• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Konsumsi Sumber Vitamin Dan Mineral, Status Gizi, dan Kejadian Dismenorea Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Konsumsi Sumber Vitamin Dan Mineral, Status Gizi, dan Kejadian Dismenorea Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Kuesioner Skrining Kejadian Dismenorea di SMPShafiyyatul Amaliyyah

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KONSUMSI SUMBER VITAMIN DAN MINERAL, DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN

DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMP SHAFIYYATUL AMALIYYAH TAHUN 2015

Pilihlah jawaban yang PALING SESUAI denganAnda! 1.Apakah kamu sudah menstruasi (haid)?

a. Ya b. Tidak

Jika ya, lanjut ke pertanyaan berikutnya!

2. Apakah kamu merasakan nyeri di perut bawah ketika haid (datangbulan)?

a. Ya b. Tidak

Jika ya, lanjut ke pertanyaan berikutnya!

3. Bila kamu merasakan nyeri diperut bawah ketika haid, seberapa sering? a. Selalu b. Kadang-kadang

(3)

a. Ya b. Tidak

5. Selain di perut bagian bawah, nyeriketika dating bulan juga terasa di... a. Pinggang dan paha b. Tangan, kaki

c.Tempat lain, sebutkan_____________

6. Selain nyeri di perut bagian bawah kamu juga memiliki keluhan… a.Payudara terasa nyeri c. Kembung

(4)
(5)

Lampiran 4.Universal Pain Assessment Tool

Tingkat Nyeri Dismenorea

Silahkan gunakan salah satu dari skala di bawah ini untuk menunjukkan rata-rata tingkat nyeri yang Anda alami.

Jawaban :

a. 0 - 1 : Tidak nyeri ( tidak sakit )

b. 1 – 3 : Nyeri ringan ( dapat diabaikan ) c. 3 – 5 : Nyeri sedang ( mengganggu tugas ) d. 5 – 7 : Nyeri sedang ( mengganggu konsentrasi ) e. 7 – 9 : Nyeri berat ( mengganggu aktivitas )

(6)

Lampiran 5. Formulir Food Recall 24 Jam FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM Hari/ Tanggal :

Hari ke- :

Waktu Nama Masakan

Bahan Makanan Banyaknya

Jenis URT gr

Pagi/ Jam

Siang/Jam

(7)

Lampiran 6. Formulir Food Frequency Tidak Pernah 1-3x/hari 4-6x/mgg 1-3x/mgg 1x/bulan

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

Analisis Univariat 1. Usia

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(13)

4. Vitamin B6

Vitamin B6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid kurang 44 100.0 100.0 100.0

6. Kalsium

Kalsium

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 40 90.9 90.9 90.9

cukup 4 9.1 9.1 100.0

(14)

Tabulasi Silang

1. Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) Berdasarkan Konsumsi Vitamin dan Mineral

1.1 Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) Berdasarkan Konsumsi Vitamin B6

Vitamin B6 * Tingkat Nyeri Crosstabulation Tingkat Nyeri

Total nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat

Vitamin B6 kurang Count 15 16 3 34

(15)

1.2 Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) Berdasarkan Konsumsi Vitamin E Vitamin E * Tingkat Nyeri Crosstabulation

Tingkat Nyeri

Total nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat

Vitamin E kurang Count 19 21 4 44

% within Vitamin E

43.2% 47.7% 9.1% 100.0%

Total Count 19 21 4 44

% within Vitamin E

43.2% 47.7% 9.1% 100.0%

Test Statistics Tingkat

Nyeri Chi-Square 11.773a

Df 2

(16)

1.3 Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) Berdasarkan Konsumsi Kalsium Kalsium * Tingkat Nyeri Crosstabulation

Tingkat Nyeri

Total nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat

Kalsium kurang Count 14 18 4 36

(17)

1.4 Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) Berdasarkan Konsumsi Zink Zink * Tingkat Nyeri Crosstabulation

Tingkat Nyeri

Total nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat

Zink kurang Count 19 17 4 40

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .36.

(18)

2. Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) Berdasarkan Status Gizi Remaja Putri

Status Gizi * Tingkat Nyeri Crosstabulation Tingkat Nyeri

(19)

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability Pearson

Chi-Square

3.432a 4 .488 .484 Likelihood Ratio 3.782 4 .436 .539

Fisher's Exact Test 3.002 .550

Linear-by-Linear Association

.878b 1 .349 .376 .196 .036

N of Valid Cases 44

a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .64.

(20)

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Penimbangan Berat Badan Remaja Putri

(21)

Gambar 3. Wawancara Food Recall dengan Remaja Putri

(22)
(23)

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., Bambang, W., 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Almatsier, S., 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Andang, T., Mumpuni, Y., 2013. 45 Penyakit Musuh Kaum Perempuan,

Yogyakarta: Rapha Publishing

Cakrawati, D., Mustika, 2012. Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta

Dawood, M., 2006. Primary Dysmenorrhea Advances in Pathogenesis and Management. Journal Obstetric and Gynaecology: 428-441

El-Gilany AH, Badawi K, El-Fedawy S, 2005. Epidemiology of Dysmenorrhoea among Adolescent Students in Mansoura, Egypt. East Mediter Health Journal :155-163

Glasier, Anna. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Edisi keempat.Jakarta: EGC

Gibson R, S., 2005. Principles of Nutrition Assesment. Ed ke-2 New York: OxfordUniversity

Hill, Mc. Graw., 2002. Nutrition Almanac, Jakarta: Gramedia Pustaka Jones, Llewellyn, D., 2005. Setiap Wanita, Jakarta: Delapratasa Publishing Ju, H., Jones, M., Mishara, G., 2013. The Prevalence and Risk Factors of

Dysmenorrhea. Epidemilogic Reviews: 104-113 Kingston, B., 1995. Mengatasi Nyeri Haid, Jakarta: Arcan

Kuniasih, D., 2010. Sehat & Bugar Berkat Gizi Seimbang, Jakarta: Penerbit Buku Gramedia

Kusmiran, E., 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Jakarta: Salemba Medika

Lusiana, S.A., Dwiriani, C.M., 2007.Usia Menarche, Konsumsi Pangan, Dan Status Gizi Anak Perempuan Sekolah Dasar Di Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan: 26-35

Lutviah, V., 2007. Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium Dengan Keluhan Menstruasi Pada Remaja. Skripsi Fakultas Pertanian IPB.

Diakses tanggal 29 Juli 2015;

(24)

Matanari, Y., 2011. Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik Dengan Dismenorea Pada Remaja putri Jl. Willem Iskandar Medan. Skripsi FKM USU

Nelson, K., 2005. Dysmenorrhea.Gale Encyclopedia of Alternative Medicine. (Ensiklopedi Elektronik) diakses tanggal 13 Maret 2015; http://www.federaljack.com/ebooks.

Potter, P. A., Perry, A. G., 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

Pujihastuti, E, K., 2012. Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul, Asupan Zat Gizi Dan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Syndrome Pramenstruasi Pada Siswi Mts N Mlinjon Filial Trucuk Klaten Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat: 572-577

Rismalinda, Pusmaika, R., Sibagariang, E., 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta: Trans Info Media

Sianipar, O., Bunawan, N.C., Almazini, P., Calista, N., Wulandari, P., Rovenska, N., Djuanda, R.E, Irene, Seno, A., Shuartana, E., 2009. Prevalensi Gangguan Menstruasi dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada Siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur. Majalah Kedokteran Indonesia: 308-313

Sibagariang, E., 2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi, Jakarta: Trans Info Media

Sundari, L,P,R., 2011. Pemberian Kapsul Zink Per Oral Selama Empat Hari Sebelum Haid Menurunkan Kadar Prostaglandin Dan Nyeri Haid Pada Penderita Nyeri Haid Primer. Thesis Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. diakses tanggal 28 Juli 2015; http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-239-1610269670-isi.pdf Supariasa, I.,Bakri, B., Fajar, I., 2001. Penilaian Status Gizi, Jakarta: Penerbit

Buku Kedoteran EGC

Ulfiyanti, S., 2014. Hubungan Status Gizi, Asupan Zat Gizi Mikro, Dan Minuman Berkafein Dengan Dismenorea Primer Pada Remaja Putri Di SMAN 1 Pamekasan Dan SMAN 1 Galis. Skripsi Fakultas Ekologi Manusia IPB. Diakses tanggal 29 Juli 2015; http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/72122?show=full

Utama, B., Nugroho, T., 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita, Yogyakarta: Nuha Medika

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian crossectional untuk mengetahui gambaran konsumsi sumber vitamin dan mineral,

status gizi, dan kejadian dismenorea pada remaja putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Shafiyyatul Amaliyyah yang terletak di Jl. Setia Budi No.191 Medan. Adapun pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan yaitu berdasarkan hasil survei pendahuluan didapatkan 12 orang siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah yang memiliki keluhan nyeri dibagian perut sebelum dan saat haid.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei 2014 –Agustus2015. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medanyaitu sebanyak 133 orang.

3.3.2 Sampel

(26)

1- 0 0 1- a a

2

a 0 2

Keterangan :

n : Besar sampel Po : proposi awal

Pa : proporsi yang diinginkan : level of signifikan β : power

Berdasarkan survei awal populasi siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah adalah seluruh siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang mengalami nyeri haid yaitu sebanyak 56 orang. Maka, sampel dari siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah adalah 44 orang.

Populasi penelitian merupakan siswi yang mengalami nyeri haid untuk kelas 1 dan 2 saja, yaitu sebanyak 56 orang dengan pertimbangan siswi kelas 3 SMP sudah menyelesaikan ujian nasional dan tidak berada lagi di sekolah sehingga peneliti tidak dapat memperoleh data yang diperlukan untuk penelitian.

Selanjutnya untuk menentukan sampel yang akan disajikan untuk analisis dilakukan dengan metode proporsional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan proporsi yang sama pada setiap kelas agar setiap siswi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel sehingga mewakili setiap kelas. Penentuan sampel dari setiap kelas dengan menggunakan metode alokasi atau proporsional, yaitu :

(27)

nh : Besar sampel setiap kelas NH : Besar populasi setiap kelas n :Total sampel

N :Total populasi

Berikut uraian kelas dan jumlah sampel yang diambil:

Tabel 3.1 Distribusi Sampel Dengan Teknik Proportionate Stratified Random Sampling pencuplikan sampel setiap lokal diambil secara merata dengan sistem undian. 3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

(28)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data dari sekolah yang diperolah dari bagian tata usaha, survei dan penelitian serta literatul yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Universal pain assessment tool

2. Formulir food frequency 3. Formulir food recall

4. Timbangan injak (bathroomscale) yaitu alat ukur berat badan dengan ketelitian 0,1 kg

5. Microtoise

6. Daftar komposisi bahan makanan ( DKBM ) 7. Daftar kecukupan gizi yang dianjurkan ( DKGA ) 8. Nutrisurvey

3.6 Variabel dan Defenisi Operasional 3.6.1 Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah konsumsi sumber vitamin dan mineral, status gizi, dan kejadian dismenorea pada remaja putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah.

3.6.2 Defenisi Operasional

(29)

2. Konsumsi sumber vitamin dan mineral adalah informasi yang memberikan gambaran mengenai ketersediaan zat gizi berupa jumlah asupan dan frekuensivitamin E, vitamin B6, Kalsium, dan zink yang dikonsumsi responden.

3. Jumlah Vitamin E adalah banyaknya nilai vitamin (mg) yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi responden.

4. Vitamin B6 adalah banyaknya nilai vitamin B6 (mg) yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi responden.

5. Jumlah Kalsium adalah banyaknya nilai Kalsium (mg) yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi responden.

6. Jumlah Zink adalah banyaknya nilai Zink (mg) yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi responden.

7. Status gizi adalah keadaan tubuh remaja yang didapat melalui pengukuran indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) yang merupakan perbandingan berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m²) berdasarkan umur. 8. Kejadian dismenorea adalah tingkat keluhan nyeri dibagian perut yang terjadi

sebelum atau saat haidyang dialami siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang diukur dengan universal pain assessment tool.

3.7 Metode Pengukuran

1. Tingkat nyeri dismenorea diketahui dengan menggunakan universal pain assessment tool yang dapat dikategorikan atas:

a. Nyeri ringan : dapat diabaikan

(30)

c. Nyeri berat : mengganggu aktivitas

d. Nyeri tidak tertahankan : perlu istirahat di tempat tidur

2. Jumlah kecukupan konsumsi vitamin dan mineral dihitung dengan membandingkan jumlah vitamin dan mineral yang dikonsumsi terhadap kecukupan vitamin dan mineral yang dianjurkan (AKG) (WNPG 2004). Perhitungan tingkat kecukupan vitamin dan mineral dapat dilihat pada rumus berikut :

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dinyatakan dalam persen. Adapun klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral yaitu:

a. Kurang, jika <77% angka kecukupan b. Cukup, jika ≥77% angka kecukupan

3. Status gizi dinilai dengan cara pengukuran berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m²) berdasarakan umur yang dinyatakan dalam IMT/U. Nilai IMT tersebut dikategorikan menjadi 6 yaitu:

a. Normal bila Z_Score > -2 s/d +1 b. Kurus bila Z_Score > -3 s/d < -2 c. Sangat kurus bila Z_Score < -3

d. Risiko gemuk bila Z_Score > +1 s/d ≤ +2 e. Gemuk bila Z_Score > +2 s/d ≤ +3

(31)

3.8 Metode Analisis Data

(32)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMP Shafiyyatul Amaliyyah terletak di Jl. Setia Budi No.191 Medan memiliki beberapa fasilitas yang berguna untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, yaitu ruangan labolatorium, perpustakaan, ruang komputer, ruang media, ruang makan, kantin, mesjid, lapangan basket, klinik kesehatan, auditorium dan ruangan kelas yang dipakai untuk proses belajar mengajar. Adapun rungan untuk siswi terdiri dari :

a. Kelas I : 5 kelas b. Kelas II : 4 kelas c. Kelas III : 4kelas

Jumlah seluruh siswanya adalah 204 orang dengan perincian sebagai berikut : a. Kelas I : 106 orang

b. Kelas II : 98 orang

Berdasarkan jenis kelamin siswa di SMP Shafiyyatul Amaliyyah kelas 1 dan 2 yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 91 orang (44,61%) dan laki-laki sebanyak 113 orang (55,39%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin di

SMP Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015

No. Jenis Kelamin n %

1. Laki-laki 113 44,6

2. Perempuan 91 55,4

(33)

4.2. Karateristik Responden

SMP Shafiyyatul Amaliyyah merupakan sekolah swasta dengan siswa rata-rata tergolong pada kelompok masyarakat menengah ke atas. Setiap harinya siswa menghabiskan sekitar 9 jam di sekolah dengan berbagai aktivitas belajar. Kondisi ini mengharuskan siswa untuk makan siang di sekolah. Adapun penyelenggararaan makan siang dilaksanakan langsung oleh pihak sekolah dengan metode prasmanan yang tersedia dalam menu lengkap dimana setiap siswa boleh memilih makanan sesuai menu yang disediakan berdasarkan selera masing-masing. Akan tetapi setiap siswa tidak diwajibkan makan siang bersama di ruang makan dan diperbolehkan membawa makanan sendiri dari rumah khususnya untuk siswa yang memiliki alergi pada makanan tertentu.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada umumnya remaja putri berumur antara 11-14 tahun.Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri yang berusia 11 tahun sebanyak 2 orang (4,5%), berusia 12 tahun sebanyak 15 orang (34,1%), berusia 13 tahun sebanyak 19 orang (43,2%), dan yang berusia 14 tahun sebanyak 8 orang (18,2%). Diketahui, mayoritas responden remaja putri yang mengalami nyeri haid berusia 13 tahun.

4.3 Konsumsi Sumber Vitamin dan Mineral Remaja Putri

(34)

penelitian yang telah dilakukan tentangasupan vitamin B6, vitamin E, Kalsium dan Zink pada remaja putri bahwa diketahui dari 44 orang remaja putri terdapat sebanyak 34 remaja putri mendapatkan asupan vitamin B6 yang kurang (77,3%), sedangkan 10 remaja putri mendapatkan asupan vitamin B6 yang cukup (22,7%). Diketahui mayoritas remaja putri mendapatkan asupan vitamin B6 yang kurang. Bahan makanan sumber vitamin B6 yang mayoritasdikonsumsi oleh remaja putri yaitu daging, susu, telur, dan kacang-kacangan.

Adapun untuk asupan vitamin E, seluruh remaja putri, yaitu sebanyak 44 orang (100%) mendapatkan asupan vitamin E yang kurang. Bahan makanan sumber vitamin E yang dikonsumsi oleh remaja putri yaitu kecambah, sayuran hijau seperti bayam, kangkung, buncis, dan sawi, telur, dan kacang-kacangandan produk olahannya seperti kacang tanah, kacang merah, kacang hijau tempe dan tahu.

Konsumsi mineral remaja putri, khususnya kalsium pada remaja putri paling banyak berada pada kategori kurang, dimana sebanyak 36 remaja putri mendapatkan asupan kalsium yang kurang (81,8%), sedangkan 8 remaja putri mendapatkan asupan kalsium yang cukup (18,2%). Diketahui mayoritas remaja putri mendapatkan asupan kalsium yang kurang. Bahan makanan sumber kalsium yang dikonsumsi oleh remaja putri antara lain susu dan produk olahannya, ikan, udang, kerang, kepiting dan kacang-kacangan.

(35)

cukup (9,1%). Diketahui mayoritas remaja putri mendapatkan asupan zink yang kurang. Bahan makanan sumber zink yang dikonsumsi oleh remaja putri yaitu kerang, tiram, hati, kacang-kacangan, dan susu.

Tingkat asupan vitamin dan mineral remaja putri dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin dan Mineral Remaja Putri No. Asupan Vitamin dan Mineral n % Rata-rata Konsumsi

per hari (mg)

(36)

mengonsumsi kerang dengan frekuensi 1 kali dalam sebulan, dan sebanyak 16 orang (36,4%) dan 18 orang (40,9) tidak mengonsumsi tiran dan hati.

Konsumsi sumber vitamin dan mineral dari lauk nabati pada remaja putri terdapat 17 orang (38,6%) mengonsumsi tempe dengan frekuensi 4-6 kali dalam seminggu, 13 orang (29,5%) mengonsumsi tahu sebanyak 4-6 kali per minggu, 16 orang mengonsumsi kacang tanah dengan frekuensi sekali dalam sebulan, 15 orang (34,1%) tidak pernah mengonsumsi kacang merah, dan 15 orang lainnya mengonsumsi kacang merah sebanyak sekali dalam sebulan, 20 orang ( 45,4%) mengonsumsi kacang hijau dengan frekuensi sekali dalam sebulan.

Sayur-sayuran hijau dan kecambah yang merupakan sumber vitamin E yang dikonsumsi oleh remaja putri antara lain kangkung, bayam, buncis, sawi, daun ubi, dan tauge. Terdapat 16 orang (36,4%) mengonsumsi bayam sebanyak 4-6 kali seminggu, 17 (38,4-6%) orang mengonsumsi kangkung sebanyak 4-4-6 kali seminggu, 14 orang (31,8%) tidak pernah mengonsumsi buncis, 13 orang (29,5%) mengonsumsi daun ubi dan tauge dengan frekuensi 1-3 kali per minggu, dan 16 orang tidak pernah mengonsumsi sawi.

(37)
(38)

4.4 Status Gizi Remaja Putri

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan status gizi remaja putri tersebar dalam 3 kategori, yaitu normal, resiko gemuk, dan gemuk. Sebagian besar remaja putri, yaitu sebanyak 26 orang (59,1%) memiliki status gizi normal, 11 orang (25%) diantaranya memiliki status gizi resiko gemuk, dan hanya 7 orang yang memiliki status gizi gemuk, seperti tabel berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Gizi Remaja Putri

No. Status Gizi n %

1. Normal 26 59,1

2. Risiko Gemuk 11 25,0

3. Gemuk 7 15,9

Total 44 100,0

4.5 Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) pada Remaja Putri

Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa remaja putri yang mengalami nyeri haid ringan sebanyak 19 orang (43,2%), yang mengalami nyeri haid sedang sebanyak 21 orang (47,7%), dan yang mengalami nyeri berat sebanyak 4 orang (9,1%). Diketahui, mayoritas responden remaja putri mengalami nyeri haid sedang, seperti tabel berikut.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri)

No. Tingkat Nyeri N %

1. Ringan 19 43,2

2. Sedang 21 47,7

3. Berat 4 9,1

Total 44 100,0

4.5.1 Kejadian Dismenorea Berdasarkan Asupan Vitamin dan Mineral pada Remaja Putri

(39)

(44,1%), 16 orang mengalami nyeri sedang (47,1%), dan 3 orang mengalami nyeri berat (8,8%). Kemudian dari 10 remaja putri yang mendapatkan asupan vitamin B6 yang cukup, 4 orang di antaranya mengalami nyeri ringan (40%), 5 orang mengalami nyeri sedang (50%), dan 1 orang mengalami nyeri berat (10%).

Adapun untun asupan vitamin E diketahui bahwa seluruh remaja putri kekurangan asupan vitamin E dimana 19 orang di antaranya mengalami nyeri ringan (43,2%), 21 orang mengalami nyeri sedang (47,7%), dan 4 orang mengalami nyeri berat (9,1%).

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara asupan kalsium dengan kejadian dismenorea (tingkat nyeri) dapat diketahuidari 36 remaja putri yang mendapatkan asupan kalsium yang kurang, 14 orang di antaranya mengalami nyeri ringan (38,9%), 18 orang mengalami nyeri sedang (50%), dan 4 orang mengalami nyeri berat (11,1%). Adapun untuk remaja putri yang mendapatkan asupan kalsium yang cukup diketahui angka kejadian dismenorea yang bervariasi. Diketahui dari 8 remaja putri yang mendapatkan asupan kalsium yang cukup, 5 orang di antaranya mengalami nyeri ringan (62,5%), 3 orang mengalami nyeri sedang (37,5%).

(40)

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) Berdasarkan Asupan Vitamin dan Mineral Remaja Putri

No. Asupan Vitamin

(41)

4.5.2 Kejadian Dismenorea Berdasarkan Status Gizi Remaja Putri

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kejadian dismenorea tertinggi berada pada remaja putri yang memiliki status gizi normal. Terdapat 26 orang remaja putri yang memiliki status gizi normal, 13 orang di antaranya mengalami nyeri ringan (50%), 11 orang mengalami nyeri sedang (42,3%), dan 2 orang mengalami nyeri berat (7,7%). Kemudian dari 11 remaja putri yang memiliki status gizi beresiko gemuk, 4 orang di antaranya mengalami nyeri ringan (36,5%), 5 orang mengalami nyeri sedang (45,5%), dan 2 orang mengalami nyeri berat (18,2%).Kejadian dismenorea paling sedikit justru terjadi pada remaja putri yangmemiliki status gizi gemuk. Terdapat 7 orang remaja putri yang memiliki status gizi gemuk, dimana 2 orang di antaranya mengalami nyeri ringan (28,6%), 5 orang mengalami nyeri sedang (71,4%).

Tabel 4.7Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) Berdasarkan Status Gizi Remaja Putri

No. Status Gizi

Kejadian Dismenorea

(Tingkat Nyeri) Total

Ringan sedang berat

n % n % n % N %

1. Normal 13 50,0 11 42,3 2 7,7 26 100 2. Risiko Gemuk 4 36,5 5 45,5 2 18,2 11 100

(42)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Konsumsi Sumber Vitamin dan Mineral Remaja Putri 5.1.1 Asupan Vitamin B6 Remaja Putri

Vitamin B6 merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh rata-rata 1,2 mg setiap harinya. Meski kebutuhan vitamin B6 per hari tergolong sedikit masih banyak remaja putri yang kekurangan asupan vitamin B6 setiap harinya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, 34 orang dari 44 remaja putri kekurangan asupan vitamin B6 dimana rata-rata jumlah konsumsi per hari sebanyak 0,8 mg.

Vitamin B6 secara umum berperan dalam bentuk fosforilasi piridoksal fosfat (PLP) dan piridoksamin fosfat (PMP) sebagai koenzim terutama dalam transaminasi, dekarboksilasi, & reaksi lain yg berkaitan dengan metabolisme protein. Kekurangan vitamin B6 dapat menimbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguang metabolisme protein, seperti lemah, mudah tersinggung, dan sukar tidur, gangguan fungsi motorik dan kejang-kejang, anemia, penurunan pembentukan antibodi, peradangan lidah, serta luka pada bibir, sudut-sudut mulut dan kulit. Kekurangan lebih lanjut pada usia remaja dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Kekurangan vitamin B6 berat dapat menimbulkan kerusakan pada sistem saraf pusat (Almatsier, 2004).

(43)

daging ayam, daging sapi, tahu dan tempe sebanyak 4-6 kali dalam seminggu sedangkan untuk kelompok kacang-kacangan sangat jarang dikonsumsi oleh remaja putri. Makanan ini biasa dikonsumsi oleh remaja putri saat makan siang dan beberapa saat makan malam. Sedangkan saat sarapan remaja putri lebih sering mengonsumsi roti, susu, nasi goreng dan telur. Saat istirahat remaja putri cenderung untuk mengonsumsi jajanan yang tersedia di sekolah seperti ayam goreng dan takoyaki (sejenis makanan jepang yang terbuat dari tepung dan sosis). Saat makan malam pun kebanyakan remaja putri mengonsumsi makanan berat yang dibeli di luar seperti soto, sate dan ayam penyet. Tak jarang juga remaja putri tidak makan malam lagi di rumah karena sudah merasa cukup dengan jajanan yang dikonsumsi saat pulang sekolah. Pola konsumsi yang tidak teratur ini cenderung menyebabkan remaja putri kekurangan asupan vitamin B6 yang dibutuhkan oleh tubuh.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara jumlah vitamin B6 yang dikonsumsi dengan kejadian dismenorea remaja putri dapat dilihat bahwa angka kejadian dismenorea lebih besar pada remaja putri yang mengonsumsi vitamin B6 dalam jumlah yang kurang daripada remaja putri yang mengonsumsi vitamin B6 dalam jumlah yang cukup pada setiap tingkatan nyeri. Selain itu kejadian dismenorea pada remaja putri yang mengonsumsi vitamin B6 dalam jumlah yang kurang lebih banyak berada pada tingkat nyeri sedang daripada kejadian dismenorea pada tingkat nyeri ringan.

(44)

2000). Selain itu secara tidak langsung menurunnya kadar B6 dalam darah dapat menhambat hati dalam mengonjungsikan esterogen, sehingga esterogen meningkat dalam darah yang berdampak pada keluhan nyeri haid

5.1.2 Asupan Vitamin E Remaja Putri

Vitamin E merupakan vitamin yang berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan daya tahan tubuh, sintesisi DNA, merangsang reaksi kekebalan, mencegah penyakit jantung koroner, mencegah keguguran dan sterilisasi, dan berperan dalam menjaga kesehatan kulit (Almatsier, 2004). Bagi remaja putri yang berada pada masa pubertas vitamin E juga berfungsi sebagai mencegah gangguang menstruasi. Kekurangan vitamin E pada manusia menyebabkan hemolisis eritrosit, sindroma neurologic sehingga terjadi fungsi tidak normal pada sumsum tulang belakang dan retina.

(45)

Sumber utama vitamin E adalah minyak tumbuh-tumbuhan, terutama minyak kecambah gandum dan biji-bijian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan hampir seluruh remaja putri mengonsumsi bahan makanan ini dalam jumlah yang sangat sedikit. Vitamin E yang berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan hanya dikonsumsi sedikit dari makanan yang digoreng. Sumber vitamin E lainnya yaitu untuk sayuran, buah-buahan dimana rata-rata remaja putri mengonsumsinya 4-6 kali seminggu, seperti bayam, kangkung, daun ubi, dan tauge dengan jumlah rata-rata hanya sebagian kecil dari porsi yang dianjurkan (25-50 gr) dimana 1 porsi sayur sama dengan 1 gelas yaitu 100gr. Namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan masih banyak remaja putri yang tidak pernah mengonsumsi sayur-sayuran karena alasan tidak suka.

Berdasarkan hasil tabulasi silang dapat dilihat bahwa remaja putri mengalami dismenorea terbanyak mempunyai tingkat konsumsi vitamin E dalam kategori kurang dengan kejadian dismenorea pada kategori nyerisedang, yaitu sebanyak 21 orang (47,7%).Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.6 dimana angka kejadian dismenorea tingkat sedang lebih besar dari angka kejadian dismenorea tingkat ringan dari seluruh remaja putri mengonsumsi vitamin E dalam jumlah yang kurang.

(46)

5.1.3 Asupan Kalsium Remaja Putri

Usia remaja merupakan usia pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dimana setiap remaja membutuhkan asupan Kalsium yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan mereka. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg.

Fungsi kalsium pada remaja berperan besar bagi pertumbuhan dalam seperti pembentukan tulang dan gigi. Selain itu kalsium juga berfungsi sebagai katalisator reaksi-reaksi biologik seperti absorpsi vitamin B12 , dan kontraksi otot. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, tulang kurang kuat, mudah bengkok, dan rapuh, osteomalasia atau riketsia pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan kalsium terhadap fosfor. Kadar kalsium yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau kejang (Almatsier, 2004).

(47)

sebanyak 1-3 kali dalam seminggu, sedangkan untuk kerang dan kepiting hanya dikonsumsi sekali dalam sebulan. Namun tingginya konsumsi makanan penghambat penyerapan kalsium seperti bayam, dan teh pada remaja putri diduga menyebabkan kalsium yang masuk tidak diserap secara optimal oleh tubuh.

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi remaja putri yaitu sebanyak 1200 mg per hari. Penelitian dari British research Nutrition mengatakan bahwa orang Indonesia mengkonsumsi kalsium hanya 40% dari total kebutuhan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan rata-rata angka konsumsi kalsium remaja putri per hari sebanyak 518,8 mg dimana rata-rata remaja putri kekurangan kalsium sebesar 63%. Kebutuhan kalsium per hari akan terpenuhi bila mengonsumsi makanan yang seimbang setiap hari.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa remaja putri mengalami dismenorea terbanyak mempunyai tingkat konsumsi Kalsium dalam kategori kurang dengan kejadian dismenorea sedang, yaitu sebanyak 18 orang (50%).

(48)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, remaja putri SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan cukup sering mengonsumsi makanan penghambat penyerapan kalsium seperti teh, bayam, dan coklat.

5.1.4 Asupan Zink Remaja Putri

Zink memegang peranan esensial dalam banyak fungsi tubuh. Sebagai bagian dari enzim atau kofaktor pada kegiata lebih dari dua ratus enzim, zink berperan dalam berbagai aspek metabolisme, seperti reaksi-reksi yang berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida, dan asam nukleat.Zink juga berperan dalam fungsi kekebalan, yaitu dalam fungsi sel T dan dalam pembentukan antibodi oleh sel B (Almatsier, 2004).

Kekurangan zink pada remaja dapat menyebabkan gangguan petumbuhan dan gangguan kematangan seksual. Selain itu dapat menyebabkan gangguan pencernaan, dan gangguan fungsi kekebalan. Kekurangan zink pada tahap kronis dapat mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak.

(49)

Sumber zink yang dikonsumsi oleh remaja putri yaitu daging, hati, kerang, tiram, dan telur. Jika dilihat pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa masih banyak remaja putri yang tidak mengonsumsi makanan sumber zink seperti kerang, tiram, dan hati dengan alasan beberapa remaja putri diantaranya memiliki alergi, dan sebagian lainnya tidak menyukai makanan tersebut.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara jumlah Zink yang dikonsumsi dengan kejadian dismenorea remaja putripada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa angka kejadian dismenorea pada remaja putri yang mengonsumsi zink dalam jumlah yang kurang lebih tinggi daripada remaja putri yang mengonsumsi zink dalam jumlah yang cukup dimana mayoritas remaja putri yang mengonsumsi zink dalam jumlah yang kurang mengeluhkan nyeri haid tingkat ringan yaitu sebanyak 19 orang (47,5%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sundari (2011), pemberian zink per oral dapat mengurangi intensitas nyeri haid karena dapat menghambat sintesis prostaglandin yang memicu terjadinya nyeri.

Pemberian zink selama 4 hari sebelum menstruasi dapat menurunkan kadar prostaglandin ( GF2 ) sehingga mampu menurunkan keluhan nyeri pada kasusnyeri haid primer (Sundari, 2011).

5.2 Status Gizi Remaja Putri

(50)

Hasil pengukuran berat dan tinggi badan diketahui bahwa status gizi remaja putri SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang terbanyak mempunyai status gizi normal yaitu sebanyak 26 orang (59,1%). Hal ini dipengaruhi oleh pola konsumsi dan aktivitas fisik yang dilakukan oleh remaja putri.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara jumlah status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri SMP Shafiyyatul Amaliyyah dapat diketahui sebagian besar remaja putri yang mengalami nyeri haid memiliki status gizi normal dengan mayoritas mengalami nyeri ringan, yaitu sebanyak 13 orang. Sejalan dengan penelitian Mishra, dkk (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor resiko yang berhubungan langsung dengan dismenorea yaitu riwayat dismenorea pada keluarga (family history), konsumsi buah-buahan dan sayuran, kotrasepsi oral, dan stres. Hal ini diduga faktor stres dan kurangnya olahraga menjadi salah satu faktor terpenting terhadap siklus dan lama menstruasi.

Depkes (2006) menyatakan bahwa kesehatan remaja ternyata tidak hanya terfokus pada kesehatan fisik saja tetapi juga non fisik (mental, emosional, dan psikososial). Jika kesehatan non fisik terganggu, maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kerja hormonal. Olahraga juga berpengaruh terhadap kerja hormon, yaitu hormon endorphin. Hormon endorphin dapat mendorong munculnya rasa gembira, tenang dan nyaman. Jika jarang berolahraga, maka kemungkinan besar kerja hormon endorphin tidak maksimal.

5.3 Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) pada Remaja Putri

(51)

hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan rasa nyeri timbul, faktor psikologis seperti stres juga ikut berperan dalam terjadinya dismenorea pada beberapa wanita. Aktivitas fisik, olahraga, dan pola makan yang tidak baik seperti sering mengonsumsi junk food juga mempengaruhi terjadinya dismenorea. Aktivitas fisik yang sesuai, aman dan efektif dalam upaya mengurangi gejala-gejala dismenorea adalah berolah raga. Olah raga merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri haid, hal ini disebabkan pada saat melakukan olahraga, tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar remaja putri SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan memiliki tingkat nyeri sedang, yaitu sebanyak 21 orang (47,7%) dimana nyeri dapat mengganggu konsentrasi meski masih dapat beraktivitas.

(52)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Kebanyakan remaja putri masih kekurangan asupan vitamin dan mineral, dimana 77,3% remaja putri kekurangan asupan vitamin B6, 100,0% remaja putri kekurangan vitamin E, 81,8% remaja kekurangan asupan kaslium, dan hanya 9,1% remaja yang mendapatkan asupan zink yang cukup. Sumber vitamin dan mineral seperti kerang, kepiting, tiram, hati, kacang-kacangan dan sayuran masih sedikit dikonsumsi oleh remaja putri.

2. Kejadian dismenorea yang dikeluhkan oleh remaja putri paling banyak berada pada kategori sedang dengan asupan vitamin B6, vitamin E, kalsium, dan zink yang kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan.

3. Sebagian besar remaja putri (50,0%) yang memiliki keluhan nyeri haid pada tingkat ringan memiliki status gizi yang normal.

6.2 Saran

(53)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi pada Remaja

Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi merupakan pendarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi matang (Kusmiran,2012). Pendarahan akibat runtuhnya diding lapisan dalam rahim adalah puncak dari serangkaian peristiwa saling berkaitan yang bertujuan mempersiapkan rahim menampung sel telur yang dibuahi.

Menstruasi pertama kali biasanya dimulai pada umur 10-16 tahun tergantung dari berbagai faktor yang meliputi kesehatan wanita, nutrisi, dan berat badan yang relatif pada tinggi badan. Tetapi menstruasi bisa juga terjadi pada usia 8 tahun. Hal ini disebabkan karena asupan gizi yang baik mempercepat proses kesiapan tubuh untuk mulai mengalami menstruasi.

Setiap wanita yang mengalami mentruasi merupakan hal yang sangat wajar dan normal namun menjadi tidak wajar jika usia 16 atau 17 tahun belum menstruasi yang mungkin diakibatkan adanya gangguan organ reproduksi. 2.1.1 Faktor yang Memengaruhi Menstruasi

Menurut Kusmiran (2012) faktor-faktor yang memengaruhi menstruasi yaitu:

a. Faktor Hormon

(54)

esterogen yang dihasilkan oleh ovarium, Leuteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisi, serta progesterone yang dihasilkan oleh ovarium.

b. Faktor enzim

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.

c. Faktor vaskular

Saat fase proloferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena dan hubungan antara keduanya. Dengan regresi endometrium, timbu statis dalam vena-vena serta saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan pendarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena.

d. Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya disintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi moimetrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

2.1.2 Siklus Mentruasi

Menurut Llwellyn dan Jones (2005), umumnya, remaja pertama kali mengalami mentruasi (menarche) pada usia 12 sampai dengan 16 tahun. Siklus mentruasi normal terjadi pada 22-35 hari, dengan lamanya mentruasi 2-7 hari.

(55)

akan teratur. Dalam waktu 4-6 bulan sejak menarche pola menstruasi sudah terbentuk dan berbeda-beda pada setiap wanita. Tetapi pada umumnya mentruasi terjadi sebulan sekali (kecuali terputus ketika mengandung), dan berlangsung terus hingga kira-kira berumur 45 tahun.

Pengendali utama menstruasi adalah hypothalamus. Bagian otak ini masih dapat dipengaruhi oleh emosi dan kekecewaan yang dapat berdampak pada siklus mentruasi, seperti terhentinya haid untuk waktu tertentu.

Selama haid hypothalamus mengirim sejumlah faktor pencetus FSH ke kelenjar bawah otak yang membuat FSH. Jumlah FSH dalam darah kemudian meningkat dan merangsang sejumlah folikel telur di indung telur, biasanya sebanyak 12 sampai 20. Folikel tumbuh dan membentuk esterogen, sehingga jumlah hormon dalam darah meningkat. Esterogen kemudian mempengaruhi beberapa jaringan pembentuk saluran alat kelamin dan merangsang penebalan dinding rahim. Peristiwa penebalan dinding rahim ini disebut masa penebalan (fase ploriferasi). Diakhir haid hampir seluruh dinding runtuh, bercampur dengan darah dan hanyut keluar. Dinding tersebut terdiri atas saluran-saluran kecil yang disebut sel-sel kelenjar endometrium.

(56)

yang disebut faktor pencetus LH, yang kemudian mempengaruhi kelenjar bawah otak untuk mengeluarkan LH atau leuteinizing hormone. Hormon ini merangsang salah satu folikel untuk pecah dan melepaskan sel telur yang tersimpan di dalam. Sesudah itu hormone tersebut menyebabkan sel yang membentuk folikel berubah berwarna kuning cerah. Kira-kira pada hari ke-14 sesudah hari pertama haid, yaitu pada wanita yang bersiklus normal, kadar leuteinizing hormone mendadak meningkat dalam darah. Hormon tersebut kemudian mencapai indung telur yang sudah matang. Selama tumbuh, folikel bergerak terus mencapai indung telur. Karena pengaruh LH, folikel mendadak pecah dan sel telur terdorong keluar bersama cairan yang sebelumnya menyelubungi. Telur kemudian tersangkut di ujung saluran telur yang bentuknya menyerupai jari, dan pelan-pelan didorong ke dalam saluran telur.

(57)

endometrium. Jumlah darah yang mengalir hanya sepertiga sampai setengah dari jumlah total yang keluar dalam satu periode haid. Dalam beberapa jam, darah dan cairan di rongga rahim itu penuh, dan rahim mendorongnya keluar melalui vagina. Haid pun dimulai dan siklus terus berlanjut.

2.2 Dismenorea

Dismenorea merupakan keluhan sakit yang dirasakan ketika haid yang biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Dismenorea merupakan suatu fenomena simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung. Tingkat keparahan rasa nyeri bervariasi antara satu perempuan dan perempuan lain. Kadang kala, nyeri munkin hampir tidak terasa namun bisa jadi di saat lain nyeri akan terasa sangat hebat disertai kejang, lemas, demam, pusing dan berbagai gangguang lambung seperti mual, muntah, dan diare.

Umumnya dismonerea hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan sel telur. Kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel telur (siklus anovulatory), terutama bila darah haid membeku di dalam rahim. Rasa sakit yang menyerupai kejang ini terasa di perut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam sebelum haid datang, dan berlangsung 12 jam pertama dari masa haid. Setelah itu rasa sakit akan hilang. (Llwellyn dan Jones, 2005).

2.2.1 Klassifikasi

(58)

1. Dismenorea primer

Dismenorea primer yaitu nyeri yang dialami perempuan usia subur yang tidak berhubungan dengan kelainan pada alat kandungan. Dismenorea ini biasanya terjadi pada 12 bulan pertama setelah menarche (Andang dan Mumpuni, 2013).

Rasa nyeri timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atas perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Pada dasarnya nyeri haid normal, tetapi dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stress, syok, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun.

Dismenorea primer dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri terbagi menjadi :

a. Dismenorea spasmodik

Dismenorea spasmodik adalah nyeri yang dirasakan dibagian bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah menstruasi dimulai.Dismenorea spasmodic dapat dialami oleh wanita muda maupun wanita berusia 40 tahun ke atas.Sebagian wanita yang mengalami dismenorea spasmodik tidak dapat melakukan aktvitas. Tanda dismenorea spasmodik antara lain :

(59)

b. Dismenorea kongestif

Dismenorea kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid datang. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid datang, tidak terlalu menimbulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid, penderita dismenorea kongestif akan merasa lebih baik. Gejala yang ditimbulkan pada dismenorea kongestif, antara lain:

a) Pegal pada paha b) Sakit pada payudara c) Lelah

d) Mudah tersinggung e) Kehilangan keseimbangan f) Ceroboh

g) Gangguan tidur 2. Dismenorea sekunder

Dismenorea sekunder yaitu nyeri yang disebabkan karena adanya penyakit atau kelainan pada alat kandungan.Rasa nyeri ini bisa timbul sebelum, selama dan sesudah haid (Andang dan Mumpuni, 2013).

2.2.2 Tingkat Nyeri

(60)

VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini

diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”.Alat

VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri.Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.Salah satu alat verbal descriptor scale ini adalah universal pain assessment tool.

2.2.3 Gejala

Menurut Andang dan Mumpuni (2013), gejala-gejala yang dialami oleh penderita berbeda tingkat keparahannya. Yang paling umum dirasakan antara lain: a. Payudara terasa nyeri

b. Sakit kepala c. Nyeri atau kram

d. Menginginkan makanan tertentu e. Kembung

f. Depresi

(61)

(89,7%) rasa nyeri berlokasidiperut bagian bawah, sedangkan 5,3% pada sisi dalam paha dan 4,4% pada bokong. Keluhan lain yang menyertai nyeri haid berupa pusing sebanyak 37,4%, sakit kepala16,6% dan mual 10,7%. Rasa muntah, diare, pingsan dan lain-lain jarang terjadi (Gunawan, 2002, Baziad, 2003).

2.2.4 Penyebab

Penyebab utama serangan nyeri haid adalah sebuah zat bernama prostaglandin. Zat ini terdapat pada lapisan rahim yang bertugas merangsang

kontraksi untuk melepaskan lapisan rahim saat proses menstruasi dimulai. Kontaksi inilah yang menyebabkan kram. Prostaglandin juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah sehingga darah haid lebih mudah dikeluarkan. Akibatnya, tubuh menjadi lemas dan kepala terasa pusing karena tekanan darah yang menurun (Andang dan Mumpuni, 2013).

Pada beberapa perempuan, prostaglandin juga bisa memicu kontraksi otot polos di saluran pencernaan sehingga menimbulkan rasa mual, muntah, dan diare. Aliran darah haid juga bisa memperburuk rasa nyeri karena alirannya yang deras harus melalui bukaan leher rahim yang sempit. Namun pada beberapa perempuan, rasa nyeri haid akan berkurang bahkan menghilang setelah melahirkan. Hal ini dikarenakan setelah melahirkan bukaan serviks mereka telah melebar.

(62)

Faktor lain yang bisa memperburuk dismenorea adalah: 1. Rahim yang menghadap ke belakang (retroversi)

2. Kurang berolahraga

3. Stres psikis atau stres sosial 2.2.5 Pencegahan

Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan untuk menghindari nyeri haid pada saat mendekati tanggal haid:

a. Hindari stress

b. Hindari makanan dan minuman yang mengandung gula rendah, kafein, dan lemak jenuh seperti kopi, teh, atau soda

c. Hindari mengenakan celana atau pakaian yang ketat karena bisa mengurangi aliran darah ke organ reproduksi

d. Jalani pola makan yang baik dan teratur e. Istirahat cukup dan tidur teratur

2.2.6 Pengobatan

Kiat-kiat meredakan nyeri haid dibawah ini dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri berlebihan:

a. Hangatkan perut bagian bawah dengan kompres hangat. Kompres hangat menurunkan ketegangan otot dan membuat pembuluh darah menjadi lebih longgar dan lancar.

(63)

d. Letakkan kaki lebih tinggi dari jantung dan perut saat berbaring, atau berbaringlah miring dengan lutut menekuk.

e. Makan sering namun dalam porsi sedikit.

f. Minum suplemen yang banyak mengandung vitamin B6 kalsium, dan magnesium.

g. Mandi air hangat hingga tubuh rileks.

h. Berikan obat analgesik (pengurang rasa nyeri). 2.3 Konsumsi Pangan

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik dan optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

Kebiasaan makan yang tidak teratur akan memicu banyak penyakit dan gangguan kesehatan terutama pada remaja yang sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat salah satunya pada organ reproduksi. Di sisi lain, kebiasaan makan yang salah pada remaja dan sikap yang cenderung mengikuti teman dan tren dalam memilih makanan serta kurangnya pengetahuan dalam memilih diet yang tepat sering kali menyebabkan gangguan kesehatan pada remaja.

2.3.1 Konsumsi Pangan Remaja

(64)

mengandung jumlah zat-zat gizi yang lebih tinggi dari pada sebelumnya. Sebagai contoh remaja putri membutuhkan makanan dengan kandungan zat besi yang tinggi terutama remaja putri yang mengalami haid setiap bulan.

Ketika mencapai puncak pertumbuhan, remaja biasanya makan lebih sering dalam jumlah yang banyak, sesudah masa growth spurt, biasanya mereka lebih memerhatikan penampilan dirinya terutama remaja putri.Mereka sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga penampilannya, sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi.

Meningkatnya aktivitas fisik, kehidupan social dan kesibukan remaja, akan memengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola konsumsi makanan sering sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang.

Remaja dengan aktivitas social tinggi, memperlihatkan peran teman sebaya semakin tampak. Di kota besar sering kita lihat sekelompok atau lebih remaja bersama makan di rumah makan yang menyajikan makanan siap saji atau fast food ini, pada umumnya mengandung tinggi lemak dan kalori sehingga apabila dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kegemukan. Dimana kegemukan sendiri bisa menjadi pemicu timbulnya penyakit gizi lainnya.

2.3.2 Kebutuhan Gizi Remaja

(65)

a. Kebutuhan akan nutrisi yanga meningkat karena adanya peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan.

b. Berubahnya gaya hidup dan kebiasaan makan pada masa ini berpengaruh pada kebutuhan dan asupan zat gizi/ nutrient.

c. Kebutuhan khusus nutrient perlu diperhatikan pada kelompik remaja yang memiliki aktivitas olahraga, mengalami kehamilan, gangguan prilaku makan, retriksi asupan makan, konsumsi alcohol, obat-obatan maupun hal-hal lain yang biasa terjadi pada remaja.

(66)

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi per Hari Remaja Putri No. Zat Gizi Angka Kecukupan

Gizi per Hari

Sumber

1. Karbohidrat 2.550 kkal Padi-padian, serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula.

2. Protein 44-45 gram Telur, susu, daging, unggas, ikan, kerang, kedelai dan hasilnya

3. Lemak 25% energi Minyak tumbuh-tumbuhan, kacang-kacangan, biji-bijian, 7. Kalsium 1200 mg Susu dan hasil olahannya, ikan,

udang, kerang,kepiting,

kacang-2.3.3 Zat Gizi yang Berperan dalam Mengurangi Dismenorea

(67)

dan (4) mengonsumsi Niasin sebanyak 200 mg, dengan aturan mengonsumsi yakni, 100 mg setiap 2-3 jam selama keluhan sakit dirasakan.

Dalam penelitian Yunita (2011) menyatakan bahwa remaja putri Medan mengonsumsi kalsium, magnesium, dan niasin masih dibawah 70% dimana konsumsi Kalsium, Magnesium, dan niasin memiliki hubungan yang signifikan antara dengan tingkat nyeri dismenorea.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sundari (2011) menyatakan bahwa pemberian zink selama 4 hari sebelum haid dapat menurunkan kadar prostaglandin dan nyeri haid secara signifikan.

1. Vitamin E

Vitamin E dapat mengatasi nyeri haid dengan menghambat biosintesis prostaglandin di mana Vitamin E akan menekan aktivitas enzim fosfolipase A dan siklooksigenase melalui penghambatan aktivasi post translasisi klooksigenase sehingga akan menghambat produksi prostaglandin. Sebaliknya vitamin E juga meningkatkan produksi prostasiklin dan PGE2 yang berfungsi sebagai vasodilator yang bisa merelaksasi otot polos uterus (Dawood, 2006).

Vitamin E banyak terdapat dalam minyak tumbuh-tumbuhan, terutama minyak kecambah gandum dan biji-bijian,

2. Niasin

(68)

dapat menyebabkan kelemahan otot, anoreksia, gangguang percernaan, dan kulit memerah.Sumber niasin adalah hati, ginjal, ikan, daging, ayam, dan kacang tanah. 3. Vitamin B6

Vitamin B6 dapat menstimulasi membran sel dalam mentransfer dan meningkatkan magnesium intrasel yang berperan dalam relaksasi otot (Souza, 2000). Selain itu secara tidak langsung menurunnya kadar B6 dalam darah dapat menhambat hati dalam mengonjungsikan esterogen, sehingga esterogen meningkat dalam darah yang berdampak pada keluhan nyeri haid. Vitamin B6 paling banyak terdapat di dalam khamir, kecambah gandum, hati, ginjal, serealia tumbuk, kacang-kacang, kentang dan pisang.

4. Kalsium

Kalsium bersama dengan magnesium berperan dalam tansmisi saraf. Jika otot kekurangan kalsium maka otot tidak dapat mengendur dan akan mengkibatkan kram (Hill, 2002).

5. Magnesium

(69)

6. Zink

Seperti halnya vitamin E, zink juga dapat menghambat sintesis progtaglandin dengan kemampuannya sebagai antiinflamasi dan katalisator antioksidan endogen yang dapat meningkatkan sirkulasi pembuluh darah mikro.

Sumber zink yang baik adalah makanan hewani, seperti daging, ayam, ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuh, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah.

2.4 Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Supariasa, 2001).

Status gizi pada remaja perlu diperhatikan karena pada masa ini remaja kan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada organ reproduksi.

2.4.1 Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa (2001) penilaian status gizi terdiri atas: 1. Penilaian status gizi secara langsung

a. Antropometri

(70)

umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

b. Klinis

Pemeriksaan klinis didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengna ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-prgan yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenhar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

c. Bikimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti otot dan hati.

d. Biofisik

(71)

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung a. Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.

b. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

c. Faktor ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

2.4.2 Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri.

a. Berat badan menurut umur (BB/U)

(72)

jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karateristik berat badan ini, maka indeks berta badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring pertambahan umur.Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defesiensi gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relative lama. Berdasarkan kareteristik tersebut, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu yang leih erat kaitannya dengan status social ekonomi.

c. Berat badan menurut tinggi (TB/BB)

(73)

d. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)

Lingkar lengan tas memberikan gambaran tentang kejadian jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Lingkar lengan atas sebagaimana dengan berat badan merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat. Oleh karena itu lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi saat kini.

e. Indeks massa tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh merupakan nilai untuk menentukan berat badan normal orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.

f. Tebal lemak bawah kulit menurut umur

Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas, lengan bawah, tulang belikat, ditengah garis ketiak, sisi dada, perut, suprailiaka, pada, tempurung lutut, dan pertengahan tungkai bawah.

(74)

g. Rasio lingkar pinggang dengan pinggul

Rasio pinggang dengan pinggul digunakan untuk melihat banyaknya lemak dalam perut yang dapat menunjukkan perubahan metabolisme termasuk daya tahan terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawak kulit atau pada kaki dan tangan. 2.4.3 Hubungan Status Gizi dengan Dismenorea

Hormon yang berpengaruh terhadap terjadinya menstruasi adalah esterogen dan progesteron. Esterogen berfungsi mengatur siklus haid, sedangkan progesterone berpengaruh pada uterus yaitu dapat mengurangi kontraksi selama siklus haid. Agar haid tidak menimbulkan keluhan-keluhan, sebaiknya remaja mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, sehingga status gizinya baik.Status gizi dikatakan baik apabila nutrisi yang diperlukan baik protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin maupun air digunakan oleh tubuh sesuai kebutuhan.

Gizi yang kurang atau terbatas selain akan memengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan berdampak pada gangguan haid, tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik (Sibagariang, 2010).

(75)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Madhabala (2008) di New Delhi menyatakan bahwa dari 400 anak perempuan, prevalensi dismenorea ditemukan sangat tinggi (81,5% pedesaan dan 76% perkotaan). Di daerah pedesaan, remaja dismenorea ringan (71,84%) memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT)<16,5.Begitu juga dengan remaja putriyang mengalamidismenorea sedang dan berat juga memiliki IMT <16,5. Di daerah perkotaan, remaja yang mengalami dismenorearingan (38,05%) memiliki IMT<16,5. Seluruh remaja yang mengalami dismenorea berat dan 80% dari remaja yang mengalami dismenoreasedangjuga memiliki IMT<16,5. Semua gadis tanpa dismenorea memiliki IMT normal.Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara dismenorea dengan Indeks Massa Tubuh.

2.5 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Dilihat dari kerangka konsep bahwa asupan gizi yang baik memperngaruhi kejadian dismenorea. Konsumsi sumber vitamin dan mineral yang cukup dan

(76)
(77)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dismenorea atau nyeri haid merupakan masalah yang sering menjadi keluhan wanita saat memasuki siklus mentruasi. Pada dasarnya nyeri haid merupakan hal yang lumrah dialami oleh seorang wanita. Hanya saja keluhan ini perlu mendapat perhatian khusus jika mengganggu aktivitas sehari-hari. Meskipun mengganggu tak banyak wanita yang mencari penanggulangan dan memberi perhatian lebih pada keluhan ini karena menganggap nyeri haid merupakan hal yang sudah biasa dan bisa hilang seiring berjalannya waktu.

Dismenorea merupakan keluhan sakit pada bagian bawah perut yang dirasakan ketika haid yang biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalami dismenorea primer dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat (Taufan, 2014).

Status gizi perlu diperhatikan dalam masa petumbuhan dan perkembangan remaja, karena status gizi remaja wanita sangat mempengaruhi terjadinya menstruasi baik dari faktor usia terjadinya menstruasi, adanya keluhan-keluhan selama menstruasi maupun lamanya hari menstruasi.

(78)

saja keluhan ini tidak dirasakan oleh beberapa remaja, hal ini dipengaruhi oleh nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi, selain olahraga yang teratur.

Meningkatnya aktivitas fisik, kehidupan social dan kesibukan remaja, akan memengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang.

Remaja dengan aktivitas social tinggi, memperlihatkan peran teman sebaya semakin tampak. Di kota besar sering kita lihat sekelompok atau lebih remaja bersama makan di rumah makan yang menyajikan makanan siap saji atau fast food ini, pada umumnya mengandung tinggi lemak dan kalori sehingga apabila dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kegemukan. Dimana kegemukan sendiri bisa menjadi pemicu timbulnya penyakit gizi lainnya.

Pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi pada remaja putri membutuhkan asupan nutrisi yang cukup dan seimbang. Pada kondisi ini, remaja membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral per unit dari setiap energi yang mereka konsumsi dibanding dengan anak yang belum pubertas (Andriani dan Bambang, 2012).

(79)

Kurangnya asupan vitamin dan mineral pada remaja putri khususnya kalsium, magnesium, dan niasin memiliki hubungan terhadap tingkat nyeri yang dikeluhkan oleh siswi kelas X MAN 2 Model Medan (Matanari, 2011).

Di Amerika Serikat, nyeri haid didapatkan 30–70% wanita dalam usia reproduksi, serta 60–70% wanita dewasa yang tidak menikah. Penelitian di Swedia menjumpai 30% wanita pekerja industri menurun penghasilannya karena nyeri haid. Kelainan terjadi pada 60–70% wanita di Indonesia dengan 15% diantaranya mengeluh bahwa aktivitas mereka menjadi terbatas akibat dismenorea (Glasier, 2005).

Kejadian dismenorea berkisar 45% sampai 75% dari seluruh remaja perempuan pubertas, dimana ketidakhadiran di sekolah atau lingkungan kerja berkisar 13% sampai 51% dengan 5% sampai 14% ketidakhadiran tersebut disebabkan beratnya gejala yang terjadi.3 Studi epidemiologi di Mesir melaporkan kejadian dismenorea pada 75% remaja perempuan pubertas dengan jumlah ketidakhadiran di sekolah sebesar 20,3% yang dihubungkan dengan beratnya gejala (El-Gilany, Badawi, El-Fedawy, 2005).

(80)

Angka kejadian dismenorea di Indonesia belum ada yang melaporkanya.Hasil penelitian pada tahun 2002 di 4 SLTP di Jakarta untuk mencari angka kejadian nyeri haid primer. Dari 733 orang yang diterima sebagai subjek penelitian, 543 orang mengalami nyeri haid dari derajat ringan sampai derajat berat (74,1%) (Gunawan, 2002).

SMP Shafiyyatul Amaliyyah terletak di Jl. Setia Budi No.191 Medan dengan siswa rata-rata tergolong pada kelompok masyarakat menengah ke atas. Setiap harinya siswa menghabiskan sekitar 9 jam di sekolah dengan berbagai aktivitas belajar. Kondisi ini mengharuskan siswa untuk makan siang di sekolah. Adapun penyelenggararaan makan siang dilaksanakan langsung oleh pihak sekolah dengan metode prasmanan yang tersedia dalam menu lengkap dimana setiap siswa boleh memilih makanan sesuai menu yang disediakan berdasarkan selera masing-masing. Akan tetapi setiap siswa tidak diwajibkan makan siang bersama di ruang makan dan diperbolehkan membawa makanan sendiri dari rumah khususnya untuk siswa yang memiliki alergi pada makanan tertentu. Kelonggaran ini mengakibatkan sebagian siswa tidak makan siang atau makan siang dengan makanan atau jajanan yang tidak sehat.

Gambar

Gambar 1. Penimbangan Berat Badan Remaja Putri
Gambar 3. Wawancara Food Recall dengan Remaja Putri
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015 No
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin dan Mineral Remaja Putri No.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, perlindungan, dan kasih sayang-Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan selalu menyertai, yang

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran konsumsi sumber vitamin dan mineral, status gizi, dan kejadian dismenorea pada remaja putri di SMP Shafiyyatul

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Puji syukur dan terimakasih Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih karuniaNya yang tiada pernah berhenti, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan

Segala piji bagi Allah SWT, yang memiliki kuasa atas segala yang ada dilangit dan bumi, yang tidak pernah berhenti mencurahkan kasih sayangny-Nya, dan dengan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki kuasa atas segala yang ada di langit dan di bumi, yang tidak pernah

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji bagi Allah Yang Maha Esa, yang memiliki kuasa atas segala yang ada di langit dan di bumi, yang tidak pernah berhenti