Universitas Sumatera Utara IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BADUTA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2016
Oleh : FRENGKY SAGALA (NIM. 101000108)
Mahasiswa Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
No. Responden : Tanggal Wawancara : - - 2017
Isilah pertanyaan dengan sebenar-benarnya dan pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda centang (√ ) atau silang (X) pada kotak isian
A. DATA DEMOGRAFI
1. Nama Ayah (inisial) :
2. Umur : Tahun
3. Pendidikan : a. Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
b. SD
Jawablah pertanyaan-pertanyan berikut dengan memberikan tanda centang (√ ) atau tanda silang (X) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia dengan jawaban yang menurut anda paling tepat dan sesuai
B. PENGETAHUAN
1. Apa tujuan dari imunisasi?
a. Suntikan yang bisa membuat anak cacat (0)
b. Melindungi tubuh dari serangan penyakit (1)
c. Suntikan yang bisa membuat anak sakit parah (0)
2. Manfaat imunisasi pada anak adalah?
a. Dapat mencegah penderitaan atau cacat dan kematian yang disebabkan
oleh penyakit tertentu (1)
b. Anak menjadi tidak rewel (0)
Universitas Sumatera Utara
b. Polio, Campak, Varicella, MMR dan Tifoid (0)
c. BCG, Campak, Influenza, Hepatitis-A dan MMR (0)
4. Pemberian imunisasi sebaiknya diberikan sejak ?
a. Remaja (0)
b. Anak-anak (0)
c. Sejak lahir (1)
5. Imunisasi dasar lengkap diberikan sebelum anak berumur ?
a. 1 tahun (1)
b. 2 tahun (0)
c. 3 tahun (0)
6. Manfaat yang dapat dirasakan oleh keluarga jika anak diimunisasi adalah ? a. Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan yang dikeluarkan
bila anak sakit (1)
b. Tidak ada manfaatnya karena hanya menyusahkan keluarga jika anak
sakit setelah diimunisasi (0)
c. Tidak tahu (0)
7. Apa efek samping pemberian imunisasi pada anak ?
a. Anak demam (1)
b. Anak bisa cacat (0)
c. Anak terjangkit virus (0)
8. Apa dampak yang diakibatkan jika anak tidak diimunisasi ?
a. Anak gampang terkena penyakit infeksi (1)
b. Anak menjadi rewel (0)
c. Tidak berpengaruh sama sekali (0)
9. Dimana sebaiknya anak diimunisasi ?
a. Rumah Sakit/Puskesmas/Posyandu (1)
b. Apotik/Toko Obat (0)
c. Tidak tahu (0)
10.Apakah ada biaya yang dikeluarkan untuk mengimunisasi bayi ?
a. Ya, ada (0)
Universitas Sumatera Utara 5
diimunisasi
6 Anak tetap memiliki kekebalan tubuh terhadap
penyakit meskipun anak tidak diimunisasi
7 Pemberian imunisasi dapat menunjang tumbuh
kembang anak lebih berkualitas
8 Vaksin imunisasi yang disuntikkan pada bayi
terbuat dari zat yang haram
9 Pemberian imunisasi pada bayi dilakukan
sebelum bayi genap berusia 1 tahun
10
Munculnya rasa sakit dan kemerahan di sekitar tempat penyuntikkan merupakan reaksi normal dan tidak berbahaya bagi bayi
11
Tidak ada yang menjamin keamanan produk vaksin imunisasi sehingga dapat dikategorikan sebagai produk yang tidak aman
12 Imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk
anak di masa mendatang
13 Sebenarnya tidak ada manfaat yang diberikan
imunisasi pada bayi
14
Jika suami ragu terhadap efek samping yang ditimbulkan setelah imunisasi maka sebaiknya suami menanyakan hal tersebut pada petugas kesehatan agar mendapat informasi yang lebih tepat
15 Peran suami sangat besar bagi ibu untuk
membawa anak diimunisasi
D. PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI
1. Apakah anak Bapak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B) sesuai dengan jadwal yang tertera di KMS?
a. Ya b. Tidak
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2 :
Hasil Pengolahan Statistik Data Peneliitian A. Karakteristik Responden
Umur responden saat ini
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Universitas Sumatera Utara Penghasilan responden setiap bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Tujuan dari pemberian imunisai pada anak ialah melindungi tubuh anak
dari serangan penyakit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 64 74.4 74.4 74.4
Salah 22 25.6 25.6 100.0
Total 86 100.0 100.0
Manfaat imunisasi pada anak adalah dapat mencegah penderitaan atau
cacat dan kematian yang disebabkan oleh penyakit tertentu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 39 45.3 45.3 45.3
Salah 47 54.7 54.7 100.0
Total 86 100.0 100.0
Imunisasi dasar lengkap terdiri dari Hepatitis-B, Polio, DPT dan Campak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 32 37.2 37.2 37.2
Universitas Sumatera Utara Imunisasi dasar lengkap terdiri dari Hepatitis-B, Polio, DPT dan Campak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 32 37.2 37.2 37.2
Salah 54 62.8 62.8 100.0
Total 86 100.0 100.0
Pemberian imunisasi pada anak sebaiknya diberikan sejak anak lahir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 59 68.6 68.6 68.6
Salah 27 31.4 31.4 100.0
Total 86 100.0 100.0
Imunisasi dasar lengkap diberikan sebelum anak berumur 1 tahun
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 33 38.4 38.4 38.4
Salah 53 61.6 61.6 100.0
Total 86 100.0 100.0
Manfaat yang dapat dirasakan oleh keluarga jika anak diimunisasi adalah
menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan yang dikeluarkan bila
anak sakit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 51 59.3 59.3 59.3
Salah 35 40.7 40.7 100.0
Universitas Sumatera Utara Anak menjadi demam merupakan efek samping dari pemberian imunisasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 52 60.5 60.5 60.5
Salah 34 39.5 39.5 100.0
Total 86 100.0 100.0
Dampak yang diakibatkan jika anak tidak diimunisasi ialah anak menjadi
mudah terkena penyakit infeksi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 39 45.3 45.3 45.3
Salah 47 54.7 54.7 100.0
Total 86 100.0 100.0
Rumah Sakit/Puskesmas/Posyandu merupakan tempat anak untuk
diberikan imunisasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 48 55.8 55.8 55.8
Salah 38 44.2 44.2 100.0
Total 86 100.0 100.0
Tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk mengimunisasi bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 39 45.3 45.3 45.3
Salah 47 54.7 54.7 100.0
Universitas Sumatera Utara Skor Pengetahuan Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Selain untuk ibu, penyuluhan tentang imunisasi bagi ayah juga penting dilakukan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Pemberian imunisasi pada bayi sangat penting dilakukan
Frequency Percent Valid Percent
Universitas Sumatera Utara Jika timbul reaksi gangguan kesehatan setelah imunisasi, suami akan melarang istri
untuk mengimunisasi bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Suami seharusnya memberikan dukungan pada istri agar membawa bayi untuk
diimunisasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Suami akan malu jika ikut mengantarkan anak diimunisasi
Frequency Percent Valid Percent
Universitas Sumatera Utara Anak tetap memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit meskipun anak tidak diimunisasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Pemberian imunisasi dapat menunjang tumbuh kembang anak lebih berkualitas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Vaksin imunisasi yang disuntikkan pada bayi terbuat dari zat yang haram
Frequency Percent Valid Percent
Universitas Sumatera Utara Pemberian imunisasi pada bayi dilakukan sebelum bayi genap berusia 1 tahun
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Munculnya rasa sakit dan kemerahan di sekitar tempat penyuntikkan merupakan reaksi
normal dan tidak berbahaya bagi bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Tidak ada yang menjamin keamanan produk vaksin imunisasi sehingga dapat
dikategorikan sebagai produk yang tidak aman
Frequency Percent Valid Percent
Universitas Sumatera Utara Imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk anak di masa mendatang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Sebenarnya tidak ada manfaat yang diberikan imunisasi pada bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Jika suami ragu terhadap efek samping yang ditimbulkan setelah imunisasi maka
sebaiknya suami menanyakan hal tersebut pada petugas kesehatan agar mendapat
informasi yang lebih tepat
Frequency Percent Valid Percent
Universitas Sumatera Utara Peran suami sangat besar bagi ibu untuk membawa anak diimunisasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 25 29.1 29.1 29.1
Setuju 27 31.4 31.4 60.5
Tidak Setuju 22 25.6 25.6 86.0
Sangat Tidak Setuju 12 14.0 14.0 100.0
Total 86 100.0 100.0
Skor Sikap Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 20 23.3 23.3 23.3
Sedang 27 31.4 31.4 54.7
Tidak Baik 39 45.3 45.3 100.0
Total 86 100.0 100.0
D. Pemberian Imunisasi pada Anak
Kelengkapan Pemberian Imunisasi pada Anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 37.2 37.2 37.2
Tidak 54 62.8 62.8 100.0
Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA
Azwar S. 2007. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Budiarto, 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC,Jakarta
Dinkes Pemprovsu. 2008. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Medan : Dinas Kesehatan Sumatera Utara.
_________________2008. Profil Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai. Medan : Dinas Kesehatan Sumatera Utara.
Dolan, P., Canavan, J., Pinkerton, J. 2006. Family Support as Reflective Practice. London : Jessica Kingsley Publishers.
Erlinda, 2006. Perilaku Ibu Terhadap Kelengkapan Imunisasi Anak Balita di
Kelurahan Sei Putih Timur II Kecamatan Medan Petisah Tahun 2006. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
Ermawati, D. 2009. Komunikasi Dan Konseling Dalam Praktek Kebidanan.Jakarta : Trans Infomedia,
Effendy. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik.. Bandung : Remaja Rosdakarya
Francis, S., Satiadarma, M.P. 2004. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap
Kesembuhan Ibu yang Mengidap Penyakit Kanker Payudara. Jurnal
Ilmiah Psikologi “ARKHE”, Th.9 no.1.
Febrianti, Lisna. 2013. Pengaruh Komunikasi Tatap Muka terhadap
Pengetahuan dan Sikap Ibu Bayi dan Balita dalam UPGK di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013 (Tesis). Medan : Pascasarjana FKM USU.
Friedman, M.Bowden, V.r.Jones,E.G. 1998. Keperawatan Keluarga, Teori dan
Praktik, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Gani, Sabariah. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian
Imunisasi Dasar Pada Bayi di Desa Bambalomotu Kecamatan Bambalomotu Kabupaten Mamuju Utara. (Tesis). Makassar :
Pascasarajan FKM UNHAS.
Garungan WA, 2004 . Psikologi Sosial. Bandung : PT Rafika Aditama,
Green, LW. 2000. Health Promotion Planning; An Educational And
Environmental Approach. Colombia : Institute of Health Promotion
Universitas Sumatera Utara
Gust DA, et all.2004. Under Imunization Among Children Effects of Vaccine
Safety Concern of Immunization Status. New York : Journal of
Pediatrics.
Idwar, 2000 . Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi
Hepatitis B Pada bayi (0-11) Bulan di Kabupaten Aceh Besar (Tesis).
Depok : Pascasarjana FKM UI.
Irfani, 2010 . Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Ibu Dalam
Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010 (Skripsi). Medan :
Pascasarjana FKM USU.
Kamidah.2013. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Imunisasi Dengan
Perilaku Ibu Terhadap Imunisasibayi Di Puskesmas Gondokusuman II Yogyakarta (Skripsi). Yogyakarta : Progrm Studi Kesehatan
Masyarakat FK UFM.
Kemenkes RI. 2009. Universal Child Immunization.. Jakarta : Kemenkes RI.
_____________. 2010. Posyandu Memberikan Kontribusi Besar dalam
Pencapaian Cakupan Imunisasi. Diakses pada 23 April 2012 dari
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/476-posyandu memberikankontribusi- besar-dalam-pencapaian-cakupan-imunisasi.html Diakses pada 12 Maret 2016.
Larasati, N, 2010. Tingkat Pengetahuan Ibu yang Mempuyai Bayi Umur 0-11
Bulan tentang Imunisasi Dasar di Desa Tuntungpait Kutoarjo Purworejo (Skripsi). Semarang : FKM UNDIP.
Lisnawati, Lilis, 2011. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta : Penerbit CV. Trans Info Medi.
Mampuni S. 2014. Faktor – faktor Ibu yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Bayi di Kecamatan Kendal Kota Kabupaten Kendal.
(Skripsi). Semarang : FKM UNDIP.
Marimbi, Hanum, 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar
Pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika .
Maryunani, Anik, 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : Penerbit CV. Trans Info Media.
Notoatmodjo, S 2010 . Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Riduwan, 2007. Rumus dan Data dalam Analis Statistik. Bandung : Alfabeta.
Universitas Sumatera Utara
Sudiharto, 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural. Jakarta : EGC.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
dan kualitatif). Bandung : Alfabeta
Wahyuni, Putri. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pencapaian
40
Universitas Sumatera Utara
Jenis penelitian ini adalah deskriptif - kuantitatif, yaitu menggambarkan
pengetahuan dan sikap suami tentang pemberian imunisasi dasar lengkap pada
baduta di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu Oktober 2016 – Januari 2017.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi atau subjek dalam penelitian ini adalah suami yang mempunyai
baduta berumur 12 - 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai, dengan jumlah populasi baduta umur 12 - 24 bulan
adalah sebanyak 86 orang.
3.3.2 Sampel
Menurut Arikunto (2006), apabila jumlah populasi kurang dari 100 orang
Universitas Sumatera Utara
Jumlah sampel dalam penelitian ini merupakan keseluruhan dari suami yang
memiliki anak berumur 12 - 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai yang berjumlah 86 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Untuk memperoleh data primer yang diperlukan, teknik yang digunakan
adalah pengisian kuesioner melalui wawancara. Kuesioner adalah suatu cara
pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden
secara langsung dengan harapan responden akan memberi respon jawaban yang
sebenar-benarnya atas pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner.
3.4.2 Data Sekunder
Pengumpulan sumber data sekunder berasal dari studi kepustakaan dan
studi literatur yang terkait dengan rumusan permasalahan yang sedang diteliti
dalam penelitian yang sedang dilaksanakan.
3.5 Defenisi Operasional
Variabel penelitian yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
3.5.1 Pengetahuan Suami
Segala sesuatu yang diketahui suami yang memiliki anak berusia 12 – 24
bulan tentang imunisasi dasar lengkap (pengertian, manfaat, waktu pemberian,
Universitas Sumatera Utara 3.5.2 Sikap Suami
Merupakan respon tertutup suami yang memiliki anak berusia 12 – 24
bulan, yaitu kecenderungan suami untuk berespon atau bereaksi positif atau
negatif terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap.
3.6 Metode Pengukuran
3.6.1 Pengukuran Pengetahuan Suami
Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban
responden terhadap pertanyaan dari kuesioner yang sesuai dengan skor yang
ditetapkan. Pengetahuan diukur melalui 10 pertanyaan. Jawaban yang benar diberi
nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Pengukuran tingkat pengetahuan
dibedakan atas 3 kategori menurut Arikunto (2002) :
1. Tingkat pengetahuan Baik, jika >75% dijawab dengan benar dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai >7
2. Tingkat pengetahuan Sedang, jika 40%-75% dijawab dengan benar dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 4-7
3. Tingkat pengetahuan Tidak Baik, jika <40% dijawab dengan benar dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai <4
3.6.2 Pengukuran Sikap Suami
Aspek pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala Likert
yang terdiri dari 4 kategori yaitu : SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak
Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).
Sikap diukur melalui 15 pernyataan dengan memberikan skor terhadap
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk pernyataan positif (pernyataan nomor : 1, 2, 4, 7, 9, 10, 12, 14 dan 15)
SS : Sangat Setuju, skor 4
S : Setuju, skor 3
TS : Tidak Setuju, skor 2
STS : Sangat Tidak Setuju, skor 1
2. Untuk pernyataan negatif (pernyataan nomor : 3, 5, 6, 8, 11 dan 13)
SS : Sangat Setuju, skor 1
S : Setuju, skor 2
TS : Tidak Setuju, skor 3
STS : Sangat Tidak Setuju, skor 4
Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai oleh responden adalah 60 dan
skor terendah adalah 15. Berdasarkan kriteria diatas dapat dikategorikan tingkat
sikap responden menurut Aruikunto (2002) dengan kriteria sebagai berikut :
1. Baik, jika >75% dijawab dengan benar dari nilai tertinggi seluruh pernyataan
dengan total nilai > 45
2. Sedang, jika 40%-75% dijawab dengan benar dari nilai tertinggi seluruh
pernyataan dengan total nilai 24- 45
3. Tidak Baik, jika <40% dijawab dengan benar dari nilai tertinggi seluruh
pernyataan dengan total nilai <24
3.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1 Metode Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2010), data yang telah terkumpul diolah dengan
Universitas Sumatera Utara Product Service Solution). Data yang telah terkumpul, diolah dan didistribusikan
melalui proses editing, coding dan tabulating.
1. Editing
Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau sesudah
data terkumpul.
2. Coding
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori.
3. Tabulating
Kegiatan memasukan atau menyusun data yang telah dikumpulkan kedalam
bentuk-bentuk tabel menggunakan komputer dan akan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan dalam bentuk narasi.
3.7.2 Metode Analisa Data
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat, yaitu
analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel penelitian yang
meliputi gambaran pengetahuan dan sikap suami tentang pemberian imunisasi
dasar lengkap pada baduta di wilayah kerja puskesmas Pantai Cermin Kabupaten
45
Universitas Sumatera Utara BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Pariwisata Pantai Cermin merupakan salah satu Puskesmas di
Kabupaten Serdang Bedagai yang terletak di Desa Pantai Cermin Kanan
Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dengan batas-batas
wilayah/daerahnya adalah sebagai berikut :
Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Pariwisata Pantai Cermin
adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Beringin
Kabupaten Deli Serdang
Adapun visi dari Puskesmas Pariwisata Pantai Cermin adalah: “Prima dalam
Pelayanan dan Mantap dalam Pemberdayaan Guna Mewujudkan Masyarakat yang
Mandiri untuk Hidup Sehat”. Untuk mewujudkan visi tersebut Puskesmas
Pariwisata Pantai Cermin memiliki misi sebagai berikut :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima, bermutu, merata dan
terjangkau seluruh lapisan masyarakat melalaui penerapan ISO 9001-2008.
3. Menyelenggarakan promosi kesehatan yang bermutu serta memanfaatka
Universitas Sumatera Utara
Puskesmas Pariwisata Pantai Cermin memiliki motto : “ Kepuasan Pasien adalah
Kewajiban Kami”.
Berdasarkan profil kesehatan cakupan imunisasi bayi di wilayah kerja
Puskesmas Pantai Cermin tahun 2015 dari 4 desa yang terdiri dari total 24 desa
terdapat 1545 bayi dengan hasil cakupan imunisasi untuk Hepatitis B, BCG,
DPT, Polio, dan Campak, secara keseluruhan belum ada yang mencapai 90%,
cakupan tertinggi pada imunisasi Polio, DPT mencapai 88,7% dan terendah
adalah Hepatitis B yaitu 49,5%. Di Kecamatan Perbaungan tertinggi imunisasi
Campak sebanyak 83,0% dan terendah Hepatitis B sebanyak 17,4%, dan hanya 4
desa yang masuk dalam kategori UCI.
4.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah suami yang mempunyai baduta
berumur 12 - 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai, yang memiliki karakteristik tertentu yang berupa umur, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan yang sebagai mata pencaharian responden saat ini,
dan tingkat penghasilan responden setiap bulannya, dengan jumlah sampel
sebanyak 86 orang responden. Gambaran umum karakteristik responden dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden Karakteristik
Responden Jumlah (n) Persentase (%)
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa karakteristik responden
suami yang mempunyai baduta berumur 12 - 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, berdasarkan karakteristik umur
sebagian besar responden berada pada rentang usia 21 - 30 tahun yakni sebanyak
41 orang (47,7%), responden yang berada pada rentang usia 31 – 40 tahun yakni
sebanyak 30 orang (34,9%), kemudian responden yang berada pada rentang usia
41 – 50 tahun yakni sebanyak 11 orang (12,8%), dan responden yang berada pada
rentang usia dibawah 20 tahun yakni sebanyak 4 orang (4,7%).
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar
responden telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMA/Sederajat yakni
sebanyak 39 orang (45,3%), responden yang telah menyelesaikan pendidikan pada
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan jenjang pendidikan pada jenjang perguruan tinggi yakni sebanyak
12 orang (14), kemudian responden yang telah menyelesaikan pendidikan,
kemudian responden yang hanya menyelesaikan pendidikan pada jenjang
SD/Sederajat yakni sebanyak 4 orang (4,7%), dan responden yang tidak tamat SD
sebanyak 2 orang (2,3%).
Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan sebagai sumber mata
pencharian keseharian, sebagian besar responden bekerja sebagai pegawi/buruh
yakni sebanyak 27 orang (31,4%), responden yang bekerja sebagai wiraswasta
yakni sebanyak 19 orang (22,1%), responden yng bekerja sebagai nelayan yakni
sebanyak 17 orang (19,8), kemudian responden yang bekerja petani yakni
sebanyak 15 orang (17,4%), dan hanya sebanyak 8 orag responden (9,3%) yang
bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
4.3 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta
Pengetahuan responden terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada
baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta
Tujuan dari pemberian imunisai pada anak ialah melindungi tubuh anak dari serangan penyakit
Universitas Sumatera Utara
2
Manfaat imunisasi pada anak adalah dapat mencegah penderitaan atau cacat dan kematian yang disebabkan oleh penyakit tertentu
5 Imunisasi dasar lengkap diberikan
sebelum anak berumur 1 tahun 33 38,4 53 61,6 86 100
6
Manfaat yang dapat dirasakan oleh keluarga jika anak diimunisasi adalah menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan yang dikeluarkan bila anak sakit
51 59,3 35 40,7 86 100
7 Anak menjadi demam merupakan efek
samping dari pemberian imunisasi 52 60,5 34 39,5 86 100
8
Dampak yang diakibatkan jika anak tidak diimunisasi ialah anak menjadi mudah terkena penyakit infeksi
39 45,3 47 54,7 86 100
9
Rumah Sakit/Puskesmas/Posyandu merupakan tempat anak untuk diberikan imunisasi
48 55,8 38 44,3 86 100
10 Tidak ada biaya yang dikeluarkan
untuk mengimunisasi bayi 39 45,3 47 54,7 86 100
Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa pengetahuan responden
terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai
Cermin Kabupaten Serdang Bedagai yang paling dominan dan sudah dinilai baik
yaitu sebagian besar responden yakni sebanyak 64 orang responden (64,4%)
sudah mengetahui bahwa tujuan dari pemberian imunisai pada anak ialah
melindungi tubuh anak dari serangan penyakit, kemudian sebanyak 59 orang
Universitas Sumatera Utara
sebaiknya diberikan sejak anak lahir, dan sebanyak 52 orang responden (60,5%)
sudah mengetahui bahwa anak menjadi demam merupakan efek samping dari
pemberian imunisasi.
Sedangkan pengetahuan responden terhadap terhadap pemberian imunisasi
dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang
Bedagai yang masih dinilai kurang baik dan perlu ditingkatkan yaitu bahwa hanya
ada sebanyak 39 orang responden (45,3%) yang sudah mengetahui bahwa manfaat
imunisasi pada anak adalah dapat mencegah penderitaan atau cacat dan kematian
yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mengetahui bahwa dampak yang
diakibatkan jika anak tidak diimunisasi ialah anak menjadi mudah terkena
penyakit infeksi, serta mengetahui bahwa tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk
mengimunisasi bayi, kemudian hanya ada sebanyak 33 orang responden (38,4%)
yang sudah mengetahui bahwa imunisasi dasar lengkap diberikan sebelum anak
berumur 1 tahun, dan hanya ada sebanyak 32 orang responden (37,2%) yang
sudah mengetahui bahwa imunisasi dasar lengkap terdiri dari Hepatitis-B, Polio,
DPT dan Campak.
Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap pengukuran pengetahuan
responden terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas
Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, maka pengetahuan responden dapat
dikategorikan menjadi 3 (tiga kategori) yaitu “Baik”, “Sedang” dan “Kurang
Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Responden terhadap Pemberian
Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta Kategori Pengetahuan
Responden Jumlah (n) Persentase (%)
Baik 20 23,3
Sedang 21 24,4
Tidak Baik 37 43,0
Total 86 100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden
yakni sebanyak 37 orang responden (43%) memiliki pengetahuan terhadap
pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai dalam kategori yang tidak baik, kemudian 21 orang
responden (24,4%) memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar
lengkap pada baduta dalam kategori yang sedang, dan hanya 20 orang responden
(23,3%) memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada
baduta dalam kategori yang baik.
4.4 Gambaran Sikap Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta
Sikap responden terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta
di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada tabel
Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Gambaran Sikap Responden terhadap Pemberian Imunisasi
Dasar Lengkap Pada Baduta
Selain untuk ibu, penyuluhan tentang imunisasi bagi ayah juga penting dilakukan
29 33,7 21 24,4 20 23,3 16 18,6
2 Pemberian imunisasi pada bayi sangat
penting dilakukan 18 20,9 23 26,7 37 43,0 8 9,3
3
Jika timbul reaksi gangguan kesehatan setelah imunisasi, suami akan melarang istri untuk mengimunisasi bayi
Anak tetap memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit meskipun anak tidak diimunisasi
8 Vaksin imunisasi yang disuntikkan
pada bayi terbuat dari zat yang haram 26 30,2 10 11,6 24 27,9 26 30,2
9
Pemberian imunisasi pada bayi dilakukan sebelum bayi genap berusia 1 tahun
38 44,2 17 19,8 19 22,1 12 14,0
10
Munculnya rasa sakit dan kemerahan di sekitar tempat penyuntikkan merupakan reaksi normal dan tidak berbahaya bagi bayi
Universitas Sumatera Utara
11
Tidak ada yang menjamin keamanan produk vaksin imunisasi sehingga dapat dikategorikan sebagai produk yang tidak aman
Jika suami ragu terhadap efek samping yang ditimbulkan setelah imunisasi maka sebaiknya suami menanyakan hal tersebut pada petugas kesehatan agar mendapat informasi yang lebih tepat
40 46,5 17 19,8 18 20,9 11 12,8
15 Peran suami sangat besar bagi ibu
untuk membawa anak diimunisasi 25 29,1 27 31,4 22 25,6 12 14,0
Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa sikap responden terhadap
pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai yang paling dominan dan sudah dinilai baik yaitu
sebagian besar responden yakni sebanyak 40 orang responden (46,5%)
menyatakan sangat setuju pada pernyataan bahwa jika suami ragu terhadap efek
samping yang ditimbulkan setelah imunisasi maka sebaiknya suami menanyakan
hal tersebut pada petugas kesehatan agar mendapat informasi yang lebih tepat,
kemudian sebanyak 38 orang responden (44,2%) menyatakan sangat setuju pad
pernyataan bahwa pemberian imunisasi pada bayi dilakukan sebelum bayi genap
berusia 1 tahun, dan sebanyak 33 orang responden (38,4%) menyatakan sangat
setuju bahwa munculnya rasa sakit dan kemerahan di sekitar tempat penyuntikkan
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan sikap responden terhadap terhadap pemberian imunisasi dasar
lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
yang masih dinilai kurang baik dan perlu ditingkatkan ialah sebanyak 31 orang
responden (36%) menyatakan sangat setuju pada pernyataan bahwa sebenarnya
tidak ada manfaat yang diberikan imunisasi pada bayi, kemudian sebanyak 30
orang responden (34,9%) menyatakan sangat setuju bahwa tidak ada yang
menjamin keamanan produk vaksin imunisasi sehingga dapat dikategorikan
sebagai produk yang tidak aman, dan sebanyak 26 orang responden (30,2%) yang
menyatakan sangat setuju bahwa vaksin imunisasi yang disuntikkan pada bayi
terbuat dari zat yang haram.
Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap pengukuran Sikap responden
terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai
Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, maka Sikap responden dapat dikategorikan
menjadi 3 (tiga kategori) yaitu “Baik”, “Sedang” dan “Kurang Baik” yang dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.5 Kategori Sikap Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Baduta
Kategori Sikap
Responden Jumlah (n) Persentase (%)
Baik 20 23,3
Sedang 27 31,4
Tidak Baik 39 45,3
Total 86 100
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden
yakni sebanyak 39 orang responden (45,3%) memiliki sikap terhadap pemberian
Universitas Sumatera Utara
Serdang Bedagai dalam kategori yang tidak baik, kemudian 27 orang responden
(31,4%) memiliki sikap terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta
dalam kategori yang sedang, dan hanya 20 orang responden (23,3%) memiliki
sikap terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta dalam kategori
yang baik.
4.5 Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
Gambaran pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas
Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.7 Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Pemberian Imunisasi
Dasar Lengkap Jumlah (n) Persentase (%)
Ya 32 37,2
Tidak 54 62,8
Total 86 100
Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa gambaran pemberian
imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 54
orang responden (62,8%) menyatakan bahwa anak mereka tidak mendapatkan
imunisasi dasar secara lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B)
sesuai dengan jadwal yang tertera di Kartu Menuju Sehat (KMS), dan hanya
sebanyak 32 orang responden (37,2%) yang menyatakan bahwa anak mereka
sudah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak
56
Universitas Sumatera Utara BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang ada secara niscaya pada diri
manusia. Keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai
bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak
atau kemauan. Sedangkan kehendak adalah salah satu unsur kekuatan kejiwaan.
Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan (emotion).
Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling pengaruh
mempengaruhi menurut situasi dan keadaan. Artinya, dalam keadaan tertentu
yang berbeda-beda, pikiran atau perasaan atau keinginan biasa lebih dominan.
Pengetahuan seseorang bisa menjadi faktor yang memengaruhi dalam menentukan
perilaku individu termasuk perilaku dalam pemberian imunisasi dasar lengkap
pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pengetahuan
responden terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas
Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai yang paling dominan dan sudah
dinilai baik yaitu sebagian besar responden yakni sebanyak 64 orang responden
(64,4%) sudah mengetahui bahwa tujuan dari pemberian imunisai pada anak ialah
melindungi tubuh anak dari serangan penyakit, kemudian sebanyak 59 orang
responden (68,6%) sudah mengetahui bahwa pemberian imunisasi pada anak
Universitas Sumatera Utara
sudah mengetahui bahwa anak menjadi demam merupakan efek samping dari
pemberian imunisasi.
Sedangkan pengetahuan responden terhadap terhadap pemberian imunisasi
dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang
Bedagai yang masih dinilai kurang baik dan perlu ditingkatkan yaitu bahwa hanya
ada sebanyak 39 orang responden (45,3%) yang sudah mengetahui bahwa manfaat
imunisasi pada anak adalah dapat mencegah penderitaan atau cacat dan kematian
yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mengetahui bahwa dampak yang
diakibatkan jika anak tidak diimunisasi ialah anak menjadi mudah terkena
penyakit infeksi, serta mengetahui bahwa tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk
mengimunisasi bayi, kemudian hanya ada sebanyak 33 orang responden (38,4%)
yang sudah mengetahui bahwa imunisasi dasar lengkap diberikan sebelum anak
berumur 1 tahun, dan hanya ada sebanyak 32 orang responden (37,2%) yang
sudah mengetahui bahwa imunisasi dasar lengkap terdiri dari Hepatitis-B, Polio,
DPT dan Campak.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut juga diketahui bahwa sebagian besar
responden yakni sebanyak 37 orang responden (43%) memiliki pengetahuan
terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai
Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dalam kategori yang tidak baik, kemudian 21
orang responden (24,4%) memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi
dasar lengkap pada baduta dalam kategori yang sedang, dan hanya 20 orang
responden (23,3%) memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar
Universitas Sumatera Utara
Terdapat beberapa hal yang memengaruhi pengetahuan individu terhadap
sesuatu hal seperti sumber informasi yang didapatkan, intensitas pemberian
informasi dan tingkat pendidikan. Menurut Irmayati (2013), tingkat pendidikan
dapat memengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang akan berpengaruh terhadap pola pikir dan daya nalar dalam menghadapi
suatu masalah (Hutasoit, 2006). Redding et al (2010) yang dikutip oleh Anggraeni
(2010) menyatakan faktor pengubah seperti tingkat pendidikan dipercayai
mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap perilaku dengan cara memengaruhi
persepsi individu. Individu dengan pendidikan tinggi, cenderung memiliki
perhatian yang besar terhadap kesehatannya sehingga jika individu tersebut
mengalami gangguan kesehatan maka ia akan segera mencari pelayanan
kesehatan.
Umumnya orang yang berpengetahuan tinggi cenderung memiliki pola
pikir yang lebih baik sehingga berusaha menerapkan pola perilaku hidup sehat.
Dengan pengetahuan tinggi diharapkan dapat menimbulkan sikap perilaku yang
dapat menangkal timbulnya perubahan perilaku yang negatif dari kesehatan,
termasuk dalam hal pemberian imunisasi lengkap pada anak.
Hal ini didukung oleh Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa
seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak sama
pemahamannya dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk
menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pengetahuan yang mereka
Universitas Sumatera Utara
dan mengaplikasikannya dalam tindakan. Semakin tinggi pengetahuan seseorang
terhadap kesehatan, semakin tinggi kesadaran orang tersebut dalam menjaga
kesehatan pribadi dan keluarganya.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pengetahuan suami
terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta masih dalam kategori
yang kurang baik, banyak responden yang belum mengetahui bagaimna penting
dan manfaat imunisasi terhadap kondisi kesehatan anak, dan banyak juga
responden yang tidak mengetahui jenis imunisasi apa saja yang harus diberikan
kepada anak sebagai standar tercapinya pemberian imunisasi dasar lengkap yang
harus didapatkan.
Pada umumnya suami tidak menyadari manfaat pemberian imunisasi pada
bayi terhadap kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan
suami, karena semakin tinggi pendidikan maka semakin baik wawasan tentang
kesehatan. Selain tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap juga dapat
mempengaruhi tindakan suami yang tercermin pada tindakan suami dalam
mendorong pemberian imunisasi pada bayi. Oleh karena pentingnya pemberian
imunisasi dasar lengkap, maka suami dituntut untuk memiliki pengetahuan yang
memadai mengeni pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang, yang dapat menimbulkan perubahan persepsi dan
terbentuknya sikap yang konsisten. Dengan pengetahuan, sikap dan tindakan
suami yang baik dalam mendorong pemberian imunisasi, sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh
Wahyuni (2014) yang menjelaskan bahwa dari 51 orang responden yang diteliti
diketahui sebanyak 28 orang responden (54,9%) memiliki pengetahuan terhadap
pemberian imunisasi dasar lengkap dalam kategori yang kurang baik, kemudian
sebanyak 13 orang responden (25,5%) memiliki pengetahuan berkategori sedang,
dan hanya 10 orang responden (19,6%) yang memiliki pengetahuan mengenai
imunisasi dasar lengkap dalam kategori yang baik.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Mumpuni (2014)
yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
responden mengenai imunisasi dengan status pemberian imunisasi pada anak
dengan nilai uji statistik sebesar (p=0,024), dalam artian bahwa semakin baik
pengetahuan responden maka semakin lengkap status pemberian imunisasi pada
anak.
5.2 Gambaran Sikap Responden terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk
merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu.
Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih, dan
sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman
yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah
sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang.
Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan
Universitas Sumatera Utara
dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi
serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan atau prilakuSikap seseorang bisa menjadi faktor yang memengaruhi
dalam menentukan perilaku individu termasuk perilaku dalam pemberian
imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap responden terhadap
pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai yang paling dominan dan sudah dinilai baik yaitu
sebagian besar responden yakni sebanyak 40 orang responden (46,5%)
menyatakan sangat setuju pada pernyataan bahwa jika suami ragu terhadap efek
samping yang ditimbulkan setelah imunisasi maka sebaiknya suami menanyakan
hal tersebut pada petugas kesehatan agar mendapat informasi yang lebih tepat,
kemudian sebanyak 38 orang responden (44,2%) menyatakan sangat setuju pad
pernyataan bahwa pemberian imunisasi pada bayi dilakukan sebelum bayi genap
berusia 1 tahun, dan sebanyak 33 orang responden (38,4%) menyatakan sangat
setuju bahwa munculnya rasa sakit dan kemerahan di sekitar tempat penyuntikkan
merupakan reaksi normal dan tidak berbahaya bagi bayi.
Sedangkan sikap responden terhadap terhadap pemberian imunisasi dasar
lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
Universitas Sumatera Utara
responden (36%) menyatakan sangat setuju pada pernyataan bahwa sebenarnya
tidak ada manfaat yang diberikan imunisasi pada bayi, kemudian sebanyak 30
orang responden (34,9%) menyatakan sangat setuju bahwa tidak ada yang
menjamin keamanan produk vaksin imunisasi sehingga dapat dikategorikan
sebagai produk yang tidak aman, dan sebanyak 26 orang responden (30,2%) yang
menyatakan sangat setuju bahwa vaksin imunisasi yang disuntikkan pada bayi
terbuat dari zat yang haram.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut juga diketahui
bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 39 orang responden (45,3%)
memiliki sikap terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di
Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dalam kategori yang tidak
baik, kemudian 27 orang responden (31,4%) memiliki sikap terhadap pemberian
imunisasi dasar lengkap pada baduta dalam kategori yang sedang, dan hanya 20
orang responden (23,3%) memiliki sikap terhadap pemberian imunisasi dasar
lengkap pada baduta dalam kategori yang baik.
Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa sikap suami dalam pemberian
imunisasi pada baduta masih dinilai kurang baik, banyak hal yang menyebabkan
sikap suami menjadi kurang baik terhadap pemberian imunisasi pada baduta,
seperti adanya persepsi bahwa pemberian imunisasi pada anak mutlak merupakan
tanggung jawab si ibu, dan suami tidak memiliki andil tanggung jawab dalam
urusan pemberian imunisasi dasar lengkap pada anak sehingga suami bersikap
pasif terhadap pemberian imunisasi pada anak, selain itu rasa malu dari suami
Universitas Sumatera Utara
Selain itu juga adanya ketakutan suami bahwa vaksin imunissi terbuat dari zat
haram, dan anak yang akan sakit setelah diberikan imunisasi membuat cakupan
imunisasi dasar lengkap pada anak menjadi tidak optimal.
Sikap suami dalam membangun komunikasi dan mendorong pemberian
imunisasi pada bayi merupakan salah satu faktor dalam pencapaian cakupan
imunisasi yang baik. Hal ini dikarenakan sebagian besar setiap daerah di
Indonesia memiliki sosial budaya dalam hal pengambilan keputusan di rumah
tangga adalah pihak suami. Sehingga anggapan salah tentang imunisasi yang
berkembang dalam masyarakat membuat para suami merasa khawatir terhadap
resiko dari beberapa vaksin yang diberikan pada bayi. Adanya kepercayaan
tersebut membuat para suami kurang memberikan dorongan kepada istri untuk
mengimunisasi bayi mereka.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh
Wahyuni (2014) yang menjelaskan bahwa dari 51 orang responden yang diteliti
diketahui sebanyak 26 orang responden (51%) memiliki sikap terhadap pemberian
imunisasi dasar lengkap dalam kategori yang kurang baik, kemudian sebanyak 14
orang responden (27,5%) memiliki sikap berkategori sedang, dan hanya 11 orang
responden (21,6%) yang memiliki sikap mengenai imunisasi dasar lengkap dalam
kategori yang baik.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Mumpuni (2014)
yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap
Universitas Sumatera Utara
dengan nilai uji statistik sebesar (p=0,012), dalam artian bahwa semakin baik
sikap responden maka semakin lengkap status pemberian imunisasi pada anak.
5.3 Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru
lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang
perlindungan, imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius
yang paling efektif untuk bayi dari segi biaya. Pemerintah Indonesia sangat
mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka
kesakitan, kematian pada bayi, balita/ anak-anak pra sekolah, untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian bayi akibat Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I). Penyakit dimaksud antara lain, Difteri, Tetanus, Pertusis (Batuk
Rejan), Measles (Campak), Polio dan Tuberculosis.
Peranan suami sangat besar bagi ibu dalam mendukung perilaku atau
tindakan ibu dalam membawa anak untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
Suami sebagai orang terdekat di lingkungan keluarga dan sekaligus pemegang
kekuasaan dalam keluarga yang sangat menentukan dalam pemilihan tempat
pelayanan kesehatan, dukungan keluarga khususnya suami merupakan salah satu
elemen penguat dalam penentuan perilaku seseorang dalam memberikan
imunisasi lengkap kepada anak.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gambaran pemberian
imunisasi dasar lengkap pada baduta di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 54
Universitas Sumatera Utara
imunisasi dasar secara lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B)
sesuai dengan jadwal yang tertera di Kartu Menuju Sehat (KMS), dan hanya
sebanyak 32 orang responden (37,2%) yang menyatakan bahwa anak mereka
sudah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak
dan Hepatitis B) sesuai dengan jadwal yang tertera di Kartu Menuju Sehat (KMS).
Salah satu upaya yang efektif untuk menekan angka kesakitan dan
kematian bayi dan balita adalah dengan imunisasi, sedangkan upaya imunisasi
akan efektif bila cakupan dan kualitasnya sudah optimal. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut diketahui bahwa sebagian besar anak tidak mendapatkan
imunisasi dasar yang harus didapatkan secara lengkap, padahal imunisasi dasar
lengkap penting untuk diberikan kepada anak agar anak memiliki antibodi
terhadap infeksi penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi sebagai upaya dalam mencegah infeksi penyakit tersebut. Jika anak
tidak mendapatkan imunisasi, maka anak tidak memiliki antibodi untuk mencegah
infeksi penyakit, sehingga anak beresiko untuk terkena infeksi penyakit seperti
TBC, Polio, Campkak, Dipteri, Pertusis, dan Tetanus yang seharusnya dapat
dicegah dengan pemberian imunisasi dasar secara lengkap.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wahyuni (2014) yang
menjelaskan bahwa dari 51 orang responden yang diteliti diketahui hanya
sebanyak 12 orang responden (23,5%) yang menyatakan bahwa anak mereka telah
mendapatkan cakupan imunisasi dasar lengkap yang dibutuhkan, sedangkan
sebanyak 39 orang responden (76,5%) menyatakan bahwa anak mereka tidak
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Mumpuni (2014)
yang menjelaskan bahwa dari 76 orang responden yang diteliti diketahui hanya
sebanyak 34 orang responden (44,7%) yang menyatakan bahwa anak mereka telah
mendapatkan cakupan imunisasi dasar lengkap yang dibutuhkan, sedangkan
sebanyak 42 orang responden (55,3%) menyatakan bahwa anak mereka tidak
67
Universitas Sumatera Utara BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai “Gambaran
Pengetahuan dan Sikap Suami Tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Baduta di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2016”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran umum karakteristik responden, sebanyak 41 orang (47,7%)
berada pada rentang usia 21 – 30 tahun, sebanyak 39 orang (45,3%)
memiliki tingkat pendidikan SMA/Sederajat, kemudian sebanyal 27 orang
(31,4%) bekerja sebagai pegawai/buruh, dan sebanyak 43 orang (50%)
memiliki penghasilan antara Rp.1.000.0000,- s.d Rp.3.000.000,- setiap
bulannya.
2. Gambaran pengetahuan responden, sebanyak 37 orang responden (43%)
memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada
baduta dalam kategori yang tidak baik, kemudian 21 orang responden
(24,4%) memiliki pengetahuan dalam kategori yang sedang, dan hanya 20
orang responden (23,3%) memiliki pengetahuan baduta dalam kategori
yang baik.
3. Gambaran sikap responden, sebanyak 39 orang responden (45,3%)
memiliki sikap terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta
Universitas Sumatera Utara
memiliki sikap dalam kategori yang sedang, dan hanya 20 orang
responden (23,3%) memiliki sikap dalam kategori yang baik.
4. Gambaran pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta di wilayah
kerja Puskesmas Pantai Cermin diketahui bahwa sebanyak 54 orang
responden (62,8%) menyatakan bahwa anak mereka tidak mendapatkan
imunisasi dasar secara lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis
B) sesuai dengan jadwal yang tertera di Kartu Menuju Sehat (KMS), dan
hanya sebanyak 32 orang responden (37,2%) yang menyatakan bahwa
anak mereka sudah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan ialah sebagai berikut:
1. Disarankan kepada petugas kesehatan Puskesms Pantai Cermin, petugas
Posyandu, bidan desa, dan kader kesehatan untuk melakukan penyuluhan
kesehatan secara intensif kepada masyarakat terkhuus kepada suami untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap mereka terhadap pentingnya
pemberian imunisasi dasar lengkap dalam upaya untuk meningkatkan
cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi wilayah kerja Puskesmas
Pantai Cermin.
2. Disarankan kepada suami untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap
terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta dengan
menghadiri penyuluhan kesehatan mengenai pentingnya pemberian
Universitas Sumatera Utara
Posyandu, serta memberikan dukungan yang baik pada istri dalam hal
pemberian imunisasi pada anak seperti tidak malu mengantarkan istri ke
tempat layanan pemberian imunisasi, mengingatkan istri mengenai jadwal
11
Universitas Sumatera Utara BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius yang
paling efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000).
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru
lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang
perlindungan. (Depkes RI, 2005).
Secara khusus, antigen merupakan bagian protein kuman atau racun yang
jika masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh harus
memiliki zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh manusia
disebut antibody. Zat anti terhadap racun kuman disebut antitoksin.
Dalam keadaan tersebut, jika tubuh terinfeksi maka tubuh akan
membentuk antibody untuk melawan bibit penyakit yang menyebabkan terinfeksi.
Tetapi antibody tersebut bersifat spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit
tertentu yang masuk ke dalam tubuh dan tidak terhadap bibit penyakit lainnya
(Satgas IDAI, 2008).
2.1.1 Tujuan Imunisasi
Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi
sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita/
anak-anak pra sekolah. Adapun tujuan program imunisasi dimaksud bertujuan
Universitas Sumatera Utara
1. Tujuan Umum
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat Penyakit
Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit dimaksud antara lain,
Difteri, Tetanus, Pertusis (Batuk Rejan), Measles (Campak), Polio dan
Tuberculosis.
2. Tujuan Khusus
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa
Kelurahan pada tahun 2010.
b. Tercapainya ERAPO (Eradiksi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar di
Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar
pada tahun 2008.
c. Tercapainya ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum), artinya menurunkan
kasus TN sampai tingkat 1 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun pada
tahun 2008.
d. Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak
turun pada tahun 2006.
2.1.2 Sasaran Program Imunisasi
Sasaran program imunisasi yang meliputi sebagai berikut :
1. Mencakup bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT,
Polio, Campak dan Hepatitis-B.
2. Mencakup ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (catin) untuk
Universitas Sumatera Utara
3. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas 1, untuk mendapatkan
imunisasi DPT.
4. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas II s/d kelas VI untuk
mendapatkan imunisasi TT (dimulai tahun 2001 s/d tahun 2003), anak-anak
SD kelas II dan kelas III mendapatkan vaksinasi TT (Depkes RI, 2005).
2.1.3 Manfaat Imunisasi
Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit menular yang sering berjangkit
2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya
pengobatan jika anak sakit
3. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara
(Depkes RI, 2001).
2.2 Jenis Imunisasi 2.2.1 Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan
bertahan selama bertahun-tahun (A.H Markum, 2002).
Adapun tipe vaksin yang dibuat “hidup dan mati”. Vaksin yang hidup
mengandung bakteri atau virus (germ) yang tidak berbahaya, tetapi dapat
menginfeksi tubuh dan merangsang pembentukan antibodi. Vaksin yang mati
dibuat dari bakteri atau virus, atau dari bahan toksit yang dihasilkannya yang
Universitas Sumatera Utara
Imunisasi dasar yang dapat diberikan kepada anak adalah :
- BCG, untuk mencegah penyakit TBC.
- DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
- Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis.
- Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles).
- Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis.
2.2.2 Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan
untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat
aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang diberikan ditujukan untuk
upaya pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri
maupun virus (Satgas IDAI, 2008).
Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil memberikan
antibodi tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi di akhir trimester pertama
kehamilan dan jenis antibodi yang ditransfer melalui plasenta adalah
immunoglobulin G (LgG). Transfer imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi
melalui kolostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah immunoglobulin A (LgA).
Sedangkan transfer imunitas pasif secara didapat terjadi saat seseorang menerima
plasma atau serum yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang
kekebalan tubuhnya.
Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama,
sebab kadar zat-zat anti yang meningkat dalam tubuh anak bukan sebagai hasil
Universitas Sumatera Utara
luar tubuh. Salah satu contoh imunisasi pasif adalah Inmunoglobulin yang dapat
mencegah anak dari penyakit campak (measles). (AH, Markum, 2002)
2.2.3 Jenis-Jenis Vaksin Imunisasi Dasar Lengkap Dalam Program Imunisasi
Ada lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah antara
lain :
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis dan frekuensi pemberian imunisasi
BCG adalah 1 kali, tidak perlu diulang sebab vaksin BCG berisi kuman hidup
sehingga antibodi yang dihasilkan tinggi.
a. Usia Pemberian
Pemberian imunisasi dianjurkan sedini mungkin atau secepatnya, tetapi
pada umumnya dibawah 2 bulan. Jika diberikan setelah 2 bulan, disarankan
dilakukan tes mantoux (tuberculin) terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi
sudah terinfeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis atau belum.
b. Tanda Keberhasilan Imunisasi
Timbul indurasi (benjolan) kecil dan eritema (merah) didaerah bekas
suntikan setelah 1 atau 2 minggu kemudian, yang berubah menjadi pustula,
kemudian pecah menjadi ulkus (luka), luka akan sembuh sendiri dan
meninggalkan tanda parut.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya tidak ada efek samping, namun pada beberapa anak timbul
pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher di bagian bawah
biasanya, akan sembuh sendiri.
d. Kontra - indikasi imunisasi
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan kepada anak yang berpenyakit TB
atau menunjukan uji Mantoux positif.
2. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit yaitu: difteri, pertusis, tetanus
imunisasi dengan memberikan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang
telah di hilangkan sifat racunnya akan merangsang pembentukan zat anti (toxoid).
a. Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan) yaitu pada usia 2
bulan, 4 bulan dan 6 bulan, namun bisa juga ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali
di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun diberikan imunisasi TT. Sedangkan
cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muscular (im).
b. Efek Samping Imunisasi
Biasanya hanya gejala-gejala ringan seperti sedikit demam, rewel, selama
1-2 hari, kemerahan pembengkakan agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat
suntikan yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masih demam
dapat diberikan obat penurun panas bayi.