FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PROVINSI LAMPUNG THE FACTORS THAT INFLUENCE THE PERFORMANCE OF BANK
PERKREDITAN RAKYAT (BPR) IN THE PROVINCE OF LAMPUNG
Oleh BURHANUDDIN
20130430186
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iii
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh BURHANUDDIN
20130430186
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iv Nomor Mahasiswa : 20130430186
Prodi : ILMU EKONOMI
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PROVINSI LAMPUNG” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi ini atau perguruan tinggi lain
kecuali bagian-bagian tertentu saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara
dan etika penulisan karya tulis ilmiah ini dan telah disebutkan di daftar pustaka.
Apabila ternyata skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut di batalkan.
Yogyakarta, 29 Maret 2017
v
Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Baqarah : 282)
“Nilai seseorang ditentukan dari keberanian memikul tanggung jawab, mencintai hidup dan pekerjaanya” (kahlil Gibbran)
vi
Ibu Nurhayati & Ayah Sunarta
Kakak Dewi Sholekhah dan adik Khoirul Anas
Terimakasih atas doa, nafas dan juga kasihsayang yang tidak akan pernah sanggup
saya balas. Semoga Allah selalu melimpahkan kesabaran, dan kekuatan bagi kita,
vii defined.
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN ... iv MOTTO ... v PERSEMBAHAN ... vi INTISARI ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xi BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. LATAR BELAKANG ... Error! Bookmark not defined.
B. Batasan Masalah Penelitian... Error! Bookmark not defined.
C. Rumusan Masalah Peneitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Tujuan penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. LANDASAN TEORI ... Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Kinerja Perbankan dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Error! Bookmark not defined.
2. Return On Asset (ROA) ... Error! Bookmark not defined.
3. Capital Adequancy Ratio (CAR)... Error! Bookmark not defined.
viii
D. Kerangka Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Jenis Data ... Error! Bookmark not defined.
C. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
D. Definisi Operasional Penelitian... Error! Bookmark not defined.
1. Variabel Dependen ... Error! Bookmark not defined.
2. Variabel Independen ... Error! Bookmark not defined.
E. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
F. Model dan Penelitian Ukuran Panel ... Error! Bookmark not defined.
1. Model Regresi Panel ... Error! Bookmark not defined.
2. Metode Estimasi Model Regresi Panel .... Error! Bookmark not defined.
G. Pemilihan Model ... Error! Bookmark not defined.
1. Uji Chow ... Error! Bookmark not defined.
2. Uji Hausman ... Error! Bookmark not defined.
3. Uji Lagrange Multiplier ... Error! Bookmark not defined.
H. Uji Kualitas Data ... Error! Bookmark not defined.
1. Pengujian Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined.
2. Pengujian Statistik ... Error! Bookmark not defined. BAB IV GAMBARAN UMUM ... Error! Bookmark not defined. A. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... Error! Bookmark not defined.
B. Perbankan Provinsi Lampung ... Error! Bookmark not defined.
C. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Provinsi Lampung ... Error! Bookmark not defined.
ix
1. Uji Chow (Uji Likehood Ratio) ... Error! Bookmark not defined.
2. Uji Hausman ... Error! Bookmark not defined.
3. Uji Langrange Multiplier (LM) ... Error! Bookmark not defined.
C. Hasil Estimasi Model Data Panel ... Error! Bookmark not defined.
D. Uji Statistik ... Error! Bookmark not defined.
1. Koefisien Determinasi (R2) ... Error! Bookmark not defined.
2. Uji F-statistik ... Error! Bookmark not defined.
3. Uji t-statistik ... Error! Bookmark not defined.
E. Intreprestasi Hasil Pengujian Random Effect Model ... Error! Bookmark not defined.
BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined.
B. Saran ... Error! Bookmark not defined.
C. Keterbatasan penelitian ... Error! Bookmark not defined. Daftar Pustaka ... Error! Bookmark not defined.
x
DAFTAR TABEL
1.1 Perkembangan Jumlah Aset di Pulau Sumatra Periode Juli 2016-september
2016 ... 5
1.2 Perkembangan Kredit BPR Konvensional Pulau Sumatra Perioade Juni 2013 – Agustus 2013 ... 6
4.3 Kinerja BPR Konvensional di Provinsi Provinsi Lampung 2015 ... 60
4.4 Rekap Data Jumlah Bank Perkreditan Rakyat Konvensional di Wilayah Provinsi Lampung ... 62
4.5 Data Jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Wilayah Propinsi Lampung ... 63
5.6 Hasil Uji Heterokedaktisitas dengan Uji Park ... 66
5.7 Hasil Uji Multikolinearitas ... 67
5.8 Hasil Uji Chow Test ... 68
5.9 Hasil Uji Hausman ... 69
5.10 Hasil Uji Langrange Multiplier ... 70
xi
pendapatan oprasional (BOPO) terhadap ROA. CAR, LDR, dan BOPO secara simultan terhadap ROA BPR di kota Bandar Lampung tahun 2012-2015.
Data yang di gunakan adalah data sekunder yang diambil dari OJK dengan jumlah empat tahun berturut-turut dari tahun 2012-2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil jumlah BPR konvensional yang terdaftar di web OJK. Alat analisis yang digunakan adalah eviews dengan tekik analisis data menggunakan regresi data panel dengan model Random Effect.
Hasil penelitian menunjukan bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. LDR berpengaruh positif dan sigifikan terhadap ROA. BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Secara simultan LDR dan BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA, dan CAR secara simultan memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap ROA pada BPR di Kota Bandar Lampung tahun 2012-2015.
Kata kunci : Capital Adequancy Ratio (CAR),Loan to Deposit Ratio (LDR),Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Return on Asset
This research is aimed at investigating the performance of Bank Perkreditan Rakyat (BPR) in the city of Bandar Lampung, in terms of the influence of Capital Adequacy Ratio (CAR) on the return on asset (ROA), Loan To Deposit Ratio (LDR) on the ROA and the Operating Expenditure on Operating Income (BOPO) on ROA. CAR, LDR, and BOPO simultaneously on ROA of BPR in the city of Bandar Lampung.
The data used in this research is secondary data taken from The Otoritas Jasa Keuangan (OJK) in the five years in a row from year 2012-2015. The sampling was done by taking the amount of conventional BPR listed in the OJK website. The analytical tool used is eviews with the data analysis technique using the data regression panel with Random Effect model.
The result shows that CAR has negative and insignificant influence on ROA. LDR has positive and significant influence on ROA. BOPO has negative and significant influence on ROA. Simultaneously, LDR and BOPO have significant effect on ROA and CAR simultaneously has insignificant influence on ROA in the BPR in the city of Bandar Lampung year 2012-2015.
Keywords : Capital Adequancy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR),
1
A. LATAR BELAKANG
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan sangat mempengaruhi
perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Kita tau, perbankan
mempunyai pangsa pasar besar kurag lebih sekitar 80 persen dari keseluruhan
sistem keuangan yang ada. Begitu besar peranan perbankan di Indonesia, maka
pengambil keputusan perlu melakukan evaluasi kinerja agar bisa lebih baik lagi.
Pembangunan suatu bangsa dan pembangunan ekonomi bergantung
pada perkembangan dan peranan lembaga keuangan seperti perbankan yang di
perlukan untuk membiayai kegiatan-kegiatan ekonomi. Lembaga keuangan
merupakan salah satu lembaga yang memiliki peranan penting dalam suatu
perekonomian. Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di
bidang keuangan di mana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau
hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana
(Kasmir, 2005).
Menurut Rodoni (2007), Lembaga keuangan merupakan suatu badan
usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset-asset
keuangan maupun non-financial asset atau asset riil. Di Indonesia lembaga
lembaga keuangan bukan bank. lembaga keuangan bank juga di bagi
menjadi dua yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat. Bank merupakan
jantung perekonomian pada suatu negara begitu juga Bank Perkreditan Rakyat
(BPR). BPR juga salah satu lembaga keuangan yang di harapkan mampu
menjalankan fungsi untuk menggerakan roda perekonomian nasional maupun
daerah.
Menurut otoritas jasa keuangan (OJK), Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Ada pun Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan bank umum karena BPR dilarang menerima
simpanan giro, kegiatan valas, dan perasuransian. Berikut usaha yang dapat
dilaksanakan oleh BPR:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip
Syariah,sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/26/PBI/2006, Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sama halnya bank umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di jamin
oleh lembaga penjamin simpanan (LPS) sebesar 10,25% sedangkan bank umum
sebesar 7,75%. Dengan demikian BPR dapat memberikan bunga tabunagan yang
lebih tinggi. Sementara itu total asset Indonesia dengan jumlah BPR 1634
mengalami peningkatan perkembangan jumlah asset sekala nasional pada periode
April 2016 – September 2016, pada bulan April total aset sebesar
104,631,651,692 milyar, bulan Mei sebesar 105,680,675,733 milyar, bulan Juni
sebesar 105,860,438,133 milyar, bulan Juli sebesar 107,169,206,527 milyar,
bulan Agustus sebesar 108,045,217,796 milyar, dan pada bulan September naik
yaitu sebesar 108,954,807,316 milyar (Bank Indonesia, 2016).
Di Indonesia sendiri sudah banyak BPR yang bergerak aktif terbagi atas
beberapa provinsi. Berdasarkan data yang di akses BI Jumlah BPR Konvensional
Berdasarkan Badan Hukum skala Nasional Periode : Agustus 2016 Pada
perkembangan nya BPR nasional mengalami peningkatan terbukti dari jumlah
BPR pada setiap provinsi yang ada di Indonesia yaitu sekitar 1634 BPR dari 33
provinsi yang ada di indonesia. Sebagian BPR terbanyak berada provinsi Jawa
Timur dengan jumlah 321 BPR, Di susul provinsi Jawa Barat dengan jumlah 296
jumlah 137 BPR, provinsi Sumatra Barat dengan jumlah 91 BPR, provinsi
Banten dengan jumlah 64 BPR, provinsi Sumatera Utara dengan jumlah 55 BPR,
provinsi D.I Yogyakarta dengan jumlah 53 BPR, provinsi Riau dengan jumlah 34
BPR, provinsi Nusa Tenggara Barat dengan jumlah 29 BPR, sedangkan provinsi
Lampung dengan jumlah 26 BPR dan seterusnya. Dari 11 sampel provinsi BPR
nasional tersebut terlihat bahwa jumlah BPR terbanyak yaitu provinsi Jawa
Timur, sedangkan di provinsi Lampung sendiri memiliki jumlah 26 BPR. Pada
BPR kuhusnya Provinsi Lampung pada tahun 2016 jumlah asset mengalami
peningkatan dari bulan Juli sampai September.
Aset merupakan jasa yang akan datang dalam bentuk jasa atau uang
dimasa mendatang yang bisa ditukarkan menjadi uang (kecuali jasa yang timbul
dari kontrak yang belum dijalankan kedua pihak secara sebanding) yang di
dalamnya terkandung kepentingan yang bermanfaat yang dijamin menurut
hukum dan keadilan (Scanning, 1992). Pada BPR provinsi Lampung sendiri
jumlah asset yang dimiliki sangat besar di banding dibandingkan Provinsi lain
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Aset di Pulau Sumatra Periode Juli 2016 - September 2016 (dalam juta Rp)
Provinsi Juli Agustus September
pada perkembangannya jumlah aset di provinsi Lampung sendiri begitu besar
dibandingkan dengan provinsi yang lainnya. Jumlah asset di Provinsi Lampung
mengalami kenaikan walaupun pada bulan Agustus sedikit menurun namun pada
bulan September 2016 naik sebesar 9,422,706,862 milyar.
Kegiatan bank dalam penyaluran dana kepada pihak lain, yang paling
besar dalam bentu kredit. Dalam neraca bank pada sisi aktiva, kredit merupakan
aktiva produktif yang terbesar dan memberikan pedapatan yang paling besar
dibandingkan aktiva produktif lainnya. Menurut undang-undang No. 10 tahun
1998 tentang perbankan, kredit yang diberikan adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga (Ismail, 2010: 190). Dalam hal ini pada
perkembangan kredit pada BPR provinsi lampung di pulau Sumatra sendiri
sebagai berikut :
Tabel 1.2
Perkembangan Kredit BPR Konvensional Pulau Sumatra Perioade Juni 2013 – Agustus 2013 (dalam juta Rp)
Provinsi Juni Juli Agustus
provinsi Lampung sendir tertinggi dibandingkan dengan provinsi di pulau
Sumatra lainnya. Dan pada Juni 2013 – Agustus 2013 mengalami peningkatan
yaitu pada bulan Juni sebesar 5,187,244,961 milyar, dilanjutkan pada bulan Juni
sebesar 5,271,546,969 milyar, dan pada bulan Agustus 5,309,016,727 milyar.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa industri BPR di provinsi Lampung
menunjukkan kinerja cukup baik dibandingkan wilayah lain di Indonesia.
Beberapa penelitian yang sama sudah dilakukan sebelumnya mengenai
dkk. (2015) melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh CAR, BOPO, dan
LDR terhadap ROA pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Palembang,
menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA, sedangkan hipotesis
kedua menyatakan Biaya BOPO berpengaruh terhadap ROA dan hipotesis ketiga
menyatakan LDR berpengaruh terhadap ROA. Penelitian yang hampir sama juga
dilakukan Hardiyanti (2012) yang juga melakukan penelitian tentang analisis
pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap ROA di Indonesia, menyatakan hasil
penelitian CAR dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
sedangkan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Ariffudin
(2012) juga melakukan sebuah penelitian yang hampir sama tentang Analisis
pengaruh CAR, LDR, BOPO dan NPL terhadap ROA BPR wilayah Sulawesi
Selatan dengan BPR wilayah Iramasuka menyatakan bahwa CAR, BOPO dan
LDR secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, secara
parsial CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, NPL dan
LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dan BOPO berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ROA.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas maka diharapkan terjadi
peningkatan kinerja BPR khususnya provinsi lampung dengan melihat total asset
dan perkembangan kredit BPR provinsi Lampung sehingga akan mampu
memberikan kinerja yang bagus bagi BPR dan juga memberikan pengaruh positif
pada perbankan juga pemerintah kabupaten/kota di provinsi Lampung. Maka dari
KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PROVINSI
LAMPUNG”
B. Batasan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang diambil penulias
dalam penelitian ini adalah tempat penelitian BPR yang berada di provinsi
Lampung. Selain itu peneliti mengambil sebelas sample BPR di kota Bandar
Lampung. Adapun jenis BPR yang dimaksudkan adalah Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) konvensional.
C. Rumusan Masalah Peneitian
Dari uraian diatas permasalahan yang akan diteliti adalah seberapa
optimal dan seberapa besar pengaruh dari Capital Adequancy Ratio (CAR),
Biaya Operasional Terhadap Pendapatan operasional (BOPO) Loan to Deposit
Ratio (LDR) terhadap Return on Asset (ROA) yang merupakan ukuran penting
bagi bank karena dengan menggunakan ROA memperhitungkan manajemen
bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan, semakin besar ROA semakin
baik pula posisi bank tersebut dari sisi aset. ROA bersumber dari laba sebelum
pajak dan total aset.
Adapun pertanyaan penelitian yang akan dibahas adalah :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Return on Asset (ROA) pada Bank
2. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap Return on Asset
(ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi lampung ?
D. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini sebagai jawaban atas permasalahan yang
muncul dalam penelitian, yaitu:
1. Menganalisis pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR) terhadap Return
on Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat yang berada di provinsi
Lampung
2. Menganalisis pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on
Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat yang berada di provinsi
Lampung
3. Menganalisis pengaruh BOPO terhadap Return on Asset (ROA) pada
Bank Perkreditan Rakyat yang berada di provinsi Lampung
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi informasi bagi masyarakat
tentang kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang ada di provinsi
Lampung.
2. Bagi Pemerintah
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi berupa
bank perkreditan rakyat serta sebagai bahan untuk pertimbangan pemerintah
daerah maupun nedara dalam menentukan kebijakan perkembangan
perekonomian dalam ikut serta terhadap pertumbuhan perekonomian di
provinsi Lampung.
3. Bagi pengembangan keilmuan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu
yang bermanfaat bagi civitas akademika khususnya mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus
menambah koleksi dan referensi tambahan pengetahuan untuk perpustakaan
11
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Kinerja Perbankan dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
a. Pengertian Kinerja
Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah
merupakan kata benda yang artinya Sesuatu yang dicapai, Prestasi yang
diperlihatkan, Kemampuan kerja (peralatan). Kinerja perbankan dapat diartikan
sebagai hasil yang dicapai suatu bank dengan mengelola sumber daya yang ada
dalam bank se-efektif mungkin dan se-efisien mungkin guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan manajemen bank (Basran, 2005).
Seperti yang teleh dijelaskan diatas kinerja sebuah bank merupakan
cerminan bagi bank untuk menunjukan kapasitas bank dan menunjukan maju atau
tidaknya sebuah bank tersebut. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur
perbandingan antara laba bersih terhadap total aktiva. Jika suatu perusahaan
memiliki ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut mempunyai peluang besar
dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri, namun jika total asset yang yang
digunakan tidak memberikan laba maka perusahaan bisa mengalami kerugian juga
b. Bank Perkreditan Rakyat
Menurut UU perbankan No. 10 tahun 1998, bank adalah badan usaha yang
menguhimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam
bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Kredit sendiri adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau
mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji, pembayaran akan dilaksanakan
pada jangka waktu yang telah disepakati (Astiko, 1996). Sedangkan pengertian
kredit yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di Indonesia telah dirumuskan
dalam UU Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992, menyatakan bahwa kredit adalah
penyediaan uang/tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga
sebagai imbalan.
Bank Perkreditan Rakayat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang
menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau
bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan danadalam bentuk
kredit atau dalam betuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat
yang melaksanakan kegiatan usahanya melalui prinsip konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan tidak memberikan jasa dalam lalu
8/26/PBI/2006 tanggal 8 September 2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat.
Adapun beberapa jenis usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :
- Menerima simpanan berupa giro
- Melakukan kegiatan usaha perbankan dalam mata uang/valuta asing
- Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern
terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah kebawah
- Melakukan usaha perasuransi
- Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud
dalam usaha BPR.
Target market BPR adalah melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan,
pedagang kecil, pegawai dan pensiunan karena sasaran ini belum terjangkau oleh
bank umum, disamping untuk pemerataan layanan perbankan, pemerataan
kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh
ketangan para pelepas uang seperti rentenir dan pengijon (Ali, 2013).
2. Return On Asset (ROA)
ROA sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai rentabilitas,
atau dalam kamus besar bahasa Indonesia rentabilitas adalah hasil perolehan suatu
investasi penanaman modal yang dinyatakan dengan persentase dari besarnya
investasi ekonomi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
ROA untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset-asetnya
guna memperoleh keuntungan secara keseluruhan (Dendawijaya, 2003).
Menurut Bringham dan Huston (2008) Return On Asset (ROA) adalah rasio
bersih terhadap total asset mengukur pengembalian atas total asset. Sedangkan
menurut M. Hanafi (2008) ROA adalah mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Tandelilin (2010)
mengatakan bahwa “ Return On Assets (ROA) menggambarkan sejauh mana
kemampuan asset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba”.
ROA menurut Kasmir (2012) menyatakan bahwa rasio yang menunjukan
hasil (return) atas jumlah asset yang digunakan dalam perusahaan, selain itu ROA
memberikan ukuran yang lebih beik atas probabilitas perusahaan karena
menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan asset untuk memperoleh
pendapatan. Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus
yang dipergunakan dalam perhitungan ROA adalah sebagai berikut:
�
Rasio laba bersih terhadap total asset mengukur pengembalian atas total asset (
return on total asset ).
Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa return on asset
(ROA) merupakan suatu alat pengukuran yang digunakan untuk mengukur
perusahaan. Menurut Munawir (2001) ROA mempunyai keunngulan sebagai
berikut:
1. Dapat diperbandingkan dengan rasio industry sehingga dapat diketahui
posisi perusahaan terhadap industri, hal ini adalah salah satu langkah
dalam perencanaan strategi.
2. Selain berguna untuk kepentingan control ROA juga berguna untuk
kepentingan perencanaan.
3. Jika perusahaan menjalankan praktek akuntansi dengan baik maka
dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal secara
menyeluruh, yang sensitive setiap hal yang mempengaruhi keuangan
perusahaan.
Adapun kelemahan menurut Munawir (2001) yang terdapat pada ROA
sebagai berikut:
1. ROA sebagai pengukur devisi sangat dipengruhi oleh metode depresiasi
asset tetap.
2. ROA mendukung distorsi yang cukup besar terutama dalam kondisi
inflasi. ROA akan cenderung tinggi akibat penyesuaian kenaikan harga
jual, sementara itu beberapa komponen biaya masih dinilai dengan harga
Sumber dana terbesar bank berasal dari simpanan masyarakat. Maka
semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan asset bank.
3. Capital Adequancy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio permodalan yang menunjukkan
kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha
serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional
bank. Menurut Dendawijaya (2005) CAR adalah Rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan,
surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana
dari masyarakat, pinjaman, dan lain-lain. CAR merupakan indikator terhadap
kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari
kerugian-kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.
Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus yang
dipergunakan dalam perhitungan CAR adalah:
� �
Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang
Oktober 2013 menyatakan bahwa CAR atau rasio Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM) adalah rasio perbandingan antara modal dengan aset tertimbang
menurut risiko sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
kewajiban penyediaan modal minimum bank umum. Menurut Susilo (2000) modal
terdiri dari :
a. Modal inti
Adapun modal inti berupa :
- Modal Disetor merupakan modal yang telah disetor secara efektif
oleh pemiliknya.
- Agio Saham merupakan selisih lebih setoran yan diterima oleh bank
akibat harga saham yang melebihi nilai nominal.
- Modal Sambungan merupakan modal yang diperoleh dari
sumbangan-sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang
tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual.
- Cadangan Umum merupakan cadangan dari penyisihan laba yang
ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat
persetujuan rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau
- Cadangan Tujuan merupakan bagian laba setelah dikurangi pajak
yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan
rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.
- Laba yang ditahan merupakan saldo laba bersih setelah dikurangi
pajak yang oleh RUPS atau rapat anggota diputuskan untuk tidak
dibagikan.
- Laba tahun lalu merupakan seluruh laba bersih tahun lalu setelah
diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya.
- Laba tahun berjalan merupakan 50 persen dari laba tahun buku
berjalan dikurangi pajak. Apabila tahun berjalan bank mengalami
kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang
dari modal inti.
b. Modal Pelengkap
Adapu modal pelengkap sebagai berikut :
- Cadangan revaluasi aktiva tetapmerupakan cadangan yang dibentuk
dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat
persetujuan Direktorat Jenderal Pajak.
- Penyisihan penghasilan aktiva produktif merupakan cadangan yang
dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Ini
tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.
Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dapat diperhitungkan
sebagai modal pelengkap adalah maksimum 25 persen dari ATMR.
- Modal Kuasi merupakan modal yang didukung oleh instrument atau
warkat yang memiliki sifat seperti modal.
- Pinjaman subordinasi merupakan pinjaman yang harus memenuhi
berbagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan
pemberi pinjaman mendapat persetujuan dari Bank Indonesia,
minimal berjangka lima tahun dan pelunasan sebelum jatuh tempo,
harus ada Bank Indonesia.
Aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) adalah aktiva yang tercantum
dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administrative sebagaimana tercermin
pada kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan
oleh bank bagi pihak ketiga (Sinungan, 1992).
4. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu rasio likuiditas yang
sering digunakan dalam menilai kinerja suatu bank. Menurut SE BI
No.15/41/DKMP tanggal 1 Oktober 2013, LDR adalah rasio kredit yang diberikan
kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada
deposito dalam Rupiah dan valutam asing, tidak termasuk dana antar bank.
Ketentuan batas bawah untuk LDR adalah sebesar 78% dan batas atas yang dapat
ditoleransi adalah 100%.
Menurut Kasmir (2014), LDR adalah “rasio yang digunakan untuk
mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah
dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.”
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP
tanggal 16 Desember 2011 rumus yang dipergunakan dalam perhitungan LDR
adalah:
�
Batas bawah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk rasio LDR adalah
78%. jika bank umum menyalurkan kredit di bawah angka tersebut maka bank
dianggap masih kurang efisien dalam penyaluran kredit. Namun apabila jumlah
penyaluran kredit melewati batas atas yakni 100% artinya maka bank tersebut
dianggap terlalu agresif sehingga dapat meningkatkan eksposur risiko yang
dihadapi.
menurut para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa LDR adalah rasio
dana yang dilakukan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya, Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendahnya likuiditas bank
yang bersangkutan, namun jika semakin rendah rasio LDR maka semakin tinggi
likuiditas bank yang bersangkutan. Rasio LDR juga merupakan indikator kerawanan
dan kemampuan dari suatu bank.
5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut kamus keuangan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) adalah rasio yang mengukur efisiensi dan efektifitas
operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya.
Sedangkan menurut Riyadi (2004), menyatakan bahwa BOPO merupakan rasio
yang menunjukkan besaran perbandingan antara beban atau biaya operasional
terhadap pendapatan operasional suatu perusahaan pada periode tertentu.
Menurut Gozali (2007), rasio biaya operasional merupakan perbandingan
antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah BOPO
maka semakin efisien bank dalam menekan biaya operasionalnya, dengan efisiensi
biaya maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Rasio ini menunjukan
adanya risiko operasional yang yang ditanggung oleh bank. terjaadi karena ada
ketidak pastian mengenai usaha bank, antara lain kemungkinan mengenai kerugian
operasional bank dan kemungkinan terjadi mengenai kegagalan jasa dan produk
daru yang ditawarkan.
Jumlah biaya operasional yang besar akan memperkecil jumlah laba yang
akan diperoleh, karena biaya atau beban operasional bertindak sebagai faktor
pengurang dalam laporan laba rugi. Nilai rasio BOPO yang ideal berada antara
50-75% sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (BI). Bank yang nilai rasio BOPO
nya tinggi ini menunjukan bahwa bank tidak berpotensi dengan efisien, karena
tingginya nilai rasio ini memperlihatkan besarnya biaya operasional yang harus
dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan operasional.
Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus yang
dipergunakan dalam perhitungan BOPO adalah:
Biaya operasional ini dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban
bunga dan total beban operasional lain. Pendapatan operasional ini adalah
penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lain.
Rasio ini dipakai untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
BOPO adalah rasio biaya operasional yang digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya
biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Erfendi, dkk. (2015) dengan penelitiannya Analisis Pengaruh CAR, BOPO, dan
LDR terhadap ROA pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Palembang. Dalam
penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh CAR, BOPO dan LDR terhadap
ROA pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Palembang. Meneliti Bank Perkreditan
Rakyat di Kota Palembang yaitu sebanyak 11 Bank Perkreditan Rakyat dan semua
Bank Perkreditan Rakyat tersebut menjadi Objek Penelitian. Metode yang di
gunakan yaitu analisis regresi linier berganda. Dari hasil penelitian, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa Capital
Adequancy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA),
sedangkan hipotesis kedua (H2) menyatakan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) dan
hipotesis ketiga (H3) menyatakan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh
terhadap Return On Asset (ROA).
2. Hardiyanti (2012) melakukan penelitian tentang pangaruh CAR, NPL dan LDR
terhadap ROA pada bank BUMN yang go-publik di Indonesia (tahun 2006-2010).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa time
(CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR).
Penelitiannya bertujuan untuk menganalisis pengaruh CAR, NPL dan LDR terhadap
ROA pada Bank BUMN yang go-publik di Indonesia (Tahun 2006-2010). Return
On Asset (ROA) menunjukkan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap
total asset. dari hasil penelitian CAR dan LDR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA sedangkan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
3. Ariffudin (2012) melakukan sebuah penelitian tentang Analisis pengaruh CAR,
LDR, BOPO dan NPL terhadap ROA BPR dan perbandingan ROA antar BPR
wilayah Sulawesi selatan dengan BPR wilayah Iramasuka PERIODE 2008-2010.
Menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio(CAR), Efisiensi Operasi (BOPO), Non
Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) terhadap Return on Asset (ROA) sebagai proyeksi dari Kinerja Keuangan
Bank Perkreditan Rakyat periode Januari 2008 hingga Desember 2010, kemudian
melakukan perbandingan ROA antar BPR Sulawesi Selatan dengan BPR wilayah
IRAMASUKA (wilayah: Sumatera, Kalimantan, Jawa Bali NTT NTB, Sulawesi,
Irian Maluku). Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan
persamaan kuadrat terkecil dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji
koefisien regresi parsial serta f-statistik. Hasil penelitian secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, secara parsial CAR berpengaruh
signifikan terhadap ROA dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROA.
4. Karunia (2013) melakukan penelitian tentang Analisis pengarh rasio capital, asset
quality dan liquidity terhadap kinerja keuangan pada sector perbankan yang
terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011. Penelitian ini bertujuan
untuk membuktikan pengaruh rasio keuangan CAR, pemenuhan penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) dan DPK terhadap kinerja keuangan bank
yang di ukur dengan ROA serta variable-variabel manakah yang paling dominan
berpengaruh rehadap ROA. Penelitian ini menggunakan metode last square. Dari
hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa CAR tidak berpengaruh
terhadap ROA dan BOPO berpengaruh positif terhadap ROA sedangkan LDR
berpengaruh negatif terhadap ROA dan secara bersama-sama CAR, BOPO, dan
LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA.
5. Sudiyatno (2010) menganalisis tentang Analisis pengaruh dana pihak ketiga,
BOPO, CAR dan LDR terhadap kinerja keuangan pada sektor perbankan yang go
public di bursa efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2008. Jenis data pada penelitian
ini adalah data time series dan data cross section, yaitu data yang dikumpulkan dari
beberapa tahapan waktu (kronologis) dan data yang dikumpulkan dari perusahaan
perbankan yang listed di BEI, variabel dependen ROA dan variable independen
dan signifikan terhadap ROA, BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROA, CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, CAR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA, dan LDR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA.
6. Marnov (2009) meneliti Analisis pengaruh LDR, NIM dan BOPO terhadap ROA
bank umum Indonesia. Penelitian ini menggunakan teknik analisis yang digunakan
adalah model kuatdrat terkecil biasa (OLS), variable dependennya ROA dan
variabel independennya LDR, NIM, dan BOPO . Dari hasil penelitiannya LDR
memiliki pengaruh negatif terhadap ROA dengan besar koefisien 1,84 , sedangkan
juga NIM berpengaruh positif terhadap ROA besarnya koefisien 13,47 , dan BOPO
berpengaruh negatif terhadap ROA besarnya koefisien 1,61.
7. Agustiningrum (2013) meneliti Analisis pengaruh CAR, NPL, DAN LDR terhadap
profitabilitas pada perusahaan perbankan. Variabel yang digunakan yaitu dependen
ROA dan independennya CAR, NPL, dan LDR. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini Analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini bahwa
variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh tidak signifikan terhadap
profitabilitas (ROA), lalu tidak mendukung hipotesis pertama yang diajukan bahwa
CAR berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROA), variabel Non
(ROA), dan variabel Loan to Deposits Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan
terhadap profitabilitas (ROA).
8. Adam (2013) dengan penelitiannya pengaruh non performing loan (NPL) dan biaya
operasional/pendapatan operasional (BOPO) terhadap profitabilitas bank (ROA)
penelitian pada pt Bank Negara Indonesia, TBK periode 2000-2011.penelitian ini
menggunaan metode kuantitatif, dengan menggunakan data variabel dependennya
ROA, dan variable independennya yaitu BOPO dan NPL. Dengan menunjukan hasil
penelitiannya bahwa Non Performing Loan (NPL) dan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset
(ROA) PT Bank Negara Indonesia, Tbk. Dimana ketika NPL naik akan
menyebabkan turunnya Return on asset (Laba) perusahaan dan sebaliknya.
Demikian halnya dengan BOPO.
9. Dasih (2014) meneliti pengaruh rasio keuangan terhadap return on asset perbankan
(studi pada bank umum yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2007-2013).
Metode yang digunakan adalah menggunakan regresi data panel dengan model
random effect, dengan variabel dependenya ROA dan variabel independennya
CAR, LDR, NPL dan BOPO. Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa
CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. LDR berpengaruh positif
dan signifikan terhadap ROA, NPL berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
Secara simultan CAR, LDR, NPL, dan BOPO memiliki pengaruh signifikan
terhadap ROA bank umum yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2013.
C. Hipotesis
Dengan melihat dari latar belakang dan tujuan dari penelitian ini, maka dapat
disusun hipotesis sebagai berikut :
1. Capital Adequancy Ratio (CAR) diduga berpengaruh positif terhadap Return
on Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat yang berada di provinsi
Lampung
2. Loan to Deposit Ratio (LDR) diduga berpengaruh positif terhadap Return on
Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat yang berada di provinsi
Lampung
3. BOPO diduga berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA) pada
Bank Perkreditan Rakyat yang berada di provinsi Lampung.
D. Kerangka Penelitian
Salah satu rasio yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan yaitu
rasio profitabilitas dan salah satu rasio profitabilitas tersebut yang sering digunakan
adalah Return on Asset (ROA). Dalam menganalisis kinerja BPR maka faktor-faktor
yang diduga mempengaruhi Return on Asset (ROA) adalah seperti gambar berikut
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian Capital Adequancy
Ratio (CAR) (+)
Loan to Deposit Ratio (LDR) (+)
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
(+)
30
Objek penelitian ini adalah beberapa sampling Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) yang diambil dan diolah data meliputi data Return on Asset
(ROA), Capital Adequancy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BPR yang ada di
kota Bandar Lampung.
B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber yang telah ada.dengan
menggunakan jenis data panel mencakup sebelas Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) di Kota Bandar Lampung diolah dari tahun 2012-2015.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian yang diambil yaitu dari hasil pencatatan yang di
publikasikan oleh otoritas jasa keuangan (OJK) atau www.ojk.go.id, Bank
Indonesia (BI) atau www.bi.go.id, juga menggunakan metode library research
atau kepustakaan yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan kepustakaan
berupa tulisan ilmiah, artikel, jurnal, majalah, laporan-laporan penelitian ilmiah
penelitian ini dengan melakukan pencatatan secara langsung berupa data time
series dan cross section yang diambil dari sebelas BPR di Kota Bandar
Lampung yaitu BPR Tjandra Artha Lestari, BPR Langgeng Lestari Bersama,
BPR Trisurya Bumindo, BPR Citra Dana Mandiri, BPR Inti Dana Sentosa,
BPR Aji Caka, BPR BP Kota Bandar Lampung, BPR Swadaya Anugerah
Utama, BPR Dhana Sewu, BPR Bina Sejahtera, dan BPR Arta Kedaton
Makmur. Data ini merupakan data yang diolah pada akhir tahun yaitu bulan
Desember tahun 2012-2015 pada masing-masing BPR.
D. Definisi Operasional Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Adapun
variable terkait penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel independen. Dalam penelitian
ini variabel dependennya yaitu :
a. Return on Asset (ROA)
ROA adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus yang
dipergunakan dalam perhitungan ROA adalah sebagai berikut:
2. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahan variabel dependen. Dalam
penelitian ini variabel independennya yaitu :
a. Capital Adequancy Ratio (CAR)
CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa
besar jumlah seluruh aktiva yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut
dibiayai dari modal sendiri selain memperoleh dana dari
sumber-sumber di luar bank. Berdasarkan SE BI
yang diterima bank (giro, tabungan, deposito). Berdasarkan SE
BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus yang
c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO merupakan rasio efisiensi yang mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional. Berdasarkan SE
BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus yang
dipergunakan dalam perhitungan BOPO adalah:
E. Uji Hipotesis dan Analisis Data
Metode analisis regresi data panel dipilih penulis dalam menganalisis
data pada penelitian ini. Analisis regresi data panel digunakan untuk melihat
sejauh mana pengaruh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam meneliti
kinerja antar sebelas BPR yang berada di kota Bandar Lampung.
Data panel (pooled data) diperoleh dengan cara menggambungkan
data time series dengan cross section. Analisis regresi dengan data panel
(pooled data) memungkinkan peneliti mengetahui karakteristik antar waktu dan
antar individu dalam variabel yang bisa saja berbeda-beda.
Metode data panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk
kelebihan yang di peroleh dari penggunaan data panel sebagai berikut (Gujarati,
2004):
1. Data panel mampu menyediakan lebih banyak data, sehingga dapat
memberikan informasi yang lebih lengkap. Sehingga diperoleh degree
of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi yang dihasilkan
lebih baik.
2. Data panel mampu mengurangi kolinieritas variabel.
3. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.
4. Mampu menggambungkan informasi dari data time series dan cross
section dapat mengatasi masalah yang timbul karena adanya masalah
penghilangan variabel (omitted variable).
5. Data panel lebih mampu mendeteksi dan mengukur efek yang secara
sederhana tidak mampu dilakukan oleh data time series murni apapun
cross section murni.
6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat
F. Model dan Penelitian Ukuran Panel 1. Model Regresi Panel
Model data digunakann untuk menganalisis data yang mengandung
series dan crossection. Analisis regresi dengan data panel (pooled data)
memungkinkan peneliti mengetahui karakteristik antar waktu dan antar
individu dalam variable yang bisa saja berbeda–beda. Adapun model rumus
data panel sebagai berikut (Basuki, 2014).
Keterangan:
= variable dependen (ROA)
= konstanta
= koefisien regresi masing – masing variable independen
X 1 = CAR
X 2 = LDR
X 3 = BOPO
= error term
= waktu
= tempat
2. Metode Estimasi Model Regresi Panel
Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel
1. Common effect model
Merupakan pendekatan data panel yang paling sederhana.
Model ini tidak memperhatikan dimensi individu mapun waktu
sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar individu sama dalam
berbagai kurun waktu. Model ini hanya mengkombinasikan data time
series dan cross section dalam bentuk pool, mengestimasikannya
menggunakan pendekatan kuadrat terkecil/pool least square. Adapun
persamaan regresi dalam model comman effects dapat ditulis sebagai
berikut:
Dimana menunjukan cross section (individu) dan
menunjukan periode waktunya.Dengan asumsi komponen error dalam
pengolahan kuadrat terkecil biasa,proses estimasi secara terpisah untuk
setiap unit cross section dapat dilakukan (Basuki, 2014).
2. Fixed Effect Model
Model ini mengasumsikan bahwa terdapata efek yang berbeda
antar individu. Perbedaan itu dapat diakomodasi melalui perbedaan
pada intersepnya. Dalam membedakan satu subjek lainnya digunakan
variable dummy (Kuncoro, 2012). Model ini sering disebut dengan
model Least Square Dammy Variable (LSDV). Berdasarkan Gujarati
Di mana variabel dummy d1t untuk subjek pertama dan 0 jika
bukan, d2t untuk subjek kedua dan 0 jika bukan, dan seterusnya. Jika
dalam sebuah penelitian menggunkan 10 (sepuluh) cross section, maka
jumlah variabel dummy yang digunakan sebanyak 11 (Sembilan) untuk
menghindari perangkap variabel dummy, yaitu kondisi dimana terjadi
kolinearitas sempurna (Gujarati,2012). Intercept b0 adalah nilai
intercept subjek kesatu dan koefisien b6 b7 b8 menandakan besar
perbedaan antara intercept subjek lain terhadap subjek ke satu.
Oleh karena itu dalam model fixed effect merupakan parameter
yang tidak diketahui dan akan diestimasi dengan menggunakan teknik
variabeldummy yg dapat ditulis sebagai berikut:
Teknik diatas dinamakan Least Square Dummy Variabel
(LSDV).Selain diterapkan untuk efek tiap individu, LSDV ini juga
dapat mengakomodasi efek waktuyang bersifat sistemik (Basuki,
2014).
3. Random Effect Model
Menurut Basuki (2014), random effects model (REM) adalah
bagian dari komponen error yang bersifat acak dan tidak berkolerasi
dengan variabel penjelas yang teramati. Model ini sering disebut juga
dengan error component model (ECM). Dengan demikian, persamaan
model random effects dapat ditulis sebagai berikut:
Yit =
Dimana : Wit =
E(Wit,Wit-1)= 0; i j; E(
E(
Meskipun komponen error bersifat homoskedastik, kenyatanya
terdapat korelasi antara dan wit-s (equicorrelation), yakni:
( )
Karena itu, metode OLS tidak bisa digunakan untuk
mendapatkan estimator yang efisien bagi model random effects.
Metode yang tepat untuk mengestimasi model random effects adalah
Generalized Least Square (GLS) dengan asumsi homokedastik dan
tidak ada cross sectional correlation. Judge (1980) dalam Faldy
(2011), menyatakan ada perbedaan mendasar untuk menetukan
pilihan anatara FEM (Fixed Effects Model) dan ECM (Error
Component Model) anatara lain sebagai berikut (Gujarati, 2004):
a) Jika T (jumlah data time series) besar dan N (jumlah unit
tipis. Oleh karena itu, dapat dilakukan perhitungan secara
konvensional. Pada keadaan ini, FEM mungkin lebih disukai.
b) Ketika N besar dan T kecil, estimasi diperoleh dengan dua
metode dapat berbeda secara signifikan. Pada ECM, dimana
adalah komponen random cross-section dan pada FEM,
ditetapkan dan tidak acak. Jika sangat yakin dan percaya bahwa
individu, ataupun unit cross-section sampel adalah tidak acak,
maka FEM lebih cocok digunakan. Jika unit cross-section
sampel adalah random/acak, maka ECM lebih cocok digunakan.
c) Komponen error individu dan satu atau lebih regresor
berkorelasi, estimator yang bersal dari ECM adalah bias,
sedangkan yang berasal dari ECM adalah unbiased.
d) Jika N besar T kecil, serta jika asumsi untuk ECM terpenuhi,
maka estimator ECM lebih efisien disbanding estimator FEM.
Adapun beberapa Keunggulan regresi data panel menurut
Wibisono (2005) adalah sebagai berikut :
a) Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu
secara eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu.
b) Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya
menjadikan data panel dapat digunakan untuk menguji dan
c) Data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang
berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel cocok
digunakan sebagai study of dynamic adjustment.
d) Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang
lebih informatif, lebih variatif, dan kolinieritas (multikol) anatara
data semakin berkurang dan derajat kebebasan (degree of
freedom/df) lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil estimasi
yang lebih efisien.
G. Pemilihan Model
Untuk memilih model yang paling tepat digunakan dalam mengelola
data panel, terdapat beberaap pengujian yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Uji Chow
Chow Test yakni menguji untuk menentukan model Fixed Effect atau
Random Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel.
Hipotesis yang dibentuk dalam chow test adalah sebagai berikut (Widarjono,
2009):
H0 =Model Common Effect
H1 = Model Fixed Effect
H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai a. sebaliknya, H1
diterima jika P-value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang
2. Uji Hausman
Hausman Test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model
Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat digunakan (Basuki, 2014).
Hipotesis digunakan dalam bentuk Hausman test adalah sebagai berikut
(Gujarati, 2012):
H0 = Model Random Effect
H1 = Model Fixed Effect
H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilaia.Sebaliknya H1
diterima jika P-value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang
digunakan sebesar 5%.
3. Uji Lagrange Multiplier
Untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik dari pada
metode Common Effect (OLS) digunakan uji Lagrange Multiolier (LM)
(Basuki, 2014). Secara formal, ada tiga prosedur pengujian yang akan
digunakan, yaitu uji statistic F yang digunakan untuk memilih antara (Agus
Tri Basuki,2014).
a) Model common effect atau fixed effects;
b) Uji Langrange Multiplier (LM) yang digunakan untuk
memilih antara model common effects atau model
c) Uji Hausman yang digunakan untuk memilih antara
model fixed effects atau model random effects.
H. Uji Kualitas Data
a. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas adalah uji yang ditunjukkan untuk menguji
apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel
bebas (variabel independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas adalah sebagai berikut:
1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, akan tetapi secara individual variabel bebas banyak
yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.
2. Menganalisis korelasi antar variabel bebas, jika antar variabel bebas
ada korelasi yang cukup tinggi (diatas 0,90) maka hal ini
merupakan indikasi adanya multikolonieritas.
3. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari Variance Inflation Factor
(VIF), Jika VIF<10 maka tingkat kolonieritas dapat ditoleransi.
4. Nilai Eigen value sejumlah satu atau lebih variabel bebas yang
mendekati nol memberikan bentuk adanaya multikolinieritas
Uji multikoliearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.Suatu model
regresi dikatakan menghadapi masalah multikolinearitas bila terjadi
hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau variabel bebas
dari suatu model regresi. Akibatnya akan bias dalam melihat pengaruh
variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan. Gejala
muitikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dalam hasil analisis regresi pada output
program apss. Jika nila tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF
kurangdari 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
multikolinearitas pada model (Basuki, 2014).
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan varian yang tidak sama pada
semua pengamatan dalam model regresi. Model regresi yang baik
seharusnya tidak mengalami heteroskedastisitas.
Pengujian asumsi klasik kini bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu
pengamatan kepengamatan yang lain. Heteroskedastisitas terjadi
apabila variabel yang sama untuk semua variabel gangguan tidak
heteroskedastisitas, penaksir OLS tidak bias tetapi tidak efisien
(Basuki, 2014).
Masalah asumsi klasik heterokedastisitas dapat dideteksi
dengan melihat Grafik Plot pada program spss atau eviews antara nilai
prediksi variabel terkait yaitu (ZPRED) dengan residualnya SRESID.
Mendeteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu dan teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heterokdasitisitas. Jika tidak ada pola tertentu yang jelas, serta
titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heterokedastisitas (Basuki, 2014).
Kriteria pengujian yang digunakan dalam pengambilan
keputusan sebagai berikut :
1. Jika terdapat suatu pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit, maka terjadi heteroskedastisitas.
2. Dan jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
Suatu model regresi dikatakan terkena heterokedastisitas
apabila terjadi ketidaksamaan varaians dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dan
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka di sebut
homoskedastisitas. Jika varians berbeda di sebut heteroskedastisitas.
Adanya sifat heterokedastisitas ini dapat membuat penaksisan
dalam model bersifat tidak efisien. Umumnya masalah
heterokedastisitas lebih biasa terjadi pada data cross section
dibandingkan dengan time series (Gujarati, 2006).
Untuk mendeteksi masalah heterokedastisitas dalam model,
penulis menggunkan uji park yang sering digunakan dalam beberapa
referensi. Dalam metodenya, park menyarankan suatu bentuk fungsi
spesifik diantara varian kesalahan dan variabel bebas yang
dinyatakan sebagai berikut:
………...
Persamaan dijadikan linier dalam bentuk persamaan log sehingga menjadi:
………....
Karena varian kesalahan ( ) tidak teramati, maka digunakan
………..
Apabila koefisien parameter β dari persamaan regresi tersebut
signifikan secara statistik, berarti didalam data terdapat masalah
heterokedastisitas. Sebaiknya, jika β tidak signifikan, maka asumsi
homokedastisitas pada data dapat di terima.
2. Pengujian Statistik a. Uji t
Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh variabel
bebas secara individual terhadap variabel terikat dengan mengganggap
variabel bebas lainnya adalah konstan. Hipotesis yang digunakan pada
penelitain ini adalah sebagai berikut (Basuki, 2014):
Jika t hitung > t tabel, artinya variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen.Jika t hitung < 1 t tabel, artinya variabel
independen tidak berpengaruh terhadap varaibel dependen.
Pengambilan keputusan dalam uji T dilakukan dengan
membandingkan probabilitas variabel independen terhadap variabel
dependen dengan nilai alpha yang digunakan, dalam penelitian ini
Jika probabilitas variabel independen > 0,05, maka secara
hipotesis H0 diterima, artinya variabel independen secara partial
(sendiri) tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.
Jika probabilitas variabel independen < 0,05, maka secara
hipotesis H0 ditolak atau menerima Ha, artinya variabel independen
secara partial (sendiri) berpengaruh secara nyata terhadap variabel
dependen.
Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung
dengan t tabel. Adapun rumus untuk mendapatkan t hitung adalaha
sebagai berikut:
t hitung = (bi – b)/sbi
Dimana :
bi = koefisien variabel independen ke-i
b = nilai hipotesis nol
sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i
Pada tingkat signifikasnsi 5% dengan kriteria pengujian yang
dilakukan sebagai berikut:
a. Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang
artinya salah satu variabel bebas (independent) tidak
b. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang
artinya salah satu variabel bebas (independent) mempengaruhi
variabel terikat (dependent) secara signifikan.
b. Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara keseluruhan berpengaruh secara singnifikan
terhadap variabel dependen. Apabila nilai F hitung lebih besar dari
nilai F tabel maka variabel-variabel independen secara keseluruhan
berpengaruh terhadap variabel independen (Basuki, 2014). Pengujian
ini dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Di mana :
R2 = koefisien determinasi
k = jumlah parameter yang diasumsikan
n = jumlah sampel
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji ini sebagai berikut:
a) Merumuskan Hipotesis
H0: β1= β2= β3= β4 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada