• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Sifat Fisik, Kimia, Dan Organoleptik Sosis Sapi Dengan Pe rendaman Dalam Substrat Antimikroba Lactobacillus sp. (1A5) Pada Penyimpanan Suhu Dingin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Sifat Fisik, Kimia, Dan Organoleptik Sosis Sapi Dengan Pe rendaman Dalam Substrat Antimikroba Lactobacillus sp. (1A5) Pada Penyimpanan Suhu Dingin"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SOSIS

SAPI DENGAN PERENDAMAN DALAM SUBSTRAT

ANTIMIKROBA Lactobacillus sp. (1A5) PADA

PENYIMPANAN SUHU DINGIN

SKRIPSI RETNO PUTRI K. D.

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

RETNO PUTRI K. D. D14050837. Karakteristik Sifat Fisik, Kimia, Dan Organoleptik Sosis Sapi Dengan Pe rendaman Dalam Substrat Antimikroba

Lactobacillus sp. (1A5) Pada Penyimpanan Suhu Dingin. Skripsi. Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Zakiah Wulandari, S. TP, M. Si. Pembimbing Anggota : Irma Isnafia Arief S.Pt, M. Si.

Sosis adalah salah satu bahan pangan yang suda h banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Penggunaan nitrit sebagai bahan pengawet membuat sosis memiliki daya simpan yang lama. Setelah diketahui bahwa nitrit ini bersifat karsinogenik, maka dicari bahan alami alternatif untuk menggantikan nitrit. Substrat antimikroba Bakteri Asam Laktat Lactobaccilus sp. 1A5 diduga dapat menjadi bahan pengawet alami alternatif ini. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan organoleptik sosis sapi dengan perendaman substrat antimikroba pada lama penyimpanan yang berbeda.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,dan Laboratorium Pusat Antar Universitas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2008 sampai Maret 2009. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan ada dua yaitu perendaman sosis sapi dengan substrat antimikroba dan lama masa simpan dalam suhu 4ºC selama 0, 5, dan 10 hari. Sifat fisik yang diamati adalah nilai pH, daya serap air, kekenyalan, dan aktifitas air. Sifat kimia yang diamati adalah kadar air dan bilangan peroksida. Sifat organoleptik yang diujikan adalah aroma, rasa, warna, kekenyalan, dan lendir untuk uji mutu hedonik. Sifat fisik dan kimia dianalisis ragam (ANOVA), kecuali bilangan peroksida menggunakan deskriptif, apabila berbeda nyata diuji lanjut Tukey. Sifat organoleptik menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis, apabila berbeda nyata diuji lanjut Gibbon.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai pH dan nilai bilangan peroksida, sedangkan untuk daya serap air, hanya faktor perlakuan perbedaan lama simpan saja. Kedua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah fisik dan kimia lainnya. Hasil uji organoleptik berbeda nyata dari setiap kriteria mutu, kecuali pada kriteria lendir, tidak berbeda nyata.

(3)

ABSTRACT

Beef Sausages Physical, Chemical and Sensory Charac teristics; By Subme rsion

the Lactobacillus sp. (1A5) Antimicrobial Subtract

and Refrige rated Storage.

Sausages are a food product that has been consumed by many people in the world. Sausages are normally processed with nitrite in order to keep them endure longer before they are consumed. After further study has been conducted, it is now known that nitrite contains elements that are carcinogenic, therefore further researches has been conducted to find an alternative for nitrite as a food preservative. Antimicrobial Subtract from Lactic Acid Bacteria Lactobacillus sp. (1A5) are suspected to be a natural form of alternative preservatives. Those conducted research are designed to study and explore the sausages physical, chemical, and sensory characteristics of the product, with submersion the sausages in antimicrobial subtract, then storing them at different period of time in refrigerated storage. This research gave a variety of result. The pH and peroxide level were very influenced by those two methods, while the water absorption was influenced by the different period of time method, only. Those two methods were not significantly affected to physical and chemical component. The sensory test has a different result in every criteria of quality, except the ooze level and firmness that are not significantly different.

(4)

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SOSIS

SAPI DENGAN PERENDAMAN DALAM SUBSTRAT

ANTIMIKROBA Lactobacillus sp. (1A5) PADA

PENYIMPANAN SUHU DINGIN

RETNO PUTRI K. D. D14050837

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk me mperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pe rtanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SOSIS

SAPI DENGAN PERENDAMAN DALAM SUBSTRAT

ANTIMIKROBA Lactobacillus sp. (1A5) PADA

PENYIMPANAN SUHU DINGIN

Oleh:

RETNO PUTRI K.D. D14050837

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 7 Agustus 2009

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Zakiah Wulandari S. TP, M. Si. Irma Isnafia Arief S. Pt, M. Si.

Dekan Fakultas Peternakan Ketua Departemen Ilmu Produksi Institut Pe rtanian Bogor dan Teknologi Peternakan

Fakultas Peternakan Institut Pe rtanian Bogor

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 10 Juli 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak

ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Arie Putra Bintana dan Ibu Sri Retno

Iswari. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1999, pendidikan Sekolah

Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2002, dan pendidikan Sekolah

Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2005. Kesemua tingkat pendidikan ini

diselesaikan di Sekolah Islam Al-Izhar Pondok Labu.

Pada tahun 2005, Penulis masuk ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Saringan Penerimaan Mahasiswa Baru sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan

Bersama. Barulah pada tahun 2006 Penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB.

Saat mengikuti perkuliahan, Penulis aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa

dalam kabinet Reborn pada tahun kepengurusan 2008-2009. Penulis menjabat

(7)

KATA PENGAN TAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan

keberkahan-Nya. Shalawat dan salam selalu kami panjatkan kepada Nabiyullah Muhammad

SAW.

Karya tulis ini yang berjudul Karakteristik Sifat Fisik, Kimia, dan Organoleptik Sosis Sapi dengan Perendaman da lam Substrat Antimikroba

Lactobacillus sp. (1A5) pada Penyimpanan Suhu Dingin dibuat dalam rangka

memenuhi tugas akhir skripsi, sebagai syarat tanda kelulusan untuk memenuhi gelar

Sarjana Peternakan di Institut Pertanian Bogor, Departemen Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan.

Sosis adalah satu dari berbagai macam produk olahan daging yang digemari

oleh masyarakat banyak. Dalam perkembangannya, sosis menggunakan nitrit sebagai

bahan pengawet dan juga pencerah warna yang ternyata bersifat karsinogenik pada

tubuh manusia. Maka dari itu perlu dicari pengawet alami alternatif untuk

menggantikan nitrit. Bakteri asam laktat Lactobacillus sp. (1A5) diduga dapat

menggantikan nitrit untuk memperpanjang masa simpan sosis. Penyimpanan produk

dalam suhu 4ºC dengan perendaman substrat antimikroba diharapkan mampu

membantu dalam memperpanjang masa simpan sosis.

Besar harapan penulis agar karya tulis ini dapat bermanfaat dan juga dapat

digunakan sebagai penambah ilmu pengetahuan pembacanya. Akhir kata penulis

menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, segala kritik dan saran

sangat diharapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Terimakasih atas perhatiannya.

Bogor, 7 Agustus 2009

(8)

DAFTAR ISI Perubahan Karakteristik Fisik, Kimia, dan Organoleptik

(Selama Penyimpanan Pada Suhu Dingin)……….………….

(9)

METODE ………... Pengawetan Sosis dengan Substrat Anti Mikroba pada

Suhu Dingin………...

Kadar Air pada Sosis Sapi………...

(10)

DAFTAR TABEL

NNomor Halaman

1. Nama Bahan dan Komposisi Pembuatan Adonan Sosis...………. 19

2. Pengaruh Perendaman Substrat Antimikroba dan Lama Masa

Simpan terhadap Nilai pH Sosis………... 26

3. Pengaruh Perendaman Substrat Antimikroba dan Lama Masa

Simpan terhadap Daya Serap Air Sosis..……… 26

4. Pengaruh Perendaman Substrat Antimikroba dan Lama Masa

Simpan terhadap Kekenyalan Sosis.……….. 27

5. Pengaruh Perendaman Substrat Antimikroba dan Lama Masa

Simpan terhadap Aktivitas Air Sosis………..……… 28

6. Pengaruh Perendaman Substrat Antimikroba dan Lama Masa

Simpan terhadap Kadar Air Sosis..……..……….. 29

7. Pengaruh Perendaman Substrat Antimikroba dan Lama Masa

Simpan terhadap Bilangan Peroksida Sosis…..………. 30

8. Nilai Rataan Uji Scoring terhadap Beberapa Kriteria Mutu Sosis Sapi dengan Pengaruh Perendaman Substrat Antimikroba

(11)

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SOSIS

SAPI DENGAN PERENDAMAN DALAM SUBSTRAT

ANTIMIKROBA Lactobacillus sp. (1A5) PADA

PENYIMPANAN SUHU DINGIN

SKRIPSI RETNO PUTRI K. D.

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(12)

RINGKASAN

RETNO PUTRI K. D. D14050837. Karakteristik Sifat Fisik, Kimia, Dan Organoleptik Sosis Sapi Dengan Pe rendaman Dalam Substrat Antimikroba

Lactobacillus sp. (1A5) Pada Penyimpanan Suhu Dingin. Skripsi. Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Zakiah Wulandari, S. TP, M. Si. Pembimbing Anggota : Irma Isnafia Arief S.Pt, M. Si.

Sosis adalah salah satu bahan pangan yang suda h banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Penggunaan nitrit sebagai bahan pengawet membuat sosis memiliki daya simpan yang lama. Setelah diketahui bahwa nitrit ini bersifat karsinogenik, maka dicari bahan alami alternatif untuk menggantikan nitrit. Substrat antimikroba Bakteri Asam Laktat Lactobaccilus sp. 1A5 diduga dapat menjadi bahan pengawet alami alternatif ini. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan organoleptik sosis sapi dengan perendaman substrat antimikroba pada lama penyimpanan yang berbeda.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,dan Laboratorium Pusat Antar Universitas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2008 sampai Maret 2009. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan ada dua yaitu perendaman sosis sapi dengan substrat antimikroba dan lama masa simpan dalam suhu 4ºC selama 0, 5, dan 10 hari. Sifat fisik yang diamati adalah nilai pH, daya serap air, kekenyalan, dan aktifitas air. Sifat kimia yang diamati adalah kadar air dan bilangan peroksida. Sifat organoleptik yang diujikan adalah aroma, rasa, warna, kekenyalan, dan lendir untuk uji mutu hedonik. Sifat fisik dan kimia dianalisis ragam (ANOVA), kecuali bilangan peroksida menggunakan deskriptif, apabila berbeda nyata diuji lanjut Tukey. Sifat organoleptik menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis, apabila berbeda nyata diuji lanjut Gibbon.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai pH dan nilai bilangan peroksida, sedangkan untuk daya serap air, hanya faktor perlakuan perbedaan lama simpan saja. Kedua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah fisik dan kimia lainnya. Hasil uji organoleptik berbeda nyata dari setiap kriteria mutu, kecuali pada kriteria lendir, tidak berbeda nyata.

(13)

ABSTRACT

Beef Sausages Physical, Chemical and Sensory Charac teristics; By Subme rsion

the Lactobacillus sp. (1A5) Antimicrobial Subtract

and Refrige rated Storage.

Sausages are a food product that has been consumed by many people in the world. Sausages are normally processed with nitrite in order to keep them endure longer before they are consumed. After further study has been conducted, it is now known that nitrite contains elements that are carcinogenic, therefore further researches has been conducted to find an alternative for nitrite as a food preservative. Antimicrobial Subtract from Lactic Acid Bacteria Lactobacillus sp. (1A5) are suspected to be a natural form of alternative preservatives. Those conducted research are designed to study and explore the sausages physical, chemical, and sensory characteristics of the product, with submersion the sausages in antimicrobial subtract, then storing them at different period of time in refrigerated storage. This research gave a variety of result. The pH and peroxide level were very influenced by those two methods, while the water absorption was influenced by the different period of time method, only. Those two methods were not significantly affected to physical and chemical component. The sensory test has a different result in every criteria of quality, except the ooze level and firmness that are not significantly different.

(14)

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SOSIS

SAPI DENGAN PERENDAMAN DALAM SUBSTRAT

ANTIMIKROBA Lactobacillus sp. (1A5) PADA

PENYIMPANAN SUHU DINGIN

RETNO PUTRI K. D. D14050837

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk me mperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pe rtanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(15)

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SOSIS

SAPI DENGAN PERENDAMAN DALAM SUBSTRAT

ANTIMIKROBA Lactobacillus sp. (1A5) PADA

PENYIMPANAN SUHU DINGIN

Oleh:

RETNO PUTRI K.D. D14050837

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 7 Agustus 2009

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Zakiah Wulandari S. TP, M. Si. Irma Isnafia Arief S. Pt, M. Si.

Dekan Fakultas Peternakan Ketua Departemen Ilmu Produksi Institut Pe rtanian Bogor dan Teknologi Peternakan

Fakultas Peternakan Institut Pe rtanian Bogor

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 10 Juli 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak

ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Arie Putra Bintana dan Ibu Sri Retno

Iswari. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1999, pendidikan Sekolah

Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2002, dan pendidikan Sekolah

Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2005. Kesemua tingkat pendidikan ini

diselesaikan di Sekolah Islam Al-Izhar Pondok Labu.

Pada tahun 2005, Penulis masuk ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Saringan Penerimaan Mahasiswa Baru sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan

Bersama. Barulah pada tahun 2006 Penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB.

Saat mengikuti perkuliahan, Penulis aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa

dalam kabinet Reborn pada tahun kepengurusan 2008-2009. Penulis menjabat

(17)

KATA PENGAN TAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan

keberkahan-Nya. Shalawat dan salam selalu kami panjatkan kepada Nabiyullah Muhammad

SAW.

Karya tulis ini yang berjudul Karakteristik Sifat Fisik, Kimia, dan Organoleptik Sosis Sapi dengan Perendaman da lam Substrat Antimikroba

Lactobacillus sp. (1A5) pada Penyimpanan Suhu Dingin dibuat dalam rangka

memenuhi tugas akhir skripsi, sebagai syarat tanda kelulusan untuk memenuhi gelar

Sarjana Peternakan di Institut Pertanian Bogor, Departemen Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan.

Sosis adalah satu dari berbagai macam produk olahan daging yang digemari

oleh masyarakat banyak. Dalam perkembangannya, sosis menggunakan nitrit sebagai

bahan pengawet dan juga pencerah warna yang ternyata bersifat karsinogenik pada

tubuh manusia. Maka dari itu perlu dicari pengawet alami alternatif untuk

menggantikan nitrit. Bakteri asam laktat Lactobacillus sp. (1A5) diduga dapat

menggantikan nitrit untuk memperpanjang masa simpan sosis. Penyimpanan produk

dalam suhu 4ºC dengan perendaman substrat antimikroba diharapkan mampu

membantu dalam memperpanjang masa simpan sosis.

Besar harapan penulis agar karya tulis ini dapat bermanfaat dan juga dapat

digunakan sebagai penambah ilmu pengetahuan pembacanya. Akhir kata penulis

menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, segala kritik dan saran

sangat diharapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Terimakasih atas perhatiannya.

Bogor, 7 Agustus 2009

(18)

DAFTAR ISI Perubahan Karakteristik Fisik, Kimia, dan Organoleptik

(Selama Penyimpanan Pada Suhu Dingin)……….………….

(19)

METODE ………... Pengawetan Sosis dengan Substrat Anti Mikroba pada

Suhu Dingin………...

Kadar Air pada Sosis Sapi………...

(20)

DAFTAR TABEL

NNomor Halaman

1. Nama Bahan dan Komposisi Pembuatan Adonan Sosis...………. 19

2. Pengaruh Perendaman Substrat Antimikroba dan Lama Masa

Simpan terhadap Nilai pH Sosis………... 26

3. Pengaruh Perendaman Substrat Antimikroba dan Lama Masa

Simpan terhadap Daya Serap Air Sosis..……… 26

4. Pengaruh Perendaman Substrat Antimikroba dan Lama Masa

Simpan terhadap Kekenyalan Sosis.……….. 27

5. Pengaruh Perendaman Substrat Antimikroba dan Lama Masa

Simpan terhadap Aktivitas Air Sosis………..……… 28

6. Pengaruh Perendaman Substrat Antimikroba dan Lama Masa

Simpan terhadap Kadar Air Sosis..……..……….. 29

7. Pengaruh Perendaman Substrat Antimikroba dan Lama Masa

Simpan terhadap Bilangan Peroksida Sosis…..………. 30

8. Nilai Rataan Uji Scoring terhadap Beberapa Kriteria Mutu Sosis Sapi dengan Pengaruh Perendaman Substrat Antimikroba

(21)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Kekenyalan Sosis Pada Lama Masa Simpan 0, 5, dan 10 Hari Serta dengan dan Tanpa Perendaman

Substrat Antimikroba ………. 19

2. Diagram Alir Pembuatan Sosis Daging dengan dan Tanpa

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

NNomor Halaman

1 Format Uji Organoleptik- Uji Scoring………. 41

2 Analisis Ragam Kadar Air Sosis Daging dengan Perendaman Substrat Antimikroba dan Penyimpanan

0, 5,dan 10 Hari………... 42

3 Analisis Ragam Aktivitas Air Sosis Daging dengan Perendaman Substrat Antimikroba dan Penyimpanan

0, 5,dan 10 Hari……….... 42

4 Analisis Ragam Kekenyalan Sosis Daging dengan Perendaman Substrat Antimikroba dan Penyimpanan

0, 5,dan 10 Hari………... 43

5 Analisis Ragam Daya Serap Air Sosis Daging

dengan Perendaman Substrat Antimikroba dan Penyimpanan

0, 5,dan 10 Hari……… 43 6 Uji Lanjut Tukey Daya Serap Air Sosis Daging Terhadap

Penyimpanan 0, 5,dan 10 Hari……… 43

7 Analisis Ragam pH Sosis Daging denganPerendaman

Substrat Antimikroba dan Penyimpanan 0, 5,dan 10 Hari……. 43

8 Tukey pH Sosis Daging Terhadap Penyimpanan 0, 5,dan

10 Hari………. 44

9 Uji Lanjut Tukey pH Sosis Daging Terhadap Pemberian

Substrat Antimikroba……….. 44

10 Analisis Uji Scoring Aroma Sosis Daging dengan

Perendaman Substrat Antimikroba dan Penyimpanan 0, 5,dan

10 Hari……….. 44

11 Uji Lanjut Gibbon dari Uji Skoring Aroma Sosis Daging dengan Perendaman Substrat Antimikroba dan Penyimpanan 0, 5,dan 10

Hari………. 44

12 Analisis Uji Scoring Rasa Sosis Daging dengan Perendaman Substrat Antimikroba dan Penyimpanan

0, 5,dan 10 Hari……… 45

13 Analisis Uji Scoring Warna Sosis Daging dengan

Perendaman Substrat Antimikroba dan Penyimpanan 0, 5,

Dan 10 Hari……….. 45

(23)

0, 5,dan 10 Hari……… 45 15 Analisis Uji Scoring Kekenyalan Sosis Daging dengan

Perendaman Substrat Antimikroba dan Penyimpanan

0, 5,dan 10 Hari……… 45

16 Analisis Uji Scoring Lendir Sosis Daging dengan Perendaman Substrat Antimikroba dan Penyimpanan

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daging adalah semua jaringan hewan termasuk jaringan ikat, epitel, jaringan

saraf, pembuluh darah, dan lemak, termasuk didalamnya hati, ginjal, paru-paru,

jantung, limpa, dan pankreas. Daging dikatakan sebagai sumber protein, vitamin,

dan mineral. Protein daging mempunyai kualitas yang bagus, yaitu mudah dicerna

oleh saluran pencernaan manusia. Daging juga merupakan sumber vitamin B

kompleks yaitu tiamin, riboflavin, niasin, biotin, vitamin B6 dan B12, asam

pantotenat, dan folasin. Kandungan gizi daging membuat bahan pangan ini mudah

sekali busuk, sehingga lama masa simpan produk daging menjadi kendala yang

sangat besar bagi penjual produk daging dalam memasarkannya. Banyak penjual

menggunakan pengawet buatan yang berbahaya bagi tubuh manusia. Contohnya,

seperti yang sudah banyak diedarkan di masyarakat dan tidak sengaja dikonsumsi

oleh manusia. Bahan pengawet ini sangat berbahaya bagi manusia.

Akhir-akhir ini telah diteliti cara memperpanjang masa simpan pada daging

sapi dengan menggunakan pengawet alami, antara lain substrat antimikroba

Lactobacillus sp. (1A5) yang terdiri dari bakteriosin, asam organik, dan hidrogen

peroksida. Bakteriosin mempunyai sifat bakterisidal yaitu mampu menghambat

bakteri lainnya seperti Staphylococcus aureus, Listeria monocytegenes, dan

Clostridium botulinum. Asam organik dapat menurunkan pH, sehingga mikroba

yang tidak tahan terhadap kondisi pH yang relatif rendah akan terhambat. Hidrogen

peroksida memiliki kemampuan untuk mengoksidasi yang dapat menyebabkan

perubahan tetap pada sistem enzim sel mikroba sehingga dapat digunakan sebagai

antimikroba.

Penyimpanan dingin dengan menggunakan refrigerator merupakan salah

satu cara yang dapat dilakukan untuk memperpanjang masa simpan selain dengan

bahan pengawet. Penyimpanan pada suhu dingin dapat mencegah pertumbuhan

mikroorganisme termofilik dan mesofilik. Menurut Soeparno (1994), penyimpanan

pada suhu dingin sebaiknya dibatasi dalam waktu yang relatif singkat, disebabkan

(25)

penyimpanan karena dipengaruhi oleh jumlah mikroba awal yang merupakan faktor

pendukung terhadap lamanya masa simpan atau da ya tahan daging segar atau daging

proses. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisik yaitu pH; daya serap

air; aktivitas air; dan tekstur, sifat kimia yaitu bilangan peroksida dan kadar air, dan

uji organoleptik yaitu warna; aroma; dan rasa, dari waktu penyimpanan yang

dilakukan selama 0, 5, dan 10 hari dalam suhu dingin 4ºC.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik sifat fisik, kimia, dan

organoleptik pada sosis daging sapi dengan perendaman substrat antimikroba dan

(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Daging

Daging adalah semua bagian tubuh hewan yang dapat dimakan termasuk

kedalamnya organ-organ seperti hati dan ginjal, otot, dan jaringan lain. Menurut

Muchtadi dan Sugiyono (1992), daging adalah urat daging (otot) yang melekat pada

kerangka, kecuali urat daging bagian bibir, hidung, dan telinga yang berasal dari

hewan yang sehat waktu dipotong. Daging juga didefinisikan sebagai semua

jaringan hewan dan produk olahannya yang tidak menimbulkan penyakit bagi

manusia (Soeparno, 1994).

Daging terdiri dari tiga komponen utama yakni otot, jaringan ikat, jaringan

lemak yang terdapat pada daging dibedakan menurut lokasinya yaitu lemak bawah

kulit (subkutan), lemak antar otot (intermuskular), lemak dalam otot (intramuskular)

dan lemak dalam sel (intraseluler) (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Protein daging

sendiri dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan kelarutannya, yaitu protein

sarkoplasma, protein miofibril dan protein stroma (Ockerman, 1983).

Protein sarkoplasma berkisar 6% dari berat daging segar dan bersifat larut

dalam air, tidak berperan dalam pembentukan gel dan kemungkinan menganggu

cross-linked miosin selama pembentukan matriks gel serta daya ikat airnya rendah.

Protein miofibril merupakan bagian terbesar dari jaringan yakni sekitar 9,5%, larut

dalam larutan garam, terdiri dari aktin, miosin dan protein regulasi seperti

tropomiosin, troponin, dan aktinin. Protein ini berperan dalam pembentukan gel

terutama fraksi aktomiosin. Miosin mempunyai kemampuan gelasi selama

pemanasan (Suzuki, 1981). Protein stroma berkisar 3% dan tidak larut dalam larutan

garam.

Daging memiliki nilai nutrisi yang tinggi, maka banyak sekali organisme

yang dapat hidup didalamnya. Organisme yang masuk dan hidup didalam daging

dapat menyebabkan daging tersebut tidak menarik karena akan terjadi perubahan

(pembusukan). Organisme yang menyebabkan daging busuk dapat diperoleh melalui

infeksi hewan hidup (penyakit endogenus) atau dengan kontaminasi paskamati

(27)

seperti anthraks, tuberkolosis bovine, dan brucellosis. Infeksi eksogenus terjadi

akibat dari terinfeksinya daging yang akan dikonsumsi oleh bakteri atau fungi.

Sumber dari infeksi eksogenus adalah darah yang keluar pada saat pemotongan,

kulit, tanah yang melekat, isi saluran pencernaan, air, udara, alat yang digunakan

seperti pisau, tong, tempat penyimpanan barang serta kontaminasi dari orang itu

sendiri (Lawrie, 1998).

Secara fisik daging dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu (1)

daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan, (2) daging segar yang dilayukan

dan didinginkan, (3) daging segar yang dilayukan, didinginkan kemudian

dibekukan, (4) daging masak, (5) daging asap, dan (6) daging olahan (Soeparno,

1994).

Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan.

Faktor sebelum pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging adalah genetik,

spesies, bangsa, jenis kelamin, umur, pakan, dan bahan aditif (hormon, antibiotik,

dan mineral) serta keadaan stres. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi

kualitas daging adalah metode pelayuan dan pemasakan, pH, bahan tambahan,

lemak intramuscular (marbling), serta metode penyimpanan dan pengawetan

(Departemen Kesehatan RI, 2005).

Lactobacillus sp.

Lactobacillus sp. merupakan genus terbesar dari kelompok bakteri asam

laktat (BAL). Genus Lactobacillus bersifat gram positif dan tidak membentuk spora,

bersifat anaerob fakultatif, tumbuh optimum pada kisaran suhu 30ºC - 40ºC tapi

dapat tumbuh pada kisaran 5 - 35ºC. Lactobacillus sp. banyak terdapat pada produk

makanan fermentasi atau produk-produk susu fermentasi seperti yoghurt, keju,

yakult, produk fermentasi daging seperti sosis fermentasi, serta produk fermentasi

sayuran seperti pikel dan sauer kraut. Lactobacillus sp. berkontribusi untuk

pengawetan, ketersediaan nutrisi, dan flour pada produk fermentasi tersebut.

Beberapa spesies Lactobacillus sp. dapat digolongkan sebagai bakteri asam laktat

homofermentatif. Bila tergolong homofermentatif maka dapat memfermentasi gula

menjadi campuran asam laktat, asam asetat, alkohol, dan CO2 . Lactobacillus

plantarum sebagai bakteri asam laktat hanya mengubah laktosa menjadi asam laktat.

(28)

homofermentatif. Metabolisme homofermentatif ini hanya menghasilkan asam laktat

sebagai produk akhir yang dapat membuat kondisi lingkungan menjadi lebih asam.

Kondisi lingkungan seperti inilah yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa

bakteri berbahaya. Oleh sebab itu, bakteri Lactobacillus plantarum juga berfungsi

sebagai agen antimikroba (Buckle et al.,1987).

Bakteri asam laktat berbentuk bulat maupun batang, gram positif dan

(dengan sedikit pengecualian) tidak motil secara permanen. Bakteri asam laktat

dapat hidup dengan dan tanpa oksigen, sumber energi terbesarnya untuk tumbuh

adalah fermentasi gula. Bakteri ini mempunyai kapasitas respirasi sangat terbatas

dan oleh karena itu tidak dapat memperoleh ATP dari respirasi (Sta nier et. al.,

1963).

Bakteri asam laktat Lactobacillus sp (1A5) memiliki nilai pH 3,93± 0,05.

Aktivitas asam organik tanpa penambahan buffer pada S. aureus sebanyak

7,08±1,11, S. typhimurium sebanyak 9,25±1,17, dan E. coli sebanyak 12,38±0,74.

Lactobacillus sp (1A5) memiliki daya hambat paling besar dibandingan dengan

isolat lainnya. Rataan diameter zona hambat yang terbentuk dari substrat

antimikroba 1A5 mempunyai penghambatan yang paling baik terhadap ketiga

bakteri patogen dan memiliki nilai asam tertitrasi cukup tinggi yang berbanding

lurus terhadap nilai pH yaitu 0,57 % (Permanasari, 2009).

Antimikroba

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Beberapa kelompok senyawa kimia utama yang

bersifat antimikrobial adalah fenol dan senyawa fenolik, alkohol, halogen, logam

berat dan senyawanya, zat warna, deterjen, senyawa amonium kuartener, asam dan

basa, dan gas khemo sterilen. Mekanisme penghambatan pertumbuhan mikroba oleh

senyawa antimikroba antara lain (1) perusakan dinding sel sehingga mengakibatkan

lisis atau menghambat pembentukan dinding sel pada sel yang sedang tumbuh, (2)

mengubah permeabilitas membran sitoplasma yang menyebabkan kebocoran nutrien

di dalam sel, (3) denaturasi protein sel, dan (4) perusakan sistem metabolisme dalam

sel dengan cara menghambat kerja enzim intraseluler (Pelczar et al., 1979).

(29)

(membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal

(membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang) dan

germisidal (menghambat germinasi spora bakteri). Kemampuan suatu zat

antimikroba dalam menghambat pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh berbagai

faktor, antara lain (1) konsentrasi zat pengawet, (2) waktu penyimpanan, (3) suhu

lingkungan, (4) sifat-sifat mikroba (jenis konsentrasi, umur dan keadaan mikroba),

dan (5) sifat-sifat fisik dan kimia makanan termasuk kadar air, pH, jenis dan jumlah

senyawa didalamnya.

Menurut Fardiaz (1992), makanan mungkin mengandung komponen yang

dapat menghambat pertumbuhan jasad renik. Komponen antimikroba tersebut

terdapat didalam makanan melalui berbagai cara, yaitu : (1) terdapat secara ilmiah

didalam bahan pangan, (2) ditambahkan dengan senga ja kedalam makanan, dan (3)

terbentuk selama pengolahan atau oleh jasad renik yang tumbuh selama fermentasi

makanan. Zat-zat yang digunakan sebagai antimikroba harus mempunyai beberapa

kriteria ideal antara lain tidak bersifat racun bagi bahan pangan, ekonomis, tidak

menyebabkan perubahan cita rasa dan aroma makanan, tidak mengalami penurunan

aktivitas karena adanya komponen makanan, tidak menyebabkan timbulnya galur

resisten dan sebaiknya membunuh daripada hanya menghambat pertumbuhan

mikroba (Frazier dan Westhoff, 1988).

Bakteriosin

Bakteriosin adalah salah satu kategori substansi yang diproduksi oleh bakteri

yang dapat menghambat bakteri lain yang merugikan. Selain bakteriosin, ada juga

senyawa litik, enzim dan produk metabolisme seperti hidrogen peroksida dan

diacetil. Bakteriosin disintesis oleh bakteri asam laktat yang berhubungan dengan

asam organik. Bakteriosin sering dihubungkan dengan senyawa antimikroba berupa

protein yang mudah terdegradasi oleh enzim proteolitik dan mampu menghambat

pertumbuhan mikroba spesies lain yang biasanya berkerabat dekat dengan spesies

penghasil strain (Jack et al., 1995). Substansi ini diproduksi oleh beberapa strain

termasuk didalamnya adalah bakteri asam laktat (BAL) (Gorris dan Bennik, 1994).

Bakteri ini mempunyai sifat bakterisidal yaitu mampu menghambat bakteri lainnya

seperti Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes, dan Clostridium botulinum.

(30)

kesehatan, aktif pada konsentrasi rend ah dan pada bakteri asam laktat biasanya

digunakan sebagai biopreservatif makanan (Vuyst dan Vandamme, 1993).

Asam Organik

Terbentuknya asam laktat dan asam organik oleh bakteri asam laktat dapat

menyebabkan penurunan pH. Akibatnya mikroba yang tidak taha n terhadap kondisi

pH yang relatif rendah akan terhambat (Fardiaz, 1982). Jenie (1996) menyatakan

bahwa akumulasi produk akhir asam yang rendah pH- nya menghasilkan

penghambatan yang luas baik terhadap gram positif maupun gram negatif.

Efek penghambatan dari asam organik terutama berhubungan dengan jumlah

asam yang tidak terdisosiasi. Asam yang tidak terdisosiasi dapat berdifusi secara

pasif kedalam membran sel. Asam didalam sel tersebut membelah menjadi proton

dan anion sehingga mempengaruhi pH didalamnya (Rini, 1995).

Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan oksidator, bleaching agent dan anti

bakteri. Hidrogen peroksida murni tidak berwarna, berbentuk cairan seperti sirup

dan memiliki bau yang menusuk. Kemampuan H2O2 untuk mengoksidasi

menyebabkan perubahan tetap pada sistem enzim sel mikroba sehingga digunakan

sebagai antimikroba. Fungsi H2O2 sebagai antimikroba tergantung pada kemampuan

oksidatifnya. Kemampuan bakterisidal dari H2O2 beragam, tergantung pH,

konsentrasi, suhu, waktu dan tipe serta jumlah mikroorganisme. Pada kondisi

tertentu, spora bakteri ditemukan paling resisten terhadap H2O2, diikuti dengan

bakteri gram positif. Bakteri yang paling sensitif terhadap H2O2 adalah bakteri gram

negatif, terutama koliform. Selain itu, senyawa ini juga dapat terdekomposisi

menjadi air dan oksigen. Pada suhu ruang, dekomposisi H2O2 berjalan lambat.

Perubahan kondisi lingkungan seperti pH dan suhu mempengaruhi kecepatan

dekomposisi H2O2 terdekomposisi. Kenaikan suhu menyebabkan keefisienannya

juga semakin meningkat (Branen et al.,1990).

Sosis

Sosis adalah tipe produk sapi kominusi yang unik dan biasanya diberi

tambahan bumbu atau rempah untuk menambahkan intesitas rasa dan profilnya.

(31)

daging yang berkualitas rendah seperti daging sisa pembersihan lemak, daging di

kepala dan pundak, dan hasil sampingan yang masih layak untuk dimakan.

Kenyamanan dan variasi adalah alasan penting lain mengapa sosis dikonsumsi luas

di kalangan masyarakat modern. Berdasarkan pada karakteristik produk dan

spesifikasi metode pengolahan yang digunakan, sosis dapat diklasifikasi menjadi

tiga kelompok utama: sosis segar, sosis curing, dan sosis fermentasi. Secara teknik,

pembuatan sosis terdiri dari beberapa langkah, yaitu kominusi untuk mengurangi

ukuran lemak dan daging (pemotongan, penggilingan dan pencacahan),

pencampuran dengan bahan lain, pemasukan adonan kedalam selongsong,

pengikatan sosis hingga dicapai panjang yang diinginkan, dan terakhir adalah

pengemasan. (Youling dan William, 2000). Komponen daging yang sangat penting

dalam pembuatan sosis adalah protein. Protein daging berperan dalam peningkatan

hancuran daging selama pemasakan sehingga membentuk struktur produk yang

kompak. Peran protein yang lain adalah pembentukan emulsi daging, yaitu protein

yang berfungsi sebagai zat pengemulsi lemak (Kramlich ,1971)

Bahan-bahan Pe mbuatan Sosis

Bahan baku pembuatan sosis umumnya terdiri dari bahan utama dan bahan

tambahan. Bahan utama terdiri dari daging, lemak atau minyak, es dan garam.

Bahan tambahan terdiri dari bahan pengisi, bahan pengikat, bumbu-bumbu dan

bahan makanan lain yang diizinkan (Ridwanto, 2003).

Daging

Daging yang umumnya digunakan untuk pembuatan sosis adalah daging

yang nilai ekonomisnya kurang, namun harus daging yang masih segar dan tidak

banyak mengandung mikroba misalnya daging skeletal, daging leher, daging rusuk,

daging dada dan daging tetelan (Soeparno, 1994). Daging yang digunakan untuk

pembuatan sosis sebaiknya daging pre rigor, yaitu daging dengan pH sekitar

6,2-6,8 karena pH tersebut protein daging masih belum terlalu banyak yang

terdenaturasi sehingga daya mengikat airnya masih bagus (Xiong dan Mikel, 2001).

Lemak atau Minyak

Lemak atau minyak dalam pembuatan sosis berfungsi untuk memberikan

(32)

dihasilkan (Pearson dan Tauber, 1973). Penggunaan lemak cair akan menghasilkan

emulsi yang kurang stabil bila dibandingkan dengan lemak hewan. Hal ini karena

lemak cair mudah membentuk coalescence yaitu bergabungnya butiran-butiran

lemak kecil menjadi butiran besar atau globula. Bentuk globula akan lebih sulit

terselubungi dalam pembentukan emulsi sehingga emulsi yang terbentuk mudah

pecah yang berakibat pada keluarnya minyak selama proses pemasakan sosis

(Smith, 2001).

Es

Es atau air es merupakan salah satu bahan yang sangat diperlukan pada

pembuatan sosis. Jumlah air yang umumnya ditambahkan dalam pembuatan sosis

adalah 20%-30% dari berat daging dan umumnya air yang ditambahkan dalam

bentuk es (Aberle et al., 2001). Menurut Kramlich (1971), penambahan air dalam

bentuk es bertujuan untuk dapat melarutkan garam serta mendistribusikannya secara

merata keseluruh bagian massa daging, memudahkan ekstraksi protein daging,

membantu pembentukan emulsi dan mempertahankan suhu daging agar tetap rendah

selama penggilingan dan pembentukan adonan.

Garam

Garam merupakan bahan tambahan bukan daging yang paling penting dalam

proses pembuatan sosis, garam mempunyai peranan sebagai pemberi rasa, pengawet

dan melarutkan protein myofibril, garam akan menyelimuti lemak dan mengikat air

sehingga akan terbentuk emulsi yang stabil. Konsentrasi garam yang digunakan

dalam berbagai produk sosis bervariasi tergantung asal pembuatan sosis ters ebut,

biasanya untuk sosis segar 1,5 -2% (Rust, 1987). Menurut Savic (1985), jumlah

garam yang ditambahkan tergantung pada jenis sosis terutama kadar lemaknya,

biasanya berkisar antara 1,8-2,2%.

Sodium Trifosfat (STPP)

Fungsi fosfat adalah untuk meningkatkan daya mengikat air oleh protein

daging, mereduksi pengerutan daging dan menghambat ketengikan. Jumlah

penambahan fosfat dalam curing tidak boleh lebih dari 5% dan produk akhir harus

mengandung fosfat kurang dari 0.5 % (Soeparno,1994). Menurut Wilson et al.

(33)

rata-rata 0.3 %. Tujuan utama penambahan fosfat yaitu untuk mengurangi kehilangan

lemak dan air selama pemasakan, pengalengan, atau penggorengan. Fosfat yang

digunakan dalam sistem pangan menampilkan fungsi- fungsi kimia yaitu mengontrol

pH, meningkatkan kekuatan ionik dan memisahkan ion logam. Fungsi- fungsi

tersebut dipakai dalam produk daging untuk meningkatkan daya mengikat air,

emulsifikasi dan memperlambat oksidasi.

Bumbu-bumbu

Bumbu adalah suatu substansi tumbuhan organik yang telah dikeringkan dan

biasanya sudah dalam bentuk serbuk (Rust, 1987). Bumbu merupakan senyawa

nabati yang dapat dimakan. Penambahan bumbu pada pembuatan sosis terutama

ditujukan untuk menambah atau meningkatkan cita rasa (Soeparno, 1994). Menurut

Aberle et al. (2001), fungsi bumbu yaitu sebagai pemberi cita rasa, penambah

karakteristik warna atau pola tekstur serta sebagai agen antioksidan. Savic (1985)

menyatakan jumlah bumbu yang ditambahkan dalam campuran sosis bervariasi dari

0,7-2% atau lebih.

Bawang Putih

Bawang putih merupakan bahan alami yang biasa ditambahkan kedalam

bahan makanan sehingga diperoleh aroma yang khas guna meningkatkan selera.

Bawang putih dapat dipakai sebagai pengawet karena bersifat bakteriostatik yang

disebabkan oleh adanya zat aktif allicin yang sangat efektif terhadap bakteri.

Minyak atsiri bawang putih bersifat antibakteri dan antiseptik. Selain itu, dalam

bawang putih terdapat scordinin, yaitu senyawa komplek thioglisidin yang bersifat

antioksidan (Palungkun dan Budhiarti, 1995). Komposisi kimia bawang putih bubuk

per 100 g terdiri dari 6,5 g air, protein 16,8 g, lemak 0,4 g, abu 3,3 g dan karbohidrat

77,6 g (Farell, 1990).

Lada

Lada memproduksi beberapa komponen antara lain terpen, hidrat

a-felandren, dipenten, dan beta-kariofilin. Lada pada konsentrasi lebih dari 3% dapat

menghambat pertumbuhan Listeria monocytogenes (Ting dan Diebel, 1992).

Komposisi kimia pada lada putih per 100 g terdiri dari 11,4 g air, protein 10,4 g,

(34)

Pala

Pala (Imyrtistica fragans houtt) sebagai bumbu dihasilkan dari biji pala yang

mengandung fixed oil yang terdiri atas trimyristin, gliceril ester dari asam-asam

palmitat, oleat dan linoleat dari fraksi yang tidak tersaponifikasi seperti mysristicin.

Komposisi kimia pala bubuk per 100 g erdiri dari 8,2 g air, protein 6,7 g, lemak 32,4

g, abu 2,2 g, dan karbohidrat 50,5 g (Farell, 1990).

Bahan Pengikat dan Pengisi

Tujuan penambahan dari bahan-bahan ini adalah untuk meningkatkan

stabilitas emulsi, meningkatkan daya mengikat air produk daging, meningkatkan

citarasa, mengurangi pengerutan produk selama pemasakan, menigkatkan

karakteristik irisan produk dan mengurangi biaya formulasi bahan (Soeparno, 1994).

Manurut Kramlich (1971), bahan pengikat dan bahan pengisi dapat dibedakan

berdasarkan kandungan protein dan karbohidratnya. Bahan pengikat mengandung

protein yang lebih tinggi sehingga dapat membantu meningkatkan emulsifikasi

lemak, sedangkan bahan pengisi umumnya hanya terdiri dari karbohidrat dan hanya

sedikit mempengaruhi emulsifikasi lemak.

Pemilihan bahan pengikat dan bahan pengisi yang akan digunakan harus

memiliki daya serap air yang baik, memiliki rasa yang enak, memberikan warna

yang menarik, dan harganya murah. Susu skim dapat digunakan sebagai bahan

menambah nilai gizi sosis (Wilson et al., 1981). Menurut Ockerman (1983),

komposisi susu skim terdiri dari kadar air 3,0%, protein 38,0%, lemak 1,0%, abu

7,0% dan karbohidrat 51%.

Salah satu bahan pengisi yang sering digunakan dalam pengolahan daging

adalah tepung tapioka. Tapioka merupakan sumber karbohidrat yang cukup tinggi

dengan kandungan karbohidrat 86,9 g dalam 100 g bahan. Komposisi utama tapioka

adalah kadar air 12,0% bahan basah, kadar protein 0,15% bahan kering, lemak 0,3%

bahan kering, dan abu 0,3% bahan kering (Direktorat Gizi, 1995).

Selongsong

Selongsong atau casing sosis terdapat dalam dua macam, yaitu selongsong

alami dan buatan. Selongsong alami berasal dari saluran pencernaan ternak seperti

(35)

mikroorganisme, sehingga perlu dilakukan penggaraman yang diikuti dengan

pembilasan (Hui et al.,2001). Menurut Kramlich (1971), ada lima macam

selongsong yang biasa digunakan dalam pembuatan sosis, yaitu: 1) selongsong yang

terbuat dari usus hewan, 2) selongsong yang terbuat dari kolagen, 3) selongsong

yang terbuat dari selulosa,4) selongsong yang terbuat dari plastik, 5) selongsong

yang terbuat dari logam.

Penyimpanan pada Suhu Dingin

Menurut Winarno (1997), pendinginan adalah penyimpanan bahan pangan

diatas suhu pembekuan yaitu 2-10˚C. Pendinginan yang biasa dilakukan dalam

lemari es umumnya mencapai 4-8˚C. Penyimpanan daging pada suhu dingin dapat

memperpanjang daya tahan daging karena pada suhu dingin aktivitas

mikroorganisme dapat dihambat dan ditekan.

Tujuan penyimpanan dingin atau pendinginan adalah mencegah kerusakan

tanpa mengakibatkan perubahan yang tidak diinginkan. Penyimpanan pada suhu

dingin dapat mempertahankan komoditas dalam kondisi yang dapat diterima dan

dikonsumsi selama mungkin oleh konsumen. Penyimpanan dingin dapat mencegah

pertumbuhan mikroorganisme termofilik dan mesofilik. Beberapa jenis

mikoorganisme psikrofilik dapat menyebabkan pembus ukan, tetapi jenis ini tidak

bersifat patogen (Fellows, 1990).

Penyimpanan pada suhu dingin mempunyai pengaruh yang kecil terhadap

cita rasa, warna, tekstur, nilai gizi, bentuk dan penampakan bahan pangan, namun

perlu mengikuti prosedur standar dengan la ma penyimpanan tertentu (Daulay,

1988). Masa simpan bahan pangan perishable seperti daging dan ikan mentah pada suhu 5,5˚C adalah kurang dari satu minggu. Sosis mempunyai masa lama simpan yang berbeda-beda, tergantung dari cara pengolahannya. Sosis mentah harus

disimpan dalam refrigerator dengan kemasan utuh, dapat disimpan dalam waktu

tiga hari atau simpan beku, dan masak sempurna sebelum dikonsumsi. Sosis masak

dapat disimpan dalam refrigerator selama tujuh hari setelah kemasan dibuka, atau

simpan beku. Sosis kering dapat disimpan pada suhu ruang sampai tiga minggu.

Sosis semi kering dapat bertahan hingga tiga minggu (kemasan utuh) dengan

penyimpanan dalam refrigerator. Jika kemasan sudah terbuka, simpan dalam

(36)

Perubahan Karakte ristik Fisik, Kimia, dan Organoleptik ( Selama Penyimpanan pada Suhu Dingin)

Penyimpanan bahan baku pangan dalam refrigerator selain dapat

memperpanjang masa simpan, ternyata juga dapat merusak bahan baku itu sendiri.

Kerusakan bahan baku dapat dilihat dari beberapa karakteris tik yaitu sifat fisik,

kimia, dan organoleptik.

Perubahan Sifat Fisik

Perubahan sifat fisik adalah perubahan yang dapat dilihat dengan mata

telanjang atau tidak menggunakan bantuan bahan kimia. Menurut penelitian Ruban

(2008), perubahan sifat fisik pada sosis dengan perlakuan penambahan tepung

kentang dan tepung tapioka pada penyimpanan suhu dingin terdapat pada nilai pH

sosis babi. Nilai pH sosis semakin lama semakin meningkat seiring dengan lamanya

penyimpanan sosis didalam lemari pendingin, perlakuan yang diberikan, serta

interaksi diantara keduanya. Menurut Reddy et. al. (1995), peningkatan nilai pH

diakibatkan peningkatan substansi dasar volatile yaitu ammonia karena kativitas

bakteri.

Perubahan sifat fisik selama penyimpanan pada suhu dingin juga dapat

terlihat dari kemampuan daya mengikat air daging. Menurut penelitian Banani et al.

(2006), seiring dengan lama penyimpanan dalam refrigerator, kemampuan daya

mengikat air oleh organ (otot bisep femur, jantung, ginjal, dan hati) daging kambing

semakin lama semakin menurun. Penurunan daya mengikat air oleh jantung, ginjal,

dan hati terlihat signifikan pada hari kelima penyimpanan pada suhu dingin.

Penurunan daya mengikat air pada otot bisep femur terlihat signifikan pada hari

ke-15.

Aktivitas air pada bahan pangan selama proses penyimpanan banyak

dipengaruhi oleh bahan pengawet yang digunakan. Menurut penelitian Khuntia et al.

(1993), ikan bandeng dengan perlakuan berbagai bahan pengawet (sodium benzoat,

potassium sorbat dan sodium dihidrogen phosphat), kadar airnya meningkat selama

masa simpan 119 hari pada suhu dingin.

Perubahan Sifat Kimia

(37)

penyimpanan pada suhu dingin. Menurut penelitian Pathir et al. (2009), terdapat

perubahan tingkat keasaman pada ikan fillet yang disimpan selama 84 hari pada

suhu dingin. Tingkat keasaman meningkat seiring dengan lamanya penyimpanan.

Faktor yang mempengaruhi tingkat keasaman ini antara lain adalah spesies ikan

yang dipakai dan banyaknya lemak yang terkandung dalam ikan tersebut.

Total volatile basic nitrogen (TVB-N) pada bahan pangan dapat berubah

seiring dengan lama penyimpanan pada suhu dingin. Menurut penelitian Pathir et al.

(2009), nilai TVB-N pada ikan fillet meningkat secara konstan seiring dengan lama

simpan 84 hari mencapai 11,41-19,12 mg/100g. Nilai TVB-N yang baik pada

sebuah bahan pangan ialah dibawah 32-40 mg/100g. Penggunaan bahan pengawet

(potasium sorbat dan kombinasi garam) dapat menekan nilai TVB-N dan

meminimalisir aktivitas mikroba.

Perubahan Sifat Organoleptik

Lama masa simpan bahan makanan dalam refrigerator dapat mempengaruhi

sifat sensori atau organoleptik bahan makanan tersebut. Menurut Ogunbowo dan

Okanlawon (2006), semakin panjang masa simpan bahan makanan dalam

refrigerator, maka semakin menurun daya terima sensori (bau dan penampilan

umum) bahan makanan dengan atau tanpa perlakuan apapun. Pada penelitiannya,

hasil organoleptik terbaik adalah daging ayam tanpa perlakuan yang disimpan

selama nol hari dibandingkan daging ayam dengan perlakuan pada waktu yang

sama. Perubahan daya terima (bau) mulai terlihat pada lama penyimpanan hari ke 14

dan 21.

Perubahan sifat organoleptik juga dilihat pada perubahan warna, rasa, dan

tekstur bahan makanan. Pada penelitian Bana ni et al. (2006), perubahan warna pada

organ kambing (ginjal, hati, jantung, dan otot bisep femuris) yang diteliti berubah

pada penyimpanan suhu dingin hari ke-5 dan ke-10. Semakin lama masa simpan

dalam refrigerator, warna merah pada organ kambing semakin menurun

intensitasnya. Bahkan diakhir penyimpanan terbentuk lendir berwarna

kehijau-hijauan pada organ hati tanpa perlakuan.

Selama proses penyimpanan dalam lemari pendingin, penurunan intensitas

rasa daging organ berubah secara signifikan. Secara keseluruhan intensitas rasa

(38)

rasa ini ditunjukkan dengan timbulnya rasa asam pada organ kambing (Banani et

al.2006).

Seiring dengan lama penyimpanan pada suhu dingin, nilai tekstur daging

akan meningkat, walaupun nilai daging kontrol lebih baik daripada daging dengan

perlakuan. Nilai tekstur pada otot bisep femuris tidak berbeda nyata terhadap lama

penyimpanan pada suhu dingin (Banani et. al.2006).

Kekenyalan pada bahan makanan juga dapat berubah pada penyimpanan

suhu dingin. Menurut Gedikoglu (2008) pada penelitiannya, bologna siap santap

dengan perlakuan penambahan antimikroba yang disimpan selama 112 hari pada

penyimpanan suhu dingin bersifat berbeda nyata terhadap kekenyalannya dengan

(39)

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2008 sampai Maret 2009.

Lokasi penelitian dilakukan di Bagian Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Be sar,

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Bogor

dan Laboratorium PAU, Institut Pertanian Bogor.

Materi Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging sapi (200

gram), substrat antimikroba (200 ml),MRSB, yeast ekstrak, lemak daging (15%),

minyak (5%), susu skim bubuk (15%), tepung tapioka (25%), garam (3,5%), STPP

(0,5%), es (40%), bawang putih (2%), merica (0,5%), jahe(0,5%), pala (0,2%),

penyedap (2,5%), dan selongsong sosis nonedible. Bahan yang digunakan untuk uji

fisik dan kimia adalah buffer standar pH 4 dan 7, aquades, NaCl , KI, dan 0,1 N Na2S2O3.

Alat

Alat yang digunakan untuk membuat sosis adalah thermometer bimetal, food

processor, kompor, stuffer, refrigerator, panci, dan benang. Alat untuk membuat

substrat adalah autoclave, sentrifuse, spoid, tabung corning,vortex, plastik steril,

tabung reaksi, milipore, dan inkubator. Alat untuk uji fisik dan kimia adalah lemari

pendingin, pH meter, timbangan analitik, tanur, Stevens L.F.R.A texture Analyzer

TA1000-1000 GX 1 G, blender, Aw meter, erlenmeyer, oven, desikator, dancawan.

Rancangan

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan

Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu lama

penyimpanan 0,5, dan 10 hari pada suhu dingin 4ºC dan pemberian substrat anti

mikroba 100% serta tanpa pemberian substrat antimikroba (0%) sebagai kontrol

dengan menggunakan tiga kali ulangan. Jika hasil berbeda nyata maka dilanjutkan

dengan uji Tukey.

(40)

Yijk = µ + Ci + Pj + CPij + € ijk

Keterangan:

Yijk = Variabel respon akibat pengaruh substrat antimikroba

ke-i dan lama penyimpanan ke-j pada ulangan ke-k.

µ = Nilai tengah umum

Ci = Pengaruh substrat antimikroba ke-i terhadap kualitas

sosis; i= 2, 3

Pj = Pengaruh lama penyimpanan ke-j terhadap kualitas

sosis; j= 1, 2, 3

Cpij = Pengaruh interaksi antara substrat antimikroba ke-i

dengan lama penyimpanan ke-j.

€ijk = Pengaruh galat percobaan pada unit percobaan ke-k dalam kombinasi perlakuan ke- ij; k= 1, 2, 3

Analisis Data

Uji organoleptik dilakukan dengan uji hedonik untuk melihat tingkat

kesukaan konsumen. Hasil penilaian oganoleptik dianalisis dengan metode non

parametrik sesuai petunjuk Kruskal Wallis. Apabila hasilnya berbeda nyata maka

dilanjutkan dengan uji yang dikembangkan oleh Gibbons (1975). Pengujian

parameter rasa, hanya dilakukan pada penyimpanan hari ke-0 saja, sehingga

perlakuan yang dibahas hanya perlakuan perendaman substrat antimikroba dengan

kontrol.

Rumus Gibbons : |Ri – Rj| ≤ [K (N+1)/6]0.05

Jika |Ri – Rj| lebih besar dari Z [K(N+1)/6]0.05, maka perbedaan Ri dan Rj

adalah nyata pada taraf α.

Keterangan : K = jumlah level dalam perlakuan (1, 2, 3,…, 6)

N = jumlah total data (jumlah panelis x jumlah sampel)

Ri = jumlah peringkat dalam contoh ke- i

Rj = jumlah peringkat dalam contoh ke-j

(41)

Peubah

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah sifat fisik, kimia, dan

organoleptik.

Sifat Fisik

Peubah yang diamati pada sifat fisik pengemasan sosis ini adalah pH, daya

serap air, tekstur, dan aktivitas air.

pH (AOAC, 1995). Pengukuran nilai pH dilakukan dengan alat pH meter. Sebelum digunakan, alat dikalibrasi dengan buffer pH 4 dan pH 7. Sebanyak 5g contoh di

haluskan, ditambahkan aquades sebanyak 45ml untuk membasahi dan diaduk hingga

rata. Nilai pH diukur dengan menempatkan elektroda pada sampel dan nilai pH

dilihat pada layar.

Daya Serap Air (Fardiaz et al, 1992). Mula- mula sosis dihaluskan dengan menggunakan blender. Sosis yang sudah halus ditimbang sebanyak 1g lalu

dimasukkan kedalam tabung corning. Sebanyak 10ml aquades ditambahkan kedalam

tabung. Tabung corning dihomogenisasi dengan menggunakan vorteks. Tabung

didiamkan selama 30 menit dan dimasukkan kedalam lemari pendingin. Setelah 30

menit tabung disentrifugase selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Setelah

itu ukur jumlah air yang tidak diserap oleh sosis.

Kekenyalan (M uhibiddin, 2007). Sosis dalam cawan aluminium, kemudian dilakukan pengukuran tekstur menggunakan Stevens L.F.R.A texture Analyzer

TA1000-1000 GX 1 G. Kondisi pengukuran yang digunakan adalah sebagai berikut:

Jarak 50 mm, dan kecepatan probe 0,5 mm/detik, kecepatan kertas grafik 30

mm/menit. Dari hasil pengukuran ini akan diperoleh kurva yang pada umumnya

berbentuk seperti gambar 1. Data yang diperoleh diinterpretasikan sebagai kekuatan

pecah, titik pecah, dan rigiditas gel. Menurut Angalet (1986), kekuatan pecah

merupakan besarnya kekuatan (g/cm2) yang diperlukan untuk memecah sosis,

(42)

Gambar 1. Grafik Kekenyalan Sosis Pada Lama Masa Simpan 0, 5, dan 10

Hari serta Dengan dan Tanpa Perendaman Substrat Antimikroba

Kekenyalan yang sudah terukur dalam kurva akan terbentuk seperti gambar

1, kemudian panjang kurva puncak yang paling tinggi dan puncak yang paling

rendah diukur dengan menggunakan jangka sorong. Kedua pengukuran ini

kemudian kita masukkan kedalam rumus yaitu:

Kekenyalan = x 100%

Keterangan:

Pig 1 = Pan jang Gra fik Terendah

Pig 2 = Pan jang Gra fik Tertinggi

Aktivitas Air (aw) (AOAC, 1995). Pengukuran aw dilakukan dengan menggunakan

aw meter merk Shibaura W A- 360. Alat dikalibrasi terlebih dahulu dengan

menggunakan larutan NaCl jenuh pada kertas saring dan diletakkan pada cawan,

kemudian nilai aw diset sampai dengan 0,750 g. Sampel dipotong dengan ketebalan

kira-kira 0,2 cm dan diletakkan dalam cawan pengukur. Setelah ditutup dan dikunci,

alat dijalankan sampai menunjukkan tanda Completed, nilai aw dapat dibaca.

Sifat Kimia

Sifat kimia produk olahan daging akan menentukan kualitasnya. Sifat kimia

(43)

Kadar Air (AOAC, 1984). Mula- mula cawan kosong dikeringkan didalam oven pada suhu 105ºC selama 15 menit dan didinginkan didalam desikator, kemudian

ditimbang. Sebanyak lima gram sampel dimasukkan dalam cawan yang telah

ditimbang dan selanjutnya dikeringkan dalam oven bersuhu 105ºC selama enam

jam. Cawan yang berisi sampel yang telah dikeringkan selanjutnya dipindahkan ke

dalam desikator, didinginkan kemudian ditimbang. Pengeringan dilakukan sampai

diperoleh berat konstan. Perhitungan kadar air sebagai persen berat basah adalah:

Kadar air (%bb) = x 100 %

Bilangan Peroksida (Apriyantono, 1989). Pertama-tama sebanyak 5,00g ± 0,005 g contoh ditimbang dalam erlenmeyer 250 ml bertutup dan ditambahkan 30 ml larutan

asam asetat-khloroform ( 3 : 2 ). Larutan digoyang sampai bahan terlarut semua.

Sebanyak 0,5 ml larutan jenuh KI ditambahkan. Larutan didiamkan selama satu

menit dengan kadangkala digoyangkan kemudian ditambahkan sebanyak 30 ml

aquades. Sampel dititrasi dengan 0,1N Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang.

Kemudian ditambahkan 0,5 ml larutan pati 1%. Titrasi dilanjutkan sampai terlihat

warna biru hampir hilang. Angka peroksida dinyatakan dalam miliequivalen dari

peroksida dalam setiap 1000 g contoh. Bilangan peroksida dapat diketahui dengan

rumus:

Bilangan Peroksida =

Organoleptik

Penilaian dengan indera disebut juga penilaian organoleptik atau penilaian

sensorik. Penginderaan adalah proses pengenalan atau kesadaran akan sifat-sifat

benda atau komoditi karena alat tubuh indera mendapat rangsangan dari

benda-benda tersebut. Meilgaard et al. (1999) menyatakan bahwa rangsangan terhadap

suatu bahan pangan bisa berupa penampakan, aroma, tekstur, dan flavor.

Mekanisme pengambilan rangsangan dapat dilakukan dengan cara mencium,

menyentuh, melihat, dan mendengar dengan menggunakan panca indera. Pada uji

organoleptik ini yang diukur adalah rasa, warna, aroma, tekstur, dan lendir.

Penelitian kali ini menggunakan 30 orang panelis. Kriteria yang diamati

(44)

(1 skor terendah dan 5 skor tertinggi). Formulir uji skoring dapat dilihat pada

Lampiran 1.

Prosedur

Penelitian ini dilaksanakan dengan dua tahap yaitu penelitian pendahuluan

dan penelitian utama, dengan prosedur sebagai berikut:

Pembiakan Kultur 1A5

Bakteri asam laktat (BAL) yang digunakan dalam penelitian ini adalah

isolate BAL 1A5 dari daging. Kultur BAL yang tersedia dibiakkan dalam de Man

Rogosa Sharpe Broth (MRSB). Kultur kerja yang disiapkan tersebut ditumbuhkan

selama 20 jam pada suhu 37ºC.

Ekstraksi Substrat Antimikroba

Media pertumbuhan bakteri asam laktat berupa MRSB sebanyak 1000 ml

yang ditambahkan dengan yeast extract sebanyak 3% kultur BAL 1A5 ditumbuhkan

pada kedua media yang berbeda tersebut selama 20 jam pada suhu 37ºC (Ogunbowo

et al.,2003). Setelah itu, substrat antimikroba disentrifugasi dengan kecepatan 6000

rpm selama 20 menit pada suhu 4ºC dan menghasilkan cairan bebas sel. Seluruh

cairan disaring steril dengan penyaring milipore 0,22 µm hingga didapatkan substrat

antimikroba (Ogunbowo et al.,2003). Substrat antimikroba yang dihasilkan

digunakan untuk merendam produk.

Perendaman produk dilakukan dengan cara menimbang terlebih dahulu sosis

yang telah dibuat. Substrat antimikroba diukur menggunakan gelas ukur sesuai

dengan berat sosis dengan perbandingan 1:1, setelah diketahui berat sosis yang akan

direndam,. Perendaman dilakukan dengan menggunakan plastik steril didalam ruang

kaca steril, kemudian disealer pada bagian atas plastik. Perendaman dilakukan

selama 30 menit.

Pengawetan Sosis dengan Substrat Antimikroba pada Suhu Dingin

Sosis daging sapi dibuat dari daging sapi segar. Pertama-tama daging, garam,

STPP, dan ½ bagian es digiling dalam food cutter/food processor. Lemak, minyak,

(45)

jadi dimasukkan kedalam selongsong (casing) untuk sosis dengan menggunakan

stuffer. Sosis mentah kemudian direbus selama 45 menit pada suhu 60˚C-70˚C.

Sosis yang sudah direbus sebagian direndam kedalam substrat antimikroba dengan

perbandingan 1:1 (volume substrat : berat sosis) dan sebagian lagi tidak direndam

atau sebagai kontrol. Kemudian sosis dimasukkan dan disimpan kedalam ruang

pendingin atau refrigerator pada suhu 4˚C selama 0, 5, dan 10 hari. Waktu ini

didasarkan bahwa daging segar pada umumnya mempunyai daya simpan selama 48

jam atau dua hari pada suhu tersebut. Diharapkan dengan penambahan bakteriosin

alami ini dapat memperpanjang umur simpannya sampai lebih dari dua hari. Peubah

yang diamati adalah sifat fisik yaitu pH; daya serap air; aktivitas air; dan tekstur,

sifat kimia yaitu bilangan peroksida dan kadar air dan sifat organoleptik.

Tabel 1. Nama Bahan dan Komposisi Pembuatan Adonan Sosis

Bahan yang Digunakan

Komposisi (g)

Bahan yang Digunakan

Komposisi (g)

Daging 400 Bawang putih 8

Tapioka 100 Merica 2

Susu skim 60 Jahe 2

Lemak 60 Pala 0,8

Minyak 20 Es batu 80

STTP 2 Penyedap 10

(46)

Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Sosis Daging dengan dan Tanpa Perendaman Substrat Antimikroba yang Disimpan dalam Suhu Dingin pada Waktu Penyimpanan yang Berbeda.

Daging Sapi 400 gr

Digiling 1

Digiling 2

Pengisian kedalam selongsong (casing)

Perebusan

Sosis daging sapi

Direndam dalam

substrat antimikroba

Tidak direndam dalam substrat antimikroba

(kontrol)

lemak 15%, minyak 5%, dan es batu

20%

-es batu 20%, -tepung tapioca 25%

- susu skim 15%, -bawang putih 2% -STPP 0,5% -garam 3,5% -merica 0,5%, -pala 0,2% - jahe 0,5%.

Dimasukan kedalam refrigeratorpada suhu 4’C selama

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Fisik Sosis Sapi

Nilai pH Sosis Sapi

Substrat antimikroba yang diambil dari bakteri asam laktat dapat

menghasilkan senyawa amonia, hidrogen peroksida, asam organik (Jack et al.,1995)

dan asam laktat (Rostini, 2007). Nilai pH adalah nilai logaritma negatif dari

konsentrasi ion hidrogen [H+]. Ion hidrogen [H+] bertanggungjawab untuk kondisi

asam sedangkan ion hidroksil [OH-] bertanggungjawab untuk kondisi basa

(Winarno, 1997).

Perlakuan perendaman substrat antimikroba berpengaruh sangat nyata

(P<0,01) terhadap nilai pH sosis. Sosis dengan perendaman dalam substrat

antimikroba memiliki pH yang lebih rendah dibanding dengan tanpa perendaman

(kontrol). Nilai pH substrat adalah 4,14. Tingkat asam yang cukup rendah ini karena

Lactibacillus sp. merupakan salah satu kelompok bakteri asam laktat (BAL) yang

mampu melakukan proses biokimia serta menghasilkan asam laktat dan pH yang

rendah. Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah

karbohidrat (glukosa) menjadi asam laktat. Efek bakterisidal dari asam laktat

berkaitan dengan penurunan pH lingkungan menjadi 3- 4,5 sehingga pertumbuhan

bakteri lain termasuk bakteri pembusuk akan terhambat ( Rostini, 2007). Substrat

antimikroba masuk kedalam selongsong dan meresap kedalam sosis, setelah

perendaman dilakukan nilai pH sosis dengan perendaman lebih rendah dibanding

dengan sosis yang tidak mengalami perendaman. Substrat antimikroba meresap

melalui kedua ujung ikatan sosis yang telah dibuka.

Berdasarkan analisa ragam diperoleh hasil bahwa lama simpan berpengaruh

sangat nyata (P<0,01) terhadap pH sosis. Semakin lama penyimpanan, pH sosis

akan semakin meningkat. Peningkatan pH diakibatkan adanya reaksi antara protein

dengan asam dan menghasilkan amonia yang bersifat basa. Akumulasi asam laktat

akan mendegradasi protein yang terdapat dalam sosis, dan degradasi tersebut

menghasilkan ammonia (Madigan dan Martinko, 2006). Peningkatan nilai pH

diakibatkan juga oleh meningkatnya populasi khamir pada sosis. Khamir akan

membentuk alkali sehingga meningkatkan nilai pH, konsentrasi amonia, dan

Gambar

Gambar 1. Grafik Kekenyalan Sosis Pada Lama Masa Simpan 0, 5, dan 10
Tabel 1. Nama Bahan dan Komposisi Pembuatan Adonan Sosis
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Sosis Daging dengan dan Tanpa Perendaman Substrat Antimikroba yang Disimpan dalam Suhu Dingin pada Waktu Penyimpanan yang Berbeda
Tabel 3. Pengaruh Perendaman Substrat Anti Mikroba dan Lama Masa Simpan Terhadap Daya Serap Air Sosis
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat fisik sosis dan mengetahui daya terima sosis asap yang dihasilkan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak

Selama penyimpanan juga terdapat perbedaan yang tidak nyata pada kadar β-karoten dan kimia, namun terdapat perbedaan yang nyata pada sifat fisik dan mutu organoleptik

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba menurut Pelczar dan Chan (1986), McKane dan Kandel (1985), serta Woods dan Church (1999) yaitu : (1) konsentrasi atau

Sifat fisik bakso daging sapi dengan bahan pengenyal dan lama penyimpanan yang berbeda.. Pengaruh penambahan minyak atsiri lengkuas merah (Alpinia purpurata) pada

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat fisik sosis dan mengetahui daya terima sosis asap yang dihasilkan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak

menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap sifat fisik dan organoleptik sosis daging sapi sehingga tepung garut dapat dijadikan alternatif bahan pengisi

Disimpulkan bahwa lama penyimpanan bakso daging kerbau yang diberi substrat antimikroba Pediococcus pentosaceus BAF715 pada suhu dingin dapat meningkatkan nilai pH,

Mutu organoleptik pengaruh lama perendaman dengan asap cair terhadap sifat organoleptik sosis daging ayam yang diamati dalam penelitian yakni warna, aroma, tekstur, cita