• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Ekonomi Ekoturisme Kebun Raya Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai Ekonomi Ekoturisme Kebun Raya Bogor"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Nadya Tanaya Ardianti A07400018

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pada milenium ketiga, salah satu industri utama yang berkembang di dunia adalah kepariwisataan terutama di kawasan Asia Pasifik (Tisdell, 1996). Perkembangan industri kepariwisataan diperlihatkan oleh besarnya nilai kegiatan turisme. World Tourism Organization (WTO, 2000) menyatakan bahwa pada tahun 2000, 698 juta orang berwisata ke negara asing dan menghabiskan AS$ 575 milyar, menjadikan turisme industri penghasil terbesar selain automotif, kimia, minyak dan gas serta bahan pangan. WTO juga menyatakan bahwa turisme adalah salah satu penghasil devisa terbesar bagi 83% negara dan penghasil devisa utama bagi 38% negara di dunia.

Perkembangan industri kepariwisataan ditandai pergeseran orientasi dari pariwisata massal (mass tourism) menuju ke arah pariwisata alternatif (alternative

(3)

Salah satu bentuk pariwisata alternatif adalah ekoturisme atau ekowisata. The Ecotourism Society (TES) mendefinisikan ekoturisme sebagai suatu perjalanan bertanggungjawab ke lingkungan alami yang mendukung konservasi dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Definisi tersebut memperlihatkan konsep integratif antara pariwisata yang mendukung upaya pelestarian lingkungan dengan partisipasi masyarakat baik dalam upaya mengelaborasi alam maupun melestarikannya.

Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dimana kekayaan alam tersebut menempatkan Indonesia pada posisi kedua di dunia setelah Brazil dalam hal keanekaragaman hayati atau biodiversity. Sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi serta didukung oleh kondisi alam dan budaya yang beragam, Indonesia yang memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekoturisme. Potensi ekoturisme yang dimiliki Indonesia dapat berupa keanekaragaman hayati, keindahan bentang alam dan gejala alam serta peninggalan sejarah dan budaya tradisional. Keseluruhan potensi tersebut merupakan sumber daya ekonomi dan sumber plasma nutfah yang bernilai tinggi dan berfungsi sebagai media pendidikan dan pelestarian lingkungan.

(4)

Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 yang menyatakan bahwa pengembangan pariwisata haruslah melalui pendekatan sistem yang utuh terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris dengan menggunakan kriteria ekonomis, teknis, ergonomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan. Tidak hanya dikarenakan konsep ekoturisme sesuai dengan tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia, dukungan pemerintah Indonesia untuk pengembangan ekoturisme juga didasarkan fakta bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pendapatan negara.

Salah satu bentuk kawasan ekoturisme adalah kebun raya. Indonesia memiliki empat kebun raya dengan ciri khasnya masing- masing : Kebun Raya Bogor dan Cibodas di Jawa Barat, Kebun Raya Purwodadi di Jawa Timur dan Kebun Raya Eka Karya di Bedugul, Bali. Keempatnya memiliki koleksi tanaman ya ng penting bagi dunia internasional terlebih mengingat Indonesia adalah daerah asal dari hampir 10% spesies tumbuhan dunia. Jika Kebun Raya Bogor memiliki tanaman khas ekosistem hutan hujan tropis dari seluruh dunia, maka Kebun Raya Cibodas terkenal karena koleksinya yang menakjubkan dari tanaman dataran tinggi sedangkan Kebun Raya Purwodadi memiliki jenis tanaman yang sesuai dengan iklim musim kering hujan yang khas Jawa Timur.

(5)

Raya Bogor merupakan lembaga penelitian dan pelestarian sumber daya hayati yang selama bertahun-tahun terus berkembang. Bagi kota Bogor, KRB merupakan sebuah bagian penting, karena selain memberikan lapangan pekerjaan dan menambah pemasukan pendapatan daerah melalui jasa rekreasi, Kebun Raya Bogor juga banyak memberikan manfaat ekologis yang tidak ternilai sebagai paru-paru kota, regulator iklim setempat, komponen sikus air serta sebagai sumber keanekaragaman hayati.

1.2 Perumusan Masalah

Kebun Raya Bogor mempunyai fungsi utama sebagai taman penelitian dan pendidikan sesuai dengan tugasnya sebagai Pusat Konservasi Tumbuhan. Akan tetapi budaya menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai taman penelitian dan pendidikan masihlah rendah selama ini masyarakat atau pengunjung lebih melihat KRB sebagai taman rekreasi (LIPI,2004). Hal tersebut menjadi masalah, karena pelaksanaan fungsi wisata di KRB tidak hanya memberikan dampak positif seperti memberikan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan daerah namun juga memberikan dampak negatif bagi KRB sebagi sebuah kawasan konservasi.

(6)
(7)

Tabel 1. Dampak Negatif Pelaksanaan Turisme di Kebun Raya Bogor

Dampak Negatif Penyebab

Polusi Suara Kepadatan pengunjung, lalu lintas menuju KRB Polusi Udara Lalu lintas menuju KRB

Pulusi Air Pembungan sampah ke bantaran sungai Ciliwung Masalah Sampah Pengunjung yang tidak membuang sampah pada

tempatnya Perusakan Fasilitas Vandalisme Hilangnya habitat

vegetasi dan satwa liar

Pembangunan fasilitas wisata Erosi tanah Pembangunan fasilitas wisata

Sumber: Diadaptasi dari Tisdel, 1996

Salah satu solusi yang dapat meningkatkan fungsi pendidikan dan penelitian di Kebun Raya Bogor sekaligus meminimalkan dampak negatif wisata adalah pelaksanaan pola wisata ekoturisme. Dengan ekoturisme, diharapkan fungsi pendidkan dan penelitian KRB dapat ditingkatkan dengn tetap memberikan jasa rekreasi bagi masyarakat. Pelaksaan ekoturisme di KRB juga diharapkan dapat meminimalkan dampak negatif wisata yang dapat merusak atau bahkan menghancurkan karakter KRB sebagai sebuah kawasan konservasi.

(8)

diketahui, sebagai dasar dalam penentuan arah dan kebijakan pengelolaan KRB kedepannya.

Sebagai kawasan wisata eko, pengelolaan Kebun Raya Bogor harus lah memenuhi prinsip ekoturisme. Salah satu prinsip ekoturisme menyatakan bahwa seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan ekoturisme haruslah mendapat manfaat, artinya LIPI sebagai pengelola; Pemerintah dan masyarakat kota Bogor serta para pengunjung haruslah mendapat manfaat dari pengelolaan Kebun Raya Bogor sebagai kawasan wisata eko.

(9)

terbatasnya informasi mengenai manfaat ekoturisme itu sendiri. Keterbatasan informasi mengenai ekoturisme disebabkan karena ekoturisme adalah sebuah konsep baru yang tidak memiliki definisi yang diterima secara universal serta tidak tersedianya definisi ekoturisme yang bersifat kuantitatif.

Mengingat bahwa ekoturisme berdenotasi sebagai pariwisata berwawasan lingkungan yang tujuannnya adalah untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran akan lingkungan hidup dan sekaligus diharapkan mampu mewujudkan perilaku ramah lingkungan, maka pengetahuan mengenai pemahaman pengunjung akan nilai ekologis Kebun Raya Bo gor akan sangat dibutuhkan sebagai bahan evaluasi pencapaian tujuan kegiatan ekoturisme di KRB.

Dengan melihat latar belakang di atas, maka penelitian ini akan mengangkat tiga pertanyaan utama, yaitu :

1. Bagaimanakah pencerminan nilai ekonomi ekoturisme Kebun Raya Bogor?

2. Bagaimanakah pemahaman pengunjung akan fungsi ekologis KRB? 3. Faktor – faktor sosial ekonomi apa sajakah yang mempengaruhi

kunjungan ekoturisme ke Kebun Raya Bogor ?

1.3 Tujuan Penelitian

(10)

pelaksanaan ekoturisme di Kebun Raya Bogor yang dapat diperjelas sebagai berikut :

1. Menganalisis nilai ekonomi ekoturisme Kebun Raya Bogor. 2. Menganalisis fungsi ekologis Kebun Raya Bogor.

3. Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke Kebun Raya Bogor.

I.4 Kegunaan Penelitian

1. Bahan masukan untuk Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai pengelola dalam pemformulasian dan implementasi aturan dan kebijakan pengelolaan kegiatan ekoturisme di Kebun Raya Bogor.

2. Bentuk dukungan terhadap upaya konservasi yang dilakukan oleh Kebun Raya Bogor dan para konservasionis yang terkait.

(11)

II.

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Rekreasi

Rekreasi berasal dari kata recreation yang merupakan gabungan 2 kata yaitu re yang artinya kembali dan create yang artinya mencipta atau menghasilkan sehingga rekreasi dapat diartikan sebagai menc iptakan kembali. Adapun makna rekreasi secara bahasa berarti kesukaan atau kesenangan dan berkaitan dengan hal melepaskan lelah.

Salah satu definisi rekreasi dikemukakan oleh Clawson et al (1975) yang menyatakan bahwa rekreasi merupakan kegiatan yang direncanakan dan dilakukan karena seseorang ingin melakukannya adapun menurut Douglas (1970) rekreasi adalah seluruh aktivitas yang menyegarkan atau nyaman untuk bersenang-senang atau bermain. Sebagai sebuah kegiatan, Pangemanan (1993) menyatakan bahwa rekreasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu:

1. Aktivitas rekreasi tidak mempunyai bentuk tertentu. 2. Aktivitas rekreasi bersifat luwes.

3. Aktivitas rekrasi dapat dilakukan oleh individu ataupun sekelompok orang.

4. Aktivitas rekreasi bersifat universal.

(12)

tidak dibatasi oleh suatu bangunan atau dengan kata lain merupakan rekreasi yang dilakukan di alam terbuka.

2.2. Turisme

Turisme atau wisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud untuk bertamasya dan memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 2001 dalam Wijayanti, 2003) sedangkan menurut Wahab (1990), wisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar untuk mencapai kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda. Adapun menurut Undang-Undang Kepariwisataan (1990), wisata didefinisikan sebaga i kegiatan perjalanan atau sebagian kegiatan perjalanan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait didalamnya sedangkan pariwisata didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk didalamnya pengusahaan obyek dan daya tarik wisata.

Ada empat kriteria suatu perjalanan dapat dikatakan sebagai perjalanan wisata yaitu (Yoeti, 2001 dalam Wijayanti, 2003):

1. Perjalanan itu tujuannya semata- mata untuk bersenang-senang. 2. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain. 3. Perjalanan itu dilakukan minimal 24 jam.

(13)

Secara umum, turisme dapat dibedakan menjadi dua yaitu turisme yang berbasis sumber daya alam atau nature based tourism dan turisme yang tidak berbasis sumber daya alam atau non nature based tourism. Natue based tourism dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa tipe berdasarkan tipe wisatawan-nya yaitu (Lindberg, 1991):

1. Hard Core Tourist, jenis wisatawan yang menganggap keadaan alam serta kehidupan dan masyarakat lokal merupakan bagian penting dari perjalana n wisata.

2. Dedicated Nature Tourist, jenis wisatawan yang mengkhususkan diri untuk menikmati keindahan alam sehingga kehidupan lokal tidak menjadi bagian penting dari perjalanan wisata.

3. Main Stream Nature Tourist, jenis wisatawan pada umumnya yang megharapkan kondisi lokal dibuat senyaman mungkin sesuai dengan keinginan mereka. Jenis wisatawan ini pada umumnya mengikuti tur wisata yang mahal dan elite.

4. Casual Nature Tourist, jenis wisatawan yang menginginkan fasilitas wisata ‘western ‘. Jenis wisatawan ini umumnya mengikuti rencana perjalanan tur wisata masal.

Nature based tourism atau wisata alam juga bisa diklasifiklasikan berdasarkan karakteristik kawasan wisata-nya. Outdoor Recreation Resources Review Comission (ORRC) menetapkan bahwa ada 6 klasifikasi kawasan wisata alam yaitu:

(14)

2. General Outdoor Recreation Areas. Areal rekreasi yang menjadi sasaran pembangunan besar untuk pemakaian rekreasi secara khusus dan beragam. 3. Natural Environment Areas. Areal rekreasi yang terdiri dari beragam tipe

areal yang cocok untuk suatu rekreasi dalam lingkungan alami dan biasanya dikombinasikan dengan penggunaan lain.

4. Unique Natural Areas. Areal rekreasi yang terdiri dari areal yang memiliki karakteristik khas karena keindahan alamnya dan keajaiban alaminya. 5. Primitive Areas. Areal rekreasi yang terdiri dari areal hutan yang tak

terganggu.

6. Historic and Cultural Sites. Areal rekreasi yang merupakan tempat bersejarah atau situs budaya.

Adapun menurut palayanan dan aktivitas yang dapat dilakukan di suatu kawasan wisata alam, Clawson et al (1975) mengklasifikasikan 3 kategori kawasan wisata alam yaitu:

1. User Oriented Sites; dimana didalamnya termasuk taman kota, padang golf, lapangan tenis, kolam renang, taman bermain dan sebagainya.

2. Intermediate Sites; dimana didalamnya termasuk taman-taman rekreasi yang menyediakan fasilitas untuk berkemah, mendaki, memancing ikan, berperahu, berburu dan sebagainya.

(15)

2.3 Ekoturisme

Ekoturisme adalah jenis pariwisata yang relatif baru dibandingkan pariwisata masal. Ide awalnya digulirkan oleh para konservasionis sebagai suatu strategi konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Konsep ini kemudian berkembang begitu cepat ke berbagai belahan dunia sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian sumber daya alam dan ekosistemnya.

Sebagai salah satu jenis pariwisata alternatif, ekoturisme diharapkan dapat mengurangi dampak negatif kegiatan pariwisata terhadap lingkungan (Munasinghe dan Mc Neely, 1994). Ekoturisme juga diharapkan dapat menjadi sumber ekonomi baru bagi negara berkembang terutama di daerah tropis dimana tingkat keanekaragaman hayatinya tinggi. Lindberg (1991) menyatakan bahwa pendapatan negara berkembang dari ekoturisme pada tahun 1988 mencapai US $ 12 milyar.

(16)

2.3.1 Definisi dan Pengertian Ekoturisme

Frasa ekoturime berasal dari bahasa Inggris ecotourism. Ada beberapa pendapat mengenai asal kata ecotourism. Pendapat pertama menyatakan bahwa ecotourism terdiri atas dua kata yaitu eco dan tourism. Eco dalam bahasa Yunani berarti rumah sedangkan tourism berarti wisata atau perjalanan. Beberapa ahli menyatakan kata eco dapat diartikan sebagai ekonomi sehingga makna ecotourism adalah wisata ekonomi, namun pemahaman umum menyatakan bahwa frasa ecotourism merupakan gabungan dari ecologycal atau ekologidengan tourism.

Sebagai konsep pariwisata yang relatif baru, banyak terdapat definisi ekoturisme walaupun pada umumnya semua definisi tersebut memperlihatkan dua aspek yang sama yaitu konservasi lingkungan hidup dan partisipasi masyarakat lokal. Ziffer (Ziffer 1989 dalam Alderman 1994) menyatakan bahwa definisi ekoturisme adalah sebuah konsep yang komplek karena harus memperlihatkan sebuah aktivitas konservasi, sebuah filosofi dan membangun suatu bentuk pengembangan ekoturisme.

Kesulitan dalam mendefinisikan ekoturisme disebabkan juga karana frasa ekoturisme sering disalahartikan sebagai wisata ala m padahal tidak semua wisata alam adalah ekoturisme. Sebuah wisata alam dapat dikatakan sebagai ekoturisme apabila wisata alam tersebut memperhatikan dampak yang dapat ditimbulkan pariwisata pada lingkungan. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam diagram berikut :

Gambar 1. Perbedaan Ekoturisme dan Wisata Berbasis alam (Tisdell, 1996) Wisata berbasis alam Ekoturisme Pariwisata yang memperhatikan

(17)

Definisi ekoturisme pertama kali diperkenalkan oleh Ceballos-Lascurain (Ceballos-Lascurain, 1987 dalam Ceballos-Lascurain. 1996) yang menyatakan bahwa ekoturisme adalah suatu bentuk perjalanan ke lingkungan alami yang bertujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati keindahan alam termasuk tumbuhan dan hewan liar serta kebudayaan yang terdapat didalamnya. Western (Western 1987 dalam Western 1993) mempertegas dengan menyatakan bahwa ekoturisme adalah bentuk wisata yang dapat menciptakan dan memuaskan keinginan alam yang berhubungan dengan eksploitasi potensi wisata untuk konservasi dan pembangunan serta mencegah dampak negatif terhadap ekologi. Ekoturisme juga dapat diterjemahkan menjadi pariwisata ekologi yang berarti perjalanan wisata yang bertanggung jawab ke areal alam yang mampu memelihara lingkungan, serta bertanggung jawab untuk memelihara keberadaan manusia dan makhluk hidup di sekitarnya untuk tetap hidup nyaman dan aman dalam lingkungannya (Blangly dan Megan, 1994). Apabila ekoturisme dilihat sebagai sebuah proses, sebagaimana terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2. Skema Ekoturisme Sebagai Suatu Proses (Yusran, 2001)

Maka dalam ekoturisme yang menjadi input adalah manusia dimana disini yang dimaksud adalah para wisatawan ekoturisme (eco-traveller) dan alam yang di

konservasi

MANUSIA EKOTURISME

Hiburan dan pengetahuan ALAM

(18)

dalamnya termasuk budaya penduduk setempat, output yang dihasilkan dapat berupa output langsung maupun output tidak langsung,. Output langsung bagi manusia adalah unsur rekreasi dan penambahan pengetahuan sedangkan bagi alam adalah konservasi swadaya. Sedangkan output tak langsung berupa tumbuhnya kesadaran manusia (eco – traveller) akan pelestarian alam.

Beberapa lembaga yang memperhatikan masalah lingkunga n hidup juga memberikan berbagai sumbangan bagi penyempurnaan atau penambahan definisi ekoturisme. The Ecotourism Society, sebuah lembaga nirlaba yang berpusat di Vermont, Amerika Serikat, menyatakan bahwa ekoturisme adalah suatu bentuk perjalanan bertanggungjawab ke lingkungan alami yang mendukung konservasi dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat, sedangkan International

Resources Group mendefinisikan ekoturisme sebagai sebuah bentuk perjalanan yang memperhatikan lingkungan dan menghargai daya tarik alami yang menjadi tujuan utama dari perjalanan tersebut. Senada dengan definisi diatas, Tourism

Authority of Thailand dan Institute of Ecotourism-Sriakharinwot University menyatakan bahwa ekoturisme adalah pariwisata berbasis alam yang bertujuan untuk mempelajari, menikmati serta menghargai lingkungan alam dan sosial termasuk gaya hidup dari masyarakat lokal; dikelola secara berkelanjutan; memperhatikan aspek sosial dan kultural serta memberikan pendidikan bagi para

(19)

2.3.2 Kriteria Ekoturisme

Ekoturisme dapat diartikan sebagai pariwisata berwawasan konservasi lingkungan. Oleh karena itu, tidak semua kegiatan wisata alam merupakan ekoturisme. Wisata alam yang dapat dikatakan sebagai ekoturisme haruslah memiliki aspek utama yaitu elaborasi dan pelestarian alam yang berkelanjutan. Prinsip ekoturisme yang berdasarkan kepada Quebec Declaration on Ecotourism menyatakan bahwa ekoturisme haruslah memberikan kontribusi bagi upaya konservasi keanekaragaman hayati dan kekayaan budaya dengan melibatkan partisipasi dari masyarakat lokal.

Menurut Cooper et al (1993), suatu kegiatan pariwisata dapat dikategorikan sebagai pariwisata ekologi apabila memenuhi 5 kriteria ekoturisme yaitu : 1) prinsip sustainable, dimana pariwisata tersebut harus berkonsentrasi pada pelestarian alam dan 2) lingkungan alam harus terjamin keselamatannya; dengan 3) pemeliharaan beraga m makhluk hidup yang berada di sekitarnya baik manusia, tumbuhan, hewan dan lain–lain; dengan 4) perencanaan dan implementasi secara holistik serta 5) adanya keterlibatan seluruh pihak. Di lain pihak, Fennel et al (1990), menyatakan bahwa kriteria ekoturisme adalah sebagai berikut :

1. Meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan 2. Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat lokal 3. Memberikan kontribusi terhadap kelestarian alam

4. Meningkatkan kepuasan terhadap alam dan budaya lokal.

(20)

konservasi dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Berdasarkan definisi tersebut, TES mengembangkan tuj uh prinsip dasar ekoturisme ya itu:

1. Menghindari dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan alam dan lingkungan budaya

2. Memberikan pendidikan konservasi

3. Memberikan kontribusi bagi upaya konservasi

4. Memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat setempat

5. Memberikan penerimaan bagi negara tujuan wisata eko dengan menekankan penggunaan jasa dan fasilitas lokal

6. Membangun infrastruktur yang dikembangkan secara harmonis dengan keseimbangan alam

7. Memastikan bahwa pengembangan pariwisata tidak melebihi carrying capacity dari lingkungan sosial dan lingkungan alam.

Sebagai sebuah alat pembangunan, UNEP menyatakan bahwa ekoturisme harulah dapat me menuhi 3 tujuan dasarnya yaitu meningkatkan upaya konservasi keanekaragaman hayati, mempromosikan penggunaan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan dan memberikan keuntungan dari pengembangan ekoturisme kepada masyarakat lokal.

(21)

1. Berbasis alam

2. Memiliki sensitifitas dan dampak negatif yang rendah terhadap lingkungan;

3. Memiliki nilai pendidikan;

4. Memberikan keuntungan dan membangun partisipasi bagi masyarakat lokal dan

5. Meningkatkan kesadaran akan konservasi.

Kegiatan ekoturisme yang dikelola secara baik akan memberikan hubungan simbolis yang saling menguntungkan bagi upaya konservasi, masyarakat lokal, turis dan industri pariwisata yaitu industri yang berhubungan dengan wisata termasuk didalamnya pengusahaan objek dan daya tarik wisata. Hubungan simbolis tersebut digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3. Humbungan Simbolis Pada Ekoturisme (Cater,1997)

2.4 Kebun Raya Bogor

Pada awal pendiriannya di tahun 1817, Kebun Raya Bogor dimaksudkan sebagai tempat penelitian bagi tumbuhan yang berada di Pulau Jawa seperti tumbuhan tembakau dan kina. Sekarang ini, fungsi utama Kebun Raya Bogor

Keuntungan bagi industri Perlindungan

Lingkungan Hidup Keuntungan bagi

upaya konservasi

(22)

adalah sebagai pusat konservasi tumbuhan. Tugas pokok KRB berdasarkan fungsinya adalah sebagai lembaga yang bertugas menyelenggarakan penelitian tentang kekayaan alam hayati Indonesia, yaitu melaksanakan inventarisasi, eksplorasi dan konservasi tumbuhan tropika yang mempunyai nilai pengetahuan tinggi yang dikoleksikan dalam bentuk kebun botani.

Kebun Raya Bogor yang terletak di tengah kota Bogor dengan luas daerah 87 hektar merupakan museum hidup yang menyimpan kekayaan botani dari seluruh dunia. Beberapa koleksi Kebun Raya Bogor adalah koleksi yang berharga bagi dunia ilmu pengetahuan seperi bunga bangkai atau Titan Arum (Amorphophallus titanum Becc.), koleksi anggrek (Orchidaceae), pohon palem (Arecaceae), meranti (Dipterocarpaceae), Kantung Semar (Nephentaceae) serta tanaman obat dan buah – buahan langka. Bagi kota Bogor, Kebun Raya Bogor adalah penanda (landmark) yang memiliki berbagai fungsi baik fungsi wisata, sosial, ekologi dan ekonomi.

2.4.1 Sejarah Kebun Raya Bogor

(23)

G.A.G.P. Baron van der Capellen, memohon sebidang tanah untuk penelitian manfaat berbagai tumbuhan baik dari kawasan Indonesia maupun mancanegara.

Kemudian pada tanggal 18 Mei 1817, Gubernur Belanda menetapkan lahan seluas 47 hektar yang berbatasan dengan Istana Bogor sebagai kebun raya dengan Prof. DR. C.G.C. Reindwart sebagai direktur pertama Kebun Raya Bogor. Selama periode kepemimpinannya, sekitar 900 tumbuhan ditanam di Kebun Raya Bogor. Direktur kebun raya yang kedua adalah C.L. Blume. Pada masanya, katalog tanaman kebun raya yang pertama dipublikasikan. Katalog tersebut dipublikasikan pada tahun 1823 dan mencakup 914 spesies serta masih dipergunakan sebagai dasar katalog hingga saat ini.

Dari tahun 1826 sampai 1867, penanggungjawab kebun raya adalah seorang pegawai khusus dari Istana Guberur Jenderal dimana kuratornya adalah Johannes Elias Teysmann dengan asisten Justus Karl Hasskarl. Selama kurun waktu 50 tahun, Teysmann dan Hasskarl melakukan perubahan pola tanam di Kebun Raya Bogor berdasarkan family taksonomisnya. Teysman juga dikenang karena mengintroduksi tanaman pertanian yang bernilai ekonomi tinggi ke Indonesia seperi kelapa sawit (Elais guineensis ), kina dan ubi kayu (Manihot esculenta). Atas pengabdiannya, di dalam kebun raya didirikan tugu peringatan dan marga empat spesies pohon jati dan verbena dinamakan atas nama beliau (Teijsmaniodendron).

(24)

diantara dua bagian sungai Ciliwung. Pada perkembangan selanjutnya luas KRB menjadi 87 hektar. Di bawah kepemimpinan Treub, berhasil diselesaikan penelitian dasar mengenai hama–hama penyakit yang mengancam tanaman tropis yang bernilai ekonomi tinggi. Tiga puluh tahun berikutnya, Kebun Raya Bogor menumb uhkan pengakuan dunia atas jasa Kebun Raya Bogor sebagai lembaga ilmiah yang bermanfaat bagi pertanian lokal dan Eropa

Selama Perang Dunia II, KRB diambil kepemimpinannya oleh pihak Jepang dengan Prof T. Nakai sebagai direkturnya dan Kanihera sebagai kepala herbarium. Selama di bawah pengawasan Jepang, KRB diberi nama Shokobutsuen yang artinya kebun raya.

(25)

sekarang adalah sebagai Unit Pelaksana Tekhnis (UPT) Balai Pengembangan Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (KRB LIPI). Berdasarkan Keppres RI No. 103 Tahun 2001 tentang susunan organisasi dan tugas Lembaga Pemerintah Non Daerah (LPND) dan Keputusan Kepala LIPI Nomor 1151/M/2001 tentang organisasi dan tata kerja LIPI, maka KRB mengalami perubahan struktur organisasi dan perubahan nama lembaga menjadi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. KRB sendiri merupakan pusat kebun raya ya ng membawahi 3 kebun raya lainnya di Indonesia yaitu Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi dan Kebun Raya Eka Karya di Bedugul- Bali.

2.4.2 Visi, Misi dan Fungsi Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor memiliki visi menjadi kebun raya terbaik kelas dunia, terutama dalam bidang konservasi tumbuhan, penelitian dan pelayanan dalam aspek botani, pendidikan dan lingkungan, hortikultura, lansekap dan pariwisata. Sementara itu, misi yang diemban KRB adalah melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan melalui kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, rekreasi serta peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kebun raya, tumbuhan dan lingkungan dalam upaya pemanfaatan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.

(26)

eksplorasi dan konservasi tumbuhan tropika. Secara ringkas, fungsi dan manfaat KRB adalah:

1. Fungsi penelitian yang meliputi areal konservasi ex situ dan riset yang meliputi riset taksonomi, identifikasi tumbuhan, inventarisasi dan evaluasi

2. Fungsi pendidikan 3. Fungsi pariwisata.

2.4.3 Fasilitas Kebun Raya Bogor

Berdasarkan fungsi Kebun Raya Bogor yang bersifat edukatif dan ilmiah, maka fasilitas utama kebun raya adalah yang mendukung fungsi tersebut seperti Gedung Laboratorium Pendidikan Konservasi, rumah kaca, herbarium, orchidacium, koleksi bijidan perpustakaan. Laboratorium Kebun Raya Bogor atau yang lazim disebut Laboratorium Treub didirikan pada tahun 1884 oleh Dr. Melc hior Treub, direktur keempat KRB, sebagai tempat bagi peneliti tamu. Sedangkan perpustakaan KRB yang merupakan cikal bakal perpustakaan Indonesia dibuka pada tahun 1842 atas usul Justus Karl Hasskarl dengan nama Bibliotheca Bogoriensis. Koleksi awal perpustakaan KRB adalah merupakan buku botani sebanyak 25 buah yang dibeli Hasskarl.

(27)

2.4.4 Keadaan Fisik dan Biotik

Kebun Raya Bogor terletak di kaki Gunung Salak pada ketinggian 260 mdpl, lebar 636 dan panjang 10.632. Secara geografis letak Kebun Raya Bogor berada pada letak lintang 60 37’ LS dan 1060 32’ BT sedangkan secara administratif KRB termasuk dalam wilayah Bogor Tengah, Kotamadya Bogor, 60 km arah tenggara dari Jakarta. Alamat KRB terletak di Jl. Ir. Haji Juanda No.13 Bogor, Jawa Barat.

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, Kebun Raya Bogor termasuk daerah bertipe hujan A. Kebun Raya Bogor beriklim tropis dengan curah hujan rata – rata berkisar antara 3000-4330 mm per tahun dengan kele mbaban 80 – 90% Curah hujan tertinggi (>400 mm/bulan) terjadi pada bulan November, Desember dan Januari sedangkan curah hujan terrendah (<250mm/bulan) terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus. Suhu rata – rata sepanjang tahun berkisar antara 21,40 C – 30,20 C.

Jenis tanah di Kebun Raya Bogor adalah latosol coklat kemerahan. Jenis tanah tersebut mempunyai sifat antara lain teksturnya halus, drainase sedang, aktivitas biologi baik, permeabilitas baik, kepekaan terhadap erosi kecil, bahan organik rendah sampai sedang di lapisan atas dan menurun ke bawah serta daya absorpsi yang tergolong rendah sampai sedang.

(28)

3444 spesies. 231 jenis koleksi KRB memiliki status kelangkaan berdasarkan

IUCN Redlist dengan berbagai tingkatan status kelangkaan

Tujuh puluh persen koleksi tanaman KRB berasal dari Kepulauan Indonesia dan sisanya berasal dari mancanegara seperti Victoria amazonica dari sungai Amazon, Brasil dan Cypres papyrus L. dari sunga i Nil, Mesir. Koleksi andalan KRB adalah bunga bangkai atau Titan Arum (Amorphophallus titanum

Becc., koleksi 1000 spesimen anggrek (Orchidaceae) yang ditampilkan di rumah anggrek yang dilengkapai dengan sistem fogging, pohon palem (Arecaceae), meranti (Dipterocarpaceae), kantung semar (Nephentaceae) serta tanaman obat dan buah – buahan langka. Koleksi unik lainnya adalah pohon Raja (Koompassia excelsa), teratai raksasa (Victoria amazonica) serta berbagai pohon tua seperti jati, randu dan leci.

Kebun Raya Bogor memiliki 16 jenis tanaman tipe yaitu tanaman yang untuk pertama kalinya diberi nama ilmiah dengan menggunakan bahasa latin. Koleksi tanaman tersebut antara lain adalah Aglaonema oblanceolatum (sri rejeki), Artocarpus altissimus (sukun) dan Erycibe glandiflora (bunga irian).

(29)

Sebagai areal konservasi ex situ, salah satu kegiatan Kebun Raya adalah melakukan inventarisasi tanaman tropika terutama tanaman herba dan rempah– rempahan mengingat sebagian besar pulau di Indonesia adalah penghasil rempah– rempah (spice island). Beberapa jenis tanaman herba dan rempah–rempah yang dapat ditemukan di Kebun Raya Bogor antara lain adalah asam jawa (Tamaricus indica), cengkeh (Syzygium aromaticum), kayu manis (Cinnamomum verum), pala (Myristica fragrans), jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Kurkuma domestica).

Kebun Raya Bogor juga merupakan tempat berlindung bagi beraneka ragam satwa terutama burung. Mamalia seperti kera dan kalong (Pteropus

vampirus) serta berbagai jenis reptil amfibi juga menjadikan KRB sebagai habitat mereka. Tercatat lebih dari 5O jenis burung ada di KRB. Sebagian besar adalah burung – burung yang biasa dijumpai di Pulau Jawa seperti kutilang (Pycnonotus aurigaster), kucicca (Copsychu saularis) dan cinenen (Ptilinpous melanospila). Burung khas Kebun Raya Bogor adalah burung kepodang (Oriolus chinensis) dan walik kembang (Prilinopus melanospila). Pulau di tengah – tengah kolam gunting merupakan sarang dari kawanan kowak (Nyticorax nycticorax). Selain itu ada burung – burung tamu seperti kuntul (Egreetta sp.) dan burung udang/cekakak,

Halycon chloris

.

(30)

Taman Astrid, Taman Kaktus, Monumen J.J. Smith, Jembatan Gantung, Pohon Kalong, Kuburan Belanda serta Monumen Lady Raffles.

2.4 Nilai Kawasan Konservasi

Nilai atau value merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu pada suatu waktu dan tempat tertentu. Nilai dapat berupa harga yang diberikan karena kegunaan, kepuasan dan kesenangan yang dihasilkan dari kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa. Ukuran nilai ditentukan oleh sumber daya yang dikorbankan seseorang untuk memiliki atau mengkonsumsi barang dan jasa tersebut

(31)

Direct

penggunaan tidak langsung dan nilai pilihan. Untuk jelasnya pembagian nilai kawasan konservasi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kategori Nilai Ekonomi Lingkungan Hutan Tropis (Pearce, 1992)

(32)

nilai keberadaan (existence value) dari suatu kawasan konservasi yaitu nilai keberlangsungan dari keberadaan suatu kawasan konservasi,dimana didalamnya termasuk nilai budaya. Secara matematis, Nilai Ekonomi Total (NET) dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut (Pearce,1992) :

NET = NP + NNP = NPL +NPTL+Np + Nk dimana dalam hal ini :

NET = nilai ekonomi total (total economi value) NP = nilai penggunaan (use value)

NNP = nilai non penggunaan (non use value)

NPL = nilai penggunaan langsung (direct use value)

NPTL = nilai penggunaan tidak langsung (indirect use value) Np = nilai pilihan (option cost)

Nk =nilai keberadaan (existence cost)

Pearce (1992) menyatakan kategori nilai ekonomi total tersebut tidak benar– benar total karena 1) tidak mencakup keseluruhan nilai kecuali nilai ekonomi dan 2) banyak ahli ekologi yang menyatakan bahwa nilai ekonomi total belum mencakup semua nilai ekonomi karena ada beberapa fungsi ekologis dasar yang bersifat sinergis sehingga nilainya lebih besar dari nilai fungsi secara tunggal.

(33)

1. Fungsi regulator yang mengacu pada kemampuan lingkungan untuk memberikan kontribusi terhadap pemeliharaan lingkungan hidup yang bersih dan sehat;

2. Fungsi produksi yang berkaitan dengan kemampuan alam memberikan sumber daya produksi;

3. Fungsi informatif yang berhubungan dengan kemampuan alam untuk memberikan kontribusi bagi pemeliharaan kesehatan mental;

4. Carrier functions yaitu fungsi yang berkaitan dengan penggunaan kawasan konservasi sebagai tempat untuk berbagai aktivitas manusia.

2.6 Penilaian Sumber Daya Alam

Penilaian ekonomi sumber daya alam merupakan ilmu pengetahuan yang masih berkembang. Dalam konteks lingkungan, penilaian atau valuasi ekonomi mengukur preferensi seseorang terhadap kondisi lingkungan yang baik atau yang buruk. Hasil dari valuasi dinyatakan dalam bentuk uang yang menunjukkan kesediaan membayar yang pada akhirnya diharapkan dapat mengekpresikan nilai dalam bentuk uang atau economi rate of return (Pearce, 1992).

Kula (1992) menyatakan bahwa memberikan nilai pada sumber daya alam atau lingkungan terutama pada kerusakan lingkungan berperan penting untuk beberapa alasan yaitu:

1. Valuasi ekonomi memperjelas bahwa sumber daya alam terbatas dan bukanlah barang bebas

(34)

3. Ketika kebijakan perbaikan lingkungan direncanakan, valuasi ekonomi menunjukan manfaat ekonomi dari kebijakan tersebut 4. Valuasi ekonomi meningkatkan objektifitas pengambilan keputusan

yang berkaitan dengan lingkungan

5. Valuasi ekonomi menunjukan nilai ekonomi total dari suatu proyek lingkungan ataupun kualitas lingkungan suatu negara

6. Valuasi ekonomi membantu proses pembuatan kebijakan

Pearce (1992) juga menyatakan bahwa setidaknya ada lima alasan utama kenapa valuasi ekonomi dari barang dan jasa lingkungan penting; pertama, dikarenakan pentingnya lingkungan dalam strategi pembangunan nasional; kedua, sebagai bahan modifikasi anggaran pemerintah (APBN); ketiga, membantu menetapkan prioritas nasional dan sektoral; keempat, sebagai bahan evaluasi kebijakan dan program pemerintah; dan kelima, mendukung usaha pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Penilaian ekonomi sumber daya alam juga mempunyai kelemahan: pertama, tidak semua pihak setuju bahwa sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dinilai secara ekonomi dan dapat dinya takan dalam bentuk satuan moneter; kedua, valuasi ekonomi membutuhkan data ekonomi yang biayanya sangat mahal (Kula,1992).

2.7 Metode Penilaian Sumber Daya Alam

(35)

Based on

sebaiknya digunakan untuk menilai sumber daya alam dan lingkungan, namun pada intinya konsep dasar dari semua metode tersebut adalah untuk mengekspresikan preferensi seseorang terhadap kualitas lingkungan yang baik ataupun yang buruk.

Thampipali (1993) mengelompokkan metode penilaian sumber daya alam berlandaskan dasar penilaian ekonomi sumber daya alam yaitu berdasarkan

willingness to pay dan willingnes to accept. Pemilihan dasar penilaian ekonomi tersebut sangat mempengaruhi metode pengambilan data. Untuk jelasnya, metode valuasi ekonomi menurut Thampipali dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Metode Valuasi Ekonomi (Thampipali, 1993)

(36)

menggunakan percobaan dan survey. Tekhnik survey (kuesioner) terdiri atas dua tipe yaitu perolehan rangking (contingent ranking method ) dan perolehan nilai yang meliputi keinginan untuk membayar (willingnes to pay) dan keinginan untuk menerima kompensasi ( willingness to accept ).

Pendekatan lain dinyatakan oleh Hufschmidt et al (1983) yang menekankan bahwa secara garis besar metode penilaian manfaat ekonomi atau biaya lingkungan untuk sumber daya alam dan lingkungan dapat dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu pendekatan yang berorientasi pasar dan pendekatan yang berorientasi survey atau penilaian hipotesis sebagai berikut :

a. Metode/tekhnik berorientasi pasar yaitu penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa (actual based market method)

1. Penilaian dengan menggunakan harga pasar: perubahan nilai hasil produksi (change in productivity) dan metode hilangnya penghasilan (loss of earning method)

2. Penilaian dengan menggunakan harga pasar bagi input: pengeluaran biaya pencegahan (averted defensif expenditure method), biaya penggantian (replacement cost method), biaya proyek bayangan (shadow project method) dan analisis keefektifan biaya.

3. Penilaian keuntungan dengan menggunakan pasar pengganti (surrogate

(37)

b. Orientasi survey

1. Pertanyaan langsung kesediaan untuk membayar (willingnes to pay) 2. Pertanyaan langsung terhadap kemauan untuk dibayar (willingness to

accept)

2.8 Kesediaan Membayar

Konsep dasar dalam penilaian ekonomi yang mendasari semua tekhnik adalah kesediaan membayar dari individu untuk jasa–jasa lingkungan atau sumber daya (Munasinghe, 1994) sedangkan Hufschmidt et al (1983) menyatakan bahwa tekhnik penilaian manfaat didasarkan pada kesediaan membayar perbaikan atau kesediaan menerima kompensasi karena adanya kemunduran kualitas lingkungan dalam sistem alami serta kualitas lingkungan sekitar.

Kesediaan membayar dan menerima merefleksikan preferensi individu terhadap perubahan lingkungan dari keadaan awal (Qo) menjadi kondisi

lingkungan yang lebih baik (Q1), yang dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai

berikut (Pearce dan Moran, 1994):

WTP

i

= ƒ (Q

1

– Q

0

, P

own, i

, P

sub, i

,

S

i

, E

i

)

WTPi = kesediaan membayar dari rumah tangga ke – i

Q0 = keadaan awal lingkungan

Q1 = keadaan baru lingkungan

Pown = harga dari penggunaan sumber daya lingkungan

Psub = harga substitusi untuk penggunaan sumber daya lingkungan

Si = karakteristik sosial ekonomi rumah tangga ke- i

(38)

2.9 Metode Biaya Perjalanan

Berdasarkan kesediaan membayar, terdapat dua metode yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan nilai rekreasi sebuah kawasan konservasi: pendekatan biaya perjalanan (travel cost method) dan pendekatan nilai hipotetis. Namun, penilaian kawasan konservasi terutama yang dinilai terlalu rendah (underpriced) pada umumnya menggunakan metode biaya perjalanan.

Pemilihan metode biaya perjalanan dikarenakan metode ini memiki kemungkinan bias yang lebih kecil dibandingkan dengan pendekatan nilai hipotetis yang potensi penyimpangannya besar karena sifat hipotetis pendekatan dimana perilaku pasar tidak sepenuhnya diamati (Dixon, 1994). Pendekatan biaya perjalanan juga dinilai lebih efektif untuk mengukur nilai ekonomi objek wisata yang memiliki jumlah pengunjung yang cukup besar (Kamiharja, 2001).

Akan tetapi, metode biaya perjalanan juga memiliki beberapa kelemahan yaitu :

1. Atribut populasi yang tidak homogen (Tisdell,1991)

2. Tujuan kunjungan wisata yang tidak homogen (Tisdell,1991)

3. Kenyataan bahwa nilai ekonomi kawasan wisata tidak dapat ditentukan oleh jumlah kunjungan saja (Tisdell,1991)

4. Tidak dimasukkannya biaya waktu yang hilang untuk menempuh perjalanan ke lokasi wisata ke dalam model TCM (Turner et al,1994) 5. Multiple Visit Journey. Tujuan lokasi wisata yang lebih dari satu dalam

satu hari (Turner et al,1994)

(39)

namun, secara keseluruhan TCM bekerja baik dengan dasar karena model TCM secara konsisten mendukung sifat–sifat yang diimplikasikan dalam teori permintaan seperti efek harga sendiri yang negatif (Smith, 1994 dalam Wijayanti, 2003)

Ada dua pendekatan metode biaya perjalanan yaitu Zonal Travel Cost Method (ZTCM) dan Individual Travel Cost Method (ITCM). ITCM lebih sering digunakan karena beberapa alasan yaitu 1), pengamatan jauh lebih kecil dibandingkan keseluruhan populasi zona; dan 2), kelompok individu seringkali terdispersi karena mereka mempunyai tujuan wisata yng berbeda, namun ITCM juga memiliki kelemahan yaitu bias pemilihan sampel (sample selection bias) dimana semakin sering seseorang berkunjung maka peluang untuk terpilih menjadi sampel juga semakin besar serta sensitifitas terhadap error dan pemilihan bentuk fungsi.

(40)

biaya perjalanan terendah akan memiliki surplus konsumen terbesar. Beberapa asumsi yang dipakai dalam pendekatan biaya perjalanan menurut Hufcshmidt et al (1987) adalah :

1. Semua pemakai memperoleh manfaat total yang sama yang besarnya sama dengan biaya perjalanan pemakai marjinal

2. Surplus konsumen pemakai marjinal adala h nol 3. Biaya perjalanan merupakan data ganti bagi harga

Pendekatan biaya perjalanan mengukur biaya transportasi dari dan ke objek wisata serta pengeluaran lain selama di perjalanan dan di dalam objek wisata yang mencakup dokumentasi, kons umsi, parkir dan pengeluaran lainnya namun tidak mencakup tiket masuk. Model dasar yang dipakai pendekatan ini menggambarkan derajat kunjungan tiap 1000 penduduk sebagi fungsi faktor dari biaya perjalanan, waktu yang diperlukan untuk perjalanan, tempat pengganti dan penghasilan rata – rata. Hubungannya dapat disimpulkan sebagai berikut (Dixon, 1994):

V

io

= ƒ ( C

i

, T

i

, A

i

, S

i

, Y

i

)

Dimana Vio = derajat kunjungan / 1000 orang tanpa pungutan masuk Ci = biaya perjalanan pulang pergi antara zona i dan objek

wisata

Ti = waktu total untuk perjalanan pergi pulang Ai = citarasa

Si = tempat pengganti yang tersedia bagi masyarakat di zona i Yi = penghasilan rata – rata tiap orang di zona i

(41)

2.10 Regresi

Persamaan regresi dinyatakan sebagai persamaan matematika yang memungkinkan kita meramalkan nilai – nilai suatu peubah tak bebas dari satu atau lebih peubah bebas (Walpole, 1982), sedangkan Ramanathan (1998) menyatakan bahwa model regresi linear adalah model yang menunjukan hubungan antara variabel dependent dengan satu atau lebih variabel independent. Istilah regresi sendiri berasal dari telaah yang dilakukan Sir Francis Galton (1822 – 1911) yang membandingkan tinggi badan anak laki- laki dengan tinggi badan ayahnya. Galton menemukan bahwa tinggi badan anak laki – laki dari ayah yang tinggi setelah beberapa generasi cenderung menurun (regressed) mendekati nilai tengah populasi. Sekarang istilah regresi diterapkan pada semua jenis peramalan dan tidak harus berimplikasi pada peramalan yang mendekati nilai tengah populasi.

Regresi menunjukkan hubungan kausalitas (sebab akibat ) antara 2 macam variabel yaitu 1) variabel independent disebut juga variabel penjelas dan secara umum disimbolkan dengan X dan 2) variabel dependent yaitu variabel terikat yang nilainya dipengaruhi atau tergantung variabel dependent dan disimbolkan dengan Y. Regresi sendiri memiliki dua bentuk yaitu regresi sederhana dimana hanya terdapat satu buah variabel penjelas dan regresi berganda dimana terdapat lebih dari satu va riabel penjelas.

(42)

1. Galat menyebar saling bebas dan mengikuti sebaran normal dengan nilai tengah nol dan ragam s2e (tidak terjadi autokorelasi)

2. ragam galat homogen atau tidak terjadi masalah heteroskedastisitas

3. galat saling bebas, artinya galat pada waktu ke-t tidakmempunyai hubungan dengan galat pada waktu sebelumnya

4. tidak ada hubungan antar peubah x sehingga tidak terjadi adanya multikolinearitas (keadaan dimana antar peubah X saling berhubungan) 5. galat bersifat bebas dengan peubah X

Bentuk dasar dari persamaan regresi sederhana secara umum berbentuk linear yang menunjukkan bahwa nilai atau parameter dari koefisien regresi ( a dan ß) berhubungan linear.

Y

t

= a + ßX

t

t

(43)

2.11 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian yang terdahulu mengenai nilai ekonomi dari suatu kawasan konservasi sudah sering dilakukan sejalan konsep valuasi ekonomi yang terus berkembang. Akan tetapi, penelitian yang meneliti nilai ekonomi wisata eko (ekoturisme) masih jarang dilakukan.

Pada kajian ini, penelitian yang akan dikaji adalah penelitian yang membatasi diri terhadap nilai ekonomi wisata dari kawasan konservasi. Penelitian yang dilakukan pada umumnya mengambil lokasi di kawasan konservasi yang berupa taman publik (Dixon, et al, 1994), Kebun Raya (Wijayanti, 2003) serta taman nasional (Kamiharja, 2001 dan Prihatin, 2004). Konsep dasar dari semua penelitian yang dikaji adalah konsep kesediaan membayar atau willingness to pay dengan menggunakan 3 pendekatan yaitu pendekatan hipotetis, pendekatan biaya perjalanan dan pendekatan kontingensi.

(44)

pendekatan penilaian hipotetis. Penggunaan dua pendekatan pada penelitian ini mampu memperlihatkan perbedaan nilai taman dilihat dari sisi surplus konsumen dan nilai hipotetis pemakai; selain itu, penggunaan pendekatan hipotetis juga menerangkan nilai sosial taman yang tidak dapat diukur melalui pendekatan biaya perjalanan. Adapun kelemahan penelitian ini adalah tidak teramatinya seluruh perilaku pasar karena daerah studi yang berupa zona mengasumsikan bahwa perilaku konsumen pada zona tertentu dianggap sama.

Penelitian kedua, Kamiharja (2001) dilakukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP), Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi menuju TNGP. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode biaya perjalanan zonal atau

Zonal Travel Cost Method. Dari hasil penelitian diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi permintaan rekreasi menuju TNGP adalah variabel biaya perjalanan, tingkat pendidikan serta tingkat pendapatan per tahun. Kelebihan penelitian ini adalah diukurnya elastisitas variabel yang berpengaruh nyata pada taraf uji 5% terhadap permintaan rekreasi menuju TNGP sedangkan kelemahan penelitian ini adalah tidak teramatinya seluruh perilaku pasar karena pada ZTCM perilaku konsumen pada zona tertentu diasumsikan sama.

(45)

variabel biaya perjalanan, pendapatan per tahun, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jarak tempuh, daya tarik lokasi, waktu diskret, jumlah rombongan dan persepsi terhadap rekreasi serta lama mengetahui lokasi KRC. Adapun hasil analisis pendekatan biaya perjalanan memperlihatkan bahwa nilai surplus konsumen KRC adalah sebesar Rp. 12.995 dimana nilai tersebut masih dibawah tarif masuk KRC yang berlaku. Penelitian ini memiliki kelebihan karena mampu memperlihatkan nilai surplus konsumen bagi konsumen yang mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan dibandingkan dengan konsumen yang tidak dapat mensubstitusikan waktu dengan pendapatan sedangkan kelemahan penelitian ini adalah terdapat kemungkinan bias ke atas dalam perhitungan surplus konsumen karena regresi Poisson yang tidak terpotong (untruncated poisson

regression).

(46)

kesediaan membayar, hari kunjungan dan jumlah rekreasi pengunjung dalam satu tahun terakhir. Kemampuan penelitian ini menunjukkan tingkat harga optimal menjadi kelebihan penelitian ini adapun kelemahan penelitian ini adalah tidak terdapatnya kajian manfaat dan dampak ekowisata di TNGH secara ekologi atau lingkungan menginga t bahwa ekowisata adalah wisata berwawasan lingkungan.

2.12 Kerangka Pemikiran Operasional

Sebagai sebuah kawasan konservasi, fungsi dan manfaat Kebun Raya Bogor yang terutama adalah fungsi penelitian yang meliputi areal konservasi ex situ dan riset yang meliputi riset taksonomi, identifikasi tumbuhan, inventarisasi dan evaluasi. Namun, fungsi Kebun Raya Bogor sebagai media pendidikan dan tempat pariwisata juga tidak kalah penting. Selama ini fungsi KRB yang dominan adalah fungsi wisata oleh karena itu fungsi KRB sebagai tempat penelitian dan pendidikan akan ditingkatkan. Salah satu caranya adalah dengan menggiatkan wisata ekologi atau ekoturisme di KRB, karena dengan ekoturisme fungsi pendidikan dan pariwisata di KRB dapat dilakukan sejalan terutama pendidikan lingkungan hidup dan wisata ekologi. Dengan ekoturisme diharapkan fungsi konservasi di Kebun Raya juga dapat ditingkatkan.

(47)

namun sebagai suatu daerah tujuan ekoturisme yang banyak memberikan manfaat bagi pemakainya, pencerminan nilai ekoturisme Kebun Raya Bogor tidak begitu terlihat. Ini tidak berarti bahwa Kebun Raya Bogor sebagai sumber daya lingkungan tidak mempunyai nilai, oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji nilai moneter manfaat yang diterima para eco traveller di Kebun Raya Bogor.

Pengetahuan akan nilai ekonomi ekoturisme yang bersifat objektif dan kuantitatif akan membantu LIPI sebagai pengelola menformulasikan kebijakan pengembangan Kebun Raya Bogor di masa depan. Pengetahuan ini juga akan memperlihatkan kontribusi Kebun Raya Bogor terhadap ekonomi daerah kota Bogor.

(48)

Keterangan : * menunjukkan topik yang akan dianalisis

Gambar 6. Skema Pentingnya Nilai Ekologi dan Nilai Ekonomi Ekoturisme Kebun Raya Bogor (Diadaptasi dari Setiawan, 2002)

(49)
(50)

Implikasi Terhadap Upaya konservasi

Pengambil Kebijakan dan Instansi Terkait

Masyarakat Kota Bogor LIPI sebagai

pengelola

Nilai Penggunaan Langsung (Direct Use Value)

Nilai Penggunaan Tak Langsung (Indirect Use Value)

Nilai Ekologis Kebun Raya Bogor Nilai Ekonomi Ekoturisme KRB dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Ekoturisme ke KRB

Nilai Penggunaan Kebun Raya Bogor

Analisis Statistika Deskriptif Analisis Regresi Log Linear

Metode Biaya Perjalanan Evaluasi Sistem Fungsi

(51)

III.

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Raya Bogor, Kota Bogor. Secara administratif, lokasi penelitian terletak di wilayah Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Penentuan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan karena Kebun Raya Bogor merupakan museum botani yang paling lengkap menyimpan koleksi tanaman tropis dan juga dikarenakan Kebun Raya Bogor memberikan fungsi edukatif sekaligus rekreatif. Bagi kota Bogor, kebun raya merupakan sebuah bagian penting, karena selain memberikan lapangan pekerjaan dan menambah pemasukan pendapatan daerah melalui jasa rekreasi, Kebun Raya Bogor juga banyak memberikan manfaat ekologis yang tidak ternilai. Waktu penelitian dilakukan selama bulan November-Desember 2004

3.2 Jenis dan Sumber Data

(52)

3.3. Metode Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang pengunjung yang dipilih secara acak. Pengunjung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka yang menggunakan Kebun Raya Bogor untuk berekoturisme. Pemilihan secara acak berarti bahwa setiap pengunjung KRB yang memenuhi kriteria memiliki peluang yang sama besar untuk menjadi sampel penelitian. Adapun kriteria pengunjung yang dipilih adalah wisatawan domestik yang datang ke Kebun Raya Bogor selama waktu penelitian, telah berusia 17 tahun, sehat mental serta mampu berkomunikasi dengan baik. Bagi pengunjung yang datang secara berkelompok hanya dipilih satu orang karena pada umumnya pengunjung yang datang secara berkelompok memiliki karakteristik yang hampir sama.

3.4 Pengolahan dan Analisis Data

(53)

3.4.1 Analisis Nilai Ekonomi Ekoturisme Kebun Raya Bogor

Nilai ekonomi ekoturisme Kebun Raya Bogor didekati melalui pendekatan langsung dangan tekhnik survey dengan konsep dasar kesediaan membayar atau Willingness To Pay (WTP). Pemilihan konsep tersebut dikarenakan kualitas lingkungan KRB sebagai input ekoturisme diperlakukan sebagai barang konsumsi. Adapun metode yang digunakan adalah metode biaya perjalanan atau

Individual Travel Cost Method (ITCM). Fungsi model yang digunakan dalam penelitian adalah fungsi log linear dengan tujuan untuk menghindari permintaan negatif dan diabaikannya non paying visitor. Model dasarnya dapat dilihat sebagai berikut :

Log V

io

= ƒ ( C

i

, T

i

, A

i

, S

i

, Y

i

)

Dimana V = frekuensi kunjungan

Ci = biaya perjalanan pulang pergi antara zona i dan objek wisata

Ti = waktu total untuk perjalanan pergi pulang Ai = citarasa

Si = tempat pengganti yang tersedia bagi masyarakat di zona i Yi = penghasilan rata – rata tiap orang di zona i

(54)

pekerjaan, hari kunjungan, daya tarik KRB serta selera dan frekuensi rekreasi. Variabel yang diduga mempengaruhi jumlah kunjungan ke Kebun Raya Bogor diperoleh dari penelitian terdahulu dan teori ekonomi.

Hubungan antara variabel–variabel bebas dapat diperlihatkan dalam model persamaan regresi log linear sebagai berikut :

ln Y = bo + b1Age + b2Sex+ b3Marital + b4Edu + b5Job + b6Inc + b7Freq +

b8Atttrac + b9Day + b10Dk + b11Tk + b12Ck + b13Da + b14Ta +

b15Ca + µ

Dimana definisi per variabel dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Y = Frekuensi kunjungan ekoturisme ke Kebun Raya Bogor yang didekati melalui jumlah karcis yang terjual.

2. Age = Umur responden (tahun)

3. Sex = Jenis Kelamim dimana nilai dummy-nya = 1 untuk perempuan 4. Marital = Status pernikahan dimana nilai dummy-nya = 1 untuk menikah 5. Edu = Tingkat pend idikan akhir

6. Job = Jenis pekerjaan responden dimana nilai dummy-nya = 1 untuk pekerjaan yang memiliki fleksibilitas waktu luang

7. Inc = Tingkat pendapatan responden per bulan (Rp)

8. Frek = Jumlah rekreasi yang dilakukan responden dalan 1 tahun

(55)

11.Dk = Jarak tempuh menuju KRB (km) 12.Tk = Waktu tempuh menuju KRB (menit )

13.Ck = Biaya perjalanan selama melakukan kunjungan ekturisme ke KRB (Rp)

14.Da = Jarak tempuh menuju objek wisata eko alternatif (km) 15.Ta = Waktu tempuh menuju objek wisata eko alternatif (menit

16.Ca = Biaya perjalanan selama melakukan kunjungan ekturisme objek wisata eko alternatif (Rp)

17.µ = Error term

Estimasi model, pengecekan asumsi serta pengecekan keberadaan penyimpangan dilakukakan dengan menggunakan software komputer SPSS 12.0. Uji parameter secara individual menggunakan uji t dan pengujian parameter secara serentak menggunakan uji f dengan taraf nyata a = 5%. Pengujian parameter secara individual menggunakan uji t sebagai berikut :

Ho = ß = 0 H1 = ß ? 0

Dengan statistik tes untuk t hitungnya (tc) adalah = ( ß – ßHo )/ S ß dimana Sß

adalah standar error dari slope dengan kriteria uji : tolak Ho apabila I tcI > t* n – k

(a/2) yang artinya terdapat hubungan nyata atau signifikan antara variabel dependent dan independent. Sedangkan pengujian parameter secara bersamaan menggunakan uji F sebagai berikut

HO = ßm+1 = ßm+2 =...=ßk

(56)

Dengan statistik tes untuk F hitungnya (Fc) adalah = (SSR /k) / (SSE / n-k-1) dimana SSR adalah jumlah kuadrat regresi, SSE adalah jumlah kuadrat error, k banyaknya koefisien regresi dan n adalah banyaknya observasi.

Kriteria uji : tolak HO apabila Fc> F*k-m,n-k (a)

Kebagusan model atau goodness fit diukur dengan menggunakan koefisien determinasi (R2 ) koefisen determinasi menunjukkan berapa persen model dapat menggmbarkan keadaan yang sesungguhnya. R2 dinyatakan sebagai berikut : R2 = 1- (SSE / TSS) = 1- (? µt2 ) ? (Y-y)2

Persamaan yang digunakan dalam penelitian adalah persamaan regresi berganda, maka digunakan adjusment R2 sebagai berikut :

R2 = 1 – [(n-1) / (n- k) ] (1- R2)

3.4.2 Analisis Nilai Ekologis Kebun Raya Bogor

Nilai suatu kawasan konservasi berkaitan dengan fungsi dari kawasan tersebut ( de Groot, 1992). Oleh karena itu, analisis nilai ekologis KRB diukur dengan menggunakan pertanyaan terbuka yang menanyakan fungsi ekologis KRB bagi kota Bogor dilihat dari sisi responden pengunj ung yang bersangkutan. Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif statistik. Dari sebaran data yang didapat dari jawaban tersebut dapat dilihat pemahaman para pengunjung mengenai kontribusi KRB secara ekologis terhadap kota Bogor.

Berdasarkan pendekatan penilaian ekonomi total atau total economic

(57)

Secara teori, fungsi ekologis KRB adalah sebagai berikut :

1. Mengatur komposisi kimia di atmosfer (regulation of the chemical composition of the atmosphere)

2. Mengatur iklim mikro (micro climate regulation) 3. Melindungi daerah aliran sungai (watershed protection) 4. Menangkap air (water cathcmen)

5. Mencegah erosi dan mengontrol sedimen (erosion prevention and sediment control)

6. Pemeliharaan tanaman dan satwa (Nursery function)

(58)

IV.

KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG

KEBUN RAYA BOGOR

Karakteristik responden pengunjung Kebun Raya Bogor didapatkan dari wawancara mendalam yang dipandu oleh kuesioner. Wawancara tersebut mendapatkan 100 pengunjung Kebun Raya Bogor sebagai responden. Dalam penelitian, hanya 91 responden yang dijadikan sampel, dikarenakan 9 responden tidak valid untuk dijadikan sampel. Ketidakvalidan tersebut dikarenakan tidak terpenuhinya syarat untuk menjadi sampel penelitian karena umur responden yang belum genap 17 tahun, pengisian kuesioner yang tidak benar dan pengisian kuesioner yang tidak lengkap.

Responden pengunjung KRB pada umumnya berasal dari kota Bogor. Karakteristik responden yang diamati dapat dikatakan bervariasi karena responden berasal dari tingkatan sosial dan ekonomi yang berbeda. Hampir keseluruhan responden memiliki preferensi wisata yang berbasis wisata alam dengan frekuensi rekreasi dari 1 hingga 12 kali. Adapun dengan konsep pariwisata eko, hanya sedikt responden yang mengetahuinya. Pemahaman responden akan fungsi ekologis KRB sudah cukup baik terutama mengenai fungs i KRB sebagai paru-paru kota.

(59)

4. 1 Daerah Asal

Pada kenyataannya, KRB dikunjungi oleh wisatawan dari seluruh Indonesia dan bahkan dari mancanegara, namun penelitian ini membatasi diri pada wisatawan domestik saja. Responden yang diperoleh berasal dari daerah propinsi Jawa Barat dan Banten serta propinsi DKI Jakarta. Sebaran daerah asal responden pengunjung berkisar antara daerah Bogor dan sekitarnya seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Banten, Sukabumi dan Bandung.

Dapat dilihat pada Tabel 2, lebih dari setengah (62,64%) responden berasal dari kota Bogor, hal tersebut dapat dipahami mengingat lokasi KRB yang terletak di tengah kota Bogor. Responden terbanyak ke dua (24,17%) berasal dari Jakarta, hal tersebut mungkin dikarenakan waktu tempuh antara kota Jakarta dan Bogor yang relatif singkat, sedangkan sisanya seperti terlihat pada Tabel 2 terbagi hampir sama besar untuk daerah asal lainnya.

Tabel 2. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Daerah Asal

Daerah Asal Responden Frekuensi Persentase (%)

Bogor 57 62.64

Jakarta 22 24,17

Tangerang 4 4,39

Bekasi 3 3,30

Depok 2 2,20

Sukabumi 2 2,20

(60)

4.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden

Karakteristik sosial responden yang diamati mencakup umur dan jenis kela min sedangkan karakter ekonomi mencakup tingkat pendapatan per bulan serta tingkat pendidikan akhir dan jenis pekerjaan utama karena ke-2 aspek tersebut mempengaruhi status ekonomi responden.

Usia responden berkisar antara 17 tahun hingga 73 tahun denga n tingkat pendidikan dari tingkat pendidikan dasar (SD) hingga pascasarjana (S2). Jenis pekerjaan responden bervariasi dari pelajar dan mahasiswa; pegawai negeri sipil atau anggota TNI/POLRI dan pegawai swasta atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) dengan jabatan setingkat staf (mene ngah) dan setingkat manajer atau kepala bagian; buruh; ibu rumah tangga; pengusaha dan profesional serta pensiunan dan mereka yang sedang mencari pekerjaan. Sejalan dengan variasi jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan akhir, tingkat pendapatan perbulan responden juga bervariasi dari Rp. 250.000 per bulan hingga Rp. 40.000.000 per bulan.

4.2.1 Jenis Kelamin

(61)

Gambar 8. Grafik Perbandingan Jumlah Responden Pengunjung Kebun Raya Bogor Menurut Jenis Kelamin

Ada dua hal yang dapat menjelaskan besarnya jumlah responden pengunjung wanita, yaitu:

1. Komposisi penduduk di Indonesia.

Mengingat komposisi jumlah penduduk perempuan di Indonesia yang lebih banyak dari pada jumlah pendudud uk pria (BPS, 2004), maka angka perbandingan pengunjung di atas adalah hal yang wajar karena KRB adalah objek ekowista yang tidak bersifat eklusif untuk satu jenis kelamin. 2. Kebun Raya Bogor sebagai objek wisata yang menarik untuk anak-anak

Dari survey diketahui, bahwa kebanyakan responden perempuan yang telah memiliki anak membawa serta anaknya walupun sang suami tidak menyertai, hal tersebut tidak terlihat pada responden pria, tidak ditemukan responden pria yang membawa serta anaknya ke KRB untuk berekreasi kecuali apabila mereka didampingi istri mereka. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan apabila kita melihatnya dari fungsi domestik perempuan. Pada umumnya, perempuan sebagai ibu merupakan figur yang lebih banyak menghabiskan waktunya bersama anak–anak termasuk ketika berekreasi. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa karakteristik ekowisata di KRB yang

(62)

sesuai untuk anak – anak turut mendorong besarnya jumlah pengunjung perempuan.

4.2.2 Umur

Hampir setengah dari jumlah responden pengunjung KRB berada pada kelompok usia 17 hingga 23 tahun atau pada usia remaja yang beranjak dewasa. Responden yang paling sedikit berdasarkan kisaran usia adalah para pengunjung yang berusia 51 tahun keatas yang persentasenya hanya sebesar 5,5 %, sedangkan sisanya terbagi hampir rata untuk 4 kelompok usia lainnya. Perbandingan yang lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Umur

Umur ( Tahun) Frekuensi Pers entase (%)

17-23 46 50,5

24-30 13 14,3

31-37 10 11,0

38-44 7 7,7

45-51 10 11,0

> 51 5 5,5

(63)

1. Kelompok umur 17–23 tahun pada umumnya bukanlah kelompok umur bekerja.

Enam puluh dua persen responden yang berada pada kelompok umur 17– 23 tahun adalah mahasiswa atau pelajar. Selain itu, kelompok umur 17– 23 tahun juga merupakan kelompok umur yang berada pada status mencari pekerjaan karena mereka baru saja menyelesaikan pendidikan SMU, diploma atau S1. Sebagai responden yang belum memiliki pekerjaan tetap, mereka memiliki waktu luang yang lebih banyak untuk melakukan kegiatan rekreasi. Di satu sisi, kelompok umur yang berusia 23 tahun ke atas adalah kelompok umur yang dimiliki mereka yang sudah bekerja sehingga waktu luang mereka untuk melakukan rekreasi lebih terbatas. 2. Kelompok umur 17–23 tahun pada umumnya belum menikah

Kelompok umur 17–23 tahun juga dimiliki oleh mereka yang belum menikah sehingga pengaturan waktu mereka lebih fleksibel dibandingkan kelompok umur diatas 23 tahun yang pada umumnya sudah menikah dan sudah memiliki tanggungan.

4.2.3 Tingkat Pendidikan Akhir

(64)

tingkat pendidikan akhir dasar (SD) sebesar 2% diikuti dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan akhir pascasarjana (S2) sebesar 3%. Data tersebut memperlihatkan bahwa pengunjung KRB pada umumnya adalah mereka yang berpendidikan, minimal mereka telah menyelesaikan wajib belajar 9 tahun. Sebaran lengkap responden pengunjung KRB berdasarkan tingkat pendidikan akhir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Tingkat Pendidikan Akhir

Tingkat Pendidikan Akhir Frekuensi Persentase (%)

SD 2 2,2

SMP 11 12,1

SMU 39 42,8

Akademi/Diploma 13 14,3

Strata 1 (S1) 23 25,3

Pascasarjana (S2) 3 3,3

Sebagian besar responden adalah mereka yang berada pada kelompok umur 17 – 23 tahun dimana pada umumnya mereka telah menyelesaikan pendidikan akhir tingkat menegah atas (SMU).

4.2.4 Jenis Pekerjaan Utama

(65)

diketahui responden yang berstatus mahasiswa dan pelajar menempati urutan pertama dengan persentase sebesar 36,3% diikuti kemudian dengan responden berstatus pegawai dengan persentase sebesar 25,3%. Jenis pekerjaan respoden yang menempati urutan terkecil adalah pensiunan dan buruh dengan persentase hanya sekitar 3,3%.

Tabel 5. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Jenis Pekerjaan Utama

Pekerjaan Utama Frekuensi Persentase (%)

Pelajar/Mahasiswa 33 36,3

Pegawai 23 25,3

Profesional 9 9,9

Ibu Rumah Tangga 8 8,8

Pencari Pekerjaan 7 7,7

Pengusaha 5 5,5

Pensiunan 3 3,3

Buruh 3 3,3

Uraian sebelumnya menenyebutkan bahwa pekerjaan utama sebagian besar responden pengunjung Kebun Raya Bogor adalah mahasiswa dan pelajar. Ada beberapa hal yang mempengaruhi besarnya jumlah responden yang berstatus mahasiswa/pelajar:

(66)

2. Fleksibilitas penggunaan waktu luang yang lebih besar dikarenakan mahasiswa dan pelajar pada umumnya belum memiliki pekerjaan tetap dan belum menikah

3. Mengingat pendapatan mereka yang kecil dan masih berasal dari orang tua, harga tiket KRB yang murah mendorong preferensi mereka terhadap KRB sebagai tempat tujuan ekowisata

4.2.5 Tingkat Pendapatan per Bulan

Jumlah responden pengunjung KRB yang sudah memiliki penghasilan sendiri yang bersifat tetap dan berasal dari pekerjaan utama sebesar 51 orang sedangkan sisanya 40 orang belum memiliki pendapatan sendiri dari pekerjaan utama. Kelompok yang belum memiliki pendapatan termasuk pelajar dan mahasiswa serta mereka yang sedang mencari pekerjaan.

Sebaran responden pengunjung KRB berdasarkan pendapatan per bulan dapat dilihat secara lengkap pada tabel berikut:

Tabel 6. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Tingkat Pendapatan per Bulan

Pendapatan per Bulan (Rp)

Frekuensi Persentase (%) Persentase Kumulatif (%)

< 500.000 36 39,56 39,56

500.000 – 1.000.000 32 35,16 74,72

1.000.001 – 2.000.000 5 5,49 80,21

2.000.001 – 4.000.000 10 11,0 91,21

(67)

Berdasarkan tabel, tingkat pendapatan per bulan responden pengunjung KRB bervariasi dari Rp. 250.000 per bulan hingga Rp. 40.000.000 per bulan. Tujuh puluh empat persen responden memiliki pendapatan yang berkisar antara kurang dari Rp. 500.000 hingga Rp. 1.000.000 sehingga dapat dinyatakan bahwa pendapatan perbulan yang umumnya dimiliki responden berkisar antara kurang dari Rp. 500.000 hingga Rp. 1.000.000. Hal tersebut dapat dijelaskan mengingat: 1. Rata – rata tingkat pendapatan per bulan penduduk Indonesia yang masih

kecil

2. Empat puluh persen (44%) responden belum memiliki pendapatan sendiri karena status mereka sebagai mahasiswa, pelajar dan pencari pekerjaan sehingga pendapatan per bulan mereka yang berupa uang saku pada umumnya bernominal kecil

3. Pengunjung KRB yang terbesar ke dua adalah pegawai menengah atau staf yang pada umumnya memiliki tingkat pendapatan berkisar antara = Rp. 500.000 sampai dengan Rp. 2.000.000

4.3. Preferensi dan Frekuensi Rekreasi

(68)

Adapun dengan frekuensi rekreasi, pada umumnya dalam setahun responden minimal sebanyak satu kali melakukan kegiatan rekreasi dan maksimal sebanyak 12 kali. Sebaran lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Frekuensi Rekreasi per Tahun

Frekue nsi Rekreasi per Tahun Frekuensi Persentase (%)

1 14 15,4

3 12 13,2

3 12 13,2

4 11 12,1

5 10 11,0

> 5 32 35,2

4.4 Pengetahua n Mengenai Ekoturisme

Gambar

Gambar 4. Kategori Nilai Ekonomi Lingkungan Hutan Tropis (Pearce, 1992)
Gambar 5. Metode Valuasi Ekonomi (Thampipali, 1993)
Gambar 6.  Skema Pentingnya Nilai Ekologi dan Nilai Ekonomi Ekoturisme Kebun Raya Bogor (Diadaptasi dari Setiawan, 2002)
Gambar 7. Alur Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dalam rangka pengembangan sistem pemantauan backup terpusat berbasis Lotus Notes (Centralized Backup Monitoring System) dengan tujuan agar setiap

 Direct Labor Cost Method Direct Labor Cost Method  Direct Labor Hours Method Direct Labor Hours Method  Machine Hours Machine Hours.  Activity-based Costing (ABC)

Potensi konflik tetap saja ada, misalnya sengketa kepulauan Spratly yang melibatkan beberapa negara di kawasan Laut Cina Selatan (beberapa diantaranya adalah

Dan makna yang terkandung dalam tari Mapak ini adalah sebagai rasa hormat dan bahagia atas kedatangan tamu – tamu besar yang berkunjung ke Kabupaten Empat Lawang dan

Dünya'yı elli yıl boyunca dolaşarak Mu Kıtası'mn varolduğunu, bu kıtanın insanlığın ilk çıktığı yer olduğunu ispat etmek için çalışan Churcvvard Doğu'da ve

Menurut Rose (dalam jurnal Usman Basher &amp; Muhamad Ismail Ramay, 2010:123), karyawan memiliki kecenderungan tingkat stres yang tinggi tentang waktu, bekerja

dilakukan dengan menyusun peringkat nilai total dari NUN dengan bobot 40% dan Nilai Tes Potensi Akademik dengan bobot 60%. 2) Calon peserta didik baru SMPN dari Luar