commit to user
MINYAK JINTAN HITAM (Nigella sativa.L) SEBAGAI
HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT(Mus musculus)
YANG DIINDUKSI ISONIAZID (INH)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
DIKA ISNAINI G0005085
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Minyak Jintan Hitam (Nigella Sativa.L) Sebagai Hepatoprotektor Pada Mencit (Mus Musculus) Yang Diinduksi
Isoniazid (INH)
Dika Isnaini, NIM/Semester: G 0005085, Tahun 2010
Telah Diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari Kamis, Tanggal 19 Agustus 2010
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... .. ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ... 5
A. Tinjauan Pustaka ... 5
1. Jintan Hitam ... 5
2. Isoniazid ... 9
3. Fisiologi dan Patofisiologi Hati ... 12
4. SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase) ... 15
B. Kerangka Pemikiran ... 17
commit to user
viii
BAB III. METODE PENELITIAN ... 19
A. Jenis Penelitian ... 19
B. Lokasi Penelitian ... 19
C. Subjek Penelitian ... 19
D. Teknik Sampling ... 20
E. Rancangan Penelitian... 20
F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 21
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 22
H. Alat dan Bahan Penelitian ... 24
I. Cara Kerja... 25
J. Teknik Analisis Data Statistik ... 27
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 28
A. Data Hasil Penelitian... 28
B. Analisis Data ... 29
BAB V. PEMBAHASAN ... 31
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 34
A. Kesimpulan ... 34
B. Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA... 35
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rata-rata Kadar SGPT Masing-masing Mencit ... 21
Tabel 2. Hasil Post Hoc Test Kadar SGPT (LSD)... 22
Tabel 3. Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan ... 41
Tabel 4. Data Laboratorium SGPT Mencit ……….. 43
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 17
Gambar 2. Skema Alur Penelitian ... 26
Gambar 3. Nilai Rata-rata Kadar SGPT tiap Kelompok ... 28
Gambar 4. Mencit yang Digunakan dalam Penelitian... 47
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan ... 41
Lampiran 2. Perhitungan Konversi Dosis ... 42
Lampiran 3. Data Laboratorium SGPT Mencit ... 43
Lampiran 4. Data kadar SGPT per Kelompok Perlakuan ... 44
Lampiran 5. Hasil uji analisis Oneway - ANOVA... 45
commit to user
iv
ABSTRAK
Dika Isnaini, G0005085, 2010. Minyak Jintan Hitam (Nigella Sativa.L) sebagai Hepatoprotektor pada Mencit (Mus Musculus) yang Diinduksi Isoniazid (INH)
Penyakit hati merupakan permasalahan dunia dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Gangguan hati dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya
Obat Anti Tuberkolusis (OAT). Minyak jintan hitam mengandung thymoquinone
yang memiliki efek proteksi terhadap mekanisme toksisitas hati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat minyak jintan hitam sebagai hepatoprotektor pada mencit yang diinduksi INH
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only
controlled group design. Sampel berupa mencit jantan, galur Swiss webster
berumur 6-8 minggu dengan berat badan + 20 g. Sampel sebanyak 30 ekor dibagi dalam 3 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor mencit. Kelompok kontrol, diberikan aquades 0,156 ml peroral sehari selama 7 hari berturut-turut. Kelompok Perlakuan 1 diberikan INH dosis 37,8 mg (peroral) 1 kali sehari selama 3 hari berturut-turut, selanjutnya hanya diberi aquades seperti pada kelompok kontrol sampai hari ke-7. Kelompok Perlakuan 2 diberikan INH dosis 37,8 mg (peroral) dan minyak jintan hitam dosis 0,056 ml/20 g BB mencit peroral 1 kali sehari selama 3 hari berturut-turut, selanjutnya diberi aquades 0,1 ml peroral dan minyak jintan hitam dosis 0,056 ml/20 g BB mencit peroral 1 kali perhari sampai hari ke-7. Pada hari ke-8 darah diambil melalui sinus orbitalis dan diukur kadar SGPT masing-masing mencit tiap kelompok. Rata-rata kadar SGPT antar kelompok kemudian dibandingkan secara statistik.
Data dianalisis secara statistik dengan uji One-Way ANOVA (α = 0,05)
dilanjutkan dengan uji Post Hoc Multiple Comparisons (LSD) (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan namun tidak bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1 (sig.>0,05), kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 2 (sig.>0,05), dan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok 1 dan kelompok perlakuan 2 (sig.<0,05).
Simpulan penelitian ini adalah minyak jintan hitam bermanfaat sebagai hepatoprotektor pada mencit yang diinduksi INH
commit to user
v
ABSTRACT
Dika Isnaini, G0005085, 2010. Black Seed (Nigella Sativa .L) Oil as a Hepatoprotector in Mice (Mus Musculus), which Induced by Isoniazid (INH).
Liver disease is a world problems with high morbidity and mortality rate. Liver disorder may be caused by drugs i.e anti-tuberculous drugs. Black seed oil,
which contains thymoquinone, has a protection effect to liver toxicity mechanism. The aim of this research is knowing the benefits of black seed oil as a hepatoprotector in mice (Mus musculus) which induced by INH.
This was laboratory experimental research with post test only controlled
group design. Samples in this research were thirty male mices, Swiss webster
type, 6-8 weeks old age and around 20 g of each weight. Samples divided into 3 groups, each group has ten mices. The control group, mices are given with aquadest in 0,156 ml orally perdays for a week. The first group, mices are given with INH 37,8 mg in 0,1ml aquadest and 0,056 ml aquadest orally perdays for 3 days. For the last group, mices are given with 37,8mg INH in 0.1 ml aquadest and 0,056 ml black seed oil orally perdays. Finally, aftetr eight days, the blood from all mices were taken from orbital sine and AST level were measured. Mean AST level between groups are compared statisicly.
The mice AST level were analized by One-Way ANOVA test(α = 0,05), and continued by Post Hoc Multiple Comparisons (LSD) test(α = 0,05). The Result of this research showed the difference but not significant between control group and first group (sig>0,05), control group and second group (sig>0,05), and a significant difference between first group and second group (sig.<0,05)
According to this research, it could be concluded that black seed oil was useful as a hepatoprotector in mice (Mus musculus) which induced by INH.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit hati adalah permasalahan dunia dengan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi. Meskipun manajemen kedokteran sudah maju, tetapi
belum ada pemberian terapi yang efektif hingga saat ini. Bahkan
perkembangan pengobatan yang terbaru untuk mengobati penyakit hati sering
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (Madani et al., 2008).
Gangguan hati selain disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus dan
bakteri juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya parasetamol,
hidroksi urea, dan Obat Anti Tuberkolusis (OAT) serta berbagai konsumsi
makanan misalnya alkohol (Akbar, 2007).
Masyarakat saat ini cenderung untuk kembali ke alam (back to nature)
(Handajani, 2007) dan lebih memilih untuk memakai substansi bioaktif alami
untuk agen terapeutik (Son et al. ,2004). Akhir-akhir ini, World Health
Organization (WHO) memperkirakan 80% penduduk di dunia bergantung
pada pengobatan herbal dalam aspek kesehatan primer (Ernest et al., 2007).
Jintan hitam (Nigella sativa .L) adalah salah satu tanaman obat yang
termasuk dalam famili Ranunculaceae. Biji dan minyaknya diketahui
mempunyai aktivitas anti inflamasi, analgesik, anti piretik, anti mikroba, anti
commit to user
(Hendrik, 2005). Di dalam minyak esensial jintan hitam, thymoquinone
diidentifikasikan sebagai komponen utama (lebih dari 50%). Selain itu
minyak esensial juga mengandung p-cymene, α-pinene, dithymoquine dan
thymohydroquinone (Katzer, 2004).
Hampir semua OAT mempunyai efek hepatotoksik kecuali streptomisin
(Arsyad, 1996). Menurut Jawetz (1998), INH merupakan obat yang hampir
selalu digunakan dengan kombinasi OAT yang lain. Namun dapat pula
diberikan sebagai terapi tunggal untuk profilaksis pada pasien dengan Tes
Mantoux positif tetapi hasil foto rontgen menunjukkan hasil yang normal
(Weisiger, 2007). Salah satu efek samping INH adalah hepatotoksik. Dalam
biotransformasi obat, gugus hidrazid dari INH dikenal membentuk suatu
konjugat N-asetil dalam suatu reaksi asetilasi yang dikatalis oleh enzim
N-asetil transferase menjadi asetil-isoniazid. Konjugat ini merupakan substrat
untuk reaksi hidrolisa menjadi asam isonikotinat dan Asetil hidrazin yang
selanjutnya akan diubah oleh sitokrom P450 menjadi metabolit reaktif
Mono-Asetil-Hidrazin (MAH). MAH akan memacu asetilasi makromolekul dan
berefek hepatotoksis (Correira,1994: Jussi et al., 2006).
Enzim yang sering berkaitan dengan kerusakan hepatoseluler adalah
aminotransferase. Aspartat aminotransferase (SGOT) merupakan perantara
reaksi antara asam aspartat dan asam alfa-ketoglutamat. Alanin
aminotransferase (SGPT) memindahkan satu gugus amino antara alanin dan
asam alfa-ketoglutamat. Walaupun SGOT dan SGPT sering dipakai sebagai
commit to user
hanya SGPT yang spesifik. SGOT terdapat di miokardium, otot rangka, otak,
dan ginjal (Sacher dan McPherson, 2004).
Jintan hitam sendiri di Indonesia masih merupakan obat tradisional
yang belum banyak diketahui orang.Minyak jintan hitam diketahui
mengandung zat yang bersifat hepatoprotektif. Berdasarkan hal tersebut maka
peneliti ingin membuktikan apakah minyak jintan hitam bermanfaat sebagai
hepatoprotektor pada mencit yang diinduksi INH.
B. Perumusan Masalah
Apakah minyak jintan hitam (Nigella sativa.L) bermanfaat sebagai
hepatoprotektor pada mencit (Mus musculus) yang diinduksi Isoniazid (INH).
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak jintan hitam
(Nigella sativa.L) bermanfaat sebagai hepatoprotektor pada mencit
(Musmusculus) yang diinduksi Isoniazid (INH).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai efek
commit to user 2. Manfaat aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai acuan untuk
penelitian lebih lanjut menggunakan hewan uji dengan tingkat yang lebih
commit to user
Jintan hitam (Nigella sativa .L) adalah salah satu tanaman obat yang
termasuk dalam famili Ranunculaceae dan umumnya tanaman ini
tumbuh di Benua Eropa (tepatnya di dataran Eropa Timur bagian tengah).
Tanaman jintan hitam juga banyak ditemukan di sepanjang dataran
negara Pakistan sampai dengan India dalam bentuk semak-semak
tanaman (Hendrik, 2005). Jintan hitam dipercaya berasal dari daerah
Mediterania, namun dikembangkan di berbagai belahan dunia, termasuk
Saudi, Afrika Utara, dan sebagian Asia (Susilo, 2006).
Tanaman jintan hitam secara keseluruhan tampak seperti segitiga,
bijinya berwarna hitam, beraroma sangat menyengat dan rasanya pahit.
Tanaman ini memiliki tinggi 35-50 cm (sekitar setengah meter) yang
bercabang dan melingkar pada bagian atasnya, berambut, memiliki
bunga-bunga dengan warna putih kebiruan, dan dipenuhi juga dengan
dedaunan (daun pada bagian bawah tanaman lebih kecil dari bagian
atasnya). Butir-butir jintan hitam dapat mereproduksi dengan sendirinya
dan akan mengalami metamorfosis (perubahan dan pematangan bentuk
fisik) dari biji yang berwarna putih menjadi biji yang berwarna hitam
commit to user
Efek farmakologis ekstrak biji jintan hitam telah banyak dilaporkan
termasuk perlindungan terhadap nefrotoksisitas dan hepatotoksisitas yang
diinduksi oleh penyakit maupun bahan-bahan kimia. Biji atau minyaknya
mempunyai aktivitas anti inflamasi, analgesik, anti piretik, anti mikroba,
dan anti neoplastik. Selain itu, minyak jintan hitam juga menurunkan
tekanan darah dan meningkatkan respirasi. Pemberian ekstrak biji jintan
hitam dapat menginduksi perubahan pada hemogram termasuk
peningkatan PCV (Packed Cell Volume) dan hemoglobin, penurunan
kadar kolesterol, trigliserid dan glukosa (Ali dan Blunden, 2003).
Komposisi zat-zat kimia alami yang terkandung dalam biji-biji jintan
hitam secara umum terdiri dari sekitar 40% minyak konstan (fatty oil
content), 1,5% minyak esensial (essential oil content), 15 asam amino
(alanine, arginine, isoleucine, lysine, tryptophane, thyrosine, threonin,
asparagine, cystine, glycine, glutamic acid, metionine, dan prolin). Biji
jintan hitam juga mengandung protein, ion kalsium, zat besi, ion natrium
dan kalium (Hendrik, 2005).
Minyak esensial yang dikenal dengan nama minyak atsiri adalah
kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu
ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas.
Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit
sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak
dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan
commit to user
bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan
senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya
kuat). (Wikipedia, 2009)
Di dalam minyak esensial jintan hitam, thymoquinone telah
diidentifikasi sebagai komponen utama (lebih dari 50%). Selain itu,
minyak esensial juga mengandung p-cymene, α-pinene, dithymoquine
dan thymohydroquinone (Katzer, 2004).
Fungsi komposisi minyak esensial jintan hitam antara lain:
1. Thymoquinone
a. Perlindungan terhadap stress oksidatif
i. Pada Induksi doxorubicin pada cardiomyopathy (Nagi and
Mansour, 2000)
ii. Hepatotoksisitas CCl4 (Mansour, et al., 2002)
iii. Cisplatin pada ginjal (Badary, et al.,1997)
b. Aktivitas anti-inflamasi à inhibisi secara enzim leukotrien B4
dan C4 yang dirangsang oleh netrophil
c. Inhibisi lipid peroxidasi yang diinduksi Fe3+/askorbat
d. Superoxide radical scavenging activity (Nagi and Mansour,
2000)
2. α–pinene : General antioksidan minyak esensial (Wikipedia, 2010)
3. P-cymene : General antioksidan minyak esensial (Wikipedia, 2010)
commit to user
5. Hidrothymoquinone : Scavenger radikal bebas (Mbarek, et al.,
2007).
Thymoquinonejuga telah menunjukkan efek proteksi terhadap
mekanisme toksisitas pada sistem sirkulasi, hati, ginjal, dan lain-lain
yang sebelumnya diinduksi oleh obat-obatan anti-kanker dan beberapa
toksin (Hendrik, 2005).
Badary et al., (1999) melaporkan adanya efek proteksi thymoquinone
terhadap mencit yang mengalami sindroma Fanconi yang telah terinduksi
ifosfamide (salah satu obat anti kanker). Sedangkan p-cymene, α-pinene,
dithymoquine dan thymohydroquinone sebagai komponen dalam minyak
esensial juga memberikan efek antioksidan (Wikipedia, 2010).
Aksi dari antioksidan minyak Nigella sativa .L mungkin menjelaskan
efek proteksi yang dimilikinya melawan beragam hepatotoksik dan
nefrotoksik in vivo dan in vitro. Minyak jintan hitam secara signifikan
meningkatkan fungsi dan parameter histologi dan mengurangi stres
oksidatif yang diinduksi oleh siklosporin A (Uz, et al., 2008).
Mekanisme kerja dari thymoquinone sendiri adalah tanpa mengakibatkan
perubahan pada aktifitas GST (glutatione-S-transferase) dan tidak juga
mengurangi kadar glutatione pada jaringan, thymoquinone tereduksi
menjadi dihydrotymoquinone dalam efek anti scavenger radikal
superoksida. Walaupun dihydrothymoquinone merupakan zat hasil
reduksi, ternyata masih mempunyai efek anti-oksidan (Mansour, et al.,
commit to user
Biji dan minyak Jintan hitam telah dilaporkan memiliki efek
antioksidan yang kuat dan efektif melawan penyakit dan bahan kimia
yang menyebabkan hepatotoksik dan nefrotoksik (Ali, 2004).
2. Isoniazid (INH)
Isoniazid disebut juga isonicotinyl hydrazine atau INH adalah obat
anti TBC garis pertama yang digunakan sejak 1952 dalam pengobatan
dan pencegahan tuberkulosis. INH bisa diberikan sebagai terapi tunggal
untuk profilaksis kepada pasien yang mengalami perubahan dalam
Protein Purified Derivated (PPD) yang menunjukkan hasil rontgen yang
normal maupun sebagai kombinasi dengan OAT yang lain
(Weisiger,2007).
Obat ini berupa molekul sederhana yang kecil dengan Berat Molekul
(BM) 137 dan mudah larut dalam air. INH mudah diabsorbsi baik pada
pemberian peroral atau parenteral. Pemberian dosis biasa
(5mg/kgBB/hari) menghasilkan konsentrasi puncak plasma 3-5 µg/ml
dalam 1-2 jam. INH berdifusi segera ke dalam seluruh cairan tubuh dan
jaringan. Konsentrasi di susunan saraf pusat dan cairan serebrospinal
lebih kurang 1/5 dari kadar plasma (Jawetz et al., 1998).
Aktivitas antimikroba secara invitro, INH menghambat kebanyakan
basil tuberkel pada konsentrasi 0,2 µg/ml atau kurang dan bersifat
bakterisidal untuk basil tuberkel yang tumbuh secara aktif, namun
commit to user
Konsentrasi rata-rata INH aktif dalam plasma dari aselitator cepat
±1/3-1/2 dari konsentrasi rata-rata asetilator lambat. Waktu paruh rata-rata
INH pada asetilator cepat kurang dari 1-1/2 jam, sedangkan pada
asetilator lambat yaitu 3 jam (Jawetz,1998). Pada asetilator cepat, lebih
dari 90% dari obat diekskresikan sebagai asetil-isoniazid, sedangkan
pada asetilator lambat, 67% dari obat diekskresikan sebagai
asetil-isoniazid dalam presentase yang lebih besar diekskresikan dalam bentuk
obat asal yang tidak berubah atau parent drug (Jussi et al., 2006).
Mekanisme kerja INH adalah menghambat cell-wall biosynthesis
pathway. Efek utama INH ialah menghambat biosintesis asam mikolat
(mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium
(Zubaidi, 2003). INH adalah sebuah prodrug dan harus diaktifkan oleh
enzim katalase bakteri yang disebut katalase-peroksidase enzim katG
menjadi bentuk isonicotinic acyl anion atau radikal. Bentuk ini kemudian
akan bereaksi dengan NADH radikal atau anion menjadi bentuk komplek
isonicotinic acyl-NADH. Komplek ini akan terikat kuat pada
ketonylreductase yang dikenal sebagai InhA dan mencegah terbentuknya
substrat enoyl-AcpM yang akan mencegah terbentuknya asam mikolat
(Jawets et al., 1998; Wikipedia 2010).
Efek samping dari INH dapat berupa reaksi alergi dan toksisitas
langsung. Reaksi alergi dapat berupa demam dan kulit kemerahan.
Toksisitas langsung yang paling sering terjadi pada sistem saraf pusat
commit to user
merupakan hasil kompetisi INH dengan piridoksal fosfat terhadap enzim
apotriptofanase ( Jawetz et al., 1998).
INH juga berkaitan dengan hepatotoksisitas. INH mempunyai efek
langsung atau melalui produksi kompleks enzim-obat yang berakibat
disfungsi sel, disfungsi membran, respons sitotoksik sel T. Jenis reaksi
yang terjadi adalah hepatoselular (Bayupurnama, 2006). Kerusakan hati
disebabkan karena metabolit toksik, yaitu pertama-tama INH mengalami
asetilasi menjadi asetil-isoniazid oleh enzim N-asetil transferase (NAT).
Asetyl-isoniazid dimetabolismemenjadi acetyl hydrazine dan isonicotinic
acid. Isonicotinic acid dikonjugasi oleh glisin, Asetilhidrazin
dimetabolisme lebih lanjut menjadi diasetilhidrazin dan diubah oleh
sitokrom P450 menjadi metabolit reaktif Mono-asetil Hidrazin (MAH).
Metabolit reaktif MAH merupakan radikal bebas dan bersifat toksik.
Pada tikus, scavenger radikal bebas terkait thiols dan antioksidan
glutation peroksidase serta aktivitas katalase dihilangkan oleh INH.
MAH selanjutnya akan memacu asetilasi makromolekul dan berefek
hepatotoksis (Troy et al., 1999; Jussiet al., 2006).
Beberapa kasus dari hepatotoksisitas INH tidak begitu berat dan
asimptomatik dengan kenaikan kadar enzim SGOT/SGPT tidak lebih dari
3 kali kadar normalnya dan umumnya bisa diatasi meskipun terapi
dengan INH diteruskan. Namun, sebagian kecil dari pasien yang diberi
commit to user
bulan mendapat INH yang mungkin berkembang menjadi gagal hati jika
obat tidak segera dihentikan (Weisiger, 2007).
3.Fisiologi dan Patofisiologi Hati
Hati merupakan pusat metabolisme tubuh yang mempunyai banyak
fungsi dan penting untuk mempertahankan tubuh. Kapasitas cadangannya
sangat besar, hanya dengan 10-20% jaringan hati yang masih berfungsi
ternyata sudah cukup untuk mempertahankan hidup pemiliknya.
Kemampuan mengganti jaringan mati dengan yang baru (regenerasi)
pada hati pun cukup besar. Itulah sebabnya pengangkatan sebagian hati
yang rusak akibat penyakit akan cepat digantikan dengan jaringan yang
baru. (Dalimartha, 2006)
Ada 4 macam fungsi hati, yakni untuk pembentukan dan ekskresi
empedu, metabolisme zat-zat penting bagi tubuh, pertahanan tubuh, serta
fungsi vaskuler.
a. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu
Empedu dibentuk oleh hati melalui saluran empedu interlobular
yang terdapat dalam hati, empedu yang dihasilkan dialirkan ke
kandung empedu untuk disimpan. Saat mengkonsumsi makanan
berlemak maka empedu yang tersimpan tadi akan dikeluarkan dan
dialirkan ke dalam duodenum. Dalam sehari, sekitar 1 liter empedu
diekskresikan oleh hati. Empedu sebagian terdiri dari air (97%),
commit to user
dan bilirubin. Garam empedu penting untuk pencernaan dan
penyerapan lemak dalam usus halus. Garam ini sebagian diserap
kembali oleh usus halus dan dialirkan kembal ke hati. Bilirubin atau
pigmen empedu yang dapat menyebabkan warna kuning pada
jaringan dan cairan tubuh sangat penting sebagai indikator penyakit
hati dan saluran empedu (Guyton et al.,1996).
b. Fungsi metabolik
Di samping menghasilkan energi dan tenaga, hati mempunyai
peran penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan
vitamin (Amirudin, 2007).
Karbohidrat setelah diolah di saluran cerna akan menjadi
glukosa, lalu diserap melalui usus masuk ke dalam peredaran darah
dan masuk ke dalam hati melalui vena porta. Di dalam hati sebagian
glukosa dimetabolisir sehingga terbentuk energi yang berfungsi
menjaga temperatur tubuh dan tenaga untuk bergerak. Glukosa yang
tersisa diubah menjadi glikogen dan disimpan di dalam hati dan otot
atau diubah menjadi lemak yang disimpan di dalam jaringan
subkutan (Guyton et al.,1996).
Metabolisme protein oleh hati juga penting untuk
mempertahankan hidup.Hati membuat albumin dan faktor
pembekuan darah seperti protombin dan fibrinogen. Albumin dibuat
oleh hati sebanyak 12-14 g dalam 24 jam yang merupakan sekitar
commit to user
seperti globulin dan fibrinogen merupakan protein terbanyak dalam
plasma (Amirudin, 2007).
Hati juga mengubah amonia menjadi urea, untuk dikeluarkan
melalui ginjal dan usus. Metabolisme lemak yang dilakukan hati
berupa pembentukan lipoprotein, kolesterol, dan fosfolipid, juga
mengubah karbohidrat dan protein menjadi lemak (Amirudin, 2007).
c. Fungsi pertahanan tubuh
Hati juga berperan dalam pertahanan tubuh, baik berupa proses
detoksikasi maupun fungsi perlindungan. Detoksikasi dilakukan
dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim hati
terhadap zat-zat beracun, baik yang masuk dari luar maupun yang
dihasilkan oleh tubuh sendiri. Dengan proses detoksikasi, zat
berbahaya akan dirubah menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif
(Aspinall et al., 2002).
Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel-sel kupffer yang berada
pada dinding sinusoid hati. Dengan cara fagositosis, sel kupffer
dapat membersihkan sebagian besar kuman yang masuk ke dalam
hati melalui vena porta sehingga tidak menyebar ke seluruh tubuh.
Sel kupffer juga menghasilkan imunoglobulin yang merupakan
kekebalan humoral serta menghasilkan berbagai macam antibodi
akibat kelainan hati tertentu seperti antimichondrial antibody
(AMA), smooth muscle antibody (SMA), dan antinuclear antibody
commit to user d. Fungsi vaskular hati
Pada orang dewasa, jumlah aliran darah ke hati diperkirakan
sekitar 1.200-1.500 cc per menit. Darah tersebut berasal dari vena
porta sekitar 1.200cc dan dari arteria hepatika sekitar 350 cc. Bila
terjadi kelemahan fungsi jantung kanan dalam memompa darah
seperti pada penderita payah jantung kanan, maka darah dari hati
yang dialirkan ke jantung melalui vena hepatika dan selanjutnya
masuk ke dalam vena kava inferior akan terhambat. Akibatnya
terjadi pembesaran hati karena bendungan pasif oleh darah yang
jumlahnya sangat besar (Guyton et al.,1996).
4. SGPT (Serum Glutamat-Piruvat Transaminase)
Akbar (2007) mengatakan, tes laboratorium sering kali digunakan
untuk memastikan diagnosis (bersama-sama dengan riwayat kesehatan
dan pemeriksaan jasmani) serta untuk memantau penyakit dan
pengobatan. Pemeriksaan enzim dapat dibagi dalam beberapa bagian:
a. Enzim yang berhubungan dengan kerusakan sel yaitu SGOT,
SGPT, GLDH, dan LDH.
b. Enzim yang berhubungan dengan penanda kolestasis seperti
gamma GT dan fosfatase alkali.
c. Enzim yang berhubungan dengan kapasitas sintesis hati misalnya
commit to user
Dua enzim yang sering berkaitan dengan kerusakan hepatoseluler
adalah aminotransferase. Aspartat amino transferase (AST) memerantarai
reaksi antara asam aspartat dan asam alfa-ketoglutamat; yang dikenal
dengan serum glutamat-oksaloasetat transaminase (SGOT). Alanin
aminotransferase (ALT) memindahkan satu gugus amino antara alanin
dan asam alfa-ketoglutamat yang dikenal dengan serum glutamat-piruvat
transaminase (SGPT). Walaupun SGPT dan SGOT sering dianggap
sebagai enzim hati karena tingginya konsentrasi keduanya dalam
hepatosit, namun hanya SGPT yang spesifik, karena SGOT terdapat di
miokardium, otot rangka, otak, dan ginjal (Sacher dan McPherson, 2004).
Pada penyakit hepatitis, kenaikan kembali atau bertahannya nilai
transaminase yang tinggi menunjukkan kelainan yang berlanjut dan
commit to user B. Kerangka Pemikiran
]
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Memacu pertumbuhan sel
commit to user
C. Hipotesis
Minyak jintan hitam (Nigella sativa.L) bermanfaat sebagai
commit to user
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan thepost test only
control group design.
B. Lokasi Penelitian.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
C. Subjek Penelitian.
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus
musculus) jantan, galur Swiss webster berumur 6-8 minggu dengan berat
badan + 20 g yang diperoleh dari peternakan mencit Universitas Setia Budi,
Surakarta. Sampel sebanyak 30 ekor dibagi dalam 3 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor mencit. Jumlah ini diperhitungkan
menurut rumus Federer (Purawisastra, 2001), yaitu (t-1) (n-1) > 15, dengan t
adalah jumlah perlakuan, sedangkan n adalah jumlah mencit untuk tiap
commit to user
Pengambilan sampel sebanyak 30 ekor, dilakukan secara purposive
sampling yaitu ciri-ciri dan jumlah sampel yang diambil ditetapkan atau
ditentukan dahulu (Hadi, 2006). Kemudian pengelompokan tiap kelompok
dilakukan secara random.
E. Rancangan Penelitian.
Rancangan penelitian ini adalah the post test only control group design
(Taufiqqurohman, 2003). Disini kelompok kontrol dipakai sebagai
pembanding.
K : (X ) O
P1 : (X1) O1
P2 : (X2) O2
Keterangan:
K = Kelompok kontrol, terdiri dari 10 ekor mencit.
P1 = Kelompok perlakuan 1, terdiri dari 10 ekor mencit.
P2 = Kelompok perlakuan 2, terdiri dari 10 ekor mencit.
X = Pemberian aquades 0,1 ml peroral dan aquades 0,056 ml
commit to user
X1 = Pemberian INH dosis 37,8 mg (peroral) 1 kali sehari selama 3 hari
berturut-turut.Selanjutnya hanya diberi aquades seperti pada
kelompok kontrol sampai hari ke-7.
X2 = Pemberian INH dosis 37,8 mg (peroral) dan minyak jintan hitam
dosis 0,056 ml/20 g BB mencit peroral 1 kali sehari selama 3 hari
berturut-turut. Selanjutnya diberi aquades 0,1 ml peroral dan
minyak jintan hitam dosis 0,056 ml/20 g BB mencit peroral 1 kali
perhari sampai hari ke-7.
O = Pemeriksaan kadar SGPT pada kelompok kontrol.
O1 = Pemeriksaan kadar SGPT pada kelompok perlakuan 1.
O2 = Pemeriksaan kadar SGPT pada kelompok perlakuan 2.
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : status pemberian minyak jintan hitam dan INH.
2. Variabel terikat : kadar SGPT mencit.
3. Variabel luar :
Variabel luar dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Variabel luar yang dapat dikendalikan : variasi genetik, jenis
kelamin, umur, suhu udara, berat badan, dan jenis makanan mencit
semuanya diseragamkan.
b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : kondisi psikologis dan
commit to user
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian.
1. Minyak jintan hitam.
Minyak jintan hitam diberikan secara per oral dengan sonde
lambung satu kali sehari selama 7 hari berturut-turut. Pemberian minyak
jintan hitam dengan dosis sebesar 0,056 ml/20 g BB mencit diberikan
pada kelompok perlakuan 2. Minyak jintan hitam diberikan + 2 jam
setelah pemberian INH agar INH terabsorbsi lebih dahulu. Minyak jintan
hitam merupakan minyak yang didapat dari biji jintan hitam yang telah
melalui proses ekstraksi minyak dengan metode cold pressing
(pengempaan dingin). Minyak jintan hitam yang digunakan adalah
minyak jintan hitam dengan nama dagang Black Seed Daily Supplement
produksi M102. Skala pengukuran variabel bebas adalah skala nominal.
2. Isoniazid (INH)
mg/20 gBB yang dijelaskan lebih lanjut di dalam lampiran 2.
3. Variabel terikat : Kadar SGPT
SGPT adalah suatu enzim golongan transferase yang mengkatalisis
pemindahan reversible sebuah gugus amino dari alanine ke α–
commit to user
phosphate sebagai kofaktor. Aktivitas enzim serum (SGPT) ini sangat
meningkat pada penyakit hati (Dorland, 2002) meningkat. Parameter
kerusakan hati diukur dengan kadar GPT serum karena GPT terutama
paling banyak terdapat dalam sitoplasma sel hati, sedangkan dalam
jaringan tubuh yang lain konsentrasinya rendah. Perubahan kadar SGPT
terhadap kerusakan akibat peradangan akut hati, memiliki sensitivitas
yang sangat tinggi dibandingkan SGOT, sehingga dapat mengukur sejauh
mana efek hepatoprotektif dari minyak jintan hitam (Widmann, 1995).
Pengukuran kadar SGPT, menggunakan metode IFCC tanpa
pyridoxal phosphat. Aktivitas enzim dibaca padasuhu 37°C. Aktivitas
SGPT dinyatakan dalam U/L, skala rasio (Widmann, 1995).
4. Variabel luar.
a. Variabel luar yang dapat dikendalikan
1) Variasi genetik
Jenis hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus
musculus) dengan galur Swiss webster.
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin mencit yang digunakan adalah jantan.
3) Umur
Umur mencit pada penelitian ini adalah 6-8 minggu.
4) Suhu udara
Hewan percobaan diletakkan dalam ruangan dengan suhu udara
commit to user
5) Berat badan
Berat badan hewan percobaan saat pengukuran +20 g.
6) Jenis makanan
Makanan yang diberikan berupa pellet dan minuman dari air
PAM.
7) Jintan hitam
b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : kondisi psikologis dan
keadaan awal hati mencit.
Kondisi psikologis mencit dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Lingkungan yang terlalu ramai, pemberian perlakuan yang berulang
kali, dan perkelahian antar mencit dapat mempengaruhi kondisi
psikologis mencit.
Keadaan awal hati mencit tidak diperiksa pada penelitian ini
sehingga mungkin saja ada mencit yang sebelum perlakuan hatinya
sudah mengalami kelainan.
H. Alat dan Bahan Penelitian.
1. Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Kandang mencit
b. Timbangan hewan
c. Timbangan obat
commit to user e. Gelas ukur, mikro pipet dan pengaduk
2. Bahan
Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
a. INH
b. Makanan hewan percobaan (pellet)
c. Aquades
d. Minyak jintan hitam
I. Cara Kerja
1. Dosis Isoniazid (INH)
Pemberian INH dosis toksik pada manusia sebesar 30 mg/kg BB
(Erdman, 2004). Setelah dikonversi ke dalam dosis untuk mencit
didapatkan hasil 5.46mg/20 gBB (di jelaskan dalam lampiran 2)
2. Dosis minyak jintan hitam
Dosis minyak jintan hitam yang digunakan untuk menimbulkan
efek hepatoprotektif pada tikus yang diinduksi siklosporin adalah
2 ml/kgBB per oral (Uz et al., 2008). Maka, untuk tikus seberat 200 g
didapatkan dosis 0,4 ml/200 g BB. Perhitungan dosis untuk mencit
dengan berat badan 20 g sesuai tabel konversi (Ngatidjan, 1991) yaitu,
0,4 x 0,14 = 0,056 ml/20 g BB. Minyak jintan hitam yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh peneliti dengan membeli minyak jintan
commit to user
M102. Minyak jintan hitam 0,056 ml/20 g BB diberikan pada kelompok
perlakuan 2 secara peroral selama 7 hari berturut-turut.
3. Alur penelitian
Gambar 2. Skema Alur Penelitian
Sebelum diberi perlakuan, mencit diadaptasikan dahulu selama satu
minggu di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Keesokkan hari setelah adaptasi selesai,
dilakukan penimbangan pada semua mencit untuk penentuan rata-rata Hari
Sampel 30 ekor mencit
Kelompok
Dipuasakan selama + 5 jam
Aquades 0,156 ml
Aquades 0.1 ml dan Minyak jintan hitam dosis
0,056 ml.
Pemeriksaan SGPT pada hari ke-8. Diberikan INH 5,46mg dalam
0.1 ml Aquades.
Diberikan INH 5,46mg dalam 0.1 ml Aquades.
+
commit to user
berat badan mencit pada penelitian ini, sehingga dosis pemberian INH
dan minyak jintan hitam dapat lebih tepat.
Setelah dilakukan penimbangan, mencit dibagi dalam 3 kelompok
secara random dan mendapat perlakuan sesuai dengan rancangan
penelitian.
Setiap sebelum pemberian INH dan minyak jintan hitam, mencit
dipuasakan dahulu + 5 jam untuk mengosongkan lambung. Pemberian
minyak jintan hitam dilakukan + 2 jam setelah pemberian INH agar INH
terabsorbsi lebih dahulu (Ringoringo, 1985). Di luar jadwal perlakuan,
mencit diberi makan pellet dan minum air PAM ad libitum.
4. Pengukuran Hasil
Pada hari ke-8 darah diambil melalui sinus orbitalis dan diukur
kadar SGPT masing-masing mencit tiap kelompok.
J. Teknik Analisis Data Statistik.
Data yang diperoleh akan diuji menggunakan uji statistik One-Way
ANOVA(α = 0,05). Jika terdapat perbedaan yang bermakna, maka dilanjutkan
dengan uji Post Hoc Multiple Comparisons (LSD) (α = 0,05) (Riwidikdo,
2007). Data diolah dengan program komputer SPSS (Statistical Product and
commit to user
kadar SGPT mencit. Rata-rata kadar SGPT mencit untuk masing-masing
kelompok perlakuan mencit dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1. Rata-rata Kadar SGPT Masing-masing Mencit
Kadar SGPT Mean SD
Gambar 3. Nilai Rata-rata Kadar SGPT Tiap Kelompok
commit to user
Tabel 1 menyajikan data rata-rata dan standar deviasi kadar SGPT mencit
sebelum perlakuan untuk ketiga kelompok. Rata-rata kadar SGPT mencit
sebelum perlakuan yaitu kelompok kontrol adalah 76,17 dengan standar
deviasi 23,96 (76,17±23,96). Kemudian nilai rata-rata untuk kelompok
perlakuan 1 adalah 83,42±42,97 dan kelompok 2 adalah 50,45±7,56.
B. Analisis Data
Uji One Way ANOVA terhadap data kadar SGPT mencit memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,040 atau lebih kecil dari derajat kemaknaan 0,05.
Dengan demikian terdapat perbedaan kadar SGPT yang signifikan antar
ketiga kelompok perlakuan.
Untuk mengetahui letak perbedaan dari ketiga kelompok kadar SGPT
dilakukan Post Hoc Test yang digunakan adalah LSD. Rekapitulasi pengujian
selengkapnya disajikan dalam tabel-tabel berikut ini.
Tabel 2. Hasil Post Hoc Test Kadar SGPT (LSD)
No Pasangan Kelompok Signifikansi (sig.) Kesimpulan
1 Kontrol – KP 1 0,577 (sig.> 0,05) Berbeda; Tdk signifikan
2 Kontrol – KP 2 0,055 (sig. < 0,05) Berbeda; Tdk signifikan
3 KP 1 – KP 2 0,016 (sig. < 0,05) Berbeda; signifikan
Keterangan:
KP 1 : Kelompok Perlakuan 1
commit to user
Dari tabel 2 diketahui pasangan kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan 1 berbeda tidak signifikan (Pvalue > 0,05), kelompok kontrol
dengan kelompok perlakuan 2 berbeda tidak signifikan (Pvalue > 0,05), dan
commit to user
31
BAB V
PEMBAHASAN
Tingginya kadar SGPT mencit pada kelompok kontrol yaitu 76,17 U/L jika
dibandingkan dengan angka normal pada manusia 5-35 U/L(Sacher dan
McPherson, 2004) dapat disebabkan oleh faktor - faktor antara lain: keadaan awal
hati mencit sebelum dilakukannya penelitian telah mengalami kerusakan karena
penyakit hati, efek toksik dan hipersensitif dari suatu zat dan keadaan psikologis
mencit selama dalam masa penelitian. Himawan (2008) mengatakan bahwa
variabel yang tidak dapat dikendalikan dan dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan kadar SGPT antara lain: 1. kondisi psikologis tikus dipengaruhi oleh
perlakuan yang berulang kali; 2. Penyakit hati seperti kelainan pada hati seperti:
hepatitis, sirosis hepatis, nekrosis hati; 3. Patogenitas suatu zat yang dapat
merusak hepar selain radikal bebas yaitu: efek toksik dan hipersensitivitas(alergi);
4. Daya regenerasi sel hati dari masing-masing binatang percobaan; 5.Imunitas
(sistem kekebalan) dari masing-masing binatang percobaan.
Peningkatan SGPT karena induksi INH pada kelompok perlakuan I (rata-rata
83,42+42,97) dibandingkan dengan kelompok kontrol (76,17+23,96) sesuai
dengan Bayupurnama (2006) yang mengatakan bahwa INH berkaitan dengan
hepatotoksisitas. INH mempunyai efek langsung atau melalui produksi kompleks
enzim-obat yang berakibat disfungsi sel, disfungsi membran, respons sitotoksik
sel T. Jenis reaksi yang terjadi adalah hepatoselular. Hal ini juga didukung oleh
commit to user
metabolit toksik, yaitu pertama-tama INH mengalami asetilasi menjadi
asetil-isoniazid oleh enzim N-asetil transferase (NAT). Asetyl-isoniazid
dimetabolismemenjadi acetyl hydrazine dan isonicotinic acid. Isonicotinic acid
dikonjugasi oleh glisin, Asetilhidrazin dimetabolisme lebih lanjut menjadi
diasetilhidrazin dan diubah oleh sitokrom P450 menjadi metabolit reaktif
Mono-asetil Hidrazin (MAH). Metabolit reaktif MAH merupakan radikal bebas dan
bersifat toksik. Pada tikus, scavenger radikal bebas terkait thiols dan antioksidan
glutation peroksidase serta aktivitas katalase dihilangkan oleh INH. MAH
selanjutnya akan memacu asetilasi makromolekul dan berefek hepatotoksis.
Pada penelitian ini dipakai dosis minyak jintan hitam seperti yang
digunakan untuk menimbulkan efek hepatoprotektif pada tikus. Dosis ini ternyata
juga menunjukkan efek hepatoprotektif pada mencit yang diinduksi INH yang
ditunjukkan dengan penurunan kadar SGPT pada kelompok 2. Hal ini berarti
penggunaan minyak jintan efektif untuk menurunkan SGPT pada mencit, sesuai
dengan pendapat Ali dan Blunden, (2003), yang menyebutkan bahwa efek
farmakologis ekstrak biji jintan hitam telah banyak dilaporkan termasuk
perlindungan terhadap hepatotoksisitas yang diinduksi oleh penyakit maupun
bahan-bahan kimia. Biji atau minyaknya mempunyai aktivitas anti inflamasi,
analgesik, anti piretik, anti mikroba, dan anti neoplastik. Biji dan minyak jintan
hitam telah dilaporkan memiliki efek antioksidan yang kuat dan efektif melawan
penyakit dan bahan kimia yang menyebabkan hepatotoksik dan nefrotoksik Hal
ini didukung oleh Uz, et al. (2008) aksi dari antioksidan minyak jintan hitam
commit to user
hepatotoksik dan nefrotoksik in vivo dan in vitro. Minyak jintan hitam secara
signifikan meningkatkan fungsi dan parameter histologi dan mengurangi stres
oksidatif. Mekanisme kerja dari thymoquinone sendiri tanpa mengakibatkan
perubahan pada aktifitas GST (glutatione-S-transferase) dan tidak juga
mengurangi kadar glutatione pada jaringan, thymoquinone tereduksi menjadi
dihydrotymoquinone dalam efek anti scavenger radikal superoksida. Walaupun
dihydrothymoquinone merupakan zat hasil reduksi, ternyata masih mempunyai
commit to user
34
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, minyak jintan hitam (Nigella sativa.L)
dengan dosis 0,056 ml/20 gBB mencit peroral 1 kali perhari bermanfaat
sebagai hepatoprotektor pada mencit (Mus musculus) yang diinduksi
Isoniazid (INH).
B. Saran
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai dosis minyak jintan hitam
sehingga diketahui dosis yang lebih efektif dalam menurunkan kadar
SGPT mencit (mus musculus) yang diinduksi INH
2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek penggunaan minyak
jintan hitam terhadap organ tubuh lainnya selain manfaatnya sebagai