• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektorsektor Unggulan Di Provinsi Lampung (Periode 1993-2003)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektorsektor Unggulan Di Provinsi Lampung (Periode 1993-2003)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG

(PERIODE 1993-2003)

OLEH : BENI HARISMAN

H14103028

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG

(PERIODE 1993-2003)

Oleh

BENI HARISMAN H14103028

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

BENI HARISMAN H14103028

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Beni Harisman

Nomor Registrasi Pokok : H14103028

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi

Sektor-sektor Unggulan di Provinsi Lampung

(Periode 1993-2003)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Muhammad Findi A, S.E., M.Si. Dr. Ir. D.S. Priyarsono NIP. IPB 030 507 NIP. 131 578 814

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Beni Harisman lahir pada tanggal 22 Mei 1986 di

Wonosobo, sebuah kota kecil yang ada di Provinsi Lampung. Penulis anak

keempat dari lima bersaudara, yang lahir dari pasangan Syahri dan Pauziah.

Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah

dasar pada SDN 1 Sukaraja dan lulus pada tahun 1997, kemudian melanjutkan ke

SLTP Negeri 2 Wonosobo dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama

penulis diterima di SMU Al-kautsar Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis meninggalkan kota tercinta untuk melanjutkan

studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor menjadi pilihan

penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan

pola pikir. Penulis masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan

diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-sektor

Unggulan di Provinsi Lampung (Periode 1993-2003) dan disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu

Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah memberi bantuan selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini,

antara lain:

1. Muhammad Findi A, S.E., M.Si. dan Dr. Ir. D.S. Priyarsono selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan mulai dari pembuatan

proposal sampai dengan akhir penyusunan skripsi sehingga dapat

diselesaikan dengan baik.

2. Bapak, Ibu, Udo, Uwo, Kakak, Yeni dan keluarga tercinta yang selalu

memberi dorongan, semangat serta doanya selama ini.

3. Maisya Natassyari atas kasih dan sayangnya.

4. Junaedi, Yusuf, Rizal, Bery, Angga dan keluarga besar Regency.

5. Teman-teman Departemen Ilmu Ekonomi angkatan 40.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun

penulis berharap bahwa karya ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Agustus 2007

(8)

RINGKASAN

BENI HARISMAN. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-sektor Unggula n di Provinsi Lampung (Periode 1993-2003) (dibimbing oleh Muhammad Findi A dan D.S. Priyarsono)

Pembangunan ekonomi pada umumnya diikuti dengan pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer (pertanian dan pertambangan) ke sektor sekunder (industri pengo lahan, konstruksi) dan sektor tersier (perdagangan dan jasa-jasa). Struktur ekonomi dapat dilihat dari peran/kontribusi dari masing- masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap awal pembangunan menunjukkan bahwa sektor primer memiliki peranan penting dalam pembentukan pendapatan suatu wilayah/negara. Pembangunan lebih lanjut membuat peran/kontribusi sektor primer berkurang dan peran ini berpindah ke sektor sekunder dan tersier. Turunnya peran/kontribusi sektor primer di semua wilayah tidak berarti sektor primer di semua wilayah nilai tambahnya turun. Pada kenyataannya nilai tambahnya selalu meningkat, akan tetapi pertumbuhan nilai tambah pada sektor lainnya juga meningkat lebih tinggi. Perubahan struktur ekonomi wilayah-wilayah di Indonesia dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki suatu wilayah yaitu sumber daya yang ada.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung pada kurun waktu 1993-2003, selain itu untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan di Provinsi Lampung pada kurun waktu 1993-2003, sehingga dapat diketahui sektor mana saja yang termasuk sektor basis dan sektor non basis. Analisis yang digunakan adalah analisis Shift Share (S-S) dan analisis Location Quotient (LQ). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung dan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional atas dasar harga konstan tahun 1993 dari tahun 1993-2003.

Hasil penelitian berdasarkan analisis S-S menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung dari sektor primer ke sektor sekunder. Hal ini ditunjukkan dengan peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung. Oleh karena itu pemerintah Provinsi Lampung sebaiknya memperhatikan dan mengembangkan sektor sekunder, khususnya sektor listrik, gas, dan air bersih melalui peningkatan pelayanan masyarakat dengan penambahan infrastruktur serta sarana dan prasarana penunjang.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

2.3. Pengertian Sektor Unggulan... 8

2.4. Konsep Ekonomi Basis ... 8

2.5. Analisis Shift Share... 10

2.6. Penelitian Terdahulu... 12

2.7. Kerangka Pemikiran... 13

III. METODE PENELITIAN ... 15

(11)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG

(PERIODE 1993-2003)

OLEH : BENI HARISMAN

H14103028

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG

(PERIODE 1993-2003)

Oleh

BENI HARISMAN H14103028

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

BENI HARISMAN H14103028

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Beni Harisman

Nomor Registrasi Pokok : H14103028

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi

Sektor-sektor Unggulan di Provinsi Lampung

(Periode 1993-2003)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Muhammad Findi A, S.E., M.Si. Dr. Ir. D.S. Priyarsono NIP. IPB 030 507 NIP. 131 578 814

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

(15)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Beni Harisman lahir pada tanggal 22 Mei 1986 di

Wonosobo, sebuah kota kecil yang ada di Provinsi Lampung. Penulis anak

keempat dari lima bersaudara, yang lahir dari pasangan Syahri dan Pauziah.

Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah

dasar pada SDN 1 Sukaraja dan lulus pada tahun 1997, kemudian melanjutkan ke

SLTP Negeri 2 Wonosobo dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama

penulis diterima di SMU Al-kautsar Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis meninggalkan kota tercinta untuk melanjutkan

studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor menjadi pilihan

penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan

pola pikir. Penulis masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan

diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi

(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-sektor

Unggulan di Provinsi Lampung (Periode 1993-2003) dan disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu

Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah memberi bantuan selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini,

antara lain:

1. Muhammad Findi A, S.E., M.Si. dan Dr. Ir. D.S. Priyarsono selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan mulai dari pembuatan

proposal sampai dengan akhir penyusunan skripsi sehingga dapat

diselesaikan dengan baik.

2. Bapak, Ibu, Udo, Uwo, Kakak, Yeni dan keluarga tercinta yang selalu

memberi dorongan, semangat serta doanya selama ini.

3. Maisya Natassyari atas kasih dan sayangnya.

4. Junaedi, Yusuf, Rizal, Bery, Angga dan keluarga besar Regency.

5. Teman-teman Departemen Ilmu Ekonomi angkatan 40.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun

penulis berharap bahwa karya ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Agustus 2007

(18)

RINGKASAN

BENI HARISMAN. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-sektor Unggula n di Provinsi Lampung (Periode 1993-2003) (dibimbing oleh Muhammad Findi A dan D.S. Priyarsono)

Pembangunan ekonomi pada umumnya diikuti dengan pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer (pertanian dan pertambangan) ke sektor sekunder (industri pengo lahan, konstruksi) dan sektor tersier (perdagangan dan jasa-jasa). Struktur ekonomi dapat dilihat dari peran/kontribusi dari masing- masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap awal pembangunan menunjukkan bahwa sektor primer memiliki peranan penting dalam pembentukan pendapatan suatu wilayah/negara. Pembangunan lebih lanjut membuat peran/kontribusi sektor primer berkurang dan peran ini berpindah ke sektor sekunder dan tersier. Turunnya peran/kontribusi sektor primer di semua wilayah tidak berarti sektor primer di semua wilayah nilai tambahnya turun. Pada kenyataannya nilai tambahnya selalu meningkat, akan tetapi pertumbuhan nilai tambah pada sektor lainnya juga meningkat lebih tinggi. Perubahan struktur ekonomi wilayah-wilayah di Indonesia dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki suatu wilayah yaitu sumber daya yang ada.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung pada kurun waktu 1993-2003, selain itu untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan di Provinsi Lampung pada kurun waktu 1993-2003, sehingga dapat diketahui sektor mana saja yang termasuk sektor basis dan sektor non basis. Analisis yang digunakan adalah analisis Shift Share (S-S) dan analisis Location Quotient (LQ). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung dan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional atas dasar harga konstan tahun 1993 dari tahun 1993-2003.

Hasil penelitian berdasarkan analisis S-S menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung dari sektor primer ke sektor sekunder. Hal ini ditunjukkan dengan peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung. Oleh karena itu pemerintah Provinsi Lampung sebaiknya memperhatikan dan mengembangkan sektor sekunder, khususnya sektor listrik, gas, dan air bersih melalui peningkatan pelayanan masyarakat dengan penambahan infrastruktur serta sarana dan prasarana penunjang.

(19)
(20)

DAFTAR ISI

2.3. Pengertian Sektor Unggulan... 8

2.4. Konsep Ekonomi Basis ... 8

2.5. Analisis Shift Share... 10

2.6. Penelitian Terdahulu... 12

2.7. Kerangka Pemikiran... 13

III. METODE PENELITIAN ... 15

(21)

4.4. Ketenagakerjaan... 28

4.5. Struktur Perekonomian... 29

4.6. Potensi Ekonomi... 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 36

5.1. Analisis PDRB Provinsi Lampung dan PDB Nasiona l Tahun 1993-2003 ... 36

5.2. Rasio PDRB Provinsi Lampung dan PDB Nasional Tahun 1993-2003 ... 38

5.3. Analisis Komponen Wilayah di Provinsi Lampung Tahun 1993-2003 ... 40

5.4. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Lampung... 44

5.5. Sektor Unggulan... 47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

6.1. Kesimpulan... 50

6.2. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

4.1. Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2003 ... 26

4.2. Jumlah Penduduk Provinsi Lampung Berdasarkan Kabupaten/Kota ... 28

4.3. Jumlah dan Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 1998 ...29

5.1. Perubahan PDRB Provinsi Lampung Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993 dan 2003 ... 36

5.2. Perubahan PDB Nasional Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993 dan 2003 ... 37

5.3. Rasio PDRB Provinsi Lampung dan PDB Nasional (Nilai Ra, Ri, dan ri) . 39

5.4. Analisis Shift Share Menurut Sektor Perekonomian di Provinsi Lampung Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Nasional, Tahun 1993-2003 ... 40

5.5. Analisis Shift Share Menurut Sektor Perekonomian di Provinsi Lampung Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun 1993-2003... 42

5.6. Analisis Shift Share Menurut Sektor Perekonomian di Provinsi Lampung Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 1993-2003... 43

5.7. Pergeseran Bersih Provinsi Lampung, Tahun 1993-2003 ... 45

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Sistematika Kerangka Pemikiran... 14

3.1. Profil Pertumbuhan Sektor Ekonomi ... 19

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Tabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993-2003 ... 54

2. Tabel Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional Berdasarkan Harga

Konstan 1993, Tahun 1993-2003 ... 57

(25)

1

1.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan adalah suatu proses menuju ke arah kehidupan yang lebih

baik dengan tujuan akhir untuk kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan

pembangunan diarahkan untuk meningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga

kerja. Pembangunan ekonomi pada umumnya diikuti dengan pergeseran struktur

ekonomi dari sektor primer (pertanian dan pertambangan) ke sektor sekunder

(industri pengolahan, konstruksi) dan sektor tersier (perdagangan dan jasa-jasa)

(Thoha dan Soekarni, 2000).

Struktur ekonomi dapat dilihat dari peran/kontribusi dari masing- masing

sektor perekonomian. Pada tahap-tahap awal pembangunan umumnya sektor

primer memiliki peranan penting dalam pembentukan pendapatan suatu

wilayah/negara. Pembangunan lebih lanjut membuat peran/kontribusi sektor

primer berkurang dan peran ini berpindah ke sektor sekunder dan tersier.

Turunnya peran/kontribusi sektor primer di semua wilayah tidak berarti sektor

primer di semua wilayah nilai tambahnya turun. Pada kenyataannya nilai

tambahnya sela lu meningkat, akan tetapi pertumbuhan nilai tambah pada sektor

lainnya juga meningkat lebih tinggi. Perubahan struktur ekonomi wilayah-wilayah

di Indonesia dipengaruhi ole h potensi yang dimiliki suatu wilayah yaitu sumber

daya yang ada (Adi, 2001).

Pembangunan daerah sebagai tolak ukur pertumbuhan ekonomi

(26)

2

ekonomi dengan mengembangkan, meningkatkan dan mendayagunakan sumber

daya secara optimal dengan tetap memperhatikan ketentuan antara industri dan

pertanian yang tangguh serta sektor pembangunan lainnya. Sektor ekonomi terdiri

dari sembilan sektor yaitu: (1) pertanian; (2) pertambangan dan pengalian; (3)

industri pengolahan; (4) listik, gas dan air bersih; (5) konstruksi/bangunan; (6)

perdagangan, hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan; (9) jasa. Sembilan sektor tersebut dikelompokkan

dalam sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri

pengolahan, listrik, gas dan air bersih, dan bangunan) dan sektor tersier

(perdagangan, pengangkutan, bank, dan jasa) (BPS, 2005).

Setiap provinsi di Indonesia melaksanakan pembangunan, tidak terkecuali

Provinsi Lampung. Letak geografis Provinsi Lampung mempunyai posisi yang

sangat strategis, karena merupakan daerah pintu gerbang yang menghubungkan

daerah-daerah yang ada di Pulau Sumatera dengan daerah-daerah yang ada di

Pulau Jawa., selain itu Provinsi Lampung juga memiliki sumber daya alam dan

sumber daya manusia yang sangat berpotensi untuk dikembangkan.

Pembangunan ekonomi di Provinsi Lampung dapat diketahui dengan

melihat indikator yang dapat mencerminkan seluruh kegiatan ekonomi yang telah

dilaksanakan melalui indikator PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang

diuraikan me lalui pertumbuhan PDRB dan peranan sektoral (BPS Provinsi

Lampung, 2002).

Pengkajian peran ini penting bila dikaitkan dengan kegiatan ekonomi yang

(27)

3

struktur dari pembangunan yang bersifat agraris menjadi pembangunan yang non

agraris. Hal ini sesuai dengan konsep perubahan struktur ekonomi menurut

Djojohadikusumo (1994), yakni berupa peralihan dan pergeseran dari kegiatan

sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.

Peranan sektoral terhadap pembangunan ekonomi digambarkan oleh

distribusi masing- masing sektor terhadap total PDRB. Gambaran tentang sektor

unggulan yang memiliki kontribusi terhadap pembangunan ekonomi daerah

sangat diperlukan oleh pemerintah daerah Lampung sehingga akan ada gambaran

tentang potensi-potensi tiap sektor dalam mendorong pembangunan.

1.2. Perumusan masalah

Pembangunan ekonomi yang berkesinambungan perlu dilaksanakan demi

tercapainya tujuan pembangunan yaitu masyarakat yang adil dan makmur, yang

pada hakekatnya merupakan suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan, meratakan pembagian pendapatan

masyarakat, meningkatkan sumberdaya yang ada di daerah tersebut dan

mengusahakan pergeseran peranan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder

atau tersier (BPS Provinsi Lampung, 2002).

Sejak diberlakukan otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki

kewenangan untuk mengelola keuangan daerah masing- masing. Kendala yang

dihadapi oleh pemerintah daerah adalah terbatasnya anggaran, sehingga perlu

mengidentifikasi sektor-sektor yang signifikan bagi pendapatan daerah yang

(28)

4

Selain itu, berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah

Provinsi Lampung untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang bertujuan untuk

mengubah struktur ekonomi dari agraris menjadi non agraris maka permasalahan

dari penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung pada kurun

waktu 1993-2003?

2. Sektor-sektor apa saja yang dapat menjadi sektor unggulan (leading sector) di Provinsi Lampung?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Menganalisis ada tidaknya perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung

pada kurun waktu 1993-2003.

2. Mengidentifikasi sektor unggulan di Provinsi Lampung pada kurun waktu

1993-2003.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diha rapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Bahan masukan bagi pemerintah Provinsi Lampung dalam merumuskan dan

merencanakan arah kebijakan pembangunan ekonomi pada semua sektor

perekonomian.

(29)

5

1.5. Ruang Lingkup

Batasan dalam penelitian ini diantaranya yaitu:

1. Membahas laju pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung pada kurun waktu

1993-2003.

2. Melihat perkembangan ekonomi dari segi sektoral.

(30)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Rostow pembangunan merupakan perubahan dari

keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi yang dapat dijelaskan dalam seri

tahapan yang harus dilalui semua negara. Tahapan dari proses pembangunan

terbagi menjadi lima tahap yaitu masyarakat tradisional yang perekonomian

masyarakatnya masih bertumpu pada sektor pertanian, pra kondisi untuk lepas

landas merupakan masa transisi untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai

kekuatan untuk berkembang, lepas landas berupa berlakunya perubahan sangat

drastis dalam masyarakat seperti terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi,

bergerak ke kedewasaan/kematangan ekonomi dimana masyarakat sudah secara

efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi,

konsumsi masal yang tinggi dimana perhatian masyarakat telah lebih menekankan

kepada masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat

(Todaro dan Smith, 2003).

Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi. Sebuah

masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan, bila pertumbuhan

ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi. Menurut Prof. Kuznets, pertumbuhan

ekonomi didefinisikan sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu

negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang ekonomi kepada

penduduknya; dimana kemampuan itu tumbuh sesuai kemajuan teknologi, dan

(31)

7

Selain itu dalam bukunya yang lebih awal Modern Economic Growth tahun 1966, ia mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu kenaikan terus

menerus dalam produk per kapita atau per pekerja, sering kali diikuti dengan

kenaikan jumlah penduduk dan biasanya dengan perubahan struktural (Jhingan,

2004).

2.2. Perubahan Struktur Ekonomi

Proses pembangunan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan.

Proses tersebut dalam pelaksanaannya mempunyai strategi ke arah perubahan

struktural (BPS, 2002). Menurut Djojohadikusumo (1994), perubahan struktur

ekonomi biasanya ditandai dengan pengalihan dan pergeseran dari kegiatan sektor

primer (pertanian, pertambangan) ke sektor sekunder (industri manufaktur,

konstruksi) dan tersier (jasa).

Sjahrir (1992), menyatakan bahwa proses perubahan struktur ekonomi

mengandung ciri antara lain:

1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, melebihi pertumbuhan penduduk.

2. Sumbangan (pangsa) sektor primer merosot, pangsa sektor-sektor sekunder

meningkat, sementara pangsa sektor tersier kurang lebih konstan namun

nilai tambahnya akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

3. Apabila pendapatan per kapita penduduk meningkat maka konsumsi pangan

akan menurun dan konsumsi barang bukan pangan akan meningkat. Hal ini

akan mengakibatkan menurunnya peran sektor pertanian dan meningkatnya

(32)

8

2.3. Pengertian Sektor Unggulan

Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh

keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan

ekonomi. Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas

seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya:

pertama, sektor unggulan tersebut memiliki laju tumbuh yang tinggi; kedua, sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga, sektor tesebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun

ke belakang; keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi (Sambodo, 2002).

2.4. Konsep Ekonomi Basis

Konsep ekonomi basis (economic base theory) mendasarkan

pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh

besarnya ekspor dari wilayah tersebut (Tarigan, 2005). Hanafiah (1998) membagi

kegiatan dalam suatu wilayah menjadi kegiatan basis dan non basis. Kegiatan

basis merupakan kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya baik berupa barang

maupun jasa yang ditujukan untuk diekspor keluar dari lingkungan masyarakat

tersebut atau dijual kepada para pedagang yang datang dari luar masyarakat

tersebut, sehingga dapat digolongkan kepada kegiatan masyarakat yang

(33)

9

maupun efisiensi ekonomis sangat menentukan dalam pertumbuhan kegiatan basis

suatu wilayah.

Menurut Glasson (1974), semakin banyak sektor basis dalam suatu

wilayah akan menambah arus pendapatan ke wilayah tersebut, menambah

permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya, dan menimbulkan kenaikan

volume sektor non basis. Glasson juga menyarankan untuk menggunakan metode

location quotient dalam menentukan apakah sektor tersebut basis atau tidak. Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non

basis dapat digunakan beberapa metode, yaitu metode pengukuran langsung dan

metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dilakukan

dengan melakukan survey langsung untuk mengidentifikasi sektor mana yang

merupakan sektor basis. Metode ini dilakukan untuk menentukan sektor basis

dengan tepat, akan tetapi memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang cukup besar.

Oleh karena itu maka sebagian pakar ekonomi menggunakan metode pengukuran

tidak langsung, yaitu:

1. Metode Arbriter, dilakukan dengan cara membagi secara langsung kegiatan

perekonomian ke dalam kategori ekspor dan non ekspor tanpa melakukan

penelitian secara spesifik di tingkat lokal. Metode ini tidak memperhitungkan

kenyataan bahwa dalam kegiatan ekonomi terdapat kegiatan ekonomi yang

menghasilkan barang yang sebagian diekspor atau dijual.

2. Metode Location Quotient (LQ), merupakan suatu alat analisa untuk melihat peranan suatu sektor tertentu dalam suatu wilayah dengan peranan sektor

(34)

10

3. Metode kebutuhan minimum, metode ini sangat tergantung pada pemilihan

persentase minimum dan tingkat disagregasi. Disagregasi yang terlalu

terperinci dapat mengakibatkan hampir semua sektor menjadi basis atau

ekspor.

Dari ketiga metode tersebut Glasson (1977) menyarankan metode LQ

dalam menentukan sektor basis. Richardson (1977) menyatakan bahwa teknik LQ

adalah yang paling lazim digunakan dalam studi-studi basis empirik. Asumsinya

adalah jika suatu daerah lebih berspesialisasi dalam memproduksi suatu barang

tertentu, maka wilayah tersebut mengekspor barang tersebut sesuai dengan tingkat

spesialisasinya dalam memproduksi barang tersebut.

2.5. Analisis Shift Share

Analisis S-S adalah suatu analisis mengenai perubahan berbagai indikator

kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik waktu di

suatu wilayah. Penelitian ini menggunakan metode analisis S-S karena analisis ini

dapat memperinci penyebab perubahan berbagai faktor yang dapat menyebabkan

perubahan struktur ekonomi suatu daerah dari satu kurun waktu ke kurun waktu

berikutnya.

Kegunaan analisis S-S ini ya itu melihat perkembangan dari sektor

perekonomian suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih

luas, juga melihat perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan

(35)

11

dalam membandingkan besar aktifitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan

pertumbuhan antar wilayah.

Tiga komponen pertumbuhan dalam analisis S-S:

1. Komponen Pertumbuhan Nasional/PN (National Growth Component)

yaitu perubahan produksi/kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan

oleh perubahan produksi regional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi

regional, atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian

suatu wilayah atau sektor.

1. Komponen Pertumbuhan Proporsional/PP (Proportional Mix Growth

Component) tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir,

perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan

industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi, dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

2. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah/PPW (Regional Share Growth

Component), timbul karena peningkatan atau penurunan produksi/kesempatan

kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya yang

ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan

kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada

wilayah tersebut.

Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat

ditentukan dan diidentifikasi perkembangan suatu sektor ekonomi pada suatu

wilayah. Apabila PP + PPW > 0, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan

(36)

12

Sementara itu, PP + PPW < 0 menunjukkan bahwa sektor ke i pada wilayah ke j

tergolong pertumbuhan yang lambat.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan menggunakan analisis S-S dan Location Quotient (LQ) telah banyak dilakukan sebelumnya seperti yang telah dilakukan oleh Azman

(2001), yang menggunakan analisis shift share untuk menganalisis struktur perekonomian Kabupaten Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa telah terjadi perubahan struktur perekonomian dari sektor

primer (pertanian, pertambangan dan penggalian) ke sektor sekunder (industri)

dan sektor tersier (jasa-jasa, perdagangan, hotel, dan restoran). Akan tetapi sektor

pertanian masih mendominasi dalam penyediaan lapangan pekerjaan maupun

dalam kontribusinya terhadap PDRB.

Prihartanti (2005) dengan penelitiannya yang berudul “Analisis

Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif dalam Pembangunan

Wilayah Pada Masa Otonomi Daerah di Kabupaten Kudus”, yang menganalisis

keunggulan komparatif dengan analisis LQ dengan indikator PDRB, selain itu

juga dihitung efek pengganda pendapatan serta surplus pendapatan bagi daerah.

Sedangkan analisis yang digunakan dalam keunggulan kompetitif dihitung

dengan analisis LQ dengan variabel yang digunakan adalah tingkat upaya pajak,

investasi, dalam bidang pendidikan, dan kemampuan dalam otonomi daerah.

Hasil analisisnya adalah Kabupaten Kudus memiliki keunggulan

(37)

13

Hasil analisis di tingkat lokal menunjukkan bahwa setiap kecamatan di wilayah

Kabupaten Kudus mepunyai sektor basis. Sektor pertanian adalah sektor yang

memiliki nilai LQ paling tinggi di Kecamatan Undaan, sedangkan sektor basis

yang paling banyak yang terdapat di wilayah Kabupaten Kudus adalah sektor

listrik, gas, dan air. Di wilayah Kabupaten Kudus semua kecamatannya tidak ada

yang berspesialisasi terhadap sektor perekonomian, hal ini berarti kegiatan

ekonomi di Kabupaten Kudus relatif menyebar di semua kecamatan.

Usya (2006) dengan penelitiannya yang menganalisis struktur ekonomi

dan mengidentifikasi sektor unggulan di Kabupaten Subang. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di

Kabupaten Subang. Hal ini ditunjukkan oleh peranan sektor primer yang

meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Subang. Selain

itu, komponen pertumbuhan wilayah Provinsi Jawa Barat membawa pengaruh

positif terhadap perubahan PDRB Kabupaten Subang. Terakhir diperoleh empat

sektor unggulan yang ada di Kabupaten Subang yaitu: pertanian,

bangunan/konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa.

2.7. Kerangka Pemikiran

Pembangunan wilayah ditujukan untuk pengembangan masyarakat di

suatu wilayah. Pembangunan wilayah membutuhkan alokasi sumber daya yang

optimal, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang diharapkan

(38)

14

Untuk itu pemerintah Provinsi Lampung perlu menganalisis struktur

perekonomian dan mengidentifikasi sektor unggulan agar pemerintah Lampung

dapat mengambil kebijakan mengenai pembangunan daerah di masa yang akan

datang.

Secara skematis sistem kerangka pemikiran studi diterangkan pada

Gambar 2.1. di bawah.

Keterangan: Hal yang diteliti

(39)

15

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk menganalisis struktur ekonomi dan

mengidentifikasi sektor-sektor unggulan di Provinsi Lampung adalah data

sekunder berupa PDRB Provinsi Lampung atas dasar harga konstan 1993 antara

tahun 1993-2003 dan PDB nasional atas dasar harga konstan 1993 pada tahun

yang sama. Penggunaan tahun dasar 1993 dan tahun akhir 2003 pada penelitian ini

karena perubahan struktur ekonomi secara umum dapat terlihat pada satu dekade

atau kurun waktu kurang lebih sepuluh tahun. Data diperoleh dari BPS Provinsi

Lampung, BPS Pusat, dan instans i terkait lainnya dalam penelitian.

3.2. Metode Analisis Data

3.2.1. Analisis Shift Share (S-S)

Berdasarkan Budiharsono (2001), perhitungan dengan menggunakan

metode analisis S-S yaitu: andaikata dalam suatu negara terdapat m

daerah/wilayah/provinsi (j=1,2,3…m) dan n sektor (i=1,2,3...n) maka perubahan

tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Perubahan PDRB dirumuskan sebagai berikut:

? Yij = YijYij

,

Dimana :

? Yij = perubahan PDRB sektor i di wilayah j

,

ij

(40)

16

Yij = PDRB dari sektor i di wilayah j pada tahun dasar analisis

2. Rumus persentase perubahan PDRB yaitu:

(

)

3. Menghitung Rasio PDRB, yang terbagi dalam tiga rasio

ri =

ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah provinsi

,

ij

Y = PDRB pada sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis Yij = PDRB dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis

Ri =

Y = PDB nasional dari sektor i pada tahun akhir analisis

.

Y’.. = PDB nasional pada tahun akhir analisis

(41)

17

4. Menghitung komponen pertumbuhan wilayah

• PN

PNij = (Ra)Yij

Dimana :

PNij = komponen pertumbuhan nasional sektor i untuk wilayah j

Yij = PDRB dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis

• PP

PPij = (Ri-Ra)Yij

Dimana :

PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah j

Yij = indikator kegiatan ekonomi dari sektor i pada wilayah j pada

tahun dasar analisis

Apabila:

PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya lambat

PPij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya cepat

• PPW

PPWij = (ri – Ri)Yij

Dimana :

PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilyah j

Yij = PDRB dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis

Apabila:

PPWij < 0, berarti sektor/wilayah j mempunyai daya saing yang baik

(42)

18

PPWij > 0, berarti sektor i pada wilayah j tidak dapat bersaing dengan baik

apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya

5. Adapun perubahan dalam PDRB sektor i pada wilayah ke j dirumuskan

sebagai berikut :

? Yij = PNij + PPij + PPWij (1)

? Yij = Y’ij - Yij (2)

Rumus ketiga komponen pertumbuhan wilayah adalah:

PNij = Yij (Ra) (3)

PPij = Yij (Ri – Ra) (4)

PPWij = Yij (ri –Ri) (5)

Apabila persamaan (2), (3), (4), dan (5) disubtitusikan ke persamaan (1), maka

didapat:

Yij = PNij + PPij + PPWij

Y’ij – Yij = Y’ij – Yij + Yij (Ri – Ra) + Yij (ri – Ri)

Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dapat dirumuskan :

%PNij =Ra %PPij = Ri – Ra %PPWij = ri – Ra

atau

(43)

19

6. Mengevaluasi profil pertumbuhan sektor perekonomian

Analisis profil pertumbuhan PDRB bertujuan untuk mengidentifikasi

pertumbuhan PDRB sektor ekonomi di suatu wilayah pada kurun waktu yang

ditentukan dengan cara mengekspresikan persentase perubahan komponen PPij

dan PPWij. Data yang telah dianalisis akan diinterpretasikan dengan cara memplot

persentase perubahan komponen PP dan PPW ke dalam sumbu vertikal dan

horizontal. Komponen PP diletakan pada sumbu horizontal sebagai absis,

sedangkan komponen PPW pada sumbu vertikal sebagai ordinat.

PPW

Kuadran IV Kuadran I

PP

Kuadran III Kuadran II

Gambar 3.1. Profil pertumbuhan sektor ekonomi

Sumber: Budiharsono, 2001.

a. Kuadran I menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah

memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan juga mampu bersaing dengan

sektor perekonomian di wilayah lainnya. Maka wilayah ini termasuk wilayah

(44)

20

b. Kuadran II menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu

wilayah memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tapi sektor tersebut tidak

mampu bersaing dengan sektor perekonomian wilayah lain.

c. Kuadran III menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu

wilayah memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan tidak mampu bersaing

dengan wilayah lainnya.

d. Kuadran IV menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian pada suatu

wilayah memiliki laju pertumbuhan yang lambat, tapi wilayah tersebut

mampu bersaing dengan wilayah lainnya.

e. Pada wilayah II dan III terdapat garis diagonal yang memotong dua kuadran

tersebut. Bagian atas garis diagonal mengindikasikan bahwa suatu wilayah

yang progresif, sedangkan yang di bawah adalah wilayah yang

pertumbuhannya lambat.

7. Menghitung pergeseran bersih

Apabila komponen pertumbuhan proporsional dan pangsa wilayah

dijumlahkan, maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi pertumbuhan suatu sektor perekonomian. Pergeseran bersih

sektor i pada wilyah yang lebih kecil dapat dirumuskan sebagai berikut :

PBij = PPij + PPWij

Dimana :

PBij = pergeseran bersih sektor i pada wilayah j

PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada wilayah j

(45)

21

Apabila:

PBij > 0, maka pertumbuhan sektor i pda wilayah j termasuk ke dalam komponen

progresif (maju)

PBij < 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk lamban

3.2.2. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis ini digunakan untuk melihat sektor-sektor yang termasuk ke

dalam kategori sektor unggulan. Perhitungan kuosien lokasi digunakan untuk

menunjukkan perbandingan antara peranan sektor tingkat regional dengan peran

sektor di wilayah tingkat atasnya. Hasil dari perhitungan LQ dapat membantu

dalam melihat kekuatan dan kelemahan wilayah dibandingkan rela tif dengan

wilayah yang lebih luas.

Rumus besarnya LQ seperti dikemukakan oleh Richardson (1985) yaitu:

N

Si : Jumlah pendapatan sektor i di Provinsi Lampung

S : Jumlah pendapatan semua sektor di Provinsi Lampung atau total PDRB

Lampung

Ni : Jumlah pendapatan sektor i di tingkat nasional

N : Jumlah pendapatan semua sektor di tingkat nasional atau total PDB

(46)

22

Kriteria penggolongannya adalah sebagai berikut :

1. jika LQ > 1, artinya sektor yang ada di daerah tersebut merupakan sektor

basis yang mampu mengekspor hasil industrinya ke daerah lain

2. jika LQ < 1, artinya sektor yang ada di daerah tersebut merupakan sektor

non basis dan cenderung mengimpor dari daerah lain

3. jika LQ = 1, artinya produk domestik yang dimiliki daerah tersebut habis

dikonsumsi daerah tersebut.

3.3. Konsep dan Definisi Data

1. PDRB adalah jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor

perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. PDRB dapat

diartikan pula sebagai suatu indikator untuk menunjukkan laju

pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara sektoral, sehingga dapat dilihat

penyebab pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tersebut.

2. PDRB atas Harga Konstan adalah PDRB yang dinilai berdasarkan pada

tahun dasar baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun

komponen nilai tambah.

3. Sektor ekonomi berdasarkan unit produksi terdiri dari sembilan sektor,

diantaranya yaitu: (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3)

industri pengolahan; (4) listik, gas dan air bersih; (5) konstruksi/bangunan;

(6) perdagangan, hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8)

(47)

23

4. Sektor unggulan merupakan sektor yang menjadi prioritas utama untuk

(48)

24

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4.1. Letak Geografis

Daerah provinsi lampung meliputi areal daratan seluas 35.288,35 Km2

termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara

Pulau Sumatera, dan dibatasi:

1. Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, di sebelah utara

2. Selat Sunda, di sebelah selatan

3. Laut Jawa, di sebelah timur

4. Samudra Indonesia, di sebelah barat

Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung, yang merupakan

gabungan dari kota kembar Tanjung Karang dan Teluk Betung memiliki wilayah

yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama

Panjang dan Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Teluk

Betung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung. Sedangkan Teluk Semangka

ada di Kota Agung. Di laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuan

Maringgai dan Ketapang. Disamping itu, Kota Menggala juga dapat juga

dikunjungi kapal-kapal nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang.

Adapun di Samudra Indonesia terdapat Pelabuhan Krui. Lapangan terbang utama

Provinsi Lampung adalah: “Raden Intan”, nama baru dari “Branti”, yang terletak

28 km dari ibukota melalui jalan negara menuju Kotabumi, dan lapangan terbang

(49)

25

Letak geografis Provinsi Lampung mempunyai posisi yang sangat

strategis, karena merupakan daerah pintu gerbang yang menghubungkan daerah-

daerah yang ada di Pulau Sumatera dengan daerah-daerah yang ada di Pulau Jawa.

Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan:

Timur-Barat berada antara: 1030 40,

- 1050

50,

Bujur Timur

Utara- Selatan berada antara: 60

45,

- 30

45,

Lintang Selatan

Secara topografi Provinsi Lampung dapat di bagi dala m 5 (lima) unit

topografi yaitu:

1. Daerah topografis berbukit sampai bergunung

2. Daerah topografis berombak sampai bergelombang

3. Daerah dataran alluvial

4. Daerah River Basin

4.2. Wilayah Administratif

Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 maret masih merupakan

Keresidenan Lampung yang tergabung dengan Provinsi Sumatra Selatan,

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1964, yang kemudian menjadi

Undang-Undang No. 14 tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi

Provinsi Lampung dengan ibukota Tanjung Karang-Teluk Betung. Selanjutnya

Kotamadya Tanjung Karang-Teluk Betung tersebut berdasarkan Peraturan daerah

No. 24 tahun 1983 telah diganti namanya menjadi Kotamadya Bandar Lampung

terhitung sejak tanggal 17 juni 1983. Berdasarkan Undang-Undang No. 12 tahun

(50)

26

Lampung. Secara administratif Provinsi Lampung dibagi dalam sepuluh

kabupaten/kota. Sebelum tahun 1997 Provinsi Lampung terbagi dalam 5 (lima)

kabupaten/kota, pada tahun 1997 dimekarkan menjadi 7 (tujuh) kabupaten/kota

dan dimekarkan lagi pada tahun 1998 menjadi 10 (sepuluh ) kabupaten/kota.

Tabel 4.1. Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun 2001

No Kabupaten/Kota Ibukota LuasWilayah (km2

)

Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2001.

Luas penggunaan lahan di Provinsi Lampung masih didominasi oleh

luasnya hutan (26,41 persen), diikuti perkebunan (21,32 persen), dan

tegalan/ladang (20,47 persen). Sementara itu luas hutan terbesar terdapat di

Kabupaten Lampung Barat yang luasnya mencapai 54,13 persen dari luas

kabupaten yang bersangkutan atau 24,49 persen dari luas hutan di Provinsi

Lampung.

4.3. Kependudukan

Penduduk Provinsi Lampung pada waktu sensus penduduk tahun 1961,

1971, 1980, 1990, dan 2000 masing- masing sebesar 1.667.511, 2.775.695,

4.624.785, 6.015.803, dan 6.659.869 orang. Pertumbuhan penduduk pada periode

(51)

27

sebesar 2,67 persen per tahun. Periode 1990-2000 pertumbuhan penduduk sebesar

1,05 persen per tahun. Apabila dilihat laju pertumbuhan penduduk, Provinsi

Lampung merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya baik

pada periode 1971-1980 maupun periode 1980-1990. Sedangkan pada periode

1990-2000 laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung di bawah laju

pertumbuhan penduduk Indonesia. Seperti diketahui secara keseluruhan laju

pertumbuhan penduduk di Indonesia pada periode 1990-2000 adalah sebesar 1,35

persen per tahun.

Penduduk Provinsi Lampung tahun 2001 berdasarkan hasil survey Sosial

Ekonomi Nasional 2001 sebesar 6.720.260 orang dan rata-rata kepadatan

penduduk per kabupaten/kota di Provinsi Lampung per Km2 tahun 2001

berturut-turut adalah Kabupaten Lampung Barat 75,10 jiwa, Tanggamus 238,45 jiwa,

Lampung Selatan 360,52 jiwa, Lampung Timur 201,52 jiwa, Lampung Tengah

220,30 jiwa, Lampung Utara 104,43 jiwa, Way Kanan 91,09 jiwa ,Tulang

Bawang 91,61 jiwa, Bandar Lampung 3.911,94 jiwa, serta Kota Metro 1.910,47

jiwa. Perincian mengenai jumlah penduduk Provinsi Lampung menurut

(52)

28

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Provinsi Lampung Menurut Kabupaten/Kota

No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk

(jiwa)

Lampung 6.720.260 190,44

Sumber: BPS Provinsi Lampung , 2001.

4.4. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah salah satu komponen dalam penggerak pembangunan

di Provinsi Lampung. Besarnya pencari kerja di Provinsi Lampung dipengaruhi

oleh banyaknya sarana pendidikan di daerah tersebut yang berupa Pendidikan

Tinggi maupun Universitas. Disamping itu karena letaknya yang sangat strategis

terutama keadaan geografisnya maka Provinsi Lampung banyak terdapat pencari

kerja baik yang berasal dari daerah-daerah yang berada di sekitarnya maupun

yang berasal dari luar daerah.

Provinsi Lampung sebagai pintu gerbang Pulau Sumatera memiliki

potensi-potensi ekonomi yang prospektif untuk dikembangkan dan diharapkan

dapat menjadi andalan bagi perekonomian daerah tersebut, dengan demikian bisa

dikatakan sebagian penduduknya bekerja pada sektor-sektor ekonomi. Jumlah

penduduk dan persentase yang bekerja menurut lapangan usaha pada tahun 1998

(53)

29

Tabel 4.3 di bawah menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk

Provinsi Lampung bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak 1.839.016 orang

dengan persentase 69,16 persen pada tahun 1998, itu berarti sektor pertanian

merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian, dan secara nyata mampu

menyerap tenaga kerja yang besar.

Tabel 4.3. Jumlah dan Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 1998

No Lapangan Usaha Penduduk (jiwa) Persentase (%)

1

Listrik, gas, dan air bersih Konstruksi

Perdagangan, hotel dan restoran Trnsportasi dan komunikasi Keu, sewa dan jasa perusahaan Jasa-jasa

Jumlah 2.658.866 100,00

Sumber: BPS Provinsi Lampung , 2001.

4.5. Struktur Perekonomian

Perekonomian Lampung didominasi oleh 3 (tiga) sektor kegiatan ekonomi,

yakni sektor pertanian, sektor perdagangan/hotel/restoran, dan sektor industri

pengolahan. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan

PDRB Provinsi Lampung dengan sumbangan sebesar 42,76 persen (atas harga

berlaku) tahun 2001 dan 40,24 persen pada tahun 2002. Bila diteliti lebih lanjut

dari tahun 2001 ke tahun 2002 sumbangan sektor pertanian mengalami penurunan,

hal tersebut disebabkan produksi padi dan palawija yang mengalami penurunan

(54)

30

restoran menempati urutan kedua dengan sumbangan sebesar 15,39 persen tahun

2001 dan 15,15 persen tahun 2002. Sektor industri pengolahan pada urutan ketiga

dengan kontribusi sebesar 12,96 persen tahun 2001 dan 12,75 persen tahun 2002.

Sektor lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor jasa-jasa

sebesar 10,83 persen pada tahun 2001 meningkat menjadi 11,11 persen tahun

2002. Sedangkan sektor yang memberikan sumbangan paling rendah adalah

sektor listrik, gas dan air bersih yang hanya memberikan kontribusi sebesar 0,69

persen tahun 2001 dan 0,84 pada tahun 2002.

4.6. Potensi Ekonomi

Secara umum kegiatan ekonomi Provinsi Lampung dibagi menjadi

sembilan sektor, yaitu:

1. Sektor Pertanian, yang terdiri dari:

a. Subsektor tanaman pangan; pembangunan pada subsektor ini diarahkan

pada peningkatan produksi tanaman padi dan palawija dalam rangka

mempertahankan swasembada pangan.

b. Subsektor tanaman perkebunan; pembangunan pada subsektor ini

diarahkan untuk menunjang peningkatan produksi tanaman perkebunan

terutama yang mudah di pasarkan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan

pendapatan petani dan devisa negara dari hasil ekspor.

c. Subsektor peternakan dan hasilnya; pembanguna n pada subsektor ini

diarahkan pada peningkatan produksi daging, telur dan susu untuk

(55)

31

d. Subsektor kehutanan; kegiatan yang dilakukan meliputi pembangunan

kayu, pengambilan hasil- hasil hutan dan perburuan binatang liar.

e. Subsektor perikanan; pembangunan pada subsektor ini diarahkan untuk

peningkatan produksi dalam upaya pemenuhan gizi masyarakat.

2. Sektor Pertambangan dan Galian

a. Subsektor tanpa migas, meliputi pengambilan dan persiapan pengolahan

lanjutan benda padat, baik dibawah maupun pada permukaan bumi serta

seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan mendapatkan biji logam dan hasil

tambang lainnya.

b. Subsektor penggalian, ini mencakup penggalian dan pengambilan segala

jenis barang galian batu-batuan, pasir besi, biji besi, biji perak serta

komoditas tambang selain kegiatan yang tercakup yaitu penggalian

batu-batuan, pasir, tanah, batu gunung, batu kali, batu kapur, batu koral, kerikil,

dan batu marmer.

3. Sektor Industri Pengolahan

Pembangunan pada bidang ini terutama diarahkan untuk industri pengolahan

hasil pertanian, pemanfaatan limbah pertanian, industri rumah tangga, baik di

pedesaan maupun di perkotaan. Penekanan pembangunan pada industri, selain

untuk peningkatan produksi tapi juga untuk menunjang pertumbuhan ekonomi

dan diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak.

4. Sektor Listrik, Gas, dan Air minum, terdiri dari:

a. Subsektor listrik; meliputi pembangunan dan penyaluran tenaga listrik

(56)

32

PLN adalah perusahaan listrik yang dilakukan oleh perusahaan swasta atau

perseorangan.

b. Subsektor air minum; kegiatan ini meliputi proses pembersihan,

pemurnian, dan proses kimia lain untuk menghasilkan air minum termasuk

penyaluran melalui pipa baik pada rumah tangga, instansi pemerintah dan

swasta.

5. Sektor Bangunan

Kegiatan ini meliputi usaha pembangunan atau pembuatan, perluasan,

perbaikan berat dan ringan, perombakan bangunan tempat tinggal, jalan,

jembatan, bendungan, jaringan listrik, telekomunikasi dan konstruksi.

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, yang terdiri dari:

a. Subsektor perdagangan besar dan eceran; subsektor perdagangan

memainkan peranan penting dalam perekonomian Provinsi Lampung,

karena mendorong pertumbuhan dan produksi. Perdagangan mampu

menjamin kelancaran pemasaran dan pembelian jasa dari konsumen ke

produsen.

b. Subsektor perhotelan, kegiatan ini meliputi penyediaan akomodasi yang

menggunakan sebagian atau keseluruhan bangunan berupa tempat

penginapan, baik yang terbuka unt uk umum atau hanya sebagian anggota

suatu organisasi tertentu. Termasuk pula aktifitas penyediaan makanan dan

minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu penginapan,

yang seluruh kegiatan tersebut berada dalam suatu kesatuan manajemen

(57)

33

c. Subsektor restoran; kegiatan ini mencakup usaha penjualan untuk

penyediaan makanan dan minuman, yang pada umumnya dikonsumsi di

tempat penjualan, di suatu tempat sendiri atau pun dijajakan.

7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, yang terdiri dari:

a. Subsektor angkutan darat, meliputi angkutan jalan raya, jasa penunjang

angkutan darat seperti parkir dan terminal. Akan tetapi yang termasuk

dalam perhitungan hanya terbatas pada segala jenis angkutan jalan raya

seperti bus, truk, becak dan oplet.

b. Subsektor angkutan laut, meliputi kegiatan pelayanan angkutan, pelayanan

samudra, perairan pantai, sungai dan jasa penumpang angkutan laut.

Namun yang termasuk dalam penghitungan terbatas pada angkutan

perairan pantai saja.

c. Subsektor komunikasi, meliputi jasa komunikasi untuk umum seperti

pengiriman surat, paket dan wesel yang diusahakan oleh Perum Pos dan

Giro, pengiriman berita dengan menggunakan telepon, telex, dan telegram

yang diusahakan oleh Perum Telekomunikasi.

8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, yang terdiri dari:

a. Subsektor keuangan (Bank), kegiatan ini meliputi jasa pelayanan di bidang

keuangan kepada pihak lain, seperti menerima simpanan dalam bentuk

giro dan tabungan, memberi pinjaman, mengirim uang, memindahkan

rekening koran, membeli atau menjual surat-surat berharga dan memberi

(58)

34

b. Subsektor keuangan non bank, meliputi pelayanan asuransi baik jiwa atau

pun bukan jiwa seperti asuransi kebakaran, kecelakaan, kerusakan dan

sebagainya, termasuk juga agen perasuransian, unit penyaluran dana

pensiun dan sebagainya.

c. Sektor persewaan dan jasa perusahaan, meliputi kegiatan pemberian jasa

pada pihak lain seperti jasa hukum, jasa angkutan, jasa periklanan, jasa

penyewaan mesin dan peralatan, jasa bangunan dan jasa arsitek. Tetapi

yang termasuk dalam perhitungan terbatas pada jasa hukum

(advokat/pengacara), notaris dan jasa konsultan.

9. Sektor Jasa, terdiri dari:

a. Pemerintahan umum, meliputi jasa pelayanan sosial seperti rumah sakit

umum dan panti asuhan.

b. Swasta, meliputi:

1. Subsektor jasa sosial kemasyarakatan, meliputi jasa pendidikan dan

pendidikan swasta mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi,

termasuk guru perorangan yang berusaha sendiri dan kursus-kursus, jasa

kesehatan mencakup segala lembaga kesehatan swasta yang berbentuk

rumah sakit maupun poliklinik, jasa sosial lainnya mencakup panti asuhan,

rumah ibadah dan sebagainya.

2. Subsektor kebudayaan dan hiburan, meliputi segala macam perusahaan

dan lembaga swasta yang bergerak pada jasa hiburan, rekreasi serta

kebudayaan seperti pembuatan dan distribusi film, usaha penyiaran film

(59)

35

termasuk dalam penghitungan terbatas pada kegiatan pemutaran film dan

penyiaran radio swasta niaga.

3. Subsektor perorangan dan rumah tangga, meliputi jasa yang diberikan

untuk perorangan dan rumah tangga seperti jasa reparasi, jasa binatu,

tukang cukur, tukang jahit, tukang las dan jasa perorangan lainnya.

(60)

36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis PDRB Provinsi Lampung dan PDB Nasional Tahun 1993-2003

Pada kurun waktu 1993-2003, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi

Lampung meningkat sebesar 52,73 persen (Tabel 5.1). Hal ini ditandai dengan

laju pertumbuhan ekonomi yang bernilai positif di seluruh sektor perekonomian

tersebut.

Tabel 5.1. Perubahan PDRB Provinsi Lampung Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993 dan 2003

PDRB Perubahan

(milyar rupiah) PDRB

Sektor Perekonomian

Industri pengolahan 777,42 1.084,85 307,43 39,54

Listrik,gas dan air bersih 26,12 89,72 63,60 243,53

Bangunan/konstruksi 360,22 596,21 235,99 65,51

Perdagangan,hotel dan

Sumber: BPS Povinsi Lampung Tahun 1993 dan 2003 (diolah).

Berdasarkan Tabel 5.1, seluruh sektor ekonomi memberikan peningkatan

kontribusi yang cukup besar bagi PDRB Provinsi Lampung, yang ditandai oleh

laju pertumbuhan ekonomi yang bernilai positif. Sektor ekonomi yang

memberikan kontribusi yang paling kecil adalah sektor jasa-jasa. Pada tahun 1993

(61)

37

milyar dan meningkat menjadi Rp. 706,26 milyar pada tahun 2003 atau hanya

meningkat sebesar 12,98 persen.

Laju pertumbuhan ekonomi terbesar terdapat pada sektor pertambangan

dan penggalian yaitu sebesar 258,41 persen. Pertumbuhan ekonomi sektor

pertambangan dan penggalian berasal dari adanya kontribusi pada sub sektor

pertambangan dan penggalian, yaitu minyak dan gas yang mulai dimasukkan

dalam PDRB Provinsi Lampung mulai tahun 1998.

Pada perekonomian Indonesia, seluruh sektor ekonomi juga mengalami

peningkatan yang ditandai oleh laju pertumbuhan yang seluruhnya positif.

Tabel 5.2. Perubahan PDB Nasional Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993 dan 2003

PDB Perubahan

(milyar rupiah) PDB

Sektor Perekonomian

1993 2003 (milyar rupiah)

Persen (%)

Pertanian 58.963,4 72.673,1 13.709,7 23,25

Pertambangan dan

penggalian 31.497,3 40.761,5 9.264,2 29,41

Industri pengolahan 73.556,4 117.868,7 44.312,3 60,24

Listrik,gas dan air bersih 3.290,3 7.964 4.673,7 142,04

Bangunan/konstruksi 22.512,9 27.350,6 4.837,7 21,49

Perdagangan,hotel dan

restoran 55.297,6 70.891,4 15.593,8 28,2

Pengangkutan dan

komunikasi 23.248,9 37.475,6 14.226,7 61,19

Keuangan, persewaan dan

jasa perusahaan 28.047,8 32.512,3 4.464,5 15.91

Jasa-jasa 33.361,4 41.460 8.098,6 24,27

Total 329.776 448.957,2 119.181,2 36,14

Sumber: BPS Tahun 1993 dan 2003 (diolah).

Sektor yang memberikan kontribusi paling besar adalah sektor listrik, gas

dan air bersih, yaitu sebesar 142,04 persen, hal ini dikarenakan meningkatnya

(62)

38

kehidupan sehari-hari. Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi paling kecil

adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 15,91

persen.

5.2. Rasio PDRB Provinsi Lampung dan PDB Nasional, Tahun 1993-2003

Kontribusi sektor perekonomian di Provinsi Lampung maupun nasional

seluruhnya mengalami peningkatan pada tahun 1993-2003. Jika PDRB tiap sektor

ekonomi baik di Provinsi Lampung maupun di tingkat nasional dibandingkan

tahun 1993 dengan tahun 2003, maka tiap sektor ekonomi akan memiliki rasio

yang berbeda-beda. Rasio sektor perekonomian Provinsi Lampung dan nasional

disajikan dalam bentuk nilai Ra, Ri, dan ri.

Nilai Ra didasarkan pada perhitungan selisih antara PDB nasional tahun

2003 dengan PDB nasiona l tahun 1993 dibagi dengan PDB nasional tahun 1993,

sehingga nilai Ra yang didapat tiap sektor di Indonesia memiliki nilai yang sama

besar. Antara tahun 1993-2003, nilai Ra sebesar 0,36 (Tabel 5.3). Hal ini

(63)

39

Tabel 5.3. Rasio PDRB Provinsi Lampung dan PDB Nasional (Nilai Ra,Ri, dan ri)

Sektor Perekonomian Ra Ri ri

Pertanian 0,36 0,23 0,46

Pertambangan dan penggalian 0,36 0,29 2,58

Industri pengolahan 0,36 0,60 0,40

Listrik,gas dan air bersih 0,36 1,42 2,44

Bangunan/konstruksi 0,36 0,21 0,66

Perdagangan,hotel dan restoran 0,36 0,28 0,42

Pengangkutan dan komunikasi 0,36 0,61 1,00

Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,36 0,16 0,96

Jasa-jasa 0,36 0,24 0,13

Sumber: BPS tahun 1993 dan 2003 (diolah).

Nilai Ri dihitung berdasarkan selisih antara PDB nasional sektor i pada

tahun 2003 dengan PDB nasional sektor i pada tahun 1993 dibagi dengan PDB

nasional sektor i pada tahun 1993. Nilai Ri diseluruh sektor perekonomian

nasional seluruhnya bernilai positif, karena terjadi peningkatan kontribusi pada

masing- masing sektor perekono mian.

Nilai Ri terbesar terdapat pada sektor listrik, gas, dan air bersih yaitu

sebesar 1,42. Hal ini dikarenakan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan

penggunaan listrik, gas, dan air bersih untuk kehidupan sehari- hari. Nilai Ri

terkecil terdapat pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Nilai ri memiliki nilai perhitungan yang berbeda dengan nilai Ra dan Ri.

Perhitungan nilai ri didasarkan pada selisih antara PDRB sektor i di Provinsi

Lampung tahun 2003 dengan PDRB Provinsi Lampung tahun 1993 dibagi dengan

PDRB Provinsi Lampung tahun 1993. Seluruh sektor ekonomi di Provinsi

Lampung mengalami peningkatan kontribusi sehingga seluruh nilai ri yang

(64)

40

Nilai ri terbesar terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu

sebesar 2,58. Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan sektor tersebut paling

besar bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, sedangkan nilai ri terkecil

terdapat pada sektor jasa-jasa yaitu sebesar 0,13.

5.3. Analisis Komponen Wilayah di Provinsi Lampung tahun 1993-2003

Pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Provinsi Lampung

dipengaruhi tiga komponen pertumbuhan wilayah. Ketiga komponen

pertumbuhan wilayah tersebut yaitu pertumbuhan nasional (PN), pertumbuhan

proporsional (PP), dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).

Tabel 5.4. Analisis Shift Share Menurut Sektor Perekonomian di Provinsi Lampung Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Nasional, Tahun 1993-2003

PNi j Sektor Perekonomian

(milyar rupiah) Persen (%)

Pertanian 720,52 36,14

Pertambangan dan penggalian 28,74 36,14

Industri pengolahan 280,96 36,14

Listrik,gas dan air bersih 9,44 36,14

Bangunan/konstruksi 130,18 36,14

Perdagangan,hotel dan restoran 309,8 36,14

Pengangkutan dan komunikasi 145,49 36,14

Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 104,31 36,14

Jasa-jasa 225,92 36,14

Total 1.955,37 36,14

Sumber: BPS Provinsi Lampung Tahun 1993 dan 2003 (diolah).

Pengaruh pertumbuhan nasional menjelaskan perubahan kebijakan

ekonomi nasional yang mempengaruhi perekonomian semua sektor di Provinsi

Lampung. Sehingga persentase komponen PN sama dengan persentase laju

(65)

41

jika ditinjau secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi nasional tahun 1993-2003

telah mempengaruhi peningkatan PDRB Provinsi Lampung sebesar Rp. 1.955,37

milyar (36,14 persen).

Pada Tabel 5.4, secara sektoral peningkatan kontribusi terbesar terdapat

pada sektor pertanian yaitu sebesar Rp. 720,52 milyar. Hal ini mengindikasikan

bahwa sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan nasional,

yang berarti bahwa apabila terjadi perubahan kebijakan tingkat nasional, maka

kontribusi sektor pertanian beserta subsektornya akan mengalami perubahan.

Kebijakan yang mempengaruhi sektor tersebut antara lain pemerintah pusat

mengeluarkan kebijakan mengenai ketahanan pangan pada tahun 2002 melalui

subsidi pupuk yang secara langsung menyebabkan penurunan biaya produksi

untuk pertanian yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kontribusi terhadap

sektor pertanian. Hal ini menjelaskan bahwa kebijakan ekonomi nasional sangat

mempengaruhi besar kecilnya kontribusi terhadap sektor pertanian.

Sektor ekonomi dengan peningkatan kontribusi PN terkecil adalah sektor

listrik, gas, dan air bersih yaitu sebesar Rp. 9,44 milyar. Hal ini berarti jika terjadi

perubahan kebijakan nasional maka tidak terlalu mempengaruhi sektor listrik, gas,

dan air bersih.

Komponen pertumbuhan proporsional sebagai pengaruh kedua

menjelaskan perbedaan kenaikan PDB tingkat nasional dengan PDRB tingkat

provinsi. Persentase komponen PP untuk semua sektor sama besar yang

Gambar

Gambar 2.1. di bawah.
Gambar 3.1. Profil pertumbuhan sektor ekonomi
Tabel 4.1. Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun 2001
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Provinsi Lampung Menurut Kabupaten/Kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 1.2 Jumlah Wajib Pajak Yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen WPYang Tahun WP Orang % Kepatuhan Menyampaikan Pribadi SPT Tahunan Terdaftar 2013 8.022

Bambu yang bertumbuh dengan liar dan sangat banyak di Indonesia memiliki potensi ekonomi yang sangat besar, oleh karena itu masyarakat Indonesia, khususnya

Pada awal berdirinya masjid ini diberi nama Jami’ul Kahhirah (Kairo) karena mengambil nama tempat universitas tersebut didirikan, Belakangan, namanya diubah menjadi

Data udara atas pada saat kejadian yang diperoleh dari stasiun meteorologi Pangkal Pinang menunjukkan bahwa pesawat terbang dengan ketinggian jelajah 32.000 kaki atau dapat

Perlakuan pupuk kandang ayam menghasilkan tinggi tanaman tertinggi dikarenakan memiliki kadar N yang tinggi serta rasio C/N yang lebih rendah dibandingkan dengan pupuk

Temuan-temuan (museum teknologi, seni kriya, barang bukan seni, dll.) 3.. Kemahiran membedakan

Volume 6, Nomor 1, Januari 2020 || SELING: Jurnal Program Studi PGRA | 53 Abstrak: Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk menguji pengaruh permainan sunda manda

universitas) dimana kita mengabdi semakin dikenal di masyarakat sebab individu yang sering menulis itu sering dijadikan sumber berita oleh media massa dengan cara dimintai