(Studi Kasus 8 Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah)
THE EFFECTS OF POVERTY, GOVERMENT EXPENDITURE ON EDUCATION AND HEALTH TO HUMAN DEVELOPMENT INDEKS
(HDI) AT PROVINSI SULAWESI TENGAH 2011-2015 (A Case Study on 8 Regiencies/Cities at Provinsi Sulawesi Tengah)
Oleh
NURUL AZIZAH 20130430068
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
PENGARUH KEMISKINAN, PENGELUARAN PEMERINTAH BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS
PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2011-2015
(Studi Kasus 8 Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah)
THE EFFECTS OF POVERTY, GOVERMENT EXPENDITURE ON EDUCATION AND HEALTH TO HUMAN DEVELOPMENT INDEKS
(HDI) AT PROVINSI SULAWESI TENGAH 2011-2015 (A Case Study on 8 Regiencies/Cities at Provinsi Sulawesi Tengah)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
NURUL AZIZAH 20130430068
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
v
MOTTO
“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain, dan hanya kepada Tuhan mu lah hendaknya kamu berharap”.
(Qs. Alam Nasyrah : 6-8)
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi
pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui
sedang kamu tidak mengetahui”.
(Al-Imran : 39)
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kita jatuh”
(Muhammad Ali)
“Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah berbuat baik
kepada diri sendiri”
vi
PERSEMBAHAN
Untuk tiap tawa yang tak ternilai..Untuk tiap tangis yang tak terhapus...
Untuk tiap jatuh dan bangunnya...
Untuk tiap peluang ditengah putus asa..
Untuk tiap doa dan dukungan...
Saya persembahkan karya sederhana ini untuk :
Kedua orang tua-ku tercinta, Bapak Abusamad dan Ibu Ratnawaty, ini anakmu
mencoba memberikan yang terbaik untuk. Betapa diri ini ingin melihat kalian
bangga pada putrimu ini. Betapa tak ternilai kasih sayang dan pengorbanan kalian
selama ini untukku, yang mungkin takan bisa aku membalasnya.Terimakasih atas
doa, kasih sayang, kesabaran,dan dorongan baik moril maupun materil sehingga
putrimu ini bisa melangkah untuk meraih cita-cita.
Ketiga adik-ku Ainayah Safitri, Adifa Azzahra, dan Husnul Khatimah.
Terimakasih atas atas doa dan motivasi yang kalian berikan.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………... i
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ………... iii
HALAMAN PERNYATAAN ……….. iv
HALAMAN MOTTO ………... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………... vi
INTISARI ……….. vii
ABSTRAK ……….... viii
KATA PENGANTAR ……….. ix
DAFTAR ISI ………. xii
DAFTAR TABEL ………. xvi
DAFTAR GAMBAR ……….... xvii
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang Penelitian ………. 1
B. Batasan Masalah Penelitian ……….. 8
C. Rumusan Masalah Penelitian ……….... 9
xiii
E. Manfaat Penelitian ……….... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 12
A. Landasan Teori ……….. 12
1. Teori Indeks Pembangunan Manusia...……….... 12
2. Komponen Indeks Pembangunan Manusia………. 15
3. Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia………...………….... 20
4. Hubungan Antar Variabel ……….. 22
B. Penelitian Terdahulu ...……….... 26
C. Kerangka Pemikiran………... 34
D. Hipotesis...………... 34
BAB III METODE PENELITIAN ………... 36
A. Obyek Penelitian ………... 36
B. Subjek Penelitian………...….. 36
C. Jenis dan Sumber Data ………... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ……….... 37
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……….. 37
F. Metode Analisis Data ……….... 40
xiv
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ……….. 55
1. Batas Administrasi ...……….... 55
2. Kependudukan ...………. 57
3. Anggaran Pendapatan dan Belanaja Daerah (APBD)………….... 58
B. Gambaran Umum Variabel Penelitian ……….. 60
1. Indeks Pembangunan Manusia ...……….... 60
2. Kemiskinan ...………. 62
3. Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan…...………….... 64
4. Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan ……….. 66
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………... 69
A. Uji Asumsi Klasik …..………. 69
B. Pemilihan Model ...……….. 73
C. Hasil Estimasi Regresi Data Panel ………... 77
D. Uji Statistik …...……….... 82
E. Uji Teori ...……….. 87
F. Implikasi ...……….. 94
xv
B. Saran ...……….. 100
C. Keterbatasan Penelitian ...………... 101
DAFTAR PUSTAKA
xvi
DAFTAR TABEL
1.1. Perbandingan IPM Per Provinsi di Pulau Sulawesi Tengah... 2
1.2. Perkembangan IPM Nasional & Provinsi Sulteng Tahun 2011-2015... 3
1.3. Belanja Pendidikan & Kesehatan Sulteng Tahun 2011-2015... 7
2.1. Perbedaan Indikator Metode Lama dan Metode Baru ………. 18
2.2. Persamaan Indeks Komponen IPM ……….. 21
2.3. Penelitian Terdahulu ...……… 29
4.1. IPM per Kabupaten/Kota Provinsi Sulteng tahun 2011-2015 ... 61
4.2. Penduduk Miskin Kabupaten/Kota Provinsi Sulteng………... 63
4.3. Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan & Kesehatan Sulteng … 65 4.4. Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan Provinsi Sulteng……….. 67
5.1. Hasil Uji Heteroskedastisitas ...………... 70
5.2. Hasil uji Multikolinearitas ………... 5.3. Hasil Uji Chow ...………... 72 74 5.4. Hasil Uji Hausman ... 75
5.5. Hasil Estimasi Model Fixed effect dan Random Effect ...….... 76
5.6. Hasil Estimasi Fixed Effect ...……….... 77
5.7. Uji Statistik ...
5.8 Uji Koefisien Determinasi ………...
82
xvii
DAFTAR GAMBAR
1.1. Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sulteng Tahun 2011-2015 ….... 6
2.1. Perubahan Metode Perhitungan IPM …………... 16
2.2. Kerangka Pemikiran Teoritis ....……...……….... 34
3.1 Kerangka Pemikiran Regresi ...….... 42
4.1. Peta Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah …………... 55
vii
pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilakukan pada
8 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah, jangka waktu pengamatan selama 5
tahun yaitu dari tahun 2011-2015. Alat analisis yang digunakan adalah analisis
regresi data panel dengan menggunakan pendekatan Fixed Effect Model (FEM).
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa variabel
kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan
Manusia, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan berpengaruh postif dan
signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia, dan pengeluaran pemerintah
bidang kesehatan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia.
Kata Kunci : Indeks Pembangunan Manusia, Kemiskinan, Pengeluaran
Pemerintah Bidang Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah
viii
Central Sulawesi Province. This research was conducted at 8 regencies/cities in
Central Sulawesi Province during 5 years that was 2011-2015. Panel data
regression with Fixed Effect Model (FEM) approach was used as the analysis tool.
Based on analysis, it was obtained poverty variable was negative and significant to
Human Development Index, goverment expenditure on education was positive and
significant to Human Develpment Index, and goverment expenditure on health was
positive and insignificant to Human Develpment Index.
Keywors : Human Develpment Index, poverty, goverment expenditure on education,
goverment expenditure on health
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan merupakan suatu proses atau upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup yang lebih baik lagi. Pembangunan merupakan suatu kenyataan
fisik sekaligus tekad suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin
melalui serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan institusional demi
mencapai suatu kehidupan yang serba lebih baik lagi (Todaro, 2000).
Menurut Todaro (2000) terdapat tiga tujuan inti dari proses
pembangunan, antara lain yaitu meningkatkan ketersediaan dan memperluas
distribusi berbagai barang kebutuhan pokok. Dalam komponen ini, kebutuhan
hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan dan lain sebagainya
merupakan suatu kebutuhan pokok yang harus dimiliki oleh setiap individu;
Meningkatkan standar hidup. Artinya, selain peningkatan pendapatan juga
diperlukan peningkatan dalam hal pendidikan, kesehatan, dan juga penyediaan
lapangan kerja; Memperluas pilihan-pilihan ekonomis dan sosial. Singkatnya,
setiap individu atau bangsa dapat terbebas dari ketergantungan terhadap orang
maupun bangsa lain yang berpotensi untuk merendahkan nilai-nilai
kemanusiaan mereka.
Dalam proses pembangunan manusia merupakan objek yang paling
penting dalam mencapai tujuan suatu negara. Pembangunan manusia dilakukan
kapasitas manusia tersebut berawal dan bertitik tolak dari manusia, dilakukan
oleh manusia dan hasilnya ditujukan untuk manusia pula (Kuncoro, 2003).
Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari seberapa besar
pembangunan yang dilaksanakan. Salah satu indikator pembangunan yaitu
Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia yang berkualitas akan
menjadi potensi bagi suatu wilayah, sehingga sangat diperlukan peningkatan
tersedianya Sumber Daya Manusia yang dapat menunjang keberhasilan suatu
pembangunan.
Tabel 1.1
Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Provinsi di Pulau Sulawesi Tahun 2011-2015
Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015
Sulawesi Utara 68.31 69.04 69.49 69.96 70.39
Sulawesi Tengah 64.27 65 65.79 66.43 66.76
Sulawesi Selatan 66.65 67.26 67.92 68.49 69.15
Sulawesi Tenggara 66.52 67.07 67.55 68.07 68.75
Gorontalo 63.48 64.16 64.70 65.17 65.86
Sulawesi Barat 60.63 61.01 61.53 62.24 62.96
Sumber : BPS Indonesia (Berbagai Terbitan)
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Provinsi Sulawesi Utara menempati peringkat tertinggi dengan capaian nilai IPM 70.39 (tahun 2015),
sedangkan Provinsi Sulawesi Barat menempati peringkat terendah dengan
capaian nilai IPM 62.96 (tahun 2015). Provinsi Sulawesi Tengah berada pada
peringkat keempat dengan capaian nilai IPM 66.76 (tahun 2015). Dengan
Sulawesi Tengah yang masih cukup tertinggal dan kesulitan untuk bisa
bersaing dengan Provinsi lainnya khususnya Provinsi Sulawesi Utara yang
mempunyai Indeks Pembangunan Manusia mencapai angka 7.
Tabel 1.2
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Nasional dan Provinsi Sulawesi Tahun 2011-2015
Sumber : BPS Indonesia (Berbagai Terbitan)
Tabel 1.2 menunjukan bahwa meskipun mengalami kenaikan, namun Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sulawesi Tengah masih dibawah
rata-rata Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia. Rata-rata-rata Indeks
Pembangunan Manusia di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 69,55
sedangkan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sulawesi Tengah pada
tahun 2015 hanya sebesar 66.76. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2015)
Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sulawesi Tengah berada pada
peringkat 26 dari 34 Provinsi di Indonesia.
Kabupaten/Kota Indeks Pembangunan Manusia
2011 2012 2013 2014 2015
Morowali 66.03 66.48 66.86 67.91 69.12
Poso 65.59 66.20 66.94 67.65 68.13
Donggala 60.15 61.33 63.38 63.55 63.82
Buol 63.03 63.98 64.50 65.41 65.61
Parigi Moutong 60.36 61.13 61.98 62.20 62.79
Tojo Una-una 58.87 59.55 60.32 61.15 61.33
Sigi 61.76 62.88 64.10 64.64 65.35
Palu 78.10 78.36 78.65 79.12 79.63
Sulawesi Tengah 64.27 65 65.79 66.43 66.76
Untuk melihat kecepatan perkembangan Indeks Pembangunan Manusia
selama kurun waktu tertentu dapat dilakukan dengan membandingkan laju
pertumbuhan per tahun. Capaian Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi
Sulawesi Tengah dari tahun 2011 hingga 2015 secara umum memang
mengalami peningkatan. Namun apabila dilihat selama kurun waktu lima tahun
terakhir pertumbuhannya cenderung melambat. Pada periode 2011-2013
pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia mencapai level 1,52 %, akan
tetapi pada periode 2013-2015 hanya sebesar 0,97%.
Berdasarkan skala internasional, capaian IPM dikategorikan menjadi
kategori rendah (IPM<50), kategori sedang/menengah (50≤IPM<80), dan
kategori tinggi (IPM≥80). Berdasarkan kategori tersebut, maka IPM di Provinsi
Sulawesi Tengah berada pada level IPM sedang/menengah, yang menunjukan
bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sulawesi Tengah harus
ditingkatkan. Hal tersebut dikarenakan masih kurangnya perhatian pemerintah
pada aspek pembangunan manusia.
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting dalam mendukung
percepatan pertumbuhan dan perluasan pembangunan ekonomi daerah.
Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia di suatu daerah, semakin
produktif angkatan kerja, dan semakin tinggi peluang melahirkan inovasi yang
menjadi kunci pertumbuhan secara berkelanjutan (Sari, 2016). Salah satu
faktor yang mungkin menghambat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
daerah Provinsi Sulawesi Tengah adalah kualitas sumber daya manusianya
Menurut Mirza (2012) masalah kemiskinan merupakan masalah yang
kompleks yang berawal dari ketidakmampuan daya beli masyaratakat untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehingga kebutuhan yang lain terabaikan seperti
pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Rendahnya kemampuan daya beli yang
diakibatkan oleh kemiskinan dapat menjadikan efek yang cukup serius bagi
pembangunan manusia.
Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan utama dalam
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Tingginya tingkat kemiskinan
akan menyebabkan individu tidak mempunyai alokasi dana untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya. Kemiskinan akan menyebabkan terhambatnya individu
untuk mengonsumsi nutrisi bergizi, mendapatkan pendidikan yang layak serta
meninikmati lingkungan yang dapat menunjang bagi hidup sehat sehingga akan
menghasilkan sumber daya manusia yang kurang berkualitas. Sumber daya
manusia yang kurang berkualitas akan mengakibatkan produktivitas yang
rendah dan akan berimbas pada terbatasnya upah/pendapatan yang diperoleh.
Hal tersebut akan mengakibatkan gap pembangunan manusia diantara
keduanya dan pada akhirnya capaian IPM yang diharapkan oleh pemerintah
tidak terealisasi dengan baik.
Berdasarkan Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa kemiskinan yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah bersifat fluktuatif sehingga berpengaruh
terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Pada tahun 2014 kemiskinan di
Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 13,61 % meningkat menjadi 14,66 % pada
walaupun Indeks Pembangunan manusia meningkat pada tahun 2015, namun
peningkatannya sangat rendah.
Sumber : Badan Pusat Statistik Sulteng, 2016 Gambar 1.1
Jumalah Penduduk Miskin di Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2011-2015 (%)
Selain kemiskinan, indikator yang dapat mempengaruhi Indeks
Pembangunan manusia yaitu pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan
dan kesehatan. Salah satu cara untuk meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia yaitu dengan memberikan porsi belanja yang besar pada bidang
pendidikan dan kesehatan. Meningkatnya alokasi pengeluaran pemerintah pada
bidang tersebut maka akan meningkatkan produktivitas penduduk yang
kemudian akan disusul dengan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia.
Menurut Mirza (2012), investasi pada bidang pendidikan dan kesehatan
akan lebih berarti pada penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak miskin
karena aset utama penduduk miskin adalah tenaga kasar. Peningkatan belanja
pemerintah pada sektor pendidikan dan kesehatan diharapkan dapat
memudahkan penduduk miskin dalam mengakses pendidikan dan kesehatan
yang murah untuk kemudian nantinya akan meningkatkan taraf hidup
penduduk miskin.
Tabel 1.3
Belanja Pendidikan dan Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2011-2015
Tahun Belanja Pendidikan (Juta Rupiah)
Sumber : DJPK Kementrian Keuangan (Berbagai Terbitan)
Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa alokasi belanja pendidikan dan kesehatan di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Porsi belanja di bidang pendidikan masih lebih rendah, berbeda
dengan porsi alokasi belanja pada bidang kesehatan. Pembangunan manusia
melalui sektor pendidikan sangat penting untuk diperhatikan, karena melalui
pendidikan manusia dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keahlian,
dan inovasi yang dimana dengan indikator tersebut dapat memperbaiki kualitas
Selain bidang pendidikan, alokasi belanja kesehatan juga perlu
mendapatkan perhatian oleh pemerintah. Peningkatan fasilitas kesehatan
sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama masyarakat kalangan menengah
kebawah. Sulitnya akses kesehatan bagi masyarakat menengah kebawah
mengakibatkan rendahnya kualitas hidup masyarakat sehingga akan
mengakibatkan rendahnya produktivitas.
Kualitas Sumber Daya manusia dapat dilihat dari seberapa besar tingkat
pendidikan dan kesehatan disuatu daerah. Tinggi rendahnya kualitas hidup
masyarakat sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya porsi belanja pemerintah
bidang pendidikan dan kesehatan. Sehingga untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia diperlukan alokasi belanja pemerintah yang besar dan
tepat sasaran pada kedua bidang tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
mengajukan penelitian yang berjudul “PENGARUH KEMISKINAN, PENGELUARAN PEMERINTAH BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2011-2015”
B. Batasan Masalah
Sehubungan dengan faktor keterbatasan yang ada dan mengingat
banyaknya faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Sulawei Tengah dengan
studi kasus 8 (delapan) Kabupaten/Kota, yaitu : Kab. Morowali, Kab.
Poso, Kab. Donggala, Kab. Buol, Kab. Parigimoutong, Kab. Tojo
Una-una, Kab. Sigi, dan Kota Palu. Variabel yang dianggap berpengaruh
terhadap besar kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi
Sulawesi Tengah yaitu kemiskinan, pengeluaran pemerintah bidang
Pendidikan dan Kesehatan.
2. Data yang digunakan adalah data tahunan yaitu tahun 2011-2015 terdiri
atas:
a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
b. Kemiskinan
c. Belanja pemerintah bidang pendidikan
d. Belanja pemerintah bidang kesehatan
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar pengaruh kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan
Manusi (IPM) di Provinsi Sulawesi Tengah?
2. Seberapa besar pengaruh pengeluaran pemerintah bidang pendidikan
terhadap Indeks Pembangunan Manusi (IPM) di Provinsi Sulawesi
3. Seberapa besar pengaruh pengeluaran pemerintah bidang kesehatan
terhadap Indeks Pembangunan Manusi (IPM) di Provinsi Sulawesi
Tengah?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang
akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemiskinan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengeluaran pemerintah
bidang pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di
Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengeluaran pemerintah
bidang kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di
Provinsi Sulawesi Tengah.
E. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi beberapa pihak, yaitu :
1. Bagi penulis
Dapat bermanfaat memperdalam pengetahuan penulis tentang Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), kemiskinan, pengeluaran pemerintah
bidang pendidikan dan kesehatan sehingga mampu membandingkan antara
2. Bagi mahasiswa
Hasil penelitian ini menjadi bahan masukan dan pengetahuan bagi pembaca
mengenai peranan kemikinan, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan
dan kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi
Sulawesi Tengah.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi
Sulawesi Tengah.
4. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan
12
A. Landasan Teori
1. Teori Indeks Pembangunan Manusia
United Nation for Development Programme (UNDP) pada tahun 1990
telah menerbitkan suatu indikator yaitu Human Development Indeks (HDI)
atau yang dikenal dengan istilah Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Human Development Indeks ini digunakan untuk melihat sejauh mana
keberhasilan pembangunan dan kesejahteraan disuatu negara. Human
Development Indeks (HDI) diterbitkan dalam bentuk laporan tahunan
mengenai kinerja HDI pada negara-negara di dunia.
Human Development Report (1990) menyebutkan bahwa
pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperluas
pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia (“a process of enlarging people’s
choices”). Berdasarkan pengertian tersebut, penduduk merupakan tujuan
akhir dari pembangunan, untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut
dibutuhkan sarana (principal means) sebagai upaya untuk mewujudkan
pembangunan. Sehingga, definisi dari pembangunan harus dianalisis serta
dipahami dari sisi manusianya, tidak hanya menekankan pada pertumbukan
ekonomi saja.
Menurut Pambudi dalam Kacabiru (2013) terdapat enam alasan
harkat dan martabat manusia merupakan tujuan akhir dari pembangunan;
(2) Pemberantasan masalah kemiskinan; (3) Peningkatan produktivitas dan
peningkatan kontrol atas barang dan jasa secara maksimal; (4) Pemeliharaan
konservasi alam (lingkungan) dan menjaga keseimbangan ekosistem; (5)
Peningkatan basis civil society untuk pengembangan demokrasi; dan (6)
Merawat stabilitas politik yang kondusif bagi implimentasi pembangunan.
Menurut UNDP dalam HDR (2015) Indeks pembangunan manusia
merupakan indeks komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian
rata-rata suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia,
yaitu: umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan
(knowledge), dan standar hidup layak (decent standard of living).
Berdasarkan skala Internasional angka IPM berkisar antara 0 hingga
100. Semakin mendekati 100, menunjukan bahwa pembangunan manusia di
suatu negara atau wilayah semakin baik. Status pembangunan manusia
tersebut dibagi dalam tiga golongan, yaitu :
a) IPM < 50 (rendah)
b) 50 = IPM < 80 (sedang/menengah)
c) IPM = 80 (tinggi)
Menurut UNDP dalam Sari (2016), pambangunan manusia memiliki
premis-premis penting, yaitu :
1) Penduduk harus diutamakan sebagai pusat perhatian dalam
2) Pembangunan bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan manusia,
akan tetapi dimaksudkan untuk mempebesar piihan-pilihan manusia.
Oleh kerana itu, konsep pembangunan manusia bukan hanya terpusat
pada aspek ekonomi saja tetapi pada penduduk secara keseluruhan.
3) Pembangunan manusia memperhatikan upaya-upaya memanfaatkan
kemampuan manusia secara optimal, bukan hanya upaya meningkatkan
kemampuan (kapabilitas) manusia.
4) Empat pilar pokok yang mendukung pembangunan manusia, yaitu :
produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.
5) Pembangunan manusia menjadi dasar dalam menentukan tujuan
pembangunan serta dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk
mencapainya.
Berdasarkan penjelasan diatas, UNDP menjelaskan lebih dalam
mengenai empat pilar pokok yang mendukung pembangunan manusia,
yaitu:
1) Produktifitas
Masyarakat harus dapat meningkatkan produktifitasnya dan ikut
berpartisipasi dalam proses peningkatan pendapatan. Oleh karena itu,
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bagian dari jenis
pembangunan manusia.
2) Pemerataan
Seluruh masyarakat harus mendapatkan kesempatan yang sama. Semua
Sehingga masyarkat dapat berpartisipasi dan memperoleh kesempatan
yang ada agar dapat meningkatkan kualitas hidup.
3) Kesinambungan
Akses terhadap sumberdaya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak
hanya untuk generasi sekarang akan tetapi juga generasi mendatang.
Semua bentuk sumberdaya fisik manusia dan lingkungan harus selalu
diperbaharui.
4) Pemberdayaan
Pembangunan harus dilakukan oleh seluruh masyarakat. Masyarakat
harus ikut berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan
proses-proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka.
Pembangunan tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat, tetapi pembangunan dimaksudkan untuk memperluas
pilihan-pilihan bagi masyarakat. Sehingga, masyarakat merupakan pusat perhatian
dalam proses pembangunan. Oleh karena itu, konsep pembangunan manusia
bukan hanya pada aspek ekonomi saja tetapi harus terpusat pada masyarakat
secara keseluruhan. Pembangunan manusia harus memperhatikan
upaya-upaya memanfaatkan kemempuan manusia secara optimal bukan hanya
pada upaya meningkatkan kemampuan (capability) manusia saja.
2. Komponen Indeks Pembangunan Manusia
Menurut UNDP dalam Badan Pusat Statistik (2015) Indeks
berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas
hidup, terdapat tiga dimensi dasar dalam perhitungan IPM, yaitu :
1) Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life)
2) Pengetahuan (knowledge)
3) Standar hidup layak (decent standard of living).
Sumber : BPS, 2014
Gambar 2.1
Sejak awal diterbitkannya Indeks Pembangunan Manusia(IPM) yaitu
pada tahun 1990 sampai tahun 2014, metode perhitungan HDI telah
mengalami beberapa kali perubahan. Pada tahun 1990 Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) dihitung melalui pendekatan Angka Harapan Hidup saat
Lahir (AHH) untuk menghitung dimensi umur panjang dan sehat, Angka
Melek Huruf (AMH) untuk menghitung dimensi standar hidup layak, dan
Produk Domestik Regional Bruto (PDB) per kapita untuk menghitung
dimensi standar hidup layak, dengan metode agregasi menggunakan
rata-rata aritmatik. Perubahan-perubahan metode perhitungan secara lengkap
dapat dilihat pada gambar 2.1.
Setelah mengalami perubahan dan penyempurnaan metode
perhitungan IPM yang dapat dilihat pada gambar 2.1 maka dapat
disimpulkan bahwa metode perhitungan IPM yang digunakan pada saat ini
yaitu : umur panjang dan hidup sehat yang diukur oleh komponen Angka
Harapan Hidup (AHH); pengetahuan yang diukur oleh komponen Rata-rata
Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS); dan standar hidup
layak yang diukur oleh Produk Nasional Bruto (PNB) setelah disesuakan
dengan paritas daya beli (Purchasing Power Parity/PPP). Perbedaan
Tabel 2.1
Perbedaan Indikator Metode Lama dan Metode Baru
DIMENSI METODE LAMA METODE BARU
Indeks Harapan Hidup Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH)
PDB Per Kapita PNB Per Kapita
Agregasi Rata-rata Aritmatik Rata-rata Geometrik Sumber : BPS,2014
1) Indeks Harapan Hidup
Jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk
suatu wilayah ditunjukan oleh Indeks harapan hidup. Rata-rata lama
hidup serta hidup sehat masyarakat dicerminkan dengan memasukkan
informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun.
Perhitungan angka harapan hidup menggunakan metode tidak langsung
karena sulitnya mendapatkan informasi orang yang meninggal pada
kurun waktu tertentu. Data dasar yang dibutuhkan dalam metode ini
adalah rata- rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari
wanita pernah kawin. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan
cara menstandarkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan
2) Indeks Pendidikan
Penghitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator
yaitu Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS).
Setelah mengalami perubahan dan penyempurnaan, UNDP
memperkenalkan indikator baru pada indeks pendidikan yaitu Harapan
Lama Sekolah (HLM) atau Expected Years of Schooling (EYS). Indikator
HLM menggantikan indikator sebelumnya yaitu Angka Melek Huruf
(AMH) dikarenakan indikator AMH sudah tidak relevan lagi karena
capaian di banyak negara sudah sangat tinggi. Cerminan dari indikator
RLS merupakan gambaran dari terhadap keterampilan yang dimiliki oleh
masyarakat. Sedangkan HLS merupakan gambaran dari lamanya sekolah
yang diharapkan akan dirasakan oleh anak umur tertentu pada masa yang
akan datang. Pada metode IPM lama populasi yang digunakan untuk
mengukur IPM yaitu penduduk dengan rentan usia 15 tahun keatas,
alasannya penduduk dengan usia tersebut sudah berhenti bersekolah.
Sedangkan pada metode IPM baru populasi yang digunakan yaitu
penduduk dengan usia 25 tahun ke atas, hal tesebut dikarenakan
penduduk usia 25 tahun ke atas hanya sebagian kecil yang masih
bersekolah. Padahal penduduk dengan usia 25 tahun merupakan stok
pendidikan yang dimiliki suatu daerah.
3) Indeks Hidup layak
Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli), UNDP
Nasional Bruto (PNB). PDB per kapita dianggap kurang dapat
menggambarkan pendapatan disuatu daerah, karena dalam perhitungan
PDB didapatkan dari hasil perhitungan seluruh faktor produksi dan juga
investasi asing yang masuk, padahal tidak seluruh pendapatan faktor
produksi dinikmati oleh seluruh masyarakat lokal. Pada metode baru
terdapat 96 komoditas yang digunakan sedangkan pada metode lama
terdapat 27 komoditas yang digunakan untuk menghitung paritas daya
beli, alasan perlunya pembaharuan pada komoditas perhitungan paritas
daya beli yaitu sejak diterbitkannya IPM pada tahun 1990 sampai
sekarang telah terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat.
3. Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia
Pada tahun 2010, UNDP melakukan perubahan pada metodologi
perhitungan IPM. Selain pada indikator IPM, perubahan terjadi juga pada
cara perhitungan IPM. Perhitungan menggunakan metode aritmatik diubah
menjadi metode geometrik. Perhitungan IPM dengan rumus rata-rata
aritmatik menggambarkan bahwa capaian yang rendah dari suatu dimensi
akan ditutupi capaian pada dimensi lain. Metode perhitungan aritmatik
dapat menutupi ketimpangan pembangunan manusia disuatu daerah, hal ini
tidak sesuai dengan konsep yang diusung dalam pembangunan manusia.
Konsep dalam pembangunan manusia adalah pemerataan pembangunan
perhitungan dengan menggunakan metode aritmatik dianggap belum
optimal dam menghitung IPM.
Berdasarkan Tabel 2.1 terdapat tiga indikator dalam menghitung
Indeks Pembangunan Manusia dengan menggunakan metode baru dalam
suatu negara. Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum
dan maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Rumus yang
digunakan dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
Persamaan Indeks Komponen IPM
DIMENSI INDIKATOR PERSAMAAN
Indeks Harapan
PNB Per Kapita* �Pengeluaran
=In (Pengeluaran)In (Pengeluaran) - In (Pengeluaran)min
maks−In (Pengeluaran)min
Sumber : BPS, 2014
Keterangan :
PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota,
sehingga diproksi dengan pengeluaran per kapita disesuaikan menggunakan
Berdasarakan perhitungan Indeks Komponen diatas maka IPM
dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan
pengeluaran dengan rumus sebagai berikut :
IPM = √�3 � ℎ� ��+ �� � � � ��+ �� �� �� �� �
Dimana :
IPM = Indeks Pembangunan Manusia
IKesehatan = Indeks Kesehatan
IPendidikan = Indeks Pendidikan
IPengeluaran = Indeks Pengeluaran
4. Hubungan Antar Variabel
a) Hubungan antara Kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Napitupulu dalam Trunajaya (2015) mengatakan bahwa dalam
perhitungan Indeks Pembangunan Manusia terdapat tiga indikator
komposit yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, dan konsumsi
per kapita. Sektor kesehatan, pendidikan serta pendapatan per kapita
yang meningkat dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan
manusia, sehingga kualitas manusia yang semakin tinggi pada suatu
daerah akan mengurangi jumlah penduduk miskin di daerah tersebut.
Tingkat kemiskinan sangat mempengaruhi pembangunan manusia.
Dalam suatu lingkar setan kemiskinan terdapat tiga indikator
yaitu kesehatan, pendidikan dan daya beli. Ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut maka akan berpengaruh pada
rendahnya kualitas manusia.
Semakin tinggi jumlah penduduk miskin menyebabkan akses
terhadap kegiatan ekonomi mengalami hambatan, hal tersebut
dikarenakan penduduk miskin memiliki keterbatasan pada faktor
produksi. Produktivitas yang rendah akan menyebabkan pendapatan
yang rendah pula. Dampak dari pendapatan yang rendah yaitu sulitnya
penduduk miskin dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti
kebutuhan pangan, sandang dan papan. Apalagi untuk kebutuhan lain
seperti pendidikan, kesehatan dan lainnya juga akan mengalami
keterhambatan. Sehingga, keberhasilan pembangunan manusia disuatu
daerah akan terhambat apabila pada daerah tersebut terdapat cukup
banyak penduduk miskin.
b) Hubungan antara Pengeluaran Pemerintah pada bidang pendidikan
terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 49 mengamanatkan bahwa dana pendidikan
selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). Berdasarkan undang-undang tersebut dapat
menempatkan pendidikan sebagai salah satu faktor penting (Winarti,
2014).
Pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan yang dilakukan
oleh pemerintah merupakan suatu investasi sumber daya manusia. Salah
satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
adalah pendidikan. Pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan
dapat membantu masyarakat terutama masyarakat miskin untuk
memperoleh pendidikan yang layak. Investasi ini dapat memberikan
kesempatan pendidikan yang lebih merata kepada masyarakat sehingga
akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui bidang
pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam menunjang
peningkatan modal manusia karena dengan adanya pendidikan manusia
dapat meningkatkan ilmu, pengetahuan, keterampilan, inovasi maupun
kreativitas. Sehingga dapat mendorong kualitas sumber daya manusia.
Apabila kualitas sumber daya manusia tinggi akan berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas sehingga tujuan dari pembangunan manusia
dapat tercapai.
c) Hubungan antara Pengeluaran Pemerintah pada sektor kesehatan
terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Pengeluaran pemerindah pada bidang kesehatan merupakan salah
satu upaya pemerintah untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu
dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) dan Undang
Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia masalah kesehatan harus diprioritaskan
(Astri dkk, 2013).
Salah satu indikator penunjang pembangunan manusia adalah
kesehatan, karena bila daya tahan tubuh baik maka akan berpengaruh
terhadap produktivitas manusia yang dapat dioptimalkan. Pada saat sehat
orang dapat menjalankan aktivitas lainnya seperti bersekolah, bekerja,
berolahraga, mengurus rumah tangga maupun aktivitas lainnya dapat
dikerjakan lebih baik dibandingkan saat kondisi tubuh sedang sakit.
Menurut Dewi Kacabiru (2013) kesehatan merupakan salah satu
faktor penting dan menjadi dasar dalam pembangunan manusia. Manusia
yang sehat menjadi prasyarat dalam mewujudkan pembangunan
manusia. Pendanaan serta sumber daya yang terbatas mengakibatkan
penanganan masalah kesehatan tidak dapat dilakukan secara bersamaan.
Oleh karena itu, prioritas program dan kegiatan perlu dilakukan. Selain
itu, penanganan masalah kesehatan merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah dan masyarakat.
Pengeluaran pemerintah pada bidang kesehatan merupakan suatu
investasi publik. Kesehatan yang baik bagi setiap manusia dapat terwujud
melalui alokasi pengeluaran pemerintah bidang pendidikan Semakin
besar pengeluran pemerintah pada bidang kesehatan kemungkinan
meningkatkan produktivitas masyarakat. produktivitas yang tinggi juga
akan diikuti dengan peningkatan Indeks Pembangunan manusia di suatu
daerah.
Menurut Arifin (2015) kesehatan turut serta dalam membantu
peningkatan pembangunan manusia, karena manusia yang sehat akan
jauh lebih baik daripada manusia yang kurang sehat. Perubahan yang
baik dipengaruhi oleh kesehatan yang baik, sebaliknya perubahan yang
buruk atau kurang baik dipengaruhi oleh kesehatan yang buruk pula.
Karena tanpa kesehatan manusia tidak memiliki semangat produktivitas.
B. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ilza Putra Tunajaya (2015) dengan judul
penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan
Manusia di Seluruh Provinsi Indonesia dengan menggunakan regresi data
panel menunjukan bahwa terdapat lima dari tujuh variabel yang
berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Variabel infrastruktur pendidikan, kesehatan, APBD, ketimpangan dan
PDRB berpengaruh positif terhadap IPM sedangkan variabel buta huruf
dan kemiskinan berpengaruh negatif terhadap IPM.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rosinta Dewi Kacabiru (2013) dengan
judul penelitian Analisis Indeks Pembangunan Manusia dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif dan data panel dengan pendekatan fixed effect model
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pengeluaran pemerintah
menurut fungsi pendidikan, rasio kemiskinan terhadap jumlah penduduk,
rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter, rasio jumlah penduduk
terhadap jumlah bidan, rasio murid SMA terhadap guru berpengaruh
positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kecuali dua variabel
independent yaitu rasio murid SD terhadap guru dan rasio murid SMP
terhadap guru tidak mempengaruhi IPM di Papua. Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang dibuat sebelumnya karena masih banyak fasilitas
pendidikan dan kesehatan di Papua yang belum memadai.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Septiana M. M. Sanggelorang dkk (2015) yang berjudul Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan
Kesehatan terhadap Pembangunan Manusia di Provinsi Sulawesi Utara
menggunakan analisis regresi berganda menunjukan bahwa variabel
pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh positif signifikan
terhadap Indeks Pembangunan Manusia sedangkan variabel pengeluaran
pemerintah bidang kesehatan berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Intan Safitri (2016) dengan judul Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan, Pendidikan dan Infrastruktur
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Aceh menggunakan
analisis regresi data panel dengan pendekatan Random Effect. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pengeluaran pemerintah sektor kesehatan,
Pembangunan Manusia dengan tingkat signifikansi berbeda-beda.
Variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan berpengaruh signifikan
terhadap Indeks Pembangunan Manusia, sedangkan pengeluaran
pemerintah sektor pendidikan dan infrastruktur tidak berpengaruh
signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Nurbaeti (2013) dengan judul penelitian
Pengaruh Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pengeluaran
Pemerintah terhadap Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2007-2013 menggunakan analisis regresi data panel
model efek tetap (FEM) dengan metode Generalized Least Square (GLS).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel pengangguran,
pertumbuhan ekonomi, dan pengeluran pemerintah terhadap
pembangunan manusia baik secara parsial maupun bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Pembangunan
Manusia (IPM).
6. Penelitian yang dilakukan oleh Denni Sulistio Mirza (2008) dengan judul
Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah menggunakan
analisis data panel dengan model Pooled Least Square (Common Effect),
model Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect), Model Pendekatan Efek
Acak (Random Effect). Hasil penelitian menunjukan perkembangan IPM
mengalami peningkatan dengan kategori IPM menengah selama periode
pemerintah. Variabel pertumbuhan ekonomi dan belanja modal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM, sedangkan variabel
kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM di Jawa
Tengah.
7. Penelitian yang dilakukan Mochammad Yuli Arifin (2015) dengan judul
Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan, Pengeluaran
Pemerintah Sektor Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur 2006-2013 menggunakan
analisis data panel dengan Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect), Model
Pendekatan Efek Acak (Random Effect). Hasil penelitian menunjukan.
Pengeluaran pemerintah sektor kesehatan dan pengeluaran pemerintah
sektor pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di Jawa Timur, sedangkan pertumbuhan ekonomi
berpengaruh postif dan tidak signifikan terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Jawa Timur.
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian Metode Analisis Variabel Kesimpulan
9. Rasio murid
3. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor
Penelitian ini dilakukan oleh Septiana M.M. 4. Pengaruh Pengeluaran
5. Pengaruh
Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2007-2013.
Penelitian ini dilakukan oleh Nurbaeti (2013)
6. Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal
terhadap Indeks
terhadap IPM di
C. Kerangka Pemikiran
Untuk memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta untuk
memperjelas akar pemikiran dalam penelitian ini, berikut ini gambar kerangka
pemikiran yang skematis :
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Teoritis
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian pada pembahasan sebelumnya mulai dari pemaparan
latar belakang hingga kerangka pemikiran teoritis, maka penulis membangun
hipotesis sebagai berikut :
Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan
Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)
Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan
Kemiskinan
+
+
1) Diduga Kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/kota Provinsi Sulawesi
Tengah tahun 2011-2015.
2) Diduga Pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2011-2015.
3) Diduga Pengeluaran pemerintah pada bidang kesehatan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di
36
A. Objek Penelitian
Obyek penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian ini adalah
Kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi Tengah, namun karena tidak
tersedianya data yang dibutuhkan pada beberapa kabupaten maka penelitian ini
hanya di lakukan di delapan kabupaten. Berikut daftar delapan kabupaten di
Provinsi Sulawesi Tengah yang menjadi obyek penelitian ini : Kabupaten
Morowali, Kabupaten Poso, Kabupaten Donggala, Kabupaten Buol,
Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Tojo Una-una, Kabupaten Sigi, dan
Kota Palu.
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen (Y) dan variabel
independen (Y). Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah
Indeks Pembangunan Manusia (Y) sedangkan variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kemiskinan (X1), pengeluaran
pemerintah bidang pendidikan (Y2), dan pengeluaran pemerintah bidang
kesehatan(Y3).
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis kuantitatif dan data
sekunder berupa data time series dan cross section dalam bentuk data tahunan
diperoleh dari lembaga yang dianggap kompeten yang diperoleh dari
buku-buku, majalah dan lain sebagainya berupa data Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), kemiskinan, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan
pengeluaran pemerintah bidang kesehatan. Sumber data dalam penelitian ini
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah dan
Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan (DJPK
KEMENKEU), United Nation for Development Programme (UNDP) dan
berbagai sumber lain.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan suatu cara untuk
memperoleh data atau informasi dengan mempelajari dokumen yang berkaitan
dengan seluruh data yang diperlukan. Pada penelitian ini teknik dokumentasi
dipakai untuk mengetahui data Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
kemiskinan, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan pengeluaran
pemerintah bidang kesehatan. Selain dokumentasi penulis juga menggunakan
beberapa literatur, studi pustaka, data statistik Provinsi Sulawesi Tengah dalam
angka, internet dan lain-lain yang masih relevan dengan penelitian ini.
E. Definisi Operasioal Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen (Y) dan variabel
independen. Variabel dependen merupakan variabel yang mempengaruhi
dipengaruhi oleh variabel dependen. Varibel dependen (Y) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), variabel
independen (X1) Kemiskinan, variabel independen (X2) pengeluaran
pemerintah bidang pendidikan, variabel independen (X3) pengeluaran
pemerintah bidang kesehatan (X3).
Definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia menurut UNDP (1990) adalah suatu
proses untuk memperluas pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia (“a
process of enlarging people’s choices”). Diantara pilihan-pilihan tersebut,
pilihan yang terpenting adalah umur panjang dan hidup sehat (a long and
healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent
standard of living). Data diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Sulawesi Tengah tahun 2011-2015.
2. Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum
kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non makanan
yang mendasar. Kemiskinan juga dapat didefinisikan sebagai standar
hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi
dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat. Kemiskinan memberikan gambaran situasi serba kekurangan,
seperti rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan, terbatasnya modal
tukar hasil produksi orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan
serta dalam pembangunan. Data diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2011-2015.
3. Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan
Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan yaitu besarnya
pengeluaran pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tengah yang
mencerminkan pengeluaran pemerintah dari total Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) yang dialokasikan untuk sektor pendidikan.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah alokasi belanja
pemerintah daerah Provinsi Sulawesi tengah pada sektor pendidikan tahun
2011-2015. Data diambil dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan
Kementrian Keuangan (DJPK KEMENKEU).
4. Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan
Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan yaitu besarnya
pengeluaran pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tengah yang
mencerminkan pengeluaran pemerintah dari total Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) yang dialokasikan untuk sektor kesehatan.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah alokasi belanja
pemerintah daerah Provinsi Sulawesi tengah pada sektor kesehatan tahun
2011-2015. Data diambil dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan
F. Metode Analisis Data
Metode analisis yang dipilih penulis dalam penelitian ini adalah metode
analisis regresi data panel. Analisis regresi data panel digunakan untuk melihat
sejauh mana pengaruh variabel independen (kemiskinan, pengeluaran
pemerintah bidang pendidikan, dan pengeluaran pemerintah bidang kesehatan)
yang digunakan untuk meneliti variabel dependen (Indeks Pembangunan
Manusia ).
Analisis regresi data panel adalah gabungan data runtut waktu (time
series) dan data silang (cross section). Menurut Agus Widarjono dalam Basuki
dan Yuliadi (2015) terdapat beberapa keuntungan penggunaan data panel
dalam sebuah observasi, yaitu : Pertama, data panel merupakan gabungan dua
data time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak
sehingga akan lebih menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Kedua,
menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat
mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel
(omitted-variable).
Keunggulan regresi data panel Menurut Wibisono (2005) dalam Basuki
dan Yuliadi (2015), antara lain :
a) Data panel mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara
eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu. Dalam metode
data panel setiap observasi seperti individu, perusahaan, negara adalah
b) Kemampuan data panel untuk mengontrol heterogenitas dapat digunakan
untuk menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.
c) Data panel cocok digunakan sebagai study of dynamic adjusment
dikarenakan data panel berdasarkan pada observasi cross section yang
berulang-ulang (time series).
d) Dengan menggunakan data panel jumlah observasi yang disediakan lebih
banyak sehingga memiliki implikasi pada data yang lebih informatif,
variatif, dan kolinearitas (multiko) antara data semakin berkurang. Selain
itu, tingginya derajat kebebasan (degree of freedom/df) dalam model data
panel mengakibatkan estimasi yang dihasilkan akan efisien dan lebih baik
lagi.
e) Data panel digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang
lebih kompleks.
f) Data panel dapat digunakan untuk mengurangi bias yang mungkin
ditimbulkan oleh agregasi data individu.
Model regresi data panel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = α + b1X1it + b2X2it + e
Keterangan :
Y = Variabel dependen
α = Konstanta
X1 = Variabel independen 1
X2 = Variabel indopenden 2
e = Error term
t = Waktu
i = Perusahaan
Dari penjelasan mengenai metode analisis regresi data panel diatas, dapat
digambarkan kerangka pemikiran reresi data panel sebagai berikut :
Sumber : Basuki dan Yuliadi, 2015
Gambar 3.1
1. Pengujian Asumsi Klasik (Multikolinearitas dan Heteroskedastisitas)
a. Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih
variabel bebas dapat dinyatakan sebagai kombinasi sebagai kolinear dari
variabel yang lainnya. Tujuan daru uji multikolinearitas yaitu untuk
mengetahui apakah dalam regresi ini ditemukan adanya korelasi antar
variabel independen. Salah satu cara mendeteksi adanya
multikolinearitas yaitu :
Meregresikan variabel independen X dengan varibel-variabel
independen yang lain, kemudian dihitung R2 nya dengan uji F;
Jika F* > F tabel berarti H0 ditolak , ada multikolinearitas
Jika F* < F tabel berarti H0 di terima, tidak ada multikolinearitas
R2 cukup tinggi (0,7 - 0,1), tetapi uji-t untuk masing-masing
koefisien regresinya tidak signifikan. Tingginya R2 merupakan syarat
yang cukup (nacessary) untuk kejadianya multikolinearitas, sebab pada
R2 yang rendah < 0,5 bisa juga terjadi multikolinearitas.
Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinearitas dalam satu
model. Salah satunya dengan melihat koefisien korelasi hasil output
komputer. Gejala multikolinearitas terjadi apabila koefisien korelasi
lebih besar dari (0,85).
Untuk mengatasi masalah multikolinearitas, satu variabel
lain harus dihapus. Dalam hal metode GLS, model ini sudah diantisipasi
dari multikolinearitas.
b. Uji Heterokedastisitas
Suatu model regresi dikatakan terkena heteroskedastisitas apabila
terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Adanya sifat
heteroskedastisitas ini dapat membuat penaksiran model bersifat tidak
efisien. Umumnya masalah heteroskedastisitas lebih bisa terjadi pada
cross section dibandingkan dengan time series (Gujarati dalam Sari,
2016).
Untuk mendeteksi masalah heterokedastisitas dalam model,
penulisan menggunakan uji park yang sering digunakan dalam beberapa
referensi. Dalam metodenya, park menyatakan suatu bentuk funsi
spesifik diantara varian kesalahan ���2 dan variabel bebas yang
dinyatakan sebagai berikut:
���2 = ��
��...(1)
Persamaan dijadikan linier dalam bentuk persamaan log sehingga
menjadi :
�� ���2 = � + �� ��+ �� ...(2)
karena varian kesalahan (���2) tidak teramati, maka digunakan ��2sebagai
�� ��2 = � + �� �� + ��...(3)
Apabila koefisien parameter dari persamaan regresi tersebut
signifikan secara statistik, berarti didalam data terdapat masalah
heterokedastisitas. Sebaliknya, jika tidak signifikan, maka asumsi
heterokedastisitas pada data dapat diterima (Sari, 2016).
Masalah asumsi klasik heterokedastisitas dapat dideteksi dengan
melihat Garfik Plot. Mendeteksi ada tidaknya heterokeadastisitas dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID
dan ZPRED. Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang
membentuk pola tertentu dan teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka hal tersebut mengidentifikasikan telah terjadi
heterokedastisitas. Jika tidak ada pola tertentu yang jelas, serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi
heterokedastisitas (Agus Tri Basuki, 2014).
2. Penentuan Model Estimasi
Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data
panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu :
a) Common Effect Model
Metode common effect merupakan pendekatan model data panel
yang paling sederhana karena hanya mengkombinasikan data time series
dan data cross section. Pada model ini diasumsikan bahwa perilaku data
metode common effect hanya menggabungkan data tanpa melihat
dimensi waktu maupun individu. Model common effect sama halnya
dengan metode Ordinary Least Square (OLS) karena menggunakan
kuadrat terkecil (Basuki dan Yuliadi, 2015)
Adapun persamaan regresi dalam model common effect dapat
dituliskan sebagai berikut :
YR= α + Xitβ + εit
Keterangan :
i = Kabupaten Morowali, Kabupaten Poso, Kabupaten
Donggala, Kabupaten Buol, Kabupaten Parigi Moutong,
Kabupaten Tojo Una-una, Kabupaten Sigi, Kota Palu.
t = 2011, 2012, 2013, 2014, 2015
Dimana i menunjukan cross section (individu) dan t menunjukan
periode waktunya. Dengan asumsi komponen error dalam pengolahan
kuadrat terkecil biasa, untuk setiap unit cross section dilakukan proses
estimasi secara terpisah.
b) Model Pendekatan Efek tetap (Fixed Effect Model)
Metode fixed effect adalah metode yang menggunakan variabel
dummy atau variabel boneka dalam mengestimasi data panel untuk
menangkap adanya perbedaan intersep. Perbedaan intersep dalam model
effect estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot (no weight) atau
Least Square Dummy Variable (LSDV) dan dengan pembobot (cross
section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukannya
pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross
section. Model efek tetap (fixed effect) digunakan untuk melihat perilaku
data dari masing-masing variabel sehingga dalam mengintepretasi data
lebih dinamis.
Pemilihan model antara common effect dengan fixed effect dapat
dilakukan dengan pengujian likelihood test radio. Penggunaan model
fixed effect dapat dilakukan dengan ketentuan apabila nilai probabilitas
yang dihasilkan signifikan dengan alpha.
c) Model Pendekatan Efek Acak (Random Effect)
Model data panel pendekatan ketiga yaitu model efek acak (random
effect). Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel
gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu.
Dalam model efek acak, parameter-parameter yang berbeda antar daerah
maupun antar waktu dimasukan kedalam eror. Karena hal inilah, model
ini juga disebut Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized
Least Square (GLS).
Penggunaan model efek acak dapat menghemat pemakaian derajat
kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya, hal tersebut sama halnya
dengan penggunaan model efek tetap. Hal ini akan mengakibatkan
Keuntungan menggunakan model pendekatan efek acak yakni
menghilangkan heterokedastisitas.
Keputusan penggunaan model efek tetap ataupun model efek acak
ditentukan menggunakan uji hausman. Dengan ketentuan apabila
probabilitas yang dihasilkan signifikan dengan alpha maka metode yang
digunakan yaiu metode efek tetap (fixed effect) namun apabila
probabilitas yang dihasilkan tidak signifikan dengan alpha maka dapat
memilih salah satu metode terbaik antara model efek tetap dengan model
efek acak.
Perbedaan antara model common effect, fixed effect dan random effect
(Sari, 2016) :
a. Model common effect
Menggunakan metode OLS biasa.
Diasumsikan setiap unit individu memiliki intersep dan slope yang
sama (tidak ada perbedaan pada dimensi karet waktu)
Regresi panel data yang yang dihasilkan berlaku untuk setiap
individu.
b. Model fixed effect
Intersep dibedakan antar individu.
Digunakan peubah dummy dalam membedakan intersepnya.
Metode fixed effect dikenal dengan model Least Squre Dummy
c. Model random effect
Intersep tidak dianggap konstan, namun dianggap sebagai peubah
random dengan suatu nilai rata-rata.
Metode random dikenal dengan sebutan Error Component Model
(ECM).
3. Pemilihan Model
Untuk menganalisis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) digunakan
regresi data panel untuk menggabungkan antara data time series dengan data
cross section. Untuk memilih model yang paling tepat terdapat beberapa
pengujian yang dapat dilakukan, antara lain (Basuki dan Yuliadi, 2015) :
a. Uji Chow
Uji chow merupakan pengujian untuk menentukan model Fixed Effect
atau Random Effect yang paling tepat digunakan.
b. Uji Hausman
Pengujian statistik untuk memilih apakah model Fixed Effect atau
Random Effect yang paling tepat digunakan Uji hausman.
c. Uji Lagrange Multiplier
Uji Lagrange Multiplier (LM) digunakan untuk mengetahui apakah
model Random Effect lebih baik daripada Common Effect (OLS).
Setelah didapatkan model yang tepat maka hasil regresi dari model
tersebut membuktikan hipotesis ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan
4. Teknik Penaksir Model
Baltagi mengungkapkan terdapat beberapa kelebihan penggunaan
data panel, diantaranya yaitu (Irawan dalam Sari, 2012) :
a) Estimasi data panel menunjukan adanya heterogenitas dalam tiap unit.
b) Penggunaan data panel lebih informatif, mengurangi kolinearitas antar
variabel, meningkatkan derajat kebebasan dan lebih efisien.
c) Data panel lebih tepat digunakan kerena manggambarkan adanya
dinamika perubahan.
d) Data panel dapat meminimalkan bias yang mungkin dihasilkan dalam
agregasi.
Untuk menguji estimasi pengaruh kemiskinan, pengeluaran
pemerintah bidang pendidikan dan pengeluaran pemerintah bidang
kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) digunakan alat
regresi dengan model data panel. Ada dua pendekatan yang digunakan
dalam menganalisis data panel, pendekatan Fixed Effect dan Random Effect.
Sebelum model estimasi dengan model yang tepat, terlebih dahulu
dilakukan uji spesifikasi apakah Fixed Effect dan Random Effect atau
keduanya memberikan hasil yang sama.
Dari beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka
dibuat model penelitian sebagai berikut :
Yit= β0+ β1 X1it+ β2X2it + β3X3it+ β4X4it + ε