PERENCANAAN INTERPRETASI BIOTA AIR
DI SUAKA MARGASATWA MUARA ANGlKE
Ofeh
:
SEPTALINA
PRADINI
M PASCASARJANA
I
PERTANIAN BOGOR
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : ccPERENCANAAN
4NTERPRETASI EHOTA AIR
DI
SUAKA WRGASATWA NlUARA ANGKE", &&ah benar-benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan dapat diperiksa kebenarannya.Se lina Pradini
ABSTRAK
SEPTALINA PRADINI. Perencanaan lnterpretasi Biota Air di Suaka Margasatwa Muara Angke. Dibimbing oleh HAD1 S. ALIKODRA, DEDl SOEDHARMA, dan E. K. S. HARlNl MUNTASIB.
Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) sebagai hutan mangrove merupakan habitat kera ekor panjang, burung-burung merandai, dan berbagai jenis biota air. Sejauh ini, sangat sedikii masyarakat yang mengetahui tentang biota air di SMMA karena belum ada program interpretasi tentang biota air. Peneliian ini
bertujuan untuk menyusun rencana interpretasi biota air di SMMA. Tahaptahap
perencanaan interpretasi adalah penentuan topik dan tujuan, pengumpulan data, analisis data, sintesis, dan penyusunan rencana.
Di Suaka Margasatwa Muara Angke ditemukan 14 jenis ikan, di antaranya
ikan gabus (Ophiochepalus strietus), sepat rawa (Trichogaster tricopterus), sepat siam (T. pectoralis), kepala timah (Aphlocheilus phancanx), julung-julung (Hyporamphus negletus), sapu kaca (Hypostomus sp.) and mujair (Oreochmmis mosambica). Selain itu terdapat kepiting (Sesarma sp.), keong mas (Pomacea sp.), biawak (Varanus salvador), dan ular air (Homalopsis buccata). Nipah dan bakau dapat tumbuh membentuk fonnasi sendiri, begitu pula dengan eceng gondok yang tumbuh subur.
Dari hasil kuisioner, pengunjung kurang tertarik dengan biota air karena mereka pada umumnya belum mengetahuinya. Berbeda dengan masyarakat sekiiar yang lebih dulu tahu, akan tetapi kurang menyadari untuk ikut melestarikan biota air. lnfonnasi biota air juga sangat dibutuhkan oleh pihak pengelola, karena sampai saat ini belum memiliki data secara lengkap.
Agar pengunjung mudah untuk memahami tentang biota air sekaligus mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, periu disusun rencana interpretasi. Untuk menunjang pelaksanaan rencana interpretasi biota air di Suaka Margasatwa Muara Angke dapat dikembangkan tiga jalur, yaitu jalur darat sebelah Barat, jalur air, dan jalur jatan papan di atas air. Disamping itu juga diperlukan beberapa sarana dan fasilis interpretasi yang memudahkan pelayanan kepada pengunjung.
Judul Tesis
Nama
Nomor Pokok
Program Studi
: Perencanaan lnterpretasi Biota Air di Kawasan Suaka
Msrgasatwa
Muse
Angke: Septalina Pradini
: 99 279
: Pengelolaan Sumberdaya Alam dm Lingkungan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
p r o M r . Ir. Dedi Sudharrna.DEA Dra. E.K.S. Harini Muntasib, MS.
Anggrn ~ ~ g g o t a
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan lingkungan,
Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. MS.
PERENCANAAN INTERPRETASI BIOTA AIR
DI SUAKA JMARGASATWA MUARA ANGKE
SEPTALINA PRADINI
Tesis
Sebagai salah satu syarat
untuk
memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Surnberdaya Alarn dan Lingkungan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penulis dilahirkan sebagai anak tengah dari tiga bersaudara di Banyuwangi
pada tanggal 16 September 1975 dari pasangan Bapak bambang Supriyanto, S.H
(Alm) dan Ibu Titit Kartini, S.H.
Pendidikan formal dimulai penulis dari TK. Santa Maria Banyuwangi pada
tahun 1981. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDK Santa
Maria Banyuwangi tahun 1988, dilanjutkan di SMP Negen 1 Banyuwangi yang
terselesaikan pada tahun 1991. Tahun 1994 penulis lulus dari jenjang pendidikan
atas di SMA Negeri 2 Banyuwangi dan pada tahun yang sama penulis diterima di
IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setahun kemudian penulis diterima di Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan dengan bidang Keahlian
Manajemen Sumberdaya Perairan. Empat tahun kemudian (1998) penulis
dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan dari program sajana.
Kemudian pada tahun 1999 atas dukungan orang tua penulis mengambil program
pascasarjana IPS dan diterima di Program Studi Pengetolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Selain menjadi mahasiswa pascasa jana, penulis melakukan magang kerja di Pusat Peneliiian Lingkungan Hidup IPB, asisten Kepala Program Pengeloiaan
Sumberdaya Air sampai sekarang dan magang
kerja
sebagai asisten PembantuKetua (Puket) I Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor. Penulis juga menjadi
asisten luar biasa mata ajaran Dasar-dasar llmu Lingkungan bagi mahasiswa diplama Program Studi Pengelola Lapang Perkebunan Fakultas Pertanian IPB tahun
ajaran 199912000 dan Pengelolaan Kawasan Wisata Air bagi mahasiswa sa jana
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan tahun ajaran 200012001. Disamping itu
PRAKATA
AlhamdulillahirrobiIaIadn, segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar magister pada Program Pascasarjana.
Tesis yang berjudul Penyusunan Rencana lnterpretasi Biota Air di
Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke bertujuan membantu dan mempermudah masyarakat umum untuk memahami biota air, sekaligus membuka wawasan agar ikut menjaga kelestarian biota air yang ada di Suaka Margasatwa Muara Angke. Dimana nantinya peruntukan kawasan ini akan diarahkan pada
kegiatan envimnmental educatian dan wisata terbatas.
Perencanaan interpretasi tentang biota digunakan untuk membantu pengunjung mengembangkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman tetang biota air dan habitatnya. lnterpretasi biota air ini ditujukan untuk semua pengunjung yang datang ke kawasan, baik dengan tujuan rekreasi, pendidikan dan peneliian, maupun masyarakat sekitar yang memiliki interaksi dengan kawasan. Obyek interpretasi biota air yang ditawarkan ditekankan pada jenis mangrove, nipah, eceng gondok, kepiting, dan ikan
Penyusunan tesis ini tidaklah sempuma tanpa bantuan, masukan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh kar8na itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Mama dan Papa, atas segala didikan, kasih sayang, dorongan material dan
spiritual, serta doa restunya
2. Mas Andri dan Mbak Ratna, Dik Gerry dan Rita, Cacak dan Mas Dian, serta
keluarga besar Ponorogo atas kasih sayang dan dorongan semangatnya
3. Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS., Prof. Dr. lr. Dedi Sudharrna, DEA, dan Ibu
Dra. E. K. S. Harini Muntasib, MS., selaku komisi pembimbing atas segala
arahan, bimbingan, dan masukan selama perencanaan hingga tersusunnya tesis ini
4. Tim Perencana Pengelolaan Suaka Margasatwa Muara Angke, atas
5. Prof. Dr. It. M. Sri Saeni. M.S., selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya AIam dan Lingkungan
6. Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam DKI Jakarta beserta seluruh staf,
atas segala inforrnasi yang diberikan
7 . Bapak Naman dan Bapak Nanang, Keluarga Bapak Atok dan Bapak Misran (Muara Angke) atas segala bantuan selama penelitian
8. Agus Herrnansyah, 'perancang peta interpretasi'
9. Bapak Dr. Ir. M. F. Rahardjo, DEA dan Ibu tr. Lenny S. Syafei, MS. di Cikaret
10. Ibu Atwindrasti, San-san, Nurindah, dan Warga petwira 4 : Rulan, Atiek,
Nunui, Dada, Rahmah, dan Rika, serta seluruh rekan-rekan PPs IPB atas dukungannya
1 1. Teristimewa untuk suamiku, Kanda Akur, atas
segalanya
yang tidak bisapenulis dapatkan dari orang lain
Akhimya, penulis menyadari bahwa kebenaran itu semata-mata dari Allah
S W dan kekhilafan itu merupakan ketaksernpurnaan diri penulis.
Bogor, Februari 2002
DAFTAR IS1
Halaman
[image:154.547.66.491.82.703.2]RIWAYAT HIDUP
...
i ...PfUKA5A ii
...
DAFTAR IS1 iv
...
DAFTAR
GAMBAR
....
.
.
vi...
DAFTAR TABEL vii
...
*. *.
.
...
...
..*...
...
O M T A R lAWW ............,.......s......... *.
...
...*...
VIII...
...
.
1 Pendahuluan
.
.
.
11.1. Latarbelakang
...
I...
1.2. Tujuan dan manfaat 4
t.3. ~ ~ U Q I G I ... 4
...
Tinjauan Pustaka
...
..,
8...
2.1
.
lnterpretrasi Lingkungan 8...
2.2. Perencanaan interpretasi -14
...
2.3. Biota air -20
...
2.4. Ekosistem mangrove -21
...
2.5. Fungsi dan manfaat ekosistem mangrove 23
2.6. Rantai makanan
...
242.7. Kawasan Konservasi Suaka Margasatw Muam Angke
...
26.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
...
Metode Penelitian
.
.
-293.1. WaMu dan lokasi
...
29...
3.2. Tahap-tahap perencanaan interpretasi -29
...
3.2.1. Penentuan obyektif / tujuan 29
...
3.2.2. lnventarisasi atau pengumpulan data 30
...
3.2.3. Anaiisis data 35
... ..
3.2.4. Sintesis dan atternatif-atternatif perencanaan ....-37
...
3.2.5. Penetapan rencana interptetasi -38
4
.
Hasil dan Pembahasan...
394.1. Keadaan umum Suaka Margasatwa Muara Angke ... 39
4.1.1
.
Sejarah. status, luas dan lokasi...
39...
4.1.2. Aksesibiltas 40
...
4.1.3. Fasilitas dan sarana -40
...
4.2. Aspek fisik 41
...
4.2.1. Tanah dan topografi 41
4.2.2. lWim
...
42 4.2.3. Hidrologi...
43...
4.3. Aspek biologi 50
...
4.3.1
.
Flora 504.3.2. Fauna
...
51 4.3.3. Fauna air...
52...
4.5. Aspek pengunjung 59
...
4.5.1. Komposisi pengunjung 59
...
4.5.2. Penilaian pengunjung terhadap kawasan 63
...
4.5.3. Perilaku pengunjung saat di kawasan 674.5.4. Penilaian pengunjung terhadap sarana dan fasilitas
...
...
lnterpretasi
.
.
-694.6. Pengelolaan Suaka Margasdwa Muara Angke
...
73...
4.7. Keinginan masyarakat sekitar 76
...
5
.
Perencanaan lnterpretasi Untuk Umum 78...
...
.
5; 1 Konsep .perencanaan
.
.
.78....
5.2. Pembagian ruang -82
...
5.3. Jalur interpretasi -83
...
5.4. Metode dan teknik interpmtasi 85
...
5,5
.
F a . S i inteqxehsi ygng akan dikembangkan -87.
...6 Skenario Cerita 92
6.1. Jalur darat di sebelah barat kawasan ... 94
6.2. Jalur air
...
97... 6.3. Jalan papan di atas air (boardwalk) 100
...
.
7 Program interpretasi 105
8
.
Kesimpulan dan saran...
111...
0
.
1.
Kesimpulan 111...
8.2. Saran 112
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
...
1-1
.
Diagram kerangka pemikiran...
.
.
7...
.
2-1 Tahaptahap rencana interpretasi 16
2.2 . Rantai makanan ekosistem mangrove ... ... 25
...
4.1
.
Struktur organisasi pengelola kawasan 74...
5-1
.
Peta rencana fasilitas interpretasi biota air 91...
7-1 . Skema jalur air untuk program kunjungan 2. 5 jam 106
...
DAFTAR TABEL
label Teks Halarnan
3.1
.
Komponen fisika dan kimia perairan yang diukur...
314.1
.
Jenis. jumlah. dan kondisi fasilitas dan sarana di Suaka MargasatwaMuara Angke
...
414.2
.
Hasil analisis kualitas air...
444.3
.
Jenis dan kelimpahan plankton di Suaka Margasatwa Muara Angke...
544-4 . Hasil analisis benthos di Suaka Margasatwa Muara Angke ... 55
4.5
.
Jenis-jenis ikan di kawasan Suaka Margasatwa Muara AngkeTahun 2001
...
564.6
.
Komposisi pengunjung berdasarkan kelompok umur. jenis kelamin.peke-. pendidikan dan a&
...
.604.7 . Tujuan pengunjung datang ke Suaka Margasatwa Muara Angke
berdasarkan kuisioner
...
634.8 . Tujuan pengunjung datang ke Suaka Margasatwa Muara Angke
berdasarkan hasil pencatatan BKS-DA DKI Jakarta 2000
...
634.9
.
Penilaian pengunjung terhadap kawasan...
64...
.
4.10 Ketertarikan pengunjung terhadap sumberdaya di kawasan 65
4-1 I . Perilaku pengunjung selama berkunjung ke kawasan ... 68
...
4-1 2
.
Penilaian dan harapan pengunjung terhadap sarana dan fasilitas 70DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Teks Halaman
...
1
.
Peta pengambilan sampel kualitas air dan biota air 1172
.
Peta sebaran vegetasi di SMMA...
118 ...3 . Peta sebaran fauna air di SMMA 119
...
4
.
Daftar pengunjung SMMA 2000-2001...
.
.
.
1201. PENDAHULUAN
I .I. Latar belakang
Muara Angke sebagai kawasan hutan bakau yang masih tersisa di DKI
Jakarta sering dilupakan orang. Keberadaan hutan bakau Muara Angke membantu
masyarakat khususnya warga Jakarta dan sekiiamya untuk memudahkan melihat
dan mengenal komunitas hutan mangrove dengan segala jenis hewan yang hidup di
dalamnya. Disamping itu, letaknya yang tidak jauh dari pusat-pusat keramaian
(pusat perbelanjaan dan wisata seperti pasar ikan), berdekatan dengan Bandara
lnternasional Sukarno Hatta, serta berbatasan dengan pemukiman mewah (Pantai
lndah Kapuk), memudahkan masyarakat mencapai lokasi Muara Angke.
Muara Angke, yang berbentuk hutan mangrove, me~pakan kawasan hutan
di pesisir utara DKI Jakarta yang memiliki sifat khas sebagai suatu sistem
penyangga kehidupan. Sebagai system penyangga kehidupan Muara Angke
berperan dalam menyangga masuknya air laut ke darat, mencegah abrasi dengan
fungsi periindungan fisiknya, habitat ikan dan berbagai jenis burung serta satwa liar
lainnya, sebagai tempat pendidikan dan pene'tian, serta merupakan ruang terbuka
hijau kota yang turut menyumbang oksigen dan berfungsi sebagai areal rekreasi
alam (Dinas Kehutanan DKI Jakarta, 1997).
Hutan mangrove Muara Angke merupakan hutan mangrove alam yang
termasuk dalam satu rangkaian ekosistem estuaria Teluk Jakarta dan telah banyak
mengalami kemunduran. Kondisi kawasan mangrove ini mendapat tekanan dan
ancaman terutama dari proyek perumahan Pantai lndah Kapuk (PIK) dan reklamasi
Teluk Jakarta. Meskipun demikian, masih terdapat berbagai biota yang hidup dan
Suaka Margasatwa Muara Angke (2000) mencatat masih terdapat 74 jenis burung
dan beberapa jenis reptilia (biawak dan ular). Selain itu masih ditemukan 2
kelompok populasi kera ekor panjang.
Di kawasan Muara Angke tidak hanya burung merandai dan kera ekor
panjang yang diminati pengunjung, tetapi juga beberapa jenis ikan, seperti sepat
(Trichogaster sp.), gabus (Ophiocephalus striatus), julung-julung (Hyporamphus
negletus), kepala timah (Aplocheilus panchax), dan sidat (Moringuia raitaborua).
Selain itu masih ada tumbuhan yang menarik, seperti bakau, nipah dan eceng
gondok, meskipun masyarakat pada umumnya hanya memandang eceng gondok
sebagai tumbuhan pengganggu (gulma). Ketidaktahuan masyarakat ini yang
berpotensi menjadi ancaman bagi keberadaan biota-biota tersebut. Sampai saat ini
Suaka Margasatwa Muara Angke belum dilengkapi perencanaan interpretasi yang
disusun dengan mempertimbangkan kondisi yang ada dalam kawasan, kemampuan
pihak pengelola, dan keinginan pengunjung. Pengunjung jarang didampingi oleh
pemandu yang berpengalaman dengan kawasan, sehingga pengunjung
mengembangkan interpretasinya masing-masing berdasarkan persepsi dan
kepentingan mereka.
Dan berbagai keunikan kondisi mangrove, keanekaragaman hayati, dan letak
kawasan yang strategis membuat Suaka Margasatwa Muara Angke sangat potensial
dikembangkan sebagai kawasan wisata terbatas serta lebih diiekankan pada tujuan-
tujuan pendidikan. Terbukanya Suaka Margasatwa Muara Angke sebagai kawasan
wisata dengan penekanan pendidikan mendapat tanggapan positif dan antusias dari
masyarakat. Hal ini terbukti dari hasil-hasil kunjungan masyarakat yang tercatat
Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke tidak mungkin terlepas dari
interaksi masyarakat di sekitamya dan orang-orang yang berkunjung ke kawasan.
lnteraksi tersebut kadangkala tanpa disadari dapat mengganggu bahkan merusak
sumberdaya dan lingkungan, sehingga mengakibatkan menurunnya kualis dan
kuantiias kawasan khususnya biota air. Untuk mengurangi dan mencegah
kerusakan kawasan lebih lanjut, maka perlu meningkatkan kesadaran dan
kepedulian orang-orang yang datang berkunjung ke kawasan. Upaya yang dapat
dilakukan adalah membuka pemikiran dan mengembangkan wawasan orang-orang
yang datang ke kawasan mengenai makna yang tersimpan dan yang sesungguhnya
berguna dari biota air serta komponen penyusun ekosistem dalam kawasan.
Dengan kata lain pellu mengubah pola pikir pengunjung dan masyarakat di
sekitarnya yang awalnya kurang mengerti tentang biota air dan habiatnya menjadi
lebih memahami keberadaan mereka.
Biota air tidak mungkin menjelaskan dan menceritakan sendiri tentang apa
dan bagaimana mereka kepada manusia, sehingga pelu disampaikan kepada
pengunjung sedemikian nrpa agar menarik dan tidak hanya sekedar menyampaikan
informasi. Upaya penyampaian makna di balik perilaku dan kebiasaan biota air serta
pesan lingkungan secara demikian umumnya merupakan komunikasi dengan
menggunakan pendekatan interpretasi.
Kegiatan interpretasi sangat berguna untuk mengarahkan dan meningkatkan
rasa keingintahuan bagi orang-orang yang datang berkunjung dan diharapkan
mampu mengurangi dampak yang dapat merugikan bagi biota air dan habiatnya.
Agar keberadaan biota air dapat ditafsirkan dan dipahami dengan benar sehingga
perencanaan interpretasi mengenai biota air sebagai salah satu komponen
ekosistem di Suaka Margasatwa Muara Angke.
1.2. Tujuan dan manfaat
Penelian ini bertujuan untuk menyusun rencana interpretasi mengenai biota
air di kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke. Penelian ini juga bertujuan
menambah pengetahuan orang-orang yang datang berkunjung tentang biota air di
kawasan tersebut, sehingga mereka lebih memahami biota air dan lebih membuka
wawasan mereka untuk ikut menjaga kelestarian dan kenyaman kawasan.
Dari hasil peneliian ini dapat digunakan sebagai salah satu bagian
perencanaan kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke apabila dikembangkan
sebagai suatu kawasan wisata terbatas, sekaligus mendukung pendidikan
konservasi lingkungan terhadap masyarakat yang berinteraksi langsung dengan
Suaka Margasatwa Muara Angke.
1.3. Kerangka pemikiran
Fungsi kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) adalah untuk
pengawetan dan perlindungan satwa dan habiiatnya dari kerusakan dan tekanan.
Akhir-akhir ini, kawasan SMMA cenderung juga berfungsi sebagai tempat rekreasi.
Dengan demikian SMMA tidak terlepas dari adanya pengunjung. Pengunjung yang
datang memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda-beda. Ada pengunjung
datang dengan tujuan untuk rekreasi, ada yang bertujuan untuk mengadakan
penelitian dan pendidikan, dan ada juga masyarakat sekitar yang berinteraksi
Sebagai salah satu ekosistem estuaria, biota air menrpakan komponen
ekosisten yang penting di SMMA. Akan tetapi biota air ini kurang diketahui dan
dipahami keberadaannya oleh masyarakat khususnya pengunjung kawasan,
sedangkan biota air tidak mungkin menyampaikan sendiri makna yang tersimpan di
dalam dirinya kepada pengunjung.
lnterpretasi merupakan suatu media penghubung antara biota air dengan
pengunjung. Perencanaan interpretasi biota air di Suaka Margasatma Muara
Angke akan membantu pengunjung mengungkapkan makna sebenamya dari
keberadaan biota air di kawasan tersebut.
Penelian ini dilakukan dengan mengkaji kondisi saat ini Suaka Margasatwa
Muara Angke dengan tujuan untuk menyusun rencana interpretasi sekaligus
mendukung pendidikan konservasi. Penyusunan rencana interpretasi tersebut
didahului dengan melihat sumberdaya biota air dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dan disesuaikan dengan keinginan dan harapan pengunjung
kawasan.
Keinginan dan harapan pengunjung terhadap kawasan sebenarnya dapat
dilihat dad karakteristik, penilaian, dan perilaku pengunjung terhadap biota air yang
ada di kawasan. Penelitian ini ditekankan pada karakteristik fisik dan biologi
perairan serta tekanan terhadap sumberdaya biota air. Selain itu, penelitian ini juga
ditunjang dengan mempertimbangkan keinginanan dan harapan masyarakat
setempat, instansi pengelola kawasan, dilengkapi dengan sejarah dan mitos tentang
kawasan.
Untuk memperoleh gambaran yang berbeda dari masing-masing
sumberdaya dan pengunjung dilakukan analisis yang meliputi ; analisis potensi biota
pengelolaan kawasan. Dan hasil analisis tersebut kemudian dilakukan sintesis yaitu
penentuan atternatif sumberdaya sebagai obyek interpretasi yang akan ditawarkan
dan fasilias interpretasi yang akan dikembangkan dengan mempertimbangkan
keuntungan dan kerugiannya. Keluaran yang diharapkan dari sintesis yaitu
tersusunnya rencana interpretasi tentang biota air dan keluaran interpretasi yang
berupa booklet atau leaflet. Secara lengkap kerangka pemikiran tersebut disajikan
Analisis Perilaku Pengunjung Analisis Keinginan Masyarakat Analisis Pengelolaan Kawasan
+
tNJUAN :
Penyusunan rencana interpretasi
.c
Keluaran InteweUsi (booklet dan W)
UTAMA :
1. KaraMeristik Sumberdaya
Fisik (warna air, pas& bau air, dll) Biotogi (udang, kepiting, ikan, dll) 2. Tekanan terhadap habitat
PENUNJANG:
1. Keinginan dan harapan masyarakat 2. Pengelolaan kawasan
3. Mis dan legenda
Gambar 1-1. Bagan alir kerang ka pemikiran
Analisis Potensi Sumberdaya Alam Mendukung pendidikan konservasi
1. K a r a k W k pengunjung Komposisi
Tujuan Aktivitas
2. Perilaku pengunjung terhadap: SDA yang rnenarik
lnteraksi dan pemathbn SDA I
ANAUSlS :
1 b
I
I
[image:165.756.41.687.43.466.2]2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. lnterpretasi Lingkungan
lnterpretasi sebenamya muncul dari keluhan pengunjung yang datang ke
suatu kawasan yang tidak memiliki keindahan, keunikan, atau kekhasan tertentu.
Namun, semua nilai tersebut tidak dapat diketahui dan dinikmati sebagian besar
pengunjung karena tidak ada petunjuk atau tanda dan informasi yang dapat
menjelaskan apa yang sebenamya tersimpan dalam kawasan tersebut. Sedangkan
obyek yang ada tidak dapat menceritakan tentang dirinya sendiri. Banyak
pengunjung bertanya dalam hati tanpa ada yang bisa menjawabnya, seperti apa
nama pohon yang besar sekali ini dan apa manfaatnya, berapa kira-kira umurnya,
bagaimana bisa sampai sebesar itu, dan lain sebagainya (Muntasib, 1998). Dengan
dasar pemikiran demikian, maka interpretasi dikembangkan.
lnterpretasi adalah sebuah pelayanan kepada pengunjung taman, hutan dan
tempat-tempat yang dilindungi dan tempat-tempat rekreasi lainnya. Meskipun
pengunjung datang untuk rekreasi dan aspirasi, banyak juga yang berkeinginan
untuk belajar tentang sumberdaya dan budaya pada suatu kawasan. Sumberdaya
tersebut dapat berupa proses geologi, flora, fauna, komponen ekologi, dan sejarah
manusia. Datam ha1 ini interpretasi merupakan jembatan atau rantai komunikasi
antara obyek atau sumberdaya alam dengan pengunjung yang datang pada
kawasan tersebut (Frontispiece dalam Sharpe, 1982).
Beberapa pengertian dari istilah interpretasi lingkungan antara lain
dikemukakan oteh Freeman Tilden (1 957) menyatakan bahwa interpretasi
lingkungan adalah suatu kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mengungkapkan
pengalaman dan media ilustrasi, bukan sekedar menyampaikan keterangan-
keterangan berdasarkan fakta.
Hamld Wallin dalam Sharpe (1982) mengemukakan bahwa interpretasi
adalah membantu pengunjung untuk merasakan sesuatu yang dirasakan oleh
interpreter, seperti sensitivitas terhadap keindahan, kerumitan, variasi dan interelasi
lingkungan, perasaan takjubfierpesona dan keingintahuan. lnterpretasi juga
membantu pengunjung membangkitkan perasaan di rumah sendiri pada lingkungan
tersebut. Hal ini dapat membantu mengembangkan persepsi manusia. Selain itu,
interpretasi merupakan kombinasi dari enam hall yaitu pelayanan informasi,
pelayanan pemanduan, pendidikan, hiburan, inspirasi, dan promosi (Yorke Edwards
dalam Sharpe, 1 982).
Interpretasi, sebagaimana disampaikan oleh Don Aldridge pada Konverensi
Dunia Taman Nasional ll dalam Sharpe (1982), merupakan suatu seni menjelaskan
bahwa manusia merupakan bagian dari lingkungannya, untuk meningkatkan
kepedulian pengunjunglmasyarakat tentang pentingnya hubungan tersebut, dan
menggugah hasrat untuk melibatkan diri dalam perlindungan terhadap lingkungan.
Kegiatan interpretasi dalam rangka konservasi alam sebagai suatu kegiatan
bina cinta alam yang khusus ditujukan kepada pengunjung kawasan konservasi
diselenggarakan dengan menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti,
serta dengan mempertemukan pengunjung dan obyek-obyek interpretasi. Dengan
demikian pengunjung dapat memperoleh pengalaman langsung melalui panca
inderanya (penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, maupun perasaan).
Hal ini akan membantu pengunjung untuk lebih memahami dan menikmati
lingkungan yang dikunjunginya dan dapat mengembangkan persepsinya (Direktorat
Ada tiga tujuan interpretasi seperti dinyatakan obh Sharpe (1982), yaitu:
1. Membantu pengunjung mengembangkan kesadaran, apresiasi, dan
pengertian tentang lokasi yang dikunjungi, sehingga mendapatkan
banyak pengalaman yang menyenangkan
2. Membantu pengelola mencapai tujuan pengelolaan yang dimungkinkan
karena: (1) interpretasi dapat mendorong pengunjung menggunakan
sumberdaya dengan bijaksana, (2) interpretasi dapat mempetkecil atau
menghindari dampak negatiif kegiatan manusia yang merusak
sumberdaya alam dan lingkungan
3. Meningkatkan pengertian masyarakat umum terhadap sasaran dan
tujuan yang hendak dicapai oleh pengelola, lnterpretasi yang baik dapat
meningkatkan pandangan atau pengertian, sehingga mendukung
sasaran dan tujuan pengelolaan.
lnterpretasi dapat memberikan kontribusi dalam fungsi organisasi yang layak,
dimana dengan interpretasi, pihak pengelola kawasan dapat menjelaskan tujuan
pengelolaan secara jelas, sehingga personil pengelola yang kurang memahami
peranannya dapat diperingatkan kembali tentang tujuan pengelolaan (Direktorat
Taman Nasional dan Hutan Wisata, 1988).
Tilden (1 957) mengemukakan enam prinsip interpretasi, yaitu :
I. Suatu interpretasi yang tidak ada kaitannya antara apa yang diperagakan
atau diuraikan dengan apa yang dialami para pengunjung merupakan
hal-ha1 yang sia-sia. Jadi, segala sesuatu yang diinterpretasikan
2. Interpretasi berbeda dengan informasi, karena interpretasi adalah
ungkapan rahasia yang berdasarkan informasi-informasi. Jadi interpretasi
lebih lengkap dari informasi.
3. lnterpretasi adalah suatu seni tetapi proporsional, yang merupakan
gabungan dari berrnacam-macam seni, baik yang bersifat alamiah,
sejarah, maupun arsitektur. Pada tingkat tertentu, seni dapat diajarkan.
4. Dalam menyampaikan interpretasi bukanlah suatu perintah melainkan
bersifat persuasive (pancingan atau himbauan yang halus).
5. lnterpretasi berrnaksud menunjukkan secara keseluruhan dan bukan
sebagian-sebagian. lnterpretasi harus ditunjukkan pada semua orang
dan tidak pada golongan tertentu saja.
6. lnterpretasi yang ditujukan pada anak-anak bukan merupakan
penyederhanaan dari interpretasi yang ditujukan pada orang dewasa.
Masing-masing menggunakan pendekatan yang berbeda.
Menurut Sharpe (1 982), untuk melaksanakan interpreiasi lingkungan kepada
pengunjung dengan baik, memerlukan petunjuk dan penuntun dalam
penyusunannya yang b i disebut
Program Interpretasi.
Program interpretasimeliputi pengetahuan dari segala usaha interpretasi, mulai dari personil, fasilis,
dan seluruh kegiatan interpretasi, kelembagaan, d m lokasinya sendhi.
Ditambahkan pula bahwa program interpretasi menghubungkan sumberdaya alam
atau budaya dengan pengunjung menggunakan berbagai macam variasi media
Disamping itu, program interpretasi merupakan suatu pola pelaksanaan interpretasi
yang disusun menurut waktu tertentu dan skenario cerita yang tertentu pula (Ditjen
Aldridge (1972) dalam Muntasib (2001) memberikan batasan tentang tipe-
tipe interpretasi sebagai berikut :
I) lnterpmtasi tempat historis adalah seni dalam menjelaskan hal-ha1 lampau
dalam hubungannya dengan tata lingkungan dan kondisi sosial. Kegiatan ini
dilakukan dengan membuat suatu program yang mempertunjukkan gambar-
gambar, slide, film, dan media lainnya di pusatlsentra pengunjung dan bisa
berbentuk cerita atau tema tertentu. Tujuannya adalah untuk membangkiikan
kesadaran pengunjung akan sejarah tempat yang dikunjunginya sehingga
dapat memahami atau lebih lanjut dapat ikut melestarikan tempat tersebut.
2) lnterpretasi fempat alami adalah seni dalam menjelaskan atau mengungkapkan karakteristik suatu daerah dengan mengembangkan kondisi
tanah atau batuan yang ada dengan tanaman yang tumbuh ataupun dengan
binatang yang hidup di dalamnya juga dengan kehidupan manusia. Kegiatan
ini bisa dilakukan kepada pengunjung dengan menunjukkan tempat-tempat
sebenarnya, bisa didahului dengan suatu cerita atau tema yang menarik.
Program yang akan disusun diharapkan juga dapat membangkiikan minat
dan kesadaran pengunjung tentang keindahan alam dan potensi yang
dikandungnya.
3) lnterpretasi tata lingkungan adalah seni dalam meng ungkapkan hubungan
antara manusia dan lingkungannya. Kegiatan ini ditujukan bagi masyarakat,
langsung di lapangan dengan menunjukan tempat-tempat sebenamya atau
dapat merupakan cerita yang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
kemudian disusun menjadi suatu tema atau cerita tertentu dengan
menggunakan media slide, video, foto, atau contoh-contoh hasil pengaruh
rneyakinkan rnasyarakat betapa pentingnya hubungan antara rnanusia
dengan lingkungannya dan sedapat rnungkin mernbangkitkan keinginan
untuk melestarikan hubungan tersebut.
Pendidikan pelestarian adalah suatu seni dalam memberikan pelajaran atau menciptakan situasi belajar yang berhubungan dengan tata lingkungan.
Kegiatan ini bukan hanya ditujukan bagi pelajar, tetapi juga bagi orang-orang
yang dianggap haws mengetahui dan ikut rnelestarikan tata lingkungan baik
bewpa kursus-kursus atau penyuluhan-penyuluhan. Tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk rnemberikan kesadaran, rneningkatakan pengertian tata
lingkungan dan lebih jauh lagi ikut rnenyelamatkan lingkungan.
Bentuk interpretasi di luar tempat aslinya dapat sekaligus digunakan untuk
beberapa maksud, misalnya :
1) Pendidikan konservasi
Bentuk ini di Indonesia rnasih kurang populer, misalnya saja pemutaran film
tentang alarn untuk masyarakat atau pada rnusirn-rnusim liburan
2) Urban interpretation
Merupakan bentuk interpretasi yang jauh dari lokasi atau kawasan yang
dapat diinterpretasikan. lnterpretasi ini diiujukan kepada masyarakat yang
ingin rnenikmati suatu kawasan tetapi jauh dan dana tidak rnernungkinkan,
rnenarik perhatian pengunjung yang diharapkan tertatik setelah rnelihat
peragaan, dan menjelaskan kepada calon pengunjung yang ingin datang ke
2.2.
Perencanaan interpretasi
Bradley, sebagaimana dikutip oleh Sharpe (1982), menyatakan perlunya
penyusunan perencanaan interpretasi dimaksudkan untuk mengoptimalkan,
meminimumkan kesuiitan dan memaksimumkan efesiensi dari semua sumberdaya
baik dana, waktu maupun tenaga. Tujuh ha1 yang ingin dicapai dalam interpretasi
adalah :
1. Dapat dipergunakan
Perkembangan fasilitas untuk menunjang program yang direncanakan
seharusnya disesuaikan, programnya dapat dipergunakan dan disenangi,
kesdamatan pengunjung harus diperhatikan, terutama dalam penggunaan
jalan dan interaksi dengan subyek interpretasi
2. Efisien
Dimaksudkan untuk mencegah agar fasilitas yang dipergunakan tidak
terbuang percuma, baik dari segi pelayanan, pembiayaan, pemeliharaan
maupun dari segi penggunaan
3. Aminitas
Dapat mengungkapkan keindahan dari kawasan yang direncanakan,
menyediakan paket yang bervariasi tetapi kompak dengan karakferistik yang
ada, indah dan memberikan gambaran dari subyek interpretasinya, dan
memperhatikan lansekap yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam
4. Fleksibel dan selektii
Perencanaan merupakan suatu proses yang terbuka sehingga harus
memadukan keinginan atau selera pengunjung dengan potensi kawasan
tanpa banyak mengadakan perubahan, program yang disusun terutama
sehingga pengunjung dapat lebih tertarik dan mengerti, merenungkan dan
mengevaluasi gambaran yang diperoleh
5. Meminimumkan kerusakan lingkungan alam
Sedikit melakukan perubahan terhadap lingkungan alam dan
memperhitungkan supaya tekanan yang ditimbulkan pengunjung sekecil
mungkin, terutama untuk jenis-jenis obyek yang langka
6. Penggunaan sumberdaya yang optimal
Sebuah masalah yang terus-menerus dalam perencanaan adalah
pengalokasian modal dan sumberdaya manusia di antara bermacam-macam
tipe investasi yang dibutuhkan untuk sebuah program interpretasi, terdapat
sebuah pilihan antara perkembangan-perkembangan baru dan perbaikan-
perbaikan program yang menunjukkan beberapa penafsiran saat semua itu
digunakan secara optimum
7. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat
Masyarakat umum seharusnya mengambil bagian dalam proses
perencanaan secara keseluruhan daripada kesernpatan untuk memberikan
k M a n
d m
penyuaran pikhan.Ditegaskan puta okh Bmcby &am Sha~pe (9982) h h v a pnssrrs
perencanaan dimaksudkan untuk mengikuti kaidah-kaidah umum yang dibedakan
hanya dengan sasaran-sasaran perencanaan yang spesink dan' organisasi' tertentu.
Proses-proses tersebut cenderung berurutan, interaktii dan berkelanjutan. Setiap
tahap berlanjut ke tahap berikutnya dan membutuhkan input serta feedback
perbaikan dan pengembangan. Skema pada Gambar 2-1 menunjukkan langkah-
langkah perencanaan interpretasi.
Masukan
Sintesis Rencana
[image:174.541.49.485.18.752.2]data
Gambar 2-1. Tahaptahap Rencana lnterpretasi (Sharpe, 1982)
Tahap 1. Tujuan
Tujuan-tujuan merupakan pedoman mewujudkan aktivitas khusus yang
dibutuhkan dalam perencanaan interpretasi. Sebagaimana diindikasikan oleh Young
dalam Sharpe (1 982) bahwa pedoman hams :
1). Menyatakan suatu tujuan yang menyeluruh
2).
Mengindikasikan kepedulian implikasi dari tujuan tersebut atau tujuan lain3). Memberikan target yang mencerminkan tujuan keseluruhan dan hasil yang
akan dicapai
4). Mengimplikasikan bagian-bagian aksi
Purtney dan Wagar yang dikutip oleh Sharpe (1982) menemukan tingkatan-
tingkatan tersebut ke daiam keb'ikan tujuan, tujuan untuk pedoman pemilihan
peluang-peluang, dan evaluasi tujuan. Tingkatan pertama memberikan suatu tujuan
untuk tindakan. Sering berupa ide yang mungkin diekspresikan dalam bentuk-
bentuk abstrak sebuah nilai. Pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
pedoman lebih spesifik dalam pemilihan peluang yang ada untuk interpretasi.
Tingkatan ketiga menegaskan hasil yang diharapkan dan ukuran-ukuran yang
diperbolehkan serta evaluasi yang berkaitan dengan kedua tingkatan sebelumnya.
Yang jelas untuk mencapai target hams mengetahui dimana target itu berada.
Tujuan dan detinisinya adalah pengembangan rencana secara keseluruhan. Asal
saja tujuan-tujuan tersebut dikembangkan dengan konsisten, ukuran keberhasilan
dari tingkatan ketiga akan dapat menduga keberhasilan tingkatan sebelumnya.
Tahap 2. lnventarisasi
-
pengumpulan dataObyek dari tahap inventarisasi diidentiikasi dan menemukan sumberdaya
serta keindahan, yang meliputi aspek fisik, biologi, dan lingkungan budaya.
Pencarian informasi adalah sarana untuk pengembangan rencana interpretasi yang
berhasil dan harus disampaikan secara akurat serta dapat dipercaya.
Peluang untuk interpretasi dan inforrnasi yang bisa membentuk sebuah
program interpretasi seharusnya diidentifikasi selama proses pengumpulan data.
lnventarisasi yang baik memberikan data dasar yang diperiukan untuk transmisi
secara efektif dari informasi interpretasi, pengesahan untuk mendapatkan lahan, dan
peluang untuk memperkuat integritas interpretasi di suatu daerah. Teknik
inventarisasi bermacam-macam seperti menelusuri sumber-sumber informasi,
pencarian lieratur, pengujian potret udara, kaji ulang peta data, wawancara dengan
pekerja, warga negara, dan para pmfesional, dan melakukan analisis menggunakan
Tahap 3. Analisis
lnformasi yang diperoleh dari inventarisasi memberikan gambaran berbeda
untuk semua elemen yang terdiri dari alam dan sistem budaya. Selama analisis
data yang diperoleh harus diuji dan dievaluasi sebagai saranlkritik informasi untuk
pengembangan rencana penggunaan dan sistem interaktif.
Analisis harus menitikberatkan masalah dalam proses dan tanggapan secara
keseluruhan menuju altematif pengelolaan yang lebih spesifik. lnterpretasi hams
mengupayakan penyajian secara keseluruhan daripada sebagian, oleh karena itu
analisis hams mempertimbangkan sistem secara total.
Tahap analisis juga mengidentifikasi potensi tema-tema interpretasi. Dasar
tema mungkin seputar ciri khusus dari suatu daerah, atau mungkin yang sifatnya
lebih umum.
Perencana sebaikn ya berusaha untu k lebih melengkapi analisis. Waktu,
dana, dan keahiin dianggab sebagai faktor pembatas. lnformasi yang paling tepat
dapat dikumpulkan dari para ahli sosiologi, ekonomi, ekologi, dan para ahli yang lain.
Hal ini memberikan pengertian yang layak dari sumberdaya, para pengguna, dan
altematif strategi pengelolaan. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai keuntungan
yang berkelanjutan dengan sedikit mengeluarkan biaya.
Tahap 4. Sintesis dari atternatif perencanaan
Tahap ini merupakan tahap untuk memadukan beberapa bagian altematif
tindakan, mengidentifikasi masing-masing penerapannya. Rancangan dan ide
imajinatif menjadi penting, penyediaan selang pemilihan anfara &ernatif yang sama
Dalam mempersiapkan alternatif, perencana harus sering melakukan review
atau mengkaji ulang tujuan-tujuan rencana interpretasi yang digunakan sebagai
pedoman. Perpaduan optimum dari teknologi interpretasi perlu dicoba, mungkin
merupakan media interpretasi yang lebih efektif dalam kaitannya dengan ketepatan
intensitas pengembangan fasilias. Dalam ha1 ini perlu dilakukan pengkajian ulang
terhadap kapasitas lingkungan, kebutuhan para pengguna, permintaan organisasi,
nilai-nilai kontemporer, trendlkecenderungan, dan kondisi.
Tahap 5. Rencana
Tahap akhir dari proses perencanaan menitikberatkan pada pemilihan
alternatif, yaitu satu ha1 akan lebih memuaskan untuk semua kepentingan. Dalam
tahap ini perencana harus melalukan perbaikan yang diperlukan dan mulai
melengkapi semua aspek dari rencana yang dipilih termasuk pendugaan secara
terperinci dari dampak implentasi.
Tahap 6. lmplementasi I penerapan
Pertama kali sebuah rencana diterapkan ada beberapa ha1 yang perlu
ditambahkan dan dipersiapkan sebelum usulan program interpretasi dapat
dijalankan. Tahap perkembangan haws dijadwalkan dengan telii untuk memastikan
urutan dari tindakan.
Pertimbangan keuangan menjadi perhatian utama. Hal ini bisa membutuhkan
perubahan dalam alokasi agen, dan beberapa perubahan pada prioritas yang akan
tetap dipertahankan. Para pekerja yang dibutuhkan hams dipertimbangkan dan
dana harus dialokasikan untuk mereka. Biaya dan sumber dana hams jelas
kaitannya. Pertimbangan investasi dari waktu, keuangan, dan upaya dibutuhkan
anggaran belanja yang besar tanpa ada kenyataan dari antisipasi keuntungan. Oleh
karena itu, upaya implementasi hams diorganisir dan dijalankan dengan kebijakan
yang kuat dan efisien.
Tahap 7. Evaluasi dan perbalkan rencana
Untuk memastikan bahwa kelanjutan sebuah rencana dalam mencapai
tujuan, diperlukan program monitoring atau pemantauan. Evaluasi diiakukan
terhadap para pengguna dan dampak fasilitas terhadap sumberdaya serta dampak
program terhadap para pengguna. Kaji ulang setelah implementasi
secara
periodikuntuk waktu yang akan datang dapat memastikan kelangsungan program. Jadi
terkadang hanya dibutuhkan perbaikan pada program-program kecil. Program dapat
digabungkan atau digantikan kapan saja ketika peninjauan ulang mengindikasikan
masing-masing bagian dari tindakan.
Hal terpenting adalah bahwa semua anggota dari tim perencana
berpartisipasi dalam review agar memberikan kontribusi kriteria evaluasi dan saran
untuk perbaikan program. Proses review ini tidak hanya dibutuhkan untuk program
administrasi tetapi dapat digunakan sebagai pedoman untuk pengembangan
program yang akan datang.
2.3. Biota air
Odum (1 993) menyatakan bahwa organisme dalam air dapat diklasifikasikan
dengan dasar niche utama pada posisinya dalam rantai makanan, yaitu sebagai
autotroph (produsen) : tanaman hijau dan mikroorganisme kemosintetik; phagotroph
Plankton
(konsumen mikro atau pengurai) : dihedakan la@ herdasarkan bahan
orgaruk
yangdiuaikan.
Odum (1-993) jugs mgnggdongkan Wuk kebhpan
at*
kgbiasaan hiduporganisme a& berdasarkafl model- kekidupmya, sebagai ben'kut :
Benthos- : organism yartg melekat at% beri&rerM pade dasar atgu
hidup di dasar enclapan. Binatsmg benthos dapat dibagi
berdasarkan cara makannya menjadi pemakan penyaring
(seperfi kerang) dan pemakan deposit (seperti siput).
Periphyton/aufwuchs : organisme baik tanaman maupun binatang dan daun dari
tanaman yang berakar atau perrnukaan lain yang menonjol
dari dasar
: organisme mengapung yang pergerakannya kira-kira
tergantung pada arus
: organisme
yang
8apid berenmg8an
hetgerak den@kemauan sendin, krrnasuk ikan, amfjbi, dan serangga. air
besar
: orgmismeymg beristir- atau berenang padapmkaan-
air
2.4. E kosistem mang-rove
Ekosistem mangrove adalah suatu ekosistem khas di wilayah pesisir yang.
merupakm.
tem3;2&. herlangswlgnya htahungan.timhal. Wik
anba
kmpcm.en.at2iak
seperti. senyawa
anurganik,
organik, clan. pasanq surut, salinh. dengan. komponen.biotik seperti produsen (vegebi dan plankton), konsarmen
makm
(serangga,
ikan,dm. lain-lain.), Kompmen. tumbuhannya sebagian besar berupa jenis-jenis. pohon,
yang keanekaragamannya.
jauh
lebih. kecil. daripada ekosistern. hutan darat.Wagaman jmis yang M h .
b
m
fbKdapa# di. Mayah tropis dibandngkan. denganwilayh. subtropis
dimma
vegetasi mangmvedi.
wiiayat?. tFopis d i p h a k a n - terdiftdafi. 60- jds, sechgkan di.wi#itag(alP ~6trqAs- hmya SO j d s . K o t r t p o ~ e ~ )te#ram?ya
sebagian besar berupa hewan avertebrata (hewan tidrrk bertulang belakang).
Sebagian besar biota tersebut hanya tedapat dalam ekosistem mangrove dan
sebagian kecil'terdapat juga dalam ekosistem lain (Logo d'an Snedsker, 1974).
Ditambahkan oleh Mac Nae (1968) yang dikutip oleh Tomfinson (1986)
bahwa komunitas fauna mangrove membentuk percampuran antara dua kelompok :
1. Yang hidup di kolom air terutama jenis ikan dan udang
2. Yang. menempati substrat baik yang keras (akar dan batang mang.rove)
ma.upun. 1.u.n.ak (I.u.mpu.r).,. tem!@.ma kepitlng,. kemng. d.a.n. krlsag.ai Jenis
i n v m r a t a lainnya.
Mangrove mewpaltan habitat bagi' Berbagai' jenis satwa liar seperti' priinata,
reptilia, dan bunrng. Moluska sangat banyak ditemukan pada areal mangrove di
Indonesia. Budiman (1985) mencatat sebanyak 91 jenis moluska hanya dari satu
tempat saja di Seram, Maluku. Jumlah tersebut termasuk 33 jenis yang biasanya
terdapat pada karang, akan tetapi iuga sering. meng.un1ung.i ddarah mangrove.
Bebempa. dan. $1. j.enis kel~mpok- mslunka. tersebut. d.iketatr.u.i. hl.d.up di. da1a.m. tm.atr.%
semmtaca yang lainnya ada yang hidup.
a.
pemukaan. dm. ada yang hidup.menernpel pada tlcmbuh-tubuhan. Kepiting lugs umum. clitemukan di
daerah
mangrova khusu-snya jenis-jenis p w -
daFi
pnk €:lestocoe!oma,Kepiiing mangrove Scyfla serrata melrupakan kemmg yang hictup. di daerah
rnmgme ywtg mertlitiki ci-lai &momis-
t i .
Mangrave juga
merupakan
h a b i penting bagi betbag&jems
Cn;tstaceaterrnasuk jenis udang-udangan yang memiliki nilai komersiai; Beberapa jenis ikan
ditemukan di' areal' mangrove, yang dominan adalati ikan klanak (Mirgit cephahs)
yang bersifat herbivora.
23. F Me)aR
m-
&d&ettt ~ ~ T Q R P WPandangan bahwa ekosistem hutan mangrove merupakan sumberdaya yang
tidak berharga (waste land), sarang nyamuk malaria &an kotor mulai berubah
setelah disadan- bahwa ternyata hutan mangrove memiliki' berbagai' macam fungsi'
sosial, ekonomi, dan ekologi yang sangat dibutuhkan manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung (Dahuri dan Arumsyah, 1994).
Hutan mangrove dan biota air serta seluruh komponen di dalamnya,
merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wiiayah pesisir
dan kutan ... Bad sudsr?. ekol.w.is,. m.ang.wve mempunyai fung.si. sebagai pered.a.m.
gelcrmhang dm.
angin
hadai,.tegakan
mangrQve dapat melindungipmukiman,
pertanian,
dan
bangunan dad angin kencang atau intfusiair
laut. Akac mangrovemsrmpu mengrksrt dsrn m e M k m substrat krmpccr, pd'lonnya mengccrsurgi energi
gelwtbang d m mempefrlambat %us, sementafa vegeiasinya secafa kesektruhan
dapat mmefangkap sed'm (Othmm, t994 in Nuqaya, dkk, 1999). N m a n
mangrove &tam menunjang keglatan perilcanan pantai dapat disarilcan datam dua
hat. Pertama, mangrove berperan penting datam siktus hidup
-
daerah pemijahanmangrove merupakan pemasok bahan organik sebagai makanan biota di dalamnya
dan penghasil sejumlah besar detritus dari daun dan dahan mangrove (Bengen,
1999).
Simbolon (1991) membedakan fungsi hutan mangrove menjadi manfaat
langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung dapat dikategorikan
sebagai manfaat yang secara langsung dapat dirasakan kegunaan dan nilainya
untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan produksi atau jasa pelayanan. Bentuk
manfaat langsung antara lain pemanfaatan kayu bakar, bahan bangunan, keperluan
perikanan tangkap, pertanian, bahan baku kertas, bahan makanan (baik dari
tanaman air maupun biota air), obat-obatan, minuman, peralatan rumah tangga,
bahan kulit, dan lainnya. Adapun manfaat tidak langsung mempunyai nilai strategis
yang sangat menentukan dalam menunjang kehidupan manusia dalam kaitan
manfaatnya sebagai sumber plasma nutfah, dunia pendidikan dan ilmu
pengetahuan, hidrologis, iklim, dan pariwisata. Produk tidak langsung dari
ekosistem mangrove dapat berupa ikan, udang, kepiting, kerang-kerangan, burung,
mamalia, reptilia air, dan hewan lainnya (Dahuri dan Arumsyah, 1994).
Segenap kegunaan ini telah dimanfaatkan secara tradisional oleh sebagian
besar masyarakat pesisir di Indoensia. Potensi lain dari ekosistem mangrove yang
belum dikembangkan secara optimal adalah sebagai kawasan wisata alam
(ekoturisme).
2.6.
Rantai
makanan
Tumbuhan mangrove sebagairnana yang lainnya mengkonversi cahaya
matahari dan zat hara (nutrien) menjadi jaringan tumbuhan (bahan organik) melalui
dalam berbagai bentuk, bagi semua biota yang hidup di ekosistem mangrove.
Berbeda dengan ekosistem pesisir lainnya, komponen dasar dari rantai makanan di
ekosistem mangrove bukanlah tumbuhan mangrove itu sendiri, melainkan serasah
yang berasal dari tumbuhan mangrove (daun, ranting, buah, batang, dan
sebagainya).
Sebagian serasah mangrove didekomposisi oleh bakteri dan fungi menjadi
zat hara (nutrien) terlarut yang dapat dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton,
algae, ataupun tumbuhan mangrove itu sendiri dalam proses fotosintesis; sebagian
lagi sebagai partikel serasah (detritus) dimanfaatkan oleh ikan, udang dan kepiting
sebagai makanan. Proses makan memakan dalam berbagai kategori dan tingkatan
biota membentuk suatu jala makanan seperti pada Gambar 2-2. (Odum & Heald,
1974). Jadi dalam ha1 ini, biota air masih memiliki peranan yang penting untuk
melangsungkan kelancaran rantai makanan pada ekosistem mangrove.
CCc
[image:183.541.71.423.351.690.2]DETRITUS
2.7. Kawasan konsewasi Suaka Matgasatwa Muara Angke
Disadari bahwa mangrove memberikan banyak manfaat bagi manusia.
Dengan demikian mempertahankan areal-areal mangrove yang strategis sangat
penting untuk pembangunan ekonomi dan sosial. Berdasarkan pembagian kategori
rencana tata guna lahan hutan yang berupa Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK),
mangrove dapat masuk ke dalam seluruh kategori, antara lain sebagai areal
konsewasi dan perlindungan alam, hutan produksi, dan hutan konversi.
Menurut UU No. 5 Tahun 1990, terdapat tiga aspek penting yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan dan pelestarian ekosistem mangrove, yaitu :
1). Pectindungan sistem penyangga kehidupan
Yang dimaksud adalah terpeliharanya proses ekologis yang menunjang
sistem penyangga kehidupan bagi kelangsungan hidup organisme.
2). Pengawetan keanekaragaman jenis flora, fauna dan ekosistemnya
Yaitu upaya-upaya untuk melindungi jenis flora dan fauna baik yang
terdapat di dalam kawasan maupun di luar kawasan agar tidak punah
3). Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
Yaitu pemanfaatan secara nasional dengan tetap mempertahankan
keseimbangan ekologisnya, sehingga kesinambungan pemanfaatan
tenebut dapat te jaga
Seperti yang telah dijelaskan dalam Pasal 1 Keputusan Presiden RI No. 32
Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, bahwa kawasan konsewasi
atau kawasan lindung adalah kawasan yang diietapkan dengan fungsi umum
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumberdaya
berkelanjutan. Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya
kerusakan fisik lingkungan hidup. Sasaran pengelolaannya meliputi peningkatan
fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, dan satwa serta nilai sejarah dan
budaya bangsa; dan mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe
ekosistem, dan keunikan alam.
Secara khusus kawasan konservasi menurut UU-Tata Ruang Nomor 24
Tahun 1992 dan PP-Rencana Tata Ruang Wilayah No. 47 Tahun 1997, terdiri dari :
1). Kawasan yang mempertahankan perlindungan kepada kawasan di
bawahnya (hutan lindung, kawasan bergambut tebal, daerah resapan air
hujan)
2).
Kawasan lindung setempat (sempadan pantai dan sungai, waduk dan danau,mata air)
3). Kawasan suaka alam dan cagar budaya (cagar alam, suaka margasatwa,
hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah, daerah pengungsian
satwa, situs purbakala, kawasan formasi geologis tertentu)
4). Kawasan rawan bencana alam (daerah gunung api aktii, daerah gempa dan
longsor, daerah banjir, daerah lintasan badai).
Perlindungan daerah mangrove yang merupakan habitat biota air dan satwa
lain, Muara Angke untuk pertama kali ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan
k