ABSTRACT
THE COMPREHENSION INCREASING OF SHORT STORY INTRINSIC ELEMENT THROUGH COOPERATIVE LEARNING OF
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENTS DIVISION THE TENTH GRADE STUDENTS OF SENIOR HIGH SCHOOL 1
BANDAR LAMPUNG By
Reliani
This research is formed by the student’s ability to decide the short story intrinsic element that there are still under KKM. It is caused because the teacher hasn’t done the planning, the process and the correct evaluation yet to increase the ability to determine the short story intrinsic element. The purpose of this research to describe the planning, the process, evaluation system and increasing student’s ability to comprehend the short story intrinsic elements by using Cooperative STAD type.
This research is a class action research which is done in X-3 and X-4 classes of Senior High School 1 Bandar Lampung that totally 72 students. The data collection is done by observation and test. This research is done in 3 cycles. The first cycle is the increasing of short story intrinsic element by cooperative STAD type. The second cycle is still using STAD type with the U sitting position. The short story that discussed is more difficult than first cycle short story. The third cycle is using Cooperative STAD type, the student’s sitting position lined up on multimedia room floor, each lines consist of two groups is helped by a model. The purpose of the writer invites the author of short story directly is to attract student’s interest and to increase student’s activity.
The conclusion of this research are (1) Teacher’s ability increase on first cycle learning plan gets 2,68 in medium category, the second cycle gets 2,97 in medium category, the third cycle gets 3,20 in medium category. (2) Learning process on first cycle in X-3 class with 20 active students are (55,56%) in medium category, the second cycle with 27 active students are (75%) in high category, the third cycle with 36 active students are (100%) in very high category. The first cycle in X-4 class with 21 active students are (58,33%) in medium category, the second cycle with 27 active students are (75%) in medium category, the third cycle with 36 active student are (100%) in very high category, it means that there is increasing in each cycle. (3) The evaluation system uses 20 items valid and reliable multiple choice test, each cycle has the increasing with index on the first cycle (0,36), the second cycle (0,47), the third cycle (0,66). The instruments on each cycles is in enough category. (4) The mastery of average value of short story intrinsic element at X-3 class on the first cycle is (70,32), the second cycle is (77.05), the third cycle is (85.92), even X-4 class on the first cycle is (72.33), the second cycle is (78.93), the third cycle is (87.17).
ABSTRAK
PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION SISWA KELAS X SMA NEGERI 1
BANDAR LAMPUNG Oleh
Reliani
Penelitian ini dilatarbelakangi kemampuan siswa menentukan unsur intrinsik cerpen masih ada yang di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM yang ditentukan untuk pembelajaran unsur intrinsik cerpen adalah 70. Hal ini disebabkan guru belum melakukan perencanaan, proses, dan evaluasi yang tepat untuk dapat meningkatkan kemampuan menentukan unsur intrinsik cerpen. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perencanaan, proses pelaksanaan, sistem evaluasi, dan peningkatan kemampuan siswa memahami unsur-unsur instrinsik cerpen dengan menggunakan kooperatif tipe STAD.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas X-3 dan X-4 SMA Negeri 1 Bandar Lampung yang berjumlah 72 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan tes. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Siklus I peningkatan unsur intrinsik cerpen dengan kooperatif tipe STAD. Siklus II masih menggunakan tipe STAD dengan posisi tempat duduk seperti huruf U. Cerpen yang dibahas lebih sulit dari cerpen siklus I. Siklus III menggunakan kooperatif tipe STAD, posisi tempat duduk siswa berbaris di lantai ruang multimedia tiap baris terdiri dari dua kelompok. dibantu seorang model, tujuan peneliti mendatangkan pengarang cerpen secara langsung untuk lebih menarik minat dan lebih meningkatkan aktivitas siswa.
Kesimpulan penelitian ini (1) Kemampuan guru meningkat dalam perencanaan pembelajaran Siklus I memperoleh nilai 2,68 kategori sedang, siklus II memperoleh nilai 2,97 kategori sedang, siklus III memperoleh nilai 3,20 kategori sedang, (2) proses pembelajaran pada siklus I di kelas X-3 jumlah siswa yang aktif 20 orang (55,56%) kategori sedang, Siklus II jumlah siswa yang aktif 27 orang (75%) kategori tinggi, Siklus III siswa yang aktif 36 orang (100%) kategori sangat tinggi. Siklus I di kelas X-4 jumlah siswa yang aktif 21 orang (58,33%) kategori sedang, Siklus II jumlah siswa yang aktif 27 orang (75%) kategori sedang, Siklus III jumlah siswa yang aktif 36 orang (100%) kategori sangat tinggi, berarti terjadi peningkatan dalam tiap Siklus, (3) Sistem evaluasi pada Siklus I, II, dan III menggunakan 20 soal pilihan ganda. Validitas pada Siklus I (0,72), Siklus II (0,78), Siklus III (0,86). Reliabilitas tes Siklus I (0,45), Siklus II (0,54), dan Siklus III (0,62), tingkat kesukaran instrumen Siklus I (0,47), Siklus II (0,55), Siklus III (0,63). Daya pembeda instrumen Siklus I (0,66), Siklus II (0,70), Siklus III (0,72). (4) nilai rata-rata penguasaan unsur intrinsik cerpen pada kelas X-3 siklus I yaitu (70,32), siklus II yaitu (77,05), dan siklus III yaitu (85,92), sedangkan kelas X-4 Siklus I (72,33), Siklus II (78,93), Siklus III (87,17).
Kata kunci : Kooperatif Tipe STAD, sistem evaluasi, pretasi belajar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penentuan unsur instrinsik
cerpen dapat ditingkatkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Ini
berdasarkan pada temuan berikut ini.
1. Kemampuan peneliti dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dalam pembelajaran unsur intrinsik cerpen meningkat. Pada Siklus I
kualitas RPP yang dibuat peneliti memperoleh nilai 2,80 kategori sedang.
Pada Siklus II memperoleh nilai 3,20 kategori sedang. Siklus III memperoleh
nilai 3,60 kategori tinggi. Berarti terjadi peningkatan nilai penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran pada setiap siklusnya.
2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan kooperatif
tipe STAD mengalami peningkatan pada Kelas X-3 Siklus I siswa yang aktif
20 orang, Siklus II meningkat menjadi 27 orang, Siklus III meningkat lagi
menjadi 36 orang. Pada Kelas X-4 Siklus I siswa yang aktif 21 orang, Siklus
II meningkat menjadi 27 orang, Siklus III meningkat lagi menjadi 36 orang.
Berarti terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran cerpen dengan
3. Peningkatan sistem evaluasi pada Siklus I, II, dan III menggunakan 20 soal
pilihan ganda. Validitas pada Siklus I (0,72), Siklus II (0,78), Siklus III (0,86).
Reliabilitas tes Siklus I (0,45), Siklus II (0,54), dan Siklus III (0,62). Tingkat
kesukaran instrumen Siklus I (0,47), Siklus II (0,55), Siklus III (0,63). Daya
pembeda instrumen Siklus I (0,66), Siklus II (0,70), Siklus III (0,72). Berarti
tyerjadi peningkatan nilai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda pada setiap siklusnya.
4. Hasil penentuan unsur intrinsik cerpen pada kelas X-3 siklus I dengan nilai
rata-rata 70,32 termasuk kategori cukup. Siklus II dengan nilai rata-rata 77,05
termasuk kategori baik. Sedangkan siklus III dengan nilai rata-rata 85,92
termasuk kategori baik. Sedangkan pada kelas X-4 Siklus I dengan nilai
rata-rata 72,33 termasuk kategori cukup. Siklus II dengan nilai rata-rata-rata-rata 78,93
termasuk kategori baik. Sedangkan siklus III dengan nilai rata-rata 87,17
termasuk kategori baik. Semua nilai siswa sudah mencapai KKM. Pada siklus
ke-III penelitian dihentikan karena nilai semua siswa sudah tuntas dan nilai
rata-rata mencapai 85 ke atas. Berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata
penguasaan unsur intrinsic cerpen siswa pada setiap siklusnya.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi
5.2 Saran
Berdasarkan kesipulan di atas, maka saran-saran yang diberikan adalah sebagai
berikut.
1) Guru
a) Guru sebaiknya memvariasikan metode pembelajaran sehingga suasana
kelas tidak membosankan dan proses pembelajaran di kelas lebih mudah
diterima siswa, dan suasana belajar di dalam kelas lebih menyenangkan.
b) Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan alternatif dalam
pembelajaran unsur-unsur intrinsik cerpen. Metode ini mudah dilakukan,
murah, dan efektif sehingga berpotensi untuk digunakan di
sekolah-sekolah lain.
c) Meningkatkan penguasaan unsur-unsur intrinsik cerpen dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran sudah semestinya dikembangkan dalam proses
pembelajaran yang inovatif. Menghadirkan pakar dalam proses
pembelajaran akan menciptakan suasana baru dan akan menarik minat
siswa.
2) Sekolah
Kepala sekolah bertanggung jawab penuh terhadap kemajuan sekolah, merupakan
tanggung jawab kepala sekolah untuk memantau dan memotivasi guru untuk
senantiasa mengembangkan diri untuk memajukan prestasi dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran. Kepala sekolah semestinya memantau proses pembelajaran
yang sedang berlangsung di dalam kelas, sehingga kelemahan-kelemahan guru
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar yang aktif dan mengembangkan potensi diri siswa untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan diri siswa untuk bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. (UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Republik Indonesia).
Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Oleh karena itu, pendidikan selalu mendapat prioritas utama dalam
pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat.
Peranan masyarakat sangat penting dalam keberhasilan proses pembelajaran
karena proses pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas tetapi juga
berlangsung di rumah dan masyarakat.
Proses pembelajaran yang terjadi sekarang ini juga masih mengedepankan
persaingan dan pengisolasian siswa. Padahal kompetisi akan menimbulkan sikap
dan hubungan negatif sehingga akan mematikan semangat siswa. Awalnya model
kompetisi bisa menimbulkan rasa cemas yang bisa memacu siswa untuk
meningkatkan kegiatan belajar mereka, tetapi kecemasan yang berlebihan dapat
ditepis. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang dipindahkan oleh guru kepada siswa,
pengetahuan merupakan sesuatu yang ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan
oleh siswa.
Menurut Andyani (2009: 11) Ada tiga tahapan dalam proses pembelajaran yaitu,
tahapan perancangan pembelajaran, tahapan pelaksanaan pembelajaran, dan
tahapaan penilaian pembelajaran. Ketiga hal di atas memerlukan persiapan
terlebih dahulu agar hasil pembelajaran sesuai dengan harapan. Agar proses
pendidikkan terlaksana dengan baik, pendidik harus menggunakan strategi yang
tepat.
Kurikulum sudah merancang kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa lebih
berperan aktif. Untuk meningkatkan aktivitas siswa guru harus mempersiapkan
diri sebaik mungkin untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal karena
guru adalah motor penggerak di dalam kelasnya. Kurikulum sudah merancang
kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa lebih berperan aktif. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sukmadinata (2004: 157), guru memegang peranan yang cukup
penting baik di dalam perencanaan kurikulum. Guru adalah perencana, pelaksana,
dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa peranan guru sangat penting dalam
menentukan proses pembelajaran di dalam kelas. Perencanaan dan penguasaan
materi sebelum proses pembelajaran amatlah penting. Jika semua persiapan sudah
hal ini sejalan dengan pendapat Sumiati (2008: 5) pelaksanaan pembelajaran
selayaknya berpegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Namun, situasi
yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran memunyai pengaruh besar
terhadap proses pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, pendidik sepatutnya
peka terhadap berbagai situsai yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan
proses pembelajaran dengan situasi yang dihadapi.
Selain situasi, sarana yang tersedia juga mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran. Misalnya tempat pembelajaran harus bervariasi untuk
menghilangkan kejenuhan, misalnya sesekali siswa diajak belajar di ruang
multimedia, di laboratorium bahasa, bahkan kadang-kadang di alam terbuka.
Perkembangan teknologi juga berdampak pada cara berpikir siswa. Sekarang ini
siswa sudah kurang tertarik dengan pembelajaran yang konfensional. Siswa
sekarang lebih mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dibandingkan dengan
guru-guru. Sejalan dengan perkembangan tersebut, sudah semestinya pendidik
dalam proses pembelajaran ini menggunakan kooperatif, karena pembelajaran ini
akan melatih kerja sama, saling menghargai, saling membantu, dan akan
menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit,
dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran
maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Sesuai dengan pendapat Trianto (2007: 44), pembelajaran kooperatif akan
memotivasi siswa yang pemalu menjadi berani berpendapat, karena semua
anggota kelompok harus berani berargumentasi untuk mendapatkan poin
kelompok secara keseluruhan. Pembelajaran kooperatif dapat memotivasi siswa
khususnya dalam tidak terkecuali dalam pembelajaran unsur intrinsik cerpen.
Penelitian ini terfokus pada pembelajaran unsur intrinsik cerpen, karena materi
tentang unsur intrinsik cerpen merupakan salah satu bahan pembelajaran yang
harus disampaikan kepada siswa, sesuai dengan yang sudah ditentukan dalam
silabus kelas X. Peneliti ingin menemukan kiat yang tepat untuk meningkatkan
penguasaan siswa tentang unsur intrinsik cerpen, khususnya penguasaan tentang
unsur intrinsik cerpen. Pembelajaran unsur intrinsik cerpen sebenarnya cukup
menarik, karena ada pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya. Selain itu,
mempelajari cerpen mempunyai keuntungan-keuntungan praktis, terutama dari
segi penyajiannya, karena cerpen biasanya dapat disampaikan dalam sekali
pertemuan dan biasanya dapat selesai pula untuk dibaca dan ditelusuri
bersama-sama oleh seluruh siswa di dalam kelas.
Tema yang dibahas dalam pembelajaran cerpen bisa disesuaikan dengan tema
dunia remaja. Guru harus dapat memilih tema yang berhubungan dengan
kehidupan remaja. Dengan memanfaatkan kooperatif tipe STAD, akan semakin
menumbuhkan minat siswa terhadap cerpen. Sesuai dengan yang diungkapkan
pembelajaran sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan
bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Pendekatan ini
sangat menuntut aktivitas siswa. Masih banyak hal lain yang dapat memacu
keberhasilan siswa. Melalui proses pembelajaran perkembangan peserta didik
akan meningkat, baik pembelajaran tentang keterampilan, pengetahuan umum,
dan pengetahuan yang spesifik. Misalnya bakat, minat, dan suasana belajar. Guru
harus menciptakan suasana yang menyenangkan dengan cara memilih metode dan
model pembelajaran yang cocok dengan kompetensi dasar yang disampaikan.
Pendidik juga harus mengetahui kesiapan peserta didik sebelum proses
pembelajaran berlangsung. Siswa dalam satu kelas memiliki kemampuan yang
bervariasi. Sekelompok siswa ada yang memunyai kemampuan intelektual yang
tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang berkemampuan intelektual rendah akan
memunculkan reaksi-reaksi tertentu, sehingga akan menggangu siswa yang
berkemampuan intelektual tinggi yang memunyai minat belajar yang tinggi pula.
Kesenjangan ini akan menghambat proses pembelajaran yang sedang berlangsung,
hal ini akan menimbulkan dampak kesulitan belajar bagi sekelompok siswa yang
berkemampuan rendah.
Alasan menggunakan cerpen sebagai bahan penelitian karena pembelajaran
cerpen merupakan pelajaran penting pada siswa kelas X. Kenyataannya minat
siswa terhadap cerpen mulai berkurang, padahal dengan membaca cerpen bisa
memberikan hiburan kepada pembacanya. Melalui cerpen peserta didik dapat juga
mempelajari berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan
maka sudah selayaknya keberadaan cerpen mendapat perhatian dalam dunia
pendidikan. Pendidik dapat menghadirkan contoh-contoh cerpen yang menarik
dalam pembelajaran cerpen. Menurut Anderson (2001: 100) dalam revisinya
untuk dimensi kognitif meliputi pengetahuan atau ingatan, pemahaman, analisis,
sintesis, evaluasi, atau mencipta.
Pembelajaran cerpen khususnya pemahaman unsur-unsur intrinsik cerpen, selama
ini masih menggunakan metode ceramah, Penerapan pembelajaran kooperatif tipe
STAD diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami
cerpen. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang
paling sederhana. STAD mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan
informasi akademik baru kepada siswa (Ibrahim dkk., 2000: 20).
Objek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Bandar Lampung kelas X-3 dan
X-4 semester ganjil. Peneliti ingin memperbaiki dan meningkatkan proses
pembelajaran dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto
(2006: 91), “Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas”. Adapun menurut
Suyanto (1997:106), penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara
Dalam penelitian ini peneliti memvariasikan metode kooperatif tipe STAD dengan
mendatangkan seorang pengarang cerpen sebagai model pembelajaran. Tentu saja
masih terdapat kendala-kendala kecil, tetapi kendala-kendala di atas dapat
dihindari dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Variasi metode
ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengungkapkan
pendapat dan menumbuhkan rasa percaya diri. Penggunaan metode yang tepat
dalam pembelajaran cerpen, salah satu metode yang cukup efektif dan sederhana
yang bisa digunakan yaitu pembelajaran kooperatif, seperti yang diungkapkan
Narulita (2010: 143) berikut ini: “STAD merupakan salah satu metode
pembelajaran sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan
bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif”.
Pembelajaran cerpen khususnya di SMA Negeri 1 Bandar Lampung selama ini
masih kurang diminati oleh siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil ujiblok
siswa kelas X-1 s.d. X-6 semester ganjil yang dilaksanakan pada 2 September
[image:12.595.122.501.608.729.2]2010 tentang kemampuan memahami cerpen dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1 Data Rata-Rata Kompentensi Pembelajaran Unsur Intrinsik Cerpen
No Kelas Nilai Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Siswa Tuntas Tidak %
1 X. 1 71,50 91 60 17 17 50
2 X. 2 73,03 92 61 15 21 58,33
3 X. 3 76,36 95 65 12 24 66,66
4 X. 4 76,28 94 65 13 23 63,88
5 X. 5 82,13 100 68 8 24 75
6 X. 6 80,19 100 67 10 22 68,75
Walaupun nilai ujiblok siswa sudah baik tetapi masih perlu ditingkatkan karena
KKM seluruh mata pelajaran di SMA Negeri 1 Bandar Lampung minimal 70.
Nilai 80 ke bawah masih dalam kategori sedang.
Berdasarkan pengamatan peneliti, pembelajaran cerpen di sekolah masih perlu
perbaikan, ada banyak faktor penyebabnya, yaitu faktor internal dan eksternal.
Menurut Ahmadi dkk., (2004: 138) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yaitu meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat, dan
sebagainya. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.
Pembelajaran cerpen yang dilakukan guru selama ini masih bersifat konvensional.
Guru kurang inovatif dan kreatif dalam penyampaian pelajaran. Diskusi kelas
yang selama ini dilakukan oleh guru belum memotivasi siswa secara keseluruhan
terlibat secara maksimal, hanya siswa yang pintar saja yang aktif dalam diskusi,
sedangkan siswa yang kurang pandai hanya sebagai pendengar, bahkan membuat
keributan karena diskusi yang sedang berlangsung kurang menarik perhatian
siswa tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk menelaah secara mendalam
tentang pembelajaran cerpen, khususnya tentang unsur intrinsik cerpen dengan
menggunakan kooperatif learning tipe STAD. Alasan menggunakan kooperatif
Dengan kooperatif tipe STAD diharapkan siswa dapat mendengar, menghormati,
menerima pendapat siswa lain, mengurangi kejenuhan, memupuk tenggang rasa,
serta dapat meyakinkan diri siswa untuk membantu orang lain, serta dapat
meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.
Karateristik siswa di SMA Negeri 1 Bandar Lampung kebanyakan siswa belum
termotivasi untuk bertanya dan berpendapat. Siswa masih terbiasa dengan metode
pembelajaran yang konvensional. Siswa belum memunyai tenggang rasa yang
tinggi. Siswa biasanya berkelompok yang pintar dengan yang pintar dan yang
kurang pintar dengan kurang pintar. Siswa yang pintar malas membantu siswa
yang kurang pintar karena mereka merasa terbebani, dan kadang siswa yang
kurang pintar sering melakukan aktivitas yang negatif.
Kesesuaian materi unsur intrinsik cerpen dengan pengetahuan Kooperatif Tipe
STAD adalah karena materi ini harus disampaikan pada Kelas X. Penguasaan
unsur instrinsik cerpen menjadi landasan untuk menguasai unsur intrinsik yang
lebih luas misalnya novel dan roman. Untuk menguasai unsur intrinsik diperlukan
latihan diskusi. STAD memberikan kesempatan seluas mungkin kepada siswa
untuk saling bertanya dan berpendapat untuk menentukan ketujuh unsur instrinsik
tersebut. Pemberian penghargaan membuat siswa termotivasi untuk menguasai
unsur intrinsik cerpen.
Jadi materi unsur instrik cerpen sangat cocok disampaikan dengan kooperatif tipe
siswa harus bertanggung jawab atas keberhasilan pembelajaran bagi semua
anggota kelompoknya. Pembelajaran dengan menggunakan tipe ini dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang unsur instrinsik cerpen. Berdasarkan
uraian di atas yang melatarbelakangi penelitian ini sebagai berikut.
1. Pembelajaran unsur instrinsik cerpen masih menggunakan metode ceramah.
Sesekali menggunakan diskusi kelompok tetapi siswa yang aktif hanya
sebagian saja. Sementara siswa yang kurang pandai melakukan kegiatan
sendiri, bahkan menggangu temannya yang sedang belajar dengan serius.
2. Perencanaan pembelajaran cerpen yang dibuat guru belum optimal, guru
kadang masuk kelas tanpa persiapan terlebih dahulu, RPP hanya dibutuhkan
pada awal tahun pelajaran dan ketika pengawas datang. Setelah RPP
ditandatangani kepala sekolah pada awal tahun pelajaran kemudian disimpan
lagi, baru dibuka kembali jika ada pengawas. Guru mengajar berdasarkan
buku cetak dan LKS yang sudah dimiliki oleh siswa.
3. Kualitas pembelajaran cerpen yang dilakukan guru masih rendah. Cerpen yang
dibahas dalam kelas sangat terbatas, hanya cerpen yang terdapat dalam LKS
dan buku cetak saja. Guru menugasi siswa membaca cerpen secara bergantian,
setelah itu guru menanyakan isi cerpen, menanyakan keterkaitan cerpen
dengan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran seperti di atas kurang
efektif karena tidak semua siswa menguasai materi yang diajarkan, hanya
siswa yang pintar saja yang bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan
diskusi kelompok yang berlangsung tidak melibatkan aktivitas siswa secara
keseluruhan.
4. Prestasi belajar siswa belum optimal, masih terdapat beberapa orang siswa
yang belum menguasai unsur-unsur intrinsik cerpen. Penyusunan kegiatan
kelas yang melibatkan siswa berdiskusi, berdebat, mengungkapkan
konsep-konsep masih kurang optimal. Persiapan skenario pembelajaran dan metode
pembelajaran masih menggunakan metode diskusi kelompok yang biasa,
sehingga hanya siswa yang aktif saja yang dominan bertanya, berpendapat,
dan menjawab. Siswa yang kurang pandai hanya bermain-main bahkan,
mereka menggangu teman-temannya yang sedang melaksanakan kegiatan
diskusi kelas.
5. Sistem evaluasi pembelajaran cerpen yang dilakukan guru belum tepat. Guru
tidak membuat alat evaluasi yang memadai, soal-soal hanya diambil dari LKS
dan buku cetak yang sudah tersedia, padahal soal tersebut belum tentu mampu
menggali potensi yang ada pada siswa.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, identifikasi masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Perencanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen yang dibuat oleh guru belum
tepat.
2. Proses pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen yang digunakan oleh
3. Sistem evaluasi pembelajaran unsur intrinsik cerpen yang dilakukan oleh guru
belum tepat.
4. Prestasi belajar unsur intrinsik cerpen siswa masih rendah.
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut.
1. Perencanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan kooperatif tipe
STAD.
2. Pelaksanaan proses pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan
kooperatif tipe STAD.
3. Sistem evaluasi pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan kooperatif tipe
STAD.
4. Peningkatan prestasi belajar unsur intrinsik cerpen siswa dengan kooperatif
tipe STAD.
1.4 Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan
menggunakan kooperatif tipe STAD?
2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen
dengan menggunakan kooperatif tipe STAD?
3. Bagaimanakah sistem evaluasi pembelajaran unsur intrinsik siswa cerpen
4. Bagaimanakah peningkatan prestasi siswa dalam pembelajaran unsur intrinsik
cerpen dengan kooperatif tipe STAD?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mendeskripsikan:
1. Perencanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan
kooperatif tipe STAD.
2. Proses pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan
kooperatif tipe STAD.
3. Sistem evaluasi pembelajaran unsur intrinsik cerpen dengan kooperatif tipe
STAD.
4. Peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran unsur intrinsik cerpen
dengan kooperatif tipe STAD.
1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan ilmu
pengetahuan, khususnya teknologi pendidikan, dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang akan disajikan kepada peserta didik, terutama dalam pembelajaran cerpen,
1.6.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai berikut.
1. Masukan bagi siswa, agar memotivasi siswa dalam mencapai tujuan bersama
serta meningkatkan prestasi belajar sastra, khususnya tentang cerpen.
2. Sumbangan pemikiran bagi guru, agar selalu termotivasi untuk lebih kreatif
dan inovatif dalam mengembangkan proses pembelajaran sehingga ada
peningkatan prestasi belajar siswa.
3. Masukan bagi sekolah, dengan adanya peningkatan kualitas proses dan produk