PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH SUMATERA UTARA TAHUN 2013 DI KECAMATAN MEDAN
HELVETIA
Disusun Oleh : DEDE RYAN SUDHANA
080906028
Dosen Pembimbing : Drs. Tony Situmorang, M.Si Dosen Pembaca : Dra. Evi Novida Ginting, M.SP
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
Nama : Dede Ryan Sudhana
NIM : 080906028
Departemen : Ilmu Politik
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul : Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah
Sumatera Utara Tahun 2013 di Kecamatan Medan Helvetia.
Menyetujui
Ketua
Departemen Ilmu Politik
Dra.T.Irmayani,M.si
NIP. 1968 0630 1994 0320 01
Dosen Pembimbing Dosen Pembaca
Drs. Tony P. Situmorang
NIP : 1962 1013 1987 0310 04 NIP : 1966 1111 1994 0320 04 Dra. Evi Novida Ginting, M.SP
Mengetahui : Dekan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia
yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penyusunan skripsi ini. Tak lupa segala puji penulis panjatkan kepada junjungan
besar Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul “PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH SUMATERA UTARA TAHUN 2013 DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA” yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Politik di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini mencoba untuk memberikan gambaran mengenai perilaku pemilih
masyarakat Kecamatan Medan Helvetia dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah
Sumatera Utara Tahun 2013. Untuk memudahkan pembaca mendapatkan gambaran
perilaku politik masyarakat Kecamatan Medan Helvetia, skripsi ini dibagi ke dalam
4 (empat) Bab yang disusun sebagai berikut Bab I membahas latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II memberikan gambaran umum mengenai
Kecamatan Medan Helvetia yaitu deskripsi Kecamatan Medan Helvetia yang diihat
dari keadaan geografis serta batas wilayah serta demografi penduduk Kecamatan
Medan Helvetia. Bab III berisikan penyajian data dan fakta yang peneliti temui
selama melakukan penelaitian di Kecamatan Medan Helvetia. Bab IV yang juga
sebagai bab terakhir dari skripsi ini akan berisikan kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini serta saran – saran yang mungkin saya peroleh setelah menyelesaikan
Dalam menyelesaikan skripsi ini, saya mendapat banyak bantuan moril maupun
materil dari berbagai pihak. Untuk itu saya dengan rendah hati dan tulus
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Samsul Kamal dan Ibu Rohana Hutabarat yang
telah memberikan motivasi, doa, materi dan tenaga selama masa perkuliahan
hingga selesainya skripsi ini. Untuk ayah dan ibu tercinta, saya persembahkan
skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Baddarudin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si. selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang juga telah memberikan
saran – saran yang baik pada saat revisi judul skripsi saya sebelumnya.
4. Bapak Drs. P. Antonius Sitepu, M.Si. selaku Sekretaris Departemen Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Tony P. Situmorang, M.Si. selaku dosen wali selama saya
menjalankan masa perkuliahan di Departemen Ilmu Politik sekaligus sebagai
dosen pembimbing untuk skripsi saya yang telah meluangkan banyak waktunya
untuk memberikan motivasi serta masukan – masukan dan bimbingan kepada
saya selama mengerjakan skripsi.
6. Ibu Dra. Evi Novida Ginting, M.Sp. selaku dosen pembaca bagi skripsi saya yang
telah memberikan saran – saran serta kritikan yang membangun dalam penulisan
7. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
8. Kepada seluruh pegawai KPU Kota Medan, khususnya Ketua KPU Kota Medan
Ibu Evi Novida Ginting; kepada seluruh pegawai Kecamatan Medan Helvetia
khususnya Bang Muhammad Ludfi selaku Kasubbag Umum Kecamatan Medan
Helvetia; kepada seluruh pegawai Badan Penelitian dan Pengembangan Kota
Medan khususnya Bapak Hasan Basri selaku Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kota Medan, atas bantuan yang diberikan kepada saya dalam
memperoleh data – data dan surat izin penelitian skripsi ini.
9. Kepada adik – adik saya tercinta Ayu Widya Ningsih, Anggun Cynthia Pratiwi,
dan Reza Suhendra yang selalu memberikan doa, motivasi serta dorongan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Perbincangan – perincangan ringan kita selalu menjadi
moment yang paling ditunggu.
10. Kepada adinda Dwi Harini Tasya yang selalu memberikan dorongan semangat
serta doa kepada saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini, tidak lupa juga
disertai dengan sindiran – sindiran yang menggelitik. Tanpa dukungan adinda,
saya sadari penulisan skripsi ini akan terasa semakin sulit dan berat.
11. Kepada Aditya Hartomo dan Imam Hasibuan yang telah memberikan banyak
sekali bantuan kepada saya selama masa pengerjaan skripsi ini, dari seminar
hingga selesai. Serta terima kasih atas kebersamaan selama masa perkuliahan
yang panjang ini.
12. Teman – teman seperjuangan Gorby Abdillah, Ridho Ritonga, Tommy Aprianta
Sebayang, Tommi Immanuel Tarigan, Kevin Boy Hutabarat, dan Hizkia
Kembaren yang selalu memberikan masukan melalui pertemuan – pertemuan
13. Kepada seluruh teman-teman mahasiswa Ilmu Politik. Baik Senior maupun
Junior yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Atas dukungannya saya
ucapkan terima kasih.
14. Buat semua orang – orang yang mendoakan dan mendukung saya di setiap waktu
yang tidak bisa disebutkan satu persatu, saya ucapkan terima kasih banyak.
Doaku bersama kalian.
Saya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, sehingga segala
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai
perilaku pemilih dalam pemilihan umum kepala daerah. Terima Kasih.
Medan, 11 September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
ABSTRAK ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.5 Kerangka Teori... 9
1.5.1 Partisipasi Politik ... 9
1.5.2 Perilaku Pemilih ... 12
1.7 Metodologi Penelitian ... 18
1.7.1 Jenis Penelitian ... 18
1.7.2 Populasi ... 19
1.7.3 Sampel ... 19
1.7.4 Teknik Pengumpulan Data ... 22
1.7.5 Teknik Analisa Data ... 22
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
II.1 Deskripsi Kecamatan Medan Helvetia ... 24
II.1.1 Keadaan Geografis ... 24
II.1.2 Batas Wilayah ... 24
II.2 Demografi Kecamatan Medan Helvetia ... 25
BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA III.1 Data Responden ... 35
III. 2 Evaluasi Jawaban Responden ... 41
BAB IV PENUTUP ... 63
IV.1 Kesimpulan ... 63
IV.2 Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
DAFTAR TABEL
TABEL 1 : Jumlah penduduk berdasarkan kelurahan dan jenis kelamin
TABEL 2 : Klasifikasi penduduk berdasarkan usia di setiap kelurahan
TABEL 3 : Klasifikasi penduduk berdasarkan agama di setiap kelurahan
TABEL 4 : Penduduk berdasarkan etnis
TABEL 5 : Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
TABEL 6 : Penduduk berdasarkan jenis pekerjaan
TABEL 7 : Sarana pendidikan di Kecamatan Medan Helvetia
TABEL 8 : Jumlah DPT dan TPS
TABEL 9 : Rekapitulasi suara
TABEL 10 : Jumlah pemilih tetap yang menggunakan hak pilihnya
TABEL 11 : Karakteristik responden berdasarkan usia
TABEL 12 : Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
TABEL 13 : Karakteristik responden berdasarkan agama
TABEL 14 : Karakteristik responden berdasarkan etnisitas
TABEL 15 : Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir
TABEL 16 : Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan
TABEL 17 : Karakteristik responden berdasarkan penghasilan
TABEL 18 : Distribusi responden yang terdaftar dalam DPT
TABEL 19 : Distribusi responden yang ikut memilih
TABEL 20 : Distribusi responden yang menggunakan hak pilihanya berdasarkan jenis
TABEL 21 : Distribusi responden yang menggunakan hak pilih berdasarkan
tingkat pendidikan
TABEL 22 : Distribusi responden yang menggunakan hak pilih berdasarkan pendapatan
TABEL 23 : Alasan ikut memilih
TABEL 24 : Alasan ikut memilih berdasarkan tingkat pendidikan
TABEL 25 : Alasan ikut memilih berdasarkan usia
TABEL 26 : Pilihan responden dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara
Tahun 2013
TABEL 27 : Faktor dominan yang mempengaruhi pilihan
TABEL 28 : Alasan memilih pasangan calon karna faktor figur pasangan calon
TABEL 29 : Alasan memilih pasangan calon karena partai politik pengusung
TABEL 30 : Ada tidaknya anggota keluarga yang ikut memilih
TABEL 31 : Pengaruh anggota keluarga terhadap pilihan
TABEL 32 : Pernah atau tidak melihat, mendengar atau menonton kampanye
TABEL 33 : Pernah atau tidak menghadiri kampanye secara langsung
TABEL 34 : Jenis kampanye yang dihadiri
TABEL 35 : Alasan mengikuti kampanye
TABEL 36 : Apakah kampanye mempengaruhi pilihan
TABEL 37 : Keinginan mengikuti pemilihan umum kepala daerah Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Politik
NAMA : Dede Ryan Sudhana NIM : 0 8 0 9 0 6 0 2 8
PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH SUMATERA UTARA TAHUN 2013 DI KECAMATAN MEDAN
HELVETIA ABSTRAK
Perilaku pemilih adalah kecenderungan seseorang untuk memilih atau tidak memilih seseorang dalam pemilihan umum. Perilaku pemilih sendiri terbentuk dari berbagai macam faktor yang terbentuk dari lingkungan sekitar pemilih. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran umum mengenai perilaku pemilih masyarakat Kecamatan Medan Helvetia dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013. Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kecamatan Medan Helvetia yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penlitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) yang dilakukan dengan menyebarkan kuisioner atau angket kepada masing – masing sample yang telah ditentukan. Adapun penentuan jumlah sample dilakukan dengan rumus Taro Yamane sehingga didapati jumlah responden sebanyak 100 orang. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Kecamatan Medan Helvetia memiliki keberagaman jenis pemilih. Ada yang tergolong kedalam pemilih rasional, pemilih kritis, dan pemilih tradisional.
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Politik
NAMA : Dede Ryan Sudhana NIM : 0 8 0 9 0 6 0 2 8
PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH SUMATERA UTARA TAHUN 2013 DI KECAMATAN MEDAN
HELVETIA ABSTRAK
Perilaku pemilih adalah kecenderungan seseorang untuk memilih atau tidak memilih seseorang dalam pemilihan umum. Perilaku pemilih sendiri terbentuk dari berbagai macam faktor yang terbentuk dari lingkungan sekitar pemilih. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran umum mengenai perilaku pemilih masyarakat Kecamatan Medan Helvetia dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013. Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kecamatan Medan Helvetia yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penlitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) yang dilakukan dengan menyebarkan kuisioner atau angket kepada masing – masing sample yang telah ditentukan. Adapun penentuan jumlah sample dilakukan dengan rumus Taro Yamane sehingga didapati jumlah responden sebanyak 100 orang. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Kecamatan Medan Helvetia memiliki keberagaman jenis pemilih. Ada yang tergolong kedalam pemilih rasional, pemilih kritis, dan pemilih tradisional.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pemilihan umum merupakan salah satu instrument terpenting dalam sistem
politik-demokratik modern. Pemilihan umum bahkan telah menjadi parameter utama
bagi masyarakat internasional untuk mengukur demokratis tidaknya suatu negara.
Walau pemilihan umum seringkali dijadikan alat legitimasi bagi rezim otoriter.
Karena pada kenyataannya,masyarakat internasional kini hampir menyepakati bahwa
tidak ada Negara yang dapat dikategorikan sebagai Negara demokratis apabila tidak
menyelenggarakan pemilihan umum, terlepas dari bagaimana pelaksanaan dan
kualitas pelaksanaannya.Prinsip dasar demokrasi adalah setiap orang dapat ikut serta
dalam proses pembuatan keputusan politik. Dalam suatu sistem politik yang
demokratis para pemimpin dipilih langsung oleh rakyat, para politisi atau pejabat
publik sebagai wakil rakyat akan berbuat maksimal sesuai dengan aspirasi
masyarakat. Sebab, pertama, dalam kacamata “mandat”, pilkada yang dilakukan
secara regular dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyeleksi kebijakan-kebijakan
politik yang baik sesuai dengan dengan keinginan masyarakat luas. Selama kampanye
pilkada dan pemilu misalnya, para calon gubernur, para calon bupati maupun para
calon walikota menawarkan berbagai isu dan program untuk mensejahterakan
masyarakat, sehingga hal ini menjadi daya tarik bagi pemilih untuk memilihnya.
Kedua, dalam kacamata akuntabilitas, pilkada dan pemilu merupakan sarana bagi
masa lalu. Konsekuensinya, pemerintahan dan politisi akan selalu memperhitungkan
penilaian masyarakat, sehinggka akan memilih kebijakan atau program yang
berdampak pada penilaian positif pemilih terhadap dirinya, agar terpilih kembali pada
pilkada atau pemilu berikutnya.1
Pilkada langsung berarti mengembalikan “hak-hak dasar’ masyarakat di
daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekrutmen politik
local secara demokratis. Dalam konteks itu, negara memberikan kesempatan kepada
masyarakat di daerah untuk menentukan sendiri pemimpin mereka, serta menentukan
sendiri segala bentuk kebijaksanaan yang menyangkut harkat hidup rakyat daerah.2
Ada beberapa argumen penting bagi pilkada langsung terkait dengan
kedaulatan rakyat, yaitu:3
1. Rakyat secara langsung dapat menggunakan hak-haknya secara utuh. Menjadi kewajiban Negara memberkan perlindungan terhadap hak pilih rakyat. Salah satu hak politik rakyat tersebut adalah hak memilih calon pemimpin. Penundaan atau peniadaan hak pilih tidak hanya mengurangi secara signifikansi nilai-nilai demokrasi dalam pilkada langsung namun bahkan setiap saat mengancam legitimasi pemimpin pemerintahan daerah. 2. Wujud nyata asas pertanggungjawaban dan akuntabilitas.
Pertanggungjawaban (responsibility) dan akuntabilitas (accountability) public seorang pemimpin merupakan landasan amat penting guna menjaga kelangsungan sebuah kepemimpinan politik. Melalui pilkada langsung, maka seorang Kepala Daerah harus dapat mempertanggungjawabkan kepemimpinan kepada rakyat yang memilih. Tingkat penerimaan rakyat kepada Kepala Daerah merupakan jaminan bagi peningkatan partisipasi politik rakyat yang akan menjaga kelanggengan sebuah kepemimpinan. Kepala Daerah yang tak dapat memenuhi asas pertanggungjawaban dan akuntabilitas akan ditinggalkan rakyat, bahkan rakyat akan menghukumnya dengan jalan tidak akan memilihnya lagi. Karena itu, dalam beberapa system pemilihan, calon Kepala Daerah harus memiliki trade mark, yakni cirri khas dan prioritas program kerja, yang dapat dipertanggungjawabkan di kemudian hari.
1
Ahmad Nadir. 2005. Pilkada Langsung, dan Masa Depan Demokrasi. Malang: Averroes Press. hlm. viii
2
Joko J. Prihatmoko. 2005. Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 21
3. Menciptakan suasana kondusif bagi terciptanya hubungan sinergis antara pemerintahan dan rakyat. Pemerintahan akan melaksanakan kehendaknya sesuai dengan kehendak rakyat. Keserasian dan keseimbangan hubungan antara keduanya akan membawa pengaruh yang sangat menentukan bagi tegaknya suatu pemerintahan yang demokratis. Oleh sebab itu, bilamana sebuah pemerintahan telah “ditinggalkan” rakyatnya, maka ambruknya pemerintahan tersebut tinggal menunggu waktu dalam hitungan yang tak lama.
Kehendak agar pilkada digelar secara langsung dilakukan di Indonesia bisa
terakomodasi setelah lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
yang disusul dengan keluarnya PP No.6 Tahun 2005 yang mengatur Pilkada. Pilkada
langsung adalah sarana perwujudan kedaulatan rakyat. Di sini, kehendak rakyat
akan diwujudkan secara langsung dengan memilih pemimpinnya pada tingkat
provinsi yaitu untuk memilih gubernur dan wakil gubernur dan pada tingkat
kabupaten/kota untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah
kabupaten/kota.4
Pemilihan umum kepala daerah Sumatera Utara tahun 2013 yang
dilaksanakan pada 7 Maret 2013 merupakan salah satu wujud dari demokrasi dimana
seluruh masyarakat provinsi Sumatera Utara memiliki hak untuk memilih sendiri
pemimpinnya selama 5 tahun ke depan secara langsung.
Pemilihan umum kepala daerah Sumatera Utara tahun 2013 diikuti oleh lima
pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Kelima pasangan tersebut
masing-masing mencalonkan diri berdasarkan dukungan partai dan tidak ada calon
perseorangan (independent). Mereka adalah pasangan Drs. H. Amry Tambunan – Dr.
Rustam Effendy Nainggolan yang didukung oleh Partai Demokrat, Dr. H. Chairuman
4
Lihat Samsul Wahidin. 2008. Hukum Pemerintahan Daerah: Mengawasi Pemilihan Umum Kepala Daerah.
Harahap, SH, MH – H. Fadly Nurzal, S.Ag yang didukung oleh beberapa partai
politik yaitu Partai Golongan Karya, Partai Persatuan Pembangunan, Partai
Pengusaha dan Pekerja Indonesia dan Partai Republik Nusantara, Drs. Effendi M.S.
Simbolon- Drs. Djumiran Abdi yang didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan, Partai Peduli Rakyat Nasional dan Partai Damai Sejahtera, H. Gatot
Pujo Nugroho, ST – Ir. H. T. Erry Nuradi yang didukung oleh Partai Keadilan
Sejahtera, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Kebangkitan Nasional Ulama, Partai
Patriot dan Partai Persatuan Nasional dan pasangan H. Gus Irawan Pasaribu, SE Ak,
MM – Ir. H. Soekirman yang didukung oleh 22 partai politik diantaranya adalah
Partai Amanat Nasional, Partai Bulan Bintang, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai
Bintang Reformasi dan partai politik lainnya.5
Berikut ini adalah Nomor Urut Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera
Utara Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013 :6
• Nomor Urut 1 : H. Gus Irawan Pasaribu, SE Ak, MM – Ir. H.
Soekirman
• Nomor Urut 2 : Drs. Effendi M.S. Simbolon- Drs. Djumiran Abdi
• Nomor Urut 3 : Dr. H. Chairuman Harahap, SH, MH – H. Fadly
Nurzal, S.Ag
• Nomor Urut 4 : Drs. H. Amry Tambunan – Dr. Rustam Effendy
Nainggolan
• Nomor Urut 5 : H. Gatot Pujo Nugroho, ST – Ir. H. T. Erry Nuradi
5
Data Diperoleh dari SK KPU Provinsi Sumatera Utara
Dari kelima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada pemilihan
umum kepala daerah Sumatera Utara tersebut, pasangan Nomor Urut 5 H. Gatot Pujo
Nugroho, ST – Ir. H. T. Erry Nuradi yang merupakan calon Incumbent berhasil
memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Periode
2013-2018 dengan perolehan suara sebesar 1.604.337 atau 33% dari total suara sah
diikuti dengan pasangan calon Nomor Urut 2 Drs. Effendi M.S. Simbolon- Drs.
Djumiran Abdi dengan perolehan suara 1.183.187 atau 24,34% dari total suara sah
serta urutan ketiga yaitu pasangan calon Nomor Urut 1 H. Gus Irawan Pasaribu, SE
Ak, MM – Ir. H. Soekirman memperoleh suara sebanyak 1.027.433 atau 21,13% dari
total suara sah. Selanjutnya, pasangan Nomor Urut 4 Drs. H. Amry Tambunan – Dr.
Rustam Effendy Nainggolan memperoleh 594.414 atau 12,23% dari total suara sah
dan urutan terakhir adalah pasangan calon dengan Nomor Urut 3 Dr. H. Chairuman
Harahap, SH, MH – H. Fadly Nurzal, S.Ag yang memperoleh 452.096 suara atau
9,30% dari total suara sah.7 Secara keseluruhan, total suara yang masuk di Komisi
Pemilihan Umum Sumatera Utara berjumlah 5.001.430 suara yang meliputi
4.861.467 suara sah dan 139.963 suara tidak sah.8
7
Data diperoleh dari Surat Keputusan KPU Provinsi Sumatera Utara Nomor : 19/Kpts/KPU Prov- 002/2013
Sementara itu, jumlah Daftar
Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara kali ini
adalah sebanyak 10.310.872 jiwa. Dari total perolehan suara tersebut, maka
Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara periode 2013-2018 dilaksanakan
satu putaran. Dari jumlah DPT yang terdaftar, ada 5.309.442 pemilih yang tidak
menggunakan hak pilihnya atau 51,5% dari total DPT.
Pada masa kampanye pemilihan umum kepala Sumatera Utara 2013 kemarin,
masing-masing tim sukses pasangan calon gubernur dan wakil gubernur
berlomba-lomba untuk memenangkan hati dan suara para pemilih. Mulai dari kampanye
terbuka, ikut dalam acara-acara masyarakat, pemberian sumbangan ataupun hadiah,
melakukan money politic dan sebagainya. Hal itu dilakukan oleh para tim sukses
untuk memenangkan pasangan yang mereka usung.
Fenomena politik diatas merupakan bentuk dari pola pemberian suara
masyarakat dalam pemilihan umum. Selanjutnya pola pemberian suara ini dapat
dianalisis dengan menggunakan pendekatan perilaku lebih tepatnya perilaku pemilih.
Perilaku pemilih sendiri menurut Ramlan Surbakti adalah :
“keikutsertaan warga Negara dalam pemilihan umum yang merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum. Kalau memutuskan memilih apakah memilih partai atau kandidat X ataukah partai atau kandidat Y… .”
Perilaku pemilih dalam pemilihan umum kepala daerah merupakan hal yang
sangat penting. Karena di dalam menentukan apakah pemilihan umum kepala daerah
berhasil, maka perilaku pemilih masyarakatnya akan menjadi factor penentu yang
penting pula. Bila di dalam pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah ternyata
dapat dilihat bahwa masyarakat tidak terlalu ikut ambil bagian di dalamnya, misalnya
dengan tingginya angka golput, berarti pemilihan umum kepala daerah tersebut dapat
dikatakan kurang berhasil dilaksanakan. Terbukti dengan masyarakatnya yang kurang
member perhatian pada pesta demokrasi local itu. Karena pentingnya perilaku
pemilih di dalam pemilihan umum kepala daerah, maka perlu diadakan kajian intensif
Pemilihan umum kepala daerah merupakan satu hal yang baru bagi masyarakat
Indonesia. Mengapa saya mengkaji perilaku pemilih dalam pemilihan umum kepala
daerah adalah karena saya ingin melihat bagaimana antusiasme masyarakat dalam
menyambutnya, karena dalam pemilihan umum kepala daerah kita akan memilih
orang nomer satu di daerah kita nantinya.
Menyadari akan pentingnya penelitian tentang perilaku pemilih, maka di dalam
karya ilmiah ini saya akan menjelaskan dan meneliti tentang perilaku pemilih di
Kecamatan Medan Helvetia. Kecamatan Medan Helvetia merupakan wilayah
administratif dari Kotamadya Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Helvetia
merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi di Kotamadya
Medan. Tingginya jumlah penduduk diikuti dengan komposisi masyarakat yang
heterogen.
Penulis memilih Kecamatan Medan Helvetia sebagai tempat penelitian karena
terdapat fenomena yang cukup menarik, yaitu tingginya antusiasme masyarakat
dalam mengikuti kampanye yang dilaksanakan di Kecamatan Medan Helvetia
ternyata tidak berbanding lurus dengan antusiasme masyarakat terhadap pemilihan
umum kepala daerah itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jumlah
masyarakat yang ikut dalam kampanye, namun tingkat partisipasi di dalam pemilihan
umum kepala daerah cenderung rendah. Dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT)
yang terdaftar di Kecamatan Medan Helvetia sebanyak 143.258 jiwa, hanya 52.475
orang yang menggunakan haknya untuk memilih, jumlah tersebut terdiri dari 51.335
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana perilaku permilih dalam pilkada Sumatera Utara tahun 2013. Adapun
judul dari penelitian ini adalah “Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013 di Kecamatan Medan Helvetia”.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah ialah usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan
penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya.
Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan
masalah. Dengan kata lain, perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap
dan terperinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas
identifikasi masalah dan pembatasan masalah. 9
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan suatu masalah yang
akan menjadi bahasan dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimanakah perilaku pemilih Kecamatan Medan Helvetia dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perilaku pemilih dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah
Sumatera Utara tahun 2013 khususnya masyarakat Kecamatan Medan
Helvetia, Kotamadya Medan.
2. Untuk mengetahui faktor apakah yang paling dominan dalam membentuk
perilaku pemilih dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara
tahun 2013.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Secara akademis penelitian ini bermanfaat bagi penulis, yaitu
mengembangkan kempuan berpikir dan mengasah kemampuan penulis dalam
mebuat karya ilmiah untuk selanjutnya dapat menyelesaikan pendidikan di
Strata Satu (S-1) Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
pengetahuan terhadap ilmu politik, yaitu dalam analisis perilaku pemilih.
3. Menambah referensi bagi mahasiswa Departemen Ilmu Politik FISIP USU
mengenai perilaku pemilih.
1.5Kerangka Teori 1.5.1 Partisipasi Politik
Menurut Miriam Budiardjo partisipasi politik adalah : 10
“kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pemimpin Negara dan, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan pendekatan atau hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya”.
Kegiatan partisipasi politik pada intinya tertuju kepada dua subjek, yaitu: (1)
pemilihan penguasa, dan (2) melaksanakan segala kebijaksanaan penguasa
(pemerintah).
Menurut Closky (1982) bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan
sukarela (voluntary) dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian
dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung (direct) atau tidak langsung
(indirect) dalam proses pembentukan kebijaksanaan umum.
“Di negara-negara demokrasi, konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Jadi, partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang abash oleh rakyat”.11
1.5.1.1 Pemilihan Umum
Pemilihan umum adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi
jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan-jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari presiden,
wakil rakyat, diberbagai tingkat pemerintahan sampai kepala desa. “Pemilu
merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak
memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa,
lobby dan kegiatan-kegiatan lain”.12
“Pemilihan umum adalah pasar politik tempat individu/ masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial (perjanjian masyarakat) antara peserta pemilihan umum (partai politik) dengan pemilih (rakyat) yang memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktifitas politik yang meliputi kampanye, propaganda, iklan politik melalui media massa cetak, audio (radio) maupun audio visual (televise) serta media lainnya seperti spanduk, pamflet, selebaran bahkan komunikasi antara pribadi yang berbentuk face to face (tatap muka) atau lobby yang berisi penyampaian pesan
11
Ibid,. hlm. 368.
mengenai program, platform, asas, ideology serta janji-janji politik lainnya guna meyakinkan pemilih sehingga pada waktu dilaksanakannya pemilihan umum dapat menentukan pilihannya terhadap salah satu partai politik yang menjadi peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam badan legislative maupun eksekutif”.13
Affan Gafar mengajukan 5 (lima) parameter untuk sebuah pemilihan umum
yang ideal : 14
“Pertama, pemilihan umum yang akan datang haruslah diselenggarakan
dengan cara yang demokratis sehingga memberikan peluang bagi semua partai dan calon legislatif yang terlibat untuk berkompetisi secara fair dan jujur. Rekayasa dan manipulasi yang sangat mewarnai penyelenggaraan pemilu masa lampau jangan sampai terulang lagi. Kedua, pemilihan umum haruslah menciptakan MPR/DPR, DPRD Tingkat I dan DPRD Tingkat II yang lebih baik, lebih berkualitas, dan memiliki akuntabilitas politik yang tinggi. Ketiga, derajat keterwakilan, artinya bahwa anggota MPR/DPR yang dibentuk melalui pemilihan umum haruslah memiliki keseimbangan perwakilan, baik antara wakil Jawa maupun luar Jawa atau antara pusat dengan daerah. Keempat, peraturan perundang-undangan pemilu haruslah tuntas. Kelima, pelaksanaan pemilu hendaknya bersifat praktis, artinya tidak rumit dan gampang dimengerti oleh kalangan masyarakat banyak”.
1.5.1.2Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung
Pemilihan umum kepala daerah langsung merupakan pemilihan kepala daerah
dan wakil kepala daerah secara langsung oleh masyarakat yang dilaksanakan secara
demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil melalui
pemungutan suara. Kepala daerah dan wakil kepala daerah memiliki peran yang
sangat strategis dalam rangka pengembangan kehidupan demokratis, keadilan,
pemerataan, kesejahteraan masyarakat, memelihara hubungan yang serasi antara
pemerintah dan daerah serta antar daerah untuk menjaga Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
13
A. Rahman H. I. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. hlm. 147.
Pemilihan umum kepala daerah langsung diatur dalam UU No. 32/2004
tentang Pemerintah Daerah Pasal 56 jo Pasal 119 dan Peraturan Pemerintah (PP) No.
6/2005 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian
Kepalas Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Secara eksplisit ketentuan tentang pilkada
langsung tercermin dalam cara pemilihan dan asas-asas yang digunakan dalam
penyelenggaraaan pilkada. Dalam Pasal 56 ayat (1) disebutkan: “Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara
demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.”
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta pemilihan
umum kepala daerah adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pemilihan umum kepala daerah juga
dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.
Undang-undang ini menindaklanjuti keputusa
membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta pemilihan umum kepala daerah
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
1.5.2 Perilaku Pemilih 1.5.2.2Definisi Perilaku
Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat,
berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam
aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis
yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif
(dengan tindakan konkrit), Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala
perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup (Soekidjo Notoatmodjo,
1987:1). Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan
reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan
terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang
disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan
menghasilkan perilaku tertentu pula. “Robert Y. Kwick (1972) menyatakan bahwa
perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan
bahkan dipelajari”.15
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori
“S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
1.5.2.3Definisi Pemilih
Menurut Joko J Prihatmoko, pemilih diartikan sebagai semua pihak yang
menjadi tujuan utama para consensus untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar
mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang
bersangkutan. Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat
pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh
suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestai dalam institusi politik seperti
partai politik. Disamping itu pemilih merupakan bagian masyarakat luas yang bias
saja tidak menjadi konstituen partai politik tertentu.
Masyarakat terdiri dari beragam kelompok, terdapat kelompok masyarakat
yang memang non-partisan, dimana ideologi dan tujuan politik mereka tidak
dikatakan terkait dengan partai politik tertentu. Mereka menunggu sampai ada suatu
partai politik yang bisa menawarkan program kerja terbaik menurut mereka, sehingga
partai tersebutlah yang akan mereka pilih.16
Menurut UU Nomor 10/2008, pemilih adalah warga negara Indonesia yang
telah genap berumur 17 tahun atau sudah pernah kawin. Tetapi dalam pelaksanaan
pemilihan umum, yang berhak memberikan hak pilihnya adalah pemilih yang
terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang telah ditetapkan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU).
1.5.2.4Definisi Perilaku Pemilih
Menurut Ramlan Surbakti perilaku memilih adalah keikutsertaan warga dalam
pemilu sebagai rangkaian pembuatan keputusan. Perilaku memilih menjawab
pertanyaan apakah warga masyarakat menggunakan hak pilih atau tidak? Apakah
memilih partai X atau Y? Mengapa memilih partai X atau Y?
Untuk memahami kecenderungan perilaku memilih mayoritas masyarakat
secara akurat dapat dikombinasikan dalam beberapa pendekatan yang relevan,
yaitu:17
1. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik social dan pengelompokan-pengelompokan social mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Pendekatan sosiologis dilandasi oleh pemikiran bahwa determinan pemilih dalam respon politiknya adalah status ekonomi, afiliasi religius. Dengan kata lain, pendekatan ini didasarkan pada ikatan social pemilih dari segi etnik, ras, agama, keluarga dan pertemanan yang dialami oleh agen pemilih secara historis.
2. Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini pada dasarnya melihat sosialisasi sebagai determinasi dalam menentukan perilaku politik pemilih, bukan karakter sosiologis. Pendekatan ini menjelaskan bahwa sikap seseorang menjadi variable yang cukup menentukan dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang, karena itu pendekatan ini menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai kajian utama, yaitu ikatan emosional pada suatu partai politik, isu-isu dan kandidat-kandidat.
3. Pendekatan Rasional
Pendekatan ini menempatkan pemilih pada suatu keadaan yang bebas, di mana pemilih melaksanakan perilaku politik dengan pikiran rasionalnya dalam menilai calon kandidat yang terbaik menurut rasionalitas yang dimilikinya. Model ini ingin melihat pemilih sebagai produk kalkulasi untung rugi.
Mayoritas pemilih biasanya selalu mempertimbangkan factor untung rugi dalam menentukan pilihannya terhadap calon yang dipilih. Seorang pemilih rasional adalah pemilih yang menghitung untung rugi tindakannya dalam memilih calon.
Pada pendekatan rasional, perilaku politik dapat terjadi kapan saja dan dapat berubah sesuai dengan rasionalitasnya, bahkan keputusan dalam menentukan pilihan dapat berubah di bilik suara.
4. Pendekatan Domain Kognitif
Menurut model ini, perilaku pemilih ditentukan oleh tujuh domain kognitif yang berbeda, yaitu:
• Isu dan Kebijakan Publik
Komponen ini mempresentasikan kebijakan atau program yang diperjuangkan dan dijanjikan oleh partai atau kandidat politik jika kelak menang pemilu.
17
• Citra Sosial
Komponen ini adalah citra kandidat dalam pikiran pemilih mengenai “berada” di dalam kelompok social mana atau tergolong sebagai sebuah partai atau kandidat politik. Citra social dapat terjadi oleh banyak factor, diantaranya demografi (meliputi usia, gender dan agama). Sosio ekonomi (meliputi pekerjaan dan pendapatan), kultural dan etnik, dan politis-ideologi.
• Perasaan Emosional
Perasaan emosional yaitu emosional yang terpancar dari sebuah kontestan atau kontestan yang ditujukan oleh kebijakan politik yang ditawarkan.
• Citra Kandidat
Citra kandidat yaitu mengacu pada sifat-sifat pribadi yang penting dan dianggap sebagai karakter seorang kandidat.
• Peristiwa Mutakhir
Ini mengacu pada himbauan peristiwa, isu dan kebijakan yang berkembang menjelang dan selama kampanye.
• Peristiwa Personal
Ini mengacu pada kehidupan pribadi dan peristiwa yang dialami secara pribadi oleh seorang kandidat, misalnya skandal seksual, bisnis, dll.
• Faktor-faktor Epistemis
Faktor-faktor epistemis yaitu isu-isu pemilihan yang spesifik yang dapat memicu keingintahuan para pemilih mengenai hal-hal baru.
1.5.2.5Tipe-tipe Pemilih
Terdapat dua orientasi dalam diri masing-masing pemilih.18
Kedua, orientasi ‘ideologi’ yaitu suatu partai atau seorang kontestan akan
lebih menekankan aspek-aspek subjektifitas seperti kedekatan nilai, budaya, agama, Pertama adalah
orientasi ‘policy-problem-solving’ yaitu ketika pemilih menilai partai politik atau
seorang kontestan dari kacamata ‘policy-problem-solving’, yang terpenting bagi
mereka adalah sejauh mana para kontestan mampu menawarkan program kerja atas
solusi bagi suatu permasalahan yang ada. Pemilih akan cenderung memilih partai
politik atau kontestan yang memiliki kepekaan terhadap masalah nasional ataupun
lokal dan kejelasan program kerja. Partai politik atau kontestan yang arah
kebijakannya tidak jelas akan cenderung tidak terpilih.
18
moralitas, norma, emosi dan psikografis. Semakin dekat kesamaan partai politik atau
calon kontestan, pemilih jenis ini akan cenderung memberikan suaranya ke partai
politik dan kontestan tersebut.
Berdasarkan konfigurasinya, pemilih terbagi menjadi empat, yaitu:19
1. Pemilih Rasional
Pemilih memiliki orientasi tinggi pada ‘policy problem solving’ dan berorientasi rendah untuk factor ideologi. Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau kontestan dalam program kerjanya. Pemilih jenis ini memiliki cirri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan ideology kepada suatu partai politik atau seorang kontestan. Faktor seperti paham, asal-usul, nilai tradisional, budaya, agama dan psikografis memang dipertimbangkan juga, tetapi bukan hal yang signifikan. Hal yang terpenting bagi jenis pemilih ini adalah apa yang biasa (dan yang telah) dilakukan oleh sebuah partai atau seorang kontestan. Oleh karena itu, ketika sebuah partai politik atau seorang kontestan ingin menarik perhatian pemilih dalam matriks ini, mereka harus mengedepankan solusi logis akan permasalahan ekonomi, pendidikan, kesejahteraan, social-budaya, hubungan luar negeri, pemerataan pendapatan, disintegrasi nasional dan lain-lain. Pemilih tipe ini tidak akan segan-segan beralih dari sebuah partai atau seorang kontestan ke partai politik atau kontestan lain ketika mereka dianggap tidak mampu menyelesaikan permasalahan nasional.
2. Pemilih Kritis
Pemilih jenis ini merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada kemampuan partai politik atau seorang kontestan dalam menuntaskan permasalahan bangsa maupun tingginya orientasi mereka akan hal-hal yang bersifat ideologis. Pentingnya ikatan ideologis membuat loyalitas pemilih terhadap sebuah partai atau seorang kontestan cukup tinggi dan tidak semudah ‘rational voter’ untuk berpaling ke partai lain. Proses untuk menjadi pemilih jenis ini bias terjadi melalui dua mekanisme. Pertama, jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai politik mana mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bias juga terjadi sebaliknya, pemilih tertarik dulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partai/kontestan baru kemudian mencoba memahami nilai-nilai dan faham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan. Pemilih jenis ini akan selalu menganalisis kaitan antara system nilai partai (ideology) dengan kebijakan yang dibuat. Tiga kemungkinan akan muncul ketika terdapat perbedaan antara nilai ideology dengan ‘platform’ partai: (1) memberikan kritik internal, (2) frustasi, dan (3) membuat partai baru yang memiliki kemiripan karakteristik ideology dengan partai lama.
3. Pemilih Tradisional
Pemilih dalam jenis ini memiliki orientasi ideologi yang sangat tinggi dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestan sebagai suatu yang penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, aal usul, faham dan agama sebagai ukuran untuk memilih suatu partai politik. Kebijakan semisal ekonomi, kesejahteraan, pemerataan pendapatan dan pendidikan, dan pengurangan angka inflasi dianggap sebagai parimeter kedua. Biasanya pemilih jenis ini lebih mengutamakan figure dan kepribadian pemimpin, mitos dan nilai historis sebuah partai politik atau seorang kontestan. Salah satu karakteristik mendasar jenis pemilih ini adalah tingkat pendidikan yang rendah dan sangat konservatif dalam memegang nilai serta faham yang dianut.
Pemilih tradisional adalah jenis pemilih yang bias dimobilisasi selama periode kampanye. Loyalitas tinggi merupakan salah satu cirri khas yang paling kelihatan bagi pemilih jenis ini. Ideologi dianggap sebagai satu landasan dalam membuat suatu keputusan serta bertindak dan kadang kebenarannya tidak bias diganggu gugat.
4. Pemilih Skeptis
Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan, juga tidak menjadikan kebijakan sebagai sesuatu yang penting. Keinginan untuk terlibat dalam sebuah partai politik pada pemilih jenis ini sangat kurang, karena kedekatan ideologis mereka memang rendah sekali. Mereka juga kurang memperdulikan ‘platform’ dan kebijakan sebuah partai politik. Kalaupun berpartisipasi dalam pemungutan suara, biasanya mereka melakukannya secara acak dan random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun dan partai apapun yang memenangkan pemilu tidak akan bias membawa bangsa kea rah perbaikan yang mereka harapkan. Selain itu, mereka tidak memiliki ikatan emosional dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan.
1.6Metodologi Penelitian 1.6.1Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif, karena penelitian ini menggunakan teori-teori,
data-data dan konsep-konsep sebagai kerangka acuan untuk menjelaskan hasil
penelitian dan menjawab persoalan yang penulis teliti. “Penelitian kualitatif
bersifat kualitatif. Metode kualitatif lebih didasarkan filsafat fenomenologis yang
mengutamakan penghayatan (verstehen)”.20
Penelitian ini akan berusaha memahami dan menggambarkan bagaimana
perilaku pemilih dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013
di Kecamatan Medan Helvetia, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.
1.6.2 Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga Kecamatan
Medan Helvetia yang terdaftar dan tercatat sebagai warga Kecamatan Medan
Helvetia dan yang termasuk ke dalam Daftar Pemilih Tetap dalam Pemilihan Umum
Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013 yaitu sebanyak 143.258 jiwa.
1.6.3 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi yang menggunakan cara
tertentu. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah masyarakat yang terdaftar
sebagai Pemilih Tetap di Kecamatan Medan Helvetia. Dalam menentukan jumlah sampel
untuk kuesioner, penulis akan menggunakan rumus Taro Yamane21
Keterangan :
, sebagai berikut :
�= �
� (� )2 + 1
n : Jumlah sampel
N : Jumlah Populasi (yang terdaftar dalam DPT)
D : Presisi
20
Husnaini Usman & Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 78.
Tingkat presisi yang dimaksud diatas adalah rentang dimana nilai sebenarnya dari
populasi yang diperkirakan. Sering pula disebut kesalahan sampling. Semakin besar
tingkat kesalahan yang ditoleransi maka semakin kecil jumlah sampel yang diambil.
Dan sebaliknya semakin kecil tingkat kesalahan yang ditoleransi, maka semakin besar
mendekati populasi sampel yang harus diambil.
Dari rumus diatas, maka jumlah sampel yang diambil adalah :
� = 143.258 143.258 (0,01 ) + 1
� = 143.258 1433, 58
n = 99,9 Orang
Maka jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 100 orang.
Selanjutnya, untuk menentukan jumlah responden dari masing – masing
kelurahan digunakan teknik proporsional sampling. “Penggunaan teknik
proporsional sampling dilakukan dengan menyeleksi setiap unit sampel yang sesuai
dengan ukuran unit sampel dan untuk memungkinkan memberi peluang kepada
populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel”.22
Keterangan :
Maka digunakanlah
rumus :
� =� 1 ( � ) �
N : Jumlah Populasi
n1 : Jumlah Daftar Pemilih Tetap / Kecamatan
n : jumlah sampel
Berdasarkan rumus diatas, maka dapat dihitung jumlah sampel yang diambil
di setiap Kecamatan adalah sebagai berikut :
Kelurahan Cinta Damai : 18139 x 100 : 143258 = 13
Kelurahan Dwi Kora : 20502 x 100 : 143258 = 14
Kelurahan Helvetia : 15530 x 100 : 143258 = 11
Kelurahan Helvetia Tengah : 30565 x 100 : 143258 = 21
Kelurahan Helvetia Timur : 22171 x 100 : 143258 = 16
Kelurahan Sei Sikambing C-II : 13226 x 100 : 143258 = 9
Kelurahan Tanjung Gusta : 23125 x 100 : 143258 = 16
Setelah menentukan jumlah sampel dari masing – masing kelurahan,
selanjutnya untuk menentukan responden yang akan dijadikan sampel digunakan
Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling). “Teknik sampling kebetulan
dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan terhadap orang atau benda
yang kebetulan ada atau dijumpai”.23
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti datang langsung ke masing – masing
kelurahan untuk melakukan wawancara dengan kuisioner terhadap responden.
Responden yang dijadikan sampel adalah mereka yang kebetulan dijumpai di warung
– warung kopi, rumah, mesjid, dan tempat – tempat umum yang ada di wilayah
kelurahan tersebut. Namun tidak jarang pula masyarakat yang menolak untuk
diwawancarai oleh peneliti dengan alasan sibuk serta alasan – alasan lainnya.
Keuntungan dari penggunaan teknik sampling ini adalah murah cepat dan mudah.
23
1.6.4Teknik Pengumpulan Data
Ada dua teknik pengumpulan data yang penulis gunakan didalam penelitian
ini. Pertama, pengumpulan data melalui studi pustaka (library research). Data-data
yang dimaksud adalah data-data tertulis yang berasal dari buku-buku,
dokumen-dokumen, undang-undang, media internet maupun skripsi yang memiliki kesamaan
dengan masalah penelitian ini. Data-data yang diperoleh dari studi pustaka
merupakan data sekunder dalam penelitian ini.
Kedua, studi lapangan (field research) yaitu dengan melakukan interaksi
langsung terhadap narasumber dan melalui penyebaran angket. Data yang diperoleh
langsung dari lapangan ini merupakan data utama guna menunjang keberhasilan
penelitian ini, karena objek utama dari penelitian ini adalah narasumber khususnya
masyarakat yang menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah
Sumatera Utara tahun 2013 di Kecamatan Medan Helvetia, Kotamadya Medan,
Provinsi Sumatera Utara.
1.6.5Teknik Analisa Data
Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisa atas
masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang akan
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan terperinci, maka penulis
membagi penulisan skripsi ini kedalam empat bab. Adapun susunan sistematika
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB III : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan menggambarkan segala sesuatu
mengenai objek penelitian yaitu gambaran umum wilayah
Kecamatan Medan Helvetia yang dilihat dari geografis dan luas
wilayah, komposisi penduduk, perekonomian masyarakat, serta
sarana dan prasarana.
BAB III : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
Bab ini akan berisikan penyajian data dan fakta yang diperoleh dari
lapangan dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis dari
data dan fakta tersebut.
BAB IV : PENUTUP
Bab terakhir ini akan memuat kesimpulan dan saran dari keseluruhan
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
II.1 Deskripsi Kecamatan Medan Helvetia II. 1. 1 Keadaan Geografis
Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di
Wilayah Kota Medan, memiliki luas 1.156,147 Ha dan merupakan pecahan dari
Kecamatan Medan Sunggal. Kecamatan Medan Helvetia terdiri dari 7 (tujuh)
Kelurahan, yaitu :
1. Kelurahan Cinta Damai 5. Kelurahan Helvetia Tengah
2. Kelurahan Sei Sikambing C-II 6. Kelurahan Helvetia
3. Kelurahan Dwi Kora 7. Kelurahan Tanjung Gusta
4. Kelurahan Helvetia Timur
II. 1. 2 Batas Wilayah
Kecamatan Medan Helvetia berbatasan dengan rincian sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab. Deli Serdang
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat dan Medan Petisah
II. 2 Demografi Kecamatan Medan Helvetia Tabel 1
Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Helvetia Berdasarkan Kelurahan dan Jenis Kelamin
NO Jenis Kelamin
Kelurahan
JUMLAH
CD SS DK HT HTG H TG
1 Laki-Laki 12.098 8.784 13.534 15.272 20.420 10.349 14.030 94.487 2 Perempuan 11.962 8.547 13.484 14.962 20.596 10.546 13.624 93.721 JUMLAH 24.060 17.331 27.018 30.234 41.016 20.895 27.654 188.208
Sumber: Profil Kecamatan Medan Helvetia 2011
Berdasarkan tabel diatas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa penduduk dari
kecamatan Medan Helvetia lebih banyak dihuni oleh penduduk berjenis kelamin
laki-laki. Untuk daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah
Kelurahan Helvetia Tengah hal ini dikarenakan banyaknya pemukiman di kelurahan
ini yang ditandai oleh banyaknya perumahan – perumahan penduduk serta lokasi
yang tidak jauh dari inti kota. Sedangkan Kelurahan Sei Sikambing C-II memiliki
tingkat kepadatan penduduk yang paling rendah. Hal ini dikarenakan sedikitnya
daerah pemukiman penduduk di Kelurahan Sei Sikambing C-II, sebagian besar lahan
yang ada dimanfaatkan untuk daerah – daerah perniagaan karena letaknya yang
sangat strategis dan dekat dari inti kota. Kecamatan Medan Helvetia menjadi salah
Tabel 2
Klasifikasi Penduduk Kecamatan Medan Helvetia Berdasarkan Usia di Setiap Kelurahan
NO Usia
Kelurahan
JUMLAH
CD SS DK HT HTG H TG
1 0-4 Tahun 876 668 1140 1499 1634 763 1184 7764 2 5-16 Tahun 4009 2725 4345 4926 6257 3150 4797 30209 3 17-44 Tahun 13901 9828 15582 17417 23848 12186 15864 108626 4 45-64 Tahun 4387 3289 4912 5260 7139 3673 4918 33578 5 65 Keatas 887 821 1039 1132 2138 1123 891 8031 JUMLAH 24.060 17.331 27.018 30.234 41.016 20.895 27.654 188.208
Sumber: Profil Kecamatan Medan Helvetia 2011
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa kategori usia 0-4 Tahun adalah kategori
usia yang memiliki jumlah terendah dibandingkan dengan kategori usia lainnya.
Sedangkan kategori usia 17-44 adalah kategori usia yang memiliki jumlah tertinggi
dibandingkan dengan kategori usia lainnya. Kategori usia ini merupakan kategori usia
produktif dan kategori usia yang memiliki hak pilih.
Dari tabel 2 diatas, berdasarkan persyaratan usia pemilih tetap, dapat kita
simpulkan bahwa masyarakat yang memiliki hak pilih di Kecamatan Medan Helvetia
memiliki jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang tidak
memiliki hak pilih, dari 188.208 penduduk, terdapat 150.235 penduduk yang
Tabel 3
Klasifikasi Penduduk Kecamatan Medan Helvetia Berdasarkan Agama di Setiap Kelurahan
NO Agama
Kelurahan
JUMLAH
CD SS DK HT HTG H TG
1 Islam 10.785 14.593 20.958 21.339 23.611 12.241 19.820 123.347 2 Kristen
Protestan
9.944 1.669 4.344 7.110 15.521 7.890 7.057 53.535
3 Katholik 1.356 369 803 712 1.606 717 676 6.239
4 Hindu 106 177 48 55 40 12 54 492
5 Buddha 1.869 523 865 1.018 238 35 47 4.595
JUMLAH 24.060 17.331 27.018 30.234 41.016 20.895 27.654 188.208
Sumber: Profil Kecamatan Medan Helvetia 2011
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk yang memeluk agama
Islam memiliki jumlah yang paling banyak dibandingkan dengan penduduk yang
memeluk agama lainnya. Bahkan jumlah pemeluk agama Islam di Kecamatan Medan
Helvetia lebih dari setengah jumlah penduduk yang ada. Selanjutnya, penduduk yang
memeluk agama Kristen Protestan berada di urutan kedua yang diikuti oleh penduduk
dengan agama Katholik, Buddha dan Hindu.
Apabila penduduk Kecamatan Medan Helvetia lebih ke arah pemilih yang
bersifat tradisional, yaitu lebih mengutamakan kedekatan sosial budaya, asal usul dan
agama. Maka calon yang menganut agama Islam akan lebih diuntungkan dan
memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh suara terbanyak di kecamatan
Tabel 4
Penduduk Kecamatan Medan Helvetia Berdasarkan Etnis
NO Etnis JUMLAH PERSENTASE
1 Jawa 56.267 34,42 %
2 Batak 42.952 26,28 %
3 Mandailing 14.813 9,06 %
4 Melayu 12.876 7,88 %
5 Karo 10.511 6,43 %
6 Aceh 8.899 5,44 %
7 Minang 8.745 5,35 %
8 Dairi 3.780 2,31 %
9 Suku lain 4.609 2,82 %
JUMLAH 163.452 100 %
Sumber: Profil Kecamatan Medan Helvetia 2010
Tabel diatas memperlihatkan bagaimana komposisi penduduk Kecamatan
Medan Helvetia berdasarkan etnis. Penduduk etnis Jawa memiliki jumlah penduduk
tertinggi dibandingkan dengan penduduk etnis lainnya di Kecamatan Helvetia.
Sedangkan penduduk dengan etnis Batak berada di urutan kedua dengan jumlah
penduduk yang berbeda tidak terlalu jauh dengan penduduk etnis Jawa. Sedangkan di
urutan ketiga terbanyak adalah penduduk etnis Mandailing. Namun demikian, jumlah
penduduk etnis Mandailing terpaut jauh dengan jumlah penduduk etnis Jawa dan
Batak. Selain itu, terdapat berbagai macam etnis lainnya yang juga hidup
berdampingan di Kecamatan Medan Helvetia seperti etnis Melayu, Karo, Aceh,
Minang, Dairi, dll. Hal ini membuktikan bahwa penduduk Kecamatan Medan
Helvetia adalah penduduk yang Heterogen, terbukti dengan banyaknya etnis yang
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua etnis yang mendominasi
jumlah penduduk di Kecamatan Medan Helvetia, yaitu etnis Jawa dan Batak. Hal ini
akan mempermudah masing-masing pasangan calon yang memiliki etnisitas Jawa dan
Batak karena adanya kedekatan-kedekatan sosial budaya.
Tabel 5
Penduduk Kecamatan Medan Helvetia Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO
Pendidikan/ Ijazah
yang Dimiliki JUMLAH PERSENTASE
1 Belum/ Tidak
Sumber: Profil Kecamatan Medan Helvetia 2011
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa penduduk dengan tingkat pendidikan
SMA (Sekolah Menengah Atas) memiliki jumlah yang paling banyak dibandingkan
penduduk dengan tingkat pendidikan lainnya. Sedangkan penduduk dengan tingkat
pendidikan S3 (Doktor) memiliki jumlah yang paling sedikit.
Jika dilihat secara lebih terperinci lagi, maka didapatkan sebuah kesimpulan
bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Medan Helvetia adalah penduduk dengan
tingkat pendidikan rendah. Yang termasuk kedalam tingkat pendidikan rendah adalah
seluruh penduduk yang belum/ tidak bersekolah, tamatan SD sederajat, dan penduduk
Dengan tingkat pendidikan penduduk yang masih tergolong rendah, penduduk
Kecamatan Medan Helvetia akan lebih mudah dipengaruhi dengan pendekatan –
pendekatan Sosiologis didalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara
Tahun 2013 yaitu pendekatan yang menekankan pada ikatan sosial pemilih dengan
pasangan calon dari segi etnis, ras, agama, keluarga dan pertemanan yang dialami
oleh pemilih secara historis dengan pasangan calon.
Tabel 6
Penduduk Kecamatan Medan Helvetia Berdasarkan Jenis Pekerjaan
NO Pekerjaan JUMLAH PERSENTASE
1 TNI/ POLRI 2675 1,47 %
Sumber: Profil Kecamatan Medan Helvetia 2011
Dari tabel 6 diatas, dapat kita simpulkan bahwa penduduk Kecamatan Medan
Helvetia memiliki pekerjaan yang sangat beragam. Yang mendominasi adalah
pekerjaan – pekerjaan lainnya, adapun yang termasuk kedalamnya adalah Pegawai
Negeri Sipil, pekerja di sektor informal seperti tukang becak, tukang bangunan, supir
kendaraan umum dan berbagai macam jenis pekerjaan lainnya.
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah angkatan kerja di Kecamatan
Medan Helvetia memiliki jumlah yang sangat tinggi. Tingginya angka penduduk
yang bekerja akan membawa dampak positif bagi perkembangan daerah itu sendiri,
Tabel 7
Sarana Pendidikan di Kecamatan Medan Helvetia
NO Sarana Pendidikan JUMLAH PERSENTASE
1 TK/ Sederajat 29 (1 Negeri, 28 Swasta) 19,72 % 2 SD/ Sederajat 53 (21 Negeri, 32 Swasta) 36,05 % 3 SMP/ Sederajat 29 (3 Negeri, 26 Swasta) 19,72 % 4 SMA/ Sederajat 19 (1 Negeri, 18 Swasta) 12,92 %
5 SMK/ Sederajat 17 ( 17 Swasta) 11,56 %
JUMLAH 147 100 %
Sumber: Profil Kecamatan Medan Helvetia 2011
Dari tabel 7 diatas kita dapat menyimpulkan bahwa sarana pendidikan yang ada
di Kecamatan Medan Helvetia khususnya untuk tingkat SMA dan SMK/ Sederajat
masih kurang memadai. Dengan jumlah sekolah tingkat SMA dan SMK/ Sederajat
yang hanya 36 sekolah dinilai kurang memadai untuk menampung jumlah penduduk
yang masih berusia sekolah di Kecamatan Medan Helvetia. Kurangnya sarana
pendidikan yang memadai ini kerap memaksa penduduk berusia sekolah untuk
melanjutkan pendidikan di luar wilayah mereka tinggal, yaitu di
kecamatan-kecamatan lainnya.
Hal ini dapat dimanfaatkan oleh para Calon Gubernur dan Calon Wakil
Gubernur dengan menggunakan pendekatan Domain Kognitif. Yaitu pendekatan yang
dilakukan berdasarkan isu dan kebijakan yang akan disampaikan kepada penduduk
terkait dengan pengadaan sarana pendidikan yang memadai bagi penduduk
Tabel 8
Jumlah Daftar Pemilih Tetap dan Tempat Pemungutan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013 di Kecamatan Medan Helvetia
N
Sumber: Data Komisi Pemilihan Umum Kota Medan
Berdasarkan data pada tabel 8 diatas maka dapat dilihat bahwa pemilih tetap
pada Pemilihan Umum Kepala Daerah tahun 2013 di Kecamatan Medan Helvetia
didominasi oleh penduduk berjenis kelamin Perempuan yaitu sebesar 50,50 %,
sedangkan pemoloh tetap berjenis kelamin laki-laki sebesar 49,50 %.
Jumlah seluruh penduduk Kecamatan Medan Helvetia yang terdaftar di dalam
Daftar Pemilih Tetap di KPU adalah 143.258 orang yang tersebar di 278 TPS. Namun
demikian, tidak semua penduduk Kecamatan Medan Helvetia menggunakan hak
pilihnya dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013. Dari
keseluruhan jumlah penduduk yang terdaftar, hanya 52.374 orang yang menggunakan
hak pilihnya, sementara sisanya tidak menggunakan hak pilihnya. Untuk lebih
Tabel 9
Rekapitulasi Suara Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 di Kecamatan Medan Helvetia
NO URUT
NAMA PASANGAN CALON PEROLEHAN
SUARA
Sumber: Data Komisi Pemilihan Umum Kota Medan
Dari tabel 9 dapat kita lihat bahwa perolehan suara tertinggi didapatkan oleh
pasangan calon nomor urut 5 yaitu H. Gatot Pujo Nugroho, ST – Ir. H. T. Erry
Nuradi. Disusul dengan pasangan calon bernomor urut 2 yaitu pasangan Drs. Effendi
M.S. Simbolon - Drs. Djumiran Abdi. Selanjutnya pasangan dengan nomor urut 1
yaitu H. Gus Irawan Pasaribu, SE Ak, MM – Ir. H. Soekirman memperoleh suara
terbanyak ketiga. Kemudian disusul pasangan dengan nomor urut 4, Drs. H. Amry
Tambunan – Dr. Rustam Effendy Nainggolan. Dan yang memperoleh suara terendah
Tabel 10
Pemilih yang Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 di Kecamatan Medan Helvetia
NO Kelurahan
Sumber: Data Komisi Pemilihan Umum Kota Medan
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa pemilih tetap yang
menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara
tahun 2013 di Kecamatan Medan Helvetia tetap didominasi oleh pemilih tetap
berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 53,52 %, sedangkan pemilih tetap yang
berjenis kelamin laki-laki sebesar 46,48 %.
Jika dibandingkan antara jumlah Daftar Pemilih Tetap Kecamatan Medan
Helvetia dengan jumlah pemilih tetap yang menggunakan hak pilihnya, maka dapat
dilihat dengan jelas bahwa tingkat partisipasi penduduk Kecamatan Medan Helvetia
adalah tergolong sangat rendah. Dari keseluruhan Daftar Pemilih Tetap Kecamatan
Medan Helvetia, angka pemilih tetap yang tidak menggunakan hak pilihnya adalah
sebesar 63,44 %, sedangkan jumlah pemilih tetap yang menggunakan hak pilihnya
BAB III
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
III.1 Data Responden
Tabel 11
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
NO USIA JUMLAH PERSENTASE
1 17 – 30 Tahun 11 11 %
2 31 – 40 Tahun 46 46 %
3 41 – 50 Tahun 22 22 %
4 51 Tahun Keatas 21 21 %
JUMLAH 100 100 %
Sumber: Hasil Olahan Data
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berusia 31 – 40
tahun lebih banyak mendominasi penelitian ini jika dibandingkan dengan usia
responden lainnya. Sedangkan responden dengan usia 17 – 30 tahun memiliki jumlah
terendah dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan waktu penlitian yang dilakukan
pada pukul 10.00 WIB dimana para pemilih muda yang berada pada klasifikasi usia
Tabel 12
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
NO JENIS KELAMIN JUMLAH PERSENTASE
1 Laki-laki 38 38 %
2 Perempuan 62 62 %
JUMLAH 100 100 %
Sumber: Hasil Olahan Data
Pada tabel 12 dapat dilihat bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan
memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan responden yang berjenis kelamin
laki - laki. Responden yang berjenis kelamin perempuan memiliki jumlah dua kali
lipat apabila dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki.
Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kecamatan Medan Helvetia
berdasarkan jenis kelamin yang justru didominasi oleh laki-laki, dominasi responden
perempuan tidak lepas dari waktu penelitian lapangan yang dilakukan disaat jam
kerja dimana mayoritas penduduk laki-laki Kecamatan Medan Helvetia sedang
bekerja pada saat penelitian lapangan dilakukan.
Tabel 13
Karakteristik Responden Berdasarkan Agama
NO AGAMA JUMLAH PERSENTASE
1 Islam 58 58 %
2 Kristen Protestan 33 33 %
3 Katolik 6 6 %
4 Hindu 1 1 %
5 Buddha 2 2 %
JUMLAH 100 100 %
Berdasarkan data dari tabel 13 dapat kita ketahui bahwa mayoritas pemilih di
Kecamatan Medan Helvetia adalah pemilih yang beragama Islam. Sedangkan
pemilih yang beragama Hindu memiliki jumlah pemilih yang paling sedikit. Dari
tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa tingkat partisipasi politik pemilih yang
beragama Islam lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat partisipasi politik agama
lainnya. Hal ini adalah wajar karena pada tabel 3 yang telah dibahas pada Bab II juga
dikemukakan bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Medan Helvetia merupakan
pemeluk agama Islam.
Dari komposisi pemilih yang didominasi oleh pemilih beragama Islam ini, akan
lebih memudahkan pasangan calon yang beragama Islam untuk melakukan
pendekatan – pendekatan Sosiologis terhadap pemilih di Kecamatan Medan Helvetia.
Namun hal tersebut tidak terlepas dari konfigurasi pemilih yang ada di Kecamatan
Medan Helvetia. Apabila mayoritas pemilih adalah pemilih tradisional, maka dapat
dipastikan pasangan calon yang akan menang dalam Pemilihan Umum Kepala
Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 di Kecamatan Medan Helvetia adalah pasangan