• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tali Serat Berbahan Dasar Serat Alami Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria Trifasciata Laurentii)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tali Serat Berbahan Dasar Serat Alami Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria Trifasciata Laurentii)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

1. Tegangan Tarik 2. Regangan 3. Elastisitas 4. Deformasi 5. Kelenturan Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian

Mulai

Persiapan Bahan

Pengeluaran Serat

Penyusunan Serat Berdasarkan Ukuran

Pengukuran Diameter dan Panjang Serat

Penimbangan Serat

Pembagian Serat Menjadi 3 Bagian

Pemintalan Serat Menjadi Tali

Pengujian Tali Serat

Perhitungan Parameter

(2)

47

Lampiran 2. Perhitungan Kekuatan Tarik

(3)

= 32,55 N/mm2 4. A = 1

4π D 2

= 1

4 (3,14) (4,05) 2

= 12,87 mm2 Ơ = ����

= 332,2004 12,87

= 25,81 N/mm2 5. A = 1

4π D 2

= 1

4 (3,14) (4,19) 2

= 13,78 mm2 Ơ = ����

= 684,3536 13,78

(4)

49

Lampiran 3. Perhitungan Regangan

(5)
(6)

51

Lampiran 5. Perhitungan Deformasi Tali

Ulangan ∆L (mm) Deformasi (mm)

U1 22,67581 22,67581

U2 16,68743 16,68743

U3 U4 U5

17,54885 14,64020 14,52728

17,54885 14,64020 14,52728

Rata-rata 17,21591 17,21591

1. Deformasi = ∆L

= 22,67581 mm 2. Deformasi = ∆L

= 16,68743 mm 3. Deformasi = ∆L

= 17,54885 mm 4. Deformasi = ∆L

= 14,64020 mm 5. Deformasi = ∆L

(7)
(8)

53

5. Kelenturan = ���−���

��� x 100 %

= 48,52728−34

34 x 100 %

= 14,52728

34 x 100 %

(9)

Lampiran 7. Gambar Alat Pemintal

Alat Pemintal Tampak Atas

(10)

55

Alat Pemintal Tampak Samping Kanan

(11)

Lampiran 8. Gambar Proses Penelitian

Daun Tanaman Lidah Mertua Yang Diambil Seratnya

(12)

57

Lampiran 9. Gambar Pengujian Tarik

Alat Uji Tarik

Alat Pengukuran Yang Digunakan

(13)
(14)

44

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, N. V., 2010. Pengaruh Media dan Sumber Bahan Tanam Terhadap Pertumbuhan Stek Lidah Mertua. USU, Medan. [Skripsi]

Beer, F. P. and Jr. E. R. Johnston, 1981. Mechanics of Materials. International Student Edition. McGraw-Hill Book Company, New York.

Daryanto, 2001. Mekanika Bangunan. Bumi Aksara, Jakarta.

Enie, H. dan K. Karmayu, 1980. Pengantar Teknologi Tekstil. DEPDIKBUD, Jakarta.

Gere, J. M. dan S. P. Timoshenko, 2000. Mekanika Bahan. Jilid I. Edisi keempat. Penerjemah : Bambang Suryoatmono. Erlangga, Jakarta.

Hibbeler, R. C., 2005. Mechanics of Materials. Sixth Edition. Prentice –Hall, Inc., Singapore.

Ishaq, M., 2006. Fiska Dasar. Edisi Pertama. Graha Ilmu, Jakarta.

Junardi, 2012. Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kelapa Berkaret (Sebutret) Studi Kasus di Kabupaten Sambas. Sekolah Pasca Sarjana. IPB, Bogor Korpcitaka, 2008. Materi Tali Temali

Freevar.com/download/materi%20Tali,Pdf-pdf/2008/06/19/materi-tali-temali. [Diakses pada 28 Desember 2014].

Lingga, L., 2005. Panduan Praktis Budidaya Sansevieria. PT. Gramedia Pustaka. Mulyati, 2011. Bahan Ajar Mekanika Bahan.

10 September 2015]

Pecinta Alam, 2012. Sejarah Pembuatan Tali dan Temali.

Pramono, S., 2008. Pesona Sansevieria. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Ritonga, C., 2014. Pemanfaatan Serat Alami Limbah Ampas Tebu Sebagai Tali Serat. USU, Medan. [Skripsi]

(15)

Sarojo, G. A., 2002. Seri Fisika Dasar Mekanika. Edisi Pertama. Salemba Teknika, Jakarta.

Sastranegara, A., 2009. Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam.

Sinurat, M., 2000. Kinerja Pemintalan Secara Mekanik Untuk Serat Sabut Kelapa. Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor pada Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian 2004. [Diakses pada 28 Desember 2014].

Sulistyo, S., 2006. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Ketrampilan Proses Ditinjau Dari Tingkat Kemampuan Menggunakan Alat Ukur Pada Materi Pokok Elastis di SMA. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Surdia, T. dan S. Saito, 2005. Pengetahuan Bahan Teknik. Pradnya Paramita, Jakarta.

Sutiawan, E., 2015. Uji Kualitas Tali Serat Batang Pisang Barangan.USU, Medan. [Skripsi]

Tahir, M. Indariani dan M. Sitanggang, 2008. 165 Sansevieria Eksklusif. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Tjitrosoepomo, G., 2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). UGM Press, Yogyakarta.

Umardani, Y. dan C. Pramono, 2009. Pengaruh Larutan Alkali dan Etanol Terhadap Kekuatan Tarik Serat Enceng Gondok dan Kompatibilitas Serat Enceng Gondok Pada Matrik Unsaturated Polyester Yukalac Tipe 157 BQTN-EX. Rotasi 11: 27-29, Semarang.

Vlack, L. H. Van, 2004. Elemen-Elemen Ilmu dan Rekayasa Material. Edisi Keenam. Penerjemah: S. Djaprie. Erlangga, Jakarta.

Wianta, I. K., 1983. Tanaman Hias Ruangan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Wijoyo, C. Purnomo dan A. Nurhidayat, 2011. Optimasi Kekuatan Tarik Serat

Nanas (Ananas Comous L. Merr). ISBN. 978-602-99334-0-6, Semarang. William D. and Jr. Callister, 1991. Materials Science and Engineering “An

Introduction”. Second Edition. Jhon Willey & Sons, Inc., New York. Young, H. D., dan R. A. Freedman, 2002. Fisika Universitas. Edisi Kesepuluh.

(16)

29

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan September 2015 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian dan Laboratorium Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata laurentii) sebagai bahan yang akan diteliti seratnya menjadi tali dan air digunakan untuk mencuci serat.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau digunakan untuk memotong daun lidah mertua, garpu makan untuk pengerok serat, piring plastik sebagai wadah mengumpulkan serat, sarung tangan untuk melindungi tangan, mistar (penggaris) untuk mengukur panjang serat, tensolab (alat uji tarik) di Laboratorium Teknik Kimia Fakultas Teknik untuk menguji serat yang telah dipintal menjadi tali, jangka sorong / mikrometer sekrup digital untuk mengukur diameter tali serat, kalkulator untuk perhitungan, timbangan digital untuk menimbang berat serat, kamera sebagai alat dokumentasi dan alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh dari penelitian.

Metode Penelitian

(17)

Prosedur Penelitian

1. Pengeluaran Serat

a. Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian

b. Dipilih dan dipotong daun tanaman lidah mertua

c. Dikerok daun untuk mengambil serat tanaman lidah mertua d. Dipisah serat berdasarkan ukuran 50 cm

2. Pembuatan Tali

a. Diambil serat yang telah disiapkan

b. Disusun serat berdasarkan ukuran yang telah ditentukan c. Ditentukan diameter tali yang akan dibuat

d. Diukur diameter tali dan panjang tali

e. Ditimbang serat yang akan dipintal menjadi tali f. Dibagi serat yang telah ditimbang menjadi 3 bagian

g. Dipintal/dianyam serat yang telah ditentukan untuk menjadi tali dengan 1 pintalan kecil

h. Dipintal/dianyam tali dengan 1 pintalan kecil, menjadi 1 pintalan besar dengan menggabungkan 3 pintalan kecil

3. Pengujian Tali Serat

a. Diukur panjang awal (l0) dan diameter tali

b. Dilakukan uji tarik pada tali dengan menggunakan alat tensolab c. Diukur panjang tali setelah dilakukan uji tarik (l)

(18)

31

Menghitung Ketahanan Tarik Serat

1) Tegangan Tarik (σ)

Tegangan adalah perbandingan antara gaya yang bekerja pada benda dengan luas penampang benda tersebut sedangkan tegangan tarik adalah tegangan yang diakibatkan beban tarik atau beban yang arahnya tegak lurus meninggalkan luasan permukaan, dengan menggunakan persamaan (1). 2) Regangan (ε)

Pertambahan panjang (l) pada serat dan tali serat terhadap panjang awal (l0), dengan menggunakan perrsamaan (2).

3) Elastisitas

Sifat kemampuan bahan untuk kembali ke ukuran dan bentuk asalnya, setelah gaya luar dilepas, dengan menggunakan persamaan (4).

Parameter Penelitian

1. Tegangan tarik

Tegangan adalah perbandingan antara gaya yang bekerja pada benda dengan luas penampang benda tersebut sedangkan tegangan tarik adalah tegangan yang diakibatkan beban tarik atau beban yang arahnya tegak lurus meninggalkan luasan permukaan.

2. Regangan

Pertambahan panjang (l) pada serat dan tali serat terhadap panjang awal (l0). 3. Elastisitas

(19)

4. Deformasi

Deformasi yaitu perubahan bentuk yang tidak dapat kembali kekeadaan bentuk semula.

5. Kelenturan

(20)

33

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan dari hasil penelitian, diperoleh bahwa diameter tali berpengaruh terhadap besarnya luas penampang tali, kekuatan tarik tali, regangan tali, elastisitas tali dan kelenturan dari tali yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Data uji tarik tali serat berbahan serat alami tanaman lidah mertua Ulangan Berat ΔL = Pertambahan Panjang (mm) A = Luas Permukaan (mm2)

(21)

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pertambahan panjang tali sebesar 17,21591 mm. Diameter tali juga mempengaruhi perubahan panjang tali. Hal ini disebabkan oleh serat-serat penyusun tali tidak putus secara bersamaan dalam waktu yang sama melainkan putus secara bertahap yang dimulai dari pintalan-pintalan kecil dan akhirnya putus secara keseluruhan. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut karena diakibatkan oleh kerusakan secara bertahap pada tali saat diuji. Hal ini sesuai dengan literatur Sarojo (2002) yang menyatakan bahwa akibat adanya beban maka terdapat gaya-gaya reaksi dalam (internal) benda sendiri, karena adanya pergeseran molekul-molekul benda yang cenderung untuk mengimbangi beban ini dan mengembalikan bentuk benda kebentuknya semula.

Dari Tabel 6 juga dapat dilihat besarnya beban maksimal pada tali dengan diameter yang berbeda menghasilkan beban maksimal berbeda. Hal ini jika dibandingkan dengan Tabel 4 pada halaman 18 mengenai kekuatan tali dengan berbagai ukuran diameter, tali yang diperoleh dari tanaman lidah mertua dirasa masih kurang baik karna tali yang terbuat dari tanaman lidah mertua masih menggunakan mesin manual dimana diameter lubang pemasukan maksimal hanya 6 mm sehingga hasilnya jauh lebih rendah dari ketentuan tersebut.

Tegangan Tarik

(22)

35

Tabel 7. Data tegangan tarik

Ulangan A (mm2) F maks (N) Ơ (N/mm2)

Dari Tabel 7 diperoleh tegangan tarik rata-rata sebesar 46,85 N/mm2. Perbedaan hasil yang didapat disebabkan oleh adanya perbedaan luas penampang benda uji dan gaya maksimum yang dapat diterima oleh benda uji, semakin besar luas penampang akan semakin menurunkan kekuatan tarik. Hal ini sesuai dengan literatur Sarojo (2002) yang menyatakan bahwa tegangan tarik adalah perbandingan antara gaya yang bekerja pada benda dengan luas penampang benda, sehingga semakin besar luas penampang akan semakin menurunkan tegangan tarik.

Tegangan tarik tali serat tanaman lidah mertua memiliki nilai tegangan tarik yang tinggi dibandingkan serat ampas tebu dan batang pisang barangan. Pada penelitian Ritonga (2014) pada serat ampas tebu bahwa nilai tegangan tarik yang dimiliki cukup rendah dibandingkan nilai dari serat tanaman lidah mertua. Sehingga, serat tanaman lidah mertua memiliki tegangan tarik yang tinggi dan kualitasnya tinggi.

Regangan

(23)

Tabel 8. Data regangan

Dari hasil diperoleh nilai regangan rata-rata sebesar 0,5063. Semakin kuat tarikan yang terjadi maka semakin besar gaya yang diberikan ke tali sehingga semakin besar pula pertambahan panjang yang dialami tali serat dan mengakibatkan regangan yang terjadi semakin besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyati (2011) yang menyatakan bahwa besarnya gaya yang diberikan pada benda memiliki batas-batas tertentu. Jika gaya sangat besar maka regangan benda sangat besar dan pertambahan panjang sebanding dengan gaya yang diberikan.

Nilai regangan pada serat tanaman lidah mertua memiliki regangan yang tinggi dibandingkan tali serat ampas tebu dan batang pisang barangan. Hal ini terjadi karena gaya tarik (gaya maksimum) pada serat tanaman lidah mertua lebih besar dibandingkan kedua serat tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Ritonga (2014) yang menyatakan bahwa semakin kuat tarikan (gaya maksimum) yang terjadi maka semakin besar pula pertambahan panjang yang dialami tali serat dan semakin besar pula regangan yang terjadi.

Elastisitas

(24)

37

hasil uji elastisitas dapat dilihat pada Tabel 9 yang perhitungannya terdapat pada Lampiran 4.

Tabel 9. Data elastisitas

Ulangan Ơ (N/mm2) ɛ E (N/mm2)

Dari hasil diperoleh nilai elastisitas rata-rata sebesar 92,5322 N/mm2. Semakin kecil nilai elastisitas yang dihasilkan maka akan semakin mudah bagi suatu bahan untuk mengalami perpanjangan atau perpendekan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ishaq (2006), bahwa jika benda telah mencapai daerah plastis karena strees yang besar maka elastisitas benda akan hilang dan benda tidak lagi mampu kembali ke bentuknya semula. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Sulistyo (2006) yang menyatakan bahwa semakin besar nilai E berarti semakin sulit suatu benda untuk merentang dalam pengaruh gaya yang sama.

(25)

Deformasi Tali

Deformasi yaitu perubahan bentuk yang tidak dapat kembali ke keadaan bentuk semula yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing. Adapun hasil uji deformasi dapat dilihat pada Tabel 10 yang perhitungannya terdapat pada Lampiran 5.

Tabel 10. Data deformasi tali

Ulangan ∆L (mm) Deformasi (mm)

Rata-rata 17,21591 17,21591

Dari hasil diperoleh nilai deformasi rata-rata sebesar 17,21591 mm. Perbedaan hasil yang diperoleh karena kondisi pemilinan yang berbeda serta deformasi juga tergantung pada pengaturan alat uji, apabila pengaturan tidak pas dengan tegangan tali maka deformasi akan semakin besar, apabila pengaturan alat tepat pada tegangan tali maka deformasi yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan William and Callister (1991), bahwa alat uji tarik didesain untuk memperpanjang bahan pada laju konstan dan hingga seterusnya serta pengukuran yang seragam (merata) saat diletakkan beban dan menghasilkan mulur. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Sastranegara (2009) yang menyatakan bahwa alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff).

(26)

39

tali serat tanaman lidah mertua. Pertambahan panjang pada tali juga mempengaruhi nilai deformasi.

Kelenturan Tali

Kelenturan merupakan sifat material yang mampu menerima beban impak tinggi tanpa menimbulkan tegangan lebih pada batas elastis. Ini menunjukkan bahwa energi yang diserap selama pembebanan disimpan dan dikeluarkan jika material tidak dibebani. Adapun hasil uji kelenturan dapat dilihat pada Tabel 11 yang perhitungannya terdapat pada Lampiran 6.

Tabel 11. Data kelenturan tali

Ulangan L (mm) ∆L (mm) Kelenturan (%)

Dari hasil diperoleh nilai kelenturan rata-rata sebesar 50,63%. Semakin besar nilai pertambahan panjang suatu tali maka nilai kelenturannya semakin besar sedangkan semakin kecil nilai pertambahan panjang suatu tali maka semakin kecil pula nilai kelenturannya.

(27)

Pengujian Tali Serat

Tali serat yang terbuat dari tanaman lidah mertua diuji dengan metode uji tarik (tensile test). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kekuatan tarik bahan serat dan perubahan panjang yang terjadi pada tali itu sendiri. Menurut Sastranegara (2009) uji tarik adalah cara pengujian beban yang mendasar, pengujian ini sangat sederhana dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan Jepang dengan JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang.

Alat dan Mesin yang Digunakan

(28)

41

dan selanjutnya dipuntir dan ditekan lagi oleh rol pemuntir, serat yang keluar dari rol pemuntir digulung oleh rol penggulung.

Lama pemintalan tali, laju putaran alat, laju rol penggulung, dan jumlah pintalan perjam dari alat yang digunakan tergantung pada yang mengoperasikan alat tersebut. Hasil yang diperoleh dalam memintal bahan pembuat tali dari serat alami tanaman lidah mertua untuk menghasilkan 1 pintalan kecil dengan panjang 50 cm dan berat 1,5 gram membutuhkan waktu pemintalan selama 40 detik. Untuk menghasilkan 1 pintalan besar dengan penggabungan 3 pintalan kecil dengan panjang 32 cm dan berat 4,5 gram membutuhkan waktu pemintalan selama 180 detik. Hal ini jauh berbeda dengan Mesin pemintal sabut kelapa Sinurat (2000) dalam Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian (2004). Mesin pemintal serat sabut kelapa telah dapat beroperasi dengan baik untuk memintal serat, dengan laju putaran rangka pemutar 40 rpm, corong pemuntir 597 rpm dan roll penggulung 6 rpm. Mesin pemintal berkapasitas 550 gram perjam untuk pintalan berdiameter 3-4 mm dan 1.438 gram perjam untuk pintalan berdiameter 6-7 mm dengan kecepatan linier penarikan rol penggulung 110 meter perjam. Bahan konstruksi mesin pemintal serat sabut kelapa juga telah mampu untuk menahan beban dinamis selama proses pemintalan.

Tabel 12. Waktu Pemintalan Serat Berbahan Lidah Mertua

Jenis Panjang (cm) Berat (gr) Waktu (s)

Pintalan Kecil 50 1,5 40

Pintalan Besar 32 4,5 180

(29)
(30)

43

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tali serat tanaman lidah mertua sebagai bahan uji dengan berat yang sama menghasilkan diameter tali yang berbeda.

2. Nilai rata-rata tegangan tarik yang diperoleh sebesar 46,85 N/mm2. Tegangan tarik tali serat tanaman lidah mertua memiliki nilai tegangan tarik yang tinggi dibandingkan serat ampas tebu dan batang pisang barangan.

3. Nilai rata-rata regangan yang diperoleh sebesar 0,5063. Tali serat tanaman lidah mertua memiliki regangan yang besar dibandingkan dengan serat ampas tebu dan batang pisang barangan.

4. Nilai rata-rata elastisitas yang diperoleh sebesar 92,5322 N/mm2. Tali serat tanaman lidah mertua dapat dikatakan elastis karena nilai E yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan tali serat batang pisang barangan.

5. Nilai rata-rata deformasi tali yang diperoleh sebesar 17,21591 mm. Tali serat tanaman lidah mertua memiliki nilai deformasi yang tinggi dibandingkan dengan serat ampas tebu dan batang pisang barangan.

6. Nilai rata-rata kelenturan tali yang diperoleh sebesar 50,63%. Tali serat tanaman lidah mertua memiliki nilai kelenturan tali yang besar dibandingkan dengan serat ampas tebu dan batang pisang barangan.

Saran

1. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan bahan yang sama namun berbeda varietasnya.

(31)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman lidah mertua dahulu disebut sebagai Sansevieria zeylanica. Tanaman ini merupakan sejenis herba tidak berbatang dan mempunyai rimpang yang kuat dan tegak. Daun tanaman lidah mertua berwarna hijau atau berbarik-barik kuning. Panjang daun dari tanaman ini dapat mencapai 1,75 m. Lidah mertua berasal dari Afrika tropis di bagian Nigeria Timur dan menyebar hingga ke Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Tanaman ini dapat ditemui dari dataran rendah hingga ketinggian 1-1000 meter di atas permukaan laut. Daun dari tanaman ini mengandung serat yang mempunyai sifat kenyal dan kuat. Serat tersebut disebut sebagai bowstringhemp dan banyak digunakan sebagai bahan membuat kain.

Adapun sistematika tanaman lidah mertua adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Ordo : Liliaies

Famili : Agavaceae Genus : Sansevieria

(32)

5

Gambar 1. Tanaman Lidah Mertua Keterangan :

A = Daun Lidah Mertua B = Akar Lidah Mertua

Beberapa varietas Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) adalah :

1. Laurentii sama bentuknya seperti pedang, hanya warnanya hijau dengan tepi kuning yang lebar.

2. Hahnii warnanya sama dengan jenis dasar yaitu hijau dengan garis-garis melintang abu-abu putih, tetapi daunnya hanya sepanjang 10 cm dan pangkal daun melebar, daunnya tidak tegak lurus ke atas tetapi menyebar ke samping dan tersusun beraturan seperti helaian bunga atau pohon nenas.

3. Golden hahnii sama dengan Hahnii hanya warna daunnya hijau abu-abu dengan garis putih kuning lebar.

4. Silver hahnii daun warna hijau keperakan dengan garis-garis horizontal hijau kelam tersebar.

(Wianta, 1983).

Sansevieria memiliki akar serabut berwarna putih kekuningan sampai kemerahan. Pada tanaman yang sehat, akarnya banyak dan berserabut. Akar

A

(33)

tumbuh dari rimpang (rhizoma) yang dapat menghasilkan tunas anakan. Namun pada beberapa jenis seperti S. tom grumbly dan S.ballyii tunas anakan keluar dari ketiak daun melalui stolon (Tahir dan Sitanggang, 2008).

Selain terdapat akar juga terdapat organ yang menyerupai batang, orang menyebut organ ini sebagai rimpang atau rhizoma yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sari-sari makanan hasil fotosintesis. Rimpang juga berperan dalam perkembangbiakan. Rimpang menjalar di bawah dan kadang-kadang di atas permukaan tanah. Ujung organ ini merupakan jaringan meristem yang selalu tumbuh memanjang (Anggraini, 2010).

Tanaman Sansevieria mudah dikenali dari daunnya yang tebal dan banyak mengandung air (fleshy dan succulent). Struktur daun seperti ini membuat Sansevieria tahan terhadap kekeringan. Proses penguapan air dan laju transpirasi dapat ditekan. Daun tumbuh di sekeliling batang semu di atas permukaan tanah. Bentuk daun panjang dan meruncing pada bagian ujungnya (Pramono, 2008).

Bunga kecil sampai sangat besar dan amat menarik, kebanyakan banci, aktinomorf atau sedikit zigomorf. Hiasan bunga berupa tenda bunga yang menyerupai mahkota dengan atau tanpa pelekatan berupa buluh, terdiri atas 6 daun tenda bunga, jarang hanya 4 atau lebih dari 6, kebanyakan jelas tersusun dalam 2 lingkaran. Benang sari 6, jarang sampai 12 atau hanya 3, berhadapan dengan daun-daun tenda bunga. Tangkai sari bebas atau berlekatan dengan berbagai cara. Kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur, jarang dengan suatu liang pada ujungnya (Tjitrosoepomo, 2002).

(34)

7

oranye, hitam, dan hijau kusam. Jumlah biji dalam satu celah antar spesies yang satu dengan yang lain berbeda, yaitu 1-4 biji. Saat masih muda kulit buah halus setelah tua kasar (Lingga, 2005).

Biji dihasilkan dari pembuahan serbuk sari pada kepala putik. Biji memiliki peran penting dalam perkembangbiakan tanaman. Biji Sansevieria berkeping tunggal seperti tumbuhan monokotil lainnya. Bagian paling luar dari biji berupa kulit tebal yang berfungsi sebagai lapisan pelindung. Di sebelah dalam kulit terdapat embrio yang merupakan bakal calon tanaman (Anggraini, 2010). Syarat Tumbuh

Iklim

Pada malam hari tanaman ini membutuhkan temperatur 15-17,5°C dan siang hari 20-22,5°C, meski demikian Sansevieria sangat bandel terhadap tinggi rendahnya temperatur, tanaman Sansevieria bisa diletakkan di berbagai tempat misalnya di teras, di bawah atap atau di tempat-tempat yang agak kering (Santoso, 2006).

(35)

Tempat Tumbuh

Keasaman (pH) media tanam yang ideal untuk Sansevieria adalah 5,5-7,5. Meskipun demikian tanaman ini bisa bertoleransi pada rentang pH 4,5-8,5. Pada kondisi asam, penyerapan hara nitrat dan fosfor akan terhambat. Kondisi asam juga mendorong bebasnya besi dan almunium yang justru merupakan racun bagi tanaman. Selain itu, media tanam yang terlalu asam merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan patogen. Akibatnya, tanaman menjadi sangat rentan terhadap serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur seperti busuk rimpang dan busuk daun (Pramono, 2008).

Serat

Serat adalah sebuah zat yang panjang, tipis dan mudah dibengkokkan. Serat yang dicita-citakan (diidealisir) dibatasi sebagai zat yang penampangnya nol, tidak punya tahanan terhadap lenturan, puntiran dan tekanan dalam arah memanjang, tetapi mempunyai tahanan terhadap tarikan, dan akan mempertahankan keadaan lurus. Serat yang sebenarnya, bagaimanapun mempunyai penampang, dan tahanan terhadap lenturan, puntiran, dan tekanan.

Serat yaitu suatu benda yang perbandingan panjang dan diameternya besar sekali. Serat merupakan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan benang atau kain. Sebagai bahan baku, serat tekstil memegang peranan yang sangat penting, sebab:

1. Sifat-sifat serat mempengaruhi sifat-sifat benang atau kain yang akan dihasilkan.

(36)

9

Berdasarkan panjangnya, maka serat dibagi menjadi:

1. Serat staple yaitu serat-serat yang mempunyai panjang terbatas. 2. Serat filament yaitu serat-serat yang panjangnya lanjut.

Serat telah dikenal orang sejak ribuan tahun sebelum masehi. Flax dan wol adalah serat-serat tekstil yang pertama kali digunakan, sebab serat-serat tersebut mudah diantih menjadi benang daripada serat kapas (Enie dan Karmayu, 1980).

Serat terutama digunakan untuk pakaian, interior, dan industri. Pemakaian dalam bidang industri termasuk bangunan, transmisi tenaga, pertanian dan kehutanan, perikanan, pengepakan, pengangkutan dan perabot. Serat alam mempunyai pemakaian yang luas, seperti tali, lapisan kabel, kantong dan lakan. Keadaan ini akan dipengaruhi oleh harga dan manfaat serat buatan. Umpamanya dalam dunia perdagangan tali ban dan jala ikan misalnya, serat alam telah dipergunakan secara luas. Oleh karena keuletannya yang tinggi dan harga yang rendah, benang polietilen yang pecah atau terbelah dengan cepat telah menggantikan serat kapas untuk tujuan industri (Hartanto dan Watanabe, 2003). Klasifikasi Serat

Menurut asal seratnya, maka serat dapat digolongkan menjadi: Serat alam, ialah serat yang telah tersedia di alam, terdiri dari :

1. Serat tumbuh-tumbuhan

a. Biji : kapas dan kapok

b. Batang : flax, jute, rosella, ilenep, rami, urena, kenaf dan sunn c. Daun : albaka, sisal, ilenequen

(37)

2. Serat binatang

a. Stapel : wol (biri-biri) dan rambut (alpaca, unta, kashmir, mohair) b. Filamen : sutera

3. Serat mineral

a. Asbes : Chrysotile dan Crocidolite

Serat buatan, ialah serat yang dibuat oleh manusia, terdiri dari : 1. Organik

a. Polimer alam : alginat, selulosa (ester selulosa dan rayon termasuk kupramonium dan viskosa), protein dan karet. b. Polimer buatan :

- Polimer kondensasi : poliamida (nylon), poliester, poliuretan - Polimer adisi : polididrokarbon, polihidrokarbon yang

disubstitusi halogen, polihidrokarbon yang disubstitusi hidroksil, polihidrokarbon yang disubstitusi nitril.

2. Anorganik a. Gelas b. Logam c. Silikat

(Enie dan Karmayu, 1980).

(38)

11

berkristal. Oleh karena itu sifat kimianya tergantung pada struktur rantai polimer tersebut. Serat mempunyai bentuk tipis dan panjang dan mempunyai ciri-ciri cukup pada struktur dalamnya. Dilihat dari kenyataan, keluatan tarik, modulus elastik pada arah memanjang (modulus young), keduanya menunjukkan harga

yang sangat besar. Kekuatan melar dari serat adalah cukup baik (Surdia dan Saito, 2005).

Berikut ini adalah tabel perbandingan beberapa serat alam berdasarkan parameternya :

Tabel 1. Sifat Mekanis Serat Alam

Serat Panjang

(39)

Tabel 2. Sifat-sifat serat alami

Kadar air kembali (%)

Resmi 8.5 15 11.0 12

(Surdia dan Saito, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Umardani dan Pramono (2009) dalam pengolahan serat dari tanaman eceng gondok juga ditambahkan NaOH yang berfungsi untuk meningkatkan nilai elongasi serat eceng gondok namun tidak dapat meningkatkan regangan tarik serat eceng gondok, dimana dalam penelitiannya menggunakan kadar NaOH sebesar 5 %, 10% dan 15 %. Hal ini juga diperkuat dengan data penelitian yang telah dilakukan oleh Umardani dan Pramono, sebagai berikut :

(40)

13

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wijoyo, dkk. (2011) mengenai penggunaan NaOH pada uji tarik mulur serat nanas dengan perendaman NaOH (10%, 20%, 30% dan 40%) dengan variasi perendaman 2 dan 4 jam menyatakan bahwa, nilai elongasi semakin meningkat seiring dengan peningkatan kadar NaOH. Semakin lama waktu perendaman dan kadar NaOH yang digunakan semakin rendah, maka kekuatan tariknya cenderung mengalami penurunan. Ini disebabkan karena NaOH memiliki sifat yang mampu mengubah permukaan serat menjadi kasar, akibatnya kekuatan tarik semakin menurun setelah melampaui batas jenuhnya.

Tali Serat

Tali merupakan susunan benang-benang panjang yang saling tersusun satu sama lain dan membentuk suatu pilinan. Berdasarkan artikel Pencinta Alam (2012), tali adalah untaian-untaian panjang yang terbuat dari berbagai bahan yang berfungsi untuk mengikat, menarik, menjerat, menambat, menggantung dan sebagainya. Sedangkan tali serat adalah tali yang berasal dari bahan-bahan yang

memiliki kandungan serat dan tersusun membentuk sebuah anyaman atau pilinan (serat alam atau sintetis). Dalam perkembangannya, tali yang berasal dari serat

sintetis yang sering digunakan karena dapat diproduksi secara murah dalam jumlah yang besar. Namun demikian, serat alami ketersediaannya cukup melimpah di alam dan dapat dibudidayakan oleh manusia (renewable). Misalnya serat yang berasal dari pelepah pisang yang dapat dipilin menjadi sebuah tali. Pemintalan

(41)

pemintal secara manual tanpa menggunakan mesin (motor) sebagai tenaga penggerak. Serat yang telah disusun dengan panjang yang sama dan diameter yang telah ditentukan dimasukan dalam corong masukkan kemudian kumpulan serat tersebut dikaitkan pada rol penggulung. Setelah serat-serat terkait dengan benar, selanjutnya pegangan diputar searah jarum jam bersamaan dengan ditahannya serat pada corong masukan luar. Maka, serat terpintal bersamaan dengan berputarnya pegangan dan rol penggulung. Menurut Sinurat (2000) dalam tesis Junardi (2012), serat-serat dimasukkan secara manual melalui lubang pengumpan ke dalam corong pemuntir, serat yang telah dipuntir oleh corong pemuntir dimasukkan lagi kedalam corong tetap hingga ke lubang poros berongga dan selanjutnya dipuntir dan ditekan lagi oleh rol pemuntir, serat yang keluar dari rol pemuntir digulung oleh rol penggulung.

Ada 3 macam sistem pemintalan yaitu:

1. Sistem pemintalan serat pendek, yaitu sistem yang digunakan untuk mengolah serat kapas

2. Sistem pemintalan serat sedang, yaitu sistem yang digunakan untuk mengolah serat wol

3. Sistem pemintalan serat panjang, yaitu sistem yang digunakan untuk mengolah serat-serat batang dan daun

(Enie dan Karmayu, 1980).

(42)

15

mesin serta kekuatan bahan konstruksi selama proses pemintalan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa mesin pemintal serat sabut kelapa telah dapat beroperasi dengan baik untuk memintal serat, dengan laju putaran rangka pemutar 40 rpm, corong pemuntir 597 rpm dan rol penggulung 6 rpm. Mesin pemintal berkapasitas 550 gram per jam untuk pintalan berdiameter 3-4 mm dan 1.438 gram per jam untuk pintalan berdiameter 6-7 mm dengan kecepatan linier penarikan rol penggulung 110 meter per jam. Bahan konstruksi mesin telah mampu untuk menahan beban dinamis selama proses pemintalan.

Mesin pemintal serat sabut kelapa terdiri atas empat unit utama, yaitu motor penggerak, corong pemuntir, rangka pemutar, dan rol atau batang penggulung. Mesin pemintal digerakkan oleh motor listrik yang bertenaga 1 HP dengan laju putaran 1470 rpm. Motor listrik menggerakkan poros pulley dan pulley dengan transmisi V-belt atau pulley. Selanjutnya dengan transmisi V-belt, pulley menggerakkan poros yang juga sebagai poros roda gigi penggerak kedua corong pemuntir. Demikian juga dengan pulley yang menggerakkan poros yang berfungsi sebagai poros penggerak rangka pemutar. Rangka pemutar menggerakkan (memutar) roda gigi 11 yang bersinggungan dengan roda gigi pada poros statis. Selanjutnya poros roda gigi menggerakkan roda fiksi pada batang rol penggulung melalui transmisi roda-roda gigi di antara poros roda gigi dan serat yang akan dipintal ditumpuk di atas pengumpan.

(43)

roda pemuntir. Pintalan serat yang keluar dari roda pemuntir digulung oleh rol penggulung. Setelah rol penggulung terisi penuh, pintalan serat dipindahkan atau digulung pada rol cadangan dan selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan untuk pengolahan saburet setelah penguraian menjadi serat bergelombang dan bahan pembuatan tali dengan cara menggabungkan beberapa pintalan serat (Sinurat, 2000).

Untuk mengetahui kekuatan tali kita dapat melihatnya pada Catalog atau Manual Book dari tali tersebut. Biasanya tertulis Breaking Strength (Kekuatan Putus). Satuannya bisa dalam KN (Kilonewton) atau KG (Kilogram). 1 KN kalau dikilogramkan sebanyak 100 Kg. Ada juga yang namanya Numbers of Falls, yaitu berapa kali beban dijatuhkan hingga tali tersebut terputus. (Standarnya menggunakan FF1 dengan beban 80 Kg). Setelah mengetahui breaking strengthnya yang penting juga harus diketahui adalah SWL (Safe Working Load) atau beban kerja yang aman. Umumnya menggunakan rumus Breaking Strength / 5, kalau penggunaan untuk manusia BS/10 dan untuk Rescue BS/15 (Korpcitaka, 2008).

Suatu tali mempunyai diameter yang berbeda dengan yang lainnya yang akan berpengaruh terhadap elongasi (pertambahan panjang) dan kekuatannya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Perbandingan kekuatan tali dengan berbagai ukuran diameter. Diameter Elongasi 80 kg

(44)

17

Hal yang harus diperhatikan adalah pengurangan kekuatan tali. Ada beberapa hal yang bisa mengurangi kekuatan tali yaitu, ketika dibuat simpul pada tali, maka pada saat itu pula terjadi pengurangan kekuatan. Pengurangan ini tidak permanen, hanya pada saat ada simpul tersebut, yaitu disebabkan oleh tegangan dan tekanan yang terjadi pada tali akibat simpul yang dibuat. Tali dalam keadaaan basah. Tali yang basah bisa berkurang kekuatannya sampai 35 %.

Tabel 5. Menunjukkaan kekuataan tali dengan kondisi basah maupun kering dengan umur tali yang sama yang nyatanya pada kondisi kering jumlah jatuh FFI 80 kg, jarak 1 meter memiliki nilai yang tinggi, data dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 5. Perbandingan kekuatan tali kering atau basah berdasarkan umur tali. Usia Kering/Basah Jumlah Jatuh FF1 80 kg, jarak 1m

Baru Kering 41

Baru Basah 25

4,5 tahun Kering 4

4,5 tahun Basah 4

(Korpcitaka, 2008). Pengujian Tali Serat

Uji Tarik

Sifat-sifat bahan teknik perlu diketahui secara baik karena bahan tersebut dipergunakan untuk berbagai macam keperluan dan berbagai macam keadaan. Deformasi bahan yang disebabkan oleh beban tarik adalah dasar pengujian dan kajian mengenai kekuatan bahan. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu:

1. Mudah dilakukan

(45)

3. Kebanyakan bahan lebih mudah dilakukan uji tarik daripada uji tekan misalnya, sehingga dalam pengujian bahan teknik, kekuatan paling sering dinyatakan dengan uji tarik

(Zainuri, 2008).

Uji tarik dilaksanakan di laboratorium menggunakan satu dari beberapa jenis mesin uji. Beban dibaca dari jarum penunjuk (dials) atau layar digital. Beberapa mesin uji dapat membaca dan mencatat data secara otomatis dan menggambarnya dalam kertas plot. Tegangan diperoleh dengan membagi beban dengan luas penampang awal spesimen. Luasan spesimen akan berubah selama pembebanan (Zainuri, 2008).

Uji tarik adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan Jepang dengan JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff). Brand terkenal untuk alat uji tarik antara lain adalah Shimadzu, Iastron, dan Dartec (Sastranegara, 2009).

Tegangan (Stress)

(46)

19

arah sama dengan sumbu elemen, sehingga mengakibatkan terjadinya tarik atau tekan pada batang. Intensitas gaya (yaitu gaya per satuan luas) disebut tegangan

dan diberi notasi huruf yunani σ (sigma). Jadi, gaya aksial P, yang bekerja di

penampang adalah resultan dari tegangan yang terdistribusi kontinu. Dengan mengasumsikan bahwa tegangan terbagi rata kita dapat melihat bahwa resultannya

harus sama dengan intensitas σ dikalikan dengan luas penampang A dari batang

tersebut. Dengan demikian, kita mendapatkan rumus berikut untuk menyatakan besar tegangan :

�=�

� dimana,

σ = tegangan tarik (N/m2) F = gaya (N)

A = luasan permukaan (m2) (Gere dan Timoshenko, 2000).

Tegangan adalah perbandingan antara gaya yang bekerja pada benda dengan luas penampang benda tersebut sedangkan tegangan tarik adalah tegangan yang diakibatkan beban tarik atau beban yang arahnya tegak lurus meninggalkan luasan permukaan. Menurut Ishaq (2006), dalam elastisitas besaran gaya F memperhatikan sebuah sistem yang memiliki luasan dan volume, bukan sistem yang cukup diwakili sebuah pusat massa saja. Jadi gaya dalam hal ini dipandang bekerja pada sebuah titik pada medium. Atas dasar itulah besaran tegangan (stress) diperkenalkan. Stress didefinisikan sebagai gaya F yang bekerja pada satu satuan luas A. Hubungan antara gaya yang bekerja dan satu satuan luas dapat dilihat pada gambar 2.

(47)

Gambar 2. Gaya F bekerja pada luas permukaan A

Jika benda diberi beban maka benda berada dalam keadaan berdeformasi berarti benda dalam keadaan tegang. Akibat adanya beban maka terdapat gaya-gaya reaksi dalam (internal) benda sendiri, karena adanya pergeseran molekul-molekul benda yang cenderung untuk mengimbangi beban ini dan mengembalikan bentuk benda kebentuknya semula. Gaya reaksi atau gaya untuk mengembalikan benda kebentuk asli persatuan luas di dalam benda disebut “stress”. Gaya reaksi ini terbagi rata ke seluruh penampang. Stress adalah besaran yang berbanding lurus dengan gaya penyebabnya. Stress normal (stress longitudinal ; stress pertama) ada dua macam :

a.Stress normal tekan, benda berada dalam keadaan kompressi.

b.Stress normal tarik, benda berada dalam keadaan tegang. Pada stress normal, gaya tegak lurus penampang

(Sarojo, 2002). Regangan (Strain)

Suatu batang lurus akan mengalami perubahan panjang apabila dibebani secara aksial, yaitu menjadi panjang jika mengalami tarik dan menjadi pendek jika

mengalami tekan. Perpanjangan δ dari batang ini adalah hasil kumulatif dari

(48)

21

perpanjangan yang sama dengan δ/2 dan jika kita meninjau seperempat bagian dari batang, bagian ini akan mempunyai perpanjangan yang sama dengan L/4. Dengan cara yang sama, satu satuan panjang dari batang tersebut akan mempunyai panjang yang sama dengan 1/L kali perpanjangan total δ. Dengan proses ini kita akan sampai pada konsep perpanjangan per satuan panjang atau regangan, yang diberi notasi huruf yunani ε (epsilon) dan dihitung dengan persamaan

ε = ∆l

l0 = (�−�)

��

dimana,

ε = regangan

l = panjang akhir (m) l0 = panjang awal (m) ∆l = perubahan panjang (m) (Gere dan Timoshenko, 2000).

Regangan tarik didefinisikan sebagai perbandingan panjang ∆l terhadap panjang semula l0, dimana perpanjangan ∆l tidak hanya terjadi pada

ujung-ujungnya, tetapi setiap bagian batang akan memanjang dengan perbandingan yang sama (Young dan Freedman, 2002).

Sedangkan menurut Ishaq (2006) jika sebuah stress bekerja pada suatu benda maka dampak atau akibatnya benda mengalami strain (regangan). Dapat dilihat pada gambar berikut :

(49)

Gambar 3. Strain normal

Pada arah normal, perubahan ditunjukkan dengan pemendekan bahan dari L menjadi L′ akibatnya volume bahan berubah. Strain secara umum didefinisikan sebagai :

τ= keadaan akhir−keadaan awal keadaan awal

τ= ∆LL

Perubahan pada ukuran sebuah benda karena gaya-gaya atau kopel dalam kesetimbangan dibandingkan dengan ukuran semula disebut “strain”. Strain adalah derajat deformasi. Macam-macam strain:

1.Strain linear = perubahan panjang per panjang semula : ∆l/l 2.Strain volum = perubahan volum per volum semula : ΔV/V

3.Strain geser = strain angular = deformasi dalam bentuk (bangun = shape), β. Jadi strain adalah suatu perbandingan atau sudut geser (β), berarti besaran yang tidak berdimensi dan tidak mempunyai satuan (Sarojo, 2002).

Suatu batang lurus akan mengalami perubahan panjang apabila dibebani secara aksial, yaitu menjadi panjang jika mengalami tarik dan menjadi pendek jika mengalami tekan. Jika batang mengalami tarik, maka regangannya

(50)

23

disebutregangan tarik, yang menunjukkan perpanjangan bahan. Demikian juga halnya jika batang mengalami tekan, maka regangannya disebut regangan tekan, dan batang tersebut memendek. Besarnya gaya yang diberikan pada benda memiliki batas-batas tertentu. Jika gaya sangat besar maka regangan benda sangat besar dan pertambahan panjang sebanding dengan gaya yang diberikan. Regangan tarik biasanya bertanda positif dan regangan tekan bertanda negatif (Mulyati, 2011).

Diagram Tegangan-Regangan

Jika suatu benda ditarik maka akan mulur (extension), terdapat hubungan antara pertambahan panjang dengan gaya yang diberikan. Jika gaya persatuan luasan disebut tegangan dan pertambahan panjang disebut regangan maka hubungan ini dinyatakan dengan grafik tegangan dan regangan (stress-strain graph), berikut gambarnya :

Gambar 4. Diagram Tegangan-Regangan

1. Batas proporsional (proportional limit), pada daerah ini berlaku Hukum Hooke bahwa tegangan sebanding dengan regangan. Kesebandingan ini tidak berlaku di seluruh diagram. Kesebandingan ini berakhir pada batas proporsional.

(51)

2. Batas elastis (elastic limit), batas tegangan di mana bahan tidak kembali lagi ke bentuk semula apabila beban dilepas tetapi akan terjadi deformasi tetap yang disebut permanent set. Untuk banyak material, nilai batas proporsional dan batas elastik hampir sama. Untuk membedakannya, batas elastik selalu hampir lebih besar daripada batas proporsional.

3. Titik mulur (yield point), titik dimana bahan memanjang mulur tanpa pertambahan beban.

4. Kekuatan maksimum (ultimate strength), merupakan ordinat tertinggi pada kurva tegangan-regangan yang menunjukkan kekuatan tarik (tensile strength) bahan.

5. Kekuatan patah (breaking strength), terjadi akibat bertambahnya beban mencapai beban patah sehingga beban meregang dengan sangat cepat dan secara simultan luas penampang bahan bertambah kecil

(Zainuri, 2008).

(52)

25

Deformasi

Sebuah gaya dikerjakan pada sebuah batang menyebabkan batang tersebut berubah (mengalami deformasi). Pertama, deformasi sebanding dengan beban yang ditingkatkan dalam batas-batas tertentu. Jika beban dihilangkan, maka batang akan kembali pada bentuk semula (perilakunya sama dengan sebuah per/pegas), daerah ini disebut dengan daerah elastis dan deformasinya ialah deformasi elastis. Bila beban ditingkatkan maka deformasi pada kebanyakan bahan meningkat secara proporsional (sebanding). Pada daerah ini struktur dalam dari bahan akan berubah bentuk secara tetap/permanen akibat gaya-gaya yang bekerja, jika beban dihilangkan, benda tidak dapat kembali pada bentuk semula dan akan terjadi deformasi permanen. Daerah ini disebut daerah plastis dan deformasinya adalah deformasi plastis (Daryanto, 2001).

Material–material yang ulet mengalami suatu regangan plastis (permanen) sebelum patah. Sebagai contoh, jika suatu batang baja dibebani, mula-mula batang itu akan melentur elastis. Pelenturan akan hilang bila beban ditiadakan. Suatu beban berlebih akan membengkokan batang secara permanen pada lokasi-lokasi dimana tegangan-tegangan melampaui kekuatan luluh dari baja tersebut (Van Vlack, 2004).

Hubungan Tegangan dan Regangan (Hukum Hooke)

(53)

tahun 1678 dan menjadi hukum Hooke. Modulus elastisitas atau modulus Young dinotasikan dengan simbol E dan berlaku untuk tarik dan tekan, dinyatakan dengan persamaan :

Karena regangan adalah murni angka (tidak mempunyai satuan karena perbandingan dimensi panjang dengan panjang), maka modulus elastisitas E mempunyai satuan yang sama dengan tegangan, yaitu pascal (Pa) atau megapascal (MPa). Nilai modulus elastisitas sangat penting untuk desain proses pada banyak bahan keteknikan (Zainuri, 2008).

Hukum Hooke berlaku pada daerah elastis saja, pada suatu saat stress cukup besar elastisitas benda menjadi tidak linier (E tidak lagi konstan), daerah ini disebut daerah plastis. Jika benda telah mencapai daerah plastis karena strees yang besar maka elastisitas benda akan hilang dan benda tidak lagi mampu kembali ke- bentuknya semula, sampai suatu saat karena strees terlampau besar, benda akan

(54)

27

putus atau hancur dimana ikatan molekul pada benda tidak lagi mampu mengatasi besarnya tekanan yang diberikan (Ishaq, 2006).

Uji Lentur

Kelenturan merupakan sifat material yang mampu menerima beban impak tinggi tanpa menimbulkan tegangan lebih pada batas elastis. Ini menunjukkan bahwa energi yang diserap selama pembebanan disimpan dan dikeluarkan jika material tidak dibebani. Pengukuran kelenturan sama dengan pengukuran ketangguhan (Zainuri, 2008).

Kelenturan merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut getas (brittle). Persen kelenturan adalah bahan meregang dan patah secara cepat dalam persen. Dimana panjang mula-mula dari suatu bahan adalah L0 dan panjang pada patahan adalah Lf, yaitu:

%kelenturan =L�−L0L

0 × 100%

Persen pengurangan daerah merupakan cara lain untuk menentukan kelenturan. Itu ditetapkan dalam persamaan sebagai berikut:

%pengurangan =A0−A�

A0 × 100%

dimana, A0 adalah daerah potongan melintang mula-mula dan Af adalah daerah patah (Hibbeler, 2005).

Ukuran panjang digunakan dalam perhitungan kelenturan dengan nilai standar 2 inci (50 mm). Bahan disusun dengan ujungnya dijepit pada alat uji. Alat

………... (4)

(55)
(56)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sansevieria merupakan tanaman yang cukup popular yang mempunyai keanekaragaman warna dan bentuk daun dan sering digunakan sebagai tanaman hias di dalam maupun di luar rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari serta tanpa banyak perawatan. Sansevieria mempunyai penggemar di seluruh belahan dunia, baik karena keindahan, manfaat, maupun nilai-nilai kepercayaan yang dimiliki tanaman sekulen ini.

Di tanah air, tumbuhan Sansevieria lebih populer dengan sebutan lidah mertua (mother-in-law’s tongue) ataupun tanaman ular (snake plant). Lidah mertua banyak dimanfaatkan sebagai obat, penyerap polutan di daerah yang padat lalu lintas dan di dalam ruangan yang penuh asap rokok, serta seratnya digunakan dalam industri tekstil. Jenis serat Sansevieria hampir sama dengan serat daun nenas yaitu memiliki karakteristik serat tidak mudah rapuh, mengkilat, dan panjang. Sansevieria dibagi menjadi dua jenis, yaitu yang tumbuh memanjang ke atas dengan ukuran 50-75 cm dan yang berdaun pendek melingkar dalam bentuk roset dengan panjang 8 cm dan lebar 3-6 cm (Anggraini, 2010).

(57)

petrokimia. Namun demikian, ada pula serat sintetis yang dibuat dari selulosa alami seperti rayon (Pencinta Alam, 2012).

Tali merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk mengikat. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat banyak menggunakan tali yang berasal dari serat sintetis. Dalam jumlah yang besar, pemakaian tali yang berasal dari serat sintetis dapat berdampak negatif bagi lingkungan. Hal ini dikarenakan limbah tali dari serat sintetis akan susah atau lama terurai sehingga apabila dibiarkan dalam waktu yang cukup lama, akan menimbulkan masalah bagi lingkungan. Sehingga perlu dilakukan suatu penelitian agar limbah tali dari serat sintetis seperti tali plastik yang dianggap dapat merugikan dapat digantikan dengan tali yang berasal dari serat alami yang ramah lingkungan dan memiliki kekuatan yang unggul dibandingkan dengan tali yang berasal dari serat sintetis.

Berdasarkan penelitian Ritonga (2014) mengenai pemanfaatan serat alami limbah ampas tebu sebagai tali serat menghasilkan tali serat yang masih kurang baik karena nilai kekuatannya yang masih rendah, artinya untuk daya saing tali di pasaran, tali serat dari ampas tebu dianggap tidak menguntungkan walaupun bahan bakunya diperoleh secara gratis karena berasal dari limbah ampas tebu.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian terhadap tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata laurentii) untuk meningkatkan fungsi guna daun lidah mertua selain pemanfaatannya sebagai tanaman hias, tanaman tersebut juga dapat menghasilkan tali serat yang memiliki nilai kekuatan yang sangat tinggi.

(58)

3

lidah mertua yang berasal dari pekarangan rumah, selanjutnya diambil serat dengan pengerokan menggunakan garpu, kemudian pembuatan tali dengan menggunakan alat pemintal manual, kemudian dilakukan pengujian tali serat untuk mendapatkan tali serat yang berkualitas dengan parameter yang telah ditentukan yaitu tegangan tarik, regangan, deformasi, elastisitas dan kelenturan.

Pada penelitian ini akan menggunakan alat pemintal tali sederhana yang menggunakan tenaga manusia sebagai penggeraknya. Alat ini telah banyak digunakan dalam proses pembuatan tali serat, salah satunya pernah digunakan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara oleh Ritonga (2014) untuk pembuatan tali serat berbahan dasar limbah ampas tebu. Menurut Ritonga (2014) alat ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu engkol pemutar, corong masukan dan rol penggulung. Lama pemintalan tali, laju putaran alat, laju rol penggulung dan jumlah pintalan perjam dari alat yang digunakan tergantung pada yang mengoperasikan alat tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan menguji kualitas tali serat berbahan baku tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata laurentii).

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(59)

i

ABSTRAK

DETYARA IMANI: Tali Serat Berbahan Dasar Serat Alami Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata laurentii), dibimbing oleh LUKMAN ADLIN HARAHAP dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Sansevieria merupakan tanaman yang mempunyai keanekaragaman warna dan bentuk daun serta dapat digunakan sebagai tanaman hias. Serat Sansevieria memiliki karakteristik yang tidak mudah rapuh, mengkilat, panjang, dan memiliki kualitas tali serat yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan menguji kualitas tali serat berbahan baku tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata laurentii).

Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga September 2015 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian dan uji tarik dilakukan di Laboratorium Penelitian, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan cara studi literatur, pemintalan tali dengan menggunakan alat pemintal sederhana, pengujian tarik dan pengamatan parameter. Parameter yang diamati adalah tegangan tarik, regangan, elastisitas, deformasi tali dan kelenturan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing–masing bahan uji dengan berat yang sama menghasilkan diameter tali yang berbeda. Nilai rata-rata untuk pengujian tali yaitu untuk berat tali serat yang diuji adalah 1,2 gr, untuk diameter tali adalah 4,26 mm, untuk panjang tali adalah 34 mm, untuk pertambahan panjang tali adalah 17,2159 mm, untuk beban maksimum yang dapat ditahan oleh tali adalah 659,2695 N, untuk luas penampang tali adalah 14,31 mm2, untuk tegangan tarik tali adalah 46,85 N/mm2, untuk regangan tali adalah 0,5063, untuk elastisitas tali adalah 92,5322 N/mm2, untuk deformasi tali adalah 17,2159 mm, dan untuk kelenturan tali adalah 50,63 %.

Kata Kunci : Sansevieria, Tali Serat, Serat Alami, Uji Tarik

ABSTRACT

DETYARA IMANI: Ropes made from mother in law tongue fiber (Sansevieria trifasciata laurentii), supervised by LUKMAN ADLIN HARAHAP and SAIPUL BAHRI DAULAY.

Sansevieria is a plant that has variety of color and leaf form and can be used as decorative plants. Fiber of Sansevieria has characteristics of not easily fragile, shiny, long, and good quality. This study was aimed to make and to examine the quality of rope made from mother in law tongue fiber (Sansevieria trifasciata laurentii).

This research was conducted in April until September 2015 in the Laboratory of Agricultural Engineering, Faculty of Agriculture and tensile test was conducted at Research Laboratory, College of Engineering University of North Sumatra, Medan, by literature study, spinning the rope using spinners simple tool, tensile test and parameters observation. Parameters measured were tensile strength, strain, elasticity, rope deformation, and flexing. Results of the research indicated that each substance tested with the same weight produced different string diameter. Average values of examinated ropes was 1,2 g weight, diameter was 4,26 mm, length was 34 mm, elongation was 17,2159 mm, maximum loaded was 659,2695 N, cross section was 14,31 mm2, elongation at break of tensile strength was 46,85 N/mm2, strain was 0,5063, elasticity was 92,5322 N/mm2, ropes deformation was 17,2159 mm and flexing was 50,63 %.

(60)

TALI SERAT BERBAHAN DASAR SERAT ALAMI

TANAMAN LIDAH MERTUA (

Sansevieria trifasciata laurentii

)

SKRIPSI

OLEH :

DETYARA IMANI 110308072

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(61)

TALI SERAT BERBAHAN DASAR SERAT ALAMI

TANAMAN LIDAH MERTUA (

Sansevieria trifasciata laurentii

)

SKRIPSI

OLEH :

DETYARA IMANI 110308072

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Lukman Adlin Harahap, STP, M. Si) (Ir. Saipul Bahri Daulay, M. Si) Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(62)

i

ABSTRAK

DETYARA IMANI: Tali Serat Berbahan Dasar Serat Alami Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata laurentii), dibimbing oleh LUKMAN ADLIN HARAHAP dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Sansevieria merupakan tanaman yang mempunyai keanekaragaman warna dan bentuk daun serta dapat digunakan sebagai tanaman hias. Serat Sansevieria memiliki karakteristik yang tidak mudah rapuh, mengkilat, panjang, dan memiliki kualitas tali serat yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan menguji kualitas tali serat berbahan baku tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata laurentii).

Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga September 2015 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian dan uji tarik dilakukan di Laboratorium Penelitian, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan cara studi literatur, pemintalan tali dengan menggunakan alat pemintal sederhana, pengujian tarik dan pengamatan parameter. Parameter yang diamati adalah tegangan tarik, regangan, elastisitas, deformasi tali dan kelenturan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing–masing bahan uji dengan berat yang sama menghasilkan diameter tali yang berbeda. Nilai rata-rata untuk pengujian tali yaitu untuk berat tali serat yang diuji adalah 1,2 gr, untuk diameter tali adalah 4,26 mm, untuk panjang tali adalah 34 mm, untuk pertambahan panjang tali adalah 17,2159 mm, untuk beban maksimum yang dapat ditahan oleh tali adalah 659,2695 N, untuk luas penampang tali adalah 14,31 mm2, untuk tegangan tarik tali adalah 46,85 N/mm2, untuk regangan tali adalah 0,5063, untuk elastisitas tali adalah 92,5322 N/mm2, untuk deformasi tali adalah 17,2159 mm, dan untuk kelenturan tali adalah 50,63 %.

Kata Kunci : Sansevieria, Tali Serat, Serat Alami, Uji Tarik

ABSTRACT

DETYARA IMANI: Ropes made from mother in law tongue fiber (Sansevieria trifasciata laurentii), supervised by LUKMAN ADLIN HARAHAP and SAIPUL BAHRI DAULAY.

Sansevieria is a plant that has variety of color and leaf form and can be used as decorative plants. Fiber of Sansevieria has characteristics of not easily fragile, shiny, long, and good quality. This study was aimed to make and to examine the quality of rope made from mother in law tongue fiber (Sansevieria trifasciata laurentii).

This research was conducted in April until September 2015 in the Laboratory of Agricultural Engineering, Faculty of Agriculture and tensile test was conducted at Research Laboratory, College of Engineering University of North Sumatra, Medan, by literature study, spinning the rope using spinners simple tool, tensile test and parameters observation. Parameters measured were tensile strength, strain, elasticity, rope deformation, and flexing. Results of the research indicated that each substance tested with the same weight produced different string diameter. Average values of examinated ropes was 1,2 g weight, diameter was 4,26 mm, length was 34 mm, elongation was 17,2159 mm, maximum loaded was 659,2695 N, cross section was 14,31 mm2, elongation at break of tensile strength was 46,85 N/mm2, strain was 0,5063, elasticity was 92,5322 N/mm2, ropes deformation was 17,2159 mm and flexing was 50,63 %.

(63)

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 28 Desember 1993 dari ayah H. Muhammad Syarif dan ibu Hj. Jumiati. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Pada tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Binjai dan tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) sebagai anggota.

(64)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Tali Serat Berbahan Dasar Serat Alami Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata laurentii)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan kritik serta saran yang membangun kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Keteknikan Pertanian serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2015

(65)

iv

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Serat ... 9

Tali Serat ... 13

Pemintalan ... 13

Pengujian Tali Serat ... 17

Uji Tarik ... 17

Tegangan ... 18

Regangan ... 20

Diagram Tegangan-Regangan ... 23

Deformasi ... 25

Hubungan Tegangan dan Regangan (Hukum Hooke) ... 25

Uji Lentur ... 27

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

Bahan dan Alat ... 29

Metode Penelitian ... 29

Prosedur penelitian ... 30

Pengeluaran serat ... 30

Pembuatan Tali ... 30

Pengujian Tali Serat ... 30

Menghitung Ketahanan Tarik Serat ... 31

Parameter Penelitian ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 43

Saran ... 43

(66)

v

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Sifat Mekanis Serat Alam ... 11

2. Sifat-Sifat Serat Alami ... 12

3. Perbandingan Kekuatan Tarik pada Tanaman Eceng Gondok dengan atau tanpa Perlakuan NaOH ... 12

4. Perbandingan Kekuatan Tali dengan Berbagai Ukuran Diameter ... 16

5. Perbandingan Kekuatan Tali Kering atau Basah Berdasarkan Umur Tali ... 17

6. Data Uji Tarik Tali Serat Berbahan Lidah Mertua ... 33

7. Data Uji Tegangan Tarik Tali Serat Berbahan Lidah Mertua ... 35

8. Data Uji Regangan Tali Serat Berbahan Lidah Mertua ... 36

9. Data Uji Elastisitas Tali Serat Berbahan Lidah Mertua ... 37

10. Data Uji Deformasi Tali Serat Berbahan Lidah Mertua ... 38

11. Data Uji Kelenturan Tali Serat Berbahan Lidah Mertua ... 39

(67)

vi

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Tanaman Lidah Mertua ... 5

2. Gaya F Bekerja pada Luas Permukaan A ... 20

3. Strain Normal ... 22

(68)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian ... 46

2. Perhitungan Kekuatan Tarik ... 47

3. Perhitungan Regangan ... 49

4. Perhitungan Elastisitas ... 50

5. Perhitungan Deformasi Tali ... 51

6. Perhitungan Kelenturan Tali ... 52

7. Gambar Alat Pemintal ... 54

8. Gambar Proses Penelitian ... 56

Gambar

Tabel 6. Data uji tarik tali serat berbahan serat alami tanaman lidah mertua
Tabel 7. Data tegangan tarik
Tabel 8. Data regangan
Tabel 9. Data elastisitas Ơ
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi sifat kimia, seperti pH, kandungan bakteri asam laktat, dan kadar laktosa dalam yogurt yang difermentasi dengan ragi

Hasil pengujian, nilai Thitung 1,806 < Ttabel 2,028, maka diperoleh kesimpulan bahwa variabel informasi dalam penggunaan media sosial facebook tidak terdapat pengaruh

Pengembangan Trainer sebagai Alat Praktikum Pengujian Rangkaian Pembangkit PWM, Buck Converter, Boost Converter dan Buck-Boost Converter pada Mata Pelajaran Penerapan

Peneliti menyarankan penelitian selanjutnya untuk memperbaiki model penelitian dengan menambah variabel struktur kepemilikan/mekanisme corporate governance yang lain yang

KANTOR PUSAT BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PELAKSANAAN KENAIKAN PANGKAT FULLBOARD PELAKSANAAN KENAIKAN PANGKAT JB: Barang/jasa JP: Jasa Lainnya. 2

Evaluasi Penawaran dilaksanakan berdasarkan Dokumen Pengadaan Nomor : 019/DI- DAK/V/2017 tanggal 12 Mei 2017 , Addendum Dokumen Pengadaan, Berita Acara Penjelasan

With the autonomous flight control algorithm coupling with laser ranging data of transmission lines, an unmanned blimp is guided along power lines in a limited

Undang­Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pe­ merintahan Daerah (Lembaran Negara Republik In­