• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Koordinasi Antara Pemerintah Daerah Provinsi dengan Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran Dalam Bidang Penanaman Modal Ditinjau Dari UU No.25 Tahun 2007 ( Studi Penanaman Modal di Propinsi Sumatera Utara Dan Kabupaten Padang Lawas Utara )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Koordinasi Antara Pemerintah Daerah Provinsi dengan Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran Dalam Bidang Penanaman Modal Ditinjau Dari UU No.25 Tahun 2007 ( Studi Penanaman Modal di Propinsi Sumatera Utara Dan Kabupaten Padang Lawas Utara )"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DENGAN PEMERINTAH DAERAH HASIL PEMEKARAN

DALAM BIDANG PENANAMAN MODAL DITINJAU DARI UU NO.25 TAHUN 2007

( STUDI PENANAMAN MODAL DI PROPINSI SUMATERA UTARA DAN

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA ) SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

ZULPAHMI SIREGAR NIM : 090200451

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMETERA UTARA MEDAN

(2)

SISTEM KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DENGAN PEMERINTAH DAERAH HASIL PEMEKARAN

DALAM BIDANG PENANAMAN MODAL DITINJAU DARI UU NO.25 TAHUN 2007

( STUDI PENANAMAN MODAL DI PROPINSI SUMATERA UTARA DAN

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA ) SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

ZULPAHMI SIREGAR NIM : 090200451

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Mengetahui :

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Windha,SH,M.Hum NIP :19750112 200501 2 002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Frof.Dr.Budiman Ginting,SH.M.Hum Dr. Mahmul Siregar.SH,M.Hum NIP : 19590511 198601 1 001 NIP : 19730220 200212 1 001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMETERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya Penulis mampu menjalankan perkuliahaan sampai

tahap penyelesaikan skripsi pada Jurusan Hukum Ekonomi di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi yang berjudul “ Sistem Koordinasi Antara Pemerintah Daerah Provinsi dengan Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran Dalam Bidang Penanaman Modal Ditinjau Dari UU No.25 Tahun 2007 ( Studi Penanaman Modal di Propinsi Sumatera Utara Dan Kabupaten Padang Lawas Utara ) “

adalah guna memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada para

pihak yang banyak membanru Penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Untuk semua ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Elpinayungan Siregar, S.Sos,M.Si dan

Marzan Harahap serta seluruh anggota keluarga saya, Zulharryansah

Siregar, Wahyudi Siregar yang telah member dukungan moral dan doa

kepada saya .

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H.,M.Hum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara atas dukungan yang besar terhadap

seluruh mahasiswa/i di dalam lingkungan kampus Fakultas Hukum

(4)

3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum selaku Pembantu Dekan

I;sekaligus Dosen Pembimbing I. Penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas bantuan dan bimbingan serta dukungannya selama

penulisan skripsi ini

4. Bapak Syarifuddin Hasibuan, S.H.,M.H., DFM selaku Pembantu Dekan II;

5. Bapak Muhammad Husni, S.H.,M.H selaku Pembantu Dekan III;

6. Ibu Windha, S.H.,M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi;

7. Bapak Frof. Bismar Nasution,S.H, M.H selaku Dosen di Departemen

Hukum Eknomi.

8. Bapak Ramli Siregar , S.H, M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum

Ekonomi.

9. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II;

sekaligus Dosen Pembimbing Akademik. Penulis mengucapkan banyak

terimakasih atas waktu dan kesempatan yang telah Bapak berikan hingga

skripsi ini dapat selesai sebagaimana mestinya;

10.Kepada teman- teman saya yang paling mendukung saya , anak – anak IS (

Hendrawan Sembiring, Irvan Deriza, Darwin F.Gulo, Dwi Mahatma

Sembiring, Haryo Septiadi Haru, Gindo Bastian Purba, Rahmat Anwar

Lubis, Mahmudin Lubis, Theo Siregar ) yang selalu disamping saya disaat

penulisan skripsi ini hingga saya bisa menyelesaikan dengan baik, saya

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya .

11.Kepada teman – teman saya yang paling mendukung saya, anak-anak

(5)

Tampubolon, Anita Hutapea,SH, Martina Ritonga,SH, Ruth Paolin

Marbun, Reminisir Harita) yang selalu berada disamping saya disaat

penulisan skripsi ini hingga saya bisa menyelesaikan dengan baik, saya

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya .

12.Seluruh Dosen, Staf administrasi, dan Pegawai di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

13.Rekan-rekan mahasiswa/I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

yang telah membantu saya selama proses penulisan skripsi ini, dan yang

tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu. Semoga persahabatan kita tetap

abadi.

Demikian Penulis sampaikan, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat untuk

menambah dan memperluas cakrawala berpikir semua.

Medan, November 2013 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI ……… ABSTRAK ………... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemilihan Judul ……… 1

B. Perumusan Masalah ………... 9

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan ……… 10

D. Keaslian Penulisan ………... 11

E. Tinjauan Pustaka ……….. 13

F. Metode Penelitian Sistematika ………. 17

G. Sistematika Penulisan ………... 20

BAB II PELAYANAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN UU NO.25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL A. Pelayanan Perizinan 1. Pengertian dan Bentuk - Bentuk Pelayanan Perizinan Dalam Penanaman Modal ……….. 22

2. Sistem dan Tata Cara Pelayanan Perizinan Dalam Penanaman Modal ………. 24

B. Pelayanan Pemberian Fasilitas 1. Pelayanan Bidang Pemberian Fasilitas Pajak Penghasil ……… 29

2. Pelayanan Bidang Pemberian Fasilitas Bea Masuk Atas Impor Barang Modal ………. 34

(7)

BAB III KEWENANGAN PEMERINTAH DAN PEMERINTAH

KABUPATEN / KOTA DALAM PELAYANAN PENANAMAN MODAL

A. Kewenangan Pemerintah Provinsi dalam Pelayanan Penanaman Modal

1. Kebijakan Penanaman Modal Daerah Pemerintah Propinsi Yang

Berkoordinasi Dengan Pemerintah Pusat ……… 41

2. Pelaksanaan Kebijakan Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh

Pemerintah Propinsi ……… 46

3. Pengawasan Dalam Hal Pelaksanaan Kebijakan Penanaman

Modal Pemerintah Propinsi ………..49

B. Kewenangan Pemerintah Kabupaten / Kota Dalam Pelayanan

Penanaman Modal

1. Kebijakan Penanaman Modal Daerah Pemerintah Kabupaten

Yang Berkoordinasi Dengan Pemerintah Propinsi ………. 50

2. Pelaksanaan Kebijakan Penanaman Modal Yang Dilakukan

Oleh Pemerintah Kabupaten ……….. 55

3. Pengawasan Dalam Hal Pelaksanaan Kebijakan Penanaman

Modal Pemerintah Kabupaten ……….. 59

BAB IV SISTEM KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH PROPINSI SUMATERA UTARA DENGAN PEMERINTAH DAERAH HASIL PEMEKARAN ( PEMERINTAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA ) DALAM BIDANG PENANAMAN MODAL .

A. Sistem Pelaksanaan perizinan Penanaman Modal Asing di Propinsi

Sumatera Utara Dengan Daerah Hasil Pemekaran ( Pemerintah

(8)

B. Sistem Pelaksanaan dan Pengawasan Penanaman Modal Asing

dalam Pemerintah Propinsi Sumatera Utara Dengan Daerah Hasil

Pemekaran ( Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara ) ………… 73

C. Sistem Koordinasi Antara Pemerintah Propinsi Sumatera Utara

Dengan Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran ( Pemerintah Kabupaten

Padang Lawas ) ……… 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……….. 88

(9)

SISTEM KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DENGAN PEMERINTAH DAERAH HASIL PEMEKARAN DALAM

BIDANG PENANAMAN MODAL DTINJAU DARI UU NO.25 TAHUN 2007

( STUDI PENANAMAN MODAL di PROPINSI SUMATERA UTARA DAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA )

ABSTRAK Zulpahmi Siregar*) Budiman Ginting**) Mahmul Siregar***)

Penanaman modal merupakan segala bentuk kegiatan menanam modal,

baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah Indonesia. Tujuan penanaman modal itu untuk

meningkatkan pendapatan daerah. Salah manfaat dari penanaman modal untuk

meningkatkan ekonomi suatu daerah secara keseluruhan.

Metode penelitian yang dipakai penulis ialah metode penelitian yang

berifat hukum normative yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang

menganalisis hukum yang tertulis yang menggambarkan dan menjelaskan

bagaimana penanaman modal yang berlaku di Indonesia dan koordinasi

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten terkait penanaman modal baik

dalam negeri .

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa penanaman modal yang

dilakukan suatu daerah hasil pemekaran dengan pemerintah provinsi sangat

posotif berupa peningkatan ekonomi bagi daerah tersebut, sedangkan negatifnya

pemerintah daerah hasil pemekaran masih sangat tergantung pada pemerintah

provinsi dalam hal pelayanan penanaman modal.

Kata Kunci : Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran, Sistem koordinasi. *Mahasiswa Fakultas Hukum USU

(10)

SISTEM KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DENGAN PEMERINTAH DAERAH HASIL PEMEKARAN DALAM

BIDANG PENANAMAN MODAL DTINJAU DARI UU NO.25 TAHUN 2007

( STUDI PENANAMAN MODAL di PROPINSI SUMATERA UTARA DAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA )

ABSTRAK Zulpahmi Siregar*) Budiman Ginting**) Mahmul Siregar***)

Penanaman modal merupakan segala bentuk kegiatan menanam modal,

baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah Indonesia. Tujuan penanaman modal itu untuk

meningkatkan pendapatan daerah. Salah manfaat dari penanaman modal untuk

meningkatkan ekonomi suatu daerah secara keseluruhan.

Metode penelitian yang dipakai penulis ialah metode penelitian yang

berifat hukum normative yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang

menganalisis hukum yang tertulis yang menggambarkan dan menjelaskan

bagaimana penanaman modal yang berlaku di Indonesia dan koordinasi

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten terkait penanaman modal baik

dalam negeri .

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa penanaman modal yang

dilakukan suatu daerah hasil pemekaran dengan pemerintah provinsi sangat

posotif berupa peningkatan ekonomi bagi daerah tersebut, sedangkan negatifnya

pemerintah daerah hasil pemekaran masih sangat tergantung pada pemerintah

provinsi dalam hal pelayanan penanaman modal.

Kata Kunci : Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran, Sistem koordinasi. *Mahasiswa Fakultas Hukum USU

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan asas kemandirian.

Namun, karena pembangunan tersebut memerlukan pembiayaan yang cukup

besar, asas kemandirian tidak dapat dilaksanakan secara utuh. Oleh karena itu,

pemerintah harus menggali segala sumber - sumber dana untuk membiayai

kebutuhan pembangunan nasional yang dimaksud. Salah satu dari sekian banyak

sumber - sumber dana untuk membiayai pembangunan nasional ini adalah dengan

cara penanaman modal.

Di masa globalisasi sekarang ini, peran penanaman modal semakin krusial.

Apalagi terhadap Negara - negara yang sedang taraf membangun seperti Negara

Republik Indonesia ini. Istilah membangun secara berdikari (berdiri di atas kaki

sendiri) berdasarkan asas kemandirian dengan mengabaikan sama sekali

penanaman modal terutama terhadap penanaman modal asing sudah bukan

zamannya lagi . 1

Berkaitan dengan hal tersebut, penanaman modal harus menjadi bagian

dari bentuk penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai

upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan

lapangan pekerjaan bagi masyarakat, meningkatkan pembangunan ekonomi

berkelanjutan meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional,

1

(12)

membangunan pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dalam suatu system perekonomian yang berdaya saing.

Karena itu, persaingan untuk memperebutkan penanaman modal saat ini

sudah semakin seru, dengan kompetisi yang semakin ketat. Berbagai insentif dan

kemudahan untuk penanaman modal yang akan menanamkan modalnya di suatu

Negara atau suatu daerah semakin diramu secara menarik.Tidak terkecuali sektor

yuridis yang juga dituntut untuk dipermak terus menerus agar tidak menjadi

penghambat, atau agar tidak tertinggal dari sektor yuridis di Negara – Negara

pesaing. Misalnya ada suatu Negara yang hukumnya memberikan hak atas tanah

bagi pemodal asing sampai 100 tahun.2

Agar tujuan peneyelenggaraan penanaman modal dapat tercapai, maka

faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara

lain melalui perbaikan koordinasi antara instansi pemerintah pusat dan pemerintah

daerah, penciptaan birokrasi yang efisien,kepastian hukum dibidang penanaman

modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serat iklim usaha yang kondusif

di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai

faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik

secara signifikan.3

Pemerintah dewasa ini telah menggariskan arah dari kebijakan penanaman

modal. Pemberian jaminan dan kepastian berusaha kepada penanaman modal serta

keamanan investasinya telah ditetapkan sebagai salah satu prioritas pemerintah.

Selain itu akan dilakukan pula penyederhanaan dalam prosedur investasi,

2

Ibid., hal.134. 3

(13)

perbaikan sarana dan prasarana, serta penerapan peraturan –peraturan investasi

secara konsisten dan transparan.4

Dari hal tersebut di atas pemberian, fasilitas penanaman modal harus juga

mempertimbangkan tingkat daya saing perekonomian dan kondisi keuangan

Negara dan harus promotif dibandingakn dengan fasilitas yang diberikan Negara

lain. Pentingnya kepastian fasilitas penanaman modal ini mendorong pengaturan

secara lebih detail terhadap bentuk fasilitas fiscal, fasilitas hak atas tanah,

imigrasi, fasilitas perizinan impor. Meskipun demikian, pemberian fasilitas

penanaman modal tersebut juga diberikan sebagaia upaya mendorong penyerapan

tenaga kerja, keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi

kerakyatan, orientasi ekspor, dan intensif yang lebih menguntungkan kepada

penanaman modal yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan

produksi dalam negeri, serta fasilitas terkait dengan lokasi penanaman modal di

daerah tertinggal dan di daerah dengan infrastruktur terbatas. 5

Sebagaimana dengan Negara – Negara lainnya, penanaman modal secara

langsung bagi pemerintah Indonesia dianggap relaitf lebih stabil dan memiliki

resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan jenis investasi lainnya, karena

penanaman modal jenis ini akan mengendap dalam jangka waktu yang cukup

lama dan tidak rentan terhadap gejolak nilai mata uang. Di pihak lain, penanaman

modal secara tidak langsung atau penanaman modal dalam bentuk fortofolio

sifatnya lebih rentan terhadap gejolak mata uang, dan dapat berpindah tempat

4

Jonker Sihombing, Investasi Asing Melalui Surat utang Negara di Pasar Modal, (Bandung;Alumni 2008 ),hlm.82

5

(14)

sewaktu – waktu apabila pemikinya meilhat faktor-faktor yang mengkhawatirkan

investasinya.6

Secara teoritis Indonesia seharusnya dapat menjadi Negara tempat

penanaman modal yang baik. Hal ini disebabkan bahwa Indonesia memiliki

keunggulan – keunggulan komparatif sebagai berikut :7

1. Sumber daya alam yang melimpah ( seperti minyak bumi, gas bumi,

pertambangan, hasil hutan dan hasil laut ) .

2. Pasar dalam negeri yang luas dengan penduduk lebih kurang 243.000.000

( dua ratus empat puluh tiga juta ) jiwa .

3. Upah buruh yang relatife murah .

4. Kebijaksanaan ekspor yang kondusif .

5. Kebijaksanaan rezim devisa bebas .

6. Letak strategis diantara 2 ( dua ) benua dan 2 ( dua ) samudera.

Disamping itu, harapan dari masyarakat pebisnis adalah agar Indonesia

dapat memberikan kemudahan lain, seperi :8

1. Kemudahan pajak .

2. Keamanan dan stabilitas politik .

3. Stabilitas nilai tukar rupiah .

4. Kemudahan, kebersihan dan transparansi birokrasi .

5. Law Enforcement dan kepastian hukum .

6

Jonker Sihombing, op.cit.hlm.78 7

Munir Fuadi ,Menata Bisnis Modern di Era Global, ( Bandung; Citra Aditya Bakti, 2002), hlm.68

8

(15)

Di Indonesia, penanaman modal tidak hanya terkonsentrasi di pusat saja,

melainkan sudah merambah ke daerah- daerah di Indonesia. Hal ini telah

dirasakan semenjak digalakkannya pelaksanaan otonomi daerah sehingga

pelaksanaan pembangunan nasional lebih merata, seperti diketahui dahulu sangat

terjadi ketimpangan pembangunan antara daerah dan pusat .

Pelaksana otonomi daerah pada awalnya ditujukan untuk memperbaharui

dan mereformasi kehidupan nasional guna menumbuhkan otonomi secara

substantif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, memperkuat kebangsaan

dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia .

Melalui otonomi sebenarnya ingin dioptimalkan pemanfaatan seluruh aset

yang dimiliki daerah untuk menjaga dan memperkuat persatuan dan kesatuan

bangsa. Meskipun sejarah panjang menunjukkan bahwa kehidupan pemerintahan

berjalan di atas konsep yang kurang tepat dalam perumusan hubungan antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pembagian hak dan kesempatan yang

kurang adil, pendesentralisasian urusan yang setengah hati,tidak terwadahinya

aspirasi daerah dalam mekanisme pengambil-alihan keputusan yang menyangkut

kepentingan daerah, mungkin hanya sedikit contoh dari ketimpangan itu.

Oleh karena itu,sampai saat ini otonomi daerah belum dapat dilaksanakan

sebagaimana cita-cita untuk menjalankan politik desentralisasi. Undang-Undang

(16)

memerlukan peraturan pelaksanaannya, disamping banyak konflik norma dalam

pemberian otonomi pada daerah dan banyaknya penafsiran yang berbeda .9

Dalam hal ini permasalahan difokuskan pada masalah bagaimana

mengembangkan sumber penerimaan daerah melalui investasi dengan

mengedepankan pemberdayaan daerah menuju kemandirian ekonomi guna

mensejahterakan masyarakat .

Upaya pemerintah daerah Kabupaten untuk menciptakan iklim bagi dunia

usaha atau industri yang kondusif perlu terus didukung karena apabila pengusaha

sudah merasakan fasilitas atau insentif yang diberikan oleh pemerintah daerah

maka pengusaha pasti akan berusaha memanfaatkannya. Pengusaha akan tertarik

dan berinisiatif untuk menggerakkan usaha industri. Jika roda perekonomian

sudah mulai bergerak maka investor lain akan semakin aktif menanamkan

modalnya di sektor- sektor industry di daerah. Dengan demikian pemerintah

daerah tidak perlu menaikkan pajak dan memungut retribusi.10

Dengan demikian sebagai hal yang penting, pemerintah daerah perlu

mengetahui hal –hal yang sangat berpengaruh dalam investasi. Adapun

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi investasi untuk masuk ke daerah, antara lain :

11

1. Stabilitas politik dan perekonomian yang menunjukkan kestabilan yang

mantap baik itu di tingkat pusat dan di tingakt daerah .

2. Kebijakan dan langkah deregulasi dan debirokrasi yang diambil

pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menggairahkan iklim investasi.

9

N.Rosyidah Rachmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi Era Global, ( Malang,Jawa Timur: Bayumedia Publishing, 2004 ),hlm.113

10

Ibid, hlm.115 11

(17)

3. Pembangunan kawasan industri sebagai pasar yang menopang jelas

investasi.

4. Tersedianya sumber daya alam yang melimpah seperti minyak bumi, gas

alam, bahan tambang, pertanian, perikanan, hasil hutan dan sebagainya.

5. Tersedianya sumber daya manusia dengan keterampilan dan keahlian

dengan upah yang kompetitif. Tenaga buruh yang murah namun tidak

memiliki keterampilan bukan lagi menjadi daya tarik investor asing untuk

menanamkan modalnya .

6. Iklim moneter yang stabil .

7. Kelonggaran yang diberikan oleh pemerintah di berbagai bidang, misalnya

penurunan bea masuk,insentif perpajakan,dan sebagainya .

Untuk mendukung hal tersebut diatas ,pemerintah daerah perlu memahami

masalah – masalah yang dihadapi investor berkaitan dengan otonomi daerah

tersebut, antara lain :12

1. Kekacauan perekonomian dan ketidakstabilan politik Indonesia sat ini.

2. Kekuatiran kontrak-kontrak yang ditandatangani dengan pemerintahan

daerah akan kurang kuat atau kurang memberi kepastian hukum.

3. Kekuatiran akan mengalami kesulitan mencari dana dalam menjalankan

proyek-proyek.

12

(18)

4. Iklim investasi bagi perusahaan asing serta penanaman modal dalam

negeri hamper pasti berbeda di setiap daerah bila langkah-langkah

desentralisasi dilaksanakan.

5. Kekuatiran adanya perebutan kekuasaan antara pemerintah pusat dan

daerah dalam penarikan pajak dan retribusi .

Oleh karena itu pemerintah daerah dalam rangka otonomi daerah dan

memasuki era global perlu lebih jeli menangkap peluang guna menggali potensi

daerah masing-masing., Agar lebih mandiri secara ekonomi diharapkan

pemerintah daerah berhati-hati dalam menetapkan kebijakan untuk tidak terlalu

membebani masyarakat dan dunia usaha dengan pungutan pajak –pajak dan

retribusi lainnya. Tanpa pertimbangan matang, hal tersebut akan berdampak pada

tertutupnya peluang pemerintah daerah untuk menarik penanaman modal baik

dalam negeri ataupun asing sebanyak-bayaknya ke daerah.

Untuk itu pemerintah daerah perlu mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh

kepada penanaman modal di daerah. Sehingga dapat membuat kebijakan strategis

yang mendukung investasi masuk ke daerah guna meningkatkan pendapatan

daerah. Pemerintah daerah perlu mengupayakan meningkatkan pendapatan

daerah. Pemerintah daerah perlu mengupayakan ketertiban dan keamanan serta

menjamin kepastian hukum selain mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan

andal. Dari uraian di atas maka penanaman modal sangat dibutuhkan bagi daerah

–daerah terutama daerah yang baru dimekarkan untuk menggerakkan sektor

perekonomian sehingga kesejahteraan bisa tercipta atau dirasakan sampai ke

(19)

pemerintahan daerah untuk membangun daerahnya terutama dengan menarik

penanaman modal atau investor untuk menanamkan modal ke daerahnya .

Terutama pada daerah hasil pemekaran seperti Kabupaten Padang Lawas Utara,

yang mana daerah ini masih jauh dari kata maju. Hal ini disebabkan karena

sebagai daerah yang baru pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan maka

dengan otomatis pendapatan daerah belum mapan sebagai sebuah daerah

kabupaten. Dengan daerah yang masih banyak memiliki potensial untuk

dikembangkan maka daerah Kabupaten Padang Lawas Utara memerlukan

investasi ( penanaman modal ) baik penanaman modal dalam negeri dan

penanaman modal asing untuk meningkatkan pendapatan daerah. Investasi yang

dapat dilakukan oleh penanaman modal ialah di bidang perkebunan, di bidang

peternakan, di bidang perikanan dan lain-lain.Dengan di latar belakangi oleh

permasalahan di atas maka penulis untuk mengangkat judul tentang “ Sistem

Koordinasi Antara Pemerintah Daerah Provinsi dengan Pemerintah Daerah Hasil

Pemekaran Dalam Bidang Penanaman Modal Ditinjau Dari UU No.25 Tahun

2007 ( Studi Penanaman Modal di Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten

Padang Lawas Utara ) “.

B. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana ketentuan pelayanan penanaman modal berdasarkan UU No.25

(20)

2. Bagaimana kewenangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten /

Kota dalam pelayanan penanaman modal ?

3. Bagaimana koordinasi antara Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dengan

Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran ( Pemerintah Kabupaten Padang

Lawas Utara ) dalam bidang Penanaman Modal ?

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan

Tujuan utama dalam penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi

persyaratan tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun berdasarkan permasalahan di atas,

maka yang menjadi maksud dan tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mempelajari dan memberikan gambaran mengenai ketentuan

pelayanan penanaman modal berdasarkan UU No.25 tahun 2007 tentang

penanaman modal .

2. Untuk mempelajari , memahami dan memberikan gambaran mengenai

kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten / kota dalam

pelayanan penanaman modal .

3. Untuk mengetahui koordinasi antara Pemerintah Propinsi Sumatera

Utara dengan Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran ( Pemerintah

Kabupaten Padang Lawas Utara ) dalam bidang Penanaman Modal .

Disamping mempunyai tujuan penelitian juga mempunyai manfaat dari

(21)

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam rangka perkembangan ilmu hokum pada umumnya,

perkembangan Hukum Ekonomi dan Khususnya mengenai penanaman

modal terhadap koordinasi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dengan

Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran ( Pemerintah Kabupaten Padang

Lawas Utara ) .

2. Secara Praktis

Agar pembahasan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

pembaca baik kalangan Akademisi maupun para penanaman modal baik

penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing dan

juga pemerintah daerah baik pemerintah propinsi maupun pemerintah

daerah hasil pemekeran. Skripsi ini juga diharapkan dapat menjadi bahan

referensi bagi mahasiswa lain atau pihak yang membaca karya tulis ini

yang ingin membahas mengenai koordinasi penanaman modal guna

dijadikan sebagai sumber informasi bagi pembaca ataupun yang ingin

melakukan pembahasan lebih lanjut tentang koordinasi penanaman

modal .

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini berjudul “ Sistem Koordinasi Antara Pemerintah

Propinsi Sumatera Utara dengan Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran

(22)

ditinjau dari UU no.25 Tahun 2007 “. Setelah melakukan Penelusuran ke

Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Besar Universitas Sumatera Utara, hal

ini belum pernah diangkat ataupun ditulis, kalaupun ada substansi pembahasannya

berbeda dengan pembahasan yang dipaparkan dalam skripsi ini .

Adapun judul yang berkaitan dengan judul skripsi ini adalah skripsi yang

berjudul “ Perlakuan dan Pemberian Fasilitas kepada penanaman modal menurut

perspektif UU no. 25 tahun 2007 “ yang ditulis oleh Bonatua Edyana Manihuruk

pada tahun 2012 di dalamnya memuat mengenai perlakuan dan pemberian

fasilitas kepada penanaman modal yang diberikan oleh pemerintah menurt

perspektif UU no.25 Tahun 2007 .

Selain judul di atas, skripsi yang berkaitan dengan judul skripsi ini adalah

skripsi yang berjudul “Predictability UU No.25 Tahun 2007 dalam Mendorong

Investor Asing dalam Penanaman Modal di Kabupaten Samosir “ yang ditulis

oleh Raditya Wiguna pada tahun 2009 yang di dalamnya mengenai cara

mendorong agar investor asing mau menanam modal di Kabupaten Samosir .

Sedangkan dalam skripsi ini hal yang dituangkan adalah sistem

koordinasinya dalam melakukan penanaman modal antara pemerintah propinsi

dengan pemerintah daerah hasil pemekaran. Sebab untuk daerah hasil pemekaran

penanaman modal itu sangat dibutuhkan. Karena penanaman modal tersebut akan

membantu perekonomian daerah tersebut baik dari segi membuka lapangan

pekerjaan maupun menambah pendapatan daerah tersebut melalui sistem

(23)

Dengan demikian, jika dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak

dicapai oleh penulisan skripsi ini maka, dapat disimpulkan bahwa apa yang ada di

dalam skripsi ini adalah murni dari si penulis dan bukan hasil jiplakan dari skripsi

orang lain, dan dimana diperoleh melalui hasil pemikiran para pakar dan praktisi,

referensi, buku –buku, makalah- makalah, dan bahan-bahan seminar, serta media

cetak berupa koran-koran ,media elektronik seperti internet serta bantuan dari

berbagai pihak , berdasarkan pada asas- asas kelimuan yang jujur, rasional dan

terbuka. Semua ini adalah merupakan impliksi dari proses penemuan kebenaran

ilmiah, sehingga hasil penulis dapat dipertanggung jawabkan kebenaran secara

ilmiah.

E.Tinjauan Pustaka

Istilah investasi dan penanaman modal merupakan istilah-istilah yang

dikenal, baik dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa

perundang-undangan. Istilah investasi merupakan istilah yang popular dalam dunia

usaha,sedangkan istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam

perundang-undangan. Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai

pengertian yang sama sehingga kadang-kadang digunakan secara

interchangeable.13

Istilah penanaman modal merupakan terjemahan dari kata investment,

berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai

13

(24)

penanaman modal atau investasi. Penanaman modal atau investasi sering kali

dipergunakan dalam arti yang berbeda-beda.14

Di kalangan masyarakat luas, investasi memiliki pengertian yang lebih

luas karena dapat mencakup baik investasi langsung ( direct investment ) maupun

investasi tidak langsung ( portofolio investment ) sedangkan penanaman modal

lebih mempunyai konotasi kepada investasi langsung . 15

Menurut Dhaniswara K.Harjono,secara umum, investasi dapat diartikan

sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik orang pribadi ( natural person )

maupun badan hokum ( juridical person ), dalam upaya meningkatkan dan /atau

mempertahankan niali modalnya,baik yang berbentuk uang tunai ( cash money ),

peralatan ( equipment ), asset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun

keahlian.16

Dari pengertian tersebut di atas, dapat ditarik unsur- unsur terpenting

kegiatan investasi, yaitu : 17

1. Adanya motif untuk meningkatkan atau setidaknya – tidaknya

mempertahankan nilai modalnya.

2. Bahwa model tersebut tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat kasat

mata dan dapat diraba ( tangible ), tetapi juga mencakup sesuatu yang

bersifat tidak kasat mata dan tidak dapat diraba ( intangible ). Intangible

mencakup keahlian, pengetahuan, jaringan, dan sebagainyayang dalam

14

Sutiarnoto, Tantangan Dan Peluang Investasi Asing Di Indonesia, (Medan ;Pustaka BangsaPress,2008 ), hlm 5

15

Dhaniswara K. Harjono.op.cit.hlm 10 16

Ibid., hal.12. 17

(25)

berbagai kontrak kerja sama ( Joint Venture Agreenment ) yang

dibiasanya disebut “ valuable service “ .

Dalam praktek istilah investasi atau penanaman modal sendiri seringkali

dipergunakan dalam arti yang berbeda-beda. Oleh karena itu, Komaruddin

memberikan pengertian investasi atau penanaman modal tersebut dalam 3 ( tiga )

arti :18

a. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat penyertaan

lainnya.

b. Suatu tindakan untuk membeli barang –barang modal.

c. Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan hasil pendapatan

dimasa yang akan datang.

Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

memberikan pengertian penanaman modal dalam pasal 1 angka 1 dimana

menyebutkan “ penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal,

baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia “.19

Sedangkan di dalam Rancangan Perjanjian Multilateral Tentang Investasi

( Multilateral Agreement On Investment ) yang pada waktu itu sedang disiapkan

oleh organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan ( Organization for

Economic Cooperation and Development ) diberikan pengertian investasi

( internasional ) yang lebih luas. Dalam rancangan tersebut “ penanaman modal “

( investment ) diartikan dalam suatu jenis aktiva yang dimiliki atau dikendalikan

18

Rosyidah Rakhmawati,op.cit.hlm.3. 19

(26)

secara langsung ataupun secara tidak langsung oleh suatu investor ( Every kind

ofasset ownedor controlled, directly or indirectly, by on investor ) .20

Oentoeng soerapati mengemukakan bahwa hal tersebut termasuk :21

1. suatu perusahaan;

2. saham-saham atau bentuk lain partisipasi ekuitas dalam suatu perusahaan

dan hak – hak yang diperolah dari padanya ;

3. obligasi ,surat hutang, pinjaman atau bentuk lain dari piutang dan hak-hak

yang diperoleh dari padanya;

4. klaim atas uang atau kinerja;

5. hak-hak atas kekayaan intelektual;

6. hak-hak yang diberikan berdasarkan hukum atau kontrak seperti konsesi,

lisensi,otoritas dan izin;

7. kekayaan lain yang bertubuh atau tidak bertubuh, bergerak, atau tetap,

dan hak-hak yang terkait pada kekayaan lain seperti sewa, mortgage,

liens, dan gadai.

Pengertian penanaman modal secara luas akan membuka wawasan

pemikiran, bahwa pengertian penanaman modal bukan hanya terdapat dalam

perumusan undang-undang penanaman modal saja akan tetapi lebih luas dari itu,

sehingga pemahaman terhadap penanaman modal beserta implikasinya dapat lebih

mengerti. Sebab tanpa pengertian yang luas tentunya dapat membawa kita pada

rasa apriori yang pada akhirnya bisa menolak tehadap perbedaan penanaman

modal dimanapun ia berada atau melakukan operasinya tidak akan dapat

20

Rosyidah Rakhmawati,op cit;hlm 4 21

(27)

dibendung kehadirannya oleh Negara-negara penerima modal. Apalagi dengan

dukungan globalisasi dunia lewat transportasi dan komunikasi yang tidak lagi

membedakan jarak Negara yang satu dengan Negara yang lainnya .

F. Metode Penulisan

Dalam setiap penulisan haruslah menggunakan metode penelitian yang

sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan oleh

penulis dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan

dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Penelitian yang

dilakukan adalah penelitian hukum normative yang bersifat deskriptif.

Penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang menganalisis hukum

yang tertulis. Sedangkan yang bersifat deskriptif maksudnya

menggambarkan dan menjelaskan bagaimana penanaman modal yang

berlaku di Indonesia, tata cara perizinan penanaman modal dan koordinasi

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten terkait penanaman modal

baik dalam negeri maupun penanaman modal asing khususnya antara

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kab. Padang Lawas

(28)

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari lapangan melalui riset dan

pengambilan data dengan informasi yang berasal dari Badan

Penanaman Modal dan Promosi Sumatera Utara, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Padang Lawas Utara serta pihak-pihak yang

terkait dan memenuhi karakteristik untuk mendapatkan data dan

informasi mengenai masalah yang diteliti guna mendukung data- data

sekunder.

b. Data Sekunder

Dalam penulisan skripsi ini, data sekunder yang digunakan adalah

bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

1. Bahan hukum primer yanitu bahan-bahan hukum yang mengikat,

terdiri dari peraturan perundang-undangan antar lain

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal ,

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 jo Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemekaran Daerah dan beberapa

Peraturan Kepala BKPM tentang koordinasi dalam penanaman

modal seperti pengawasan pelaksanaan penanaman modal dan

lain – lain.

2. Bahan sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer misalnya : hasil penelitian, hasi

(29)

3. Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder, misalnya : kamus-kamus hukum dan kamus bahasa

Indonesia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penulisan ini, penelitian yang dilakukan oleh penulis

adalah penelitian kepustakaan ( library research ) yang merupakan

pengumpulan data-data yang dilakukan melalui literatur atau dari sumber

bacaan berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan dan bahan

bacaan lainnya yang terkait dengan penulisan skripsi ini untuk digunakan

sebagai dasar ilmiah dalam pembahasan materi dan metode penelitian

( field research ) wawancara dengan Ibu Delfi Farosa jabatan front office

pada PTSP di Badan Penanaman Modal dan Promosi Provinsi Sumatera

Utara dan wawancara dengan Bapak Surtan Sotarduga,Harahap jabatan

Kepala Bidang Penanaman Modal di Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara yang berkaitan dengan

penanaman modal di Kabupaten Padang Lawas Utara.

4. Analisis Data

Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisis

secara prespektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif .

Metode deduktif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan

membandingkan sedangkan metode induktif dilakukan dengan

(30)

skripsi ini, sehingga dipeoleh kesimpulan yang sesuai dengan penelitian

yang telah dirumuskan.

G.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menjadi dalah satu metode yang dipakai dalam

melakukan penulisan skripsi ini, hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam

menyusun serta mempermudah pembaca untuk memahami dan mengerti isi dari

skripsi ini. Keseluruhan skripsi ini meliputi 5 ( lima ) bab yang secara garis besar

isi bab-perbab diuraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang permasalahan,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan

kepustakaan, metode penelitian yang digunakan, serta sistematika

penulisan skripsi ini.

BAB II : KETENTUAN PELAYANAN PENANAMAN MODAL

BERDASARKAN UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG

PENANAMAN MODAL

Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran mengenai ketentuan

pelayanan penanaman modal berdasarkan UU No.25 tahun 2007

tentang penanaman modal yang berlaku di Indonesia.

BAB III : KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI DAN

PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA DALAM

(31)

Dalam bab ini diuraikan mengenai bentuk kewenangan

pemerintah provinsi dalam pelayanan penanaman modal dan

bentuk kewengan pemerintah kabupaten / kota dalam pelayanan

penanaman modal.

BAB IV : KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH PROVINSI

SUMATERA UTARA DENGAN PEMERINTAH DAERAH

HASIL PEMEKARAN ( PEMERINTAH KABUPATEN

PADANG LAWAS UTARA ) DALAM BIDANG

PENANAMAN MODAL.

Dalam bab ini diuraikan mengenai bentuk kebijakan koordinasi

yang dilakukan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

dengan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara dalam hal

penanaman modal yang dilakukan oleh seorang investor.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari

(32)

BAB II

PELAYANAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN UU NO.25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL A.Pelayanan Perizinan

1. Pengertian dan Bentuk- Bentuk Pelayanan Perizinan Dalam Penanaman

Modal

Pada dasarnya investor, baik investor domestik atau dalam negeri maupun

investor yang menanamkan modal dalam bentuk investasi di Indonesia

diberikan berbagai kemudahan. Pemberian kemudahan ini adalah dimaksudkan

agar investor domestik maupun investor asing mau menanamkan modalnya

dalam bentuk investasi langsung di Indonesia. Kemudahan yang diberikan oleh

pemerintah Indonesia, berupa kemudahan dalam bidang perizinan, bidang

perpajakan dan pungutan lainnya. Maksud dari perizinan itu adalah segala

bentuk persetujuan untuk melakukan penanaman modal, yang dikeluarkan oleh

Pemerintah dan pemerintah daerah yang memiliki kewenangan, sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan22

22

Lihat Pasal 1 butir 6 Peraturan Kepala BKPM RI Nomor 5 Tahun 2013

. Hal ini dilakukan oleh pemerintah

kepada investor baik itu investor dalam negeri maupun investor luar negeri

karena merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi apabila mau

berinvestasi di Indonesia. Hal ini dilakukan pemerintah untuk membatasi

investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Karena ada suatu

bentuk investasi di penanaman modal tersebut yang tidak bisa dilakukan pihak

(33)

tersebut sangat strategis atau vital dan sangat menyangkut hidup orang banyak

atau seluruh masyarakat hanya boleh pemerintah saja yang melakukan

investasi misalnya dalam pertahanan nasional berupa persenjataan .

Walaupun begitu pemerintah memberikan bentuk-bentuk pelayanan

Perizinan dalam penanaman modal yang diberikan kepada investor antara lain :

a. Izin Prinsip Penanaman Modal

b. Izin Usaha untuk berbagai sector usaha

c. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal

d. Izin Usaha Perluasan untuk berbagai sektor usaha

e. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal

f. Izin Usaha Perubahan untuk berbagai sektor usaha

g. Izin Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal

h. Izin Pembukaan Kantor Cabang

i. Izin Kantor Perwakilan Perusahaan Asing

j. Surat Izin Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing

Selain untuk perizinan juga ada untuk non perizinan penanaman modal antara

lain:

a. Fasilitas bea masuk atas impor barang mesin

b. Fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan

c. Usulan fasilitas Pajak Panghasilan ( PPh ) Badan untuk Penanaman

Modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau di daerah tertentu

d. Angka Pengenal Importir Produsen

(34)

f. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing

g. Rekomendasi Visa untuk Bekerja dan

h. Izin Mempekerjakan Tenaga Asing

Dengan ada hal bentuk pelayanan di atas yang diberikan pemerintah maka

pertumbuhan investasi yang ada di Indonesia akan terus meningkat. Pertumbuhan

investasi ini bertujuan selain meningkatkan pendapatan Negara dari segi

perpajakan melainkan juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang

ada di Indonesia dan agar kita bisa belajar teknologi dari mereka para investor.

2.Sistem dan Tata Cara Pelayanan Perizinan Dalam Penanaman Modal

Salah satu permasalahan pokok yang dihadapi oleh penanam modal dalam

memulai usaha di Indonesia adalah perizinan. Pengurusan perizinan merupakan

salah satu langkah awal yang penting dalam memulai kegiatan usaha. Pengurusan

izin sesuai ketentuan yang berlaku merupakan suatu bukti legalitas bagi suatu

kegiatan usaha yang menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan

hukum untuk melakukan kegiatan usaha. Tanpa bukti legalitas maka kegiatan

usaha yang bersangkutan berada dalam kondisi informal. Bukti legalitas

memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para pihak yang terlibat

dengan kegiatan usaha yang bersangkutan. Dengan kata lain apabila usaha yang

dilakukan tidak dilengkapi dengan dokumen legalitas yang diperlukan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan, akan sulit bagi suatu kegiatan usaha

untuk mengembangkan usahanya.23

23

Frida Rustiani, “ Izin: Mampukah Melindungi Masyarakat dan Seharusnya Beban Siapa?”,(Makalah disampaikan dalam Konferensi PEG USAID tentang Desentralisasi, Reformasi Kebijakan dan Iklim Usaha di Hotel Aryaduta, Jakarta 12 Agustus 2003), hlm 1. )

(35)

Terdapat beberapa ketentuan dalam Undang-Undang nomor 25 Tahun

2007 tentang penanman Modal yang berkaitan dengan perizinan. Ketentuan

mengenai perizinan dalam Undang-Undang Penanaman Modal diatur dalam Bab

XI mengenai Pengesahan dan Perizinan Perusahaan. Dalam Pasal 25 ayat (4)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 disebutkan:

“Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib

memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dari

instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam

undang-undang.”

Kemudian dalam ayat (5) disebutkan:

“Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diperoleh melalui pelayanan terpadu

satu pintu”

Pelayanan terpadu satu pintu bertujuan membantu penanam modal dalam

memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal dan informasi mengenai

penanaman modal.

Dengan sistem itu, sangat diharapkan bahwa pelayanan terpadu di pusat

dan daerah dapat menciptakan penyederahanaan perizinan dan percepatan

penyelesaiannya. Sistem pelayanan terpadu satu pintu ini diharapkan dapat

mengakomodasi keinginan penanam modal atau pengusaha untuk memperoleh

pelayanan yang lebih efisien, mudah dan cepat.

Dalam pasal 26 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Penanaman Modal

disebutkan bahwa:

(36)

(2) “Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan oleh lembaga atau instansi yang

berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau

pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan

perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat atau lembaga atau instansi yang

berwenang mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di provinsi atau

kabupaten/kota.”

(3) “Ketentuan mengenai tata cara dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden.”

Badan Koordinasi Penanaman Modal (selanjutnya disebut sebagai BKPM)

merupakan lembaga yang mengoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu

satu pintu yang diartikan sebagai kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan

nonperizinan yang mendapat pendelegasian wewenang dari instansi yang

memiliki kewenangan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap

permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu

tempat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 28 ayat (1) huruf j Undang- Undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. BKPM dalam melaksanakan

pelayanan terpadu satu pintu harus melibatkan perwakilan secara langsung dari

setiap sektor dan daerah terkait dengan pejabat yang mempunyai kompetensi dan

kewenangan.

Dilihat dari ketentuan-ketentuan Undang-Undang 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal di atas, terdapat peraturan yang menjadi “payung hukum” bagi

(37)

tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya pengaturan lebih lanjut mengenai

mekanisme dan tata cara pelayanan terpadu satu pintu. Undang-undang hanya

mengatur pelayanan terpadu satu pintu secara umum dan memerintahkan

penyusunan peraturan presiden untuk mengatur tata cara dan pelaksanaannya.

Sampai dengan penelitian ini ditulis, Peraturan Presiden yang dibutuhkan untuk

mengatur tata cara dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu dalam kegiatan

perizinan dan nonperizinan penanaman modal sebagaimana yang diamanatkan

oleh Undang-Undang Penanaman Modal ini masih belum dibentuk. Untuk

membangun sistem pelayanan penanaman modal dalam satu pintu ini memang

tidaklah mudah karena memerlukan kesamaan visi dan koordinasi yang baik

antara lembaga-lembaga pemerintah yang berkepentingan dalam penanaman

modal. Namun apabila ketentuan mengenai pelayanan terpadu satu pintu

benar-benar dilakukan dengan asumsi faktor-faktor lain (seperti kepastian hukum,

stabilitas, pasar buruh yang fleksibel, kebijakan ekonomi makro, termasuk rejim

perdagangan yang kondusif dan ketersediaan infrastruktur) mendukung,

diharapkan pertumbuhan penanaman modal akan mengalami akselerasi. Karena

bagi para penanam modal yang akan melakukan kegiatan usahanya di wilayah

negara Indonesia, adanya perizinan melalui pelayanan terpadu satu pintu ini

merupakan suatu hal menguntungkan karena dapat meminimalisasi waktu,

prosedur dan biaya dalam mengurus perizinan penanaman modal.

Maka dengan kemudahan yang akan diberikan oleh pemerintah terhadap

penanaman modal agar penanaman modal yang dilakukan oleh investor dapat

(38)

perizinannya dapat dilihat dalam Peraturan BKPM RI No. 5 Tahun 2013 Tentang

Tata Cara Perizinan Penanaman Modal yang mana di dalamnya mengatakan

penanaman modal dapat mengajukan permohonan perizinan dan non perizinan

penanaman modal ke PTSP bidang penanaman modal, secara manual ( hard copy)

atau secara elektronik ( on-line).

Bagi penanaman modal yang menyampaikan permohonan secara manual

harus bisa menunjukkan dokumen asli kepada petugas front office, kecuali untuk

pengurusan izin prinsip yang belum berbadan hukum. Dokumen asli bagi

perusahaan yang telah berbadan hukum adalah seluru dokumen yang

dipersyaratkan dalam pengurusan perizinan dan non perizinan. Sedangkan bagi

penanaman modal yang menyampaikan permohonan secara elektronik ( online )

harus mengunggah seluruh dokumen kelengkapan persyaratan sesuai dengan jenis

permohonan yang ingin dimintakan atau disampaikan. Setelah permohonan

tersebut dilakukan maka pihak pelayanan terpadu satu pintu akan memeriksa

berkas tersebut. Apabila berkas permohonan tersebut sudah terlengkapi atau sudah

sesuai dengan prosedur maka pihak pelayanan terpadu satu pintu akan

menerbitkan surat perizinan usaha melalui peraturan gubernur. Surat tersebut

berisikan antara lain :

a. Bidang usaha dan bentuk bidang usaha.

b. Surat pendirian usaha

c. Lama izin usaha yang diberikan dan lain –lain .

Setelah surat perizinannya sudah diterbitkan maka investor atau penanam modal

(39)

atau investor dalam melakukan usaha atau kegiatan penanaman modalnya akan

tetap diawasi oleh pihak badan penanaman modal atau instansi yang terkait di

dalamnya .

B.Pelayanan Pemberian Fasilitas

1. Pelayanan Bidang Pemberian fasilitas Pajak Penghasilan

Pemberian fasilitas pajak penghasilan ini dilakukan melalui pengurangan

penghasilan netto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang

dilakukan dalam waktu tertentu.24

Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam jumlah dan

waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman modal baru yang

merupakan industri pionir, yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas,

member nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi

baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional ( Pasal 18 ayat

( 5 ) Undang-Undang No.25 Tahun 2007 ).

Hal tersebut dapat diartikan bahwa pengurangan

pajak diambil dari pendapatan atau penghasilan bersih dalam jumlah penanaman

modal yang dilakukan investor dan waktu yang diberikan sangat terbatas. Fasilitas

pajak penghasilan yang diberikan kepada penanaman modal diberlakukan

berdasarkan kebijakan industri nasional yang ditetapkan oleh pemerintah, yang

lebih lanjut diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan.

Wajib pajak berhak mendapatkan fasilitas pajak penghasilan berdasarkan

PP Nomor 62 tahun 2008 PP jo Nomor 52 tahun 2011, dapat diberikan fasilitas

24

(40)

pajak penghasilan ini sepanjang memiliki rencana penanaman modal paling

sedikit Rp1 triliun. Ada tiga bentuk fasilitas perpajakan yang diberikan kepada

investor, yaitu:

1. Pengurangan penghasilan netto paling tinggi 30 % dari jumlah penanaman

modal yang dilakukan.

2. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat ; kompensasi kerugian yang

lebih lama, tetapi tidak lebih dari sepuluh tahun ; dan

3. Pengenaan pajak penghasilan atau dividen sebesar 10 % kecuali apabila

tarif menurut perjanjian yang berlaku menetapkan lebih rendah.

Ketentuan dalam pasal 31 huruf a Undang-Undang No.17 Tahun 2000

tentang Pajak Penghasilan, telah dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah

Tertentu.

Faslitas PPh merupakan failitas yang diberikan kepada investor yang

melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di

daerah-daerah tertentu. Dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 telah

ditentukan :

1. Bidang Usaha

2. Daerah-daerah ; dan

3. Jenis-jenis fasilitas pajak penghasilan yang diberikan kepada penanaman

(41)

Fasilitas PPH hanya diberikan kepada wajib pajak yang berbentuk

perseroan terbatas dan koperasi.

Bidang-bidang usaha tertentu adalah bidang usaha di sektor kegiatan

ekonomi yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional. Dalam Lampiran I

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 Telah ditentukan 15 Kelompok

bidang usaha yang mendapatkan failitas PPh. Kelima belas itu, disajikan berikut

ini :

1. Kelompok industri makanan lainnya, seperti industri bumbu masak dan

penyedap makanan.

2. Kelompok industri tekstil dan industri pakaian jadi.

3. Kelompok industri bubur kertas ( pulp ), kertas dan kertas karton / paper

board, yang meliputi :

a. Industri bubur kertas ( pulp )

b. Industri kertas budaya

c. Industri Kertas industri

4. Kelompok industri bahan kimia, yang meliputi :

a. Industri kimia dasar organik khlor dan alkali;

b. Industri kimia dasar organik lainnya;

c. Industri kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi, gas

bumi dan batu bara;

d. Industri karet buatan.

5. Kelompok industri barang-barang kimia lainnya, seperti industri bahan

(42)

6. Kelompok industri karet dan barang karet, meliputi industri

barang-barang dari karet untuk keperluan industri.

7. Kelompok industri barang-barang dari forselin, yang meliputi industri alat

laboratorium dan alat listrik/teknik dari porselin.

8. Kelompok industri logam dasar besi dan baja, yang meliputi :

a. Industri besi dan baja dasar ( iron and steel making )

b. Industri besi dan baja dasar ( iron and steel making ) sampai dengan

industri penggilingan baja ( steel rolling )

9. Kelompok industri logam dasar bukan besi, yang meliputi :

a. Industri pembuatan logam dasar bukan besi;

b. Industri penggilingan logam bukan besi;

c. Industri ekstruksi logam bukan besi;

d. Industri pipa dan sambungan pipa dari logam bukan besi dan baja;

10.Kelompok industri mesin dan perlengkapannya, yang meliputi :

a. Industri mesin uang, turbin, dan kincir;

b. Industri motor pembakaran dalam;

c. Industri pompa dan kompresor;

d. Industri mesin/perlatan untuk pengolahan / pengerjaan logam;

e. Industri mesin tekstil ; dan

f. Industri mesin-mesin industri khusus lainnya;

11.Kelompok industri motor listrik, generator dan transformator, yang

meliputi :

(43)

b. Industri mesin pembangkit listrik;

12.Kelompok industri elektronika dan telematika , yang meliputi :

a. Industri mesin kantor, komputer, dan akutansi elektronik.

b. Industri lampu tabung gas ( lampu pembuang listrik );

c. Industri alat transmisi dan alat komunikasi ;

d. Industri radio, televise, alat-alat rekaman suara dan gambar, dan

sejeninya;

e. Industri kamera fotogrfi;

f. Industri jasa konsultasi piranti lunak.

13.Kelompok industri alat-alat angkatan darat, yang meliputi :

a. Industri mesin/peralatan untuk pengolahan / pengerjaan logam;

b. Industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih;

c. Industri perlengkapan dan komponen kendaraan bermotor roda empat

atau lebih;

d. Industri komponen dan perlengkapan sepeda motor dan sejenisnya;

14.Kelompok industri pembuatan dan perbaikan kapal dan perahu, yang

meliputi :

a. Industri kapal/perahu;

b. Industri peralatan dan perlnegkapan kapal;

15.Industri pembuatan logam dasar bukan besi.

Jadi, bagi pengusaha atau investor yang menanamkan investasinya pada

(44)

yaitu pengurangan penghasilan netto sebesar 30 % dari jumlah penanaman modal,

dibebaskan selama 6 tahun masing-masing sebesar 5 % per tahun.

2..Pelayanan Bidang Pemberian Fasilitas Bea Masuk Atas Impor Barang Modal

Pembebasan atau keringanan bea masuk atas barang impor barang modal

adalah melepaskan kewajiban atau beban dari investor untuk membayar bea

masuk atas barang modal yang dimasukkan ke dalam wilayah Republik

Indonesia. Pasal 4 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 telah

ditentukan jenis-jenis barang yang dibahaskan dari bea masuk impor.

Jenis-jenis barang yang dibebaskan dari pembebasan atau keringanan bea impor

adalah :

a. Barang modal ;

b. Mesin atau ;

c. Peralatan untuk keperluan produksi yang belum bisa diproduksi di

dalam negeri.

Dalam Pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 297 / KMK.01/1997

jo. Nomor 545/KMK.01/1997 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Mesin,

Barang dan Bahan dalam Rangka Pembangunan Industri/Industri Jasa telah

ditentukan jenis-jenis barang impor yang dibebaskan atau pengurangan dari bea

masuk inpor. Jenis-jenis barang impor itu, meliputi :

1. Mesin terkait langsung dengan kegiatan industri / industri jasa; dan

2. Suku cadang dan komponen dari mesin dalam jumlah yang tidak melebihi

(45)

Pembebasan ini hanya berlaku untuk dua tahun, terhitung sejak tanggal

keputusan pembebasan bea masuk. Setiap investor, yang ingin mendapat

pembebasan bea masuk atas barang impor harus mengajukan permohonan kepada

pejabat yang berwenang. Permohonan itu diajukan kepada :

1. Ketua BKPM

Permohonan kepada Ketua BKPM hanya terhadap barang impor, yang

berupa :

a. Mesin;

b. Barang; dan

c. Bahan untuk keperluan pembangunan bagi perusahaan PMA/PMDN.

2. Direktur Bea dan Cukai

Permohonan kepada Direktur Bea dan Cukai hanya terhadap barang impor,

yang berupa :

a. Mesin;

b. Barang; dan

c. Bahan untuk keperluan pembangunan bagi perusahaan non

PMA/PMDN.

Permohonan itu harus dilampirkan dokumen –dokumen sebagai berikut :

1. Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ).

2. Surat Izin Usaha dari Instansi teknis .

3. Hasil verifikasi dari instansi terkait terhadap kebutuhan mesin, antara lain

jumlah, jenis, spesifikasi dan harga.

(46)

5. Uraian kegiatan usaha bagi industri jasa.

Bedasarkan permohonan tersebut, maka pejabat yang berwenang

menerbitkan keputusan pembebasan bea masuk atas barang impor.

Selain itu ,dalam peraturan Menteri Keuangan Nomor 20 / PMK.010/2005

tentang Pembebasan Bea Masuk dan Pajak dalam Rangka Impor Tidak Dipungut

atas Impor Barang Berdasarkan Kontrak Bagi Hasil ( Production Sharing

Contrcts) Minyak dan Gas Bumi Telah ditentukan fasilitas pembebasan bea

masuk. Di dalam ketentuan itu, ditentukan bahwa :

“ atas impor barang untuk keperluan kegiatan eksplorasi Migas yang

diimpor oleh kontraktor bagi hasil Migas diberikan fasilitas pembebasan bea

masuk dan pajak dalam rangka impor ( PPN dan PPnBM Impor,serta PPh Pasal

22 Impor ) tidak dipungut.”

Fasilitas tersebut diberikan sampai dengan berakhirnya kontrak bagi hasil

yang bersangkutan.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK/011/2009 tentang

Pembebasan bea masuk dan impor mesin serta barang dan bahan untuk

pembangunan industri dalam rangka penanaman modal menjelaskan pada Pasal 2

ayat ( 1 ) :

“ Atas impor mesin, barang dan bahan yang dilakukan oleh Perusahaan

yang melakukan kegiatan usaha di bidang industri yang menghasilkan barang

dan/atau industri yang menghasilkan jasa, dapat diberikan pembebasan bea

(47)

Pasal 2 ayat (3) : Pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), diberikan sepanjang mesin, barang dan bahan tersebut :

a. Barang diproduksi di dalam negeri;

b. Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi

yang dibutuhkan; atau

c. Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi

kebutuhan industri, berdasarkan daftar mesin, barang dan bahan yang

ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab di perindustrian atau

pejabat yang ditunjuk, setelah berkoordinasi dengan instansi teknis

yang terkait.

Dalam pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 176/ PMK/011/2009

tentang pembebasan bea masuk dan impor mesin serta barang dan bahan untuk

pembangunan industri dalam rangka penanaman modal, dijelaskan bahwa pada

saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku maka :

“ Keputusan Menteri Keuangan Nomor 298/KMK.05/1997 tentang Ketentuan Pemindahtanganan Barang Modal Bagi Perusahaan PMA/ PMDN atau Non PMA/PMDN sebagaiman telah diubah dengan keputusan dengan Keputuan Menteri Keuangan Nomor : 394/KMK.05/1999; Keputusan Menteri Keuangan Nomor 135/KMK.05/2000 tentang keringan bea masuk atas impor mesin,barang dan bahan dalam rangka pembangunan/ pengembangan industri/ industri jasa, sebagaiman beberapa kali telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 47/PMK.04/2005; dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 456/KMK.04/2002 tentang perpanjangan jangka waktu impor mesin, barang dan bahan yang mendapatkan fasilitas berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 135/KMK.05/200 tentang keringan bea masuk impor mesin, barang dan bahan dalam rangka pembangunan/perkembangan industri/industri jasa sebagaiman telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 63/PMK.011/2007, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.”

Pembebasan bea masuk atas impor mesin untuk pembangunan industri,

(48)

berlakunya keputusan pembebasan bea masuk dan dapat diperpanjang sesuai

dengan jangka waktu pembangunan industri tersebut sebagaiman tercantum dalam

surat persetujuan penanaman modal. Perusahaan yang telah menyelesaikan

pembangunan industri serta siap produksi, kecuali bagi industri yang

menghasilkan jasa, dapat diberikan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk

keperluan produksi paling lama 2 ( dua ) tahun, sesuai kapasitas terpasang dengan

jangka waktu pengimporan selama 2 ( dua ) tahun terhitung sejak berlakunya

keputusan pemerintah bea masuk.”25

3..Pembebasan atau Penangguhan Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) atas Impor

Barang Modal

Kemudahan lain yang diterima oleh investor, baik domestik maupun asing

yang menanamkan modalnya di Indonesia adalah pembebasan atau penangguhan

Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau mesin, yang belum dapat

diproduksi di dalam negeri ( Pasal 4 huruf d Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 ).

Ketentuan tentang pembebasan PPn atas impor barang modal tersebar

dalam berbagai peraturan pemerintah, diantaranya :

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003 tentang perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang impor dan atau penyerahan barang

kena pajak tertentu dan atau penyerahan jasa kena pajak tertentu yang dibebaskan

25

(49)

dari pengenaan pajak pertambahan nilai. Jenis barang dan jasa impor yang

dibebaskan dari PPn disajikan berikut ini :

Barang kena pajak tertentu yang atas impor dibebaskan dari pengenaan

pajak pertambahan nilai, yakni :

1. Senjata, amunisi,alat angkutan di air,alat angkutan di bawah air, alat

angkatan di udara, alat angkutan di darat, kendaraan lapis baja, kendaraan

patrol, dan kendaraan angkutan khusus lainnya, serta suku cadangnya, yang

diimpor oleh Departemen Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia (TNI),

Kepolisian Negara Republik Indonesia atau oleh pihak lain yang ditunjuk

oleh Departemen Pertahanan, TNI, atau POLRI untuk melakukan impor

tersebut, dan komponen atau bahan yang belum di buat di dalam negeri,

yang diimpor oleh PT.PINDAD, yang digunakan dalam pembuatan senjata

dan amunisi untuk keperluan Departemen Pertahanan.

2. Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional

( PIN ).

3. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku-buku pelajaran agama.

4. Kapal laut, kapal angkutan laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan

danau, dan kapal angkutan penyeberangan dan suku cadang serta alat

keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan

digunakan oleh perusahaan Pelayaran Niaga Nasional sesuai dengan

(50)

5. Pesawat udara dan suku cadang serta keselamatan penerbangan atau alat

keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang

diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional.

6. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan dan

pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT. Kereta

Api Indonesia dan komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang

ditunjuk oleh PT. Kereta Api Indonesia, yang digunakan untuk pembuatan

kereta api, suku cadang dan peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan ,

serta prasarana yang akan digunakan oleh PT. Kereta Api Indonesia.

7. Peralatan berikut suku cadang yang digunakan oleh Departemen

Pertahanan atau TNI untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah

Negara Republik Indonesia yang dilakukan untuk mendukung pertahanan

nasional yang diimpor oleh Departemen Pertahanan, TNI atau pihak yang

ditunjuk oleh Departemen Pertahanan atau TNI.

Masih ada lagi ketentuan tentang pembebasan PPn atas Impor barang modal

dalam berbagai peraturan pemerintah lainnya seperti Peraturan Pemerintah Nomor

41 Tahun 2002 tentang perubahan atau Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun

2001 tentang impor dan atau Penyerahan Barang Tertentu yang bersifat strategis

yang dibebankan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 144 Tahun 2000 Tentang jenis barang dan jasa yang

(51)

BAB III

KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DALAM PELAYANAN PENANAMAN MODAL

A. Kewenangan Pemerintah Provinsi Dalam Pelayanan Penanaman Modal 1. Kebijakan Penanaman Modal Daerah Pemerintah Provinsi yang

Berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota mempunyai peranan yang

sangat penting dalam meningkatkan pelaksanaan investasi di Indonesia. Dalam

Pasal 30 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, telah

ditentukan kewenangan antara pemerintah, pemerintah provinsi, dan

kabupaten/kota. Kewenangan pemerintah diartikan sebagai hak dan kekuasaan

pemerintah untuk menentukan atau mengambil kebijakan dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan (Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah Nomor 25

Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai

Daerah Otonom).

Pada dasarnya, kewajiban pemerintah dan/atau pemerintah daerah adalah

menjamin kepastian dan keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal.

Untuk menjamin kepastian, dan keamanan itu, perlu diatur kewenangan

pemerintah, provinsi, dan kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penanaman

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Daftar Proyek Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Kabupaten Padang

Referensi

Dokumen terkait

E-learning adalah proses instruksi yang melibatkan penggunaan peralatan elektronik dalam menciptakan, membantu perkembangan, menyampaikan, menilai dan memudahkan suatu proses

Prinsip kerja sistem pembelian bermula dari pihak distributor yang memesan barang kepada supplier dengan cara mengisi form purchasing order yang berfungsi sebagai bukti

Simpulan penelitian ini adalah penerapan strategi pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada siswa

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kadar Merkuri Pada Ikan Tongkol... Hasil Output

Dilihat dari sifatnya penelitian, penelitian ini pada dasarnya yang dilakukan bersifat deskriptif. Menurut Sutrisno Hadi penelitian yang bersifat diskriptif maksudnya

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis sebagai peneliti pemula memfokuskan diri untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pendidikan, pengetahuan, sikap ibu,

Hal ini mengakibatkan bahan pakan yang memiliki kandungan serat belum mampu meningkatkan hasil produksi yang baik, akibatnya nutrien yang dibutuhkan itik untuk pembentukan

pada Kelapa Sawit (Elaesis guinensis Jacq.) dan Pengaruh Beberapa Mikroba Tanah Antagonistik Terhadap Pertumbuhannya.. Abadi A L and Dharmaputra O S 1998 Pengaruh pH