• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Intensitas Nyeri dengan Kualitas Hidup pada penderita Nyeri Punggung Bawah kronis di RSUP HAM Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Intensitas Nyeri dengan Kualitas Hidup pada penderita Nyeri Punggung Bawah kronis di RSUP HAM Medan"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Kevin Hocin Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/21 September 1994 Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Monginsidi I no 14A Medan Nomor Handphone : 087869319807

Email : hocinkevin@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Swasta Methodist-3 Medan (2000-2006) 2. SMP Swasta Methodist-3 Medan (2006-2009) 3. SMA Swasta Methodist-3 Medan (2009-2012)

(2)

Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2012 2. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU 2012

3. Peserta PIM (Pekan Ilmiah Nasional) SCORE PEMA FK USU 2012 4. Peserta Pelatihan Manajemen Luka dan Terapi Cairan TBM FK USU 2012 5. Peserta Pelatihan Balut Bidai TBM FK USU 2012

6. Peserta Pelatihan Basic Life Support TBM FK USU 2012 Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Jurnal SCORE PEMA FK USU 2014-2015

2. Koordinator Seksie Peralatan dan Tempat Get Together SCORE PEMA FK USU 2013

3. Anggota Seksie Konsumsi PIM FK USU 2013 4. Anggota Seksie Kompetisi SRF FK USU 2014

(3)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Salam Sejahtera Bapak/Ibu Yth.,

Saya yang bernama Kevin Hocin, mahasiswa semster VI dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Intensitas Nyeri dengan Kualitas Hidup pada penderita Nyeri Punggung Bawah kronis di RSUP HAM Medan” yang menyangkut masalah kualitas hidup dengan intensitas nyeri pada penderita nyeri punggung bawah kronis di RSUP HAM Medan.

Nyeri Punggung Bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri setempat/lokal maupun nyeri yang menjalar atau keduanya. Nyeri Punggung Bawah merupakan masalah kesehatan dunia yang sangat umum dan penyebab utama disabilitas. Nyeri Punggung Bawah mempengaruhi segala tingkatan usia masyarakat, mulai dari anak-anak sampai lansia.

Kualitas hidup merupakan salah satu cara untuk mengukur hasil dari suatu pengobatan. Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kualitas hidup dengan intensitas nyeri pada penderita nyeri punggung bawah.

Bapak/Ibu Yth. Akan dijadikan sukarelawan dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya, Bapak/Ibu akan menjalani prosedur penelitian sebagai berikut:

1. Bapak/Ibu akan diminta untuk mengisi kuesioner yang terdiri dari 2 buah kuesioner, yaitu: yang menilai tentang kuesioner kualitas hidup dan kuesioner intensitas nyeri.

(4)

Demikianlah penjelasan ini saya sampaikan. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Anda mengisi lembar persetujuan setelah penjelasan (PSP) yang telah saya persiapkan. Atas partisipasi dan kesediaan Anda, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(5)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN UNTUK MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama :

Umur : Jenis Kelamin : Alamat : No telp/HP :

Maka dengan ini saya menyatakan bahwa saya memahami penjelasan secara lengkap dan secara sukarela dan tanpa paksaan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut. Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan,………2015

Responden,

(……….)

(6)

LAMPIRAN 4

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH KRONIS DI RSUP HAM

MEDAN

DATA DIRI RESPONDEN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan terakhir : Riwayat Penyakit terdahulu :

Alamat :

(7)

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini adalah kuesioner kualitas hidup yang terdiri dari 36 buah pertanyaan. Kuesioner kedua adalah kuesioner skala nyeri yang terdiri dari 15 buah pertanyaan. Baca dan pahami setiap pertanyaan yang paling sesuai dengan Anda rasakan, pada salah satu jawaban yang tersedia yaitu:

SHORT FORM-36 (SF-36)

1. Secara umum, bagaimana pendapat anda mengenai kondisi kesehatan anda?

฀ Sempurna

฀ Sangat Baik

฀ Baik

฀ Cukup

฀ Buruk

2. Dibandingkan dengan satu tahun yang lalu, bagaimanakah kondisi kesehatan anda saat ini?

฀ Saat ini jauh lebih baik daripada satu tahun yang lalu

฀ Saat ini agak lebih baik daripada satu tahun yang lalu .

฀ Sama saja dengan satu tahun yang lalu

฀ Saat ini agak lebih buruk daripada satu tahun yang lalu

฀ Saat ini jauh lebih buruk daripada satu tahun yang lalu

3. Pertanyaan berikut berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin anda lakukan sehari-hari. Apakah kondisi kesehatan anda sekarang membatasi diri anda untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut? Jika ya, sejauh mana?

Ya,sangat membatasi (1)

Ya, sedikit membatasi (2)

Tidak, tidak membatasi sama sekali (3)

(8)

energi,

seperti berlari, mengangkat beban

berat, ikut serta dalam olah raga

berat.

B Kegiatan yang tidak terlalu menguras energi, seperti memindahkan meja, bersepeda dan

bekerja di kebun/halaman

C Membawa barang

keperluan sehari hari, seperti belanjaan D Naik tangga lebih dari 1

tingkat

E Naik tangga 1 tingkat

F Membungkuk atau berlutut G Berjalan lebih dari 1,6

kilometer

H Berjalan beberapa blok atau gang

I Berjalan satu blok atau satu gang

(9)

4. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda mengalami masalah berikut ini yang disebabkan oleh kondisi kesehatan fisik anda?

Selalu (1)

Sering (2)

Kadangkadang (3)

Sangat Jarang (4)

Tidak Pernah (5)

A Mengurangi jumlah jam yang anda pakai untuk bekerja dan

melakukan kegiatan lain

B Tidak mencapai yang anda inginkan

C Terbatas dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan lain D Mengalami

(10)

memerlukan waktu lebih lama

5. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda mengalami masalah berikut ini yang disebabkan oleh gangguan emosional anda , seperti depresi atau cemas?

Selalu (1)

Sering (2)

Kadangkadang (3)

Sangat Jarang (4)

Tidak Pernah (5)

A Mengurangi jumlah jam yang anda pakai untuk bekerja dan

melakukan kegiatan lain

B Tidak mencapai yang anda inginkan

(11)

biasanya

6. Selama 4 minggu terakhir, apakah masalah kesehatan dan gangguan emosional anda mengganggu kegiatan sosial yang biasa anda lakukan dengan keluarga, teman, tetangga, atau kelompok?

□ Tidak sama sekali □ Sedikit mengganggu □ Agak mengganggu □ Mengganggu

□ Sangat mengganggu

7. Seberapa berat nyeri yang anda rasakan selama empat minggu terakhir?

□ Tidak ada nyeri □ Sangat ringan □ Ringan □ Sedang □ Berat

□ Sangat berat

8. Selama empat minggu terakhir, bagaimana rasa nyeri mengganggu anda dalam kegiatan sehari-hari (baik pekerjaan/kegiatan didalam dan diluar rumah)?

□ Tidak sama sekali □ Sedikit mengganggu □ Agak mengganggu □ Mengganggu

□ Sangat mengganggu

(12)

Selalu (1)

Sering (2)

Kadangkadang (3)

Sangat Jarang (4)

Tidak Pernah (5)

A Apakah anda merasa penuh semangat B Apakah anda

merasa gelisah?

C Apakah anda merasa putus asa dan kecewa seolah-olah tidak ada orang lain yang dapat

membahagiakan anda?

D Apakah anda merasa tenang dan damai?

(13)

F Apakah anda merasa murung dan sedih?

G Apakah anda merasa jenuh? H Apakah anda

merasa bahagia?

I Apakah anda merasa lelah?

10. Selama empat minggu terakhir, sejauh mana masalah kesehatan dan gangguan emosional anda mengganggu kegiatan sosial yang anda lakukan? (misalnya: mengunjungi teman, keluarga, dll)

□ Selalu □ Sering

□ Kadang-kadang

(14)

11. Benarkah atau Salahkah pernyataan berikut ini?

Pasti benar (1)

Hampir benar (2)

Tidak tahu (3)

Hampir salah (4)

Pasti salah (5)

A Saya cenderung lebih mudah sakit daripada orang lain

B Saya sehat seperti orang lain

yang saya kenal

C Saya berharap kesehatan saya akan memburuk D Kesehatan saya

sempurna

(15)

LAMPIRAN 5

SHORT FORM MCGILL SKOR: 0: tidak ada

1: ringan 2: sedang 3: berat

No. Rasa 0 1 2 3

1. Cekot-cekot 2. Menyentak

3. Menikam(seperti pisau) 4. Tajam(seperti silet) 5. Keram

6. Menggigit 7. Terbakar 8. Ngilu 9. Berat/Pegal 10. Nyeri sentuh 11. Mencabik-cabik 12. Menakutkan 13. Melelahkan 14. Memuaikan

(16)

Tidak ada nyeri Nyeri paling besar Intensitas Nyeri Sekarang (PPI)

0 Tidak ada nyeri _____ 1 Nyeri ringan _____ 2 Tidak nyaman _____

3 Mencemaskan _____

4 Menyeramkan _____

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)

LAMPIRAN 9 Analisis SPSS Frequency Table

JENIS_KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

LAKI-LAKI 14 48,3 48,3 48,3

PEREMPUAN 15 51,7 51,7 100,0

Total 29 100,0 100,0

Kategori_umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<61 9 31,0 31,0 31,0

>60 20 69,0 69,0 100,0

Total 29 100,0 100,0

SUKU

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

BATAK 25 86,2 86,2 86,2

JAWA 1 3,4 3,4 89,7

MELAYU 2 6,9 6,9 96,6

MINANG 1 3,4 3,4 100,0

Total 29 100,0 100,0

DIAGNOSIS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

HNP 3 10,3 10,3 10,3

SPONDILOSIS LUMBALIS 26 89,7 89,7 100,0

(22)

Statistik Karakteristik Nyeri

Statistics

MCGILLSEN MCGILLAFF VAS N

Valid 29 29 29

Missing 0 0 0

Mean 4,9655 2,2069 6,1207

Std. Deviation 4,50779 2,80789 1,96057

Normality Test Table and Correlation Test Table Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAS ,173 29 ,027 ,943 29 ,117

FUNGSI_FISIK ,124 29 ,200* ,941 29 ,109

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Correlations

VAS FUNGSI_FISIK

Spearman's rho

VAS

Correlation Coefficient 1,000 -,606**

Sig. (1-tailed) . ,000

N 29 29

FUNGSI_FISIK

Correlation Coefficient -,606** 1,000

Sig. (1-tailed) ,000 .

N 29 29

(23)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAS ,173 29 ,027 ,943 29 ,117

keterbatasan_akibat_masalah_fisik ,260 29 ,000 ,750 29 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Correlations

VAS keterbatasan_akibat _masalah_fisik

Spearman's rho

VAS

Correlation Coefficient 1,000 -,837**

Sig. (1-tailed) . ,000

N 29 29

keterbatasan_akibat_masalah_fisik

Correlation Coefficient -,837** 1,000

Sig. (1-tailed) ,000 .

N 29 29

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAS ,173 29 ,027 ,943 29 ,117

Keterbatasan_akibat_masalah_emo sional

,392 29 ,000 ,628 29 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Correlations

VAS Keterbatasan_akibat _masalah_emosiona

l

Spearman's rho

VAS

Correlation Coefficient 1,000 -,447**

Sig. (1-tailed) . ,007

N 29 29

Keterbatasan_akibat_masalah_emo sional

Correlation Coefficient -,447** 1,000

Sig. (1-tailed) ,007 .

(24)

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAS ,173 29 ,027 ,943 29 ,117

VITALITAS ,126 29 ,200* ,963 29 ,382

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Correlations

VAS VITALITAS

Spearman's rho

VAS

Correlation Coefficient 1,000 -,380*

Sig. (1-tailed) . ,021

N 29 29

VITALITAS

Correlation Coefficient -,380* 1,000

Sig. (1-tailed) ,021 .

N 29 29

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAS ,173 29 ,027 ,943 29 ,117

Kesehatan_mental ,173 29 ,026 ,844 29 ,001

(25)

Correlations

VAS Kesehatan_mental

Spearman's rho

VAS

Correlation Coefficient 1,000 -,235

Sig. (1-tailed) . ,110

N 29 29

Kesehatan_mental

Correlation Coefficient -,235 1,000

Sig. (1-tailed) ,110 .

N 29 29

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAS ,173 29 ,027 ,943 29 ,117

Fungsi_sosial ,324 29 ,000 ,796 29 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Correlations

VAS Fungsi_sosial

Spearman's rho

VAS

Correlation Coefficient 1,000 -,403*

Sig. (1-tailed) . ,015

N 29 29

Fungsi_sosial

Correlation Coefficient -,403* 1,000

Sig. (1-tailed) ,015 .

N 29 29

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAS ,173 29 ,027 ,943 29 ,117

Perasaan_sakit ,138 29 ,165 ,929 29 ,053

(26)

Correlations

VAS PERASAAN_SAKIT

Spearman's rho

VAS

Correlation Coefficient 1,000 -,499**

Sig. (1-tailed) . ,003

N 29 29

PERASAAN_SAKIT

Correlation Coefficient -,499** 1,000

Sig. (1-tailed) ,003 .

N 29 29

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAS ,173 29 ,027 ,943 29 ,117

Keadaan_umum ,135 29 ,190 ,950 29 ,186

a. Lilliefors Significance Correction

Correlations

VAS KEADAAN_UMUM

Spearman's rho

VAS

Correlation Coefficient 1,000 -,330*

Sig. (1-tailed) . ,040

N 29 29

KEADAAN_UMUM

Correlation Coefficient -,330* 1,000

Sig. (1-tailed) ,040 .

N 29 29

(27)

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN 1. Persiapan Proposal

Nama Jumlah Harga Satuan Total

Tinta print 1 Rp 20.000,00 Rp 20.000,00

Kertas A4 1 Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Jilid proposal awal 5 Rp 5.000,00 Rp 25.000,00 Jilid proposal revisi 5 Rp 5.000,00 Rp 25.000,00 Total Rp 110.000,00 2. Taksasi Pengumpulan Data

Memperbanyak kuesioner 25 Rp 400,00 Rp 10.000,00 Memperbanyak lembar

penjelasan

25 Rp 100,00 Rp 2.500,00 Memperbanyak lembar

persetujuan

25 Rp 100,00 Rp 2.500.00 Total Rp 15.000,00 3. Taksasi Analisis data dan revisi

Tinta print 1 Rp 20.000,00 Rp 20.000,00

Kertas A4 1 Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Jilid KTI softcover 5 Rp 5.000,00 Rp 25.000,00

Jilid KTI hardcover 5 Rp 20.000,00 Rp 100.000,00

Total Rp 185.000,00

4. Transportasi Rp 50.000,00

(28)

27

DAFTAR PUSTAKA

Bukit, S.T., 2011. Hubungan gangguan tidur dengan intensitas nyeri pada penderita nyeri punggung bawah dan nyeri kepala primer di RSUP H.

Adam Malik Medan . Available from:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29432/4/Chapter%20II. pdf

Cakrangadinata., 2011. Penerapan Terapi dengan Pendekatan Cognitive Behavioral dalam menurunkan Intensitas Nyeri pada Pasien Nyeri Punggung Bawah (NPB) kronik (suatu studi kasus pada pasien NPB kronik di Rumah Sakit “X” Bandung). Available from: http://repository.maranatha.edu/213/3/0732203_Chapter1.pdf

Chou, R., 2010. Low back pain (chronic). BMJ Clin Evid. 2010; 2010:1116

Duthey, B., 2013. Low Back Pain. Update on 2004 Background paper. World Health Organization.

Ehrlich, G.E., 2003. Low Back Pain. Bulletin of the World Health Organization 81 (9): 671-676.

Engstrom, J.W., 2005. Back and Neck Pain. In: Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., and Jameson, J.L., eds. 2005. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc, 94-104.

Guclu, D.G., Guclu, O., Ozaner, A., Senormanci, O., Konkan, R., 2012. The Relationship Between Disability, Quality of Life and Fear-Avoidance Beliefs in Patients with Chronic Low Back Pain. Turkish Neurosurgery 2012 22(6): 724-731.

Ji, H.H., Hyung, D.K., Hyun, H.S., Huh, B., 2014. Assessment of depression, anxiety, sleep disturbance, and quality of life in patients with chronic low back pain in Korea. Korean J Anesthesiol 66(6): 444-450.

Ketis, Z.K., 2011. Predictors of health-related quality of life and disability in patients with chronic non-specific low back pain. Zdrav Vestn 2011 80: 379-385.

Lionel, K.A., 2014. Risk Factor Forchronic Low Back Pain. J Community Med Health Educ 4:271.

(29)

28

Research and Development. 2015. Medical Outcome Study: 36-Item Short Form Survey Scoring Instruction.

Shim, J., Lee, K., Yoon, S., lee, C., Doh, J., Bae, H., 2014. Chronic Low Back Pain in Young Korean Urban Males: The Life-Time Prevalence and Its Impact on Health Related Quality of Life. J Korean Neurosurg Soc 56(6): 482-487.

Stefane, T., Santos, A.M., Marinovic, A., Hortense, P., 2013. Chronic low back pain: pain intensity, disability and quality of life. Acta Paul Enferm. 2013; 26(1): 14-20.

Wang, J., et al., 2005. Predicting Health-Related Quality of Life in Patients With Low Back Pain. Spine 30(5): 551-555.

Ware, J.E., 2002. SF-36® Health Survey Update. Available from:

http://www.sf-36.org/tools/sf36.shtml

Wheeler, A.H., 2014. Low Back Pain and Sciatica. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1144130-overview

World Health Organization, 1997. WHOQOL Measuring Quality of Life.World

Health Organization.

(30)

15

Kualitas Hidup Intensitas Nyeri

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka konsep

3.2. Definisi Operasional

1. Nyeri Punggung Bawah (NPB)

Nyeri Punggung Bawah adalah diagnosis nyeri punggung yang ditegakkan berdasarkan ICD 10.

2. Intensitas Nyeri

Intensitas Nyeri adalah keadaan tingkatan atau ukuran intensnya rasa sakit. Cara Ukur : wawancara

Alat Ukur : menggunakan VAS yang terdapat dalam kuesioner SF-MPQ Hasil Ukur : Total Skor:

Tidak Nyeri (0-4 mm) Nyeri Ringan (5-44 mm) Nyeri Sedang (45-74 mm) Nyeri Berat (75-100 mm) Skala pengukuran : rasio

3. Kualitas Hidup

Kualitas hidup merupakan konsep yang luas dan terpengaruh terpengaruh secara kompleks dengan kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, keyakinan pribadi, dan hubungan, mereka dengan lingkungannya.

Cara Ukur : Wawancara

(31)

16

Hasil ukur : nilai yang didapat dalam rentang 0% - 100%. Semakin tinggi nilai, semakin baik kualitas hidupnya.

Skala pengukuran : rasio 3.3. Hipotesis

(32)

17

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini digunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas hidup pada penderita Nyeri Punggung Bawah kronis di RSUP HAM Medan.

4.2. Waktu dan Tempat 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2015 4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP HAM Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah pasien yang menderita NPB di RSUP HAM Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah pasien NPB kronis yang berobat jalan di RSUP HAM Medan.

4.3.3. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Pasien NPB kronis yang berobat jalan di poli neurologi RSUP HAM Medan pada periode Oktober sampai November.

2. Memberikan persetujuan ikut dalam penelitian 3. Bisa berbahasa Indonesia.

4.3.4. Kriteria Eksklusi

(33)

18

4.3.5. Besar Sampel

Besar sampel minimal diambil berdasarkan rumus penelitian korelatif dari Sudigdo (2011) :

Keterangan: Zα = deviat baku alfa = 1,96 Zβ = deviat baku beta = 0,842

r = korelasi minimal yang dianggap bermakna = -0,514 (Ketis, 2011)

n = 24,33≈ 25

4.3.6. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara consecutive sampling, dimana semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria

(34)

19

[image:34.595.160.460.154.440.2]

4.3.7. Kerangka Penelitian

Gambar 4.1. Kerangka penelitian

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer. Metode pengumpulan data primer menggunakan kuesioner. Alat pengumpul data dalam penelitian ini berupa lembar pengumpulan data yang meliputi data pribadi, diagnosis, riwayat penyakit terdahulu dan instrumen berupa kuesioner McGill dan SF-36.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Setelah seluruh data yang diperlukan didapat, maka data diperiksa kelengkapan dan ketepatannya. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution).

Analisa data dan penyajian data dilakukan sebagai berikut:

1. Untuk melihat gambaran karakteristik subjek penelitian digunakan analisa deskriptif

Pasien NPB

Kriteria Inklusi

Kuesioner McGill Kuesioner SF-36

Analisa Data

Kriteria Eksklusi

(35)

20

2. Untuk melihat gambaran nyeri penderita NPB kronis digunakan analisa deskriptif

(36)

21

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di poliklinik neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sejak Oktober sampai November 2015.

5.2. Hasil

5.2.1. Analisis Univariat

[image:36.595.114.515.383.700.2]

Dari keseluruhan pasien nyeri punggung bawah kronis yang berobat jalan ke Poli Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Oktober 2015 - November 2015, terdapat 29 pasien nyeri punggung bawah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga diikutkan dalam penelitian.

Tabel 5.1. Gambaran karakteristik subjek penelitian

Karakteristik N %

1. Jenis Kelamin a. Laki-Laki b. Perempuan 2. Suku

a. Batak b. Jawa c. Melayu d. Minang 3. Umur

a. <61 tahun b. >60 tahun 4. Diagnosis

a. HNP

b. Spondilosis Lumbalis

14 15 25 1 2 1 9 20 3 26 48,3% 51,7% 86,2% 3,4% 6,9% 3,4% 31% 69% 10,3% 89,7%

(37)

22

yaitu 20 orang (69%). Sedangkan jumlah terkecil adalah pada usia <61 tahun yaitu 9 orang (31%).

[image:37.595.108.516.278.336.2]

Suku bangsa yang terbanyak adalah suku Batak yaitu 25 orang (86,2%) dan yang paling sedikit adalah Jawa dan Minang yaitu 1 orang (3,4%). Sementara diagnosis yang terbanyak adalah Spondilosis Lumbalis yaitu sebanyak 26 orang (89,7%) dan sisanya 13 orang didiagnosis dengan HNP lumbalis (10,3%).

Tabel 5.2. Tabel karakteristik skor nyeri pada NPB kronis dengan SF-MPQ

Karakteristik skor nyeri Mean SD

Sensorik 4,96 ±4,51

Afektif 2,21 ±2,81

VAS 6,12 ±1,96

Dari 29 pasien nyeri punggung bawah kronis yang mengisi kuesioner McGill, didapatkan karakteristik nyeri yang paling menonjol adalah nyeri sensorik (Mean = 4,96; SD=±4,51) dibandingkan dengan nyeri afektif (Mean = 2,21; SD=±2,81) dan nilai VAS (Mean = 6,12; SD = ±1,96).

Setelah data diuji, ternyata didapatkan distribusi yang tidak normal pada sebagian data (p<0,05). Maka dari itu, uji bivariat yang digunakan adalah uji nonparametrik.

5.2.2. Analisis Bivariat

(38)

23

[image:38.595.107.517.229.373.2]

= 0,003, r = -0,499), hubungan yang bermakna antara VAS dengan Kesehatan Umum dengan nilai kekuatan korelasi yang lemah (p = 0,040, r = -0,330). Sementara hubungan antara VAS dengan Kesehatan Mental didapatkan tidak bermakna dengan nilai kekuatan korelasi yang lemah (p = 0,110, r = -0,235).

Tabel 5.3. Hubungan kualitas hidup dengan intensitas nyeri

Komponen kualitas hidup VAS

r* p value*

Fungsi Fisik -0,606 <0,001

Keterbatasan akibat masalah fisik -0,837 <0,001 Keterbatasan akibat masalah emosional -0,447 0,007

Vitalitas -0,380 0,021

Kesehatan Mental -0,235 0,110

Fungsi Sosial -0,403 0,015

Perasaan Sakit -0,499 0,003

Kesehatan Umum -0,330 0,040

*r dan p value menggunakan uji korelasi Spearman 5.3. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan tujuan untuk melihat hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas hidup pada penderita nyeri punggung bawah.

Pada penelitian ini diagnosis nyeri punggung bawah kronis ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan neurologis kemudian dilakukan pemeriksaan foto lumbosakral. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi kemudian diberikan kuesioner McGill dan kuesioner SF-36.

5.3.1. Karakteristik subjek penelitian.

(39)

24

Stefane et al pada tahun 2011, dari 97 partisipan nyeri punggung bawah didapatkan 67 perempuan (69,07%) dan 30 pria (30,93%). Studi dari Ji et al pada tahun 2014, dari 47 penderita nyeri punggung bawah kronik djumpai 28 orang (59,6%) perempuan dan 19 orang (40,4%) pria.

Kelompok umur penderita nyeri punggung bawah terbanyak pada studi ini adalah >60 tahun (69%). Berdasarkan studi dari Stefane, 2011, dijumpai kelompok umur penderita nyeri punggung bawah terbanyak adalah >60 tahun. 5.3.2. Hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas hidup

Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara VAS dengan kualitas hidup. Berdasarkan kuesioner SF-36 yang digunakan pada penelitian ini, hampir semua elemen yang dinilai memberikan hasil yang bermakna kecuali untuk kesehatan mental (p = 0,110, r = -0,235). Studi yang dilakukan oleh Guclu et al pada tahun 2012, dimana hasil studi yang dilakukan juga memberikan hasil yang bermakna pada fungsi fisik (p =<0,01, r = -0,477), keterbatasan akibat masalah fisik (p= 0.005, r = 0,277), vitalitas (p= 0,002, r = -0,304), kesehatan mental (p = 0,002, r = -0,305) dan perasaan sakit (p = 0,0333, r = -0,214).

Sementara berdasarkan studi yang dilakukan oleh Shim et al pada tahun 2014 pada pria muda di Korea. Studi ini membandingkan kelompok penderita nyeri punggung bawah dengan kelompok yang sehat didapatkan hasil yang bermakna untuk fungsi fisik, fungsi sosial, vitalitas, perasaan sakit, kesehatan umum, keterbatasan akibat masalah ekonomi dan keterbatasan akibat masalah fisik dengan p= <0,001. Sementara untuk kesehatan mental juga dijumpai hubungan yang tidak bermakna p= 0,154. Elemen kesehatan mental merupakan penilaian yang valid untuk status mental dan berguna untuk skrining gangguan psikiatri.

(40)

25

sosial dan lingkungan tidak didapatkan hubungan yang bermakna.

Berdasarkan studi Wang et al, 2005, menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara HRQOL dengan intensitas nyeri (p = <0,01, r = -0,25). Dari pemeriksaan fisik, hanya lumbosacral radiculopathy dengan HRQOL yang menunjukkan hubungan yang bermakna dengan korelasi sangat lemah (p = <0,01, r = -0,20).

Ji et al, 2014, penelitiannya menunjukkan adanya hubungan yang bemakna antara kualitas hidup dengan nyeri punggung bawah kronis (p = 0,01). Ji et al juga menggunakan kuesioner SF-36, dimana dari delapan komponen semuanya mempunyai hubungan yang bermakna, bukan hanya komponen fisik tetapi juga mental. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor fisik dan fungsi psikologi terganggu pada penderita nyeri punggung bawah kronis.

Hart, 1988 dalam Shim, 2014, menjelaskan tentang “sickness response” yaitu pembatasan pergerakan dan kekuatan sebagai pertahanan terhadap injury atau stressor. Ketiga sitokin, interleukin (IL)-1, IL-6, dan tumor necrosis factor-α sebagai sitokin proinflamatori (PICs). Dimana PICs ini memulai kaskade kejadian seluler, mempengaruhi dan memperberat nyeri dengan mengaktivasi sistem sel glial di susunan saraf pusat, sehingga timbul depresi akibat adanya perubahan aksis hypothalamus-pituitary-adrenal, gangguan tidur akibat perubahan sekresi serotonin dan dopamin. Hal ini membuktikan bahwa nyeri punggung bawah kronis dan depresi mempunyai patofisiologi yang sama. Sehingga bisa dijelaskan bahwa nyeri yang hebat atau mood depresi bisa terjadi tanpa kerusakan jaringan atau perubahan patologik.

(41)

26

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan beberapa hal sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis bivariat, didapatkan hubungan yang bermakna antara VAS dengan kualitas hidup, terutama ada komponen fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, keterbatasan akibat masalah emosional, vitalitas, fungsi sosial, perasaan sakit, dan kesehatan umum

2. Dari 29 responden penderita nyeri punggung bawah berdasarkan kuesioner McGill didapatkan nyeri sensorik lebih menonjol dibandingkan nyeri afektif 3. Dari 29 responden nyeri punggung bawah terdiri dari 15 perempuan (51,7%)

dan 14 laki-laki (48,3%)

4. Berdasarkan gambaran karakteristik subjek penelitian, diagnosis responden terbanyak adalah spondilosis lumbalis, 26 orang (89,7%)

6.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Dalam bidang penelitian, perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar, waktu yang lebih lama dan desain penelitian menggunakan pre-test, post-test design

2. Untuk petugas medis diharapkan dapat memberikan penatalaksanaan nyeri pada pasien dengan baik sehingga kualitas hidup pasien bisa ditingkatkan. 3. Untuk pasien disarankan agar rutin menjalani fisioterapi sehingga intensitas

(42)

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nyeri Punggung Bawah 2.1.1. Definisi

Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain) (Sadeli dkk, 2001 dalam Bukit, 2011). 2.1.2. Epidemiologi

NPB kronis merupakan penyebab paling umum disabilitas pada penduduk Amerika yang berusia lebih muda dari 45 tahun. Tiap tahun, 3 – 4 % dari populasi Amerika Serikat mengalami kecacatan sementara. NPB telah dikutip sebagai alasan tersering kedua untuk mengunjungi dokter karena kondisi kronis, alasan tersering kelima untuk rawat inap, dan alasan tersering ketiga untuk prosedur pembedahan. Dampak sosioekonomi pada NPB kronis sangat besar (Wheeler, 2014).

2.1.3. Klasifikasi

Menurut WHO (2013) berdasarkan lamanya, NPB dapat dibagi atas 3, yaitu: 1. NPB akut yang berlangsung < 6 minggu

2. NPB subakut yang berlangsung 6 – 12 minggu 3. NPB kronis yang berlangsung > 12 minggu 2.1.4. Faktor Resiko

Menurut Lionel (2014), Faktor resiko yang berhubungan dengan timbulnya NPB adalah sebagai berikut:

1. Postur yang buruk

(43)

4

NPB (Makhsous et al, 2009 dalam Lionel, 2014). Degenerasi diskus merupakan salah satu penyebab paling umum NPB kronis. Hal ini bisa terjadi akibat aktivitas fisik berat, trauma, postur bungkuk, postur balik belakang, pekerjaan non netral yang berkepanjangan (Omair et al, 2013 dalam Lionel, 2014).

2. Aktivitas fisik yang kurang

Nyeri Punggung Bawah berhubungan dengan aktivitas fisik yang kurang seperti duduk menonton televisi atau video (Skoffer et al, 2008 dalam Lionel, 2014). Menurut Lee et al (2012) dalam Lionel (2014), Pasien NPB kronis yang mengalami inhibisi refleks akibat nyeri mengalami atrofi otot punggung dan kaku pada ligamen-ligamen dan sendi-sendi punggung. Pasien yang mengurangi aktivitas mereka akibat nyeri dan kaku mengakibatkan kelemahan otot. Hal ini akan memperburuk nyeri dalam sebuah lingkaran setan.

3. Gen yang terkait dengan NPB

Penelitian terkini menunjukkan bahwa hereditas berperan dalam degenerasi diskus dan juga herniasi diskus intervertebralis (Zhang et al, 2008 dalam Lionel 2014). Kecepatan perkembangan degenerasi diskus mungkin dikontrol oleh faktor genetik (Williams et al, 2008 dalam Lionel, 2014). Interleukin-1 merupakan salah satu sitokin paling penting yang terlibat dalam proses degenerasi diskus intervertebralis. Degenerasi diskus intervertebralis menunjukkan peningkatan sepuluh kali ekspresi reseptor interleukin-1 dibandingkan diskus intervertebralis yang tidak berdegenerasi (El-Metwally et al, 2008 dalam Lionel, 2014).

4. Edukasi yang rendah

(44)

5

5. Asupan nutrisi yang buruk

Kurangnya asupan protein bisa meningkatkan resiko kelemahan energi protein dan menyebabkan kelemahan otot (Kovesdy, Shinaberger, Kalantar, 2010 dalam Lionel, 2014). Kelemahan otot bagian gluteal dan spinal dihubungkan dengan perkembangan NPB (Bewyer et al , 2009 dalam Lionel, 2014).

6. Latar belakang sosioekonomi yang rendah

Banyak studi yang melaporkan bahwa individu-individu dengan posisi sosioekonomi tinggi secara fisik lebih aktif dibandingkan individu-individu dengan posisi sosioekonomi rendah (Beenackers et al, 2012 dalam Lionel, 2014). Berolahraga secara teratur berguna dalam pencegahan NPB (Karunanayake et al, 2013 dalam Lionel, 2014). Menurut Suri et al (2012) dalam Lionel (2014). Aktivitas fisik berguna dalam mencegah resiko terkena aterosklerosis. Aterosklerosis pembuluh darah merupakan salah satu penyebab degenerasi diskus. Degenerasi diskus merupakan suatu penyebab penting NPB.

7. Konsumsi alkohol

Seseorang yang mengonsumsi alkohol memiliki resiko terkena NPB dua kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang bukan merupakan pengonsumsi alkohol (Karunanayake et al, 2013 dalam Lionel, 2014). Peningkatan intensitas dan frekuensi konsumsi alkohol secara statistik dihubungkan dengan penambahan berat badan (French et al, 2010 dalam Lionel, 2014). Studi menunjukkan berat badan berlebih memiliki hubungan yang signifikan dengan nyeri radikular lumbo-sacral (Shiri et al, 2007 dalam Lionel, 2014). Peningkatan IMT juga dihubungkan dengan peningkatan resiko untuk berkembangnya herniasi diskus lumbalis (Schumann et al, 2010 dalam Lionel, 2014).

8. Kehamilan

(45)

6

9. Overweight

Berat badan berlebih dihubungkan dengan nyeri radikular lumbo-sakral (Shiri et al, 2007 dalam Lionel, 2014). Hasil dari studi case control menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara peningkatan IMT dengan herniasi diskus lumbalis pada pria dan wanita (Schumann et al, 2010 dalam Lionel, 2014). Herniasi diskus lumbalis merupakan sebuah penyebab penting NPB dan nyeri radikular lumbo-sakral (Zhang et al, 2008 dalam Lionel, 2014).

10. Underweight

Studi yang dilakukan di Sri Lanka pada perempuan menunjukkan bahwa kondisi underweight juga beresiko terkena NPB (Karunanayake et al, 2006 dalam Lionel,

2014). Individu dengan penyakit anoreksia nervosa memliki indeks massa tubuh yang rendah. Osteoporosis merupakan sebuah komplikasi dari anoreksia nervosa dan dihubungkann dengan peningkatan resiko dua sampai tiga kali untuk mengalami fraktur vertebra (Lawson et al, 2010 dalam Lionel, 2014). Fraktur kompresi vertebra merupakan penyebab penting dari NPB dan dihubungkan dengan penurunan kualitas hidup yang signifikan (Tseng et al, 2012 dalam Lionel, 2014).

2.1.5. Etiologi

Menurut John dalam Harrison (2005), penyebab NPB dapat dibagi atas: 1. Kelainan kongenital spinal lumbalis

Spondilosis adalah defek tulang pada pars interarticularis dari vertebra; penyebabnya bisa berupa fraktur stress/tekanan pada segmen abnormal kongenital. Defek biasanya paling bagus dilihat dengan proyeksi oblique pada x-ray datar atau CT scan dan muncul dalam keadaan cedera tunggal, diikuti cedera atau pertumbuhan minor. Spondilolisthesis adalah terselipnya corpus vertebra ke anterior. Spondilolisthesis berhubungan dengan spondylolysis dan penyakit degeneratif spinal.

2. Trauma

(46)

7

dihasilkan oleh cedera yang menyebabkan kompresi atau penekanan anterior. Fraktur vertebral akibat trauma disebabkan jatuh dari ketinggian, deselerasi tiba-tiba pada kecelakaan, atau cedera langsung.

3. Penyakit diskus lumbalis

Penyakit diskus adalah penyebab paling umum nyeri punggung kronis atau rekuren dan biasanya terjadi pada level L4-L5 dan level L5-S1, tetapi juga bisa terjadi pada level lumbalis bagian atas. Penyebabnya biasanya tidak diketahui dan faktor resiko meningkat dalam individu overweight. Sindroma kauda ekuina biasanya diakibatkan rupturnya diskus intervertebralis lumbosakaral, fraktur spinal lumbo-sakral, hematoma dalam kanalis spinalis, tumor yang menekan, atau lesi massa lainnya.

4. Kondisi Degeneratif

Stenosis spinal lumbalis dideskripsikan sebagani kanalis spinal lumbalis yang menyempit. Ketika penyakit ini bertambah parah , klaudikasi neurogenik, yang terdiri dari nyeri punggung, kaki dan bokong yang diinduksi dengan berjalan atau berdiri serta dihilangkan dengan duduk, bisa terjadi. Gejala pada kaki biasanya bilateral. Berbeda dengan klaudikasi vaskular, gejala diprovokasi dengan berdiri tanpa berjalan.

5. Arthritis

Spondylosis, atau penyakit osteoarthritis spinal, biasanya muncul pada usia lanjut

(47)

8

6. Neoplasma

Nyeri punggung merupakan gejala paling umum pada pasien dengan kanker sistemik dan biasanya disebabkan metastasis vertebralis. Karsinoma metastasis (payudara, paru, prostat, tiroid, ginjal, saluran pencernaan), multiple myeloma, limfoma non Hodgkin’s dan Hodgkin’s sering melibatkan spinal. Nyeri yang dirasakan cenderung konstan, tumpul, tidak hilang oleh istirahat, dan bertambah parah saat malam.

7. Infeksi/Inflamasi

Osteomielitis vertebralis biasanya disebabkan oleh stafilokokus, tetapi bisa juga disebabkan oleh bakteri lain atau mikobakterium tuberkulosis (Pott’s disease). Sumber primer infeksi cenderung adalah saluran kemih, kulit, atau paru, didapatkan pada 40% pasien. Nyeri dieksaserbasi oleh pergerakan dan tidak hilang oleh istirahat, pembengkakkan spinal diatas segmen spinal yang terlibat, peningkatan laju endap darah adalah penemuan yang umum didapat.

8. Penyebab metabolik

Immobilisasi atau kelainan sistemik yang mendasari seperti osteomalasia, hiperparatiroid, hipertiroid, multiple myeloma, karsinoma metastasis, atau penggunaan glukokortikoid bisa mempercepat osteoporosis dan membuat korpus vertebra lemah. Penyebab paling umum fraktur korpus vertebra yang bukan disebabkan trauma adalah osteoporosis postmenopausal atau senile. Manifestasi tunggal dari fraktur kompresi bisa berupa nyeri yang terlokalisir yang dieksaserbasi oleh pergerakan.

9. Nyeri yang dialihkan dari penyakit visceral

Penyakit dari toraks, abdomen, atau pelvis bisa mengalihkan nyeri ke bagian posterior dari segmen spinalis yang menginervasi organ yang terkena. Tanda lokal seperti nyeri pada saat palpasi dan spasme paraspinal tidak ditemukan dan sedikit atau pergerakan spinal yang tidak menimbulkan nyeri.

10. Penyebab lainnya

(48)

9

atau penyalahgunaan substansi, status kecemasan yang kronis, atau depresi. Banyak pasien dengan nyeri punggung bawah kronis memiliki riwayat penyakit kejiwaan atau trauma masa kecil yang mendahului timbulnya nyeri punggung. Penyebab nyeri punggung bawah kadang-kadang pada beberapa kasus tidak jelas. Walaupun beberapa pasien menjalani bermacam-macam operasi untuk penyakit diskus, nyeri dan disabilitas tetap persisten.

2.1.6. Penilaian Intensitas Nyeri

Komponen utama dari SF-911 MPQ (Short-Form McGill Pain Quetionnaire) terdiri dari 15 kata (11 sensorik; 4 afektif) yang dinilai pada skala

intensitas sebagai 0= tidak ada, 1 = ringan, 2= sedang, atau 3= berat. Tiga skor nyeri yang berasal dari jumlah nilai peringkat intensitas kata-kata yang dipilih untuk sensorik, afektif dan jumlah deskriptor. SF-MPQ juga termasuk Present Pain Intensity (PPI) indeks dari MPQ standar dan visual analog scale (VAS).

SF-MPQ juga terbukti cukup sensitif untuk menunjukkan perbedaan akibat pengobatan pada tingkat statistik sebanding dengan yang diperoleh dengan bentuk standar. SF-MPQ menunjukkan janji sebagai alat yang berguna dalam situasi dimana MPQ standar membutuhkan waktu terlalu lama untuk mengelola, namun informasi kualitatif yang diinginkan dan PPI dan VAS tidak memadai (Melzack, 1987).

2.2. Kualitas Hidup 2.2.1. Definisi

(49)

10

2.2.2. Short Form 36 sebagai alat ukur kualitas hidup

Kualitas hidup pasien dapat diukur dengan menggunakan survei kesehatan short form 36. Short Form-36 memiliki 2 komponen utama yaitu skala yaitu fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, nyeri tubuh, dan kesehatan umum. Komponen mental juga terdiri atas 4 skala yaitu vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan akibat masalah emosional, dan kesehatan mental. Masing-masing skala memiliki 2-10 item yang akan dinilai dengan pertanyaan. Jumlah keseluruhan pertanyaan yang akan dinilai terdapat 36 buah (Ware, 2002).

Short Form-36 pada awalnya diterbitkan pada tahun 1988 dan bentuk

akhirnya pada tahun 1990. Pada tahun 1996, SF-36 mulai dievaluasi dengan versi 2.0 (SF-36v2™) dengan bentuk pertanyaan yang lebih sederhana, peningkatan jangkauan serta ketepatan untuk dua fungsi peran skala, dan lebih mudah digunakan. Berdasarkan waktu penggunaannya, SF – 36 dapat digunakan pada 2 periode pengukuran (2-type recall), yaitu pengukuran standar ( > 4-minggu) dan akut (<1 minggu). Pengukuran kualitas hidup dengan SF-36 telah didokumentasikan pada hampir 4.000 publikasi (Ware, 2002).

2.2.3. Cara pengukuran

(50)

11

Tabel 2.1. Kuesioner SF 36 Pertanyaan

1. Secara umum, bagaimana pendapat anda mengenai kondisi kesehatan anda?

2. Dibandingkan dengan satu tahun yang lalu, bagaimanakah kondisi kesehatan anda saat ini?

3. Pertanyaan berikut berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin anda lakukan sehari-hari. Apakah kondisi kesehatan anda sekarang membatasi diri anda untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut? Jika ya, sejauh mana?

A. Kegiatan yang menguras energi, seperti berlari, mengangkat beban berat, ikut serta dalam olah raga berat.

B. Kegiatan yang tidak terlalu menguras energi, seperti memindahkan meja, bersepeda dan bekerja di kebun/halaman

C. Membawa barang keperluan sehari-hari, seperti belanjaan D. Naik tangga lebih dari 1 tingkat

E. Naik tangga 1 tingkat F. Membungkuk atau berlutut G. Berjalan lebih dari 1,6 kilometer H. Berjalan beberapa blok atau gang I. Berjalan satu blok atau satu gang J. Mandi dan berpakaian sendiri

4. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda mengalami masalah berikut ini yang disebabkan oleh kondisi kesehatan fisik anda?

A. Mengurangi jumlah jam yang anda pakai untuk bekerja dan melakukan kegiatan lain

B. Tidak mencapai yang anda inginkan

C. Terbatas dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan lain

D. Mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan lain, misalnya memerlukan waktu lebih lama

5. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda mengalami masalah berikut ini yang disebabkan oleh gangguan emosional anda, seperti depresi atau cemas?

A. Mengurangi jumlah jam yang anda pakai untuk bekerja dan melakukan kegiatan lain

B. Tidak mencapai yang anda inginkan

C. Tidak dapat melakukan pekerjaan atau kegiatan lain secermat biasanya 6. Selama 4 minggu terakhir, apakah masalah kesehatan dan gangguan emosional anda mengganggu kegiatan sosial yang biasa anda lakukan dengan keluarga, teman, tetangga, atau kelompok?

7. Seberapa berat nyeri yang anda rasakan selama empat minggu terakhir? 8. Selama empat minggu terakhir, bagaimana rasa nyeri mengganggu anda

dalam kegiatan sehari-hari (baik pekerjaan/kegiatan didalam dan diluar rumah)?

(51)

12

Tabel 2.2. Lanjutan kuesioner SF 36

masing-masing pertanyaan, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan apa yang anda rasakan. Seberapa sering anda merasakannya dalam kurun waktu empat minggu terakhir.

A. Apakah anda merasa penuh semangat? B. Apakah anda merasa gelisah?

C. Apakah anda merasa putus asa dan kecewa seolah-olah tidak ada orang lain yang dapat membahagiakan anda?

D. Apakah anda merasa tenang dan damai? E. Apakah anda merasa memiliki banyak tenaga? F. Apakah anda merasa murung dan sedih? G. Apakah anda merasa jenuh?

H. Apakah anda merasa bahagia? I. Apakah anda merasa lelah?

10. Selama empat minggu terakhir, sejauh mana masalah kesehatan dan gangguan emosional anda mengganggu kegiatan sosial yang anda lakukan? (misalnya:mengunjungi teman, keluarga, dll)

11. Benarkah atau Salahkah pernyataan berikut ini?

A. Saya cenderung lebih mudah sakit daripada orang lain B. Saya sehat seperti orang lain yang saya kenal

C. Saya berharap kesehatan saya akan memburuk D. Kesehatan saya sempurna

(52)

13

Tabel 2.3. Konversi skor item SF-36

Nomor pertanyaan Kategori Respon Skor 1, 2, 20, 22, 34, 36

3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,

12

13, 14, 15, 16, 17, 18, 19

21, 23, 26, 27, 30

24, 25, 28, 29, 31

32, 33, 35

1 →

2 →

3 →

4 →

5 →

1 →

2 →

3 →

1 →

2 →

1 →

2 →

3 →

4 →

5 →

6 →

1 →

2 →

3 →

4 →

5 →

6 →

1 →

2 →

3 →

4 →

5 →

[image:52.595.111.424.113.633.2]
(53)
[image:53.595.109.545.118.328.2]

14

Tabel 2.4. Daftar pertanyaan berdasarkan skala

Skala Jumlah

Pertanyaan

Nomor Pertanyaan Fungsi Fisik

Keterbatasan akibat masalah fisik Keterbatasan akibat masalah emosional Vitalitas Kesehatan mental Fungsi sosial Perasaan sakit/nyeri Kesehatan umum 10 4 3 4 5 2 2 5

3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12

13, 14, 15, 16

17, 18, 19

23, 27, 29, 31

24, 25, 26, 28, 30

20, 32

21, 22

1, 33, 34, 35, 36

(RAND, 2015)

2.3. Hubungan Intensitas Nyeri dengan Kualitas Hidup

Nyeri Punggung Bawah penyebab utama disabilitas dan mempengaruhi kualitas hidup (WHO, 2003). Wang et al (2005) dalam penelitiannya pada 232 orang di Taiwan menemukan korelasi negatif antara kualitas hidup dengan intensitas nyeri pada penderita NPB kronis. Di Slovenia, studi menunjukkan intensitas nyeri, tingkat depresi dan berbagai faktor lainnya mempengaruhi disabilitas dan kualitas hidup pasien (Ketis, 2011).

Guclu et al menemukan adanya korelasi intensitas nyeri dengan 2 skala kualitas hidup yaitu fungsi fisik serta keterbatasan akibat masalah fisik. Sebuah korelasi negatif yang lemah-sedang ditemukan antara fungsi fisik dengan intensitas nyeri. Korelasi ini menunjukkan semakin bertambah intensitas nyeri, semakin berkurang fungsi fisik dari pasien. Keterbatasan akibat masalah fisik dengan intensitas nyeri juga menunjukkan korelasi negatif lemah-sedang. Hal ini berarti nilai keterbatasan akibat masalah fisik rendah ketika intensitas nyeri tinggi (Guclu et al, 2012).

(54)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan masalah kesehatan dunia yang sangat umum dan penyebab utama disabilitas. Nyeri Punggung Bawah mempengaruhi segala tingkatan usia masyarakat, mulai dari anak-anak sampai lansia. Nyeri Punggung Bawah muncul dengan proporsi yang sama pada semua budaya, turut campur dengan kualitas hidup dan prestasi kerja, dan merupakan alasan paling umum untuk konsultasi medis (World Health Organization, 2003). Prevalensi NPB diperkirakan mencapai 60-70 % pada negara-negara industri (WHO, 2013).

Di Indonesia, pada tahun 2003, dilaporkan prevalensi seumur hidup NPB antara 59,3% - 62,4% dan prevalensi tahunan antara 20,9% - 31,2% (Handono, 2003 dalam Cakrangadinata, 2011).

Kualitas hidup pasien dapat diukur dengan menggunakan survei kesehatan Short Form-36. Short Form-36 memiliki 2 komponen utama yaitu komponen fisik

yang terdiri atas 4 skala yaitu fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, nyeri tubuh, dan kesehatan umum. Komponen mental yang juga terdiri atas 4 skala yaitu vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan akibat masalah emosional, dan kesehatan mental. Masing-masing skala memiliki 2 – 10 item yang akan dinilai dengan pertanyaan. Jumlah keseluruhan pertanyaan yang akan dinilai terdapat 36 buah (Ware, 2002).

(55)

2

(Guclu et al, 2012). Sebuah studi mengenai kualitas hidup pada penderita NPB juga menunjukkan bahwa terdapat penurunan skor kualitas hidup pada kelompok penderita dibanding kelompok kontrol. Kualitas hidup penderita mengalami penurunan yang signifikan di 8 skala kualitas hidup yang menunjukkan bukan hanya komponen fisik saja yang mengalami penurunan tetapi komponen mental juga mengalami penurunan (Ji et al, 2014).

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kualitas hidup dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah kronis.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana terdapat hubungan antara kualitas hidup pasien dengan intensitas nyeri?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana hubungan kualitas hidup dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah kronis di RSUP H.Adam Malik Medan. 1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui gambaran nyeri pada pasien NPB kronis 2. Mengetahui gambaran karakteristik pasien NPB kronis 1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat. 1.4.2. Bagi ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan tambahan informasi bagi penelitian berikutnya.

1.4.3. Bagi peneliti

(56)

iv

ABSTRAK

Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan masalah kesehatan dunia yang sangat umum dan penyebab utama disabilitas. Sebuah studi mengenai kualitas hidup pada penderita NPB juga menunjukkan bahwa terdapat penurunan skor kualitas hidup pada kelompok penderita dibanding kelompok kontrol.

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas hidup pada penderita nyeri punggung bawah kronis.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan potong lintang. Sampel adalah pasien nyeri punggung bawah kronis yang berobat jalan di poliklinik neurologi RSUP H. Adam Malik Medan. Data diambil menggunakan kuesioner SF-36 untuk mengetahui kualitas hidup, SF-911 MPQ untuk intensitas nyeri. Jumlah responden adalah 29 pasien.

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara VAS dengan fungsi fisik (p = <0,001, r = -0,606), VAS dengan keterbatasan akibat masalah fisik (p = <0,001, r = -0,837), VAS dengan keterbatasan akibat masalah emosional (p = 0,007, r = -0,447), VAS dengan vitalitas (p = 0,021, r = -0,380), VAS dan fungsi sosial (p = 0,015, r = -0,403), VAS dengan perasaan sakit (p = 0,003, r = -0,499), hubungan yang bermakna antara VAS dengan kesehatan umum (p = 0,040, r = -0,330). Sementara hubungan tidak bermakna antara VAS dan kesehatan mental (p = 0,110, r = -0,235).

Penulis pada penelitian ini menyimpulkan bahwa dijumpai hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas hidup pada penderita nyeri punggung bawah kronis.

(57)

v

ABSTRACT

Low back pain is a very common health problem and a major cause of

disability. A study showed lower quality of life in patients with low back pain in

comparison with control group.

This study was intended to assess correlation between pain intensity and

quality of life in patients with chronic low back pain.

This study used cross-sectional approach. The samples were chronic low

back pain patients from neurology outpatient clinic at RSUP H. Adam Malik Medan. Data was taken using 36 questionnaire to assess quality of life , SF-911 MPQ to assess pain intensity. Total subjects in this study was 29 patients.

The result showed significant correlation between VAS and physical

functioning (p = <0,001, r = -0,606); VAS and role limitations due to physical

health problems (p = <0,001, r = -0,837); VAS and role limitations due to mental

health problems (p = 0,007, r = -0,447); VAS and vitality (p = 0,021, r = -0,380);

VAS and social functioning (p = 0,015, r = -0,403); VAS and pain (p = 0,003, r =

-0,499); VAS and general health (p = 0,040, r = -0,330). Meanwhile, there was no

significant correlation between VAS and mental health (p = 0,110, r = -0,235).

The author concluded that there is a correlation between pain intensity

and quality of life in chronic low back pain patient.

(58)

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH KRONIS DI RSUP HAM

MEDAN

Oleh: KEVIN HOCIN

120100319

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(59)

i

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH KRONIS DI RSUP HAM

MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

NAMA : KEVIN HOCIN NIM : 120100319

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(60)
(61)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penelitian ini dengan judul “Hubungan Intensitas Nyeri dengan Kualitas Hidup pada penderita Nyeri Punggung Bawah kronis di RSUP HAM Medan” sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran.

Penulis menyadari penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Irina Kemala Nasution, Sp.S selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak arahan, petunjuk dan masukan dalam langkah-langkah penulisan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

yang telah membantu dan memberi ilmu.

4. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa kepada penulis.

5. Sahabat-sahabat penulis yang bersama-sama telah membantu dan saling mendukung.

6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari karya tulis ilmiah penelitian ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan selanjutnya. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

(62)

iv

ABSTRAK

Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan masalah kesehatan dunia yang sangat umum dan penyebab utama disabilitas. Sebuah studi mengenai kualitas hidup pada penderita NPB juga menunjukkan bahwa terdapat penurunan skor kualitas hidup pada kelompok penderita dibanding kelompok kontrol.

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas hidup pada penderita nyeri punggung bawah kronis.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan potong lintang. Sampel adalah pasien nyeri punggung bawah kronis yang berobat jalan di poliklinik neurologi RSUP H. Adam Malik Medan. Data diambil menggunakan kuesioner SF-36 untuk mengetahui kualitas hidup, SF-911 MPQ untuk intensitas nyeri. Jumlah responden adalah 29 pasien.

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara VAS dengan fungsi fisik (p = <0,001, r = -0,606), VAS dengan keterbatasan akibat masalah fisik (p = <0,001, r = -0,837), VAS dengan keterbatasan akibat masalah emosional (p = 0,007, r = -0,447), VAS dengan vitalitas (p = 0,021, r = -0,380), VAS dan fungsi sosial (p = 0,015, r = -0,403), VAS dengan perasaan sakit (p = 0,003, r = -0,499), hubungan yang bermakna antara VAS dengan kesehatan umum (p = 0,040, r = -0,330). Sementara hubungan tidak bermakna antara VAS dan kesehatan mental (p = 0,110, r = -0,235).

Penulis pada penelitian ini menyimpulkan bahwa dijumpai hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas hidup pada penderita nyeri punggung bawah kronis.

(63)

v

ABSTRACT

Low back pain is a very common health problem and a major cause of

disability. A study showed lower quality of life in patients with low back pain in

comparison with control group.

This study was intended to assess correlation between pain intensity and

quality of life in patients with chronic low back pain.

This study used cross-sectional approach. The samples were chronic low

back pain patients from neurology outpatient clinic at RSUP H. Adam Malik Medan. Data was taken using 36 questionnaire to assess quality of life , SF-911 MPQ to assess pain intensity. Total subjects in this study was 29 patients.

The result showed significant correlation between VAS and physical

functioning (p = <0,001, r = -0,606); VAS and role limitations due to physical

health problems (p = <0,001, r = -0,837); VAS and role limitations due to mental

health problems (p = 0,007, r = -0,447); VAS and vitality (p = 0,021, r = -0,380);

VAS and social functioning (p = 0,015, r = -0,403); VAS and pain (p = 0,003, r =

-0,499); VAS and general health (p = 0,040, r = -0,330). Meanwhile, there was no

significant correlation between VAS and mental health (p = 0,110, r = -0,235).

The author concluded that there is a correlation between pain intensity

and quality of life in chronic low back pain patient.

(64)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR SINGKATAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus... 2

1.4. Manfaat Penelitian... 2

1.4.1. Bagi masyarakat... 2

1.4.2. Bagi ilmu pengetahuan... 2

1.4.3. Bagi peneliti... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1. Nyeri Punggung Bawah... 3

2.1.1. Definisi... 3

2.1.2. Epidemiologi... 3

2.1.3. Klasifikasi... 3

2.1.4. Faktor Resiko... 3

(65)

vii

2.1.6. Penilaian Intensitas Nyeri... 9

2.2. Kualitas Hidup... 9

2.2.1. Definisi... 9

2.2.2. Short Form 36 sebagai alat ukur kualitas hidup... 10

2.2.3. Cara Pengukuran... 10

2.3. Hubungan Intensitas Nyeri dengan Kualitas Hidup... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 15

3.2. Definisi Operasional... 15

3.3. Hipotesis... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Jenis penelitian... 17

4.2. Waktu dan Tempat... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 17

4.3.1. Populasi... 17

4.3.2. Sampel... 17

4.3.3. Kriteria Inklusi... 17

4.3.4. Kriteria Eksklusi... 17

4.3.5. Besar Sampel... 18

4.3.6. Teknik Penarikan Sampel... 18

4.3.7. Kerangka Penelitian... 19

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 19

4.5. Metode Analisa Data... 19

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 21

5.1. Lokasi Penelitian... ... 21

5.2. Hasil... 21

5.2.1. Analisis Univariat... 21

(66)

viii

5.3. Pembahasan... 23

5.3.1. Karakteristik subjek penelitian... 23

5.3.2. Hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas hidup.. 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 26

6.1. Kesimpulan... 26

6.2. Saran... 26

(67)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka konsep 15

(68)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kuesioner SF-36 11

2.2 Lanjutan kuesioner SF-36 12

2.3 Konversi skor item SF-36 13

2.4 Daftar pertanyaan berdasarkan skala 14

5.1 Gambaran karakteristik subjek penelitian 21

5.2 Tabel karakteristik skor nyeri pada NPB kronis dengan SF-MPQ

22

(69)

xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan Untuk Menjadi Subjek Penelitian

Lampiran 4 Lembar Kuesioner Short Form-36 (SF-36)

Lampiran 5 Lembar Kuesioner Short Form-911 McGill Pain Questionnaire Lampiran 6 Surat Ethical Clearance

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Lampiran 8 Data Induk

(70)

xii

DAFTAR SINGKATAN HLA Human Leukocyte Antigen HNP Herniated Nucleus Pulposus HRQOL Health-Related Qualiy of Life

ICD-10 International Classification of Disease-10

IL-1 Interleukin-1

IL-6 Interleukin-6

IMT Indeks Massa Tubuh

NPB Nyeri Punggung Bawah

PICs Pro-Inflammatory cytokines PPI Present Pain Intensity RAND Research And Development SD Standard Deviation

SF-36 Short Form-36

SF-911 MPQ Short Form-911 McGill Pain Quetionnaire VAS Visual Analog Scale

Gambar

Gambar 4.1. Kerangka penelitian
Tabel 5.1. Gambaran karakteristik subjek penelitian
Tabel 5.2. Tabel karakteristik skor nyeri pada NPB kronis dengan SF-MPQ
Tabel 5.3. Hubungan kualitas hidup dengan intensitas nyeri
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

One of the important and strategic investments made this year, the company is investing in Division of DOS (Drilling &amp; Oilfield Services) in the form of

[r]

Diabetes merupakan keadaan yang timbul karena ketidakmampuan tubuh mengolah karbohidrat/ glukosa akibat kurangnya jumlah insulin atau insulin tidak berfungsi

ELSA-8 is the first eco-green Accommodation Work Barge (AWB) in Indonesia, owned by ELNUSA and will work for Total E &amp; P Indonesie (TEPI) in the Mahakam Delta, East

[r]

dan/atau direksi dan komisaris, atau yang setara dengan direksi dan komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

Jakarta, 22 nd April 2015 – PT Elnusa Tbk (Elnusa), one of the leading national company providing energy services, reported the Company's performance of first quarter in 2015 with