• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran I

JUMLAH MODAL KERJA

NAMA PERUSAHAAN 2008 2009 2010 2011

PT. Akasha Wira International. Tbk -56.009 43.938 44.626 53.441

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food. Tbk -46.167 63.986 147.716 814.745

PT. Cahaya Kalbar. Tbk 351.572 297.880 258.917 252.131

PT. Davomas Abadi. Tbk 1.213.358 724.087 1.010.119 1.031.474

PT. Delta Djakarta. Tbk 400.616 482.665 477.557 481.516

PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk -1.938.900 1.795.851 10.218.876 11.670.430

PT. Multi Bintang Indonesia. Tbk -36.331 -290.712 -34.785 -3.834

PT. Mayora Indah. Tbk 915.053 986.194 1.644.520 2.249.507

PT. Prashida Aneka Niaga. Tbk 100.377 74.253 74.294 99.287

PT. Sekar Laut. Tbk 50.625 41.404 44.116 43.201

PT. Siantar Top. Tbk 50.142 75.734 120.670 10.552

(2)

Lampiran II

PERPUTARAN MODAL KERJA

NAMA PERUSAHAAN 2008 2009 2010 2011

PT. Akasha Wira International. Tbk 6.02 6.25 10.17 13.92

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food. Tbk 0.50 0.54 0.72 1.79

PT. Cahaya Kalbar. Tbk 6.77 4.12 2.47 4.27

PT. Davomas Abadi. Tbk 3.41 0.41 1.62 0.73

PT. Delta Djakarta. Tbk 1.46 1.61 1.19 1.22

PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk 7.14 6.83 7.06 8.34

PT. Multi Bintang Indonesia. Tbk -14.5 -17.68 -19.58 -20.33

PT. Mayora Indah. Tbk 2.69 3.3 4.99 6.52

PT. Prashida Aneka Niaga. Tbk 8.19 6.8 10.66 14.32

PT. Sekar Laut. Tbk 5.28 6.18 7.01 7.68

PT. Siantar Top. Tbk 9.71 9.75 11.86 15.99

(3)

Lampiran III

RETURN ON INVESTMENT

NAMA PERUSAHAAN 2008 2009 2010 2011

PT. Akasha Wira International. Tbk -29.30 23.93 31.70 20.57

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food. Tbk 7.34 8.82 13.25 8.18

PT. Cahaya Kalbar. Tbk 11.86 16.42 9.57 23.78

PT. Davomas Abadi. Tbk -75.79 -50.73 -2.74 -14.48

PT. Delta Djakarta. Tbk 16.11 21.43 24.62 25.30

PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk 12.07 20.44 16.16 15.87

PT. Multi Bintang Indonesia. Tbk 64.59 323.59 93.99 95.68

PT. Mayora Indah. Tbk 15.7 23.53 24.60 19.95

PT. Prashida Aneka Niaga. Tbk -10.16 -25.87 -13.31 -11.57

PT. Sekar Laut. Tbk -4.24 -11.28 -4.09 -4.86

PT. Siantar Top. Tbk 1.33 10.15 9.53 8.71

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti (2005), “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap return on equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman go public di Bursa Efek Jakarta.”

Ahmad, 1997. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Djarwanto, 2001. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Erlyss Parlina Sipangkar (2009, “Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Otomotif di BEI.”

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program

SPSS, Badan. Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Harahap, Sofyan, Syafri, 2001, Analisis Kritis Atas Laoran Keuangan, Cetakan kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hendra S. Raharja Putra. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi, Salemba 4, Jakarta.

Imelda Yulistri (2009), “Pengaruh Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja Terhadap Laba Bersih Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia.”

Komaruddin, Ahmad. 2005. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Rineka Cipta, Jakarta.

(5)

Nufhafni (2009), “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Retur On Equity (ROE) Perusahaan Consumer Goods Industry di BEI.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat. Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.

Sawir, Agnes, 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Seprina Ruleta Sitanggang (2008), “Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada PT.Gresik Cipta Sejahtera Cabang Medan.”

Soediyono R. 2001. Analisa Lapoaran Keuangan : Analisa Ratio. Liberty, Yogyakarta

Sugiyono.(2006). Metode Penelitian Bisnis. Salemba Empat, Jakarta

Wasis. 2003. Pembelanjaan Perusahaan. UKSW, Salatiga.

(6)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Makanan dan Minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (PT.BEI). Alasan dilakukan penelitian di

perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI adalah karena

perusahaan-perusahaan tersebut memiliki karakteristik yang cukup homogen

dengan laporan keuangan yang lengkap dibandingkan sektor lainnya. Selain

itu, populasi yang besar memudahkan dalam menentukan sampel sesuai

dengan kriteria yang diperlukan. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan

September 2013.

3.2Populasi dan Sample Penelitian

(7)

1) Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2008-2011.

2) Perusahaan Makanan dan Minuman yang menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit tahun 2008-2011.

3) Data-data yang dimiliki perusahaan tersebut lengkap dan sesuai dengan variabel yang diteliti.

Berdasarkan kriteria diatas ada didapat 12 perusahaan makanan dan minuman yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 3.1.

Daftar Populasi dan Sampel Peneltian

No Perusahaan Kriteria

Penentuan

(8)

3.3Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas dan satu variabel

terikat, sebagai berikut :

1) Variabel terikat, Variabel terikat merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006 : 33). Pada penelitian ini variabel terikat adalah profitabilitas (Y) (diukur dari Return On Equity ) pada perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa

Efek Indonesia selama tahun 2008-2011.

2) Variabel bebas, menurut Sugiyono (2006 : 33) “variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat)”. Dalam peneltian ini variabel terikat terdiri dari jumlah modal kerja (X1) dan tingkat perputaran modal kerja (X2) pada perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek

(9)

3.4Definisi Variabel Operasional

Tabel 3.2

Definisi Operasional

Variable yang diukur

Definisi operasional Skala Pengukuran

Modal Kerja untuk periode akuntansi yang bersangkutan (current income)

Modal Kerja = Aktiva Lancar – Hutang Lancar

Perputaran Modal Kerja (X2)

Periode perputaran modal kerja (working capital turnorver period) dimulai saat kas diinvestasikan dalam

komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau

Profitabilitas suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

(10)

3.5Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Jenis Data

1. Data Kuantitatif merupakan data-data yang berupa angka-angka dan dapat dinyatakan dalam satuan hitung (Sugiyono, 2007). Data kuantitatif

pada penelitian ini adalah laporan keuangan pada perusahaan makanan

dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011, yang

diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2010

dan 2011

2. Data Kualitatif merupakan data yang tidak berupa angka-angka, melainkan bersifat keterangan-keterangan. Data kualitatif pada penelitian

ini berupa profil singkat dan nama-nama perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun

2008-2011.

3.5.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data sekunder yang

merupakan hasil olahan yang diperoleh oleh peneliti dari perusahaan

yang dipublikasikan Indonesian Stock Exchange (IDX) dan Indonesian

Capital Market Directory (ICMD). Data yang dimaksud adalah laporan

keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

(11)

3.6Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan metode observasi nonpartisipan. Dalam

metode observasi nonpartisipan, pengumpulan data dilakukan melalui

pengamatan secara independen (Sugiyono, 2006:139). Jadi metode observasi

dilakukan dengan cara mengamati, mencatat serta mempelajari catatan-catatan

yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari Indonesian Stock

Exchange (IDX) yaitu laporan dari Indonesian Capital Market Directory

(ICMD) tahun 2008-2011.

3.7Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data adalah cara mengolah data yang terkumpul

kemudian dapat memberikan interpretasi. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1) Teknik Analisis Regresi Linear Berganda.

Teknik analisis data yang digunakan dalam memecahkan masalah dan untuk

mencapai tujuan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis

regresi linear berganda/majemuk dengan instrumen berupa progam SPSS

(statistic package for social science). Analisis ini digunakan untuk

mengetahui pengaruh jumlah modal kerja dan efektivitas penggunaan modal

kerja (diukur dari tingkat perputaran modal kerja) terhadap profitabilitas

(diukur dari ROE). Menurut Suyana (2004:52), model regresi linear

berganda ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut:

Y = + b1X1 + b2X2 + ei

(12)

Y = Profitabilitas X1 = Jumlah Modal Kerja X2 = Perputaran Modal Kerja α = Konstanta

b1-b2 = Koesifisien regresi X1-X2

ei = Variabel penggangu yang mewakili faktor lain yang berpengaruh

pada Y tetapi tidak dimasukkan dalam model

Dari model regresi linear tersebut, agar model dapat diregresi

dilakukan pengujian asumsi klasik sebagai berikut:

(1) Uji normalitas

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas menurut Ghozali (2005 : 110) sebagai berikut:

1). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2). Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel terikat dengan variabel bebas keduanya memiliki

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang

memiliki distribusi data normal atau yang mendekati normal. Pengujian

(13)

perhitungan dengan menggunakan SPSS. Distribusi normal tercermin

dari data yang tersebar disekitar garis diagonal.

(2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas (Ghozali,

2005). Jika terjadi korelasi maka dinamakan terjadi problem

multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel independent. Pedoman suatu model regresi

yang bebas problem multikolinearitas adalah jika mempunyai nilai VIF

(Varians Inflation Faktor) kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari

10%.

(3) Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi atau hubungan yang terjadi diantara

anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam

rangkaian waktu. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dan

(14)

Tabel 3.2 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada korelasi negatif

Tidak ada korelasi negatif

Tidak ada korelasi positif atau

negatif

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dan residual dari satu pengamatan ke

pengamatan lainnya (Ghozali, 2005). Suatu model regresi yang baik

adalah tidak memiliki heteroskedastisitas.

2) Pengujian Hipotesis

(1) Uji Simultan (F - test)

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005 : 84). Pengujian ini bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas yaitu

jumlah modal kerja (Xl), perputaran modal kerja (X2) yang diukur dari

tingkat perputaran modal kerja terhadap variabel terikat profitabilitas

(Y) yang diukur dari ROE pada perusahaan Makanan dan Minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan atau serempak.

(15)

Jika Fhitung < Ftabeldan nilai sig> α 0.05, maka Ha ditolak

Jika Fhitung >Ftabeldan nilai sig< α 0.05, maka Ha diterima

a) Menentukan Fhitung

Secara matematis Fhitung dapat diperoleh dengan rumus : R2 / K - 1

Fhitung =

(1 – R2) / (n – k)

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi n = Ukuran sampel

k = Jumlah variabel dalam model regresi b) Menentukan Ftabel

Perhitungan Ftabel dengan penentuan taraf nyata (α) = 5 % dan df =

(k-1) (n-k). Dengan demikian Ftabel adalah sebesar Fd (k-1) (n-k). c) Kesimpulan

Jika Fhitung lebih besar dari Ftabel maka H0 ditolak yang berarti jumlah

modal kerja dan perputaran modal kerja secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan

Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun

2008-2011. Jika Fhitung lebih kecil sama dengan Ftabel maka H0 diterima

yang berarti jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja secara

simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada

perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek

(16)

(2) Uji Parsial (t - test)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel

bebas jumlah modal kerja (Xl), dan perputaran modal kerja (X2)

terhadap variabel terikat profitabilitas (Y) yang diukur dari ROE pada

perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama tahun 2008-2011 secara parsial. Langkah- Iangkah

dalam menguji hipotesis yang kedua ini adalah :

a) Pengaruh jumlah modal kerja (X1) diukur dari tingkat perputaran

modal kerja terhadap profitabilitas (Y) yang diukur dari ROE pada

perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama tahun 2008-2011. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi thitung dengan ketentuan:

Jika thitung < ttabeldan nilai sig> α 0.05, maka Ha ditolak Jika thitung >ttabel dan nilai sig< α 0.05, maka Ha diterima (a) Menentukan t table

Dengan penentuan taraf nyata (α) = 5%/2 = 0,025 dan penentuan

derajat bebas (df) = n- k. Dengan demikian t tabel adalah sebesar t

α / 2 (df ).

(b) Menentukan thitung

bi – βi

t =

(17)

Dimana :

bi = Koefisien regresi parsial yang ke-1 dari regresi sample

βi = Koefisien parsial yang ke-1 dari regresi populasi

S bi = Kesalahan standar (standar error) koefisien sampel.

(c) Apabila thitung lebih besar dari ttabel maka H0 ditolak. Ini berarti

bahwa jumlah modal kerja secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman

(18)

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Secara singkat, perkembangan pasar modal dapat dilihat sebagai berikut:

1) 14 desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

2) 1914-1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. 3) 1925-1942 : Bursa Efek Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa

Efek di Semarang dan Surabaya.

4) Awal tahun 1939 : Bursa Efek di Jakarta ditutup karena isu politik (Perang Dunia II)

5) 1942-1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

6) 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan : Obligasi Pemerintah RI (1950).

(19)

8) 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal juga ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

9) 1977-1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrument perbankan dibandingkan instrument Pasar Modal.

10)1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum da investor asing menanamkan modal di Indonesia. 11)1988-1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal

diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing, aktivitas bursa terlihat meningkat.

12)2 Juni 1988: Bursa Paralel (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

13)Desember 1988: Pemerintah mengeluarkan Paket 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

(20)

15)13 Juli 1989: Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. 16)13 Juli 1992: Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan

Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. 17)22 Mei 1995: Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan

system computer JATS (Jakarta Automated Trading System).

18)10 November 1995: Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang ini mulai diberlakukan mulai 1996.

19)1995: Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. 20)2000: Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scriples trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

21)2002: BEJ mulai mengaplikasikan system perdagangan jarak jauh (remote trading).

22)2007: Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEJ).

(21)

Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman

No Kode Saham Emitten Tanggal IPO

1 ADES PT. Akasha Wira International Tbk 13-Jun-1994 2 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 11-Jun-1997

3 ALTO PT. Tri Banyan Tirta Tbk 10-Jul-2012

4 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk 9-Jul-1996

5 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk 22-Dec-1994

6 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk 12-Feb-1984

7 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 7-Oct-2010 8 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 14-Jul-1994 9 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 17-Jan-1994

10 MYOR PT. Mayora Indah Tbk 4-Jul-1990

11 PSDN PT. Prashida Aneka Niaga Tbk 18-Oct-1994 12 ROTI PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk 28-Jun-2010

13 SKLT PT. Sekar Laut Tbk 8-Sep-1993

14 STTP PT. Siantar Top Tbk 16-Dec-1996

15 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk

2-Jul-1990

16 SKBM PT. Sekar Bumi Tbk 28-Jun-2010

(22)

Indonesia tahun 2008-2011 dimana ROE, jumlah modal kerja, dan

perputaran modal kerja untuk seluruh perusahaan mengalami fluktuasi

berupa kenaikan dan penurunan yang cukup material, hal ini dapat dilihat

dari Tabel 4.2 dan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Jumlah Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja dan

ROE pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011

No Nama Perusahaan

Jumlah Modal Kerja (juta) Perputaran Modal Kerja Return On Equity (%)

2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011

Indonesia. Tbk -36.331

-Industry. Tbk 359.095 367.524 477.884 316.486 3.58

(23)

4.1.2 Uji Asumsi Klasik

Setiap model persamaan regresi linier harus melalui uji asumsi klasik

sebelum dianalisis lebih lanjut. Uji asumsi klasik yang dilakukan terhadap

model persamaan regresi linier berganda pada penelitian ini yaitu : Uji

Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, dan Uji

Heterokedastisitas. Hasil uji asumsi klasik yang diperoleh dengan bantuan

komputer dengan program SPSS disajikan sebagai berikut :

1) Uji Normalitas

Hasil uji normalitas dalam penelitian ditunjukkan melalui Gambar 4.1 dan Tabel 4.3 dibawah ini.

(24)

Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa plot – plot memiliki pola masih dalam lingkup dari garis diagonal grafik P-P Plot, sehingga dapat dikatakan data terdistribusi dengan normal.

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized Residual

N 48

Normal

Parametersa,,b

Mean .0000000

Std. Deviation .97849211

Most Extreme

Differences

Absolute .167

Positive .167

Negative -.061

Kolmogorov-Smirnov Z 1.155

Asymp. Sig. (2-tailed) .139

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Bila nilai signifikan < 0.05 berarti distribusi data tidak normal. Sebaliknya bila nilai signifikan > 0.05 berarti distribusi data normal. Dari tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa setelah dilakukan transformasi, data yang diuji menjadi normal dan nilai signifikan untuk semua variabel > 0,05. 2) Uji Multikolinearitas

(25)

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

t Sig. Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant) 1.821 .075

Jumlah Modal Kerja 1.057 .296 .998 1.002

Perputaran Modal Kerja 13.924 .000 .998 1.002

a. Dependent Variable: ROE

Setelah diolah dengan SPSS, diperoleh koefisien tolerance dari kedua variabel bebas lebih besar dari 0.10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas dalam model regresi ini.

3) Hasil Uji Autokorelasi

Hasil uji multikolinieritas dalam penelitian ditunjukkan melalui tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .901a .812 .803 21.95319 1.541

a. Predictors: (Constant), Perputaran Modal Kerja, Jumlah Modal Kerja

(26)

Hasil olahan data dengan SPSS pada uji Durbin Watson sebesar 1.541. Kemudian nilai ini dibandingkan dengan nilai tabel, dengan menggunakan nilai signifikan 5 persen (0,05). Jumlah data (n) = 48 dan variabel bebas (k) = 2 maka dl = 1.45, du = 1.62. Jadi (4-du) = (4 – 1.62 ) = 2.38. Karena nilai DW sebesar 1.541 lebih kecil dari batas du sebesar 1.62 dan kurang dari (4-du) yaitu 2.38 ini menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi negatif. Dapat disimpulkan model regresi ini tidak ada autokorelasi.

4) Uji Heteroskedastisitas

(27)

Gambar 4.2. Grafik Scatterplot

4.1.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan bantuan software SPSS diformulasikan model analisis regresi linier berganda yang

digunakan dalam penelitian ini. Tujuan digunakannya analisis ini untuk

mengetahui apakah jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja

berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE) baik secara simultan maupun

parsial. Adapun rangkuman hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat

(28)

Tabel 4.6

a. Dependent Variable: ROI

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dirumuskan persamaan regresi linier

sebagai berikut :

Y = 6.539 + 1.437E-6 X1 + 2.658 X2 + e

Model analisis di atas menjelaskan bahwa :

a. Nilai konstanta return on equity (ROE) perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia sebesar 6.539 artinya apabila nilai variabel modal kerja dan perputaran modal kerja bernilai nol maka return on equity akan naik sebesar 6.539 satuan.

b. Koefisien regresi jumlah modal kerja sebesar 1.437-6 menyatakan bahwa apabila jumlah modal kerja meningkat sebesar 1 kali dan variabel bebas perputaran modal kerja dianggap tetap, maka akan meningkatkan return on equity (ROE) perusahaan makananan dan minuman di Bursa Efek

(29)

c. Parameter beta Perputaran Modal Kerja sebesar 2.658 menjelaskan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh positif didalam mengestimasi return on equity (ROE) perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek

Indonesia sebesar 2.658, artinya setiap pertambahan 1 perputaran modal kerja akan meningkatkan return on equity (ROE) perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia sebesar 2.658 satuan.

4.1.4 Uji Statistik F

Hasil pengolahan data yang dilakukan menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap return on equity (ROE) perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek

Indonesia, ditunjukkan melalui tabel 4.7 berikut ini : Tabel 4.7

Hasil Uji Statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 93543.011 2 46771.505 97.048 .000a

Residual 21687.409 45 481.942

Total 115230.420 47

a. Predictors: (Constant), Perputaran Modal Kerja, Jumlah Modal Kerja

b. Dependent Variable: ROE

(30)

besar dari ftabel dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman.

4.1.5 Uji Statistik t

Untuk menginterpretasikan koefisien variabel bebas (independen)

yaitu jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap variabel

terikat (dependen) yaitu profitabilitas (ROE), dapat dijelaskan pada Tabel

4.8 sebagai berikut :

a. Dependent Variable: ROI

(31)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa modal kerja tidak berpengaruh positif terhadap return on equity (ROE) sedangkan perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap return on equity (ROE) perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI).

4.2 Pembahasan

Jumlah modal kerja secara parsial tidak mempunyai pengaruh positif

terhadap profitabilitas namun perputaran modal kerja secara parsial

mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan makanan

dan minuman. Secara simultan/bersama-sama jumlah modal kerja dan

perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Kondisi

ini ditunjukkan oleh jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja pada

perusahaan Makanan dan Minuman dimana 81,2 persen (R square) variasi

kedua variabel tersebut mempengaruhi profitabilitas. Hal ini berarti semakin

besar jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja akan semakin baik.

Perusahaan akan mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk

kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Dengan adanya modal kerja yang

cukup akan menguntungkan bagi perusahaan karena di samping

memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis,

perusahaan juga tidak akan mengalami kesulitan keuangan dalam

melakukan kewajiban pembayaran terhadap kegiatan lain yang akan

berdampak terhadap profitabilitas Perputaran modal kerja juga

menunjukkan pengaruh yang positif terhadap profitabilitas. Hal ini berarti

(32)

efektivitas penggunaan modal kerja tersebut. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa tinggi rendahnya profitabilitas (return on equity)

perusahaan bergantung pada besar kecilnya modal kerja dan perputaran

modal kerja itu sendiri. Sesuai dengan teori dan beberapa penelitian empiris

yang sebelumnya dilakukan menyatakan bahwa modal kerja yang selalu

berputar akan mempengaruhi arus dana dalam perusahaan. Apabila

perputaran modal kerja mengalami peningkatan setiap tahunnya, berarti arus

dana yang kembali ke perusahaan akan semakin lancar. Begitu pula

sebaliknya, semakin rendah tingkat perputaran modal kerja, semakin

panjang waktu terikatnya dana yang berarti pengelolaan modal kerja kurang

efektif dan efisien dan cenderung menurunkan profitabilitasnya.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Astuti (2005) yang menunjukkan bahwa modal kerja dan perputaran

modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE perusahaan.

Penelitian juga dilakukan oleh Nurhafni (2009) menunjukkan bahwa modal

kerja dan perputaran modal kerja memiliki pengaruh terhadap ROE

(33)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya,

maka diperoleh simpulan sebagai berikut :

1) Jumlah Modal kerja dan Perputaran modal kerja secara simultan

berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan

dan Minuman, dimana 81,2 persen profitabilitas dipengaruhi oleh

variabel jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja, sedangkan

sisanya 18,8 persen dipengaruhi variabel lain diluar model.

2) Jumlah modal kerja secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap

profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3) Perputaran modal kerja secara parsial berpengaruh positif terhadap

profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang disampaikan dalam peneltian ini adalah :

1) Manajemen perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia diharapkan tetap memperhatikan jumlah modal kerja

dan perputaran modal kerja untuk meningkatkan profitabilitas

(34)

kerja dan perputaran modal kerja secara simultan berpengaruh positif

terhadap profitabilitas perusahaan.

2) Bagi peneliti selanjutnya disarankan menggunakan variabel lain selain

jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja sebagai variabel yang

mempengaruhi profitabilitas. Karena penelitian ini menemukan bahwa

jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja variasinya hanya 81,2

persen mempengaruhi profitabilitas. Jadi masih ada 18,8 persen variabel

(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas menurut Riyanto (2001) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas atau kemampuan laba merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen, (Sawir, 2003;17). Kartadinata (1996 : 46-51) mengemukakan bahwa profitabilitas dimaksudkan adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Kartadinata (1996:66) mengatakan faktor yang penting dalam kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba adalah hubungan antara tingkat penjualan dengan tingkat aktiva yang diperlukan untuk mencapai tingkat penjualan tersebut. Cara yang termudah untuk mengukur profitabilitas perusahaan adalah dengan menghubungkan laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan total aktiva yang dimilikinya Return On Assets (Helfer, 1997:83).

(36)

perusahaan tersebut kurang mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu menghasilkan laba tinggi. Rasio profitabilitas yang sering digunakan di dalam penelitian yang berkaitan dengan pengaruh modal kerja dan efektivitas modal kerja adalah return on equity (ROE). Return on Equity (ROE) menunjukkan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.

(37)

baik kedudukan pemilik perusahaan. Return on equity (ROE) dihitung dengan menggunakan rumus :

Net Profit After Taxes

ROE = x 100% Stockholder Equity

Menurut Soediyono (2001:103) analisa Du pont merupakan pendekatan lain yang digunakan mengevaluasi tingkat pengembalian equitas atau return on equity yang dihitung dengan membagi ROI dengan hasil pengurangan 1 (satu) dan rasio hutang. Hal ini dapat dinyatakan dalam bentuk rasio keuangan yaitu :

ROI

ROE = x 100% 1 – debt ratio

dimana :

ROI = Net profit margin x perputaran aktiva

Laba sesudah Pajak

Net Profit Margin = x 100% Penjualan Bersih

Penjualan Bersih

(38)

Total Hutang

Debt Ratio = x 100% Total Aktiva

Dengan menggunakan system Du pont diatas dapat dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas yaitu penjualan, biaya operasi total aktiva dan total hutang. Sedangkan menurut Wasis (2003:38) menggunakan istilah rate of return adalah penjualan, efisiensi penggunaan biaya, profit margin dan struktur modal perusahaan.

2.1.2 Pengertian Modal Kerja

(39)

digunakan untuk memenuhi kegiatan operasi perusahaan. Dalam pembahasan modal kerja dikenal 3 konsep modal kerja, yaitu :

1) Konsep Kuantitatif

Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dari dana yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital). Modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin

kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan.

2) Konsep Kualitatif

Konsep ini berfokus pada kualitas modal kerja yaitu kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar (net working capital). Dalam konsep ini modal kerja dikaitkan dengan jumlah hutang lancar ataupun sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya.

3) Konsep fungsional

(40)

(1) Jumlah kas

(2) Jumlah persediaan

(3) Jumlah piutang dikurangi besarnya keuntungan

(4) Jumlah sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap.

Perbedaan dari ketiga konsep diatas adalah terletak pada penentuan

jumlah modal kerja. Dan konsep modal kerja yang digunakan dalam

penelitian ini adalah konsep kualitatif. Modal kerja yang cukup lebih baik

daripada modal kerja yang berlebihan, karena dengan modal kerja yang

berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa menggunakan dana

yang ada dengan baik, sehingga dana tersebut menjadi tidak produktif.

2.1.3 Jenis Modal Kerja

Modal kerja dalam suatu perusahaan menurut Riyanto (2001) dapat digolongkan dalam beberapa jenis:

1) Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalani fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja ini terdiri dari

(1). Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya.

(41)

normal. Kapasitas normal mempunyai pengertian yang fleksibel menurut kondisi perusahaan.

2) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

Modal Kerja Variabel adalah modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu dengan jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan

perubahaan keadaan dalam satu periode. Modal kerja ini terdiri dari: (1) Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal

kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan musim.

(2) Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan permintaan produk.

(3) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya

2.1.4 Fungsi Modal Kerja

(42)

konsumen. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi yang lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.

2.1.5 Sumber Modal Kerja

Menurut Harahap (2001 : 288) menyatakan bahwa: Kenaikan dalam modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau dijual atau karena kenaikan dalam utang jangka panjang dan modal sedangkan penurunan dalam modal kerja timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas utang jangka panjang naik. Menurut Munawir (2004) Pada dasarnya modal kerja terdiri dari dua bagian pokok, yaitu:

1) Bagian yang tetap atau bagian yang permanen, yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan.

2) Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktifitas biasa.

Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan kreditor jangka pendek. Djarwanto (2001) pada umumnya modal kerja suatu perusahaan berasal dari berbagai sumber, yaitu:

(43)

Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan penghitungan laba rugi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.

2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek).

Surat-surat berharga merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang. 3) Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar.

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.

4) Penjualan saham atau obligasi.

(44)

5) Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya.

Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya.

6)Kredit dari supplier.

Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan supplier. Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu hutang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan modal kerja yang kecil.

Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunya jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Penggunaan aktiva lancar yang menyebabkan turunnya aktiva lancar adalah sebagai berikut :

1) Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek maupun kerugian yang insidentil lainya.

(45)

3) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. 4) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.

5) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi atau prive (Munawir, 2004)

2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Modal Kerja

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan modal

kerja, yaitu:

1) Modal kerja meningkat sebagai berikut: (1) Perusahaan memperoleh laba,

(2) Perusahaan menjual aktiva tetap,

(3) Penyusutan aktiva tetap,

(4) Bertambah besarnya hutang jangka panjang,

(5) Perusahaan menambah besarnya modal pesertaan.

2) Modal kerja menurun sebagai berikut: (1) Perusahaan menderita rugi,

(2) Perusahaan membeli aktiva tetap,

(3) Hutang jangka panjang perusahaan menurun,

(4) Perusahaan mengurangi besarnya modal pesertaan,

(46)

2.1.7 Perputaran Modal Kerja

Periode perputaran modal kerja (working capital turnorver period) dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnorver rate-nya). Lama periode perputaran modal kerjanya tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari

modal kerja tersebut (Riyanto, 2001). Dalam menentukan perputaran modal

kerja dapat dibedakan 2 metode yaitu:

1) Metode keterikatan dana (siklus daur dana)

Metode ini digunakan jika usaha baru dimulai, dengan demikian

pengalaman dari pengelola atau tentunya dengan dominan dipengaruhi

keadaan internal perusahaan yang mengikuti perkembangan kegiatan

sehari-hari dalam jangka waktu lama. Menurut metode siklus atau daur

dana ini perputaran modal kerja dapat diketahui dengan menghitung

periode atau jangka waktu dana tertanam. Sejak kas diinvestasikan dalam

komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas.

2) Metode perputaran (turnorver)

Metode ini menggunakan analisis laporan keuangan perusahaan

secara umum atau total modal kerja dihitung dengan rumus working

capital turnover yaitu total penjualan dibagi dengan net working capital atau gross working capital (Ahmad, 1997:7-12). Tingkat perputaran

modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio yaitu diambil dari

(47)

dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja

rata-rata tersebut (working capital turnorver). Rasio ini menunjukkan

hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan

banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah)

untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir, 2004:80). Rumus yang

digunakan untuk menentukan besarnya angka perputaran modal kerja

dalam penelitian ini adalah:

Penjualan Bersih

Perputaran Modal Kerja =

Modal Kerja Rata-rata (Munawir, 2004:80)

Modal kerja rata-rata dapat dicari dengan menjumlahkan modal kerja tahun pertama dan modal kerja tahun kedua kemudian dibagi dua. Komponen perputaran modal kerja meliputi :

1) Perputaran Kas

(48)

atau tidak dipergunakan.Untuk menentukan berapa jumlah kas yang sebaiknya harus dipertahankan dalam perusahaan, belum ada standart rasio yang bersifat umum. Meskipun demikian ada beberapa standar tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman didalam menentukanjumlah kas yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan. Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar ataupun utang lancar. Sumber penerimaan kas pada dasarnya berasal dari (Munawir, 2004):

(1) Hasil penjualan investasi jangka panjang dan aktiva tetap yang diikuti dengan penambahan kas.

(2) Pengeluaran surat tanda bukti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas.

(3) Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas.

(4) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasinya.

Sedangkan pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-transaksi sebagai berikut:

(1) Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya. (2) Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan

(49)

(3) Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek atau jangka panjang.

(4) Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian perlengkapan kantor, pembayaran bunga dan premi asuransi serta adanya persekot biaya maupun persekot pembelian.

(5) Pengeluaran kas untuk membayar deviden, pembayaran pajak, denda-denda lainnya.

Untuk menghitung perputaran kas dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Penjualan Bersih Perputaran kas =

Rata-rata Kas

2) Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)

Piutang merupakan aktiva yang timbul akibat perusahaan melakukan penjualan secara kredit. Semakin lama syarat pembayaran suatu piutang berarti semakin lama modal terikat dalam piutang, ini berarti tingkat perputaran piutang selama periode tertentu semakin rendah. Tingkat perputaran piutang atau (receivable turnover) dapat diketahui dengan membagi jumlah credit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata- rata piutang (average receivable).

Penjualan Kredit Receivable Turn Over =

(50)

Makin tinggi perputaran piutang, sehingga untuk

mempertahankan penjualan kredit tertentu, dengan naiknya perputaran

piutang, dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan

dalam piutang (Riyanto, 2001)

3) Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Masalah investasi dalam inventory merupakan masalah pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya Inventory atau persediaan barang sebagai elemen yang utama dari modal

kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, di mana secara terus menerus mengalami perubahan.. Masalah penentuan besar investasi atau alokasi modal dalam inventory mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahan. Demikian sebaliknya, adanya investasi yang terlalu kecil dalam inventory juga akan mempunyai efek yang menekan keuntungan perusahaan (Riyanto, 2001).

Untuk mengetahui efektivitas pengelolaan persediaan dapat dilihat

dari perhitungan tingkat perputaran persediaannya, karena semakin tinggi

(51)

terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk memenuhi volume

penjualan tertentu dalam naiknya perputaran persediaan maka dibutuhkan

jumlah modal kerja yang lebih kecil. Adapun perhitungan tingkat

peputaran persediaan adalah sebagai berikut :

Harga Pokok Penjualan

Perputaran Persediaan =

Rata-rata Persediaan

2.1.8 Rasio Keuangan

Rasio menurut Riyanto (2001 : 329) adalah ukuran yang sering

digunakan dalam analisis finansial. Penganalisa finansial adalah

mengadakan analisis rasio finansial pada dasarnya dapat melakukannya

dengan dua cara perbandingan, yaitu sebagai berikut.

1) Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio diwaktu yang lain (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk yang

akan datang di perusahaan yang sama.

2) Membandingkan rasio-rasio disuatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenisnya dari perusahaan lain yang sejenis atau rasio industri untuk

waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan

rasio industry akan dapat diketahui apakah perusahaan yang

bersangkutan dalam aspek finansial tertentu berada di atas rata-rata

(52)

Rasio-rasio dikelompokkan ke dalam kelompok dasar, yaitu

likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas. Penggunaan rasio dibatasi hanya pada

rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.

1) Rasio Likuiditas

Semakin tinggi likuiditas berarti semakin tinggi kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut

Sawir (2003) rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya tepat pada waktunya.. Dimana rasio likuiditas mengukur

kecepatan sebuah investasi (aset) atau ditukar menjadi suatu nilai. Rasio

ini terdiri dari :

(1) Current Ratio, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar

hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar.

(2) Quick Ratio, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar hutang

yang harus segera dipenuhi aktiva lancar yang lebih likuid.

(3) Cash Ratio, yaitu kemampuan perusahaan membayar hutang

lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas.

2) Ratio Aktivitas

Rasio aktivitas yang umumnya digunakan adalah perputaran

persediaan, periode penagihan rata-rata, perputaran modal kerja,

perputaran aktiva tetap, dan rasio perputaran total aktiva. Rasio aktivitas

mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber

(53)

penggunaan modal kerja dapat diukur dengan tingkat perputaran modal

kerta serta tingkat perputaran masing-masing komponen dalam modal

kerja tersebut. Untuk selanjutnya rasio aktivitas yang akan digunakan

untuk mengukur tingkat efektivitas penggunaan modal kerja adalah

sebagai berikut :

(1) Ratio Perputaran Kas

Menurut Riyanto (2001 : 95) makin tinggi tingkat perputaran

kas maka makin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi

penggunaan kasnya. Tingkat perputaran kas dapat dihitung dengan

membandingkan antara penjualan bersih dengan kas rata-rata.

Penjualan Bersih Perputaran Kas =

Rata-rata kas (2) Ratio Perputaran Piutang

Semakin tinggi perputaran piutang maka semakin kecil jumlah

modal yang terikat dalam piutang sehingga dapat mengurangi biaya

modal dan akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas. Periode

perputaran atau terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung

pada syarat pembayarannya. Tingkat perputaran piutang dapat

diketahui dengan membandingkan penjualan kredit dengan rata-rata

piutang.

Penjualan Kredit Perputaran Piutang =

Rata- rata Piutang

(54)

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan berarti semakin

pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk

memenuhi penjualan tertentu dibutuhkan jumlah modal yang lebih

baik Menurut Sawir (2003) menyatakan bahwa rasio perputaran

persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang

dagang.. Jadi untuk memenuhi penjualan tertentu dibutuhkan jumlah

modal yang lebih kecil. Tingkat perputaran persediaan dapat

dihitung dengan membandingkan harga pokok penjualan dengan

persediaan rata-rata.

Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan =

Rata-rata Persediaan

(4) Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang

efektivitas manajemen perusahaan. Menurut Sawir (2003 :17)

profitabilitas merupakan hasil akhir bersih berbagai kebijakan dan

keputusan manajemen. Rasio profitabilitas yang memberikan

gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan dapat

dianalisa dengan margin laba kotor (gross profit margin), rentabilitas

ekonomis (basic earning power), margin laba bersih (net profit

margin), hasil pengembalian atas investasi (return on investment),

dan pengembalian atas modal (return on equity). Rasio-rasio

(55)

a) Gross Profit Margin, yaitu laba bruto yang diperoleh perusahaan

dari penjualan.

Penjualan - HPP Gross Profit Margin =

Penjualan

b) Basic Earning Power, yaitu laba operasi sebelum bunga dan pajak

yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan.

Laba Operasi x 100%

Basic Earning Power =

Total Aktiva

c) Net Profit Margin, yaitu keuntungan bersih yang diperoleh

perusahaan dari setiap rupiah penjualan.

Laba setelah Pajak Net Profit Margin =

Penjualan

d)Return On Equity, yaitu kemampuan dari modal sendiri untuk

menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan

saham biasa.

Laba setelah Pajak Return On Equity =

Modal Sendiri

e) Return On Investment, yaitu kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan

(56)

Laba Setelah Pajak X 100% Return On Investment =

Total Aktiva

Rasio profitabilitas yang akan digunakan untuk mengukur tingkat

profitabilitas adalah Return On Equity (ROE), yang menunjukkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam periode

tertentu.

(5) Rasio Perputaran Modal Kerja

Perputaran modal kerja (Working Capital Turnover) adalah

kemampuan modal kerja berputar dalam suatu periode siklus kas dan

perusahaan, yang diukur dengan

Penjualan Bersih Perputaran Modal Kerja =

Modal Kerja Rata-rata

2.1.9 Hubungan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas

Modal kerja yang tersedia di dalam perusahaan harus cukup

jumlahnya. Arti cukup adalah harus mampu membiayai

pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Dengan modal

kerja yang cukup akan memberi keuntungan bagi perusahaan karena

memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan

efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Perusahaan

sebaiknya memiliki modal kerja yang cukup daripada berlebihan, karena

modal kerja yang berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa

(57)

tidak produktif/menganggur. Dana yang menganggur akan berdampak

terhadap tingkat pengembalian modal perusahaan atau profitabilitas.

Sebaliknya modal kerja yang kurang dapat menjadi penyebab

kemunduran/bahkan kegagalan suatu perusahaan dan akan sulit untuk

mengembalikan modal perusahaan yang sudah tertanam.

2.1.10 Hubungan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas

Perputaran modal kerja adalah kemampuan modal kerja berputar

dalam suatu periode siklus kas perusahaan. Tingkat perputaran modal kerja

yang tinggi akan memberikan keuntungan kepada kreditor jangka pendek.

Mereka akan memperoleh kepastian bahwa modal kerja berputar dengan

kecepatan tinggi dan utang akan segera dapat dibayar meski dalam kondisi

operasi yang sulit sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Perusahaan dikatakan memiliki profitabilitas tinggi apabila modal yang

besar dan efektivitas yang tinggi. Tetapi modal yang besar belum tentu

perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi. Hal ini tergantung dari

penggunaan penggunaan modal kerja apakah efektif dan efisien atau tidak.

Modal kerja yang selalu berputar akan mempengaruhi arus dana dalam

perusahaan. Jika perputaran modal kerja mengalami peningkatan setiap

tahunnya, berarti arus dana yang kembali ke perusahaan akan semakin

lancar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat perputaran modal kerja,

semakin panjang waktu terikatnya dana yang berarti pengelolaan modal

kerja kurang efektif dan efisien dan cenderung menurunkan

(58)

2.2 Penelitian Terdahulu

Astuti (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap return on equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman go public di Bursa Efek Jakarta. Berdasarkan pembahasan diketahui faktor yang mempengaruhi modal kerja dan perputaran modal kerja yaitu adanya Aktiva lancar yang terlalu rendah sehingga perusahaan harus mengambil pinjaman, kurangnya perencanaan volume penjualan sehingga produksi rendah, tingginya biaya operasi yang ditanggung perusahaan, tidak lancarnya aliran modal kerja.

Nufhafni (2009), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Retur On Equity (ROE) Perusahaan Consumer Goods Industry di BEI.” Variabel dependen dalam penelitian adalah Return On Equity (ROE) dan variabel independen adalah Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja. Penelitian ini menggunakan kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2003-2007 dengan sample 33 perusahaan Consumer Goods di BEI. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity perusahaan.

(59)

Modal Kerja. Penelitian ini menggunakan kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linier sederhana dan diuji dengan uji f dan uji-t. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2006-2007 dengan sample 33 perusahaan Industri Barang Konsumsi di BEI. Hasil Penelitian menunjukkan Efektivitas Modal Kerja dan Kebutuhan Modal Kerja memiliki pengaruh yang simultan terhadap Laba Perusahaan.

Erlyss Parlina Sipangkar (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Otomotif di BEI.” Variabel Independen adalah Perputaran persediaan, variabel dependen adalah ROA. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan adalah laporan laba rugi dan neraca tahun 2005-2007 dengan 18 sampel perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan.

(60)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti, Tahun, dan Judul Penelitian

Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Astuti (2005), judul penelitian “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap return on equity (ROE) pada perusahaan

Faktor Modal Kerja dan perputaran Modal Kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE

2 Seprina Ruleta (2008),

judul peneltian

3 Nurhafni (2009), judul penelitian “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Retur On Equity (ROE) Perusahaan Consumer Goods Industry di BEI”

Variabel

Faktor Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE Perusahaan.

4 Imelda Yulistri (2009), judul penelitian “Pengaruh Efektivitas

(61)

2.3 kerangka konseptuan

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah membahas tentang pengertian

Profitabilitas (ROE) modal kerja. Modal kerja merupakan bagian modal

perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari,

misalnya membeli bahan mentah, membayar gaji karyawan, dan lain-lain

(Riyanto, 2001:96). Dengan adanya penambahan aktiva dalam modal kerja maka

perputaran aktiva juga meningkat sehingga ROI akan meningkat. Sedangkan tinggi rendahnya debt rasio ditentukan oleh besar kecilnya total hutang, penambahan hutang lancar dalam perusahaan mengakibatkan modal kerja yang ada dalam perusahaan juga meningkat namun perusahaan harus menanggung beban yaitu beban bunga. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hubungan variabel penelitian digambarkan sebagai berikut :

H1

H2

H3

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

Modal Kerja (X1)

Perputaran Modal Kerja (X2)

(62)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan pembahasan hasil penelitian

sebelumnya maka dinyatakan rumusan hipotesis sebagai berikut :

H1 : modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada

perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

H2 : Perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas

pada perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

H3 : modal kerja dan Perputaran modal kerja berpengaruh terhadap

profitabilitas baik secara simultan maupun secara parsial pada

perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek

(63)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya dunia usaha maka persaingan antar perusahaan khususnya perusahaan yang sejenis akan semakin ketat. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan maka diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan baik. Pihak manajemen dituntut untuk dapat mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan secara efisien dan efektif, dan juga dituntut untuk dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan di masa yang akan datang. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan selalu memerlukan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk membiayai investasi jangka panjangnya. Selain digunakan dalam operasi perusahaaan sehari-hari, modal kerja juga menunjukkan tingkat keamanan atau margin

of safety para kreditur terutama kreditur jangka pendek. Adanya modal

kerja yang cukup memungkinkan perusahaan dapat beroperasi seekonomis

mungkin sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan sebagai akibat

adanya krisis atau kekacauan keuangan. Modal kerja ini akan terus

berputar setiap periodenya di dalam perusahaan (Riyanto, 2001).

(64)

sehari-hari, misalnya untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai, dan sebagainya, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produknya. Modal kerja adalah nilai aktiva/ harta yang dapat segera dijadikan uang kas yaitu dipakai perusahaan untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji pegawai, membeli bahan baku/barang, membayar ongkos angkutan, membayar hutang dan sebagainya (Riyanto, 2001). Modal kerja yang akan digunakan sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar dapat memberikan keuntungan yang maksimal sehingga suatu perusahaan bisa beroperasi secara ekonomis dan juga modal kerja yang cukup dapat menekan biaya perusahaan menjadi rendah, menunjang segala kegiatan operasi perusahaan secara teratur.

(65)

pembayaran utang atau pembelian saham, pembayaran deviden dan pembayaran beban atau biaya.

Perusahaan harus memiliki modal kerja yang cukup jika

kekurangan modal kerja dalam meningkatkan penjualan dan produksinya

maka perusahaan akan kehilangan pendapatan dan keuntungan.

Perusahaan yang kekurangan modal kerja tidak akan dapat membayar

kewajiban tepat pada waktunya sehingga perusahaan akan menghadapi

masalah likuiditas, dan sebaliknya perusahaan yang memiliki modal kerja

yang berlebihan mengindikasikan semakin baiklah kondisi perusahaan tersebut karena memiliki banyak sumber daya yaitu aktiva lancar yang besar untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Namun keadaan ini berbanding terbalik dengan perputaran modal kerja, modal kerja yang berlebihan akan menunjukkan perputaran modal kerja yang rendah. Perputaran modal kerja yang rendah artinya perusahaan memiliki perputaran persediaan yang rendah, memiliki piutang yang besar atau adanya saldo kas yang terlalu besar yang berarti adanya dana yang tidak produktif. Oleh karena itu modal kerja harus dikelola seefektif mungkin agar profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan. Efektivitas penggunaan

modal kerja menjadi faktor penting yang harus diperhatikan untuk

menunjang pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan dalam jangka

panjang.

(66)

mempunyai risiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Namun bukan berarti perusahaan harus mempertahankan jumlah persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besar kas akan mengakibatkan banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitas. Menurut H.G. Guthman dalam Riyanto (2001), yakni bahwa jumlah kas yang sebaiknya dipertahankan oleh perusahaan adalah tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar. Selain kas, piutang juga merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam

keadaan berputar. Perputaran piutang akan menunjukkan periode

terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin tinggi periode

berputar piutang menunjukkan semakin cepat perusahaan mendapatkan

kas dari penjualan secara kredit tersebut. Tingkat perputaran piutang yang

tinggi berarti pengembalian dana yang tertanam dalam piutang cepat

kembali. Kembalinya kas karena pelunasan piutang sangat

menguntungkan bagi perusahaan karena kas akan selalu tersedia dan dapat

dipergunakan kembali. Dengan demikian tingkat perputaran piutang yang

tinggi akan mempengaruhi kenaikan laba (Riyanto, 2001:90).

Persediaan adalah komponen modal kerja yang selalu dalam

keadaan berputar. Persediaan merupakan suatu bagian investasi

perusahaan yang merupakan kekayaan (asset) perusahaan dengan

menggunakan berbagai sumber dana (Raharjaputra, 2009:169). Persediaan

diartikan sebagai bahan atau barang yang akan dijual kembali oleh

perusahaan tanpa atau setelah mengalami pengolahan. Semakin tinggi

(67)

dana yang tertanam pada persediaan (Raharajaputra, 2009:204). Artinya

jumlah persediaan dalam perusahaan kecil, sehingga mempengaruhi

kenaikan laba. Sebaliknya apabila jumlah persediaan terlalu tinggi dalam

perusahaan maka menimbulkan banyak kerugian karena dana yang

tertanam dalam persediaan besar. Artinya tingkat perputaran persediaan

sangat kecil dan sangat berpengaruh terhadap turunnya laba.

Pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas telah beberapa kali diteliti, dan hasil dari penelitian tersebut ada yang menyebutkan bahwa modal kerja maupun perputaran modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas, ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa modal kerja dan perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas. Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk meneliti kembali pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas untuk perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. Peneliti mengambil sampel 15 perusahaan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai objek penelitian dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas (ROE) pada

Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI).”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat

Gambar

Tabel 3.1.
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ikan Gabus mempunyai Sisi badan dengan pita yang berbentuk ‘&lt;’, mengarah ke depan, bagian atas umumnya tidak jelas pada jenis dewasa, terdapat 4-5 sisik antara gurat sisi

Kebijakan dividen adalah kebijakan keuangan yang sengaja dibuat oleh manajer untuk menentukan porsi pendapatan perusahaan yang akan dibagikan sebagai dividen kepada

The histology structure of gills in bungo fish is similar to that of teleostei fish in general, namely primary lamella and secondary lamella consisting of mucus cells,

Jadi, jelas terlihat bahwa untuk dapat meningkatkan tingkat kepuasan mahasiswa dalam pengalaman belajar klinik, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan faktor

Sehubungan dengan surat penawaran Saudara untuk paket pekerjaan Konsultan Pengawasan Pembangunan Trestle Tempat Sandar Kapal Kantor SAR Kupang, berdasarkan

Apabila ditemukan hal-hal dan/atau data yang kurang jelas maka Pokja ULPD Kepulauan Riau dapat meminta peserta untuk menyampaikan klarifikasi secara tertulis namun

Sehubungan dengan surat penawaran Saudara untuk paket pekerjaan Konsultan Pengawasan Pengembangan Gedung Operasional Kapal Kantor SAR Kupang, berdasarkan hasil

Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Kelompok Kerja Provinsi Kepulauan Riau.. Ali Prakoso