• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perekonomian Kota Depok Periode 2003-2007 (Analisis Shift Share dan LQ)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perekonomian Kota Depok Periode 2003-2007 (Analisis Shift Share dan LQ)"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEREKONOMIAN KOTA DEPOK

PERIODE 2003-2007

(ANALISIS

SHIFT SHARE

DAN LQ)

OLEH

RININTA PUTRI PURWANTINA H14053762

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

RININTA PUTRI PURWANTINA, Analisis Perekonomian Kota Depok Periode 2003-2007 (Analisis Shift Share dan LQ) (dibimbing oleh MUHAMMAD FINDI ALEXANDI).

Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dengan tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah dapat dilihat dengan mengukur tingkat perubahan sektor-sektor ekonomi wilayah tersebut melalui Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) masing-masing wilayah. Perkembangan pembangunan perekonomian daerah tergantung dari kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki masing-masing daerah. Pembangunan daerah lebih memprioritaskan kepada pembangunan dan penguatan sektor-sektor di bidang ekonomi dengan mengembangkan, meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya yang ada secara optimal dengan tetap memerhatikan kesinergisan pembangunan antar sektor-sektor perekonomian.

Kota Depok sebagai salah satu kota satelit atau daerah penyangga Kota DKI Jakarta yang memiliki lokasi strategis, berada diantara dua kota besar yaitu Kota DKI Jakarta dan Kabupaten Bogor. Hal ini memberikan dampak positif terhadap perekonomian Kota Depok, terutama tercermin dari semakin maraknya perkembangan dan pembangunan infrastruktur serta fasilitas-fasilitas jasa sesuai dengan fungsi Kota Depok yang dikembangkan sebagai pusat pemukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa. Adanya optimisme pemerintah daerah Kota Depok terhadap kemajuan pembangunan daerah akibat otonomi daerah serta cukup besarnya laju pertumbuhan PDRB Kota Depok, mengilhami peneliti untuk melakukan penelitian mengenai perekonomian di Kota Depok.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kontribusi, laju pertumbuhan, dayasaing, profil pertumbuhan dan pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian Kota Depok serta mengidentifikasi sektor unggulan Kota Depok periode 2003-2007. Dilengkapi dengan analisis regulasi-regulasi yang diterapkan pemerintah Kota Depok terhadap sektor-sektor perekonomian untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Depok.

Pada penelitian ini, untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi digunakan analisis Shift Share dan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan digunakan analisis Location Quotient (LQ). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDRB Kota Depok dan PDRB Provinsi Jawa Barat menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 periode 2003-2007.

(3)

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 37,64 persen. Sedangkan sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian (karena ketidaktersediaan data) dan sektor pertanian sebesar 5,24 persen. Dayasaing sektor-sektor perekonomian Kota Depok pada umumnya masih kurang baik jika dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian di wilayah lain di Provinsi Jawa Barat, kecuali sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor unggulan Kota Depok adalah sektor listrik, gas dan air minum; sektor bangunan atau konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Kelompok sektor progresif Kota Depok terdiri atas sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Regulasi yang diterapkan Pemerintah Kota Depok pada tiap sektor perekonomian mendukung pelaksanaan pembangunan Kota Depok ke arah perekonomian modern yang lebih fokus pada sektor tersier dengan dukungan sektor sekunder.

(4)
(5)

ANALISIS PEREKONOMIAN KOTA DEPOK

PERIODE 2003-2007

(ANALISIS

SHIFT SHARE

DAN LQ)

Oleh

RININTA PUTRI PURWANTINA H14053762

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(6)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Rininta Putri Purwantina

Nomor Registrasi Pokok : H14053762

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Perekonomian Kota Depok Periode

2003-2007 (Analisis Shift Share dan LQ)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Muhammad Findi Alexandi, M.E. NIP.19730124 200710 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, 7 Agustus 2009

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rininta Putri Purwantina lahir pada tanggal 3 Januari

1987 di Jakarta, ibukota Provinsi DKI Jakarta. Penulis anak kedua dari tiga

bersaudara, dari pasangan Suherman dan Purwati. Jenjang pendidikan penulis

dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDI. PB.

Sudirman I Jakarta, kemudian melanjutkan ke SLTP. PB. Sudirman Plus Jakarta

dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMAN 39

Jakarta dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis meninggalkan kota tercinta untuk melanjutkan

studi ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan

penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan

pola pikir, sehingga menjadi sumberdaya yang berguna bagi keluarga, agama,

masyarakat dan negara. Penulis masuk IPB melalui jalur SPMB dan diterima

sebagai mahasiswi Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif di

beberapa organisasi seperti SES-C (Sharia Economy Student Club), HIPOTESA (Himpunan Profesi Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan), dan banyak

berpartisipasi dalam berbagai jenis kepanitiaan lainnya seperti GENUS (Gebyar

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul

skripsi ini adalah “Analisis Perekonomian Kota Depok Periode 2003-2007

(Analisis Shift Share dan LQ)”. Kajian tentang Perekonomian Kota Depok

sangat menarik untuk diangkat terkait dengan pesatnya perkembangan ekonomi

yang terjadi di Kota Depok serta berbagai fenomena menarik yang menyertainya

belakangan ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1)Dr. Muhammad Findi Alexandi, M.E. selaku dosen pembimbing skripsi yang

dengan sabar membimbing penulis baik secara teknis maupun psikologis

selama proses penyusunan skripsi sehingga dapat memotivasi penulis

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2)Ibu Wiwiek Rindayanti, M.Si. selaku dosen penguji utama dan Bapak Alla

Asmara, M.Si. selaku dosen penguji dari Komisi Pendidikan atas saran dan

kritiknya yang membuat skripsi ini menjadi lebih baik.

3)Orangtua tercinta, Ayahanda Suherman dan Ibunda Purwati, kakak dan adik

tersayang atas doa dan motivasi yang membuat penulis tetap bersemangat

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4)Teman-teman satu bimbingan: Ethy, Dewinta, dan Diana atas motivasi, doa,

kebersamaan dan kesediaannya dalam membantu penulis.

5)Merlynda Dewi (Nenech), Khairani Putri (Miehput), Tia Rahmina (Tia), Katrin

Nada (Nada), Lina Sulistiawati (Lina), Mamieh, Maryam, Icha Septi, Rina,

Tanjung, Echa, Wina, Secha, Vivi, Dhamar, Elby, Lesty, Uci, Fitri, Tias Arum,

yang telah banyak membantu penulis.

6)Teman-teman Raciz’s : Tezza, Rara, Yulia, Citra, Aulia dan Tessa atas waktu,

(10)

7)Semua teman-teman seperjuangan IE’42 yang namanya tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, namun penulis mengucapkan banyak terima kasih atas

doa, dukungan dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, 7 Agustus 2009

(11)

ANALISIS PEREKONOMIAN KOTA DEPOK

PERIODE 2003-2007

(ANALISIS

SHIFT SHARE

DAN LQ)

OLEH

RININTA PUTRI PURWANTINA H14053762

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

RINGKASAN

RININTA PUTRI PURWANTINA, Analisis Perekonomian Kota Depok Periode 2003-2007 (Analisis Shift Share dan LQ) (dibimbing oleh MUHAMMAD FINDI ALEXANDI).

Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dengan tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah dapat dilihat dengan mengukur tingkat perubahan sektor-sektor ekonomi wilayah tersebut melalui Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) masing-masing wilayah. Perkembangan pembangunan perekonomian daerah tergantung dari kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki masing-masing daerah. Pembangunan daerah lebih memprioritaskan kepada pembangunan dan penguatan sektor-sektor di bidang ekonomi dengan mengembangkan, meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya yang ada secara optimal dengan tetap memerhatikan kesinergisan pembangunan antar sektor-sektor perekonomian.

Kota Depok sebagai salah satu kota satelit atau daerah penyangga Kota DKI Jakarta yang memiliki lokasi strategis, berada diantara dua kota besar yaitu Kota DKI Jakarta dan Kabupaten Bogor. Hal ini memberikan dampak positif terhadap perekonomian Kota Depok, terutama tercermin dari semakin maraknya perkembangan dan pembangunan infrastruktur serta fasilitas-fasilitas jasa sesuai dengan fungsi Kota Depok yang dikembangkan sebagai pusat pemukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa. Adanya optimisme pemerintah daerah Kota Depok terhadap kemajuan pembangunan daerah akibat otonomi daerah serta cukup besarnya laju pertumbuhan PDRB Kota Depok, mengilhami peneliti untuk melakukan penelitian mengenai perekonomian di Kota Depok.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kontribusi, laju pertumbuhan, dayasaing, profil pertumbuhan dan pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian Kota Depok serta mengidentifikasi sektor unggulan Kota Depok periode 2003-2007. Dilengkapi dengan analisis regulasi-regulasi yang diterapkan pemerintah Kota Depok terhadap sektor-sektor perekonomian untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Depok.

Pada penelitian ini, untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi digunakan analisis Shift Share dan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan digunakan analisis Location Quotient (LQ). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDRB Kota Depok dan PDRB Provinsi Jawa Barat menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 periode 2003-2007.

(13)

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 37,64 persen. Sedangkan sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian (karena ketidaktersediaan data) dan sektor pertanian sebesar 5,24 persen. Dayasaing sektor-sektor perekonomian Kota Depok pada umumnya masih kurang baik jika dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian di wilayah lain di Provinsi Jawa Barat, kecuali sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor unggulan Kota Depok adalah sektor listrik, gas dan air minum; sektor bangunan atau konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Kelompok sektor progresif Kota Depok terdiri atas sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Regulasi yang diterapkan Pemerintah Kota Depok pada tiap sektor perekonomian mendukung pelaksanaan pembangunan Kota Depok ke arah perekonomian modern yang lebih fokus pada sektor tersier dengan dukungan sektor sekunder.

(14)
(15)

ANALISIS PEREKONOMIAN KOTA DEPOK

PERIODE 2003-2007

(ANALISIS

SHIFT SHARE

DAN LQ)

Oleh

RININTA PUTRI PURWANTINA H14053762

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(16)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Rininta Putri Purwantina

Nomor Registrasi Pokok : H14053762

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Perekonomian Kota Depok Periode

2003-2007 (Analisis Shift Share dan LQ)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Muhammad Findi Alexandi, M.E. NIP.19730124 200710 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, 7 Agustus 2009

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rininta Putri Purwantina lahir pada tanggal 3 Januari

1987 di Jakarta, ibukota Provinsi DKI Jakarta. Penulis anak kedua dari tiga

bersaudara, dari pasangan Suherman dan Purwati. Jenjang pendidikan penulis

dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDI. PB.

Sudirman I Jakarta, kemudian melanjutkan ke SLTP. PB. Sudirman Plus Jakarta

dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMAN 39

Jakarta dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis meninggalkan kota tercinta untuk melanjutkan

studi ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan

penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan

pola pikir, sehingga menjadi sumberdaya yang berguna bagi keluarga, agama,

masyarakat dan negara. Penulis masuk IPB melalui jalur SPMB dan diterima

sebagai mahasiswi Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif di

beberapa organisasi seperti SES-C (Sharia Economy Student Club), HIPOTESA (Himpunan Profesi Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan), dan banyak

berpartisipasi dalam berbagai jenis kepanitiaan lainnya seperti GENUS (Gebyar

(19)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul

skripsi ini adalah “Analisis Perekonomian Kota Depok Periode 2003-2007

(Analisis Shift Share dan LQ)”. Kajian tentang Perekonomian Kota Depok

sangat menarik untuk diangkat terkait dengan pesatnya perkembangan ekonomi

yang terjadi di Kota Depok serta berbagai fenomena menarik yang menyertainya

belakangan ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1)Dr. Muhammad Findi Alexandi, M.E. selaku dosen pembimbing skripsi yang

dengan sabar membimbing penulis baik secara teknis maupun psikologis

selama proses penyusunan skripsi sehingga dapat memotivasi penulis

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2)Ibu Wiwiek Rindayanti, M.Si. selaku dosen penguji utama dan Bapak Alla

Asmara, M.Si. selaku dosen penguji dari Komisi Pendidikan atas saran dan

kritiknya yang membuat skripsi ini menjadi lebih baik.

3)Orangtua tercinta, Ayahanda Suherman dan Ibunda Purwati, kakak dan adik

tersayang atas doa dan motivasi yang membuat penulis tetap bersemangat

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4)Teman-teman satu bimbingan: Ethy, Dewinta, dan Diana atas motivasi, doa,

kebersamaan dan kesediaannya dalam membantu penulis.

5)Merlynda Dewi (Nenech), Khairani Putri (Miehput), Tia Rahmina (Tia), Katrin

Nada (Nada), Lina Sulistiawati (Lina), Mamieh, Maryam, Icha Septi, Rina,

Tanjung, Echa, Wina, Secha, Vivi, Dhamar, Elby, Lesty, Uci, Fitri, Tias Arum,

yang telah banyak membantu penulis.

6)Teman-teman Raciz’s : Tezza, Rara, Yulia, Citra, Aulia dan Tessa atas waktu,

(20)

7)Semua teman-teman seperjuangan IE’42 yang namanya tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, namun penulis mengucapkan banyak terima kasih atas

doa, dukungan dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, 7 Agustus 2009

(21)

DAFTAR ISI

2.1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ... 9

2.2. Konsep Perencanaan dan Pembangunan Wilayah ... 13

2.3. Konsep Wilayah ... 15

2.4. Analisis Shift Share ... 20

2.4.1. Kegunaan Analisis Shift Share ... 20

2.4.2. Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 21

2.4.3. Kelemahan Analisis Shift Share ... 23

2.5 Pengertian Sektor Unggulan ... 24

2.6. Penelitian Terdahulu ... 25

3.3.1. Analisis PDRB Kota Depok dan PDRB Provinsi Jawa Barat .. 31

(22)

3.3.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 34

3.3.4. Analisis Profil Pertumbuhan Wilayah dan Pergeseran Bersih . 38

3.4. Metode Analisis Location Quotient (LQ) ... 42 3.5. Konsep dan Definisi Data ... 44

3.5.1. Sudut Pandang PDRB dari Berbagai Perspektif ... 44

3.5.2. Uraian Sektoral ... 49

IV. GAMBARAN UMUM ... 66

4.1. Letak Geografis ... 66

4.2. Wilayah Administratif ... 67

4.3. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk ... 67

4.4. Pendidikan ... 70

4.5. Ketenagakerjaan ... 71

V. PEMBAHASAN ... 73

5.1. Analisis Perubahan PDRB Kota Depok dan Provinsi Jawa Barat

Periode 2003-2007 ... 73

5.2. Rasio PDRB Kota Depok dan Provinsi Jawa Barat

Periode 2003-2007 ... 77

5.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Depok

Periode 2003-2007 ... 79

5.4. Profil Pertumbuhan dan Pergeseran Bersih Sektor-Sektor

Perekonomian Kota Depok Periode 2003-2007 ... 83

5.5. Sektor Unggulan Kota Depok Periode 2003-2007 ... 86

5.6. Sektor Nonunggulan Kota Depok Periode 2003-2007 ... 89

5.7. Implikasi Kebijakan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Depok ... 90

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 105

6.1. Kesimpulan ... 105

6.2. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk

di Kota Depok Periode 2003-2008 ... 3

1.2. PDRB Kota Depok Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan

Harga Konstan 2000 Periode 2003-2007 ... 5

4.1. Kecamatan di Kota Depok Tahun 2008 ... 67

4.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kota Depok Periode 2003-2007 ... 68

4.3. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

di Kota Depok Tahun 2007 ... 69

4.4. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Penduduk Kota Depok

Periode 2003-2007 ... 71

4.5. Persentase Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Keatas) Menurut

Kegiatan Utama di Kota Depok Periode 2003-2007 ... 72

5.1. Perubahan PDRB Kota Depok Menurut Lapangan Usaha

Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2003 dan 2007 ... 73

5.2. Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2003 dan 2007 ... 75

5.3. Rasio PDRB Kota Depok dan PDRB Provinsi jawa Barat Periode 2003-2007 (Nilai Ra, Ri dan ri) ... 77

5.4. Analisis Shift Share Menurut Sektor Perekonomian di Kota Depok Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional (PR),

Periode 2003-2007 ... 79

5.5. Analisis Shift Share Menurut Sektor Perekonomian di Kota Depok Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP),

Periode 2003-2007 ... 81

5.6. Analisis Shift Share Menurut Sektor Perekonomian di Kota Depok Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW), Periode 2003-2007 ... 82

5.7. Pergeseran Bersih Kota Depok Periode 2003-2007 ... 85

(24)

5.9. Target dan Realisasi Pajak Penghasilan Daerah Kota Depok

(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Model Analisis Shift Share ... 23 2.2. Kerangka Pemikiran ... 29

3.1. Profil Pertumbuhan PDRB ... 39

5.1. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian Kota Depok

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2007 Menurut

Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000 ... 111

2. PDRB Kota Depok Tahun 2003-2007 Menurut

Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000 ... 113

3. Rasio PDRB Kota Depok dan PDRB Provinsi Jawa Barat

(Ra, Ri dan ri) ... 115

4. Perhitungan Rasio PDRB Kota Depok dan PDRB Provinsi Jawa Barat (Ra, Ri dan ri) ... 116

5. Komponen Pertumbuhan Regional (PR) dan Perhitungannya ... 119

6. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) dan Perhitungannya ... 120

7. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) dan perhitungannya 121

8. Komponen Pergeseran Bersih (PB) dan Pergeserannya ... 122

9. Nilai Location Quotient Tahun 2007 dan perhitungannya

(Dalam Juta Rupiah) ... 123

10. Jumlah Angkutan Kota Menurut Trayek di Kota Depok Tahun 2008 ... 124

11. Jumlah Penumpang Kereta Api Menurut Stasiun Kereta Api di Kota Depok Tahun 2008 ... 125

12. Jumlah Karcis Kereta Api Menurut Stasiun Kereta di Kota Depok

(27)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dengan tujuan

akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Strategi pembangunan harus

ditekankan pada bidang pembangunan sektor produksi maupun infrastruktur untuk

memacu pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

Indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah dapat dilihat dengan

mengukur tingkat perubahan sektor-sektor ekonomi wilayah tersebut melalui

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) masing-masing wilayah.

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses bagaimana suatu perekonomian

berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Proses perkembangan tersebut

terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama, dimana dapat terjadi penurunan atau

kenaikan perekonomian, namun secara umum menunjukkan kecenderungan untuk

meningkatkan perekonomian wilayah.

Perkembangan pembangunan perekonomian daerah tergantung dari

kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki masing-masing daerah.

Pembangunan daerah lebih memprioritaskan kepada membangun dan memperkuat

sektor-sektor di bidang ekonomi dengan mengembangkan, meningkatkan dan

mendayagunakan sumberdaya yang ada secara optimal dengan tetap

memerhatikan kesinergisan antar sektor-sektor perekonomian.

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

(28)

disebabkan karena Provinsi Jawa Barat memiliki sumberdaya alam yang beragam

seperti sumberdaya air, lahan dan sumberdaya pendukung yang meliputi

infrastruktur wilayah yang memadai dan sumberdaya manusia yang meliputi

kesediaan tenaga kerja yang melimpah dan berkualitas. Provinsi Jawa Barat juga

memiliki posisi geografis yang strategis berdekatan dengan Provinsi DKI Jakarta

sebagai ibukota negara, pusat industri dan pusat perdagangan sehingga

memungkinkan terjadinya pengembangan dan pertumbuhan ekonomi yang relatif

lebih cepat dibandingkan daerah lainnya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah bersama atribut-atribut lainnya yang telah direvisi menjadi

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.

25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Daerah yang telah direvisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pelaksanaan otonomi

daerah sebagai bentuk pelimpahan kekuasaan dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah merupakan suatu upaya agar permasalahan yang timbul pada

suatu daerah dapat segera ditanggulangi oleh pemerintah daerahnya sendiri

dengan menggunakan segala potensi dan keragaman yang dimiliki daerah

tersebut.

Banyak daerah di Provinsi Jawa Barat yang menunjukkan pertumbuhan

ekonomi yang cukup pesat, salah satunya adalah Kota Depok. Kota Depok

sebagai salah satu kota satelit Kota DKI Jakarta yang memiliki lokasi strategis,

(29)

ini memberikan dampak positif terhadap perekonomian Kota Depok, terutama

tercermin dari semakin maraknya perkembangan dan pembangunan infrastruktur

serta fasilitas-fasilitas jasa seperti perdagangan, perbankan, jasa-jasa dan

sebagainya sesuai dengan fungsi Kota Depok yang dikembangkan sebagai pusat

pemukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa.

Kota Depok sebagai wilayah termuda di Provinsi Jawa Barat dengan luas

wilayah sekitar 200,29 km², terbentuk pada tahun 1999 berdasarkan UU Nomor

15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan

Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon. Sebagai daerah penyangga Kota DKI

Jakarta, Kota Depok mendapatkan tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi

sebagai akibat dari meningkatnya jumlah kawasan permukiman, pendidikan,

perdagangan dan jasa. Arus migrasi dan kelahiran yang tinggi mendorong laju

pertumbuhan dan kepadatan penduduk Kota Depok.

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kota

Sumber : BPS dan Bappeda Kota Depok, 2000-2008.

(30)

sebesar 4.699 jiwa per Km2 yang kemudian mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan hingga mampu mencapai angka 6.014 jiwa per Km2 pada tahun 2001. Setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan dan pada akhirnya mampu

mencapai 7.092 jiwa per Km2 pada tahun 2006, meningkat menjadi 7.339 jiwa per Km2 pada tahun 2007 dan 7.507 jiwa per Km2 pada tahun 2008.

Peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Depok

dapat menjadi indikator pesatnya pertumbuhan ekonomi Kota Depok dari tahun

ke tahun. PDRB adalah total nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam waktu

tertentu (satu tahun) di wilayah regional tertentu, dalam kasus ini adalah Kota

Depok. Perkembangan dan pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kota Depok

baik dari segi perubahan besarnya distribusi maupun kontribusi tiap sektor dapat

terlihat dengan jelas dalam PDRB Kota Depok (rincian per subsektor seperti pada

(31)

Tabel 1.2. PDRB Kota Depok Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000 Periode 2003-2007 (Dalam Juta Rupiah)

Sektor 2003 2004 2005 2006 2007

pengolahan memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB yaitu sebesar 40,10

persen pada tahun 2003 dan mengalami peningkatan menjadi 40,39 persen pada

tahun 2007. Adapun beberapa sektor yang memiliki kontribusi yang cukup

rendah, persentase distribusi sektor berada dibawah lima persen yaitu sektor

listrik, gas dan air bersih; sektor pertanian dan sektor keuangan, persewaan dan

jasa perusahaan.

Adanya optimisme pemerintah daerah Kota Depok terhadap kemajuan

(32)

pertumbuhan PDRB Kota Depok, mengilhami peneliti untuk melakukan

penelitian mengenai perekonomian dan sektor unggulan di Kota Depok.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam penelitian yang akan penulis lakukan, terdapat beberapa

permasalahan yang akan penulis bahas dalam skripsi ini. Adapun permasalahan

yang akan diangkat adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana kontribusi dan laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kota

Depok periode 2003-2007 ?

2. Bagaimana dayasaing sektor-sektor perekonomian Kota Depok periode

2003-2007 ?

3. Bagaimana profil pertumbuhan dan pergeseran bersih sektor-sektor

perekonomian Kota Depok periode 2003-2007 ?

4. Sektor-sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di Kota Depok periode

2003-2007 ?

5. Regulasi apa saja yang diterapkan Pemerintah Kota Depok terhadap

sektor-sektor perekonomian untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota

Depok ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kontribusi dan laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian

(33)

2. Menganalisis dayasaing sektor-sektor perekonomian Kota Depok periode

2003-2007.

3. Menganalisis profil pertumbuhan dan pergeseran bersih sektor-sektor

perekonomian Kota Depok periode 2003-2007.

4. Mengidentifikasi sektor unggulan di Kota Depok periode 2003-2007.

5. Menganalisis regulasi-regulasi yang diterapkan Pemerintah Kota Depok

terhadap sektor-sektor perekonomian untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi di Kota Depok.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Pemerintah Kota Depok, diharapkan dapat lebih memerhatikan sektor

perekonomian yang benar-benar mendukung dan menjadikan perekonomian

Kota Depok menjadi unggul.

2. Bagi para Akademisi, diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi

penelitian-penelitian selanjutnya yang lebih mendalam mengenai Kota Depok.

3. Bagi Masyarakat Umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan umum tentang Kota Depok.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada :

1. Kontribusi dan laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kota Depok

(34)

2. Dayasaing sektor-sektor perekonomian Kota Depok periode 2003-2007.

3. Profil pertumbuhan dan pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian Kota

Depok periode 2003-2007.

4. Sektor-sektor unggulan Kota Depok periode 2003-2007.

5. Regulasi yang diterapkan pemerintah daerah terhadap sektor-sektor

(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Smith, bahwa perkembangan penduduk akan mendorong

pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan

perluasan pasar akan mempertinggi tingkat spesialisasi dalam perekonomian suatu

wilayah. Sebagai akibat dari adanya spesialisasi yang terjadi, maka tingkat

kegiatan ekonomi akan bertambah tinggi. Perkembangan spesialisasi dan

pembagian pekerjaan diantara tenaga kerja yang ada akan mempercepat proses

pembangunan ekonomi, karena spesialisasi akan mempertinggi tingkat

produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi.

Menurut konsep pola kutub pertumbuhan (growth pole), fakta dasar dari perkembangan spasial adalah (Glasson, 1974) :

1. Pertumbuhan tidak terjadi di sembarang tempat dan juga tidak terjadi secara

serentak.

2. Pertumbuhan terjadi pada titik-titik atau kutub perkembangan, dengan

intensitas yang berubah-ubah.

3. Perkembangan itu menyebar sepanjang saluran-saluran yang beraneka ragam

dan dengan efek yang beranekaragam terhadap keseluruhan perekonomian.

Dalam pola ini, daerah dianggap terdiri dari suatu pusat pertumbuhan

daerah sekitarnya. Dalam hierarki wilayah, Kota Depok sebagai wilayah inti

berfungsi sebagai pusat pertumbuhan bagi daerah-daerah di sekitarnya. Intensitas

(36)

kekuatan-kekuatan terhadap semua bidang perekonomian sehingga menimbulkan

efek yang beranekaragam terhadap semua bidang tersebut. Melalui berbagai

proses sosial dan ekonomi, investasi di berbagai sektor akan meningkat dan akan

mendorong pertumbuhan wilayah. Dengan demikian, adanya pertumbuhan di

wilayah inti sebagai kutub yang berkekuatan memencar dan menarik pada

gilirannya akan mendorong pertumbuhan wilayah sekitar, pengaruh ini merupakan

spread effect” yang merupakan proses berkebalikan. Namun masih terdapat keraguan yang cukup besar mengenai kekuatan relatif dari “spread effect” dibandingkan dengan “backwash effect”.

Sebagai gambaran, jika suatu usaha di pusat pertumbuhan dapat

berkembang dengan baik, maka keadaan ini akan memberikan manfaat kepada

daerah di sekitarnya karena mekanisme pasar lebih berperan sebagai penghubung,

dan keadaan ini harus ditunjang oleh pengadaan infrastruktur yang

berkesinambungan. Pada gilirannya kesempatan kerja akan meningkat dan akan

mendorong terciptanya peluang-peluang lainnya, selain menarik kelebihan tenaga

kerja dari desa sekitarnya.

Menurut W.W.Rostow, dapat dikatakan bahwa sejarah perkembangan

ekonomi itu melalui beberapa tingkat yaitu :

1. Masyarakat Tradisional

Fase ini ditandai dengan adanya fungsi produksi yang terbatas. Namun,

dalam kenyataan yang sebenarnya perubahan-perubahan ekonomi selalu ada.

Ini dapat dilihat dari adanya perubahan didalam perdagangan dan tingkat

(37)

dalam hasil industri (pabrik), jumlah penduduk dan pendapatan riil.

Perkembangan ini dibatasi oleh tingkat teknologi. Masyarakat pada fase ini

tidak kekurangan akan penemuan-penemuan dan inovasi, tetapi belum ada

pengertian sistematis terhadap alam sekitarnya yang dapat mendorong

perkembangan lebih lanjut. Pengertian masyarakat pada fase ini terhadap

perkembangan masa depan masih kurang.

Tingkat produksi yang dapat dicapai masih terbatas, karena ilmu

pengetahuan dan teknologi modern belum ada atau belum digunakan secara

sistematis, sehingga dengan terbatasnya produktivitas maka sebagian besar

sumber tenaga kerja berada di sektor pertanian. Hubungan keluarga masih erat

dan berpengaruh besar dalam organisasi-organisasi sosial. Kekuasaan dipegang

oleh mereka yang mempunyai tanah yang luas.

2. Masyarakat Prasyarat untuk Lepas Landas (precondition for take-off)

Merupakan fase yang diperlukan agar perkembangan ekonomi dapat lepas

landas (take off). Proses seluruhnya diperbaiki dengan adanya perluasan pasar dan koloni. Faktor-faktor nonekonomi juga tidak dapat diabaikan peranannya

dalam perkembangan ekonomi. Terdapat dua keadaan yang saling

memengaruhi satu sama lain yaitu : (1) pertumbuhan perlahan-lahan (evolusi)

dalam ilmu pengetahuan modern, (2) banyaknya inovasi yang dilakukan

bersama-sama dengan penemuan daerah-daerah baru dalam sektor-sektor yang

cukup penting, perluasan pasar untuk memajukan perdagangan dan

(38)

ketergantungan satu daerah dengan daerah lainnya dan adanya perluasan

lembaga-lembaga keuangan.

Masyarakat yang memasuki fase ini ditandai dengan tiga perubahan

radikal. Pertama, adanya pembangunan fasilitas prasarana umum terutama

dibidang transportasi. Kedua, revolusi teknik di bidang pertanian yang ditandai

dengan kenaikan produksi menggunakan teknik baru serta banyaknya

urbanisasi. Ketiga, perluasan impor yang dibiayai oleh perdagangan komoditi

sumber-sumber alam yang ada.

Secara positif dikatakan apabila pemerintah belum menaruh perhatian

pada tiga sektor perkembangan tersebut, yaitu fasilitas umum, pertanian, dan

perdagangan, maka fase lepas landas akan tertunda. Ketiga sektor tersebut

adalah sektor-sektor yang penting untuk mengadakan perkembangan industri

secara terus menerus.

3. Masyarakat Lepas Landas (take off)

Fase ini ditandai dengan penerapan teknik-teknik baru dalam industri

sudah berjalan dengan sendirinya. Untuk masuk fase ini selain prasarana

umum, pertanian dan perdagangan, harus ditambahkan dengan adanya

golongan wiraswasta dan teknik-teknik baru serta sumber-sumber kapital yang

teratur. Fase ini biasanya menandakan kemenangan-kemenangan sosial, politik

dan kebudayaan. Perkembangan ini selanjutnya mendorong masyarakat untuk

memusatkan pada usaha-usaha teknik modern diluar sektor-sektor yang telah

(39)

4. Masyarakat Menuju Kematangan (drive to maturity)

Periode ketika masyarakat secara efektif menerapkan teknologi modern

terhadap sumber-sumber ekonomi. Perluasan industrialisasi bukan lagi

merupakan tujuan pokok, dikarenakan berlaku hukum the law of diminishing marginal utility. Sektor-sektor penting bukan hanya ditentukan oleh adanya teknologi tetapi juga kualitas persediaan sumber-sumber ekonomi. Bila suatu

masyarakat berkembang ke kematangan teknologi, maka struktur dan kualitas

tenaga kerja berubah terutama pada perbandingan jumlah antara yang bekerja

di sektor pertanian dan non pertanian.

5. Masyarakat Konsumsi yang Berlebih (high mass consumption)

Cara-cara yang digunakan dalam fase ini adalah (1) menyediakan atau

menawarkan jaminan yang lebih baik, kemakmuran dan leisure kepada angkatan kerja dan disesuaikan dengan ukuran masyarakat setempat, (2)

menyediakan konsumsi bagi setiap individu dalam porsi yang lebih banyak

dan (3) mencari perluasan pengaruh bagi negara yang bersangkutan di mata

dunia.

2.2. Konsep Perencanaan dan Pembangunan Wilayah

Pembangunan wilayah merupakan bagian integral dan penjabaran dari

pembangunan nasional dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan yang

(40)

untuk lebih mengembangkan dan menyerasikan laju pertumbuhan antardaerah,

antarkota, antardesa dan antarkota dengan desa. Pembangunan daerah bertujuan

untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di wilayah atau daerah

melalui pembangunan yang serasi antarsektor maupun antara pembangunan

sektoral dengan perencanaan pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif

menuju terciptanya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di seluruh

pelosok tanah air (Soegijoko, 1997).

Menurut Anwar dalam Pertiwi (2007), pembangunan wilayah diarahkan

pada tiga tujuan, yaitu :

1. Pertumbuhan (growth)

Tingkat pertumbuhan yang tinggi akan tercapai dengan adanya

pengalokasian sumberdaya alam dan sumberdaya manusia secara maksimal,

sehingga dapat meningkatkan kegiatan yang produktif.

2. Pemerataan (equity)

Seluruh masyarakat dapat menikmati hasil-hasil pembangunan secara adil

dan merata.

3. Berkelanjutan (sustainability)

Pemanfaatan sumberdaya yang diperoleh baik melalui sistem pasar

maupun diluar sistem pasar tidak melebihi kapasitas produksi yang ada.

Menurut Jhingan (2002), syarat utama bagi pembangunan ekonomi adalah

(41)

dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan

kemajuan material harus muncul dari warga masyarakatnya sendiri dan tidak

dapat dipengaruhi atau diintimidasi oleh daerah luar.

Menurut Hanafiah (1987), pembangunan tidak lagi dapat dilihat sebagai

subjek yang tunggal tetapi harus dilihat secara komprehensif atau berdimensi

banyak. Hal ini disebabkan karena Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tidak lagi

menjadi tujuan dan tongkat pengukur keberhasilan pembangunan. Perencanaan

pembangunan yang dilaksanakan hendaknya berorientasi pada aspek regional,

dimana dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional, setiap wilayah dilihat

fungsi dan peranannya untuk masing-masing wilayah serta dilihat juga peranan

dan fungsinya dalam pembangunan ekonomi nasional. Hanafiah menyatakan

bahwa kegiatan perencanaan wilayah mencakup tiga kegiatan yang saling

berkaitan, yaitu : (1) perencanaan antarwilayah dalam suatu negara, (2)

perencanaan antarlokasi dalam suatu wilayah dan (3) perencanaan lokasi dalam

tiap sektor.

2.3. Konsep wilayah

Menurut Budiharsono (2001), mendefinisikan wilayah sebagai suatu unit

geografi yang bagian-bagiannya tergantung secara internal dan dibatasi oleh

kriteria tertentu. Batas-batas wilayah didasarkan atas kriteria homogenitas,

(42)

1. Konsep Homogenitas

Menurut konsep ini, wilayah dapat dibatasi berdasarkan beberapa

persamaan unsur tertentu, seperti persamaan dalam unsur ekonomi, keadaan sosial

politik dan sebagainya. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan pada satu

wilayah akan berpengaruh terhadap wilayah lainnya dengan proses yang sama.

2. Konsep Nodalitas

Konsep ini menekankan pada perbedaan struktur tata ruang di dalam

wilayah, dimana terdapat hubungan saling ketergantungan yang bersifat

fungsional dan menjadi dasar dalam penentuan batas wilayah. Hubungan saling

ketergantungan dapat dilihat dari hubungan antara pusat (inti) dengan daerah

belakang (hinterland). Batas wilayah nodal dapat dilihat dari pengaruh suatu inti kegiatan perekonomian jika digantikan oleh pengaruh inti kegiatan ekonomi

lainnya. Pada wilayah ini perdagangan secara intern mutlak dilakukan, daerah

hinterland akan menjual bahan baku dan tenaga kerja kepada daerah inti untuk proses produksi. Contoh wilayah nodal adalah provinsi DKI Jakarta dan

BODETABEK (Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi) dimana provinsi DKI Jakarta

sebagai daerah inti dan BODETABEK sebagai daerah belakangnya (hinterland).

3. Konsep Administratif atau Unit Program

Wilayah administratif merupakan wilayah yang batas-batasnya didasarkan

atas perlakuan kebijakan yang seragam, seperti sistem ekonomi, tingkat pajak

(43)

yang menyebutkan bahwa negara terbagi atas beberapa provinsi, provinsi terbagi

atas beberapa kabupaten atau kota, kabupaten atau kota terbagi atas beberapa

kecamatan dan kecamatan terbagi atas beberapa desa dalam tata ruang

ekonominya.

Selain penggunaan batasan berdasarkan konsep homogenitas, nodalitas

dan administratif, klasifikasi wilayah dapat pula dibedakan atas dasar wilayah

formal, fungsional dan perencanaan (Hanafiah, 1987). Wilayah formal adalah

wilayah yang mempunyai beberapa persamaan dalam beberapa kriteria tertentu,

sedangkan wilayah fungsional didefinisikan sebagai wilayah yang

memperlihatkan adanya suatu hubungan fungsional yang saling tergantung dalam

kriteria tertentu. Kadang-kadang wilayah fungsional diartikan juga sebagai

wilayah nodal atau wilayah polaritas yang secara fungsional saling tergantung.

Perpaduan antara wilayah formal dengan wilayah fungsional menciptakan

wilayah perencanaan. Boudeville dalam Budiharsono (2001), mengemukakan

bahwa wilayah perencanaan adalah wilayah yang memperlihatkan koherensi atau

kesatuan keputusan-keputusan ekonomi. Wilayah perencanaan dirancang

sedemikian rupa berdasarkan potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut sehingga

dapat meningkatkan kondisi perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat

yang berada di wilayah tersebut.

Menurut Klassen dalam Budiharsono (2001) menyatakan bahwa wilayah

perencanaan harus memiliki ciri-ciri : (1) cukup besar untuk mengambil

keputusan-keputusan investasi yang berskala ekonomi, (2) mampu mengubah

(44)

yang homogen, (4) mempunyai sekurang-kurangnya satu titik pertumbuhan, (5)

menggunakan suatu cara pendekatan perencanaan pembangunan dan (6)

masyarakat dalam wilayah itu mempunyai kesadaran bersama terhadap

persoalan-persoalannya. Contohnya adalah Pulau Batam, daerah perencanaan ini sudah

lintas batas wilayah administratif.

Menurut Gunawan (2000), pertumbuhan suatu wilayah seringkali tidak

seimbang dengan wilayah lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu

perbedaan karakteristik potensi sumberdaya manusia, demografi, potensi lokal,

aksesibilitas dan kekuasaan dalam pengambilan keputusan serta aspek potensi

pasar. Berdasarkan perbedaan ini, wilayah dapat diklasifikasikan menjadi empat

wilayah sebagai berikut.

1. Wilayah Tidak Berkembang

Karakteristik wilayah ini diidentifikasikan dengan tidak adanya

sumberdaya alam, sehingga secara alamiah tidak berkembang. Selain itu, tingkat

kepadatan penduduk, kualitas sumberdaya manusia dan tingkat pendapatan masih

tergolong rendah dan pembangunan infrastruktur tidak lengkap, sehingga

aksesibilitas pada wilayah lain pun sangat rendah.

2. Wilayah Belum Berkembang

Potensi sumberdaya alam yang terdapat pada wilayah ini, keberadaannya

masih belum dikelola dan dimanfaatkan. Tingkat pertumbuhan, kepadatan

(45)

wilayah didominasi oleh sektor primer dan belum mampu membiayai

pembangunan secara mandiri.

3. Wilayah Sedang Berkembang

Wilayah ini memiliki karakteristik pertumbuhan penduduk yang cepat

sebagai implikasi dari peranannya sebagai penyangga wilayah maju. Wilayah

sedang berkembang juga mempunyai tingkat pendapatan dan kesempatan kerja

yang tinggi, potensi sumberdaya alam yang melimpah, keseimbangan antara

sektor pertanian dan industri serta mulai berkembangnya sektor jasa.

4. Wilayah Maju

Wilayah maju merupakan wilayah yang telah berkembang dan

diidentifikasikan sebagai wilayah pusat pertumbuhan, pemusatan penduduk,

industri, pemerintahan, pasar potensial, tingkat pendapatan yang tinggi dan

memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Perkembangan wilayah maju

didukung oleh potensi sumberdaya yang ada di wilayah tersebut maupun wilayah

belakangnya (hinterland) dan potensi lokasi yang strategis. Sarana pendidikan yang memadai serta pembangunan infrastruktur yang lengkap seperti jalan,

pelabuhan, alat komunikasi dan sebagainya, mengakibatkan adanya aksesibilitas

(46)

2.4. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share adalah salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi, baik dari segi pendapatan

maupun dari sisi tenaga kerja pada suatu wilayah tertentu (Budiharsono, 2006).

Melalui analisis Shift Share dapat dianalisis besarnya sumbangan pertumbuhan dari tenaga kerja dan pendapatan pada masing-masing sektor perekonomian di

wilayah yang bersangkutan.

Keunggulan utama dari analisis Shift Share adalah dapat melihat perkembangan produksi atau kesempatan kerja di suatu wilayah hanya dengan

menggunakan dua waktu titik data. Data-data yang digunakan juga mudah

diperoleh dan relatif tersedia di setiap wilayah, yaitu Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB), Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja

di masing-masing sektor.

2.4.1. Kegunaan Analisis Shift Share

Analisis Shift Share mempunyai banyak kegunaan, diantaranya adalah untuk melihat :

1. Perkembangan sektor perekonomian di suatu wilayah terhadap perkembangan

sektor perekonomian di wilayah yang lebih luas.

2. Perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif

dengan sektor-sektor lainnya.

3. Perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga

dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu

(47)

4. Perbandingan laju sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah dengan laju

pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya.

2.4.2. Komponen Pertumbuhan Wilayah

Secara umum, terdapat tiga komponen utama dalam analisis Shift Share (Budiharsono, 2006). Ketiga komponen pertumbuhan wilayah yang dimaksud

adalah sebagai berikut.

1. Komponen Pertumbuhan Regional (Regional Growth Component)

Komponen Pertumbuhan Regional (PR) adalah perubahan produksi suatu

wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi regional secara umum,

perubahan kebijakan ekonomi regional atau perubahan dalam hal-hal yang

memengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Bila diasumsikan

bahwa tidak ada perbedaan karakteristik ekonomi antarsektor dan antarwilayah,

maka adanya perubahan akan membawa dampak yang sama pada semua sektor

dan wilayah. Akan tetapi pada kenyataannya, beberapa sektor dan wilayah

tumbuh lebih cepat daripada sektor dan wilayah lainnya.

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (Proportional Mix Growth Component) Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) tumbuh karena perbedaan

sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan

(48)

subsidi dan price support) serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Regional Share Growth Component)

Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) timbul karena

peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah

dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu

wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan

komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi

serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.

Berdasarkan Gambar 2.1, dapat ditentukan dan diidentifikasikan

perkembangan suatu sektor ekonomi pada suatu wilayah. Apabila PP + PPW > 0,

maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke i di wilayah j termasuk ke

dalam kelompok progresif (maju). Sementara itu, PP + PPW < 0 menunjukkan

bahwa pertumbuhan sektor ke i pada wilayah j tergolong pertumbuhan lambat.

(49)

Sumber : Budiharsono dalam Priyarsono dan Sahara, 2006.

Gambar 2.1. Model Analisis Shift Share

2.4.3. Kelemahan Analisis Shift Share

Kemampuan analisis Shift Share dalam memberikan informasi mengenai petumbuhan sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah tidak terlepas dari

kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan dalam analisis Shift Share adalah : 1. Persamaan Shift Share hanyalah identity equation dan tidak mempunyai

implikasi-implikasi keperilakuan. Metode Shift Share merupakan teknik pengukuran yang mencerminkan suatu sistem perhitungan semata dan tidak

analitik.

2. Komponen pertumbuhan regional secara implisit mengemukakan bahwa laju

(50)

memerhatikan sebab-sebab laju pertumbuhan yang bersumber dari wilayah

tersebut.

3. Kedua komponen pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) mengasumsikan bahwa

perubahan penawaran dan permintaan, teknologi dan lokasi diasumsikan tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah. Disamping itu, analisis

Shift Share juga mengasumsikan bahwa semua barang dijual secara regional, padahal dalam kenyataannya tidak semua demikian.

2.5. Pengertian Sektor Unggulan

Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh

keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini

berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan

ekonomi. Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Menurut Sambodo

dalam Usya (2006), hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut

dalam perekonomian daerah, diantaranya :

1. Sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi.

2. Sektor unggulan tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif

besar.

3. Sektor unggulan tersebut memiliki keterkaitan antarsektor yang tinggi baik ke

depan maupun ke belakang.

4. Sektor unggulan tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

Analisis pembangunan antarsektor dalam perekonomian masuk ke dalam

(51)

Bidang ilmu ini mulai memperhatikan bagaimana hubungan antara sektor-sektor

dalam pembangunan dan pertumbuhan.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan menggunakan analisis Shift Share dan metode Location Quotient telah banyak dilakukan sebelumnya, seperti Restuningsih (2004) dalam penelitiannya mengenai pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di provinsi DKI

Jakarta pada masa krisis ekonomi tahun 1997-2002 dengan menggunakan alat

analisis Shift Share. Restuningsih menyimpulkan bahwa krisis ekonomi yang melanda provinsi DKI Jakarta menyebabkan sebagian besar sektor-sektor

ekonomi tidak dapat bersaing dengan baik, yaitu sektor pertanian; sektor industri

pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan dan sektor

jasa-jasa. Sedangkan sektor yang dapat bersaing dengan baik adalah sektor

pertambangan dan galian; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor

perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan.

Menurut Usya (2006) yang meneliti tentang perubahan struktur ekonomi

di Kabupaten Subang dengan menggunakan analisis Shift Share menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang. Hal ini

ditandai dengan peranan sektor primer yang tetap mendominasi perekonomian

Kabupaten Subang walaupun pertumbuhannya lambat. Berdasarkan analisis

(52)

perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Terdapat lima sektor

nonbasis yang terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri

pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor pengangkutan dan

komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Menurut Harisman (2007) yang mengidentifikasi struktur perekonomian

Provinsi Lampung dengan menggunakan analisis Shift Share dan Location Quotient. Hasil penelitian dengan analisis Shift Share menyimpulkan telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung dari sektor primer ke sektor

sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB

Provinsi Lampung. Hasil analisis dengan Location Quotient menyimpulkan bahwa di Provinsi Lampung terdapat tiga sektor basis yang unggul yaitu sektor

pertanian; sektor bangunan atau konstruksi serta sektor pengangkutan dan

komunikasi. Dan terdapat pula enam sektor nonbasis yaitu sektor pertambangan

dan galian; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor perdagangan, hotel dan

restoran; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor industri

pengolahan dan sektor jasa-jasa.

Menurut Sondari (2007) yang membahas tentang sektor unggulan dan

kinerja ekonomi wilayah Provinsi Jawa Barat periode tahun 2001-2005 dengan

menggunakan analisis Location Quotient. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa sektor yang menjadi sektor basis merupakan sektor unggulan di Provinsi

Jawa Barat yang terdiri atas sektor listrik, gas dan air bersih; sektor industri

pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor

(53)

bangunan atau konstruksi; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.

Menurut Wahyuni (2007) yang melakukan penelitian tentang pertumbuhan

perekonomian di Kota Tangerang dengan menggunakan analisis Shift Share menyimpulkan bahwa persentase pertumbuhan ekonomi secara sektoral tertinggi

ditempati oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor ini

tumbuh dengan sangat pesat seiring dengan pertumbuhan kegiatan pemukiman

baru dan perindustrian. Enam sektor yang memiliki pertumbuhan progresif yaitu

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor pengangkutan dan

komunikasi; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan atau konstruksi;

sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Dan sektor yang

memiliki persentase pertumbuhan ekonomi secara sektoral terendah adalah sektor

pertanian.

2.7. Kerangka Pemikiran

Kondisi perekonomian suatu daerah dipengaruhi oleh demografi, potensi

sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, aksesibilitas dan kekuasaan

pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahan sesuai dengan arah

pembangunan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi Kota Depok dari tahun ke tahun

terus mengalami peningkatan, terlihat dari Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) yang terus menerus mengalami peningkatan pada tiap tahunnya.

Peningkatan PDRB Kota Depok dapat meningkatkan laju pertumbuhan

(54)

perekonomian yang terdiri atas sektor pertanian; sektor pertambangan dan

penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor

bangunan atau konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor

pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

serta sektor jasa-jasa.

Kontribusi dan laju pertumbuhan tiap sektor terhadap PDRB, dayasaing,

profil pertumbuhan, pergeseran bersih serta identifikasi sektor basis (unggulan)

menurut sembilan sektor perekonomian tersebut dianalisis dengan menggunakan

analisis Shift Share dan analisis Location Quotient. Dengan kedua analisis tersebut diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan dan saran-saran yang

membangun kepada pemerintah Kota Depok, yang dapat digunakan sebagai

rekomendasi dalam perencanaan dan penentuan kebijakan pembangunan serta

pengembangan Kota Depok dalam rangka mewujudkan visi Kota Depok sebagai

kota perdagangan dan jasa yang ramah lingkungan.

(55)

Kondisi Perekonomian Daerah

Sembilan Sektor Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000

Rekomendasi

PDRB Kota Depok Periode 2003-2007

Sektor Unggulan Kota Depok Periode 2003-2007

Regulasi pemerintah Kota Depok Tiap Sektor Perekonomian

Analisis Location Quotient Analisis

Shift Share

: Hal yang dianalisis

: Alat analisis yang digunakan

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Profil Pertumbuhan dan

Pergeseran Bersih Sektor PerekonomianKota Depok

(56)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009.

Lokasi penelitian adalah Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih

sebagai objek penelitian karena : (1) Kota Depok mengalami perkembangan yang

pesat dari tahun ke tahun karena didukung oleh berbagai potensi sektor

perekonomian, seperti sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel

dan restoran; (2) Letak Kota Depok yang cukup strategis, yaitu antara Kabupaten

dan Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi DKI Jakarta; (3)

Tersedianya data PDRB dan data pendukung lainnya yang relatif lengkap; (4)

belum adanya penelitian tentang sektor unggulan Kota Depok periode 2003-2007.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian adalah data sekunder yang diperoleh

dari BPS Kota Depok dan instansi terkait lainnya. Data yang dibutuhkan adalah

data PDRB Kota Depok periode 2003-2007, dan data-data lainnya yang

mendukung.

3.3. Metode Analisis Shift Share

Pada analisis Shift Share diasumsikan bahwa perubahan indikator kegiatan

ekonomi di suatu wilayah antara tahun dasar analisis dengan tahun akhir analisis

(57)

Regional (PR), komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) dan komponen

Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW).

3.3.1. Analisis PDRB Kota Depok dan PDRB Provinsi Jawa Barat

Asumsikan dalam suatu wilayah perekonomian terdapat m wilayah kota

(j=1,2,3,…,m) dan n sektor ekonomi (i=1,2,3,…,n), maka perubahan dalam PDRB

dapat dinyatakan sebagai berikut :

∆Yij = PRij + PPij + PPWij (1)

dimana :

∆Yij = Perubahan PDRB sektor i pada wilayah ke j,

PRij = Persentase perubahan PDRB kota yang disebabkan komponen

pertumbuhan regional,

PPij = Persentase perubahan PDRB kota yang disebabkan komponen

pertumbuhan proporsional,

PPWij = Persentase perubahan PDRB kota yang disebabkan komponen

pertumbuhan pangsa wilayah.

Untuk memperoleh nilai PR, PP dan PPW, ada beberapa rumusan yang

harus dipenuhi yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. PDRB provinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis :

Yi = ij

(58)

dimana :

Yi = PDRB provinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis,

Yij = PDRB kota sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis.

2. PDRB provinsi dari sektor i pada tahun akhir analisis :

Y’i = Yij

dimana :

Y’i = PDRB provinsi dari sektor i pada tahun akhir analisis,

Y’ij = PDRB kota sektor i pada wilayah ke j pada tahun akhir analisis.

3. Total PDRB provinsi pada tahun dasar analisis :

Y.. = ∑ ∑ Yij

dimana :

Y.. = Total PDRB provinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis,

Yij = Total PDRB kota sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis.

4. Total PDRB provinsi pada tahun akhir analisis :

Y’.. = ∑ ∑ Y ′ij

dimana :

Y’.. = Total PDRB provinsi dari sektor i pada tahun akhir analisis,

(59)

3.3.2. Rasio PDRB Kota Depok dan PDRB Provinsi Jawa Barat (Nilai Ra, Ri dan ri)

Nilai Ra, Ri dan ri digunakan untuk mengidentifikasi perubahan PDRB

dari sektor i di wilayah ke j pada tahun dasar analisis maupun tahun akhir analisis.

Menghitung nilai Ra, Ri dan ri menggunakan nilai PDRB yang terjadi pada dua

titik waktu, yaitu tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis.

1. Nilai Ra

Ra merupakan selisih antara total PDRB provinsi pada tahun akhir analisis

dengan total PDRB provinsi pada tahun dasar analisis dibagi total PDRB provinsi

pada tahun dasar analisis. Rumusannya adalah sebagai berikut.

Ra = Y’.. – Y.. Y..

dimana :

Ra = Rasio pendapatan nasional,

Y’.. = Total PDRB provinsi pada tahun akhir analisis,

Y.. = Total PDRB provinsi pada tahun dasar analisis.

2. Nilai Ri

Ri adalah selisih antara PDRB provinsi dari sektor i pada tahun akhir

analisis dengan PDRB provinsi sektor i pada tahun dasar analisis dibagi PDRB

provinsi sektor i pada tahun dasar analisis. Rumusannya adalah sebagai berikut.

(60)

dimana :

Ri = Rasio pendapatan (nasional) dari sektor i,

Y’i. = PDRB provinsi dari sektor i pada tahun akhir analisis,

Yi. = PDRB provinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis.

3. Nilai ri

ri adalah selisih antara PDRB kota dari sektor i pada wilayah ke j pada

tahun akhir analisis dengan PDRB kota dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun

dasar analisis dibagi dengan PDRB kota dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun

dasar analisis. Rumusannya adalah sebagai berikut.

ri = Y’ij – Yij Yij

dimana :

ri = Rasio pendapatan sektor i pada wilayah j,

Y’ij = PDRB kota dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun akhir analisis,

Yij = PDRB kota dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis.

3.3.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah

Nilai komponen PR, PP, dan PPW didapat dari perhitungan nilai Ra, Ri,

dan ri. Dari ketiga komponen tersebut apabila dijumlahkan akan didapatkan nilai

perubahan PDRB.

1. Komponen Pertumbuhan Regional (PR)

(61)

perubahan kebijakan ekonomi regional, atau perubahan dalam hal-hal yang

memengaruhi perekonomian suatu sektor dan wilayah. Bila diasumsikan bahwa

tidak ada perbedaan karakteristik ekonomi antarsektor dan antarwilayah, maka

adanya perubahan akan membawa dampak yang sama pada semua sektor dan

wilayah. Pada kenyataannya beberapa sektor dan wilayah tumbuh lebih cepat

daripada sektor dan wilayah lainnya. Komponen PR dirumuskan sebagai berikut.

PRij = (Ra) Yij (2)

dimana :

PRij = Komponen pertumbuhan regional sektor i pada wilayah ke j,

Ra = Persentase perubahan PDRB kota yang disebabkan oleh komponen

pertumbuhan regional,

Yij = PDRB kota dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis.

Bila persentase total perubahan PDRB suatu wilayah lebih besar daripada

persentase komponen PR, maka pertumbuhan sektor-sektor ekonomi wilayah kota

tersebut lebih besar daripada pertumbuhan sektor-sektor ekonomi wilayah

diatasnya yaitu provinsi.

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)

Komponen Pertumbuhan Proporsional terjadi karena perbedaan sektor

dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah,

perbedaan dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur dan keragaman

pasar. Komponen pertumbuhan proporsional dapat dirumuskan sebagai berikut.

Gambar

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di  Kota Depok Periode 2000-2008
Tabel 1.2. PDRB Kota Depok Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga    Konstan 2000 Periode 2003-2007 (Dalam Juta Rupiah)
Gambar 2.1. Model Analisis Shift Share
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

1.641.579 tenaga kerja atau 43,28 persen mempunyai arti bahwa pertumbuhan sektor jasa di Provinsi Bali relatif lebih cepat jika dibandingkan pertumbuhan

menunjukkan jumlah positif sebanyak 21.790 tenaga kerja atau 0,57 persen mempunyai arti bahwa pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian di Provinsi Bali relatif

Hasil penelitian dalam kurun waktu tahun 2002-2011 ini menunjukkan bahwa sektor pertanian berperan dalam perekonomian di Kabupaten Sragen dengan nilai LQ(Loca tion

menunjukkan jumlah positif sebanyak 21.790 tenaga kerja atau 0,57 persen mempunyai arti bahwa pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian di Provinsi Bali

Dari hasil perhitungan LQ tersebut sektor industri pengolahan merupakan sektor unggulan dan sektor basis yang dapat menggerakkan perekonomian Provinsi Riau, secara

Sektor unggulan berdasarkan hasil dari gabungan ( Overlay) alat analisis Tipology Klassen , LQ, Shift Share , menunjukkan bahwa sektor yang merupakan unggulan Provinsi Aceh

Menurut analisis struktur tabel input-output Provinsi Riau tahun 2012 mengenai peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Riau, dapat ditarik kesimpulan

Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di Kota Sorong pertumbuhannya cepat PP-nya bernilai positif, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan