• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Suami Tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Suami Tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Sumatera Utara IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BADUTA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2016

Oleh : FRENGKY SAGALA (NIM. 101000108)

Mahasiswa Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

No. Responden : Tanggal Wawancara : - - 2017

Isilah pertanyaan dengan sebenar-benarnya dan pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda centang (√ ) atau silang (X) pada kotak isian

A. DATA DEMOGRAFI

1. Nama Ayah (inisial) :

2. Umur : Tahun

3. Pendidikan : a. Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD

b. SD

Jawablah pertanyaan-pertanyan berikut dengan memberikan tanda centang (√ ) atau tanda silang (X) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia dengan jawaban yang menurut anda paling tepat dan sesuai

B. PENGETAHUAN

1. Apa tujuan dari imunisasi?

a. Suntikan yang bisa membuat anak cacat (0)

b. Melindungi tubuh dari serangan penyakit (1)

c. Suntikan yang bisa membuat anak sakit parah (0)

2. Manfaat imunisasi pada anak adalah?

a. Dapat mencegah penderitaan atau cacat dan kematian yang disebabkan

oleh penyakit tertentu (1)

b. Anak menjadi tidak rewel (0)

(2)

Universitas Sumatera Utara

b. Polio, Campak, Varicella, MMR dan Tifoid (0)

c. BCG, Campak, Influenza, Hepatitis-A dan MMR (0)

4. Pemberian imunisasi sebaiknya diberikan sejak ?

a. Remaja (0)

b. Anak-anak (0)

c. Sejak lahir (1)

5. Imunisasi dasar lengkap diberikan sebelum anak berumur ?

a. 1 tahun (1)

b. 2 tahun (0)

c. 3 tahun (0)

6. Manfaat yang dapat dirasakan oleh keluarga jika anak diimunisasi adalah ? a. Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan yang dikeluarkan

bila anak sakit (1)

b. Tidak ada manfaatnya karena hanya menyusahkan keluarga jika anak

sakit setelah diimunisasi (0)

c. Tidak tahu (0)

7. Apa efek samping pemberian imunisasi pada anak ?

a. Anak demam (1)

b. Anak bisa cacat (0)

c. Anak terjangkit virus (0)

8. Apa dampak yang diakibatkan jika anak tidak diimunisasi ?

a. Anak gampang terkena penyakit infeksi (1)

b. Anak menjadi rewel (0)

c. Tidak berpengaruh sama sekali (0)

9. Dimana sebaiknya anak diimunisasi ?

a. Rumah Sakit/Puskesmas/Posyandu (1)

b. Apotik/Toko Obat (0)

c. Tidak tahu (0)

10.Apakah ada biaya yang dikeluarkan untuk mengimunisasi bayi ?

a. Ya, ada (0)

(3)

Universitas Sumatera Utara 5

diimunisasi

6 Anak tetap memiliki kekebalan tubuh terhadap

penyakit meskipun anak tidak diimunisasi

7 Pemberian imunisasi dapat menunjang tumbuh

kembang anak lebih berkualitas

8 Vaksin imunisasi yang disuntikkan pada bayi

terbuat dari zat yang haram

9 Pemberian imunisasi pada bayi dilakukan

sebelum bayi genap berusia 1 tahun

10

Munculnya rasa sakit dan kemerahan di sekitar tempat penyuntikkan merupakan reaksi normal dan tidak berbahaya bagi bayi

11

Tidak ada yang menjamin keamanan produk vaksin imunisasi sehingga dapat dikategorikan sebagai produk yang tidak aman

12 Imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk

anak di masa mendatang

13 Sebenarnya tidak ada manfaat yang diberikan

imunisasi pada bayi

14

Jika suami ragu terhadap efek samping yang ditimbulkan setelah imunisasi maka sebaiknya suami menanyakan hal tersebut pada petugas kesehatan agar mendapat informasi yang lebih tepat

15 Peran suami sangat besar bagi ibu untuk

membawa anak diimunisasi

D. PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

1. Apakah anak Bapak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B) sesuai dengan jadwal yang tertera di KMS?

a. Ya b. Tidak

(4)

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2 :

Hasil Pengolahan Statistik Data Peneliitian A. Karakteristik Responden

Umur responden saat ini

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(5)

Universitas Sumatera Utara Penghasilan responden setiap bulan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Tujuan dari pemberian imunisai pada anak ialah melindungi tubuh anak

dari serangan penyakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Benar 64 74.4 74.4 74.4

Salah 22 25.6 25.6 100.0

Total 86 100.0 100.0

Manfaat imunisasi pada anak adalah dapat mencegah penderitaan atau

cacat dan kematian yang disebabkan oleh penyakit tertentu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Benar 39 45.3 45.3 45.3

Salah 47 54.7 54.7 100.0

Total 86 100.0 100.0

Imunisasi dasar lengkap terdiri dari Hepatitis-B, Polio, DPT dan Campak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Benar 32 37.2 37.2 37.2

(6)

Universitas Sumatera Utara Imunisasi dasar lengkap terdiri dari Hepatitis-B, Polio, DPT dan Campak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Benar 32 37.2 37.2 37.2

Salah 54 62.8 62.8 100.0

Total 86 100.0 100.0

Pemberian imunisasi pada anak sebaiknya diberikan sejak anak lahir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Benar 59 68.6 68.6 68.6

Salah 27 31.4 31.4 100.0

Total 86 100.0 100.0

Imunisasi dasar lengkap diberikan sebelum anak berumur 1 tahun

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Benar 33 38.4 38.4 38.4

Salah 53 61.6 61.6 100.0

Total 86 100.0 100.0

Manfaat yang dapat dirasakan oleh keluarga jika anak diimunisasi adalah

menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan yang dikeluarkan bila

anak sakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Benar 51 59.3 59.3 59.3

Salah 35 40.7 40.7 100.0

(7)

Universitas Sumatera Utara Anak menjadi demam merupakan efek samping dari pemberian imunisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Benar 52 60.5 60.5 60.5

Salah 34 39.5 39.5 100.0

Total 86 100.0 100.0

Dampak yang diakibatkan jika anak tidak diimunisasi ialah anak menjadi

mudah terkena penyakit infeksi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Benar 39 45.3 45.3 45.3

Salah 47 54.7 54.7 100.0

Total 86 100.0 100.0

Rumah Sakit/Puskesmas/Posyandu merupakan tempat anak untuk

diberikan imunisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Benar 48 55.8 55.8 55.8

Salah 38 44.2 44.2 100.0

Total 86 100.0 100.0

Tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk mengimunisasi bayi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Benar 39 45.3 45.3 45.3

Salah 47 54.7 54.7 100.0

(8)

Universitas Sumatera Utara Skor Pengetahuan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Selain untuk ibu, penyuluhan tentang imunisasi bagi ayah juga penting dilakukan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Pemberian imunisasi pada bayi sangat penting dilakukan

Frequency Percent Valid Percent

(9)

Universitas Sumatera Utara Jika timbul reaksi gangguan kesehatan setelah imunisasi, suami akan melarang istri

untuk mengimunisasi bayi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Suami seharusnya memberikan dukungan pada istri agar membawa bayi untuk

diimunisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Suami akan malu jika ikut mengantarkan anak diimunisasi

Frequency Percent Valid Percent

(10)

Universitas Sumatera Utara Anak tetap memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit meskipun anak tidak diimunisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Pemberian imunisasi dapat menunjang tumbuh kembang anak lebih berkualitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Vaksin imunisasi yang disuntikkan pada bayi terbuat dari zat yang haram

Frequency Percent Valid Percent

(11)

Universitas Sumatera Utara Pemberian imunisasi pada bayi dilakukan sebelum bayi genap berusia 1 tahun

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Munculnya rasa sakit dan kemerahan di sekitar tempat penyuntikkan merupakan reaksi

normal dan tidak berbahaya bagi bayi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Tidak ada yang menjamin keamanan produk vaksin imunisasi sehingga dapat

dikategorikan sebagai produk yang tidak aman

Frequency Percent Valid Percent

(12)

Universitas Sumatera Utara Imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk anak di masa mendatang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Sebenarnya tidak ada manfaat yang diberikan imunisasi pada bayi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Jika suami ragu terhadap efek samping yang ditimbulkan setelah imunisasi maka

sebaiknya suami menanyakan hal tersebut pada petugas kesehatan agar mendapat

informasi yang lebih tepat

Frequency Percent Valid Percent

(13)

Universitas Sumatera Utara Peran suami sangat besar bagi ibu untuk membawa anak diimunisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Setuju 25 29.1 29.1 29.1

Setuju 27 31.4 31.4 60.5

Tidak Setuju 22 25.6 25.6 86.0

Sangat Tidak Setuju 12 14.0 14.0 100.0

Total 86 100.0 100.0

Skor Sikap Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 20 23.3 23.3 23.3

Sedang 27 31.4 31.4 54.7

Tidak Baik 39 45.3 45.3 100.0

Total 86 100.0 100.0

D. Pemberian Imunisasi pada Anak

Kelengkapan Pemberian Imunisasi pada Anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 32 37.2 37.2 37.2

Tidak 54 62.8 62.8 100.0

(14)
(15)
(16)

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Azwar S. 2007. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Budiarto, 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC,Jakarta

Dinkes Pemprovsu. 2008. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Medan : Dinas Kesehatan Sumatera Utara.

_________________2008. Profil Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai. Medan : Dinas Kesehatan Sumatera Utara.

Dolan, P., Canavan, J., Pinkerton, J. 2006. Family Support as Reflective Practice. London : Jessica Kingsley Publishers.

Erlinda, 2006. Perilaku Ibu Terhadap Kelengkapan Imunisasi Anak Balita di

Kelurahan Sei Putih Timur II Kecamatan Medan Petisah Tahun 2006. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

Ermawati, D. 2009. Komunikasi Dan Konseling Dalam Praktek Kebidanan.Jakarta : Trans Infomedia,

Effendy. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik.. Bandung : Remaja Rosdakarya

Francis, S., Satiadarma, M.P. 2004. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap

Kesembuhan Ibu yang Mengidap Penyakit Kanker Payudara. Jurnal

Ilmiah Psikologi “ARKHE”, Th.9 no.1.

Febrianti, Lisna. 2013. Pengaruh Komunikasi Tatap Muka terhadap

Pengetahuan dan Sikap Ibu Bayi dan Balita dalam UPGK di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013 (Tesis). Medan : Pascasarjana FKM USU.

Friedman, M.Bowden, V.r.Jones,E.G. 1998. Keperawatan Keluarga, Teori dan

Praktik, Edisi 3. Jakarta : EGC.

Gani, Sabariah. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian

Imunisasi Dasar Pada Bayi di Desa Bambalomotu Kecamatan Bambalomotu Kabupaten Mamuju Utara. (Tesis). Makassar :

Pascasarajan FKM UNHAS.

Garungan WA, 2004 . Psikologi Sosial. Bandung : PT Rafika Aditama,

Green, LW. 2000. Health Promotion Planning; An Educational And

Environmental Approach. Colombia : Institute of Health Promotion

(17)

Universitas Sumatera Utara

Gust DA, et all.2004. Under Imunization Among Children Effects of Vaccine

Safety Concern of Immunization Status. New York : Journal of

Pediatrics.

Idwar, 2000 . Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi

Hepatitis B Pada bayi (0-11) Bulan di Kabupaten Aceh Besar (Tesis).

Depok : Pascasarjana FKM UI.

Irfani, 2010 . Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Ibu Dalam

Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010 (Skripsi). Medan :

Pascasarjana FKM USU.

Kamidah.2013. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Imunisasi Dengan

Perilaku Ibu Terhadap Imunisasibayi Di Puskesmas Gondokusuman II Yogyakarta (Skripsi). Yogyakarta : Progrm Studi Kesehatan

Masyarakat FK UFM.

Kemenkes RI. 2009. Universal Child Immunization.. Jakarta : Kemenkes RI.

_____________. 2010. Posyandu Memberikan Kontribusi Besar dalam

Pencapaian Cakupan Imunisasi. Diakses pada 23 April 2012 dari

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/476-posyandu memberikankontribusi- besar-dalam-pencapaian-cakupan-imunisasi.html Diakses pada 12 Maret 2016.

Larasati, N, 2010. Tingkat Pengetahuan Ibu yang Mempuyai Bayi Umur 0-11

Bulan tentang Imunisasi Dasar di Desa Tuntungpait Kutoarjo Purworejo (Skripsi). Semarang : FKM UNDIP.

Lisnawati, Lilis, 2011. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta : Penerbit CV. Trans Info Medi.

Mampuni S. 2014. Faktor – faktor Ibu yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Bayi di Kecamatan Kendal Kota Kabupaten Kendal.

(Skripsi). Semarang : FKM UNDIP.

Marimbi, Hanum, 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar

Pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika .

Maryunani, Anik, 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : Penerbit CV. Trans Info Media.

Notoatmodjo, S 2010 . Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Riduwan, 2007. Rumus dan Data dalam Analis Statistik. Bandung : Alfabeta.

(18)

Universitas Sumatera Utara

Sudiharto, 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan

Keperawatan Transkultural. Jakarta : EGC.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

dan kualitatif). Bandung : Alfabeta

Wahyuni, Putri. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pencapaian

(19)

40

Universitas Sumatera Utara

Jenis penelitian ini adalah deskriptif - kuantitatif, yaitu menggambarkan

pengetahuan dan sikap suami tentang pemberian imunisasi dasar lengkap pada

baduta di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu Oktober 2016 – Januari 2017.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi atau subjek dalam penelitian ini adalah suami yang mempunyai

baduta berumur 12 - 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai, dengan jumlah populasi baduta umur 12 - 24 bulan

adalah sebanyak 86 orang.

3.3.2 Sampel

Menurut Arikunto (2006), apabila jumlah populasi kurang dari 100 orang

(20)

Universitas Sumatera Utara

Jumlah sampel dalam penelitian ini merupakan keseluruhan dari suami yang

memiliki anak berumur 12 - 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai yang berjumlah 86 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Untuk memperoleh data primer yang diperlukan, teknik yang digunakan

adalah pengisian kuesioner melalui wawancara. Kuesioner adalah suatu cara

pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden

secara langsung dengan harapan responden akan memberi respon jawaban yang

sebenar-benarnya atas pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner.

3.4.2 Data Sekunder

Pengumpulan sumber data sekunder berasal dari studi kepustakaan dan

studi literatur yang terkait dengan rumusan permasalahan yang sedang diteliti

dalam penelitian yang sedang dilaksanakan.

3.5 Defenisi Operasional

Variabel penelitian yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

3.5.1 Pengetahuan Suami

Segala sesuatu yang diketahui suami yang memiliki anak berusia 12 – 24

bulan tentang imunisasi dasar lengkap (pengertian, manfaat, waktu pemberian,

(21)

Universitas Sumatera Utara 3.5.2 Sikap Suami

Merupakan respon tertutup suami yang memiliki anak berusia 12 – 24

bulan, yaitu kecenderungan suami untuk berespon atau bereaksi positif atau

negatif terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pengukuran Pengetahuan Suami

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban

responden terhadap pertanyaan dari kuesioner yang sesuai dengan skor yang

ditetapkan. Pengetahuan diukur melalui 10 pertanyaan. Jawaban yang benar diberi

nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Pengukuran tingkat pengetahuan

dibedakan atas 3 kategori menurut Arikunto (2002) :

1. Tingkat pengetahuan Baik, jika >75% dijawab dengan benar dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai >7

2. Tingkat pengetahuan Sedang, jika 40%-75% dijawab dengan benar dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 4-7

3. Tingkat pengetahuan Tidak Baik, jika <40% dijawab dengan benar dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai <4

3.6.2 Pengukuran Sikap Suami

Aspek pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala Likert

yang terdiri dari 4 kategori yaitu : SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak

Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).

Sikap diukur melalui 15 pernyataan dengan memberikan skor terhadap

(22)

Universitas Sumatera Utara

1. Untuk pernyataan positif (pernyataan nomor : 1, 2, 4, 7, 9, 10, 12, 14 dan 15)

 SS : Sangat Setuju, skor 4

 S : Setuju, skor 3

 TS : Tidak Setuju, skor 2

 STS : Sangat Tidak Setuju, skor 1

2. Untuk pernyataan negatif (pernyataan nomor : 3, 5, 6, 8, 11 dan 13)

 SS : Sangat Setuju, skor 1

 S : Setuju, skor 2

 TS : Tidak Setuju, skor 3

 STS : Sangat Tidak Setuju, skor 4

Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai oleh responden adalah 60 dan

skor terendah adalah 15. Berdasarkan kriteria diatas dapat dikategorikan tingkat

sikap responden menurut Aruikunto (2002) dengan kriteria sebagai berikut :

1. Baik, jika >75% dijawab dengan benar dari nilai tertinggi seluruh pernyataan

dengan total nilai > 45

2. Sedang, jika 40%-75% dijawab dengan benar dari nilai tertinggi seluruh

pernyataan dengan total nilai 24- 45

3. Tidak Baik, jika <40% dijawab dengan benar dari nilai tertinggi seluruh

pernyataan dengan total nilai <24

3.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1 Metode Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2010), data yang telah terkumpul diolah dengan

(23)

Universitas Sumatera Utara Product Service Solution). Data yang telah terkumpul, diolah dan didistribusikan

melalui proses editing, coding dan tabulating.

1. Editing

Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau sesudah

data terkumpul.

2. Coding

Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas

beberapa kategori.

3. Tabulating

Kegiatan memasukan atau menyusun data yang telah dikumpulkan kedalam

bentuk-bentuk tabel menggunakan komputer dan akan disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi dan dalam bentuk narasi.

3.7.2 Metode Analisa Data

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat, yaitu

analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel penelitian yang

meliputi gambaran pengetahuan dan sikap suami tentang pemberian imunisasi

dasar lengkap pada baduta di wilayah kerja puskesmas Pantai Cermin Kabupaten

(24)

45

Universitas Sumatera Utara BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Pariwisata Pantai Cermin merupakan salah satu Puskesmas di

Kabupaten Serdang Bedagai yang terletak di Desa Pantai Cermin Kanan

Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dengan batas-batas

wilayah/daerahnya adalah sebagai berikut :

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Pariwisata Pantai Cermin

adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Selat Malaka

 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan

 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan

 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Beringin

Kabupaten Deli Serdang

Adapun visi dari Puskesmas Pariwisata Pantai Cermin adalah: “Prima dalam

Pelayanan dan Mantap dalam Pemberdayaan Guna Mewujudkan Masyarakat yang

Mandiri untuk Hidup Sehat”. Untuk mewujudkan visi tersebut Puskesmas

Pariwisata Pantai Cermin memiliki misi sebagai berikut :

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan

2. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima, bermutu, merata dan

terjangkau seluruh lapisan masyarakat melalaui penerapan ISO 9001-2008.

3. Menyelenggarakan promosi kesehatan yang bermutu serta memanfaatka

(25)

Universitas Sumatera Utara

Puskesmas Pariwisata Pantai Cermin memiliki motto : “ Kepuasan Pasien adalah

Kewajiban Kami”.

Berdasarkan profil kesehatan cakupan imunisasi bayi di wilayah kerja

Puskesmas Pantai Cermin tahun 2015 dari 4 desa yang terdiri dari total 24 desa

terdapat 1545 bayi dengan hasil cakupan imunisasi untuk Hepatitis B, BCG,

DPT, Polio, dan Campak, secara keseluruhan belum ada yang mencapai 90%,

cakupan tertinggi pada imunisasi Polio, DPT mencapai 88,7% dan terendah

adalah Hepatitis B yaitu 49,5%. Di Kecamatan Perbaungan tertinggi imunisasi

Campak sebanyak 83,0% dan terendah Hepatitis B sebanyak 17,4%, dan hanya 4

desa yang masuk dalam kategori UCI.

4.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah suami yang mempunyai baduta

berumur 12 - 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten

Serdang Bedagai, yang memiliki karakteristik tertentu yang berupa umur, tingkat

pendidikan, jenis pekerjaan yang sebagai mata pencaharian responden saat ini,

dan tingkat penghasilan responden setiap bulannya, dengan jumlah sampel

sebanyak 86 orang responden. Gambaran umum karakteristik responden dapat

dilihat pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden Karakteristik

Responden Jumlah (n) Persentase (%)

(26)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa karakteristik responden

suami yang mempunyai baduta berumur 12 - 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, berdasarkan karakteristik umur

sebagian besar responden berada pada rentang usia 21 - 30 tahun yakni sebanyak

41 orang (47,7%), responden yang berada pada rentang usia 31 – 40 tahun yakni

sebanyak 30 orang (34,9%), kemudian responden yang berada pada rentang usia

41 – 50 tahun yakni sebanyak 11 orang (12,8%), dan responden yang berada pada

rentang usia dibawah 20 tahun yakni sebanyak 4 orang (4,7%).

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar

responden telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMA/Sederajat yakni

sebanyak 39 orang (45,3%), responden yang telah menyelesaikan pendidikan pada

(27)

Universitas Sumatera Utara

menyelesaikan jenjang pendidikan pada jenjang perguruan tinggi yakni sebanyak

12 orang (14), kemudian responden yang telah menyelesaikan pendidikan,

kemudian responden yang hanya menyelesaikan pendidikan pada jenjang

SD/Sederajat yakni sebanyak 4 orang (4,7%), dan responden yang tidak tamat SD

sebanyak 2 orang (2,3%).

Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan sebagai sumber mata

pencharian keseharian, sebagian besar responden bekerja sebagai pegawi/buruh

yakni sebanyak 27 orang (31,4%), responden yang bekerja sebagai wiraswasta

yakni sebanyak 19 orang (22,1%), responden yng bekerja sebagai nelayan yakni

sebanyak 17 orang (19,8), kemudian responden yang bekerja petani yakni

sebanyak 15 orang (17,4%), dan hanya sebanyak 8 orag responden (9,3%) yang

bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS).

4.3 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta

Pengetahuan responden terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada

baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat

pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta

Tujuan dari pemberian imunisai pada anak ialah melindungi tubuh anak dari serangan penyakit

(28)

Universitas Sumatera Utara

2

Manfaat imunisasi pada anak adalah dapat mencegah penderitaan atau cacat dan kematian yang disebabkan oleh penyakit tertentu

5 Imunisasi dasar lengkap diberikan

sebelum anak berumur 1 tahun 33 38,4 53 61,6 86 100

6

Manfaat yang dapat dirasakan oleh keluarga jika anak diimunisasi adalah menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan yang dikeluarkan bila anak sakit

51 59,3 35 40,7 86 100

7 Anak menjadi demam merupakan efek

samping dari pemberian imunisasi 52 60,5 34 39,5 86 100

8

Dampak yang diakibatkan jika anak tidak diimunisasi ialah anak menjadi mudah terkena penyakit infeksi

39 45,3 47 54,7 86 100

9

Rumah Sakit/Puskesmas/Posyandu merupakan tempat anak untuk diberikan imunisasi

48 55,8 38 44,3 86 100

10 Tidak ada biaya yang dikeluarkan

untuk mengimunisasi bayi 39 45,3 47 54,7 86 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa pengetahuan responden

terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai

Cermin Kabupaten Serdang Bedagai yang paling dominan dan sudah dinilai baik

yaitu sebagian besar responden yakni sebanyak 64 orang responden (64,4%)

sudah mengetahui bahwa tujuan dari pemberian imunisai pada anak ialah

melindungi tubuh anak dari serangan penyakit, kemudian sebanyak 59 orang

(29)

Universitas Sumatera Utara

sebaiknya diberikan sejak anak lahir, dan sebanyak 52 orang responden (60,5%)

sudah mengetahui bahwa anak menjadi demam merupakan efek samping dari

pemberian imunisasi.

Sedangkan pengetahuan responden terhadap terhadap pemberian imunisasi

dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang

Bedagai yang masih dinilai kurang baik dan perlu ditingkatkan yaitu bahwa hanya

ada sebanyak 39 orang responden (45,3%) yang sudah mengetahui bahwa manfaat

imunisasi pada anak adalah dapat mencegah penderitaan atau cacat dan kematian

yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mengetahui bahwa dampak yang

diakibatkan jika anak tidak diimunisasi ialah anak menjadi mudah terkena

penyakit infeksi, serta mengetahui bahwa tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk

mengimunisasi bayi, kemudian hanya ada sebanyak 33 orang responden (38,4%)

yang sudah mengetahui bahwa imunisasi dasar lengkap diberikan sebelum anak

berumur 1 tahun, dan hanya ada sebanyak 32 orang responden (37,2%) yang

sudah mengetahui bahwa imunisasi dasar lengkap terdiri dari Hepatitis-B, Polio,

DPT dan Campak.

Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap pengukuran pengetahuan

responden terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas

Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, maka pengetahuan responden dapat

dikategorikan menjadi 3 (tiga kategori) yaitu “Baik”, “Sedang” dan “Kurang

(30)

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Responden terhadap Pemberian

Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta Kategori Pengetahuan

Responden Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 20 23,3

Sedang 21 24,4

Tidak Baik 37 43,0

Total 86 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden

yakni sebanyak 37 orang responden (43%) memiliki pengetahuan terhadap

pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai dalam kategori yang tidak baik, kemudian 21 orang

responden (24,4%) memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar

lengkap pada baduta dalam kategori yang sedang, dan hanya 20 orang responden

(23,3%) memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada

baduta dalam kategori yang baik.

4.4 Gambaran Sikap Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta

Sikap responden terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta

di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada tabel

(31)

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Gambaran Sikap Responden terhadap Pemberian Imunisasi

Dasar Lengkap Pada Baduta

Selain untuk ibu, penyuluhan tentang imunisasi bagi ayah juga penting dilakukan

29 33,7 21 24,4 20 23,3 16 18,6

2 Pemberian imunisasi pada bayi sangat

penting dilakukan 18 20,9 23 26,7 37 43,0 8 9,3

3

Jika timbul reaksi gangguan kesehatan setelah imunisasi, suami akan melarang istri untuk mengimunisasi bayi

Anak tetap memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit meskipun anak tidak diimunisasi

8 Vaksin imunisasi yang disuntikkan

pada bayi terbuat dari zat yang haram 26 30,2 10 11,6 24 27,9 26 30,2

9

Pemberian imunisasi pada bayi dilakukan sebelum bayi genap berusia 1 tahun

38 44,2 17 19,8 19 22,1 12 14,0

10

Munculnya rasa sakit dan kemerahan di sekitar tempat penyuntikkan merupakan reaksi normal dan tidak berbahaya bagi bayi

(32)

Universitas Sumatera Utara

11

Tidak ada yang menjamin keamanan produk vaksin imunisasi sehingga dapat dikategorikan sebagai produk yang tidak aman

Jika suami ragu terhadap efek samping yang ditimbulkan setelah imunisasi maka sebaiknya suami menanyakan hal tersebut pada petugas kesehatan agar mendapat informasi yang lebih tepat

40 46,5 17 19,8 18 20,9 11 12,8

15 Peran suami sangat besar bagi ibu

untuk membawa anak diimunisasi 25 29,1 27 31,4 22 25,6 12 14,0

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa sikap responden terhadap

pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai yang paling dominan dan sudah dinilai baik yaitu

sebagian besar responden yakni sebanyak 40 orang responden (46,5%)

menyatakan sangat setuju pada pernyataan bahwa jika suami ragu terhadap efek

samping yang ditimbulkan setelah imunisasi maka sebaiknya suami menanyakan

hal tersebut pada petugas kesehatan agar mendapat informasi yang lebih tepat,

kemudian sebanyak 38 orang responden (44,2%) menyatakan sangat setuju pad

pernyataan bahwa pemberian imunisasi pada bayi dilakukan sebelum bayi genap

berusia 1 tahun, dan sebanyak 33 orang responden (38,4%) menyatakan sangat

setuju bahwa munculnya rasa sakit dan kemerahan di sekitar tempat penyuntikkan

(33)

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan sikap responden terhadap terhadap pemberian imunisasi dasar

lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

yang masih dinilai kurang baik dan perlu ditingkatkan ialah sebanyak 31 orang

responden (36%) menyatakan sangat setuju pada pernyataan bahwa sebenarnya

tidak ada manfaat yang diberikan imunisasi pada bayi, kemudian sebanyak 30

orang responden (34,9%) menyatakan sangat setuju bahwa tidak ada yang

menjamin keamanan produk vaksin imunisasi sehingga dapat dikategorikan

sebagai produk yang tidak aman, dan sebanyak 26 orang responden (30,2%) yang

menyatakan sangat setuju bahwa vaksin imunisasi yang disuntikkan pada bayi

terbuat dari zat yang haram.

Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap pengukuran Sikap responden

terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai

Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, maka Sikap responden dapat dikategorikan

menjadi 3 (tiga kategori) yaitu “Baik”, “Sedang” dan “Kurang Baik” yang dapat

dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.5 Kategori Sikap Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta

Kategori Sikap

Responden Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 20 23,3

Sedang 27 31,4

Tidak Baik 39 45,3

Total 86 100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden

yakni sebanyak 39 orang responden (45,3%) memiliki sikap terhadap pemberian

(34)

Universitas Sumatera Utara

Serdang Bedagai dalam kategori yang tidak baik, kemudian 27 orang responden

(31,4%) memiliki sikap terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta

dalam kategori yang sedang, dan hanya 20 orang responden (23,3%) memiliki

sikap terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta dalam kategori

yang baik.

4.5 Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

Gambaran pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas

Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.7 Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Pemberian Imunisasi

Dasar Lengkap Jumlah (n) Persentase (%)

Ya 32 37,2

Tidak 54 62,8

Total 86 100

Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa gambaran pemberian

imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten

Serdang Bedagai diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 54

orang responden (62,8%) menyatakan bahwa anak mereka tidak mendapatkan

imunisasi dasar secara lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B)

sesuai dengan jadwal yang tertera di Kartu Menuju Sehat (KMS), dan hanya

sebanyak 32 orang responden (37,2%) yang menyatakan bahwa anak mereka

sudah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak

(35)

56

Universitas Sumatera Utara BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang ada secara niscaya pada diri

manusia. Keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai

bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak

atau kemauan. Sedangkan kehendak adalah salah satu unsur kekuatan kejiwaan.

Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan (emotion).

Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling pengaruh

mempengaruhi menurut situasi dan keadaan. Artinya, dalam keadaan tertentu

yang berbeda-beda, pikiran atau perasaan atau keinginan biasa lebih dominan.

Pengetahuan seseorang bisa menjadi faktor yang memengaruhi dalam menentukan

perilaku individu termasuk perilaku dalam pemberian imunisasi dasar lengkap

pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pengetahuan

responden terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas

Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai yang paling dominan dan sudah

dinilai baik yaitu sebagian besar responden yakni sebanyak 64 orang responden

(64,4%) sudah mengetahui bahwa tujuan dari pemberian imunisai pada anak ialah

melindungi tubuh anak dari serangan penyakit, kemudian sebanyak 59 orang

responden (68,6%) sudah mengetahui bahwa pemberian imunisasi pada anak

(36)

Universitas Sumatera Utara

sudah mengetahui bahwa anak menjadi demam merupakan efek samping dari

pemberian imunisasi.

Sedangkan pengetahuan responden terhadap terhadap pemberian imunisasi

dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang

Bedagai yang masih dinilai kurang baik dan perlu ditingkatkan yaitu bahwa hanya

ada sebanyak 39 orang responden (45,3%) yang sudah mengetahui bahwa manfaat

imunisasi pada anak adalah dapat mencegah penderitaan atau cacat dan kematian

yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mengetahui bahwa dampak yang

diakibatkan jika anak tidak diimunisasi ialah anak menjadi mudah terkena

penyakit infeksi, serta mengetahui bahwa tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk

mengimunisasi bayi, kemudian hanya ada sebanyak 33 orang responden (38,4%)

yang sudah mengetahui bahwa imunisasi dasar lengkap diberikan sebelum anak

berumur 1 tahun, dan hanya ada sebanyak 32 orang responden (37,2%) yang

sudah mengetahui bahwa imunisasi dasar lengkap terdiri dari Hepatitis-B, Polio,

DPT dan Campak.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut juga diketahui bahwa sebagian besar

responden yakni sebanyak 37 orang responden (43%) memiliki pengetahuan

terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai

Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dalam kategori yang tidak baik, kemudian 21

orang responden (24,4%) memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi

dasar lengkap pada baduta dalam kategori yang sedang, dan hanya 20 orang

responden (23,3%) memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar

(37)

Universitas Sumatera Utara

Terdapat beberapa hal yang memengaruhi pengetahuan individu terhadap

sesuatu hal seperti sumber informasi yang didapatkan, intensitas pemberian

informasi dan tingkat pendidikan. Menurut Irmayati (2013), tingkat pendidikan

dapat memengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang akan berpengaruh terhadap pola pikir dan daya nalar dalam menghadapi

suatu masalah (Hutasoit, 2006). Redding et al (2010) yang dikutip oleh Anggraeni

(2010) menyatakan faktor pengubah seperti tingkat pendidikan dipercayai

mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap perilaku dengan cara memengaruhi

persepsi individu. Individu dengan pendidikan tinggi, cenderung memiliki

perhatian yang besar terhadap kesehatannya sehingga jika individu tersebut

mengalami gangguan kesehatan maka ia akan segera mencari pelayanan

kesehatan.

Umumnya orang yang berpengetahuan tinggi cenderung memiliki pola

pikir yang lebih baik sehingga berusaha menerapkan pola perilaku hidup sehat.

Dengan pengetahuan tinggi diharapkan dapat menimbulkan sikap perilaku yang

dapat menangkal timbulnya perubahan perilaku yang negatif dari kesehatan,

termasuk dalam hal pemberian imunisasi lengkap pada anak.

Hal ini didukung oleh Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa

seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak sama

pemahamannya dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk

menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pengetahuan yang mereka

(38)

Universitas Sumatera Utara

dan mengaplikasikannya dalam tindakan. Semakin tinggi pengetahuan seseorang

terhadap kesehatan, semakin tinggi kesadaran orang tersebut dalam menjaga

kesehatan pribadi dan keluarganya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pengetahuan suami

terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta masih dalam kategori

yang kurang baik, banyak responden yang belum mengetahui bagaimna penting

dan manfaat imunisasi terhadap kondisi kesehatan anak, dan banyak juga

responden yang tidak mengetahui jenis imunisasi apa saja yang harus diberikan

kepada anak sebagai standar tercapinya pemberian imunisasi dasar lengkap yang

harus didapatkan.

Pada umumnya suami tidak menyadari manfaat pemberian imunisasi pada

bayi terhadap kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan

suami, karena semakin tinggi pendidikan maka semakin baik wawasan tentang

kesehatan. Selain tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap juga dapat

mempengaruhi tindakan suami yang tercermin pada tindakan suami dalam

mendorong pemberian imunisasi pada bayi. Oleh karena pentingnya pemberian

imunisasi dasar lengkap, maka suami dituntut untuk memiliki pengetahuan yang

memadai mengeni pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang, yang dapat menimbulkan perubahan persepsi dan

terbentuknya sikap yang konsisten. Dengan pengetahuan, sikap dan tindakan

suami yang baik dalam mendorong pemberian imunisasi, sehingga dapat

(39)

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh

Wahyuni (2014) yang menjelaskan bahwa dari 51 orang responden yang diteliti

diketahui sebanyak 28 orang responden (54,9%) memiliki pengetahuan terhadap

pemberian imunisasi dasar lengkap dalam kategori yang kurang baik, kemudian

sebanyak 13 orang responden (25,5%) memiliki pengetahuan berkategori sedang,

dan hanya 10 orang responden (19,6%) yang memiliki pengetahuan mengenai

imunisasi dasar lengkap dalam kategori yang baik.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Mumpuni (2014)

yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

responden mengenai imunisasi dengan status pemberian imunisasi pada anak

dengan nilai uji statistik sebesar (p=0,024), dalam artian bahwa semakin baik

pengetahuan responden maka semakin lengkap status pemberian imunisasi pada

anak.

5.2 Gambaran Sikap Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk

merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu.

Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih, dan

sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman

yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah

sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang.

Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan

(40)

Universitas Sumatera Utara

dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi

serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan atau prilakuSikap seseorang bisa menjadi faktor yang memengaruhi

dalam menentukan perilaku individu termasuk perilaku dalam pemberian

imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten

Serdang Bedagai.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap responden terhadap

pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai yang paling dominan dan sudah dinilai baik yaitu

sebagian besar responden yakni sebanyak 40 orang responden (46,5%)

menyatakan sangat setuju pada pernyataan bahwa jika suami ragu terhadap efek

samping yang ditimbulkan setelah imunisasi maka sebaiknya suami menanyakan

hal tersebut pada petugas kesehatan agar mendapat informasi yang lebih tepat,

kemudian sebanyak 38 orang responden (44,2%) menyatakan sangat setuju pad

pernyataan bahwa pemberian imunisasi pada bayi dilakukan sebelum bayi genap

berusia 1 tahun, dan sebanyak 33 orang responden (38,4%) menyatakan sangat

setuju bahwa munculnya rasa sakit dan kemerahan di sekitar tempat penyuntikkan

merupakan reaksi normal dan tidak berbahaya bagi bayi.

Sedangkan sikap responden terhadap terhadap pemberian imunisasi dasar

lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

(41)

Universitas Sumatera Utara

responden (36%) menyatakan sangat setuju pada pernyataan bahwa sebenarnya

tidak ada manfaat yang diberikan imunisasi pada bayi, kemudian sebanyak 30

orang responden (34,9%) menyatakan sangat setuju bahwa tidak ada yang

menjamin keamanan produk vaksin imunisasi sehingga dapat dikategorikan

sebagai produk yang tidak aman, dan sebanyak 26 orang responden (30,2%) yang

menyatakan sangat setuju bahwa vaksin imunisasi yang disuntikkan pada bayi

terbuat dari zat yang haram.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut juga diketahui

bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 39 orang responden (45,3%)

memiliki sikap terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di

Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dalam kategori yang tidak

baik, kemudian 27 orang responden (31,4%) memiliki sikap terhadap pemberian

imunisasi dasar lengkap pada baduta dalam kategori yang sedang, dan hanya 20

orang responden (23,3%) memiliki sikap terhadap pemberian imunisasi dasar

lengkap pada baduta dalam kategori yang baik.

Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa sikap suami dalam pemberian

imunisasi pada baduta masih dinilai kurang baik, banyak hal yang menyebabkan

sikap suami menjadi kurang baik terhadap pemberian imunisasi pada baduta,

seperti adanya persepsi bahwa pemberian imunisasi pada anak mutlak merupakan

tanggung jawab si ibu, dan suami tidak memiliki andil tanggung jawab dalam

urusan pemberian imunisasi dasar lengkap pada anak sehingga suami bersikap

pasif terhadap pemberian imunisasi pada anak, selain itu rasa malu dari suami

(42)

Universitas Sumatera Utara

Selain itu juga adanya ketakutan suami bahwa vaksin imunissi terbuat dari zat

haram, dan anak yang akan sakit setelah diberikan imunisasi membuat cakupan

imunisasi dasar lengkap pada anak menjadi tidak optimal.

Sikap suami dalam membangun komunikasi dan mendorong pemberian

imunisasi pada bayi merupakan salah satu faktor dalam pencapaian cakupan

imunisasi yang baik. Hal ini dikarenakan sebagian besar setiap daerah di

Indonesia memiliki sosial budaya dalam hal pengambilan keputusan di rumah

tangga adalah pihak suami. Sehingga anggapan salah tentang imunisasi yang

berkembang dalam masyarakat membuat para suami merasa khawatir terhadap

resiko dari beberapa vaksin yang diberikan pada bayi. Adanya kepercayaan

tersebut membuat para suami kurang memberikan dorongan kepada istri untuk

mengimunisasi bayi mereka.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh

Wahyuni (2014) yang menjelaskan bahwa dari 51 orang responden yang diteliti

diketahui sebanyak 26 orang responden (51%) memiliki sikap terhadap pemberian

imunisasi dasar lengkap dalam kategori yang kurang baik, kemudian sebanyak 14

orang responden (27,5%) memiliki sikap berkategori sedang, dan hanya 11 orang

responden (21,6%) yang memiliki sikap mengenai imunisasi dasar lengkap dalam

kategori yang baik.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Mumpuni (2014)

yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap

(43)

Universitas Sumatera Utara

dengan nilai uji statistik sebesar (p=0,012), dalam artian bahwa semakin baik

sikap responden maka semakin lengkap status pemberian imunisasi pada anak.

5.3 Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru

lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang

perlindungan, imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius

yang paling efektif untuk bayi dari segi biaya. Pemerintah Indonesia sangat

mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka

kesakitan, kematian pada bayi, balita/ anak-anak pra sekolah, untuk menurunkan

angka kesakitan dan kematian bayi akibat Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan

Imunisasi (PD3I). Penyakit dimaksud antara lain, Difteri, Tetanus, Pertusis (Batuk

Rejan), Measles (Campak), Polio dan Tuberculosis.

Peranan suami sangat besar bagi ibu dalam mendukung perilaku atau

tindakan ibu dalam membawa anak untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

Suami sebagai orang terdekat di lingkungan keluarga dan sekaligus pemegang

kekuasaan dalam keluarga yang sangat menentukan dalam pemilihan tempat

pelayanan kesehatan, dukungan keluarga khususnya suami merupakan salah satu

elemen penguat dalam penentuan perilaku seseorang dalam memberikan

imunisasi lengkap kepada anak.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gambaran pemberian

imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten

Serdang Bedagai diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 54

(44)

Universitas Sumatera Utara

imunisasi dasar secara lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B)

sesuai dengan jadwal yang tertera di Kartu Menuju Sehat (KMS), dan hanya

sebanyak 32 orang responden (37,2%) yang menyatakan bahwa anak mereka

sudah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak

dan Hepatitis B) sesuai dengan jadwal yang tertera di Kartu Menuju Sehat (KMS).

Salah satu upaya yang efektif untuk menekan angka kesakitan dan

kematian bayi dan balita adalah dengan imunisasi, sedangkan upaya imunisasi

akan efektif bila cakupan dan kualitasnya sudah optimal. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut diketahui bahwa sebagian besar anak tidak mendapatkan

imunisasi dasar yang harus didapatkan secara lengkap, padahal imunisasi dasar

lengkap penting untuk diberikan kepada anak agar anak memiliki antibodi

terhadap infeksi penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan pemberian

imunisasi sebagai upaya dalam mencegah infeksi penyakit tersebut. Jika anak

tidak mendapatkan imunisasi, maka anak tidak memiliki antibodi untuk mencegah

infeksi penyakit, sehingga anak beresiko untuk terkena infeksi penyakit seperti

TBC, Polio, Campkak, Dipteri, Pertusis, dan Tetanus yang seharusnya dapat

dicegah dengan pemberian imunisasi dasar secara lengkap.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wahyuni (2014) yang

menjelaskan bahwa dari 51 orang responden yang diteliti diketahui hanya

sebanyak 12 orang responden (23,5%) yang menyatakan bahwa anak mereka telah

mendapatkan cakupan imunisasi dasar lengkap yang dibutuhkan, sedangkan

sebanyak 39 orang responden (76,5%) menyatakan bahwa anak mereka tidak

(45)

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Mumpuni (2014)

yang menjelaskan bahwa dari 76 orang responden yang diteliti diketahui hanya

sebanyak 34 orang responden (44,7%) yang menyatakan bahwa anak mereka telah

mendapatkan cakupan imunisasi dasar lengkap yang dibutuhkan, sedangkan

sebanyak 42 orang responden (55,3%) menyatakan bahwa anak mereka tidak

(46)

67

Universitas Sumatera Utara BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai “Gambaran

Pengetahuan dan Sikap Suami Tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada

Baduta di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

Tahun 2016”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran umum karakteristik responden, sebanyak 41 orang (47,7%)

berada pada rentang usia 21 – 30 tahun, sebanyak 39 orang (45,3%)

memiliki tingkat pendidikan SMA/Sederajat, kemudian sebanyal 27 orang

(31,4%) bekerja sebagai pegawai/buruh, dan sebanyak 43 orang (50%)

memiliki penghasilan antara Rp.1.000.0000,- s.d Rp.3.000.000,- setiap

bulannya.

2. Gambaran pengetahuan responden, sebanyak 37 orang responden (43%)

memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada

baduta dalam kategori yang tidak baik, kemudian 21 orang responden

(24,4%) memiliki pengetahuan dalam kategori yang sedang, dan hanya 20

orang responden (23,3%) memiliki pengetahuan baduta dalam kategori

yang baik.

3. Gambaran sikap responden, sebanyak 39 orang responden (45,3%)

memiliki sikap terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta

(47)

Universitas Sumatera Utara

memiliki sikap dalam kategori yang sedang, dan hanya 20 orang

responden (23,3%) memiliki sikap dalam kategori yang baik.

4. Gambaran pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di wilayah

kerja Puskesmas Pantai Cermin diketahui bahwa sebanyak 54 orang

responden (62,8%) menyatakan bahwa anak mereka tidak mendapatkan

imunisasi dasar secara lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis

B) sesuai dengan jadwal yang tertera di Kartu Menuju Sehat (KMS), dan

hanya sebanyak 32 orang responden (37,2%) yang menyatakan bahwa

anak mereka sudah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan ialah sebagai berikut:

1. Disarankan kepada petugas kesehatan Puskesms Pantai Cermin, petugas

Posyandu, bidan desa, dan kader kesehatan untuk melakukan penyuluhan

kesehatan secara intensif kepada masyarakat terkhuus kepada suami untuk

meningkatkan pengetahuan dan sikap mereka terhadap pentingnya

pemberian imunisasi dasar lengkap dalam upaya untuk meningkatkan

cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi wilayah kerja Puskesmas

Pantai Cermin.

2. Disarankan kepada suami untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap

terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta dengan

menghadiri penyuluhan kesehatan mengenai pentingnya pemberian

(48)

Universitas Sumatera Utara

Posyandu, serta memberikan dukungan yang baik pada istri dalam hal

pemberian imunisasi pada anak seperti tidak malu mengantarkan istri ke

tempat layanan pemberian imunisasi, mengingatkan istri mengenai jadwal

(49)

11

Universitas Sumatera Utara BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius yang

paling efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000).

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru

lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang

perlindungan. (Depkes RI, 2005).

Secara khusus, antigen merupakan bagian protein kuman atau racun yang

jika masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh harus

memiliki zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh manusia

disebut antibody. Zat anti terhadap racun kuman disebut antitoksin.

Dalam keadaan tersebut, jika tubuh terinfeksi maka tubuh akan

membentuk antibody untuk melawan bibit penyakit yang menyebabkan terinfeksi.

Tetapi antibody tersebut bersifat spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit

tertentu yang masuk ke dalam tubuh dan tidak terhadap bibit penyakit lainnya

(Satgas IDAI, 2008).

2.1.1 Tujuan Imunisasi

Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi

sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita/

anak-anak pra sekolah. Adapun tujuan program imunisasi dimaksud bertujuan

(50)

Universitas Sumatera Utara

1. Tujuan Umum

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat Penyakit

Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit dimaksud antara lain,

Difteri, Tetanus, Pertusis (Batuk Rejan), Measles (Campak), Polio dan

Tuberculosis.

2. Tujuan Khusus

a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan

imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa

Kelurahan pada tahun 2010.

b. Tercapainya ERAPO (Eradiksi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar di

Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar

pada tahun 2008.

c. Tercapainya ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum), artinya menurunkan

kasus TN sampai tingkat 1 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun pada

tahun 2008.

d. Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak

turun pada tahun 2006.

2.1.2 Sasaran Program Imunisasi

Sasaran program imunisasi yang meliputi sebagai berikut :

1. Mencakup bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT,

Polio, Campak dan Hepatitis-B.

2. Mencakup ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (catin) untuk

(51)

Universitas Sumatera Utara

3. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas 1, untuk mendapatkan

imunisasi DPT.

4. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas II s/d kelas VI untuk

mendapatkan imunisasi TT (dimulai tahun 2001 s/d tahun 2003), anak-anak

SD kelas II dan kelas III mendapatkan vaksinasi TT (Depkes RI, 2005).

2.1.3 Manfaat Imunisasi

Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh

penyakit menular yang sering berjangkit

2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya

pengobatan jika anak sakit

3. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan

bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara

(Depkes RI, 2001).

2.2 Jenis Imunisasi 2.2.1 Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan

bertahan selama bertahun-tahun (A.H Markum, 2002).

Adapun tipe vaksin yang dibuat “hidup dan mati”. Vaksin yang hidup

mengandung bakteri atau virus (germ) yang tidak berbahaya, tetapi dapat

menginfeksi tubuh dan merangsang pembentukan antibodi. Vaksin yang mati

dibuat dari bakteri atau virus, atau dari bahan toksit yang dihasilkannya yang

(52)

Universitas Sumatera Utara

Imunisasi dasar yang dapat diberikan kepada anak adalah :

- BCG, untuk mencegah penyakit TBC.

- DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit difteri, pertusis dan tetanus.

- Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis.

- Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles).

- Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis.

2.2.2 Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan

untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat

aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang diberikan ditujukan untuk

upaya pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri

maupun virus (Satgas IDAI, 2008).

Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil memberikan

antibodi tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi di akhir trimester pertama

kehamilan dan jenis antibodi yang ditransfer melalui plasenta adalah

immunoglobulin G (LgG). Transfer imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi

melalui kolostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah immunoglobulin A (LgA).

Sedangkan transfer imunitas pasif secara didapat terjadi saat seseorang menerima

plasma atau serum yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang

kekebalan tubuhnya.

Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama,

sebab kadar zat-zat anti yang meningkat dalam tubuh anak bukan sebagai hasil

(53)

Universitas Sumatera Utara

luar tubuh. Salah satu contoh imunisasi pasif adalah Inmunoglobulin yang dapat

mencegah anak dari penyakit campak (measles). (AH, Markum, 2002)

2.2.3 Jenis-Jenis Vaksin Imunisasi Dasar Lengkap Dalam Program Imunisasi

Ada lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah antara

lain :

1. Imunisasi BCG

Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis dan frekuensi pemberian imunisasi

BCG adalah 1 kali, tidak perlu diulang sebab vaksin BCG berisi kuman hidup

sehingga antibodi yang dihasilkan tinggi.

a. Usia Pemberian

Pemberian imunisasi dianjurkan sedini mungkin atau secepatnya, tetapi

pada umumnya dibawah 2 bulan. Jika diberikan setelah 2 bulan, disarankan

dilakukan tes mantoux (tuberculin) terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi

sudah terinfeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis atau belum.

b. Tanda Keberhasilan Imunisasi

Timbul indurasi (benjolan) kecil dan eritema (merah) didaerah bekas

suntikan setelah 1 atau 2 minggu kemudian, yang berubah menjadi pustula,

kemudian pecah menjadi ulkus (luka), luka akan sembuh sendiri dan

meninggalkan tanda parut.

(54)

Universitas Sumatera Utara

Umumnya tidak ada efek samping, namun pada beberapa anak timbul

pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher di bagian bawah

biasanya, akan sembuh sendiri.

d. Kontra - indikasi imunisasi

Imunisasi BCG tidak dapat diberikan kepada anak yang berpenyakit TB

atau menunjukan uji Mantoux positif.

2. Imunisasi DPT

Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit yaitu: difteri, pertusis, tetanus

imunisasi dengan memberikan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang

telah di hilangkan sifat racunnya akan merangsang pembentukan zat anti (toxoid).

a. Pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan) yaitu pada usia 2

bulan, 4 bulan dan 6 bulan, namun bisa juga ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali

di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun diberikan imunisasi TT. Sedangkan

cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muscular (im).

b. Efek Samping Imunisasi

Biasanya hanya gejala-gejala ringan seperti sedikit demam, rewel, selama

1-2 hari, kemerahan pembengkakan agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat

suntikan yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masih demam

dapat diberikan obat penurun panas bayi.

Gambar

Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta
Tabel 4.3 Kategori Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta
Tabel 4.4 Gambaran Sikap Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta
Tabel 4.5 Kategori Sikap Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta
+4

Referensi

Dokumen terkait

namun mempunyai arti yang sangat penting dalam sistem tata kelola perusahaan maupun dalam aspek manajerial dan investasi dalam suatu organisasi baik organisasi laba

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penggunaan ragam bahasa gaul pada kaus oleh – oleh kota Medan dan menjelaskan bagaimana ragam bahasa gaul berdasarkan

Media pembelajaran yang dikembangkan dapat dikatakan efektif jika &gt;70% dari seluruh subyek uji coba memenuhi ketuntasan belajar dan adanya respon positif siswa

dan Oodinium sp., serta menunjukkan bahwa prevalensi ektoparasit pada ikan mas tertinggi pada lokasi kolam Medan Selayang yaitu Dactylogyrus sp.(insang 50%), Argulus sp..

As low-level facilitation initiates online discussion by providing the basic theme of each discussion activity, the high-level facilitation is to provide extra assistance in

Penelitian tentang Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Kolam Desa Pulau Banyak Kecamatan Tanjung Pura dan Kolam Medan Selayang Kota

Having considered the close alignment of the design of the e-tivities to Salmon’s model at Stage 2, and considering also the apparent popularity of Salmon’s model, it is believed

Perkembangbiakan perkici pelangi secara ex-situ dapat dilakukan di dalam laboratorium penangkaran melalui cara mengawinkan satu jantan dengan satu betina, ataupun