Lampiran I
JUMLAH MODAL KERJA
NAMA PERUSAHAAN 2008 2009 2010 2011
PT. Akasha Wira International. Tbk -56.009 43.938 44.626 53.441
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food. Tbk -46.167 63.986 147.716 814.745
PT. Cahaya Kalbar. Tbk 351.572 297.880 258.917 252.131
PT. Davomas Abadi. Tbk 1.213.358 724.087 1.010.119 1.031.474
PT. Delta Djakarta. Tbk 400.616 482.665 477.557 481.516
PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk -1.938.900 1.795.851 10.218.876 11.670.430
PT. Multi Bintang Indonesia. Tbk -36.331 -290.712 -34.785 -3.834
PT. Mayora Indah. Tbk 915.053 986.194 1.644.520 2.249.507
PT. Prashida Aneka Niaga. Tbk 100.377 74.253 74.294 99.287
PT. Sekar Laut. Tbk 50.625 41.404 44.116 43.201
PT. Siantar Top. Tbk 50.142 75.734 120.670 10.552
Lampiran II
PERPUTARAN MODAL KERJA
NAMA PERUSAHAAN 2008 2009 2010 2011
PT. Akasha Wira International. Tbk 6.02 6.25 10.17 13.92
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food. Tbk 0.50 0.54 0.72 1.79
PT. Cahaya Kalbar. Tbk 6.77 4.12 2.47 4.27
PT. Davomas Abadi. Tbk 3.41 0.41 1.62 0.73
PT. Delta Djakarta. Tbk 1.46 1.61 1.19 1.22
PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk 7.14 6.83 7.06 8.34
PT. Multi Bintang Indonesia. Tbk -14.5 -17.68 -19.58 -20.33
PT. Mayora Indah. Tbk 2.69 3.3 4.99 6.52
PT. Prashida Aneka Niaga. Tbk 8.19 6.8 10.66 14.32
PT. Sekar Laut. Tbk 5.28 6.18 7.01 7.68
PT. Siantar Top. Tbk 9.71 9.75 11.86 15.99
Lampiran III
RETURN ON INVESTMENT
NAMA PERUSAHAAN 2008 2009 2010 2011
PT. Akasha Wira International. Tbk -29.30 23.93 31.70 20.57
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food. Tbk 7.34 8.82 13.25 8.18
PT. Cahaya Kalbar. Tbk 11.86 16.42 9.57 23.78
PT. Davomas Abadi. Tbk -75.79 -50.73 -2.74 -14.48
PT. Delta Djakarta. Tbk 16.11 21.43 24.62 25.30
PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk 12.07 20.44 16.16 15.87
PT. Multi Bintang Indonesia. Tbk 64.59 323.59 93.99 95.68
PT. Mayora Indah. Tbk 15.7 23.53 24.60 19.95
PT. Prashida Aneka Niaga. Tbk -10.16 -25.87 -13.31 -11.57
PT. Sekar Laut. Tbk -4.24 -11.28 -4.09 -4.86
PT. Siantar Top. Tbk 1.33 10.15 9.53 8.71
DAFTAR PUSTAKA
Astuti (2005), “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap return on equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman go public di Bursa Efek Jakarta.”
Ahmad, 1997. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.
Djarwanto, 2001. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Erlyss Parlina Sipangkar (2009, “Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Otomotif di BEI.”
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program
SPSS, Badan. Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Harahap, Sofyan, Syafri, 2001, Analisis Kritis Atas Laoran Keuangan, Cetakan kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hendra S. Raharja Putra. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi, Salemba 4, Jakarta.
Imelda Yulistri (2009), “Pengaruh Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja Terhadap Laba Bersih Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia.”
Komaruddin, Ahmad. 2005. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Rineka Cipta, Jakarta.
Nufhafni (2009), “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Retur On Equity (ROE) Perusahaan Consumer Goods Industry di BEI.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat. Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.
Sawir, Agnes, 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Seprina Ruleta Sitanggang (2008), “Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada PT.Gresik Cipta Sejahtera Cabang Medan.”
Soediyono R. 2001. Analisa Lapoaran Keuangan : Analisa Ratio. Liberty, Yogyakarta
Sugiyono.(2006). Metode Penelitian Bisnis. Salemba Empat, Jakarta
Wasis. 2003. Pembelanjaan Perusahaan. UKSW, Salatiga.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Makanan dan Minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (PT.BEI). Alasan dilakukan penelitian di
perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI adalah karena
perusahaan-perusahaan tersebut memiliki karakteristik yang cukup homogen
dengan laporan keuangan yang lengkap dibandingkan sektor lainnya. Selain
itu, populasi yang besar memudahkan dalam menentukan sampel sesuai
dengan kriteria yang diperlukan. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan
September 2013.
3.2Populasi dan Sample Penelitian
1) Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2008-2011.
2) Perusahaan Makanan dan Minuman yang menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit tahun 2008-2011.
3) Data-data yang dimiliki perusahaan tersebut lengkap dan sesuai dengan variabel yang diteliti.
Berdasarkan kriteria diatas ada didapat 12 perusahaan makanan dan minuman yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu:
Tabel 3.1.
Daftar Populasi dan Sampel Peneltian
No Perusahaan Kriteria
Penentuan
3.3Identifikasi Variabel
Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas dan satu variabel
terikat, sebagai berikut :
1) Variabel terikat, Variabel terikat merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006 : 33). Pada penelitian ini variabel terikat adalah profitabilitas (Y) (diukur dari Return On Equity ) pada perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 2008-2011.
2) Variabel bebas, menurut Sugiyono (2006 : 33) “variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat)”. Dalam peneltian ini variabel terikat terdiri dari jumlah modal kerja (X1) dan tingkat perputaran modal kerja (X2) pada perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek
3.4Definisi Variabel Operasional
Tabel 3.2
Definisi Operasional
Variable yang diukur
Definisi operasional Skala Pengukuran
Modal Kerja untuk periode akuntansi yang bersangkutan (current income)
Modal Kerja = Aktiva Lancar – Hutang Lancar
Perputaran Modal Kerja (X2)
Periode perputaran modal kerja (working capital turnorver period) dimulai saat kas diinvestasikan dalam
komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau
Profitabilitas suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
3.5Jenis dan Sumber Data
3.5.1 Jenis Data
1. Data Kuantitatif merupakan data-data yang berupa angka-angka dan dapat dinyatakan dalam satuan hitung (Sugiyono, 2007). Data kuantitatif
pada penelitian ini adalah laporan keuangan pada perusahaan makanan
dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011, yang
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2010
dan 2011
2. Data Kualitatif merupakan data yang tidak berupa angka-angka, melainkan bersifat keterangan-keterangan. Data kualitatif pada penelitian
ini berupa profil singkat dan nama-nama perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun
2008-2011.
3.5.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data sekunder yang
merupakan hasil olahan yang diperoleh oleh peneliti dari perusahaan
yang dipublikasikan Indonesian Stock Exchange (IDX) dan Indonesian
Capital Market Directory (ICMD). Data yang dimaksud adalah laporan
keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
3.6Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan metode observasi nonpartisipan. Dalam
metode observasi nonpartisipan, pengumpulan data dilakukan melalui
pengamatan secara independen (Sugiyono, 2006:139). Jadi metode observasi
dilakukan dengan cara mengamati, mencatat serta mempelajari catatan-catatan
yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari Indonesian Stock
Exchange (IDX) yaitu laporan dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) tahun 2008-2011.
3.7Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data adalah cara mengolah data yang terkumpul
kemudian dapat memberikan interpretasi. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1) Teknik Analisis Regresi Linear Berganda.
Teknik analisis data yang digunakan dalam memecahkan masalah dan untuk
mencapai tujuan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis
regresi linear berganda/majemuk dengan instrumen berupa progam SPSS
(statistic package for social science). Analisis ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh jumlah modal kerja dan efektivitas penggunaan modal
kerja (diukur dari tingkat perputaran modal kerja) terhadap profitabilitas
(diukur dari ROE). Menurut Suyana (2004:52), model regresi linear
berganda ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut:
Y = + b1X1 + b2X2 + ei
Y = Profitabilitas X1 = Jumlah Modal Kerja X2 = Perputaran Modal Kerja α = Konstanta
b1-b2 = Koesifisien regresi X1-X2
ei = Variabel penggangu yang mewakili faktor lain yang berpengaruh
pada Y tetapi tidak dimasukkan dalam model
Dari model regresi linear tersebut, agar model dapat diregresi
dilakukan pengujian asumsi klasik sebagai berikut:
(1) Uji normalitas
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas menurut Ghozali (2005 : 110) sebagai berikut:
1). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2). Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel terikat dengan variabel bebas keduanya memiliki
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang
memiliki distribusi data normal atau yang mendekati normal. Pengujian
perhitungan dengan menggunakan SPSS. Distribusi normal tercermin
dari data yang tersebar disekitar garis diagonal.
(2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas (Ghozali,
2005). Jika terjadi korelasi maka dinamakan terjadi problem
multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independent. Pedoman suatu model regresi
yang bebas problem multikolinearitas adalah jika mempunyai nilai VIF
(Varians Inflation Faktor) kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari
10%.
(3) Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi atau hubungan yang terjadi diantara
anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam
rangkaian waktu. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dan
Tabel 3.2 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada korelasi positif atau
negatif
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dan residual dari satu pengamatan ke
pengamatan lainnya (Ghozali, 2005). Suatu model regresi yang baik
adalah tidak memiliki heteroskedastisitas.
2) Pengujian Hipotesis
(1) Uji Simultan (F - test)
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005 : 84). Pengujian ini bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas yaitu
jumlah modal kerja (Xl), perputaran modal kerja (X2) yang diukur dari
tingkat perputaran modal kerja terhadap variabel terikat profitabilitas
(Y) yang diukur dari ROE pada perusahaan Makanan dan Minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan atau serempak.
Jika Fhitung < Ftabeldan nilai sig> α 0.05, maka Ha ditolak
Jika Fhitung >Ftabeldan nilai sig< α 0.05, maka Ha diterima
a) Menentukan Fhitung
Secara matematis Fhitung dapat diperoleh dengan rumus : R2 / K - 1
Fhitung =
(1 – R2) / (n – k)
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi n = Ukuran sampel
k = Jumlah variabel dalam model regresi b) Menentukan Ftabel
Perhitungan Ftabel dengan penentuan taraf nyata (α) = 5 % dan df =
(k-1) (n-k). Dengan demikian Ftabel adalah sebesar Fd (k-1) (n-k). c) Kesimpulan
Jika Fhitung lebih besar dari Ftabel maka H0 ditolak yang berarti jumlah
modal kerja dan perputaran modal kerja secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan
Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun
2008-2011. Jika Fhitung lebih kecil sama dengan Ftabel maka H0 diterima
yang berarti jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja secara
simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada
perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek
(2) Uji Parsial (t - test)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel
bebas jumlah modal kerja (Xl), dan perputaran modal kerja (X2)
terhadap variabel terikat profitabilitas (Y) yang diukur dari ROE pada
perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2008-2011 secara parsial. Langkah- Iangkah
dalam menguji hipotesis yang kedua ini adalah :
a) Pengaruh jumlah modal kerja (X1) diukur dari tingkat perputaran
modal kerja terhadap profitabilitas (Y) yang diukur dari ROE pada
perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2008-2011. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi thitung dengan ketentuan:
Jika thitung < ttabeldan nilai sig> α 0.05, maka Ha ditolak Jika thitung >ttabel dan nilai sig< α 0.05, maka Ha diterima (a) Menentukan t table
Dengan penentuan taraf nyata (α) = 5%/2 = 0,025 dan penentuan
derajat bebas (df) = n- k. Dengan demikian t tabel adalah sebesar t
α / 2 (df ).
(b) Menentukan thitung
bi – βi
t =
Dimana :
bi = Koefisien regresi parsial yang ke-1 dari regresi sample
βi = Koefisien parsial yang ke-1 dari regresi populasi
S bi = Kesalahan standar (standar error) koefisien sampel.
(c) Apabila thitung lebih besar dari ttabel maka H0 ditolak. Ini berarti
bahwa jumlah modal kerja secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Secara singkat, perkembangan pasar modal dapat dilihat sebagai berikut:
1) 14 desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
2) 1914-1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. 3) 1925-1942 : Bursa Efek Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa
Efek di Semarang dan Surabaya.
4) Awal tahun 1939 : Bursa Efek di Jakarta ditutup karena isu politik (Perang Dunia II)
5) 1942-1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
6) 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan : Obligasi Pemerintah RI (1950).
8) 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal juga ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
9) 1977-1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrument perbankan dibandingkan instrument Pasar Modal.
10)1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum da investor asing menanamkan modal di Indonesia. 11)1988-1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing, aktivitas bursa terlihat meningkat.
12)2 Juni 1988: Bursa Paralel (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
13)Desember 1988: Pemerintah mengeluarkan Paket 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
15)13 Juli 1989: Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. 16)13 Juli 1992: Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. 17)22 Mei 1995: Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
system computer JATS (Jakarta Automated Trading System).
18)10 November 1995: Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang ini mulai diberlakukan mulai 1996.
19)1995: Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. 20)2000: Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scriples trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
21)2002: BEJ mulai mengaplikasikan system perdagangan jarak jauh (remote trading).
22)2007: Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEJ).
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman
No Kode Saham Emitten Tanggal IPO
1 ADES PT. Akasha Wira International Tbk 13-Jun-1994 2 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 11-Jun-1997
3 ALTO PT. Tri Banyan Tirta Tbk 10-Jul-2012
4 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk 9-Jul-1996
5 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk 22-Dec-1994
6 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk 12-Feb-1984
7 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 7-Oct-2010 8 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 14-Jul-1994 9 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 17-Jan-1994
10 MYOR PT. Mayora Indah Tbk 4-Jul-1990
11 PSDN PT. Prashida Aneka Niaga Tbk 18-Oct-1994 12 ROTI PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk 28-Jun-2010
13 SKLT PT. Sekar Laut Tbk 8-Sep-1993
14 STTP PT. Siantar Top Tbk 16-Dec-1996
15 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
2-Jul-1990
16 SKBM PT. Sekar Bumi Tbk 28-Jun-2010
Indonesia tahun 2008-2011 dimana ROE, jumlah modal kerja, dan
perputaran modal kerja untuk seluruh perusahaan mengalami fluktuasi
berupa kenaikan dan penurunan yang cukup material, hal ini dapat dilihat
dari Tabel 4.2 dan sebagai berikut :
Tabel 4.2 Jumlah Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja dan
ROE pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011
No Nama Perusahaan
Jumlah Modal Kerja (juta) Perputaran Modal Kerja Return On Equity (%)
2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011
Indonesia. Tbk -36.331
-Industry. Tbk 359.095 367.524 477.884 316.486 3.58
4.1.2 Uji Asumsi Klasik
Setiap model persamaan regresi linier harus melalui uji asumsi klasik
sebelum dianalisis lebih lanjut. Uji asumsi klasik yang dilakukan terhadap
model persamaan regresi linier berganda pada penelitian ini yaitu : Uji
Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, dan Uji
Heterokedastisitas. Hasil uji asumsi klasik yang diperoleh dengan bantuan
komputer dengan program SPSS disajikan sebagai berikut :
1) Uji Normalitas
Hasil uji normalitas dalam penelitian ditunjukkan melalui Gambar 4.1 dan Tabel 4.3 dibawah ini.
Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa plot – plot memiliki pola masih dalam lingkup dari garis diagonal grafik P-P Plot, sehingga dapat dikatakan data terdistribusi dengan normal.
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized Residual
N 48
Normal
Parametersa,,b
Mean .0000000
Std. Deviation .97849211
Most Extreme
Differences
Absolute .167
Positive .167
Negative -.061
Kolmogorov-Smirnov Z 1.155
Asymp. Sig. (2-tailed) .139
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Bila nilai signifikan < 0.05 berarti distribusi data tidak normal. Sebaliknya bila nilai signifikan > 0.05 berarti distribusi data normal. Dari tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa setelah dilakukan transformasi, data yang diuji menjadi normal dan nilai signifikan untuk semua variabel > 0,05. 2) Uji Multikolinearitas
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
t Sig. Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) 1.821 .075
Jumlah Modal Kerja 1.057 .296 .998 1.002
Perputaran Modal Kerja 13.924 .000 .998 1.002
a. Dependent Variable: ROE
Setelah diolah dengan SPSS, diperoleh koefisien tolerance dari kedua variabel bebas lebih besar dari 0.10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas dalam model regresi ini.
3) Hasil Uji Autokorelasi
Hasil uji multikolinieritas dalam penelitian ditunjukkan melalui tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .901a .812 .803 21.95319 1.541
a. Predictors: (Constant), Perputaran Modal Kerja, Jumlah Modal Kerja
Hasil olahan data dengan SPSS pada uji Durbin Watson sebesar 1.541. Kemudian nilai ini dibandingkan dengan nilai tabel, dengan menggunakan nilai signifikan 5 persen (0,05). Jumlah data (n) = 48 dan variabel bebas (k) = 2 maka dl = 1.45, du = 1.62. Jadi (4-du) = (4 – 1.62 ) = 2.38. Karena nilai DW sebesar 1.541 lebih kecil dari batas du sebesar 1.62 dan kurang dari (4-du) yaitu 2.38 ini menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi negatif. Dapat disimpulkan model regresi ini tidak ada autokorelasi.
4) Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.2. Grafik Scatterplot
4.1.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan bantuan software SPSS diformulasikan model analisis regresi linier berganda yang
digunakan dalam penelitian ini. Tujuan digunakannya analisis ini untuk
mengetahui apakah jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja
berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE) baik secara simultan maupun
parsial. Adapun rangkuman hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat
Tabel 4.6
a. Dependent Variable: ROI
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dirumuskan persamaan regresi linier
sebagai berikut :
Y = 6.539 + 1.437E-6 X1 + 2.658 X2 + e
Model analisis di atas menjelaskan bahwa :
a. Nilai konstanta return on equity (ROE) perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia sebesar 6.539 artinya apabila nilai variabel modal kerja dan perputaran modal kerja bernilai nol maka return on equity akan naik sebesar 6.539 satuan.
b. Koefisien regresi jumlah modal kerja sebesar 1.437-6 menyatakan bahwa apabila jumlah modal kerja meningkat sebesar 1 kali dan variabel bebas perputaran modal kerja dianggap tetap, maka akan meningkatkan return on equity (ROE) perusahaan makananan dan minuman di Bursa Efek
c. Parameter beta Perputaran Modal Kerja sebesar 2.658 menjelaskan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh positif didalam mengestimasi return on equity (ROE) perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek
Indonesia sebesar 2.658, artinya setiap pertambahan 1 perputaran modal kerja akan meningkatkan return on equity (ROE) perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia sebesar 2.658 satuan.
4.1.4 Uji Statistik F
Hasil pengolahan data yang dilakukan menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap return on equity (ROE) perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek
Indonesia, ditunjukkan melalui tabel 4.7 berikut ini : Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 93543.011 2 46771.505 97.048 .000a
Residual 21687.409 45 481.942
Total 115230.420 47
a. Predictors: (Constant), Perputaran Modal Kerja, Jumlah Modal Kerja
b. Dependent Variable: ROE
besar dari ftabel dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman.
4.1.5 Uji Statistik t
Untuk menginterpretasikan koefisien variabel bebas (independen)
yaitu jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap variabel
terikat (dependen) yaitu profitabilitas (ROE), dapat dijelaskan pada Tabel
4.8 sebagai berikut :
a. Dependent Variable: ROI
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa modal kerja tidak berpengaruh positif terhadap return on equity (ROE) sedangkan perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap return on equity (ROE) perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI).
4.2 Pembahasan
Jumlah modal kerja secara parsial tidak mempunyai pengaruh positif
terhadap profitabilitas namun perputaran modal kerja secara parsial
mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan makanan
dan minuman. Secara simultan/bersama-sama jumlah modal kerja dan
perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Kondisi
ini ditunjukkan oleh jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja pada
perusahaan Makanan dan Minuman dimana 81,2 persen (R square) variasi
kedua variabel tersebut mempengaruhi profitabilitas. Hal ini berarti semakin
besar jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja akan semakin baik.
Perusahaan akan mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk
kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Dengan adanya modal kerja yang
cukup akan menguntungkan bagi perusahaan karena di samping
memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis,
perusahaan juga tidak akan mengalami kesulitan keuangan dalam
melakukan kewajiban pembayaran terhadap kegiatan lain yang akan
berdampak terhadap profitabilitas Perputaran modal kerja juga
menunjukkan pengaruh yang positif terhadap profitabilitas. Hal ini berarti
efektivitas penggunaan modal kerja tersebut. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tinggi rendahnya profitabilitas (return on equity)
perusahaan bergantung pada besar kecilnya modal kerja dan perputaran
modal kerja itu sendiri. Sesuai dengan teori dan beberapa penelitian empiris
yang sebelumnya dilakukan menyatakan bahwa modal kerja yang selalu
berputar akan mempengaruhi arus dana dalam perusahaan. Apabila
perputaran modal kerja mengalami peningkatan setiap tahunnya, berarti arus
dana yang kembali ke perusahaan akan semakin lancar. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah tingkat perputaran modal kerja, semakin
panjang waktu terikatnya dana yang berarti pengelolaan modal kerja kurang
efektif dan efisien dan cenderung menurunkan profitabilitasnya.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Astuti (2005) yang menunjukkan bahwa modal kerja dan perputaran
modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE perusahaan.
Penelitian juga dilakukan oleh Nurhafni (2009) menunjukkan bahwa modal
kerja dan perputaran modal kerja memiliki pengaruh terhadap ROE
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya,
maka diperoleh simpulan sebagai berikut :
1) Jumlah Modal kerja dan Perputaran modal kerja secara simultan
berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan
dan Minuman, dimana 81,2 persen profitabilitas dipengaruhi oleh
variabel jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja, sedangkan
sisanya 18,8 persen dipengaruhi variabel lain diluar model.
2) Jumlah modal kerja secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap
profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI)
3) Perputaran modal kerja secara parsial berpengaruh positif terhadap
profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang disampaikan dalam peneltian ini adalah :
1) Manajemen perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia diharapkan tetap memperhatikan jumlah modal kerja
dan perputaran modal kerja untuk meningkatkan profitabilitas
kerja dan perputaran modal kerja secara simultan berpengaruh positif
terhadap profitabilitas perusahaan.
2) Bagi peneliti selanjutnya disarankan menggunakan variabel lain selain
jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja sebagai variabel yang
mempengaruhi profitabilitas. Karena penelitian ini menemukan bahwa
jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja variasinya hanya 81,2
persen mempengaruhi profitabilitas. Jadi masih ada 18,8 persen variabel
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas menurut Riyanto (2001) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas atau kemampuan laba merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen, (Sawir, 2003;17). Kartadinata (1996 : 46-51) mengemukakan bahwa profitabilitas dimaksudkan adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Kartadinata (1996:66) mengatakan faktor yang penting dalam kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba adalah hubungan antara tingkat penjualan dengan tingkat aktiva yang diperlukan untuk mencapai tingkat penjualan tersebut. Cara yang termudah untuk mengukur profitabilitas perusahaan adalah dengan menghubungkan laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan total aktiva yang dimilikinya Return On Assets (Helfer, 1997:83).
perusahaan tersebut kurang mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu menghasilkan laba tinggi. Rasio profitabilitas yang sering digunakan di dalam penelitian yang berkaitan dengan pengaruh modal kerja dan efektivitas modal kerja adalah return on equity (ROE). Return on Equity (ROE) menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.
baik kedudukan pemilik perusahaan. Return on equity (ROE) dihitung dengan menggunakan rumus :
Net Profit After Taxes
ROE = x 100% Stockholder Equity
Menurut Soediyono (2001:103) analisa Du pont merupakan pendekatan lain yang digunakan mengevaluasi tingkat pengembalian equitas atau return on equity yang dihitung dengan membagi ROI dengan hasil pengurangan 1 (satu) dan rasio hutang. Hal ini dapat dinyatakan dalam bentuk rasio keuangan yaitu :
ROI
ROE = x 100% 1 – debt ratio
dimana :
ROI = Net profit margin x perputaran aktiva
Laba sesudah Pajak
Net Profit Margin = x 100% Penjualan Bersih
Penjualan Bersih
Total Hutang
Debt Ratio = x 100% Total Aktiva
Dengan menggunakan system Du pont diatas dapat dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas yaitu penjualan, biaya operasi total aktiva dan total hutang. Sedangkan menurut Wasis (2003:38) menggunakan istilah rate of return adalah penjualan, efisiensi penggunaan biaya, profit margin dan struktur modal perusahaan.
2.1.2 Pengertian Modal Kerja
digunakan untuk memenuhi kegiatan operasi perusahaan. Dalam pembahasan modal kerja dikenal 3 konsep modal kerja, yaitu :
1) Konsep Kuantitatif
Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dari dana yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital). Modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin
kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan.
2) Konsep Kualitatif
Konsep ini berfokus pada kualitas modal kerja yaitu kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar (net working capital). Dalam konsep ini modal kerja dikaitkan dengan jumlah hutang lancar ataupun sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya.
3) Konsep fungsional
(1) Jumlah kas
(2) Jumlah persediaan
(3) Jumlah piutang dikurangi besarnya keuntungan
(4) Jumlah sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap.
Perbedaan dari ketiga konsep diatas adalah terletak pada penentuan
jumlah modal kerja. Dan konsep modal kerja yang digunakan dalam
penelitian ini adalah konsep kualitatif. Modal kerja yang cukup lebih baik
daripada modal kerja yang berlebihan, karena dengan modal kerja yang
berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa menggunakan dana
yang ada dengan baik, sehingga dana tersebut menjadi tidak produktif.
2.1.3 Jenis Modal Kerja
Modal kerja dalam suatu perusahaan menurut Riyanto (2001) dapat digolongkan dalam beberapa jenis:
1) Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalani fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja ini terdiri dari
(1). Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya.
normal. Kapasitas normal mempunyai pengertian yang fleksibel menurut kondisi perusahaan.
2) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal Kerja Variabel adalah modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu dengan jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan
perubahaan keadaan dalam satu periode. Modal kerja ini terdiri dari: (1) Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan musim.
(2) Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan permintaan produk.
(3) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya
2.1.4 Fungsi Modal Kerja
konsumen. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi yang lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
2.1.5 Sumber Modal Kerja
Menurut Harahap (2001 : 288) menyatakan bahwa: Kenaikan dalam modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau dijual atau karena kenaikan dalam utang jangka panjang dan modal sedangkan penurunan dalam modal kerja timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas utang jangka panjang naik. Menurut Munawir (2004) Pada dasarnya modal kerja terdiri dari dua bagian pokok, yaitu:
1) Bagian yang tetap atau bagian yang permanen, yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan.
2) Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktifitas biasa.
Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan kreditor jangka pendek. Djarwanto (2001) pada umumnya modal kerja suatu perusahaan berasal dari berbagai sumber, yaitu:
Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan penghitungan laba rugi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek).
Surat-surat berharga merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang. 3) Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar.
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.
4) Penjualan saham atau obligasi.
5) Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya.
Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya.
6)Kredit dari supplier.
Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan supplier. Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu hutang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan modal kerja yang kecil.
Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunya jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Penggunaan aktiva lancar yang menyebabkan turunnya aktiva lancar adalah sebagai berikut :
1) Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek maupun kerugian yang insidentil lainya.
3) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. 4) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.
5) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi atau prive (Munawir, 2004)
2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Modal Kerja
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan modal
kerja, yaitu:
1) Modal kerja meningkat sebagai berikut: (1) Perusahaan memperoleh laba,
(2) Perusahaan menjual aktiva tetap,
(3) Penyusutan aktiva tetap,
(4) Bertambah besarnya hutang jangka panjang,
(5) Perusahaan menambah besarnya modal pesertaan.
2) Modal kerja menurun sebagai berikut: (1) Perusahaan menderita rugi,
(2) Perusahaan membeli aktiva tetap,
(3) Hutang jangka panjang perusahaan menurun,
(4) Perusahaan mengurangi besarnya modal pesertaan,
2.1.7 Perputaran Modal Kerja
Periode perputaran modal kerja (working capital turnorver period) dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnorver rate-nya). Lama periode perputaran modal kerjanya tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari
modal kerja tersebut (Riyanto, 2001). Dalam menentukan perputaran modal
kerja dapat dibedakan 2 metode yaitu:
1) Metode keterikatan dana (siklus daur dana)
Metode ini digunakan jika usaha baru dimulai, dengan demikian
pengalaman dari pengelola atau tentunya dengan dominan dipengaruhi
keadaan internal perusahaan yang mengikuti perkembangan kegiatan
sehari-hari dalam jangka waktu lama. Menurut metode siklus atau daur
dana ini perputaran modal kerja dapat diketahui dengan menghitung
periode atau jangka waktu dana tertanam. Sejak kas diinvestasikan dalam
komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas.
2) Metode perputaran (turnorver)
Metode ini menggunakan analisis laporan keuangan perusahaan
secara umum atau total modal kerja dihitung dengan rumus working
capital turnover yaitu total penjualan dibagi dengan net working capital atau gross working capital (Ahmad, 1997:7-12). Tingkat perputaran
modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio yaitu diambil dari
dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja
rata-rata tersebut (working capital turnorver). Rasio ini menunjukkan
hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan
banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah)
untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir, 2004:80). Rumus yang
digunakan untuk menentukan besarnya angka perputaran modal kerja
dalam penelitian ini adalah:
Penjualan Bersih
Perputaran Modal Kerja =
Modal Kerja Rata-rata (Munawir, 2004:80)
Modal kerja rata-rata dapat dicari dengan menjumlahkan modal kerja tahun pertama dan modal kerja tahun kedua kemudian dibagi dua. Komponen perputaran modal kerja meliputi :
1) Perputaran Kas
atau tidak dipergunakan.Untuk menentukan berapa jumlah kas yang sebaiknya harus dipertahankan dalam perusahaan, belum ada standart rasio yang bersifat umum. Meskipun demikian ada beberapa standar tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman didalam menentukanjumlah kas yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan. Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar ataupun utang lancar. Sumber penerimaan kas pada dasarnya berasal dari (Munawir, 2004):
(1) Hasil penjualan investasi jangka panjang dan aktiva tetap yang diikuti dengan penambahan kas.
(2) Pengeluaran surat tanda bukti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas.
(3) Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas.
(4) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasinya.
Sedangkan pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-transaksi sebagai berikut:
(1) Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya. (2) Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan
(3) Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek atau jangka panjang.
(4) Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian perlengkapan kantor, pembayaran bunga dan premi asuransi serta adanya persekot biaya maupun persekot pembelian.
(5) Pengeluaran kas untuk membayar deviden, pembayaran pajak, denda-denda lainnya.
Untuk menghitung perputaran kas dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Penjualan Bersih Perputaran kas =
Rata-rata Kas
2) Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Piutang merupakan aktiva yang timbul akibat perusahaan melakukan penjualan secara kredit. Semakin lama syarat pembayaran suatu piutang berarti semakin lama modal terikat dalam piutang, ini berarti tingkat perputaran piutang selama periode tertentu semakin rendah. Tingkat perputaran piutang atau (receivable turnover) dapat diketahui dengan membagi jumlah credit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata- rata piutang (average receivable).
Penjualan Kredit Receivable Turn Over =
Makin tinggi perputaran piutang, sehingga untuk
mempertahankan penjualan kredit tertentu, dengan naiknya perputaran
piutang, dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan
dalam piutang (Riyanto, 2001)
3) Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Masalah investasi dalam inventory merupakan masalah pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya Inventory atau persediaan barang sebagai elemen yang utama dari modal
kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, di mana secara terus menerus mengalami perubahan.. Masalah penentuan besar investasi atau alokasi modal dalam inventory mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahan. Demikian sebaliknya, adanya investasi yang terlalu kecil dalam inventory juga akan mempunyai efek yang menekan keuntungan perusahaan (Riyanto, 2001).
Untuk mengetahui efektivitas pengelolaan persediaan dapat dilihat
dari perhitungan tingkat perputaran persediaannya, karena semakin tinggi
terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk memenuhi volume
penjualan tertentu dalam naiknya perputaran persediaan maka dibutuhkan
jumlah modal kerja yang lebih kecil. Adapun perhitungan tingkat
peputaran persediaan adalah sebagai berikut :
Harga Pokok Penjualan
Perputaran Persediaan =
Rata-rata Persediaan
2.1.8 Rasio Keuangan
Rasio menurut Riyanto (2001 : 329) adalah ukuran yang sering
digunakan dalam analisis finansial. Penganalisa finansial adalah
mengadakan analisis rasio finansial pada dasarnya dapat melakukannya
dengan dua cara perbandingan, yaitu sebagai berikut.
1) Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio diwaktu yang lain (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk yang
akan datang di perusahaan yang sama.
2) Membandingkan rasio-rasio disuatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenisnya dari perusahaan lain yang sejenis atau rasio industri untuk
waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan
rasio industry akan dapat diketahui apakah perusahaan yang
bersangkutan dalam aspek finansial tertentu berada di atas rata-rata
Rasio-rasio dikelompokkan ke dalam kelompok dasar, yaitu
likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas. Penggunaan rasio dibatasi hanya pada
rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.
1) Rasio Likuiditas
Semakin tinggi likuiditas berarti semakin tinggi kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut
Sawir (2003) rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya tepat pada waktunya.. Dimana rasio likuiditas mengukur
kecepatan sebuah investasi (aset) atau ditukar menjadi suatu nilai. Rasio
ini terdiri dari :
(1) Current Ratio, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar.
(2) Quick Ratio, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar hutang
yang harus segera dipenuhi aktiva lancar yang lebih likuid.
(3) Cash Ratio, yaitu kemampuan perusahaan membayar hutang
lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas.
2) Ratio Aktivitas
Rasio aktivitas yang umumnya digunakan adalah perputaran
persediaan, periode penagihan rata-rata, perputaran modal kerja,
perputaran aktiva tetap, dan rasio perputaran total aktiva. Rasio aktivitas
mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber
penggunaan modal kerja dapat diukur dengan tingkat perputaran modal
kerta serta tingkat perputaran masing-masing komponen dalam modal
kerja tersebut. Untuk selanjutnya rasio aktivitas yang akan digunakan
untuk mengukur tingkat efektivitas penggunaan modal kerja adalah
sebagai berikut :
(1) Ratio Perputaran Kas
Menurut Riyanto (2001 : 95) makin tinggi tingkat perputaran
kas maka makin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi
penggunaan kasnya. Tingkat perputaran kas dapat dihitung dengan
membandingkan antara penjualan bersih dengan kas rata-rata.
Penjualan Bersih Perputaran Kas =
Rata-rata kas (2) Ratio Perputaran Piutang
Semakin tinggi perputaran piutang maka semakin kecil jumlah
modal yang terikat dalam piutang sehingga dapat mengurangi biaya
modal dan akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas. Periode
perputaran atau terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung
pada syarat pembayarannya. Tingkat perputaran piutang dapat
diketahui dengan membandingkan penjualan kredit dengan rata-rata
piutang.
Penjualan Kredit Perputaran Piutang =
Rata- rata Piutang
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan berarti semakin
pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk
memenuhi penjualan tertentu dibutuhkan jumlah modal yang lebih
baik Menurut Sawir (2003) menyatakan bahwa rasio perputaran
persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang
dagang.. Jadi untuk memenuhi penjualan tertentu dibutuhkan jumlah
modal yang lebih kecil. Tingkat perputaran persediaan dapat
dihitung dengan membandingkan harga pokok penjualan dengan
persediaan rata-rata.
Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan =
Rata-rata Persediaan
(4) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang
efektivitas manajemen perusahaan. Menurut Sawir (2003 :17)
profitabilitas merupakan hasil akhir bersih berbagai kebijakan dan
keputusan manajemen. Rasio profitabilitas yang memberikan
gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan dapat
dianalisa dengan margin laba kotor (gross profit margin), rentabilitas
ekonomis (basic earning power), margin laba bersih (net profit
margin), hasil pengembalian atas investasi (return on investment),
dan pengembalian atas modal (return on equity). Rasio-rasio
a) Gross Profit Margin, yaitu laba bruto yang diperoleh perusahaan
dari penjualan.
Penjualan - HPP Gross Profit Margin =
Penjualan
b) Basic Earning Power, yaitu laba operasi sebelum bunga dan pajak
yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan.
Laba Operasi x 100%
Basic Earning Power =
Total Aktiva
c) Net Profit Margin, yaitu keuntungan bersih yang diperoleh
perusahaan dari setiap rupiah penjualan.
Laba setelah Pajak Net Profit Margin =
Penjualan
d)Return On Equity, yaitu kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan
saham biasa.
Laba setelah Pajak Return On Equity =
Modal Sendiri
e) Return On Investment, yaitu kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
Laba Setelah Pajak X 100% Return On Investment =
Total Aktiva
Rasio profitabilitas yang akan digunakan untuk mengukur tingkat
profitabilitas adalah Return On Equity (ROE), yang menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam periode
tertentu.
(5) Rasio Perputaran Modal Kerja
Perputaran modal kerja (Working Capital Turnover) adalah
kemampuan modal kerja berputar dalam suatu periode siklus kas dan
perusahaan, yang diukur dengan
Penjualan Bersih Perputaran Modal Kerja =
Modal Kerja Rata-rata
2.1.9 Hubungan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
Modal kerja yang tersedia di dalam perusahaan harus cukup
jumlahnya. Arti cukup adalah harus mampu membiayai
pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Dengan modal
kerja yang cukup akan memberi keuntungan bagi perusahaan karena
memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan
efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Perusahaan
sebaiknya memiliki modal kerja yang cukup daripada berlebihan, karena
modal kerja yang berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa
tidak produktif/menganggur. Dana yang menganggur akan berdampak
terhadap tingkat pengembalian modal perusahaan atau profitabilitas.
Sebaliknya modal kerja yang kurang dapat menjadi penyebab
kemunduran/bahkan kegagalan suatu perusahaan dan akan sulit untuk
mengembalikan modal perusahaan yang sudah tertanam.
2.1.10 Hubungan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
Perputaran modal kerja adalah kemampuan modal kerja berputar
dalam suatu periode siklus kas perusahaan. Tingkat perputaran modal kerja
yang tinggi akan memberikan keuntungan kepada kreditor jangka pendek.
Mereka akan memperoleh kepastian bahwa modal kerja berputar dengan
kecepatan tinggi dan utang akan segera dapat dibayar meski dalam kondisi
operasi yang sulit sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Perusahaan dikatakan memiliki profitabilitas tinggi apabila modal yang
besar dan efektivitas yang tinggi. Tetapi modal yang besar belum tentu
perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi. Hal ini tergantung dari
penggunaan penggunaan modal kerja apakah efektif dan efisien atau tidak.
Modal kerja yang selalu berputar akan mempengaruhi arus dana dalam
perusahaan. Jika perputaran modal kerja mengalami peningkatan setiap
tahunnya, berarti arus dana yang kembali ke perusahaan akan semakin
lancar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat perputaran modal kerja,
semakin panjang waktu terikatnya dana yang berarti pengelolaan modal
kerja kurang efektif dan efisien dan cenderung menurunkan
2.2 Penelitian Terdahulu
Astuti (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap return on equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman go public di Bursa Efek Jakarta. Berdasarkan pembahasan diketahui faktor yang mempengaruhi modal kerja dan perputaran modal kerja yaitu adanya Aktiva lancar yang terlalu rendah sehingga perusahaan harus mengambil pinjaman, kurangnya perencanaan volume penjualan sehingga produksi rendah, tingginya biaya operasi yang ditanggung perusahaan, tidak lancarnya aliran modal kerja.
Nufhafni (2009), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Retur On Equity (ROE) Perusahaan Consumer Goods Industry di BEI.” Variabel dependen dalam penelitian adalah Return On Equity (ROE) dan variabel independen adalah Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja. Penelitian ini menggunakan kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2003-2007 dengan sample 33 perusahaan Consumer Goods di BEI. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity perusahaan.
Modal Kerja. Penelitian ini menggunakan kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linier sederhana dan diuji dengan uji f dan uji-t. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2006-2007 dengan sample 33 perusahaan Industri Barang Konsumsi di BEI. Hasil Penelitian menunjukkan Efektivitas Modal Kerja dan Kebutuhan Modal Kerja memiliki pengaruh yang simultan terhadap Laba Perusahaan.
Erlyss Parlina Sipangkar (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Otomotif di BEI.” Variabel Independen adalah Perputaran persediaan, variabel dependen adalah ROA. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan adalah laporan laba rugi dan neraca tahun 2005-2007 dengan 18 sampel perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti, Tahun, dan Judul Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Astuti (2005), judul penelitian “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap return on equity (ROE) pada perusahaan
Faktor Modal Kerja dan perputaran Modal Kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE
2 Seprina Ruleta (2008),
judul peneltian
3 Nurhafni (2009), judul penelitian “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Retur On Equity (ROE) Perusahaan Consumer Goods Industry di BEI”
Variabel
Faktor Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE Perusahaan.
4 Imelda Yulistri (2009), judul penelitian “Pengaruh Efektivitas
2.3 kerangka konseptuan
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah membahas tentang pengertian
Profitabilitas (ROE) modal kerja. Modal kerja merupakan bagian modal
perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari,
misalnya membeli bahan mentah, membayar gaji karyawan, dan lain-lain
(Riyanto, 2001:96). Dengan adanya penambahan aktiva dalam modal kerja maka
perputaran aktiva juga meningkat sehingga ROI akan meningkat. Sedangkan tinggi rendahnya debt rasio ditentukan oleh besar kecilnya total hutang, penambahan hutang lancar dalam perusahaan mengakibatkan modal kerja yang ada dalam perusahaan juga meningkat namun perusahaan harus menanggung beban yaitu beban bunga. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hubungan variabel penelitian digambarkan sebagai berikut :
H1
H2
H3
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual
Modal Kerja (X1)
Perputaran Modal Kerja (X2)
2.4 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan pembahasan hasil penelitian
sebelumnya maka dinyatakan rumusan hipotesis sebagai berikut :
H1 : modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada
perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
H2 : Perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas
pada perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
H3 : modal kerja dan Perputaran modal kerja berpengaruh terhadap
profitabilitas baik secara simultan maupun secara parsial pada
perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Semakin berkembangnya dunia usaha maka persaingan antar perusahaan khususnya perusahaan yang sejenis akan semakin ketat. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan maka diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan baik. Pihak manajemen dituntut untuk dapat mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan secara efisien dan efektif, dan juga dituntut untuk dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan di masa yang akan datang. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan selalu memerlukan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk membiayai investasi jangka panjangnya. Selain digunakan dalam operasi perusahaaan sehari-hari, modal kerja juga menunjukkan tingkat keamanan atau margin
of safety para kreditur terutama kreditur jangka pendek. Adanya modal
kerja yang cukup memungkinkan perusahaan dapat beroperasi seekonomis
mungkin sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan sebagai akibat
adanya krisis atau kekacauan keuangan. Modal kerja ini akan terus
berputar setiap periodenya di dalam perusahaan (Riyanto, 2001).
sehari-hari, misalnya untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai, dan sebagainya, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produknya. Modal kerja adalah nilai aktiva/ harta yang dapat segera dijadikan uang kas yaitu dipakai perusahaan untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji pegawai, membeli bahan baku/barang, membayar ongkos angkutan, membayar hutang dan sebagainya (Riyanto, 2001). Modal kerja yang akan digunakan sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar dapat memberikan keuntungan yang maksimal sehingga suatu perusahaan bisa beroperasi secara ekonomis dan juga modal kerja yang cukup dapat menekan biaya perusahaan menjadi rendah, menunjang segala kegiatan operasi perusahaan secara teratur.
pembayaran utang atau pembelian saham, pembayaran deviden dan pembayaran beban atau biaya.
Perusahaan harus memiliki modal kerja yang cukup jika
kekurangan modal kerja dalam meningkatkan penjualan dan produksinya
maka perusahaan akan kehilangan pendapatan dan keuntungan.
Perusahaan yang kekurangan modal kerja tidak akan dapat membayar
kewajiban tepat pada waktunya sehingga perusahaan akan menghadapi
masalah likuiditas, dan sebaliknya perusahaan yang memiliki modal kerja
yang berlebihan mengindikasikan semakin baiklah kondisi perusahaan tersebut karena memiliki banyak sumber daya yaitu aktiva lancar yang besar untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Namun keadaan ini berbanding terbalik dengan perputaran modal kerja, modal kerja yang berlebihan akan menunjukkan perputaran modal kerja yang rendah. Perputaran modal kerja yang rendah artinya perusahaan memiliki perputaran persediaan yang rendah, memiliki piutang yang besar atau adanya saldo kas yang terlalu besar yang berarti adanya dana yang tidak produktif. Oleh karena itu modal kerja harus dikelola seefektif mungkin agar profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan. Efektivitas penggunaan
modal kerja menjadi faktor penting yang harus diperhatikan untuk
menunjang pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan dalam jangka
panjang.
mempunyai risiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Namun bukan berarti perusahaan harus mempertahankan jumlah persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besar kas akan mengakibatkan banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitas. Menurut H.G. Guthman dalam Riyanto (2001), yakni bahwa jumlah kas yang sebaiknya dipertahankan oleh perusahaan adalah tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar. Selain kas, piutang juga merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam
keadaan berputar. Perputaran piutang akan menunjukkan periode
terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin tinggi periode
berputar piutang menunjukkan semakin cepat perusahaan mendapatkan
kas dari penjualan secara kredit tersebut. Tingkat perputaran piutang yang
tinggi berarti pengembalian dana yang tertanam dalam piutang cepat
kembali. Kembalinya kas karena pelunasan piutang sangat
menguntungkan bagi perusahaan karena kas akan selalu tersedia dan dapat
dipergunakan kembali. Dengan demikian tingkat perputaran piutang yang
tinggi akan mempengaruhi kenaikan laba (Riyanto, 2001:90).
Persediaan adalah komponen modal kerja yang selalu dalam
keadaan berputar. Persediaan merupakan suatu bagian investasi
perusahaan yang merupakan kekayaan (asset) perusahaan dengan
menggunakan berbagai sumber dana (Raharjaputra, 2009:169). Persediaan
diartikan sebagai bahan atau barang yang akan dijual kembali oleh
perusahaan tanpa atau setelah mengalami pengolahan. Semakin tinggi
dana yang tertanam pada persediaan (Raharajaputra, 2009:204). Artinya
jumlah persediaan dalam perusahaan kecil, sehingga mempengaruhi
kenaikan laba. Sebaliknya apabila jumlah persediaan terlalu tinggi dalam
perusahaan maka menimbulkan banyak kerugian karena dana yang
tertanam dalam persediaan besar. Artinya tingkat perputaran persediaan
sangat kecil dan sangat berpengaruh terhadap turunnya laba.
Pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas telah beberapa kali diteliti, dan hasil dari penelitian tersebut ada yang menyebutkan bahwa modal kerja maupun perputaran modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas, ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa modal kerja dan perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas. Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk meneliti kembali pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas untuk perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. Peneliti mengambil sampel 15 perusahaan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai objek penelitian dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas (ROE) pada
Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).”
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat