• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan lnterpretasi Biota Air di Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan lnterpretasi Biota Air di Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke"

Copied!
280
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)

PERENCANAAN INTERPRETASI BIOTA AIR

DI SUAKA MARGASATWA MUARA ANGlKE

Ofeh

:

SEPTALINA

PRADINI

M PASCASARJANA

I

PERTANIAN BOGOR

(147)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : ccPERENCANAAN

4NTERPRETASI EHOTA AIR

DI

SUAKA WRGASATWA NlUARA ANGKE", &&ah benar-benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan dapat diperiksa kebenarannya.

Se lina Pradini

(148)

ABSTRAK

SEPTALINA PRADINI. Perencanaan lnterpretasi Biota Air di Suaka Margasatwa Muara Angke. Dibimbing oleh HAD1 S. ALIKODRA, DEDl SOEDHARMA, dan E. K. S. HARlNl MUNTASIB.

Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) sebagai hutan mangrove merupakan habitat kera ekor panjang, burung-burung merandai, dan berbagai jenis biota air. Sejauh ini, sangat sedikii masyarakat yang mengetahui tentang biota air di SMMA karena belum ada program interpretasi tentang biota air. Peneliian ini

bertujuan untuk menyusun rencana interpretasi biota air di SMMA. Tahaptahap

perencanaan interpretasi adalah penentuan topik dan tujuan, pengumpulan data, analisis data, sintesis, dan penyusunan rencana.

Di Suaka Margasatwa Muara Angke ditemukan 14 jenis ikan, di antaranya

ikan gabus (Ophiochepalus strietus), sepat rawa (Trichogaster tricopterus), sepat siam (T. pectoralis), kepala timah (Aphlocheilus phancanx), julung-julung (Hyporamphus negletus), sapu kaca (Hypostomus sp.) and mujair (Oreochmmis mosambica). Selain itu terdapat kepiting (Sesarma sp.), keong mas (Pomacea sp.), biawak (Varanus salvador), dan ular air (Homalopsis buccata). Nipah dan bakau dapat tumbuh membentuk fonnasi sendiri, begitu pula dengan eceng gondok yang tumbuh subur.

Dari hasil kuisioner, pengunjung kurang tertarik dengan biota air karena mereka pada umumnya belum mengetahuinya. Berbeda dengan masyarakat sekiiar yang lebih dulu tahu, akan tetapi kurang menyadari untuk ikut melestarikan biota air. lnfonnasi biota air juga sangat dibutuhkan oleh pihak pengelola, karena sampai saat ini belum memiliki data secara lengkap.

Agar pengunjung mudah untuk memahami tentang biota air sekaligus mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, periu disusun rencana interpretasi. Untuk menunjang pelaksanaan rencana interpretasi biota air di Suaka Margasatwa Muara Angke dapat dikembangkan tiga jalur, yaitu jalur darat sebelah Barat, jalur air, dan jalur jatan papan di atas air. Disamping itu juga diperlukan beberapa sarana dan fasilis interpretasi yang memudahkan pelayanan kepada pengunjung.

(149)

Judul Tesis

Nama

Nomor Pokok

Program Studi

: Perencanaan lnterpretasi Biota Air di Kawasan Suaka

Msrgasatwa

Muse

Angke

: Septalina Pradini

: 99 279

: Pengelolaan Sumberdaya Alam dm Lingkungan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

p r o M r . Ir. Dedi Sudharrna.DEA Dra. E.K.S. Harini Muntasib, MS.

Anggrn ~ ~ g g o t a

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan lingkungan,

Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. MS.

(150)

PERENCANAAN INTERPRETASI BIOTA AIR

DI SUAKA JMARGASATWA MUARA ANGKE

SEPTALINA PRADINI

Tesis

Sebagai salah satu syarat

untuk

memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Pengelolaan Surnberdaya Alarn dan Lingkungan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(151)

Penulis dilahirkan sebagai anak tengah dari tiga bersaudara di Banyuwangi

pada tanggal 16 September 1975 dari pasangan Bapak bambang Supriyanto, S.H

(Alm) dan Ibu Titit Kartini, S.H.

Pendidikan formal dimulai penulis dari TK. Santa Maria Banyuwangi pada

tahun 1981. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDK Santa

Maria Banyuwangi tahun 1988, dilanjutkan di SMP Negen 1 Banyuwangi yang

terselesaikan pada tahun 1991. Tahun 1994 penulis lulus dari jenjang pendidikan

atas di SMA Negeri 2 Banyuwangi dan pada tahun yang sama penulis diterima di

IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setahun kemudian penulis diterima di Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan dengan bidang Keahlian

Manajemen Sumberdaya Perairan. Empat tahun kemudian (1998) penulis

dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan dari program sajana.

Kemudian pada tahun 1999 atas dukungan orang tua penulis mengambil program

pascasarjana IPS dan diterima di Program Studi Pengetolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

Selain menjadi mahasiswa pascasa jana, penulis melakukan magang kerja di Pusat Peneliiian Lingkungan Hidup IPB, asisten Kepala Program Pengeloiaan

Sumberdaya Air sampai sekarang dan magang

kerja

sebagai asisten Pembantu

Ketua (Puket) I Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor. Penulis juga menjadi

asisten luar biasa mata ajaran Dasar-dasar llmu Lingkungan bagi mahasiswa diplama Program Studi Pengelola Lapang Perkebunan Fakultas Pertanian IPB tahun

ajaran 199912000 dan Pengelolaan Kawasan Wisata Air bagi mahasiswa sa jana

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan tahun ajaran 200012001. Disamping itu

(152)

PRAKATA

AlhamdulillahirrobiIaIadn, segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar magister pada Program Pascasarjana.

Tesis yang berjudul Penyusunan Rencana lnterpretasi Biota Air di

Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke bertujuan membantu dan mempermudah masyarakat umum untuk memahami biota air, sekaligus membuka wawasan agar ikut menjaga kelestarian biota air yang ada di Suaka Margasatwa Muara Angke. Dimana nantinya peruntukan kawasan ini akan diarahkan pada

kegiatan envimnmental educatian dan wisata terbatas.

Perencanaan interpretasi tentang biota digunakan untuk membantu pengunjung mengembangkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman tetang biota air dan habitatnya. lnterpretasi biota air ini ditujukan untuk semua pengunjung yang datang ke kawasan, baik dengan tujuan rekreasi, pendidikan dan peneliian, maupun masyarakat sekitar yang memiliki interaksi dengan kawasan. Obyek interpretasi biota air yang ditawarkan ditekankan pada jenis mangrove, nipah, eceng gondok, kepiting, dan ikan

Penyusunan tesis ini tidaklah sempuma tanpa bantuan, masukan, dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh kar8na itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Mama dan Papa, atas segala didikan, kasih sayang, dorongan material dan

spiritual, serta doa restunya

2. Mas Andri dan Mbak Ratna, Dik Gerry dan Rita, Cacak dan Mas Dian, serta

keluarga besar Ponorogo atas kasih sayang dan dorongan semangatnya

3. Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS., Prof. Dr. lr. Dedi Sudharrna, DEA, dan Ibu

Dra. E. K. S. Harini Muntasib, MS., selaku komisi pembimbing atas segala

arahan, bimbingan, dan masukan selama perencanaan hingga tersusunnya tesis ini

4. Tim Perencana Pengelolaan Suaka Margasatwa Muara Angke, atas

(153)

5. Prof. Dr. It. M. Sri Saeni. M.S., selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya AIam dan Lingkungan

6. Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam DKI Jakarta beserta seluruh staf,

atas segala inforrnasi yang diberikan

7 . Bapak Naman dan Bapak Nanang, Keluarga Bapak Atok dan Bapak Misran (Muara Angke) atas segala bantuan selama penelitian

8. Agus Herrnansyah, 'perancang peta interpretasi'

9. Bapak Dr. Ir. M. F. Rahardjo, DEA dan Ibu tr. Lenny S. Syafei, MS. di Cikaret

10. Ibu Atwindrasti, San-san, Nurindah, dan Warga petwira 4 : Rulan, Atiek,

Nunui, Dada, Rahmah, dan Rika, serta seluruh rekan-rekan PPs IPB atas dukungannya

1 1. Teristimewa untuk suamiku, Kanda Akur, atas

segalanya

yang tidak bisa

penulis dapatkan dari orang lain

Akhimya, penulis menyadari bahwa kebenaran itu semata-mata dari Allah

S W dan kekhilafan itu merupakan ketaksernpurnaan diri penulis.

Bogor, Februari 2002

(154)

DAFTAR IS1

Halaman

[image:154.547.66.491.82.703.2]

RIWAYAT HIDUP

...

i ...

PfUKA5A ii

...

DAFTAR IS1 iv

...

DAFTAR

GAMBAR

...

.

.

.

vi

...

DAFTAR TABEL vii

...

*. *.

.

...

...

..*...

...

O M T A R lAWW ............,.......s......... *.

...

...*...

VIII

...

...

.

1 Pendahuluan

.

.

.

1

1.1. Latarbelakang

...

I

...

1.2. Tujuan dan manfaat 4

t.3. ~ ~ U Q I G I ... 4

...

Tinjauan Pustaka

...

..,

8

...

2.1

.

lnterpretrasi Lingkungan 8

...

2.2. Perencanaan interpretasi -14

...

2.3. Biota air -20

...

2.4. Ekosistem mangrove -21

...

2.5. Fungsi dan manfaat ekosistem mangrove 23

2.6. Rantai makanan

...

24

2.7. Kawasan Konservasi Suaka Margasatw Muam Angke

...

26

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

...

Metode Penelitian

.

.

-29

3.1. WaMu dan lokasi

...

29

...

3.2. Tahap-tahap perencanaan interpretasi -29

...

3.2.1. Penentuan obyektif / tujuan 29

...

3.2.2. lnventarisasi atau pengumpulan data 30

...

3.2.3. Anaiisis data 35

... ..

3.2.4. Sintesis dan atternatif-atternatif perencanaan ....-37

...

3.2.5. Penetapan rencana interptetasi -38

4

.

Hasil dan Pembahasan

...

39

4.1. Keadaan umum Suaka Margasatwa Muara Angke ... 39

4.1.1

.

Sejarah. status, luas dan lokasi

...

39

...

4.1.2. Aksesibiltas 40

...

4.1.3. Fasilitas dan sarana -40

...

4.2. Aspek fisik 41

...

4.2.1. Tanah dan topografi 41

4.2.2. lWim

...

42 4.2.3. Hidrologi

...

43

...

4.3. Aspek biologi 50

...

4.3.1

.

Flora 50

4.3.2. Fauna

...

51 4.3.3. Fauna air

...

52
(155)

...

4.5. Aspek pengunjung 59

...

4.5.1. Komposisi pengunjung 59

...

4.5.2. Penilaian pengunjung terhadap kawasan 63

...

4.5.3. Perilaku pengunjung saat di kawasan 67

4.5.4. Penilaian pengunjung terhadap sarana dan fasilitas

...

...

lnterpretasi

.

.

-69

4.6. Pengelolaan Suaka Margasdwa Muara Angke

...

73

...

4.7. Keinginan masyarakat sekitar 76

...

5

.

Perencanaan lnterpretasi Untuk Umum 78

...

...

.

5; 1 Konsep .perencanaan

.

.

.78.

...

5.2. Pembagian ruang -82

...

5.3. Jalur interpretasi -83

...

5.4. Metode dan teknik interpmtasi 85

...

5,5

.

F a . S i inteqxehsi ygng akan dikembangkan -87

.

...

6 Skenario Cerita 92

6.1. Jalur darat di sebelah barat kawasan ... 94

6.2. Jalur air

...

97

... 6.3. Jalan papan di atas air (boardwalk) 100

...

.

7 Program interpretasi 105

8

.

Kesimpulan dan saran

...

111

...

0

.

1

.

Kesimpulan 111

...

8.2. Saran 112

DAFTAR PUSTAKA

(156)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

...

1-1

.

Diagram kerangka pemikiran

...

.

.

7

...

.

2-1 Tahaptahap rencana interpretasi 16

2.2 . Rantai makanan ekosistem mangrove ... ... 25

...

4.1

.

Struktur organisasi pengelola kawasan 74

...

5-1

.

Peta rencana fasilitas interpretasi biota air 91

...

7-1 . Skema jalur air untuk program kunjungan 2. 5 jam 106

...

(157)

DAFTAR TABEL

label Teks Halarnan

3.1

.

Komponen fisika dan kimia perairan yang diukur

...

31

4.1

.

Jenis. jumlah. dan kondisi fasilitas dan sarana di Suaka Margasatwa

Muara Angke

...

41

4.2

.

Hasil analisis kualitas air

...

44

4.3

.

Jenis dan kelimpahan plankton di Suaka Margasatwa Muara Angke

...

54

4-4 . Hasil analisis benthos di Suaka Margasatwa Muara Angke ... 55

4.5

.

Jenis-jenis ikan di kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke

Tahun 2001

...

56

4.6

.

Komposisi pengunjung berdasarkan kelompok umur. jenis kelamin.

peke-. pendidikan dan a&

...

.60

4.7 . Tujuan pengunjung datang ke Suaka Margasatwa Muara Angke

berdasarkan kuisioner

...

63

4.8 . Tujuan pengunjung datang ke Suaka Margasatwa Muara Angke

berdasarkan hasil pencatatan BKS-DA DKI Jakarta 2000

...

63

4.9

.

Penilaian pengunjung terhadap kawasan

...

64

...

.

4.10 Ketertarikan pengunjung terhadap sumberdaya di kawasan 65

4-1 I . Perilaku pengunjung selama berkunjung ke kawasan ... 68

...

4-1 2

.

Penilaian dan harapan pengunjung terhadap sarana dan fasilitas 70
(158)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

...

1

.

Peta pengambilan sampel kualitas air dan biota air 117

2

.

Peta sebaran vegetasi di SMMA

...

118 ...

3 . Peta sebaran fauna air di SMMA 119

...

4

.

Daftar pengunjung SMMA 2000-2001

...

.

.

.

120
(159)

1. PENDAHULUAN

I .I. Latar belakang

Muara Angke sebagai kawasan hutan bakau yang masih tersisa di DKI

Jakarta sering dilupakan orang. Keberadaan hutan bakau Muara Angke membantu

masyarakat khususnya warga Jakarta dan sekiiamya untuk memudahkan melihat

dan mengenal komunitas hutan mangrove dengan segala jenis hewan yang hidup di

dalamnya. Disamping itu, letaknya yang tidak jauh dari pusat-pusat keramaian

(pusat perbelanjaan dan wisata seperti pasar ikan), berdekatan dengan Bandara

lnternasional Sukarno Hatta, serta berbatasan dengan pemukiman mewah (Pantai

lndah Kapuk), memudahkan masyarakat mencapai lokasi Muara Angke.

Muara Angke, yang berbentuk hutan mangrove, me~pakan kawasan hutan

di pesisir utara DKI Jakarta yang memiliki sifat khas sebagai suatu sistem

penyangga kehidupan. Sebagai system penyangga kehidupan Muara Angke

berperan dalam menyangga masuknya air laut ke darat, mencegah abrasi dengan

fungsi periindungan fisiknya, habitat ikan dan berbagai jenis burung serta satwa liar

lainnya, sebagai tempat pendidikan dan pene'tian, serta merupakan ruang terbuka

hijau kota yang turut menyumbang oksigen dan berfungsi sebagai areal rekreasi

alam (Dinas Kehutanan DKI Jakarta, 1997).

Hutan mangrove Muara Angke merupakan hutan mangrove alam yang

termasuk dalam satu rangkaian ekosistem estuaria Teluk Jakarta dan telah banyak

mengalami kemunduran. Kondisi kawasan mangrove ini mendapat tekanan dan

ancaman terutama dari proyek perumahan Pantai lndah Kapuk (PIK) dan reklamasi

Teluk Jakarta. Meskipun demikian, masih terdapat berbagai biota yang hidup dan

(160)

Suaka Margasatwa Muara Angke (2000) mencatat masih terdapat 74 jenis burung

dan beberapa jenis reptilia (biawak dan ular). Selain itu masih ditemukan 2

kelompok populasi kera ekor panjang.

Di kawasan Muara Angke tidak hanya burung merandai dan kera ekor

panjang yang diminati pengunjung, tetapi juga beberapa jenis ikan, seperti sepat

(Trichogaster sp.), gabus (Ophiocephalus striatus), julung-julung (Hyporamphus

negletus), kepala timah (Aplocheilus panchax), dan sidat (Moringuia raitaborua).

Selain itu masih ada tumbuhan yang menarik, seperti bakau, nipah dan eceng

gondok, meskipun masyarakat pada umumnya hanya memandang eceng gondok

sebagai tumbuhan pengganggu (gulma). Ketidaktahuan masyarakat ini yang

berpotensi menjadi ancaman bagi keberadaan biota-biota tersebut. Sampai saat ini

Suaka Margasatwa Muara Angke belum dilengkapi perencanaan interpretasi yang

disusun dengan mempertimbangkan kondisi yang ada dalam kawasan, kemampuan

pihak pengelola, dan keinginan pengunjung. Pengunjung jarang didampingi oleh

pemandu yang berpengalaman dengan kawasan, sehingga pengunjung

mengembangkan interpretasinya masing-masing berdasarkan persepsi dan

kepentingan mereka.

Dan berbagai keunikan kondisi mangrove, keanekaragaman hayati, dan letak

kawasan yang strategis membuat Suaka Margasatwa Muara Angke sangat potensial

dikembangkan sebagai kawasan wisata terbatas serta lebih diiekankan pada tujuan-

tujuan pendidikan. Terbukanya Suaka Margasatwa Muara Angke sebagai kawasan

wisata dengan penekanan pendidikan mendapat tanggapan positif dan antusias dari

masyarakat. Hal ini terbukti dari hasil-hasil kunjungan masyarakat yang tercatat

(161)

Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke tidak mungkin terlepas dari

interaksi masyarakat di sekitamya dan orang-orang yang berkunjung ke kawasan.

lnteraksi tersebut kadangkala tanpa disadari dapat mengganggu bahkan merusak

sumberdaya dan lingkungan, sehingga mengakibatkan menurunnya kualis dan

kuantiias kawasan khususnya biota air. Untuk mengurangi dan mencegah

kerusakan kawasan lebih lanjut, maka perlu meningkatkan kesadaran dan

kepedulian orang-orang yang datang berkunjung ke kawasan. Upaya yang dapat

dilakukan adalah membuka pemikiran dan mengembangkan wawasan orang-orang

yang datang ke kawasan mengenai makna yang tersimpan dan yang sesungguhnya

berguna dari biota air serta komponen penyusun ekosistem dalam kawasan.

Dengan kata lain pellu mengubah pola pikir pengunjung dan masyarakat di

sekitarnya yang awalnya kurang mengerti tentang biota air dan habiatnya menjadi

lebih memahami keberadaan mereka.

Biota air tidak mungkin menjelaskan dan menceritakan sendiri tentang apa

dan bagaimana mereka kepada manusia, sehingga pelu disampaikan kepada

pengunjung sedemikian nrpa agar menarik dan tidak hanya sekedar menyampaikan

informasi. Upaya penyampaian makna di balik perilaku dan kebiasaan biota air serta

pesan lingkungan secara demikian umumnya merupakan komunikasi dengan

menggunakan pendekatan interpretasi.

Kegiatan interpretasi sangat berguna untuk mengarahkan dan meningkatkan

rasa keingintahuan bagi orang-orang yang datang berkunjung dan diharapkan

mampu mengurangi dampak yang dapat merugikan bagi biota air dan habiatnya.

Agar keberadaan biota air dapat ditafsirkan dan dipahami dengan benar sehingga

(162)

perencanaan interpretasi mengenai biota air sebagai salah satu komponen

ekosistem di Suaka Margasatwa Muara Angke.

1.2. Tujuan dan manfaat

Penelian ini bertujuan untuk menyusun rencana interpretasi mengenai biota

air di kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke. Penelian ini juga bertujuan

menambah pengetahuan orang-orang yang datang berkunjung tentang biota air di

kawasan tersebut, sehingga mereka lebih memahami biota air dan lebih membuka

wawasan mereka untuk ikut menjaga kelestarian dan kenyaman kawasan.

Dari hasil peneliian ini dapat digunakan sebagai salah satu bagian

perencanaan kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke apabila dikembangkan

sebagai suatu kawasan wisata terbatas, sekaligus mendukung pendidikan

konservasi lingkungan terhadap masyarakat yang berinteraksi langsung dengan

Suaka Margasatwa Muara Angke.

1.3. Kerangka pemikiran

Fungsi kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) adalah untuk

pengawetan dan perlindungan satwa dan habiiatnya dari kerusakan dan tekanan.

Akhir-akhir ini, kawasan SMMA cenderung juga berfungsi sebagai tempat rekreasi.

Dengan demikian SMMA tidak terlepas dari adanya pengunjung. Pengunjung yang

datang memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda-beda. Ada pengunjung

datang dengan tujuan untuk rekreasi, ada yang bertujuan untuk mengadakan

penelitian dan pendidikan, dan ada juga masyarakat sekitar yang berinteraksi

(163)

Sebagai salah satu ekosistem estuaria, biota air menrpakan komponen

ekosisten yang penting di SMMA. Akan tetapi biota air ini kurang diketahui dan

dipahami keberadaannya oleh masyarakat khususnya pengunjung kawasan,

sedangkan biota air tidak mungkin menyampaikan sendiri makna yang tersimpan di

dalam dirinya kepada pengunjung.

lnterpretasi merupakan suatu media penghubung antara biota air dengan

pengunjung. Perencanaan interpretasi biota air di Suaka Margasatma Muara

Angke akan membantu pengunjung mengungkapkan makna sebenamya dari

keberadaan biota air di kawasan tersebut.

Penelian ini dilakukan dengan mengkaji kondisi saat ini Suaka Margasatwa

Muara Angke dengan tujuan untuk menyusun rencana interpretasi sekaligus

mendukung pendidikan konservasi. Penyusunan rencana interpretasi tersebut

didahului dengan melihat sumberdaya biota air dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya dan disesuaikan dengan keinginan dan harapan pengunjung

kawasan.

Keinginan dan harapan pengunjung terhadap kawasan sebenarnya dapat

dilihat dad karakteristik, penilaian, dan perilaku pengunjung terhadap biota air yang

ada di kawasan. Penelitian ini ditekankan pada karakteristik fisik dan biologi

perairan serta tekanan terhadap sumberdaya biota air. Selain itu, penelitian ini juga

ditunjang dengan mempertimbangkan keinginanan dan harapan masyarakat

setempat, instansi pengelola kawasan, dilengkapi dengan sejarah dan mitos tentang

kawasan.

Untuk memperoleh gambaran yang berbeda dari masing-masing

sumberdaya dan pengunjung dilakukan analisis yang meliputi ; analisis potensi biota

(164)

pengelolaan kawasan. Dan hasil analisis tersebut kemudian dilakukan sintesis yaitu

penentuan atternatif sumberdaya sebagai obyek interpretasi yang akan ditawarkan

dan fasilias interpretasi yang akan dikembangkan dengan mempertimbangkan

keuntungan dan kerugiannya. Keluaran yang diharapkan dari sintesis yaitu

tersusunnya rencana interpretasi tentang biota air dan keluaran interpretasi yang

berupa booklet atau leaflet. Secara lengkap kerangka pemikiran tersebut disajikan

(165)

Analisis Perilaku Pengunjung Analisis Keinginan Masyarakat Analisis Pengelolaan Kawasan

+

t

NJUAN :

Penyusunan rencana interpretasi

.c

Keluaran InteweUsi (booklet dan W)

UTAMA :

1. KaraMeristik Sumberdaya

Fisik (warna air, pas& bau air, dll) Biotogi (udang, kepiting, ikan, dll) 2. Tekanan terhadap habitat

PENUNJANG:

1. Keinginan dan harapan masyarakat 2. Pengelolaan kawasan

3. Mis dan legenda

Gambar 1-1. Bagan alir kerang ka pemikiran

Analisis Potensi Sumberdaya Alam Mendukung pendidikan konservasi

1. K a r a k W k pengunjung Komposisi

Tujuan Aktivitas

2. Perilaku pengunjung terhadap: SDA yang rnenarik

lnteraksi dan pemathbn SDA I

ANAUSlS :

1 b

I

I

[image:165.756.41.687.43.466.2]
(166)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. lnterpretasi Lingkungan

lnterpretasi sebenamya muncul dari keluhan pengunjung yang datang ke

suatu kawasan yang tidak memiliki keindahan, keunikan, atau kekhasan tertentu.

Namun, semua nilai tersebut tidak dapat diketahui dan dinikmati sebagian besar

pengunjung karena tidak ada petunjuk atau tanda dan informasi yang dapat

menjelaskan apa yang sebenamya tersimpan dalam kawasan tersebut. Sedangkan

obyek yang ada tidak dapat menceritakan tentang dirinya sendiri. Banyak

pengunjung bertanya dalam hati tanpa ada yang bisa menjawabnya, seperti apa

nama pohon yang besar sekali ini dan apa manfaatnya, berapa kira-kira umurnya,

bagaimana bisa sampai sebesar itu, dan lain sebagainya (Muntasib, 1998). Dengan

dasar pemikiran demikian, maka interpretasi dikembangkan.

lnterpretasi adalah sebuah pelayanan kepada pengunjung taman, hutan dan

tempat-tempat yang dilindungi dan tempat-tempat rekreasi lainnya. Meskipun

pengunjung datang untuk rekreasi dan aspirasi, banyak juga yang berkeinginan

untuk belajar tentang sumberdaya dan budaya pada suatu kawasan. Sumberdaya

tersebut dapat berupa proses geologi, flora, fauna, komponen ekologi, dan sejarah

manusia. Datam ha1 ini interpretasi merupakan jembatan atau rantai komunikasi

antara obyek atau sumberdaya alam dengan pengunjung yang datang pada

kawasan tersebut (Frontispiece dalam Sharpe, 1982).

Beberapa pengertian dari istilah interpretasi lingkungan antara lain

dikemukakan oteh Freeman Tilden (1 957) menyatakan bahwa interpretasi

lingkungan adalah suatu kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mengungkapkan

(167)

pengalaman dan media ilustrasi, bukan sekedar menyampaikan keterangan-

keterangan berdasarkan fakta.

Hamld Wallin dalam Sharpe (1982) mengemukakan bahwa interpretasi

adalah membantu pengunjung untuk merasakan sesuatu yang dirasakan oleh

interpreter, seperti sensitivitas terhadap keindahan, kerumitan, variasi dan interelasi

lingkungan, perasaan takjubfierpesona dan keingintahuan. lnterpretasi juga

membantu pengunjung membangkitkan perasaan di rumah sendiri pada lingkungan

tersebut. Hal ini dapat membantu mengembangkan persepsi manusia. Selain itu,

interpretasi merupakan kombinasi dari enam hall yaitu pelayanan informasi,

pelayanan pemanduan, pendidikan, hiburan, inspirasi, dan promosi (Yorke Edwards

dalam Sharpe, 1 982).

Interpretasi, sebagaimana disampaikan oleh Don Aldridge pada Konverensi

Dunia Taman Nasional ll dalam Sharpe (1982), merupakan suatu seni menjelaskan

bahwa manusia merupakan bagian dari lingkungannya, untuk meningkatkan

kepedulian pengunjunglmasyarakat tentang pentingnya hubungan tersebut, dan

menggugah hasrat untuk melibatkan diri dalam perlindungan terhadap lingkungan.

Kegiatan interpretasi dalam rangka konservasi alam sebagai suatu kegiatan

bina cinta alam yang khusus ditujukan kepada pengunjung kawasan konservasi

diselenggarakan dengan menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti,

serta dengan mempertemukan pengunjung dan obyek-obyek interpretasi. Dengan

demikian pengunjung dapat memperoleh pengalaman langsung melalui panca

inderanya (penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, maupun perasaan).

Hal ini akan membantu pengunjung untuk lebih memahami dan menikmati

lingkungan yang dikunjunginya dan dapat mengembangkan persepsinya (Direktorat

(168)

Ada tiga tujuan interpretasi seperti dinyatakan obh Sharpe (1982), yaitu:

1. Membantu pengunjung mengembangkan kesadaran, apresiasi, dan

pengertian tentang lokasi yang dikunjungi, sehingga mendapatkan

banyak pengalaman yang menyenangkan

2. Membantu pengelola mencapai tujuan pengelolaan yang dimungkinkan

karena: (1) interpretasi dapat mendorong pengunjung menggunakan

sumberdaya dengan bijaksana, (2) interpretasi dapat mempetkecil atau

menghindari dampak negatiif kegiatan manusia yang merusak

sumberdaya alam dan lingkungan

3. Meningkatkan pengertian masyarakat umum terhadap sasaran dan

tujuan yang hendak dicapai oleh pengelola, lnterpretasi yang baik dapat

meningkatkan pandangan atau pengertian, sehingga mendukung

sasaran dan tujuan pengelolaan.

lnterpretasi dapat memberikan kontribusi dalam fungsi organisasi yang layak,

dimana dengan interpretasi, pihak pengelola kawasan dapat menjelaskan tujuan

pengelolaan secara jelas, sehingga personil pengelola yang kurang memahami

peranannya dapat diperingatkan kembali tentang tujuan pengelolaan (Direktorat

Taman Nasional dan Hutan Wisata, 1988).

Tilden (1 957) mengemukakan enam prinsip interpretasi, yaitu :

I. Suatu interpretasi yang tidak ada kaitannya antara apa yang diperagakan

atau diuraikan dengan apa yang dialami para pengunjung merupakan

hal-ha1 yang sia-sia. Jadi, segala sesuatu yang diinterpretasikan

(169)

2. Interpretasi berbeda dengan informasi, karena interpretasi adalah

ungkapan rahasia yang berdasarkan informasi-informasi. Jadi interpretasi

lebih lengkap dari informasi.

3. lnterpretasi adalah suatu seni tetapi proporsional, yang merupakan

gabungan dari berrnacam-macam seni, baik yang bersifat alamiah,

sejarah, maupun arsitektur. Pada tingkat tertentu, seni dapat diajarkan.

4. Dalam menyampaikan interpretasi bukanlah suatu perintah melainkan

bersifat persuasive (pancingan atau himbauan yang halus).

5. lnterpretasi berrnaksud menunjukkan secara keseluruhan dan bukan

sebagian-sebagian. lnterpretasi harus ditunjukkan pada semua orang

dan tidak pada golongan tertentu saja.

6. lnterpretasi yang ditujukan pada anak-anak bukan merupakan

penyederhanaan dari interpretasi yang ditujukan pada orang dewasa.

Masing-masing menggunakan pendekatan yang berbeda.

Menurut Sharpe (1 982), untuk melaksanakan interpreiasi lingkungan kepada

pengunjung dengan baik, memerlukan petunjuk dan penuntun dalam

penyusunannya yang b i disebut

Program Interpretasi.

Program interpretasi

meliputi pengetahuan dari segala usaha interpretasi, mulai dari personil, fasilis,

dan seluruh kegiatan interpretasi, kelembagaan, d m lokasinya sendhi.

Ditambahkan pula bahwa program interpretasi menghubungkan sumberdaya alam

atau budaya dengan pengunjung menggunakan berbagai macam variasi media

Disamping itu, program interpretasi merupakan suatu pola pelaksanaan interpretasi

yang disusun menurut waktu tertentu dan skenario cerita yang tertentu pula (Ditjen

(170)

Aldridge (1972) dalam Muntasib (2001) memberikan batasan tentang tipe-

tipe interpretasi sebagai berikut :

I) lnterpmtasi tempat historis adalah seni dalam menjelaskan hal-ha1 lampau

dalam hubungannya dengan tata lingkungan dan kondisi sosial. Kegiatan ini

dilakukan dengan membuat suatu program yang mempertunjukkan gambar-

gambar, slide, film, dan media lainnya di pusatlsentra pengunjung dan bisa

berbentuk cerita atau tema tertentu. Tujuannya adalah untuk membangkiikan

kesadaran pengunjung akan sejarah tempat yang dikunjunginya sehingga

dapat memahami atau lebih lanjut dapat ikut melestarikan tempat tersebut.

2) lnterpretasi fempat alami adalah seni dalam menjelaskan atau mengungkapkan karakteristik suatu daerah dengan mengembangkan kondisi

tanah atau batuan yang ada dengan tanaman yang tumbuh ataupun dengan

binatang yang hidup di dalamnya juga dengan kehidupan manusia. Kegiatan

ini bisa dilakukan kepada pengunjung dengan menunjukkan tempat-tempat

sebenarnya, bisa didahului dengan suatu cerita atau tema yang menarik.

Program yang akan disusun diharapkan juga dapat membangkiikan minat

dan kesadaran pengunjung tentang keindahan alam dan potensi yang

dikandungnya.

3) lnterpretasi tata lingkungan adalah seni dalam meng ungkapkan hubungan

antara manusia dan lingkungannya. Kegiatan ini ditujukan bagi masyarakat,

langsung di lapangan dengan menunjukan tempat-tempat sebenamya atau

dapat merupakan cerita yang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang

kemudian disusun menjadi suatu tema atau cerita tertentu dengan

menggunakan media slide, video, foto, atau contoh-contoh hasil pengaruh

(171)

rneyakinkan rnasyarakat betapa pentingnya hubungan antara rnanusia

dengan lingkungannya dan sedapat rnungkin mernbangkitkan keinginan

untuk melestarikan hubungan tersebut.

Pendidikan pelestarian adalah suatu seni dalam memberikan pelajaran atau menciptakan situasi belajar yang berhubungan dengan tata lingkungan.

Kegiatan ini bukan hanya ditujukan bagi pelajar, tetapi juga bagi orang-orang

yang dianggap haws mengetahui dan ikut rnelestarikan tata lingkungan baik

bewpa kursus-kursus atau penyuluhan-penyuluhan. Tujuan dari kegiatan ini

adalah untuk rnemberikan kesadaran, rneningkatakan pengertian tata

lingkungan dan lebih jauh lagi ikut rnenyelamatkan lingkungan.

Bentuk interpretasi di luar tempat aslinya dapat sekaligus digunakan untuk

beberapa maksud, misalnya :

1) Pendidikan konservasi

Bentuk ini di Indonesia rnasih kurang populer, misalnya saja pemutaran film

tentang alarn untuk masyarakat atau pada rnusirn-rnusim liburan

2) Urban interpretation

Merupakan bentuk interpretasi yang jauh dari lokasi atau kawasan yang

dapat diinterpretasikan. lnterpretasi ini diiujukan kepada masyarakat yang

ingin rnenikmati suatu kawasan tetapi jauh dan dana tidak rnernungkinkan,

rnenarik perhatian pengunjung yang diharapkan tertatik setelah rnelihat

peragaan, dan menjelaskan kepada calon pengunjung yang ingin datang ke

(172)

2.2.

Perencanaan interpretasi

Bradley, sebagaimana dikutip oleh Sharpe (1982), menyatakan perlunya

penyusunan perencanaan interpretasi dimaksudkan untuk mengoptimalkan,

meminimumkan kesuiitan dan memaksimumkan efesiensi dari semua sumberdaya

baik dana, waktu maupun tenaga. Tujuh ha1 yang ingin dicapai dalam interpretasi

adalah :

1. Dapat dipergunakan

Perkembangan fasilitas untuk menunjang program yang direncanakan

seharusnya disesuaikan, programnya dapat dipergunakan dan disenangi,

kesdamatan pengunjung harus diperhatikan, terutama dalam penggunaan

jalan dan interaksi dengan subyek interpretasi

2. Efisien

Dimaksudkan untuk mencegah agar fasilitas yang dipergunakan tidak

terbuang percuma, baik dari segi pelayanan, pembiayaan, pemeliharaan

maupun dari segi penggunaan

3. Aminitas

Dapat mengungkapkan keindahan dari kawasan yang direncanakan,

menyediakan paket yang bervariasi tetapi kompak dengan karakferistik yang

ada, indah dan memberikan gambaran dari subyek interpretasinya, dan

memperhatikan lansekap yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam

4. Fleksibel dan selektii

Perencanaan merupakan suatu proses yang terbuka sehingga harus

memadukan keinginan atau selera pengunjung dengan potensi kawasan

tanpa banyak mengadakan perubahan, program yang disusun terutama

(173)

sehingga pengunjung dapat lebih tertarik dan mengerti, merenungkan dan

mengevaluasi gambaran yang diperoleh

5. Meminimumkan kerusakan lingkungan alam

Sedikit melakukan perubahan terhadap lingkungan alam dan

memperhitungkan supaya tekanan yang ditimbulkan pengunjung sekecil

mungkin, terutama untuk jenis-jenis obyek yang langka

6. Penggunaan sumberdaya yang optimal

Sebuah masalah yang terus-menerus dalam perencanaan adalah

pengalokasian modal dan sumberdaya manusia di antara bermacam-macam

tipe investasi yang dibutuhkan untuk sebuah program interpretasi, terdapat

sebuah pilihan antara perkembangan-perkembangan baru dan perbaikan-

perbaikan program yang menunjukkan beberapa penafsiran saat semua itu

digunakan secara optimum

7. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat

Masyarakat umum seharusnya mengambil bagian dalam proses

perencanaan secara keseluruhan daripada kesernpatan untuk memberikan

k M a n

d m

penyuaran pikhan.

Ditegaskan puta okh Bmcby &am Sha~pe (9982) h h v a pnssrrs

perencanaan dimaksudkan untuk mengikuti kaidah-kaidah umum yang dibedakan

hanya dengan sasaran-sasaran perencanaan yang spesink dan' organisasi' tertentu.

Proses-proses tersebut cenderung berurutan, interaktii dan berkelanjutan. Setiap

tahap berlanjut ke tahap berikutnya dan membutuhkan input serta feedback

(174)

perbaikan dan pengembangan. Skema pada Gambar 2-1 menunjukkan langkah-

langkah perencanaan interpretasi.

Masukan

Sintesis Rencana

[image:174.541.49.485.18.752.2]

data

Gambar 2-1. Tahaptahap Rencana lnterpretasi (Sharpe, 1982)

Tahap 1. Tujuan

Tujuan-tujuan merupakan pedoman mewujudkan aktivitas khusus yang

dibutuhkan dalam perencanaan interpretasi. Sebagaimana diindikasikan oleh Young

dalam Sharpe (1 982) bahwa pedoman hams :

1). Menyatakan suatu tujuan yang menyeluruh

2).

Mengindikasikan kepedulian implikasi dari tujuan tersebut atau tujuan lain

3). Memberikan target yang mencerminkan tujuan keseluruhan dan hasil yang

akan dicapai

4). Mengimplikasikan bagian-bagian aksi

Purtney dan Wagar yang dikutip oleh Sharpe (1982) menemukan tingkatan-

tingkatan tersebut ke daiam keb'ikan tujuan, tujuan untuk pedoman pemilihan

peluang-peluang, dan evaluasi tujuan. Tingkatan pertama memberikan suatu tujuan

untuk tindakan. Sering berupa ide yang mungkin diekspresikan dalam bentuk-

bentuk abstrak sebuah nilai. Pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang

(175)

pedoman lebih spesifik dalam pemilihan peluang yang ada untuk interpretasi.

Tingkatan ketiga menegaskan hasil yang diharapkan dan ukuran-ukuran yang

diperbolehkan serta evaluasi yang berkaitan dengan kedua tingkatan sebelumnya.

Yang jelas untuk mencapai target hams mengetahui dimana target itu berada.

Tujuan dan detinisinya adalah pengembangan rencana secara keseluruhan. Asal

saja tujuan-tujuan tersebut dikembangkan dengan konsisten, ukuran keberhasilan

dari tingkatan ketiga akan dapat menduga keberhasilan tingkatan sebelumnya.

Tahap 2. lnventarisasi

-

pengumpulan data

Obyek dari tahap inventarisasi diidentiikasi dan menemukan sumberdaya

serta keindahan, yang meliputi aspek fisik, biologi, dan lingkungan budaya.

Pencarian informasi adalah sarana untuk pengembangan rencana interpretasi yang

berhasil dan harus disampaikan secara akurat serta dapat dipercaya.

Peluang untuk interpretasi dan inforrnasi yang bisa membentuk sebuah

program interpretasi seharusnya diidentifikasi selama proses pengumpulan data.

lnventarisasi yang baik memberikan data dasar yang diperiukan untuk transmisi

secara efektif dari informasi interpretasi, pengesahan untuk mendapatkan lahan, dan

peluang untuk memperkuat integritas interpretasi di suatu daerah. Teknik

inventarisasi bermacam-macam seperti menelusuri sumber-sumber informasi,

pencarian lieratur, pengujian potret udara, kaji ulang peta data, wawancara dengan

pekerja, warga negara, dan para pmfesional, dan melakukan analisis menggunakan

(176)

Tahap 3. Analisis

lnformasi yang diperoleh dari inventarisasi memberikan gambaran berbeda

untuk semua elemen yang terdiri dari alam dan sistem budaya. Selama analisis

data yang diperoleh harus diuji dan dievaluasi sebagai saranlkritik informasi untuk

pengembangan rencana penggunaan dan sistem interaktif.

Analisis harus menitikberatkan masalah dalam proses dan tanggapan secara

keseluruhan menuju altematif pengelolaan yang lebih spesifik. lnterpretasi hams

mengupayakan penyajian secara keseluruhan daripada sebagian, oleh karena itu

analisis hams mempertimbangkan sistem secara total.

Tahap analisis juga mengidentifikasi potensi tema-tema interpretasi. Dasar

tema mungkin seputar ciri khusus dari suatu daerah, atau mungkin yang sifatnya

lebih umum.

Perencana sebaikn ya berusaha untu k lebih melengkapi analisis. Waktu,

dana, dan keahiin dianggab sebagai faktor pembatas. lnformasi yang paling tepat

dapat dikumpulkan dari para ahli sosiologi, ekonomi, ekologi, dan para ahli yang lain.

Hal ini memberikan pengertian yang layak dari sumberdaya, para pengguna, dan

altematif strategi pengelolaan. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai keuntungan

yang berkelanjutan dengan sedikit mengeluarkan biaya.

Tahap 4. Sintesis dari atternatif perencanaan

Tahap ini merupakan tahap untuk memadukan beberapa bagian altematif

tindakan, mengidentifikasi masing-masing penerapannya. Rancangan dan ide

imajinatif menjadi penting, penyediaan selang pemilihan anfara &ernatif yang sama

(177)

Dalam mempersiapkan alternatif, perencana harus sering melakukan review

atau mengkaji ulang tujuan-tujuan rencana interpretasi yang digunakan sebagai

pedoman. Perpaduan optimum dari teknologi interpretasi perlu dicoba, mungkin

merupakan media interpretasi yang lebih efektif dalam kaitannya dengan ketepatan

intensitas pengembangan fasilias. Dalam ha1 ini perlu dilakukan pengkajian ulang

terhadap kapasitas lingkungan, kebutuhan para pengguna, permintaan organisasi,

nilai-nilai kontemporer, trendlkecenderungan, dan kondisi.

Tahap 5. Rencana

Tahap akhir dari proses perencanaan menitikberatkan pada pemilihan

alternatif, yaitu satu ha1 akan lebih memuaskan untuk semua kepentingan. Dalam

tahap ini perencana harus melalukan perbaikan yang diperlukan dan mulai

melengkapi semua aspek dari rencana yang dipilih termasuk pendugaan secara

terperinci dari dampak implentasi.

Tahap 6. lmplementasi I penerapan

Pertama kali sebuah rencana diterapkan ada beberapa ha1 yang perlu

ditambahkan dan dipersiapkan sebelum usulan program interpretasi dapat

dijalankan. Tahap perkembangan haws dijadwalkan dengan telii untuk memastikan

urutan dari tindakan.

Pertimbangan keuangan menjadi perhatian utama. Hal ini bisa membutuhkan

perubahan dalam alokasi agen, dan beberapa perubahan pada prioritas yang akan

tetap dipertahankan. Para pekerja yang dibutuhkan hams dipertimbangkan dan

dana harus dialokasikan untuk mereka. Biaya dan sumber dana hams jelas

kaitannya. Pertimbangan investasi dari waktu, keuangan, dan upaya dibutuhkan

(178)

anggaran belanja yang besar tanpa ada kenyataan dari antisipasi keuntungan. Oleh

karena itu, upaya implementasi hams diorganisir dan dijalankan dengan kebijakan

yang kuat dan efisien.

Tahap 7. Evaluasi dan perbalkan rencana

Untuk memastikan bahwa kelanjutan sebuah rencana dalam mencapai

tujuan, diperlukan program monitoring atau pemantauan. Evaluasi diiakukan

terhadap para pengguna dan dampak fasilitas terhadap sumberdaya serta dampak

program terhadap para pengguna. Kaji ulang setelah implementasi

secara

periodik

untuk waktu yang akan datang dapat memastikan kelangsungan program. Jadi

terkadang hanya dibutuhkan perbaikan pada program-program kecil. Program dapat

digabungkan atau digantikan kapan saja ketika peninjauan ulang mengindikasikan

masing-masing bagian dari tindakan.

Hal terpenting adalah bahwa semua anggota dari tim perencana

berpartisipasi dalam review agar memberikan kontribusi kriteria evaluasi dan saran

untuk perbaikan program. Proses review ini tidak hanya dibutuhkan untuk program

administrasi tetapi dapat digunakan sebagai pedoman untuk pengembangan

program yang akan datang.

2.3. Biota air

Odum (1 993) menyatakan bahwa organisme dalam air dapat diklasifikasikan

dengan dasar niche utama pada posisinya dalam rantai makanan, yaitu sebagai

autotroph (produsen) : tanaman hijau dan mikroorganisme kemosintetik; phagotroph

(179)

Plankton

(konsumen mikro atau pengurai) : dihedakan la@ herdasarkan bahan

orgaruk

yang

diuaikan.

Odum (1-993) jugs mgnggdongkan Wuk kebhpan

at*

kgbiasaan hidup

organisme a& berdasarkafl model- kekidupmya, sebagai ben'kut :

Benthos- : organism yartg melekat at% beri&rerM pade dasar atgu

hidup di dasar enclapan. Binatsmg benthos dapat dibagi

berdasarkan cara makannya menjadi pemakan penyaring

(seperfi kerang) dan pemakan deposit (seperti siput).

Periphyton/aufwuchs : organisme baik tanaman maupun binatang dan daun dari

tanaman yang berakar atau perrnukaan lain yang menonjol

dari dasar

: organisme mengapung yang pergerakannya kira-kira

tergantung pada arus

: organisme

yang

8apid berenmg

8an

hetgerak den@

kemauan sendin, krrnasuk ikan, amfjbi, dan serangga. air

besar

: orgmismeymg beristir- atau berenang padapmkaan-

air

2.4. E kosistem mang-rove

Ekosistem mangrove adalah suatu ekosistem khas di wilayah pesisir yang.

merupakm.

tem3;2&. herlangswlgnya htahungan.

timhal. Wik

anba

kmpcm.en.

at2iak

seperti. senyawa

anurganik,

organik, clan. pasanq surut, salinh. dengan. komponen.

biotik seperti produsen (vegebi dan plankton), konsarmen

makm

(serangga,

ikan,
(180)

dm. lain-lain.), Kompmen. tumbuhannya sebagian besar berupa jenis-jenis. pohon,

yang keanekaragamannya.

jauh

lebih. kecil. daripada ekosistern. hutan darat.

Wagaman jmis yang M h .

b

m

fbKdapa# di. Mayah tropis dibandngkan. dengan

wilayh. subtropis

dimma

vegetasi mangmve

di.

wiiayat?. tFopis d i p h a k a n - terdift

dafi. 60- jds, sechgkan di.wi#itag(alP ~6trqAs- hmya SO j d s . K o t r t p o ~ e ~ )te#ram?ya

sebagian besar berupa hewan avertebrata (hewan tidrrk bertulang belakang).

Sebagian besar biota tersebut hanya tedapat dalam ekosistem mangrove dan

sebagian kecil'terdapat juga dalam ekosistem lain (Logo d'an Snedsker, 1974).

Ditambahkan oleh Mac Nae (1968) yang dikutip oleh Tomfinson (1986)

bahwa komunitas fauna mangrove membentuk percampuran antara dua kelompok :

1. Yang hidup di kolom air terutama jenis ikan dan udang

2. Yang. menempati substrat baik yang keras (akar dan batang mang.rove)

ma.upun. 1.u.n.ak (I.u.mpu.r).,. tem!@.ma kepitlng,. kemng. d.a.n. krlsag.ai Jenis

i n v m r a t a lainnya.

Mangrove mewpaltan habitat bagi' Berbagai' jenis satwa liar seperti' priinata,

reptilia, dan bunrng. Moluska sangat banyak ditemukan pada areal mangrove di

Indonesia. Budiman (1985) mencatat sebanyak 91 jenis moluska hanya dari satu

tempat saja di Seram, Maluku. Jumlah tersebut termasuk 33 jenis yang biasanya

terdapat pada karang, akan tetapi iuga sering. meng.un1ung.i ddarah mangrove.

Bebempa. dan. $1. j.enis kel~mpok- mslunka. tersebut. d.iketatr.u.i. hl.d.up di. da1a.m. tm.atr.%

semmtaca yang lainnya ada yang hidup.

a.

pemukaan. dm. ada yang hidup.

menernpel pada tlcmbuh-tubuhan. Kepiting lugs umum. clitemukan di

daerah

mangrova khusu-snya jenis-jenis p w -

daFi

pnk €:lestocoe!oma,
(181)

Kepiiing mangrove Scyfla serrata melrupakan kemmg yang hictup. di daerah

rnmgme ywtg mertlitiki ci-lai &momis-

t i .

Mangrave juga

merupakan

h a b i penting bagi betbag&

jems

Cn;tstacea

terrnasuk jenis udang-udangan yang memiliki nilai komersiai; Beberapa jenis ikan

ditemukan di' areal' mangrove, yang dominan adalati ikan klanak (Mirgit cephahs)

yang bersifat herbivora.

23. F Me)aR

m-

&d&ettt ~ ~ T Q R P W

Pandangan bahwa ekosistem hutan mangrove merupakan sumberdaya yang

tidak berharga (waste land), sarang nyamuk malaria &an kotor mulai berubah

setelah disadan- bahwa ternyata hutan mangrove memiliki' berbagai' macam fungsi'

sosial, ekonomi, dan ekologi yang sangat dibutuhkan manusia baik secara langsung

maupun tidak langsung (Dahuri dan Arumsyah, 1994).

Hutan mangrove dan biota air serta seluruh komponen di dalamnya,

merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wiiayah pesisir

dan kutan ... Bad sudsr?. ekol.w.is,. m.ang.wve mempunyai fung.si. sebagai pered.a.m.

gelcrmhang dm.

angin

hadai,.

tegakan

mangrQve dapat melindungi

pmukiman,

pertanian,

dan

bangunan dad angin kencang atau intfusi

air

laut. Akac mangrove

msrmpu mengrksrt dsrn m e M k m substrat krmpccr, pd'lonnya mengccrsurgi energi

gelwtbang d m mempefrlambat %us, sementafa vegeiasinya secafa kesektruhan

dapat mmefangkap sed'm (Othmm, t994 in Nuqaya, dkk, 1999). N m a n

mangrove &tam menunjang keglatan perilcanan pantai dapat disarilcan datam dua

hat. Pertama, mangrove berperan penting datam siktus hidup

-

daerah pemijahan
(182)

mangrove merupakan pemasok bahan organik sebagai makanan biota di dalamnya

dan penghasil sejumlah besar detritus dari daun dan dahan mangrove (Bengen,

1999).

Simbolon (1991) membedakan fungsi hutan mangrove menjadi manfaat

langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung dapat dikategorikan

sebagai manfaat yang secara langsung dapat dirasakan kegunaan dan nilainya

untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan produksi atau jasa pelayanan. Bentuk

manfaat langsung antara lain pemanfaatan kayu bakar, bahan bangunan, keperluan

perikanan tangkap, pertanian, bahan baku kertas, bahan makanan (baik dari

tanaman air maupun biota air), obat-obatan, minuman, peralatan rumah tangga,

bahan kulit, dan lainnya. Adapun manfaat tidak langsung mempunyai nilai strategis

yang sangat menentukan dalam menunjang kehidupan manusia dalam kaitan

manfaatnya sebagai sumber plasma nutfah, dunia pendidikan dan ilmu

pengetahuan, hidrologis, iklim, dan pariwisata. Produk tidak langsung dari

ekosistem mangrove dapat berupa ikan, udang, kepiting, kerang-kerangan, burung,

mamalia, reptilia air, dan hewan lainnya (Dahuri dan Arumsyah, 1994).

Segenap kegunaan ini telah dimanfaatkan secara tradisional oleh sebagian

besar masyarakat pesisir di Indoensia. Potensi lain dari ekosistem mangrove yang

belum dikembangkan secara optimal adalah sebagai kawasan wisata alam

(ekoturisme).

2.6.

Rantai

makanan

Tumbuhan mangrove sebagairnana yang lainnya mengkonversi cahaya

matahari dan zat hara (nutrien) menjadi jaringan tumbuhan (bahan organik) melalui

(183)

dalam berbagai bentuk, bagi semua biota yang hidup di ekosistem mangrove.

Berbeda dengan ekosistem pesisir lainnya, komponen dasar dari rantai makanan di

ekosistem mangrove bukanlah tumbuhan mangrove itu sendiri, melainkan serasah

yang berasal dari tumbuhan mangrove (daun, ranting, buah, batang, dan

sebagainya).

Sebagian serasah mangrove didekomposisi oleh bakteri dan fungi menjadi

zat hara (nutrien) terlarut yang dapat dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton,

algae, ataupun tumbuhan mangrove itu sendiri dalam proses fotosintesis; sebagian

lagi sebagai partikel serasah (detritus) dimanfaatkan oleh ikan, udang dan kepiting

sebagai makanan. Proses makan memakan dalam berbagai kategori dan tingkatan

biota membentuk suatu jala makanan seperti pada Gambar 2-2. (Odum & Heald,

1974). Jadi dalam ha1 ini, biota air masih memiliki peranan yang penting untuk

melangsungkan kelancaran rantai makanan pada ekosistem mangrove.

CCc

[image:183.541.71.423.351.690.2]

DETRITUS

(184)

2.7. Kawasan konsewasi Suaka Matgasatwa Muara Angke

Disadari bahwa mangrove memberikan banyak manfaat bagi manusia.

Dengan demikian mempertahankan areal-areal mangrove yang strategis sangat

penting untuk pembangunan ekonomi dan sosial. Berdasarkan pembagian kategori

rencana tata guna lahan hutan yang berupa Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK),

mangrove dapat masuk ke dalam seluruh kategori, antara lain sebagai areal

konsewasi dan perlindungan alam, hutan produksi, dan hutan konversi.

Menurut UU No. 5 Tahun 1990, terdapat tiga aspek penting yang harus

diperhatikan dalam pengelolaan dan pelestarian ekosistem mangrove, yaitu :

1). Pectindungan sistem penyangga kehidupan

Yang dimaksud adalah terpeliharanya proses ekologis yang menunjang

sistem penyangga kehidupan bagi kelangsungan hidup organisme.

2). Pengawetan keanekaragaman jenis flora, fauna dan ekosistemnya

Yaitu upaya-upaya untuk melindungi jenis flora dan fauna baik yang

terdapat di dalam kawasan maupun di luar kawasan agar tidak punah

3). Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

Yaitu pemanfaatan secara nasional dengan tetap mempertahankan

keseimbangan ekologisnya, sehingga kesinambungan pemanfaatan

tenebut dapat te jaga

Seperti yang telah dijelaskan dalam Pasal 1 Keputusan Presiden RI No. 32

Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, bahwa kawasan konsewasi

atau kawasan lindung adalah kawasan yang diietapkan dengan fungsi umum

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumberdaya

(185)

berkelanjutan. Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya

kerusakan fisik lingkungan hidup. Sasaran pengelolaannya meliputi peningkatan

fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, dan satwa serta nilai sejarah dan

budaya bangsa; dan mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe

ekosistem, dan keunikan alam.

Secara khusus kawasan konservasi menurut UU-Tata Ruang Nomor 24

Tahun 1992 dan PP-Rencana Tata Ruang Wilayah No. 47 Tahun 1997, terdiri dari :

1). Kawasan yang mempertahankan perlindungan kepada kawasan di

bawahnya (hutan lindung, kawasan bergambut tebal, daerah resapan air

hujan)

2).

Kawasan lindung setempat (sempadan pantai dan sungai, waduk dan danau,

mata air)

3). Kawasan suaka alam dan cagar budaya (cagar alam, suaka margasatwa,

hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah, daerah pengungsian

satwa, situs purbakala, kawasan formasi geologis tertentu)

4). Kawasan rawan bencana alam (daerah gunung api aktii, daerah gempa dan

longsor, daerah banjir, daerah lintasan badai).

Perlindungan daerah mangrove yang merupakan habitat biota air dan satwa

lain, Muara Angke untuk pertama kali ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan

k

Gambar

GAMBAR ..................................................................... DAFTAR TABEL ..................
Gambar 1-1. Bagan alir kerang ka pemikiran
Gambar 2-1. Tahaptahap Rencana lnterpretasi (Sharpe, 1982)
Gambar 2-2. Rantai makanan ekosistem mangrove
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling, dengan pertimbangan bahwa kelompok tani ini sudah lama terbentuk dan masih eksis

Menurut Schroeder dan Greenbow (2008), penerapan model pembelajaran POGIL dapat mengubah persepsi peserta didik terhadap kimia organik, yang awalnya dianggap sulit menjadi

Penerapan program e- SPT pada KPP Pratama Medan Kota telah cukup efektif untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam hal penyampaian SPT Masa PPN karena

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi F sebesar (F=6,514; p > 0,05), hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara layanan bimbingan di sekolah dan

Status of Treaties Depositary Notifications Certified True Copies Opening for Signature UN Journal Photographs Reference-Links Titles and Recent Texts UNTS UNTS Database

Berdasarkan hasil analisis dari variasi debit dan konsentrasi, serta kondisi maksimum reaktor dengan volume total reaktor sebesar 1 L, efisiensi penurunan

Under PFRS 3 (Business combination), the allocation of the negative difference to the non-current assets, excluding long-term investments in marketable securities is no

Berdasarkan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh Universitas Kanjuruhan Malang maka strategi-strategi yang perlu untuk diterapkan oleh