ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI
SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG
(PERIODE 1993-2003)
OLEH : BENI HARISMAN
H14103028
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI
SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG
(PERIODE 1993-2003)
Oleh
BENI HARISMAN H14103028
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI
SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh
BENI HARISMAN H14103028
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Beni Harisman
Nomor Registrasi Pokok : H14103028
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi
Sektor-sektor Unggulan di Provinsi Lampung
(Periode 1993-2003)
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Muhammad Findi A, S.E., M.Si. Dr. Ir. D.S. Priyarsono NIP. IPB 030 507 NIP. 131 578 814
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Beni Harisman lahir pada tanggal 22 Mei 1986 di
Wonosobo, sebuah kota kecil yang ada di Provinsi Lampung. Penulis anak
keempat dari lima bersaudara, yang lahir dari pasangan Syahri dan Pauziah.
Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah
dasar pada SDN 1 Sukaraja dan lulus pada tahun 1997, kemudian melanjutkan ke
SLTP Negeri 2 Wonosobo dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama
penulis diterima di SMU Al-kautsar Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 2003 penulis meninggalkan kota tercinta untuk melanjutkan
studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor menjadi pilihan
penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan
pola pikir. Penulis masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan
diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-sektor
Unggulan di Provinsi Lampung (Periode 1993-2003) dan disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah memberi bantuan selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini,
antara lain:
1. Muhammad Findi A, S.E., M.Si. dan Dr. Ir. D.S. Priyarsono selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan mulai dari pembuatan
proposal sampai dengan akhir penyusunan skripsi sehingga dapat
diselesaikan dengan baik.
2. Bapak, Ibu, Udo, Uwo, Kakak, Yeni dan keluarga tercinta yang selalu
memberi dorongan, semangat serta doanya selama ini.
3. Maisya Natassyari atas kasih dan sayangnya.
4. Junaedi, Yusuf, Rizal, Bery, Angga dan keluarga besar Regency.
5. Teman-teman Departemen Ilmu Ekonomi angkatan 40.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun
penulis berharap bahwa karya ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, Agustus 2007
RINGKASAN
BENI HARISMAN. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-sektor Unggula n di Provinsi Lampung (Periode 1993-2003) (dibimbing oleh Muhammad Findi A dan D.S. Priyarsono)
Pembangunan ekonomi pada umumnya diikuti dengan pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer (pertanian dan pertambangan) ke sektor sekunder (industri pengo lahan, konstruksi) dan sektor tersier (perdagangan dan jasa-jasa). Struktur ekonomi dapat dilihat dari peran/kontribusi dari masing- masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap awal pembangunan menunjukkan bahwa sektor primer memiliki peranan penting dalam pembentukan pendapatan suatu wilayah/negara. Pembangunan lebih lanjut membuat peran/kontribusi sektor primer berkurang dan peran ini berpindah ke sektor sekunder dan tersier. Turunnya peran/kontribusi sektor primer di semua wilayah tidak berarti sektor primer di semua wilayah nilai tambahnya turun. Pada kenyataannya nilai tambahnya selalu meningkat, akan tetapi pertumbuhan nilai tambah pada sektor lainnya juga meningkat lebih tinggi. Perubahan struktur ekonomi wilayah-wilayah di Indonesia dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki suatu wilayah yaitu sumber daya yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung pada kurun waktu 1993-2003, selain itu untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan di Provinsi Lampung pada kurun waktu 1993-2003, sehingga dapat diketahui sektor mana saja yang termasuk sektor basis dan sektor non basis. Analisis yang digunakan adalah analisis Shift Share (S-S) dan analisis Location Quotient (LQ). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung dan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional atas dasar harga konstan tahun 1993 dari tahun 1993-2003.
Hasil penelitian berdasarkan analisis S-S menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung dari sektor primer ke sektor sekunder. Hal ini ditunjukkan dengan peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung. Oleh karena itu pemerintah Provinsi Lampung sebaiknya memperhatikan dan mengembangkan sektor sekunder, khususnya sektor listrik, gas, dan air bersih melalui peningkatan pelayanan masyarakat dengan penambahan infrastruktur serta sarana dan prasarana penunjang.
DAFTAR ISI
2.3. Pengertian Sektor Unggulan... 8
2.4. Konsep Ekonomi Basis ... 8
2.5. Analisis Shift Share... 10
2.6. Penelitian Terdahulu... 12
2.7. Kerangka Pemikiran... 13
III. METODE PENELITIAN ... 15
ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI
SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG
(PERIODE 1993-2003)
OLEH : BENI HARISMAN
H14103028
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI
SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG
(PERIODE 1993-2003)
Oleh
BENI HARISMAN H14103028
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI
SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh
BENI HARISMAN H14103028
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Beni Harisman
Nomor Registrasi Pokok : H14103028
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi
Sektor-sektor Unggulan di Provinsi Lampung
(Periode 1993-2003)
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Muhammad Findi A, S.E., M.Si. Dr. Ir. D.S. Priyarsono NIP. IPB 030 507 NIP. 131 578 814
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Beni Harisman lahir pada tanggal 22 Mei 1986 di
Wonosobo, sebuah kota kecil yang ada di Provinsi Lampung. Penulis anak
keempat dari lima bersaudara, yang lahir dari pasangan Syahri dan Pauziah.
Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah
dasar pada SDN 1 Sukaraja dan lulus pada tahun 1997, kemudian melanjutkan ke
SLTP Negeri 2 Wonosobo dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama
penulis diterima di SMU Al-kautsar Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 2003 penulis meninggalkan kota tercinta untuk melanjutkan
studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor menjadi pilihan
penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan
pola pikir. Penulis masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan
diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-sektor
Unggulan di Provinsi Lampung (Periode 1993-2003) dan disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah memberi bantuan selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini,
antara lain:
1. Muhammad Findi A, S.E., M.Si. dan Dr. Ir. D.S. Priyarsono selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan mulai dari pembuatan
proposal sampai dengan akhir penyusunan skripsi sehingga dapat
diselesaikan dengan baik.
2. Bapak, Ibu, Udo, Uwo, Kakak, Yeni dan keluarga tercinta yang selalu
memberi dorongan, semangat serta doanya selama ini.
3. Maisya Natassyari atas kasih dan sayangnya.
4. Junaedi, Yusuf, Rizal, Bery, Angga dan keluarga besar Regency.
5. Teman-teman Departemen Ilmu Ekonomi angkatan 40.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun
penulis berharap bahwa karya ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, Agustus 2007
RINGKASAN
BENI HARISMAN. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-sektor Unggula n di Provinsi Lampung (Periode 1993-2003) (dibimbing oleh Muhammad Findi A dan D.S. Priyarsono)
Pembangunan ekonomi pada umumnya diikuti dengan pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer (pertanian dan pertambangan) ke sektor sekunder (industri pengo lahan, konstruksi) dan sektor tersier (perdagangan dan jasa-jasa). Struktur ekonomi dapat dilihat dari peran/kontribusi dari masing- masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap awal pembangunan menunjukkan bahwa sektor primer memiliki peranan penting dalam pembentukan pendapatan suatu wilayah/negara. Pembangunan lebih lanjut membuat peran/kontribusi sektor primer berkurang dan peran ini berpindah ke sektor sekunder dan tersier. Turunnya peran/kontribusi sektor primer di semua wilayah tidak berarti sektor primer di semua wilayah nilai tambahnya turun. Pada kenyataannya nilai tambahnya selalu meningkat, akan tetapi pertumbuhan nilai tambah pada sektor lainnya juga meningkat lebih tinggi. Perubahan struktur ekonomi wilayah-wilayah di Indonesia dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki suatu wilayah yaitu sumber daya yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung pada kurun waktu 1993-2003, selain itu untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan di Provinsi Lampung pada kurun waktu 1993-2003, sehingga dapat diketahui sektor mana saja yang termasuk sektor basis dan sektor non basis. Analisis yang digunakan adalah analisis Shift Share (S-S) dan analisis Location Quotient (LQ). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung dan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional atas dasar harga konstan tahun 1993 dari tahun 1993-2003.
Hasil penelitian berdasarkan analisis S-S menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung dari sektor primer ke sektor sekunder. Hal ini ditunjukkan dengan peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung. Oleh karena itu pemerintah Provinsi Lampung sebaiknya memperhatikan dan mengembangkan sektor sekunder, khususnya sektor listrik, gas, dan air bersih melalui peningkatan pelayanan masyarakat dengan penambahan infrastruktur serta sarana dan prasarana penunjang.
DAFTAR ISI
2.3. Pengertian Sektor Unggulan... 8
2.4. Konsep Ekonomi Basis ... 8
2.5. Analisis Shift Share... 10
2.6. Penelitian Terdahulu... 12
2.7. Kerangka Pemikiran... 13
III. METODE PENELITIAN ... 15
4.4. Ketenagakerjaan... 28
4.5. Struktur Perekonomian... 29
4.6. Potensi Ekonomi... 30
V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 36
5.1. Analisis PDRB Provinsi Lampung dan PDB Nasiona l Tahun 1993-2003 ... 36
5.2. Rasio PDRB Provinsi Lampung dan PDB Nasional Tahun 1993-2003 ... 38
5.3. Analisis Komponen Wilayah di Provinsi Lampung Tahun 1993-2003 ... 40
5.4. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Lampung... 44
5.5. Sektor Unggulan... 47
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
6.1. Kesimpulan... 50
6.2. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
4.1. Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2003 ... 26
4.2. Jumlah Penduduk Provinsi Lampung Berdasarkan Kabupaten/Kota ... 28
4.3. Jumlah dan Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 1998 ...29
5.1. Perubahan PDRB Provinsi Lampung Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993 dan 2003 ... 36
5.2. Perubahan PDB Nasional Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993 dan 2003 ... 37
5.3. Rasio PDRB Provinsi Lampung dan PDB Nasional (Nilai Ra, Ri, dan ri) . 39
5.4. Analisis Shift Share Menurut Sektor Perekonomian di Provinsi Lampung Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Nasional, Tahun 1993-2003 ... 40
5.5. Analisis Shift Share Menurut Sektor Perekonomian di Provinsi Lampung Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun 1993-2003... 42
5.6. Analisis Shift Share Menurut Sektor Perekonomian di Provinsi Lampung Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 1993-2003... 43
5.7. Pergeseran Bersih Provinsi Lampung, Tahun 1993-2003 ... 45
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1. Sistematika Kerangka Pemikiran... 14
3.1. Profil Pertumbuhan Sektor Ekonomi ... 19
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Tabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993-2003 ... 54
2. Tabel Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional Berdasarkan Harga
Konstan 1993, Tahun 1993-2003 ... 57
1
1.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan adalah suatu proses menuju ke arah kehidupan yang lebih
baik dengan tujuan akhir untuk kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan
pembangunan diarahkan untuk meningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga
kerja. Pembangunan ekonomi pada umumnya diikuti dengan pergeseran struktur
ekonomi dari sektor primer (pertanian dan pertambangan) ke sektor sekunder
(industri pengolahan, konstruksi) dan sektor tersier (perdagangan dan jasa-jasa)
(Thoha dan Soekarni, 2000).
Struktur ekonomi dapat dilihat dari peran/kontribusi dari masing- masing
sektor perekonomian. Pada tahap-tahap awal pembangunan umumnya sektor
primer memiliki peranan penting dalam pembentukan pendapatan suatu
wilayah/negara. Pembangunan lebih lanjut membuat peran/kontribusi sektor
primer berkurang dan peran ini berpindah ke sektor sekunder dan tersier.
Turunnya peran/kontribusi sektor primer di semua wilayah tidak berarti sektor
primer di semua wilayah nilai tambahnya turun. Pada kenyataannya nilai
tambahnya sela lu meningkat, akan tetapi pertumbuhan nilai tambah pada sektor
lainnya juga meningkat lebih tinggi. Perubahan struktur ekonomi wilayah-wilayah
di Indonesia dipengaruhi ole h potensi yang dimiliki suatu wilayah yaitu sumber
daya yang ada (Adi, 2001).
Pembangunan daerah sebagai tolak ukur pertumbuhan ekonomi
2
ekonomi dengan mengembangkan, meningkatkan dan mendayagunakan sumber
daya secara optimal dengan tetap memperhatikan ketentuan antara industri dan
pertanian yang tangguh serta sektor pembangunan lainnya. Sektor ekonomi terdiri
dari sembilan sektor yaitu: (1) pertanian; (2) pertambangan dan pengalian; (3)
industri pengolahan; (4) listik, gas dan air bersih; (5) konstruksi/bangunan; (6)
perdagangan, hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan; (9) jasa. Sembilan sektor tersebut dikelompokkan
dalam sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri
pengolahan, listrik, gas dan air bersih, dan bangunan) dan sektor tersier
(perdagangan, pengangkutan, bank, dan jasa) (BPS, 2005).
Setiap provinsi di Indonesia melaksanakan pembangunan, tidak terkecuali
Provinsi Lampung. Letak geografis Provinsi Lampung mempunyai posisi yang
sangat strategis, karena merupakan daerah pintu gerbang yang menghubungkan
daerah-daerah yang ada di Pulau Sumatera dengan daerah-daerah yang ada di
Pulau Jawa., selain itu Provinsi Lampung juga memiliki sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Pembangunan ekonomi di Provinsi Lampung dapat diketahui dengan
melihat indikator yang dapat mencerminkan seluruh kegiatan ekonomi yang telah
dilaksanakan melalui indikator PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang
diuraikan me lalui pertumbuhan PDRB dan peranan sektoral (BPS Provinsi
Lampung, 2002).
Pengkajian peran ini penting bila dikaitkan dengan kegiatan ekonomi yang
3
struktur dari pembangunan yang bersifat agraris menjadi pembangunan yang non
agraris. Hal ini sesuai dengan konsep perubahan struktur ekonomi menurut
Djojohadikusumo (1994), yakni berupa peralihan dan pergeseran dari kegiatan
sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
Peranan sektoral terhadap pembangunan ekonomi digambarkan oleh
distribusi masing- masing sektor terhadap total PDRB. Gambaran tentang sektor
unggulan yang memiliki kontribusi terhadap pembangunan ekonomi daerah
sangat diperlukan oleh pemerintah daerah Lampung sehingga akan ada gambaran
tentang potensi-potensi tiap sektor dalam mendorong pembangunan.
1.2. Perumusan masalah
Pembangunan ekonomi yang berkesinambungan perlu dilaksanakan demi
tercapainya tujuan pembangunan yaitu masyarakat yang adil dan makmur, yang
pada hakekatnya merupakan suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan, meratakan pembagian pendapatan
masyarakat, meningkatkan sumberdaya yang ada di daerah tersebut dan
mengusahakan pergeseran peranan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder
atau tersier (BPS Provinsi Lampung, 2002).
Sejak diberlakukan otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki
kewenangan untuk mengelola keuangan daerah masing- masing. Kendala yang
dihadapi oleh pemerintah daerah adalah terbatasnya anggaran, sehingga perlu
mengidentifikasi sektor-sektor yang signifikan bagi pendapatan daerah yang
4
Selain itu, berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah
Provinsi Lampung untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang bertujuan untuk
mengubah struktur ekonomi dari agraris menjadi non agraris maka permasalahan
dari penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung pada kurun
waktu 1993-2003?
2. Sektor-sektor apa saja yang dapat menjadi sektor unggulan (leading sector) di Provinsi Lampung?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Menganalisis ada tidaknya perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung
pada kurun waktu 1993-2003.
2. Mengidentifikasi sektor unggulan di Provinsi Lampung pada kurun waktu
1993-2003.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diha rapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Bahan masukan bagi pemerintah Provinsi Lampung dalam merumuskan dan
merencanakan arah kebijakan pembangunan ekonomi pada semua sektor
perekonomian.
5
1.5. Ruang Lingkup
Batasan dalam penelitian ini diantaranya yaitu:
1. Membahas laju pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung pada kurun waktu
1993-2003.
2. Melihat perkembangan ekonomi dari segi sektoral.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Rostow pembangunan merupakan perubahan dari
keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi yang dapat dijelaskan dalam seri
tahapan yang harus dilalui semua negara. Tahapan dari proses pembangunan
terbagi menjadi lima tahap yaitu masyarakat tradisional yang perekonomian
masyarakatnya masih bertumpu pada sektor pertanian, pra kondisi untuk lepas
landas merupakan masa transisi untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai
kekuatan untuk berkembang, lepas landas berupa berlakunya perubahan sangat
drastis dalam masyarakat seperti terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi,
bergerak ke kedewasaan/kematangan ekonomi dimana masyarakat sudah secara
efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi,
konsumsi masal yang tinggi dimana perhatian masyarakat telah lebih menekankan
kepada masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat
(Todaro dan Smith, 2003).
Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi. Sebuah
masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan, bila pertumbuhan
ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi. Menurut Prof. Kuznets, pertumbuhan
ekonomi didefinisikan sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu
negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang ekonomi kepada
penduduknya; dimana kemampuan itu tumbuh sesuai kemajuan teknologi, dan
7
Selain itu dalam bukunya yang lebih awal Modern Economic Growth tahun 1966, ia mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu kenaikan terus
menerus dalam produk per kapita atau per pekerja, sering kali diikuti dengan
kenaikan jumlah penduduk dan biasanya dengan perubahan struktural (Jhingan,
2004).
2.2. Perubahan Struktur Ekonomi
Proses pembangunan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan.
Proses tersebut dalam pelaksanaannya mempunyai strategi ke arah perubahan
struktural (BPS, 2002). Menurut Djojohadikusumo (1994), perubahan struktur
ekonomi biasanya ditandai dengan pengalihan dan pergeseran dari kegiatan sektor
primer (pertanian, pertambangan) ke sektor sekunder (industri manufaktur,
konstruksi) dan tersier (jasa).
Sjahrir (1992), menyatakan bahwa proses perubahan struktur ekonomi
mengandung ciri antara lain:
1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, melebihi pertumbuhan penduduk.
2. Sumbangan (pangsa) sektor primer merosot, pangsa sektor-sektor sekunder
meningkat, sementara pangsa sektor tersier kurang lebih konstan namun
nilai tambahnya akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
3. Apabila pendapatan per kapita penduduk meningkat maka konsumsi pangan
akan menurun dan konsumsi barang bukan pangan akan meningkat. Hal ini
akan mengakibatkan menurunnya peran sektor pertanian dan meningkatnya
8
2.3. Pengertian Sektor Unggulan
Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh
keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan
ekonomi. Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas
seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya:
pertama, sektor unggulan tersebut memiliki laju tumbuh yang tinggi; kedua, sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga, sektor tesebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun
ke belakang; keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi (Sambodo, 2002).
2.4. Konsep Ekonomi Basis
Konsep ekonomi basis (economic base theory) mendasarkan
pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh
besarnya ekspor dari wilayah tersebut (Tarigan, 2005). Hanafiah (1998) membagi
kegiatan dalam suatu wilayah menjadi kegiatan basis dan non basis. Kegiatan
basis merupakan kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya baik berupa barang
maupun jasa yang ditujukan untuk diekspor keluar dari lingkungan masyarakat
tersebut atau dijual kepada para pedagang yang datang dari luar masyarakat
tersebut, sehingga dapat digolongkan kepada kegiatan masyarakat yang
9
maupun efisiensi ekonomis sangat menentukan dalam pertumbuhan kegiatan basis
suatu wilayah.
Menurut Glasson (1974), semakin banyak sektor basis dalam suatu
wilayah akan menambah arus pendapatan ke wilayah tersebut, menambah
permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya, dan menimbulkan kenaikan
volume sektor non basis. Glasson juga menyarankan untuk menggunakan metode
location quotient dalam menentukan apakah sektor tersebut basis atau tidak. Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non
basis dapat digunakan beberapa metode, yaitu metode pengukuran langsung dan
metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dilakukan
dengan melakukan survey langsung untuk mengidentifikasi sektor mana yang
merupakan sektor basis. Metode ini dilakukan untuk menentukan sektor basis
dengan tepat, akan tetapi memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang cukup besar.
Oleh karena itu maka sebagian pakar ekonomi menggunakan metode pengukuran
tidak langsung, yaitu:
1. Metode Arbriter, dilakukan dengan cara membagi secara langsung kegiatan
perekonomian ke dalam kategori ekspor dan non ekspor tanpa melakukan
penelitian secara spesifik di tingkat lokal. Metode ini tidak memperhitungkan
kenyataan bahwa dalam kegiatan ekonomi terdapat kegiatan ekonomi yang
menghasilkan barang yang sebagian diekspor atau dijual.
2. Metode Location Quotient (LQ), merupakan suatu alat analisa untuk melihat peranan suatu sektor tertentu dalam suatu wilayah dengan peranan sektor
10
3. Metode kebutuhan minimum, metode ini sangat tergantung pada pemilihan
persentase minimum dan tingkat disagregasi. Disagregasi yang terlalu
terperinci dapat mengakibatkan hampir semua sektor menjadi basis atau
ekspor.
Dari ketiga metode tersebut Glasson (1977) menyarankan metode LQ
dalam menentukan sektor basis. Richardson (1977) menyatakan bahwa teknik LQ
adalah yang paling lazim digunakan dalam studi-studi basis empirik. Asumsinya
adalah jika suatu daerah lebih berspesialisasi dalam memproduksi suatu barang
tertentu, maka wilayah tersebut mengekspor barang tersebut sesuai dengan tingkat
spesialisasinya dalam memproduksi barang tersebut.
2.5. Analisis Shift Share
Analisis S-S adalah suatu analisis mengenai perubahan berbagai indikator
kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik waktu di
suatu wilayah. Penelitian ini menggunakan metode analisis S-S karena analisis ini
dapat memperinci penyebab perubahan berbagai faktor yang dapat menyebabkan
perubahan struktur ekonomi suatu daerah dari satu kurun waktu ke kurun waktu
berikutnya.
Kegunaan analisis S-S ini ya itu melihat perkembangan dari sektor
perekonomian suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih
luas, juga melihat perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan
11
dalam membandingkan besar aktifitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan
pertumbuhan antar wilayah.
Tiga komponen pertumbuhan dalam analisis S-S:
1. Komponen Pertumbuhan Nasional/PN (National Growth Component)
yaitu perubahan produksi/kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan
oleh perubahan produksi regional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi
regional, atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian
suatu wilayah atau sektor.
1. Komponen Pertumbuhan Proporsional/PP (Proportional Mix Growth
Component) tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir,
perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan
industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi, dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.
2. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah/PPW (Regional Share Growth
Component), timbul karena peningkatan atau penurunan produksi/kesempatan
kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya yang
ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan
kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada
wilayah tersebut.
Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat
ditentukan dan diidentifikasi perkembangan suatu sektor ekonomi pada suatu
wilayah. Apabila PP + PPW > 0, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
12
Sementara itu, PP + PPW < 0 menunjukkan bahwa sektor ke i pada wilayah ke j
tergolong pertumbuhan yang lambat.
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan menggunakan analisis S-S dan Location Quotient (LQ) telah banyak dilakukan sebelumnya seperti yang telah dilakukan oleh Azman
(2001), yang menggunakan analisis shift share untuk menganalisis struktur perekonomian Kabupaten Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa telah terjadi perubahan struktur perekonomian dari sektor
primer (pertanian, pertambangan dan penggalian) ke sektor sekunder (industri)
dan sektor tersier (jasa-jasa, perdagangan, hotel, dan restoran). Akan tetapi sektor
pertanian masih mendominasi dalam penyediaan lapangan pekerjaan maupun
dalam kontribusinya terhadap PDRB.
Prihartanti (2005) dengan penelitiannya yang berudul “Analisis
Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif dalam Pembangunan
Wilayah Pada Masa Otonomi Daerah di Kabupaten Kudus”, yang menganalisis
keunggulan komparatif dengan analisis LQ dengan indikator PDRB, selain itu
juga dihitung efek pengganda pendapatan serta surplus pendapatan bagi daerah.
Sedangkan analisis yang digunakan dalam keunggulan kompetitif dihitung
dengan analisis LQ dengan variabel yang digunakan adalah tingkat upaya pajak,
investasi, dalam bidang pendidikan, dan kemampuan dalam otonomi daerah.
Hasil analisisnya adalah Kabupaten Kudus memiliki keunggulan
13
Hasil analisis di tingkat lokal menunjukkan bahwa setiap kecamatan di wilayah
Kabupaten Kudus mepunyai sektor basis. Sektor pertanian adalah sektor yang
memiliki nilai LQ paling tinggi di Kecamatan Undaan, sedangkan sektor basis
yang paling banyak yang terdapat di wilayah Kabupaten Kudus adalah sektor
listrik, gas, dan air. Di wilayah Kabupaten Kudus semua kecamatannya tidak ada
yang berspesialisasi terhadap sektor perekonomian, hal ini berarti kegiatan
ekonomi di Kabupaten Kudus relatif menyebar di semua kecamatan.
Usya (2006) dengan penelitiannya yang menganalisis struktur ekonomi
dan mengidentifikasi sektor unggulan di Kabupaten Subang. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di
Kabupaten Subang. Hal ini ditunjukkan oleh peranan sektor primer yang
meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Subang. Selain
itu, komponen pertumbuhan wilayah Provinsi Jawa Barat membawa pengaruh
positif terhadap perubahan PDRB Kabupaten Subang. Terakhir diperoleh empat
sektor unggulan yang ada di Kabupaten Subang yaitu: pertanian,
bangunan/konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa.
2.7. Kerangka Pemikiran
Pembangunan wilayah ditujukan untuk pengembangan masyarakat di
suatu wilayah. Pembangunan wilayah membutuhkan alokasi sumber daya yang
optimal, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang diharapkan
14
Untuk itu pemerintah Provinsi Lampung perlu menganalisis struktur
perekonomian dan mengidentifikasi sektor unggulan agar pemerintah Lampung
dapat mengambil kebijakan mengenai pembangunan daerah di masa yang akan
datang.
Secara skematis sistem kerangka pemikiran studi diterangkan pada
Gambar 2.1. di bawah.
Keterangan: Hal yang diteliti
15
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan untuk menganalisis struktur ekonomi dan
mengidentifikasi sektor-sektor unggulan di Provinsi Lampung adalah data
sekunder berupa PDRB Provinsi Lampung atas dasar harga konstan 1993 antara
tahun 1993-2003 dan PDB nasional atas dasar harga konstan 1993 pada tahun
yang sama. Penggunaan tahun dasar 1993 dan tahun akhir 2003 pada penelitian ini
karena perubahan struktur ekonomi secara umum dapat terlihat pada satu dekade
atau kurun waktu kurang lebih sepuluh tahun. Data diperoleh dari BPS Provinsi
Lampung, BPS Pusat, dan instans i terkait lainnya dalam penelitian.
3.2. Metode Analisis Data
3.2.1. Analisis Shift Share (S-S)
Berdasarkan Budiharsono (2001), perhitungan dengan menggunakan
metode analisis S-S yaitu: andaikata dalam suatu negara terdapat m
daerah/wilayah/provinsi (j=1,2,3…m) dan n sektor (i=1,2,3...n) maka perubahan
tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Perubahan PDRB dirumuskan sebagai berikut:
? Yij = Yij −Yij
,
Dimana :
? Yij = perubahan PDRB sektor i di wilayah j
,
ij
16
Yij = PDRB dari sektor i di wilayah j pada tahun dasar analisis
2. Rumus persentase perubahan PDRB yaitu:
(
)
3. Menghitung Rasio PDRB, yang terbagi dalam tiga rasio
• ri =
ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah provinsi
,
ij
Y = PDRB pada sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis Yij = PDRB dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
• Ri =
Y = PDB nasional dari sektor i pada tahun akhir analisis
.
Y’.. = PDB nasional pada tahun akhir analisis
17
4. Menghitung komponen pertumbuhan wilayah
• PN
PNij = (Ra)Yij
Dimana :
PNij = komponen pertumbuhan nasional sektor i untuk wilayah j
Yij = PDRB dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
• PP
PPij = (Ri-Ra)Yij
Dimana :
PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah j
Yij = indikator kegiatan ekonomi dari sektor i pada wilayah j pada
tahun dasar analisis
Apabila:
PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya lambat
PPij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya cepat
• PPW
PPWij = (ri – Ri)Yij
Dimana :
PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilyah j
Yij = PDRB dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
Apabila:
PPWij < 0, berarti sektor/wilayah j mempunyai daya saing yang baik
18
PPWij > 0, berarti sektor i pada wilayah j tidak dapat bersaing dengan baik
apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya
5. Adapun perubahan dalam PDRB sektor i pada wilayah ke j dirumuskan
sebagai berikut :
? Yij = PNij + PPij + PPWij (1)
? Yij = Y’ij - Yij (2)
Rumus ketiga komponen pertumbuhan wilayah adalah:
PNij = Yij (Ra) (3)
PPij = Yij (Ri – Ra) (4)
PPWij = Yij (ri –Ri) (5)
Apabila persamaan (2), (3), (4), dan (5) disubtitusikan ke persamaan (1), maka
didapat:
Yij = PNij + PPij + PPWij
Y’ij – Yij = Y’ij – Yij + Yij (Ri – Ra) + Yij (ri – Ri)
Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dapat dirumuskan :
%PNij =Ra %PPij = Ri – Ra %PPWij = ri – Ra
atau
19
6. Mengevaluasi profil pertumbuhan sektor perekonomian
Analisis profil pertumbuhan PDRB bertujuan untuk mengidentifikasi
pertumbuhan PDRB sektor ekonomi di suatu wilayah pada kurun waktu yang
ditentukan dengan cara mengekspresikan persentase perubahan komponen PPij
dan PPWij. Data yang telah dianalisis akan diinterpretasikan dengan cara memplot
persentase perubahan komponen PP dan PPW ke dalam sumbu vertikal dan
horizontal. Komponen PP diletakan pada sumbu horizontal sebagai absis,
sedangkan komponen PPW pada sumbu vertikal sebagai ordinat.
PPW
Kuadran IV Kuadran I
PP
Kuadran III Kuadran II
Gambar 3.1. Profil pertumbuhan sektor ekonomi
Sumber: Budiharsono, 2001.
a. Kuadran I menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah
memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan juga mampu bersaing dengan
sektor perekonomian di wilayah lainnya. Maka wilayah ini termasuk wilayah
20
b. Kuadran II menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu
wilayah memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tapi sektor tersebut tidak
mampu bersaing dengan sektor perekonomian wilayah lain.
c. Kuadran III menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu
wilayah memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan tidak mampu bersaing
dengan wilayah lainnya.
d. Kuadran IV menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian pada suatu
wilayah memiliki laju pertumbuhan yang lambat, tapi wilayah tersebut
mampu bersaing dengan wilayah lainnya.
e. Pada wilayah II dan III terdapat garis diagonal yang memotong dua kuadran
tersebut. Bagian atas garis diagonal mengindikasikan bahwa suatu wilayah
yang progresif, sedangkan yang di bawah adalah wilayah yang
pertumbuhannya lambat.
7. Menghitung pergeseran bersih
Apabila komponen pertumbuhan proporsional dan pangsa wilayah
dijumlahkan, maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi pertumbuhan suatu sektor perekonomian. Pergeseran bersih
sektor i pada wilyah yang lebih kecil dapat dirumuskan sebagai berikut :
PBij = PPij + PPWij
Dimana :
PBij = pergeseran bersih sektor i pada wilayah j
PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada wilayah j
21
Apabila:
PBij > 0, maka pertumbuhan sektor i pda wilayah j termasuk ke dalam komponen
progresif (maju)
PBij < 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk lamban
3.2.2. Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis ini digunakan untuk melihat sektor-sektor yang termasuk ke
dalam kategori sektor unggulan. Perhitungan kuosien lokasi digunakan untuk
menunjukkan perbandingan antara peranan sektor tingkat regional dengan peran
sektor di wilayah tingkat atasnya. Hasil dari perhitungan LQ dapat membantu
dalam melihat kekuatan dan kelemahan wilayah dibandingkan rela tif dengan
wilayah yang lebih luas.
Rumus besarnya LQ seperti dikemukakan oleh Richardson (1985) yaitu:
N
Si : Jumlah pendapatan sektor i di Provinsi Lampung
S : Jumlah pendapatan semua sektor di Provinsi Lampung atau total PDRB
Lampung
Ni : Jumlah pendapatan sektor i di tingkat nasional
N : Jumlah pendapatan semua sektor di tingkat nasional atau total PDB
22
Kriteria penggolongannya adalah sebagai berikut :
1. jika LQ > 1, artinya sektor yang ada di daerah tersebut merupakan sektor
basis yang mampu mengekspor hasil industrinya ke daerah lain
2. jika LQ < 1, artinya sektor yang ada di daerah tersebut merupakan sektor
non basis dan cenderung mengimpor dari daerah lain
3. jika LQ = 1, artinya produk domestik yang dimiliki daerah tersebut habis
dikonsumsi daerah tersebut.
3.3. Konsep dan Definisi Data
1. PDRB adalah jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. PDRB dapat
diartikan pula sebagai suatu indikator untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara sektoral, sehingga dapat dilihat
penyebab pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tersebut.
2. PDRB atas Harga Konstan adalah PDRB yang dinilai berdasarkan pada
tahun dasar baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun
komponen nilai tambah.
3. Sektor ekonomi berdasarkan unit produksi terdiri dari sembilan sektor,
diantaranya yaitu: (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3)
industri pengolahan; (4) listik, gas dan air bersih; (5) konstruksi/bangunan;
(6) perdagangan, hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8)
23
4. Sektor unggulan merupakan sektor yang menjadi prioritas utama untuk
24
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
4.1. Letak Geografis
Daerah provinsi lampung meliputi areal daratan seluas 35.288,35 Km2
termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara
Pulau Sumatera, dan dibatasi:
1. Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, di sebelah utara
2. Selat Sunda, di sebelah selatan
3. Laut Jawa, di sebelah timur
4. Samudra Indonesia, di sebelah barat
Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung, yang merupakan
gabungan dari kota kembar Tanjung Karang dan Teluk Betung memiliki wilayah
yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama
Panjang dan Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Teluk
Betung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung. Sedangkan Teluk Semangka
ada di Kota Agung. Di laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuan
Maringgai dan Ketapang. Disamping itu, Kota Menggala juga dapat juga
dikunjungi kapal-kapal nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang.
Adapun di Samudra Indonesia terdapat Pelabuhan Krui. Lapangan terbang utama
Provinsi Lampung adalah: “Raden Intan”, nama baru dari “Branti”, yang terletak
28 km dari ibukota melalui jalan negara menuju Kotabumi, dan lapangan terbang
25
Letak geografis Provinsi Lampung mempunyai posisi yang sangat
strategis, karena merupakan daerah pintu gerbang yang menghubungkan daerah-
daerah yang ada di Pulau Sumatera dengan daerah-daerah yang ada di Pulau Jawa.
Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan:
Timur-Barat berada antara: 1030 40,
- 1050
50,
Bujur Timur
Utara- Selatan berada antara: 60
45,
- 30
45,
Lintang Selatan
Secara topografi Provinsi Lampung dapat di bagi dala m 5 (lima) unit
topografi yaitu:
1. Daerah topografis berbukit sampai bergunung
2. Daerah topografis berombak sampai bergelombang
3. Daerah dataran alluvial
4. Daerah River Basin
4.2. Wilayah Administratif
Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 maret masih merupakan
Keresidenan Lampung yang tergabung dengan Provinsi Sumatra Selatan,
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1964, yang kemudian menjadi
Undang-Undang No. 14 tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi
Provinsi Lampung dengan ibukota Tanjung Karang-Teluk Betung. Selanjutnya
Kotamadya Tanjung Karang-Teluk Betung tersebut berdasarkan Peraturan daerah
No. 24 tahun 1983 telah diganti namanya menjadi Kotamadya Bandar Lampung
terhitung sejak tanggal 17 juni 1983. Berdasarkan Undang-Undang No. 12 tahun
26
Lampung. Secara administratif Provinsi Lampung dibagi dalam sepuluh
kabupaten/kota. Sebelum tahun 1997 Provinsi Lampung terbagi dalam 5 (lima)
kabupaten/kota, pada tahun 1997 dimekarkan menjadi 7 (tujuh) kabupaten/kota
dan dimekarkan lagi pada tahun 1998 menjadi 10 (sepuluh ) kabupaten/kota.
Tabel 4.1. Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun 2001
No Kabupaten/Kota Ibukota LuasWilayah (km2
)
Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2001.
Luas penggunaan lahan di Provinsi Lampung masih didominasi oleh
luasnya hutan (26,41 persen), diikuti perkebunan (21,32 persen), dan
tegalan/ladang (20,47 persen). Sementara itu luas hutan terbesar terdapat di
Kabupaten Lampung Barat yang luasnya mencapai 54,13 persen dari luas
kabupaten yang bersangkutan atau 24,49 persen dari luas hutan di Provinsi
Lampung.
4.3. Kependudukan
Penduduk Provinsi Lampung pada waktu sensus penduduk tahun 1961,
1971, 1980, 1990, dan 2000 masing- masing sebesar 1.667.511, 2.775.695,
4.624.785, 6.015.803, dan 6.659.869 orang. Pertumbuhan penduduk pada periode
27
sebesar 2,67 persen per tahun. Periode 1990-2000 pertumbuhan penduduk sebesar
1,05 persen per tahun. Apabila dilihat laju pertumbuhan penduduk, Provinsi
Lampung merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya baik
pada periode 1971-1980 maupun periode 1980-1990. Sedangkan pada periode
1990-2000 laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung di bawah laju
pertumbuhan penduduk Indonesia. Seperti diketahui secara keseluruhan laju
pertumbuhan penduduk di Indonesia pada periode 1990-2000 adalah sebesar 1,35
persen per tahun.
Penduduk Provinsi Lampung tahun 2001 berdasarkan hasil survey Sosial
Ekonomi Nasional 2001 sebesar 6.720.260 orang dan rata-rata kepadatan
penduduk per kabupaten/kota di Provinsi Lampung per Km2 tahun 2001
berturut-turut adalah Kabupaten Lampung Barat 75,10 jiwa, Tanggamus 238,45 jiwa,
Lampung Selatan 360,52 jiwa, Lampung Timur 201,52 jiwa, Lampung Tengah
220,30 jiwa, Lampung Utara 104,43 jiwa, Way Kanan 91,09 jiwa ,Tulang
Bawang 91,61 jiwa, Bandar Lampung 3.911,94 jiwa, serta Kota Metro 1.910,47
jiwa. Perincian mengenai jumlah penduduk Provinsi Lampung menurut
28
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Provinsi Lampung Menurut Kabupaten/Kota
No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk
(jiwa)
Lampung 6.720.260 190,44
Sumber: BPS Provinsi Lampung , 2001.
4.4. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah salah satu komponen dalam penggerak pembangunan
di Provinsi Lampung. Besarnya pencari kerja di Provinsi Lampung dipengaruhi
oleh banyaknya sarana pendidikan di daerah tersebut yang berupa Pendidikan
Tinggi maupun Universitas. Disamping itu karena letaknya yang sangat strategis
terutama keadaan geografisnya maka Provinsi Lampung banyak terdapat pencari
kerja baik yang berasal dari daerah-daerah yang berada di sekitarnya maupun
yang berasal dari luar daerah.
Provinsi Lampung sebagai pintu gerbang Pulau Sumatera memiliki
potensi-potensi ekonomi yang prospektif untuk dikembangkan dan diharapkan
dapat menjadi andalan bagi perekonomian daerah tersebut, dengan demikian bisa
dikatakan sebagian penduduknya bekerja pada sektor-sektor ekonomi. Jumlah
penduduk dan persentase yang bekerja menurut lapangan usaha pada tahun 1998
29
Tabel 4.3 di bawah menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
Provinsi Lampung bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak 1.839.016 orang
dengan persentase 69,16 persen pada tahun 1998, itu berarti sektor pertanian
merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian, dan secara nyata mampu
menyerap tenaga kerja yang besar.
Tabel 4.3. Jumlah dan Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 1998
No Lapangan Usaha Penduduk (jiwa) Persentase (%)
1
Listrik, gas, dan air bersih Konstruksi
Perdagangan, hotel dan restoran Trnsportasi dan komunikasi Keu, sewa dan jasa perusahaan Jasa-jasa
Jumlah 2.658.866 100,00
Sumber: BPS Provinsi Lampung , 2001.
4.5. Struktur Perekonomian
Perekonomian Lampung didominasi oleh 3 (tiga) sektor kegiatan ekonomi,
yakni sektor pertanian, sektor perdagangan/hotel/restoran, dan sektor industri
pengolahan. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan
PDRB Provinsi Lampung dengan sumbangan sebesar 42,76 persen (atas harga
berlaku) tahun 2001 dan 40,24 persen pada tahun 2002. Bila diteliti lebih lanjut
dari tahun 2001 ke tahun 2002 sumbangan sektor pertanian mengalami penurunan,
hal tersebut disebabkan produksi padi dan palawija yang mengalami penurunan
30
restoran menempati urutan kedua dengan sumbangan sebesar 15,39 persen tahun
2001 dan 15,15 persen tahun 2002. Sektor industri pengolahan pada urutan ketiga
dengan kontribusi sebesar 12,96 persen tahun 2001 dan 12,75 persen tahun 2002.
Sektor lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor jasa-jasa
sebesar 10,83 persen pada tahun 2001 meningkat menjadi 11,11 persen tahun
2002. Sedangkan sektor yang memberikan sumbangan paling rendah adalah
sektor listrik, gas dan air bersih yang hanya memberikan kontribusi sebesar 0,69
persen tahun 2001 dan 0,84 pada tahun 2002.
4.6. Potensi Ekonomi
Secara umum kegiatan ekonomi Provinsi Lampung dibagi menjadi
sembilan sektor, yaitu:
1. Sektor Pertanian, yang terdiri dari:
a. Subsektor tanaman pangan; pembangunan pada subsektor ini diarahkan
pada peningkatan produksi tanaman padi dan palawija dalam rangka
mempertahankan swasembada pangan.
b. Subsektor tanaman perkebunan; pembangunan pada subsektor ini
diarahkan untuk menunjang peningkatan produksi tanaman perkebunan
terutama yang mudah di pasarkan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan petani dan devisa negara dari hasil ekspor.
c. Subsektor peternakan dan hasilnya; pembanguna n pada subsektor ini
diarahkan pada peningkatan produksi daging, telur dan susu untuk
31
d. Subsektor kehutanan; kegiatan yang dilakukan meliputi pembangunan
kayu, pengambilan hasil- hasil hutan dan perburuan binatang liar.
e. Subsektor perikanan; pembangunan pada subsektor ini diarahkan untuk
peningkatan produksi dalam upaya pemenuhan gizi masyarakat.
2. Sektor Pertambangan dan Galian
a. Subsektor tanpa migas, meliputi pengambilan dan persiapan pengolahan
lanjutan benda padat, baik dibawah maupun pada permukaan bumi serta
seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan mendapatkan biji logam dan hasil
tambang lainnya.
b. Subsektor penggalian, ini mencakup penggalian dan pengambilan segala
jenis barang galian batu-batuan, pasir besi, biji besi, biji perak serta
komoditas tambang selain kegiatan yang tercakup yaitu penggalian
batu-batuan, pasir, tanah, batu gunung, batu kali, batu kapur, batu koral, kerikil,
dan batu marmer.
3. Sektor Industri Pengolahan
Pembangunan pada bidang ini terutama diarahkan untuk industri pengolahan
hasil pertanian, pemanfaatan limbah pertanian, industri rumah tangga, baik di
pedesaan maupun di perkotaan. Penekanan pembangunan pada industri, selain
untuk peningkatan produksi tapi juga untuk menunjang pertumbuhan ekonomi
dan diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak.
4. Sektor Listrik, Gas, dan Air minum, terdiri dari:
a. Subsektor listrik; meliputi pembangunan dan penyaluran tenaga listrik
32
PLN adalah perusahaan listrik yang dilakukan oleh perusahaan swasta atau
perseorangan.
b. Subsektor air minum; kegiatan ini meliputi proses pembersihan,
pemurnian, dan proses kimia lain untuk menghasilkan air minum termasuk
penyaluran melalui pipa baik pada rumah tangga, instansi pemerintah dan
swasta.
5. Sektor Bangunan
Kegiatan ini meliputi usaha pembangunan atau pembuatan, perluasan,
perbaikan berat dan ringan, perombakan bangunan tempat tinggal, jalan,
jembatan, bendungan, jaringan listrik, telekomunikasi dan konstruksi.
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, yang terdiri dari:
a. Subsektor perdagangan besar dan eceran; subsektor perdagangan
memainkan peranan penting dalam perekonomian Provinsi Lampung,
karena mendorong pertumbuhan dan produksi. Perdagangan mampu
menjamin kelancaran pemasaran dan pembelian jasa dari konsumen ke
produsen.
b. Subsektor perhotelan, kegiatan ini meliputi penyediaan akomodasi yang
menggunakan sebagian atau keseluruhan bangunan berupa tempat
penginapan, baik yang terbuka unt uk umum atau hanya sebagian anggota
suatu organisasi tertentu. Termasuk pula aktifitas penyediaan makanan dan
minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu penginapan,
yang seluruh kegiatan tersebut berada dalam suatu kesatuan manajemen
33
c. Subsektor restoran; kegiatan ini mencakup usaha penjualan untuk
penyediaan makanan dan minuman, yang pada umumnya dikonsumsi di
tempat penjualan, di suatu tempat sendiri atau pun dijajakan.
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, yang terdiri dari:
a. Subsektor angkutan darat, meliputi angkutan jalan raya, jasa penunjang
angkutan darat seperti parkir dan terminal. Akan tetapi yang termasuk
dalam perhitungan hanya terbatas pada segala jenis angkutan jalan raya
seperti bus, truk, becak dan oplet.
b. Subsektor angkutan laut, meliputi kegiatan pelayanan angkutan, pelayanan
samudra, perairan pantai, sungai dan jasa penumpang angkutan laut.
Namun yang termasuk dalam penghitungan terbatas pada angkutan
perairan pantai saja.
c. Subsektor komunikasi, meliputi jasa komunikasi untuk umum seperti
pengiriman surat, paket dan wesel yang diusahakan oleh Perum Pos dan
Giro, pengiriman berita dengan menggunakan telepon, telex, dan telegram
yang diusahakan oleh Perum Telekomunikasi.
8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, yang terdiri dari:
a. Subsektor keuangan (Bank), kegiatan ini meliputi jasa pelayanan di bidang
keuangan kepada pihak lain, seperti menerima simpanan dalam bentuk
giro dan tabungan, memberi pinjaman, mengirim uang, memindahkan
rekening koran, membeli atau menjual surat-surat berharga dan memberi
34
b. Subsektor keuangan non bank, meliputi pelayanan asuransi baik jiwa atau
pun bukan jiwa seperti asuransi kebakaran, kecelakaan, kerusakan dan
sebagainya, termasuk juga agen perasuransian, unit penyaluran dana
pensiun dan sebagainya.
c. Sektor persewaan dan jasa perusahaan, meliputi kegiatan pemberian jasa
pada pihak lain seperti jasa hukum, jasa angkutan, jasa periklanan, jasa
penyewaan mesin dan peralatan, jasa bangunan dan jasa arsitek. Tetapi
yang termasuk dalam perhitungan terbatas pada jasa hukum
(advokat/pengacara), notaris dan jasa konsultan.
9. Sektor Jasa, terdiri dari:
a. Pemerintahan umum, meliputi jasa pelayanan sosial seperti rumah sakit
umum dan panti asuhan.
b. Swasta, meliputi:
1. Subsektor jasa sosial kemasyarakatan, meliputi jasa pendidikan dan
pendidikan swasta mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi,
termasuk guru perorangan yang berusaha sendiri dan kursus-kursus, jasa
kesehatan mencakup segala lembaga kesehatan swasta yang berbentuk
rumah sakit maupun poliklinik, jasa sosial lainnya mencakup panti asuhan,
rumah ibadah dan sebagainya.
2. Subsektor kebudayaan dan hiburan, meliputi segala macam perusahaan
dan lembaga swasta yang bergerak pada jasa hiburan, rekreasi serta
kebudayaan seperti pembuatan dan distribusi film, usaha penyiaran film
35
termasuk dalam penghitungan terbatas pada kegiatan pemutaran film dan
penyiaran radio swasta niaga.
3. Subsektor perorangan dan rumah tangga, meliputi jasa yang diberikan
untuk perorangan dan rumah tangga seperti jasa reparasi, jasa binatu,
tukang cukur, tukang jahit, tukang las dan jasa perorangan lainnya.
36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis PDRB Provinsi Lampung dan PDB Nasional Tahun 1993-2003
Pada kurun waktu 1993-2003, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Lampung meningkat sebesar 52,73 persen (Tabel 5.1). Hal ini ditandai dengan
laju pertumbuhan ekonomi yang bernilai positif di seluruh sektor perekonomian
tersebut.
Tabel 5.1. Perubahan PDRB Provinsi Lampung Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993 dan 2003
PDRB Perubahan
(milyar rupiah) PDRB
Sektor Perekonomian
Industri pengolahan 777,42 1.084,85 307,43 39,54
Listrik,gas dan air bersih 26,12 89,72 63,60 243,53
Bangunan/konstruksi 360,22 596,21 235,99 65,51
Perdagangan,hotel dan
Sumber: BPS Povinsi Lampung Tahun 1993 dan 2003 (diolah).
Berdasarkan Tabel 5.1, seluruh sektor ekonomi memberikan peningkatan
kontribusi yang cukup besar bagi PDRB Provinsi Lampung, yang ditandai oleh
laju pertumbuhan ekonomi yang bernilai positif. Sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi yang paling kecil adalah sektor jasa-jasa. Pada tahun 1993
37
milyar dan meningkat menjadi Rp. 706,26 milyar pada tahun 2003 atau hanya
meningkat sebesar 12,98 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi terbesar terdapat pada sektor pertambangan
dan penggalian yaitu sebesar 258,41 persen. Pertumbuhan ekonomi sektor
pertambangan dan penggalian berasal dari adanya kontribusi pada sub sektor
pertambangan dan penggalian, yaitu minyak dan gas yang mulai dimasukkan
dalam PDRB Provinsi Lampung mulai tahun 1998.
Pada perekonomian Indonesia, seluruh sektor ekonomi juga mengalami
peningkatan yang ditandai oleh laju pertumbuhan yang seluruhnya positif.
Tabel 5.2. Perubahan PDB Nasional Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993 dan 2003
PDB Perubahan
(milyar rupiah) PDB
Sektor Perekonomian
1993 2003 (milyar rupiah)
Persen (%)
Pertanian 58.963,4 72.673,1 13.709,7 23,25
Pertambangan dan
penggalian 31.497,3 40.761,5 9.264,2 29,41
Industri pengolahan 73.556,4 117.868,7 44.312,3 60,24
Listrik,gas dan air bersih 3.290,3 7.964 4.673,7 142,04
Bangunan/konstruksi 22.512,9 27.350,6 4.837,7 21,49
Perdagangan,hotel dan
restoran 55.297,6 70.891,4 15.593,8 28,2
Pengangkutan dan
komunikasi 23.248,9 37.475,6 14.226,7 61,19
Keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan 28.047,8 32.512,3 4.464,5 15.91
Jasa-jasa 33.361,4 41.460 8.098,6 24,27
Total 329.776 448.957,2 119.181,2 36,14
Sumber: BPS Tahun 1993 dan 2003 (diolah).
Sektor yang memberikan kontribusi paling besar adalah sektor listrik, gas
dan air bersih, yaitu sebesar 142,04 persen, hal ini dikarenakan meningkatnya
38
kehidupan sehari-hari. Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi paling kecil
adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 15,91
persen.
5.2. Rasio PDRB Provinsi Lampung dan PDB Nasional, Tahun 1993-2003
Kontribusi sektor perekonomian di Provinsi Lampung maupun nasional
seluruhnya mengalami peningkatan pada tahun 1993-2003. Jika PDRB tiap sektor
ekonomi baik di Provinsi Lampung maupun di tingkat nasional dibandingkan
tahun 1993 dengan tahun 2003, maka tiap sektor ekonomi akan memiliki rasio
yang berbeda-beda. Rasio sektor perekonomian Provinsi Lampung dan nasional
disajikan dalam bentuk nilai Ra, Ri, dan ri.
Nilai Ra didasarkan pada perhitungan selisih antara PDB nasional tahun
2003 dengan PDB nasiona l tahun 1993 dibagi dengan PDB nasional tahun 1993,
sehingga nilai Ra yang didapat tiap sektor di Indonesia memiliki nilai yang sama
besar. Antara tahun 1993-2003, nilai Ra sebesar 0,36 (Tabel 5.3). Hal ini
39
Tabel 5.3. Rasio PDRB Provinsi Lampung dan PDB Nasional (Nilai Ra,Ri, dan ri)
Sektor Perekonomian Ra Ri ri
Pertanian 0,36 0,23 0,46
Pertambangan dan penggalian 0,36 0,29 2,58
Industri pengolahan 0,36 0,60 0,40
Listrik,gas dan air bersih 0,36 1,42 2,44
Bangunan/konstruksi 0,36 0,21 0,66
Perdagangan,hotel dan restoran 0,36 0,28 0,42
Pengangkutan dan komunikasi 0,36 0,61 1,00
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,36 0,16 0,96
Jasa-jasa 0,36 0,24 0,13
Sumber: BPS tahun 1993 dan 2003 (diolah).
Nilai Ri dihitung berdasarkan selisih antara PDB nasional sektor i pada
tahun 2003 dengan PDB nasional sektor i pada tahun 1993 dibagi dengan PDB
nasional sektor i pada tahun 1993. Nilai Ri diseluruh sektor perekonomian
nasional seluruhnya bernilai positif, karena terjadi peningkatan kontribusi pada
masing- masing sektor perekono mian.
Nilai Ri terbesar terdapat pada sektor listrik, gas, dan air bersih yaitu
sebesar 1,42. Hal ini dikarenakan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
penggunaan listrik, gas, dan air bersih untuk kehidupan sehari- hari. Nilai Ri
terkecil terdapat pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Nilai ri memiliki nilai perhitungan yang berbeda dengan nilai Ra dan Ri.
Perhitungan nilai ri didasarkan pada selisih antara PDRB sektor i di Provinsi
Lampung tahun 2003 dengan PDRB Provinsi Lampung tahun 1993 dibagi dengan
PDRB Provinsi Lampung tahun 1993. Seluruh sektor ekonomi di Provinsi
Lampung mengalami peningkatan kontribusi sehingga seluruh nilai ri yang
40
Nilai ri terbesar terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu
sebesar 2,58. Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan sektor tersebut paling
besar bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, sedangkan nilai ri terkecil
terdapat pada sektor jasa-jasa yaitu sebesar 0,13.
5.3. Analisis Komponen Wilayah di Provinsi Lampung tahun 1993-2003
Pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Provinsi Lampung
dipengaruhi tiga komponen pertumbuhan wilayah. Ketiga komponen
pertumbuhan wilayah tersebut yaitu pertumbuhan nasional (PN), pertumbuhan
proporsional (PP), dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).
Tabel 5.4. Analisis Shift Share Menurut Sektor Perekonomian di Provinsi Lampung Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Nasional, Tahun 1993-2003
PNi j Sektor Perekonomian
(milyar rupiah) Persen (%)
Pertanian 720,52 36,14
Pertambangan dan penggalian 28,74 36,14
Industri pengolahan 280,96 36,14
Listrik,gas dan air bersih 9,44 36,14
Bangunan/konstruksi 130,18 36,14
Perdagangan,hotel dan restoran 309,8 36,14
Pengangkutan dan komunikasi 145,49 36,14
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 104,31 36,14
Jasa-jasa 225,92 36,14
Total 1.955,37 36,14
Sumber: BPS Provinsi Lampung Tahun 1993 dan 2003 (diolah).
Pengaruh pertumbuhan nasional menjelaskan perubahan kebijakan
ekonomi nasional yang mempengaruhi perekonomian semua sektor di Provinsi
Lampung. Sehingga persentase komponen PN sama dengan persentase laju
41
jika ditinjau secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi nasional tahun 1993-2003
telah mempengaruhi peningkatan PDRB Provinsi Lampung sebesar Rp. 1.955,37
milyar (36,14 persen).
Pada Tabel 5.4, secara sektoral peningkatan kontribusi terbesar terdapat
pada sektor pertanian yaitu sebesar Rp. 720,52 milyar. Hal ini mengindikasikan
bahwa sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan nasional,
yang berarti bahwa apabila terjadi perubahan kebijakan tingkat nasional, maka
kontribusi sektor pertanian beserta subsektornya akan mengalami perubahan.
Kebijakan yang mempengaruhi sektor tersebut antara lain pemerintah pusat
mengeluarkan kebijakan mengenai ketahanan pangan pada tahun 2002 melalui
subsidi pupuk yang secara langsung menyebabkan penurunan biaya produksi
untuk pertanian yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kontribusi terhadap
sektor pertanian. Hal ini menjelaskan bahwa kebijakan ekonomi nasional sangat
mempengaruhi besar kecilnya kontribusi terhadap sektor pertanian.
Sektor ekonomi dengan peningkatan kontribusi PN terkecil adalah sektor
listrik, gas, dan air bersih yaitu sebesar Rp. 9,44 milyar. Hal ini berarti jika terjadi
perubahan kebijakan nasional maka tidak terlalu mempengaruhi sektor listrik, gas,
dan air bersih.
Komponen pertumbuhan proporsional sebagai pengaruh kedua
menjelaskan perbedaan kenaikan PDB tingkat nasional dengan PDRB tingkat
provinsi. Persentase komponen PP untuk semua sektor sama besar yang