• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Dan Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Terhadap Kualitas Pembangunan Manusia Pada Kota/Kabupaten Di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Dan Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Terhadap Kualitas Pembangunan Manusia Pada Kota/Kabupaten Di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran II

Proses Pemilihan Sampel

No. Kota/Kabupaten Kriteria Sampel Sampel

(3)

Kota/Kabupaten yang menjadi Sampel Penelitian No. Kota/Kabupaten

1

Kab. Asahan

2

Kab. Dairi

3

Kab. Labuhan Batu

4

Kab. Mandailing Natal

5

Kab. Simalungun

6

Kab. Tapanuli Selatan

7

Kab. Tapanuli Tengah

8

Kota Pematang Siantar

9

Kota Tanjung Balai

10

Kota Tebing Tinggi

11

Kota Padang Sidempuan

12

Kab. Pakpak Bharat

13

Kab. Serdang Bedagai

14

Kab. Samosir

15

Kab. Padang Lawas

16

Kab. Padang Lawas Utara

17

(4)

Lampiran III

DATA PENELITIAN

A. Data Pendapatan Asli Daerah

Dalam jutaan Rupiah

Kota/Kabupaten

Kab. Simalungun 61,246 97,915 41,404

Kab. Tapanuli

Sidempuan 23,622 35,018 23,629

(5)

B. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Dalam Persentase

Kota/Kabupaten Tahun

(6)

C. Data Pengalokasian Anggaran Belanja Modal

Dalam jutaan rupiah

Kota/Kabupaten

(7)

D. Data Indeks Pembangunan Manusia

(8)

Lampiran IV

HASIL OLAH DATA (SPSS 18,0)

Hasil olah data yang dilampirkan adalah hasil olah data setelah

memenuhi asumsi normalitas dan autokorelasi.

Berikut ditampilkan hasil olah data penelitian dengan menggunakan

SPSS 18,0 setelah memenuhi asumsi normalitas dan autokorelasi:

A. Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PAD 51 8.55 11.49 10.1278 .70378

PE 51 1.48 2.86 1.7827 .18859

ABM 51 7.55 12.72 11.1606 1.32821

IPM 51 4.13 4.33 4.2135 .04481

Valid N (listwise) 51

(9)

Grafik

Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 51

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .03769142

Most Extreme Differences Absolute .085

Positive .085

Negative -.074

Kolmogorov-Smirnov Z .606

Asymp. Sig. (2-tailed) .856

a. Test distribution is Normal.

(10)

C. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .541a .292 .247 .03888 2.304

a. Predictors: (Constant), ABM, PE, PAD

b. Dependent Variable: IPM

D. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 4.017 .089 45.226 .000

PAD .038 .009 .599 4.242 .000 .755 1.325

PE -.031 .030 -.132 -1.033 .307 .926 1.080

ABM -.012 .005 -.356 -2.454 .018 .717 1.395

a. Dependent Variable: IPM

(11)

F. Uji Analisis Regresi Linier Berganda

a. Dependent Variable: IPM

G. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)

Coefficientsa

a. Dependent Variable: IPM

H. Uji Signifikansi Simultan (Uji - F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .029 3 .010 6.475 .001a

Residual .071 47 .002

Total .100 50

a. Predictors: (Constant), ABM, PE, PAD

(12)

I. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

1 .541a .292 .247

a. Predictors: (Constant), PAD, PE, ABM

(13)
(14)

Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

df untuk penyebut

(N2)

df untuk pembilang (N1)

(15)
(16)

DAFTAR PUSTAKA

Alexandra Hukom. 2015. Effect Of Capital Expenditures, Economic Growth and Poverty on Human Development in Central Kalimantan. IOSR Journal of Economics and Finance. Volume 6, Issue 6. Ver. IV (Nov. - Dec. 2015).

Badrudin, Rudy dan Mufidhatul Khasanah. 2012. Pengaruh Pendapatan dan Belanja Daerah terhadap Pembangunan Manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Budiman, Arif. 1992. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia.

BPS. 2008. Indeks Pembangunan Manusia 2006-2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Christy, Fhino Andrea dan Priyo Hari Adi. 2009. Hubungan Antara DAU, Belanja Modal dan Kualitas Pembangunan Manusia. The 3rd National Conference UKWMS Surabaya, October 10th 2009.

Coleman, James S, 2011, Dasar-Dasar Teori Sosial (Foundation of Social Theory), Bandung: Nusa Media

Erlina, 2011. Metodologi Penelitian, PSI Kampus USU: Medan.

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2014. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Komprehensif Program Strata Satu (S1), Medan.

Mardiasmo, 2002. Otonomi Daerah dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Ndakularak, Erwin, Nyoman Djinar Setiawina dan I Ketut Djayastra. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota di Propinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 3(3), h: 140-153.

Putu Gde Mahendra Putra dan I Gusti Ketut Agung Ulupui. 2015. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 11.3.

Sanusi Fattah and Aspa Muji. 2012. Local Government Expenditure Allocation toward Human Development Index at Jeneponto Regency, South Sulawesi, Indonesia. IOSR Journal Of Humanities And Social Science. Volume 5, Issue 6 (Nov. - Dec. 2012).

(17)

Modal sebagai Variabel Intervening (Studi Empiri pada Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Jawa Tengah). Jurnal PrestasiVol. 9 No. 1.

Sulistio, Denni Mirza. 2012. Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009. Economic Development Analysis Journal, 1(1).

Suradi. 2006. Kemiski nan dan Politik Pembangunan Sosial. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial – Departemen Sosial RI.

Syahril. 2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.

Todaro, M.P. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

UNDP. 1996. Human Development Report. Oxford University Press. New York

Vegirawati,Titin. 2012. Pengaruh Belanja Langsung terhadap Kualitas Pembangunan Manusia (Studi Kasus Pada Pemerintah kabupaten/kota di Sumatera Selatan). Jurnal Ekonomi dan Informasi, 2(1).

http://sumut.bps.go.id

http://www.djpk.kemenkeu.go.id/data-series/data-keuangan-daerah/setelah-ta-2006

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Kausal-Komparatif yaitu penelitian

yang meneliti pengaruh dari beberapa variabel terhadap variabel lain atau

memiliki masalah berupa sebab akibat antara dua variabel atau lebih.

Penelitian ini juga sebagai perbandingan terhadap penelitian-penelitian

terdahulu. Penelitian ini dari segi paradigmanya merupakan penelitian

kuantitatif karena pengujiannya dengan menggunakan data berupa angka dan

diolah dengan prosedur statistik (Erlina, 2011: 12-14).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan adalah pemerintah daerah provinsi di

Indonesia.

Penelitian direncanakan mulai dari Bulan Februari 2016 sampai dengan

Bulan September 2016. Sehingga jadwal penelitian dalam bentuk tabel

disajikan sebagai berikut:

(19)

Bimbingan

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan

merupakan data sekunder yang informasinya diperoleh secara tidak langsung

dari pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini

juga menggunakan jenis data panel (pooled data), yakni gabungan antara data

runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Dikatakan data

gabungan karena data dalam penelitian ini terdiri atas beberapa objek/sub

objek dalam beberapa periode waktu. Data runtut waktu yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah periode penelitian yakni 2012 hingga 2014.

Sedangkan data silang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data

mengenai pemerintah daerah yang menjadi sampel penelitian yaitu sebanyak

33 Kota/Kabupaten dengan masing-masing provinsi memiliki sub-sub data

yakni data Indeks Pembangunan Manusia, data PAD pemerintah

kota/kabupaten di provinsi Sumatera Utara, data pertumbuhan ekonomi

daerah kota/kabupaten di provinsi Sumatera Utara, dan data belanja modal

pemerintah kota/kabupaten di provinsi Sumatera Utara. Sumber data yang

(20)

yang diunduh melalui situs web resmi Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

yang beralamat di http://sumut.bps.go.id, data Pendapatan asli daerah

pemerintah kota/kabupaten provinsi Sumatera Utara berupa Laporan Realisasi

APBD yang diunduh melalui situs web resmi Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan yang beralamat di

daerah pemerintah kota/kabupaten provinsi Sumatera Utara yang diunduh

melalui situs web resmi Badan Pusat Statistik Provinsi Sumtera Utara yang

beralamat di

alokasi anggaran belanja modal dalam laporan keuangan pemerintah

kota/kabupaten provinsi Sumatera Utara berupa Laporan Anggaran APBD

yang diunduh melalui situs web resmi Direktorat Jenderal Perimbangan

Keuangan yang beralamat di

http://www.djpk.kemenkeu.go.id/data-series/data-keuangan-daerah/setelah-ta-2006

3.4 Metode Pengumpulan Data

.

Metode pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi. Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan

data yang sudah didokumentasikan seperti data PAD dalam laporan keuangan

pemerintah kota/kabupaten, pertumbuhan ekonomi daerah, dan data alokasi

anggaran belanja modal dalam laporan keuangan pemerintah kota/kabupaten.

3.5 Batasan Operasional

(21)

batasan tertentu agar menghasilkan kesimpulan yang benar. Objek penelitian

ini adalah Data indeks pembangunan manusia pemerintah kota/kabupaten di

provinsi Sumatera Utara tahun 2012 sampai dengan tahun 2014, data

pendapatan asli daerah pemerintah kota/kabupaten di provinsi Sumatera Utara

tahun 2012 sampai dengan tahun 2014, tabel data pertumbuhan ekonomi

daerah pemerintah kota/kabupaten di provinsi Sumatera utara tahun 2012

sampai dengan tahun 2014, dan data alokasi anggaran belanja modal

kota/kabupaten di provinsi Sumatera Utara tahun 2012 sampai dengan tahun

2014.

3.6 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel 3.6.1 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang

tidak bebas, dipengaruhi oleh variabel independen atau bebas, dan

merupakan konsekuensi dari variabel independen (Erlina, 2011:36).

Variabel dependen di dalam penelitian ini adalah data kualitas

pembangunan manusia. Variabel dependen ini dapat diukur

menggunakan skala rasio dengan melihat jumlahindeks pembangunan

manusia pada pemerintah kota/kabupaten tahun 2012 sampai dengan

tahun 2014.

3.6.2 Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi variabel dependen atau penyebab variasi bagi variabel

(22)

Variabel independen yang digunakan di dalam penelitian ini antara

lain pendapatan asli daerah, pertumbuhan ekonomi daerah, alokasi

anggaran belanja modal.

3.6.2.1 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang

diperoleh daerah dari sumber-sumber yang ada di deerah

tersebut berdasarkan peraturan daerah yang berlaku. PAD

digunakan sebagai modal dasar pemerintah dalam membiayai

pembangunan dan usaha daerah untuk memperkecil

ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Pada penelitian ini

pendapatan asli daerah dilakukan pengukuran dengan skala

rasio.

PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan + lain-lain PAD yang sah

3.6.2.2 Pertumbuhan Ekonomi Daerah (X3)

Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Daerah merupakan proses

perubahan kondisi perekonomian suatu daerah secara

berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama

periode tertentu. Pada penelitian ini, tingkat pertumbuhan

ekonomi daerah dilakukan pengukuran dengan skala rasio.

PDRB1 – PDRB0

PDRB0

g = Pertumbuhan ekonomi daerah

(23)

PDRB0 = PDRB atas dasar harga konstan tahun sebelumnya

3.6.2.3 Belanja Modal

Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran untuk

memperoleh aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat

lebih dari satu tahun akuntansi. Pada penelitian ini belanja

modal dilakukan pengukuran dengan skala rasio.

Belanja modal = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin

+ Belanja Gedung dan Bangunan + Belanja jalan, irigasi dan

(24)

3.7 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan kumpulan dari semua elemen di mana suatu sampel

akan diambil, sedangkan sampel merupakan sebagian anggota dari populasi

yang dipilih untuk penelitian (Uma, 2006:122). Sehingga dari pengertian

tersebut, populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh kota/kabupaten pada

periode 2012 sampai dengan periode 2014. Total kota/kabupaten di Provinsi

Variabel Definisi Indikator Skala

PAD (X1) penerimaan yang

diperoleh daerah dari sumber-sumber yang ada

di deerah tersebut berdasarkan peraturan daerah yang berlaku

PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan +

lain-lain PAD yang sah Rasio

Pertumbuhan

menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu untuk memperoleh aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu tahun akuntansi

Belanja modal = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin + Belanja Gedung dan Bangunan + Belanja jalan, irigasi dan jaringan + Belanja Aset tetap lainnya

Rasio

Kualitas Pembangunan Manusia (Y)

jumlah anggaran yang dialokasikan untuk belanja daerah

Nilai IPM kabupaten/kota se

(25)

Sumatera Utara pada periode 2012 sampai dengan periode 2014 adalah

sebanyak 33 kota/kabupaten.

Pengambilan sampel di dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

purposive sampling method, yaitu penentuan sampel atas dasar kriteria

tertentu yang ditentukan sendiri oleh peneliti. Pengambilan sampel tersebut

didasarkan atas pertimbangan dan kriteria berikut:

1. Jumlah kota/kabupaten yang melaporkan laporan realisasi APBD pada

tahun 2012-2014 yang terdaftar di Direktorat Jenderal Perimbangan

Keuangan.

2. Provinsi yang termasuk dalam kategori kelompok dengan kemampuan

keuangan daerah sedang dan rendah pada tahun anggaran 2013

berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun

2007.Kota/Kabupaten yang termasuk dalam kategori kelompok dengan

kemampuan keuangan daerah sedang seperti yang disebutkan pada kriteria

1 adalah kota/kabupaten dengan kemampuan keuangan antara

Rp.200.000.000.000,00 (dua ratus milyar rupiah) sampai dengan

Rp.400.000.000.000,00 (empat ratus milyar rupiah), dan kemampuan

keuangan daerah rendah adalah kota/kabupaten dengan kemampuan

keuangan dibawah Rp.200.000.000.000,00 (dua ratus milyar rupiah).

3. Memiliki data tabel indeks pembangunan manusia dalam periode

penelitian, yaitu periode 2012 sampai dengan 2014.

4. Memiliki data tabel pertumbuhan ekonomi daerah dalam periode

(26)

Tabel 3.3 Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah

Jumlah pemerintah provinsi yang melaporkan laporan realisasi APBD tahun 2012-2014 yang terdaftar di Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.

18

Jumlah kota/kabupaten dengan kemampuan keuangan daerah tinggipada tahun anggaran 2013berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun 2007

(1)

Jumlah kota/kabupaten yang memiliki data tabel indeks pembangunan

manusia pada periode 2012-2014 33

Jumlah kota/kabupaten yang memiliki data tabel pertumbuhan

ekonomi daerah pada periode 2012-2014 33

Jumlah sampel terpilih 17

Sumber: data sekunder yang diolah

3.8 Metode Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis dan diuji dengan uji statistik yaitu statistik

desktiptif, uji asumsi klasik, dan analisis regresi untuk pengujian hipotesis

penelitian.

3.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan

asli daerah, pertumbuhan ekonomi daerah, pengalokasian anggaran

belanja modal pada pemerintah kota/kabupaten di provinsi Sumatera

Utara. Pengukuran statistik deskriptif ini meliputi jumlah sampel, nilai

minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi. Minimum

digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil yang bersangkutan

bervariasi dari rata-rata. Maksimum digunakan untuk mengetahui

(27)

digunakanuntuk mengetahui seberapa besar data bersangkutan

bervariasi dari rata-rata.

3.8.2 Uji Asumsi Klasik 3.8.2.1 Uji Normalitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresivariabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi

normal atautidak, nilai residualnya mempunyai distribusi normal

atau tidak.Data yang baik adalah data yang berdistribusi normal.

Uji normalitas dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu

pendekatan histogram, pendekatan grafik, dan pendekatan

Kolmogorov-Smirnov. Pendekatan histogram menguji

normalitas dengan kurva normal yaitu kurva yang memiliki

ciri-ciri khusus, salah satunya yaitu memiliki mean, median, dan

modus yang sama.

Data yang normal akan terlihat dari grafik histogram yang

seimbang, tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Pendekatan

grafik yaitu dengan melihat scatter plot terlihat titik mengikuti

data disepanjang garis diagonal yang berarti data tersebur

berdistribusi normal. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov

dilakukan untuk menilai apakah data yang disepanjang garis

diagonal berdistribusi normal. Jika nilai signifikansi > 0,05

(28)

3.8.2.2 Uji Autokorelasi

Penelitian yang baik tidak memiliki autokorelasi. Autokorelasi

merupakan kondisi dimana adanya hubungan antar pengamatan

atau observasi. Ada tidaknya autokorelasi di dalam penelitian

dapat ditentukan dengan Uji Durbin-Watson. Erlina (2011)

menyatakan pengambilan keputusan apakah terjadi autokorelasi

atau tidak adalah sebagai berikut:

a. Bila nilai Durbin-Watson terletak antara batas atas (DU)

dan 4-(DU), maka tidak terjadi autokorelasi.

b. Bila nilai Durbin-Watson lebih rendah dari Lower Bound

(DL) maka terjadi autokorelasi positif.

c. Bila nilai Durbin-Watson lebih besar dari 4-(DL) maka

terjadi autokorelasi negatif.

d. Bila nilai Durbin-Watson terletak antara (DU) dan (DL)

maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3.8.2.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas merupakan uji yang dilakukan untuk

membuktikan ada tidaknya hubungan linear antara variabel

independen dengan variabel independen lain (Gunawan,

2013:224). Model regresi yang baik di dalam penelitian

seharusnya tidak memiliki korelasi di antara variabel

(29)

Untuk mendeteksi apakah data penelitian memiliki korelasi

atau tidak dapat dilihat dengan menggunakan Variance Inflation

Factor (VIF) (Gunawan, 2013:235). VIF merupakan harga

koefisien statistik yang menjadi indikator terjadinya korelasi..

Apabila nilai VIF > 10 maka variabel di dalam penelitian

memiliki gejala multikolinearitas, dan sebaliknya, apabila nilai

VIF < 10 maka variabel di dalam penelitian tidak memiliki

gejala multikolinearitas.

3.8.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

pengganggu di dalam penelitian mempunyai varian yang sama

atau tidak (Gunawan, 2013:240). Apabila variabel pengganggu

di dalam penelitian tidak memiliki varian yang sama atau

konstan, maka dapat disimpulkan telah terjadi

heteroskedastisitas di dalam penelitian. Penelitian yang bagus

adalah tidak mengalami heteroskedastisitas melainkan harus

homokedastisitas.

Gunawan (2013) menyatakan dalam bukunya bahwa salah satu

cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas di dalam

penelitian adalah dengan menggunakan metode grafik. Di dalam

metode grafik, dasar analisis untuk mengetahui adanya

(30)

a. Jika di dalam grafik titik-titik membentuk pola tertentu,

teratur, bergelombang, melebar atau menyempit, maka dapat

disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas di dalam

penelitian.

b. Jika titik-titik menyebar di atas, di bawah, dan di sekitaran

angka nol, maka dapat disimpulkan heteroskedastisitas tidak

terjadi di dalam penelitian.

3.8.3 Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Uji analisis regresi linier berganda merupakan uji yang dilakukan

untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel terikat dengan

variabel bebas. Analisis regresi linier berganda di dalam penelitian ini

digunakan untuk menguji pendapatan asli daerah, pertumbuhan

ekonomi daerah, dan anggaran belanja modal terhadap kualitas

pembangunan manusia. Model regresi yang dikembangan di dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

KPM = α0 + β1PAD + β2PE + β3ABM + e

Keterangan:

KPM = Kualitas Pembangunan Manusia

α0 = Konstanta

β1,2,3 = Koefisien Variabel

PAD = Pendapatan Asli Daerah

(31)

e = residual of error

3.8.4 Uji Hipotesis

3.8.4.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)

Uji-t digunakan untuk mengetahui secara parsial apakah

setiap variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap variabel terikat. Tingkat signifikansi yang digunakan

di dalam penelitian adalah 5%. Berikut ketentuannya:

a. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka secara parsial variabel

bebas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

variabel terikat.

b. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka secara parsial variabel

bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terikat.

3.8.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Uji-F dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel

dependen. Dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) 5%,

maka ketentuannya sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi F > tingkat signifikansi 0,05 maka

tidak ada pengaruh signifikan dari variabel bebas secara

(32)

b. Jika nilai signifikansi F < tingkat signifikansi 0,05 maka

ada pengaruh signifikan dari variabel bebas secara

bersama-sama terhadap variabel terikat.

3.8.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui

seberapa besar variasi variabel bisa dijelaskan dengan variasi

variabel yang lain. Nilai koefisien ini antara 0 dan 1. Apabila

nilai koefisien mendekati angka nol, maka kemampuan

variabel independen di dalam mempengaruhi variabel

dependen di dalam penelitian amat terbatas (tidak

berpengaruh). Kemudian, apabila nilai koefisien mendekati

angka satu, maka kemampuan variabel independen

memberikan hampir semua informasi mengenai variabel

dependen, artinya variabel independen berpengaruh secara

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

kota/kabupaten di Provinsi Sumatera Utara pada periode 2012 sampai dengan

periode 2014. Total keseluruhan kota/kabupaten di Provinsi Sumatera Utara

pada periode 2012 sampai dengan periode 2014 sebanyak 33 kota/kabupaten.

Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling sehingga dari 33 populasi tersebut hanya 17provinsi yang

memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel. Daftar provinsi yang menjadi

sampel dalam penelitian ini dilampirkan pada lampiran 2.

4.2 Data Penelitian

Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang yang diunduh

melalui situs web resmi Badan Pusat Statistik Sumatera Utara yang

beralamat di http://sumut.bps.go.id untuk data indeks pembangunan manusia

dan pertumbuhan ekonomi daerah kota/kabupaten di Provinsi Sumatera

Utara, situs web resmi situs web resmi Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan yang beralamat di

anggaran belanja modaldalam laporan keuangan pemerintah daerah,. Metode

analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode analisis

statistik dengan menggunakan persamaan regresi linier berganda yang

(34)

terhadap satu variabel dependen. Dalam menganalisis data digunakan

software SPSS.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan analisis yang memberikan gambaran

mengenaijumlah sampel, nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan

standar deviasi dari data penelitian kita. Berikut ini ditampilkan hasil

analisis statistik deskriptif dari variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD),

Pertumbuhan Ekonomi Daerah (PE), Pengalokasian Anggaran Belanja

Modal (ABM), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PAD 51 8.55 11.49 10.1278 .70378

PE 51 1.48 2.86 1.7827 .18859

ABM 51 7.55 12.72 11.1606 1.32821

IPM 51 4.13 4.33 4.2135 .04481

Valid N (listwise) 51

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Dari Tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan beberapa hal berikut:

1. Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki nilai minimum

8.55dan nilai maksimum 11.49dengan nilai rata-rata 10.1278dan

standar deviasi 0.70378dengan jumlah pengamatan sebanyak 51 data.

2. Variabel Pertumbuhan Ekonomi Daerah (PE) memiliki nilai minimum

(35)

3. Variabel Alokasi Anggaran Belanja Modal (ABM) memiliki nilai

minimum 7.55dan nilai maksimum 12.72 dengan nilai rata-rata

11.1606dan standar deviasi 1.32821dengan jumlah pengamatan

sebanyak 51 data.

4. Variabel Indeks Pembanguna Manusia memiliki nilai minimum

4.13dan nilai maksimum 4.33 dengan nilai rata-rata 4.2135 dan standar

deviasi 0.04481 dengan jumlah pengamatan sebanyak 51 data.

4.3.2 Uji Asumsi Klasik 4.3.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel

independen maupun variabel dependen terdistribusi secara

normal atau tidak. Pertama, data di dalam penelitian harus

memenuhi asumsi kenormalan data. Data penelitian yang baik

adalah data yang memenuhi asumsi kenormalan data. Untuk

melihat apakah data normal atau tidak dari grafik histogram

dan normal probability plot. Data yang normal akan

membentuk atau mengikuti garis diagonal pada normal

probability plot. Data yang normal juga akan terlihat dari

grafik histogram yang seimbang, tidak condong ke kiri

maupun ke kanan. Data yang tidak normal tidak akan

mengikuti garis diagonal pada normal probability plot dan

(36)

ditampilkan grafik histogram dan normal probability plot dari

variabel penelitian.

Gambar 4.1

Histogram Variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) - Normal

Dari Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa Histogram dari

penelitian sudah terdistribusi normal karena grafiknya

seimbang, tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Begitu juga

dengan normal probability plot pada Gambar 4.2 di bawah

yang terlihat telah mengikuti garis diagonal dengan teratur,

sehingga dapat disimpulkan data penelitian sudah memenuhi

(37)

Gambar 4.2

Normal P-Plot of Regresion Standarized Residual- Normal

Untuk lebih memastikan bahwa data sudah terdistribusi

dengan normal, maka peneliti membuat uji

Kolmogorov-Smirnov yang membuktikan kenormalan suatu data penelitian

dengan angka. Peneliti merasa bahwa pembuktian dengan

angka akan lebih pasti dibandingkan dengan grafik atau

gambar yang bisa menimbulkan banyak persepsi. Dengan

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, suatu data dikatakan

normal apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed)> 0,05 dan apabila

(38)

normal. Berikut hasil pengujian dengan uji

Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 4.2

Uji Komolgorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 51

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .03769142

Most Extreme Differences Absolute .085

Positive .085

Negative -.074

Kolmogorov-Smirnov Z .606

Asymp. Sig. (2-tailed) .856

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Dari Tabel Kolmogorov-Smirnov di atas, nilai Asymp. Sig.

(2-tailed) nya sebesar 0,856 yang berarti > 0,05 sehingga dapat

ditarik kesimpulan bahwa data sudah terdistribusi dengan

normal.

4.3.2.2 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi merupakan bagian dari uji asumsi klasik yang

bisa menentukan apakah terdapat autokorelasi di dalam data

penelitian. Data penelitian yang baik tidak memiliki

autokorelasi di dalamnya. Untuk melihat ada tidaknya

autokorelasi dilihat dari nilai Durbin-Watson (DW). Bila DU <

(39)

maka terjadi autokorelasi negatif. Bila DW terletak di antara

DU dan DL maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Berikut

hasil hasil SPSS yang menunjukkan apakah data terkena

autokorelasi atau tidak.

Model Summaryb

Model

Estimate Durbin-Watson

1 .541a .292 .247 .03888 2.304

a. Predictors: (Constant), ABM, PE, PAD

b. Dependent Variable: IPM

Dari hasil uji autokorelasi dari Tabel 4.3 di atas, didapat nilai

DW sebesar 2,304 di mana data observasi berjumlah 51, k=3,

sehingga dari Tabel DW didapat nilai DU = 1,6754 dan DL =

1,4273. Dari nilai tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa tidak terjadi autokorelasi di dalam penelitian karena

nilai DU < DW < 4-DU sehingga data penelitian sudah

memenuhi uji asumsi klasik.

4.3.2.3 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas merupakan uji yang menentukan ada

tidaknya hubungan linear antara variabel independen dengan

variabel independen lainnya. Model regresi yang baik tidak

boleh memiliki multikolinearitas di dalamnya. Untuk

mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam data

penelitian dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF).

(40)

sebaliknya jika nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas.

Hasil uji Multikolinearitas terlihat sebagai berikut.

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

a. Dependent Variable: IPM

Dari Tabel 4.4 di atas, maka dapat diperoleh nilai VIF dari

masing-masing variabel independen untuk variabel Pendapatan

Asli Daerah (PAD) sebesar 1,325, Pertumbhan Ekonommi

Daerah sebesar 1,080, dan Alokasi Anggaran Belanja

Modalsebesar 1,395. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi

Multikolinearitas di dalam penelitian karena setiap variabel

independen nilai VIF < 10.

4.3.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas merupakan uji untuk menentukan

apakah variabel pengganggu di dalam penelitian memilikii

varian yang sama atau tidak. Penelitian yang bagus adalah

penelitian yang tidak memiliki heteroskedastisitas melainkan

(41)

Untuk menentukan apakah data penelitian mengalami

heteroskedastisitas atau tidak dapat dilihat dari Scatterplot

hasil SPSS. Apabila titik-titik di Scatterplot menyebar di atas,

di bawah, dan di sekitaran angka nol, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas, dan apabila titik-titik di Scatterplot

membentuk pola tertentu, tidak menyebar di atas, di bawah,

dan di sekitaran angka nol, maka terjadi heteroskedastisitas.

Berikut hasil Scatterplot dari penelitian.

Gambar 4.3

(42)

Dari Gambar 4.3 di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar di

atas, di bawah, dan di sekitaran angka nol sehingga dapat

ditarik kesimpulan bahwa data penelitian tidak mengandung

heteroskedastisitas.

4.3.3 Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Uji Analisis Regresi Linier Berganda merupakan uji yang digunakan

untuk mengetahui hubungan beberapa variabel independen terhadap

variabel dependen. Uji ini dapat dilakukan apabila telah memenuhi uji

asumsi klasik. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda penelitian

dengan SPSS adalah sebagai berikut.

Tabel 4.5

Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.017 ,089 45.226 ,000

PAD ,038 ,009 .599 4.242 ,000

PE -,031 ,030 -.132 -1.033 ,307

ABM -,012 ,005 -,356 -2.454 ,018

a. Dependent Variable: IPM

Dari Tabel 4.5 di atas, maka dapat dibuat persamaan Regresi Linier

Berganda sebagai berikut:

IPM = 4,017+ 0, 038PAD - 0,031PE - 0,012ABM + e

(43)

a. Konstanta sebesar 4,017 menunjukkan bahwa apabila tidak ada

variabel independen (Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi

Daerah, dan Alokasi Anggaran Belanja Modal), maka tingkat Indeks

Pembangunan Manusia adalah sebesar 4,017.

b. Koefisien Regresi PAD sebesar 0,038 menunjukkan bahwa apabila

setiap kenaikan Pendapatan Asli Daerah 1% dengan asumsi variabel

bebas lainnya dianggap konstan maka akan menaikkan Indeks

Pembangunan Manusia sebesar 0,038.

c. Koefisien Regresi PE sebesar 0,031menunjukkan bahwa apabila

setiap kenaikan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Daerah 1% dengan

asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan maka akan

menurunkan Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,031.

d. Koefisien Regresi ABM sebesar 0,012menunjukkan bahwa apabila

setiap kenaikan Alokasi Anggaran Belanja Modal 1% dengan asumsi

variabel bebas lainnya dianggap konstan maka akan menurunkan

Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,012.

4.3.4 Uji Hipotesis

4.3.4.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) digunakan untuk

mengetahui secara parsial apakah setiap variabel bebas

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel bebas.

Apabila nilai signifikansi variabel independen > 0,05 maka

(44)

terhadap variabel terikat, dan sebaliknya apabila nilai

signifikansi variabel independen < 0,05 maka secara parsial

ada pengaruh signifikan variabel bebas terhadap variabel

terikat.

Tabel 4.6

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.017 ,089 45.226 ,000

PAD ,038 ,009 .599 4.242 ,000

PE -,031 ,030 -.132 -1.033 ,307

ABM -,012 ,005 -,356 -2.454 ,018

a. Dependent Variable: IPM

Dari Tabel 4.6 di atas, maka kesimpulan dari Uji-t adalah

sebagai berikut:

1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

Nilai signifikansi untuk variabel Pendapatan Asli Daerah

adalah sebesar 0,000 < 0,05. Dari hasil di atas, dapat

disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara

parsial berpengaruh terhadap variabel Indeks Pembangunan

Manusia.

2. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Daerah terhadap Indeks

(45)

Nilai signifikansi untuk variabel Pertumbuhan Ekonomi

Daerah adalah sebesar 0,307< 0,05. Dari hasil di atas, dapat

disimpulkan bahwa variabel Pertumbuhan Ekonomi Daerah

secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel Indeks

Pembangunan Manusia.

3. Pengaruh Alokasi Anggaran Belanja Modal (ABM) terhadap

Indeks Pembangunan Manusia

Nilai signifikansi untuk variabel Alokasi Anngaran Belanja

Modal (ABM) adalah sebesar 0,018> 0,05. Dari hasil di atas,

dapat disimpulkan bahwa variabel Alokasi Anggaran Belanja

Modal secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel

Pengalokasian Anggaran Belanja Daerah.

4.3.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji - F)

Uji Signifikansi Simultan (Uji – F) digunakan untuk

mengetahui apakah secara bersama-sama atau simultan

variabel independen di dalam penelitian mempengaruhi

variabel dependen. Untuk melihat pengaruhnya dari nilai

Signifikansi F. Apabila nilai Signifikansi F < 0,05 maka ada

pengaruh variabel independen secara bersama-sama atau

simultan terhadap variabel terikat, dan sebaliknya apabila nilai

signifikansi F > 0,05 maka tidak ada pengaruh variabel

independen secara bersama-sama atau simultan terhadap

(46)

Tabel 4.7

Uji Signifikansi Simultan (Uji - F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .029 3 .010 6.475 .001a

Residual .071 47 .002

Total .100 50

a. Predictors: (Constant), ABM, PE, PAD

b. Dependent Variable: IPM

Dari Tabel 4.7 di atas, dari nilai Sig. Sebesar 0,01 maka dapat

disimpulkan bahwa nilai signifikansi F < 0,05 yang berarti

secara simultan atau bersama-sama variabel independen di

dalam penelitian mempengaruhi variabel dependen.

4.3.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi merupakan uji yang dilakukan

untuk mengetahui seberapa besar variabel independen dalam

penelitian mempengaruhi variabel dependen. Nilainya antara 0

sampai dengan 1. Berikut hasil dari Uji Koefisien Determinasi

dari penelitian.

Tabel 4.8

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

1 .541a .292 .247

a. Predictors: (Constant), PAD, PE, ABM

(47)

Dari tabel 4.8 di atas ada beberapa hal yang dapat

disimpulkan, sebagai berikut:

1. Nilai R sebesar 0,541 yang menunjukkan bahwa korelasi

atau hubungan antara Indeks Pembangunan Manusia (variabel

dependen) dengan Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan

Ekonomi, dan Alokasi Anggaran Belanja Modal (variabel

independen) yaitu sebesar 54,1 %.

2. R Square sebesar 0,292 berarti 29,2 % Indeks

Pembangunan Manusia mampu diprediksikan oleh Pendapatan

Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi Daerah, dan Alokasi

Anggaran Belanja Modal. Sisanya 71,8 % oleh variabel lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3. Nilai Adjusted R Square atau Koefisien Determinasi adalah

0,247 berarti 24,7 % Indeks Pembangunan Manusia mampu

diprediksikan oleh Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan

Ekonomi Daerah, dan Alokasi Anggaran Belanja Modal.

Sisanya 85,3 % oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini.

Ada dua pilihan, memakai R Square atau memakai

Adjusted R Square. Apabila jumlah variabel lebih dari dua

maka digunakan Adjusted R Square. Sehingga nilai yang

(48)

4.3.1 Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil yang telah dijelaskan secara statistik mengenai

uji-uji yang telah dilaksanakan, maka peneliti merasa perlu lebih menelaah

lebih dalam lagi agar mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.

Di samping itu peneliti juga merasa perlunya membandingkan hasil

penelitian terhadap hasil penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan

latar belakang atau pendukung penelitian ini.

Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa secara parsial variabel

Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia. Hasil ini mendukung penelitian yang telah

dilakukan oleh Putra dan Ulupui (2015).

Hasil Pengujian hipotesis menyatakan bahwa secara parsial variabel

Pertumbuhan Ekonomi Daerah (PE)tidak berpengaruh signifikan

terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Hasil ini mendukung

penelitian yang telah dilakukan oleh Setyowati dan Suparwati (2012)

namun bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh

Christy dan Adi (2009).

Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa secara parsial variabel

Alokasi Anggaran Belanja Modal tidak berpengaruh signifikan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia. Hal ini mendukung bertolak belakang

(49)

Uji-F dari penelitian menunjukkan bahwa secara simultan atau

secara bersama-sama variabel Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan

Ekonomi Daerah, dan Alokasi Anggaran Belanja Modal berpengaruh

terhadap variabel Indeks Pembangunan Manusia.

Hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini mendukung teori

yang dikemukakan oleh Coleman yakni menjelaskan sebuah

pilihan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam

perumusan kebijakan publik seperti pengalokasian belanja

daerah. Peningkatan PAD yang diterima pemerintah daerah

berarti daerah memiliki cukup dana untuk belanja daerah pada

sektor-sektor yang mendukung kualitas pembangunan manusia

seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian yang membuktikan bahwa ada

pengaruh signifikan antara pendapatan asli daerah dan indeks

pembangunan manusia. Pertumbuhan ekonomi daerah memang

tidak berhubungan dengan teori yang dikemukan oleh

Coleman. Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa

tidak ada pengaruh signifikan antara pertumbuhan ekonomi

terhadap indeks pembangunan manusia. Terakhir, alokasi

anggaran belanja modal, Coleman mengemukanan pilihan

tindakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam

perumusan kebijakan publik seperti pengalokasian belanja

(50)

modal.Namunberdasarkan hasil penelitian, alokasi anggaran

belanja modaltidak memiliki pengaruh yang signifikan

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh Pendapatan Asli

Daerah, Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Pengalokasian Anggaran

Belanjaa Modal terhadap Kualitas Pembangunan Manusia yang diukur

melalui Indeks Pembangunan Manusia pada pemerintah kota/kabupaten di

Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan di Bab empat, maka

kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Parsial, variabel independen Pendapatan Asli Daerah (PAD)

memberikan pengaruh yang signifikan, namun variabel Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Alokasi Anggaran Belanja Modal tidak

memberikan pengaruh signifikan terhadap Kualitas Pembangunan Manusia

pada pemerintah kota/kabupaten di Provinsi Sumatera Utara.

2. Secara simultan atau bersama-sama, variabel Pendapatan Asli Daerah,

Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Pengalokasian Anggaran Belanja

Modal berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Pembangunan Manusia

pada pemerintah kota/kabupaten di Provinsi Sumatera Utara.

3. Nilai Adjusted R Square atau Koefisien Determinasi adalah 0,247 berarti

24,7 % Kualitas Pembangunan Manusia mampu diprediksikan oleh

Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan

(52)

kurang. Sisanya 75,3 % oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian hanya dilakukan di lingkungan pemerintah kota/kabupaten,

sehingga hasil penelitian hanya terbatas mengenai kondisi di lingkungan

pemerintah kota/kabupatendi Provinsi Sumatera Utara, di mana tidak

tertutup kemungkinan apabila penelitian dilakukan hingga pada

pemerintah daerah Provinsi Se-Indonesia, hasil yang dihasilkan pun

berbeda.

2. Penelitian hanya memiliki tiga variabel independen. Dari nilai koefisien

determinasi di bab empat hasil penelitian sebesar 24,7% berarti variabel

Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi Daerah, dan

Pengalokasian Anggaran Belanja Modal hanya mampu memprediksikan

pengaruhnya terhadap Kualitas Pembangunan Manusia pada pemerintah

daerah kota/kabupaten di Provinsi Sumatera Utara sebesar 24,7%, artinya

masih ada variabel lain yang tidak disertakan di dalam penelitian ini yang

mempengaruhi variabel dependen sebesar 75,3%.

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan yang telah diuraikan

(53)

1. Untuk peneliti selanjutnya agar menambah tempat penelitian tidak terbatas

pada lingkungan pemerintah daerah kota/kabupaten namun

menggabungkan seluruh pemerintah daerah di Indonesia yakni pemerintah

daerah provinsi, pemerintah daerah kota, dan pemerintah daerah kabupaten

di Indonesia untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

2. Untuk penelitian selanjutnya agar menambah atau mengubah variabel

independen disebabkan nilai koefisien determinasi di bab empat hasil

penelitian sebesar 24,7% yang artinya masih ada variabel independen lain

sebesar 75,3% yang mempengaruhi penelitian.

3. Untuk Pemerintah daerah kota/kabupaten, seiring maraknya isu rendahnya

Kualitas Pembangunan Manusia di, maka untuk mengatasi hal tersebut,

pemerintah daerah kota/kabupaten di Provinsi Sumatera Utara disarankan

agar memperhatikan beberapa faktor dalam peningkatan Kulitas

Pembangunan Manusia seperti data Pendapata Asli Daerah, Pertumbuhan

Ekonomi Daerah, dan Pengalokasian Anggaran Belanja Modalyang

(54)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Pilihan Rasional

Coleman (1994) memberikan gagasan mengenai teori pilihan

rasional bahwa “orang-orang bertindak secara purposif menuju tujuan

(dan demikian juga tindakan-tindakan) yang dibentuk oleh nilai-nilai

preferensi”. Dia juga menambahkan bahwa bagi aktor rasional yang

berasal dari ekonomi, dalam memilih tindakan-tindakan tersebut

seseorang aktor lebih memaksimalkan utilitas, atau pemenuhan

kepuasan kebutuhan dan keinginan mereka. Jadi pada intinya konsep

yang tepat mengenai pilihan rasional adalah ketika seseorang memilih

tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang dapat

memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.

2.1.2 Pendapatan Asli Daerah

UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerahmengatakan bahwa

Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diperoleh Daerah

yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.Menurut UU No. 33 Tahun 2004 sumber

(55)

1. Pajak Daerah

UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah menjelaskan bahwa pajak daerah yang selanjutnya

disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan daerahbagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Pajak Daerah terdiri dari pajak provinsi dan

pajak kota/kabupaten.

2. Retribusi Daerah

Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah menjelaskan bahwa retribusi daerah yang

selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan. Jasa yang dimaksud dalam

UU tersebut yaitu kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan

pelayanan yang menghasilkan barang, fasilitas atau manfaat lainnya

yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Menurut UU

No. 34 Tahun 2004 yang dimaksudkan dengan objek dan retribusi

daerah yaitu:

a. Retribusi Jasa Umum

(56)

c. Retribusi Perijinan Tertentu

3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan.

Selain dari pendapatan atas pajak dan retribusi daerah,

pemerintah juga mendapatkan pendapatan dari laba BUMD yang

dimilki.

4. Lain-lain PAD yang sah.

2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi

perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju

keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan

ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas

produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk

kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi

merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Menurut Kuznet, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka

panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan

semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada

penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan

teknologinya dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang

diperlukan. Todaro (1998) mendefinisika

(57)

untuk menghasilkan tingkat pendapatan nasional yang semakin

besar. Menurut Budiono (1994), pertumbuhan ekonomi adalah

suatu proses pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang

terjadi apabila ada kecenderungan (output perkapita untuk naik)

yang bersumber dari proses intern perekonomian tersebut

(kekuatan yang berada dalam perekonomian itu sendiri), bukan

berasal dari luar dan bersifat sementara. Atau dengan kata lain

bersifat self generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan

itu sendiri menghasilkan suatu kekuatan atau momentum bagi

kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode-periode

selanjutnya (Budiono, 1994).

Sadono Sukirno berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi

merupakan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku

dari tahun ke tahun. Sehingga untuk mengetahuinya harus

diadakan perbandingan pendapatan nasional dari tahun ke tahun,

yang dikenal dengan laju pertumbuhan ekonomi(Sukirno, 1985).

2.1.4 Belanja Modal

Belanja modal merupakan salah satu komponen belanja langsung

yang digunakan untuk kebutuhan investasi. Belanja modal yaitu

pengeluaran yang manfaatnya melebihi satu tahun tahun anggaran dan

dapat menambah aset pemerintah yang selanjutnya meningkatkan biaya

pemeliharaan (Mardiasmo, 2004). Alokasi belanja modal berarti

(58)

membangun infrastruktur yang ada di daerahnya. Dalam Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP) belanja modal dikategorikan ke dalam 5

(lima) kategori utama yaitu:

1. Belanja Modal Tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan

untuk pengadaan/pembelian/pembebasan penyelesaian, balik nama

dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, pematangan tanah,

pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan

perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam ondisi

siap pakai

2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran/biaya yang

digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan

peningkatan kapasitas peralatan dan mesin seta inventaris kantor

yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan

sampai peralatan dan mesin tersebut dalam kondisi siap pakai.

3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran/biaya

yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan

termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan

pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah

(59)

4. Belanja Modal Fisik Lainnya

Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran/biaya yang

digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan

pembangunan/ pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya

yang tidak dapat dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah,

peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan dan irigasi dan

jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja mdal kontrak

sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan

barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan

jurnal ilmiah.

Menurut peraturan pemerintah RI No.8 tahun 2006, tanggal 3 April

2006, tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintahan,

Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota/Kabupaten, yang

termasuk belanja modal adalah Belanja Tanah, Belanja Peralatan dan

Mesin, Belanja Gedung dan Bangunan, Belanja Jalan, Irigasi, dan

Jaringan, Belanja Aset Tetap Lainnya, Belanja Aset Lainnya. Dilihat

dari jenisnya, belanja modal terdiri atas:

1. Belanja Publik

Yaitu belanja yang membiayai kegiatan investasi (menambah aset)

yang ditujujkan untuk peningkatan sarana dan prasarana publikyang

hasil dan manfaatnya dapat dinikmati langsung oleh masyarakat

(60)

jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa, dan

pembelian mobil ambulans.

2. Belanja Aparatur

Yaitu belanja yang manfaatnya tidak dirasakan secara langsung

oleh masyarakat, tetapi dirasakan langsung oleh aparatur. Beberapa

contoh belanja aparatur antara lain: pembelian kendaraan dinas,

pembangunan gedung pemerintahan, dan pembangunan rumah dinas.

2.1.5 Kualitas Pembangunan Manusia

Hakekat pembangunan pada dasarnya adalah pembangunan manusia.

Budiman (1992) menyatakan bahwa pembangunan manusia adalah

usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat. Lebih dalam lagi

Suradi menjelaskan (2006) menjelaskan bahwa makna pembangunan

manusia sebagai kondisi tingkat kemajuan kehidupan manusia yang

diukur dari kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup dan

pelayanan sosial. Pembangunan harus memberikan dampak terhadap

peningkatan kualitas hidup manusia secara menyeluruh baik

pemenuhan kebutuhan fisik maupun non fisik. Salah satu alat untuk

mengukur pembangunan manusia adalah IPM atau disebut juga dengan

Human Development Index (HDI).

UNDP (United Nation Development Programme) mendefenisikan

pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas

(61)

dipandang sebagai (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk

mencapai tercapainya tujuan manusia, empat hal pokok yang perlu

diperhatikan adalah produktifitas, pemerataan, kesinambungan,

pemberdayaan (UNDP, 2015). Secara ringkas empat hal pokok tersebut

mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Produktivitas

Produktivitas harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas

penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah.

Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himbauan

bagian dari model pembangunan manusia.

2. Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan yang sama untuk

mendapatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial.

Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh

akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil

manfaat dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas

hidup.

3. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan harus dipastikan tidak

hanya untuk generasi saat ini, tetapi juga generasi yang akan datang.

Semua sumber daya, fisik manusia, dan lingkungan harus selalu

diperbaharui.

(62)

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses

yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk

berpartisipasi penuh dan mengambil manfaat dari proses

pembangunan.

Terdapat tiga unsur dasar pembangunan manusia untuk mengukur

IPM, yaitu:

1. Usia Harapan Hidup

Usur dasar pembangunan manusia yang pertama adalah usia

harapan hidup. Usia harapan hidup menggambarkan usia

maksimum yang diharapkan seseorang untuk bertahan hidup.

Pembangunan terhadap manusia harus lebuh mengarahkan upaya

agar penduduk dapat mencapai pada usia harapan hidup yang

panjang.

2. Pengetahuan

Unsur dasar pembangunan manusia yang kedua adalah

pengetahuan. Pengetahuan atau tingkat pendidikan juga diakui

sebagi unsur yang mendasar dari pembangunan manusia. Indikator

pendidikan antara lain: angka melek huruf, rata-rata lamanya

bersekolah, anka partisipasi sekolah, angka putus sekolah, dan

(63)

Unsur dasar pembangunan manusia yang ketiga adalah

standar hidup layak. Indikator standar hidup layak dilihat dari

daya beli meliputi:

1. Jumlah penduduk yang bekerja

2. Jumlah pengganguran terbuka

3. Jumlah dan persentase penduduk miskin

4. PDRB riil per kapita

Angka IPM berkisar antara 0 hingga 100. Semakin mendekati 100,

maka hal tersebut merupakan indikasi pembangunan manusia yang

semakin baik (Ndakularak dkk, 2014). Agar dapat melihat

perkembangan dan tingkat capainnya, IPM dikategorikan menjadi 4

(BPS,2008:39), yaitu:

1. Kategori rendah dengan nilai IPM kurang dari 50 (IPM<50).

2. Kategori menengah bawah dengan IPM berada diantara 50 sampai

kurang dari 66 (50<IPM<66)

3. Kategori menengah atas dengan nilai IPM berada diantara 66 sampai

kurang dari 80 (66<IPM<80)

4. Kategori tinggi dengan IPM lebih atau sama dengan 80 (IPM>80)

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan mengenai kualitas

pembangunan manusia.Putra dan Ulupui meneliti hubungan antara

pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus terhadap

(64)

daerah berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia, DAU

berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia, DAK

berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia.

Mirza meneliti hubungan antara kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan

belanja modal terhadap indeks pembangunan manusia. Penelitian

menunjukkan bahwa kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

indeks pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif

dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia, belanja modal

berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia.

Setyowati dan Suparwati meneliti hubungan antara pertumbuhan ekonomi,

DAU, DAK, PAD terhadap indeks pembangunan manusia dengan

pengalokasia anggran belanja modal sebagai variabel intervening. Penelitian

menunjukkan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh positif terhadap

indeks pembangunan manusia melalui pengalokasian anggaran belanja

modal, DAU berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia

melalu pengalokasian anggaran belanja modal, DAK berpengaruh positif

terhadap indeks pembangunan manusia melalui pengalakoasian anggaran

belanja modal, pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap indeks

pembangunan manusia melalui pengalokasian anggaran belanja modal,

pengalokasian anggaran bbelanja modal yang diproksikan dengan belanja

modal berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia.

(65)

berpengaruh positif terhadap belanja modal, belanja modal berpengaruh

terhadap kualitas pembangunan manusia.

Fattah dan Muji meneliti hubungan antara local government expenditure

allocation terhadap human development index. Secara simultan local

expenditure allocation berpengaruh positif dan signifikan terhadap human

development index.

Hukom meneliti hubungan antara capital expenditure, economic growth,

poverty, terhadap human development index. Penelitian menunjukkan capital

expenditure berpengaruh positif dan signifikan terhadap human development

index, economic growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap human

development index, poverty berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

human development index.

Beberapa penelitian terdahulu dengan hasil pengujiannya dapat dilihat dari

Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

(66)

manusia, DAK Manusia di Jawa Tengah tahun Lilis Setyowati dan

Yohana Kus

belanja modal, indeks

pembangunan manusia

(67)

positif terhadap

Christy dan Priyo Hari Adi (2009)

(68)

Development in

terhadap human development index, poverty berpengaruh

negatif dan signifikan

terhadap human development index

Sanusi Fattah dan Aspa Muji (2012)

Local

terhadap human development

terhadap human development index, poverty berpengaruh

negatif dan signifikan

terhadap human development index

(69)

Adanya berbagai kendala dalam proses pembangunan manusia di daerah

salah satunya disebabkan oleh pengalokasian anggaran belanja daerah yang

belum dilakukan secara tepat. Apabila kebijakan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah sudah dilakukan secara tepat maka akan berdampak pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dapat diukur melalui indeks

pembangunan manusia.

Kualitas pembangunan manusia adalah kondisi tingkat kemajuan

kehidupan manusia yang diukur dari kemampuannya dalam memenuhi

kebutuhan hidup dan pelayanan sosial.

Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Pertumbuhan ekonomi daerah adalah proses perubahan kondisi

perekonomian suatu daerah secara berkesinambungan menuju keadaan lebih

baik selama periode tertentu.

Alokasi anggaran belanja modal adalah pengeluaran yang manfaatnya

melebihi satu tahun tahun anggaran dan dapat menambah aset pemerintah

yang selanjutnya meningkatkan biaya pemeliharaan.

Pendapatan asli daerah, pertumbuhan ekonomi daerah, belanja modal

diduga memiliki peranan dalam proses pembangunan manusia. Oleh sebab

itu, diadakan penelitian mengenai pengaruh pendapatan asli daerah,

(70)

terhadap kualitas pembangunan manusia. Model dalam penelitian ini

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan gambar kerangka konseptual tersebut, Pendapatan asli daerah

sebagai sebagai variabel independen (X1) mempunyai pengaruh positif yang

signifikan terhadap Kualitas Pembangunan Manusia sebagai variabel

dependen (Y). Artinya apabila X1 meningkat maka Y juga meningkat serta

X1 benar-benar memiliki pengaruh terhadap Y atau dengan kata lain tidak

terjadi secara kebetulan. Kemudian Pertumbuhan Ekonomi Daerah sebagai

variabel independen (X2) mempunyai pengaruh positif yang signifikan

terhadap Kualitas Pembangunan Manusia sebagai variabel dependen (Y).

Artinya apabila X2 meningkat maka Y juga meningkat serta X2 benar-benar

Pendapatan Asli Daerah (X1)

Pengalokasian Anggaran Belanja

Modal (X3) Pertumbuhan Ekonomi Daerah (X2)

Kualitas Pembangunan

(71)

kebetulan. Kemudian Pengalokasian Anggaran Belanja Modal sebagai

variabel independen (X3) mempunyai pengaruh positif yang signifikan

terhadap Kualitas Pembangunan Manusia sebagai variabel dependen (Y).

Artinya X3 benar-benar memiliki pengaruh terhadap Y atau dengan kata

laintidak terjadi secara kebetulan. Terakhir Pendapatan Asli Daerah (X1),

Pertumbuhan Ekonomi Daerah (X2), dan Pengalokasian Anggaran Belanja

Modal (X3) secara simultan berpengaruh terhadap Kualitas Pembangunan

Manusia (Y).

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara atau penjelasan sementara yang

belum bisa dibuktikan sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menguji apakah dugaan tersebut benar atau salah.

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, serta kerangka konseptual,

maka hipotesis penelitian sebagai berikut:

H : Pendapatan asli daerah, pertumbuhan ekonomi daerah,

pengalokasananggaran belanja modal berpengaruh secara parsial dan simultan

(72)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian

Dalam publikasi United Nation Development Programme (UNDP) melalui

Human Development Report tahun 1996 tentang konsep pembangunan

manusia (IPM) pembangunan manusia didefenisikan sebagai ”a process of

enlarging people’s choices” atau proses yang meningkatkan aspek kehidupan

masyarakat. Secara spesifik UNDP menetapkan empat elemen utama dalam

pembangunan manusia, yaitu produktivitas (productivity), pemerataan

(equity), kesinambungan (suntainability), dan pemberdayaan (empowerment).

IPM terdiri dari 3 indikator utama, yaitu tingkat kesehatan, tingkat

pendidikan, dan indikator ekonomi. Pengukuran ini menggunakan tiga

dimensi dasar, yaitu lamanya hidup, pengetahuan, dan standar hidup yang

layak. Ketiga unsur tersebut tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling

mempengaruhi satu sama lainnya. Selain juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

lain seperti ketersediaan kesempatan kerja, yang pada gilirannya ditentukan

oleh banyak faktor, terutama pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan

kebijakan pemerintah (Vegirawati, 2012).

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefenisikan bahwa IPM merupakan

indeks komposit (gabungan) dari indeks pendidikan, kesehatan dan daya beli

yang diharapkan dapat mengukur tingkat keberhasilan pembangunan manusia

Gambar

Grafik
Tabel Durbin-Watson (DW), a = 5%
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.3 Pemilihan Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kondisi ini, Admin Kemenag Kab/Kota akan mencetak SURAT TANDA BUKTI MUTASI SEKOLAH INDUK PTK (SM03) langsung. tanpa melalui prosedur Pelaporan Mutasi Masuk (SM02)

This clause defines a service integration ebRIM package that encapsulates all the identifiers, associations and classification schemes necessary to allow an OGC CSW- ebRIM catalogue

Evaluasi Penawaran dilaksanakan berdasarkan Dokumen Pengadaan Nomor : 001/Ling Ngadirojo /DAU/BM_DPU/IX/2017 tanggal 21 Agustus 2017, Berita Acara Penjelasan Dokumen

Pada metode Short End Interest bunga dihitung dengan mengalikan tingkat bunga dengan periode pembayaran yang bersangkutan dan angsuran atas pokok piutang yang tetap jumlahnya. Dan

Pada hari ini Senin tanggal Dua Puluh Tujuh bulan Agustus Tahun Dua Ribu Dua Belas , kami selaku Pokja Pengadaan Barang/Jasa Satker MAN 1 Jakarta Kementerian Agama Provinsi

mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2012, seperti tersebut dhawah ini:. No NAMA PAKET PEKERJMN VOLUME

Proses amandemen yang dilakukan oleh MPR tersebut menghasilkan ketentuan baru yang menegaskan mengenai kewenangan MPR untuk mengubah Undang- Undang Dasar yang tertuang

Di Jordania, juga telah dilakukan pengujian terhadap kualitas Internet Financial Reporting pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek Jordania, hasil