• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.4 Temuan dan Interpretasi Data

4.4.5 Keberdayaan dalam Berusaha

4.4..1. Modal memulai Usaha Sepatu Bunut

Modal merupakan salah satu faktor penting dalam memulai suatu usaha. Berjalannya suatu usaha tentunya membutuhkan beberapa cara mendapatkan sumber dana atau modal usaha kecil dan menengah sebagai pengerak dan mengembangkan usaha yang di jalankan. Menurut Marwan (1986:10 ) modal adalah sebagai dana yang digunakan selama pembukaan yang dimaksud untuk menghasilkan masukan saat ini sebagai lawan dari masukan yang akan datang yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. Besarnya modal yang diperlukan tergantung dari jenis usaha apa yang akan didirikan maka dari itu perhitungan terhadap besarnya kebutuhan usaha tersebut harus dilakukan sebelum usahanya berdiri.

Seperti pernyataan informan berikut ini :

“ awal buka usaha sepatu Bunut ini Bapak menggunakan modal sendiri sekitar enam jutaan gitulah, itu pun modalnya bapak dari tabungan bapak sendiri.”. ( hasil wawancara dengan Pak Jufri, Juli 2013 )

Sama halnya dengan pernyataan dari informan berikut:

“pas buka usaha ini orangtua abang dulu pinjam uang sodara sebanyak lima ratus ribu, itu pas taon 90an kan uang lima ratus ribu uda banyak. Gak kayak sekarang uang lima ratus ribu mana cukup jadi modal”.( hasil wawancara dengan Bang Doni, Juli 2013 )

Berdasarkan dari hasil pemaparan informan modal yang digunakan dalam membuka usaha toko sepatu Bunut terdapat beberapa jenis sumber dana untuk modal para pengrajin

Jenis-jenis sumber dana untuk modal yaitu antara lain:

1. Modal usaha sendiri

Modal yang berasal dari modal sendiri bisa menggunakan tabungan dan asset berharga untuk di jual sebagai modal usaha untuk menunjang berkembangnya suatau usaha yang di jalani.

2. Pinjaman dari lembaga keuangan

Lembaga keuangan di sini maksudnya lembaga BANK dan non BANK yang bergerak simpan pinjam, dengan cara mengajukan permohonan pinjaman dana atau modal sebagai tambahan modal usaha

3. Program Pemerintah

Untuk program sumber modal dari pemerintah tentunya dalam bentuk pinjaman lunak bergulir, ini bisa jadi peluang sebagai sumber modal usaha bagi para pelaku usaha.

Pengusaha industri kecil sepatu Bunut pada awal membuka usaha ini menggunakan modal sendiri. Modal awal yang digunakan oleh pengrajin sepatu relatif kecil. Modal yang dipakai dalam membuka usaha juga bervariasi mulai dari Rp.500.000; hingga Rp.5.000.000;. Semakin bertambahnya permintaan masyarakat terhadap produksi sepatu Bunut maka para pengusaha sepatu Bunut tersebut membutuhkan tambahan modal. Maka dari itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Usaha melalui Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Asahan memberikan pinjaman modal berupa kredit lunak dan program bantuan dana bergulir kepada pengusaha sepatu atau para pengusaha industri lainnya tentu saja dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh dinas terkait. Selain dari dinas tersebut terdapat juga pinjaman dari Bank. Sehingga membuat mudah para pengusaha sepatu Bunut

sepatu diperlukan modal sekitar Rp.92.000; hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf salah satu staf Disperindag bagian seksi penyuluhan lebih detailnya dapat dilihat pada rincian dibawah ini:

Biaya Produksi Pembuatan Sepatu

Bahan baku : 50 kaki

Dupon : ½ meter

Tapak : 20 pasang

Benang : ± 1 tungkul

Lem sepatu : 1 kg

Untuk pembuatan 20 pasang sepatu /hari

Harga kulit /kaki Rp. 24.000

Dupon /meter Rp. 15.000

Tapak sepatu /pasang Rp. 20.000

Benang /tungkul – gulung Rp. 15.000

Lem / kaleng isi 15kg Rp. 700.000

Upah sepatu /pasang Rp. 8.000

Harga produksi /pasang Rp.112.000

50 x Rp.24.000 = Rp. 1.200.000 Dupon ½ x Rp. 15.000 = Rp.7.500 Tapak 20 x Rp.20.000 = Rp. 400.000 Benang ± 1 gulung = Rp. 15.000 Lem 1kg = Rp. 47.000 Upah pengrajin Rp. 8.000 x 20 = Rp. 160.000 Total Rp. 1.829.500 : 20 = Rp. 91.475

Jadi dalam sehari modal yang diperlukan oleh pengrajin untuk mengolah 20 sepatu /hari adalah Rp. 91.475

4.4.5.2. Keahlian Membuat Sepatu

Sebuah industri membutuhkan tenaga kerja yang terampil untuk mengelola suatu produk karena keahlian seseorang menentukan kualitas barang yang akan dihasilkannya. Keahlian dapat diperoleh melalui proses pembinaan dan pelatihan oleh lembaga-lembaga formal maupun informal. Pelatihan adalah pengalaman belajar terstrukutur yang dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan menjadi keterampilan khusus, pengetahuan atau sikap.Pelatihan dalam hal ini adalah untuk tujuan mengubah kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman kedalam pekerjaan khusus yang berhubungan dengan keterampilan.

Keahlian yang dimiliki oleh para pengrajin sepatu Bunut merupakan keahlian yang bersifat turun temurun. Mereka belajar dari orangtua, saudara dan teman yang memiliki

pembelajaran dan pelatiha khusus dari suatu lembaga formal melainkan di dapat dari beljar dengan orangtua atau teman-teman yang telah ahli membuat sepatu.

Seperti pernyataan dari informan berikut ini :

“abang belajar buat sepatu ini dari orang tua dan orang-orang yang bekerja di tempat usaha orangtua abang. Abang cuma liat-liat aja trus abang coba, eh gak

tau nya bisa. Jadi abang teruskan ajalah usaha orangtua abang”. (hasil

wawancara dengan Bang Doni pada juli 2013)

Sama halnya seperti pernyataan informan berikut :

“ bapak tau cara membuat sepatu ini dari orangtua dan teman-teman bapak. Awalnya bapak cuma amati aja, lalu bapak tertarik untuk belajar sepatu dari mereka. Gak lama setelah belajar bapak uda bisa buat sepatu sendiri. Ternyata pas belajar nampaknya ja susah gak taunya gampang. Apalagi sekarang udah makin terbiasa jadi keliatannya gampang aja.”. (hasil wawancara dengan Pak Jufri tahun 2013)

Sama juga dengan hasil wawancara dengan informan berikut ini :

“ bapak belajar buat sepatu ini sama teman bapak yang sudah mahir membuat sepatu. Bapak belajar juga tidak lama. Di tangan bapak kulit untuk membuat sepatu tidak dapat bersisa. Karena dari sisa-sisa kulit untuk sepatu dapat digunakan sebagai hiasan kayak pita atau bunga”. ( hasil wawancara dengan Pak Johari Hidayat, Juli 2013)

Pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan kekreatifan para pengrajin dalam mengolah sepatu. Pelatihan yang di lakukan oleh para pengrajin ini di laksanakan oleh Dinas

Hasil wawancara dengan Staf bagian umum Disnaker Bapak Yusuf

“selama berada di Sidoarjo para pengrajin ini diberikan beberapa pelatihan salah satunya ya pelatihan ketrampilan agar lebih kreatif lagi dalam membuat sepatu misalnya dalam hal mendesain sepatu.( hasil wawancara dengan Pak Yusuf, Juli 2013)

Berdasarkan pemaparan para informan bahwa keahlian atau ketrampilan membuat sepatu mereka dapat dari orangtua atau teman mereka yang telah lebih mahir dalam membuat sepatu. Untuk memngembangkan kemampuan ketrampilan mereka membuat sepatu maka pada tahun 2010 beberapa pengrajin yang terpilih mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja. Pelatihan yang dilakukan untuk lebih meningkatkan kemampuan para pengrajin dalam menjaga kualitas dan ketrampilan mereka dalam mengkreasikan model sepatu sehingga konsumen tetarik untuk membeli sepatu. Dan ditambah lagi pengaturan manajemen pengrajin dalam mengolah keuangan hasil penjualan sepatu.

4.4.6 Etos Kerja Pengrajin sepatu Bunut dalam berusaha

Dokumen terkait