• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

(Skripsi)

Oleh YENI YATI

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

Oleh Yeni Yati

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) Oleh

Yeni Yati

Salah satu alternatif model pembelajaran yang diharapkan efektif digunakan untuk mengatasi pembelajaran yang membosankan dan monoton yaitu penggunaan model pembelajaranCLIS.Model pembelajaranCLISadalah pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Karena di dalam pembelajaran meperhatikan pengetahuan awal dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber ajar siswa terdiri dari 5 tahap meliputi tahap orientasi, pemunculan

gagasan, penyususan gagasan ulang, penerapan gagasan, mengkaji ulang

perubahan gagasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar melelui model pembelajaran CLIS terhadap

penguasaan konsep fisika.

(4)

Data dianalisis dengan menggunakan SPSS 17.0, hasil analisis menunjukkan bahwa hasil uji normalitas data beristribusi normal. Selanjutnya dilakukan analisis data dengan melakukan uji linieritas dan diperoleh bahwa data mempunyai

hubungan yang linier. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi dengan penguasan konsep siswa yang ditunjukkan oleh nilai sig pada motivasi adalah sebesar 0,033. Artinya semakin tinggi motivasi maka semakin meningkat hasil belajar siswa. Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar terhadap

penguasaan konsep fisika siswa dengan penerapan model pembelajaranCLIS sebesar 13,5% pada pokok materi getaran gelombang siswa kelas di SMP

N 26, Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

(5)

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

Nama Mahasiswa : Yeni Yati Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022057 Program Studi : Pendidikan Fisika Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Nengah Maharta, M.Si. Dr. Undang Rosidin, M.Pd. NIP 19551213 198303 1 022 NIP 19600301 198503 1 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Nengah Maharta, M.Si. ...

Sekretaris : Dr. Undang Rosidin, M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Abdurrahman, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003

(7)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Yeni Yati

NPM : 0853022057

Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Desa Gunung Agung, Rt/Rw: 015/001

Kec. Terusan Nunyai, Kab. Lampung Tengah

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Yang Menyatakan,

Yeni Yati

(8)

Penulis dilahirkan di Bandar Agung, Lampung Tengah, pada tanggal 28 September 1988, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Thamrin dan Ibu Sakdiyah (Alm).

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1993 di Taman Kanak-kanak (TK) Nurul Huda Lampung tengah dan diselesaikan tahun 1994. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri 2 Bandar Agung, Terbanggi Besar Lampung Tengah hingga tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pedidikannya di SMP Negeri 6 Bandar Agung, Terbanggi Beasar Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2003. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Terusan Nunyai Lampung Tengah, diselesaikan pada tahun 2006. Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswi program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

(9)

llah tidak membebani seseorang

(Q.S. Al-Baqarah : 286)

Bukan waktu yang mengatur kita, tapi kita yang mengatur waktu. Jadi gunakanlah waktu

(10)

ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:

Papa dan Mama (Alm) tercinta , kasih sayang tanpa putus, mendidik, memotivasi, dan tak pernah lelah memperhatikan serta,

Senantiasa memberikan dorongan untuk keberhasilan penulis untuk dapat mewujudkan cita-citanya.

Kakak dan adikku tersayang Setiawan S.P. dan Reni Diyanti , yang selalu mendengarkan curhatan penulis ketika penulis mendapat kesulitan

dalam proses perkuliahan, memberi motivasi, menghibur, dan yang selalu memberikan semangat untuk

(11)

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Pengaruh Motivasi Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dengan Penerapan Model PembelajaranChildren Learning In Science (CLIS) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisik sekaligus Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si selaku Pembahas yang banyak memberikan kritik, dan masukan yang bersifat positif, serta dukungan yang diberikan. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan

(12)

Lampung atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

8. Ibu Budimah, S.Pd., selaku guru mitra dan murid-murid kelas

SMP Negeri 26 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

9. Teman seperjuanganku 8 Mandiri dan Reguler, serta Kakak tingkat dan adik tingkat Pendidikan Fisika atas bantuan dan kebersamaannya serta kekeluargaan yang kalian berikan.

10. Fokus Hadi Tri Yanto as My Love yang telah memberi semangat, perhatian, dan canda tawa.

11. Sahabat-sahabat ku tercinta: Resti Resti, Fitri, Idel, Fharia, Leni, Jean, Ike, Arief, Bang Madit, Ndabul Putu, Unun terimakasih atas persaudaraan dan kebersamaannya.

12. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis hanya dapat berdoa, mudah-mudahan segala kekikhlasan, amal, dan bantuan, mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi dunia pendidikan. Amin.

Bandar Lampung, 12 November 2012 Penulis

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Motivasi belajar adalah suatu dorongan baik dari dalam diri maupun dari luar diri untuk berusaha mendapatkan apa yang diinginkan sehingga suatu tujuan dapat tercapai sesuai keinginan. Tanpa adanya motivasi belajar baik dari diri sendiri, keluarga, lingkungan, dan sekolah maka tidak akan muncul semangat untuk mencapai suatu tujuan. Mata pelajaran fisika studi IPA di SMP masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dimengerti siswa, bahkan sebagian menganggapnya menakutkan. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran, guru lebih cenderung menggunakan model pembelajaran yang konvensional dan mengabaikan model pembelajaran lain yang lebih menarik dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan hasil observasi wawancara pada studi penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di SMP Negeri 26 Bandar Lampung, bahwa siswa kelas VIIIbmemperoleh nilai yang beragam pada mata pelajaran IPA. Selanjutnya dari hasil observasi dengan guru IPA mengenai penguasaan konsep dan hasil belajar siswa nilai rata-rata uji blok kelas VIIIBpada semester ganjil SMP Negeri 26 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012, siswa yang mendapat

e atas hanya 17 siswa atau 50% dari 34 siswa utuk kelas VIIIB,

(14)

belajar siswa belum mencapai target (KKM) di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.

Dari hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa penguasaan konsep dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika sangat rendah dikarenakan siswa kurang menyukai dan kurang tertarik pada mata pelajaran fisika, siswa merasa kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep fisika, soal-soal fisika sulit dikerjakan, dan soal-soal fisika menuntut mereka untuk berfikir. Penguasaan konsep yang diterima siswa dalam proses belajar mengajar juga ikut menentukan keberhasilan pembelajaran fisika. Jika siswa sudah

menguasai konsep suatu materi dengan baik, maka siswa akan membawa konsep tersebut kedalam bentuk persoalan yang lain dan berhubungan dengan konsep tersebut. Hal inilah yang menuntun kembali peranan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar siswa dapat menemukan dan menguasai konsep yang diajarkan.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka diperlukan suatu upaya untuk pengembangan pembelajaran dengan menerapkan suatu model

(15)

siswa pun akan semakin meningkat sehingga ketuntansan belajar yang diharapkan dapat tercapai.

Bertitik tolak dari masalah di atas maka telah dilaksanakan penelitian

eksperimen yang berjudul Pengaruh Motivasi terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa dengan Penerapan Model PembelajaranChildren Learning In Science (CLIS) di SMP N 26 Bandar Lampung pada tahun ajaran 2011-2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Adakah pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar terhadap penguasaan konsep fisika siswa dengan penerapan model pembelajaran CLIS?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar terhadap penguasaan konsep fisika siswa dengan penerapan model pembelajaranCLIS.

D. Manfaat Penelitian

(16)

1. Menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan penguasaan konsep. 2. Mengetahui peningkatan penguasaan konsep fisika siswa terhadap suatu

materi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaranCLIS.

3. Menjadi variasi belajar yang menarik bagi siswa serta dapat membantu siswa meningkatkan kemapuannya dalam memahami materi-materi fisika

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk lebih memahami gambaran penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan terhadap istilah-istilah agar dapat membatasi rumusan masalah yang akan diteliti dan penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian, yaitu:

1. Model CLIS adalah model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Langkah pembelajaran yang terdiri dari 5 tahap yaitu orientasi, pemunculan gagasan, penyusunan ulang gagasan, penerapan gagasan, dan pemantapan gagasan.

(17)

3. Motivasi belajar adalah suatu dorongan baik dari dalam diri maupun dari luar diri untuk berusaha mendapatkan apa yang diinginkan sehingga dapat tercapai suatu tujuan.

4. Populasi dan sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 26 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoretis

1. Model PembelajaranCLIS

Menurut Wijayanti (2010) memaparkanCLISmerupakan model pembelajaran yang mempunyai karakteristik yang dilandasi paradigma konstruktivisme dengan memperhatikan pengetahuan awal siswa. Pembelajaran berpusat pada siswa melalui aktivitashands on/ minds on. Model pembelajaranCLISmemiliki karakteristik:

(1) Dilandasi oleh pandangan konstruktivisme; (2) pembelajaran berpusat pada siswa; (3) melakukan aktivitashands-on/ mind-on;(4) menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.

Model PembelajaranCLISmemiliki lima tahapan, yaitu:

a) Orientasi. Guru memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang akan dipelajari berhubungan dengan kehidupan sehari-hari mereka.

b) Pemunculan gagasan. Guru memunculkan konsepsi awal siswa. c) Penyusunan gagasan ulang, dengan melalui langkah sebagai berikut:

1) Pengungkapan dan pertukaran gagasan

2) Siswa membentuk kelompok kecil, dan melakukan diskusi pengamatan dari tahap pemunculan gagasan.

(19)

4) Siswa mencari pengertian ilmiah yang sedang dipelajari. Siswa mencari beberapa perbedaan antara konsepsi awal mereka dengan konsepsi ilmiah.

5) Konstruksi gagasan baru dan evaluasi

Mengevaluasi gagasan yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari untuk mengkonstruksi gagasan baru.

d) Penerapan gagasan. Setiap kelompok diberi pengamatan dan percobaan baru yang lebih kompleks tetapi memiliki keterkaitan dengan konsep yang sedang dipelajari. Sehingga pengetahuan siswa menjadi bertambah dan berkembang.

e) Mengkaji ulang perubahan gagasan. Guru memperkuat konsep ilmiah yang diperoleh siswa.

CLISadalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam

kegiatan praktikum, ekperimen, menyajikan, menginterprestasi, memprediksi, dan menyimpulkan dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Karakteristik model pembelajaranCLISdalam penerapan di kelas menurut Posner dalam Wijayanti (2010: 28-29) antara lain:

(1) menyandarkan pada pemahaman makna; (2) pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa; (3) siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran; (4) pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/ masalah yang disimulasikan; (5) selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (6) cenderung mengintegrasikan beberapa bidang; (7) siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahanmasalah (melalui kerja kelompok); (8) perilaku dibangun atas kesadaran diri; (9) keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman; (10) hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.

(20)

Learning at school requires students to pay attention, to observe, to memorize, to understand, to set goals and to assume responsibility for their own learning. These cognitive activities are not possible without the active involvement and engagement of the learner. Teachers must help students to become active and goaloriented by building on their natural desire to explore, to understand new things and to master them.

Belajar di sekolah menuntut siswa untuk memperhatikan, mengamati, menghafal, memahami, menetapkan tujuan dan mempunyai tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Kegiatan-kegiatan kognitif tidak dapat terjadi tanpa keterlibatan pelajar secara aktif. Guru harus membantu siswa untuk menjadi aktif dan mencapai tujuan belajar dengan membangun keinginan mereka untuk mengeksplorasi, memahami hal-hal baru dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari pernyataan di atas menyatakan siswa akan semakin paham dengan konsep-konsep materi Fisika jika siswa dapat melihat dan mengamati langsung materi yang disampaikan, misalnya dengan metode demonstrasi atau praktikum.

Menurut Vosniadou (2001: New knowledge is

Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa pengetahuan yang baru dibangun atas dasar apa yang sudah dipahami dan diyakini. Dan menurut Vosniadou (2001: 14) People learn by employing effective and flexible strategies that help them to understand, reason, memorize and solve

Orang belajar dengan menggunakan strategi yang efektif dan fleksibel yang membantu mereka untuk memahami alasan, mengingat dan memecahkan masalah. Ilmu pengetahuan yang baru dapat dibangun atas landasan pemahaman yang baik dan keyakinan. Seseorang belajar

(21)

dapat membantu mereka untuk mamahami penyebab permasalahan yang terjadi, mengingat dan menyelesaikan masalah.

Menurut Margaret (2005: 8):

Children can be introduced gradually to basic scientific concepts that will provide a framework for understanding and connecting many scientific facts and observations

Anak-anak dapat diperkenalkan secara bertahap untuk konsep-konsep ilmiah dasar yang akan memberikan kerangka kerja untuk memahami dan

menghubungkan fakta-fakta ilmiah dan observasi.

Ilmu ada dimana-mana, menggunakannya sepanjang waktu, menakutkan, bisa mematikan, penemuan, eksplorasi, belajar lebih banyak, teori, hipotesis, menarik, menyenangkan, menguntungkan, cerdas.

Faktor terpenting dalam melaksanakan modelCLISadalah menciptakan situasi

belajar yang terbuka dan bebas pada siswa dalam mengemukakan ide/gagasan,

memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya secara bebas dengan teman

atau gurunya, pada akhir pertemuan guru meberi penguatan terhadap materi yng

dipelajari.Penggunaan media pembelajaran pada modelCLISdimaksudkan sebagai alat bantu ajar yang mendampingi guru agar siswa lebih mudah memahami sesuatu dari materi yang diajarkan. Metode yang cocok dengan model pembelajaranCLISadalah penemuan terbimbing, pada tahan

(22)

ditemukannya, karena belajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam KBM.

Keterkaitan antara model pembelajaranCLISdengan empat syarat

perubahan konseptual yang diusulkan Posner dalam Wijayanti (2010: 23) dapat diuraikan sebagai berikut:

(1) ketidakpuasan siswa pada konsep pengetahuan yang dimilikinya dapat terjadi pada tahap pembukaan (orientasi) untuk mempertentangkan situasi, sehingga timbul keingintahuan siswa untuk memahami dan menerapkan konsep; (2) pemahaman minimal akan berkembang pada tahap pembentukan gagasan atau ide, sehingga dua konsep yang saling bertentangan (berkonfrontasi) dapat diatasi dengan gagasan-gagasan dan temuan-temuan baru; (3) kemasukakalan akan berkembang pada tahap pembentukan gagasan atau ide, sehingga dua konsep yang saling

bertentangan (berkonfrontasi) dapat diatasidengan gagasan-gagasan dan temuan-temuan baru; (4) kebermaknaan akan dirasakan siswa ketika konsepsi atau gagasan baru tersebut dapat diterangkan pada situasi dan fenomena baru.

Jadi dalam model pembelajaranCLIS, empat syarat yang diusulkan Posner untuk membangkitkan pemahaman konseptual siswa dapat terjadi.

(23)

hasil mencermati buku teks. Di samping itu, siswa juga mengaplikasikan hasil rekontruksi gagasan dalam situasi baru.

2. Motivasi

Perilaku individu tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan dan faktor pendorong ini mungkin disadari oleh individu, tetapi mungkin juga tidak. Keinginan akan sesuatu, mendorong seseorang untuk berusaha mendapatkan apa yang diinginkannya. Sukmadinata (2007: 61) mengungkapkan:

Kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu disebut motivasi, yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan.

Rumusan lain tentang motivasi diberikan oleh Winardi (2002: 2):

Mengemukakan bahwa motivasi adalah kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi, untuk mencapai tujuan-tujuan

keorganisasian, yang didukung oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu.

Suatu aktivitas belajar sangat lekat dengan motivasi. Perubahan suatu motivasi akan merubah pula wujud, bentuk, dan hasil belajar. Ada tidaknya motivasi seorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar itu sendiri. Perubahan-perubahan yang dipelajari biasanya memberi hasil yang baik bilamana orang atau individu mempunyai motivasi untuk melakukannya, dan latihan kadang-kadang menghasilkan

(24)

suatu perubahan energi yang ada pada diri siswa, yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan belajar tercapai. Hal ini diungkapkan oleh Sardiman (2009: 75), yaitu:

Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Menjadi jelaslah bahwa salah satu masalah yang dihadapi guru untuk menyelenggarakan pengajaran adalah memotivasi atau menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik secara efektif. Keberhasilan suatu pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya penyediaan motivasi atau dorongan. Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi, hasil belajar akan optimal jika ada motivasi dari diri siswa. Siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh hasil yang maksimal. Memberikan motivasi pada seorang siswa, berarti

menggerakan siswa untuk melakukan sesuatu. Siswa akan akan dapat

(25)

Motivasi erat kaitannya dengan suatu tujuan. Munculnya motivasi

mempengaruhi adanya kegiatan untuk pencapaian suatu tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman (2009: 85), yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut S.Sagala (2007: 110) motivasi dikembangkan berdasarkan tiga kerangka teoritik utama, yaitu:

1) Behaviorism, percaya bahwa motivasi berasal dari situasi, kondisi dan objek yang menyenangkan, jika hal ini memberikan kepuasan yang berkelanjutan(reinforcement contingncies)maka akan menimbulkan tingkah laku yang siap untuk melaksanakan sesuatu. 2) Cognitif,percaya bahwa yang mempengaruhi perilaku individu

adalah proses pemikiran, karena itu akan memfokuskan bagaimana individu memproses informasi dan memberikannya penafsiran untuk situasi khusus.

3) Humanist,percaya bahwa orang bertindak dalam suatu lingkungan dan membuat pilihan mengenai apa yang dikerjakannya.

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.

(26)

kebutuhan hidupnya. Hal ini sesuai dengan teori kebutuhan yang beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada halikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis.

Motivasi dapat tumbuh di dalam diri siswa disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri (intrinsik) dan faktor yang muncul dari luar diri siswa (ekstrinsik). Motivasi belajar seseorang dapat dibangkitkan dengan mengusahakan agar siswa atau mahasiswa memiliki motif intrinsik dan motif ekstrinsik dalam belajar. Contoh dari faktor intrinsik adalah pemahaman manfaat, minat, bakat, dan pemikiran tentang masa depan. Sedangkan contoh dari faktor ekstrinsik yang dapat menimbulkan motivasi adalah keinginan untuk mendapat nilai yang baik, menjadi juara, lulus ujian, keinginan untuk menang dalam persaingan, keinginan untuk dikagumi, dan lain-lain. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang kan dikerjakan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

3. Penguasaan Konsep

(27)

Konsep merupakan prinsip dasar yang sangat penting dalam proses belajar. Untuk menyelesaikan masalah, seorang siswa harus mengikuti aturan yang relevan. Aturan ini harus sesuai dengan konsep dasar yang diperolehnya. Sehingga dapat dikatakan konsep belajar adalah belajar mengenal dan membedakan sifat-sifat dari objek kemudian membuat pengelompokan terhadap objek tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nasution dalam Yulati (2006: 7) yang menyatakan bahwa bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep.

Menurut Sagala dalam Agustina (2006: 11) definisi konsep adalah:

Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atas kelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk

pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkannya

Pengertian konsep juga dijelaskan oleh Rosser dalam Sagala (2011: 73). Mereka mengungkapkan definisi konsep sebagai berikut:

1) Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama.

2) Konsep adalah abstraksi berdasarkan pengalaman karena dua orang tidak mungkin mempunyai pengalaman yang sama.

Berdasarkan pendapat Rosser konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut yang sama dan berdasarkan pengalaman. Flavell dalam Sagala (2011: 72-73) menyarankan bahwa pemahaman

(28)

2) Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu.

3) Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konsep-konsep itu terdapat konsep-konsep yang lain.

4) Keinklusifan, yaitu ditunjukkan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep itu.

5) Ketepatan, yaitu konsep yang menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh atau bukan contoh suatu konsep.

6) Generalisasi atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan konsep-konspe dapat berbedadalam posisi superordinat dansubordinat. 7) Kekuatan, yaitu ketuntasan suatu konsep oleh sejauh mana orang

setuju bahwa konsep itu penting.

Berdasarkan peryataan di atas maka disimpulkan bahwa dengan menguasai konsep-konsep akan memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan baru tidak terbatas. Pendapat lain menyatakan bahwa konsep merupakan

definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan

Menurut Nurhadi dalam Yuliati (2006: 9) menyatakan:

Yang termasuk kategori kemampuan kognitif yaitu kemampuan untuk mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Dan kemampuan tersebut bersifat hierarkis artinya kemampuan pertama harus kita kuasai terlebih dahulu sebelum kemampuan kedua. Kemampuan yang kedua harus dikuasai terlebih dahulu sebelum menguasai kemampuan yang ketiga.

(29)

(Arikunto, 2008: 115).

Konsep merupakan prinsip dasar yang sangat penting dalam proses belajar. Untuk menyelesaikan masalah, seorang siswa harus mengikuti aturan yang relevan. Aturan ini harus sesuai dengan konsep dasar yang diperolehnya. Sehingga dapat dikatakan konsep belajar adalah belajar mengenal dan membedakan sifat-sifat dari objek kemudian membuat pengelompokan terhadap objek tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang

sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar 22). Selain belajar mengenal dan membedakan seperti yang telah dituliskan Marlangen, belajar konsep juga lebih

menekankan pada pemahaman fakta-fakta dan prinsip-prinsip suatu pelajaran.

Hal ini sesuai dengan pendapat Fathurrohman (2009: 6) yang menyatakan bahwa:

belajar konsep lebih menekankan hasil belajar berupa pemahaman faktual dan prinsipal terhadap bahan atau isi pelajaran yang bersifat kognitif.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, maka yang dimaksud

penguasaan konsep adalah pengetahuan mengenai hasil pemikiran manusia yang diperoleh melalui fakta-fakta dan peristiwa yang dinyatakan dalam definisi, teori-teori dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

(30)

fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto dalam Dewi, 2001: 20).

Penguasaan konsep pelajaran oleh siswa dapat diukur denga mengadakan evaluasi. Menurut Thoha dalam Dewi (2011: 21):

Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes.

Menurut Arikunto dalam Dewi (2011: 21):

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

(31)

dapat diwujudkan dalam bentuk rumus-rumus untuk memecahkan masalah, grafik, bagan, poster, tabel, dan bentuk hubungan lainnya.

Sedangkan menurut Djamarah (2010: 105-106) yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai

berikut:

1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. 2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional

khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur

keberhasilan adalah daya serap. Penguasaan konsep merupakan bagian dari hasil dalam komponen pembelajaran. Konsep, prinsip, dan struktur

pengetahuan serta pemecahan masalah merupakan hasil belajar yang penting pada ranah kognitif. Dengan demikian, penguasaan konsep merupakan bagian dari hasil belajar pada ranah kognitif. Keberhasilan belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan dan kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Penguasaan konsep diperoleh dari proses belajar, sedangkan belajar merupakan proses kognitif yang melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan yaitu:

a. Memperoleh informasi yang baru b. Tranformasi informasi

c. Menguji relevansi ketapan pengetahuan

(32)

dikatakan menguasai konsep apabila orang tersebut mengerti benar konsep yang dipelajarinya sehingga mampu menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi tidak

mengubah makna yang ada didalamnya.

Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postest atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru

mengadakan tes awal atau pretest. Kegunaan tes ini adalah terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

Menurut Rustaman dalam Dirgantara (2009) menyatakan bahwa untuk sekolah dasar dan sekolah menengah penguasaan konsep lebih ditekankan pada jenjang kognitif tiga yang pertama berdasarkan pada ranah kognitif revisi taksonomi Bloom, yaitu pengetahuan atau ingatan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan konsep (C3).

Melalui hasil tes tersebut maka dapat diketahui sejauh mana tingkat penguasaan konsep siswa. Tingkat penguasaan konsep oleh siswa dapat diketahui malalui pedoman penilaian. Bila n

(33)

Taraf penguasaan konsep siswa dapat diketahui kriterianya dengan

menggunakan kriteria taraf penguasaan konsep dari Arikunto yang dikutip dalam Rumiyanti (2010: 22) dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kriteria taraf penguasaan konsep

Taraf nilai rata-rata Kualifikasi nilai

66 Baik

56-65 Cukup Baik

Kurang Baik

Santyasa dalam Kurniahadi (2010: 9) menyatakan tentang perubahan konseptual:

Pembelajaran perubahan konseptual yang mendasarkan diri pada paham konstruktivisme, sesungguhnya adalah pembelajaran yang berbasis keterampilan berpikir. Pembelajaran perubahan konseptual memfasilitasi siswa untuk berpartisipasi aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam proses tersebut, siswa menguji dan mereviu ide-idenya berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimiliki, menerapkannya dalam situasi yang baru, dan mengintegrasikan pengetahuan tersebut ke struktur kognitif yang dimiliki.

(34)

Teori perubahan konseptual berdasarkan pandangan konstruktivistik melalui dua fase yaitu asimilasi dan akomodasi. Menurut Posner dalam Mukti (2011):

Asimilasi yang merupakan fase pertama terjadi apabila individu

menggunakan konsep yang ada untuk menghubungkan dengan fenomena baru sedangkan fase kedua yaitu akomodasi terjadi apabila individu tidak mampu menghubungkan konsep-konsep yang ada dengan fenomena atau pengalaman baru sehingga individu harus mengatur kembali konsep intinya. Dalam pengaturan kembali konsep, tidak semua konsep diganti. Individu akan menyimpan konsep-konsep yang ada dan beberapa dari konsep tersebut akan berfungsi untuk memberikan petunjuk proses perubahan konseptual Posner dalam Mukti (2011).

Piaget dalam faqih (2011) mengemukakan:

Proses konstruktivisme dikenal dengan teori kognitif yaitu:

1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.

2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci. 3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep

awal sudah tidak cocok lagi.

4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

(35)

secaca kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan

menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang.

Perubahan konseptual dapat diimplementasikan dalam wujud teks perubahan konseptual. Dari segi isi, teks diorientasikan sebagai media yang mudah dipahami, penyedia informasi baru yang bermanfaat dan berkaitan dengan dunia nyata, penyedia penjelasan-penjelasan yang dapat membantu siswa memecahkan masalah belajar, penyedia informasi yang bermanfaat untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan di dunia nyata. Orientasi strategi sajian teks adalah pada: (1) masalah-masalah yang dapat

membangkitkan struktur kognitif yang telah ada di kepala siswa, (2) alternatif miskonsepsi-miskonsepsi yang berkaitan dengan masalah tersebut, (3)

(36)

B. Kerangka Pemikiran

Penggunaan ModelCLISmerupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil

pengamatan atau percobaan. Langkah pembelajarannya terdiri dari 5 tahap yaitu orientasi, pemunculan gagasan, penyusunan ulang gagasan, penerapan gagasan, dan pemantapan gagasan.

Tingkat pemahaman konsep seseorang sangat tergantung dari bagaimana ia mulai menanamkan suatu konsep dalam pikirannya, sebab konsep merupakan buah pemikiran. Siswa dapat membangun sendiri konsep dari mengolah informasi yang mereka peroleh. Dengan membangun konsep maka ia telah memiliki tingkat pemahaman yang baik sehingga dia mampu menguasai konsep dengan baik pula. Sikap yang akan terbentuk pada saat siswa melakukan kegiatan menyelesaikan masalah adalah sikap ingin tau menanamkan suatu konsep yang baik karena dalam melaksanakan kegiatannya siswa berperan aktif dalam pembelajaran tersebut.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa melalaui penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaranCLIS (X), sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah penguasaan konsep (Y) fisika siswa. Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh

motivasi belajar dalam penerapan model pembelajaranCLISterhadap

(37)

angket sebelum diterapkan model pembelajaranCLIS. Setelah itu

diterapkannya model pembelajaranCLISdengan tahap orientasi, pemunculan gagasan, penyususunan gagasan ulang, penerapan dan mengkaji ulang

perubahan. Sehingga dapat diadakannya post test sebagai uji akhir untuk mengetahui penguasaan konsep fisika siswa setelah dilakukannya penerapan model pembelajaranCLIS. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dapat dijelaskan hubungan antar variabel pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Paradigma Pemikiran Keterangan :

X : Motivasi belajar

Y : Penguasaan konsep fisika siswa

M : Variabel moderator model pembelajaranCLIS

r : Pengaruh motivasi belajar terhadap penguasaan konsep fisika siswa

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis

a. Anggapan Dasar

Anggapan dasar didalam penelitian ini adalah:

Seluruh siswa pada setiap kelompok percontohan mendapat materi pelajaran (pengalaman belajar) yang sama dan kemampuan penguasaan konsep fisika siswa pada mata pelajaran fisika berbeda-beda.

b. Hipotesis

Y

X r

(38)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 di SMP Negeri 26 Bandar Lampung dengan materi Getaran dan Gelombang.

B. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP N 26 Bandar Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari tujuh kelas, yaitu kelas VIIIAsampai kelas VIIIGyang berjumlah 132 siswa.

C. Sampel Penelitian

(40)

dari 7 kelas, maka diambil satu kelas saja sebagai sampel penelitian ini, yaitu siswa kelas VIIIBsebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 34 orang.

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi belajar (X), sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep (Y), dan variabel moderatornya adalah model pembelajaranCLIS(Z).

E. Metode dan Desain Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode ekperimen semu (quasi ekperimen). Metode ini digunakan karena penelitian bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap penguasaan konsep dan

penguasaan konsep fisika siswa melalui penerapan model pembelajaranCLIS. Berdasakan tujuan yang dicapai, maka metode ini digunakan tanpa

menggunakan kelas kontrol atau kelas pembanding. Hal ini karena setiap siswa atau kelas mempunyai karakteristik yang berbeda-bedadalam tingkat pemahamannya, sehingga kelas ekperimen tidak dapat dibandingkan dengan kelas kontrol. Meskipun perlakuan yang diberikan sama, tingkat pemahaman yang dicapai oleh siswa akan beragam di setiap kelasnya.

(41)

adalah pemberian soal dengan indikator pemahaman konsep. Penelitian ini adalah studi eksperimen dengan menggunakan sebuah kelas yang menjadi populasi sekaligus sampel dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran pada siswa kelas VIIIb.Penelitian ini memiliki variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Motivasi sebagai variabel bebas, penguasaan konsep fisika siswa sebagai variabel terikat dan variabel moderatornya model pembelajaranCLIS. Secara prosedur rancangan desain penelitian pola seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1 .

Gambar 3.1 Desainone-shot case study

Keterangan:

X = motivasi belajar dengan penerapan model pembelajaranCLIS O = Posttest pemahaman konsep fisika siswa

(Sugiyono, 2010: 110)

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap akhir. Ketiga tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Melakukan studi pendahuluan melalui telaah pustaka dan studi lapangan.

(42)

b. Menyiapakan silabus, menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang mengacu pada teori-teori model pembelajaranCLIS, alat peraga, dan media pembelajaran. Selanjutnya model yang telah disusun kemudian didiskusikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran fisika.

Penyusunan model pembelajaran dengan melibatkan guru dan dosen bertujuan untuk mendapatkan masukan sehingga didapat model pembelajaran yang dapat diimplementasikan dengan baik sesuai kondisi sekolah dan kondisi siswa.

c. Membuat instrumen penelitian. d. Melakukan uji coba intrument tes.

e. Mengolah data hasil uji coba dan menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian diawali dengan:

a. Memberikan pengenalan materi awal, agar dapat membantu siswa dalam memberi wawasan dalam materi yang akan disampaikan. b. Memberikan angket motivasi untuk mengetahui motivasi siswa

terhadap pembelajaran fisika.

c. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran denganCLISdisertai adanya observer selama pembelajaran.

d. Memberikan postest untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaranCLIS.

(43)

kelas. Observer dalam penelitian ini terdiri dari mahasiswa dan guru bidang studi yang mengamati penguasaan konsep dan aktivitas siswa. Hasil pelaksanaan model tersebut kemudian dibahas bersama untuk dijadikan bahan perbaikan bagi pembelajaran II, sehingga model yang akan diterapkan pada pembelajaran selanjutnya diharapkan dapat lebih baik.

f. Mengolah data hasilangket motivasidan uji akhir (posttest). 3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Memberikan kesimpulan berdasarkan pengusan konsep dan penguasaan konsep pada pengolahan data.

b. Saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang memadai.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengamati kemampuan pengusaan konsep dan penguasaan konsep siswa menggunakan instrument berbentuk:

1. Motivasi belajar menggunakan intrumen angket berbentuk pilihan jamak. 2. Penguasaan konsep menggunakan instrumen berbentuk esay. Tes ini

digunakan pada saatposttestdengan 10 soal essay dan setiap nomor memiliki skor 20. Dengan tes bentuk ini maka akan menuntut kemampuan siswa untuk memahami, menguasai, menerapkan serta menganalisis, cocok untuk menguji penguasaan konsep siswa.

(44)

dalam penguasaan konsep baik, penguasaan konsep cukup baik dan penguasaan konsep kurang baik. Hal ini berdasarkan kriteria penguasaan konsep berdasarkan Arikunto dalam Rumiayati (2010: 22) bahwa jika skor nilai yang dicapai siswa lebih dari sama dengan 66 maka penguasaan konsep siswa baik, jika skor nilai yang dicapai siswa antara 56 sampai 65 maka penguasaan konsep fisika siswa cukup baik dan jika nilai skor yang dicapai siswa kurang dari sama dengan 55 maka penguasaan konsep siswa kurang baik

H. Analisis Instrumen

Analisis intrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui kelayakan

perangkat tes penguasaan konsep. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji validitas, dan uji reliabilitas intrumen.

1. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

(45)

(Arikunto, 2008 : 72) Keterangan:

: koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variavel yang di

korelasikan.

N : jumlah siswa uji coba (testee) X : skor tiap item

Y : Skor total tiap butir soal

[image:45.595.166.475.442.577.2]

Untuk mengintreprestasikan nilai koefesien korelasir product moment dapat dilihat pad Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Interpretasi validitas

Koefisien Korelasi Kriteria validitas

0,80 < 1.00 Sangat tinggi

0,60 < Tinggi

0,40 < Cukup

0,20 < Rendah

0,00 < Sangat rendah

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3, maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen

(46)

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika r = 0,3.

(Masrun dalam Sugiyono, 2010 : 188).

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bilacorrelated item total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakanconstruckyang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumusalpha, yaitu:

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

i2= jumlah varians skor tiap-tiap item t2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

(47)

menggunakan SPSS 17.0 dengan metode yang diukur berdasarkan skala 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1)

reliabel.

2) s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel. 3)

reliabel. 4)

5)

reliabel.

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal.

I. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

(48)

sekunder berupa hasil uji blok berupa penguasaan konsep yang diperoleh dari nilai siswa.

2. Sumber Data

Data dalam penelitian ini data primer. Data mengenai penguasaan konsep IPA diperoleh dari hasil angket motivasi belajar dan post-test yang berupa hasil tes kemampuan akhir siswa yang berbentuk soal esay sebagai soal-soal penguasaan konsep.

J. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Nontes

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan angket yang diberikan langsung kepada siswa yang terdiri dari 18 soal.

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Angket digunakan bila responden jumlahnya besar dapat membaca dengan baik, dan dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia. Agar angket yang digunakan lebih komunikatif, maka digunakan skala Likert bentuk pilihan jamak dengan lima pilihan jawaban.

(49)

Tes diberikan kepada siswa dalam bentuk tes kemampuan siswa untuk mendapatkan data kognitif tentang penguasaan konsep fisika siswa dari kelompok yang diberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaranCLIS. Tes kemampuan siswa yang diberikan berupa tes subjektif (uraian) berjumlah 10 soal, dan setiap nomor memiliki skor 20. Dengan tes bentuk uraian ini maka akan menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterprestasikan, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki, sehingga sangat cocok untuk menguji penguasaan konsep fisika siswa.

Setelah mengikuti tes penguasaan konsep, siswa akan meperoleh suatu skor yang besarnya ditentukan dari banyaknya soal yang dapat dijawab dengan benar. Untuk mempermudah dalam pengolahan data skor yang diperoleh dibuat dalam bentuk nilai dengan rumus:

% 100

% x

maksimum Skor

siswa setiap skor Jumlah Konsep

Penguasaan

Nilai rata-rata penguasaan konsep=

Skor maksimum yang diperoleh = 100

Untuk mengetahui tingkat ketercapaian penguasaan konsep siswa dapat dijabarkan dalam tingkatan penguasaan konsep baik sekali, penguasaan konsep baik, penguasaan konsep cukup, penguasaan konsep kurang dan penguasaan konsep gagal.

(50)
[image:50.595.149.507.335.440.2]

nilai yang dicapai antara 80 sampai dengan 100 tergolong penguasaan konsep yang baik sekali, jika nilai yang dicapai antara 66 sampai dengan 79 maka penguasaan konsep siswa baik, jika nilai yang dicapai oleh siswa antara 56 sampai dengan 65 maka penguasaan konsep siswa cukup, dan jika nilai yang diperoleh siswa antara 46 sampai dengan 55 maka penguasaan konsep siswa kurang, serta jika nilai yang diperoleh siswa antara 30 sampai dengan 39 maka penguasaan konsep siswa gagal, dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Contoh data penguasaan konsep siswa

No Nama Siswa No soal dan skor Skor % PK Kategori

1 2 ...

1. 2. ...

Jumlah Skor Skor Maksimum % Skor PK

K. Teknik Analisis Data dan Hipotesis

Data yang diperoleh adalah data yang berbentuk skala interval. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perhitungan data stastistik. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah data untk setiap

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap datapretestdan dataposttest

(51)

dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program komputer yaitu SPSS 17.0 dengan metodekolmogorov smirnov yang berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikasi.

Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

H0 : data terdistribusi secara normal H1 : data tidak terdistribusi secara normal Pedoman pengambilan keputusan:

a. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

b. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

2. Uji Linieritas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS17.0 dengan metodeTest for Linearitypada taraf signifikan 0, 05.

Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear, bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0, 05 (Priyatno, 2010: 73).

(52)

Jika data berdistibusi normal, maka untuk menguji hipotesis dapat digunakan ujiKorelasi Product-Moment,dengan menggunakan persamaan berikut ini.

(Sugiyono, 2009: 255)

Ketentuannya bila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima, dan

ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh> rt)

maka diterima (Sugiyono, 2009: 261).

Pada penelitian ini, untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Korelasi Bivariatejika data berdistribusi normal. Namun jika tidak berdistribusi normal, dapat menggunakanKorelasi Rho Spearman.

[image:52.595.157.503.589.666.2]

Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 0,199 0,20 0,399 0,40 0,599 0,60 0,799 0,80 1,000

Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

(53)

Melalui analisis korelasi kita dapat mengetahui koefisien determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan, untuk melihat pengaruh dalam bentuk persentase.

4. Uji Analisis Regresi Linier Sederhana

Untuk mengetahui efesiensi perhitungan analisis data Uji Regresi Linear Sederhana digunakan Aplikasi Program SPSS 16,0For Windows. Kriteria uji yang digunakan adalah jika nilai probabilitas F < taraf

signifikan sebesar 0,05 (Sig.< ) maka tolak H0, jika nilai probabilitas

F > taraf signifikan sebesar 0,05 (Sig.> ) maka terima H0.

Selanjutnya dengan adanya pertimbangan efesien perhitungan analisis data uji analisis regresi linear sederhana digunakan aplikasi program SPSS 16,0.

Persamaan yang harus diselesaikandalam regresi linier sederhana, yaitu: Y = a + bX

Keterangan :

Y: Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan a: Harga bila = 0 (harga konstnta)

b: Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

(54)

Y: Variabel terikat (data pengamatan)

Yang dicari terlebih dahulu dalam regresi sederhana yaitu dengan mencari nilaiamenggunakan rumus berikut :

Setelah menghitung nilaia, berikutnya yang dihitung nilaibdengan rumus berikut:

Keterangan :

a: Harga Y bila X= 0 (harga konstnta)

b: Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X: Variabel bebas (data pengamatan) Y: Variabel terikat (data pengamatan) n: banyaknya pasangan data

Setelah menghitung nilai a dan b, maka persamaan regresi linier sederhana (nilaiY) dapat dihitung dengan rumus berikut:

(55)

Usman dan Akbar (2009)

5. Uji Hipotesis

Hipotesis

Jika nilai sig > (0,05) maka terima H0 Jika nilai sig < (0,05) maka tolak H0

Ho : Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar terhadap penguasaan konsep fisika siswa dengan penerapan model pembelajaranCLIS.

(56)

Gambar Halaman

(57)

xii

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kera ngka Teoretis 1. Mode l Pembelajaran CLIS ... 6

2. Moti vasi ... 11

3. Pengus aan Konsep... 15

B. Kerangka Pemikiran ... 24

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 26

(58)

xiii

asi Penelitian ... 27

C. Samp

el Penelitian ... 27

D. Varia

bel Penelitian ... 28

E. Meto

de dan Desain Penelitian ... ... 28

F. Prose

dur Penelitian ... 29

G. Instru

men Penelitian... 31 H. Analisis Instrumen

1. Uji

Validitas... 32

2. Uji

Reliabilitas ... 34

I. Jenis

dan Sumber Data

1. Jenis

Data... 36

2. Sumb

er Data... 36

J. Tekni

k Pengumpulan Data

1. Tekni

k Nontes... 36

2. Tekni

k Tes ... 37

K. Tekni

k Analisis Data

1. Uji

Normalitas ... 39

2. Uji

Linieritas ... 39

3. Uji

(59)

xiv

Analisis Regresi Linier Sederhana ... 41

5. Uji

Hipotesis ... 43

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian

1. Taha

p Pelaksanaan Ekpsperimen ... 44

2. Hasil

Pengumpulan Data... 45

a. Data

Hasil Motivasi Belajar ... 46

b. Data

Hasil Penguasaan Konsep ... 47

3. Hasil

Analisis Instrumen... 47 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Angket Motivasi belajar Siswa

a. Uji Validitas Soal ... 48 b. Uji Reliabilitas Soal ... 48 2. Soal Penguasaan Konsep

a. Uji Validasi Soal ... 49 b. Uji Reliabilitas Soal ... 49 3.2 Hasil Teknik Analisis Data Dan Hipotesis

a. Hasil

Uji Normalitas ... 50

b. Hasil

Uji Linieritas ... 51

c. Hasil

Korelasi... 52

d. Hasil

Uji Regresi Linier Sederhaha... 52

e. Hsil

(60)

xv

Model PembelajaranCLIS... 55

2. Pengaruh Motifasi Belajar terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa dengan Penerapan Model PembelajaranCLIS... 58

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Diagram Alur Kerangka Pemikiran ... 69

2. Pemetaan Standar Kompetensi... 70

3. Angket Motivasi Siswa ... 74

4. Kisi-kisi Motivasi dan Pengelolaan Data... 76

5. Kisi-kisi Penguasaan Konsep... 77

6. Soal Test Akhir Penguasaan Konsep ... 84

7. Jawaban Soal Test Akhir Penguasaan Konsep ... 86

8. Pedoman Penilaian Penguasaan Konsep... 88

9. Lembar Kerja Kelompok Getaran... 89

10. Jawaban Lembar Kerja Kelompok Getaran ... 99

11. Lembar Kerja Kelompok Gelombang... 107

12. Jawaban Lembar Kerja Kelompok Gelombang ... 115

13. Analisis Motivasi Belajar Siswa ... 122

14. Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 124

15. Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar ... 128

16. Analisis Nilai Penguasaan Konsep Siswa ... 129

17. Hasil Uji Validitas Penguasaan Konsep ... 131

18. Hasil Uji Reliabilitas Penguasaan Konsep... 133

19. Hasil Uji Normalitas ... 134

20. Hasil Uji Linieritas dan Korelasi ... 135

21. Hasil Uji Regresi... 136

22. Surat Ijin Penelitian Pendahuluan ... 137

23. Surat Izin Penelituan ... 138

(61)

xvi

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Emi. 2006. Peningkatan Aktivitas, Minat, dan Penguasan Konsep Siswa Materi Pokok Usaha dan Energi Menggunakan Metode Analogi dan Demonstrasi dalam Pembelajaran Konstruktivisme.Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 2010.Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. . 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Dewi, Eka Puspita. 2011. Pengaruh Keterampilan Proses Sains Terhadap Berpikir Ilmiah, dan Penguasaan Konsep Belajar Fisika Siswa Melalui

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.Skripsi..Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Dirgantara, Yudi. 2009. Model Pembelajaran Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs pada Pokok Bahasan Kalor.(Skripsi)diakses 11 November 2011 dari http://ydgfis.blogspot.com/

Djamarah Bahri, Syaiful. 2010.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Fathurrohman, Pupuh. 2009.Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman

Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama. Faqih, Ahmad. Mengenal Teori Konstruktivisme. (Artikel)diakses pada 10 Mei

2012 dari http://www.repository.upi.edu/operator/upload/s_mat_060824 _chapter2.pdf.

Hamalik, Oemar. 2007.Kurikulum dan Pengajaran.Jakarta: Bumi Aksara. Kurniahadi, Kusdian. 2010. Pengaruh Metode Perubahan Konseptual (Conceptual

Change Methods) dalam Setting Model 5E Terhadap Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab Undiksha Singaraja. (Skripsi) diakses pada 10 Mei 2012 dari http://www.slideshare.net/koess/model-5-e

(63)

Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep Pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Meltzer, G. 2002.Based for Statistic.Jakarta: Pelita harapan.

Mukti, Agus. 2012. Pengertian Dan Karakteristik Konsep Sains.(Blog)di akses 10 Mei 2012 dari

http://blog.uinmalang.ac.id/http://blog.uin-malang.ac.id/pgmi/2011/10/12/karakteristik-sains/ pgmi/2011/10/12/ karakteristik-sains/

Priyatno, Duwi. 2010.Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Jakarta: Media Kom

Siswa Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Pada Siswa Kelas XI IPA Skripsi.Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sagala, Saputra. 2007.Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar Siswa.Jakarta: Bumi Aksara.

Sagala, Syaiful. 2011.Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata. 2007.Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010.Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sardiman, A.M. 2009Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2002.Statistik Dasar. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2009.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

_______ . 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhadi. 2008.Angket Motivasi Terhadap Pelajaran. Diakses pada tanggal 15 Mei 2011 dari http://suhadinet.files.wordpress.com

Syamsudin, Abin. 2008.Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(64)

Penerapan Model PembelajaranChildren Learning in Science (clis)Menggunakan Media Pembelajaran untuk Meningkatkan

Skripsi) diakses pada 17 Maret 2011 dari http://cs.upi.edu/v2/ uploads/paper_skripsi_dik/ penerapan% 20model%20pembelajaran%20children%20learning%20in%20science%. pdf.

Winardi, Ahmad. 2002.Mengukur motivasi belajar dan minat belajar siswa. Bandung: Alfabeta

Children Learning In Science (CLIS)Terhadap Peningkatan P

(Skripsi).Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Vosniadou, Stella. 2001.How Children Learn.Chicago. SADAG dikutip dari http : // www. ibe. unesco. org/ publications/ Educational Practices SeriesPdf/ prac07e.pdf

ar Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Materi

(65)

Tabel Halaman

2.1 Kriteria taraf penguasaan konsep ... 21

3.1 Interpretasi validitas ... 33

3.2 Contoh data penguasaan konsep siswa ... 38

3.3 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi ... 41

4.1 Data motivasi belajar... 46

4.2 Klasifikasi Penguasaan Konsep Siswa dalam PembelajaranCLIS... 47

4.3 Hasil uji validitas lembar tes penguasaan konsep ... 49

4.4 Hasil Uji Reliabilitas Soal Penguasaan Konsep... 50

4.5 Hasil Uji NormalitasKolmogrov-Smirnov... 51

4.6 Hasil Uji Linieritas... 51

4.7 Hasil Uji Korelasi... 52

Gambar

Tabel 3.1 Interpretasi validitas
Tabel 3.2 Contoh data penguasaan konsep siswa
Tabel 3.3 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi

Referensi

Dokumen terkait

7 It is that promise that that has always set this country apart – that through hard work and sacrifice, each of us can pursue our individual dreams but still come together as

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah hubungan hukum para pihak yang timbul di dalam pelaksanaan perjanjian pengadaan barang dan jasa antara Dinas

PERTAMA: Para penelima Hibah Program Pengabdian kepada Masyarakat dari Dana Mandiri ITB (kategori Program Top Down) Tahun 2010 dan mengangkat nama-nama

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa hubungan hukum diantara para pihak merupakan hubungan hukum administrasi negara atau tata usaha negara, yaitu hubungan

Sedangkan komunikasi efektif orang tua-anak merupakan suatu proses pemindahan informasi, ide, pengertian atau pemahaman dari orang tua kepada anak ataupun dari anak kepada orang

studies in the field of reading using interactive read aloud technique to search or. uncover other advantages and disadvantages of the

Sedangkan skala kecemasan disusun berdasarkan gejala-gejala kecemasan dari Conley (2004), Ibrahim (2002), Hurlock dan Darajat (dalam Hasibuan &amp; Simatupang, 1999) yaitu berupa

Dari data perhitungan Fuzzy -mamdani persedian beras untuk bulan januari diperoleh 18.485, 567 ton, sedangkan data menurut Perum BULOG Divisi Regiona Sumatera Utara pada bulan