• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pemindahan lokasi ibukota kabupaten (Studi kasus kabupaten DT II Agam, Provinsi DT I Sumatera Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pemindahan lokasi ibukota kabupaten (Studi kasus kabupaten DT II Agam, Provinsi DT I Sumatera Barat)"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

oleh

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EI<ONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANlAN

(3)

S O N 1 DRESTIANA. Analisis Pemindahan Lokasi Ibukota Kabu- paten. Studi Kasus Kabupaten Daerah Tingkat 11, Provin- si Daerah Tingkat I Sumatera Barat (dibawah bimbingan Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, MSc).

Untuk mengurangi ketimpangan dalam pembangunan maka setiap pembanqunan atau perubahan menqhendaki adanya penetapan lokasi. Persoalan lokasi merupakan persoalan pemilihan tempat yang sesuai dalam arti dapat memberikan ef isiensi bagi suatu kegiatan tertentu, dilihat dari keqiatan itu sendiri maupun dari kaitannya denqan keqiatan di tempat-tempat lain.

Pemikiran tentanq penentuan lokasi obyek-obyek mau- pun tempat-tempat kegiatan berlangsung, dimaksudkan untuk mencapai efisiensi dan optimasi. Efisiensi dan optimasi yang dimaksud adalah dalam ha1 pengarahan menuju lokasi yanq bersangkutan maupun dalam ha1 pengisian ruanq. Ruang, yang menampung kegiatan-keqiatan manusia pada ke- nyataannya berbeda dalam kualitas dan karakteristiknya. Pengqunaan yang efisien dan optimal berarti memilih dan menentukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dan paling meng- untunqkan bagi suatu ruang tertentu pemilihan ini akan dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki.

(4)

dan dalam menganalisis bagaimana suatu tempat, daerah dan wilayah tumbuh dan berkembang. Keputusan mengenai lokasi yang diambil oleh unit-unit pengambil keputusan akan menentukan struktur tata ruang wilayah yang terbentuk

(Hanaf iah, 1990)

.

Pada dasarnya pemindahan Ibukota Kabupaten Agam dari wilayah kotamadya Bukittinggi merupakan kebijaksanaan pemerintah. Hal ini tercermin dari inisiatif pemindahan ibukota kabupaten yang datangnya dari pemerintah daerah kabupaten agam dengan ditujukannya surat keputusan Pem/1456/II/Ag/1982 kepada Gubernur Sumatera Barat ten- tang usulan pemindahan ibukota kabupaten.

(5)

pertumbuhan akan menarik tenaga kerja dan modal dari daerah-daerah lainnya. Sedangkan di daerah dimana momen- tum untuk pertumbuhan kurang, maka permintaan akan inves- tasi rendah sehingga modal dari daerah ini mengalir k e pusat-pusat pertumbuhan tersebut. Demikian pula halnya dengan kegiatan perdagangan yang cenderung mengarah k e pusat pertumbuhan sehingga menguntungkan daerah itu dan merugikan daerah-daerah yang tingkat pertumbuhannya rendah.

Jika dibandingkan keputusan penetapan lokasi antara kepentingan Pemerintah Daerah dengan penggunaan Alloc VI maka dapat diambil kesimpulan bahwa penetapan lokasi Ibukota Kabupaten Agam adalah untuk menciptakan pemera- taan pembangunan bukan berdasar kepada aksesibilitas.

(6)

ANALISIS PEMINDAHAN LOKASI

IBUKOTA KABUPATEN

(Studi Kasus Kabupaten Daerah Tingkat I1 A am

Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat

7

Oleh

S O N DRESTIANA

A 22.0390

Laporan Praktek Lapang

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

JURUSAN ILMU-ILW SOSIAL EKONOMI PERTAN'IAh'

FAKULTAS PERTANIAN

(7)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN EMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

DENGAN IN1 MENYATAKAN BAHWA LAPORAN PRAKTEK LAPANG

YANG DITULlS OLEH

N AM A : SON1 DRESTIANA NOMOR POKOK : A 22.0390

JUDUL : ANALISIS PEMINDAHAN LOKASI IBUKOTA KABUPATEN

(Studi Kasus Kabupaten DT I1 Agam, Provinsi DT I Sumatera Barat)

DAPAT DITERIMA SEBAGAI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR

SARJANA PERTANIAN PADA FAKULTAS PERTANIAN, INSTITUT PERTA-

NIAN BOGOR

Bogor, Mei 1992

Mengetahui, Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja MSG

NIP 130 367 086

(8)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Praktek Lapang ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai

karya ilmiah oleh siapapun pada suatu perguruan tinggi atau lembaga lainnya.

Bogor, Mei 1992

SON1

DRESTIANA
(9)

RIWAYAT H I D U P

Penulis dilahirkan di Bukittinggi (Sumatera Barat) pada tanggal 24 Desember 1966, merupakan anak kedua dari enam bersaudara, dari pasangan Yusaf Rahman dan Syofyani Bustamam.

(10)

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Y.M.E, karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya, penulisan Laporan Praktek Lapang ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan Laporan Praktek Lapang ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, MSc selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penu- lis selama penulis kuliah hingga selesainya penulisan Laporan Praktek Lapangan ini, kepada Bapak Ir. T. Ha- nafiah dan Ir. Nindyantoro, MSP (Mas Tori) yang disamping sebagai selaku Dosen Penguji Utama dan Dosen Penguji Komisi Pendidikan juga telah banyak memberikan petunjuk dan saran yang bermanfaat dalam penulisan ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bappeda Agam, yang sangat membantu dalam penelitian di lapang. Kepada Buk Ranti dan Teh Ida yang telah dengan sabar melayani di Perpustaakaan dan di Tata Usaha Sosek. '

(11)

1. Papa, Mama, Ni Yosi, Yovi, Dhadha, Oca ,Ade dan Adi Wijaksana terimakasih untuk semua dorongan dan keber- saman.

2. Nenek Saiyar, Keluarga Amrum Bustamam dan Keluarga Amri Bustamam

3. Keluarga Djoko Soedarmo dan adik-adik di Malabar 24,

( . .Tante, terima kasih untuk semua teguran, marah dan

nasehat selama Soni di Malabar 24 . . . )

4. Ika, Ermawan, Anik, Kak Isol, Wisnu, Jhoni, Dedek, Mbak Erni, Anggi, uSemeruanlt dan rekan-rekan di Afco.

5. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini.

Lepas dari kekurangan yang ada, penulis berharap semoga tulisan ini berguna bagi penulis khususnya dan pihak-pihak yang memerlukannya.

(12)

DAFTAR I81 Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perurnusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian 11. KERANGKA PEMIKIRAN

Teori Lokasi Umum

Teori Lokasi Kegiatan Pertanian dan Industri

Pusat-pusat Pelayanan dan Perencanaan

Garis Besar Pusat Pelayanan 16

Pusat Pelayanan Umum 17

Penentuan Lokasi di Negara Berkembang 22

Teori Hakimi 25

111. METODE PENELITIAN 2 8

Penentuan lokasi Penelelitian 2 8

Metode Analisa 28

Penentuan Faktor-faktor yang dianalisa 3 0

Metode Pengambilan Data 3 2

IV. KEADAAN UMUM 34

Kondisi dan Potensi Fisik 34

Penduduk 39

Kepadatan Penduduk dan Penyebarannya 4 0

(13)

Perekonomian Daerah 4 3

V. KEBIJAKSANAAN PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN

DI KABUPATEN DT I1 AGAM 4 8

Sub. Wilayah Pembangunan I11 4 9

Sub. Wilayah Pembangunan IV 5 1

VI. PEMINDAHAN LOKASI IBUKOTA KABUPATEN AGAM 5 4

Pemindahan Lokasi Berdasar Kepentingan

Pemda Tk 11 Agam 5 4

Pemindahan Lokasi Berdasar Analisa

dengan menggunakan Alloc VI 57

VII. PEMBAHASAN 6 0

Pemindahan lokasi dan Aspek Administrasi

Pemerintah 6 3

Pemindahan lokasi dan Perencanaan

Aspek Ekonomi 6 4

Pemindahan lokasi dan Perencanaan

Aspek Sosial 6 6

Analisi Alloc VI 67

Faktor Bobot Jumlah Penduduk 6 8

Faktor Bobot Luas Wilayah 6 8

Faktor Bobot Pendapatan Perkapita 69

VIII. KESIMPULAN 7 6

(14)

DAFTAR TABEL

Teks Halaman

Perincian Jumlah Desa dan Luasnya

Tiap Kecamatan di Kab. Agam, tahun 1987 3?

Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Berdasar-

kan Jenis Kelamin di Kab. Agam 39

Perincian Kepadatan Penduduk Tiap Kecama-

tan di Kab. Agam, tahun 1989 40

Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Daerah

Sub. Wilayah Pemb. I11 tahun 1989 5 0

Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepada- tan Pada Sub. Wil. Pemb. IV tahun 1989 52 Matriks Jarak Antar Kecamatan Kab. Agam 5 8 Faktor Yang Digunakan Sebagai Bobot 5 9 Perbandingan Jarak Rata-rata minimum

Lokasi Ibukota Kab. Agam 70

Jumlah Kecamatan Perwakilan/Tempat

Kedudukan menurut Kecamatan Induk 7 3

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Teks Halaman

Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan

Ruang Kelas TK 8 3

Jumlah Sekolah Dasar Per Kecamatan 8 3

Pendidikan Menengah Tingkat Pertama.

Jumlah SMTP Per Kecamtan 84

Pendidikan Menengah Tingkat Atas.

Jumlah SMTA Menurut Statusnya Diperinci

Per Kecamatan 8 4

Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pembantu Puskel dan Posyandu Per

Kecamatan 8 5

Target dan Realisasi Peserta Keluarga

Berencana Aktif Per Kecamatan 8 5

Peta Petunjuk Lokasi Kab. Dt I1 Agam dalam Propinsi Sum-Bar

Peta Kabupaten Agam 8 7

Peta Sub Wilayah Pembangunan 111 8 8

Peta Sub Wilayah Pembangunan IV 8 9

Peta Pengembangan Pasar dan Terminal 9 0

Peta Pengembangan Pertanian Tanaman

Pangan 9 1

Peta Pengembangan Peternakan dan Perikanan

Peta Pengembangan Perkebunan 9 3

Peta Pengembangan Pemukiman 94

(16)

17. Peta Lokasi Ibukota Kabupaten Agam 96 18. Hasil Pengolahan Data Alloc VI dengan

Bobot Jumlah Penduduk 97

19. Hasil Pengolahan Data Alloc VI dengan

Bobot Luas Wilayah 100

20. Hasil Pengolahan Data Alloc VI dengan

Bobot Pendapatan per Kapita 103

(17)

Latar Belakanq

Pemahaman tentang bagaimana keputusan lokasi diambil adalah mutlak jika ingin membicarakan kegiatan pada ruang dan dalam menganalisis bagaimana suatu tempat, daerah dan wilayah tumbuh dan berkembang. Keputusan mengenai lokasi yang diambil oleh unit-unit pengambil keputusan akan me- nentukan struktur tata ruang wilayah yang terbentuk (Hanafiah, 1990). Unit-unit pengambil keputusan mengenai lokasi ini khususnya di Indonesia berbeda untuk tiap tingkat pemerintahan namun saling berkaitan. Untuk pemer- intahan daerah maka pelaksanaan pengambilan keputusan ini berdasar kepada UU No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok pemerintahan Daerah. Namun disamping itu teori-teori mengenai lokasi diharapkan juga dapat membantu pengambilan keputusan agar dapat memperkecil kesalahan penetapan

lokasi

.

(18)

menentukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dan paling meng- untungkan bagi suatu ruang tertentu pemilihan ini akan dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki.

Seperti diketahui banyak daerah di Indonesia yang mengalami ketimpangan dalam pembangunan. Adanya ketimpa- ngan perkembangan pembangunan antar daerah telah melahir- kan suatu kebijaksanaan perwilayahan pembangunan, dimana pembangunan tidak hanya bersifat sektoral tetapi juga melalui pendekatan wilayah. Walaupun kebijaksanaan peme- rintah untuk mengatasi ketimpangan ini telah ada, namum kadang campur tangan pemerintah yang kurang tepat dapat menimbulkan kesalahan alokasi kegiatan dan prasarana- sarana pembangunan, yang akhirnya akan tetap memperbesar ketimpangan pembangunan.'Hal tersebut timbul karena fak- tor-faktor lokasi spesifik dan aksesibilitas wilayah ku- rang diperhitungkan dalam campur tangan pemerintah, se- hingga sistem perwilayahan pembangunan yang ditetapkan lebih bersifat goegrafis dan administratif.

(19)

Kebijaksanaan pembangunan wilayah dapat dikatakan sebagai suatu kebijaksanaan nasional mengenai pembangunan ekonomi wilayah-wilayah yang dilandasi oleh sasaran-sa- saran untuk pengaturan tata ruang ekonomi nasional. Hal ini juga dapat dianggap sebagai salah satu alat untuk mencapai koordinasi tata ruang dari rencana-rencana sek- toral dan program-program pembangunan. ~em'ikian pula di tingkat sub-wilayah atau wilayah Kabupaten kegiatan ter- sebut menjelaskan bahwa upaya pembangunan wilayah kabupa- ten memiliki perumusan yang tidak jauh berbeda, bahkan pembahasan aspek tata ruangnya dapat memiliki peluang yang lebih besar untuk diperhatikan.

Salah satu model pengembangan wilayah yang erat kai- tannya dengan aspek tata ruang adalah konsep pusat-pusat pertumbuhan. Konsep "Growth Centers" ini didasarkan pada dua hipotesis dasar, yaitu :

1. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dimulai dengan mencapai puncaknya pada sejumlah pusat-pusat terten- tu

.

(20)

Pada kenyataannya, kelemahan hipotesis tersebut ada- lah kesempatan perkembangan tiap-tiap pusat (kota-kota) tidak sama dan kemungkinan terdapatnya sistem kota-kota yang tidak hirarkis yang mungkin menghambat proses penja- laran pertumbuhan dan justru akan memperlebar kesenjangan pertumbuhan antar wilayah.

Berdasarkan ha1 tersebut dapat dimengerti bahwa hi- rarki perkotaan merupakan sistem yang paling efisien da- lam menjalarkan perkembangan wilayah dan juga sistem ini dapat dipergunakan sebagai suatu alat untuk mendistribusi- kan pelayanan barang dan jasa bagi masyarakat luas.

Dikaitkan dengan kebijaksanaan pemindahan Ibu Kota Kabupaten dari wilayah Kotamadya, maka kebijaksanaan ter- sebut dapat dimanfaatkan untuk menunjang penataan sistem kota-kota menuju sistem yang paling efisien untuk dapat menjalarkan pembangunan dengan serasi.

Sampai sejauh ini, pembahasan telah dilakukan melalui pembangunan wilayah dalam aspek sistem kota-kota. Dimensi pembangunan wilayah dapat dilihat pula dari sisi pengatu- ran program-progam sektoral yang didistribusikan pada kondisi tata ruang wilayah perencanaannya. Secara umum pendekatan ini merupakan usaha penataan pembangunan pere- konomian dalam skala wilayah.

(21)

di sekitarnya atau dalam daerah tersebut, (ii) mengembang- kan industri-industri kecil atau industri rumah tangga, kalau industri tersebut sudah dikembangkan pada masa yang lalu, (iii) seperti juga denqan yang dilakukan di negara

maju, di daerah tersebut perlu dikembangkan dan ditingkat- kan keqiatan industri modern, (iv) apabila ada kenyataan alamnya yanq belum dieksploitasi, menqeksploitasinya perlu diqalakkan, dan (v) apabila kemunqkinan-kemungkinan yanq telah dikemukakan terdahulu sanqat terbatas, pemerintah wajib memperluas bantuan maupun kegiatannya ke daerah tersebut denqan menempatkan badan-badan atau kegiatan pemerintah ke daerah tersebut.

Pendekatan pembangunan wilayah tersebut menempatkan kegiatan pemindahan Ibu Kota Kabupaten menjadi salah satu alternatif pembanqunan.yanq perlu dikaitkan denqan kebi- jaksanaan pembanqunan wilayah yanq menyeluruh dan lebih hati-hati, agar keqiatan pemindahan tersebut tidak menqu- rangi nilai optimal yanq dapat dicapai dalam penqelolaan potensi pembanqunan.

Perumusan Masalah

(22)

prioritas pembangunan yang diperlukan dan masalah-masalah perkembangan daerah baik yang berjangka pendek maupun panjang telah dapat dikenali dan difahami secara lebih baik.

Masalah yang penting bagi perencanaan pembangunan adalah pemilihan lokasi yang baik untuk fasilitas pelaya- nan. Pemilihan lokasi yang baik untuk fasilitas pelayanan ini dikarenakan tidak mungkin menyediakan fasilitas pela- yanan di setiap tempat. Fasilitas pelayanan menghendaki berbagai prasarana penunjang yang hanya terdapat di beberapa tempat tertentu. Hal yang penting lagi adalah beberapa atau banyak fasilitas pelayanan yang juga menun- tut jumlah penduduk pemakai yang lebih besar daripada yang ada dalam masing-masing tempat.

(23)

lebih luas dibandingkan dengan Agam Timur dimana Agam Ba- rat 58.61 % dan Agam Timur 41.39 % dari luas keseluruhan Kabupaten Agam. Untuk kepadatan penduduk daerah Agam Ti- mur lebih tinggi daripada Agam Barat dimana, Agam timur

384 jiwa/km2 sedangkan Agam Barat hanya 120 jiwa/km2.

Dalam pemindahan lokasi ibukota kabupaten ini tentu saja semua lokasi administrasi dan lokasi-lokasi pelayanan ikut berpindah. Dengan telah dipindahkannya Ibukota Kabupaten, maka ada beberapa ha1 yang dapat dikaji antara lain : (1) Bagaimanakah pemindahan lokasi Ibukota Kabupa- ten Agam dilihat dari aspek administrasi pemerintah, as- pek ekonomi dan aspek sosial, (2) Bagaimanakah penetapan lokasi yang berguna bagi perencanaan selanjutnya agar da- pat memberikan garis besar bagi perencanaan tata ruang yang efisien dan merata.

Tuiuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisa pemindahan lokasi ibukota kabupaten dili- hat dari aspek administrasi pemerintah, ekonomi dan sosial.

(24)

Kesunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat merupakan ba-

han pertimbangan dalam penyusunan kebijaksanaan pembangu-

nan wilayah, dalam kerangka pencapaian pembangunan yang

seimbang. Selain itu hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan perbandingan dalam menetapkan pusat-pusat

(25)

11. KERANGKA PEMIKIRAN

Teori Lokasi Umum

Suatu daerah (wilayah) merupakan kombinasi sekumpu-

lan lokasi berbagai kegiatan manusia yang satu sama lain

saling berkaitan. Ruang yang menampung kegiatan-kegiatan

manusia pada kenyataannya berbeda dalam kualitasnya, de-

ngan demikian maka penggunaan yang efisien berarti memi-

lih atau menentukan kegiatan-kegiatan mana yang paling

menguntungkan dan sesuai untuk suatu lokasi tertentu.

Dengan perkataan lain penggunaan yang efisien akan dipe-

ngaruhi oleh potensi yang bersangkutan, tentu saja juga

dapat ditambah pengaruh faktor-faktor lain yang alamiah.

Kesuburan tanah, posisi, geografis, keadaan topografis

termasuk dalam potensi tersebut.

Teori lokasi yang murni adalah teori umum tentang

"local conditionalityw dalam suatu ekonomi. Seorang pe-

ngusaha dalam memilih tempat usahanya (untuk berproduksi

ataupun memberikan pelayanan) akan mempertimbangkan har-

ga-harga penawaran yang ada di tiap -tiap tempat untuk

bermacam-macam input yang dibutuhkan. Pada saat yang sa-

ma juga dipertimbangkan tingkat harga yang dapat dicapai

bagi produk atau pelayanannya. Apabila pada akhirnya te-

lah dipilih tempat

/

lokasi bagi kegiatan usahanya maka

sebaliknya kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap

macam-macam input dan output. Dengan adanya saling ber-

(26)

aktivitas ekonomi bersama-sama ditentukan oleh teori umum mengenai 'local conditionality".

Selanjutnya Predohl dalam Myra (1981) menyimpulkan bahwa distribusi lokal kegiatan-kegiatan ekonomi merupa- kan distribusi kumpulan faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja dan modal yang telah ditentukan ka- rena setiap kegiatan ekonomi akan memakai faktor-faktor produksi tersebut.

Hanafiah T, (1990) menulis, faktor-faktor yang me- nentukan atau yang harus diperhatikan dalam lokasi, ada- lah sebagai berikut :

(a) Bahan baku lokal (local input) ; dalam ha1 ini yang .harus diperhatikan adalah adanya bahan baku (input)

yang dapat dipindahkan.

(b) Permintaan lokal (local demand) ; dalam ha1 ini yang harus diperhatikan adalah adanya permintaan terhadap output yang tidak dapat dipindahkan.

(c) Bahan baku yang dapat dipindahkan (transfered input) dalam ha1 ini yang harus diperhatikan adalah penawa- ran bahan baku yang dapat diangkut k e lokasi, dan ini tercermin pada biaya transport dari lokasi sumber bahan baku.

(27)

Hanafiah (1990), menambahkan, Pemerintah sebagai pe-

nentu lokasi (uvlocator")

,

mempunyai kekuatan (kewenangan)

dan dapat mempengaruhi penentuan lokasi berbagai kegiatan

ekonomi rumahtangga dan perusahaaan melalui kesejahte-

raan masyarakat yang secara geografis tersebar dalam ta-

taruang, dan bertujuan memaksimumkan pelayanan pada ma-

syarakat melalui penyebaran fasilitas pelayanan secara

merata

.

Untuk mengetahui penyebaran fasilitas pelayanan se-

cara merata dalam suatu daerah maka penting untuk menge-

tahui definisi dari daerah. Daerah dapat didefinisikan

sebagai wilayah geografis atau ruang yang memiliki ciri-

ciri (1) Homogenitas (2) Nodalitas (3) Kebijaksanaan yang

khusus. Definisi daerah dalam artian homogenitas difo-

kuskan pada keseluruhan ciri-ciri yang membedakan suatu

daerah dengan daerah-daerah lainnya, yakni misalnya ada

yang dikatakan sebagai daerah miskin dan ada pula daerah

aliran sungai. Defenisi daerah menurut nodalitas mene-

kankan organisasi spasial daerah itu di sekitar "tempat

Pusat" (Central place) dan daerah belakangnya (hinter-

land), yang sering meliputi suatu "hirarki pemukiman"

(settlement hierarchy) yang "dikepalaiu oleh tempat pusat

(central place)

.

Daerah nodal sering digambarkan menurut

"pusat-pusat pengembangan" (growth center) dan "pusat-

pusat pelayanan" (service center)

.

Defenisi daerah me-
(28)

layah, dimana diterapkan keputusan-keputusan pemerintah dan/atau swasta. Propinsi, kabupaten dan unit daerah kerja pembangunan merupakan contoh-contoh daerah kebijak-

sanaan

.

Englander dalam Myra (1981) menyatakan bahwa, se- orang pengusaha dalam memilih tempat usahanya (untuk ber- produksi ataupun memberikan pelayanan) akan mempertim- bangkan harga-harga penawaran yang ada di tiap-tiap tem- pat untuk bermacam-macam input yang dibutuhkan. Pada sa- at yang sama juqa dipertimbangkan tingkat harga yang da- pat dicapai bagi produk atau pelayanannya. Apabila pada akhirnya telah dipilih tempat atau lokasi bagi kegiatan-

nya maka sebaliknya kegiatannya tersebut akan berpengaruh terhadap macam-macam input dan output.

Dalam analisis lokasi dan tataruang, 1okasi.titik- titik bahan baku, lokasi perusahaan atau pabrik, karak- terisrik produksi, sistem transportasi (terutama biaya transport) dan lokasi pasar merupakan ha1 yang penting.

Teori lokasi Kegiatan Pertanian dan Industri

(29)

pertanian juga relatif sangat tergantung terhadap kondisi- kondisi alamiah seperti iklim dan sebagainya. Se- dangkan kegiatan industri lebih terarah pada usaha manusia untuk mengolah sumber-sumber alam menjadi barang atau produk, baik yang setengah jadi maupun yang siap dipakai.

Kesiatan Pertanian

Dalam kegiatan pertanian yang menggunakan ruang se- cara ekstensif tersebut persoalan efisiensi ruang menjadi sangat penting. Faktor alamiah sperti iklim, jenis ta- nah, keadaan topografi, hidrologi dan lain-lain dapat me- rupakan penunjang atau pembatas dalam pelaksanaan kegia- tan pertanian ini. Sebagian dari pada faktor-faktor ini tidak dapat dikuasai oleh manusia, dengan demikian maka kita harus berusaha memanfaatkan untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dari keadaan yang ada.

Manusia sebagai faktor aktif dengan pemakaian tekh- nologi tertentu akan menentukan atau memilih jenis-jenis komoditi untuk daerah-daerah tertentu, didasari oleh mo- tivasi ekonomis. Dalam usaha memperoleh keuntungan-ke- untungan'ekonomis tersebut, faktor-faktor aktif dan ala- miah tadi dilihat pengaruhnya terhadap tinggi rendahnya produksi

.

(30)

tas produksinya dalam memenuhi pasaran (3) bagaimana alo- kasi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai harga produksi yang minimum.

Selanjutnya persolan dapat dibedakan atas dua macam segi pandangan yaitu :

a. Dari individu petani yang dihadapkan pada masalah pe- ngaturan ruang dan faktor-faktor produksinya.

b. ~ a r i segi produknya yaitu persolan faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap lokasi penanaman suatu jenis produk tertentu.

Suatu teori lokasi ekonomi ruang yang umum terjadi dari penyatuan distribusi aktivitas-aktivitas ekonomi da- lam suatu ruang secara menyeluruh dengan memperhatikan pula distribusi input dan output serta faktor harga dan ongkos secara geografis. Interdependensi ini terjadi karena dalam proses pemecanan masalah ekonomi, pengaturan ruang untuk aktivitas-aktivitas ekonomi akan saling di- pengaruhi oleh faktor-faktor tersebut diatas. Lokasi da- ripada unit produksi pertanian misalnya akan ditentukan oleh faktor-faktor eksternal yang jelas tidak lepas dari lokasi unit-unit aktivitas non pertanian. Di lain pihak suatu teori ruang yang tidak memperhatikan faktor ekster- nal tidak dapat memecahkan persoalan operasional.

(31)

Kesiatan Industri

Berbeda dengan kegiatan pertanian yang menempati wi- layah yang luas di daerah rural, kegiatan industri ini menempati wilayah yang relatif sempit, digunakan secara intensif di daerah perkotaan. Pertanyaan yang timbul da- lam suatu wilayah sebagai suatu "set of locationsu adalah dimana industri akan muncul. Kota-kota biasanya tumbuh atas dasar adanya kelompok-kelompok pemukiman yang telah ada, ditunjang oleh kondisi daerah belakangnya.

Kelompok-kelompok pemukiman tersebut tidak selalu tumbuh sama pesatnya. Selain kondisi daerah belakangnya, sentralitas lokasinya, usaha-usaha ekonomis penduduknya serta keadaan-keadaan sosial politisnya akan ikut mempe ngaruhi pertumbuhan kota. Pernyataan diatas dapat juga diartikan sebagai lokasi mana yang akan memberikan keun- tungan yang lebih dibandingkan dengan lokasi-lokasi lain apabila suatu kegiatan industri akan diadakan.

(32)

Dalam pendekatan untuk teori lokasi industri dapat

dilihat faktor-faktor ekonomi atau faktor-faktor lokasi

yang berpengaruh dalam penetuan lokasi aktivitas industri

dan kemudian merumuskan aturan-aturan bagaimana setiap

faktor tersebut mempengaruhi lokasi.

Ada tiga asumsi yang digunakan :

(1) Tempat bahan baku diketahui, hanya pada tempat-tempat tertentu saja.

(2) Tempat konsumsi diketahui, tiap produksi mempunyai pasaran yang "tak terbatasl'.

(3) Terdapat beberapa lokasi tenaga kerja, mobilitas te-

naga kerja belum dipertimbangkan, penawaran tenaga

kerja tidak terbatas pada tingkat upah tertentu.

Pusat-pusat Pelayanan dan perencanaan garis besar pusat

pelayanan

Hanafiah (1987) mengemukakan fungsi Tempat Pemusatan

antara lain,

1. Harus berfungsi sebagai pusat pelayanan secara umum maupun khusus, seperti pelayanan kesehatan, penduduk

dsb. Dengan perkataan lain pusat-pusat tersebut ha-

rus dapat berfungsi menurut postulat Chris taller

yaitu teori Tempat Sentral.

2. Harus berfungsi sebagai pusat inovasi dan promosi, sehingga Tempat Pemusatan harus mempunyai kegiatan

pemrosesan dan pengolahan dasar serta mendasar guna

(33)

rus menciptakan lapangan kerja yang terdorong ke luar akibat revolusi hijau.

3. Harus berfungsi sebagai pusat interaksi sosial, seba gai pusat difusi inovasi dan juga harus berfungsi se- bagai tempat pelayanan penyuluhan pendidikan serta tempat pertemuan berbagai kelompok masyarakat.

Tujuan dari Perencanaan Garis Besar Pusat Pelayanan adalah memberikan garis besar permulaan bagi organisasi tataruang yang.efisien dan merata untuk suatu daerah da- lam waktu sesingkat mungkin. Dengan batasan :

Efisiensi : Usaha memperkecil jarak rata-rata yang harus ditempuh oleh penduduk dari satu daerah jika mereka semua mengadakan perjalanan ke pusat pelayanan yang terdekat dari tempat tinggal- nya.

Merata : Menurut jarak tempuh maksimum yang dapat dibe narkan bagi pemukiman-pemukiman yang paling jauh.

Organisasi tataruang : Meliputi tingkat-tingkat atau .ska- la alternatif bagi pusat-pusat pe- layanan dan pemukiman yang merupa- kan daerah pelayanan masing-ma- sing

Pusat Pelayanan Umum

(34)

harus bisa memperoleh barang dan juga jasa pelayanan dari fasilitas-fasilitas yang berlokasi pada tempat yang ter- pisah jauh darinya.

Pada dasarnya masalah-masalah praktis yang memerlu- kan metode lokasi dapat dibedakan atas :

a. Sektor Pribadi

Dalam sektor pribadi dari suatu sistem perekonomian, lokasi dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang meme- nuhi keinginan dari pemiliknya. Biasanya tujuan utama yang ingin dicapai dari para pemilik fasilitas adalah me- maksimumkan keuntungan dan dalam konteks ini lokasi se- bagai ongkos dalam 2 pengertian yaitu :

1. Dalam pengendalian tingkat ongkos transportasi yang meliputi paradita material dan distribusi produk kepada konsumen.

2. Daiam pengendalian tingkat ongkos operasi yaitu untuk tingkat produksi yang diperlukan di lokasi tersebut. b. sektor Umum

(35)

Sangat perlu untuk membedakan antara kedua jenis pe- layanan umum diatas, sebab terdapat kriteria yang berbeda yang digunakan dalam mengevaluasi kedua keputusan lokasi tersebut.

1. Pelavanan Umum biasa

Fasilitas-fasilitas yang termasuk kedalam jenis ini antara lain adalah fasilitas-fasilitas yang berkaitan de- ngan kesehatan, penduduk dan kesejahteraan. Dalam penen- tuan lokasi fasilitas jenis ini, ukuran dari semua per-

formasi sering menjadi standar acuan. 2. Pelavanan Umum Darurat

(36)

disektor pribadi, tetapi pada sektor ini terdapat sebuah unit yang setaraf dalam jumlah ongkos dan jumlah peneri- maan yang dapat digunakan dalam proses penentuan lokasi. Berbeda pada sektor umum terdapat ukuran unit yang tidak sama. Jumlah ongkos yang dikeluarkan mempunyai ukuran yang berbeda dengan jumlah penerimaan. Sedangkan pada sisi konsumen ongkos merupakan suatu kriteria yang mem- punyai ukuran yang tidak jelas.

Keputusan untuk menentukan lokasi pusat pelayanan umumnya lebih sulit karena banyaknya hal-ha1 yang harus dipertimbangkan. Pada pusat pelayanan umum konflik antar kelompok di sekitar pusat pelayanan sering berkembang sehingga keputusan akhir memberi gambaran keinginan dari suatu kelompok yang mempunyai pengaruh politik.

Banyak keputusan lokasi pelayanan umum ditetapkan melalui suatu perdebatan yang ketat sekali oleh karena itu pertanyaan lokasi pelayanan umum yang terbaik juga menyangkut suatu tingkat proses pengambilan keputusan yang matang, sehingga prioritas untuk sektor-sektor pe- layanan umum yang berbeda mendapat prioritas yang sama. Pengertian dari "most accessiblew

(37)

Lokasi untuk pelayanan umum biasanya ditentukan oleh biaya yang dapat dijangkau masyarakat. Lokasi yang dapat dijangkau ini pun mempunyai banyak pilihan. Dari pilihan- pilihan yang ada tersebut masyarakat akan memilih yang paling "most accesible" bagi mereka. Tidak hanya pada masalah lokasi namun pada masalah yang lain mereka juga akan tertarik pada fasilitas yang "most accesibleq'.

Berbagai pengertian dari "most accesible" telah ba- nyak ditemukan, dan berbagai metoda ditemukan untuk men- dapatkan syarat-syarat dari berbagai definisi yang selalu saj a berbeda.

Rushton (1979), berusaha memberi batasan pada "most accesible". Suatu lokasi adalah "most accesible" untuk seseorang jika fasilitas-fasilitas yang didapat :

1. Jarak total dari tempat seseorang ke pusat pelayanan minimum, ini disebut Jarak Aqresat Minimum

,

ini juga sama dengan jarak rata-rata minimum, jadi yang menja- di kriteria adalah jarak rata-rata.

2. Jarak terjauh dari tempat seseorang ke pusat pelayan- an adalah minimum, ini disebut Jarak Minimax

.

3. Jumlah masyarakat pada daerah terdekat yang mengeli- lingi pusat pelayanan selalu sama dengan jumlah yang telah ditetapkan, ini disebut Batas keseimbanqan.

(38)

5. Jumlah masyarakat yang terdapat mengelilingi pusat pelayanan tidak pernah lebih besar dari jumlah yang telah ditentukan. Ini disebut Batas KaDasitas (daya tampung)

.

Definisi yang akan dipakai tergantung pada permasa- lahan yang dihadapi oleh pembuat kebijaksanaan. Para pembuat kebijaksanaan bisa saja mencari definisi yang berbeda untuk masalah yang berbeda. Namun pembuat kebi- jaksanaan dapat juga membuat keputusan dengan menggabung- kan beberapa definisi untuk memecahkan permasalahan yang baru seperti misalnya, suatu lokasi adalah "most aacesi- blew pada seseorang jika, untuk mendapatkan beberapa pe- layanan, jarak dari tempatnya ke pusat pelayanan terdekat minimum, berdasarkan pada batasan diatas tidak ada orang yang menempuh jarak lebih jauh dari yang telah ditetap- kan.

Definisi-definisi yang ditulis diatas bukan merupa- kan suatu pengertian atau definisi yang baku dari most accessible namun hanya merupakan ilustrasi permasalahan lokasi yang ada di dalam masyarakat. Tapi secara umum kita dapat mendefinisikan most accessible sebagai mudah tidaknva seseorans menca~ai lokasi pusat ~elavanan vanq terdekat

.

Permasalahan lokasi di negara berkembang

(39)

I..

sistim transportasi vanq masih terkebelakanq

Konsekwensi dari sistim transportasi yang masih terkebelakang terasa bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan. Pusat-pusat pelayanan harus dibangun ber- dekatan karena situasi dari keadaan transportasi. Pembuat kebijaksanaan diharuskan menentukan apakah membangun fasilitas baru atau memperbaiki sistim transportasi yang ada. Pada negara maju masalah pu- sat pelayanan dan transportas'i adalah masalah yang terlepas atau tidak berkaitan. Sebaliknya pada ne- gara sedang berkembang membangun sistim transportasi dan penentuan lokasi pelayanan seringkali merupakan masalah yang saling berkaitan. Pembuat kebijaksanaan transportasi menentukan sistem transportasi, berda- sakan pelayanan sedang pembuat kebijaksanaan pelaya- nan menentukan iokasi pusat pelayanan berdasarkan sistem transportasi yang ada.

(40)

3. Melavani atau membanqun

Berbagai penelitian pada negara-negara maju memperli- hatkan bahwa pola lokasi pelayanan umum merupakan ukuran dari tingkat kehidupan dan kebutuhan masyara- kat disekitar lokasi tersebut. Namun pada negera se- dang berkembang seringkali terjadi sebuah pusat pe- layanan dibangun pada wilayah dimana tingkat kebutu- han dan kehidupan masyarakatnya belum sepadan dengan fasilitas yang akan dibangun. Penentuan lokasi pusat pelayanan yang demikian menghadapkan negara sedang berkembang kepada pertanyaan akan membangun fasilitas atau melayani manusianya. Hal ini menunjukkan bahwa untuk membangun pusat pelayanan maka pola lokasi yang dipakai harus benar-benar memperhatikan tingkat ke-

hidupan masyarakat di sekitar lokasi sehingga pem- bangunan yang dilaksanakan akan berguna.

4. Menqatasi kesalahan lokasi penqaruh peniaiahan

Salah satu masalah yang biasanya harus dipecahkan pa- da negara sedang berkembang adalah sistem lokasi yang merupakan peninggalan dari jaman penjajahan. Negara yang menjajah meninggalkan pola lokasi yang hanya me- nguntungkan bagi pihak penjajah hingga pola yang ada merupakan pola yang menunjukkan tujuan dari negara penjajah. Dan pola yang telah ditetapkan pada jaman penjajahan tersebut seringkali tidak dapat dipakai

(41)

5. Pemerataan Tinqkat Keseiahteraan Masvarakat

Negara-negara sedang berkembang sangat berupaya untuk mengatasi perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat- nya. Perencanaan pusat-pusat pelayanan sering menga- rah kepada cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Dari keterangan diatas kita dapat melihat hal-ha1

yang harus diperhatikan oleh negara sedang berkembang da- lam memperluas perencanaan lokasi pelayanan negaranya hingga perencanaan pelayanan dapat untuk mencapai tujuan- tujuan nasional yang biasanya tidak dipunyai oleh negara- negara maju.

Untuk Indonesia keadaan lokasi yang banyak terjadi adalah alasan yang keempat yaitu kesalahan lokasi yang merupakan peninggalan dari penjajah.

T e o r i Hakimi.

Hakimi (1964) mengeluarkan satu teori yang menun- jukkan bagaimana menemukan satu titik optimum dalam suatu jaringan. Dengan adanya jarak yang tetap diantara simpul- simpul yang ada dalam suatu jaringan network, maka akan dapat ditemukan satu simpul- diantara semua simpul yang ada, yang mempunyai jarak terpendek dan memiliki kriteria bobot yang ditetapkan. Simpul atau titik yang dimaksud- kan disebut sebagai titik tengah dari jaringan.

(42)

alternatif pada jalur network.

Secara ringkas teori Hakimi berbunyi :

"Ada satu simpul dalam jaringan yang meminimumkan jumlah

jarak terpendek yang berbobot dari semua simpul terhadap

satu simpul tertentu dimana simpul tersebut juga merupakan

(43)

Ketimpangan Pembangunan Daerah di Pemindahan Ibukota Kabupaten Agam Pemilihan Lokasi Ibukota

1

Komputer

,

1

,

Pemilihan Lokasi Pemilihan Lokasi

Berdasarkan Berdasarkan

Analisa dengan Kepentingan

metode P-Median Pemerintah Daerah

Penentuan Lokasi

+

[image:43.530.57.456.91.613.2]

1

Kesimpulan

1

(44)

111. METODE PENELITIAN

Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini bersifat studi kasus dengan daerah penelitian adalah Kabupaten DT I1 Agam, Provinsi DT I Sumatera Barat. Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara sengaja, alasan pengambilan lokasi ini adalah karena Kabupaten Daerah Tingkat I1 Agam akan melaksanakan pemindahan ibukota kabupaten dari kotamadya Bukittinggi menjadi Lubuk Basung. Kabupaten Daerah Tingkat I1 Agam mempunyai ketimpangan yang jelas sekali antara Agam Barat dan Agam Timur dimana selama ini pembangunan lebih banyak ditekankan pada Agam Timur.

Metode Analisa Data

Dalam penelitian untuk analisa lokasi ini diqunakan metode P-Median Algoritma dalam program komputer Alloc VI. Pada prinsipnya, pengqunaan metode P-Median bertu- juan untuk meminimalkan jarak yang akan ditempuh oleh seseorang ke tempat lain.

(45)

Dasar metoda P-Median Algorithma adalah theorema yang dikembangkan oleh Hakimi (1964) yang menyatakan bahwa, titik optimum dari suatu jaringan yang dapat meminimumkan jumlah perkalian jarak-jarak terpendek de- ngan bobot dari semua simpul adalah titik yang berasal dari simpul pada jaringan. Untuk persoalan meminimumkan jarak rata-rata, theorema Hakimi masih mampu memecahkan persoalan yang ada dengan lokasi-lokasi dari simpul pada jaringan. Sifat pemecahan persoalan ini memperhitungkan simpul-simpul yang dilayani sebagai lokasi potensial untuk pusat pelayanan. Dan untuk mengabaikan lokasi- lokasi yang lain diperlukan kepastian bukan simpul pada jaringan, sehingga tidak mengabaikan lokasi-lokasi yang akan memberikan pemecahan lebih baik.

Penetuan lokasi dan alokasi untuk meminimumkan jarak dapat ditunjukan oleh rumus berikut :

n m

minimumkan z = C C aij wij dij

i=1 j=1

dimana, aij = 1

,

jika simpul dilayani i lebih dekat k e simpul pelayanan j dari pada k e simpul pelayanan lainnya, selain dari itu = o.

wi = bobot dari simpul yang dilayani i.

dij = jarak terpendek antara simpul yang dila-

(46)

Perhitungan masalah P-Median dalam studi ini disele- saikan dengan menggunakan paket program komputer Alloc VI, dimana program ini menggunakan metoda tertentu me- nyimpan data, sehingga akan mengurangi data pemasukan dan waktu pelaksanaan komputer. Hal ini memungkinkan Alloc VI dapat digunakan untuk analisa dengan sejumlah besar simpul

.

Penentuan Faktor-faktor yanq dianalisis

Dalam metoda P-Median ada 2 buah faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor jarak antara simpul-simpul 'dan faktor bobot simpul yang akan dianalisis. Disamping itu, penentuan faktor jarak dan bobot bergantung pada 3

ha1 yaitu :

1. Masalah apa yang sedang diselidiki. 2. Kelengkapan data yang diperlukan.

3. Pertimbangan-pertimbangan lain yang ada hubungan dengan masalah yang diselidiki.

Adapun yang dimaksud dengan faktor jarak dan bobot dapat dijelaskan sebagai berikut :

-

Faktor Jarak

Pengertian jarak dalam kasus studi ini erat hubungannya dengan lokasi suatu tempat dalam ruang. Ada dua pe- ngertian mengenai lokasi, yaitu :

(47)

Pada dasarnya lokasi yang demikian tidak berubah letak- nya, dan satuan jarak yang umum dipakai ialah mil, km, dan m. Misalnya : alamat kantor A

2. Lokasi Relatif, ialah posisi yang dinyatakan dalam bentuk jarak atau diidentikkan dengan salah satu faktor lain. Misalnya kota terletak 180 km dari kota J, atau kota B terletak 3 jam perjalanan mobil dari kota J. Disamping itu lokasi itu relatif dapat pula dinyatakan dalam bentuk karcis-karcis bis atau kereta api.

Banyak cara untuk menyatakan jarak atau lokasi dalam konteks relatif selain menggunakan unit jarak. Tetapi dalam konteks absolut pengukurannya teratas pada unit- unit umum dan tidak berubah seperti mil, km, atau de- rajat-derajat lintang dan bujur. Lokasi relatif dapat berubah secara radikal walaupun lokasi absolutnya tetap konstan. Misalnya dari Kota A ke Kota B, bila diukur berdasarkan waktu perjalanan dengan menggunakan mobil, akan memakan waktu 3 sampai 4 jam. Tetapi bila diukur berdasarkan waktu perjalanan dengan menggunakan pesawat terbang, hanya memakan waktu 15 menit.

(48)

-

Faktor Bobot

Pengukuran massa dari suatu simpul tertentu sangat ter- gantung pada masalah yang sedang diselidiki. Bobot tersebut dapat berbentuk sebagai jumlah penduduk suatu kota, jumlah komoditi pertanian suatu daerah, jumlah tenaga kerja, pendapatan daerah, produksi suatu pabrik, uang yang beredar, besarnya modal yang ditanam, jumlah keluarga, jumlah kendaraan, jumlah tempat tidur di ru- mah sakit, aliran berbagai jenis barang, dan lain-lain. Metode Penaambilan data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Di dalam perhitungan P-Median dengan program komputer Alloc VI in5 diperlukan data-data sebagai beri- kut :

-

Data Jarak

Sesuai dengan program yang digunakan, maka data jarak yang dibutuhkan ialah jarak dari setiap calon pusat ke simpul lain yang jaraknya lebih kecil dari batasan ja- rak maksimum implisit yang ditentukan. Untuk membantu komputer di dalam membaca jarak diatas, maka diperlukan data index di samping data jarak. Data jarak untuk se- tiap calon pusat disusun dari yang terdekat hingga yang ter j auh

.

-

Data Bobot
(49)

tergantung pada masalah yang sedang diselidiki. Dalam praktek lapang ini bobot yang dipakai adalah (1) jumlah penduduk (2) luas wilayah (3) pendapatan perkapita.

-

Data pusat-pusat yang telah pasti (fixed centers)

Lokasi pusat-pusat ini ditentukan pada simpul-simpul yang mempunyai kebutuhan pelayanan dengan pelayanan bersama mendekati satu unit, sehingga dapat diperkira- kan bahwa lokasi pelayanan akan berada pada simpul tersebut.

-

Jumlah pusat-pusat yang dipilih
(50)

IV. KEADAAN UMUM

Kondisi dan Potensi Fisik Wilayah

Kabupaten Daerah Tingkat I1 Agam merupakan salah satu dari 14 daerah tingkat I1 yang ada di Propinsi Sumatera.Barat. Terletak kurang lebih 9 1 km di sebelah Barat Laut kotamadya Padang ( Ibukota Propinsi ) dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Daerah Tingkat I1 Pasaman b. Sebelah Selatan : Kabupaten Daerah Tingkat I1 Padang

Pariaman

c. Sebelah Timur : Kabupaten Daerah Tingkat I1 50 kota d. Sebelah Barat : Samudera Indonesia

Kabupaten Daerah Tingkat I1 Agam terletak pada posisi 0 2 0 ' - 0 2 9 ' Lintang Selatan dan 99 52'

-

100 3 3 ' Bujur Timur

.

Ketinggian dari permukaan laut bervariasi antara 0 -

2 . 8 9 1 meter diatas permukaan laut (mdpl). Berdasarkan ketinggian tersebut Kabupaten Daerah Tingkat I1 Agam dapat diklasifikasikan atas 5 ketinggian yaitu :

(1) Ketinggian 500

-

1000 mdpl tersebar di Kecamatan Palupuh, Kecamatan Palembayan dan Kecamatan Tilatang Kamang

.

(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)

oleh

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EI<ONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANlAN

(125)

S O N 1 DRESTIANA. Analisis Pemindahan Lokasi Ibukota Kabu- paten. Studi Kasus Kabupaten Daerah Tingkat 11, Provin- si Daerah Tingkat I Sumatera Barat (dibawah bimbingan Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, MSc).

Untuk mengurangi ketimpangan dalam pembangunan maka setiap pembanqunan atau perubahan menqhendaki adanya penetapan lokasi. Persoalan lokasi merupakan persoalan pemilihan tempat yang sesuai dalam arti dapat memberikan ef isiensi bagi suatu kegiatan tertentu, dilihat dari keqiatan itu sendiri maupun dari kaitannya denqan keqiatan di tempat-tempat lain.

Pemikiran tentanq penentuan lokasi obyek-obyek mau- pun tempat-tempat kegiatan berlangsung, dimaksudkan untuk mencapai efisiensi dan optimasi. Efisiensi dan optimasi yang dimaksud adalah dalam ha1 pengarahan menuju lokasi yanq bersangkutan maupun dalam ha1 pengisian ruanq. Ruang, yang menampung kegiatan-keqiatan manusia pada ke- nyataannya berbeda dalam kualitas dan karakteristiknya. Pengqunaan yang efisien dan optimal berarti memilih dan menentukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dan paling meng- untunqkan bagi suatu ruang tertentu pemilihan ini akan dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki.

(126)

dan dalam menganalisis bagaimana suatu tempat, daerah dan wilayah tumbuh dan berkembang. Keputusan mengenai lokasi yang diambil oleh unit-unit pengambil keputusan akan menentukan struktur tata ruang wilayah yang terbentuk

(Hanaf iah, 1990)

.

Pada dasarnya pemindahan Ibukota Kabupaten Agam dari wilayah kotamadya Bukittinggi merupakan kebijaksanaan pemerintah. Hal ini tercermin dari inisiatif pemindahan ibukota kabupaten yang datangnya dari pemerintah daerah kabupaten agam dengan ditujukannya surat keputusan Pem/1456/II/Ag/1982 kepada Gubernur Sumatera Barat ten- tang usulan pemindahan ibukota kabupaten.

(127)

pertumbuhan akan menarik tenaga kerja dan modal dari daerah-daerah lainnya. Sedangkan di daerah dimana momen- tum untuk pertumbuhan kurang, maka permintaan akan inves- tasi rendah sehingga modal dari daerah ini mengalir k e pusat-pusat pertumbuhan tersebut. Demikian pula halnya dengan kegiatan perdagangan yang cenderung mengarah k e pusat pertumbuhan sehingga menguntungkan daerah itu dan merugikan daerah-daerah yang tingkat pertumbuhannya rendah.

Jika dibandingkan keputusan penetapan lokasi antara kepentingan Pemerintah Daerah dengan penggunaan Alloc VI maka dapat diambil kesimpulan bahwa penetapan lokasi Ibukota Kabupaten Agam adalah untuk menciptakan pemera- taan pembangunan bukan berdasar kepada aksesibilitas.

(128)

ANALISIS PEMINDAHAN LOKASI

IBUKOTA KABUPATEN

(Studi Kasus Kabupaten Daerah Tingkat I1 A am

Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat

7

Oleh

S O N DRESTIANA

A 22.0390

Laporan Praktek Lapang

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

JURUSAN ILMU-ILW SOSIAL EKONOMI PERTAN'IAh'

FAKULTAS PERTANIAN

(129)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN EMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

DENGAN IN1 MENYATAKAN BAHWA LAPORAN PRAKTEK LAPANG

YANG DITULlS OLEH

N AM A : SON1 DRESTIANA NOMOR POKOK : A 22.0390

JUDUL : ANALISIS PEMINDAHAN LOKASI IBUKOTA KABUPATEN

(Studi Kasus Kabupaten DT I1 Agam, Provinsi DT I Sumatera Barat)

DAPAT DITERIMA SEBAGAI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR

SARJANA PERTANIAN PADA FAKULTAS PERTANIAN, INSTITUT PERTA-

NIAN BOGOR

Bogor, Mei 1992

Mengetahui, Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja MSG

NIP 130 367 086

(130)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Praktek Lapang ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai

karya ilmiah oleh siapapun pada suatu perguruan tinggi atau lembaga lainnya.

Bogor, Mei 1992

SON1

DRESTIANA
(131)

RIWAYAT H I D U P

Penulis dilahirkan di Bukittinggi (Sumatera Barat) pada tanggal 24 Desember 1966, merupakan anak kedua dari enam bersaudara, dari pasangan Yusaf Rahman dan Syofyani Bustamam.

(132)

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Y.M.E, karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya, penulisan Laporan Praktek Lapang ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan Laporan Praktek Lapang ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, MSc selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penu- lis selama penulis kuliah hingga selesainya penulisan Laporan Praktek Lapangan ini, kepada Bapak Ir. T. Ha- nafiah dan Ir. Nindyantoro, MSP (Mas Tori) yang disamping sebagai selaku Dosen Penguji Utama dan Dosen Penguji Komisi Pendidikan juga telah banyak memberikan petunjuk dan saran yang bermanfaat dalam penulisan ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bappeda Agam, yang sangat membantu dalam penelitian di lapang. Kepada Buk Ranti dan Teh Ida yang telah dengan sabar melayani di Perpustaakaan dan di Tata Usaha Sosek. '

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Potensi bahaya ergonomi berdasarkan aspek sikap kerja terdapat pada proses pembuatan pola, proses penenpelan material , dan proses finishing yaitu ketika pekerja

Bila tidak semua unit akan diubah dalam SI atau british, Hysys menyediakan fasilitas clone untuk mengubah beberapa variable dengan unit yang dikehendaki misalnya tekanan yang

Sepanjang tahun lalu, perseroan memproduksikan 583 ribu ton batu bara, naik 191% dibandingkan 2010 sebesar 200 ribu ton.. Perseroan menargetkan nisbah kupas (stripping ratio)

bergaul, bentuk kehidupan masyarakat,dan kegiatan siswa dalam masyarakat. Yang termasuk dalam faktor internal yaitu kesehatan, inteligensi dan bakat, minat dan

• Mata miopia mempunyai daya lensa positif yang lebih sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tidak terhingga difokuskan.

Enrichment Program II: For student who takes Research track only in semester 7, should take these

Banyak faktor yang menjadi penyebab tutupnya Sevel yang memiliki banyak toko di Indonesia pada saat itu, baik faktor eksternal maupun internal, salah satunya adalah besarnya beban yang

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research ) yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 6 Makassar dengan rumusan masalah yang terdiri