OLEH
IMAM MUTTAQIEN H14102042
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
IMAM MUTTAQIEN. H14102042. Evaluasi Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Sukaluyu Kecamatan Taman Sari) (dibimbing oleh WIWIK RINDAYANTI).
Kemiskinan di Kabupaten Bogor sampai sekarang masih menjadi masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor meningkat menjadi 26.56 persen pada tahun 2005 (1.089.027 jiwa). Salah satu solusi yang ditawarkan adalah Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor. Program ini berada dibawah semacam Lembaga Swadaya Masyarakat dari komunitas umat Islam. Skema-skema yang dibuat diperuntukkan bagi kalangan masyarakat yang tidak mampu sejauh ini hanya mampu membantu untuk sesaat. Untuk itu Program Ikhtiar Baytul Maal beserta Yayasan Peramu sebagai mitra di lapangan mencoba menerapkan sistem penyaluran dana untuk kaum miskin dengan tujuan nantinya mereka bisa memenuhi kebutuhan utamanya secara mandiri. Sebagaimana kita dalam menjalankan suatu kegiatan berupa program/proyek penting bagi kita selaku pelaksana dilapangan mengetahui kekurangan dan kelebihan atas kegiatan yang kita lakukan sebagai evaluasi. Apalagi menyangkut amanah dari masyarakat, maka dari itu diperlukan evaluasi dan monitoring dalam melaksanakan suatu program agar masyarakat selaku pemberi dana mengetahui penggunaan dana yang telah diberikan untuk disalurkan secara transparan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor dan menganalisis efek pelaksanaan Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor.
Program yang berbasis pada pemberdayaan berbasis komunitas (cummunity based empowerment) menitikberatkan pada masyarakat yang kurang mampu untuk bisa mandiri. Masyarakat yang kurang mampu disini adalah masyarakat yang belum mampu memenuhi kebutuhan pokok secara minimal dan masyarakat yang sudah mampu memenuhi kebutuhan pokoknya namun belum mampu memenuhi kebutuhan psikologisnya atau yang lebih dikenal Keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 (BKKBN, 1996).
selama 7 tahun.
Hasil penelitian ini memberikan output berupa gambaran dan penjelasan program yang dilaksanakan serta efeknya terhadap kesejahteraan masyarakat. Output yang menjadi fokus disini adalah efek program terhadap perkonomian dan sosial masyarakat peserta. Efek program yang dilihat meliputi modal, pendapatan, tabungan, aset rumah tangga dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial masyarakat. Pada pendapatan efeknya menunjukkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat perempuan dari awalnya mereka tidak memiliki penghasilan menjadi memiliki penghasilan. Pada modal efeknya menunjukkan adanya peningkatan modal rata-rata 1 juta rupiah. Pada efek terhadap aset rumah tangga pun terjadi peningkatan yaitu bertambah sebesar16,66 persen.
Peningkatan pada aset yang kecil ini dimaklumi karena mereka dituntut untuk konsisten dalam menggunakan pinjaman. Kekonsistenan dalam menggunakan dana pinjaman sesuai ketika mengajukan pinjaman kepada kelompok. Ketika meminjam dana untuk digunakan untuk usaha, harus digunakan untuk usaha. Sehingga dana yang mereka pinjam selama ini memang digunakan untuk usaha. Selanjutnya efek pada tabungan bagi mereka adalah seluruhnya mereka menjadi memiliki tabungan sebagai simpanan yang bisa mereka ambil sewaktu-waktu. Sebelumnya kebanyakan dari mereka tidak memiliki tabungan. Tabungan ini merupakan hasil dari tabungan wajib yang merupakan bagian rangkaian program. Kemudian pada efek sosial mereka menjadi mengenal sesama anggota akibat dari pertemuan rutin kelompok. Dalam dinamika kelompok diajarkan untuk mengemukakan pendapat kepada forum yang terdiri dari sesama anggota, ketua dan fasilitator kelurahan/petugas lapangan. Mengemukakan masalah-masalah yang dihadapi kepada fasilitator dan juga kepada anggota yang lain sehingga mereka menjadi saling mengenal untuk memecahkan masalah bersama-sama. Selanjutnya perbedaan jumlah pinjaman diantara peserta tidak menjadi perbedaan mereka dalam status sosial di dalam kelompok. Karena semakin besar jumlah pinjaman maka semakin besar pula tanggungan responden untuk mengangsur lebih besar.
EVALUASI EFEK PROGRAM IKHTIAR BAYTUL MAAL BOGOR TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
(STUDI KASUS DESA SUKALUYU KECAMATAN TAMAN SARI KABUPATEN BOGOR)
OLEH
IMAM MUTTAQIEN H14102042
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Imam Muttaqien
Nomor Registrasi Pokok : H14102042 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Evaluasi Efek Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Sukaluyu Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor)
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Wiwik Rindayanti, M.S. NIP. 131 653 137
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Maret 2007
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama IMAM MUTTAQIEN lahir tanggal 27 Mei 1985 di Bogor. Penulis lahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Na’im Djunaidi, S.T dan Alfiah Ahmad. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Sukatani IV Cimanggis Depok kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 3 Cimanggis Depok dan lulus pada 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Islam PB. Sudirman Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2002.
KATA PENGANTAR
Penelitian ini merupakan hasil pengamatan penulis pada kegiatan Program Ikhtiar Baytul Maal. Penulis tertarik dengan kegiatan penyaluran dana zakat yang dilakukan oleh Baytul Maal, karena saat ini peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin menjadi masalah yang membutuhkan penanganan serius untuk dientaskan. Perangkap kemiskinan yang semakin membuat masyarakat terpuruk. Untuk itu Baytul Maal ingin mencoba mengentaskan rantai perangkap kemiskinan melalui Program Ikhtiarnya.
Penelitian ini mencoba untuk menilai apakah Program Ikhtiar Baytul Maal yang dijalankan sudah baik atau belum dengan menilainya melalui persepsi dari peserta program tentang pelaksanaan program serta melihat pengaruhnya terhadap kondisi ekonomi dan sosial. Sehingga bisa menjadi masukan kepada pelaksana/pihak terkait tentang program apakah layak untuk dijalankan terus atau tidak.
Penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar memahami respon masyarakat terhadap program dan juga sekaligus memahami tahapan-tahapan kegiatan dari program. Dengan segala keterbatasan yang ada penelitian ini diharapkan bermanfaat, paling tidak untuk informasi awal Baytul Maal untuk peningkatan kualitas pelayanannya.
Penelitian ini adalah hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis. Bersamaan dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna dan memiliki banyak keterbatasan. Namun penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. “Skripsi ini berjudul Evaluasi Efek Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Sukaluyu
Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor)“.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. Wiwik Rindayanti, M.S. yang telah memberikan bimbingan secara moril yang dengan sabar membantu dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Nunung Nuryartono, Ph.D sebagai dosen penguji utama, yang telah memberikan banyak masukan dan dukungan serta perbaikan mengenai metode analisis dan literatur review pada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Jaenal Effendi, M.A. sebagai komisi pendidikan, yang telah memberikan banyak perbaikan dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini menjadi jauh lebih baik.
4. Baytul Maal Bogor dan Yayasan Peramu beserta staf yang telah membantu dalam menyediakan data dan wawancara, serta kepada masyarakat Desa Sukaluyu yang telah bersedia untuk diwawancara.
6. Penulis juga sangat terbantu dengan kritik, saran dan dorongan semangat teman-teman di Departemen Ilmu Ekonomi, karena itu tiada kata-kata yang mampu melukiskan rasa terima kasih penulis kepada mereka semua, terutama Thamie, Fickry, Iqbal, Andros, Ismail, Tasya, Ade Holis, Nur, Irma, Wirda, Ratna, Mala, Lia, Adife, Rudi, Iyas, Hani, Ulan, siera, rini, Priaga, Sotoy dan teman-teman Ilmu Ekonomi yang lain khususnya angkatan 39 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
7. Keluarga Besar Departemen Ilmu Ekonomi dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, kepada seluruh Dosen dan Staf yang selalu memberikan dukungan kepada penulis semasa penulis menjalankan studi di Departemen Ilmu Ekonomi.
8. Keluarga besar UKM Futsal IPB dan Tim Produta S.A IPB Bandung beserta pengurus terutama Sumarno, Ikbar, Wahono, Jack, dan Iksan yang telah banyak membantu dan juga seluruh anggota tim futsal yang pernah bermain di klub Produta S.A Bandung, Bravo Futsal IPB.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan.
Bogor, Maret 2007
OLEH
IMAM MUTTAQIEN H14102042
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
IMAM MUTTAQIEN. H14102042. Evaluasi Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Sukaluyu Kecamatan Taman Sari) (dibimbing oleh WIWIK RINDAYANTI).
Kemiskinan di Kabupaten Bogor sampai sekarang masih menjadi masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor meningkat menjadi 26.56 persen pada tahun 2005 (1.089.027 jiwa). Salah satu solusi yang ditawarkan adalah Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor. Program ini berada dibawah semacam Lembaga Swadaya Masyarakat dari komunitas umat Islam. Skema-skema yang dibuat diperuntukkan bagi kalangan masyarakat yang tidak mampu sejauh ini hanya mampu membantu untuk sesaat. Untuk itu Program Ikhtiar Baytul Maal beserta Yayasan Peramu sebagai mitra di lapangan mencoba menerapkan sistem penyaluran dana untuk kaum miskin dengan tujuan nantinya mereka bisa memenuhi kebutuhan utamanya secara mandiri. Sebagaimana kita dalam menjalankan suatu kegiatan berupa program/proyek penting bagi kita selaku pelaksana dilapangan mengetahui kekurangan dan kelebihan atas kegiatan yang kita lakukan sebagai evaluasi. Apalagi menyangkut amanah dari masyarakat, maka dari itu diperlukan evaluasi dan monitoring dalam melaksanakan suatu program agar masyarakat selaku pemberi dana mengetahui penggunaan dana yang telah diberikan untuk disalurkan secara transparan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor dan menganalisis efek pelaksanaan Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor.
Program yang berbasis pada pemberdayaan berbasis komunitas (cummunity based empowerment) menitikberatkan pada masyarakat yang kurang mampu untuk bisa mandiri. Masyarakat yang kurang mampu disini adalah masyarakat yang belum mampu memenuhi kebutuhan pokok secara minimal dan masyarakat yang sudah mampu memenuhi kebutuhan pokoknya namun belum mampu memenuhi kebutuhan psikologisnya atau yang lebih dikenal Keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 (BKKBN, 1996).
selama 7 tahun.
Hasil penelitian ini memberikan output berupa gambaran dan penjelasan program yang dilaksanakan serta efeknya terhadap kesejahteraan masyarakat. Output yang menjadi fokus disini adalah efek program terhadap perkonomian dan sosial masyarakat peserta. Efek program yang dilihat meliputi modal, pendapatan, tabungan, aset rumah tangga dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial masyarakat. Pada pendapatan efeknya menunjukkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat perempuan dari awalnya mereka tidak memiliki penghasilan menjadi memiliki penghasilan. Pada modal efeknya menunjukkan adanya peningkatan modal rata-rata 1 juta rupiah. Pada efek terhadap aset rumah tangga pun terjadi peningkatan yaitu bertambah sebesar16,66 persen.
Peningkatan pada aset yang kecil ini dimaklumi karena mereka dituntut untuk konsisten dalam menggunakan pinjaman. Kekonsistenan dalam menggunakan dana pinjaman sesuai ketika mengajukan pinjaman kepada kelompok. Ketika meminjam dana untuk digunakan untuk usaha, harus digunakan untuk usaha. Sehingga dana yang mereka pinjam selama ini memang digunakan untuk usaha. Selanjutnya efek pada tabungan bagi mereka adalah seluruhnya mereka menjadi memiliki tabungan sebagai simpanan yang bisa mereka ambil sewaktu-waktu. Sebelumnya kebanyakan dari mereka tidak memiliki tabungan. Tabungan ini merupakan hasil dari tabungan wajib yang merupakan bagian rangkaian program. Kemudian pada efek sosial mereka menjadi mengenal sesama anggota akibat dari pertemuan rutin kelompok. Dalam dinamika kelompok diajarkan untuk mengemukakan pendapat kepada forum yang terdiri dari sesama anggota, ketua dan fasilitator kelurahan/petugas lapangan. Mengemukakan masalah-masalah yang dihadapi kepada fasilitator dan juga kepada anggota yang lain sehingga mereka menjadi saling mengenal untuk memecahkan masalah bersama-sama. Selanjutnya perbedaan jumlah pinjaman diantara peserta tidak menjadi perbedaan mereka dalam status sosial di dalam kelompok. Karena semakin besar jumlah pinjaman maka semakin besar pula tanggungan responden untuk mengangsur lebih besar.
EVALUASI EFEK PROGRAM IKHTIAR BAYTUL MAAL BOGOR TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
(STUDI KASUS DESA SUKALUYU KECAMATAN TAMAN SARI KABUPATEN BOGOR)
OLEH
IMAM MUTTAQIEN H14102042
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Imam Muttaqien
Nomor Registrasi Pokok : H14102042 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Evaluasi Efek Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Sukaluyu Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor)
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Wiwik Rindayanti, M.S. NIP. 131 653 137
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Maret 2007
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama IMAM MUTTAQIEN lahir tanggal 27 Mei 1985 di Bogor. Penulis lahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Na’im Djunaidi, S.T dan Alfiah Ahmad. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Sukatani IV Cimanggis Depok kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 3 Cimanggis Depok dan lulus pada 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Islam PB. Sudirman Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2002.
KATA PENGANTAR
Penelitian ini merupakan hasil pengamatan penulis pada kegiatan Program Ikhtiar Baytul Maal. Penulis tertarik dengan kegiatan penyaluran dana zakat yang dilakukan oleh Baytul Maal, karena saat ini peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin menjadi masalah yang membutuhkan penanganan serius untuk dientaskan. Perangkap kemiskinan yang semakin membuat masyarakat terpuruk. Untuk itu Baytul Maal ingin mencoba mengentaskan rantai perangkap kemiskinan melalui Program Ikhtiarnya.
Penelitian ini mencoba untuk menilai apakah Program Ikhtiar Baytul Maal yang dijalankan sudah baik atau belum dengan menilainya melalui persepsi dari peserta program tentang pelaksanaan program serta melihat pengaruhnya terhadap kondisi ekonomi dan sosial. Sehingga bisa menjadi masukan kepada pelaksana/pihak terkait tentang program apakah layak untuk dijalankan terus atau tidak.
Penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar memahami respon masyarakat terhadap program dan juga sekaligus memahami tahapan-tahapan kegiatan dari program. Dengan segala keterbatasan yang ada penelitian ini diharapkan bermanfaat, paling tidak untuk informasi awal Baytul Maal untuk peningkatan kualitas pelayanannya.
Penelitian ini adalah hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis. Bersamaan dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna dan memiliki banyak keterbatasan. Namun penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. “Skripsi ini berjudul Evaluasi Efek Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Sukaluyu
Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor)“.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. Wiwik Rindayanti, M.S. yang telah memberikan bimbingan secara moril yang dengan sabar membantu dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Nunung Nuryartono, Ph.D sebagai dosen penguji utama, yang telah memberikan banyak masukan dan dukungan serta perbaikan mengenai metode analisis dan literatur review pada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Jaenal Effendi, M.A. sebagai komisi pendidikan, yang telah memberikan banyak perbaikan dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini menjadi jauh lebih baik.
4. Baytul Maal Bogor dan Yayasan Peramu beserta staf yang telah membantu dalam menyediakan data dan wawancara, serta kepada masyarakat Desa Sukaluyu yang telah bersedia untuk diwawancara.
6. Penulis juga sangat terbantu dengan kritik, saran dan dorongan semangat teman-teman di Departemen Ilmu Ekonomi, karena itu tiada kata-kata yang mampu melukiskan rasa terima kasih penulis kepada mereka semua, terutama Thamie, Fickry, Iqbal, Andros, Ismail, Tasya, Ade Holis, Nur, Irma, Wirda, Ratna, Mala, Lia, Adife, Rudi, Iyas, Hani, Ulan, siera, rini, Priaga, Sotoy dan teman-teman Ilmu Ekonomi yang lain khususnya angkatan 39 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
7. Keluarga Besar Departemen Ilmu Ekonomi dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, kepada seluruh Dosen dan Staf yang selalu memberikan dukungan kepada penulis semasa penulis menjalankan studi di Departemen Ilmu Ekonomi.
8. Keluarga besar UKM Futsal IPB dan Tim Produta S.A IPB Bandung beserta pengurus terutama Sumarno, Ikbar, Wahono, Jack, dan Iksan yang telah banyak membantu dan juga seluruh anggota tim futsal yang pernah bermain di klub Produta S.A Bandung, Bravo Futsal IPB.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan.
Bogor, Maret 2007
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Saat ini kemiskinan merupakan salah satu fenomena di negara dunia ketiga
yang menjadi perhatian di berbagai forum nasional. Perhatian ini didasarkan atas
banyaknya jumlah masyarakat yang miskin yang ada di Indonesia. Jika banyak
masyarakat yang miskin berarti banyak masyarakat yang kesusahan dalam
memenuhi kebutuhannya. Terutama jika mereka tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya, maka akan banyak ekses negatif yang bisa ditimbulkan.
Sebagai contoh ekses negatif yang ditimbulkan adalah kasus busung lapar yang
terjadi di desa-desa.
Tabel 1.1 Perkembangan Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 1970 - 2004
Tahun Jumlah
(juta jiwa) Prosentase
1970
Kemiskinan di Kabupaten Bogor sampai sekarang masih menjadi masalah
yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Bogor meningkat menjadi 26.56 persen pada tahun 2005 (1.089.027 jiwa).
(Nuryartono, 2006). Kemiskinan yang terjadi adalah kemiskinan struktural yang
disebabkan oleh struktur perekonomian yang belum mampu untuk mengentaskan.
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang bukan disebabkan oleh rajin
tidaknya individu bekerja, tetapi disebabkan oleh adanya sistem atau struktur yang
mencegah sebagian besar orang untuk menjadi kuat, sejahtera, bahkan kaya. Sekuat
apa pun seseorang bekerja, dia tidak bisa meningkatkan taraf hidupnya karena
struktur mencegah dia untuk berkembang. Oleh karena itu, munculnya persoalan
kemiskinan struktural dan meningkatnya jumlah pengangguran terbuka di
Kabupaten Bogor bertalian erat dengan struktur perekonomiannya.
Penduduk miskin • Prestasi sekolah
Morbiditas Daya beli barang dan
jasa umum serta (termasuk gizi dan pelayanan kesehatan) rendah
• Partisipasi (rendah) • Absensi (meningkat) • Kecerdasan dan
keterampilan (rendah)
Strategi untuk mengatasi kemiskinan tidak lepas dari strategi pembangunan
yang dianut suatu negara. Program-program yang telah dilakukan untuk memerangi
kemiskinan seringkali tidak memberikan hasil yang menggembirakan karena
adanya perangkap kemiskinan (poverty trap) yang tidak berujung pangkal, seperti
tercantum pada Gambar 1.1.
Maka Program Ikhtiar Baytul Maal diharapkan mampu memutuskan mata
rantai dari lingkaran perangkap kemiskinan. Melalui penyaluran pinjaman yang
mudah dan ringan, sistem pemberdayaan yang diterapkan dan rasa kekeluargaan
antar sesama diharapkan mata rantai kemiskinan akan bisa lepas dan masyarakat
dengan perlahan dan pasti bisa keluar dari kemiskinannya.
Namun demikian, masih terdapat hal yang perlu disempurnakan terutama
menyangkut permasalahan program pengentasan kemiskinan yang seyogyanya
tidak hanya diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar, tetapi juga pada upaya
penciptaan kesempatan aktivtitas ekonomi bagi keluarga miskin.
Masalah kemiskinan adalah masalah yang akan selalu terus dibahas selama
masih banyak masyarakat yang mengalaminya. Untuk itu jika hal ini tidak segera
diatasi maka akan berimplikasi besar terhadap tingkat kehidupan masyarakat
nantinya. Beberapa dampak sosial yang akan terjadi yaitu tingkat kriminalitas yang
tinggi, gizi buruk, tingkat pendidikan yang rendah, daya beli masyarakat yang
rendah, dan tingkat kesehatan yang buruk yang kesemuanya pada akhirnya
bermuara pada rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor
skema-skema penyaluran dana (social net) bagi masyarakat miskin atau kurang
mampu beberapa diantaranya Jaring Pengaman Sosial (JPS), Bantuan Tunai
Langsung (BLT), Skema Garda Emas (Gerakan Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat), P2KP (Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan) dan masih
banyak lagi. Namun, kesemuanya tidak memberikan hasil yang optimal, sebagai
buktinya sebagian besar program tersebut tidak berjalan sustainable berhenti
ditengah jalan, padahal dalam penanganan kemiskinan membutuhkan
kesinambungan diantaranya seperti Garda Emas dan Jaringan Pengaman Sosial.
Program-program tersebut hanya bersifat sementara dan jangka pendek, serta
kelangsungan program-program tcrsebut terindikasi masih dalam tahap trial and
error. Selain itu pula, masalah dana juga menjadi alasan klasik bagi penerapan
program-program tersebut.
Meskipun demikian, tidak berarti program-program jangka pendek itu tidak
bermanfaat, setidaknya telah membantu masyarakat miskin dalam hal meningkatkan
konsumsi mereka sehingga berdampak ekonomi juga. Namun selain program
jangka pendek juga diperlukan program jangka panjang yang mampu
memberdayakan masyarakat miskin secara mendasar agar masyarakat miskin
memiliki ketahanan ekonomi yang tangguh menghadapi gejolak lingkungan dan
resiko ekonomi yang dihadapinya.
Masyarakat miskin tidak boleh lagi hanya dijadikan obyek, tetapi harus
terlibat menjadi subyek pengentasan kemiskinan. Selama ini masyarakat miskin
hanya diberikan dana sumbangan/bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
Potensi dalam hal ini adalah dalam memberdayakan mereka sehingga nantinya
mereka bisa mandiri dalam usaha untuk keluar dari kemiskinannya.
Oleh karenanya, dengan menjadikan masyarakat miskin menjadi subyek
pegentasan kemiskinan, program pengentasan kemiskinan lebih bermartabat dan
sesuai dengan harkat kemanusiaan. Dengan ketentuan seperti itu, upaya
pengentasan kemiskinan akan melibatkan seluruh lapisan masyarakat mulai
Pengusaha, Akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Pemerintah serta
seluruh stakeholder yang terlibat untuk mewujudkan kegotong-royongan dalam
mewujudkan kesejahteraan.
Baytul Maal Bogor bekerja sama dengan Yayasan Peramu sebagai lembaga
non pemerintah berinisiatif membantu pemerintah dalam pelaksanaan dilapangan
melalui motivasi keislamannya untuk memecahkan masalah kemiskinan yang ada
di Kabupaten Bogor. Melalui program yang dinamakan Program Ikhtiar dan konsep
Grameen Bank yang diterapkan, Baytul Maal Bogor dan Yayasan Peramu
menyalurkan dana ke wilayah kantong-kantong kemiskinan masyarakat kurang
mampu yang ada di wilayah Kabupaten Bogor. Namun, wilayah yang dicakup
belum terakomodasi seluruhnya karena terbatasnya dana zakat yang disalurkan.
Semakin besar dana zakat yang terkumpul maka akan semakin banyak pula wilayah
yang akan terbantu.
Program Ikhtiar Baytul Maal adalah salah satu dari dua program yang
merupakan program pemberdayaan berbasis komunitas (community based
empowerment) melalui pelayanan keuangan mikro (microfinance services), dengan
kaum perempuan dari keluarga berpenghasilan rendah (women of the poor or low
income family) (Peramu, 2006). Gambaran Program Ikhtiar ini memberikan
wawasan baru tentang bagaimana program tersebut dijalankan.
Untuk itu, dirasa perlu untuk mengetahui bagaimana sebenarnya gambaran
Program Ikhtiar diterapkan dimasyarakat sehingga dari gambaran tersebut kita bisa
menganalisis dampak/efeknya apakah hasilnya bermanfaat atau tidak. Selain itu,
program ini menyangkut dana umat yang telah diamanatkan kepada Baytul Maal
apakah ditunaikan dengan baik atau tidak. Sejak melakukan kegiatannya pada
tahun 1999 hingga tahun 2006 Program Ikhtiar sudah memiliki 2638 orang dengan
terbagi menjadi 180 majelis yang tersebar di 3 kecamatan yaitu Kecamatan
Tamansari, Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Tenjolaya. Adapun total alokasi
dana yang sudah disalurkan hingga tahun 2006 sebesar Rp. 2.878.286.000.-
(Baytul Maal, 2006).
I.2 Perumusan Masalah
Baytul Maal Bogor melalui Yayasan Peramu sebagai mitranya menyusun
strategi dan orientasi melalui pendekatan pemberdayaan dan sistem “bawah atas”
(bottom-up) yang melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
monitoring.
Pendekatan pemberdayaan dengan dua elemen pokok yaitu kemandirian,
partisipasi dan penguatan kelembagaan lokal merupakan hal baru dalam
sebelumnya mustahik hanya semata menerima apa yang telah diberikan oleh para
muzaki tanpa ada kelanjutan yang berkesinambungan hanya selesai begitu saja.
Oleh karena itu, muncul berbagai permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
yaitu :
1. Bagaimanakah pelaksanaan Program Ikhtiar yang dilakukan oleh Baytul
Maal ?
2. Bagaimanakah efek pelaksanaan Program Ikhtiar bagi masyarakat miskin ?
I.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini
dimaksudkan untuk :
1. Menganalisis pelaksanaan Program Ikhtiar yang dilakukan oleh Baytul
Maal.
2. Menganalisis efek pelaksanaan Program Ikhtiar bagi masyarakat miskin.
I.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan berguna dan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai masukan positif bagi berbagai pihak terkait, terutama bagi para
penyelenggara negara baik pusat maupun daerah dalam upaya
menanggulangi kemiskinan.
2. Sebagai masukan bagi pengembangan kajian keilmuan, khususnya
3. Temuan atau hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti
bagi berbagai pihak tentang penanggulangan kemiskinan pedesaan dari
pemerintah sebagai bahan rekomendasi positif, khususnya bagi para
peneliti lanjutan atau peneliti sejenis dan relevan.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini membahas bagaimana pengaruh penyaluran dana zakat yang
disalurkan melalui Baytul Maal Bogor mampu meningkatkan kesejahteraan
mustahik. Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus dari pelaksanaan salah
satu program Baytul Maal Bogor yaitu Program Ikhtiar. Penelitian dilakukan di
Kecamatan Taman Sari Desa Sukaluyu Kabupaten Bogor. Pengkajian dilakukan
dengan analisis deskriptif terhadap program yang dilaksanakan dengan melakukan
tahapan evaluasi. Dengan menggunakan jenis tahapan evaluasi sewaktu berjalan
(on going evaluation). Program Ikhtiar yang sudah berjalan selama 7 tahun ini
dinilai apakah program tersebut sudah sesuai dengan prosedur dan apakah program
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Batasan dan Pengertian Kemiskinan
Masalah kemiskinan di negara-negara berkembang merupakan salah satu
gejala yang paling mengancam ketidakseimbangan pembangunan. Berbagai sudut
pandang dapat diguanakan untuk menelaah masalah kemiskinan. Sudut pekerjaan
sosial melihat masalah kemiskinan tidak hanya sekedar ukuran tingkat
penghasilannya saja, tetapi juga berbagai fenomena yang mempengaruhi kondisi
sosial dan kemanusiaannya, yaitu sebagai suatu masalah kompleks yang
menyangkut keterbatasan penghidupan dan kehidupan manusia penyandangnya
meliputi aspek material, spiritual maupun aspek sosialnya.
BAPPENAS dalam Suryati (2005) dalam mendefinisikan kemiskinan
sebagai kondisi dimana seseorang atau kelompok orang, laki-laki dan perempuan,
tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Kemiskinan menurut BPS (2002) dikategorikan sebagai keadaan dimana
seseorang tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat
hidup secara layak atau sering dikatakan sebagai kemiskinan konsumsi. Definisi
mempermudah untuk melihat indikator orang miskin, tetapi definisi ini sangat
kurang memadai karena tidak cukup untuk memenuhi realitas kemiskinan yang
dapat menjerumuskan ke kesimpulan yang salah bahwa menaggulangi kemiskinan
untuk para pengambilan keputusan ketika merumuskan kebijakan lintas sektor.
Menurut BKKBN dalam Suryati (2005), keberadaan Keluarga Sejahtera
(KS) digolongkan ke dalam lima tingkatan sebagai berikut :
1. Keluarga Pra Sejahtera (Pra S), yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan
spiritual, pangan, sandang, pangan dan kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera I (KS I), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan sosial psikologisnya (social psychological needs). Seperti kebutuhan
pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat
tinggal dan transportasi.
3. Keluarga Sejahtera II (KS II), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangannya (development needs), seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi.
4. Keluarga Sejahtera III (KS III), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan keluarganya,
tetapi belum dapat memberikan sumbangan materi dan berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan.
5. Keluarga Sejahtera III plus (KS III plus), yaitu keluaga-keluarga yang telah
dapat memenuhi kebutuhan dasar, psikologisnya, dan pengembangan serta
dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan
Berbagai indikator tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Tetapi hal ini bukan merupakan kesalahan dan kebenaran mutlak.
Karena program penanggulangan kemiskinan dimasa lalu dan banyak yang berhasil
dan masih berlangsung hingga saat ini. Indikator-indikator tersebut dikemukakan
secara kuantitatif dengan melihat prosentase hasil dari program-program
penanggulangan kemiskinan seberapa banyak tingkat keberhasilan menurunkan
tingkat kemiskinan rumah tangga.
2.1.2 Faktor-faktor penyebab kemiskinan
Kemiskinan dapat disebabkan oleh adanya bencana kelaparan dan
terjadinya kelaparan kronis, ditemukannya penyakit yang membahayakan nyawa
manusia, banyaknya pengangguran karena minimnya kesempatan kerja yang
tersedia, kelebihan penduduk (over population) perusakan lingkungan hidup
(Sumitro, 1994)
Masalah kemiskinan dapat juga muncul sebagai implikasi lanjut dari
masalah pengangguran. BPS (1994) mendefinisikan pengangguran (terbuka)
sebagai : a) Orang yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan, dan b) Orang yang sudah pernah bekerja namun karena satu hal berhenti
atau diberhentikan dan sedang mencari pekerjaan. Nurkse (1953) mengemukakan
bahwa selain disebabkan oleh pengangguran, masalah kemiskinan juga disebabkan
oleh pengangguran, masalah kemiskinan perkotaan juga disebabkan oleh faktor
ekstenal (ketidaksempurnaan pasar, pembangunan dibawah standar dan
usaha).
Rusli (1995) menjelaskan bahwa kemiskinan dapat disebabkan karena
sekelompok masyarakat tidak terintegrasi dengan masyarakat luas, apatis dan
cenderung menyerah pada nasib, tingkat pedidikan rendah, serta tidak mempunyai
daya juang dan kemampuan untuk memikirkan masa depan.
2.1.3 Transparansi dan Akuntabilitas
Untuk menjaga transparansi pengelolaan kegiatan dan pengangguran dana
Program Ikhtiar di tataran masyarakat di wilayah Kota Bogor dan sekitarnya UPK
(Unit Pelaksana Kegiatan) dalam hal ini Yayasan Peramu sebagai mitra Baytul
Maal memberikan laporan-laporan kegiatan penyaluran yang telah dilaksanakan.
Kemudian laporan-laporan tersebut disebarluaskan ke masyarakat yang memang
harus mengetahuinya seperti para muzakki yang telah memberikan zakatnya. Hal
ini untuk menunjukkan bahwa dana yang diamanatkan kepada Baytul Maal telah
dikelola dengan baik dan disalurkan ke orang-orang yang tepat menerimanya.
2.2 Kerangka Teori
2.2.1 Konsep Zakat
Pengertian zakat ditinjau dari segi bahasa mempunyai beberapa arti, yaitu
al- barakatu (keberkahan), Al namaa (pertumbuhan dan perkembangan), Ath
thaharatu (kesucian), dan Ash shalahu (kebesaran). Pengertian zakat secara istilah,
secara umum adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah
berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. Hubungan pengertian zakat
menurut bahasa dengan pengertian menurut istilah sangat nyata dan erat sekali,
yakni bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh,
berkembang dan bertambah, suci dan baik. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam
Al quran surat At taubah ayat 103 dan surat Ar ruum ayat 39 (Hafidhuddin,2002)
Al Quran surat At taubah ayat 103 berbunyi :
” Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Sedangkan dalam Al quran surat Ar ruum ayat 39 berbunyi :
”Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka harta itu tidak manambah pada sisi Allah. Dan yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai ridha Allah, maka (yang berbuat demikian ) itulah orang-orang yang melipatkangandakan hartanya”.
Selain dari dasar yang termaktub didalam alquran, maka dengan mengacu
pada alquran pula negara menerapkannya dalam Undang-Undang negara dengan
menyesuaikan pada kondisi dan lingkungan masyarakat sebagai acuan dalam
mengelola zakat.
Berbagai upaya untuk memperbaiki manajemen pengelolaan zakat.
Terdapat empat perundangan sampai saat ini yang terkait dengan zakat, yaitu :
a. Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.
b. Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas UU
No.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
c. Keputusan Menteri Agama Nomor 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan
Berdasarkan perundang-undangan yang telah dikeluarkan, pemerintah
mendirikan berbagai badan-badan amil zakat (BAZ) sebagai wadah pengumpulan
dan pengelolaan zakat. Selain BAZ, bermunculan juga berbagai lembaga –lembaga
amil zakat yang pendiriannya diprakarsai oleh masyarakat atau badan non
pemerintah.
2.2.2 Persyaratan Lembaga Pengelolaan Zakat
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI nomor 581 tahun 1999,
dikemukakan bahwa lembaga amil zakat memiliki persyaratan teknis antara lain :
1. Berbadan hukum
2. Memiliki data muzakki dan mustahik
3. Memiliki program kerja yang jelas
4. Memiliki pembukuan yang baik
5. Memiliki surat pernyataan siap di audit
Adapun syarat dari amil menurut Qardhawi (1991) menyatakan seseorang
yang ditunjuk menjadi amil zakat/pengelola zakat harus memiliki persyaratan sbb:
1. Beragama Islam
2. Amanah dan jujur. Sifat ini penting karena berkaitan dengan menyerahkan
kepercayaan umat. Artinya para muzakki akan dengan rela menyerahkan
zakatnya melalui lembaga pengelola zakat, jika lembaga ini memang patut
dan layak dipercaya. Keamanahan ini ditunjukkan dalam bentuk
secara berkala dan juga ketepatan penyalurannya sejalan dengan ketentuan
syariah Islamiyyah.
3. Mukallaf yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap
menerima tanggung jawab mengurus urusan umat.
4. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia
mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat
kepada masyarakat.
5. Memilih kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya
(profesional).
Kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugas.
2.2.3 Konsep Penyaluran Dana Zakat
Penyaluran dana ZIS untuk pembiayaan pada usaha kecil menurut sifat
penggunaannya dapat dibagi menjadi dua hal (Antonio,2001) :
a. Sedangkan menurut keperluannya, Antonio membagi pembiayaan
produktif menjadi dua yaitu pembiayaan modal kerja dan investasi.
Pembiayaan produktif yaitu, pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik
usaha produksi, perdagangan maupun investasi
Pembiayaan
Prod
Kons
b. Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
Gambar 2.2 Jenis-jenis Pembiayaan Berdasarkan Sifat Penggunaannya
Maryanto (2003) mengemukakan bahwa, salah satu komponen pendukung
pembangunan nasional adalah adanya lembaga intermediasi yang menghimpun
dana dari masyarakat, dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam
bentuk kredit atau dalam bentuk lainnya. Lembaga intermediasi yang ada
dibedakan dalam tiga kategori yakni (a) berbentuk bank tunduk pada
Undang-Undang (UU) Pokok Perbankan ; (b) berbentuk Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) tunduk pada UU koperasi; dan (c) Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
lainnnya yang belum diatur dalam UU, sesuai dengan UU perbankan, bank yang
ada di Indonesia dibagi dalam dua jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR).
Tentunya keberadaan lembaga tersebut memiliki peranan yang sangat
penting dalam memberikan kontribusi berupa bantuan dana bagi kegiatan
pengusaha kecil yang selama ini memiliki kendala dalam mengembangkan
usahanya karena kesulitan mengakses dana. Pelayanan Bank Umum dan BPR yang
telah ada saat ini belum dapat menjangkau sampai ke pelosok pedesaan, begitu pula
keberadaan bank tersebut belum mampu memberikan harapan yang cukup besar
dalam mengatasi permasalahan usaha kecil dalam hal mendapatkan modal.
Pengusaha kecil yang ingin memperoleh pembiayaan melalui bank, bank
mensyaratkan jaminan (agunan), sedangkan keberadaan mereka pada umumnya
pengusaha kecil.
Lembaga keuangan yang telah disebutkan di atas, yang tentunya menjadi
harapan bagi pengusaha kecil dalam mengakses dana, juga ada lembaga lain yang
keberadaannya tidak jauh berbeda yaitu menghimpun dana dari masyarakat muzaki
dan menyalurkan kembali ke masyarakat mustahik, memberikan alternatif bagi
para pengusaha kecil, yang umumnya tergolong mustahik, dapat mengakses dana
melalui lembaga ini.
2.2.4 Konsep Grameen Bank
Konsep Grameen Bank pertama kali diperkenalkan oleh Muhammad Yunus
pada masyarakat miskin di negara Bangladesh. Beliau adalah seorang akademisi
yang peduli akan kemiskinan yang terjadi di negaranya. Melihat hal tersebut beliau
merasa terpanggil untuk memecahkan masalah kemiskinan yang terjadi di
negaranya tersebut. Lalu dia membuat konsep bank yang diperuntukkan untuk
kaum miskin ini memiliki perbedaan dengan bank konvensional. Beberapa
perbedaan itu seperti tingkat bunga yang sangat rendah, jumlah pinjaman yang
relatif sangat kecil, dan tingkat pengembalian yang cukup lama untuk jumlah
pinjaman yang kecil serta adanya pembinaan dan pendampingan bagi kaum wanita
sebagai peminjam (Yunus, 1998).
Grameen Bank merupakan organisasi non-profit yang lebih mementingkan
pengurangan kemiskinan dibandingkan mencari keuntungan. Nasabah yang diberi
pinjaman untuk dibina adalah kaum wanita, karena wanita dianggap sebagai tulang
tersebut dikumpulkan menjadi kelompok-kelompok semacam Forum Diskusi
Kelompok yang didalamnya dilakukan kegiatan organisasi dengan menunjuk
seorang ketua. Selain kegiatan organisasi juga dilakukan kegiatan ekonomi yaitu
simpan pinjam dan menabung.
Selain itu pula, dalam setiap yang berkaitan dengan kegiatan perbankan
terdapat yang dinamakan manajemen resiko, grameen bank pun mempunyai hal itu.
Jika dalam perbankan konvensional menggunakan agunan dan jaminan-jaminan
lain, dalam konsep ini pengelolaan manajemen resiko terdapat dalam kegiatan
kelompok itu sendiri. Hal ini merupakan salah satu yang membedakan grameen
bank dengan bank-bank konvensional. Pada awal terbentuknya kelompok terlebih
dahulu mereka diberikan pelatihan dan penyuluhan kemudian dibentuk semcam
kepengurusan kecil berupa ketua dan anggota. Dalam pemilihan anggota, tidak
semua orang yang ingin menjadi anggota diterima, tetapi ada seleksi yang
melibatkan ketua dan anggota. Orang yang boleh menjadi anggota adalah orang
yang memiliki pekerjaan dan mampu membayar cicilan. Karena dalam konsep
kelompok ini jika ada anggota yang tidak mampu membayar cicilan maka beban
tersebut akan ditanggung oleh anggota lain, sistem ini di Indonesia dikenal dengan
nama tanggung renteng.
Program Ikhtiar Baytul Maal mengadopsi sistem grameen bank dalam
penyaluran dana dengan menambahkan konsep syariah dalam hal penggenaan
bunga. Jika sistem grameen bank biasa mengenakan bunga kepada nasabah
walaupun bunganya sangat kecil tetapi dalam Program Ikhtiar ini tidak dikenakan
2.2.5 KonsepPendapatan
Novita (2004) mengemukakan bahwa tingkat pendapatan keluarga
dipengaruhi oleh pendidikan dan pekerjaan. Semakin tinggi pendidikan dan status
pekerjaan maka semakin besar pendapatan keluarga.
Dalam studinya, Saefudin dan Marisa (1984) mengemukakan definisi
rumah tangga, pendapatan dan pendapatan rumah tangga:
1. Rumah tangga adalah semua anggota keluarga yang termasuk satu unit
anggaran belanja keluarga (satu dapur), termasuk anak yang sedang sekolah
di kota atas biaya keluarga dan orang lain yang ikut makan secara teratur,
meskipun tidak tidur di rumah, tetapi tidak termasuk orang yang tinggal di
rumah tetapi tidak makan
2. Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang atau
natura. Secara garis besar pendapatan dapat digolongkan menjadii tiga bagian
yaitu:
a. Gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan
pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah (di pasar
tenaga kerja)
b. Pendapatan dari usaha sendiri, yaitu nilai total hasil produksi dikurangi
biaya yang dibayar (baik dalam bentuk uang atau natura).
c. Pendapatan dari sumber lain, yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa
pencurahan tenaga kerja, antara lain hasil dari menyewakan asset (ternak,
3. Pendapatan rumah tangga, yaitu total pendapatan dari setiap anggota rumah
tangga dalam bentuk uang, yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah, usaha
rumah tangga atau sumber lain.
2.2.6 Konsep Pemberdayaan dan Pendampingan
Prakarna dan Moeljarto (1996) mengemukakan pemberdayaan memiliki
akar historis dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat
yang berawal dari proses perendahan martabat eksistensi manusia yang
menimbulkan lahirnya “manusia yang berkuasa menghadapi manusia yang
dikuasai”. Namun seiring dengan berjalannya waktu keinginan untuk membangun
masyarakat yang lebih manusiawi menghasilkan sistem alternatif yang
mementingkan proses pemberdayaan yang proses pemberdayaan mengandung dua
kecenderungan. Pertama kecenderungan primer, yakni proses pemberdayaan yang
menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan,
kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya.
Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna
mendukung kemampuan mereka melalui organisasi. Kecenderungan sekunder
menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
memiliki kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi
pilihan hidupnya melalui proses dialog.
Pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidak berbeda dengan gagasan
tentang self determination, yakni suatu prinsip yang pada intinya mendorong klien
upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien memiliki kesadaran
dan kekuasaan penuh dalam menentukan hari depannya.
Narayan (2002) menyebutkan bahwa pemberdayaan merupakan
pengembangan aset dan kapabilitas penduduk miskin untuk berpartisipasi dalam,
bernegosiasi dengan mempengaruhi, mengontrol, dan mengendalikan institusi
yang akuntabel yang berpengaruh pada kehidupan mereka. Keberhasilan
pemberdayaan kaum miskin tampak dari meningkatnya kebebasan mereka memilih
dan bertindak dalam situasi yang berbeda yang pada pembuktiannya kerapkali
mengandung empat unsur : akses pada informasi, keterlibatan dan partisipasi,
akuntabilitas dan kapasitas pengorganisasian lokal.
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan masyarakat adalah bahwa
masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyaek pembangunan, tetapi
merupakan subjek dari upaya pembangunan itu sendiri. Berdasarkan konsep
demikian dikembangkan berbagai pendekatan :
a. Upaya pemberdayaan masyarakat harus terarah. Ini yang secara populer
disebut sebagai pemihakan. Ia ditujukan langsung kepada yang memerlukan,
dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai
kebutuhannya. Karena dasarnya adalah kepercayaan kepada rakyat, maka
program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh
masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan
dibantu mempunyai beberapa tujuan yakni supaya bantuan tersebut efektif
karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebuthan
pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola dan
mempertanggugjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya.
b. Harus menggunakan pendekatan kelompok karena secara sendiri-sendiri
warga masyarakat yang kurang berdaya sulit untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya. Karena organisasi adalah satu sumber
kekuatan yang penting maka untuk pemberdayaan, pengorganisasian
masyarakat ini menjadi penting sekali. Pendekatan kelompok adalah juga
paling efektif, dan dilihat dari sumber penggunaan sumberdaya juga lebih
efisien.
c. Adanya pendampingan, penduduk miskin pada umumnya mempunyai
keterbatasan dalam mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, diperlukan
pendamping untuk membimbing mereka dalam upaya memperbaiki
kesejahteraannya. Pendampingan ini dalam konsep pemberdayaan sangat
esensial dan fungsinya adalah menyertai proses pembentukan dan
menyelenggarakan kelompok masyarakat sebagai fasilitator, komunikator
atau administrator, serta membantu mencari jalan pemecahan masalah yang
tidak dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Konsep pemberdayaan masyarakat seperti diuraikan di atas adalah sebuah
konsep yang relatif baru. Ia bertolak belakang pada konsep pembangunan yang
berorientasi pada ”proyek”. Artinya peran birokrasi yang besar, dan seringkali
dijalankan sebagai program pemerintah untuk membantu masyarakat miskin, tetapi
masyarakat itu sendiri tidak terlibat didalamnya. Ia bertentangan dengan konsep
(patronizing hands).
2.2.7 Evaluasi
2.2.7.1 Pengertian Evaluasi
Valera et al (1987) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan yang
didesain untuk mendapat informasi objektif tentang aktivitas proyek untuk menilai
efektifitas, signifikansi dan efisiensi.
Menurut Departemen Pertanian (1990) Input (masukan) adalah semua jenis
barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya, yang perlu
tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan output
(hasil) dan mencapai tujuan suatu program atau proyek. Output (hasil) adalah
produk atau jasa tertentu yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan dari
input yang tersedia untuk mencapai tujuan program/proyek. Effect (pengaruh
langsung) adalah hasil yang diperoleh dari efek proyek yang merupakan kenyataan
yang sesungguhnya dihasilkan oleh proyek pada tingkat yang lebih luas dan
menjadi tujuan jangka panjang proyek. Dampak (impact) juga dapat diartikan
sebagai perubahan akhir dalam kondisi kehidupan kelompok sasaran yang
diakibatkan (sepenuhnya atau sebagian) oleh pelaksanaan suatu program atau proyek.
Evaluasi merupakan proses keorganisasian untuk mernperbaiki aktivitas
berjalan dan untuk membantu manajemen dalam perencanaan, pemrograman dan
pengambilan keputusan. Evaluasi mempunyai tujuan untuk menilai sejauh mana
suatu kegiatan ataupun hasil relevan dengan tujuan program. Selain itu juga
program memberikan hasil yang optimum pada pencapaian tujuan.
Sarwititi (2002) juga mengemukakan bahwa evaluasi merupakan suatu proses
belajar bagi semua pihak yang terkait dengan program untuk melakukan
tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin pencapaian tujuan
program.. Tindakan perbaikan tersebut dapat dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan
yang bersumber dari evaluasi dan monitoring.
2.2.7.2 Jenis Evaluasi
Jenis evaluasi berdasarkan waktu terdiri dari tiga jenis yaitu :
1. Evaluasi sewaktu berjalan (on going evaluation)
Suatu analisis yang dilakukan ketika pelaksanaan proyek sedang berlangsung
yang dilakukan untuk membantu para pengambil keputusan apakah proyek dapat
dipertahankan atau tidak.
2. Evaluasi akhir (terminal evaluation)
Evaluasi yang dilaksanakan paling tidak enam sampai dua belas bulan setelah
proyek berakhir atau sebelum memulai fase proyek berikutnya sebagai pengganti
ex post evaluation (evaluasi menyeluruh) pada proyek-proyek berjangka waktu
singkat yang kebanyakan berjangka waktu satu tahun.
3. Evaluasi menyeluruh (ex post evaluation)
Evaluasi yang dilaksanakan pada saat perkembangan proyek telah tercapai
sepenuhnya, yaitu beberapa tahun setelah proyek ini berakhir, bila manfaat
2.3 Kerangka Konseptual
Penyaluran zakat sebagai suatu investasi bagi mustahik merupakan salah
satu strategi dari Baytul Maal Bogor (BMB) dalam rangka pencapaian tujuan agar
mustahik dapat mengatasi kemiskinannya. Program ini merupakan suatu program
terpadu yang memberikan penyaluran zakat kepada mustahik tidak hanya modal
usaha namun juga pengawasan, pendampingan, dan pembinaan terhadap mustahik.
Pembinaan baik pada bidang ekonomi maupun bidang sosial (seperti pendidikan,
kesehatan, dan sikap mental). Penyaluran zakat sebagai modal usaha diharapkan
akan mendorong peningkatan pendapatan mustahik secara berkelanjutan,
sedangkan berbagai pembinaan yang diberikan selain diharapkan menjadi
pendorong usaha namun juga membawa perubahan sikap hidup yang lebih baik
yang juga akan membawa mustahikke arah penghidupan yang lebih baik.
Karateristik Keluarga Miskin - Tingkat Pendapatan - Jenis Usaha - Jumlah Tanggungan
Keluarga
- Tingkat Pendidikan - Umur rendah, sarana lingkungan buruk
Program terus berlangsung
- Interaksi Sosial - Partisipasi
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran Konseptual
2.4 Penelitian Terdahulu
Suprobo (2004), Penelitian ini merupakan evaluasi terhadap program P2KP
(Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) yang diselenggarakan di
kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, Propinsi Jawa Tengah.
Data diperoleh dari wawancara dan kuisioner mengenai proyek tentang
penyediaan input, proses dan output yang dihasilkan. Data dijabarkan dengan tabel
pemberian dana bergulir ini telah mampu meningkatkan modal, pendapatan, asset
rumah tangga dan tabungan dari pesertanya yang berada di kelurahan Purwoyoso
Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah.
2.5 Hipotesa Penelitian
1. Semakin tepat pemilihan calon peserta Program Ikhtiar dan keterlibatan
keluarga miskin pada Program Ikhtiar maka Program Ikhtiar dapat
dilanjutkan terus pelaksanaannya.
2. Semakin baik input (Dana, Fasilitator) maka Program Ikhtiar dapat terus
dilanjutkan pelaksanaannya.
3. Semakin baik pelaksanaan proses pada Program Ikhtiar (sosialisasi,
pendampingan, pelatihan) maka menentukan pencapaian output.
4. Semakin tepat pemilihan calon peserta, input dan pelaksanaan proses maka
output tercapai.
5. Ketepatan pemilihan calon peserta, Input. proses dan output telah tepat dan
terlaksana sesuai dengan prosedur serta melibatkan keluarga mi s kin maka
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di daerah Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari,
Kabupaten Bogor yang merupakan daerah binaan Baytul Maal Bogor melalui
Program Ikhtiar dengan bekerja sama dengan Yayasan Peramu sebagai pelaksana
dilapangan. Pemilihan wilayah ini karena wilayah ini cukup bisa mewakili sampel
yang dibutuhkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – November
2006.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini adalah merupakan desain studi kasus dengan jenis data yang
terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara
dengan masyarakat mitra penerima dana Baytul Maal dan juga pihak karyawan
Yayasan Peramu serta pihak-pihak terkait. Sedangkan data sekunder diambil dari
arsip dan laporan-laporan Yayasan Peramu serta pustaka dan studi literatur.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan menggunakan data
primer dan data sekunder. Untuk mengetahui secara lengkap mengenai latar
belakang, sifat-sifat serta karateristik dari individu, kelompok, lembaga maupun
masyarakat digunakan metode studi kasus (Sevilla dkk, 1993). Untuk mendapatkan
mustahik responden dan wawancara dengan pengelola Baytul Maal. Hasil ini dapat
dilihat pada Lampiran 1
Tabel. 3.1 Cara Pengumpulan Data
Jenis Pengumpulan
Data
Objek Penelitian / Informan
Keterangan
Dokumentasi (sekunder) -
Dokumentasi
administrasi (data profil desa dan arsip UPK (Unit Pelaksana Kegiatan) Ikhtiar dan Kelurahan)
Kuisioner (primer)
30 responden anggota perempuan UPK Ikhtiar yang menjadi anggota dari tahun 1999 sampai dengan 2006 yang
Data langsung ke lokasi usaha, tempat tinggal dan bangunan fisik dan kegiatan kelompok
Data primer yang diambil menggunakan kuisioner ini merupakan persepsi
masyarakat peserta atas kondisi kesejahteraan mereka pada tahun 1999 sebelum
adanya Program Ikhtiar dan pada tahun 2006 saat Program Ikhtiar berlangsung.
Data atau informasi yang diberikan langsung dicatat pada kuisioner atau panduan
pertanyaan. Pada setiap kuisioner diberi nomor urut sesuai dengan urutan
Teknik observasi dimaksudkan untuk melengkapi data yang diperoleh
melalui metode wawancara dan kuisioner. Observasi dilakukan selama
pengumpulan data di daerah penelitian, terutama pada waktu mengadakan
wawancara dan responden. Hal-hal yang diobservasi adalah yang berhubungan
dengan penelitian yaitu kondisi rumah, usaha yang dijalankan, aktivitas sehari-hari,
keadaan umum Desa Sukaluyu. Hasil-hasil informasi yang diperoleh dapat
dipergunakan untuk mengkaji sampai sejauh mana dampak dari Program Ikhtiar
Baytul Maal Bogor bagi keluarga miskin dan keefektifan program penyaluran dana
zakat tersebut.
Data sekunder mencakup semua data yang berhubungan dengan petunjuk
pelaksanaan Program Ikhtiar, data monografi desa, serta data-data lain yang dapat
digunakan untuk melengkapi penelitian ini.
3.4 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan nonprobability sampling, dimana
setiap anggota populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan anggota
sampel. Teknik pengambilan sampelnya dilakukan secara sengaja (purposif).
Pertimbangan dalam pengambilan sampel ini adalah mustahik yang data
awalnya terdaftar di arsip Yayasan Peramu. Dalam penelitian ini thesample frame
responden diambil berdasarkan data awal yang terdapat arsip Yayasan Peramu
yang berjumlah 40 responden. Walaupun sebenarnya populasi datanya besar akan
tetapi yang telah didata oleh Yayasan Peramu berjumlah 40 orang. Kemudian dari
mengemukakan responden berjumlah 30 orang mengacu pada konsep teorema limit
pusat yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang besar (n ≥ 30) akan menyebar
secara normal dan pertimbangan bahwa uji rata-rata sampel berjumlah minimal 30
orang.
Kelemahan dalam pengambilan sampel ini adalah kurang banyaknya
sampel yang dijadikan sebagai responden karena keterbatasan biaya dan waktu.
Akan tetapi, peneliti melakukan hal ini bukan karena sekedar keterbatasan semata
tetapi juga karena mempertimbangkan sampel responden yang sangat homogen.
3.5MetodeAnalisis
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan menggunakan dua bentuk pendekatan, yaitu pendekatan
kuantitatif dengan sajian data yang ditampilkan dalam bentuk tabel/grafik dan
pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data fakta-fakta dilapangan hasil
wawancara dengan narasumber. Subagyo (2003) menyatakan statistika deskriptif
adalah bagian statistika mengenai pengumpulan data, penyajian, penentuan
nilai-nilai statistika, pembuatan diagram atau gambar mengenai sesuatu hal. Data
yang disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami atau dibaca.
Pendeskripsian hasil penelitian dijelaskan dengan berdasarkan atas persepsi dari
responden terhadap keberhasilan Program Ikhtiar Baytul Maal dan melihat kondisi
kesejahteraan mereka ketika sebelum dan saat Program Ikhtiar sudah berjalan
selama 7 tahun.
keterbatasan. Yaitu dalam penentuan kemiskinan kurang memberikan gambaran
kategori kemiskinan yang jelas, hal ini disebabkan karena banyaknya definisi
dalam menentukan kategori tingkat kemiskinan seseorang. Pada penelitian ini
menggunakan definisi yang dibuat oleh BKKBN dan BPS. Selain itu, karena data
yang digunakan untuk dianalisis merupakan data berasal dari kuisioner yang diisi
oleh responden tentang persepsi mereka terhadap program dan dirinya. Sehingga
mengakibatkan gambaran kondisi mereka dilapangan dengan apa yang diucapkan
terkadang tidak sesuai. Dibutuhkan suatu metode pengambilan data yang advance
sehingga mampu memberikan gambaran hasil penelitian yang mencerminkan hal
yang sesungguhnya.
3.6 Definisi Operasional
1. Program adalah serangkaian kegiatan-kegiatan, proyek-proyek, proses-proses
atau pelayanan/jasa-jasa yang terorganisasi dan diarahkan untuk pencapaian
suatu tujuan khusus.
2. Efek adalah hasil yang diperoleh dari efek proyek yang merupakan
kenyataan yang sesungguhnya dihasilkan oleh proyek pada tingkat yang
lebih luas dan menjadi tujuan jangka panjang proyek.
3. Kesejahteraan secara umum adalah tingkat kemampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan primernya (basic needs) berupa sandang, pangan,
papan, pendidikan, dan kesehatan.
4. Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor adalah suatu pelaksanaan pekerjaan
terencana, mencakup serangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan
terkoordinasi untuk mencapai tujuan Program Ikhtiar dengan sejumlah dana
dan waktu tertentu.
5. Keluarga miskin (BKKBN, 1999) adalah :
1. Masyarakat yang telah lama miskin
2. Masyarakat yang penghasilannya merosot dan tidak berarti akibat
inflasi.
3. Masyarakat yang kehilangan sumber nafkahnya karena krisis ekonomi
4. Masyarakat yang tergolong Pra-KS atau KS-I (data diperoleh
berdasarkan indikator BKKBN )
6. Jenis kelamin, dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan.
7. Tingkat pendidikan formal adalah suatu jenjang pendidikan yang diikuti
oleh seseorang dalam hidupnya yang dapat dikategorikan sebagai berikut
(pembagian berdasarkan Depdiknas, 1995)
• Rendah : tidak sekolah sampai dengan tamat SD
• Sedang : jenjang SMP/sederajat (pernah atau hingga tamat
SMP/sederajat)
• Tinggi : jenjang SMA/sederajat (pernah atau hingga tamat
SMA/sederajat).
8. Tingkat pendapatan adalah suatu jenjang pemasukan keuangan keluarga
miskin yang dapat dikategorikan sebagai berikut (Berita resmi BPS
Tahun 1999) :
• Sedang : Rp 301.000,00 - Rp 500.000,00
• Tinggi : > Rp 500.000.00
9. Jumlah tanggungan keluarga adalah j u m l a h anggota keluarga yang masih
menjadi beban tanggungan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari. Jumlah langgungan keluarga dapat dikategorikan sebagai
berikut :
• Rendah : 0 - 3 orang
• Sedang : 4 - 7 orang
• Tinggi : > 7 orang
10.Alokasi dana adalah jumlah dana yang diterima kelurahan untuk
melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan Program Ikhtiar. Indikator
dana dilihat dari tingkat pengetahuan responden tentang jumlah dana
tingkat kemudahan mendapatkan dana bergulir dan tingkat manfaat dana
bergulir.
11.Fasilitator kelurahan (faskel) adalah individu atau lembaga yang
memberikan bantuan baik berupa pendampingan maupun penyampaian
materi pada saat pelatihan dan pelaksanaan proyek. Indikator dilihat dari
tingkat pengetahuan responden tentang faskel, tingkat kemampuan faskel,
tingkat kehadiran faskel dalam pertemuan, tingkat kehandalan dalam
membantu masalah dan tingkat manfaat fasilitator.
12.Pelatihan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Program Ikhtiar
untuk menambah pengetahuan, wawasan, meningkatkan kemampuan peserta
tingkat kehadiran dalam pelatihan, tingkat keaktifan dalam pelatihan dan
tingkat manfaat pelatihan.
13.Pendampingan adalah kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh fasilitator dalam
mendampingi para peserta program agar dapat membantu keluarga miskin
peserta Program Ikhtiar apabila muncul suatu permasalahan. Indikatornya
adalah tingkat pengetahuan responden tentang pendampingan, tingkat
kehadiran dalam pendampingan, tingkat keaktifan dalam pendampingan dan
tingkat manfaat pendampingan.
14.Ekonomi adalah pemenuhan kebutuhan runah tangga dilihat dari peningkatan
modal usaha, peningkatan pendapatan, penambahan aset kepemilikan rumah
tangga dan perubahan tingkat tabungan.
15.Peningkatan modal usaha adalah penambah uang yang dapat digunakan untuk
memulai usaha dan menambah jumlah usaha.
16.Peningkatan pendapatan adalah penambahan jumlah pemasukan rata-rata per
bulan yang diterima keluarga miskin.
17.Penambahan aset rumah tangga adalah bertambahnya barang yang bisa
diuangkan dalam waktu jangka pendek maupu jangka panjang.
18.Tabungan adalah simpanan responden dalam bentuk barang maupun uang
baik dirumah, di bank maupun pada kelompok.
19.Sosial adalah hubungan bermasyarakat seperti kepedulian terhadap kehidupan
orang lain, partisipasi berkelompok (tingkat kehadiran dalam KSM dan
manfaat KSM), interaksi sosial (tingkat keterlibatan aktif dalam KSM dan
berkelompok (tingkat kehadiran dalam KSM dan manfaat KSM), munculnya
tanggung jawab dan perubahan status sosial.
20.Interaksi Sosial adalah hubungan baik antara anggota KSM, anggota KSM
dengan fasilitator kelurahan.
21.Partisipasi merupakan kehadiran anggota dalam kegiatan KSM, tingkat
manfaat KSM, tingkat kehadiran dan keaktifan dalam sosialisasi, pelatihan,
pendampingan Program Ikhtiar.
22.Tanggung Jawab adalah perilaku peserta Program Ikhtiar terhadap
pembayaran angsuran dana guliran dari Baytul Maal.
23.Status Sosial adalah kedudukan keluarga miskin di dalam kelompok yang
IV. GAMBARAN UMUM DESA SUKALUYU
4.1 Program Ikhtiar Baytul Maal
Program Ikhtiar Baytul Maal merupakan program pemberdayaan berbasis
komunitas (community based empowerment) melalui pelayanan keuangan mikro
(microfinance services), dengan mekanisme kelompok (participatory group), yang
ditujukan secara khusus bagi kaum perempuan dari keluarga berpenghasilan rendah
(women of the poor or low income family). Program Ikhtiar dirancang untuk
menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan dengan berbasis prinsip-prinsip
pemberdayaan komunitas, sehingga membutuhkan upaya-upaya yang dilakukan
oleh komunitas. Upaya-upaya ini mencakup penyediaan sumber daya yang cukup,
mentransformasikan kewenangan membuat keputusan dan tanggung jawab ke
tangan komunitas serta meningkatkan kepercayaan dan transparansi.
Pendekatan yang ditempuh Program Ikhtiar menekankan pada
pemberdayaan dan partisipasi komunitas dalam jangka panjang melalui perbaikan
peran tanggung jawab dalam mengenali tuntutan atau kebutuhan lokal,
merumuskan langkah-langkah lokal dan melaksanakannya. Selain itu juga,
memberikan bantuan modal usaha bagi peningkatan ekonomi dan kemandirian
masyarakat.
Baytul Maal Bogor dalam menjalankan perannya sebagai lembaga
penyaluran dana umat melalui pembinaan tentulah semua itu harus terkonsep