• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran untuk Konsumsi Pangan Rumah Tangga Pasca Erupsinya Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran untuk Konsumsi Pangan Rumah Tangga Pasca Erupsinya Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGELUARAN UNTUK KONSUMSI PANGAN

RUMAH TANGGA PASCA ERUPSINYA

GUNUNG SINABUNG

(Studi Kasus : Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH :

SEPRIYANTI V. BARUS 100304005

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGELUARAN UNTUK KONSUMSI PANGAN

RUMAH TANGGA PASCA ERUPSINYA

GUNUNG SINABUNG

(Studi Kasus : Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH :

SEPRIYANTI V. BARUS 100304005

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing,

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) (Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si) NIP : 196304021997031001 NIP : 196309281998031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

SEPRIYANTI VERONIKA BARUS (100304005), dengan judul penelitian “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran untuk Konsumsi Pangan Rumah Tangga Pasca Erupsinya Gunung Sinabung di

Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis M,Ec dan Bapak Ir. Rahmanta Ginting, M.Si.

Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama pembangunan, karena pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah serta kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman untuk di konsumsi bagi masyarakat untuk dapat melakukan kegiatan sehari – hari sepanjang waktu. Penelitian ini ditetapkan secara purposive (sengaja), yaitu di Desa Gajah,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan daerah tersebut dikarenakan daerah ini merupakan salah satu daerah yang terkena dampak erupsinya Gunung Sinabung. Dan daerah ini juga tidak ditutup setelah erupsinya Gunung Sinabung serta mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mempermudah penelitian. Teknik pengambilan sampel dengan metode

Slovin dan metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan

melihat besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan dan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa rumah tangga pasca erupsinya Gunung Sinabung yang ada di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo termasuk rumah tangga rawan pangan karena sebanyak 64% sampel rumah tangga memiliki besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan yang tinggi. Secara parsial, faktor – faktor yang memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap pengeluaran rumah tangga adalah pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga. Dan faktor – faktor yang secara parsial tidak memiliki pengaruh yang nyata/signifikan terhadap pengeluaran rumah tangga pasca erupsinya Gunung Sinabung adalah tingkat pendidikan ibu rumah tangga dan lamanya berumah tangga/ umur perkawinan.

(4)

RIWAYAT HIDUP

SEPRIYANTI VERONIKA BARUS, lahir di Porsea pada tanggal 18 September 1992, anak pertama dari empat bersaudara, putri dari Bapak Jasmani Barus dan

Ibu Sonta Sinaga.

Pendidikan formal yang pernah di tempuh Penulis hingga saat ini adalah :

1. Tahun 1997, masuk Taman Kanak – Kanak dan lulus pada tahun 1998 dari Taman Kanak – Kanak Bonapasogit Sejahtera, Porsea.

2. Tahun 1998, masuk Sekolah Dasar dan lulus pada tahun 2004 dari SD Negeri

175811 Pangombusan, Porsea,

3. Tahun 2004, masuk Sekolah Menengah Pertama dan lulus pada tahun 2007

dari SMP Bonapasogit Sejahtera, Porsea.

4. Tahun 2007, masuk Sekolah Menengah Atas dan lulus pada tahun 2010 dari

SMA Negeri 1 Porsea.

5. Tahun 2010, diterima di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian,

Program Studi Agribisnis melalui jalur PMP (Penerimaan Mahasiswa

Berprestasi).

Kegiatan yang pernah di ikuti Penulis selama kuliah adalah :

1. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanjung Maria,

Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Juli – Agustus 2013.

2. Melaksanakan penelitian skripsi di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat,

Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan karunia-Nya, yang senantiasa melindungi, menyertai, memimpin dan

membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan

penulisan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran untuk Konsumsi Pangan Rumah Tangga Pasca Meletusnya Gunung Sinabung, di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten

Karo”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi dan

memperoleh gerlar sarjana pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis dengan segala ketulusan dan kerendahan hati

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M,Ec., selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang telah membantu, mengarahkan dan membimbing penulis selama dalam

penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang telah membantu, mengarahkan dan membimbing penulis selama dalam

penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS., selaku Ketua Program Studi Agribisnis atas

bimbingan dan bantuannya selama penulis mengenyam pendidikan di Program

(6)

4. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara atas bimbingan, arahan, serta

ilmu – ilmu yang telah di ajarkan selama penulis mengenyam pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

5. Teristimewa Ayahanda Jasmani Barus dan Ibunda Sonta Sinaga tercinta yang

tidak henti – hentinya memberikan bantuan moril maupun materil serta doa kepada penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Ketiga Adinda terkasih (Medy Saputra Barus, Josua Kristian Barus dan Chia

Rehulina Barus) yang telah banyak memberikan motivasi dan doa kepada

penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

7. Rekan – rekan mahasiswa Program Studi Agribisnis USU, khususnya stambuk 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan

motivasi dan semangat serta bersedia meluangkan waktunya untuk membantu

penulis semasa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

8. Para responden dan instansi – instansi yang berkaitan dengan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari sempurna, baik isi maupun tutur bahasanya. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca

(7)

Akhir kata penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak.

Medan, November 2014

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1.Tinjauan Pustaka ... 7

2.2. Landasan Teori... 14

2.3. Kerangka Pemikiran... 17

2.4. Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 20

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4. Metode Analisis Data ... 21

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 23

3.5.1. Defenisi ... 23

(9)

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Wilayah ... 25

4.1.1. Letak dan Keadaan Gegrafis ... 25

4.1.2. Keadaan Penduduk ... 25

4.1.3. Sarana dan Prasarana ... 26

4.2. Karakteristik Sampel ... 28

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan pada Rumah Tangga Pasca Meletusnya Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat ... 33

5.2. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Pasca Meletusnya Gunung Sinabung di Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat ... 35

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 44

6.2. Saran ... 45

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga 10

2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

26

3 Sarana dan Prasarana di Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo 27 4 Pendapatan Rumah Tangga Sampel di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat,

Kabupaten Karo 29

5 Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Sampel di Desa Gajah, Kecamatan Simpang

Empat, Kabupaten Karo 30

6 Jumlah Anggota Rumah Tangga Sampel di Desa Gajah, Kecamatan Simpang

Empat, Kabupaten Karo 31

7 Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan Rumah Tangga Sampel di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

32

8 Rata – Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Sampel di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

34

9 Rata – Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Pasca Meletusnya Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga

37

10 Rata – Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Pasca Meletusnya Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu

39

11 Rata – Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Pasca Meletusnya Gunung

Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga

41

12 Rata – Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Pasca Meletusnya Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat Berdasarkan Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1 Hipotesa Hukum Engel 16

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Data Rumah Tangga Di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat,

Kabupaten Karo 48

2 Tabulasi Pengeluaran untuk Konsumsi Pangan di Desa Gajah, Kecamatan

Simpang Empat, Kabupaten Karo 52

3 Tabulasi Pengeluaran untuk Konsumsi Non Pangan di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

56

4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat Pasca Meletusnya Gunung Sinabung

60

5 Besar Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat Pasca Meletusnya Gunung Sinabung

62

(13)

ABSTRAK

SEPRIYANTI VERONIKA BARUS (100304005), dengan judul penelitian “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran untuk Konsumsi Pangan Rumah Tangga Pasca Erupsinya Gunung Sinabung di

Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis M,Ec dan Bapak Ir. Rahmanta Ginting, M.Si.

Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama pembangunan, karena pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah serta kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman untuk di konsumsi bagi masyarakat untuk dapat melakukan kegiatan sehari – hari sepanjang waktu. Penelitian ini ditetapkan secara purposive (sengaja), yaitu di Desa Gajah,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan daerah tersebut dikarenakan daerah ini merupakan salah satu daerah yang terkena dampak erupsinya Gunung Sinabung. Dan daerah ini juga tidak ditutup setelah erupsinya Gunung Sinabung serta mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mempermudah penelitian. Teknik pengambilan sampel dengan metode

Slovin dan metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan

melihat besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan dan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa rumah tangga pasca erupsinya Gunung Sinabung yang ada di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo termasuk rumah tangga rawan pangan karena sebanyak 64% sampel rumah tangga memiliki besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan yang tinggi. Secara parsial, faktor – faktor yang memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap pengeluaran rumah tangga adalah pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga. Dan faktor – faktor yang secara parsial tidak memiliki pengaruh yang nyata/signifikan terhadap pengeluaran rumah tangga pasca erupsinya Gunung Sinabung adalah tingkat pendidikan ibu rumah tangga dan lamanya berumah tangga/ umur perkawinan.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara garis besar kosumsi rumah tangga dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu kebutuhan pokok (primer) dan kebutuhan penunjang (sekunder).

Yang tergolong kebutuhan primer adalah sandang, pangan, dan perumahan.

Sedangkan kebutuhan sekunder meliputi kelompok kebutuhan yang tidak selalu

menuntut kebutuhan.

Masing-masing rumah tangga mempunyai perilaku konsumsi yang

berbeda-beda mencakup apa saja yang dikonsumsi. Berapa banyak yang akan

dikonsumsi dan bagaimana mengkonsumsinya. Hal yang sangat wajar bila rumah

tangga yang berpendapatan besar akan melakukan konsumsi lebih banyak

dibanding yang berpendapatan rendah (Pracoyo, 2005).

Pada dasarnya pembangunan ekonomi bertujuan untuk mensejahterakan

masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pendapatan

masyarakat. Dengan pendapatan meningkat, maka kebutuhan hidup semakin

tercukupi, kesejahteraan penduduk akan meningkat (Munandir, 2002).

Tingkat kesejahteraan rumah tangga dapat dilihat dari besarnya konsumsi

atau pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga, peningkatan konsumsi atau

pengeluaran rumah tangga, terutama pengeluaran non pangan, menunjukkan

adanya peningkatan kesejahteraan rumah tangga yang bersangkutan. Rumah

tangga dengan pendapatan rendah akan mendahulukan pengeluaran untuk pangan

dibanding dengan kebutuhan non pangan. Pada kelompok masyarakat seperti ini

(15)

Pengeluaran untuk konsumsi pangan dan non pangan berkaitan erat

dengan tingkat pendapatan masyarakat. Di negara yang sedang berkembang,

pemenuhan kebutuhan makanan masih menjadi prioritas utama, karena untuk

memenuhi kebutuhan gizi (Suryana, 2002).

Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat

memberikan gambaran tingkat pendapatan masyarakat. Semakin tinggi tingkat

pendapatan maka proporsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran pangan ke

pengeluaran non pangan. Proporsi pengeluaran masyarakat dengan tingkat

pendapatan tinggi terhadap kebutuhan non pangan seperti : perumahan, barang

dan jasa, pakaian, dan barang tahan lama (kendaraan, perhiasan, dan sebagainya)

biasanya lebih besar dibanding masyarakat dengan tingkat pendapatan yang lebih

rendah (Santosa, 2008).

Tanggungan keluarga juga merupakan salah satu indikator ekonomi yang

menunjukkan kecenderungan semakin tinggi jumlah tanggungan, semakin berat

ekonomi yang ditanggung. Hal ini disebabkan biaya konsumsi semakin tinggi

sehingga sebagian besar pendapatan keluarga digunakan untuk memenuhi

kebutuhan pangan, sehingga sangat kecil kemungkinan dapat menabung. Jumlah

tanggungan keluarga menunjukkan banyaknya orang yang ditanggung oleh kepala

keluarga. Adapun orang yang ditanggung adalah istri, anak, orang tua, saudara,

dan orang lain yang tinggal serumah atau di luar rumah tetapi menjadi tanggungan

kepala keluarga.

Kabupaten tanah Karo merupakan daerah yang memiliki lahan pertanian

yang cukup potensial dan ditargetkan menjadi ikon bidang pertanian di Indonesia.

(16)

masyarakatnya adalah petani tulen dan didukung dengan unsur hara tanah cukup

baik sehingga bisa menjadi ikon pertanian di Indonesia.

Alam memiliki pengaruh dan dampak yang sangat luar biasa terhadap

semua segi kehidupan manusia, terutama ketika terjadi bencana alam. Bencana

alam memiliki dampak kerugian yang besar pada masyarakat, karena tidak dapat

diduga kejadiannya juga tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikurangi pengaruhya

pada masyarakat. Untuk menanggulangi kerugian besar, dilakukan kebijakan

penanggulangan bencana yang tepat.

Banyak gunung merapi yang tersebar di Indonesia saat ini mengadakan

aktivitas dengan mengeluarkan lava, awan panas, hujan abu bahkan sudah erupsi

seperti yang terjadi di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Selat Sunda,

Sumatera Utara dll. Salah satu gunung yang pernah bergejolak di Sumatera Utara

adalah Gunung Sinabung. Minggu 28 Agustus 2010, pukul 00.08 Wib, Gunung

Sinabung di Kabupaten Karo erupsi.

Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung yang tertinggi dan aktif di

Sumatera Utara yang memiliki ketinggian 2.640 meter diatas permukaan laut atau

sekitar 25 km kearah Selatan Kota Kabanjahe. Erupsinya Gunung Sinabung

mengakibatkan 13 desa yang terdiri dari Sekitar 6.000 orang warga masyarakat

harus mengungsi ke kota Kabanjahe dan Berastagi. Bencana ini berdampak pada

kehidupan sosial ekonomi masyarakat Karo karena terjadi kerugian materi pada

masyarakat selain itu terjadinya hujan abu mengakibatkan lahan pertanian

masyarakat kini telah rusak, dan tidak bisa di panen akibat banyaknya abu

(17)

Erupsi Gunung Sinabung mempengaruhi keadaan lahan pertanian di

Kabupaten Karo. Pasokan sayur dan buah asal Karo berkurang dikarenakan erupsi

Gunung Sinabung yang menyebabkan sayur dan buah terkena debu vulkanik,

sehingga buah dan sayur tidak dapat di konsumsi. Akibat dari erupsi Gunung

Sinabung, Kabupaten Karo termasuk dalam Kabupaten yang rawan pangan.

Dikarenakan menyebabkan banyak jiwa yang mengungsi dan menyebabkan

banyak kerugian. Banyak fasilitas-fasilitas umum pemerintah yang rusak berat

maupun ringan.

Pasca bencana alam Gunung Sinabung, banyak aktifitas warga yang telah

terkendala dan hasil produksi pertanian yang gagal panen. Sehingga saat ini

banyak masyarakat Desa Gajah yang mengalami perubahan dalam kehidupanya

seperti peralihan pekerjaan mereka menjadi buruh harian lepas (Aron dalam

bahasa Karo), modal usaha yang tidak ada dan ketakutan untuk bercocok tanam,

trauma dan ketakutan membuat warga Desa Gajah sulit tidur di malam hari,

sehingga masyarakat selalu membuat pos jaga yang dilakukan oleh laki-laki

secara bergantian,pakaian yang telah disusun kedalam karung di setiap rumah

warga.

Kondisi kehidupan masyarakat yang seperti ini sangat memprihatinkan,

terutama dalam memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari untuk kedepannya

karena Masyarakat Gajah memilih tetap bertahan di desa tersebut dengan

mengandalkan Raskin hasil lahan pertanian yang tersisa akibat bencana seperti

(18)

Pengeluaran masyarakat juga semakin bertambah dikarenakan mereka

harus memperbaiki lahan mereka, dan menanam kembali sayur dan buah yang

telah terkena erupsi Gunung Sinabung. Masyarakat yang berada di Desa Gajah

berusaha kembali untuk mengelola lahan pertanian dan keadaan mereka.

Terutama dalam hal konsumsi rumah tangga mereka, demi kelangsungan hidup

mereka. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran untuk Konsumsi Pangan Rumah Tangga

Erupsinya Gunung Sinabung.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut :

1) Berapa besar pangsa pengeluaran rumah tangga pasca erupsinya Gunung

Sinabung?

2) Berapa besar faktor pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah

tangga rumah tangga, jumlah anggota keluarga dan lamanya berumah tangga

mempengaruhi pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga pasca

(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui besar pangsa pengeluaran rumah tangga pasca erupsinya

Gunung Sinabung.

2) Untuk mengetahui besar faktor pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan

ibu rumah tangga, jumlah anggota keluarga dan lamanya berumah tangga yang

mempengaruhi pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga pasca erupsinya

Gunung Sinabung.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukan penelitian ini adalah :

1) Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan

dengan topik penelitian dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pertanian di Universitas Sumatera Utara.

2) Bagi Pemerintah Kabupaten Karo, penelitian ini berguna sebagai sumbangan

pemikiran dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijaksanaan,

khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

pengeluaran rumah tangga pasca erupsinya Gunung Sinabung.

3) Bagi pembaca, penelitian ini berguna sebagai wacana dalam menambah

pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah

tangga pasca erupsinya Gunung Sinabung.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Pangan adalah sesuatu yang hakiki dan menjadi hak setiap warga negara

untuk memperolehnya. Ketersediaan pangan sebaiknya cukup jumlahnya, bermutu

baik, dan harganya terjangkau. Salah satu komponen pangan adalah karbohidrat

yang merupakan sumber utama energi bagi tubuh (Purwono dan Heni, 2007).

Penggolongan pangan yang digunakan oleh FAO dikenal sebagai

Desirable Dietary Pattern (Pola Pangan Harapan/PPH). Kelompok pangan dalam

PPH ada sembilan yaitu padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan

lemak, buah biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur, dan buah serta

lain-lain termasuk minuman dan bumbu (Baliwati, dkk., 2004).

Secara garis besar kebutuhan rumah tangga dapat dikelompokkan dalam 2

kategori besar, yaitu kebutuhan pangan dan non pangan. Dengan demikian pada

tingkat pendapatan tertentu, rumah tangga akan mengalokasikan pendapatannya

untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut. Secara alamiah kuantitas pangan yang

dibutuhkan seseorang akan mencapai titik maksimum sementara kebutuhan non

pangan, tidak akan ada batasnya. Dengan demikian, besaran pendapatan yang

dibelanjakan untuk pangan dari suatu rumah tangga dapat digunakan sebagai

petunjuk tingkat kesejahteraan rumah tangga tersebut. Dengan kata lain, semakin

tinggi pengeluaran untuk pangan, berarti semakin kurang sejahtera rumah tangga

yang bersangkuta. Sebaliknya, semakin kecil pangsa pengeluaran pangan maka

(21)

Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat

memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Tingkat pengeluaran

terdiri atas dua kelompok, yaitu pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan.

Tingkat kebutuhan/ permintaan (demand) terhadap kedua kelompok tersebut pada

dasarnya berbeda- beda. Dalam kondisi pendapatan terbatas, kebutuhan makanan

didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan

terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan.

Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi

pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan

untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan

makanan (BKP, 2010).

Pergeseran komposisi dan pola pengeluaran tersebut terjadi karena

elastisitas permintaan terhadap makanan secara umum rendah, sedangkan

elastisitas terhadap kebutuhan bukan makanan relatif tinggi. Keadaan ini jelas

terlihat pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah

mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan barang bukan makanan, sedangkan sisa pendapatan dapat

disimpan sebagai tabungan (saving) atau diinvestasikan (BKP, 2010).

Uraian di atas dapat menjelaskan bahwa pola pengeluaran merupakan

salah satu variabel yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan

(ekonomi penduduk), sedangkan pergeseran komposisi pengeluaran dapat

(22)

Pola pengeluaran konsumsi penduduk merupakan informasi untuk melihat

kesejahteraan penduduk. Besarnya nilai nominal (dapat diukur dalam satuan uang)

yang dibelanjakan baik dalam bentuk pangan maupun non pangan, secara tidak

langsung dapat mencerminkan kemampuan ekonomi rumah tangga, untuk

mencukupi kebutuhan yang mencakup barang dan jasa (Aminuddin, 2006).

Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan

Yang dimaksud dengan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada

tingkat rumah tangga adalah rasio pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran

rumah tangga. Perhitungan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada

tingkat rumah tangga menggunakan formula sebagai berikut ini :

PF =

x 100 % Dimana :

PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%)

PP = Pengeluaran untuk pangan rumah tangga (Rp/Bulan)

TP = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/Bulan).

(Sinaga dan Nyak Ilham, 2002).

Tingkat ketahanan pangan rumah tangga diukur dengan indikator

klasifikasi silang antara pangsa pengeluaran pangan dan kecukupan energi.

Pangsa pengeluaran pangan mengukur ketahanan pangan dari aspek ekonomi,

sedangkan pemenuhan kecukupan konsumsi pangan dalam satuan energi

mengukur ketahanan pangan dari aspek gizi (Purwaningsih, 2010).

Tingkat ketahanan pangan dengan indikator tersebut ditabelkan pada Tabel

(23)

kelompok, yaitu tahan pangan, kurang pangan, rentan pangan dan rawan pangan

(Purwaningsih, 2010).

Tabel 1. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Konsumsi Energi per

Unit Ekuivalen Dewasa

Pangsa Pengeluaran Pangan

Rendah (<60%) Tinggi (≥ 60 %) Cukup (>80%

kecukupan energi)

Tahan Pangan Rentan Pangan

Kurang (≤ 80%

kecukupan energi) Kurang Pangan Rawan Pangan

Sumber : Jonsson dan Toole (1991) dalam Maxwell, D et al (2000) dalam Purwaningsih (2010)

Rumah tangga tahan pangan adalah rumah tangga yang mempunyai

pangsa pengeluaran rendah dan cukup mengkonsumsi energi. Pangsa pengeluaran

pangan rendah berarti kurang dari 60 % bagian pendapatan dibelanjakan untuk

pangan. Dan ini mengindikasikan bahwa rumah tangga tahan pangan memiliki

kemampuan untuk mencukupi konsumsi energi karena mempunyai akses yang

tinggi secara ekonomi juga memiliki akses yang tinggi secara fisik. Rumah tangga

rawan pangan adalah rumah tangga yang mempunyai pangsa pengeluaran tinggi

dan kurang mengkonsumsi energi. Pangsa pengeluaran pangan tinggi berarti lebih

dari 60 % bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Ini mengindikasikan

rendahnya pendapatan yang diterima oleh kelompok rumah tangga tersebut.

Dengan rendahnya pendapatan yang dimiliki, rumah tangga rawan pangan dalam

mengalokasikan pengeluaran pangannya tidak dapat memenuhi kecukupan energi

(Purwaningsih, 2010).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga

antara lain: pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga,

(24)

1) Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat

konsumsi. Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin

tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga

untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar dan

peningkatan kehidupan juga menjadi berubah (Sumardi, 2003).

Setiap orang atau keluarga mempunyai tingkat kebutuhan konsumsi yang

dipengaruhi oleh pendapatan. Kondisi pendapatan seseorang akan mempengaruhi

tingkat konsumsinya. Makin tinggi pendapatan, makin banyak jumlah barang

yang dikonsumsi. Sebaliknya, makin sedikit pendapatan, makin berkurang jumlah

barang yang dikonsumsi. Bila konsumsi ingin ditingkatkan sedangkan pendapatan

tetap, terpaksa tabungan digunakan akibatnya tabungan berkurang (Prayudi,

2000).

Dalam realitanya tingkat pengeluaran akan berbanding lurus dengan

tingkat pendapatan. Semakin besar pendapatan masyarakat maka akan semakin

besar tingkat pengeluaran. Asumsi ini menjadi acuan dalam kajian untuk

mengukur distribusi pendapatan masyarakat (Rosida, 2007).

Distribusi pendapatan menjadi ukuran yang relatif cukup mewakili untuk

menggambarkan kesejahteraan penduduk atau rumah tangga. Pengukuran

distribusi pendapatan dimaksudkan agar pemerintah dapat melihat ada tidaknya

peningkatan kesejahteraan penduduk dalam suatu wilayah dan dalam periode

tertentu (Samuelson, 2005).

Proporsi pengeluaran masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi

(25)

dan barang tahan lama (kendaraan, perhiasan dan sebagainya) biasanya lebih

besar dibanding masyarakat dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah

(Royyan, 2006).

Pada rumah tangga dengan pendapatan rendah, 60-80% dari

pendapatannya dibelanjakan untuk makanan. Elastisitas pendapatan untuk

makanan yang digambarkan dari persentase perubahan kebutuhan akan makanan

untuk tiap 1 % perubahan pendapatan, lebih besar pada rumah tangga yang miskin

dibandingkan pada rumah tangga kaya (Soekirman, 2000).

Untuk komoditas pangan, peningkatan pendapatan tidak diikuti dengan

peningkatan permintaan yang progresif. Hal ini sesuai dengan Hukum Engel, yang

menyatakan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga, maka semakin besar

proporsi dari pendapatan tersebut yang dibelanjakan untuk makanan (Ilham, Nyak

dan Bonar, 2002).

2) Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga

Tingkat pendidikan ibu rumah tangga dapat juga dijadikan cerminan

keadaan sosial ekonomi didalam masyarakat. Semakin tinggi pendidikan atau

keterampilan yang dimiliki seseorang, semakin tinggi investasi yang diperlukan.

Dan tingkat pendidikan istri, disamping merupakan modal utama dalam

menunjang perekonomian keluarga, juga berperan dalam penyusunan pola makan

keluarga (Hidayat, 2005).

Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi rendahnya

pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat perawatan kesehatan, hygiene,

kesadaran terhadap keluarga, disamping berpengaruh pada faktor social ekonomi

(26)

peranan penting pada pengelolaan rumah tangga. Tingkat pendidikan ibu rumah

tangga terutama dapat menentukan sikap pengetahuan dan keterampilannya dalam

menentukan makanan keluarga (Hidayat, 2005).

3) Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi konsumsi. Rumah

tangga dengan jumlah anggota rumah tangga yang lebih besar cenderung

mempunyai tingkat konsumsi yang tinggi. Jumlah anggota rumah tangga

menentukan sampai batas tertentu jumlah pangan yang dikonsumsi, susunan isi

keranjang pangan, ukuran ruang rumah tempat tinggal, pengeluaran untuk

pakaian, pendidikan, kesehatan dan rekreasi (Sicat dan Arndt, H., 1991).

4) Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan

Alokasi pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh lamanya berumah

tangga/ umur perkawinan. Setiap tingkatan keluarga baik keluarga yang muda

ataupun keluarga tua memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda- beda, baik pangan

dan non pangan. . Karena kebutuhan berbeda pada setiap tahapan rumah tangga,

maka penggunaan/ alokasi pendapatan akan berbeda pula (Fatimah, 1995).

2.2. Landasan Teori Teori Konsumsi

Keynes dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment, Interest and Money memberikan perhatian besar terhadap hubungan antara

konsumsi dan pendapatan. Lebih lanjut Keynes mengatakan bahwa ada

pengeluaran konsumsi minimum yang harus dilakukan oleh masyarakat

(outonomous consumption) dan pengeluaran konsumsi akan meningkat dengan

(27)

Konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan yang dapat dibelanjakan.

Penghasilan keluarga atau uang masuk sebagian besar dibelanjakan lagi, untuk

membeli yang diperlukan untuk hidup. Dalam ilmu ekonomi dikatakan:

dibelanjakan untuk dikonsumsi. Konsumsi tidak hanya mengenai makanan, tetapi

mencakup pemakaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup (Gilarso,

1992).

Teori konsumsi dengan menggunakan hipotesis pendapatan relatif

dikemukakan oleh James Duesenberry dengan bukunya Income, Saving, and the Theory of Consummer Behavior, bermaksud merekonsiliasi hubungan yang tidak

proporsional dan yang proporsional antara konsumsi dengan pendapatan dengan

maksud agar diperoleh gambaran mengenai alasan sebab-sebab timbulnya

perbedaan tersebut.

Di dalam teorinya, Duesenberry menggunakan dua asumsi yang digunakan

untuk mengamati faktor- faktor yang dapat berpengaruh terhadap pengeluaran

konsumsi seseorang.

a) Selera rumah tangga atas barang konsumsi adalah Interdependen. Artinya,

pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi

yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya (tetangga). Jadi faktor lingkungan

dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi.

b) Pengeluaran konsumsi adalah Irreversible. Artinya, pola pengeluaran pada

saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan

mengalami penurunan. Di dalam hal ini dikatakan bahwa pengeluaran

konsumsi seseorang dalam jangka pendek dapat dipengaruhi oleh besarnya

(28)

tertinggi yang pernah dicapai oleh seseorang. Sebagai misal, apabila

pendapatan seseorang mengalami kenaikan maka secara otomatis konsumsi

juga mengalami kenaikan dengan proporsi tertentu, dan sebaliknya bila

pendapatan mengalami penurunan maka akan diikuti juga oleh penurunan

konsumsinya. Akan tetapi, proporsi penurunannya lebih kecil dibandingkan

proporsi akibat kenaikan pendapatan tadi

(Waluyo, D. E., 2002).

2.3. Kerangka Pemikiran

Pengeluaran rumah tangga dibagi dua, yakni pengeluaran untuk pangan

dan pengeluaran untuk nonpangan. Besar pangsa atau persentase pengeluaran

untuk pangan dan nonpangan dapat dianalisis terhadap total pengeluaran pada

rumah tangga tersebut. Dilihat dari besar pangsanya, yaitu jenis pengeluaran

terhadap jumlah pengeluaran (pangan dan nonpangan), menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat ketahanan pangan suatu rumah tangga maka semakin

besar pangsa pengeluaran pangan dan semakin kecil pangsa pengeluaran

nonpangan.

Pengeluaran pangan rumah tangga miskin dipengaruhi oleh beberapa

faktor dan masing- masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Beberapa faktor tersebut antara lain seperti: pendapatan rumah tangga, tingkat

pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, dan lamanya

berumah tangga/ umur perkawinan. Untuk lebih jelasnya, kaitan antara faktor-

(29)

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Rumah tangga yang terkena erupsi

Total Pengeluaran

Pengeluaran pangan

-Padi-padian (beras,jagung,terigu) -Makanan berpati (kentang,umbian) -Pangan hewani (ikan,daging,susu,telur) -Minyak dan lemak (minyak goreng) -Buah dan biji berminyak (kelapa, kemiri, coklat)

-Kacang-kacangan (kacang tanah,kacang merah,kacang hijau)

-Gula (gula pasir,gula merah) -Sayur dan buah

-Lain-lain (teh,kopi,bumbu makanan)

Pengeluaran Non Pangan

-Pakaian

-Biaya sewa rumah

-Pajak bumi dan bangunan

-Bahan bakar rumah tangga

-Biaya pendidikan

-Transportasi

-Kesehatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran untuk konsumsi :

-Pendapatan rumah tangga

-Tingkat pendidikan ibu rumah tangga

-Jumlah anggota rumah tangga

Pangsa Pengeluaran Rumah Tangga

Tahan pangan Rentan pangan Kurang pangan Rawan pangan

(30)

2.4. Hipotesis Penelitian

1) Pangsa pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga di Desa Gajah,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo pasca erupsinya Gunung

Sinabung di wilayah penelitian ≥ 60%, yang berarti di desa tersebut termasuk desa yang rawan pangan.

2) Faktor pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga,

jumlah anggota keluarga, dan lamanya berumah tangga/umur perkawinan

memberikan pengaruh positif yang nyata untuk pengeluaran pada konsumsi

rumah tangga di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu di

Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera

Utara. Pemilihan daerah tersebut dikarenakan daerah ini merupakan salah satu

daerah yang terkena dampak erupsinya Gunung Sinabung. Dan daerah ini juga

tidak ditutup setelah erupsinya Gunung Sinabung serta mudah dijangkau oleh

peneliti sehingga mempermudah penelitian.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode Slovin dengan

persamaan sebagai berikut :

n =

dimana :

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Jumlah masyarakat menurut data kependudukan Desa Gajah adalah 456 rumah

tangga. Dengan batas toleransi 10% maka jumlah sampel yang diambil adalah :

n

=

(32)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekonder. Data primer diperoleh dari wawancara dan hasil pengumpulan data

secara langsung kepada tiap rumah tangga di Desa Gajah, Kecamatan Simpang

Empat, Kabupaten Karo pasca erupsi Gunung Sinabung yang dijadikan sampel

dengan memakai kuesioner. Data sekunder merupakan data pelengkap yang

diperoleh dari Kepala Desa Gajah, Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, serta

literatur yang berkaitan dengan judul.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk Hipotesis 1), dianalisis secara deskriptif, meliputi konsumsi pangan dan non pangan. Proporsi pengeluaran untuk pangan dan non pangan dapat

dirumuskan sebagai berikut :

PF =

Untuk Hipotesis 2), diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dimana sebuah variabel terikat (Y) dihubungkan dengan dua atau lebih

variabel bebas (X). Untuk mengetahui variabel bebas (pendapatan rumah tangga,

tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota keluarga, lamanya berumah

tangga/umur perkawinan) terhadap variabel terikat yakni pengeluaran untuk

(33)

Model regresi linier berganda yang digunakan :

Ý = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + µ Dimana :

Ý = pengeluaran rumah tangga pasca erupsinya Gunung Sinabung (Rp/bulan)

a = intercept atau konstanta b1,b2,b3,b4 = koefisien regresi

X1 = pendapatan rumah tangga (Rp/bulan)

X2 = tingkat pendidikan ibu rumah tangga (tahun)

X3 = jumlah anggota keluarga (jiwa)

X4 = lamanya berumah tangga (tahun)

µ = error term (koefisien error)

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap

pengeluaran pangan, digunakan uji F dengan kriteria uji sebagai berikut :

Jika Fhitung ≤ Ftabel : maka terima H0 tolak H1

Jika Fhitung > Ftabel : maka terima H1 tolak H0

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap

pengeluaran pangan, digunakan uji t dengan kriteria uji sebagai berikut :

Jika thitung ≤ ttabel : maka terima H0 tolak H1

Jika thitung > ttabel : maka terima H1 tolak H0

Selanjutnya diadakan pengujian terhadap model-model regresi yang

digunakan yaitu uji asumsi klasik dengan melihat hasil langsung regresi dengan

(34)

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini,

maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1. Defenisi

1) Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air,

baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan

dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan,

bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,

pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman.

2) Rumah Tangga adalah seorang/ sekelompok orang yang mendiami sebagian

atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya makan bersama dari

satu dapur. Yang dimaksud dengan makan dari satu dapur adalah mengurus

kebutuhan sehari- hari bersama menjadi satu.

3) Total Pengeluaran Rumah Tangga adalah keselurahan pengeluaran baik

pangan dan nonpangan yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memenuhi

kebutuhan mereka, yang dinyatakan dalam uang (rupiah) pada periode waktu

satu bulan.

4) Pengeluaran Pangan Rumah Tangga adalah jumlah pendapatan rumah tangga

yang dialokasikan untuk kebutuhan pangan yang dibeli oleh rumah tangga,

yang yang dinyatakan dalam uang (rupiah) pada periode waktu satu bulan.

5) Pengeluaran Nonpangan Rumah Tangga adalah jumlah pendapatan rumah

tangga yang dialokasikan untuk kebutuhan nonpangan (pakaian, perumahan,

pendidikan, transportasi, kesehatan dan iuran yang dinyatakan dalam uang

(35)

6) Pendapatan Rumah Tangga adalah jumlah seluruh pendapatan yang dihasilkan

oleh kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga, yang dinyatakan dalam uang

(rupiah) pada periode waktu satu bulan.

7) Tingkat pendidikan ibu rumah tangga adalah tingkat pendidikan formal

terakhir yang ditempuh oleh ibu rumah tangga.

8) Jumlah anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat

tinggal di suatu rumah tangga, yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota

lainnya yang masih menjadi tanggungan kepala rumah tangga, yang

dinyatakan dalam satuan jiwa.

9) Lamanya berumah tangga/ umur perkawinan adalah umur suatu rumah tangga

tersebut mulai saat terbentuk (menikah) hingga pada saat sekarang ini, yang

dinyatakan dalam satuan tahun.

10)Pangsa pengeluaran pangan adalah rasio pengeluaran pangan terhadap total

pengeluaran rumah tangga.

11)Tingkat ketahanan pangan adalah suatu indikator yang menyatakan daerah

tersebut apakah tahan pangan atau tidak.

12) Tahan pangan adalah rumah tangga yang pangsa pengeluaran pangan nya

rendah dan energi cukup.

13) Rentan pangan adalah rumah tangga yang pangsa pengeluaran pangannya

tinggi dan energi cukup

14) Kurang pangan adalah rumah tangga yang pangsa pengeluaran pangannya

rendah, dan energi tidak cukup.

15) Rawan pangan adalah rumah tangga yang pangsa pengeluaran pangannya

(36)

3.5.2. Batasan Operasional

1) Daerah penelitian adalah di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten

Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2) Waktu penelitian adalah tahun 2014.

(37)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian ini dilakukan di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat,

Kabupaten Karo. Desa Gajah memiliki luas wilayah 460 ha (2,4 %) dari luas

kecamatan dan berada pada ketinggian ± 1.200 meter di atas permukaan laut

(mdpl). Jarak dari Ibukota Kabupaten (Kabanjahe) adalah 10 km dengan waktu

tempuh 10 menit dan jarak Ibukota Kecamatan adalah 3 km dengan waktu tempuh

5 menit dari Ibukota Provinsi (Medan) adalah 87 km dengan waktu tempuh 150

menit.

Secara administratif, Desa Gajah mempunyai batas-batas wilayah sebagai

berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Semangat

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ndokum Siroga

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bulan Baru

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Surbakti

4.1.2. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data dari potensi desa tahun 2013. Desa Gajah berpenduduk

1.542 jiwa dengan 456 KK. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah

(38)

(48,57%). Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada

Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

No. Jenis Lapangan Pekerjaan Jumlah

Penduduk (Jiwa) Jumlah Penduduk (%)

1. Pertanian 936 92,95

2. Industri Rumah Tangga 29 2,88

3. PNS/ABRI 22 2,19

4. Lainnya 20 1,98

Jumlah 1.007 100

Sumber : Kecamatan Simpang Empat dalam Angka, Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui sebanyak 92,95 % penduduk Desa

Gajah bekerja pada sektor Pertanian, 2,88 % bekerja pada Industri Rumah

Tangga, 2,19 % bekerja sebagai PNS/ABRI dan 1,98 % bekerja pada sektor

lainnya (misalnya Pedagang, Wiraswasta, Pensiunan, dan lain-lain).

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan

kemajuan masyarakat desa tersebut. Jika sarana dan prasarana yang ada di suatu

desa semakin baik, maka akan semakin mempercepat laju perkembangan desa

tersebut.

Sarana dan prasarana di Desa Gajah sudah tersedia cukup memadai. Hal

ini dapat dilihat bahwa sarana vital seperti Pos Kesehatan Desa, Sekolah Dasar,

dan Sarana Ibadah sudah cukup tersedia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari

(39)
[image:39.595.109.518.114.395.2]

Tabel 3. Sarana dan Prasarana di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

No. Uraian Jumlah

1. SD Negeri 1 buah

2. Poskesdes 2 unit

3. Posyandu 1 unit

4. Mesjid 1 buah

5. Gereja Protestan 3 buah

6. Industri Rumah Tangga 30 buah

7. Bengkel Sepeda Motor 1 buah

8. Bengkel Mobil 1 buah

9. Tenaga Medis (Bidan/Bides) 3 orang

10. Jambur 1 buah

11. Jenis Kendaraan -Mobil Penumpang -Pickup -Sepeda motor 25 buah 33 buah 56 buah 12. Jalan

-Aspal 1,0 km

-Diperkeras 3,0 km

-Tanah 5,0 km

-Setapak 5,0 km

Sumber : Kecamatan Simpang Empat dalam Angka, Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa

Gajah sudah tersedia dengan memadai. Walaupun sarana pendidikan yang ada

hanya satu Sekolah Dasar Negeri, tetapi penduduk dapat melanjutkan

pendidikannya ke Sekolah Lanjutan yang ada di Berastagi dan Ibukota Kabupaten

(Kabanjahe). Hal ini tidak mempersulit penduduk karena jaraknya tidak terlalu

jauh dan mudah ditempuh, serta didukung oleh sarana jalan dan tranportasi yang

memadai.

Pada bidang kesehatan terdapat 2 unit Poskesdes, 1 unit Posyandu, dan 3

orang Bidan/Bindes sebagai tenaga medis. Pada bidang keagamaan terdapat 1

buah mesjid, 3 buah gereja dan sebagai wadah untuk melakukan segala kegiatan

kemasyarakatan terdapat 1 buah jambur. Di Desa Gajah juga terdapat 2 buah

(40)

rumah tangga sebanyak 30 buah, yang membantu penambahan pendapatan

masyarakat di Desa Gajah. Sarana tranportasi juga sudah memadai, karena jalan

menuju Desa Gajah sudah cukup baik yaitu aspal 1 km, diperkeras ada 3 km,

tanah ada 5 km dan setapak 5 km.

4.2. Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang terkena erupsi

Gunung Sinabung yang terdapat di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat,

Kabupate Karo. Karakteristik rumah tangga sampel yang dimaksud meliputi

pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota

keluarga, dan lamanya berumah tangga.

1) Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga per bulannya di Desa Gajah cukup bervariasi,

hal ini disebabkan beragamnya mata pencaharian dan jenis tanaman petani di

Desa Gajah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Pendapatan Rumah Tangga Sampel di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

No Pendapatan Rumah Tangga

(Rp/Bulan) Jumlah Rumah Tangga Persentase (%)

1 1.500.000 – 2.900.000 15 18

2 3.000.000 - 4.900.000 54 55

3 5.000.000 – 6.900.000 12 15

4 7.000.000 – 7.900.000 1 1

Jumlah 82 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran 4

Dari Tabel 4 diatas, dapat diketahui bahwa pendapatan rumah tangga yang

terbanyak di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat adalah pendapatan yang

(41)

rumah tangga (55 %). Sedangkan yang terkecil adalah pendapatan rumah tangga

yang berkisar antara Rp. 7.000.000 – Rp. 7.900.000 per bulannya, yakni sebanyak 1 rumah tangga (1%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan

rumah tangga di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

tersebut adalah rumah tangga dengan pendapatan relatif kurang, terutama pasca

erupsinya Gunung Sinabung yang membuat hasil panen mereka menurun dan

bahkan tidak ada sama sekali.

2) Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga

Tingkat pendidikan ibu rumah tangga juga mempengaruhi kebijakan ibu

dalam mengurus pangan dan mengatur pengeluaran pangan di dalam suatu rumah

tangga. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga di Desa Gajah, Kecamatan Simpang

Empat dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Sampel di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

No Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun)

Jumlah Rumah Tangga

Persentase (%)

1 0 – 6 36 44

2 7 – 9 31 38

3 10 – 12 14 17

4 >12 1 1

Jumlah 82 100

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 4

Dari Tabel 5 diatas, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu rumah

tangga yang terbanyak di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat adalah

berpendidikan 0 - 6 tahun yaitu SD, yakni sebanyak 36 rumah tangga (44%).

(42)

rumah tangga (1%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu rumah

tangga di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat masih tergolong rendah.

3) Jumlah Anggota Rumah Tangga

Dalam membeli dan mengkonsumsi pangan, jumlah anggota rumah tangga

sangat mempengaruhi kuantitas pembelian pangan yang pada akhirnya akan

berpengaruh terhadap banyaknya uang yang dikeluarkan untuk belanja pangan

tersebut.

Adapun jumlah anggota rumah tangga di Desa Gajah, Kecamatan Simpang

[image:42.595.112.518.364.489.2]

Empat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Jumlah Anggota Rumah Tangga Sampel di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

No Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa)

Jumlah Rumah Tangga

Persentase (%)

1 1 5 6

2 2 16 20

3 3 23 28

4 4 14 17

5 5 24 29

Jumlah 82 100

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 4

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah anggota rumah tangga dengan

jumlah terbanyak di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat adalah berjumlah 5

jiwa, yakni sebanyak 24 rumah tangga (29 %). Sedangkan yang terkecil adalah

berjumlah 1 jiwa, yakni sebanyak 5 rumah tangga (6 %). Hal ini menunjukkan

bahwa rumah tangga di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat termasuk rumah

tangga yang besar karena memiliki jumlah anggota rumah tangga yang cukup

banyak.

(43)

Umur perkawinan suatu rumah tangga yang terkena erupsi Gunung

Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empang cukup bervariasi, ada yang

sudah lama namun ada juga yang baru membentuk rumah tangga (menikah).

Adapun lamanya berumah tangga atau umur perkawinan pada rumah tangga yang

terkena erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat,

[image:43.595.108.517.254.408.2]

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan Sampel di Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

No Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan (Tahun)

Jumlah Rumah Tangga

Persentase (%)

1 1 – 5 9 11

2 6 – 10 12 15

3 11- 15 17 21

4 16 – 20 13 16

5 21 – 25 16 20

6 26 – 35 15 18

Jumlah 82 100

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 4

Dari Tabel 7 diatas dapat diketahui, bahwa lama berumah tangga dengan

jumlah terbanyak di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat adalah pasangan

suami istri dengan umur perkawinan antara 11 – 15 tahun, yakni sebanyak 17 rumah tangga (21 %). Sedangkan jumlah terkecil adalah pasangan suami istri

dengan umur perkawinan antara 1 – 5 tahun, yakni sebanyak 9 rumah tangga (11 %). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga di Desa Gajah,

Kecamatan Simpang Empat termasuk rumah tangga tua, ditandai dengan

(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan pada Rumah Tangga Pasca Erupsinya Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat

Perhitungan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada tingkat

rumah tangga denga menggunakan formula sebagai berikut ini :

PF =

x 100%

Dimana :

PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%)

PP = Pengeluaran untuk pangan rumah tangga (Rp/Bulan)

TP = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/Bulan)

Menurut Purwaningsih (2010), pangsa pengeluaran pangan rendah berarti

kurang dari 60 % bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Dan ini

mengindikasikan bahwa rumah tangga tahan pangan memiliki kemampuan untuk

mencukupi konsumsi energi karena mempunyai akses yang tinggi secara ekonomi

juga memiliki akses yang tinggi secara fisik. Pangsa pengeluaran pangan tinggi

berarti lebih dari 60 % bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Ini

mengindikasikan rendahnya pendapatan yang diterima oleh kelompok rumah

tangga tersebut. Dengan rendahnya pendapatan yang dimiliki, rumah tangga

rawan pangan dalam mengalokasikan pengeluaran pangannya tidak dapat

memenuhi kecukupan energi.

Untuk lebih jelasnya, mengenai pangsa pengeluaran pangan untuk rumah

tangga pasca erupsinya Gunung Sinabung yang ada di Desa Gajah, Kecamatan

(45)
[image:45.595.108.520.86.216.2]

Tabel 8. Rata – rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Sampel di Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat , Kabupaten Karo

No Pangsa Pengeluaran

Pangan Jumlah Rumah Tangga sampel

Persentase

Sampel (%) Rata Pangsa – rata Pengeluaran

Pangan (%)

1 ≤ 60 % 18 22 54,66

2 > 60 % 64 78 68

Rata rata 61,33

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 5

Melihat nilai rata – rata pangsa pengeluaran seperti pada Tabel 8 di atas, diperoleh bahwa dari 82 sampel rumah tangga di Desa Gajah di peroleh sebanyak

18 rumah tangga (22%) yang dapat di kategorikan termasuk rumah tangga tahan

pangan karena memiliki pangsa pengeluaran pangan rendah (≤ 60%) dengan rata-rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 54,66 %, sedangkan 64 rumah tangga

lainnya (78%) termasuk rumah tangga rawan pangan karena memiliki pangsa

pengeluaran pangan tinggi (> 60%) dengan rata – rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 68 %. Maka dapat disimpulkan bahwa secara rumah tangga yang terkena

erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat dapat

dikategorikan termasuk rumah tangga rawan pangan.

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Pasca Erupsinya Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga pasca erupsinya Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat di

uji dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda, yaitu regresi

linier dimana sebuah variabel terikat (variabel Y) dihubungkan dengan dua atau

(46)

Di dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel terikat (variabel

Y) adalah pengeluaran pangan rumah tangga pasca erupsinya Gunung Sinabung

(Rp/Bulan) dan sebagai variabel bebas (variabel X) adalah pendapatan rumah

tangga (X1), tingkat pendidikan ibu rumah tangga (X2), jumlah anggota rumah

tangga (X3), dan lamanya berumah tangga/ umur perkawinan (X4).

Maka setelah dilakukan pengujian asumsi regresi linier berganda didapat

hasil akhir dari estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan

rumah tangga pasca erupsinya Gunung Sinabung di Desa Gajah Kecamatan

Simpang Empat adalah sebagai berikut :

Y = 319869.264 + 0.417 X1 + 16216.433 X2 + 89541.153 X3 – 5088.844 X4 + µ Dimana :

Y = Pengeluaran Pangan Rumah Tangga (Rp/Bulan)

X1 = Pendapatan Rumah Tangga (Rp/Bulan)

X2 = Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (tahun)

X3 = Jumlah Anggota Rumah Tangga (jiwa)

X4 = Lamanya berumah tangga/ umur perkawinan (tahun)

µ = koefisien error

Nilai koefisien determinasi yang diperoleh (R-square) adalah sebesar

0,809. Artinya, sebesar 80,9 % variasi variabel terikat (pengeluaran pangan rumah

tangga) dapat dijelaskan oleh variabel – variabel bebas (pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, dan lamanya

berumah tangga/ umur perkawinan), sedangkan sisanya 19,1% dipengaruhi oleh

(47)

Berdasarkan uji F yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi Fhitung

adalah sebesar (0,000) ≤ α = 0,005. Hal ini berarti semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model yakni pendapatan rumah tangga (X1), tingkat

pendidikan ibu rumah tangga (X2), jumlah anggota rumah tangga (X3), dan

lamanya berumah tangga/ umur perkawinan (X4) secara serempak memiliki

pengaruh yang nyata/signifikansi terhadap variabel terikat yakni pengeluaran

pangan rumah tangga (Y).

Secara lengkapnya, faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan

rumah tangga pasca erupsinya Gunung Sinabung di Desa Gajah Kecamatan

Simpang Empat adalah :

1) Pendapatan rumah tangga (Rp/Bulan)

Keluarga atau masyarakat yang berpenghasilan rendah, sebagian besar

pendapatannya digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan. Akan tetapi,

karena kebutuhan pangan relatif terbatas, maka mulai pada tingkat pendapatan

tertentu pertambahan pendapatan akan di alokasikan lebih banyak untuk

memenuhi kebutuhan non pangan.

Secara parsial, terdapat pengaruh yang nyata antara variabel pendapatan

rumah tangga (X1) terhadap pengeluaran pangan rumah tangga di Desa Gajah

pasca erupsinya Gunung Sinabung dengan tingkat signifikansi 0,000 ≤ α = 0,05. Pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap pengeluaran rumah tangga dapat

ditunjukkan dari nilai koefisien regresi sebesar 0,417. Hal ini berarti apabila

terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar Rp. 1.000.000,- per bulan

maka akan meningkatkan pengeluaran pangan rumah tangga sebesar Rp.

(48)

Hal tersebut dapat dilihat pada rumah tangga di Desa Gajah pasca

erupsinya Gunung Sinabung, dimana dengan bertambahnya pendapatan rumah

tangga maka rata – rata pengeluaran pangan juga ikut meningkat. Untuk lebih jelasnya, tingkat pendapatan rumah tangga sampel dan pengaruhnya denga

[image:48.595.107.520.222.402.2]

pengeluaran pangan dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini :

Tabel 9. Rata – Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Pasca Erupsinya Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga

No Pendapatan Rumah Tangga

(Rp/Bulan) Pendapatan Rata – rata Rumah Tangga

(Rp/ Bulan)

Rata – rata pengeluaran pangan rumah

tangga (Rp/Bulan) 1 1.500.000 – 2.900.000 2.619.231 1.435.214 2 3.000.000 - 4.900.000 3.789.426 2.266.222 3 5.000.000 – 6.900.000 5.533.750 3.351.167 4 7.000.000 – 7.900.000 7.866.000 3.591.000

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 4

Dari Tabel 9 di atas, terlihat jelas adanya perbedaan rata-rata pengeluaran

untuk pangan rumah tangga dengan berbagai tingkatan pendapatan, dimana

semakin tinggi pendapatan rumah tangga tersebut, maka semakin tinggi pula

alokasi pengeluaran mereka untuk mencukupi kebutuhan pangan. Artinya,

pertambahan pendapatan rumah tangga pasca erupsi Gunung Sinabung tersebut

hanya dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari.

Dan sesuai dengan Teori Keynes yang menyatakan, bahwa pengeluaran

konsumsi akan meningkat dengan bertambahnya penghasilan. Menurut Gilarso

(1992), konsumsi tidak hanya mengenai makanan, tetapi mencakup pemakaian

barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dan rumah tangga sampel di

Desa Gajah, mengalokasikan pengeluaran mereka untuk kebutuhan mereka

(49)

2) Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (tahun)

Seorang ibu memiliki peranan besar dalam keluarga, dialah yang

berbelanja pangan, mengatur menu keluarga, mendistribusikan makanan, dan

lain-lain. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga adalah modal utama dalam menunjang

perekonomian keluarga, di samping itu juga berperan dalam penyusunan pola

pangan keluarga.

Dimana secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyta/ signifikan

antara varibel tingkat pendidikan ibu rumah tangga (X2) terhadap pengeluaran

rumah tangga di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat pasca erupsi Gunung Sinabung. Hal ini dapat dilihat dari diperolehnya tingkat signifikansi 0,257 > α =

0,05, sehingga kenaikan tingkat pendidikan ibu rumah tangga tidak akan

berpengaruh terhadap pengeluaran pangan rumah tangga pasca erupsi Gunung

Sinabungdi Desa Gajah. Adapun rata-rata pengeluaran pangan rumah tangga

berdasarkan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 10 di

[image:49.595.108.533.501.640.2]

bawah ini.

Tabel 10. Rata – rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga pasca Eruspi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga

No Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga

(Tahun)

Rata – rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

(Rp/ Bulan)

Jumlah Rumah Tangga

1 0 – 6 2.224.258 36

2 7 – 9 2.157.694 31

3 10 – 12 2.746.714 14

4 >12 2.938.000 1

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 4

Dari Tabel 10 di atas, di peroleh bahwa ternyata kenaikan tingkat

pendidikan ibu rumah tangga tidak sepenuhnya memiliki pengaruh positif

(50)

Gunung Sinabung. Menurut penulis, hal ini disebabkan faktor pengalaman dan

kebiasaan seorang ibu rumah tangga dalam memasak. Faktor pengalamn dan

kebiasaan seorang ibu dalam memasak makanan untuk di konsumsi sehari – hari lebih mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga tersebut.

3) Jumlah Anggota Rumah Tangga (jiwa)

Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi alokasi pengeluaran

pada suatu rumah tangga. Semakin banyak jumlah anggota, maka kebutuhan yang

akan di konsumsi akan semakin bervariasi, karena masing – masing anggota rumah tangga memiliki selera yang berbeda – beda. Rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga yang sedikit, akan lebih mudah mencukupi kebutuhan

pangannya.

Secara parsial, variabel jumah rumah tangga (X3) berpengaruh nyata

terhadap pengeluaran pangan rumah tangga, dengan tingkat signifikansi 0,026 ≤α = 0,05. Pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap pengeluaran rumah

tangga relatif cukup besar, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar

89541,153. Koefisien antara anggota rumah tangga terhadap pengeluaran pangan

rumah tangga menunjukkan hubungan yang positif. Artinya, setiap penambahan 1

jiwa anggota rumah tangga, maka pengeluaran rumah tangga akan bertambah

sebesar Rp. 89.541,- per bulannya dan sebaliknya.

Di Desa Gajah, rata – rata rumah tangga sampel memiliki 5 jiwa anggota rumah tangga. Untuk lebih jelasnya, jumlah anggota rumah tangga sampel dan

hubungannya dengan pengeluaran rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 11 di

(51)
[image:51.595.107.520.86.271.2]

Tabel 11. Rata – Rata Pengeluaran Rumah Tangga Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga

No Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa)

Rata Rata Pengeluaran Pangan Rumah

Tangga (Rp/Bulan)

Jumlah Rumah Tangga

1 1 1.210.000

Gambar

Tabel 1. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Sarana dan Prasarana di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat,    Kabupaten Karo
Tabel 6. Jumlah Anggota Rumah Tangga Sampel di Desa Gajah, Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

FAKUTTAS BAHASA DAN SENI PROGRAM HIBAH KOMPETISI A1 BACH.III 2006. JURUSAN PEII DIDIIGN

Demikian Berita Acara Penjelasan Dokumen Pemilihan ini dibuat dengan penuh tanggung jawab untuk dijadikan pedoman, dan dilaksanakan dan dipergunakan sebagaimana

Surar penugasan/izin ini diberil&lt;an untuk dipergunakan dan cliiaksanakan sebaik-baiknla. dan setelah selesai agar melaporkan hasilnya.. Asli surat rugas ini diberikan

– 3rd GHSA Steering Group Meeting in Rotterdam, 13 October 2016, on the margins of the 3 rd

Diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Satuan Kerja Kantor Kementerian Agama Kabupaten Boalemo menurut ketentuan –

[r]

3 Bahan-bahan/alat teknis 56 paket 196.000.000,- APBD Kegiatan pendidikan dan pelatihan ketrampilan bagi pekerja rokok 4 Bahan praktek/percontohan 56 paket 100.000.000,- APBD

[r]