DAFTAR PUSTAKA
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall. 2003. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi jilid 1 edisi ketiga. Erlangga. Jakarta.
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall. 2006. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi jilid 2 edisi ketiga. Erlangga. Jakarta.
Ilyas, M. 2004. mengatasi Emisi Melalui Perencanaan Sistem Transportasi Perkotaan dan kebijakan Pengendalianny
Kamaluddi, Rustian. 2003. Ekonomi Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.
Moenir. 2001. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Munawar, Ahmad. 2005. Dasar-Dasar Tekhnik Transportasi. Yogyakarta: Beta
Offset.
Nasution. M.N. 2003. Manajemen Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rahma, A & Salim, N. 2002. Menuju transportasi Berkelanjutan.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Bandung: Tarsito Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Edisi Pertama. Andi
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Pelayanan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:646), pengertian pelayanan adalah :
1. Perihal atau cara melayani,
2. Usaha melayani kebutuhan orang laen memperoleh imbalan (uang) dan jasa
3. Kemudian yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang dan jasa.
Dari pengertian pelayanan yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa pelayanan merupakan
suatu kegiatan yang diberikan seseorang atau badan untuk melayani kebutuhan orang lain.
1. Pengertian Pelayanan menurut para ahli.
Agar dapat lebih memahami tentang pengertian pelayanan, berikut ini
adalah berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian pelayanan. 1) Lovelock, Petterson dan Walker
Lovelock, Petterson dan Walker (2005) dalam Tjiptono menjelaskan bahwa
persepektif pelayanan sebagai sebuah sistem, dimana setiap bisnis jasa dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri atas dua komponen utama
yaitu:
2) Fitzsimmons
Fitzsimmons dalam Sedarmayanti (2004) mengemukakan Kualitas pelayanan merupakan suatu yang kompleks, sehingga untuk menentukan sejauhmana
kualitas dari pelayanan tersebut dapat dilihat dari lima dimensi yaitu :
a. Tangible, yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai, dan sasaran komunikasi.
b. Empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para
pelanggan.
c. Responsiveness, yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
d. Reliability, yaitu kemampuan memberi pelayanan yang di janjikan dengan segera, kehandalan, akurat, dan memuaskan.
e. Assurance, yang artinya mencakup kemampuan, pengetahuan, kesopanan,
juga sifat yang dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf seperti bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.
3) Kotler
Pengertian pelayanan menurut Kotler (2002:83) menyebutkan bahwa setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak
lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada
konsumen tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesusah terjadinya
transaksi. Kotler menyebutkan sejumlah karakteristik pelayanan yang terdiri dari:
a. Intangibility (tidak berwujud), yaitu tidak dapat dilihat, diraba dirasa, didengar, dan dicium sebelum ada transaksi. Artinya, pembeli tidak dapat mengetahui secara pasti hasil sebuah pelayanan sebelum pelayanan
tersebut di konsumsi.
b. Inseparability (tidak dapat dipisahan), maksudnya dijual lalu diproduksi
dan dikonsumsi secara bersamaan karena tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, konsumen turut serta berpartisipasi menghasilkan jasa layanan dengan adanya kehadiran konsumen, maka pemberi pelayanan akan lebih
berhati-hati terhadap interaksi yang terjadi antara penyedia dan pembeli. c. Variability (berubah-ubah dan bervariasi). Jasa beragam selalu mengalami
perubahan sehingga tidak selalu sama kualitasnya, tetapi tergantung
kepada siapa yang menyediakannya dan kapan serta dimana disediakan. d. Perishability (dapat hilang, tidak tahan lama). Jasa tidak dapat disimpan
dan permintaannya berfluktuasi. Daya tahan suatu layanan begantung kepada situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor.
4) Warella
Menurut Warella dalam Widjai (2007:11) menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu kinerja (performance) atau suatu usaha (effort), jadi
5) Ivancevich, Lorenzi, Skinner, dan Crosby
Ivancevich, Lorenzi, Skinner, dan Crosby (2000:448) mengatakan bahwa pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata dalam artian tidak
dapat diraba yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan.
6) Gronroos
Gronross (2001:27) mendefinisikan pelayanan sebagai suatu aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara
konsumen dan karyawan atau hal-hal yang disediakan organisasi pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan permasalahan masyarakat yang dilayani.
7) Payne
Menurut Payne (2000) mengatakan layanan pelanggan terdapat pengertian : 1. Segala kegiatan yang dibutuhkan untuk menerima, memproses,
menyampaikan dan memenuhi pesanan pelanggan dan untuk menindak lanjuti setiap kegiatan yang mengandung kekeliruan.
2. Ketepatan waktu dan reabilitas penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan sesuai dengan harapan mereka.
3. Serangkaian kegiatan yang meliputi semua bidang bisnis yang terpadu
untuk menyampaikan produk dan jasa tersebut sedemikian rupa sehingga dipersepsikan memuaskan oleh pelanggan dan yang merealisasikan
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
5. Penyampaian produk kepada pelanggan tepat waktu dan akurat dengan
tidak lanjut tanggapan keterangan yang akurat.
2. Pelayanan Publik.
Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik ma pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan ole
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan publik dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh organisasi privat adalah semua
penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan ol
2. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi
publik. Yang dapat dibedakan lagi menjadi:
a. Bersifat primer adalah semua penyediaan barang/jasa publik yang di
selenggarakan oleh pemerintah yang di dalamnya pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna/klien mau tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor
pelayana
b. Bersifat sekunder adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa publik
3. Karakteristik Pelayanan Publik.
Ada lima penyelenggaraan pelayanan publik tersebut, yaitu:
1.
tuntutan perubahan yang diminta oleh pengguna.
2. Posisi tawar pengguna/klien. Semakin tinggi posisi tawar pengguna/klien,
maka akan semakin tinggi pula peluang pengguna untuk meminta pelayanan yang lebih baik.
3. Tipe pasar. Karakteristik ini menggambarkan jumlah penyelenggara pelayanan yang ada dan hubungannya dengan pengguna/klien.
4.
atas transaksi, apakah pengguna ataukah penyelenggara pelayanan.
5. Sifat pelayanan. Hal ini menunjukkan kepentingan pengguna atau penyelenggara pelayanan yang lebih dominan.
4. Pengertian/Definisi Kualitas Pelayanan.
Berikut beberapa pengertian dan definisi tentang Kualitas Pelayanan. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
(Tjiptono,2001). Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan
dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan / inginkan terhadap
atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka
dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas.Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang
diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.
Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik.
Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum
dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering.
Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja
biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut:
1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelanggan.
Dari definisi-definisi tentang kualitas pelayanan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan guna memenuhi harapan konsumen. Pelayanan dalam
hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk
kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata
mereka terima atau peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan/inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Hubungan antara produsen dan konsumen menjangkau jauh melebihi dari waktu pembelian
ke pelayanan purna jual, kekal abadi melampaui masa kepemilikan produk. Perusahaan menganggap konsumen sebagai raja yang harus dilayani dengan baik, mengingat dari konsumen tersebut akan memberikan keuntungan kepada
perusahaan agar dapat terus hidup.
B. Sistem Pelayanan.
Sistem pelayanan umum sebenarnya merupakan satu kesatuan faktor yang dibutuuhkan dalam terselenggaranya suatu pelayanan umum. Sistem pelayanan
umum ini terdiri dari empat faktor diantaranya sebagai berikut:
1. Sistem, Prosedur dan Metode, yaitu dalam pelayanan umum perlu adanya
2. Personil, terutama ditekankan pada perilaku aparatur. Dalam pelayanan
umum aparatur pemerintah selaku personil pelayanan harus profesional, disiplin dan terbuka terhadap kritik dari pelanggan atau masyarakat.
3. Sarana dan Prasarana, dalam pelayanan umum diperlukan peralatan dan ruang kerja serta fasilitas pelayanan umum misalnya ruang tunggu dan tempat parkir yang memadai.
4. Masyarakat sebagai pelanggan, dalam pelayanan umum masyarakat sebagai pelanggan sangatlah heterogen baik tingkat pendidikan maupun perilakunya.
Moenir (2010:47).
C. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.
Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan didalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai
hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. Sarana dan Prasarana tentu perlu diperhatikan lebih guna menunjang transportasi. Bentuk pemeliharaan sarana dan
prasarana yang dilakukan Dinas Perhubungan adalah sebagai berikut:
1) Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data pengukuran kemajuan atas objek program atau memantau perubahan yang fokus pada proses dan
keluaran. Monitoring menyediakan data dasar untuk menjawab permasalahan, sedangkan evaluasi adalah memposisikan data-data tersebut
agar dapat digunakan dan diharapkan memberikan nilai tambah.
tanpa monitoring, evaluasi tidak dapat dilakukan karena tidak memiliki data
dasar untuk dilakukan analisis dan dikhawatirkan akan mengakibatkan spekulasi, oleh karena itu Monitoring dan Evaluasi harus berjalan seiring.
3) Rehabilitasi merupakan tindak lanjut dari proses monitoring dan evaluasi sebagai bentuk tindakan nyata dari berjalannya suatu proses pemeliharaan sarana dan prasarana.
Dinas Perhubungan banyak memiliki program di dalam membangun sarana dan prasarana sehingga banyak fasilitas yang sudah dibangun tidak terawat dengan
baik. Dinas Perhubungan terkesan hanya membangun fasililas yang ada tetapi tidak memelihara fasilitas tersebut untuk kemudahan jaringan transportasi darat di Kota Medan.
D. Transportasi.
Secara generik transportasi berarti pergerakan atau perpindahan orang atau
barang dari suatu tempat ketempat lain. Menurut Nasution (2004:13) transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ketempat
tujuan. Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan transportasi diakhiri. Dalam hubungan ini terlihat bahwa unsur-unsur transportasi meliputi: (a) ada muatan yang diangkut, (b) tersedia kendaraan
sebagai alat angkutnya, (c) ada jalanan yang dapat dilalui, (d) ada terminal asal dan terminal tujuan dan (e) sumber daya manusia dan organisai atau manajemen
2009 tentang LLAJ, menjelaskan bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
Kendaraan pengemudi, Pengguna jalan, serta pengelolaanya.
Dalam fungsinya sebagai regulator di bidang transportasi, pemerintah telah
menetapkan beberapa aturan dan dasar hukum yang secara desintetif berkaitan dengan prosedur-prosedur yang diizinkan dan yang tidak boleg dilanggar. Maka dalam kebijakaan transportasi terdapat beberapa aturan perundangan yang secara
langsung maupun tidak langsung berfungsi sebagai dasar hukum dalam setiap pengambilan kebijakan transportasi. Peraturan perundangan dalam sektor
transportasi telah mengalami dinamika terkait dengan berkembangnya kebutuhan dan persoalan transportasi itu sendiri. Undang-Undang transportasi tahun 1992 pada perkembangannya dirasakan tidak mampu memeberikan pondasi yang kuat
sebagai dasar dalam pengambilan kebujakan transportasi, sehingga perlu adanya aturan baru yang lebih dapat menjawab persoalan transportasi di waktu-waktu ini.
Selain pengaturan mengenai pembagian kewenangan antara pemerintah
pusat dan daerah, dalam UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga menetapkan sasaran pembangunan sub sektor transportasi
darat, khususnya pada bidang transportasi jalan, yaitu: a. Meningkatkan sarana dan prasarana kondisi LLAJ. b. Meningkatkan kelayakan dan jumlah sarana LLAJ.
c. Menurunya tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan raya serta meningkatnya kualitas pelayanan angkutan dalam hal ketertiban, keamanan dan
d. Meningkatnya keterpaduan antarmoda dan efesiensi dalam mendukung
mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung perwujudan sistem transportasi nasional dan wilayah (lokal), serta terciptanya pola distribusi
nasional.
e. Meningkatnya keterjangkauan pelayanan angkutan perkotaan yang efesien dengan berbasis masyarakat luas di perkotaan dan di pedesaan serta
dukungan pelayanan transportasi jalan perintis di wilayah terpencil untuk mendukung pengembangan wilayah.
f. Terwujudnya penyenggaraan angkutan perkotaan yang efesien dengan berbasis masyarakat dan wilayah, andal dan ramah lingkungan serta terjangkau bagi masyarakat.
1. Jenis Transportasi.
Jenis transportasi terbagi atas tiga jenis yaitu:
a. Transportasi darat : kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh hewan. Moda transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor: 1. Jenis dan spesifikasi kendaraan.
2. Jarak perjalanan. 3. Tujuan perjalanan.
4. Ketersediaan moda.
5. Ukuran kota dan kerapatan pemukiman.
6. Faktor sosial-ekonomi.
2. Unsur –Unsur dasar Transportasi.
Adapun Transportasi memilik lima unsur pokok dasar yaitu : 1. Manusia, yang membutuhkan transportasi.
2. Barang, yang di perlukan manusia. 3. Kendaraan, sebagai sarana transportasi. 4. Jalan, sebagai prasarana transportasi.
5. Organisasi, sebagai pengelola transportasi.
Pada dasarnya, ke lima unsur di atas saling terkait untuk terlaksananya
transportasi, yaitu terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut. Dalam hal ini perlu diketahui terlebih dahulu ciri penumpang dan barang, kondisi sarana dan konstruksi prasarana serta pelaksanaan transportasi.
3. Fasilitas Transportasi.
Menurut Khisty dan Lall (2006) terdapat beberapa fasilitas penunjang transportasi antara lain fasilitas pedestrian dan sepeda.
a. Fasilitas Pedestrian
Pedestrian ini umumnya digunakan oleh pejalan kaki. Pejalan kaki adalah
istilah dalam transportasi yang digunakan untuk menjelaskan orang yang berjalan di lintasan pejalan kaki ataupun menyeberang jalan. Untuk melindungi pejalan kaki wajib berjalan pada bagian jalan dan menyeberang pada tempat
penyeberangan yang telah disediakan bagi pejalan kaki. Permasalahan utama ialah karena adanya konflik antara pejalan kaki dan kendaraan, sehubungan
fasilitas untuk para pejalan kaki yang mencukupi, kedua bahwa fasilitas-fasilitas
tersebut mendapat perawatan sewajarnya. Sebagian dari jalan-jalan di daerah perkotaan mempunyai volume pejalan kaki yang besar dan harus mempunyai
trotoar, kecuali apabila alternatif sistem pengaturan yang lain telah dilakukan untuk mengalihkan pejalan kaki agar jauh dari sisi jalan, seperti pada jalan-jalan tol. Hal yang perlu direncanakan dengan baik adalah fasilitas untuk menyeberangi
jalan, karena terjadi konflik dengan lalu lintas kendaraan, sehingga bila diperlukan dipisahkan dari arus lalu lintas kendaraan baik dipisahkan waktu penggunaan
ataupun dipisahkan bidang perpotongan tersebut. Pejalan kaki yang merupakan penyandang cacat tuna netra wajib mempergunakan tanda-tanda khusus yang mudah dikenali oleh pemakai jalan lain. Terdapat beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam pedestrian yaitu:
1. Kenyamanan berupa perlindungan terhadap cuaca, pengaturan ruangan, halte transit, jembatan penyeberangan.
2. Kemudahan, jarak jalan, rambu petunjuk, kemiringan pada rampa, tangga yang sesuai untuk lanjut usia, peta petunjuk, dan faktor-faktor lain yang
menyumbang atas kemudahan gerak pedestrian.
3. Keselamatan, pemisahan lalu lintas pejalan kaki dari lalu lintas kendaraan, mal yang hanya diperuntukan bagi pejalan kaki, rambu-rambu lalu lintas
yang melindungi nyawa pejalan kaki.
4. Keamanan, penerangan, garis pandang, lingkungan bebas kriminal.
Pejalan kaki juga mempunyai kewajiban yang harus di taati. Kewajiban pejalan
kaki adalah sebagai berikut:
1) Bejalan pada bagian jalan yang yang diperuntukan bagi pejalan kaki, atau
pada bagian jalan yang paling kiri apabila tidak terdapat bagian jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki.
2) Menggunakan bagian jalan paling kiri apabila membawa kereta dorong.
3) Menyeberang di tempat yang telah ditentukan. b. Fasilitas Sepeda
Lalu lintas sepeda ini cukup untuk memberikan pengaruh pada perencanaan dan pendesainan jalan. Bersepeda bukan lagi pengisi waktu sambil berekreasi, tetapi dianggap sebagai alternatif yang layak untuk berkendaraan terlebih-lebih di
negara yang beriklim sejuk. Ada beberapa pendekatan desain jalur sepeda:
1. Jalur khusus sepeda adalah jalur dimana lintas untuk sepeda dipisah secara fisik dari jalur lintas kendaraan bermotor dengan pagar pengamanan
ataupun ditempatkan secara terpisah dari jalan raya.
2. Jalur sepeda sebagai bagian jalur lalu lintas yang hanya dipisah dengan
marka jalan atau warna jalan yang berbeda.
E. Fungsi dan Manfaat Transportasi. 1) Fungsi Transportasi.
Fungsi transportasi (pengangkutan) memegang peranan penting dalam usaha
a. Meningkatkan pendapatan nasional, disertai dengan distribusi yang merata
antara penduduk, bidang usaha dan daerah.
b. Meningkatkan jenis dan jumlah barang dan jasa yang dapat dihasilkan para
konsumen, industri dan pemerintah.
c. Mengembangkan industrial nasional yang dapat menghasilkan devisa serta mensupply pasaran dalam negeri.
d. Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi masyarakat. Fungsi lain dari transportasi adalah untuk mengangkut penumpang dan
barang dari satu tempat ke tempat lain. Kebutuhan akan angkutan penumpang tergantung fungsi bagi kegunaan seseorang (personal place utility). Perannan transportasi tidak hanya untuk melancarakan barang atau mobilitas manusia.
Transportasi juga membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal. Transfortasi berfungsi sebagai sektor penunjang pembangunan (the promotion sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan
ekonomi.
2) Manfaat Transportasi.
Adapun manfaat dari transportasi terdiri dari beberapa bagian penting diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Sosial.
Dalam kehidupan sosial atau bermasyarakat ada bentuk hubungan yang bersifat resmi, seperti hubungan antara lembaga pemerintah dengan swasta,
b. Manfaat Ekonomi.
Manusia memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Sumber daya ini perlu diolah melalui proses
produksi untuk menjadi bahan siap pakai untuk dipasarkan, sehingga selanjutnya terjadi proses tukar menukar antara penjual dan pembeli. Tujuan dari kegiatan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia dengan
menciptakan manfaat. c. Manfaat Politik.
Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, transportasi memegang peranan penting. Beberapa manfaat politik transportasi adalah:
a) Transportasi menciptakan persatuan nasional yang semakin kuat dengan
meniadakan isolasi
b) Transportasi mengakibatkan pelayanan kepada masyarakat dapat dikembangkan atau diperluas secara merata.
c) Keamanan negara sangat tergantung pada transportasi yang efisien untuk memudahkan mobilisasi kemampuan dan ketahanan nasional.
d) Sistem transportasi yang efisien memungkinkan perpindahan penduduk dari daerah bencana.
d. Manfaat Fisik.
Transportasi mendukung perkembangan kota dan wilayah sebagai sarana penghubung. Rencana tata guna lahan kota harus didukung secara langsung
F. Permasalahan Transportasi Perkotaan.
Secara umum permasalahan transportasi di perkotaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Saran dan prasarana lalu lintas masih terbatas.
2. Manajemen lalu lintas belum berfungsi secara optimal. 3. Pelayanan angkutan umum penumpang belum memadai.
4. Disiplim pemakai masih rendah.
Meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi di perkotaan dikarenakan:
1. Meningkatnya aktivitas ekonomi kurang terlayani oleh angkutan umum yang memadai.
2. Semakin meningkatnya daya beli dan tingkat privacy yang tidak bisa
dilayani oleh angkutan umum.
3. Meningkatnya harga tanah di pusat kota mengakibatkan tersebarnya lokasi pemukiman jauh dari pusat kota atau bahkan sampai keluar kota yang
tidak tercakup oleh jaringan layanan angkutan umum.
4. Dibukanya jalan baru semakin merangsang penggunaan angkutan pribadi
karena biasanya jalan baru tersebut belum terdapat jaringan layanan angkutan umum pada saat itu.
5. Tidak tersediannya angkutan lingkungan atau angkutan pengumpan yang
menjembatani perjalanan sampai ke jalur utama layanan angkutan umum. 6. Kurang terjaminnya kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan tepat
Upaya mengatasi permasalahan transportasi sebagai berikut:
1. Meredam atau memperkecil tingkat pertumbuhan kebutuhan akan transportasi.
2. Meningkatkan pertumbuhan prasarana transportasi itu sendiri, terutama penanganan masalah fasilitas prasarana yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Memperlancar sistem pergerakan melalui kebijakan rekayasa manajemen lalu lintas yang baik.
G. Upaya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk Meningkatkan Pelayanan Transportasi.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan transportasi dikembangkan kebijakan yaitu :
A. Kebijakan Prioritas Pembangunan Perhubungan Darat
1. Manajemen dan peningkatan keselamatan Transportasi Darat.
2. Pemulihan kondisi jasa pelayanan angkutan jalan dan SDP sesuai dengan
standar pelayanan minimal.
3. Pembinaan dan pengembangan angkutan perkotaan terutama dikota-kota besar diperioritaskan pada pengembangan angkutan massal berbasis jalan
raya, menurunkan penggunaan kendaraan pribadi dan meningkatkan keandalan angkutan umum.
4. Pelayanan keperintisan Angkutan Jalan dan Angkutan SDP.
transportasi SDP, pengembangan sarana SDP, serta penyediaan sarana
bantu navigasi beserta fasilitas penyeberangan di pulau-pulau kecil dan di kawasan perbatasan.
B. Kebijakan Infrasturtur Transportasi Darat
1. Mempertahankan tingkat pelayanan transportasi darat.
2. Melaksanakan konsolidasi melalui restrukturasi dan reformasi di bidang
peraturan perundang-undangan, kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM).
3. Meningkatkan aksebilitasi masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi darat.
4. Meningkatkan kapasitas dan mendorong pengembangan teknologi
transportasi dalam rangka menjamin tersedianya pelayanan transportasi darat yang berkelanjutan dengan kuantitas dan kualitas yang memadai. C. Kebijakan Pengembangan Angkutan Umum
1. Mendorong pengembangan angkutan umum massal berbasil bus (BRT). 2. Mendorong penerapan pola subsidi/ insentif (pembebasan bea masuk) bagi
angkutan umum sebagai tanggung jawab pemerintah.
3. Memacu peran serta Pemerintah Daerah dalam pengembangan angkutan massal.
4. Penerapan sistem Quality Licencing.
5. Mendorong penggunaan bahan bakar alternatif pada angkutan umum.
D. Kebijakan Angkutan barang
1. Penanganan muatan lebih melalui penerapan jembatan timbang metode baru, konsolidasi dan pengawasan dimensi kendaraan.
2. Pemanfaatan intermoda freight transport (angkutan barang antarmoda). 3. Perubahan angkutan barang dalam negeri menuju penggunaan alat angkut
kontainer.
4. Mendorong pengembangan jalan tol. E. Kebijakan Peningkatan Peran Swasta
1. Di masa depan pembangunan infrastuktur yang memberikan manfaat eknomi yang menguntungkan dimungkinkan untuk diatur atau dilaksanakan oleh swasta.
2. Kebijakan tarif komersil untuk kelas non ekonomi diserahkan pada mekanisme pasar.
3. Memberikan batasan investasi asing maksimum 49% pada bidang usaha
terbuka.
4. Rute angkutan perintis yang sudah menguntungkan diserahkan dan diatur
oleh swasta.
5. Merevisi peraturan perundang-undangan dalam memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada sektor swasta untuk berinvestasi di sektor
Kebijakan lainnya dalam upaya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera
Utara untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat adalah :
1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan transportasi melalui peningkatan
profesionalisme manajemen, operasi dan efisiensi.
2. Meningkatkan kelancaran, ketepatan jadwal perjalanan, kecepatan, frekuensi, serta penyediaan fasilitas alih moda yang memadai.
3. Meremajakan armada nasional baik armada laut maupun udara. 4. Meningkatkan manajemen pengurusan perjalanan.
5. Mengembangkan dan memanfaatkan teknologi dalam pelayanan transportasi. 6. Meningkatkan mutu keselamatan pelayaran melalui pembangunan fasilitas
navigasi, kesyahbandaran, penjagaan laut dan pantai serta pemeliharaan alur
pelayanan.
Khusus untuk angkutan kereta api dikembangkan kebijakan yaitu: 1. Membangun jalur ganda kereta api khususnya pada lintas padat.
2. Menambah kapasitas kereta penumpang kelas ekonomi untuk melayani masyarakat berpenghasilan rendah.
3. Meningkatkan pelayanan angkutan peti kemas dengan kereta api.
H. Paradigma dan Karakteristik Transportasi.
Paradigma dan strategi (Kebijakan) penanganan persoalan transportasi, baik pergerakan barang maupun orang banyak berubah, diantaranya adalah
sebagai berikut (Khisty dan Lall: 2006):
menjaga keseimbangan sediaan dan permintaan perjalanan. Perubahan
paradigma ini wajar terjadi ketika pada suatu saat nanti, kondisi atau realitas ruang untuk melayani kebutuhan perjalanan semakin tidak untuk
dikembangkan. Fasilitas ruang sudah tidak memungkinkan kembali untuk ditingkatkan mengingat segala keterbatasan ruang yang ada, khususnya dalam pengembangan ruang untuk lalu lintas sebidang. Maka, paradigama barunya
adalah bagaimana mengendalikan atau menyeimbangkan antara sediaan sarana dan prasarana dengan permintaan akan perjalanan tanpa harus
mengembangkan ruang yang sudah jenuh. Kata kuncinya adalah “pengelolaan” yang cerdas sehiingga mampu menyeimbangkan antara “Demand dan Supply” dengan melakukan efisiensi dan efektifitas manajemen
lalu lintas,
2) Paradigma lama Vehilce Movement, yaitu kebijakan yang bertumpu pada pengembangan jaringan jalan bagi kelancaran arus kendaraan pribadi, akan
berubah menjadi paradigma baru: People And Goods Movement, yaitu kebijakan yang bertumpu kepada sistem angkutan umum bagi pergerakan
orang atau barang. Sistem Angkutan Umum Masal (SAUM) menjadi pertimbangan penting yang harus dikembangkan. Sebab hakikat dari kepemilikan jalan itu sendiri. Menurut penulis, semestinya merupakan milik
publik yang seharusnya secara merata dapat dinikmati oleh rakyat secara adil. Rakyat dapat menikmati hasil pembangunan, berupa sarana dan prasarana
nyaman serta ia juga dapat bejalan kaki di pinggiran trotoar jalan dengan rasa
nyaman.
3) Paradigma lama Case By Case Problem Solving, yaitu menangani masalah
serta persial sesuai urgensinya menjadi paradigma barunya: Objective Led Strategy, yaitu penyeleaian masalah secara integrative menuju visi kota. Penyelesaian berbagai masalah kota tidak dapt ditangani dan didekati atas
salah satu bidang saja. Perlu ada koordinasi dan komunikasi yang intens, diantaranya instansi pemerintah daerah manakala terkait didalam
penyelesaian berbagai masalah. Sehingga didalam menata atau membenahi kota yang solusinya bukan aspek “permukaan” yang bersifat persial. Tetapi justru aspek yang bersifat holistik yang kerap menjadi akar masalah yang
kemudian mengharuskan dilakukan penyelesaian secara terpadu dan komprehensif.
4) Paradigma lama kebijakan pemerintah, yaitu pendekatan kebijakan yang
berorientasi pada persepsi pemerintah, menjadi paradigma barunya: Public Commitment Policy, yaitu pelibatan masyarakat dalam proses kebijakan
(komitmen publik). Keterlibatan publik di dalam suatu perencanaan pembangunan merupakan suatu keharusan. Publik bukan lagi objek pembangunan yang harus menerima begitu saja terhadap master plan suatu
pembangunan kota. Publik pun kini bukan lagi sebuah patung yang pasif diam seribu bahasa tanpa mengerti akan kemana arah pembangunan kota,
I. Sistem Transportasi.
Sistem transportasi dapat diartikan sebagai bentuk keterkaitan dan keterikatan yang integral antara berbagai variabel dalam suatu kegiatan
pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain (Munawir:2005). Maksud adanya sistem transportasi adalah untuk mengatur dan mengkoordinasikan pergerakan penumpang dan barang. Untuk mendapatkan
pengertian yang lebih mendalam serta guna mendapatkan alternatif pemecahan masalah transportasi perkotaan yang baik., maka sistem transportasi makro perlu
dipecahakan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil (mikro), dimana masing-masing sistem mikro tersebut akan saling terkait dan saling mempengaruhi.
Sistem transportasi mikro menurut Direktorat Jendral Perhubungan Darat adalah sebagai berikut:
a) Sistem Kegiatan (Transport Demand).
b) Sistem Jaringan (Prasarana Transportasi/Transport Supply). c) Sistem Pergerakan (Lalu Lintas/Traffic).
d) Sistem Kelembagaan.
Adapun karakteristik-karakteristik dari sistem transportasi adalah sebagai berikut:
a. Sarana perhubungan (link), jalan raya atau jalur yang menghubungkan dua titik atau lebih. Pipa, jalur ban berjalan, jalur laut dan jalur penerbangan juga
b. Terminal, titik-titik dimana perjalanan orang dan barang dimulai atau
berakhir. Contoh garasi mobil, lapangan parkir, gudang bongkar muat, terminal bis dan bandar udara.
c. Manajemen dan tenaga kerja, orang–orang yang membuat, mengoperasikan, mengatur dan memelihara sarana perhubungan kendaraan dan terminal.
Sistem transportasi dapat dievaluasi berdasarkan tiga atribut dasar yaitu
sebagai berikut:
a. Penyebaran (uqibuity), jumlah aksesibilitas untuk dapat menjangkau sistem,
arah jalur antara titik-titik akses sistem untuk dapat mengatasi beraneka ragam kondisi lalu lintas. Jalan raya relatif lebih tersebar di mana-mana dewasa ini menjadi berkurang pertumbuhan penyebarannya akibat investasi
yang mahal dan ketidakfleksibelannya. Meskipun demikian, didalam moda jalan raya (highway), jalan tol lebih kecil penyebarannya dibandingkan dengan jalan raya dan jalan.
b. Mobilitas, kuantitas perjalanan yang dapat ditangani. Kapasitas suatu sistem dalam menangani lalu lintas dan kecepatan adalah dua variabel yang
berhubungan dengan mobilitas. Di sini sekali lagi, jalan tol memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jalan raya. Transportasi air mungkin saja memiliki kecepatan yang relatif rendah, tetapi kapasitas
perkendaraannya yang cukup tinggi. Di piihak lain, sistem perkeretaapian mungkin saja memiliki kecepatan yang tinggi serta kapasitas yang besar.
dampak yang merugikan dan biaya tak terduga. Seperti biaya keselamatan.
Setiap moda transportasi mungkin saja efesiensi dalam beberapa aspek namun tidak efisien dalam aspek lainnya.
J. Arah Kebijakan Pengembangan Transportasi Darat.
Arah kebijakan pengembangan transportasi darat terbagi atas beberapa
bidang yaitu sebagai berikut: 1) Bidang Angkutan Jalan.
Pengembangan jaringan jalan transportasi jalan primer diarahkan untuk diitingkatkan kemampuan dan daya dukungan sesuai dengan beban lalu lintas terutama yang melayani dan menghubungkat pusat kegiatan nasional,
kegiatan wilayah serta kawasan-kawasan adalan yang cepat berkembang dan untuk mengantisipasi pengembangan jalan tol bebas hambatan guna mendukung sistem transportasi cepat yang pembangunnanya dilakukan
antara pemerintah dan swasta. Sedangkan pengembangan jaringan transportasi jalan sekunder dikembangkan secara terpadu dengan moda
transportasi darat lainnya. 2) Bidang Penyeberangan.
Untuk daerah yang sudah berkembang diarahkan sebagai jembatan
penghubung maupun sebagai alternatif untuk mengurangi beban lalu lintas di ruas jalan, disamping untuk penghubung pulau-pulau terpencil yang
3) Bidang Trasportasi Perkotaan.
Arah pengembangan transportasi perkotaan ditunjukan untuk menciptakan keseimbangan antara sistem angkutan umum dan pergerakan kendaraan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN.
Adapun kesimpulan dari upaya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat adalah:
1. Mengembangkan sistem transportasi yang lebih efektif dan efisien bagi pelayanan masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dalam bentuk
peningkatan moda transportasi massal seperti adanya angkutan kota.
2. Pengembangan sirkulasi transportasi dilakukan melalui penetapan lokasi-lokasi terjadinya bangkitan lalu lintas pada masing-masing pusat kegiatan
yang ada.
3. Pengembangan sirkulasi transportasi dilakukan melalui penetapan lokasi-lokasi terjadinya bangkitan lalu lintas pada masing-masing pusat kegiatan
yang ada.
4. Pengembangan sistem sirkulasi regional yang dilakukan dengan koordinasi
lintas kabupaten untuk merealisasikan jalan lingkar luar (Outer Ring Road) dan jalan lingkar dalam (Inner Ring Road).
5. Pengembangan fasilitas penunjang sistem transportasi, dilakukan melalui
pengembangan sub terminal dan fasilitas penunjang lainnya.
6. Pengembangan jaringan jalan dan fungsi jaringan jalan dilakukan melaui
B. SARAN
Adapun saran dari upaya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat adalah:
1. Meningkatkan kapasitas jalan dan prasaranan transportasi. Misalnya, mengubah sirkulasi lalu lintas jalan satu arah, mengurangi konflik dipersimpangan melalui pembatasan arus tertentu dan memberikan sanksi jika
ada yang melanggar.
2. Meningkatkan kondisi pelayanan prasarana jalan sesuai dengan standar
pelayanan minimal. Misalnya, menyediakan tempat untuk para pejalan kaki dan penertiban terhadap parkir liar dipinggir jalan.
3. Meningkatkan profesionalisme SDM transportasi (petugas, disiplin operator
dan pengguna di jalan), melalui pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta pembinaan teknis tentang pelayanan operasional transportasi. Contohnya, mengurangi kerusakan jalan dan pemasangan
fasilitas keselamatan transportasi jalan yang meliputi pemasangan rambu-rambu jalan.
4. Mendukung pengembangan transportasi yang berkelanjutan yang dapat digunakan di masa yang akan datang dan lebih baik dari transportasi yang ada saat ini. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan untuk
kepentingan umum, terutama saat lahan di perkotaan semakin sempit sehingga pemanfaatannya harus benar-benar diperhatikan dan menghentikan
5. Pembenahan manajemen transportasi umum perkotaan. Misalnya, setiap
perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal untuk memenuhi bagi penggunanya berupa: keamanan, keselamatan,
kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, keteraturan dan mengakomodir kebutuhan penyandang cacat.
6. Pembatasan lalu lintas kendaraan pada koridor atau kawasan tertentu pada
waktu dan jalan tertentu. Seperti yang diterapkan di Jakarta yang dikenal dengan “kawasan 3 in 1” dalam berkendara.
A. Sejarah Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara
Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara berada di Jalan Imam Bonjol No. 61 Kecamatan Medan Polonia Sumatera Utara. Dinas Perhubungan
Provinsi Sumatera Utara didirikan agar dapat mengetahui masalah perhubungan di Sumatera Utara, baik masalah fasilitas perhubungan maupun keamanan
perhubungan di Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan provinsi yang cepat berkembang dalam perdagangan, maka arus perhubungan di Sumatera Utara tentu sangat padat. Mengenai hal tersebut, Pemerintah mendirikan Dinas Perhubungan
di tiap Provinsi, termasuk Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.
Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara mencakup pada perhubungan darat, laut, udara, dan sarana dan prasarana. Dinas perhubungan di Sumatera Utara
memiliki informasi bersistem giografis atau peta di berbagai daerah di Sumatera Utara. Adapun daerah-daerah tersebut yaitu:
1. Tanjung Pura 2. Belawan 3. Medan
4. Lubuk Pakam 5. Tebing Tinggi
6. Sibolangit 7. Indrapura
9. Tanjung Balai 10.Sidikalang 11.Parapat
12.Aek Kanopan 13.Balige
14.Rantau Prapat 15.Kota Pinang
1. Visi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara
Adapun Visi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara yaitu Sistem transportasi yang terintegrasi, berkualitas, ramah lingkungan dan berkelanjutan
serta mampu melayani kebutuhan masyarakat serta mampu berdaya asing dan memberikan nilai tambah dalam upaya menciptakan masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinnekaan yang
didukung tata pemerintahan yang baik.
2. Misi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara
Adapun misi dari Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
a. Mewujudkan sistem transportasi yang handal guna mendukung pembangunan dan pengembangan wilayah dengan berwawasan nusantara.
b. Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang representatif. c. Meningkatkan pelayanan jasa perhubungan.
d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perhubungan. e. Meningkatkan kualitas SDM insan perhubungan.
f. Mengintegrasikan dan memadukan sistem teknologi.
g. Manajemen dan operasi untuk menghasilkan efisiensi dan efektifitas transportasi.
3. Logo Dinas Perhubungan
[image:35.595.197.402.119.350.2]Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara (2015)
Gambar 2.1. Logo Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara
Logo Departemen Perhubungan adalah suatu bentuk simbolis yang menggambarkan keluarga besar Perhubungan. Logo terdiri dari bentuk lingkaran mempunyai unsur-unsur roda bergigi, jangkar, burung Garuda, dan bulatan bumi.
Arti dari unsur Logo ialah :
a. Roda bergigi berarti matra Perhubungan Darat
b. Jangkar berarti matra Perhubungan Laut
c. Burung Garuda berarti matra Perhubungan Udara
d. Bulatan bumi berarti lingkup pelayanan jasa Perhubungan
B. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara
[image:36.595.114.566.118.643.2]
Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara (2015)
C. Deskripsi Kerja Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Peraturan Pemerintah N0. 38 Tahun 2007
1. Kepala Dinas Mempunyai Tugas :
a. Menyelenggarakan pembinaan pegawai dilingkungan dinas.
b. Menyelenggarakan arahan, bimbingan kepada pejabat struktural pada dinas.
c. Menyelenggarakan instruksi pelaksanaan tugas dinas.
d. Menyelenggarakan penetapan program kerja dan rencana kegiatan dinas,
sesuai arahan dengan arahan pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
e. Menyelengarakan pengkajian dan menetapkan pemberian dukungan
dengan kebijakan umum dan kebijakan Pemerintah Daerah.
f. Menyelenggarakan pengkajian dan menetapkan pemberian dukungan tugas atas penyelenggarakan Pemerintah Daerah di bidang perhubungan.
g. Menyelenggarakan fasilitas yang berkaitan dengan penyelenggaraan program perhubungan darat, laut, udara dan sarana prasarana.
h. Menyelenggarakan pemberian saran pertimbangan dan rekomendasi mengenai perhubungan sebagai bahan penetapan kebijakan umum Pemerintah Daerah.
i. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan sebagai pengambilan kebijakan, dan menyelenggarakan penyusunan program
dinas.
k. Menyelenggarakan koordinasi penyusunan tugas-tugas teknis serta
evaluasi dan pelaporan yang meliputi kesekretariatan, perhubungan darat, luat, udara dan sarana prasarana.
l. Menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis dalam rangka penyelenggaraan dibidang perhubungan.
m.Menyelenggarakan dengan dinas/lembaga perhubungan lintas
Kabupaten/Kota.
n. Menyelenggarakan koordinasi dan membina unit pelaksana teknis Dinas.
o. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja lain.
p. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Sekretaris Dinas mempunyai tugas :
a. Penyelenggaraan pembiayaan pegawai pada lingkungan sekretariat.
b. Penyelenggaraan arahan, bimbingan kepada pejabat struktural pada lingkup sekretariat, keuangan, umum, kepegawaian dan Pelayanan Umum.
c. Penyelenggaraan instruksi pelaksanaan tugas lingkup sekretariat. d. Penyelenggaraan penyususnan program kegiatan lingkup secretariat.
e. Penyelenggaraan standar pelaksanaan administrasi perancanaan, keuangan umum, kepegawaian dan pelayanan umum.
f. Penyelenggaraan administrasi perencanaan, keuangan, umum,
kepegawaian dan pelayanan umum sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.
h. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai bidang
tugas dan fungsinya.
i. Menyelenggarakan penyusunan koordinasi rencana program kerja
sekretariat, bidang-bidang dan unit pelaksanaan teknis dinas.
j. Menyelenggarakan pengkajian dan koordinasi perencanaan dan program Dinas dan menyelenggarakan pengkajian anggaran belanja.
k. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan dan program kesekretariatan. l. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan administrasi keuangan.
m.Menyelenggarakan pengendalian administrasi anggaran belanja.
n. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan administrasi keuangan. o. Menyelenggarakan penyusunan rencana strategi, laporan akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) LKPJ dan LPPD Dinas.
p. Menyelenggarakan penatausahaan, kelembagaan dan ketatalaksanaan. q. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan naskah dinas, kearsipan,
pertelekomunikasian dan persandian.
r. Menyelenggarakan fasilitas pelayanan umum dan pelayanan minimal.
s. Menyelenggarakan pengadaan, pemeliharaan, penataan, pembinaan dan pengelolaan urusan rumah tangga dan peralatan/perlengkapan kantor.
t. Menyelenggarakan penyusunan bahan rancangan pendokumentasian
peraturan perundang-undangan, pengelolaan perpustakaan, keprotokolan dan hubungan masyarakat.
u. Menyelenggarakan fasilitas dan pengaturan keamanan kantor.
w.Menyelenggarakan pengkoordinasian pelaporan, evaluasi, monitoring atas
kegiatan bidang-bidang lingkup dinas dan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas. x. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan.
y. Menyelenggarakan koordinasian dengan unit kerja terkait. z. Menyelenggarakan dan mengatur rapat-rapat Internal Dinas.
3. Sub Bagian Umum mempunyai tugas :
a. Melaksanakan pengumpulan data/bahan dan referensi untuk kebutuhan
pelaksanaan tugas dan fungsi sekretariat.
b. Melaksanakan penyususnan perencanaan/program Kerja Sekretariat dan Sub Bagian Umum.
c. Melaksanakan penyusunan dan pengelolaan data kepegawaian.
d. Melaksanakan penyiapan dan penyusulan kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala dan pensiun pegawai, peninjauan masa kerja dan pemberian
penghargaan, tugas/ijin belajar, pendididikan, pelatihan kepemimpinan/structural, fungsional dan teknis.
e. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan disiplin pegawai.
f. Melaksanakan penyiapan bahan pengembangan karier dan mutasi serta pemberhentian pegawai.
g. Melaksanakan penyusulan gaji berkala dan peningkatan kesejahteraan pegawai dan jabatan dilingkungan dinas.
i. Melaksanakan penyusunan bahan rancangan dan pendokumentasian
peraturan perundang-undangan.
j. Melaksanakan administrasi/penatausahaan, penerimaan, pendistribusian,
surat-surat, naskah dinas dan arsip.
k. Melaksanakan urusan-urusan keprotokolan dan penyiapan rapat.
l. Melaksanakan pengelolaan hubungan masyarakat, pelayanan umum,
pelayanan minimal, pendokumentasian surat-surat, barang bergerak dan barang tidak bergerak dan melaksanakan pengandalan naskah dinas.
m.Melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan sarana dan prasarana pengurusan rumah tangga, pemeliharaan/perawatan lingkungan kantor, kendaraan dan asset lainnya serta ketertiban, keindahan keamanan dan
layanan kantor.
n. Melaksanakan penyusunan laporan, evaluasi dan monitoring kegiatan Sub Bagian Umum.
o. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dan melaksanakan penyerasian
ketikan naskah dinas.
p. Melaksanakan pengelolaan dan pembinaan perpustakaan dinas.
q. Melaksanakan pengelolaan kepegawaian pada unit Pelaksana teknis dinas
r. Melaksanakan pembinaan kearsipan dinas dan Unit Pelaksana Teknis Dinas.
4. Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas :
a. Melaksanakan pengumpulan data/bahan dan referensi untuk kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi sekretariat.
b. Melaksanakan penyusunan perencanaan/program kerja sekretariat dan Sub Bagian Keuangan.
c. Melaksanakan penyusunan bahan dan penyiapan anggaran dinas,
d. Melaksanakan pengadministrasian dan pembukuan keuangan dinas. e. Melaksanakan penyusunan daftar gaji dan tunjangan daerah.
f. Melaksanakan pembinaan perbendaharaan keuangan.
g. Melaksanakan penyiapan bahan dan pembinaan pengelolaan teknis administrasi keuangan.
h. Melaksanakan pembayaran gaji pegawai dan penghasilan tambahan lainnya.
i. Melaksanakan verifiasi keuangan.
j. Melaksanakan penatausahaan belanja langsung dan belanja tidak langsung pada dinas dan unit pelaksanaan teknis.
k. Melaksanakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan penyiapan bahan pertanggungjawaban keuangan.
l. Melaksanakan koordinasi penyusunan bahan evaluasi dan pelaporan
administrasi keuangan.
m.Melaksanakan pengendalian administrasi perjalanan dinas pegawai.
o. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai sebagai bahan
pertibmbangan pengambilan kebijakan, dan melaksanakan tugas lain, sesuai dengan tugasnya.
p. Melaksanakan koordinasi dengan Unit Kerja terkait. 5. Kepala Sub Bagian Program mempunyai tugas :
a. Melaksanakan pengumpulan data/bahan dan referensi untuk kebutuhan
pelaksanaan tugas dan fungsi secretariat.
b. Melaksanakan penyusunan perencanaan program kerja sekretariat dan Sub
Bagian Program.
c. Melaksanakan koordinasi penyusunan perencanaan/program kerja sekretariat dan Sub Bagian Program yang meliputi pengembangan
perhubungan.
d. Melaksanakan penyusunan bahan rencana strategis, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), LKPJ dan LPPD Dinas.
e. Melaksanakan penyusunan pengkoordinasian evaluasi dan monitoring. f. Melaksanakan pengelolaan dan pembinaan sistem informasi perhubungan.
g. Melaksanakan penyusunan pengelolaan data base perhubungan darat, laut maupun udara.
h. Melaksanakan penyusunan dokumen Tataran Transportasi Wilayah
(Tatrawil) Sumatera Utara dan evaluasi terhadap pelaksanaannya.
i. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi terhadap penyusunan Dokumen
k. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
l. Melaksanakan tugas lain, sesuai dengan tugasnya. 6. Bidang Darat
a. Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (LLAJ)
1) Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan provinsi.
2) Pengawasan dan pengendalian operasional terhadap penggunaan jalan selain untuk kepentingan lalu lintas di jalan nasional dan jalan
provinsi.
3) Penetapan lokasi terminal penumpang tipe B.
4) Pengesahan rancang bangun terminal penumpang tipe B.
5) Persetujuan pengoperasian terminal B.
6) Penyusunan jaringan trayek dan penetapan kebutuhan kendaraan untuk angkutan wilayah pelayanannya melebihi wilayah
kabupaten/kota dalam satu provinsi.
7) Penyusunan dan penetapan kelas jalan pada jaringan jalan provinsi.
8) Pemberian izin trayek angkutan antar kota dan provinsi.
9) Penyusunan dan menetapan jaringan lintas angkutan barang pada jaringan jalan provinsi.
10) Pemberian izin trayek angkutan perkotaan yang wilayah pelayanannya melebihi wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi.
12) Pemberian izin operasi angkutan taksi yang melayani khusus untuk
pelayanan keadaan dari tempat tertentu yang memerlukan tingkat pelayanan tinggi/wilayah operasinya melebihi wilayah kabupaten/kota
dalam satu provinsi.
13) Pemberian izin operasi angkutan sewa.
14) Pemberian rekomendasi izin operasi angkutan pariwisata.
15) Penetapan tariff penumpang kelas ekonomi antar kota dan provinsi. 16) Penentuan lokasi, pengadaan, pemasangan, pemeliharaan dan
penghapusan rambu lalu lintas, maka jalan dan alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan pengamanan pemakai jalan serta fasilitas pendukung di jalan provinsi.
17) Pengoperasian dan pemeliharaan unit penimbangan kendaraan bermotor.
18) Penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan provinsi.
19) Penyelenggaraan andalalin di jalan provinsi.
20) Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan lalu
lintas di jalan provinsi.
21) Penelitian dan pelaporan kecelakaan lalu lintas di jalan provinsi. 22) Pemeriksaan kendaraan di jalan sesuai kewenangannya.
23) Pemberian izin operasi angkutan sewa berdasarkan kuota yang di teteapkan pemerintah.
24) Pengoperasian alat penimbang kendaraan bermotor di jalan.
26) Pelaksaan penyidikan pelanggaran :
a. Perda provinsi Bidang LLAJ.
b. Pemunahan persyaratan teknis dan laik jalan.
c. Pelanggaran ketentuan pengujian berkala. d. Perizinan angkutan umum.
27) Pengumpulan, pengolahan data dan analisis kecelakaan lalu lintas di
wilayah provinsi.
b. Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau Dan Penyeberangan (LLASDP) 1) Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan sungai dan danau
antarkabupaten/kota dalam provinsi.
2) Penyusunan dan penetapan rencana umum lintas penyeberangan
antarkabupaten/kota dalam provinsi yang terletak pada jaringan jalan provinsi.
3) Penetapan lintas penyeberangan antarkabupaten/kota dalam provinsi
yang terletak pada jaringan jalan provinsi.
4) Pengawasan terhadap pemberian surat ukur, surat tanda pendaftaran
dan tanda pendaftaran, sertifikat kenaikan kapal, sertifikat pengawakan kapal dan surat tanda kebangsaan kapal sungai dan danau < 7 GT.
5) Rekomendasi lokasi pelabuhan penyeberangan.
6) Pembangunan pelabuhan SDP, dan Pengadaan kapal SDP.
8) Penetapan rencana induk, DLKr/DLKp pelabuhan penyeberangan
yang terletak pada jaringan jalan provinsi.
9) Pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan rambu penyeberangan.
10) Pemeliharaan alur sungai lintas kabupaten/kota dalam provinsi untuk kebutuhan transportasi, dan penetapan kelas alur jalan sungai.
11) Pembangunan, pemeliharaan, pengerukan alur pelayaran sungai dan
danau.
12) Izin pembangunan prasarana yang melintas alur sungai dan danau.
13) Penetapan tarif angkutan penyeberangan kelas ekonomi pada lintas penyeberangan yang terletak pada jaringan jalan provinsi.
14) Penetapan tarif angkutan sungai dan danau kelas ekonomi
antarkabupaten/kota dalam provinsi.
15) Pengawasan pelaksanaan tarif angkutan SDP antarkabupaten/kota dalam provinsi yang terletak pada jaringan jalan provinsi.
16) Pemberian persetujuan pengoperasian kapal untuk lintas penyeberangan antarkabupaten/kota dalam provinsi pada jaringan
jalan provinsi.
17) Pengawasan pengoperasian penyelenggaraan angkutan sungai dan danau.
18) Pengawasan pengoperasian penyelenggaraan angkutan penyeberangan antarkabupaten/kota dalam provinsi pada jaringan jalan provinsi.
c. Perkeretaapian
1) Penetapan rencana induk perkeretaapian provinsi.
2) Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi meliputi :
a. Penetapan sasaran dan arah kebijakan pengembangan sistem perkretaapian provinsi dan perkretaapian kabupaten/kota yang jaringannya melebihi wilayah kabupaten/kota.
b. Pemberian arahan, bimbingan, pelatihan dan bantuan teknis kepada kabupaten/kota, penggunaan dan penyedia jasa.
c. Pengawasan terhadap pelaksanaan perkeretaapian provinsi.
3) Pengusahaan prasarana kereta api umum yang tidak dilaksanakan oleh badan usaha prasarana kereta api.
4) Penetapan izin penyelenggaraan perkeretaapian khusus yang jaringan jalurnya melebihi wilayah satu kabupaten/kota dalam satu provinsi. 5) Penetapan jalur kereta api khusus yang jaringan melebihi satu wilayah
kabupaten/kota dalam provinsi.
6) Penutupan perlintasan untuk keselamatan perjalanan kereta api dan
pemakaian jalan perlintasan sebidang yang tidak mempunyai izin dan tidak ada penanggungjawaban, dilakukan oleh pemilik dan pemerintah daerah.
7) Penetapan jaringan pelayanan kereta api antarkota melebihi dan melampaui satu kabupaten/kota dalam satu provinsi.
9) Izin operasi kegiatan angkutan orang dan barang dengan kereta api
umum untuk pelayanan angkutan antarkota dan perkotaan yang melintas pelayanannya melebihi satu kabupaten/kota dalam satu
provinsi.
10) Penetapan tarif penumpang kereta api dalam hal pelayanan angkutan yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat dan pelayanan
angkutan antarkota dan perkotaan yang lintas pelayanannya melebihi satu kabupaten/kota dalam satu provinsi.
D. Jaringan Kegiatan Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.
Dinas Perhubungan adalah instansi pemerintah yang bergerak di pelayanan
transportasi darat, laut dan udara. Instansi ini juga menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung transportasi. Dinas Perhubungan juga mengadakan kegiatan pembangunan di bidang perhubungan pos dan telekomunikasi.
E. Kinerja Usaha Terkini Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara. Secara umum hasil pembangunan perhubungan tahun 2014 telah mengalami beberapa kemajuan, sedangkan target utama dari Rencana Kerja Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera Utara adalah pengembangan fasilitas keselamatan
lalu lintas jalan dengan pengadaan dan pemasangan rambu lalu lintas jalan, guard rail, marka jalan, delineator dan RPPJ, Pembangunan dermaga laut dan dermaga
Tabel 2.1
Alokasi dan Realisasi Anggaran 2014
No. Program/kegiatan Tingkat Pencapaian SPM
Anggaran
Alokasi (Rp) Realisasi (Rp)
1. Pelayanan
Administrasi Perkantoran Terlaksananya sistem administrasi dan meningkatnya pelayanan
3.441.242.220 3.053.910.622
2. Peningkatan Sarana
dan Prasarana Aparatur
Peningkatan operasional
sarana dan prasarana aparatur pemerintahan
3.264.300.000 1.800.726.650
3. Peningkatan Disiplin
Aparatur
Meningkatnya kinerja dan disiplin aparatur
993.423.400 709.957.100
4. Peningkatan Sumber
Daya Aparatur
Meningkatnya kinerja aparatur
457.599.000 382.613.800
5. Program Rehabilitasi
Dan Pemeliharaan
Prasarana Dan Fasilitas LLAJ
Terpeliharanya fasilitas keselamatan LLAJ
600.000.000 547.185.500
6. Program Peningkatan
Pengembangan Sistem Pelaporan Pencapaian Kinerja
Peningkatan sistem pelaporan kinerja
250.000.000 112.605.750
7. Program Peningkatan
Kapasitas Prasarana Dan Fasilitas LLAJ
Meningkatnya data dan laporan angkutan Meningkatnya
prasarana dan fasilitas keselamatan LLAJ
12.497.835.676 5.566.310.900
8. Program Peningkatan
Dan Pembangunan Prasarana Dan Sarana ASDP
Meningkatnya Pelayanan
Operasional ASDP
1.182.000.000 315.716.000
9. Program Peningkatan
Dan Pembangunan Prasarana Dan Sarana Kereta Api
Mendukung Pembangunan Jalan KA Bandara
3.350.000.000 -
10. Program Peningkatan Dan Pembangunan Prasarana Dan Sarana Transportasi Udara
Meningkatnya
Pelayanan Operasional pada Bandar Udara
120.000.000 116.650.000
Total 28.100.400.296 14.638.405.822
Alokasi anggaran tahun 2014 mencapai Rp. 28.100.400.296, sedangkan
realisasi anggaran hanya menggunakan Rp. 14.638.405.822 dari dana yang dianggarkan. Dari data alokasi dan dibandingkan dengan realisasi pelaksanaan
kegiatan, ternyata realisasi anggaran tahun 2014 pada Dinas Perhubungan secara keseluruhan adalah ±52%.
F. Rencana Kerja.
Rencana Kerja Dinas Perhubungan Tahun 2015 merupakan rencana tahun
kedua pelaksana pembangunan Rencana Strategis Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Thaun 2014–2018. Rencana Kerja Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015 disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) Provinsi Sumatera Utara tahun 2014-2018, dimaksudkan untuk menjadi acuan dalam pelaksaanaan tugas Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015. Rencana Kerja Dinas Perhubungan Tahun 2015 berisi kebijakan
pembangunan perhubungan, yaitu transportasi dan kegiatan pendukungnya, yang akan dibiayai baik melalui APBD dan APBN. Uraian ini akan diawali dengan
kondisi umum yang secara singkat menguraikan pencapaian kinerja sampai dengan tahun 2013 dan perkiraan tahun 2015, masalah dan tantangan yang harus dihadapi pada tahun 2015. Dari perkembangan keadaan tersebut kemudian
dirumuskan prioritas-prioritas pembangunan tahun 2015 dan sasaran pembangunan yang hendak dicapai pada masing-masing prioritas dengan
darat, transportasi laut, transportasi udara, dan kegiatan penunjang transportasi,
selanjutnya disusun program-program pembangunan dikaitkan dengan kebutuhan pendanaan.
Tujuan disusunnya Rencana kerja Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai dokumen perencanaan pembangunan dalam rangka penyusunan APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015 yang merupakan
pegangan umum perencanaan bidang Perhubungan di Provinsi Sumatera Utara, yang merupakan penjabaran Renstra Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara
dalam bentuk program aksi atau kegiatan yang lebih spesifik, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara, terkoordinir dengan baik dan merupakan bagian integral dari RPJMD Provinsi Sumatera Utara,
A. Latar Belakang.
Dalam suatu wilayah atau area yang sedang berkembang terjadi peningkatan volume pegerakan atau perpindahan barang dan manusia yang menyebabkan
meningkatnya kebutuhan akan transportasi dalam masyarakat. Upaya yang dilakukan Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan
pelayanan transportasi yang diselenggarakan baik secara kuantitatif diharapkan dapat mengimbangi permintaan akan kebutuhan transportasi dalam masyarakat yang semakin meningkat.
Transportasi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi. Salah satu jenis transportasi adalah transportasi darat, dimana transportasi darat yang paling berperan adalah jalan raya. Jalan raya sebagai
sarana transportasi memegang peranan yang sangat penting bagi pengembangan suatu daerah. Pentingnya sarana transportasi dalam perkembangan dunia bersifat
multidimensi. Sebagai contoh, salah satu fungsi dasar transportasi adalah menghubungkan tempat kediaman dengan tempat bekerja atau para pembuat barang dengan para pelanggannya. Dari sudut padang yang lebih luas, fasilitas
transportasi memberikan aneka pilihan untuk menuju ke tempat kerja, pasar, sarana rekreasi dan menyediakan akses ke sarana-sarana kesehatan, pendidikan
tidak sesuai dengan kebutuhan akan pergerakan menyebabkan sistem transportasi
tersebut tidak berguna.
Sistem transportasi merupakan unsur penting dari sebuah ekonomi yang
kuat tetapi juga dapat memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat membangun dan meningkatkan kualitas hidup. Transportasi umum memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan nasional, yaitu sebagai
penunjang, penggerak, pendorong dan berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Perkotaan merupakan wilayah yang digunakan sebagai tolak ukur perkembangan suatu negara. Perkotaan timbul karena adanya faktor pendorong dan penarik. Semakin lama jumlah penduduk yang berada di perkotaan semakin
bertambah. Dampak urbanisasi dan pertambahan jumlah penduduk yang demikian cepat serta diiringi dengan peningkatan pendapatan masyarakat memicu terjadinya motorisasi yang diperparah dengan tingkat pelayanan transportasi umum yang
rendah sehingga penggunaan terhadap moda transportasi pribadi semakin meningkat. Beberapa aktifitas yang termasuk dalam sektor transportasi adalah
transportasi darat antara lain angkutan kereta api dan bus. Transportasi darat adalah penyebab utama permasalahan pada transportasi perkotaan. Terbatasnya jumlah dan buruknya kondisi sarana dan prasarana transportasi mengakibatkan
tingginya biaya transportasi barang dan penumpang serta menurunnya keselamatan transportasi. Kondisi tersebut diperparah dengan penyebaran
satu titik akan memberikan beban bagi sarana dan prasarana transportasi sehingga
akan mengakibatkan tingginya lalu lintas pada pusat kota. Pengembangan sarana dan prasarana di perkotaan memiliki dampak negatif yaitu memicu urbanisasi
yang tidak terkendali. Berbagai masalah timbul dari masalah teknis kemacetan, tundaan pergerakan kendaraan, kapasitas jalan yang rendah, kesemerawutan dan ketidak tertiban berlalu lintas yang membuat tidak nyaman. Jika hal ini terus
terjadi maka proses pembangunan tidak akan bisa berjalan dengan lancar dan dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat.
Pesatnya persaingan dalam dunia bisnis jasa transportasi akhir-akhir ini bukan hanya disebabkan oleh faktor globalisasi tetapi lebih disebabkan karena pelanggan yang semakin cerdas, sadar harga dan banyak menuntut. Kemajuan
teknologi komunikasi juga ikut berperan meningkatkan intensitas persaingan, karena memberi pelanggan akses informasi yang lebih banyak tentang berbagai macam produk yang di tawarkan. Kondisi tersebut menyebabkan pelanggan
memiliki pilihan yang lebih banyak dalam menggunakan uang yang dimilikinya. Perubahan teknologi komunikasi, berkembangnya pendidikan dan penghasilan
masyarakat menambah kesadaran pelanggan untuk mendapatkan pelayanan yang baik menjadi semakin tinggi. Bagi pelanggan, biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan harus sesuai dengan yang diharapkan
sehingga menimbulkan kepuasan. Kotler (2007: 25) mengartikan bahwa tingkat kepuasan sebagai fungsi dari perbedaan antara kinerja yang disampaikan dapat
merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan
diterimanya.
Pelayanan pelanggan juga merupakan unsur yang sangat penting untuk
menumbuhkan kepuasan pelanggan yang mana pada akhirnya menumbuhkan loyalitas pada pelanggan. Pelayanan diberikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Tindakan ini dilakukan guna memenuhi keinginan pelanggan dan memenuhi suatu produk atau jasa yang pelanggan butuhkan (Kasmir, 2004: 15). Pada dasarnya
pelanggan selalu ingin mendapatkan pelayanan yang terbaik dan memuaskan yang sesuai dengan keinginan dan harapannya.
B. Rumusan Masalah.
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam tugas akhir ini disusun secara sistematis dengan dasar penetapan rumusan masalah sebagai berikut;
a. Bagaimana pelayanan publik bidang transportasi darat ?
b. Upaya apa saja yang di lakukan Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat ?
c. Apakah dengan peningkatan pelayanan transportasi darat tersebut dapat memuaskan pelanggan ?
C. Tujuan Penelitian.
Tujuan penulis dalam mengadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui
D. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah :
1. Bagi Instansi
Untuk mengetahui dan sebagai bahan masukan bagi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara dalam upaya meningkatkan pelayanan transportasi
darat menjadi lebih baik. 2. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam upaya apa saja yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat.
3. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi setiap pembacanya dan sebagai acuan bagi penulis lainnya yang akan melakukan
penelitian sesuai dengan judul Tugas Akhir ini.
E. Jadwal Survei/Observasi.
Penelitian di lakukan pada Bagian Darat Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Jalan Imam Bonjol No. 61 Kecamatan Medan Polonia Sumatera
Tabel 1.1
Jadwal Survei/Observasi
No. Kegiatan
Februari Maret
I II III IV I II III IV
1. Persiapan
2. Pengumpulan Data
3. Penulisan Laporan
Sumber: Penulis (2015) Keterangan:
Pada tahap penyusunan draf Tugas Akhir dimulai dari pencarian buku-buku referensi mengenai Tugas Akhir penulis. Kemudian pada tahap pengumpulan data penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan di Bidang Darat pada Dinas
Perhubungan Provinsi Sumatera Utara. Setelah semua data-data dan informasi dapat dikumpulkan penulis kemudian melakukan penyusunan Tugas Akhir.
F. Sistematika Penulisan
Tugas akhir ini di bagi dalam 4 (empat) bab, yang setiap bab nya terdiri dari
beberapa sub bagian diantaranya sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, manfaat dan
BAB II : PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Membahas tentang sejarah ringkas instansi, struktur organisasi
dan personalia, deskripsi kerja, jaringan usaha/kegiatan, kinerja usaha terkini dan rencana kegiatan.
BAB III : PEMBAHASAN
Membahas tentang permasalahan yang terdiri dari pengertian pelayanan, karakteristik pelayanan, pengertian transportasi,
jenis-jenis transportasi, upaya meningkatan pelayanan transportasi khususnya bidang darat Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara