of short story intrinsic element at X-3 class on the first cycle is (70,32), the second cycle is (77.05), the third cycle is (85.92), even X-4 class on the first cycle is (72.33), the second cycle is (78.93), the third cycle is (87.17).

(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION SISWA KELAS X SMA NEGERI 1

BANDAR LAMPUNG Oleh

Reliani

Penelitian ini dilatarbelakangi kemampuan siswa menentukan unsur intrinsik cerpen masih ada yang di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM yang ditentukan untuk pembelajaran unsur intrinsik cerpen adalah 70. Hal ini disebabkan guru belum melakukan perencanaan, proses, dan evaluasi yang tepat untuk dapat meningkatkan kemampuan menentukan unsur intrinsik cerpen. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perencanaan, proses pelaksanaan, sistem evaluasi, dan peningkatan kemampuan siswa memahami unsur-unsur instrinsik cerpen dengan menggunakan kooperatif tipe STAD.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas X-3 dan X-4 SMA Negeri 1 Bandar Lampung yang berjumlah 72 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan tes. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Siklus I peningkatan unsur intrinsik cerpen dengan kooperatif tipe STAD. Siklus II masih menggunakan tipe STAD dengan posisi tempat duduk seperti huruf U. Cerpen yang dibahas lebih sulit dari cerpen siklus I. Siklus III menggunakan kooperatif tipe STAD, posisi tempat duduk siswa berbaris di lantai ruang multimedia tiap baris terdiri dari dua kelompok. dibantu seorang model, tujuan peneliti mendatangkan pengarang cerpen secara langsung untuk lebih menarik minat dan lebih meningkatkan aktivitas siswa.

Kesimpulan penelitian ini (1) Kemampuan guru meningkat dalam perencanaan pembelajaran Siklus I memperoleh nilai 2,68 kategori sedang, siklus II memperoleh nilai 2,97 kategori sedang, siklus III memperoleh nilai 3,20 kategori sedang, (2) proses pembelajaran pada siklus I di kelas X-3 jumlah siswa yang aktif 20 orang (55,56%) kategori sedang, Siklus II jumlah siswa yang aktif 27 orang (75%) kategori tinggi, Siklus III siswa yang aktif 36 orang (100%) kategori sangat tinggi. Siklus I di kelas X-4 jumlah siswa yang aktif 21 orang (58,33%) kategori sedang, Siklus II jumlah siswa yang aktif 27 orang (75%) kategori sedang, Siklus III jumlah siswa yang aktif 36 orang (100%) kategori sangat tinggi, berarti terjadi peningkatan dalam tiap Siklus, (3) Sistem evaluasi pada Siklus I, II, dan III menggunakan 20 soal pilihan ganda. Validitas pada Siklus I (0,72), Siklus II (0,78), Siklus III (0,86). Reliabilitas tes Siklus I (0,45), Siklus II (0,54), dan Siklus III (0,62), tingkat kesukaran instrumen Siklus I (0,47), Siklus II (0,55), Siklus III (0,63). Daya pembeda instrumen Siklus I (0,66), Siklus II (0,70), Siklus III (0,72). (4) nilai rata-rata penguasaan unsur intrinsik cerpen pada kelas X-3 siklus I yaitu (70,32), siklus II yaitu (77,05), dan siklus III yaitu (85,92), sedangkan kelas X-4 Siklus I (72,33), Siklus II (78,93), Siklus III (87,17).

Kata kunci : Kooperatif Tipe STAD, sistem evaluasi, pretasi belajar.

(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penentuan unsur instrinsik

cerpen dapat ditingkatkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Ini

berdasarkan pada temuan berikut ini.

1. Kemampuan peneliti dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dalam pembelajaran unsur intrinsik cerpen meningkat. Pada Siklus I

kualitas RPP yang dibuat peneliti memperoleh nilai 2,80 kategori sedang.

Pada Siklus II memperoleh nilai 3,20 kategori sedang. Siklus III memperoleh

nilai 3,60 kategori tinggi. Berarti terjadi peningkatan nilai penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran pada setiap siklusnya.

2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan kooperatif

tipe STAD mengalami peningkatan pada Kelas X-3 Siklus I siswa yang aktif

20 orang, Siklus II meningkat menjadi 27 orang, Siklus III meningkat lagi

menjadi 36 orang. Pada Kelas X-4 Siklus I siswa yang aktif 21 orang, Siklus

II meningkat menjadi 27 orang, Siklus III meningkat lagi menjadi 36 orang.

Berarti terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran cerpen dengan

(4)

3. Peningkatan sistem evaluasi pada Siklus I, II, dan III menggunakan 20 soal

pilihan ganda. Validitas pada Siklus I (0,72), Siklus II (0,78), Siklus III (0,86).

Reliabilitas tes Siklus I (0,45), Siklus II (0,54), dan Siklus III (0,62). Tingkat

kesukaran instrumen Siklus I (0,47), Siklus II (0,55), Siklus III (0,63). Daya

pembeda instrumen Siklus I (0,66), Siklus II (0,70), Siklus III (0,72). Berarti

tyerjadi peningkatan nilai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

pembeda pada setiap siklusnya.

4. Hasil penentuan unsur intrinsik cerpen pada kelas X-3 siklus I dengan nilai

rata-rata 70,32 termasuk kategori cukup. Siklus II dengan nilai rata-rata 77,05

termasuk kategori baik. Sedangkan siklus III dengan nilai rata-rata 85,92

termasuk kategori baik. Sedangkan pada kelas X-4 Siklus I dengan nilai

rata-rata 72,33 termasuk kategori cukup. Siklus II dengan nilai rata-rata-rata-rata 78,93

termasuk kategori baik. Sedangkan siklus III dengan nilai rata-rata 87,17

termasuk kategori baik. Semua nilai siswa sudah mencapai KKM. Pada siklus

ke-III penelitian dihentikan karena nilai semua siswa sudah tuntas dan nilai

rata-rata mencapai 85 ke atas. Berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata

penguasaan unsur intrinsic cerpen siswa pada setiap siklusnya.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi

(5)

5.2 Saran

Berdasarkan kesipulan di atas, maka saran-saran yang diberikan adalah sebagai

berikut.

1) Guru

a) Guru sebaiknya memvariasikan metode pembelajaran sehingga suasana

kelas tidak membosankan dan proses pembelajaran di kelas lebih mudah

diterima siswa, dan suasana belajar di dalam kelas lebih menyenangkan.

b) Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan alternatif dalam

pembelajaran unsur-unsur intrinsik cerpen. Metode ini mudah dilakukan,

murah, dan efektif sehingga berpotensi untuk digunakan di

sekolah-sekolah lain.

c) Meningkatkan penguasaan unsur-unsur intrinsik cerpen dan aktivitas siswa

dalam pembelajaran sudah semestinya dikembangkan dalam proses

pembelajaran yang inovatif. Menghadirkan pakar dalam proses

pembelajaran akan menciptakan suasana baru dan akan menarik minat

siswa.

2) Sekolah

Kepala sekolah bertanggung jawab penuh terhadap kemajuan sekolah, merupakan

tanggung jawab kepala sekolah untuk memantau dan memotivasi guru untuk

senantiasa mengembangkan diri untuk memajukan prestasi dan aktivitas siswa

dalam pembelajaran. Kepala sekolah semestinya memantau proses pembelajaran

yang sedang berlangsung di dalam kelas, sehingga kelemahan-kelemahan guru

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar yang aktif dan mengembangkan potensi diri siswa untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan diri siswa untuk bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. (UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Republik Indonesia).

Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Oleh karena itu, pendidikan selalu mendapat prioritas utama dalam

pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat.

Peranan masyarakat sangat penting dalam keberhasilan proses pembelajaran

karena proses pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas tetapi juga

berlangsung di rumah dan masyarakat.

Proses pembelajaran yang terjadi sekarang ini juga masih mengedepankan

persaingan dan pengisolasian siswa. Padahal kompetisi akan menimbulkan sikap

dan hubungan negatif sehingga akan mematikan semangat siswa. Awalnya model

kompetisi bisa menimbulkan rasa cemas yang bisa memacu siswa untuk

meningkatkan kegiatan belajar mereka, tetapi kecemasan yang berlebihan dapat

(7)

ditepis. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang dipindahkan oleh guru kepada siswa,

pengetahuan merupakan sesuatu yang ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan

oleh siswa.

Menurut Andyani (2009: 11) Ada tiga tahapan dalam proses pembelajaran yaitu,

tahapan perancangan pembelajaran, tahapan pelaksanaan pembelajaran, dan

tahapaan penilaian pembelajaran. Ketiga hal di atas memerlukan persiapan

terlebih dahulu agar hasil pembelajaran sesuai dengan harapan. Agar proses

pendidikkan terlaksana dengan baik, pendidik harus menggunakan strategi yang

tepat.

Kurikulum sudah merancang kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa lebih

berperan aktif. Untuk meningkatkan aktivitas siswa guru harus mempersiapkan

diri sebaik mungkin untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal karena

guru adalah motor penggerak di dalam kelasnya. Kurikulum sudah merancang

kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa lebih berperan aktif. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sukmadinata (2004: 157), guru memegang peranan yang cukup

penting baik di dalam perencanaan kurikulum. Guru adalah perencana, pelaksana,

dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa peranan guru sangat penting dalam

menentukan proses pembelajaran di dalam kelas. Perencanaan dan penguasaan

materi sebelum proses pembelajaran amatlah penting. Jika semua persiapan sudah

(8)

hal ini sejalan dengan pendapat Sumiati (2008: 5) pelaksanaan pembelajaran

selayaknya berpegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Namun, situasi

yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran memunyai pengaruh besar

terhadap proses pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, pendidik sepatutnya

peka terhadap berbagai situsai yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan

proses pembelajaran dengan situasi yang dihadapi.

Selain situasi, sarana yang tersedia juga mempengaruhi keberhasilan proses

pembelajaran. Misalnya tempat pembelajaran harus bervariasi untuk

menghilangkan kejenuhan, misalnya sesekali siswa diajak belajar di ruang

multimedia, di laboratorium bahasa, bahkan kadang-kadang di alam terbuka.

Perkembangan teknologi juga berdampak pada cara berpikir siswa. Sekarang ini

siswa sudah kurang tertarik dengan pembelajaran yang konfensional. Siswa

sekarang lebih mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dibandingkan dengan

guru-guru. Sejalan dengan perkembangan tersebut, sudah semestinya pendidik

dalam proses pembelajaran ini menggunakan kooperatif, karena pembelajaran ini

akan melatih kerja sama, saling menghargai, saling membantu, dan akan

menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa.

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas

akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit,

dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran

(9)

maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Sesuai dengan pendapat Trianto (2007: 44), pembelajaran kooperatif akan

memotivasi siswa yang pemalu menjadi berani berpendapat, karena semua

anggota kelompok harus berani berargumentasi untuk mendapatkan poin

kelompok secara keseluruhan. Pembelajaran kooperatif dapat memotivasi siswa

khususnya dalam tidak terkecuali dalam pembelajaran unsur intrinsik cerpen.

Penelitian ini terfokus pada pembelajaran unsur intrinsik cerpen, karena materi

tentang unsur intrinsik cerpen merupakan salah satu bahan pembelajaran yang

harus disampaikan kepada siswa, sesuai dengan yang sudah ditentukan dalam

silabus kelas X. Peneliti ingin menemukan kiat yang tepat untuk meningkatkan

penguasaan siswa tentang unsur intrinsik cerpen, khususnya penguasaan tentang

unsur intrinsik cerpen. Pembelajaran unsur intrinsik cerpen sebenarnya cukup

menarik, karena ada pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya. Selain itu,

mempelajari cerpen mempunyai keuntungan-keuntungan praktis, terutama dari

segi penyajiannya, karena cerpen biasanya dapat disampaikan dalam sekali

pertemuan dan biasanya dapat selesai pula untuk dibaca dan ditelusuri

bersama-sama oleh seluruh siswa di dalam kelas.

Tema yang dibahas dalam pembelajaran cerpen bisa disesuaikan dengan tema

dunia remaja. Guru harus dapat memilih tema yang berhubungan dengan

kehidupan remaja. Dengan memanfaatkan kooperatif tipe STAD, akan semakin

menumbuhkan minat siswa terhadap cerpen. Sesuai dengan yang diungkapkan

(10)

pembelajaran sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan

bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Pendekatan ini

sangat menuntut aktivitas siswa. Masih banyak hal lain yang dapat memacu

keberhasilan siswa. Melalui proses pembelajaran perkembangan peserta didik

akan meningkat, baik pembelajaran tentang keterampilan, pengetahuan umum,

dan pengetahuan yang spesifik. Misalnya bakat, minat, dan suasana belajar. Guru

harus menciptakan suasana yang menyenangkan dengan cara memilih metode dan

model pembelajaran yang cocok dengan kompetensi dasar yang disampaikan.

Pendidik juga harus mengetahui kesiapan peserta didik sebelum proses

pembelajaran berlangsung. Siswa dalam satu kelas memiliki kemampuan yang

bervariasi. Sekelompok siswa ada yang memunyai kemampuan intelektual yang

tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang berkemampuan intelektual rendah akan

memunculkan reaksi-reaksi tertentu, sehingga akan menggangu siswa yang

berkemampuan intelektual tinggi yang memunyai minat belajar yang tinggi pula.

Kesenjangan ini akan menghambat proses pembelajaran yang sedang berlangsung,

hal ini akan menimbulkan dampak kesulitan belajar bagi sekelompok siswa yang

berkemampuan rendah.

Alasan menggunakan cerpen sebagai bahan penelitian karena pembelajaran

cerpen merupakan pelajaran penting pada siswa kelas X. Kenyataannya minat

siswa terhadap cerpen mulai berkurang, padahal dengan membaca cerpen bisa

memberikan hiburan kepada pembacanya. Melalui cerpen peserta didik dapat juga

mempelajari berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan

(11)

maka sudah selayaknya keberadaan cerpen mendapat perhatian dalam dunia

pendidikan. Pendidik dapat menghadirkan contoh-contoh cerpen yang menarik

dalam pembelajaran cerpen. Menurut Anderson (2001: 100) dalam revisinya

untuk dimensi kognitif meliputi pengetahuan atau ingatan, pemahaman, analisis,

sintesis, evaluasi, atau mencipta.

Pembelajaran cerpen khususnya pemahaman unsur-unsur intrinsik cerpen, selama

ini masih menggunakan metode ceramah, Penerapan pembelajaran kooperatif tipe

STAD diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami

cerpen. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang

paling sederhana. STAD mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan

informasi akademik baru kepada siswa (Ibrahim dkk., 2000: 20).

Objek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Bandar Lampung kelas X-3 dan

X-4 semester ganjil. Peneliti ingin memperbaiki dan meningkatkan proses

pembelajaran dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto

(2006: 91), “Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan

yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas”. Adapun menurut

Suyanto (1997:106), penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang

bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat

memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara

(12)

Dalam penelitian ini peneliti memvariasikan metode kooperatif tipe STAD dengan

mendatangkan seorang pengarang cerpen sebagai model pembelajaran. Tentu saja

masih terdapat kendala-kendala kecil, tetapi kendala-kendala di atas dapat

dihindari dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Variasi metode

ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengungkapkan

pendapat dan menumbuhkan rasa percaya diri. Penggunaan metode yang tepat

dalam pembelajaran cerpen, salah satu metode yang cukup efektif dan sederhana

yang bisa digunakan yaitu pembelajaran kooperatif, seperti yang diungkapkan

Narulita (2010: 143) berikut ini: “STAD merupakan salah satu metode

pembelajaran sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan

bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif”.

Pembelajaran cerpen khususnya di SMA Negeri 1 Bandar Lampung selama ini

masih kurang diminati oleh siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil ujiblok

siswa kelas X-1 s.d. X-6 semester ganjil yang dilaksanakan pada 2 September

[image:12.595.122.501.608.729.2]

2010 tentang kemampuan memahami cerpen dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Data Rata-Rata Kompentensi Pembelajaran Unsur Intrinsik Cerpen

No Kelas Nilai Rata-rata

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Siswa Tuntas Tidak %

1 X. 1 71,50 91 60 17 17 50

2 X. 2 73,03 92 61 15 21 58,33

3 X. 3 76,36 95 65 12 24 66,66

4 X. 4 76,28 94 65 13 23 63,88

5 X. 5 82,13 100 68 8 24 75

6 X. 6 80,19 100 67 10 22 68,75

(13)

Walaupun nilai ujiblok siswa sudah baik tetapi masih perlu ditingkatkan karena

KKM seluruh mata pelajaran di SMA Negeri 1 Bandar Lampung minimal 70.

Nilai 80 ke bawah masih dalam kategori sedang.

Berdasarkan pengamatan peneliti, pembelajaran cerpen di sekolah masih perlu

perbaikan, ada banyak faktor penyebabnya, yaitu faktor internal dan eksternal.

Menurut Ahmadi dkk., (2004: 138) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

yaitu meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat, dan

sebagainya. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

lingkungan masyarakat, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.

Pembelajaran cerpen yang dilakukan guru selama ini masih bersifat konvensional.

Guru kurang inovatif dan kreatif dalam penyampaian pelajaran. Diskusi kelas

yang selama ini dilakukan oleh guru belum memotivasi siswa secara keseluruhan

terlibat secara maksimal, hanya siswa yang pintar saja yang aktif dalam diskusi,

sedangkan siswa yang kurang pandai hanya sebagai pendengar, bahkan membuat

keributan karena diskusi yang sedang berlangsung kurang menarik perhatian

siswa tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk menelaah secara mendalam

tentang pembelajaran cerpen, khususnya tentang unsur intrinsik cerpen dengan

menggunakan kooperatif learning tipe STAD. Alasan menggunakan kooperatif

(14)

Dengan kooperatif tipe STAD diharapkan siswa dapat mendengar, menghormati,

menerima pendapat siswa lain, mengurangi kejenuhan, memupuk tenggang rasa,

serta dapat meyakinkan diri siswa untuk membantu orang lain, serta dapat

meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.

Karateristik siswa di SMA Negeri 1 Bandar Lampung kebanyakan siswa belum

termotivasi untuk bertanya dan berpendapat. Siswa masih terbiasa dengan metode

pembelajaran yang konvensional. Siswa belum memunyai tenggang rasa yang

tinggi. Siswa biasanya berkelompok yang pintar dengan yang pintar dan yang

kurang pintar dengan kurang pintar. Siswa yang pintar malas membantu siswa

yang kurang pintar karena mereka merasa terbebani, dan kadang siswa yang

kurang pintar sering melakukan aktivitas yang negatif.

Kesesuaian materi unsur intrinsik cerpen dengan pengetahuan Kooperatif Tipe

STAD adalah karena materi ini harus disampaikan pada Kelas X. Penguasaan

unsur instrinsik cerpen menjadi landasan untuk menguasai unsur intrinsik yang

lebih luas misalnya novel dan roman. Untuk menguasai unsur intrinsik diperlukan

latihan diskusi. STAD memberikan kesempatan seluas mungkin kepada siswa

untuk saling bertanya dan berpendapat untuk menentukan ketujuh unsur instrinsik

tersebut. Pemberian penghargaan membuat siswa termotivasi untuk menguasai

unsur intrinsik cerpen.

Jadi materi unsur instrik cerpen sangat cocok disampaikan dengan kooperatif tipe

(15)

siswa harus bertanggung jawab atas keberhasilan pembelajaran bagi semua

anggota kelompoknya. Pembelajaran dengan menggunakan tipe ini dapat

meningkatkan pemahaman siswa tentang unsur instrinsik cerpen. Berdasarkan

uraian di atas yang melatarbelakangi penelitian ini sebagai berikut.

1. Pembelajaran unsur instrinsik cerpen masih menggunakan metode ceramah.

Sesekali menggunakan diskusi kelompok tetapi siswa yang aktif hanya

sebagian saja. Sementara siswa yang kurang pandai melakukan kegiatan

sendiri, bahkan menggangu temannya yang sedang belajar dengan serius.

2. Perencanaan pembelajaran cerpen yang dibuat guru belum optimal, guru

kadang masuk kelas tanpa persiapan terlebih dahulu, RPP hanya dibutuhkan

pada awal tahun pelajaran dan ketika pengawas datang. Setelah RPP

ditandatangani kepala sekolah pada awal tahun pelajaran kemudian disimpan

lagi, baru dibuka kembali jika ada pengawas. Guru mengajar berdasarkan

buku cetak dan LKS yang sudah dimiliki oleh siswa.

3. Kualitas pembelajaran cerpen yang dilakukan guru masih rendah. Cerpen yang

dibahas dalam kelas sangat terbatas, hanya cerpen yang terdapat dalam LKS

dan buku cetak saja. Guru menugasi siswa membaca cerpen secara bergantian,

setelah itu guru menanyakan isi cerpen, menanyakan keterkaitan cerpen

dengan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran seperti di atas kurang

efektif karena tidak semua siswa menguasai materi yang diajarkan, hanya

siswa yang pintar saja yang bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan

(16)

diskusi kelompok yang berlangsung tidak melibatkan aktivitas siswa secara

keseluruhan.

4. Prestasi belajar siswa belum optimal, masih terdapat beberapa orang siswa

yang belum menguasai unsur-unsur intrinsik cerpen. Penyusunan kegiatan

kelas yang melibatkan siswa berdiskusi, berdebat, mengungkapkan

konsep-konsep masih kurang optimal. Persiapan skenario pembelajaran dan metode

pembelajaran masih menggunakan metode diskusi kelompok yang biasa,

sehingga hanya siswa yang aktif saja yang dominan bertanya, berpendapat,

dan menjawab. Siswa yang kurang pandai hanya bermain-main bahkan,

mereka menggangu teman-temannya yang sedang melaksanakan kegiatan

diskusi kelas.

5. Sistem evaluasi pembelajaran cerpen yang dilakukan guru belum tepat. Guru

tidak membuat alat evaluasi yang memadai, soal-soal hanya diambil dari LKS

dan buku cetak yang sudah tersedia, padahal soal tersebut belum tentu mampu

menggali potensi yang ada pada siswa.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, identifikasi masalah dapat

dirumuskan sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen yang dibuat oleh guru belum

tepat.

2. Proses pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen yang digunakan oleh

(17)

3. Sistem evaluasi pembelajaran unsur intrinsik cerpen yang dilakukan oleh guru

belum tepat.

4. Prestasi belajar unsur intrinsik cerpen siswa masih rendah.

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut.

1. Perencanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan kooperatif tipe

STAD.

2. Pelaksanaan proses pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan

kooperatif tipe STAD.

3. Sistem evaluasi pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan kooperatif tipe

STAD.

4. Peningkatan prestasi belajar unsur intrinsik cerpen siswa dengan kooperatif

tipe STAD.

1.4 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan

menggunakan kooperatif tipe STAD?

2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen

dengan menggunakan kooperatif tipe STAD?

3. Bagaimanakah sistem evaluasi pembelajaran unsur intrinsik siswa cerpen

(18)

4. Bagaimanakah peningkatan prestasi siswa dalam pembelajaran unsur intrinsik

cerpen dengan kooperatif tipe STAD?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini mendeskripsikan:

1. Perencanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan

kooperatif tipe STAD.

2. Proses pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan

kooperatif tipe STAD.

3. Sistem evaluasi pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan kooperatif tipe

STAD.

4. Peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran unsur intrinsik cerpen

dengan kooperatif tipe STAD.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan ilmu

pengetahuan, khususnya teknologi pendidikan, dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi

yang akan disajikan kepada peserta didik, terutama dalam pembelajaran cerpen,

(19)

1.6.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai berikut.

1. Masukan bagi siswa, agar memotivasi siswa dalam mencapai tujuan bersama

serta meningkatkan prestasi belajar sastra, khususnya tentang cerpen.

2. Sumbangan pemikiran bagi guru, agar selalu termotivasi untuk lebih kreatif

dan inovatif dalam mengembangkan proses pembelajaran sehingga ada

peningkatan prestasi belajar siswa.

3. Masukan bagi sekolah, dengan adanya peningkatan kualitas proses dan produk

Gambar

Tabel 1.1     Data Rata-Rata Kompentensi Pembelajaran Unsur Intrinsik

Referensi

Dokumen terkait

KETIGA : Pedoman Rencana Strategis ini merupakan pedoman bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban yang berdasarkan Undang-undang

Persepsi petani tentang kredibilitas penyuluh sebagai sumber informasi mengenai pengelolaan hutan rakyat diduga berhubungan dengan karakteristik petani yang meliputi

Pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Metode Penelitian

Analisis keputusan pembelian (kunjungan) ke lokasi wisata sebagai variabel Y dibagi menjadi 5 sub variabel yaitu: pengenalan kebutuhan (kebutuhan untuk berlibur),

Siti Maslakhah (2005) menunjukkan beberapa kesulitan mahasiswa dalam menulis karya ilmiah yang bersumber pada mahasiswa sendiri, semacam rasa malas, kurang percaya diri karena

Oleh karena itu, dengan menambahakan senyawa anorganik (GPTMS) yang memiliki stabilitas termal yang baik ke dalam pelapis organik akan mengahsilkan material pelapis

6 Mengetik surat permohonan pelaksanaan alih tugas/ mutasi pemangku jabatan pimpinan tinggi pratama (JPT Pratama) untuk disampaikan ke KASN (Komisi Aparatur

(1) Rancangan Perda yang telah disempurnakan oleh Gubernur dan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) disampaikan oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kepada