Lampiran.1 Kuesioner
NO Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
1 Pria 50-59 Tahun ≤ SMU DLL Rp 1,1-3 Juta
2 Pria 50-59 Tahun D3 BUMN Rp 3,1-5 Juta
3 Wanita 20-29 Tahun D3 PNS Rp 1,1-3 Juta
4 Wanita 20-29 Tahun S1 PNS Rp 1,1-3 Juta
5 Wanita 20-29 Tahun S1 PNS Rp 1,1-3 Juta
6 Pria 50-59 Tahun S1 BUMN Rp 5,1-10 Juta
7 Pria 50-59 Tahun S1 BUMN Rp 5,1-10 Juta
8 Wanita 30-39 Tahun S1 PNS Rp 3,1-5 Juta
9 Wanita 30-39 Tahun S1 PNS Rp 1,1-3 Juta
10 Pria 20-29 Tahun D3 Wiraswasta Rp 1,1-3 Juta 11 Pria 20-29 Tahun D3 Wiraswasta Rp 1,1-3 Juta
12 Wanita 40-49 Tahun S1 DLL Rp 3,1-5 Juta
13 Pria 20-29 Tahun D3 Wiraswasta Rp 1,1-3 Juta 14 Pria 20-29 Tahun D3 Wiraswasta ≤ Rp 1 Juta 15 Wanita 20-29 Tahun ≤ SMU Mahasiswa ≤ Rp 1 Juta
16 Pria 50-59 Tahun ≤ SMU DLL Rp 1,1-3 Juta
17 Wanita 20-29 Tahun ≤ SMU Mahasiswa ≤ Rp 1 Juta
18 Pria 20-29 Tahun D3 PNS Rp 1,1-3 Juta
19 Pria 40-49 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
20 Pria 20-29 Tahun S1 PNS Rp 1,1-3 Juta
21 Pria 20-29 Tahun S1 PNS Rp 1,1-3 Juta
22 Wanita 20-29 Tahun S1 Wiraswasta Rp 1,1-3 Juta
23 Pria 20-29 Tahun D3 BUMN Rp 1,1-3 Juta
24 Pria 20-29 Tahun D3 BUMN Rp 1,1-3 Juta
25 Pria 20-29 Tahun D3 BUMN Rp 1,1-3 Juta
26 Wanita 30-39 Tahun S1 PNS Rp 3,1-5 Juta
27 Pria 20-29 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
28 Pria 20-29 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
29 Pria 20-29 Tahun D3 BUMN Rp 1,1-3 Juta
30 Wanita 30-39 Tahun S1 PNS Rp 1,1-3 Juta
31 Pria 20-29 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
32 Pria 20-29 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
33 Pria 30-39 Tahun D3 PNS Rp 3,1-5 Juta
34 Pria 30-39 Tahun D3 PNS Rp 3,1-5 Juta
35 Wanita 20-29 Tahun ≤ SMU Mahasiswa ≤ Rp 1 Juta 36 Wanita 20-29 Tahun D3 Wiraswasta ≤ Rp 1 Juta
37 Pria 30-39 Tahun S1 PNS Rp 1,1-3 Juta
39 Pria 40-49 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
40 Wanita 40-49 Tahun S1 DLL Rp 3,1-5 Juta
41 Pria 20-29 Tahun D3 Mahasiswa ≤ Rp 1 Juta 42 Wanita 20-29 Tahun D3 Wiraswasta ≤ Rp 1 Juta 43 Pria 20-29 Tahun ≤ SMU Mahasiswa ≤ Rp 1 Juta 44 Pria 20-29 Tahun ≤ SMU Mahasiswa ≤ Rp 1 Juta 45 Pria 20-29 Tahun ≤ SMU Mahasiswa ≤ Rp 1 Juta 46 Pria 20-29 Tahun ≤ SMU Mahasiswa ≤ Rp 1 Juta
47 Wanita 40-49 Tahun D3 BUMN Rp 1,1-3 Juta
48 Pria 40-49 Tahun S1 PNS Rp 5,1-10 Juta
49 Wanita 40-49 Tahun S2 BUMN Rp 5,1-10 Juta
50 Pria 40-49 Tahun S2 PNS Rp 5,1-10 Juta
51 Pria 40-49 Tahun D3 PNS Rp 3,1-5 Juta
52 Pria 40-49 Tahun D3 PNS Rp 3,1-5 Juta
53 Pria 40-49 Tahun D3 PNS Rp 3,1-5 Juta
54 Wanita 20-29 Tahun ≤ SMU Mahasiswa ≤ Rp 1 Juta
55 Wanita 30-39 Tahun D3 BUMN Rp 1,1-3 Juta
56 Pria 40-49 Tahun D3 PNS Rp 1,1-3 Juta
57 Pria 40-49 Tahun D3 PNS Rp 1,1-3 Juta
58 Pria 40-49 Tahun D3 PNS Rp 1,1-3 Juta
59 Wanita 30-39 Tahun D3 BUMN Rp 1,1-3 Juta
60 Pria 40-49 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
61 Pria 40-49 Tahun S2 BUMN > Rp 10 Juta
62 Wanita 30-39 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
63 Wanita 30-39 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
64 Pria 40-49 Tahun D3 PNS Rp 3,1-5 Juta
65 Pria 40-49 Tahun D3 PNS Rp 3,1-5 Juta
66 Wanita 50-59 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
67 Wanita 50-59 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
68 Pria 30-39 Tahun < SMU Wiraswasta Rp 3,1-5 Juta 69 Pria 30-39 Tahun < SMU Wiraswasta Rp 3,1-5 Juta 70 Wanita 30-39 Tahun D3 Wiraswasta Rp 1,1-3 Juta
71 Pria 30-39 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
72 Pria 30-39 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
73 Pria 30-39 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
74 Wanita > 60 Tahun S1 DLL Rp 3,1-5 Juta 75 Pria 30-39 Tahun S1 Wiraswasta Rp 1,1-3 Juta 76 Pria 30-39 Tahun < SMU Wiraswasta Rp 3,1-5 Juta 77 Pria 30-39 Tahun < SMU Wiraswasta Rp 3,1-5 Juta
78 Wanita 50-59 Tahun S1 BUMN Rp 1,1-3 Juta
80 Pria 30-39 Tahun S1 Wiraswasta Rp 1,1-3 Juta 81 Pria 30-39 Tahun D3 Wiraswasta Rp 1,1-3 Juta
82 Wanita 50-59 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
83 Wanita 50-59 Tahun S1 BUMN Rp 1,1-3 Juta
84 Wanita 50-59 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
85 Pria 40-49 Tahun D3 PNS Rp 3,1-5 Juta
86 Wanita 50-59 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
87 Wanita 50-59 Tahun S1 BUMN Rp 3,1-5 Juta
88 Pria 40-49 Tahun S1 PNS Rp 3,1-5 Juta
89 Wanita 30-39 Tahun D3 BUMN Rp 1,1-3 Juta
90 Wanita 30-39 Tahun D3 BUMN Rp 1,1-3 Juta
91 Pria 40-49 Tahun S1 PNS Rp 3,1-5 Juta
92 Pria 40-49 Tahun S1 PNS Rp 3,1-5 Juta
93 Wanita 50-59 Tahun S2 BUMN Rp 5,1-10 Juta
94 Pria 40-49 Tahun S3 BUMN Rp 5,1-10 Juta
95 Wanita 50-59 Tahun S2 BUMN Rp 5,1-10 Juta
96 Pria 40-49 Tahun S2 BUMN Rp 5,1-10 Juta
97 Wanita 40-49 Tahun D3 BUMN Rp 1,1-3 Juta
Lampiran.2 Kuisioner sebelum Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Petunjuk pengisian
Berilah tanda silang (X) pada huruf yang mewakili jawaban. Pilih jawaban
yang sesuai dengan anda dengan cara member tanda silang (X) pada
pertanyaan bagian I, dan pilihlah jawaban yang sesuai dengan pandangan
anda dengan memberitanda check (√) pada salah satu pilihan yang disediakan
pada pertanyaan bagian II dengan ketentuan sebagai berikut:
SS = Apabila anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut.
S = Apabila anda Setuju dengan pernyataan tersebut.
KS = Apabila anda Kurang Setuju dengan pernyataan tersebut.
TS = Apabila anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut.
STS = Apabila anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut.
Bagian I
Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Jumlah Anggota Keluarga :
Bagian II
1. Apa pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?
a. PNS
b. Mahasiswa
c. Wiraswasta
d. Pegawai BUMN/Karyawan
2. Apa pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
a. Doktor (S3)
b. PascaSarjana (S2)
c. Sarjana (S1)
d. Diploma (D3)
e. SMU atau kurang
3. Berapa umur Bapak/Ibu?
a. 20 tahun – 29 tahun b. 30 tahun – 39 tahun c. 40 tahun – 49 tahun d. 50 tahun – 60 tahun e. > 60 tahun
4. Berapakah Jumlah penghasilan perbulan Bapak/Ibu?
a. ≤ Rp 1 Juta
b. Rp 1,1 juta – 3 juta c. Rp 3,1 juta – 5 juta d. Rp 5,1 juta – 10 juta e. > 10 juta
Bagian III
1. Darimana Bapak/Ibu mendapat info mengenai Bank Syariah
a. Melalui media Massa
b. Internet
c. Melalui Pihak Bank Syariah
d. Melalui Media Cetak
a) Variabel Keyakinan
No. Pernyataan SS S KS TS STS
1 Kurangnya pengetahuan dan keyakinan masyarakat muslim bahwa bunga bank haram 2 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bagi
hasil
3 Menabung di bank syariah sama saja dengan menabung di bank konvensional
4 Bank syariah lebih sehat daripada bank konvensional
b) Variabel Historis
No. Pernyataan SS S KS TS STS
1 Bank Konvensional lebih dahulu ada daripada bank syariah di kabupaten deli serdang
2 Karena bank konvesional muncul pertama kali di Kabupaten Deli Serdang, maka jaringanya lebih luas dibandingkan bank syariah
3 Masyarakat telah terbiasa dengan sistem bunga dibandingkan dengan bagi hasil yang relatif baru
c) Variabel Lokasi
No. Pernyataan SS S KS TS STS
1 Lokasi Bank Syariah kurang strategis.
2 Bank Syariah tidak mudah di temukan di Kab. Deli Serdang
3 Lokasi ATM Bank Syariah sulit ditemukan di pusat perbelanjaan
Lampiran.3 Tabel R
Tabel r Product Moment
Pada Sig.0,05 (Two Tail)
N r N r N r N r N r N r
1 0.997 41 0.301 81 0.216 121 0.177 161 0.154 201 0.138
2 0.95 42 0.297 82 0.215 122 0.176 162 0.153 202 0.137
3 0.878 43 0.294 83 0.213 123 0.176 163 0.153 203 0.137
4 0.811 44 0.291 84 0.212 124 0.175 164 0.152 204 0.137
5 0.754 45 0.288 85 0.211 125 0.174 165 0.152 205 0.136
6 0.707 46 0.285 86 0.21 126 0.174 166 0.151 206 0.136
7 0.666 47 0.282 87 0.208 127 0.173 167 0.151 207 0.136
8 0.632 48 0.279 88 0.207 128 0.172 168 0.151 208 0.135
9 0.602 49 0.276 89 0.206 129 0.172 169 0.15 209 0.135
10 0.576 50 0.273 90 0.205 130 0.171 170 0.15 210 0.135
11 0.553 51 0.271 91 0.204 131 0.17 171 0.149 211 0.134
12 0.532 52 0.268 92 0.203 132 0.17 172 0.149 212 0.134
13 0.514 53 0.266 93 0.202 133 0.169 173 0.148 213 0.134
14 0.497 54 0.263 94 0.201 134 0.168 174 0.148 214 0.134
15 0.482 55 0.261 95 0.2 135 0.168 175 0.148 215 0.133
16 0.468 56 0.259 96 0.199 136 0.167 176 0.147 216 0.133
17 0.456 57 0.256 97 0.198 137 0.167 177 0.147 217 0.133
18 0.444 58 0.254 98 0.197 138 0.166 178 0.146 218 0.132
20 0.423 60 0.25 100 0.195 140 0.165 180 0.146 220 0.132
21 0.413 61 0.248 101 0.194 141 0.164 181 0.145 221 0.131
22 0.404 62 0.246 102 0.193 142 0.164 182 0.145 222 0.131
23 0.396 63 0.244 103 0.192 143 0.163 183 0.144 223 0.131
24 0.388 64 0.242 104 0.191 144 0.163 184 0.144 224 0.131
25 0.381 65 0.24 105 0.19 145 0.162 185 0.144 225 0.13
26 0.374 66 0.239 106 0.189 146 0.161 186 0.143 226 0.13
27 0.367 67 0.237 107 0.188 147 0.161 187 0.143 227 0.13
28 0.361 68 0.235 108 0.187 148 0.16 188 0.142 228 0.129
29 0.355 69 0.234 109 0.187 149 0.16 189 0.142 229 0.129
30 0.349 70 0.232 110 0.186 150 0.159 190 0.142 230 0.129
31 0.344 71 0.23 111 0.185 151 0.159 191 0.141 231 0.129
32 0.339 72 0.229 112 0.184 152 0.158 192 0.141 232 0.128
33 0.334 73 0.227 113 0.183 153 0.158 193 0.141 233 0.128
34 0.329 74 0.226 114 0.182 154 0.157 194 0.14 234 0.128
35 0.325 75 0.224 115 0.182 155 0.157 195 0.14 235 0.127
36 0.32 76 0.223 116 0.181 156 0.156 196 0.139 236 0.127
37 0.316 77 0.221 117 0.18 157 0.156 197 0.139 237 0.127
38 0.312 78 0.22 118 0.179 158 0.155 198 0.139 238 0.127
39 0.308 79 0.219 119 0.179 159 0.155 199 0.138 239 0.126
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema Insani
Press, 2001.
Arief, Sri Tua, 1993. Metode Penelitian Ekonomi. Jakarta: Universitas Indonesia
Ascarya, Diana Yumanita. 2005. Bank Syariah: Gambaran Umum. Indonesia: PPSK BI.
Aziz, Akmal, 2013. Pengertian dan ciri-ciri Bank Syariah. Diakses 18 Maret 2014 dari http://akmalaziz.wordpress.com/2013/11/30/pengertian-dan-ciri-ciri-bank-syariah/
Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, 2010. Hasil Sensus Penduduk
Kabupaten Deli Serdang: Data Agregat per Kecamatan.
http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/1212.pdf
Dendawijaya, lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Hafshah, Nabela.2012. Karakteristik Bank Syariah. Diakses 18 Maret 2014 dari Husein, Umar, 2000. Metodologi Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hendrawan, heru, 2004. Analis perilaku nasabah tabungan abc cabang tebet
setelah fatwa MUI menganai bunga bank. Bandung: MB-IPB
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama, Mata Pencaharian http://sumut.bps.go.id (10 Maret 2014)
http://www.deliserdangkab.go.id/, (10 Maret 2014
Husein Umar, 2003, Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
Islami, Dinul, 2013. Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia. http://dinulislami.blogspot.com/2013/02/sejarah-perbankan-syariah-di-indonesia.html?m=0 (28 Februari 2014)
Karakteristik Bank Syariah. www.fimadani.com/karakteristik-bank-syariah/ (22 Maret 2014)
Lubis, Irsyad. 2010. Bank & Lembaga Keuangan Lain, Medan: USU Press
Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN Sudarsono, Heri. 2003. Bank Lembaga Keuangan Syariah:
Deskripsi dan Ilustrasi, Ekonisia, Yogyakarta.
Nasution, Alwi Reza, 2006. Analisis Potensi Dan Preferensi Masyarakat
Terhadap Bank Syariah Di Kota Medan, Tesis.
Perwataatmadja, Karnaen dan Muhammad Syafii Antonio, 1997. Apa dan
Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta : Dana Bhakti wakaf
Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia, http://www.sinarharapan.co.id/ ekonomi/ Keuangan/ 2005/ 0103/keu2.html (7 Juli 2014)
Priaji, Vita Widyan. 2011. Skripsi: “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi
Menabung di Bank Syariah”
Sasono, Hery, 2012. Persepsi Masyarakat Terhadap Bank Syariah. http://hery-sasono.blogspot.com/2012/07/persepsi-masyarakat-terhadap-bank.html (7 Maret 2014)
Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen. Bandung. Kencana.
Sugiarto, Dergibson Siagian. 2002. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam
pelaksanaannya akan menganalisis dan menginterpretasi mengenai arti dari data
yang telah diperoleh. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain
(Sugiyono, 2008:5)
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kurangnya
minat masyarakat muslim menabung terhadap bank syariah di kabupaten Deli
Serdang. Dalam hal ini variabel yang diteliti antara lain faktor syariah (agama),
faktor sarana, faktor sosialisasi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Deli Serdang. Dengan waktu
penelitian dari bulan Maret 2014 hingga bulan Mei 2014.
3.3 Batasan Operasional
Agar penelitian lebih terarah dan terpusat, maka penulis perlu menggunakan
pembatasan masalah antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Deli Serdang
masyarakat muslim menabung di bank syariah.
3.4 Definisi Operasional
1. Aspek historis adalah pengetahuan nasabah mengetahui bahwa Bank
Konvensional lebih dahulu muncul daripada Bank Syariah
2. Aspek pelayanan adalah tindakan yang diterima nasabah di Bank syariah
di Kabupaten Deli Serdang
3. Aspek lokasi (jarak) adalah jarak tempat tinggal responden ke Bank
tempat menabung.
3.5 Skala pengukuran variabel
Dalam pengukuran variabel ini penulis menggunakan kuesioner untuk
mengukur skala variabel. Pengukuran menggunakan data ordinal dan data
interval. Data ordinal adalah data yang berbentuk peringkat atau rangking. Data
interval adalah data yang jaraknya sama tapi tidak memiliki nilai 0
absolut/mutlak. Data ditabulasi dengan menggunakan skala likert yang
menggunakan data interval. Dimana jawaban yang diberikan memiliki
skala(Wood,2005) :
5 = Sangat setuju dengan skor 5
4 = Setuju dengan skor 4
3 = Kurang setuju dengan skor 3
2 = Tidak setuju dengan skor 2
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek ataupun objek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2006:72). Populasi
dalam penelitian ini adalah masyarakat umum di Kabupaten Deli Serdang.
Populasi dalam penelitian ini digolongkan ke dalam populasi yang terbatas,
dimana yang menjadi objek adalah penduduk Kabupaten Deli Serdang. yang
berjumlah 1.845.615 jiwa (BPS 2012)
Sampel merupakan bagian kecil dari populasi. Dengan menggunakan
sampel, maka dapat diperoleh suatu ukuran yang dinamakan statistik. Sampel
adalah kumpulan elemen yang sifatnya tidak menyeluruh melainkan hanya
sebagian dari populasi saja (Arief:1993). Sedangkan menurut (Jalil, 1997:4),
sampel adalah anggota yang memberikan keterangan atau data yang di perlukan
dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang ditentukan oleh
peneliti adalah sebesar 100 orang dengan jumlah penduduk Kabupaten Deli
Serdang dalam angka sebesar 1.845.615 jiwa (BPS 2012) yang didapat dengan
menggunakan Rumus Slovin dengan taraf signifikansi 0,10 sebagai berikut :
� = + ��²�
� = + , ²
� = , (dibulatkan menjadi 100 orang)
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
siapa saja yang kebetulan ditemui peneliti di lokasi penelitian yaitu di Kabupaten
Deli Serdang dimana kuesioner dibagikan kepada masyarakat muslim di sekitar
kabupaten Deli Serdang.
3.7 Jenis Data
1. Data primer adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber asli untuk
tujuan tertentu, data tersebut diperoleh secara langsung oleh penulis dari
responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan cara
memberikan daftar pertanyaan (questionnaire) dan melakukan wawancara.
2. Data sekunder adalah data yang di peroleh dari data yang sudah diolah, yang
diperoleh melalui jurnal, skripsi, studi kepustakaan, Majalah, buku-buku
yang terkait dengan penelitian ini dan website untuk mendukung penelitian
ini.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam
sebuah penelitian. Metode pengumpulan data pada prinsipnya berfungsi untuk
mengungkapkan variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini metode
pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden yaitu masyarakat yang
2. Wawancara
Wawancara atau mengadakan tanya jawab kepada masyarakat yang tidak
menabung di bank syariah.
3. Studi Kepustakaan
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang
sedang diteliti dimana informasi ini diperoleh dari penelitian terdahulu,
karangan-karangan ilmiah, laporan tahunan badan-badan tertentu,
ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik
lain.
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitas
Uji Validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi
(content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan
instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2006). Ada tiga
macam uji validitas yaitu, validitas isi (content validity), validitas konstruk
(construct validity), dan validitas empiris. Dalam penelitian ini digunakan uji
validitas konstruk (construct validity) yang digunakan untuk menilai apakah data
hasil kuisioner sudah benar – benar valid untuk mengukur variabel penelitian.
Dengan menggunakan 10 responden uji validitas dan α sebesar 5% maka
nilai r tabel adalah sebesar 0,602 dengan ketentuan yaitu, apabila nilai r hitung ≤
0,602 maka item pertanyaan yang diuji tidak valid atau tidak dapat digunakan
apabila nilai r hitung ≥ 0,602 maka item pertanyaan yang diuji valid dan dapat
digunakan sebagai item pertanyaan dalam kuisioner penelitian. Maka dengan uji
validitas yang dilakukan di dapat hasil sebagai berikut :
Tabel 3.1 Hasil Pengolahan Uji Validitas Menggunakan SPSS Statistic 22
Korelasi Antara Nilai Korelasi r
Nilai r Tabel (n=10, , α=5%
Keterangan Kesimpula n
Item no. 1 dengan
Total 0,726
0,602
r Positif,
rhitung> rtabel Valid
Item no. 2 dengan
Total 0,779
r Positif,
rhitung> rtabel Valid
Item no. 3 dengan
Total 0,732
r Positif,
rhitung> rtabel Valid
Item no. 4 dengan
Total 0,769
r Negatif,
rhitung< rtabel Valid
Item no. 5 dengan
Total 0,714
r Positif,
rhitung> rtabel Valid
Item no. 6 dengan
Total 0,826
r Positif,
rhitung> rtabel Valid
Item no. 7 dengan
Total 0,632
r Positif,
rhitung> rtabel Valid
Item no. 8 dengan
Total 0,661
r Positif,
rhitung> rtabel Valid
Item no. 9 dengan
Total 0,668
r Positif,
rhitung> rtabel Valid
Item no. 10 dengan
Total 0,775
r Positif,
rhitung> rtabel Valid
Item no. 11 dengan
Total 0,667
r Positif,
rhitung> rtabel Valid
Dari Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa korelasi item pertanyaan dengan item
total dari masing – masing variabel > dari r tabel sebesar 0,602 (df=11-2 dengan
alpha 0.05). Maka semua item dinyatakan Valid karena setiap Variabel > 0,602.
3.9.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat kesamaan data
dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan
data yang sama (Sugiyono, 2008:121).
Menurut Imam Ghozali (2002), instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang
tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh ≥ 0,60. Hasil Uji Reliabilitas yang
menggunakan SPSS Statistic 22
Suatu variabel dinyatakan realibel apabila nilai cronbach alpha > 0.600.
Hasil pengolahan data untuk uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Hasil Pengolahan Uji Realibitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
pertanyaan1 36,5000 43,167 ,743 ,885
pertanyaan2 36,3000 50,233 ,699 ,890
pertanyaan3 37,7000 48,678 ,649 ,890
pertanyaan4 36,9000 56,767 ,052 ,911
pertanyaan5 37,1000 47,433 ,672 ,889
pertanyaan6 36,7000 48,900 ,769 ,886
pertanyaan7 37,5000 43,611 ,713 ,887
pertanyaan8 36,8000 46,178 ,642 ,891
pertanyaan9 36,6000 49,600 ,618 ,892
pertanyaan10 36,8000 48,622 ,739 ,887
pertnyaan11 37,1000 43,656 ,722 ,886
Hasil pengolahan data pada tabel 3.2 diatas dapat dilihat nilai seluruh
cronbach alpha > 0.600, dengan demikian semua data realibel.
3.10 Teknik Analisis
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
statistik deskriptif yakni dengan mencari nilai mean, median, modus, dan lainnya
dari data yang telah diperoleh di lapangan dengan menggunakan kuisioner
penelitian. Setelah itu data yang di peroleh di analisis sehingga diperoleh
gambaran yang menunjukkan kurangnya minat masyarakat muslim menabung di
bank syariah dengan menggunakan kuisioner penelitian.
Statistik deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang
dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun
tentang gugus induknya yang lebih besar. Contoh statistik deskriptif yang sering
muncul adalah tabel, diagram, grafik, dan besaran-besaran lain di majalah dan
koran-koran. Dengan Statistik deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan
tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari
kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistik deskriptif
ini antara lain ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Dari 100 orang responden yang diambil sebagai sampel, responden dalam
penelitian ini adalah Masyarakat Muslim pengguna Bank Konvensional yang
tidak memiliki rekening di Bank syariah dan masyarakat yang tidak memiliki
rekening di bank manapun. Karakteristik dalam penelitian ini dapat diliat dari
tabel berikut :
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi
(orang)
Persentase (%)
Pria 63 63,00
Wanita 37 37,00
Jumlah 100 100,00
Sumber : Data primer yang diolah,2014
Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui jumlah responden pria paling dominan
yaitu 63 orang atau 63% dari total responden, sedangkan responden wanita 37
orang atau 37% dari jumlah responden yang terpilih. Hal ini dikarenakan jumlah
pria lebih banyak pada lokasi yang dijadikan tempat penyebaran kuesioner.
4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tingkat umur responden juga bervariasi mulai dari kurang dari 20 Tahun
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi
(orang)
Persentase (%)
20 – 29 30 30,00
30 – 39 24 24,00
40 – 49 28 28,00
50 – 59 14 14,00
> 60 5 5,00
Jumlah 100 100
Sumber : Data primer yang diolah,2014
Berdasarkan analisis terhadap umur nasabah yang menjadi responden
penelitian, ternyata responden dominan sebagian besar berumur antara 20-29
tahun sebanyak 30 orang atau 30% dari total responden. Sedangkan yang berumur
lebih dari 40-49 tahun sebanyak 28 orang atau 28% dari total responden yang
menempatkan di posisi kedua. Responden yang berumur 30 – 39 sebanyak 24
orang atau 24% dari total responden yang ada. Responden yang berumur 50 – 40
sebanyak 14 orang atau 14% dari total responden, Sedangkan yang berumur lebih
60 tahun sebanyak 5 orang atau 5% dari total responden. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa banyaknya masyarakat yang tidak menabung di Bank
Syariah mayoritas berumur dewasa antara rentang umur 20 – 39 tahun.
4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Responden dikelompokkan kedalam 5 kelompok pendidikan yaitu S3, S2,
S1, D3, SMU atau kurang Proporsi pendidikan resonden dapat diihat melalui tabel
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Frekuensi
(orang)
Persentase (%)
S3 1 1,00
S2 7 7,00
S1 43 33,00
D3 34 29,00
SMU atau kurang 15 30,00
Jumlah 100 100
Sumber : Data primer yang diolah,2014
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat diketahui pendidikan responden yang
paling dominan yaitu S1 sebesar 43 orang atau 43% dari total responden, yang
diikuti oleh yang berpendidikan SMU atau kurang sebanyak 15 orang atau 15%
dari total responden. Kemudian D3 34 orang atau 34%, sedangkan untuk tingkat
S2 sebesar 7 orang dengan persentase 7% dan terakhir untuk S3 hanya 1 orang
atau 1%. . Hal ini mengidentifikasikan bahwa banyaknya masyarakat yang tidak
menabung di Bank Syariah mayoritas berpendidikan S1.
4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Responden di kelompokkan menjadi 4 jenis pekerjaan, yaitu PNS,
wirausaha, Mahasiswa, Wiraswasta, Pegawai BUMN/Karyawan,. Proporsi
pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Frekuensi Orang Persentase
PNS 26 23%
Wirausaha 21 17%
Pegawai
BUMN/Karyawan 39 39%
Mahasiswa 9 16%
Lain – lain 5 5%
Dari tabel 4.4 diatas, dapat dilihat pekerjaan yang paling dominan adalah
Pegawai BUMN/Karyawan sebanyak 39 orang atau 39% dari total responden.
PNS sebanyak 26 orang atau 26% , Mahasiswa 9 orang atau 9%, Wirausaha
sebanyak 21 orang atau 21%, sedangkan pekerjaan Lainnya berjumlah 5 orang
atau 5% dari total responden
4.1.4 Karakteristik Berdasarkan Penghasilan Per Bulan
Tingkat pengahasilan masyarakat dari tabel 4.5 dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan Penghasilan Jumlah Responden Persentase
≤ Rp 1 juta 14 14%
Rp 1,1 juta – 3 juta 37 37%
Rp 3,1 juta – 5 juta 29 29%
Rp 5,1 juta – 10 juta 12 12%
> Rp 10 juta 3 3%
Sumber : Data primer yang diolah,2014
Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat perolehan pendapatan mulai dari ≤1 juta
jumlah respondennya sebanyak 14 responden dengan jumlah persentasenya 14%,
dan pendapatan dari 1,1 juta-3 juta dengan jumlah respondennya sebanyak 37
respoden dengan persentase 37%, serta jumlah pendapatan 3,1 juta-5 juta dengan
jumlah responden 29% dengan persentase, dari jumlah pendapatan mulai dari 5,1
juta-10 juta jumlah respondennya sebanyak 12 responden dengan jumlah
persentasenya 12%, dan yang terakhir >10 juta sebanyak 3 responden jumlah
Tabel 4.6 Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin, Usia, dan Pekerjaan Responden
Jenis Kelami
n
Usia
Pekerjaan
Total PNS Wirasw
asta BUMN Mahasiswa DLL
Pria
20 – 29 Tahun 3 4 8 5 0 20
30 – 39 Tahun 2 8 3 0 0 13
40 – 49 Tahun 14 3 6 0 0 23
50 – 59 Tahun 0 0 3 0 2 5
> 60 Tahun 0 2 0 0 0 2
Total 19 17 20 5 2 63
Wanita
20 – 29 Tahun 3 3 0 4 0 10
30 – 39 Tahun 4 1 6 0 0 11
40 – 49 Tahun 0 0 5 0 0 5
50 – 59 Tahun 0 0 8 0 2 10
> 60 Tahun 0 0 0 0 1 1
Total 7 4 19 4 3 37
Sumber : Data primer yang diolah,2014
Dari tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang
mempunyai jumlah terbanyak adalah PNS, yaitu berjenis kelamin Laki-laki
dengan jumlah 14 orang dan berusia 40 - 49 tahun. Hal ini juga berarti bahwa
golongan pekerjaan sebagai PNS saat ini didominasi oleh Laki-laki yang berusia
produktif. Sedangkan, responden dengan jumlah terkecil berprofesi sebagai
pengusaha berusia 30 - 39 tahun berjumlah 1 orang perempuan, hal ini juga dapat
Gambar 4.1 Jenis Kelamin, Usia, dan Pekerjaan Responden Laki-laki
Gambar 4.2 Jenis Kelamin, Usia, dan Pekerjaan Responden Perempuan 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
20-29 Tahun 30-39 Tahun 40-49 Tahun 50-59 Tahun 6 Tahun
PNS
Wiswasta
BUMN
Mahasiswa
DLL 0
2 4 6 8 10 12 14 16
20-29 Tahun 30-39 Tahun 40-49 Tahun 50 - 59 Tahun 6 Tahun
PNS
Wiraswasta
BUMN
Mahasiswa
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin, Penghasilan, dan Tingkat Pendidikan
Jenis
Kelamin Penghasilan
Tingkat Pendidikan
Total
S3 S2 S1 D3 ≤ SMU
Pria
≤ Rp 1 juta 0 0 0 4 4 8
Rp 1,1 juta – 3 Juta 0 0 7 11 3 21 Rp 3,1 Juta – 5 Juta 0 0 13 9 4 26
Rp 5,1 – 10 Juta 1 2 2 0 2 7
> 10 Juta 0 3 0 0 0 3
Total 1 5 22 24 13 63
Wanita
≤ Rp 1 juta 0 0 0 2 4 6
Rp 1,1 juta – 3 Juta 0 0 8 8 0 16 Rp 3,1 Juta – 5 Juta 0 0 13 0 0 13
Rp 5,1 – 10 Juta 0 2 0 0 0 2
> 10 Juta 0 0 0 0 0 0
Total 0 2 21 10 4 37
Sumber : Data Primer yang diolah, 2014
Dari tabel 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang
mempunyai jumlah terbanyak adalah S1, yaitu berjenis kelamin Laki-laki dengan
jumlah 13 orang dan tingkat penghasilan Rp 3,1 Juta – 5 Juta. Hal ini juga berarti
bahwa tingkat pendidikan S1 dengan tingkat Penghasilan Rp 3,1 Juta – 5 Juta saat
ini didominasi oleh Laki-laki. Sedangkan, responden dengan jumlah terkecil
mempunyai tingkat penghasilan Rp 5,1 Juta – 10 Juta dengan Tingkat Pendidikan
S3 (Doctor) berjumlah 1 orang Laki - laki, Hal ini juga dapat dijelaskan pada
Gambar 4.3 Jenis Kelamin, Penghasilan, dan Tingkat Pendidikan
Gambar 4.4 Jenis Kelamin, Penghasilan, dan Tingkat Pendidikan 0 2 4 6 8 10 12 14
Rp Juta Rp 1,1 juta - 3 Juta
Rp 3,1 Juta - 5 Juta
Rp 5,1 - 10 Juta
> 10 Juta
S3 S2 S1 D3 SMU 0 2 4 6 8 10 12 14
Rp Juta Rp 1,1 -3 Juta Rp3,1 - 5 Juta Rp 5,1 - 10 Juta
> 10 Juta
S3
S2
S1
4.2 Informasi Mengenai Bank Syariah
Dari hasil penelitian kuesioner yang dilakukan di Kabupaten Deli Serdang
ada banyak cara responden mendapatkan Informasi mengenai bank syariah yaitu
dapat dilihat dari tabel 4.7 dibawah ini:
Tabel 4.8 Info Bank Syariah No. Darimana Informasi
Bank Syariah Didapat
Jumlah Responden
Persentase
1 Melalui Media Massa 47 47%
2 Internet 14 14%
3 Melalui Pihak Bank Syariah
23 23%
4 Melalui Media Cetak 14 14%
5 Lainnya 2 2%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data Primer yang diolah,2014
Dari tabel 4.8 di atas, ternyata, Masyarakat Kabupaten Deli Serdang yang
bukan nasabah Bank Syariah paling banyak mendapatkan informasi mengenai
bank syariah melalui Media Massa, itu terlihat dari 100 responden ada sebanyak
47 orang atau 47% menyatakan mendapat informasi bank syariah melalui media
massa. Jika dibandingkan dengan sumber informasi yang lain seperti dari pihak
bank syariah sebesar 23 orang atau 23%, media cetak sebanyak 14 orang atau 14
responden, melalui internet berjumlah 14 orang atau 14% dan melalui sumber
lainnya sebanyak 2 orang atau 2% saja.
4.3 Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Minat Masyarakat Muslim Menabung di Bank Syariah
Ada 3 aspek yang menjadi faktor – faktor yang mempengaruhi kurangnya
minat masyarakat muslim menabung di Bank Syariah di Kabupaten Deli Serdang
1. Keyakinan
2. Historis dan
3. Lokasi
Dari hasil penelitian ini maka preferensi masyarakat muslim dalam memilih
institusi pembayaran zakat dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.9 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kurangnya Minat Masyarakat Muslim Menabung di Bank Syariah N
o. Aspek Pernyataan
S S S
K S T S S TS
1 Keyak inan
a) Kurangnya pengetahuan dan keyakinan Masyarakat muslim bahwa bunga bank haram
2 5
5 5
1
6 4 0
b) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bagi hasil 1 6 6 8 1
5 0 1
c) Menabung di bank syariah sama saja dengan menabung di bank syariah
1 4
7 0
1
6 0 0
d) Bank syariah lebih sehat daripada bank
konvensional 8
4 6
3 3
1 3 0
2 Histor is
a) Bank konvensional lebih dahulu ada daripada bank konvensional 2 7 4 7 2
5 1 0 b) Karena bank konvensional muncul pertama
kali di kabupaten Deli Serdang, maka jaringannya lebih luas dibandingkanbank syariah 1 8 6 4 1
8 1 0
c) Masyarakat telah terbiasa dengan sistem bunga dibandingkan dengan bagi hasil yang relatif baru 2 1 5 9 1
5 5 0
3 Lokasi
a) Lokasi Bank Syariah kurang strategis 2 5
5 4
1
8 3 0
b)Bank Syariah tidak mudah di temukan di Kab. Deli Serdang 2 5 6 5 1
c)Lokasi ATM Bank Syariah sulit ditemukan di pusat perbelanjaan
2 7
5 7
1
6 0 0
d)Lokasi Bank Syariah tidak mudah dijangkau transportasi mum
2 5
6 1
1
0 4 0
Berdasarkan Tabel 4.9 jawaban responden di dominasi oleh aspek Lokasi
diikuti aspek keyakinan dan terakhir historis, penjelasan respon masyarakat
terhadap aspek lokasi adalah sebagai berikut:
1. Pernyataan b. Bank Syariah tidak mudah di temukan di Kab. Deli Serdang,
dipilih sebanyak 90 responden (25 responden sangat setuju dan 65
responden setuju). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengetahui bahwa bank syariah di daerah kawasan Deli serdang masih
jarang didaerah tersebut.
2. Pernyataan d. Lokasi Bank Syariah tidak mudah dijangkau transportasi
umum, dipilih 86 responden (25 responden sangat setuju dan 61 responden
setuju). Hal ini menunjukkan Bank Syariah di kabupaten deli serdang
tidak mudah di jangkau transportasi Umum
3. Pernyataan c. Lokasi ATM Bank syariah tidak mudah ditemukan di
kabupaten Deli Serdang, dipilih 84 responden (27 responden sangat setuju
dan 61 responden setuju). Hal ini menunjukkan bahwa memang lokasi
4. Pernyataan a. Lokasi Bank Syariah kurang strategis, dipilih 79 responden
(25 responden sangat setuju dan 54 responden setuju) . hal ini
menunujukkan bahwa bank syariah harus dapat meninjau lokasi yang
strategis.
Dari deskripsi aspek Lokasi Bank Syariah di atas menunjukkan bahwa
kurangnya minat masyarakat muslim menabung di bank syariah di Kabupaten
Deli Serdang di dominasi oleh aspek Lokasi sebagai acuan utama responden
dalam mempengaruhi minat masyarakat muslim menabung di Bank syariah di
Kabupaten Deli Serdang.
Kemudian aspek kedua terbanyak yang dipilih responden adalah aspek
keyakinan, dimana:
1. Pernyataan b. Kurangnya Pengetahuan masyarakat tentang bagi hasil,
dipilih 84 responden (16 responden sangat setuju dan 68 responden
setuju). Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan masyarakat tentang bagi
hasil masih kurang.
2. Pernyataan c. Menabung di bank syariah sama saja dengan menabung di
Bank konvensional, dipilih 84 reponden (14 responden sangat setuju dan
70 responden setuju). Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan masyarakat
menabung di Bank Konvensional sama saja dengan menabung di Bank
Syariah.
3. Pernyataan a. Kurangnya pengetahuan dan keyakinan masyarakat muslim
bahwa bunga bank haram, dipilih 80 responden (25 responden sangat
kabupaten deli serdang belum mengetahui sepenuhnya bahwa bunga bank
haram.
4. Pernyataan d. Bank syariah lebih sehat daripada bank konvensional, dipilih
54 responden (8 sangat setuju dan 46 responden setuju) ini menujukkan
keyakinan masyarakat bahwa bank syariah lebih sehat.
Dari deskripsi aspek Keyakinan di atas menunjukkan bahwa selain aspek
lokasi menabung, aspek keyakinan juga mempengaruhi masyarakat dalam
menabung di Bank Syariah.
Lalu yang terakhir adalah aspek Historis, dimana:
1. Pernyataan b. Karena bank konvesional muncul pertama kali di Kabupaten
Deli Serdang, maka jaringanya lebih luas dibandingkan bank syariah,
dipilih 82 responden (18 responden sangat setuju dan 64 responden setuju)
Hal ini menunjukkan bahwa memang Jaringan penyetoran dan penarikan
dana Bank Syariah belum seluas dan sebanyak Bank Konvensional, bisa
diliat dari Banyak nya Bank syariah belum sebanyak Bank Konvensional.
2. Pernyataan c. Masyarakat telah terbiasa dengan sistem bunga
dibandingkan bagi hasil yang relatif baru, dipilih 80 responden ( 21
responden sangat setuju dan 59 responden setuju). Hal menunjukkan
masyarakat masih ragu dengan sistem bagi hasil yang relatif baru sehingga
tetap menggunakan jasa bank konvensional yang dianggap sudah pasti.
3. Pernyataan a. Bank konvensional Lebih dahulu ada di Kabupaten Deli
reponden setuju ). Hal ini menunjukkan bank syariah terlambat muncul
sehingga jaringan kantor nya belum seluas bank konvensional
Dari deskripsi aspek Historis diatas menunjukkan bahwa aspek Lokasi Bank
Syariah dan aspek Keyakinan dalam memilih bank syariah lebih utama daripada
aspek Historis yang di gunakan masyarakat dalam memilih Bank syariah di
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap faktor faktor yang
mempengaruhi kurangnya minat masyarakat Muslim di Kabupaten Deli Serdang
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Aspek lokasi adalah salah satu faktor penting dalam mempengaruhi
kurangnya minat masyarakat muslim menabung pada Bank Syariah di
Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan bahwa dari 4 pernyataan yang diajukan, secara keseluruhan
responden menjawab setuju jika lokasi bank syariah di Kabupaten Deli
Serdang kurang strategis, tidak mudah ditemukan, ATM bank syariah
jarang ada di pusat perbelanjaan dan tidak mudah dijangkau oleh
transportasi umum.
2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, aspek keyakinan
juga mempengaruhi kurangnya minat masyarakat muslim menabung di
bank syariah. Hal tersebut terbukti dari jawaban responden yang mayoritas
menjawab setuju bahwa pengetahuan masyarakat mengenai bunga bank
haram maupun pengetahuan tentang bagi hasil masih kurang baik, sama
halnya dengan pernyataan bahwa menabung di bank syariah sama saja
dengan menabung di bank konvensional. Dalam hal bank syariah lebih
jawaban yang seimbang antara setuju dan kurang ataupun tidak setuju
namun jawaban responden lebih cenderung menyatakan bahwa bank
syariah lebih sehat dari bank konvensional.
3. Aspek Historis merupakan bagian dari faktor pendorong masyarakat untuk
tidak menabung di bank syariah dikawasan Kabupaten Deli serdang dapat
dilihat dari hasil penelitan yang menunjukkan, responden menyetujui
bahwa bank syariah terlambat muncul daripada bank konvensional dan
jaringan nya jauh lebih besar daripada bank syariah. Dan juga masyarakat
telah terbiasa dengan sistem bunga dibandingkan sistem bagi hasil yang
relatif masih Baru
5.2 Saran
1. Untuk meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan bank syariah di
Kabupaten Deli Serdang, diharapkan pihak perbankan meningkatkan dan
memperluas jaringan di setiap daerah khususnya di daerah Kabupaten Deli
serdang. Dikarenakan kurang lebih 78,2% masyarakat Kabupaten Deli
Serdang adalah kaum Muslimin yang berpotensi meningkatkan
pertumbuhan perbankan syariah di kawasan tersebut
2. Mengingat bahwa tabungan masyarakat bukan hanya dalam bentuk
simpanan masyarakat, tetapi juga investasi. Maka untuk meningkatkan
proporsi tabungan masyarakat diperlukan perhatian lagi bagi pihak
perbankan dan juga pihak pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Yaitu
sumber daya manusia di bidang perbankan syariah agar dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Definisi
ini menunjukkan bahwa objek aktivitas utama bank adalah masyarakat luas karena
dana yang terhimpun dari masyarakat akhirnya akan disalurkan kepada
masyarakat dari masyarakat juga termasuk individu (Lubis,2010:5).
Bank umum merupakan salah satu institusi keuangan yang sangat berperan
dalam perekonomian setiap negara. Walaupun eksistensinya sangat bergantung
kepada kepercayaan masyarakat, namun saat ini Bank Umum hampir
mempengaruhi semua aspek kehidupan. Berbagai jasa dan fasilitas yang
disediakan oleh Bank Umum sangat menentukan kelancaran produksi, distribusi
dan konsumsi di tengah masyarakat. Sama hal nya dengan bank umum ada juga
bank syariah yang merupakan satu lembaga intermediasi yang menyediakan jasa
keuangan bagi masyarakat dimana seluruh aktifitas nya di jalankan berdasarkan
etika dan prinsip-prinsip Islam sehingga bebas dari unsur riba (bunga), bebas dari
kegiatan spekulatif non produktif seperti perjudian (masyir), bebas dari kegiatan
yang meragukan (gharar), bebas dari perkara yang tidak sah (bathil) dan hanya
UU No.10/1998 memuat ketentuan baru mengenai pengelolaan bank
berdasarkan hukum Islam, yang disebut dengan prinsip syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah. Jadi pengertian bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
2.1.1 Sejarah Perkembangan Bank Berdasarkan Prinsip Operasi a) Bank Konvensional
Indonesia mengenal dunia perbankan dari bekas penjajahnya, yaitu
Belanda. Oleh karena itu, sejarah perbankan pun tidak lepas dari pengaruh
negara yang menjajahnya baik untuk bank pemerintah maupun bank swasta
nasional. Pada 1958, pemerintah melakukan nasionalisasi bank milik
Belanda mulai dengan Nationale Handelsbank (NHB) selanjutnya pada
tahun 1959 yang diubah menjadi Bank Umum Negara (BUNEG kemudian
menjadi Bank Bumi Daya) selanjutnya pada 1960 secara berturut-turut
Escomptobank menjadi Bank Dagang Negara (BDN) dan Nederlandsche
Handelsmaatschappij (NHM) menjadi Bank Koperasi Tani dan Nelayan
(BKTN) dan kemudian menjadi Bank Expor Impor Indonesia (BEII).
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat sejarah bank-bank milik
Bank Sentral
Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) berdasarkan UU
No 13 Tahun 1968. Kemudian ditegaskan lagi dnegan UU No 23 Tahun
1999.Bank ini sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang di
nasionalkan pada tahun 1951.
Bank Rakyat Indonesia dan Bank Expor Impor
Bank ini berasal dari De Algemene Volkskrediet Bank, kemudian dilebur
setelah menjadi bank tunggal dengan nama Bank Nasional Indonesia
(BNI) Unit II yang bergerak di bidang rural dan expor impor (exim),
dipisahkan lagi menjadi:
1. Yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia dengan UU
No 21 Tahun 1968.
2. Yang membidangi Exim dengan UU No 22 Tahun 1968 menjadi
Bank Expor Impor Indonesia.
Bank Negara Indonesia (BNI '46)
Bank ini menjalani BNI Unit III dengan UU No 17 Tahun 1968 berubah
menjadi Bank Negara Indonesia '46.
Bank Dagang Negara (BDN)
BDN berasal dari Escompto Bank yang di nasionalisasikan dengan PP
No 13 Tahun 1960, namun PP (Peraturan Pemerintah) ini dicabut dengan
diganti dengan UU No 18 Tahun 1968 menjadi Bank Dagang Negara.
BDN merupakan satu-satunya Bank Pemerintah yangberada di luar Bank
Bank Bumi Daya (BBD) BBD semula berasal dari Nederlandsch
Indische Handelsbank, kemudian menjadi Nationale Handelsbank,
selanjutnya bank ini menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV dan
berdasarkan UU No 19 Tahun 1968 menjadi Bank Bumi Daya.
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) Bank Pembangunan Daerah (BPD)
Bank ini didirikan di daerah-daerah tingkat I. Dasar hukumnya adalah
UU No 13 Tahun 1962.
Bank Tabungan Negara (BTN)
BTN berasal dari De Post Paar Bank yang kemudian menjadi Bank
Tabungan Pos tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank Negara Indonesia
Unit V dan terakhir menjadi Bank Tabungan Negara dengan UU No 20
Tahun 1968.
Bank Mandiri
Bank Mandiri merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya (BBD),
Bank Dagang Negara (BDN), Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)
dan Bank Expor Impor Indonesia (Bank Exim). Hasil merger keempat
bank ini dilaksanakan pada tahun 1999.
a) Bank Syariah
Di Indonesia perbankan syariah baru muncul pertama pada tahun
1991 dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia yang diprakarsai oleh
Majelis Ulama Indonesia(MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan
Bank Muamalat sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun
90-an sehingga ekuitasnya h90-anya tersisa sepertiga dari modal awal.
Kamudian, IDB memberikan suntikan dana sehingga pada periode
1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba.
Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam
Undang-undang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun
1992 tentang Perbankan serta lebih spesifiknya pada Peraturan Pemerintah
N0 72 tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Sampai
saat ini, pada tahun 2007, terdapat setidaknya 3 institusi bank syariah di
Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan
Bank Mega Syariah.
Sementara bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah
adalah 19 bank diantaranya merupakan bank besar seperti Bank Negara
Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia (Persero). Sistem syariah
juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah
berkembang 104 BPR Syariah. Hanya saja, aset perbankan syariah periode
Maret 2006 baru tercatat 1,40 persen dari total aset perbankan. Sedangkan
untuk pertumbuhan asetnya, sistem perbankan Islam telah mengalami
pertumbuhan yang cukup pesat sebesar 74% per tahun selama kurun waktu
1998 sampai 2002 (nominal dari Rp. 479 milyar pada tahun 1998 menjadi
2.718 milyar pada tahun 2001).
Dana pihak ketiga telah meningkat dari Rp. 392 Milyar menjadi
sebesar 64,98 % pada periode 2001-2003, bahkan pada tahun 2004
pertumbuhannya mencapai 80,56 %. Dari sisi ekspansi untuk pembiayaan
meningkat sebesar 101,08 % dengan pertumbuhan dana yang dihimpun
dari pihak ketiga sebesar 85,33%.
Berdasarkan perhitungan Bank Indonesia sampai akhir November 2004
rasio antara pembiayaan dan penghimpunan dana (financing to deposit
ratio/FDR) mencapai 104,81 % dan ini merupakan angka tertinggi bila
dibandingkan dengan semua perbankan syariah di negara-negara lain.
Angka LDR (Loan Deposit Ratio) mencapai tingkat yang lebih tinggi
dibanding perbankan konvensional Indonesia yang mencapai rata-rata
sebesar 48%.
2.1.2 Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional
Bank umum menerapkan dua cara dalam menjalankan usahanya
dibidang jasa perbankan,yaitu:
a. Bank konvensional, mayoritas bank yang berkembang di Indonesia
merupakan bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini
tidak terlihat dari sejarah bangsa indonesia, dimana asal mula bank
indonesia oleh bangsa Belanda.
b. Bank berdasarkan prinsip syariah, bank yang berdasarkan prinsip
syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah
Bank Syariah Bank Konvensional
melakukan investasi yang halal saja.
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli atau sewa.
Profit dan Falah Oriented.
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan. Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.
Invetasi halal dan haram. Memakai perangkat bunga.
Profit oriented.
Hubungan dengan nasabah bank hubungan debitur-kreditur.
Tidak terdapat dewan sejenis.
Sumber : Antonio (2001:34)
Dari perbedaan-perbedaan diatas, hal yang paling mendasar yang
membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah dalam
manajemen keuangan, yaitu konsep bagi hasil yang merupakan sebuah solusi
dari system bunga yang selama ini diterapkan pada bank-bank konvensional.
Dengan tegas bank syariah menolak konsep bunga karena menurut Fiqih
Islam konsep bunga termasuk riba, sedangkan riba itu hukumnya haram.
2.1.3 Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga pada Bank Syariah dan Konvensional
Tidak sedikit masyarakat yang menganggap bahwa bagi hasil tidak ada
bedanya dengan pemberian/pengambilan bunga sehingga mereka
beranggapan bahwa bank syariah dengan bank konvensional sama saja yang
membedakan hanya istilah saja. Tingkat pemahaman terhadap bank syariah
termasuk dalam operasionalnya masil relatif kurang. Menurut (Machmud,
mendasar antara bagi hasil dan tingkat suku bunga terlebih dahulu harus
dipahami hal-hal berikut yaitu:
1. Dasar perniagaan adalah untuk mencari keuntungan sehingga setiap pemilik
modal mengharapkan setiap uang yang dikeluarkan akan mendapatkan
keuntungan. Hal ini sesuai dengan kaidah fikih, yaitu:
pembayaran/pembiayaan dibalasa dengan ganjaran. Oleh karena itu, Islam
menggalakkan umatnya untuk berdagang.
2. Dalam pandangan Islam, uang yang disimpan tanpa digunakan tidak akan
bertambah, justru jumlahnya semakin menurun dari tahun ke tahun karena ia
wajib membayar zakat sebanyak 2,5% per tahun hingga sampai di bawa nisab
(batas minimal jumlah harta yang harus dikeluarkan). Islam mengakui konsep
bunga yang diperoleh seseorang jika menyimpan uangnya di bank dan
dianggap sesuatu yang riba, kecuali jika bank itu diberikan kekuasaan untuk
memakai uang tersebut. Lalu jika bank mendapat keuntungan, keuntungan
tersebut dibagi dengan orang tersebut berdasarkan persentase keuntungan
yang didapat, bukan persentase uang yang disimpan. Oleh karena itu, jumlah
yang diterima dari bank itu dianggap sebagi keuntungan.
3. Islam tidak mengakui bunga dalam pembayaran utang, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, yaitu setiap utang yang membawa keuntungan material bagi
si pemberi utang adalah riba.
4. Tujuan Islam mengaharamkan riba adalah selain karena mengandung unsur
penindasan, riba juga merupakan sistem yang hanya mengutamakan
padahal islam lebih mengutamakan kepentingan masyarakat daripada
individu. Perbedaan sistem bagi hasil dengan sistem bunga dapat juga dilihat
[image:44.595.107.522.201.498.2]dari tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2
Perbedaan Sistem Bagi Hasil dengan Sistem Bunga
Bagi Hasil Bunga
Penentuan bagi hasil dibuat sewaktu perjanjian dengan berdasarkan kepada untung/rugi Jumlah nisbah bagi hasil
berdasarkan jumlah keuntungan yang teah dicapai.
Bagi hasil tergantung pada hasil proyek. Jika proyek tidak mendapat keuntungan atau mengalami kerugian, risikonya ditanggung kedua belah pihak. Jumlah pemberian hasil
keuntungan meninggkat sesuai dengan peningkatan keuntungan yang didapat.
Penerimaan/pembagian keuntungan adalah halal
Penentuan bunga dibuat sewaktu perjanjian tanpa berdasarkan untung/rugi
Jumlah persen bunga berdasarkan jumlah uang (modal) yang ada.
Pembayaran bunga tetap seperti perjanjian tanpa diambil pertimbangan apakah proyek yang dilaksanakan pihak kedua untung atau rugi.
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat walaupun jumlah keuntungan berlipat ganda. Pengambilan/pembayaran bunga
adalah haram.
Sumber: Machmud dan Rukmana (2010:10)
2.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Menurut Kasmir (2002 : 185-186) , salah satu alat untuk mengukur
kesehatan bank adalah dengan analisis CAMEL. Unsur-unsur penilaian dalam
analisis CAMEL adalah sebagai berikut :
1. Capital
Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu
Rasio) yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva
tertimbang menurut resiko (ATMR).
2. Assets
Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki Bank. Rasio
yang diukur ada 2 macam yaitu :
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva
produktif
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva
produktif yang diklasifikasikan.
3. Management
Penilaian didasarkan kepada manajemen permodalan, manajemen
aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas dan manajemen
umum. Manajemen bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan.
4. Earning
Penilaian didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yaitu melihat
kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini
didasarkan kepada 2 macam yaitu :
a. Rasio laba terhadap total asset (Return on Assets)
b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).
5. Liquidity
Yaitu untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank
a. LDR (Loan to Deposit Ratio). Rasio ini digunakan untuk menilai
likuiditas suatu bank. Jumlah kredit yang diberikan adalah kredit yang
diberikan bank yang sudah dicairkan. Dana pihak ketiga meliputi
simpanan yang berupa giro, tabungan, dan berbagai jenis deposito.
Sedangkan KLBI asalah volume pemberian pinjaman (kredit) yang
diberikan bank Indonesia kepada pihak yang bersangkutan. Nilai
kredit LDR dihitung sebagai berikut:
Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih, nilai kredit = 0 Untuk rasio LDR dibawah 110%, nilai kredit = 100
Selanjutnya, nilai kredit tersebut dikalikan dengan bobot CAMEL
untuk LDR 5% sehingga diperoleh nilai CAMEL untuk komponen
LDR.
b. Rasio Net Call Money
Net Call Money merupakan selisih antara volume transaksi call money
yang diberikan pleh suatu bank umum kepada bank lain dengan
volume transaksi call money yang diterima oleh bank lain.
Menurut Lukman (2009 : 143), tata cara penilaian tingkat kesehatan bank
dengan menggunakan metode CAMEL dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut:
[image:46.595.117.548.646.726.2]
Tabel 2.3
Penilaian Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL
Uraian Yang dinilai Rasio Nilai
Kredit
Capital Kecukupan modal CAR O s/d
100
25 %
Asset Kualitas aktiva
produktif BDR CAD Max 100 Max 100 25% 5%
Management Kualitas
manajemen Manajemen modal Manajemen aktiva Manajemen umum Manajemen Rentabilitas Manajemen Liquiditas Total max 100 25%
Earning Kemampuan
mengahsilkan laba ROA BOPO Max 100 Max 100 10%
Liquidity Kemampuan
menjamin LDR NCM/CA Max 100 Max 100 10%
Sumber : (Lukman, 2009:149)
CAR = Capital Adequacy Ratio
BDR = Bad Debt Ratio
CAD = Cadangan Aktiva yang Diklasifikasikan
ROA = Return On Assets
BOPO = Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
LDR = Loan to Deposit Ratio
2.3 Penelitian Terdahulu
Sari (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kurangnya Minat Masyarakat Muslim Menabung di Bank Syariah
di Kota Medan” menyimpulkan Dalam pengambilan keputusan untuk tidak
menabung di Bank Syariah di Kota Medan, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor pelayanan sarana, faktor bertransaksi, faktor
keyakinan (agama), selain itu Dalam pengambilan keputusan untuk tidak
menabung di bank syariah di kota Medan, faktor yang mempengaruhi adalah
kurangnya informasi untuk menabung di Bank Syariah dengan persentase 40%
atau berjumlah 20 responden dari 50 responden yang ada, serta membandingkan
antar bank Syariah dengan Bank Konvensional juga merupakan faktor dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan untuk tidak menabung di Bank Syariah di
Kota Medan dengan persentase 20% atau sebanyak 10 responden dari total 50
responden yang ada.
2.4 Faktor Yang Di Persepsikan Menjadi Pendukung Dan Penghambat Masyarakat Untuk Menggunakan Jasa Perbankan Syariah
Karim & Affif (2006) dalam Priaji (2011) menjelaskan mengenai
faktor-faktor yang dipersepsikan oleh masyarakat sebagai pendukung dan penghalang
mereka untuk mengunakan jasa perbankan syariah. Berikut merupakan faktor
yang dipersepsikan menjadi pendukung atau penghambat masyarakat untuk
menggunakan jasa perbankan syariah:
a. Memperoleh ketenangan
b. Berpartisipasi dalam rencana baik untuk persaudaraan
c. Keselamatan di dunia dan akhirat
d. Menyimpan uang dengan cara yang diarahkan oleh islam
2. Faktor yang dipersepsi sebagai penghambat
a. Tidak melihat manfaat praktis dari produk
b. Kurangnya informasi tentang produk bank syariah
c. Ada hambatan mental untuk menjadi nasabah yang dipersepsi harus
menyesuaikan dengan aturan yang ketat
d. Laba-rugi dan sistem bagi hasil dirasakan lebih rendah dari bunga di
bank konvensional
Masalah utama kurangnya minat menabung masyarakat adalah kurangnya
sosialisasi, mengingat meskipun sudah sejak 10 tahun yang lalu ada bank yang
berprinsip syariah beroperasi di Indonesia, namun masih belum begitu terasa.
Potensi bagi berkembangnya bank syariah di Indonesia sangat besar, mengingat
mayoritas umat muslim, dan masih banyak yang ragu akan bunga bank, sehingga
beberapa diantaranya tidak menyimpan dananya di bank melainkan di bawah
bantal misalnya. Sebagian lagi tetap menyimpan di bank, namun menolak
menerima bunga. Selain itu ada yang masih tetap menyimpan di bank, namun
merasa berada dalam keadaaan darurat karena belum ada bank syariah yang
beroperasi. Dengan adanya Bank Syariah diharapkan ummat muslim tidak lagi
2.5 Kerangka Konseptual
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat diliahat pada gambar
1.1 berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurangnya minat masyarakat muslim menabung di bank syariah
2.6 Hipotesis
Pengertian hipotesis penelitian menurut Sugiyono (2009:96). Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara Bank
Bank Konvensional
Bank Syariah
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurangnya Minat Masyarakat Muslim
Menabung di Bank Syariah
[image:50.595.147.527.213.548.2]karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Sesuai dengan judul
dan permasalahan yang diambil, maka hipotesis yang diambil adalah:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya minat masyarakat muslim di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perbankan merupakan salah satu sektor yang memilik peranan penting di
dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam mendukung dunia usaha
disegala sektor. Perbankan memiliki porsi yang cukup besar dalam penghimpunan
dana masyarakat baik berupa tabungan, deposito dan giro serta penyediaan dana
dalam bentuk penyaluran berbagai jenis kredit dan menjadi sarana pendukung di
dalam transaksi lalu lintas pembayaran dan keuangan (Hendrawan,2004)
Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah Muslim membuat negara ini
menjadi pasar terbesar di dunia bagi perbankan syariah. Besarnya populasi
Muslim itu memberikan ruang yang cukup lebar bagi perkembangan bank syariah
di Indonesia. Di Indonesia, bank syariah pertama baru lahir tahun 1991 dan secara
resmi beroperasi pada tahun 1992. Bank pertama yang beroperasi menggunakan
prinsip syariah adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Namun, sejak tahun
2000-an, telah terbukti keunggulan bank syariah (bank Islam) dibandingkan bank
konvensional antara lain, Bank Muamalat tidak memerlukan suntikan dana, ketika
bank-bank konvensional meminta Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI),
ratusan triliunan akibat dari penyebaran negatif bank-bank syariah pun
bermunculan di Indonesia.Hingga akhir Desember 2006, di Indonesia terdapat
tiga Bank Umum Syariah (BUS) dan 20 Unit Usaha Syariah (UUS) (Islami,
Nada sinisme masih sering terdengar sebagian besar masyarakat di
indonesia terhadap perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya,
misalnya perbedaan bank syariah dengan bank konvensional hanya kosa kata
belaka yaitu bunga diganti dengan bagi hasil. Umumnya orang hanya tahu bahwa
bank syariah adalah bank tanpa bunga dan tidak tahu sama sekali mengenai
mekanisme bagi hasil. Disisi lain menurut persepsi mereka yang namanya bagi
hasil pasti nilainya lebih kecil dari bunga bank. Sementara bank syariah dengan
sistim bagi hasil tidak memberikan kepastian pendapatan sebagaimana bunga
bank konvensional memberikan kepastian pendapatan. Sedang menurut sebagian
pedagang yang membutuhkan pinjaman, menyatakan kredit di bank syariah
prosesnya rumit dan berbelit-belit. Bank syariah juga masih dipandang sebagai
lembaga sosial seperti menyalurkan zakat dan memberikan uang tanpa perlu
mengembalikan. Kesalahpahaman terhadap perbankan syariah dan lembaga
Keuangan syariah tersebut menunjukkan belum meratanya sosialisasi informasi
perbankan syariah dan lembaga Keuangan Syariah lainnya. Banyak masyarakat
yang belum memahami secara benar apa itu lembaga Keuangan syariah, sistem
yang dipakai, jenis produknya, serta apa keunggulan lembaga keuangan syariah
bila dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional.
Secara sepintas tidak ada perbedaan yang nyata antara menabung di bank
konvensional dengan bank syariah. Tetapi pada faktanya, apa yang ditawarkan
oleh bank syariah tidak kalah dengan bank konvensional yang lebih dahulu
populer. Bahkan, perbankan syariah memiliki beberapa keunggulan yang tidak
tahan terhadap guncangan krisis. Selain itu, kelebihan lainnya terlihat dalam
konsep antara hubungan bank dengan penabung, di perbankan konvensional bank
menjadi debitur dan penabung menjadi kreditur. Sedangkan di perbankan syariah
si penabung merupakan mitra bagi bank sekaligus investor bagi bank itu, karena
sebagai investor si penabung berhak menerima hasil investasinya dari bank itu.
Hasil yang di p