LAMPIRAN
Lampiran 1 Quissioner Penelitian
D No…
K L / P
Quessioner Penelitian Hanya 10 Menit
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JL. Prof. T .M Hanafiah No. 2 Padang Bulan Medan 20155
ANALISIS PERSEPSI PENGUSAHA UKM MUSLIM TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DI KOTA TANJUNG BALAI
Oleh:
ELVI EVITASARI NIM: 120501097
Tanjung Balai, ………2016
KepadaYth
Bapak/IbuPengusaha UKM Muslim
Tanjung Balai
Dengan hormat saya maklumkan bahwa saya Elvi Evitasari adalah Mahasiswa FEB USU Medan yang sedang melakukan penelitian tentang “Analisis Persepsi
Pengusaha UKM muslim terhadap perbankan Syariah di Kota Tanjung Balai ”. Penelitian ini semata-mata untuk kepentingan akademik saja.
Oleh sebab itu, saya mohon, kiranya Bapak/Ibu dapat membantu menjawab quessioner ini yang berguna untuk keperluan penulisan skripsi ini.
Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih dan semoga Allah SWT membalas jasa Bapak/Ibu.
Elvi Evitasari +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ ++++++++++++++
Petunjuk: Piihlah salah satu jawaban yang benar atau yang sesuai dengan Bapak/Ibu dengan menyilang atau melingkari angka 1,2,3,4,5 dst.
Profil Pengusaha
1 Berapa tahun umur Bapak/Ibu? 1. < 30 Tahun
2. 30 – 40 Tahun 3. 41 – 50 Tahun 4. > 50 Tahun
2 Pendidikan terakhir?
1. Tamat SD / Sederajat 2. Tamat SMP / Sederajat 3. Tamat SMA / Sederajat 4. Tamat D3 / Sederajat 5. Tamat S1
6. Tamat Pasca sarjana 3 Sudah berapa lama Bapak/Ibu
sebagai Pengusaha? 1. < 3 Tahun
4 Apa suku Bapak/Ibu?
2. 3 – 5 Tahun 5 Apakah Bapak/Ibu merasa sudah
puas dengan prestasi perusahaan ini?
1. Belum 2. Puas
3. Sangat puas
6 Apakah Bapak/Ibu pernah Sekolah Agama?
1. Ya, ………Tahun 2. Tidak pernah
Profil Perusahaan
7 Kategori perusahaan Bapak/Ibu? 1. MilikPerorangan
2. MilikKeluarga (kongsi) 3. CV
4. PT 5. Lain-lain
(sebutkan)………
8 Jumlah pekerja tetap? 1. < 5 orang 2. 5 – 10 orang 3. 11 – 15 orang 4. 16 – 20 orang 5. > 20 orang
9 Bidang usaha Bapak/Ibu? 1. Pertanian, perkebunan,
peternakan
2. Produksi makanan dan minuman
3. Olahan kayu / rotan / bambu / bata
4. Pertukangan besi, tembaga 5. Usaha dagang / restoran 6. Jasa transport, pendidikan,
hotel 7. Lain-lain
sebutkan……….
10 Sudah berapa lama perusahaan Bapak/Ibu didirikan?
11 Omset / Penjualan pertahun? 1. Rp< 100 juta
12 Luas daerah pemasaran? 1. Kecamatan 2. Kabupaten/kota 3. Provinsi
18. Apakah Bapak/Ibu setuju atau tidak setuju dengan pernyataan berikut:
PERNYATAAN – PERNYATAAN SETUJU TIDAK
SETUJU Agar lebih dapat bersaing dengan Bank Konvensional maka pemerintah
sebaiknya memberikan keistimewaan kepada Bank Syariah
Peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan Perbankan Syariah
Promosi Perbankan Syariah kepada Pengusaha UKM Muslim sangat minim / kurang
Pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada perbankan syariah rendah
Ongkos Naik Haji seharusnya seluruhnya disetor ke Perbankan Syariah dan bank konvensional dilarang menerimanya.
Bank Syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi Sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram hukumnya menurut ajaran Islam. Syariat Islam telah benar benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah
Produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam
Modal dan Pembiayaan
19 Apakah Bapak/Ibu pernah
mendapat kredit atau pembiayaan dari bank?
Jika tidak pernah, darimana dana perusahaan Bapak/Ibu?
1. Dana sendiri selalu cukup 2. Pinjaman dari keluarga 3. Pinjaman sesame rekan
bisnis
4. Patungan / kongsi 5. Lain-lain:
22
1. Bank Konvensional 2. Bank Syariah Apakah Bapak/Ibu pernah mencoba tetapit idak berhasil?
1. Ya, dari bank ……… 2. Tidak
23. Jika Bapak/Ibu pernah mendapat kredit dari bank, perbankan yang mana?
1. Bank Konvensional saja (Gol B) 2. Bank Syariah saja (GOL C)
LAMPIRAN 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 46 65,7 65,7 65,7
Perempuan 24 34,3 34,3 100,0
Total 70 100,0 100,0
Frequency Percent Valid Percent
4. Sekolah Agama
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Pernah sekolah agama 31 44,3 44,3 44,3
Tidak pernah sekolah agama
39 55,7 55,7 100,0
Total 70 100,0 100,0
5. Pendidikan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulativ e Percent
Valid Tamat SMP/Sederajat 5 7,1 7,1 7,1
Tamat SMA/Sederajat 35 50,0 50,0 57,1
Tamat D3/Sederajat 16 22,9 22,9 80,0
Tamat S1 14 20,0 20,0 100,0
LAMPIRAN 3 Hasil Crosstabulation Profil Pengusaha
1. Jenis Kelamin*Umur Crosstabulation
Jenis Kelamin
Umur
Total
<30 Tahun 30-40 Tahun 41-50 Tahun >50 Tahun
Laki-laki 7 17 19 3 46
2. Pendidikan*Umur Crosstabulation
Umur
% of Total 21.4% 5.7% 4.3% 2.9% 34.3 %
Total Count 42 19 6 3 70
% of Total 60.0% 27.1% 8.6% 4.3% 100.0 %
4. Jenis Kelamin*Sekolah Agama Crosstabulation
Pernah Sekolah Agama
Total Pernah sekolah
agama
Tidak pernah sekolah agama
Jenis Kelamin Laki-laki 21 25 46
Perempuan 10 14 24
Total 31 39 70
5. Lama Berusaha*Kepuasan_berusaha Crosstabulation
Kepuasan
Total Belum Puas Puas
Lama Menjadi Pengusaha <3 9 5 14
3-5 10 3 13
6-8 17 12 29
9-11 1 11 12
12-14 0 1 1
>14 0 1 1
Profil Perusahaan
Valid Pernah Mendapatkan Pembiayaan
2. Kategori Usaha*Jumlah Pekerja Crosstabulation
Jumlah Pekerja Tetap
3. Kategori*Bidang Usaha Crosstabulation
Jumlah Pekerja Tetap
Total <5 5-10 11-15
Pertukangan
4. Jenis Kelamin*LamaMenjadiPengusaha*Kepuasan Crosstabulation
5. Lama Usaha*omset*pekerja tetap Crosstabulation
Lama_Perusahaan Jumlah Pekerja Tetap
Total
6. Luas Pemasaran*Omset
7. Lama Perusahaan*Omset*Golongan Pengusaha Crosstabulation
Golongan Pengusaha Omset
Penilaian persepsi pengusaha
Pernyataan 1 * Pendidikan Crosstabulation
Count
Pernyataan 2 * Pendidikan Crosstabulation
Count
Pernyataan 3 * Pendidikan Crosstabulation
Count
Pernyataan 4 * Pendidikan Crosstabulation
Pendidikan
Pernyataan 5 * Pendidikan Crosstabulation
Count
Pernyataan 6 * Pendidikan Crosstabulation
Count
Pernyataan 7 * Pendidikan Crosstabulation
Pernyataan 8 * Pendidikan Crosstabulation
Pernyataan 1 * GolonganPengusaha Crosstabulation
Count
GolonganPengusaha
Total
Pernyataan 2 * GolonganPengusaha Crosstabulation
Count
GolonganPengusaha
Total
Pernyataan 3 * GolonganPengusaha Crosstabulation Count
Gol A Gol B Gol C Gol D
Pernyataan 3 Setuju 40 19 6 3 68
Tidak
Setuju 2 0 0 0 2
Total 42 19 6 3 70
Pernyataan 4 * GolonganPengusaha Crosstabulation Count
GolonganPengusaha
Total
Pernyataan 5 * GolonganPengusaha Crosstabulation Count
GolonganPengusaha
Total
Pernyataan 6 * GolonganPengusaha Crosstabulation
Count
GolonganPengusaha
Total
Pernyataan 7 * GolonganPengusaha Crosstabulatio Count
Gol A Gol B Gol C Gol D
Pernyataan 7 Setuju 39 4 3 3 49
Tidak
Setuju 3 15 3 0 21
Total 42 19 6 3 70
Pernyataan 8 * GolonganPengusaha Crosstabulation Count
GolonganPengusaha
Total
Gol A Gol B Gol C Gol D
Pernyataan 8 Setuju 27 10 5 3 45
Tidak
Setuju 13 11 1 0 25
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Perbankan Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press.
Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Clotefi. 1999. http:wwwetakei.gr/html/eng/prosegisis.html. 23 Oktober 1999.
Hariyadi. “Persepsi Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah. Hendry, Arisson. 1999. Perbankan Syariah. Jakarta. Muamalat Intitute.
Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Prenada Media Group.
Ismail, Rahma. 1995. Industri Kecil Malysia Isu Pembiayaan, Teknologi dan Pemasaran, Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Kasmir. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Khanka, S. S (1990). Entrepreneurship in Small Scale Industries, Bombay, Nagpur, Delhi: Himalaya Publishing House.
Lubis, Irsyad. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Medan: USU Press.
MEDEC, (1992). Asas Keusahawaan, Shah Alam: Institute Teknologi MARA.
Moha Asri Abdullah, (1997). Industri Kecil di Malaysia Pembangunan dan Masa Depan, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Muhammad. 2004. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta. Ekonisia.
Saiman, Leonardus. 2014. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Saleh, Irsan Azhari. 1986. Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan, Jakarta LP3ES.
Sobur, Alex. 2003 Psikologi Umum: Bandung. Pustaka Setia.
Solehah, Abdul Hamid. 2007. Pembangunan Ekonomi ASEAN, Sintok: Unversiti Utara Malaysia.
Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta. Ekonisia.
Tambunan, Tulus. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor. Ghalia Indonesia.
Yep Putih, (1985). Kewirausahaan, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Website
Oktober 2015, 20.15
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya mengkaji hal-hal yang menyangkut dengan
pengusaha muslim dalam kaitannya dengan eksistensi lembaga keuangan
konvensional dan juga lembaga keuangan syariah di Tanjung Balai. Penelitian
ini bersifat deskriptif – eksploratif sehingga tidak bermaksud untuk menguji
hipotesis.
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Tanjung Balai. Tempo waktu penelitian
di rencanakan 3 bulan. Selama 1 bulan pertama digunakan menyusun proposal
dan 2 bulan berikutnya melakukan penelitian lapangsan sampai kepada
penulisan Skripsi.
3.3 Populasi dan Sampel penelitian 3.3.1 Populasi
Populasi dimaksudkan sebagai objek yang mempunyai kesamaan dalam
satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam satu penelitian.
Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh pengusaha UKM Muslim di
Tanjung Balai. Jumlah pengusaha UKM Muslim di Tanjung Balai tidak
diketahui secara pasti karena tidak ada data atau lembaga yang mencatatnya.
Data pengusaha UKM yang diterbitkan oleh BPS Tanjung Balai misalnya,
penulis mengambil data pengusaha UKM yang diterbitkan BPS Tanjung Balai
sebagai acuan dalam menentukan jumlah sampel.
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Pengusaha di Kota Tanjung Balai Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kecamatan
Sumber : Badan Pusat Statistik Tanjung Balai
3.3.2 Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Non Probability Sampling
yang artinya tidak semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
menjadi calon responden atau sampel dengan teknik incidental sampling .
Incidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu
siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
Penentuan jumlah sampel dapat dilakukan dengan cara perhitungan
statistik yaitu dengan menggunakan Rumus Slovin. Rumus Slovin digunakan
untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang telah diketahui jumlahnya
yaitu sebanyak 233 pengusaha. Untuk tingkat presisi yang ditetapkan dalam
penentuan sampel adalah 10 %. Alasan peneliti menggunakan tingkat presisi
10 % karena jumlah populasi kurang dari 1000.
Rumus Slovin:
� = � 1 + ��2
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
dapat ditolerir, kemudian di kuadratkan.
Berdasarkan Rumus Slovin, maka besranya penarikan jumlah sampel
penelitian adalah:
� = � 1 + ��2
=
233Dari hasil perhitungan tersebut, sampel yang di dapat berjumlah 70 pengusaha.
Jumlah sampel yang di dapat selanjutnya dibagi menjadi 6 kecamatan yang ada di
Tanjung Balai agar penentuan jumlah sampel masing-masing kecamatan
mempunyai proposisi yang sama.
Dalam Prasetyo (2010: 13) perhitungan jumlah sampel setiap kecamatan
dapat dihitung dengan rumus :
Pengambilan sampel masing-masing kecamatan :
Datuk Bandar = 41
233 x 70 = 12,3 dibulatkan 12 pengusaha.
Datuk Bandar Timur = 20
233 x 70 = 6 pengusaha
Tanjung Balai Selatan =130
233 x 70 = 39 pengusaha.
Tanjung Balai Utara = 13
233 x 70 = 3,9 dibulatkan 4 pengusaha.
Sei Tualang Raso = 16
233 x 70 = 4,8 dibulatkan 5 pengusaha.
Teluk Nibung = 13
233 x 70 = 3,9 dibulatkan 4 pengusaha. Sampel1 =
Populasi
Tabel 3.2
Distribusi Pengambilan Sampel Penelitian di Kota Tanjung Balai No Kecamatan Jumlah Populasi Jumlah Sampel
1 Datuk Bandar 41 12
2 Datuk Bandar Timur 20 6
3 Tanjung Balai Selatan 130 39
4 Tanjung Balai Utara 13 4
5 Sei Tualang Raso 16 5
6 Teluk Nibung 13 4
Jumlah 233 70
Sumber: diolah sendiri oleh penulis
3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sifat dan katagori penelitian ini yakni eksploratif-deskriptif,
maka data yang digunakan pada dasarnya adalah data primer. Data primer ini
diperoleh dengan cara memberikan kuisioner / angket kepada para pengusaha
UKM Muslim yang berdomisili di 6 kecamatan di Kota Tanjunag Balai.
Keseluruhan responden diminta mengisi angket yang bersifat campuran antara
angket langsung dan angket tidak langsung. Bentuk-bentuk pertanyaan yang
diajukan pula merupakan kombinasi pertanyaan pilihan berganda (multiple
choice), pertanyaan dua pilihan (forced choice) dan beberapa pertanyaan yang
bersifat terbuka (open question) yang kesemuanya disusun dengan teliti dan
juga pertanyaan yang bersifat counter cheking terhadap jawaban responden
sehingga kebenaran informasi yang diperoleh lebih akurat.
Agar penelitian ini lebih sempurna maka data-data primer yang diperoleh
dari 70 responden akan dipadukan dengan data-data sekunder yang diperoleh
dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi resmi
seperti buku-buku, majalah, artikel, laporan dan lain-lain.
3.5 Metode Analisis Data
Penelitian ini lebih bersifat eksploratif-deskriptif sehingga tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Data-data penelitian yang dihimpun
selama kira-kira 1 bulan, diproses menggunakan perangkat SPSS dan hasilnya
diketengahkan dalam berbagai bentuk antara lain dalam bentuk persentase,
bentuk bivariat (tabel kontingensi) agar hubungan antara variabel dapat
diketahui. Untuk melihat hubunganyang lebih kompleks pula digunakan tabel
berbentuk trivariat. Selain itu juga teknik analisis korelasi terhadap variabel
tertentu. Analisis dengan menggunakan gambar dan grafik juga akan
digunakan sedemikian rupa terhadap item dan variabel yang dianggap sesuai
untuk memberikan makna yang lebih baik dan tepat. Khusus permasalahan
ketiga yakni prestasi dan pencapaian golongan pengusaha akan dianalisis
dengan tabel perbandingan prestasi dan memberikan peringkat untuk setiap
item sehingga pada akhirnya diketahui golongan pengusaha terbaik
berdasarkan indikator yang dibuat. Dengan demikian data dan informasi yang
3.5.1. Tabel Distribusi Frekuensi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data mentah yang
masih acak dan tidak beraturan. Maka dari itu data perlu disusun agar data
dapat dideskripsikan dan memudahkan pembaca untuk memahami dan menilai
data yang telah dikumpulkan dengan cara membuat distribusi frekuensi.
Distribusi frekuensi adalah susunan data menuru kelas-kelas interval tertentu
atau dalam sebuah daftar (Sanusi, 2013:16). Distribusi frekuensi dibuat dengan
mengelompokkan data-data yang telah dikumpulkan kemudian menyusunnya
dalam kelas-kelas tertentu.
3.5.2. Tabulasi Silang /Cross Tabulation
Tabel silang merupakan metode untuk mentabulasi beberapa variabel yang
berbeda kedalam suatu matriks. Analisis tabulasi silang meliputi dua jalur
tabulasi frekuensi untuk memudahkan data dibaca, biasanya variabel terikat
(variabel dependen) disusun pada garis row dan variabel bebas (variabel
independen) disusun pada garis kolom.
3.5.3. Gambar / Grafik
Grafik adalah alat penyajian data statistik yang tertuang dalam bentuk
lukisan, baik lukisan garis, gambar, maupun lambang. Dalam
penyajiannya,semua data yang berbentuk angka disajikan melalui visualisasi
lukisan garis, gambar atau lambang tertentu.
3.5.4. Tabel Komparasi
Tabel komparasi dibuat untuk menunjukkan perbedaan atau perbandingan.
apa bila dibanding menunjukkan variabel dinamis (Arikunto, 2010:6). Pada
penelitian ini, tabel komparasi menggambarkan pebedaan persepsi pengusaha
UKM muslim terhadap institusi perbankan, baik itu perbankan konvensional
BAB IV
ANASLISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Tanjung Balai
Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara
yang berjarak lebih kurang 184 km dari ibu kota Provinsi Sumatera Utara.
Kota Tanjung Balai dikelilingi oleh Kabupaten Asahan dengan rincian sebagai
berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten
Asahan.
- Sebalah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Asahan.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten
Asahan.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang, Kabupaten
Asahan.
Kota Tanjung Balai menempati area seluas 6.052,90 Ha yang terdiri dari 6
kecamatan dan 31 kelurahan dan dipimpin oleh seorang Walikota. Jumlah
penduduk di Kota Tanjung Balai mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
sementara luas wilayahnya tetap. Pada tahun 2014 penduduk di Tanjung Balai
mencapai 164.675 jiwa dimana kegiatan perekonomian sebesar 70,65%
bersumber dari sektor jasa. Pertumbuhan ekonomi di Kota Tanjung Balai
yang bergerak dalam bidang perdagangan. Melambungnya harga-harga
kebutuhan pokok memberikan dampak negatif kepada para pengusaha,
dikarenakan konsumen membatasi konsumsinya terutama pada barang
sekunder dan tertier. Jumlah pengusaha di Kota Tanjung Balai juga mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 tercatat 289 pengusaha yang
terdaftar, tahun 2012 turun menjadi 262 pengusaha, dan pada tahun 2013
kembali menurun menjadi 233 pengusaha (Badan Pusat Statistik).
Perbankan sebagai lembaga keuangan memiliki peran untuk meningkatkan
perekonomian di Kota Tanjung Balai. Salah satunya yaitu memberikan
layanan kredit usaha. Para pengusaha telah memanfaatkan jasa perbankan
terutama pengusaha UKM Muslim. Namun, tidak semua pengusaha UKM
Muslim memanfaatkannya. Adapun pengusaha UKM Muslim yang
memanfaatkan jasa perbankan tetapi kebanyakan dari mereka tidak memilih
perbankan yang syariah mereka lebih cenderung ke bank yang bersifat
konvensional.
4.2Karakteristik Responden 4.2.1 Profil Pengusaha
Jumlah pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai tidak diketahui
secara pasti. Berdasarkan data BPS Kota Tanjung Balai Tahun 2013 jumlah
seluruh pengusaha UKM baik muslim maupun non muslim berjumlah 233
pengusaha. Penulis menjadikan data tersebut sebagai acuan dalam menentukan
sampel. Dalam penelitian ini, 70 orang profil pengusaha UKM muslim yang
4.2.1.1Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Data pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.1
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 46 65,7
Perempuan 24 34,3
Jumlah 70 100
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan data hasil output SPSS (Tabel 4.1) di atas, diketahui bahwa
responden laki-laki berjumlah 46 orang atau 65,7% dari total responden.
Jumlah ini lebih banyak dari responden perempuan yang hanya berjumlah 24
orang atau 34,3% dari total responden.
Pada penelitian ini lebih banyak ditemui pengusaha UKM Muslim yang
berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan, namun perbedaan tersebut tidak
memberi pengaruh yang besar terhadap perekonomian. Laki-laki maupun
perempuan memiliki peluang yang sama dalam kebebasan membuka usaha
sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.
4.2.1.2 Data Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Dalam penelitian ini umur responden terbagi mejadi 4 kategori yaitu <30,
30-40, 41-50, >50. Kondisi umur para pengusaha UKM Muslim jika di
Tabel 4.2
Data Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Jenis
Kelamin
Umur
Total
<30 Tahun 30-40 Tahun 41-50 Tahun >50 Tahun
Laki-laki 7 17 19 3 46
Total % 10% 24,3% 27,1% 4,3% 65,7%
Perempuan 6 13 4 1 24
Total % 8,6% 18,6% 5,7% 1,4% 34,3%
Total 13 30 23 4 70
Total % 18,6% 42,9% 32,8% 5,7% 100%
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan hasil output SPSS (Tabel 4.2) diketahui bahwa responden
laki-laki yang berusia kurang dari 30 tahun berjumlah 7 orang, sedangkan
responden perempuan yang berusia kurang dari 30 tahun berjumlah 6 orang,
sehingga total responden dari kategori ini sebesar 18,6 % dari total responden.
Responden laki-laki dengan umur berkisar 30-40 tahun berjumlah 17
orang, sedang untuk responden perempuan dengan kategori umur yang sama
berjumlah 13 orang sehingga total responden dari kategori ini adalah 42,9%
dari total responden. Untuk kategori responden umur berkisar 41-50 tahun,
responden laki-laki berjumlah 19 orang dan responden perempuan 4 orang
dengan total responden pada kategori ini 32,8% dari total responden.
Responden yang paling sedikit, yaitu yang hanya berjumlah 4 orang saja atau
5,7% dari total responden adalah yang berumur lebih dari 50 tahun.
Data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengusaha yang berusia 30-40
tahun dan berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang memilih dan bertahan
usaha yang digelutinya serta memiliki kemampuan dalam menghadapi resiko
sebagai pengusaha. Begitupun dengan responden denagn umur 41-50 tahun
jumlah responden laki-laki juga lebih banyak dari responden perempuan karena
selain memiliki keberanian dalam berusaha, juga diyakini telah memiliki
pengalaman yang cukup dalam dunia usaha sehingga tetap bertahan sebagai
pengusaha UKM. Lain halnya dengan pengusaha yang berusia kurang dari 30
tahun yang jumlahnya sedikit menunjukkan bahwa penduduk Kota Tanjung
Balai dengan usia tersebut masih banyak yang menjadi pekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil, bekerja diperusahaan maupun nelayan. Perbedaan
jumlahnya yang terlalu jauh dari responden yang berusia 30-40 tahun
menunjukkan bahwa kurangnya kemampuan dan keberanian penduduk berusia
kurang dari 30 tahun untuk membuka usaha sendiri. Tentu Peran pemerintah
dan perbankan sangat dibutuhkan untuk memberikan pelatihan dan motivasi
serta investasi untuk mendorong keberanian dan kemampuan mereka dalam
berusaha.
4.2.1.3Data Responden Berdasarkan Pendidikan
Tiap-tiap responden pada penelitian ini memiliki jenjang pendidikan yang
berbeda-beda yang diyakini mempengaruhi kemajuan usaha mereka. Data
responden berdasarkan pendidikan yang pernah ditempuh bersama tingkat
Tabel 4.3
Data Responden Berdasarkan Pendidikan dan Tingkat Umur Pengusaha
Pendidikan
Berdasarkan pada tabel 4.3 di atas, diketahui responden dengan tingkat
pendidikan tamat SMA/Sederajat jumlahnya lebih besar dibanding responden
lainnya dengan jumlah 9 orang yang berusia kurang dari 30 tahun, 14 orang
dengan usia berkisar 30-40 tahun, 10 orang berusia 41-50 tahun, dan 2 orang
yang berusia lebih dari 50 tahun sehingga total responden yang pendidikannya
tamat SMA/Sederajat sebesar 50% dari total responden.
Hal ini menunjukkan mayoritas pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung
Balai berpendidikan SMA. Lulusan SMA akan mudah untuk dilatih dan di
didik disamping itu mereka juga membutuhkan motivasi dan bimbingan agar
mereka mampu bertahan dan bersaing di pasar bisnis. Investasi pemerintah
tentu sangat bermanfaat bagi mereka untuk belajar sekaligus memulai usaha
sesuai dengan minat mereka sehingga mampu mendorong kemajuan
perekonomian di Kota Tanjung Balai.
Namun diketahui pula bahwa responden yang tamat D3/Sederajat dan
jenjang pendidikan tersebut telah memiliki ilmu yang cukup dan kemampuan
untuk menerima pendidikan dari pelatihan untuk pengusaha yang tinggi. Oleh
sebab itu pengusaha dengan pendidikan yang lebih tinggi ini lebih matang dan
mampu bersaing pada pasar.
4.2.1.4Data Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Pengusaha dan Kepuasan
Data respondenn berdasarkan lamanya para pengusaha UKM Muslim
mulai memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha beserta dengan tingkat
kepuasan terhadap usahanya disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.4
Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Pengusaha, Kepuasan dan Jenis Kelamin
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa pengusaha UKM Muslim
yang telah menjadi pengusaha berjenis kelamin laki-laki kurang dari 3 tahun
Jenis Kelamin Kepuasan (Orang)
Total Belum Puas Puas
Laki-laki Lama Menjadi Pengusaha
adalah responden terbanyak dengan jumlah 16 orang dan yang puas dengan
usahanya hanya 3 orang sedangkan yang belum puas ada 13 orang. Pengusaha
yang berjenis kelamin perempuan ada sebanyak 11 orang dan yang puas
dengan usahanya hanya 2 orang dan 9 orang belum puas. Kemudian diikuti
oleh responden yang telah menjadi pengusaha selama 6-8 tahun dengan jumlah
16 orang, 13 orang berjenis kelamin laki-laki 5 orang puas dengan usahanya
sementara 8 orang belum puas dan 3 orang berjenis kelamin perempuan 2
orang sudah merasa puas dan 1 orang belum puas. Responden yang paling
sedikit jumlahnya yaitu yang telah menjadi pengusaha 12-14 tahun dan lebih
dari 14 tahun masing-masing hanya 1 orang dan mereka puas dengan
usahanya.
Hal ini menunjukkan bahwa responden yang baru menjadi pengusaha
kebanyakan dari mereka belum puas dengan usahanya karena baru saja
memulai bisnisnya, sehingga banyak keinginan dan harapan yang besar
terhadap usahanya. Hal ini adalah hal yang baik karena para pengusaha yang
puas dengan usahanya sebanyak 28 orang dan yang belum puas 42 orang.
Pengusaha yang belum merasa puas cenderung akan terus melakukan
perubahan-perubahan atau inovasi untuk memajukan usahanya.
4.2.1.5Data Responden Berdasarkan Suku
Penduduk Kota Tanjung Balai terdiri dari berbagai suku antara lain Suku
Batak (Mandailing, Toba, Simalungun, Karo), Jawa, Minang, Melayu Aceh,
Tiongkok dan lain-lain. Pada penelitian ini, pengusaha UKM Muslim yang
Tabel 4.5
Data Responden Berdasarkan Suku
Suku Frekuensi Persentase
Batak (Toba, Mandailing, dll) 10 14
Melayu 21 30
Jawa 28 40
Minang 9 13
Aceh 2 3
Total 70 100
Sumber : diolah dari data primer
Dari tabel, diketahui bahwa pengusaha UKM Muslim dari suku Jawa
merupakan responden terbanyak dengan jumlah 28 orang atau 40% dari total
responden. Disusul oleh responden bersuku Melayu sebanyak 21 orang atau
30% dari total responden. Pengusaha bersuku Batak berjumlah 10 orang atau
14% dari total responden. Pengusaha dari suku Minang berjumlah 9 orang
atau 13%, lalu pengusaha dari suku Aceh merupakan responden yang paling
sedikit, yaitu hanya 2 orang atau 3% dari total responden.
Pada data yang diperoleh pada tabel 4.5, diketahui bahwa jumlah
responden suku Melayu dan suku Jawa mendominasi dari keseluruhan jumlah
responden. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Kota Tanjung Balai
bersuku Melayu dan suku Jawa hanya ada beberapa dari suku lain. Di Kota
Tanjung Balai juga banyak ditemui pengusaha yang beretnis Tiongkok
terutama di pusat kota seperti Kecamatan Tanjung Balai Selatan. Namun
demikian, tidak ada diskriminasi berusaha berdasarkan etnis di Kota Tanjung
Tabel 4.6
Komparasi Kondisi Pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai
Sumber : diolah dari data primer
Item Suku Total
Pendidikan Terendah Tamat SMP
(1 orang)
Pendidikan Tertinggi Tamat S1 (1 orang)
Jumlah Belum Pernah Sekolah
Agama 8 orang 10 orang 16 orang 3 orang 0 37 orang
4.2.1.6Data Responden Berdasarkan Sekolah Agama
Pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai yang menjadi responden
dilihat dari pernah/ tidak pernah sekolah agama dan jenis kelamin responden
dapat dilihat berikut ini:
Tabel 4.7
Data Responden Berdasarkan Pernah/Tidak Pernah Sekolah Agama dan Jenis Kelamin
Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah Sekolah Agama
Berdasarkan tabel 4.7, diketahui pengushaa UKM Muslim yang menjadi
responden pada penelitian ini dari 46 responden laki-laki, 21 orang mengaku Pernah
pernah bersekolah agama dan 25 lainnya belum pernah bersekolah agama
sedangkan dari 24 responden perempuan diketahui hanya 10 orang yang
mengaku pernah sekolah agama dan 14 orang lainnya belum pernah sekolah
agama. Total responden yang belum pernah sekolah agama jumlahnya 39
orang, lebih banyak daripada responden yang pernah sekolah agama yang
berjumlah hanya 31 orang.
Hal tersebut menunjukkan adanya kemungkinan besar para pengusaha
tidak memiliki pengetahuan dalam menjalankan usaha yang sesuai dengan
syariat Islam. Hal ini sangat disayangkan, karena sebagai pengusaha Muslim,
Islam telah menetapkan syariat atau aturan dalam setiap aspek kehidupan dan
aktivitas kita sehari-hari termasuk dalam berusaha. Kurangnya pengetahuan
akan ilmu agama akan mempengaruhi pengusaha dalam menjalankan usahanya
baik itu dalam bertransaksi, membutuhkan pinjaman modal dari bank dengan
perbedaan riba dan bagi hasil dan menjalankan usaha kongsi yang adil dengan
mitra usaha beresiko memunculkan dosa bahkan haram.
4.2.2.Profil Perusahaan
Usaha yang dijalankan pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai
yang menjadi repsonden pada penelitian ini disajikan sebagai berikut:
4.2.2.1 Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan
Data responden berdasarkan kategori kepemilikan perusahaan dan di
crosstabkan dengan jumlah pegawai tetap yang dimiliki responden dapat dilihat
Tabel 4.8
Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Pekerja Tetap
Kategori Perusahaan Pekerja Tetap Total
<5 orang 5-10 orang 11-15 orang
Milik Perorangan 38 8 0 46
Milik Keluarga 8 11 1 20
CV 0 4 0 4
Total 46 23 1 70
Sumber : diolah dari data primer
Dari tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan milik perorangan
mendominasi responden sebanyak 46 orang atau 66% dari total responden
dengan perusahaan yang dimiliki jumlah pegawai yang kurang dari 5 sebanyak
38 perusahaan, jumlah pegawai 5-10 orang 8 perusahaan. Disusul perusahaan
milik keluarga atau kongsi sebanyak 20 usaha atau 26% dari total responden
dan memiliki pegawai kurang dari 5 orang sebanyak 8 usaha, pegawai 5-10
orang sebanyak 11 usaha dan memiliki pegawai 11-15 orang sebanyak 1 usaha.
Responden terkecil adalah usaha dalam bentuk CV yaitu sebanyak 4 usaha atau
6% dari total responden yang memiliki pegawai berkisar 5-10 orang.
Dari tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengusaha UKM
Muslim belum mampu memberikan kontribusi yang maksimal untuk
mengurangi pengangguran di Kota Tanjung Balai. Hal ini dikarenakan
kemampuan pengusaha yang belum dapat melakukan manajemen usaha dengan
baik. Bagi pengusaha yang memiliki perusahaan sendiri dan perusahaan
keluarga sebagai pekerja lepas, sehingga dipastikan penyerapan tenaga kerja
pada masyarakat tidak masksimal.
Gambar 4.2
Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Pekerja Tetap
4.2.2.2 Data Responden Berdasarkan Bidang Usaha
Pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai memiliki bidang usaha
yang beraneka ragam selain itu, UKM Muslim juga tergolong kedalam
beberapa kategori perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9
yaitu data responden berdasarkan bidang usaha yang dijalankan oleh responden
dan di corsstabkan dengan kategori perusahaan dapat dilihat pada tabel 4.9: 0
5 10 15 20 25 30 35 40
Milik Perorangan
Milik Keluarga
CV
<5 orang
5-10 orang
Tabel 4.9
% within Bidang Usaha
.0% .0% 50.0% 20.0% .0% .0% .0% 5.7%
% of Total .0% .0% 4.3% 1.4% .0% .0% .0% 5.7%
Total Count 1 15 6 5 23 4 16 70
% within Kategori Usaha
1.4% 21.4% 8.6% 7.1% 32.9% 5.7% 22.9% 100.0%
% within Bidang Usaha
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 1.4% 21.4% 8.6% 7.1% 32.9% 5.7% 22.9% 100.0%
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa bidang usaha dagang/restoran mendominasi
usaha responden dengan 18 perusahaan atau 25,7% dari total responden
perusahaan milik perorangan, 5 perusahaan atau 7,1% dari total responden
perusahaan milik keluarga (kongsi) sehingga totalnya 23 perusahaan atau 32,8 %
dari total responden bergerak di bidang usaha dagang/restoran. Untuk bidang
usaha lain-lain yaitu 6 usaha jahit, 4 usaha percetakan, 3 usaha laundry, 2 usaha
kaca` dan 1 photo studio.
Dari data pada tabel 4.9 maka dapat disimpulkan lebih banyak pengusaha
UKM Muslim di Kota Tanjung Balai yang memilih menjalankan usaha dagang
atau restoran karena usaha ini adalah bentuk usaha yang menyediakan kebutuhan
sehari-hari masyarakat, sehingga asumsi pengusaha usaha akan mudah diterima
oleh masyarakat dan bertahan. Usaha dagang juga tidak memerlukan keahlian
khusus oleh pengusaha ataupun pegawainya. Untuk usaha restoran, pengusaha
berasumsi bahwa setiap masyarakat akan membutuhkan makanan dengan tingkat
harga tertentu, sehingga makanan akan selalu habis terjual bila dibisniskan.
4.2.2.3 Data Responden Berdasarkan Lama Perusahaan
Data responden berdasarkan lama perusahaan yang dimiliki responden, omset
Tabel 4.10
Data Responden Berdasarkan Lama Usaha, Omset dan Jumlah Pegawai
Dari tabel di atas, perusahaan responden terbanyak yaitu perusahaan yang
berdiri kurang dari 4 tahun dengan total 32 perusahaan, dimana 27 dari perusahaan
yang omsetnya kurang dari Rp 100 juta dan 5 orang dari perusahaan yang
berkisar 4-6 tahun sebanyak 19 perusahaan dimana 6 perusahaan dari omsetnya
yang kurang dari Rp 100 juta dan 10 perusahaan yang omsetnya Rp 100-200 juta.
Untuk perusahaan yang lama usahanya berkisar 7-9 tahun sebanyak 12 perusahaan
2 dari usaha yang omsetnya kurang dari Rp 100 juta, 4 perusahaan yang omsetnya
Rp 100-200 juta, 4 perusahaan yang omsetnya Rp 201-250 juta dan 2 perusahaan
yang omsetnya Rp 251-300 juta. Untuk responden yang berdirinya lebih lama
yaitu lebih dari 12 tahun ada 5 perusahaan yaitu mempunyai omset Rp 100-200
juta berjumlah 1 orang dan Rp 201-250 juta dengan jumlah pegawai berkisar
11-15 orang. Jumlah usaha pada kategori ini yaitu 4 perusahaan.
Gambar 4.3 Data Responden Berdasarkan Omset dan Lama Perusahaan
Dari table 4.10 dapat disimpulkan usaha yang dijalankan responden tidaklah
efektif karena untuk perusahaan yang lama berdiri omset yang dimiliki masih
ada pengusaha yan memiliki pekerjaan tetap sebagai pegawai negeri sipil namun
membuka usaha sendiri, sehingga hampir semua usahanya dikelola oleh
pegawainya meskipun omsetnya masih sedikit sedangkan untuk perusahaan yang
telah berdiri cukup lama yaitu >12 tahun memiliki omset yang cukup tinggi dan
mampu menyerap tenaga kerja 5-15 orang, namun sangat disayangkan hanya ada 4
usaha atau 6% dari total responden.
4.2.2.4 Data Responden Berdasarkan Pemasaran dan Omset
Data responden berdasarkan luasnya wilayah pemasaran usaha yang telah
dicapai oleh pengusaha sejak berdirinya usaha hingga saat ini dan dikaitkan
dengan besar omset usaha yang diperoleh responden setiap 1 tahun dapat dilihat
pada tabel 4.11
Tabel 4.11
Data Responden Berdasarkan Daerah Pemasaran dan Omset Daerah
Pemasaran
Omset (Rp/Juta)
Total <100 100-200 201-250 251-300
Kecamatan 22 4 0 0 26
Kabupaten/
Kota
13 16 10 0 39
Provinsi 0 0 3 2 5
Total 35 20 13 2 70
Sumber : diolah dari data primer
Dari data pada tabel 4.11 di atas, diketahui usaha responden yang luas daerah
pemasarannya di kabupaten/kota lebih banyak dari usaha responden lainnya, yaitu
omsetnya Rp 100-200 juta dan 10 usaha omsetnya Rp 201-250 juta. Kemudian
diikuti oleh usaha yang daerah pemasarannya adalah kecamatan dengan total 26
usaha, dimana 22 usaha omsetnya kurang dari Rp 100 juta, dan 4 usaha omsetnya
berkisar Rp 100-200 juta. Untuk usaha yang daerah pemasarannya mencapai
daerah provinsi yaitu 5 usaha dengan 3 usaha yang beromset Rp 201-250 juta dan
2 usaha yang beromset Rp 251-300 juta.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan pengusaha UKM
Muslim di Kota Tanjung Balai belum mampu bersaing dengan pihak luar. Ini
terlihat dari daerah rata-rata pemasaran usahanya hanya mencapai tingkat
kecamatan dan kabupaten/kota saja atau daerah lokal. Hal ini disebabkan karena
kurangnya modal usaha dan kemampuan pengusaha dalam memasarkan usahanya
agar mampu bersaing ke daerah luar. Untuk itu, perlu adanya peran pemerintah
untuk menunjang kemajuan pengusaha UKM Muslim dengan mengadakan bazar
usaha atau pelatihan kepada para pengusaha UKM Muslim sebagai wadah untuk
memasarkan produk usaha oleh pengusaha. Diharapkan juga kepada para
pengusaha agar aktif dan ikut serta dalam setiap event dan pelatihan usaha.
4.2.2.5 Data Responden Berdasarkan Sumber Modal dan Pembiayaan
Pada penelitian ini, responden terbagi menjadi 4 golongan berdasarkan
sumber modal dan pembiayaan usaha mereka sendiri:
1. Pengusaha Muslim yang sama sekali tidak terlibat dengan bank manapun (Gol
2. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional saja (Gol
B)
3. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan syariah saja (Gol C)
4. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional dan
perbankan syariah saja (campuran) (Gol D)
Berdasarkan penggolongan usaha di atas, maka data yang di peroleh setelah
diolah yaitu:
Tabel 4.12
Data Responden Berdasarkan Golongan Pengusaha dan Jenis Kelamin
Golongan Pengusaha
Total Gol A Gol B Gol C Gol D
Jenis Kelamin
Laki-laki Count 27 15 3 1 46
% of Total 38.6% 21.4% 4.3% 1.4% 65.7%
Perempuan Count 15 4 3 2 24
% of Total 21.4% 5.7% 4.3% 2.9% 34.3%
Total Count 42 19 6 3 70
% of Total 60.0% 27.1% 8.6% 4.3% 100.0%
Gambar 4.4
Data Responden Berdasarkan Golongan Pengusaha dan Jenis Kelamin 4.2.2.6 Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah Menerima
Pembiayaan
Berikut ini adalah data responden yang pernah menerima pembiayaan atau
mengambil kredit usaha ke bank, bank syariah maupun bank konvensional.
Tabel 4.13
Data Responden Berdasarkan Pernah dan Tidak Pernah Menerima Pembiayaan
No Pembiayaan Frekuensi Persentase
1 Pernah mendapatkan pembiayaan 29 41,4
2 Tidak pernah mendapatkan
pembiayaan
41 58,6
Total 70 100
Sumber : diolah dari data primer
0 5 10 15 20 25 30
Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D Data Responden Berdasarkan Golongan Pengusaha dan
Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel di atas responden yang pernah menerima pembiayaan dari
bank yaitu 29 responden atau sekitar 41,4% sedangkan responden yang sama
sekali tidak pernah mendapatkan pembiayaan yaitu 41 responden atau sekitar
58,6%. Dari data tabel 4.13 maka dapat disimpulkan bahwa para Pengusaha UKM
Muslim di Kota Tanjung Balai memilih untuk tidak terlibat dengan bank, menurut
pengakuan dari responden mereka tidak menerima kredit dari bank karena sudah
memiliki cukup modal sendiri, selain itu bunga yang diterapkan oleh bank yang
dinilai tinggi membuat para pengusaha lebih memilih untuk meminjam dari
keluarga dari pada mengambil kredit ke bank. Disamping itu kurangnya
keberanian dan pengetahuan para pengusaha mengenai tata cara pengambilan
kredit sebagai salah satu pemicu minimnya keterlibatan para pengusaha dengan
perbankan.
4.3Analisis Data
Pada bagian ini akan dibahas mengenai analisa data berdasarkan hasil
penyebaran quisioner kepada responden yang terpilih. Berdasarkan data quisioner
maka dapat diketahui persepsi pengusaha UKM Muslim terhadap perbankan
syariah di Kota Tanjung Balai.
4.4. Penilaian Terhadap Persepsi
Persepsi merupakan tanggapan para pengusaha UKM Muslim terhadap
perbankan syariah di Kota Tanjung Balai. Persepsi seseorang dapat timbul dari
dari orang lain. Berikut ini penilaian terhadap persepsi para pengusaha UKM
Muslim terhadap bank syariah berdasarkan quisioner yang telah disebar.
Tabel 4.14
Penilaian Persepsi Terhadap Perbankan Syariah di Kota Tanjung Balai NO Pernyataan-Pernyataan
Persepsi
S % TS % F %
1 Agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional
Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah
40 57 30 43 70 100, 0
3 Promosi perbankan syariah kepada Pengusaha UKM Muslim sangat minim / kurang
68 97 2 3 70 100,
0
4 Pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan
6 Sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat menguntungkan baik bank maupun
nasabahnya sedangkan bunga bank haram
hukumnya menurut ajaran Islam.
7 Syariat Islam telah benar benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah
49 70,0 21 30 70 100, 0
8 Produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam
45 64,3 25 35,7 70 100, 0
Sumber : diolah dari data primer
Keterangan:
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
F : Frekuensi
Berdasarkan penilaian terhadap persepsi, dapat diketahui bahwa agar lebih
dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah sebaiknya
memberikan keistimewaan kepada bank syariah, pada uraian jawaban mengatakan
setuju 85,7 % dan sisanya tidak setuju 14,3 %.
Selanjutnya pada pernyataan kedua diketahui bahwa peranan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Departemen Agama (DA) telah cukup dalam mengajak
masyarakat menggunakan perbankan syariah 57% setuju dan 43% sisanya tidak
setuju.
Pada pernyataan ketiga diketahui bahwa promosi perbankan syariah kepada
Pengusaha UKM Muslim sangat minim / kurang sekitar 97 % responden
Pada pernyataan keempat diketahui bahwa sekitar 93 % mengatakan setuju
bahwa pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan
sambutan kepada perbankan syariah rendah dan 7 % sisanya mengatakan tidak
setuju.Selanjutnya pada pernyataan kelima diketahui bahwa 68,6% responden
menyatakan setuju bahwa bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara
ekonomi dan 31,4% responden sisanya mengatakan tidak setuju.
Pada pernyataan keenam diketahui bahwa 85,7% mengatakan setuju bahwa
sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat
menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram
hukumnya menurut ajaran Islam, sedangkan sisanya sebanyak 14,3% responden
mengatakan tidak setuju.
Selanjutnnya pada pernyataan ketujuh bahwa 70% responden mengatakan
setuju bahwa syariat Islam telah benar benar diterapkan dalam kegiatan harian
perbankan syariah dan 30% responden lainnya mengatakan tidak setuju. Pada
pernyataan kedelapan diketahui bahwa produk yang ditawarkan oleh bank syariah
telah sesuai dengan syariat Islam sekitar 64,3% responden setuju dengan
pernyataan ini, namun 35,7% sisanya mengatakan tidak setuju.
Dari tabel 4.14 maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden setuju
bahwa promosi perbankan syariah kepada pengusaha UKM Muslim sangat minim
/ kurang (97%) dan pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah
4.5. Penilaian Persepsi Pengusaha UKM Muslim Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pengusaha
Pada tabel 4.15 kita akan mengetahui bagaimana tingkat pendidikan
mempengaruhi persepsi mereka terhadap bank syariah. Tabulasi silang responden
yang menjawab tidak setuju pada penilaian persepsi berdasarkan tingkat
pendidikan responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.15
Tabulasi Silang Penilaian Persepsi Pengusaha UKM Muslim Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pengusaha
lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah.
2. Peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah.
3. Promosi perbankan syariah kepada Pengusaha UKM Muslim sangat minim/kurang. 4. Pengamalan/ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada
perbankan syariah rendah.
5. Bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi.
6. Sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat
menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram hukumnya menurut ajaran Islam.
7. Syariat Islam telah benar-benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah. 8. Produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam.
No Pendidikan Frekuensi
Berdasarkan tabulasi silang 4.15, dapat diketahui bahwa pada pernyataan
pertama sampai pernyataan terakhir pada kategori pendidikan SMP tidak adanya
keraguan responden terhadap penilaian persepsi terhadap perbankan syariah.
Selanjutnya pada kategori pendidikan SMA diketahui bahwa tidak adanya
keraguan terhadap pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah
menyebabkan sambutan kepada perbankan syariah rendah sedangkan untuk
pernyataan agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah
sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah ada sekitar 4 responden
yang tidak setuju dan 18 responden mengatakan tidak setuju terhadap pernyataan
peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat
menggunakan perbankan syariah. Sekitar 8 responden mengatakan tidak setuju
bahwa bank Syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi.
Sebanyk 5 responden yang mengatakan tidak setuju terhadap pernyataan sistem
bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat
menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram
hukumnya menurut ajaran Islam dan 5 responden yang tidak setuju terhadap
syariat Islam telah benar benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan
syariah. Selain itu ada 13 responden yang tidak setuju bahwa produk yang
ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam.
Kemudian pada kategori D3 sekitar 4 responden mengatakan tidak setuju
bahwa agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah
tidak setuju terhadap pernyataan peranan MUI dan Departemen Agama telah
cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah. Hanya 1
responden tidak setuju terhadap pernyataan 3 dan 4. Sebanyak 6 orang tidak setuju
dengan pernyataan bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara
ekonomi. Sebanyak 2 orang tidak setuju dengan pernyataan sistem bagi hasil
adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat menguntungkan
baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram hukumnya menurut
ajaran Islam. Sebanyak 7 orang tidak setuju dengan syariat Islam telah benar benar
diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah dan 8 responden tidak setuju
dengan produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat
Islam.
Kemudian pada kategori S1 2 responden mengatakan tidak setuju pada
pernyataan agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah
sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah. Sebanyak 9 orang
mengatakan tidak setuju dengan peranan MUI dan Departemen Agama telah
cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah dan tidak ada
keraguan sama sekali pada pernyataan promosi perbankan syariah kepada
pengusaha UKM Muslim sangat minim / kurang. Sebanyak 4 orang mengatakan
tidak setuju bahwa pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah
menyebabkan sambutan kepada perbankan syariah rendah sedangkan 8 responden
mengatakan tidak setuju bahwa bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil
yang universal dan dapat diterima karena bersifat menguntungkan baik bank
maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram hukumnya menurut ajaran
Islam dan 9 responden mengatakan tidak setuju terhadap syariat Islam telah benar
benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah. Sebanyak 4 responden
mengatakan tidak setuju bahwa produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah
sesuai dengan syariat Islam.
4.6. Penilaian Persepsi Berdasarkan Golongan Pengusaha
Tabulasi silang responden yang mengatakan tidak setuju pada penilaian
persepsi berdasarkan golongan pengusaha.
Tabel 4.16
Tabulasi Silang Penilaian Persepsi Berdasarkan Golongan Pengusaha
1. Agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah.
2. Peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah.
3. Promosi perbankan syariah kepada Pengusaha UKM Muslim sangat minim/kurang. 4. Pengamalan/ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada
perbankan syariah rendah.
5. Bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi.
6. Sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat
7. Syariat Islam telah benar-benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah. 8. Produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam.
Berdasarkan tabulasi silang 4.16, dapat diketahui bahwa pada kategori
golongan A, 3 responden mengatakan tidak setuju bahwa agar lebih dapat bersaing
dengan bank konvensional maka pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan
kepada bank syariah. Pada pernyataan peranan MUI dan Departemen Agama
telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah ada
sekitar 19 responden yang mengatakan tidak setuju. Selanjutnya 2 responden yang
tidak setuju dengan pernyataan promosi perbankan syariah kepada pengusaha
UKM Muslim sangat minim / kurang pengamalan / ketaatan masyarakat Islam
yang rendah menyebabkan sambutan kepada perbankan syariah rendah. Sebanyak
10 responden tidak setuju bahwa bank syariah lebih menguntungkan dan lebih
adil secara ekonomi dan 6 responden tidak setuju terhadap sistem bagi hasil adalah
sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat
menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram
hukumnya menurut ajaran Islam. Sebanyak 3 responden tidak setuju bahwa syariat
Islam telah benar benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah dan
13 responden mengatakan tidak setuju terhadap produk yang ditawarkan oleh
bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam.
Selanjutnya untuk kategori golongan B, 5 responden mengatakan tidak setuju
pada pernyataan gar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka
9 orang tidak setuju terhadap peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup
dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah dan tidak ada
keraguan sama sekali terhadap pernyataan promosi perbankan syariah kepada
pengusaha UKM Muslim sangat minim / kurang. Kemudian 3 responden
mengatakan tidak setuju terhadap pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang
rendah menyebabkan sambutan kepada perbankan syariah rendah. Selanjutnya 10
responden tidak setuju bahwa bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil
secara ekonomi dan 4 responden memngatakan tidak setuju terhadap sistem bagi
hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat
menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram
hukumnya menurut ajaran Islam. Sebanyak 15 responden tidak setuju bahwa
syariat Islam telah benar benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan
syariah dan 11 responden tidak setuju bahwa produk yang ditawarkan oleh bank
syariah telah sesuai dengan syariat Islam.
Kemudian pada kategori golongan C, 1 responden mengatakan tidak setuju
pada pernyataan bahwa agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka
pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah dan peranan
MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat
menggunakan perbankan syariah. Sedangkan tidak ada keraguan sama sekali
terhadap pernyataan 3 dan 4. Sementara itu, 2 responden mengatakan tidak setuju
bahwa bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi dan 3
kegiatan harian perbankan syariah dan 1 responden tidak setuju bahwa produk
yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam.
Selanjutnya untuk kategori golongan D, hanya 1 responden yang mengatakan
tidak setuju tehadap pernyataan agar lebih dapat bersaing dengan bank
konvensional maka pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank
syariah dan peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak
masyarakat menggunakan. Sementara itu, tidak ada keraguan sama sekali terhadap
pernyataan 3 sampai pernyataan 8.
Dari tabel 4.16 di atas dapat dsimpulkan bahwa mayoritas pengusaha UKM
Muslim di Kota Tanjung Balai memilih tidak terlibat dengan dunia perbankan. Hal
ini disebabkan minimnya ilmu pengetahuan yang dimiliki. Adapun pengusaha
UKM Muslim yang terlibat dengan bank, mereka lebih cenderung ke bank yang
bersifat konvensional. Menurut pengakuan pengusaha UKM Muslim di Kota
Tanjung Balai bank konvensional lebih dipercaya dan lebih profesional karena
sudah lama berdiri. Sebagian dari mereka juga menganggap bahwa bank syariah
masih baru dan masih sedikit yang berdiri di Kota Tanjung Balai. Kesadaran
pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai tentang pentingnya berbisnis
sesuai dengan syariat Islam tergolong lemah. Hal ini terbukti dari pengusaha UKM
Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional lebih banyak daripada
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengolahan data terhadap variabel-variabel penelitian di
atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Pendidikan rata-rata pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai adalah
tamat SMA/Sederajat yaitu 35 orang atau sebesar 50% dari total responden dan
sekitar 55,7% dari total responden tidak pernah mengikuti sekolah agama.
Pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai di dominasi oleh suku Jawa
yaitu sebesar 40% dari total responden.
2. Kesadaran Pengusaha UKM Muslim terhadap pentingnya berusaha atau
berbisnis sesuai dengan syariat Islam sangat minim. Hal ini terbukti hanya 6
responden dari 70 total responden yang menggunakan jasa perbankan syariah.
Sementara hanya 19 responden dari 70 total responden menggunakan jasa
perbankan konvensional.
3. Promosi perbankan syariah kepada pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung
Balai perlu ditingkatkan agar sosialisasi mengenai perbankan syariah sampai
kepada masyarakat terutama para pengusaha UKM. Hal ini ditunjukkan 97%
dari total responden menyatakan setuju bahwa promosi perbankan syariah
pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah. 85,7%
dari total respondenstuju dengan pernyataan tersebut.
4. Pengamalan dan ketaatan pengusaha UKM Muslim terhadap syariat Islam yang
rendah mengakibatkan sambutan kepada bank syariah begitu rendah. Hal ini
terbukti sebesar 93% responden dari total responden setuju dengan pernyataan
tersebut. Kemudian sebanyak 85,7% dari total responden mengatakan setuju
bahwa sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena
bersifat menguntungkan baik bank maupun nasabahnya.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang persepsi pengusaha
UKM Muslim di Kota Tanjung Balai, maka penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Perlunya peran pemerintah Kota Tanjung Balai untuk melakukan pembinaan
kepada para pengusaha khususnya pengusaha UKM Muslim Kota Tanjung
Balai agar memanfaatkan jasa perbankan terutama bank syariah sehingga UKM
di Kota Tanjung Balai dapat berkembang sekaligus menunjang pertumbuhan
ekonomi.
2. Menggunakan jasa perbankan syariah salah satu solusi agar para pengusaha
UKM Muslim terhindar dari riba. Sehubungan dengan itu peran MUI dan
Departemen Agama sangat dibutuhkan bagi para pengusaha UKM Muslim
tentang pemahaman mengenai pentingnya berusaha sesuai dengan syariat
dalam mensosialisasikan produk-produk perbankan dan tata cara
pengurusannya juga sangat dibutuhkan.
3. Perlunya kesadaran dan peran aktif para pengusaha UKM Muslim untuk tidak
terlibat dengan riba yang diharamkan oleh ajaran Islam, agar usaha yang
dijalankan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT dan terhindar dari dosa.
4. Penerapan sistem syariah sebagai keunggulan bank syariah perlu ditampilkan
dan dilaksanakan secara benar mengingat ada kesan dari responden bahwa
bank syariah belum sepenuhnya menerapkan sistem syariah serta ada anggapan
bahwa bank syariah tidak ada bedanya dengan bank konvensional. Selain itu,
profesionalisme bank syariah perlu ditingkatkan. Hal ini terkait dengan harapan
masyarakat bahwa mereka ingin berhubungan dengan bank yang aman, nyaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Persepsi
Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca indra. Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998)
adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi tentang lingkungan melalui panca
inderanya (pengelihatan, pendengaran, penciuman, peraba, perasa). Hal ini terjadi
karena persepsi melibatkan penafsiran individu pada obyek tertentu maka
masing-masing individu akan memiliki persepsi yang berbeda walaupun melihat
obyek yang sama.
Definisi presepsi menurut Michael W. Levine & Shefiner (2000) yaitu :
“persepsi merupakan cara dimana kita menginterprestasikan informasi yang
dikumpulkan (diproses) oleh indera”. Menurut Ensiklopedia Indonesia (1984) di
jelaskan bahwa persepsi menunjukkan proses mental yang menghasilkan
bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan
asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera pengelihatan, indera
perabaan dan sebagainya sehingga akhirnya bayangan itu dapat disadari.
Defnisi lain persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang
menyebabkan seseorang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh
dari lingkungannya. Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan,
diterima (Milton dalam Arisandy, 2004). Namun demikian pada proses tersebut
tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi perilaku
yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya.
Proses persepsi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Penerimaan rangsang
Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber.
Seseorang lebih senang memperhatikan salah satu sumber dibandingkan
dengan sumber lainnya, apabila sumber tersebut mempunyai kedudukan yang
lebih dekat lagi atau lebih menarik baginya.
b. Proses penyeleksi rangsangsan
Setelah rangsangan diterima kemudian di seleksi disini akan terlibat proses
perhatian. Stimulus itu diseleksi untuk kemudian di proses lebih lanjut.
c. Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk.
d. Proses penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima kemudian
menafsirkan data tersebut dengan berbagai cara. Setelah data itu di
persepsikan maka telah dapat dikatakan sudah terjadi persepsi. Karena
persepsi pada pokoknya memberikan arti kepada berbagai informasi yang
e. Proses pengecekan
Setelah data ditafsir, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk
mengecek apakah yang dilakukan benar atau salah. Penafsiran ini ata persepsi
dibenarkan atau sesuai dengan hasil proses selanjutnya.
f. Proses reaksi
Lingkungan persepsi itu belum sempurna menimbulkan tindakan-tindakan itu
biasanya tersembunyi atau terbuka.
Menurut pendapat Wargito dalam Tinna (2005), agar individu dapat
menyadari dan dapat mengadakan persepsi maka ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi yaitu :
a. Adanya objek yang dipersepsikan
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indra (reseptor), dapat
datang dari dalam, yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) yang
bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indra atau reseptor
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf yaitu otak sebagai
pusat kesadaran sebagai alat untuk mengadakan respons yang diperlukan pula
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan pula
adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.
2.2. Pengusaha (Entrepreneur)
Pengusaha atau wirausahawan (entrepreneur) adalah semangat, sikap,
perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan
yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja,
teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka
memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang
lebih besar (Instruksi Presiden RI No.4 Tahun 1995). Pendapat Hisrich et al.
(2005) pengertian pengusaha (entrepreneur) dapat didefinisikan melalui tiga
pendekatan, diantaranya:
a. Pendekatan ekonom, entrepreneur adalah orang yang membawa
sumber-sumber daya, tenaga, material, dan aset-aset lain ke dalam kombinasi yang
membuat nilainya lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, dan juga
seseorang yang memperkenalkan perubahan, inovasi/pembaruan, dan
suatu order/tatanan atau tatanan dunia baru.
b. Pendekatan psikolog, entrepreneur adalah betul-betul seorang yang
digerakkan secara khas oleh kekuatan tertentu untuk menghasilkan atau
mencapai sesuatu, pada percobaan, pada penyempurnaan atau mungkin
pada wewenang mencari jalan keluar yang lain, dan
c. Pendekatan seorang pebisnis, entrepreneur adalah seorang pebisnis yang