• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Hukum Pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional Di Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Hukum Pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional Di Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM

PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

TESIS

Oleh

PUTRI AYU REZKI UTAMI

117011074/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KAJIAN HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM

PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada

Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara

Oleh

PUTRI AYU REZKI UTAMI

117011074/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Telah diuji pada Tanggal : 23 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS

2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Notaris Syafnil Gani, SH, MHum

(4)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : PUTRI AYU REZKI UTAMI

NIM : 117011074

Program Studi : Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Judul Tesis : KAJIAN HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM

PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Dengan in menyatakan bahwa tesis yang saya buat adalah hasil karya saya sendiri bukan plagiat, apabila dikemudian hari diketahui tesis saya tersebut plagiat atas kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberikan sanksi apapun dari Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan saya ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat pernyataan

(5)

ABSTRAK

Saat ini bangsa kita masih menghadapi persoalan-persoalan struktural dalam bentuk: tingginya pengangguran, tingginya tingkat kemiskinan, tingginya konsentrasi asset agraria pada sebagian kecil masyarakat, tingginya sengketa dan konflik diseluruh Indonesia, rentannya ketahanan pangan, menurunnya kualitas lingkungan hidup, dan lemahnya ekonomi keluarga. Dalam rangka mengatasi permasalah tersebut, pemerintah melalui BPN telah merumuskan 11 (sebelas) agenda prioritas, yang kesemuanya dibingkai dalam sebuah kebijakan yaitu Reforma Agraria yang disebut juga Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN). Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai telah melaksanakan PPAN semenjak tahun 2008 (dua ribu delapan) dan telah mengeluarkan sertifikat sebanyak 24.000 (dua puluh empat ribu) melalui PPAN ini. Sehingga adapun yang menjadi rumusan masalah yaitu: Bagaimana Kebijakan Hukum PPAN pasca reformasi saat ini?, Bagaimanakah pelaksanaan PPAN di Kabupaten Serdang Bedagai?, dan Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat dan penyelesaiannya dalam pelaksanaan PPAN di Kabupaten Serdang Bedagai?

Untuk membahas permasalahan tersebut diatas, maka penelitian yang dilakukan Deskriptif Analistis dengan menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan Program Pembaharuan Agraria Nasional. Jenis penelitian yang diterapkan adalah memakai pendekatan Yuridis Normatif karena penelitian mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku sebagai landasan normatif

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pelaksanaan PPAN di Kabupaten Serdang Bedagai ini hanya melakukan asset reform saja dalam programnya, Pelaksanaan asset reformnya juga hanya melaksanakan sertifikasi atau pensertifikatan tanah yang dimiliki oleh petani yang belum memiliki alas hak atas tanahnya tersebut dengan tidak mengenakan biaya sama sekali terhadap proses pensertifikatan tanah petani tersebut sedangkan pelaksanaan access reformnya belum ada dilaksanakan di Kabupaten ini.

(6)

ABSTRACT

Today, our country is facing structural problems, such as high unemployment, high ranking in poverty, high concentration on agrarian assets in the minority of the people, the problems of dispute and conflict throughout Indonesia, the susceptibility of food security, the decrease in the quality of environment, and the poor condition of families’ economy. In order to cope with these problems, the government, through BPN (the National Land Agency) has formulated 11 (eleven) prioritized agendas which are framed in an Agrarian Reformation which is called National Agrarian Reform Program (PPAN). The Land Office of Serdang Bedagai District has implemented PPAN since 2008 and has issued 24,000 certificates through this PPAN. Therefore, the problems of the research were as follows: how about the legal policy of PPAN in the post-reformation era, how about the implementation of PPAN in Serdang Bedagai District, and what factors which became the obstacles and how about the solution of the problems in the implementation of PPAN in Serdang Bedagai District.

The research used descriptive analysis by describing and reporting in detail, systematically, and completely anything related to the National Agrarian Reform Program. The type of the research was judicial normative since it is referred to legal norms found in the legal provisions as the normative basis.

The result of the research showed that in the implementation of PPAN in Serdang Bedagai District, the competent authorities only conducted asset reform in the program. They only carried out issuing certifications or land certifications owned by farmers who did not have any legal basis on their land freely, while the implementation of their access reform has not been carried out in this District.

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini

dengan judul “KAJIAN HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM

PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”.

Penulisan tesis ini merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam Penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN., Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS., dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus dan ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil, sampai pada tahap ujian tesis sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah. Kemudian juga, kepada Dosen Penguji Bapak Notaris Syafnil Gani, SH, M.Hum, dan Bapak Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum, yang telah berkenan memberi masukan dan arahan sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.

Selanjutnya ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(8)

untuk dapat menjadi mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas segala dedikasi dan pengarahan serta masukan yang diberikan kepada saya selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Sumatera Utara, yang telah membimbing dan membina saya dalam penyelesaian studi selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Dosen serta segenep civitas akademis Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 6. Kedua Orang tua tercinta Ayahanda Amas Suchri, dan Ibunda Hajjah

Rosiati, ade saya Dimas Kurnia, Habibie Afrizal dan keluarga tercinta wak kam, wak mul, om sar, om mar, om kar, om ucok, bik mia, tante evi, atas segala do’a, rasa sayang dan cinta yang tidak terbatas kepada saya sehingga menjadi dukungan dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini

7. Para sahabat Pak Marsyuddin, kak Aya, kak Dini, Kak Pesta, kak Juni, Kak Herni, Kak Putri, Bang Reza, kak Vika dan Eni Cibro dan seluruh teman-teman Magister Kenotariatan Group B Angkatan 2011 atas segala dukungan dan kenangan indah yang terjalin selama ini.

(9)

9. Seluruh staf dan pegawai di Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Ibu Fatimah, Kak Lisa, Kak Winda, Kak Sari, Kak Afni, Bang Ken, Bang Aldi, Bang Rizal dan Bang Hendri selaku manajemen administrasi yang telah membantu dalam proses penyelesaian tesis ini.

Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada saya mendapat balasan yang setimpal dari ALLAH SWT agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan, dan rezeki yang berlimpah, kepada kita semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun tidak ada salahnya jika penulis berharap kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.

Medan, September 2013 Penulis,

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : PUTRI AYU REZKI UTAMI

Tempat/Tinggal Lahir : Padangsidempuan, 7 Desember 1987

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Kasantaroji Nomor 33 Kota Padangsidempuan

II. KELUARGA

Nama Ayah : Sumarlan

Nama Ibu : Hajjah Rosiati

III.PENDIDIKAN FORMAL

SD NEGERI 142431/SDN 15 Padangsidempuan Lulus tahun 2000

SLTP NEGERI 1 Padangsidempuan Lulus tahun 2003

SMA NEGERI 1 Padangsidempuan Lulus tahun 2006

S-1 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara Lulus tahun 2010

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Keaslian Penelitian ... 15

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 18

1. Kerangka Teori ... 18

2. Konsepsi ... 23

G. Metode Penelitian ... 26

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 26

2. Sumber Data ... 28

3. Alat Pengumpulan Data ... 29

4. Teknik Pengumpulan Data ... 30

5. Analisis Data ... 31

BAB II KEBIJAKAN HUKUM PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL PASCA REFORMASI SAAT INI ... 32

A. Reforma Agraria Pra Reformasi ... 32

B. Reforma Agraria Pasca Reformasi ... 37

(12)

D. Kebijakan Pembaharuan Agraria Berdasarkan Keppres No.34

Tahun 2003 Dalam PPAN ... 47

E. Kebijakan Pembaharuan Agraria Berdasarkan PP No.11 Tahun 2010 ... 49

F. Kebijakan Pembaharuan Agraria Berdasarkan Perkaban No. 3 Tahun 2011 ... 50

G. Kebijakan Pembaharuan Agraria Berdasarkan Keputusan Kepala BPN RI No. 34 Tahun 2007 ... 51

BAB III PELAKSANAAN PPAN DI KABAUPATEN SERDANG BEDAGAI ... … 75

A. PPAN Di Kabupaten Serdang Bedagai ... … 75

B. Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Serdang Bedagai... ... 76

C. Lokasi Pelaksanaan PPAN ... ... 82

D. Tahap Pelaksanaan PPAN Di Kabupaten Serdang ... .... 90

E. Pelaksanaa Access Reform Di Kabupaten Serdang Bedagai ... .... 97

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI PENGHAMBAT DAN PENYELESAIANNYA DALAM PELAKSANAAN PPAN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ... 101

A. Hambatan Dari Masyarakat Peserta PPAN ... ... 101

B. Hambatan Administratif Di Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai ... … 103

(13)

D. Hambatan Dalam Bidang Perpajakan ... … 107

E. Hambatan Hukum ... … 107

F. Hambatan Asset Reform... … 107

G. Hambatan Access Reform ... … 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... … 113

A. Kesimpulan ... … 113

B. Saran ... … 114

(14)

ABSTRAK

Saat ini bangsa kita masih menghadapi persoalan-persoalan struktural dalam bentuk: tingginya pengangguran, tingginya tingkat kemiskinan, tingginya konsentrasi asset agraria pada sebagian kecil masyarakat, tingginya sengketa dan konflik diseluruh Indonesia, rentannya ketahanan pangan, menurunnya kualitas lingkungan hidup, dan lemahnya ekonomi keluarga. Dalam rangka mengatasi permasalah tersebut, pemerintah melalui BPN telah merumuskan 11 (sebelas) agenda prioritas, yang kesemuanya dibingkai dalam sebuah kebijakan yaitu Reforma Agraria yang disebut juga Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN). Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai telah melaksanakan PPAN semenjak tahun 2008 (dua ribu delapan) dan telah mengeluarkan sertifikat sebanyak 24.000 (dua puluh empat ribu) melalui PPAN ini. Sehingga adapun yang menjadi rumusan masalah yaitu: Bagaimana Kebijakan Hukum PPAN pasca reformasi saat ini?, Bagaimanakah pelaksanaan PPAN di Kabupaten Serdang Bedagai?, dan Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat dan penyelesaiannya dalam pelaksanaan PPAN di Kabupaten Serdang Bedagai?

Untuk membahas permasalahan tersebut diatas, maka penelitian yang dilakukan Deskriptif Analistis dengan menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan Program Pembaharuan Agraria Nasional. Jenis penelitian yang diterapkan adalah memakai pendekatan Yuridis Normatif karena penelitian mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku sebagai landasan normatif

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pelaksanaan PPAN di Kabupaten Serdang Bedagai ini hanya melakukan asset reform saja dalam programnya, Pelaksanaan asset reformnya juga hanya melaksanakan sertifikasi atau pensertifikatan tanah yang dimiliki oleh petani yang belum memiliki alas hak atas tanahnya tersebut dengan tidak mengenakan biaya sama sekali terhadap proses pensertifikatan tanah petani tersebut sedangkan pelaksanaan access reformnya belum ada dilaksanakan di Kabupaten ini.

(15)

ABSTRACT

Today, our country is facing structural problems, such as high unemployment, high ranking in poverty, high concentration on agrarian assets in the minority of the people, the problems of dispute and conflict throughout Indonesia, the susceptibility of food security, the decrease in the quality of environment, and the poor condition of families’ economy. In order to cope with these problems, the government, through BPN (the National Land Agency) has formulated 11 (eleven) prioritized agendas which are framed in an Agrarian Reformation which is called National Agrarian Reform Program (PPAN). The Land Office of Serdang Bedagai District has implemented PPAN since 2008 and has issued 24,000 certificates through this PPAN. Therefore, the problems of the research were as follows: how about the legal policy of PPAN in the post-reformation era, how about the implementation of PPAN in Serdang Bedagai District, and what factors which became the obstacles and how about the solution of the problems in the implementation of PPAN in Serdang Bedagai District.

The research used descriptive analysis by describing and reporting in detail, systematically, and completely anything related to the National Agrarian Reform Program. The type of the research was judicial normative since it is referred to legal norms found in the legal provisions as the normative basis.

The result of the research showed that in the implementation of PPAN in Serdang Bedagai District, the competent authorities only conducted asset reform in the program. They only carried out issuing certifications or land certifications owned by farmers who did not have any legal basis on their land freely, while the implementation of their access reform has not been carried out in this District.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik yang langsung untuk kehidupan seperti untuk bercocok tanam atau tempat tinggal maupun untuk melaksanakan usaha.1 Tanah juga sebagai tempat peristirahatan yang terakhir ketika dipanggil sang pencipta. Tanah yang dulu dipandang dari sudut sosial, yang tercakup dalam lingkungan hukum adat, Hak ulayat dan fungsi sosial, kini mulai dilihat dengan kaca mata ekonomi, sehingga tepat apabila Persatuan Bangsa-Bangsa mensinyalir bahwa saat ini masalah pertanahan tidak lagi menyangkut isu kemasyarakatan tetapi telah berkembang menjadi isu ekonomi2

Secara hakiki, makna dan posisi strategis tanah dalam kehidupan masyarakat Indonesia, tidak saja mengandung aspek fisik, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, pertahanan keamanan dan aspek hukum. Tanah juga bagi masyarakat mengandung makna multidimensional, yaitu:3

1. Dari sisi ekonomi tanah merupakan sarana produksi yang dapat mendatangkan kesejahteraan

1 Suardi, Hukum Agraria, Badan Penerbit IBLAM, Jakarta, 2005, hal 1 2

Muhammad Yamin Lubis, Abdul Rahim Lubis, Beberapa Masalah Aktual Hukum Agraria, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2004, hal. 26

(17)

2. Secara politis tanah dapat menentukan posisi seseorang dalam pengambilan keputusan masyarakat

3. Sebagai budaya yang dapat menentukan tinggi rendahnya status sosial pemiliknya 4. Tanah bermakna sakral karena berurusan dengan warisan.

Masih banyak petani Indonesia yang belum memiliki lahan pertanian atau mengandalkan dirinya menjadi buruh tani. Besarnya jumlah buruh tani tersebut sangat memprihatinkan karena bagaimana mungkin bisa sejahtera seorang petani yang tidak memiliki lahan pertanian. Banyaknya petani yang belum memiliki lahan tersebut terjadi karena masih rendahnya pendidikan formal, biasanya petani adalah seorang pekerja keras namun sangat rendah pengetahuannya. Sementara itu petani yang memiliki lahan pertanian juga masih sulit untuk hidup sejahtera, karena tidak sedikit dari mereka terjerat rentenir untuk membiayai pengelolaan tanahnya.

Masalah sumber daya alam di Indonesia diatur dalam konstitusi sebagaimana terlihat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan “bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.4 Berdasarkan hal tersebut Negara mempunyai kekuasaan mengatur tanah-tanah yang telah dimiliki seseorang atau badan hukum maupun tanah-tanah bebas yang belum dimiliki seseorang atau badan hukum akan langsung dikuasai oleh Negara. 5dan hubungan seperti ini disebut

4 Bachtiar Effendie,

Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah, Alumni, Bandung, 1993, hal. 2

5

(18)

dengan hubungan penguasaan. 6Kemudian sebagai pelaksana dari ketentuan di atas, dipertegas dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, bahwa hak menguasai Negara tersebut memberi wewenang untuk:7

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa

2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa Berkaitan dengan kewenangan Negara di atas, maka pemanfaatan tanah harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Peraturan tentang tanah ini diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960.

UUPA adalah hukum tanah nasional yang berlaku di Negara Republik Indonesia dan merupakan tonggak penting bagi upaya menuju keadilan agraria di Indonesia. UUPA juga merupakan bukti dari hasil Pembaharuan Agraria/Reforma Agraria (agrarian reform) di Indonesia. Pembaharuan agraria ini sangat identik dengan landreform karena landreform ini merupakan satu bagian dari pembaharuan agraria yang hanya meliputi tanah saja (dalam artian sempit) sedangkan pembaharuan

6

Muhammad Bakri, Hak Menguasai Oleh Negara (Paradigma Baru Untuk Reformasi Agraria), Citra Media, Yogyakarta, 2007, hal. 1

(19)

agraria (agrarian reform) mencakup landreform, water reform, dan air reform (dalam artian luas).8 A.P. Parlindungan menyatakan bahwa UUPA tersebut sebagai induk

landreform Indonesia.9

Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN) merupakan pembaharuan agraria (agrarian reform) dalam bentuk landreform. Landreform adalah penataan kembali sistem pertanahan baik mengenai peruntukan, persediaan, penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah, serta peralihan haknya sehingga tanah-tanah tersebut lebih baik dan produktif serta meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya para petani penggarap.10dan hal ini didasarkan bahwa UUPA mengandung ketentuan-ketentuan pokok mengenai landreform karena UUPA sebagai Undang-Undang

landreform Indonesia.11

Sasaran Objek landreform yaitu:12

1. Pembatasan luas maksimum tanah pertanian 2. Larangan absentee

3. Memperbaiki sistem penguasaan tanah, yang bertentangan dengan sistem UUPA, seperti gadai, bagi hasil dan lain-lain

4. Melaksanakan program redistribusi tanah sebagai objek landreform

5. Pemberian ganti rugi kepada pemilik tanah objek landreform, seperti redistribusi tanah kelebihan, tanah absentee, tanah partikulir tanah perkebunan, tanah swapraja.

8Muhammad Yamin, Jawaban singkat pertanyaan-pertanyaan dalam komentar atas UUPA,

Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003, hal. 13

9 A.P. Parlindungan, Landreform Indonesia Suatu Perbandingan, Alumni, Bandung, 1987,

hal. 8

10 Affan Mukti, Pembahasan UUPA Nomor 5 Tahun 1960, USU Press, Medan, 2010, hal. 42. 11

Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan Pembebasan Tanah Di Indonesia, Alumni, Bandung, 1983, hal. 47

12 Chadidjah Dalimunthe, Pelaksanaan landreform di Indonesia dan permasalahannya, USU,

(20)

6. Pemungutan uang sewa dan ganti rugi untuk membiayai pelaksanaan landreform 7. Pelaksanaan tindak lanjut landreform, melakukan sertifikasi tanah-tanah terutama

tanah pertanian.

Untuk memperlancar pelaksanaan-pelaksanaan landreform di atas, maka pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) secara terus menerus melakukan kegiatan-kegiatan seperti:13

1. Mengadakan pendataan tanah-tanah yang terkena ketentuan landreform 2. Mengadakan penelitian terhadap tanah-tanah terlantar

3. Penetapan bagian tanah yang terkena landreform

4. Melaksanakan penguasaan tanah yang menurut ketentuan hukum jatuh kepada Negara

5. Pemberian izin menggarap kepada petani terhadap tanah-tanah yang dikuasai oleh Negara

6. Menetapkan urutan-urutan petani yang berhak mendapatkan redistribusi tanah 7. Mengusulkan redistribusi tanah dan penetapan besarnya ganti rugi atas tanah yang

terkena objek landreform. Tujuan landreform yaitu:14

1. Untuk mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan rakyat tani yang berupa tanah, dengan maksud agar ada pembagian hasil yang adil pula, dengan merombak struktur pertanahan sama sekali secara revolusioner, guna merealisir keadilan sosial

2. Untuk melaksanakan prinsip tanah untuk tani, agar tidak terjadi lagi tanah sebagai obyek spekulasi dan obyek pemerasan

3. Untuk memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi setiap warga Negara Indonesia, baik laki-laki maupun wanita yang berfungsi sosial. Suatu pengakuan dan perlindungan terhadap private benzit, yaitu hak milik sebagai hak yang terkuat, bersifat perorangan dan turun-temurun, tetapi berfungsi sosial 4. Untuk mengakhiri sistem tuan-tanah dan menghapuskan pemilikan dan

penguasaan tanah secara besar-besaran dengan tak terbatas, dengan menyelenggarakan batas maksimum dan batas minimum untuk tiap keluarga, sebagai kepala keluarga baik laki-laki ataupun wanita. Dengan demikian mengikis pula sistem liberalisme dan kapitalisme atas tanah dan memberikan perlindungan terhadap golongan yang ekonomi lemah.

13Ibid, hal. 43-44

(21)

5. Untuk mempertinggi produksi nasional dan mendorong terselenggaranya pertanian yang intensif secara gotong-royong dalam bentuk koperasi dan bentuk gotong royong lainnya, untuk mencapai kesejahteraan yang merata dan adil, dibarengi dengan sistem perkreditan yang khusus ditujukan kepada golongan tani. Tujuan lain landreform yang dilihat dari berbagai aspek adalah sebagai berikut:15

1. Tujuan sosial ekonomi:

a. Memperbaiki keadaan sosial ekonomi rakyat dengan memperkuat hak milik serta memberi fungsi sosial politik

b. Memperbaiki produksi nasional khususnya sektor pertanian guna mempertinggi penghasilan dan taraf hidup rakyat

2. Tujuan sosial politik

a. Mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan pemilikan yang luas

b. Mengadakan pembagian yang adil atas sumber-sumber penghidupan rakyat tani berupa tanah dengan maksud agar ada pembagian hasil yang adil pula 3. Tujuan mental psikologos

a. Meningkatkan kegairahan kerja bagi para petani penggarap dengan jalan memberikan kepastian hak mengenai pemilikan tanah

b. Memperbaiki hubungan kerja antara pemilik tanah dan penggarapnya. Unsur-unsur landreform yaitu:16

1. Adanya pembagian tanah dan perombakan sistem persewaan tanah 2. Merupakan upaya pemerataan penghasilan dan kekayaan

3. Merupakan upaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui implementasi peraturan pemerintah serta aktivitas legal dari program umum.

Saat ini bangsa kita masih menghadapi persoalan-persoalan struktural dalam bentuk:

1. tingginya tingkat pengangguran

15

Tampil Anshari Siregar, Undang-Undang Pokok Agraria Dalam Bagan, Kelompok studi hukum dan masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan, 2008, hal. 78-79

16 Elza Syarif, Menuntaskan Sengketa Tanah melalui Pengadilan Khusus Pertanahan,

(22)

2. tingginya tingkat kemiskinan

3. tingginya konsentrasi aset agraria pada sebagian kecil masyarakat 4. tingginya sengketa dan konflik di seluruh Indonesia

5. rentannya ketahanan pangan dan ketahanan energi rumah tangga dari sebagian besar masyarakat kita

6. semakin menurunnya kualitas lingkungan hidup

7. lemahnya sebagian terbesar masyarakat termasuk terhadap sumber-sumber ekonomi keluarga.

Salah satu penyebab rangkaian permasalahan tersebut adalah kurangnya proporsionalitas penguasaan dan pemilikan tanah serta adanya ketidaksempurnaan akses tanah sebagai salah satu sarana yang belum dikelola dengan baik.

Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah melalui Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah merumuskan 11 (sebelas) Agenda Prioritas, yaitu:17

1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah serta sertipikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia

3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah

4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana alam dan daerah-daerah konflik di seluruh Indonesia

5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik pertanahan secara sistimatik

17 Visi, Misi, dan Tujuan Pembangunan Pertanahan, Badan Pertanahan Nasional Republik

(23)

6. Membangun Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) dan Sistem Pengamanan Dokumen Pertanahan di seluruh Indonesia

7. Menangani masalah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat

8. Membangun data base penguasaan dan pemilikan tanah skala besar

9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan pertanahan yang telah ditetapkan

10.Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 11.Membangun dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan pertanahan.

Agenda ke-11 (sebelas), yaitu : mengembangkan dan memperbaharui politik, hukum dan kebijakan pertanahan. Yang kesemuanya dibingkai dalam sebuah kebijakan yaitu Reforma Agraria yang disebut Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN). Reforma Agraria, secara operasional didefinisikan sebagai menata kembali sistem politik dan hukum pertanahan berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan UUPA, dan di dalam implementasinya merupakan proses penyelenggaraan land reform atau asset reform dan access reform secara bersama.18

Sehingga dengan demikian dikeluarkanlah kebijakan untuk mengalokasikan lahan sebagai objek pelaksanaan Reforma Agraria dan dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai pertanahan, maka jelas terlihat kemauan politik pemerintah untuk melaksanakan Reforma Agraria semakin terlihat kuat. Pelaksanaan kebijakan redistribusi tanah ini dijalankan dalam sebuah kerangka program terpadu yang disebut Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN).

18Petunjuk Pelaksana Kegiatan Redistribusi Tanah Obyek Landreform, Badan Pertanahan

(24)

Sesuai dengan penegasan Kepala BPN Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa:19

“Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN) bukanlah sekedar proyek bagi-bagi tanah, melainkan suatu program terpadu untuk mewujudkan keadilan sosial dan peningkatan kesejahteraan rakyat melalui penataan akses terhadap tanah sebagai basis untuk revitalisasi pertanian dan aktivitas ekonomi pedesaan.”

PPAN dimulai pada tahun 2007 (dua ribu tujuh), melalui program ini, peran BPN tidak hanya sekedar sebagai lembaga yang memproduksi sertifikat tanah, tapi sekaligus membantu pemilik tanah untuk bisa memberdayakan tanah tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan.

Reforma Agraria di Indonesia meliputi 5 (lima) program (Panca Program), yaitu:20

1. Pembaharuan hukum agraria, melalui unifikasi hukum yang berkonsepsi nasional dan pemberian jaminan kepastian hukum

2. Penghapusan hak-hak asing dan konsesi-konsesi kolonial atas tanah 3. Mengakhiri penghisapan feodal secara berangsur-angsur

4. Perombakan pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan penguasaan tanah dalam mewujudkan pemerataan kemakmuran dan keadilan

5. Perencanaan persediaan dan peruntukan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya serta penggunaanya secara terencana, sesuai dengan daya dukung dan kemampuannya.

19 Wawancara Joyo Winoto: “Reforma Agraria Tak Boleh Sembrono.” Tempo 10 Desember

2006

20 Pendastaren Tarigan,

(25)

Program yang keempat, lazim disebut program landreform. istilah landreform dipakai dalam pengertian yang sempit, yaitu sebagai perubahan dalam pemilikan dan penguasaan tanah, khususnya redistribusi tanah. Tetapi, menurut Erich Jacoby, redistribusi tanah tidaklah sama dengan landreform. Namun redistribusi tanah melalui

landreform khususnya, telah mencapai target selama 20 (dua puluh) tahun terakhir,

pada saat prioritas perubahan sosial ekonomi telah diberikan terhadap daerah-daerah yang masyarakatnya sangat peka terhadap perubahan-perubahan.

Pada dasarnya hal yang menimbulkan perlunya redistribusi tanah adalah ketidakseimbangan dalam penguasaan dan pemilikan tanah. Disatu pihak ada sedikit petani yang mempunyai sejumlah besar atau sangat besar tanah pertanian, tetapi disisi lainnya sejumlah besar petani hanya mempunyai tanah yang sangat kecil atau bahkan sama sekali tidak mempunyai tanah pertanian untuk digarap.

Menurut penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 224 tahun 1961 Tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah Dan Pemberian Ganti Kerugian, tanah-tanah yang diambil oleh Pemerintah untuk selanjutnya dibagikan kepada petani yang membutuhkan itu tidak disita, melainkan diambil dengan disertai pemberian ganti kerugian. Hal ini merupakan perwujudan dari azas yang terkandung dalam hukum agraria Indonesia, yang mengakui adanya hak perorangan atas tanah. Pemberian ganti kerugian itu, juga merupakan ciri pokok landreform Indonesia.

Jadi yang dimaksud dengan redistribusi tanah yang menjadi objek

landreform, adalah pembagian tanah-tanah pertanian yang telah diambil alih oleh

(26)

absentee, tanah swapraja atau bekas swapraja, kepada para petani yang memenuhi syarat untuk menerima distribusi tanah tersebut.

Reforma Agraria yang salah satu inti pelaksanaannya adalah melaksanakan Redistribusi Tanah Obyek Landreform bukanlah program yang ringan untuk dilaksanakan. Cakupan dan dampak dari program ini berdimensi sangat luas bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karenanya, reforma agraria menuntut komitmen dan keterlibatan penuh dari semua komponen bangsa, baik pihak pemerintah, swasta, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) maupun petani redistribusi itu sendiri dan pihak-pihak terkait.

PPAN terdiri dari dua komponen pokok, yaitu:

1. Redistribusi tanah untuk menjamin hak rakyat atas sumber-sumber agraria.

2. Upaya pembangunan lebih luas yang melibatkan multipihak untuk menjamin agar asset tanah yang telah diberikan tadi dapat berkembang secara produktif dan berkelanjutan.

Komponen yang utama disebut dengan asset reform, sedangkan yang kedua disebut access reform. Gabungan antara kedua jenis reform inilah yang diistilahkan dengan “landreform plus”21 sebagai ciri dasar yang membedakan PPAN ini dari program landreform yang pernah dilakukan pemerintah sebelumnya.

Asset Reform di masa lalu menggunakan program landreform sebagai suatu

proses redistribusi tanah untuk menata penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan

(27)

pemanfaatan tanah berdasarkan hukum dan peraturan perndang-undangan di bidang pertanahan tetap dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah.

Subyek atau penerima manfaat redistribusi tanah ini di prioritaskan kepada masyarakat yang telah menguasai dan mengusahakan tanah tersebut selama bertahun-tahun. Prioritas berikutnya yaitu kepada masyarakat miskin dan atau tidak punya tanah disekitar atau diluar lokasi tanah tersebut. Penerima manfaat tersebut nantinya akan diberikan sertifikat hak milik atas tanah tersebut secara perseorangan.

Access Reform adalah proses penyediaan akses bagi masyarakat (subyek

Program Pembaharuan Agraria Nasional) terhadap segala hal yang memungkinkan petani tersebut untuk mengembangkan tanahnya sebagai sumber kehidupan.

Ada 5 (lima) tujuan utama yang hendak dicapai dari Pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional ini melalui asset reform dan access reform yaitu:22 1. Menata kembali struktur penguasaan, pemilikan, pemanfaatan, dan penggunaan

tanah dan kekayaan alam yang lainnya sehingga menjadi lebih berkeadilan sosial 2. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, khususnya kaum tani dan

rakyat miskin dipedesaan

3. Mengatasi pengangguran dengan membuka kesempatan kerja baru di bidang pertanian dan ekonomi pedesaan

4. Membuka akses bagi rakyat terhadap sumber-sumber ekonomi dan politik

5. Dan mewujudkan mekanisme sistematis dan efektif untuk mengatasi sengketa dan konflik agraria

Pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional ini juga telah dilaksanakan oleh daerah-daerah di Sumatera Utara dan salah satu daerah yang paling

(28)

banyak telah mengeluarkan sertifikat melalui PPAN yaitu daerah Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 24.000 (dua puluh empat ribu) sertifikat.

Sehingga perlu dipertanyakan bahwa seberapa jauh program yang telah dilaksanakan tersebut bermanfaat bagi penerima. Sebab Program Pembaharuan Agraria Nasional ini tidak selesai dengan telah diterimanya pembagian tanah, melainkan ada tindak lanjut berupa pelayanan kemudahan memperoleh kredit, bantuan pemasaran hasil produksi dan dorongan untuk turut serta dalam koperasi merupakan dukungan yang sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan pendapatan petani penerima tanah obyek landreform. Tanpa dukungan yang nyata, petani yang mengalami kesulitan hidup dengan mudah menjual tanahnya kepada pihak lain tanpa ada hasil produksi yang diperoleh.

Oleh karena itu untuk mengetahui apakah pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional yang diterapkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai ini telah memenuhi target PPAN yang ditentukan untuk upaya meningkatkan ekonomi masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai dan adakah hambatan dalam pelaksanaan program tersebut.

(29)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kebijakan hukum Program Pembaharuan Agraria Nasional pasca reformasi saat ini?

2. Bagaimanakah pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional di Kabupaten Serdang Bedagai?

3. Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat dan penyelesaiannya dalam pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional di Kabupaten Serdang Bedagai?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kebijakan hukum Program Pembaharuan Agraria Nasional pasca reformasi saat ini

2. Untuk mengetahui pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional di Kabupaten Serdang Bedagai

(30)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Dari segi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan bahan kajian lebih lanjut bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya dalam bidang Hukum Agraria mengenai Kajian Hukum Pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional di Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Dari segi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangsih pemikiran dan masukan bagi semua pihak mengenai pengembangan ilmu pengetahuan hukum dalam bidang hukum agraria

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di Kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian dengan judul “Kajian Hukum Pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional di Kabupaten Serdang Bedagai.”, belum pernah ditemukan judul atau penelitian terhadap masalah tersebut di atas, dengan demikian penelitian ini adalah asli, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

(31)

yang dibahas berbeda dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang berkaitan dengan redistribusi tanah obyek landreform yang pernah dilakukan adalah:

1. Ira Sumaya, NIM: 077005076, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Analisis hukum

landreform sebagai upaya meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat (studi

pada kegiatan redistribusi tanah di Kota Medan)”, dengan rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kebijakan hukum landreform dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat?

b. Bagaimana pelaksanaan kegiatan redistribusi tanah obyek landreform di Kota Medan dalam meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat?

c. Faktor-faktor apa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan

landreform dan redistribusi tanah di Kota Medan?

2. Zulkarnain, NIM: 027005047, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Pelaksanaan redistribusi tanah obyek landreform berdasarkan Keputusan Menteri Agraria Nomor: SK.24/HGU/65 di Kabupaten Langkat”, dengan rumusan masalah sebagai berikut:

(32)

b. Akibat hukum apa yang timbul setelah penerbitan keputusan Menteri Agraria Nomor: SK.24/HGU/1965 tanggal 10 Juni 1965 di Kabupaten Langkat? c. Kebijakan hukum apa yang diambil terhadap keputusan Menteri Agraria

Nomor: SK.24/HGU/1965 tanggal 10 Juni 1965 di Kabupaten Langkat? 3. Hasinuddin, NIM: 027005034, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum, Sekolah

Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Redistribusi tanah Obyek Landreform berwawasan lingkungan di Kota Medan”, dengan rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana ketentuan Peraturan Perundang-Undangan redistribusi tanah obyek landreform?

b. Apakah asas-asas hukum redistribusi tanah obyek landreform berwawasan lingkungan?

c. Bagaimana kebijakan redistribusi tanah obyek landreform berawawasan lingkungan di Kota Medan?

(33)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori adalah susunan konsep, defenisi yang dalam yang menyajikan pandangan yang sistematis tentang fenomena, dengan menunjukkan hubungan antara

variable yang satu dengan yang lain, dengan maksud untuk menjelaskan dan

meramalkan fenomena.

Teori merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris, sehingga teori tentang ilmu merupakan penjelasan rasional yang sesuai dengan objek penelitian dijelaskannya dan untuk mendapat verifikasi, maka harus didukung oleh data empiris yang membantu dalam mengungkapkan kebenaran.23

Beberapa pakar ilmu pengetahuan memberikan defenisi tentang teori, yaitu sebagai berikut:24

a. Fred N. Kerlinger menguraikan teori adalah sekumpulan konstruksi (konsep, defenisi, dan dalil) yang saling terkait, yang menghadirkan suatu pandangan secara sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variable, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena. b. Braithwaite mengemukakan bahwa teori adalah sekumpulan hipotesis yang

membentuk suatu sistem deduktif, yaitu yang disusun sedemikian rupa, sehingga dari beberapa hipotesis yang menjadi dasar pemikiran beberapa hipotesis, semua hipotesis lain secara logis mengikutinya.

c. Menurut Jack Gibbs, teori adalah sekumpulan pernyataan yang saling berkaitan secara logis dalam bentuk penegasan empiris mengenai sifat-sifat dari kelas-kelas yang tak terbatas dari berbagai kejadian atau benda.

d. S. Nasution mengemukakan teori adalah susunan fakta-fakta yang saling berhubungan dalam bentuk sistematis, sehingga dapat dipahami. Fungsi dan peranan teori dalam penelitian ilmiah adalah mengarahkan, merangkum pengetahuan dalam system tertentu, serta meramalkan fakta.

e. Kartini Kartono menyatakan bahwa teori adalah suati prinsip umum yang dirumuskan untuk menerangkan sekelompok gejala-gejala yang saling berkaitan.

(34)

Keberadaan teori dalam dunia ilmu sangat penting karena teori merupakan konsep yang akan menjawab suatu masalah. Teori oleh kebanyakan ahli dianggap sebagai sarana yang memberikan rangkuman bagaimana memahami suatu masalah dalam setiap bidang ilmu pengetahuan.25

Kerangka teori sebaiknya harus memenuhi syarat:26

a. Teori yang digunakan dalam membangun kerangka berfkir harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan-perkembangan terbaru.

b. Analisis filsafat dari teori-teori keilmuan dengan cara berfikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut dengan pembahasan secara eksplisit mengenai postulat, asumsi, dan prinsip yang mendasarinya.

c. Mampu mengidentifikasikan masalah yang timbul sekitar disiplin keilmuan tersebut.

Oleh sebab itu kerangka teoritis bagi suatu penelitian mempunyai kegunaan sebagai berikut:27

a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya

b. Teori sangat berguna dalam mengembangkan system klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan defenisi-defenisi

c. Teori merupakan suatu ikhtiar dari hal-hal yang diteliti

d. Teori memberi kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin factor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang.

Kerangka teori yang digunakan dalam menganalisis Kajian Hukum Pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional di Kabupaten Serdang Bedagai

25Ibid

26

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002, hal. 318-321.

27 Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta,

(35)

yaitu teori Kepastian Hukum sebagai grand theory (teori utama), dimana Teori Kepastian Hukum mengandung pengertian:28

a. Adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh dan perbuatan apa yang tidak boleh dilakukan.

b. Merupakan keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.

Teori kepastian hukum merupakan salah satu penganut aliran positivisme yang lebih melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom atau hukum dalam bentuk peraturan tertulis. Artinya, karena hukum itu otonom, sehingga tujuan hukum semata-mata untuk kepastian hukum dalam melegalkan kepastian hak dan kewajiban seseorang.Van Kant berpendapat bahwa tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjamin kepastiannya.29Dan membangun hukum itu bukan pekerjaan yang sederhana karena suatu peraturan perundang-undangan yang baik harus memenuhi syarat keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan secara seimbang.30

28J. B Daliyo, Pengantar Ilmu Hukum Buku Panduan Mahasiswa, Prennahlindo, Jakarta,

2001, hal. 120

29

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006, hal. 74

30 Maria Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi Dan Implementasi, Kompas,

(36)

Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN) ini merupakan program pendaftaran tanah terpadu untuk mewujudkan keadilan sosial dan peningkatan kesejahteraan rakyat melalui penataan akses terhadap tanah sebagai basis untuk revitalisasi pertanian dan aktivitas ekonomi pedesaan. Dan hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 19 UUPA, yang menyebutkan: “:Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.”

Tugas untuk melakukan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia dibebankan kepada pemerintah yang oleh Pasal 19 ayat (1) UUPA ditentukan bertujuan tunggal, yaitu untuk menjamin kepastian hukum.31menurut penjelasan UUPA, pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah merupakan kewajiban dari Pemerintah bertujuan menjamin kepastian hukum yang bersifat rechtscadaster.

Tujuan pendaftaran tanah (rechtcadaster) adalah untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah.32dan tahapan kegiatan yang bersangkutan dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah dilaksanakan secara seksama, agar data yang disajikan sejauh mungkin dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.33

31Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, CV.

Mandar Maju, Bandung, 2008, hal. 167

32A.P. Parlindungan,

Pendaftaran Tanah Di Indonesia, CV. Mandar Maju, Bandung, 2009, hal 2

33

(37)

Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar pendaftaran tanah dapat menjamin kepastian hukum yaitu:34

a. Tersedianya peta bidang tanah yang merupakan hasil pengukuran secara kadasteral, yang dapat dipakai untuk rekonstruksi batas dilapangan dan batas-batasnya merupakan batas yang sah menurut hukum

b. Tersedianya daftar umum bidang-bidang tanah yang dapat membuktikan pemegang hak yang terdaftar sebagai pemegang hak yang sah menurut hukum c. Terpeliharanya daftar umum pendaftaran tanah yang selalu mutakhir, yakni setiap

perubahan data mengenai hak atas tanah, seperti peralihan hak tercatat dalam daftar umum

Dalam rangka untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum, maka kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah, sedangkan untuk melaksanakan fungsi informasi, data yang berkaitan dengan aspek fisik dan yuridis dari bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar dinyatakan terbukti untuk umum, sementara dalam hal mencapai tujuan tertib administrasi pertanahan, maka setiap bidang tanah termasuk peralihan, pembebanan dan hapusnya hak atas tanah, dan wajib di daftar.

Pemberian jaminan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh rakyat Indonesia, yang menjadi tujuan diundangkannya UUPA dapat terwujud melalui dua upaya, yaitu:35

1. Tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan

2. Penyelenggaraan pendaftaran tanah yang memungkinkan bagi pemegang hak atas tanah untuk dengan mudah membuktikan hak atas tanah yanag dikuasainya, dan bagi pihak yang berkepentingan, seperti calon pembeli dan calon kreditor, untuk memperoleh keterangan yang diperlukan mengenai tanah yang menjadi objek perbuatan hukum yang akan dilakukan, serta bagi pemerintah untuk melaksanakan kebijaksanaan pertanahan.

34Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis,

Op. Cit., hal. 169

35 Urip Santoso, Pendaftaran Dan Peralihan Hak Atas Tanah, Kencana Prenada Media

(38)

Selain teori Kepastian Hukum sebagai grand theory yang dipergunakan sebagai pisau analisis, penelitian ini juga akan didukung dengan teori pendukung yaitu teori kemanfaatan karena Program Pembaharuan Agraria Nasional ini merupakan suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sehingga masyarakat terutama petani yang menjadi peserta Program Pembaharuan Agraria Nasional ini dapat merasakan langsung manfaat dari program ini baik manfaat dari pemilikan sertifikat tanah melalui redistribusi tanah yang diberikan maupun manfaat dari produktifitas atas sertifikat tersebut

2. Konsepsi

Konsep adalah merupakan salah satu bagian terpenting dari teori.Konsep adalah unsur-unsur abstrak yang mewakili kelas-kelas fenomena dalam satu bidang studi sehingga dengan demikian merupakan penjabaran abstrak dari pada teori.36Peranan konsepsi dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstrak dengan realita. Konsepsi diartikan sebagai kata yang menyatakan abstrak yang digeneralisasi dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional.

Defenisi operasional adalah suatu defenisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang didefenisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala

36 Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum, Pustaka Bangsa Press, Medan,

(39)

yang dapat diamati dan yang dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.37 Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindari perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai sehingga memudahkan bagi orang lain untuk memahami batasan-batasan atau pengertian-pengertian yang dikemukakan. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini dikemukakan beberapa konsep dasar sebagai berikut:

1. PPAN (Program Pembaharuan Agraria Nasional) adalah landreform plus dengan dua komponen yaitu asset reform dan access reform secara bersama, 38asset

reform adalah proses redistribusi tanah untuk menjamin hak rakyat atas

sumber-sumber agraria. Access reform adalah upaya membangun lebih luas yang melibatkan multipihak untuk menjamin agar asset tanah yang telah diberikan tadi dapat berkembang secara produktif dan berkelanjutan39

2. Landreform adalah perubahan hubungan antara manusia dengan tanah, perubahan

dan perlindungan terhadap petani penggarap dari tuan tanah atau penghapusan tuan tanah, larangan memiliki tanah pertanian yang luas, larangan absentee (guntai) dan penetapan suatu celling bagi pemilik tanah.40ada juga yang menyebutkan pengertian landreform adalah upaya penataan kembali struktur

37 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta,

2006, hal. 26

38 Yusuf Nafiri, dkk, Op. Cit, hal. 37 39

Riduan Purba, “ Evaluasi Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN) di Desa Sidorejo, Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah” (Tesis Magister Ekonomi, Universitas Indonesia, 2010), hal. 3

(40)

pemilikan dan pengusaan tanah dan sumber daya alam lainnya yang ditujukan untuk mencapai keadilan.41

3. Redistribusi tanah adalah mencakup pemecahan dan penggabungan satuan-satuan usaha tani dan perubahan skala kepemilikan. Istilah redistribusi tanah ini ditujukan pada lahan pertanian yang akan dibagi-bagikan (redistribusi) kepada yang berhak yaitu tanah yang berasal dari tanah kelebihan dari batas maksimum (tanah surplus), tanah absentee, tanah-tanah swapraja dan bekas swapraja serta tanah-tanah lain yang dikuasai langsung oleh Negara. Selain itu pengertian redistribusi tanah adalah pengambil alihan tanah-tanah pertanian yang melebihi batas maksimum oleh pemerintah, kemudian dibagikan kepada para petani yang tidak memiliki tanah.42

4. Absentee (guntai) adalah pemilikan tanah yang letaknya di luar daerah tempat

tinggal yang empunya (absent artinya tidak hadir, tidak ada tempat).43

5. Celling adalah batas maksimum dan minimum pemilikan atas tanah pertanian.44

6. Petani adalah orang, baik yang mempunyai maupun yang tidak mempunyai sawah sendiri, yang mata pencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah untuk pertanian45

41 Noer Fauzi dan Khrisna Ghimire, Prinsip-Prinsip Reforma Agraria, Lapera Pustaka Utama,

Yogyakarta, 2001, hal. 127

42Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal. 211 43

Ibid, hal. 385

44

Affan Mukti, Pokok-pokok Bahasan Hukum Agraria , USU Press, Medan, 2006, hal. 25.

45 Herman Hermit, Cara Memperoleh Sertifikat Tanah, CV. Mandar Maju, Bandung, 2009,

(41)

7. Penggarap adalah petani yang secara sah mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif tanah yang bukan miliknya dengan memikul seluruh atau sebahagian dari resiko produksinya

8. Tanah Negara adalah tanah yang dikuasai langsung oleh negara dalam rangka hak menguasai dari Negara untuk mengatur bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya pada suatu tingkat tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.46

9. Tanah Swapraja adalah tanah yang setelah merdeka masih tetap dikuasai oleh raja yang diakui keberadaannya

10.Sertifikat adalah salinan buku tanah dan surat ukur atau gambar situasi yang dihajit menjadi satu dan bentuknya ditetapkan oleh menteri47

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Metode berarti penyelidikan yang berlangsung menurut suatu rencana tertentu, menempuh suatu jalan tertentu untuk mencapai tujuan, artinya peneliti tidak bekerja secara acak-acakan.48

Penelitian dalam bahasa Inggris disebut research, yaitu suatu aktivitas pencarian kembali pada kebenaran maksudnya yaitu upaya-upaya manusia untuk

46Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 22 47

J, Andy Hartanto, Problematika Hukum Jual Beli Tanah Belum Bersertifikat, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, 2012, hal. 67

48Jhonny Ibrahim, Teori Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia publishing,

(42)

memahami dunia dengan segala rahasia yang terkandung di dalamnya untuk mendapat solusi atau jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi.49

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis, maksudnya adalah menggambarkan semua gejala dan fakta dilapangan serta mengkaitkan dan mengalisa semua gejala dan fakta tersebut dengan permasalahan yang ada dalam penelitian dan kemudian disesuaikan dengan keadaan dilapangan. Dalam hal ini diarahkan untuk menelaah dan menjelaskan serta menganalisa teori hukum yang bersifat umum dan peraturan prundang-undangan dan peraturan-peraturan lainnya yang berlaku mengenai PPAN (Program Pembaharuan Agraria Nasional), sehingga diharapkan dapat diperoleh penjelasan bagaimana PPAN (Program Pembaharuan Agraria Nasional) tersebut.

Jenis penelitian yang diterapkan adalah memakai penelitian hukum normatif, yaitu meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma.50

Tipe penelitian ini menggunakan metode analitis yuridis (law analytical

approach) yaitu pendekatan ini dilakukan dengan mencari makna pada istilah-istilah

hukum yang terdapat di dalam perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainnya, sehingga diperoleh pengertian atau makna baru dari istilah-istilah hukum dan menguji penerapannya secara praktis dan menganalisa peraturan-peraturan hukum. Pendekatan analitis ini digunakan untuk melihat pelaksanaan Program Pembaharuan Agrarian Nasional di Kabupaten Serdang Bedagai.

49 Mukti Fajar

et al., Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, PT. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal. 134

(43)

2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan studi dokumen maka data sekunder atau bahan pustaka lebih diutamakan dari pada data primer.

Data skunder yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan (library

research). Dalam memenuhi data sekunder ini maka dibutuhkan bahan-bahan hukum

seperti:

1) Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai otoritas (mengikat), yakni:

a) Undang-Undang Dasar 1945

b) TAP MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam

c) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

d) Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960 Tentang penetapan Luas Tanah Pertanian

e) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional

f) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah g) Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 Tentang Pelaksanaan

Pembagian Tanah Dan Pemberian Ganti Kerugian

(44)

i) Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan

j) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

k) Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 1997 tentang Penertiban Tanah-tanah Obyek Redistribusi Landreform

2) Bahan hukum skunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti: hasil-hasil penelitian dan karya-karya ilmiah dari kalangan hukum, yang terkait dengan masalah penelitian.

3) Bahan hukum tertier yaitu bahan-bahan hukum yang sifatnya penunjang untuk dapat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti jurnal hukum, jurnal ilmiah, surat kabar, internet, serta makalah-makalah yang berkaitan dengan objek penelitian.

3. Alat Pengumpulan Data

(45)

Landreform dan kosolidasi tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai dan masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai yang menjadi peserta Program Pembaharuan Agraria Nasional ini yang bertujuan untuk menghimpun data dengan menggunakan pedoman wawancara, sehingga diperoleh data yang dalam dan lengkap, serta digunakan untuk mendapat jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan, dilaksanakan dua tahap penelitian antara lain:

a. Penelitian lapangan (field research)

Penelitian lapangan dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan pihak-pihak yang berwenang yakni kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai, Kepala Sub Seksi Landreform dan Konsolidasi Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai, dan masyarakat peserta PPAN di Kabupaten Serdang Bedagai.

b. Penelitian Kepustakaan (library research)

(46)

5. Analisis Data

Analisi data merupakan kegiatan dalam penelitian berupa melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya. Secara sederhana analisis data ini disebut sebagai kegiatan memberikan telaah, yang dapat berarti menentang, mengkritik, mendukung, menambah, atau memberi komentar dan kemudian membuat suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan dibantu dengan teori yang telah dikuasainya.51

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisa secara kualitatif untuk mencapai kejelasan terhadap masalah yang akan dibahas. Analisis data kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang nyata, diteliti dan dipelajari secara utuh. Metode analisa yang dipakai adalah metode deduktif karena data sekunder yang telah diperoleh akan dijadikan pedoman secara komparatif untuk melihat pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional di Kabupaten Serdang Bedagai.

(47)

BAB II

KEBIJAKAN HUKUM PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL PASCA REFORMASI SAAT INI

A. Reforma Agraria Pra Reformasi

Agenda Reforma Agraria di dalam sejarah bangsa Indonesia memiliki perjalanan yang panjang dan sejalan dengan agenda pembentukan bangsa dan negara. Sejak tahun 1946 (seribu sembilan ratus empat puluh enam) Indonesia sudah menjalankan program landreform.

Landreform dapat dimaknai sebagai usaha sistematis untuk memperbaiki

hubungan antara manusia dengan tanah yang karena faktor-faktor historis, politis dan ekonomis masih dirasakan belum harmonis dan belum mencerminkan keadilan sosial. Usaha perbaikan semacam ini dilakukan dengan menata kembali struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah menjadi tatanan keagrarian baru yang dapat menjamin keadilan, harmoni sosial, produktivitas dan keberlanjutan, berdasarkan prinsip bahwa “tanah pertanian harus dikerjakan atau diusahakan secara aktif oleh pemiliknya sendiri”.52

Pelaksanaan landreform dengan demikian bertujuan untuk memperbaiki keadaan sosial ekonomi rakyat melalui pembagian yang lebih adil atas sumber penghidupan petani berupa tanah. Landreform juga diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja petani penggarap dengan jalan memberikan kepastian hak pemilikan

(48)

atas tanahnya. Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan umum Peraturan Pemerintah Nomor. 224 Tahun 1961 Tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah Dan Pemberian Ganti Kerugian yang menyebutkan bahwa “landreform bertujuan mengadakan pembagian yang adil dan merata atas sumber penghidupan rakyat tani yang berupa tanah, sehingga dengan pembagian tersebut diharapkan akan dapat dicapai pembagian hasil yang adil dan merata.”

Secara umum, ada enam elemen pokok program landreform sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 yaitu:53 1. Larangan untuk menguasai tanah pertanian yang melampaui batas (pembatasan

pemilikan maksimum);

2. Larangan pemilikan tanah secara absentee;

3. Redistribusi tanah-tanah yang melampaui batas maksimum, tanah-tanah yang terkena ketentuan absentee, tanah-tanah bekas swapraja dan tanah-tanah Negara lainnya;

4. Pengaturan kembali perjanjian bagi hasil tanah pertanian;

5. Penetapan batas minimum pemilikan tanah pertanian, disertai larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang mengakibatkan pemecahan pemilikan tanah-tanah pertanian menjadi bagian-bagian yang terlampau kecil.

Implementasi kebijakan landreform ini pada masa lalu ternyata masih sangat terbatas dan belum dapat memenuhi tujuan-tujuan seperti yang diharapkan di atas karena pada intinya ada dua hambatan pokok dalam pelaksanaan program landreform ini. Pertama adalah hambatan hukum. Baik di pusat maupun di daerah, aparat hukum belum menguasai benar persoalan agraria. kedua, yaitu hambatan ilmiah. Berbeda dari negara berkembang lainnya, di Indonesia jumlah ilmuwan agraria amat terbatas.

Referensi

Dokumen terkait

dan juga pada hasil feed back (AISAS) responden rata-rata menjawab setuju dengan pertanyaan tentang AISAS, sehingga dapat diartikan bahwa media sosial instagram

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT serta atas segala rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis

Penelitian lanjutan mengenai jenis logam berat yang berbeda serta parameter lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap akumulasi logam berat oleh organisme seperti suhu, pH

lebih pada suatu perusahaan dalam satu bulan atau terjadi rentetan PHK yang.. dapat menggambarkan itikad pengusaha untuk mengadakan PHK

this case, there are four simple 'iypott.c,sis (simple effeut) thlt will tested: (a) the difi-1-ence of reciprocal and command pattern loward group who have high

Dalam penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan model regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai pengaruh kinerja aparatur

Berdasarkan pada latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah, adalah: (1) Bagaimana kondisi umum Pondok Waria Kotagede, Yogyakarta; (2) Bagaimana urgensi peran pemuda