• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Kerajinan Sapu Moro Bondo di Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Kerajinan Sapu Moro Bondo di Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

MOBILITAS SOSIAL DAN KEBERDAYAAN EKONOMI KELUARGA

PENGRAJIN SEPATU DI BUNUT KECAMATAN KISARAN BARAT

KABUPATEN ASAHAN

DI SUSUN OLEH :

ELFI JULIANTI 080901003

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan

keselamatan kepada penulis jarena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul : “Mobilitas Sosial dan Keberdayaan Ekonomi Keluarga Pengrajin Sepatu di Bunut Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan”. Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di

Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan tantangan dan hambatan,

namun berkat rahmat Allah SWT maka skripsi ini dapat diselesaikan. Tidak lupa penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada orang-orang yang luar biasa yang selalu

mendukung dan memberi semangat serta motivasi bantuannya kepada penulis pada saat

penulis menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih secara khusus penulis ucapkan kepada ibunda

tercinta Elpina Dewi Hsb yang senantiasa memberikan kasih sayang dari penulis kecil hingga

sekarang dan selalu berdoa untuk kebaikan penulis serta mendukung penulis dan memotivasi

penulis untuk menyelesaikan skripsi, dan ayah tercinta yaitu Surianto ST yang senantiasa

mendidik, mengingatkan dan mengajarkan penulis agar tetap bersyukur dan memotivasi

penulis. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada kakak penulis Nelly

Suriani dan suaminya bang Kodri, abang penulis Surya Madan dan adik penulis yang bawel

Depi Ulpa yang selalu memotivasi penulis serta keponakan penulis yang lucu dan imut-imut

Zidan dan Zacky. Terkhusus untuk orang yang spesial bagi penulis yang selalu memberikan

semangat, dukungan dan motivasi kepada penulis ketika penulis merasa malas ataupun

ketika penulis merasa capek dan sedih yaitu Putra Kurniawan. Penulis juga mengucapkan

(3)

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,MSc.(CTM)Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

dan para pembantu dekan serta seluruh staf pegawai dan administrasi.

3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.SI selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik dan dosen pembimbing serta menjadi dosen wali penulis

selama ini yang tidak pernah lelah dan selalu sabar dalam membimbing penulis untuk

menyelesaikan skripsi penulis.

4. Dan seluruh dosen-dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

5. Kak Fenny dan Kak Betty serta Syarifah yang telah banyak membantu.

6. Untuk anak kos sofyan 32 Ayu dan Irma Suraya (mama dedeh) yang telah banyak

memberi nasehat-nasehat tentang agama dan terus menyemangati penulis agar cepat

menyelesaikan skripsi kepada penulis.

7. Untuk teman-teman alumni 08 Rina Humairah dan Kharisma yang cerewet dan terus

memotivasi penulis agar cepat tamat, Icetea (esty), Dicky Eko, Anggre (tembung),

Silky dan semua teman-teman 08 yang tidak bisa penulis sebut namanya.

8. Teman-teman yang sedang dalam tahap menyelesaikan skripsi Mitha Mutia, Sri

Rahmadani, Gusnimar, Fikar dan seluruh teman-teman angkatan 2008 yang masih

berjuang menyelesaikan skripsi.

9. Pemerintah daerah Kabupaten Asahan yang telah memberikan bantuan kepada penulis

(4)

10.Bapak Lurah kelurahan Bunut, Ibu Tika sekretaris Lurah dan kak Ita yang banyak

membantu Penulis selama dilapangan dan semua jajaran kelurahan Bunut yang telah

banyak membantu penulis.

11.Untuk para pengrajin sepatu Bunut dan semua orang yang telah banyak membantu

penulis, memberikan informasi yang sangat berharga sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

12.Semua pihak yang telah banayak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan kalian.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak terlepas dari

kekurangan dan kesalahan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini dikemudian hari. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat dan menambah wawasan bagi semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan

banyak terimakasih.

Medan, Mei 2014

Penulis

(5)

ABSTRAK

Industri kecil dalam perekonomian suatu negara memiliki peran dan perkembangan yang sangat penting karena memiliki nilai strategi dalam memperkokoh perekonomian nasional (ekonomi rakyat), maka selayaknya pemerintah memberikan perhatian yang layak untuk memberdayakannya, yaitu dipandang sebagai suatu kelompok unit usaha yang seharusnya terintegrasi dalam dunia usaha secara nasional yang nantinya dapat meningkatkan taraf hidup dan daya saing. Dalam penelitian ini terjadi mobilitas sosial pada industri pengrajin sepatu bunut dan keberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh pengrajin sepatu Bunut dalam memenuhi kebutuhan hidupnya ketika pabrik Uni Royal tempat para karyawan yang dulunya bekerja untuk membuat sepatu tutup.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mobilitas sosial yang terjadi pada pengrajin sepatu Bunut dan Kerberdayaan Sosial pengrajin Bunut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara mendalam.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR………. i

ABSTRAK……… iv

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR TABEL………... viii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………. 1

1.2Rumusan Masalah………. 8

1.3Tujuan Penelitian……….. 9

1.4Manfaat Penelitian………... 9

BAB ll. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Mobilitas Sosial………. 10

2.1.1 Pengertian Mobilitas Sosial………... 10

2.1.2 Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial………. 12

2.2 Keberdayaan………. 14

2.3 Keberdayaan Ekonomi………. 18

2.4 Etos Kerja……….….... 21

2.5 Motivasi Berprestasi atau n-Ach……….. 23

2.5 Defenisi Konsep……….….. 25

BAB lll METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………. 28

(7)

3.3.1 Unit Analisis………. 29

3.3.2 Informan……….... 29

3.4 Teknik Pengumpulan Data………... 30

3.5 Interpretasi Data………... 31

3.6 Jadwal Kegiatan………... 33

3.7 Keterbatasan Penelitian……… 34

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH dan INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 35

4.2 Kondisi Demografi………... 36

4.3 Profil Informan………. 47

4.4 Temuan dan Interpretasi Data……….. 57

4.4.1 Sejarah dan Latar Belakang Sentra Industri Kecil Sepatu Bunut……….. 57

4.4.2 Terbatasnya Lapangan Kerja……….. 59

4.4.3 Insiatif Membuka Usaha Sepatu……… 61

4.4.4 Mobilitas Sosial Pengrajin Sepatu... ………. 62

4.4.4.1 Perubahan Sosial Pengrajin Sepatu Sebelum dan Setelah menjadi pengrajin……… 64

4.4.5 Keberdayaan dalam Berusaha………...…. 66

4.4.5.1 Modal memulai usaha Sepatu………..……... 66

4.4.5.2 Keahlian Membuat Sepatu ………... 69

4.4.6 Etos Kerja Pengrajin Sepatu dalam Berusaha……….... 71

(8)

4.4.7 Jaringan yang di Manfaatkan Pengrajin untuk Meningkatkan Usaha...………. 73

4.4.7.1 Keterampilan, Kreatifitas, dan Model……… 73

4.4.7.2.Pemasaran……….... 75

4.4.7.3 Organisasi Kelompok Pengrajin………... 77

4.4.7.4 Bantuan Pemerintah……….... 79

4.4.8 Faktor-faktor Penghambat dalam Pengembangan Usaha Sepatu.………. 83

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………... 90

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator Keberdayaan………. 15

Tabel 4.1 Pemanfaatan Tanah di Kelurahan Bunut……… 35

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan di Bunut……… 37

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Usia……….. 37

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Agama……….. 38

Tabel 4.5 Lulusan Pendidikan Umum……… 39

Tabel 4.6 Lulusan Pendidikan Khusus………... 39

Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………... 41

Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku………... 42

Tabel 4.9 Jumlah Industri Besar dan Industri Sedang Menurut Kecamatan………. 44

(10)

ABSTRAK

Industri kecil dalam perekonomian suatu negara memiliki peran dan perkembangan yang sangat penting karena memiliki nilai strategi dalam memperkokoh perekonomian nasional (ekonomi rakyat), maka selayaknya pemerintah memberikan perhatian yang layak untuk memberdayakannya, yaitu dipandang sebagai suatu kelompok unit usaha yang seharusnya terintegrasi dalam dunia usaha secara nasional yang nantinya dapat meningkatkan taraf hidup dan daya saing. Dalam penelitian ini terjadi mobilitas sosial pada industri pengrajin sepatu bunut dan keberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh pengrajin sepatu Bunut dalam memenuhi kebutuhan hidupnya ketika pabrik Uni Royal tempat para karyawan yang dulunya bekerja untuk membuat sepatu tutup.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mobilitas sosial yang terjadi pada pengrajin sepatu Bunut dan Kerberdayaan Sosial pengrajin Bunut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara mendalam.

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Industri kecil dalam perekonomian suatu negara memiliki peran dan perkembangan

yang sangat penting karena memiliki nilai strategi dalam memperkokoh perekonomian

nasional (ekonomi rakyat), maka selayaknya pemerintah memberikan perhatian yang layak

untuk memberdayakannya, yaitu dipandang sebagai suatu kelompok unit usaha yang

seharusnya terintegrasi dalam dunia usaha secara nasional yang nantinya dapat meningkatkan

taraf hidup dan daya saing. Tambunan (dalam Ahimsa-Putra, 2003:254) mengemukakan,

bahwa kontribusi langsung industri kecil kepada pembangunan ekonomi antara lain

penciptaan lapangan kerja untuk memproduksi barang-barang.

Industri merupakan aktivitas manusia untuk mengelola sumber daya-sumber daya

(resources) baik Sumber Daya Manusia (SDM), maupun Sumber Daya Alam (SDA) di

bidang produksi dan jasa dasar, seperti makanan, pakaian, bahan bangunan, peralatan rumah

tangga dan sebagainya. Ini dapat dilihat pada keadaan krisis moneter yang terjadi pada tahun

1997 sampai 1998 di Indonesia bahwa IKM (Industri Kecil Menengah) dan UKM (Usaha

Kecil Menengah) merupakan sabuk pengaman bagi perekonomian nasional. Dalam keadaan

krisis tersebut banyak industri dan usaha besar yang gulung tikar, namun IKM dan UKM

yang mampu menjadi penopang perekonomian nasional. Industri kecil juga memberikan

manfaat sosial yang sangat berarti yaitu dapat menciptakan peluang berusaha yang luas

dengan pembiayaan yang relatif murah, mengambil peranan dalam peningkatan dan

mobilisasi tabungan domestik serta industri kecil mempunyai kedudukan yang komplementer

terhadap industri besar dan sedang.

(12)

Probinka digantikan dengan proyek bimbingan dan pengembangan industri kecil (BIPIK),

dengan program utamanya berupa diklat dan penyuluhan yang umumnya bersifat insidental.

Oleh karena kegiatan ini belum mampu menciptakan proses pengembangan yang kondusif

dan berkesinambungan, maka sejak akhir Pelita II mulai dikembangkan sarana-sarana

pembinaan yang tetap. Dalam Pelita III dilakukan upaya meningkatkan investasi dan

kegiatan golongan ekonomi lemah. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan pembinaan industri

kecil dalam Pelita IV. Pembinaan diarahkan pada penciptaan iklim usaha, peningkatan

kerjasama, peningkatan bantuan, peningkatan sarana pelayanan lapangan, pengembangan

pusat-pusat pertumbuhan industri kecil, dan peningkatan perangkat pelaksana. Dan dalam

Pelita V kebijaksanaan pengembangan industri kecil meliputi antara lain: (1) pengembangan

industri rumah tangga dan kerajinan di daerah-daerah yang belum berkembang, maupun

didaerah pemukiman transmigrasi; (2) peningkatan pertumbuhan industri kecil pada aspek

kemampuan dan kemandirian usaha; (3) pelibatan berbagai instansi seperti Departemen

Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil,

Departemen Sosial, dan Departemen Dalam Negeri dalam Pembinaan industri kecil tersebut.

Menurut Bank Indonesia No. 26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993 (Hubeis, Musa, 2009

hal 11). industri kecil adalah usaha yang memiliki total asset maksimum Rp. 600 juta tidak

termasuk tanah rumah yang ditempati. Pengertian usaha ini meliputi usaha perorangan, badan

usaha swasta dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp. 600 juta.

Dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1995 pasal 14 tentang industri kecil merumuskan bahwa

pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan serta pengembangan industri

kecil dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, SDM, ketenagakerjaan atau

kewirausahaan, teknologi dan pelayanan. Industri kecil dapat mengurangi tingkat

(13)

mempercepat siklus financial suatu komunitas masyarakat, memperpendek rentang

kesenjangan sosial yang tercipta, sekaligus mengurangi dampak kriminalitas yang

ditimbulkannya, dan sebagai alat penganekaragaman sumber daya alam maupun sumber daya

manusia. Menurut Ina Primania (2009:35) dalam proses pengembangan industri kecil

mencakup tiga aspek, yaitu:

1. pendanaan

2. pembinaan dan pengembangan potensi

3. dan manajerial

Undang-undang No.5 tahun 1984 tentang perindustrian pasal 1 juga menyatakan

industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah

jadi, dan/atau jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,

termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. BPS mengklasifikasikan

industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1

sampai 4 orang; (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan

pekerja 20-99 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.

Menurut hasil studi Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

(dalam Anoraga, 2002: 225), menunjukkan bahwa di Indonesia kriteria atau ciri-ciri industri

kecil itu sangat berbeda-beda, tergantung pada fokus permasalahan yang dituju dan instansi

yang berkaitan dengan sektor ini. Ciri-ciri dari industri kecil adalah usaha dimiliki secara

bebas, terkadang tidak berbadan hukum, skala usaha yang kecil (baik modal, tenaga kerja,

maupun potensi pasarnya); berlokasi di pedesaan dan kota-kota kecil atau pinggiran kota

besar, modal bergantung pada modal sendiri dan kebanyakan industri kecil dikelola oleh

perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta

(14)

Di Indonesia hasil survei yang dilakukan oleh Ahimsa (dalam Ahimsa-Putra,

2003:254) tentang usaha-usaha kecil menunjukkan bahwa setengah dari usaha-usaha kecil ini

bermula dari usaha industri rumah tangga. Selanjutnya dikatakan pula bahwa produk-produk

industri kecil tersebut berasal dari kerajinan yang berkembang terbatas pada keterampilan dan

keahlian lokal, serta menggunakan bahan lokal. Kabupaten Asahan merupakan kabupaten

yang mempunyai sektor unggulan dalam bidang pertanian dan industri. Berdasarkan data

Asahan Dalam Angka pada tahun 2013, sektor pertanian merupakan kontributor utama pada

PDRB Kabupaten Asahan sebesar 38.75%, kemudian disusul oleh sektor industri sebesar

32,36% dan sektor-sektor lainnya hanya memberikan kontribusi sebesar 17,76%. Pada tahun

2012 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Asahan mencapai 5,89% pertumbuhan terbesar

terjadi pada sektor industri yaitu 9,74% sedangkan pada sektor pertanian hanya 2,64%.

Perusahaan besar di Asahan pada tahun 2007 berjumlah 20 unit, industri sedang berjumlah

111 unit dan jumlah industri kecil dan industri rumah tangga berjumlah 650 unit. Jenis indutri

kecil dan rumah tangga di Kabupaten Asahan cukup banyak yaitu 650 unit, diantaranya yaitu

industri Sepatu Bunut, industri pengolahan daging, industri pengasinan ikan, industri

pengasinan buah, industri roti/kue basah/kering, industri gula aren, industri tahu/tempe,

industri makanan ringan, industri kerupuk, industri batu bata/keramik, industri sulaman dan

industri sabut kelapa.

Kabupaten Asahan juga memiliki sejumlah produk unggulan yang dihasilkan dari

industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Beberapa bidang usaha yang berkembang antara

lain adalah pengolahan meubel kayu batang kelapa, pembuatan pupuk kompos, pengolahan

sabuk kelapa, kerajinan kulit (sepatu Bunut), anyaman pandan, sapu lidi hias, makanan ringan

(dodol, keripik), dan lain-lain (www.pemkab-asahan.go.id). Pengrajin sepatu Bunut yang

(15)

didirikan oleh tiga rumah tangga yang ada di kelurahan Bunut, namun sekarang industri

sepatu ini diproduksi oleh 14 toko sepatu. Toko sepatu Bunut ini terletak berjajar di

sepanjang jalan lintas Sumatera sehingga tempat ini terbilang cukup strategis di tambah lagi

industri sepatu Bunut ini juga sudah berdiri cukup lama sehingga menjadi salah satu daya

tarik masyarakat untuk menjadi oleh-oleh khas kabupaten Asahan. Jarak tempuh antara

kelurahan Bunut dengan pusat kota tidak cukup jauh yaitu hanya sekitar 8 km. Menurut

sejarahnya, sepatu Bunut pada awalnya diproduksi oleh perusahaan perkebunan karet milik

pengusaha Amerika yang bernama Colehan. Modal dan bahan-bahan baku untuk membuat

sepatu ini di datangkan langsung dari Amerika. Produk sepatu ini pun ditujukan hanya untuk

kalangan terbatas, yaitu untuk staf perkebunan dan para tamu istimewa sehingga apabila ada

orang selain staf perkebunan dan para tamu istimewa memakai sepatu tersebut maka orang

tersebut akan ditangkap. Sepatu Bunut sampai terkenal keluar negeri tepatnya, setelah tamu

perkebunan sering membawa sepatu Bunut ke Negara asalnya sebagai oleh-oleh dan pada

akhirnya, nama kelurahan Bunut ini pun mulai dikenal di mancanegara.

Pada tahun 80-an Abdul Rizal Bakrie membeli pabrik tersebut dengan tujuan agar sepatu

Bunut tersebut dapat dipasarkan kedalam negeri. Ketika produksi dibuat dan sepatu mulai

dipasarkan kedalam negeri ternyata hasilnya kurang memuaskan karena promosi yang di

lakukan kurang menarik minat konsumen sehingga konsumen tidak begitu suka dan tidak

begitu tertarik dengan sepatu Bunut ini dan juga karena adanya persaingan dari sepatu di

Jawa. Akhirnya Bakrie pun mulai memasarkan sepatu Bunut ini kembali lagi ke AS namun

ternyata pihak AS menolak karena bahan bakunya tidak berasal dari Amerika dan pihak AS

pun tidak mau menjalin hubungan kerjasama dengan Bakrie sehingga kerugian pun terjadi.

tidak mau menjalin hubungan kerjasama dengan Bakrie sehingga kerugian pun terjadi. Akibat

(16)

penurunan jumlah produksi sepatu sehingga akhirnya Bakrie pun memberhentikan para

karyawannya.

Setelah beberapa tahun pabrik sepatu ditutup para pekerja yang menjadi pengangguran

mulai mengembangkan keterampilan yang mereka dapat selama bekerja di pabrik. Dengan

berbekalkan keterampilan dari pabrik sepatu tempat bekerja dulu dan dengan didorong oleh

tekad yang kuat, para pengrajin tersebut memberanikan diri membuka usaha pembuatan

sepatu secara kecil-kecilan di rumah masing-masing dengan bantuan anggota keluarga dan

dengan modal sendiri yang bersumber pada tabungan pribadi, pinjaman dari bank, dan

pinjaman dari kerabat atau tetangga. Tidak butuh waktu lama bagi para pengrajin sepatu

untuk membuat masyarakat tertarik untuk membeli sepatu buatan mereka, hal ini dikarenakan

sepatu Bunut dulunya memang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Ternyata sepatu yang

diproduksi secara rumahan ini cukup laku di masyarakat sehingga para pengrajin

membutuhkan tenaga kerja tambahan dan mulai merekrut pekerja dari warga sekitar yang

tinggal di daerah kelurahan Bunut.

Pada akhirnya, keterampilan membuat sepatu secara rumahan ini pun diwariskan

secara turun temurun kepada anak-anaknya sehingga kini telah menjadi bagian dari karya

industri khas dari Asahan. Jika dulu sepatu Bunut diproduksi oleh perusahaan perkebunan

karet, sekarang sepatu Bunut ini telah diproduksi oleh warga kelurahan Bunut itu sendiri.

Kualitas sepatu Bunut sangat baik dan tahan lama ditambah lagi model sepatunya tidak kalah

dengan sepatu merk terkenal lainnya sehingga sepatu Bunut sangat terkenal di berbagai

daerah mulai dari dalam negeri seperti Jawa, Nangroe Aceh Darussalam, Riau, Jambi dan

Kalimantan hingga di luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam dan sebagainya. Harga

(17)

Alat-alat dalam proses pembuatan sepatu ini masih menggunakan teknologi yang

sederhana yaitu terdiri dari alat seset, mesin pres sepatu dan mesin jahit sepatu. Cara untuk

membuat sepatu Bunut tersebut yang pertama adalah memilih bahan baku kulit untuk sepatu

lalu membuat pola sepatu diatas bahan baku kulit sesuai dengan desain sepatu. Kedua, setelah

pola selesai, pola tersebut dipotong dan kulit yang sudah dipotong masuk kedalam proses

seset. Ketiga, masuk dalam tahap penyetelan sepatu dan dalam proses pembuatan upper

(potongan kulit atas). Keempat, proses perakitan sepatu mulai dari melakukan pengeleman

dan tahap penjahitan. Terakhir, dipres setelah itu mulai pengecekan produksi sol lalu masuk

dalam proses penyemprotan dan sepatu pun siap untuk dijual. Pengrajin sepatu ini menjual

sepatu di toko yang terdapat didepan rumahnya dan ada juga sebagian toko yang hanya

menjual sepatunya saja dan mengambil sepatu langsung kepada pengrajin sepatu.

Sepatu Bunut ini banyak dibeli ketika menjelang hari-hari besar seperti hari lebaran,

natal dan hari-hari libur seperti hari libur sekolah. Kebanyakan pembeli berasal dari luar

daerah Asahan seperti dari Pekanbaru atau dari pulau Jawa. Sepatu ini memiliki kualitas yang

bagus karena kualitas kulit sepatu yang bagus, model sepatu yang senyawa sehingga tidak

mudah rusak dan ciri khas sepatu Bunut dengan model jahitan dikepala sepatunya serta

sepatu ini juga menggunakan tapak yang terbuat dari bahan karet sehingga jika dilengkukan

tidak akan merusak bentuk dari tapak tersebut. Sehingga pekerja kantoran seperti pegawai

negeri sering menempah sepatu untuk berkerja di tempat ini. Sepatu Bunut ini tidak kalah

kualitasnya apabila dibandingkan dengan sepatu dari Cibaduyut ataupun dari Sidoarjo.

Bantuan dari pemerintah juga ada yaitu dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) berupa

pelatihan yang dilakukan oleh beberapa pengrajin sepatu Bunut ke Sidoarjo pada tahun 2008

yang dibiayai langsung oleh dinas tersebut dan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan

(18)

dengan alat yang dibutuhkan oleh pengrajin. Misalnya saja pengrajin kekurangan mesin seset

yaitu alat untuk mengurangi ketebalan kulit tapi dinas terkait memberikan mesin untuk

menjahit. Padahal mesin untuk menjahit sudah cukup banyak, maka mesin tersebut pun tidak

dipergunakan dan menjadi tidak bermanfaat. Namun yang menjadi masalah adalah kurangnya

modal, pemasaran dan manajemen yang kurang baik membuat sepatu Bunut ini kurang dapat

berkembang dengan pesat, ditambah lagi kurangnya dukungan dan bantuan dari pemerintah

setempat dan dinas-dinas yang terkait kalaupun bantuan tersebut ada kurang bermanfaat

karena bantuan yang diperlukan oleh pengrajin tidak sesuai dengan yang diberikan oleh dinas

tersebut.

Kondisi ini sangat berbeda dengan pengrajin sepatu yang berada di Cibaduyut,

pengrajin sepatu Cibaduyut mendapatkan dukungan dari pemerintah. Pada bulan oktober

pada tahun 2011, pemerintah mengadakan kegiatan pelatihan manajemen dan peningkatan

mutu produksi sepatu Cibaduyut. Pelatihan ini diikuti pengrajin sepatu yang merupakan

anggota forum rereongan pengrajin alas kaki, tas, sepatu sareng sajabina (Repalts), ditandai

pembagian alat cetakan standarisasi alas kaki berbahan baku fiber dan diserahkan pula 5 ribu

eksemplar katalog sarana pemasaran hasil produk. Kegiatan ini merupakan pelaksanaan

program penyaluran Corporate Social Responsibility (CSR) Bank BJB (Bank Jabar Banten)

tahun 2011 alokasi Kota Bandung senilai Rp 200 juta dari Rp 700 juta yang diterima Pemkot

Bandung.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka peneliti mencoba menarik suatu

(19)

1. Bagaimana mobilitas sosial keluarga pengrajin sepatu di Bunut?

2. Bagaimana keberdayaan ekonomi keluarga pengrajin sepatu di Bunut?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah jawaban atas pertanyaan apa yang akan dicapai dalam

penelitian itu menurut misi ilmiah ( Sudarwan Danim,2009:91). Berdasarkan perumusan

masalah diatas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui mobilitas sosial yang terjadi pada keluarga pengrajin sepatu di

Bunut Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan.

2. Untuk mengetahui keberdayaan ekonomi yang terdapat pada pengrajin terutama

keluarga pengrajin sepatu di Bunut Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu

sosiologi dan juga menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan

rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat

karya tulis ilmiah tentang mobilitas sosial dan keberdayaan ekonomi keluarga pengrajin

sepatu dan untuk memberikan masukan-masukan kepada pihak-pihak atau lembaga-lembaga

(20)

BAB II

KERANGKA TEORI 2.1 Strategi

2..1.1 Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yang berarti kepemimpinan

dalam ketentaraan (Dirgantoro,2001 : 5). Konotasi ini berlaku selama perang yang

kemudian berkembang menjadi manajemen ketentaraan dalam rangka mengelola

tentara bagaimana melakukan mobilisasi pasukan dalm jumlah yang besar,

bagaimana megkoordinasikan komando yanng jelas, dan lain sebagainya. Menurut

Rangkuti (2001 : 3), strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Menurut Muslich (1997:11), strategi adalah rencana yang disatukan,

menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan antara keunggulan strategi perusahaan

faktor intern) dengan tantangan lingkungannya (faktor ekstern). Rencana yang

disatukan artinya bahwa rencana tersebut mengikat semua bagian perusahaan

menjadi satu kesatuan yang tergabung dalam rencana strategis perusahaan.

Rencana yang menyeluruh artinya meliputi semua aspek penting perusahaan harus

dicakup dalam rencana strategis ini. Rencana yanng terpadu artinya semua

rencana yang dibuat secara partial di dalam perusahaan harus merupakan

serangkaian rencana yang terintegrasi. Artinya antara rencana yanng satu dengan

rencana yang lain yang ada di dalam perusahaan saling mendukung dan tidaknsatu

pun rencana partial yang bertentangan degan rencana strategis.

Dalam bidang manajemen, Daft mendefenisikan strategi sebagai rencana

(21)

menghadapi lingkungan dan membantu organisasi dalam meraih tujuannya (2007:

362). Strategi harus berubah dari waktu ke waktu agar sesuai dengan kondisi

lingkungan, namun harus tetap kompetitif, perusahaan mengembangkan strategi

yang berfokus pada kompetensi utama, mengembangkan sinergi dan menciptakan

nilai bagi pelangggan.

2.1.2 Tingkatan Strategi

Dalam perusahaan bisnis, manajer strategis umumnya berpikir dengan tiga

tingkatan strategi. Tingkatan strategi tersebut adalah strategi di tingkat

perusahaan, strategi di tingkat bisnis dan strategi tingkat fungsional (Daft,

2007:365).

1. Strategi di Tingkat Perusahaan

Strategi ini berkaitan dengan perusahaan secara keseluruhan dan

kombinasi antara unit bisnis dan rangkaian produk yang membentuk

kesatuan organisasi. Tindakan strategis di tingkat ini biasanya terkait

dengan akuisisi usaha baru: penambaha atau divestasi unit bisnis, pabrik

atau rangkaian prosuk dan usaha bersama dengan perusahaan baru di area

baru.

2. Strategi di Tingkat Bisnis

Strategi ini berpengaruh ke tiap unit bisnis dan rangkaian produk.

Strategi ini berfokus pada bagaimana unit bisnis berkompetisi di

industrinya bagi konsumen. Keputusan strategis di tingkat bisnis

(22)

pengembangan, perubahan produk, pengembangan produk, peralatan dan

fasilitas, dan ekspansi atau pengurangan produk.

3. Strategi di Tingkat Fungsional

Strategi ini berkaitan dengan seluruh fungsi utama termasuk

keuangan, penelitian dan pengembangan, penjualan dan produksi.

Gambar 2.1 Tingkatan Strategi

Strategi perusahaan

Strategi Bisnis

Strategi Fungsional

(Sumber: Hunger & Wheelen, 2003: 26)

2.2 Manajemen Strategis

2.2.1 Defenisi Manajemen Strategis

Beberapa defenisi manajemen strategis sebagai berikut (Dirgantoro, 2001:9) :

a. Suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara

keseluruhan dapat match dengan lingkungannya, atau dengan kata lain

organisasi secara keseluruhan dapat selalu responsif terhadap perubahan-Kantor Pusat

(23)

perubahan di dalam lingkungannya, baik yang bersifat internal maupun

eksternal

b. Kombinasi ilmu dan seni untuk memformulasikan, mengimplementasikan

dan mengevaluasi keputusan yang bersifat cross-fungsional yang

memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya.

c. Usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada di perusahaa untuk

menggunakan atau menangkap peluang bisnis yang muncul guna

mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Dari defenisi-defenisi tersebut ada beberapa kesamaan dasar yang bisa

ditangkap, yaitu adanya tujuan yang ingin dicapai, perubahan lingkungan

yang harus diantisipasi serta strategi yang harus diimplementasikan.

Menurut Hunger & Wheelen (2003:4), manajemen strategis adalah

serangkaian keputusan dan tindakan yang menetukankinerja perusahaan dalam

jangka panjang.

2.2.2 Proses Manajemen Strategis

Manajemen strategis dapat dilihat sebagai suatu proses yang meliputi sejumah tahapan yang saling berkaitan dan berurutan. Menurut hunger &

Wheelen, proses manajemen strategis meliputi empat elemen dasar : (1)

pengamatan lingkungan, (2) perumusan strategi, (3) implementasi strategi dan (4)

(24)

Gambar 2.2 Proses Manajemen Strategis

Sumber : Hunger & Wheelen,( 2003:11)

2.3 Analisis Lingkungan

Analisa lingkungan adalah proses memonitoring terhadap lingkungan

organisasi yang bertujuan untuk mengidentifikasikan peluang (opportunities) dan

tantangan (threats) yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai

tujuannya (Dirgantoro, 2001: 38). Tujuan dilakukannya analisis lingkungan

adalah agar organisasi dapat mengantisipasi lingkungan organisasi sehingga dapat

bereaksi scara cepat dan tepat untuk kesuksesan organisasi.

Menurut Situmorang (2008 : 230), secara umum lingkungan organisasi

dapat dikategorikan ke dalam 2 bagian yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan

internal.

2.3.1 Lingkungan Eksternal yang terdiri :

a. Lingkungan umum adalah suatu lingkungan dalam lingkungan eksternal

organisasi yang menyusun faktor-faktor yang memiliki ruang lingkup luas Pengamatan

Lingkungan

Perumusan Strategi

Implementasi Strategi

(25)

dan faktor-faktor tersebut pada dasarnya di luar dan terlepas dari operasi

perusahaan. Faktor-faktor tersebut diantaranya:

1. Faktor ekonomi

Faktor ekonomi mengacu kepada sifat, cara dan arah dari

perekonomian dimana suatu perusahaan akan atau sedang berkompetisi.

Indikator dari kesehatan perekonomian suatu negara antara lain adalah

tingkat inflasi, tingkat suku bunga, defisit atau surplus perdagangan,

tingkat tabungan pribadi dan bisnis, serta produk domestik bruto.

2. Faktor Sosial

Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan

mencakup keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang, dan gaya hidup

dari orang-orang di lingkungan dimana perusahaan beroperasi.

3. Faktor Politik dan Hukum

Faktor politik dan hukum mendefenisikan parameter-parameter

hukum dan bagaimana pengaturan pperusahaan harus beroperasi.

Beberapa tindakan politik dan hukum juga didisain untuk memberi

manfaat dan melindungi perusahaan. Di dalam bisnis, kepastian hukum

menjadi salah satu faktor yang paling penting bagi pengusaha dalam

menjalankan bisnisnya.

4. Faktor Teknologi

Faktor teknologi dalam lingkungan umum untuk merefleksikan

(26)

dramatis telah mengubah produk, jasa, pasar, pemasok, distributor,

pesaing, pelanggan, proses persaingan.

5. Faktor Demografi

Faktor demografi ini adalah ukuran populasi, percampuran etnis

serta distribusi pendapatan. Perusahaan harus menganalisis perubahan

faktor ini dalam konteks yang global, bukan hanya secara domestik.

b. Lingkungan Industri

Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal

organisasi yang menghasilkan komponen-komponenyang secara normal

memiliki implikasi yang relatif spesifik dan langsung terhadap oprasionalisasi

perusahaan. Lima kekuatan persaingan atau yang dikenal dengan The Five

Forces Model menjadi model analisis lingkungan industri. Kelima kekuatan

persaingan tersebut adalah :

a. Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Pendatang baru dalam industri biasanya dapat mengancam pesaing

yang ada karena pendatang baru sering kali membawa kapasitas baru,

keinginan untuk merebut pangsa pasar, serta seringkali pula memiliki

sumber daya yang besar.

b. Tingkat Rivalitas Diantara Pesaing yang Ada

Rivalitas (rivalry) di kalangan pesaing yang ada berbentuk

perlombaan untuk mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik-taktik

seperti persaingan harga, perang iklan, introduksi produk, dan

(27)

c. Tekanan dari Produk Pengganti

Produk pengganti/ barang substitusi merupakan salah satu

persaingan dari perusahaan-perusahaan. Ancaman dari produk substitusi

ini kuat jika konsumen dihadapkan paa sedikitnya switching cost dan jika

produk substitusi tersebut mempunyai harga yang lebih murah atau

kualitasnya sama bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri.

d. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Pembeli biasanya membeli barang dengan harga yang termurah

dengan meminta kualitas yang tinggi dan pelayanan yang lebih baik. Hal

ini membuat persaingan antara perusahaan dalam industri yang sama.

Biasanya kekuatan tawar-menawar pembeli meningkat jika situasi berikut

terjadi: (1) Pembeli membeli dalam jumlah yang besar, (2) Produk yang

dibeli adalah produk standar dan tidak terdiferensiasi, (3) Pembeli

memperoleh laba yang rendah, (4) Produk industri tidak penting untuk

produk atau jasa pembeli, (5) Pembeli menempatkan suatu ancaman

melakukan integrasi kehulu untuk membuat produk industri.

e. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Pemasok dapat menekan perusahaan yang ada dalam suatu industri

dengan cara menaikkan harga serta menurunkan kualitas barang yang

dijualnya. Pemasok memiliki tawar menawar jika: (1) Didominasi oleh

sedikit perusahaan, (2)Produknya adalah unik dan istimewa, (3) Industri

tersebut bukanlah pelanggan yang penting dari pemasok, (4) Pemasok

(28)

Gambar 2.3 Lima Kekuatan Persaingan Michael Porter

Sumber : Situmorang (2008 : 232)

2.3.2 Lingkungan Internal

Lingkungan internal adalah lingkungan organisasi yang berada di dalam

organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi yang langsung dan

khusus pada perusahaan. Analisa lingkungan internal perusahaan merupakan

proses untuk menentukan dimana perusahaan atau pemerintah daerah mempunyai

kemampuan yang efektif sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang

secara efektif dan dapat menangani ancaman di dalam lingkungan. Menurut

Hunger & Wheelen (2003:), bidang fungsional yang menjadi variabel dalam

analisis internal adalah:

Tekanan dari produk pengganti

Kekuatan tawar menawar pemasok

Kekuatan tawar menawar

pembeli Tingkat rivalitas di

antara pesaing yang ada

(29)

1. Budaya Perusahaan

Budaya perusahaan adalah sekumpilan keyakinan, harapan dan nilai yang

dipelajari dan dibagikann oleh anggota-anggota organisasi dan

disampaikan dari generasi ke generasi berikutnya.

2. Pemasaran

Tujuan pemasaran adalah mempengaruhi tingkat, waktu dan karakter

permintaan dalam suatu cara yang akan membantu perusahaan mencapai

tujuannya. Manajer pemasaran menghubungkan perusahaan dengan

konsumennya dan dengan pesaingnya, karena itu manajer harus peduli

terutama pada posisi pasar perusahaan dan bauran pemasarannya.

a. Posisi dan segmentasi pasar

Posisi pasar menunjukkan bidang-bidang khusus bagi konsetrasi

pemasaran dan dapat diekspresikan dalam bentuk pasar produk dan

lokasi geografis

b. Bauran pemasaran

Bauran pemasaran menunjukkan kombinasi tertentu variabel-variabel

kunci di bawah pengawasan perusahaan yang dapat dipakai untuk

mempengaruhi permintaan dan memperoleh keunggulan kompetitif.

Variabel tersebut adalah produk, harga, promosi dan distribusi.

c. Daur hidup produk

Berkaitan dengan manajemen strategis, salah satu konsep yang paling

(30)

orang-oang pemasaran menyetujui bahwa produk yang berbeda

memiliki bentuk daur hidup yang berbeda pula, pertimbangan dalam

daur hidup merupakan faktor penting dalam perumusan strategi.

3. Keuangan

Keuangan perusahaan sangat penting untuk memformulasikan strategi

secara efektif. Aspek keuangan mencakup uang dari berbagai sumber

yang digunakan oleh perusahaan. Aliran dana operasi organisasi harus

dimonitor.

4. Penelitian dan pengembangan

Teknologi pasar menentukan posisi pasar dan jenis persaingan yang

dihadapi. Dalam hal ini manajer bertanggung jawab mengusulkan dan

melaksanakan strategi teknologis perusahaan denga mempertimbangkan

tujuan dan kebijakan perusahaan.

5. Operasi

Dalam operasi, yang harus dilakukan adalah mengembangkan dan

mengoperasikan sebuah sistem yang akan menghasilkan jumlah produk

dan jasa yang dibutuhkan dengan kualitas tertentu pada harga yang sudah

ditentukan pula dan dalam waktu yang sudah dibagikan.

6. Sumber daya manusia

Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia, yang dilakukan adalah

meningkatjkan antar individu dengan pekerjaan-pekerjaan yang ada.

Kualitas kesesuaian ini berpengaruh terhadap kinerja, keputusan

(31)

7. Sistem informasi

Mengenai sistem informasi, yang dilakukan adalah merancang dan

mengelola aliran informasi dalam organisasi dengan cara-cara yang dapat

meningkatkan produktivitas dan pengambilan keputusan . Informasi harus

dikumpulkan, disimpan, dan digabungkan dalam suatu metode tertentu

sehingga nantinya dapt menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

operasional dan strategis.

2.4 Crafting (mengukir) dan Executing (mengeksekusi) Strategi

Crafting dalam hal ini bukan hanya sekedar dalam arti mengukir

dalam artian sederhana tetapi arti yang lebih mendalam tentang strategi.

Menurut Arthur Thomson, dkk (2010:17), Crafting and Executing Strategy

merupakan tugas-tugas prioritas utama manajerial dalam dua alasan yang

sangat besar. Pertama, ada kebutuhan yang mendesak bagi manajer untuk

secara proaktif membentuk atau megukir bagaimana bisnis perusahaan akan

dilakukan. Strategi yang jelas dan beralasan adalah resep manajemen untuk

melakukan bisnis. Peta jalan untuk keungguan kompetitif, rencana

permainan untuk menyenangkan pelanggan dan meningkatkan kinerja

keuangan.

Kedua, perusahaan dengan strateg yang berfokus lebih cenderung

menjadi pemain yang kuat daripada perusahaan yang tim manajemennya

tidak menganggap strategi tersebut sebagai tanggung jawab serius. Tidak

(32)

dan penerapan strategi memilki dampak positif yang tinggi pada

pertumbuhan pendapatan, laba dan tingkat pengembalian investasi.

Perusahaan yang memiliki arah yang kurang jelas, memiliki target kerja

yang kabur atau tidak berat, memiliki strategi kacau atau cacat, atau tidak

bisa menjalankan strategi kompeten adalah perusahaan yang kinerja

keuangan mungkin menderita dan bisnis yang beresiko jangka panjang.

Merumuskan dan menjalankan strategi adalah fungsi inti

manajemen. Di antara semua hal yang dilakukan oleh manajer, tidak ada

yang mempengaruhi kesuksesan utama atau kegagalan yang lebih mendasar

daripada seberapa baik tim manajemennya menggamnarkan tujuan

perusahaan, mengembangkan langkah-langkah strategi yang efektif dalam

pendekatan bisnis dan mengejar apa yang perli dilakukan secara interna

untuk menghasilkan hari yang baik, peneraan strategi dan keunggulan

bersaing.

Proses manajerial perumusan dan melaksanakan strategi

perusahaan terdiri dari lima tahap yang saling terkait dan terpadu:

1. Mengembangkan divisi strategis dimana perusahaan perlu menghadapi

apa produk masa depan/pelanggan/pasar/teknologi. Sangat awal dalam

pembuatan strategi, seorang menajer senior perusahaan harus bergulat

dengan isu arah perusahaan yang harus diambil. Akankah perubahan

dalam fokus produk perusahaan masa kini/pasar/pelangggan/perusahaan

teknologi cenderung meningkatkan posisi pasar perusahaan dan prospek

(33)

dibandingkan dorongan lain bagi manajer untuk menarik kesimpulan

yang beralasan tentang situasi dan bagaimana memodifikasi

produk/pasar/teknologi dan kondisi jangka panjang.

2. Menetapkan tujuan dan menggunakannya sebagai tolak ukur untuk

mengukur kinerja dan kemajuan perusahaan.

Tujuan manajerial menetapkan tujuan adalah untuk mengkonversi visi

strategis dalam kinerja sasaran-hasil tertentu dan hasil manajemen

perusahaan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicpai adalah

kuantitatif, atau terukur dan mengandung tenggat waktu utnuk

pencapaian.

3. Menyusun strategi untuk mencapai tujuan dan menggerakkan

perusahaan sepanjang perjalanan strategis dimana manajemen telah

dipetakan.

Tugas penyusunan strategi menangani serangkaian bagaimana:

bagaimana mengembangkan bisnis, bagaimana untuk menyenangkan

pelanggan, bagaimana saingan, bagaimana merespon kondisi pasar yang

terus berubah, bagaimana mengelola setiap bagian fungsional dari

bisnis, bagaimana mengembangkan kompetensi dan kemampuan yang

diperlukan dan bagaimana untuk mencapai tujuan yang strategis dan

tujuan keuangan. Itu juga berarti kewirausahawan yang cerdik dalam

memilih di antara berbagai alernatif strategi-proaktif mencari

kesempatan untuk melakukan hal-hal baru atau yang sudah ada sehingga

(34)

4. Menerapkan dan melaksanakan strategi yang dipilih secara efisien dan

efektif.

Mengelola implementasi dan pelaksanaan strategi adalah orientasi

terhadap operasional.kegiatan menjadikan semua hal terjadi ditujukan

untuk melakukan kegiatan bisnis inti secara strategi-cara mendukung.

Hal itu dengan mudah menjadi hal yang paling menuntut dan menyita

waktu bagian dariproses manajemen strategis. Mengubah rencana

strategis ke dalam tindakan dan uji hasil kemampuan seorang manajer

untuk mengarahkan perubahan organisasi, memotivasi orang,

memperkuat kompetensi perusahaan dan kemampuan bersaing,

membuat dan memelihara iklim kerja yang mendukung strategi dan

memenuhi atau mencapai sasaran kinerja. Inisiatif untuk menempatkan

strategi dan menjalankannya dengan mahir harus diluncurkan dan

dikelola di bernagai bidang organisasi.

5. Mengevaluasi kinerja dan memulai penyesuaian korektif dalam arah

jangka panjang perusahaan, tujuan, strategi, atau penerapan mengingat

pengalaman aktual, kondisi yang berubah, ide-ide baru, dan kesempatan

baru.

Fase kelima dari proses manajemen strategi-memanrtau perkembangan

eksternal, mengevaluasi kemajuan perusahaan dan membuat koreksi

adalah titik pemicu untuk memutuskan apakah akan melanjutkan atau

mengubah visi perusahaan, tujuan, strategi dan /atau metode strategi

(35)

industri dan kondisi yang kompetitif dan sasaran kinerja terpenuhi,

eksekutif perusahaan mungkin memutuskan untuk tinggal saja. Hanya

rencana strategis dan melanjutkan dengan upaya untuk pelaksanaan

strategi yang cukup.

Gambar 2.4 Tahapan Proses Crafting dan Executing Strategy

(sumber : Arthur Thomson dkk, 2010: 24)

2.5 Pemilihan Alternatif Strategi

Menurut Situmorang (2008: 240), jenis-jenis strategi alternatif yaitu:

1. Strategi Integrasi

a. Integrasi ke depan, memperoleh kepemilikan atau meningkatkan

kendali pada distributor atau pengecer. Menetapkan

(36)

b. Integrasi ke belakang, strategi yang mencari kepemilikan atau

kendali lebih besar pada perusahaan pemasok.

c. Integrasi horizontal, merujuk pada strategi strategi mencari

kepemilikan dari atau kendali yang lebih besar atas perusahaan

asing

2.Strategi Progresif

a. Penetrasi pasar, berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk

produk atau jasa yang sudah ada di pasar yang sudah lewat, usaha

pemasaran yang lebih gencar. Penetrasi pasar termasuk menambah

jumlah wiraniaga, menambah belanja iklan, menawarkan barang

promosi, penjualan eksentif atau menambah usaha publisitas.

b. Pengembangan pasar, memperkenalkan produk atau jasa yang

sudah ada ke wilayah geografi yang baru, misalnya banyaknya

produk-produk internasional yang masuk ke daerah Indonesia.

c. Pengembangan Produk, strategi yang mencari peningkatan

penjualan dengan memperbaiki dan memodifikasi produk atau jasa

yang sudah ada. Pengembangan produk biasanya memerlukan

pengeluaran yang besar untuk penelitian dan pengembangan.

3.Strategi Diversifikasi

a. Diversivikasi konsentrik adalah menambah jumlah produk atau jasa

baru tetapi berkaitan secara luas, misalnyaperbankan yang sekarang

(37)

b. Diversifikasi horizontal, menambah produk atau jasa baru yang

tidak berkaitan untuk pelanggan yang sudah ada. Misalnya Coca

Cola yang merambah pasar air minum dalam botol serta teh.

c. Diversifikasi konglomerat adalah menambah produk atau jasa baru.

Beberapa perusahaan melakukan diversifikasi konglomerat

sebagian didasarkan pada laba dari memecah mecah perusahaan

yang dibeli dan menjual divisi sebagian demi sebagian.

4. Strategi Defensif

a. Usaha patungan, strategi populer yang terjadi kalau ada dua

perusahaan atau lebih membentuk kemitraan atau konsorsium

sementara dengan tujuan kapitalisasi attau beberapa peluang.

Strategi ini dapat dianggap defensif hanya karena perusahaan tidak

melakukan proyek sendirian

b. Penghematan/ penciutan, terjadi ketika suatu organisasi mengubah

kelompok lewat penghematan biaya dan aset untuk mendongkrak

penjualan dan laba yang menurun. Kadang- kadang disebut strategi

berbalik atau reorganisasional. Penciutan didisain untuk

memperkuat kompetensi khas mendasar dari organisasi.

c. Divestasi, sering dipakai untukmeningkatkan modal untuk akuisisi

atau investasi strategis lebih lanjut. Divestasi dapat menjasi bagian

dari strategi penciutan menyeluruh untuk menghapus suatu

(38)

modal terlalu besar, atau tidak cocok dengan aktivitas perusahaan

lain.

d. Likuidasi, menjual semua aset perusahaan, bagian demi bagian,

untuk nilai dari aset berwujud.

e. Strategi kombinasi, dimana organisasi mengusahakan kombinasi

dari dua atau lebih strategi secara simultan tetapi suatu strategi

kombinasi mungkin membawa resiko yang istimewa bila

dilaksanakan terlalu jauh.

2.6 Pengembangan Usaha

Menurut Solihin (2006), pengembangan usaha dapat dilakukan melalui

tahap-tahap pengembangan usaha sebagai berikut:

1. Memiliki ide bisnis

Usaha apapun yang akan dikembangkan oleh seorang wirausahawan pada

mulanya berasal dari ide bisnis. Ide usaha yang dimiliki seorang

wirausahawan dapat berasal dari berbagai sumber. Ide tersebut muncul

setelah melihat keberhasilan orang lain atau karena adanya sense of

business yang kuat dari wirausahawan.

2. Penyaringan ide/konsep usaha

Ide usaha masih merupakan gambaran yang kasarmengenai bisnis yang

(39)

wirausahawan akan menterjemahkan ide tersebut dalam konsep usaha

yang lebih spesifik.

3. Pengembangan rencana usaha

Wirausahawa adalah orang yang melakukan penggunaan sumber daya

untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian komponen utama yang

harus dikembangkan oleh wirausahawan adalah perhitungan laba rugi dari

bisnis tersebut. selain itu, yang juga harus diperhatikan adalah

kecenderungan pasar saat ini maupun yang akan datang. Rencana usaha

tersebut akan menjad panduan bagi pelaksanaan usaha.

4. Implementasi rencana usaha pada pengendalian usaha

Rencana usaha yang dibuat kemudian diimplementasikan dalam

pelaksaan usaha. Dalam kegiatan implementasi rencana usaha, seorang

wirausaha akan mengerahkan berbagai sumber daya yang dibutuhkan

seperti modal, material dan tenaga kerja untuk menjalani kegiatan usaha.

Setelah itu dilakukan proses evaluasi dengan membandingkan hasil

pelaksanaan usaha dengan target usaha yang telah dibuat dalam

perencanaan usaha. Melalui pelaksanaan kegiatan usaha, seorang

pengusaha juga akan memperoleh umpan balik yang dapat digunakan

untuk melakukan perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan usaha, penetapan

tujuan dan strategi baru atau melakukan tindakan koreksi.

Pengembangan usaha dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut

(Suryana, 2006:156):

(40)

Cara ini dapat dilakukakan dengan menambah skala produksi, tenaga

kerja, teknologi, sistem distribusi dan tempat usaha. Ini dilakukan bila

perluasan usaha atau peningkatan output akan menurunkan biaya jangka

panjang, yang berarti mencapai skala ekonomis (economics of scale).

Sebaliknya, bila peningkatan output mengakibatkan peningkatan biaya

jangka panjang (diseconomic of scale), maka tidak baik untuk dilakukan.

Denga kata lain, bila produk barang dan jasa yang dihasilkan sudah

mencapai titik paling efisien, maka perluasan skala ekonomi tidak bisa

dilakukan, sebab akan mendorong kenaikan biaya.

2. Perluasan cakupan usaha

Cara ini bisa dilakukan dengan menambah usaha baru, produk dan jasa

baru yang berbeda dari sekarang yang diproduksi (diversifikasi), serta

dengan teknologi yang berbeda. Dengan demikian, lingkup usaha

ekonomis dapat didefenisikan sebagai suatu diversifikasi usaha ekonomis

yang ditandai oleh total biaya produksi gabungan (joint total production

cost) dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk secara

bersama-sama adalah lebih kecil daripada penjumlahan biaya produksi

masing-masing produk itu apabila diproduksi secara terpisah. Perluasan cakupan

usaha ini bisa dilakukan bila wirausaha memiliki permodalan yang cukup.

Sebaliknya lingkup usaha tidak ekonomis dapat didefenisikan sebagai

suatu diversifikasi yang tidak ekonomis, dimana biaya produksi total

bersama (joint total production cost) dalam memproduksi dua atau lebih

(41)

penjumlahan biaya produksi dari masing-masing jenis produk itu apabila

diproduksi secara terpisah.

Menurut Indivara (2008:60), mengembangkan usaha dapat dilakukan

dengan beberapa langkah berikut:

1. Menyisihkan dana harian atau bulanan untuk mengembangkan usaha

yang akan digunakan untuk:

a. Menambah jumlah dan ragam barang/jasa yang dijual.

b. Memperbesar tempat usaha demi kenyamanan konsumen

c. Menambah lokasi usaha

d. Memperbesar jaringan usaha

e. Menjadi agen (semi grosir)

2. Kecermatan dalam menyusun cash flow (aliran keuangan)

3. Mengoptimalkan ruang yang ada.

Mengoptimalkan ruang yang ada berarti menata ruang secara efisien

karena faktor tata letak sangat mempengaruhi image konsumen

terhadap produk. Langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah :

a. Mengutamakan pelayanan konsumen

b. Penempatan barang dagangan dan stok

c. Fokus, artinya prosuk unggulan berada ddi tempat yang mudah

dijangkau oleh konsumen.

4. Menerapkan Quality Control (QC)

Quality Control diperlukan demi meningkatkan kualitas. Hal ini

(42)

Jadi, produk yang terbaik saja yang akan dijual kepada konsumen,

sementara produk gagal/tidak lolos seleksi bisa dijadikan semacam alat

promosi.

5. Persaingan sehat

Persaingan yang sehat perlu diterapkan dalam dunia usaha. Persaingan

yang sehat dapat dicapai dengan menggali kelebihan yag dimiliki dan

melihat kelebihan bisnis.

6. Mengatasi piutang

Dalam kegiatan bisnis, sering dijumpai seorang pembeli yang berniat

membeli dengan menghutang. Jika hal ini tidak bisa diantisipasi

dengan baik, akan membuat bisnis menjasi lemah. Beberapa langkah

yang bisa dilakukan adalah meengenali pelanggan secara pribadi,

melayani dengan mengantisipasi penipuan dan kecurangan, dan

mengarahkan sesuai dengan kemampuan pembeli.

7. Jumlah pegawai yang efektif

Jumlah karyawan yang dimiliki harus tepat karena kekurangan dan

kelebihan karyawan akan menimbulkan permasalahan.

8. Nilai plus bisnis

Bisnis tersebut harus memiliki nilai lebih dibandig dengan bisnis-bisnis

lain yang sejenis. Dengan demikian bisnis akan memiliki ciri khas

yang membedakannya dengan bisnis lain. Nilai plus bisnis dapat

ditempuh dengan pelayanan yang baik, peralatan dan perlengkapan

(43)

2.7 Analisis SWOT

2.7.1 Pengertian Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2001 :18), Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan

peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (Weakness) dan ancaman ( Threats). Proses pengambilan strategis

selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan

perusahaan.

Kekuatan (strength) adalah segala sesuatu yang bagus yang dapat

diperbuat oleh perusahaan atau suatu karakteristik yang memiliki kapabilitas

penting. Kekuatan itu dapat berupa keahlian (skill), keunggulan/kompetensi inti

(core competence), sumber daya, kemampuan bersaing, teknologi superior, dll.

Kelemahan adalah (weakness) adalah segala sesuatu yang merupakan kekurangan

perusahaan, atau kondisi yang tidak menguntungkan perusahaan.

Peluang (opportunities) adalah situasi di dalam perusahaan yang

menggambarkan peluang dan identifikasi segmen pasar, teknologi, dll. Ancaman

(threats) merupakan faktor-faktor yang tidak menguntungkan yang berasal dari

(44)

2.7.2 Cara membuat analisis SWOT

Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh

kombinasi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut harus

dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara

faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor

internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness).

Analisis situasi mengharuskan para pihak perusahaan untuk

mengidentifikasi peluang dan ancaman yang juga harus memperhatikan ancaman

dan kelemahan. Dengan identifikasi terhadap peluang, kekuatan, ancaman dan

tantangan tersebut dari hasil analisis SWOT akan diperoleh strategi alternatif

perusahaan dalam memutuskan arah kemana perusahaan berkembang.

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

3 Mendukung strategi 1. Mendukung strategi

Turn-around agresif

4 Mendukung 2. Mendukung strategi

(45)

Kuadran 1. Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan

tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapt

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus

ditetapkan dalam strategi ini adalah mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy)

Kuadran 2. Meskipun menghadapi ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang jangka panjang dengan strategi

diversifikasi (produk/pasar)

Kuadran 3. Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar,

tetapi di pihak lain, ia menghadapi berbagai kendala/

kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah

meminimalkan masalah-masalah internal prusahaan sehingga

dapat merebut peluang pasar yang lebih baik

Kuadran 4. Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan

(46)

2.7.3 Tahapan Perencanaan Strategis Melalui Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2009), proses penyusunan perencanaan strategis

melalui tiga tahap analisis, yaitu:

1. Tahap pengumpulan data

Tahap ini bukan sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga

merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian data dan pra-analisis. Pada

tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data

internal. Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan

seperti analisis pasar, analisis kompetitor, analisis komunitas, anslisi

pemasok, analisis pemerintah dan analisis kelompk kepentingan tertentu.

Data internal diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri seperti laporan

keuangan, laporan kegiatan sumber daya manusia, laporan kegiatan

operasional dan laporan kegiatan pemasaran. Metode yang dipakai dalam

tahap ini adalah matriks faktor internal strategi (Internal Factor Analysis

Summary) dan matriks faktor strategi eksternal (Eksternal Factor Analyis

Summary)

2. Tahapan Analisis

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh

terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah

menggabungkan IFAS+EFAS yang bertujuan untuk melihat hasil sub total

IFAS dan sub total EFAS. Bila dijumlahkan dan dibandingkan akan

memberikan suatu alternatif bahwa analisis atau diagnose ini benat-benar

(47)

3. Tahap Pengambilan Keputusan

Pada tahap pengambilan keputusan akan digunakan Matriks SWOT untuk

memperoleh alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan sesuai dengan

posisi perusahaan yang telah digambarkan pada matriks SWOT.

2.8Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2.8.1 Defenisi UMKM

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM yang

dikutip dari www.bi.go.id, ada beberapa kriteria yang digunakan untuk

mendefenisikan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perseorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha

Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

(48)

atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunansebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Kriteria UMKM menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 :

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau

b. Memiliki hasil penjualan tahuan paling banyak Rp 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah)

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paing banyak Rp 500.00.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dariRp 300.000.00,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000,000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah)

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paing banyak Rp 10.000.000.000,00

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

(49)

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 50.000.000.000 (lima

puluh milyar rupiah.

Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga

negara seperti Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS), selama

ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala

usaha antara UMI (Usaha Mikro), UK (Usaha Kecil), UM (Usaha Menengah) dan

UB ( Usaha Besar). Misalnya, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), UMI (atau di

sektor industri manufaktur umum disebut industri rumah tangga) adalah unit

usaha dengan jumlah pekerja tetap hinggga 4 orang; UK antara 5 hingga 19

pekerja; dan UM dari 20 sampai dengan 99 orang. Perusahaan-perusahaan dengan

jumlah pekerja di atas 99 orang masuk dalam kategori UB (Tambunan, 2009:16).

2.8.2 Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Dari perspektif dunia, diakui bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang (NSB),

tetapi juga di negara maju (Tambunan,2009:1) Di negara maju, UMKM sangat

penting tidak hanya karena kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak

tenaga kerja dibandingkan usaha besar, seperti halnya di negara sedang

berkembang, tetapi juga di banyak negara kontribusinya terhadap pembentukan

atau pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) paling besar dibandingkan

(50)

Di negara sedang berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Latin, UMKM

juga berperan sangat penting, khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan

sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan

pengurangan kemiskinan dan pembangunan ekonomi perdesaan. Di negara sedang

berkembang, UMKM memegang peranan sangat penting. Dengna jumlah usaha

yangsangat banyak, jauh melebihi jumlah usaha besar, maka kelompok usaha ini

memiliki peran yang sangat besar terutama di pedesaan. Dapat dikatakan bahwa

kemajuan ekonomi di pedesaan ditentukan oleh kemajuan dan perkembangnan

UMKM nya.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mempunyai potensi pertumbuhan yang

sangat besar. Bahkan dalam kebijakan-kebijakan di berbagai negara telah

dicantumkan menjadi bagian penting yang menyokong perekonomian nasional.

Tidak hanya dari UMKM saja, kegiatan produksi di negara sedang berkembang

didominasi oleh pertanian. Sehingga terus dibutuhkan peranan pemerintah dalam

pengembangnya. Selain itu, UMKM tidak harus menggunakan SDM yang

berpendidikan tinggi, sehingga berperan membuka lapangan kerja bagi

(51)

2.9Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.6 Kerangka Konseptual

Sumber : diolah oleh peneliti

USAHA KERAJINAN SAPU MORO BONDO

Analisis Lingkungan Eksternal :

Peluang

Ancaman Analisis Lingkungan

Internal :

Kekuatan

Kelemahan

Lingkungan Usaha

Matriks IFAS

Matriks EFAS

Matriks SWOT

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif

dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif merupakan penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistic dan dengan

menggunakan pendekatan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Meleong,2006:6). Jenis

penelitian yang masuk dalam penelitian deskriptif yaitu penelitian survey, studi kasus,

penelitian perkembangan, analisis korelasi dan analisis dokumentasi (Suharsimi, 2007:236).

Dengan menggunakan penelitian kualitatif peneliti akan memperoleh informasi atau data

yang lebih mendalam mengenai mobilitas sosial dan keberdayaan ekonomi keluarga

pengrajin sepatu di Bunut kec. Kisaran Barat kab. Asahan.

Tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami permasalahan yang diteliti

sehingga diharapkan dapat mendapatkan data dan informasi dari apa yang diamati.

Pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan, berbagai kondisi,

berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi

objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter,

(53)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kel. Bunut Kec. Kota Kisaran Barat Kab. Asahan.

Lokasi ini dipilih karena dilokasi ini terdapat pusat pengrajin sepatu Bunut di Kabupaten

Asahan dan juga terdapat 5 toko yang hanya menjual sepatu Bunut serta 8 toko sepatu yang

mempunyai pengrajin sepatu ditambah lagi letaknya yang cukup strategis karena terdapat di

jalan lintas Sumatera tepatnya di Kelurahan Bunut.

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian

(Arikunto, 1999: 22). Salah satu ciri atau karakteristik dari hasil penelitian sosial adalah

menggunakan apa yang disebut dengan ‘unit of analysis’. Ada sejumlah unit analisis yang

lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial yaitu individu, kelompok, dan sosial.

Adapun yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah 8 pengrajin

sepatu yang tinggal di Kel. Bunut Kec. Kota Kisaran Barat Kab. Asahan, pembeli, Dinas

Tenaga Kerja dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

3.3.2 Informan

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai

pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2007: 76). Adapun

informan dari penelitian ini adalah

1. Pengrajin sepatu merupakan orang yang bekerja sebagai pembuat sepatu Bunut

Gambar

Gambar 2.1 Tingkatan Strategi
Gambar 2.2 Proses Manajemen Strategis
Gambar 2.3 Lima Kekuatan Persaingan Michael Porter
Gambar 2.4 Tahapan Proses Crafting dan Executing Strategy
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini ingin menjelaskan pelembagaan partai politik lokal dalam transisi demokrasi di Aceh pasca konflik. Bagaimana institusionali- sasi partai politik lokal untuk

Cost Driver, sehinggan sistem Activity-Based Costing mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap produk secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.Perbedaan

Tabel 5.. Berdasarkan perhitungan pada Tabel terlihat bahwa dengan mengganti lampu LED merk A atau C, biaya investasi awal dan operasi bulanan penghematan sejak di bulan

Program parenting yang diadakan di SD Islam al-Amanah Besuki Situbondo memberikan perubahan yang baik dalam pola asuh orangtua terhadap anak-anaknya untuk membentuk

BUKTI FISIK YANG DIINGINKAN : Jawaban dibuktikan dengan adanya dokumen pelaksanaan kegiatan yang diikuti setidak-tidaknya oleh 90% siswa dan dapat memberikan pengalaman tentang

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Berdasarkan hasil pembuatan Quality House dapat diketahui bahwa atribut kain batik yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen adalah: kain batik yang

Hal ini berarti bahwa: (1) upaya untuk memperoleh kualitas bahan pangan yang baik harus dimulai dari sejak pra-panen sampai pascapanen, dan (2) negara-negara berkembang didiskreditkan