Lampiran 1
Lampiran : 1 berkas
Perihal : Kesediaan Menjadi Responden Penelitian
Kepada Yth
Bapak/Ibu selaku responden Di tempat,
Dengan hormat,
Sehubungan dalam rangka penulisan skripsi yang sedang saya lakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (FEB USU), maka saya :
Nama : Febri Yanti
NIM : 140522011
Program studi : S1 Ekstensi Akuntansi
Judul : “Pengaruh Penerapan SPT PPN, e-Faktur Dan Sanksi Administrasi Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PKP Perusahaan Dagang (Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan)”.
Memohon kiranya Bapak/Ibu responden berkenan meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan, guna melengkapi data yang dibutuhkan pada skripsi ini.
Peneliti menyadari sepenuhnya, kehadiran kuesioner ini sedikit banyak akan mengganggu aktivitas Bapak/Ibu yang sangat padat. Namun Partisipasi Bapak/Ibu sangat penting bagi kesuksesan studi ini, kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu sepenuhnya dijamin dan jawaban tersebut semata-mata hanya diperlukan untuk kepentingan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. Atas perhatian serta kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Data Responden
a. Nama Perusahaan :………(Boleh Diisi atau
tidak)
b. Nomor Responden :………(Diisi oleh
peneliti)
Keterangan:
Beri tanda check list atau centang (
√
) pada pilihan yang sesuai dengan
pendapat Bapak/Ibu/Sdr/I.
SS =Sangat Setuju
S =Setuju
KS =Kurang
Setuju
NO Pertanyaan SS S KS TS STS Variabel Independen
Penerapan e-SPT PPN (X1)
Kemudahan Pemakaian e-SPT
1. Harus tersedia SDM yang terampil untuk mengoperasikan aplikasi e-SPT
Kemudahan Penghitungan
2. Penghitungan oleh aplikasi e-SPT sudah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Kemudahan Perekaman Data
3. Aplikasi e-SPT merupakan media penyampaian SPT yang tepat dibandingkan dengan cara manual.
4. Dengan aplikasi e-SPT dapat meminimalkan jumlah SDM yang menangani pembuatan/pelaporan SPT. 5. Data perpajakan menjadi lebih akurat dan cepat
dengan adanya aplikasi e-SPT. Kemudahan Pelaporan
6. Aplikasi e-SPT membantu dan memberi kemudahan WP dalam melaporkan SPT
7. Penggunaan aplikasi e-SPT menghemat waktu dan biaya pelaporan.
Penerapan e-Faktur (X2)
Urgensi Diterapkannya sistem e-Faktur
8. Aplikasi e-Faktur merupakan salah satu bentuk peningkatan pelayanan KPP kepada Wajib Pajak khususnya PKP.
9. Sering terjadinya penyalahgunaan faktur pajak, dapat diminimalisir dengan adanya aplikasi e-Faktur
10. Bagi PKP yang menerbitkan faktur pajak keluaran dalam jumlah besar setiap bulan, aplikasi e-Faktur sangat dibutuhkan.
11. Faktur pajak berfungsi sebagai proteksi bagi PKP perusahaan dagang dari pengkreditan pajak.
Tujuan Penerapan e-Faktur
NO Pertanyaan SS S KS TS STS Sosialisasi kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP)
13. Aplikasi e-Faktur dapat meminimalkan jumlah SDM dalam inputing/perekaman data faktur pajak.
14. DJP telah melakukan sosialisasi secara bertahap mengenai penerapan aplikasi e-Faktur kepada PKP. 15. Sosialisasi dari DJP memotivasi PKP untuk
memanfaatkan fasilitas aplikasi e-Faktur.
16. PKP telah memahami manfaat dan tujuan penerapan aplikasi e-Faktur.
Kendala dalam Penerapan e-Faktur 17. Akses ke server cepat dan mudah
18. Aplikasi e-Faktur dapat merespon dan memberikan konfirmasi dengan cepat.
19. Aplikasi e-Faktur masih memerlukan penyesuaian terhadap kebutuhan perusahaan.
20. Ketergantungan aplikasi e-Faktur dengan koneksi internet dapat mengakibatkan permasalahan efisiensi waktu jika koneksi terganggu.
Penerapan Sanksi Administrasi (X3)
Keterlambatan Peyampaian SPT dan Faktur Pajak 21. WP dapat diberi sanksi apabila melaporkan SPT dan
Faktur Pajak tidak tepat waktu.
22. Sanksi administrasi telah diterapkan dengan tepat agar WP melaporkan SPT dan Faktur Pajak tepat waktu.
23. Sanksi merupakan salah satu pendorong utama WP melaporkan SPT dan Faktur Pajak – nya tepat waktu Variabel Dependen
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Melaporkan SPT Tepat Waktu
24. Sistem administrasi perpajakan yang bersifat mudah dan praktis akan meningkatkan kepatuhan WP. 25. Dengan adanya berbagai media penyampaian SPT
maka akan memudahkan pengisian dan pelaporan SPT.
Penghitungan SPT yang benar
27. WP harus melaporkan penghitungan pajak dengan jumlah yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Penyajian Faktur Pajak yang tepat dan sesuai
Lampiran 3
NO
NO
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL INDEPENDEN SANKSI ADMINISTRASI
Correlations
Penerapan Sanksi Administrasi 1 Penerapan Sanksi Administrasi 2 Penerapan Sanksi Administrasi 3 Penerapan Sanksi Administrasi
Penerapan Sanksi Administrasi 1
Pearson Correlation 1 .692** .603** .908**
Sig. (2-tailed) 0 0 0
N 76 76 76 76
Penerapan Sanksi Administrasi 2
Pearson Correlation .692** 1 .628** .874**
Sig. (2-tailed) 0 0 0
N 76 76 76 76
Penerapan Sanksi Administrasi 3
Pearson Correlation .603** .628** 1 .829**
Sig. (2-tailed) 0 0 0
N 76 76 76 76
Penerapan Sanksi Administrasi
Pearson Correlation .908** .874** .829** 1
Sig. (2-tailed) 0 0 0
N 76 76 76 76
Uji Reliabilitas Variabel X
Uji Reliabilitas Variabel Y
Cronbach's Alpha N of Items Keterangan
X1 0,761 7 Reliable
X2 0,795 13 Reliable
X3 0,827 3 Reliable
Cronbach's Alpha N of Items Keterangan
Lampiran 7 HASIL UJI KOLMOGOROV SMIRNOV
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz ed Residual
N 76
Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.29745281 Most Extreme
Differences
Absolute .059
Positive .059
Negative -.046
Kolmogorov-Smirnov Z .512
Asymp. Sig. (2-tailed) .956
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Lampiran 8 HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 9.575 1.922
Penerapan eSPT PPN
.139 .062 .249 .627 1.596
Penerapan e-Faktur .066 .042 .175 .630 1.587 Penerapan Sanksi
Administrasi
.338 .102 .370 .624 1.604
Lampiran 10
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS, 2016.
ANOVAb
a. Predictors: (Constant), Penerapan Sanksi Administrasi, Penerapan e-Faktur, Penerapan eSPT PPN
Lampiran 11 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R
R
Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Akhmad Maulana. 2015. Pengaruh Penerapan Surat Pemberitahuan Elektronik (e-SPT) ppn masa Terhadap Efisiensi Pengisian SPT Menurut Persepsi Wajib Pajak: Survey Terhadap Pengusaha Kena Pajak Pada KPP Makassar Selatan. Skripsi : Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Dr. Nufransa Wira Sakti, S.Kom, m.Ec dan Asrul Hidayat, S.E.2015.E-Faktur Mudah dan Cepat Penggunaan Faktur Pajak Secara Online.Jakarta: Visimedia.
Franzoni, A. Luigi. 1999. Tax Evasion and Tax Compliance. Social Science Research Network.No 6020.Pp. 52-94.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi ke-4. Universitas Diponegoro, Semarang.
Husein, Umar. 2011. Metode Penelitian untuk Sripsi dan Tesis Bisnis. Rajawali Pers, Jakarta.
Jannah, Fury Fathul. 2014. Pengaruh Efektifitas Penggunaan Fasilitas E-Filling Terhadap Kepuasan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT (Survey dilakukan pada Wajib Pajak yang Terdaftar sebagai Pengguna Fasilitas E-filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas). Skripsi : Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan, Bandung.
Kamelia, Siti Hawa. 2008. Analisis Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum dan Sesudah Penerapan Program E-SPT Dalam Melaporkan SPT Masa PPN (Studi Kasus KPP Pratama Pasar Minggu). Skripsi: Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Kamus Bahasa Indonesia. 1995. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan Pengusaha Kena Pajak Yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.
Lingga, Ita Salsalina. 2013. Pengaruh Penerapan e-SPT Terhadap Kepatuhan Pajak: Studi Empiris Terhadap Pengusaha Kena Pajak di Wilayah KPP Pratama “X” Jawa Barat I. Jurnal Akuntansi. Vol 5. Issue 1, Mei 2013. Hal 50-60.
Pengumuman Direktur Jenderal Pajak Nomor PENG-2/PJ.02/2015 tentang Faktur Pajak Berbentuk Elektronik (e-Faktur)
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 6/PJ/2009 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Dalam Bentuk Elektronik.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 13/PJ/2010 tentang Bentuk, Ukuran, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembetulan, Tata Cara Pengisian Keterangan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan Dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014 tentang Perubahan Kedua atas PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pengisian Keterangan, Pembetulan atau Penggantian, dan Pembatalan Faktur Pajak.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-45/PJ/2010 tentang Bentuk, Isi dan Tata Cara Pengisian serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) Bagi Pengusaha Kena Pajak yang Menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tentang Perubahan atas
PMK Nomor
Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak.
Purwono, Herry. 2010. Dasar-dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak. Penerbit : Erlangga. Jakarta.
Rabiah, Siti. 2013. Pengaruh Penerapan e-SPT PPN Terhadap Efisiensi Pengisian SPT Menurut Persepsi Wajib Pajak (Survey Terhadap Pengusaha Kena Pajak Pada KPP Madya Pekanbaru). Skripsi : Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.
Sekaran, Uma. (2006). Research Method for Business. 4th edition. John Willey, New York
Situmorang, Syafrizal Helmi dan Muslich Lufti. 2014. Analisis Data untuk Riset Manajemen dan Bisnis. Edisi ke-3. Penerbit: USU Press. Medan.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Penerbit : Alfabeta. Bandung.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan (Dalam Satu Naskah)
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan atas Undang-undan Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai.
Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Waluyo, 2009. Perpajakan Indonesia, Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah terdiri dari variabel dependen dan
variabel independen. Variabel dependennya adalah Kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaporkan SPT Masa PPN dan menyajikan Faktur Pajak yang sesuai dan
tepat.Variabel Independennya adalah penerapan e-SPT PPN, e-Faktur dan Sanksi
Administrasi.
3.1.1 Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan adalah kepatuhan wajib pajak dalam
melaporkan SPT Masa PPN dan menyajikan faktur pajak sesuai dengan keadaan
sebenarnya.Menurut Situmorang dan Lutfi (2014) Variabel dependen adalah
variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan.Tujuan
penelitian adalah memahami dan membuat variabel terikat, menjelaskan
variabilitasnya atau memprediksinya. Variabel dependen sering juga disebut
dengan variabel terikat atau variabel terpengaruh.
Data informasi yang menjadi variabel dependen adalah kepatuhan wajib
pajak melaporkan SPT Masa PPN, kepatuhan wajib pajak dalam penghitungan
SPT yang benar, kepatuhan wajib pajak tepat dan sesuai dengan keadaan yang
a. Melaporkan SPT tepat waktu
b. Penghitungan SPT yang benar
c. Penyajian Faktur Pajak yang sesuai dan tepat
3.1.2 Variabel Independen
Variabel Independen sering disebut juga sebagai variable stimulus, prediktor, antecedent.Yang dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas.
Menurut Sugiyono (2013:39), “Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat)”.
Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (Independent Variable) adalah Penerapan e-SPT PPN (X1), Penerapan e-Faktur (X2) dan
Sanksi Administrasi (X3), yang dinyatakan dengan skor total hasil pengukuran
pernyataan responden mengenai penggunaan fasilitas e-SPT, e-Faktur, Sanksi
Administrasi dan melalui beberapa indikator yang mendasari suatu kuesioner.
a. Penerapan e-SPT PPN
Penerapan e-SPT PPN diukur melalui beberapa indikator berikut :
1. Kemudahan Pemakaian e-SPT
2. Kemudahan Penghitungan
3. Kemudahan Perekaman Data
b. Penerapan e-Faktur
Variabel Penerapan e-Faktur pada penelitian ini memerlukan indikator
untuk dapat mengukur seberapa besar penerapan e-Faktur terhadap
kepatuhan wajib pajak. Indikator penerapan e-Faktur diwujudkan dalam
seperangkat pertanyaan yang dapat diukur melalui indikator berikut :
1. Urgensi diterapkannya sistem e-Faktur
2. Tujuan Penerapan e-Faktur
3. Sosialisasi kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP)
4. Kendala dalam penerapan e-Faktur
c. Sanksi Administrasi
Variabel sanksi administrasi diukur dengan indicator keterlambatan
penyampaian SPT dan faktur pajak.
Penelitian ini menggunakan Skala Likert karena digunakan untuk
mengubah data – data kualitatif menjadi suatu urutan dan data kuantitatif
dengan teknik Summate rating Method Likert Scale. Pengukuran skala ini dilakukan dengan cara menetapkan bobot, kemudian menambahkan untuk
mendapatkan suatu jumlah dari masing – masing indikator yang hendak
diukur. Untuk mengukur variable independen dan dependen, maka
dilakukan penyebaran kuisioner kepada wajib pajak. Kedua variable
Tabel 3.1
Definisi Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Indikator Ukuran
Nomor
Herry Purwono (2010 : 36) e-SPT adalah data e-SPT wajib pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat secara cuma-cuma (gratis) oleh Direktorat Jenderal Pajak. Wajib Pajak dapat mengunduhaplikasi
SanksiAdmini strasi
(X3)
Mardiasmo (2011) sanksi administrasi adalah pembayaran kerugian kepada Negara, khususnya yang berupa denda, bunga, dan kenaikan secara disiplin sesuai peraturan serta Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan yang berlaku.
Melaporkan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pengusaha Kena Pajak di
KPP Madya Medan. Jumlah seluruh PKP di KPP Madya Medan tahun 2015 adalah
755 PKP dan untuk klasifikasi yang menjadi penelitian ini adalah Perusahaan
Dagang yaitu sebanyak 316 PKP
3.2.2 Sampel
Dalam sebuah penelitian tidak semua populasi dapat diteliti karena
adanya keterbatasan dana, tenaga, waktu dan keterbatasan fasilitas lain yang
mendukung penelitian, sehingga hanya sampel dari populasi saja yang akan diambil
Menurut Sugiyono (2013:81) ”Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi”.
Untuk menentukan sampel dari populasi yang telah ditetapkan perlu
dilakukan suatu pengukuran yang dapat menghasilkan jumlah n. Husain Umar
(2011:59) mengemukakan bahwa ukuran sampel dari suatu populasi dapat
menggunakan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan menggunakan
teknik Slovin.
Menurut Husein Umar (2011:141), untuk mengukur sampel dapat
menggunakan rumus Slovin, yaitu sebagai berikut :
Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat ditolerir. Berdasarkan rumus Slovin, maka ukuran sampel adalah sebagai berikut:
n = 76
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka jumlah sampel dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 76 responden PKP di KPP Madya Medan. Dalam
menyediakan kuesioner lebih untuk mengantisipasi adanya kuesioner yang rusak
atau tidak kembali.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan data
penelitian yang diperoleh langsung dari sumbernya. Sumber data dalam penelitian
ini adalah sumber data eksternal, yaitu diperoleh langsung dari kuisioner yang
dijawab oleh responden Pengusaha Kena Pajak Perusahaan Dagang di KPP
Madya Medan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu usaha untuk mendapatkan data yang
valid dan akurat yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai bahan untuk
pembahasan dan pemecahan masalah.Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode survei melalui kuesioner dengan menggunakan skala likert yang diserahkan kepada responden di KPP Madya Medan.Sebelum
diserahkan kepada responden, dilakukan pretest atas kuesioner terlebih dahulu
untuk menyakinkan bahwa kalimat yang ada dalam kuesioner mudah dipahami
oleh responden. Pengukuran skala ini dilakukan dengan cara menetapkan bobot,
kemudian menambahkan untuk mendapatkan suatu jumlah dari masing-masing
indikator yang hendak diukur. Tabel di bawah ini menyajikan pemberian kode
Tabel 3.2
Kode/ Kategori Jawaban Kuisioner
Jawaban Kode
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
KS (Kurang Setuju) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3.5 Metode Analisis
Metode analisis berisi pengujian-pengujian data diperoleh dari hasil
jawaban responden yang diterima.Alat analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis regresi linear berganda dengan program SPSS versi 19.Alasan
penggunaan alat analisis regresi berganda cocok digunakan untuk analisis
faktor-faktor.
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan
digunakan dalam deskripsi antara lain berupa : frekuensi, mean, median, modus,
maupun nilai standar deviasinya.
3.5.2 Uji Kualitas Data
Kesimpulan penelitian yang berupa jawaban atau pemecahan masalah
penelitian, dibuat berdasarkan hasil proses pengujian data yang meliputi
pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Kesimpulan tergantung pada kualitas
data yang dianalisis dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian.Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu validitas dan
reliabilitas. Artinya, suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias
jika datanya kurang reliable dan valid.
3.5.2.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini ada 2 macam,
yaitu Penerapan e-Faktur, Penerapan e-SPT PPN. Analisis ini digunakan untuk
menguji apakah indikator-indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasikan
variabel. Tingkat validitas adalah lebih besar dari r kritis yaitu 0,3.
3.5.2.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skala
akanmemberikan hasil yang sama dengan beberapa kali pengukuran selama
aspek yang diukur tidak berubah (Kuncoro, 2003:154) dalam Lingga (2012).
Secara empiris tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang
disebut koefisien reliabilitas.
Pengujian reliabilitas menggunakan teknik koefisien Cronbach Alpha (á) dengan bantuan SPSS.Cronbach Alpha adalah koefisien keandalan yang menunjukkan seberapa baik item dalam suatu kumpulan secara positif
berkorelasi satu sama lain (Sekaran, 2006:177) dalam Lingga (2012). Suatu
variabel dapat dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,70.
3.5.3 Uji Asumsi Klasik 3.5.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,
2006).Seperti diketahui uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal.Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.Model regresi yang baik adalah
yang mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal.Uji normalitas
pada penelitian ini didasarkan pada uji statistik sederhana dengan melihat nilai
3.5.3.2 Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2006). Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda
maka disebut heteroskedastisitas. Regresi yang baik adalah homoskesdastisitas
atau tidak terjadi heteroskedasitas. Heteroskedasitas dapat dilihat melalui grafik
plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila pola pada
grafik ditunjukkan dengan titik-titik menyebar secara acak (tanpa pola yang
jelas) serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
3.5.3.3 Uji Multikolinieritas
Uji ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model.
Kemiripan antar variabel independen dalam satu model akan menyebabkan
terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan
variabel independen yang lainnya.
Ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas yaitu :
1. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 0 maka Tolerance = 1/10 =
2. Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen
kurang dari 0,70, maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik
multikolinieritas. Jika lebih dari 0,7 maka diasumsikan terjadi korelasi yang
sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi multikolinieritas.
3.5.4 Uji Regresi Linear Berganda
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda, yaitu dengan melihat pengaruh penerapa e-SPT PPN, e-Faktur, dan
Sanksi Administrasi terhadap kepatuhan wajib pajak. Model regresi yang
digunakan dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:
Y = α + β1Х1 + β2Х2 + β3Х3 ε
Keterangan :
Y : Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN α : Konstanta
X1 :Penerapan e-SPT PPN
X2 :Penerapan e-Faktur
X3 :PenerapanSanksiAdministrasi β : Koefisien Regresi
3.5.5 Uji Hipotesis
3.5.5.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2006). Pengujian dilakukan dengan menggunakan
signifikan level 0,05. Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan
kriteria:
1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikan <0,05 maka hipotesis diterima (koefisien) regresi
signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempuyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
3.5.5.2 Uji Signifikansi Simultan ( Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).Apabila
nilai probabilitas signifikansi < 0.05, maka variabel independen secara
3.5.5.3 Koefisien Determinasi
Besarnya pengaruh X terhadap Y dapat diketahui dengan menggunakan
analisis koefisien determinasi.Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur
sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen.Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol sampai satu (Ghozali,
2006).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
8.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan 8.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan
Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor
Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang setelah kemerdekaan
Republik Indonesia diganti menjadi Kantor Inspeksi Keuangan dan kemudian
namanya berubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya
adalah Direktorat Jenderal Pajak.
Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri 3 (tiga) Kantor Inspeksi Pajak,
yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978, Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi
dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak
Kisaran. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada
masyarakat, pada tanggal 1 April 1989 terjadi perubahan secara menyeluruh di
lingkungan Direktorat Jendral Pajak (DJP), hal itu mencakup perubahan nama
Kantor Inspeksi Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sekaligus
Mendirikan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
melalui sistem modernisasi, Dengan adanya reorganisasi tersebut didirikanlah
KPP Madya yang pertama yaitu KPP Madya Jakarta Pusat yang mulai beroperasi
melayani Wajib Pajak pada tanggal 1 September 2004.
Untuk memudahkan masyarakat melakukan pembayaran pajak dan dengan
pertumbuhan ekonomi penduduk yang semakin cepat, maka dengan terbitnya
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember
2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
Pajak yang diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009
tanggal 1 April 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.01/2012
tanggal 6 November 2012 tentang Perubahan Kedua Atas PMK No.
62/PMK.01/2009, dibentuk beberapa Kantor Pelayanan Pajak Madya lainnya
yang salah satu diantaranya KPP Madya Medan sebagai salah satu organisasi di
lingkungan Kantor Wilayah DJP Sumatera I.
Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan diresmikan pada tanggal 27
Desember 2006 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Pusat
Direktorat Jendral Pajak bersamaan dengan 12 Kantor Pelayanan Pajak Madya
lainnya. Berdasarkan Pasal 1 ayat (4) Peraturan Dirjen Pajak Nomor
PER-48/PJ/2007 tanggal 5 Maret 2007 tentang Tata Cara Pemindahan Wajib Pajak Ke
Kantor Pelayanan Pajak Madya, saat mulai operasi (SMO) kantor adalah tanggal 9
April 2007 dengan wilayah kerja meliputi Sumatera Utara dan sekitarnya. KPP
Madya mengelola Wajib Pajak besar jenis badan dalam skala regional (lingkup
Kantor Wilayah). Jenis pajak yang dikelola oleh KPP Madya sama dengan pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan
Bea Materai. Di KPP Madya tidak ada kegiatan ekstensifikasi dan jumlah Wajib
Pajak-nya juga sudah tetap sekitar 200-500 Wajib Pajak yang berasal dari seluruh
KPP Pratama di lingkup Kantor Wilayah sesuai dengan ketetapan Direktorat
Jenderal Pajak.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 161/KMK.1/2007
tanggal 21 Maret 2007 tentang Kode Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Dan Kantor Pelayanan Pajak, kode KPP Madya Medan adalah 123. KPP Madya
Medan pertama kali beralamat di Gedung Graha Niaga II lantai 1-6 Jalan Putri
Hijau Nomor 20 Medan Kode Pos 20115 dan terhitung mulai tanggal 1 Oktober
2012, KPP Madya Medan beralamat di Gedung Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Pajak Sumatera Utara I lantai 2 Jalan Suka Mulia Nomor 17 A, Kelurahan
Aur, Kecamatan Medan Maimun Kode Pos 20151.
Untuk melaksanakan dan menjalankan operasional kantor telah diangkat dan
ditetapkan Kepala KPP Madya Medan yang pertama yaitu Bapak Lamban Subeqi
Purnomo (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 60/KM.01/UP.11/2007 tanggal
30 Januari 2007 tentang Mutasi Para Pejabat Eselon III Di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak Departemen Keuangan) serta diangkat dan ditetapkan para Pejabat
Eselon IV (Kepala Subbag dan Kepala Seksi) dengan Keputusan Direktur Jendral
Pajak Nomor KEP-51/PJ/UP.53/2003 tanggal 28 Pebruari 2003 tentang Mutasi
Para Pejabat Eselon IV di Lingkungan Direktorat Jendral Pajak Departemen
Keuangan. Saat ini jabatan Kepala Kantor KPP Madya Medan dijabat Muslim
Untuk Membantu oprasional Eselon III dan IV diangkat Account
Representatif (AR) dan para pelaksana Kantor KPP Madya Medan. KPP Madya
Medan sebagai kantor pelayanan pajak modern sudah melakukan perubahan
fungsi pemeriksaan yang mana pemeriksaan pajak harus dilakukan oleh tenaga
fungsional pemeriksa sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
331/KMK.1/UP.11/2007 dan Nomor KMK.24/SJ.4/UP.9.1/2007 telah ditetapkan
dan diangkat para pejabat fungsional pemeriksa pajak untuk KPP Madya Medan.
4.1.2 Logo dan Makna Logo Direktorat Jenderal Pajak
Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki
pertimbangan-pertimbangan khusus, terlebih lagi instansi pemerintahan seperti
Direktorat Jenderal Pajak yang membawahi langsung Kantor Pelayanan Pajak
Madya Medan.
Keterangan Umum dan Lukisan : 1. Motto : Negara Dana Rakca
2. Bentuk : Segi Lima
3. Tata : Biru kehitam-hitaman, kuning emas, putih dan hijau
4. Padi kuning sepanjang 17 butir
5. Kapas putih sepanjang 8 butir terdiri dari 4 buah berlengkung 4 : 4 berlengkung
6. Sayap kuning emas
7. Gada kuning emas
8. Bokor kuning emas
9. Pita putih
10. Motto ( Semboyan ) biru kehitam-hitaman
Makna Logo :
1. Dasar segi lima bewarna biru kehitam-hitaman melambangkan dasar Negara
Pancasila.
2. Padi kuning emas dan kapas putih dengan kelopak hijau melambangkan
cita-cita upaya kita untuk mengisi kesejahteraan bangsa dan sekaligus diberi arti
sebagai tanggal lahirnya Negara Republik Indonesia.
3. Sayap kuning emas melambangkan daya upaya menghimpun, mengarahkan,
mengamankan keuangan negara
Arti Keseluruhan
Makna dari lambang tersebut adalah ungkapan sesuatu daya yang mempersatukan
dan menyerasikan dalam gerakan kerja, untuk melaksanakan tugas Kementrian
4.1.3 Visi Dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan
Peningkatan kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya
Medan merupakan tujuan untuk peningkatan penerimaan pajak Kantor Pelayanan
Pajak Madya Medan. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak tersebut, maka
Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman bagi
setiap Kantor Pelayanan Pajak.
Adapun visi dan misi tersebut sebagai berikut :
Visi
“Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan
integritas dan profosionalisme yang tinggi.”
Misi
“Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan
yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.”
4.1.4 Tugas Dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 merupakan dasar
pelaksanaan tugas dan fungsi KPP Madya Medan untuk menjalankan kebijakan
dan pelayanan di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak yang telah ditetapkan.
KPP Madya Medan mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan,
pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak
perundang-undangan yang berlaku (Pasal 54 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
62/PMK.01/2009). Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Madya Medan
menyelenggarakan fungsi: (Pasal 55 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
62/PMK.01/2009) :
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan,
dan penyajian informasi perpajakan;
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;
4. Penyuluhan perpajakan;
5. Pelaksanaan registrasi wajib pajak;
6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;
7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;
8. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak;
9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;
10. Pelaksanaan intensifikasi;
11. Pembetulan ketetapan pajak;
12. Pelaksanaan administrasi kantor
4.1.5 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis
mengenai penetapan wewenang, tugas, dan fungsi masing-masing subbagian dan
seksi. Tujuan dibentuknya struktur organisasi tersebut adalah untuk membina
tanggung jawab, sehingga rencana kerja dapat terlaksana dengan baik untuk
mencapai tujuan secara maksimal.
Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak
Madya Medan adalah struktur organisasi linier dan staf yang berada dibawah
seorang koordinasi Kepala Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera
Utara, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan
Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Berdasarkan SK. Menkeu RI No.162/KMK.01/1997 tanggal 10 April 1997
tentang peningkatan KPP tipe B menjadi tipe A, sehingga dengan adanya surat
keputusan itu KPP tipe B tidak ada lagi di Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal
Sumatera bagian Utara (Sumbagut).
Berdasarkan SK.Menkeu RI No.94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994
tentang sususan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe A terdiri dari Kepala
Kantor Pelayanan Pajak MadyaMedan, membawahi 1 sub bagian, 8 seksi, 1
kantor penyuluhan ditambah kelompok tenaga fungsional (yang berada diluar
struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak).
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
10. Kelompok Jabatan Fungsional.
Namun setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2006 s/d 2008
Kantor Pelayanan Pajak yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, maka
Kantor Pelayanan Pajak terbagi menjadi beberapa seksi yaitu :
1. Sub Bagian Umum
2. Sub Pelayanan
3. Seksi Penagihan
4. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
5. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (Waskon I)
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (Waskon II)
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (Waskon III)
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (Waskon IV)
Adapun perincian jumlah pegawai pada KPP Madya Medan adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Pegawai KPP Madya Medan
No Seksi /Bagian Jumlah Pegawai
1. Kepala Kantor 1 Orang
2. Sub Bagian Umum 10 Orang
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3 Orang
4. Seksi Pelayanan 11 Orang
5. Seksi Penagihan 6 Orang
6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan
Internal
3 Orang
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6 Orang
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9 Orang
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 9 Orang
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 8 Orang
11. Kelompok Jabatan Fungsional 32 Orang
Jumlah 98 Orang
Sumber : KPP Madya Medan 4.1.6 Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi
(Pasal 57 Peraturan Menteri Keuangan Keuangan Nomor
62/PMK.01/2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat
Jenderal Pajak) :
Bagian ini mengelola semua kebutuhan kantor dan karyawan yang meliputi
urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga seperti kenaikan
pangkat, disiplin pegawai, penggajian pegawai, cuti, dan segala aktivitas yang
berhubungan dengan kegiatan pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan
sarana/prasarana kantor.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Bertugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data;
pengamatan potensi perpajakan; penyajian informasi perpajakan; perekaman
dokumen perpajakan; pelayanan dukungan teknis komputer (pengelolaan akses
dan keamanan sistem komputer); pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing;
penyiapan, pencetakan, dan pengiriman laporan kinerja; serta melakukan
urusan penatausahaan, pemeliharaan dan pengawasan Relational Data Base
Management System (RDBMS).
3. Seksi Pelayanan
Bertugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;
pengadministrasian dokumen dan kearsipan berkas perpajakan; penerimaan
dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) beserta surat-surat lainnya dari
Wajib Pajak seperti Surat Setoran Pajak, Surat Perintah Membayar Kelebihan
Pajak/Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga yang diuangkan, Putusan
Keberatan dan Banding; penyuluhan ketentuan formal perpajakan; pelaksanaan
registrasi Wajib Pajak; melakukan kerjasama perpajakan; serta melakukan
pelayanan terhadap Wajib Pajak.
Bertugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak; penundaan dan
angsuran tunggakan pajak; penagihan aktif seperti penerbitan dan penyampaian
Surat Teguran, Surat Paksa dan Surat Perintah; usulan penghapusan piutang
pajak; Melakukan penyitaan dan pelelangan; serta penyimpanan
dokumen-dokumen penagihan.
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
Bertugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan; pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan; pengelolaan administrasi kegiatan sebelum
maupun setelah pemeriksaan perpajakan (penerbitan dan penyaluran Surat
Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) hingga pengimputan hasil pemeriksaan ke
dalam Sistem Informasi Manajemen Pemeriksaan Pajak [SIMP]); pemantauan
pengendalian interen; pengelolaan resiko; kepatuhan terhadap kode etik dan
disiplin; tindak lanjut hasil pengawasan serta penyusunan rekomendasi
perbaikan proses bisnis.
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)
Terdapat 4 (empat) Seksi Pengawasan dan Konsultasi, yaitu:
a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I menangani Wajib Pajak yang bergerak
di bidang Jasa, terdiri dari :1 (satu) orang Kepala Seksi, 8 (delapan) orang
Account Representative 1 (satu) orang Pelaksana.
b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II menangani Wajib Pajak yang bergerak
di bidang Industri Non Kelapa sawit dan Karet, terdiri dari : 1 (satu) orang
Kepala Seksi, 6 (enam) orang Account Representative, 1 (satu) orang
c. Seksi Pengawasan Konsultasi III menangani Wajib Pajak yang bergerak di
bidang Perkebunan, terdiri dari :1 (satu) orang Kepala Seksi, 6 (enam) orang
Account Representative, 1 (satu) orang Pelaksana.
d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV menangani Wajib Pajak yang bergerak
di bidang Perdagangan Non Kelapa sawit dan Karet, terdiri dari : 1 (satu)
orang Kepala Seksi, 7 (tujuh) orang Account Representative, 1 (satu) orang Pelaksana.
Masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak; pelayanan penyelesaian hak Wajib Pajak;
bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan;
penyusunan profil Wajib Pajak; analisis kinerja Wajib Pajak; rekonsiliasi data
Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi; usulan pembetulan ketetapan
pajak; evaluasi hasil banding; pemantauan proses administrasi perpajakan
(workflow); penerbitan, pembetulan dan penyimpanan produk-produk hukum;
pengawasan terhadap penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan;
penyelesaian permohonan surat keterangan yang diperlukan Wajib Pajak; serta
melakukan pemuktahiran data Wajib Pajak dalam membuat company profile.
7. Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak
Bertugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 67 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009). Sesuai dengan Pasal 68 ayat
(1-4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009, Kelompok Jabatan
(empat) kelompok sesuai dengan bidang keahliannya dan setiap kelompok
tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh
setiap Kepala KPP Madya. Jumlah Jabatan Fungsional ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja. Untuk jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal
melaksanakan tugasnya Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak di KPP Madya
Medan melakukan pemeriksaan pajak menggunakan Teknik Audit Berbasis
Komputer (TABK) untuk mendapatkan kualitas hasil pemeriksaan yang
optimal dan mempercepat proses pemeriksaan.
4.2 Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah bagian dari statistik yang digunakan
untuk menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata (mean), median, variance, serta standar deviasi data yang digunakan dalam penelitian. Dimana komponen-komponen statistik
deskriptif dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Nilai rata-rata (mean) adalah jumlah seluruh angka pada data yang dibagi dengan jumlah data yang ada,
2. Median adalah nilai tengah data setelah data tersebut diurutkan dari angka terkecil ke angka tertinggi,
3. Range adalah selisih dari nilai maksimum dengan nilai minimum dalam suatu kumpulan data,
4. Standard deviation adalah nilai simpangan baku. Semakin kecil nilainya,
5. Variance adalah jumlah selisih antara data dengan rata-rata data dan kemudian dibagi dengan jumlah data dikurangi 1(n-1) atau nilai kuadrat dari
std.deviation.
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS, 2016.
Berdasarkan data yang disajikan oleh tabel 4.2 dapat dijelaskan penggambaran
mengenai pendeskripsian data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Variabel Penerapan e-SPT PPN memiliki jumlah sampel 76 PKP, nilai
minimum 20,00 nilai maksimum 35,00 dan mean (nilai rata-rata) sebesar
30,1316. Nilai Standart Deviation atau simpangan baku sebesar 3,11702 dan variance 9,716, sedangkan rentang nilai (range) senilai 15,00 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena
adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum dengan
2. Variabel Penerapan e-Faktur memiliki jumlah sampel sebanyak 76 PKP,
dengan nilai minimum 39,00 nilai maksimum 65,00 dan mean (nilai rata-rata)
sebesar 54,4474. Standart Deviation atau simpangan baku sebesar 4,60549 dan variance 21,211, sedangkan rentang nilai (Range) senilai 26,00 menunjukkan
bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena
adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum dengan
jumlah responden 76 PKP.
3. Variabel Sanksi Administrasi memiliki jumlah sampel sebanyak 76 PKP, nilai
minimum 6,00 nilai maksimum 15,00 dan mean (nilai rata-rata) sebesar
12,6184 dan Standart Deviation atau Simpangan baku sebesar 1,90415 dan variance 3,626, sedangkan rentang nilai (range) senilai 9,00 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena
adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum dengan
jumlah responden 76 PKP.
4. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak memiliki jumlah sampel sebanyak 76 PKP,
nilai minimum 18,00 nilai maksimum 25,00 dan mean (nilai rata-rata) sebesar 21,6447 dan Standart Deviation atau Simpangan baku sebesar 1,74129 dan
variance 3,032, sedangkan rentang nilai (range) senilai 7,00 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena
adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum dengan
jumlah responden 76 PKP.
5.3Analisis Data 5.3.1 Uji Validitas
Sebelum melakukan uji hipotesis maka terlebih dahulu data harus dapat
dinyatakan valid dan reliabel. Uji tersebut merupakan langkah untuk
menyeleksi jawaban responden terhadap pertanyaan.
Uji validitas dilakukan melalui prosedur seleksi item. Prosedur pada uji
validitas memperhatikan koefisien korelasi item total dimana skor item/butir
dipandang sebagai nilai X dan skor total sebagai nilai Y. Syarat minimum
untuk dapat dinyatakan valid adalah r > 0,22. Jadi bila terdapat nilai koefisien
korelasi item total yang kurang dari atau sama dengan 0,22 maka butir
tersebut dinyatakan tidak valid.
Tabel 4.3
Uji Validitas Variabel X No. Butir
Instrumen
Koefisien
Korelasi r kritis Keterangan
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS, 2016.
Tabel diatas menunjukkan validitas butir-butir pernyataan yang ada
pada kuesioner. Butir pernyataan yang dinyatakan valid harus memenuhi
syarat di atas 0,22. Perhatikan pada kolom koefisien korelasi, jika pada kolom
ini, semua butir memiliki nilai korelasi butir dengan total butir diatas 0,22
maka butir-butir tersebut sudah valid.
Tabel 4.4
Uji Validitas Variabel Y
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS, 2016.
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi item total untuk variabel Y,
diketahui bahwa setiap item pernyataan memiliki nilai koefisien korelasi lebih
besar dari titik kritis 0,22 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item
pernyataan untuk variabel Y dapat dikatakan valid sehingga dapat digunakan
untuk penelitian.
5.3.2 Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas diketahui bahwa masing-masing alat ukur
memiliki koefisien alpha cronbach lebih dari 0,60 (Ghozali, 2006) yang
20 0,60 0,22 VALID
Korelasi r kritis Keterangan
24 0,67 0,22 VALID
25 0,50 0,22 VALID
26 0,58 0,22 VALID
27 0,69 0,22 VALID
berarti masing-masing alat ukur reliabel. Dengan demikian syarat reliabilitas
alat ukur terpenuhi.
Tabel 4.5
Uji Reliabilitas Variabel X
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS, 2016.
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas untuk variabel X1, diketahui
bahwa nilai koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,761, untuk variable X2
nilai koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,795, untuk variable X3 nilai koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,827 Skor tersebut lebih besar dari 0,6
sehingga item pernyataan untuk variabel X1, X2, X3 dapat dikatakan reliabel
dan dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data.
Tabel 4.6
Uji Reliabilitas Variabel Y
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS, 2016.
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas untuk variabel Y, diketahui
bahwa nilai koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,625 Skor tersebut lebih
besar dari 0,6 sehingga item pernyataan untuk variabel Y dapat dikatakan
reliabel dan dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan
data.
Cronbach's Alpha N of Items Keterangan
X1 0,761 7 Reliable
X2 0,795 13 Reliable
X3 0,827 3 Reliable
Cronbach's Alpha N of Items Keterangan
5.4 Uji Asumsi Klasik 5.4.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dapat dilakukan secara kasat mata yaitu
dapat dilihat pada grafik histogram dan grafik PP Plots. Suatu data akan
berdistribusi normal jika grafik histogram menyerupai bel yang menghadap ke
atas. Hal ini bisa dilihat dalam tampilan grafik berikut ini:
Gambar 4.3
Uji Normalitas (1) : Histogram
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS, 2016.
Sementara dilihat dari grafik PP Plot, data dikatakan terdistribusi normal jika penyebaran data menggambarkan titik-titik yang menyebar di
terpenuhi. Hal ini bisa dilihat dalam tampilan grafik normal probability plot sebagai berikut :
Gambar 4.4
Uji Normalitas (2) : Grafik PP-Plot
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS, 2016.
Pengujian normalitas dapat juga diuji secara statistik dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:
H0: Data residual berdistribusi normal; Bila sig > 0,05 dengan α = 5%,
Ha: Data residual tidak berdistribusi normal; bila sig < 0,05 dengan α = 5%,
Hasil dari uji normalitas dengan menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Kolmogorov - Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz ed Residual
N 76
Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.29745281 Most Extreme
Differences
Absolute .059
Positive .059
Negative -.046
Kolmogorov-Smirnov Z .512
Asymp. Sig. (2-tailed) .956
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS, 2016.
4.4.2 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Prasyarat yang
harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolonieritas,
dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) pada model regresi.
Jika antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (lebih
dari 0,09), maka merupakan indikasi adanya multikolinieritas dan suatu model
regresi yang bebas dari masalah multikolonieritas apabila mempunyai nilai
Tabel 4.8
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS, 2016.
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya gejala
multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai tolerance dan VIF. Masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1. Untuk Penerapan e-SPT PPN memiliki nilai tolerance 0,627; Penerapan e-Faktur memiliki nilai tolerance 0,630. Untuk Penerapan Sanksi Administrasi memiliki nilai tolerance 0,624. Jika
dilihat dari VIF, masing-masing variabel independen lebih kecil dari 10 yaitu
Penerapan e-SPT PPN memiliki VIF 1,596; Penerapan e-Faktur memiliki VIF
1,587; Penerapan Sanksi Administrasi memiliki VIF 1,604 . Maka kesimpulan
yang diperoleh adalah tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam variabel
4.4.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan
dasar analitis sebagai berikut :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada akan membentuk pola
tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Apabila pola pada grafik ditunjukkan dengan titik-titik menyebar secara acak
(tanpa pola yang jelas) serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada
sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi.
Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat ditunjukan pada gambar 4.5 berikut ini :
Gambar 4.5 Grafik Scatterplot
Dari grafik scatterplot yang telah disajikan diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk pola secara teratur. Titik-titik yang
menyebar menjauh dari titik-titik yang lain yang berarti mengindikasikan bahwa
data observasi yang berbeda dari penelitian lainnya. Disimpulkan bahwa data ini
homoskesdastisitas dan tidak heteroskedastisitas.
4.5 Pengujian Hipotesis
4.5.3Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk menjelaskan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen
(Ghozali, 2006). Uji hipotesis dilihat dari hasil statistik parsial (uji t), disajikan
pada tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS, 2016.
Berdasarkan tabel 4.9, dapat disimpulkan mengenai uji hipotesis secara
H1 : Penerapan e-SPT PPN tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Nilai t hitung variabel penerapan e-SPT PPN diperoleh sebesar 2,249 dan nilai
signifikansi sebesar 0,028. Nilai signifikansi untuk uji t yang diperoleh sebesar
0,028 lebih besar dari tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan 5% (0,05).
Sehingga H1 ditolak dengan pengertian bahwa penerapan e-SPT PPN tidak
berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak.
H2 : Penerapan e-Faktur tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Nilai t hitung variabel ukuran penerapan Sanksi Administrasi diperoleh sebesar
1,581 dan nilai signifikansi sebesar 0,118. Nilai signifikansi untuk uji t yang
diperoleh sebesar 0,118 lebih besar dari tingkat signifikansi alpha yang telah
ditetapkan 5% (0,05). Sehingga H2 ditolak dengan pengertian bahwa penerapan
e-Faktur tidak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak.
H3 : Penerapan Sanksi Administrasi berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Nilai t hitung variabel ukuran penerapan e-Faktur diperoleh sebesar 3,327 dan
nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai signifikansi untuk uji t yang diperoleh
sebesar 0,001 lebih besar dari tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan 5%
(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa penerapan sanksi administrasi berpengaruh
secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak. Maka H3 diterima karena
4.5.4 Uji Signifikansi Simultan ( Uji Statistik F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas memiliki
pengaruh secara bersama-sama ataupun simultan terhadap variabel terikat, apabila
nilai signifikan yang diperoleh kurang dari 0,05.
Tabel 4.10 Hasil Uji F ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig. 1 Regression 101.154 3 33.718 19.229 .000a
Residual 126.254 72 1.754
Total 227.408 75
a. Predictors: (Constant), Penerapan Sanksi Administrasi, Penerapan e-Faktur, Penerapan eSPT PPN
b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS, 2016.
H4 : Penerapan e-SPT PPN (X1), Penerapan e-Faktur (X2), Penerapan Sanksi Administrasi (X3) berpengaruh secara bersama-sama terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
Uji F pada tabel Anova diperoleh nilai F sebesar 19,229 dan nilai signifikan
sebesar 0,000 yaitu lebih kecil dari nilai 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
penerapan e-SPT PPN, penerapan e-Faktur, dan Penerapan Sanksi Administrasi
4.6 Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel-variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi (R2) adalah antara nol dan satu.
Tabel 4.11
Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .667a .445 .422 1.32421
a. Predictors: (Constant), Penerapan Sanksi Administrasi, Penerapan e-Faktur, Penerapan eSPT PPN
b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS, 2016.
Hasil uji koefisien determinasi pada Tabel 4.11 menunjukkan besarnya R2
adalah 0,445. Dengan demikian besarnya pengaruh SPT PPN, penerapan
e-Faktur, penerapan Sanksi Administrasi, terhadap kepatuhan wajib pajak adalah
hanya sebesar 44,5%. Sedangkan sisanya sebesar 55,5% adalah dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.7 Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk mengetahui pengaruh penerapan e-SPT PPN, penerapan e-Faktur,
penerapan Sanksi Administrasi terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dilakukan
pengujian dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Berdasarkan
hasil pengolahan data dengan menggunakan bantuan SPSS diperoleh hasil sebagai
Tabel 4.12
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS, 2016.
Model regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut :
Y= 9,575 + 0,139X1 + 0,066X2 +0,338X3+ e
Dimana:
Y : Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak X1 : Penerapan e-SPT PPN
X2 : Penerapan e-Faktur
X3: Penerapan Sanksi Administrasi e : Error (tingkat kesalahan)
Berdasarkan hasil persamaan regresi berganda, masing-masing variabel menjelaskan bahwa:
1. Hasil persamaan regresi, nilai konstanta sebesar 9,575, artinya penerapan
e-SPT PPN (X1), penerapan e-Faktur (X2), penerapan Sanksi Administrasi
dianggap konstan maka tingkat kepatuhan wajib pajak melaporkan SPT Masa
PPN konstan sebesar 9,575.
2. Koefisien regresi variabel penerapan e-SPT PPN (X1) sebesar 0,139 artinya
kepatuhan wajib pajak melaporkan SPT masa PPN sebesar 0,139 dengan
asumsi variabel independen lain nilainya tetap.
3. Koefisien regresi variable penerapan e-Faktur (X2) sebesar 0,066 artinya setiap
penerapan e-Faktur mengalami kenaikan sebesar 1% akan menyebabkan
peningkatan kepatuhan wajib pajak melaporkan SPT Masa PPN sebesar 0,066
dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.
4. Koefisien regresi variable penerapan Sanksi Administrasi (X3) sebesar 0,338
artinya setiap penerapan Sanksi Administrasi mengalami kenaikan sebesar 1%
akan menyebabkan peningkatan kepatuhan wajib pajak melaporkan SPT Masa
PPN sebesar 0,338 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa penerapan
Sanksi Admnistrasi secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan
wajib pajak, sedangkan penerapan e-SPT PPN dan e-Faktur secara signifikan
tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini dapat dilihat
dari t-test, dimana nilai t hitung variabel penerapan e-SPT PPN diperoleh sebesar 3,327 dan nilai signifikansinya sebesar 0,000 yang berarti dibawah 0,05 dalam arti
variabel Penerapan Sanksi Administrasi berpengaruh terhadap tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak; nilai t hitung variabel implementasi e-SPT PPN diperoleh sebesar
2,249 dan nilai signifikansinya sebesar 0,028 yang berarti diatas 0,05 dalam arti
variabel Penerapan e-SPT PPN tidak berpengaruh terhadap tingkat Kepatuhan
yaitu 0,118 yang berarti diatas 0,05 dalam arti variabel Penerapan e-SPT PPN
tidak berpengaruh terhadap tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan Uji F
dapat dilihat bahwa semua variabel penerapan e-SPT PPN, penerapan e-Faktur,
dan penerapan Sanksi Administrasi secara bersama-sama signifikan berpengaruh
terhadap tingkat Kepatuhan Wajib Pajak melaporkan SPT Masa PPN di KPP
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan melihat seberapa besar pengaruh variable-variabel
penerapan e-SPT PPN, penerapan e-Faktur, dan Sanksi Administrasi terhadap
tingkat kepatuhan wajib pajak oleh Pengusaha Kena Pajak Perusahaan Dagang di
KPP Madya Medan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal
yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penerapan e-SPT PPN signifikan tidak berpengaruh secara parsial terhadap
tingkat kepatuhan wajib pajak melaporkan SPT Masa PPN sebagaimana
ditunjukan dengan nilai signifikansi t 0,028 > 0,05. Hal ini menunjukan
bahwa penerapan e-SPT PPN tidak mempengaruhi tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak melaporkan SPT Masa PPN pada KPP Madya Medan di Wilayah
Medan/Sumatera Utara I.
2. Penerapan e-Faktur signifikan tidak berpengaruh secara parsial terhadap
tingkat kepatuhan wajib pajak sebagaimana ditunjukan oleh nilai signifikansi
t 0,118 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan e-Faktur tidak
mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak melaporkan SPT Masa PPN
pada KPP Madya Medan di Wilayah Medan/Sumatera Utara I.
3. Penerapan Sanksi Administrasi signifikan berpengaruh secara parsial
signifikansi t 0,001 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan Sanksi
Administrasi mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak melaporkan SPT
Masa PPN pada KPP Madya Medan di Wilayah Medan/Sumatera Utara I.
4. Berdasarkan Uji F dapat dilihat bahwa semua variabel penerapan e-SPT PPN,
penerapan e-Faktur, dan Sanksi Administrasi secara bersama-sama signifikan
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak melaporkan SPT Masa
PPN di KPP Madya Medan sebagaimana ditunjukkan pada tabel Anova
diperoleh nilai F sebesar 19,229 dan nilai signifikan sebesar 0,000 yaitu lebih
kecil dari nilai 0,05.
5. Besarnya pengaruh penerapan e-Faktur, penerapan e-SPT PPN terhadap
kepatuhan wajib pajak adalah hanya sebesar 44,5% sebagaimana
ditunjukkan pada tabel koefisien determinasi dengan nilai R square 0,445.
Sedangkan sisanya sebesar 55,5% adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.
5.2SARAN
1. Untuk lebih meningkatkan pelayanan tentang Sosialisasi mengenai penerapan
e-faktur dan penerapan e-SPT PPN kepada wajib pajak khususnya pengusaha
kena pajak agar PKP dapat lebih mudah memahami dan akan mematuhi
peraturan mengenai e-SPT PPN dan e-Faktur
2. Perlu dilakukan peningkatan penyempurnaan terhadap aplikasi e-SPT PPN
dan e-Faktur sehingga dapat mengurangi kendala yang dihadapi PKP dalam
penerapan e-SPT PPN dan e-Faktur. Terkhusus pada penyempurnaan aplikasi
5.3Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam hal jumlah sampel yaitu hanya
76 responden dan juga keterbatasan waktu dalam pengambilan data. Bagi peneliti
selanjutnya perlu memperluas jumlah sampel penelitian. Selain itu perlu diperluas
pula indikator dari variabel penelitian khususnya mengenai kepatuhan wajib pajak
mengingat hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan wajib pajak
melaporkan SPT Masa PPN dipengaruhi oleh penerapan Faktur, penerapan
e-SPT PPN hanya sebesar 44,5%. Oleh karena itu saran peneliti bagi peneliti
selanjutnya adalah perlu memperluas variabel penelitian ditinjau dari aspek yang
berbeda.