SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MENDORONG
WIRAUSAHAWAN MEMULAI USAHA KECIL PADA PASAR HORAS PEMATANG SIANTAR SUMUT
OLEH
RANDO MANIHURUK 060502108
PROGRAM STUDI STRATA-I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia, tidak terlepas dari kesalahan konsepsi pembangunan ekonomi masa lalu. Kebijakan yang berorientasi pada pengembangan usaha berskala besar, justru semakin melemahkan tatanan ekonomi nasional. Ketergantungan usaha besar pada komponen usaha besar pada komponen impor dan modal asing menyebabkan mereka rentan terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah, ketika krisis ekonomi melanda bangsai ini. Di Pajak Horas terdapat berbagai pedagang mikro (usaha kecil) yang berjualan pakaian dan barang-barang non pakaian dengan konsumen yang cukup ramai.
Wirausahawan merupakan seorang pejuang yang tangguh, pada awalnya mungkin dia membangun usahanya untuk memenuhi kebutuhannya hidupnya sendiri, tetapi begitu usahanya berkembang, maka wirausahawan itu dapat menjadi penolong bagi beberapa orang maupun banyak orang. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan isu yang sangat menarik untuk dicermati dan disikapi. Hal ini dapat dilihat pada saat krisis melanda, dimana banyak pengusaha besar yang gulung tikar, akan tetapi sebagian besar Usaha Kecil Menengah (UKM) tetap eksis sampai sekarang.
Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode analisis regresi dan Metode analisis kualitatif melalui analisis regresi berganda dan dilengkapi dengan pengujian asumsi klasik. Responden yang digunakan adalah pedagang pakaian pada Pajak Horas dengan jumlah responden 30 (tiga puluh) responden yang diambil melalui metode purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel peluang dan variabel emosional serta pengaruh yang negatif dan tidak signifikan untuk variabel modal, pendidikan, dan pengalaman terhadap memulai usaha kecil pada Pajak Horas.
ABSTRACT
The economic crisis that hit Indonesia, is inseparable from the conception of economic development mistakes of the past. Policy-oriented large-scale enterprise development, even more debilitating national economic order. Dependence on the efforts of the major business components in imports and foreign capital causes them vulnerable to fluctuations in the exchange rate, when the economic crisis hit this rotten. In there are various merchants Pasar Horas micro (small businesses) are selling clothing and non-clothing items are pretty crowde with customers. Entrepreneur is a tough fighter, at first maybe he build his business to meet the needs of his own life, but that business has grown, so that entrepreneurs can be a life saver for some people and a lot of people. Sector Small and Medium Enterprises are a very interesting issue to be observed and addressed. This can be seen when the crisis hit, where many large employers out of business, but most of the Small and Medium Enterprises
still exist until now. The method used in this analysis is the method of regression analysis
and the method of qualitative analysis through multiple regression analysis and fitted with the classic assumption test. Respondents were clothing merchants used Pasar Horas on the number of respondents 30 (thirty) of respondents were taken through a purposive sampling method. The results showed there was a positive and significant effect on the variable and variable emotional opportunities as well as the influence of the negative and not significant to the variable capital, education, and experience to start a small business on Pasar Horas.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas karunia Tuhan Yesus Kristus karena berkatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis
Faktor-faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil pada
Pasar Horas, Pematang Siantar SUMUT”. Tujuan skripsi ini adalah sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen Program studi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas
Sumatera Utara.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang
tua penulis. Ayahanda Jamakmur Manihuruk dan Ibunda Kannalina Br.
Purba yang telah memberikan banyak kasih sayang dan dukungan kepada
penulis yang tulus kepada penulis.
Penulis menyadari skripsi ini masih kurang dari kesempunaan, karena
itu, penulis mengharap saran dan kritik dari semua pihak yang dapat
membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis ingin
menghanturkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr.Azhar Maskum, M.Ec. AC,Ak selaku Dekan Fakultas
2. Ibu DR Isfenti Sadalia,SE,Msi selaku Ketua Departemen Manejemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Dr Endang Sulistya Rini,SE,M,Si selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku dosen wali penulis semenjak
semester pertama sampai pada penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung M,Si selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktunya dalam proses bimbingan serta
memberikan arahan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini
6. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Seluruh dosen
Fakultas Ekonomi yang telah memberikan berbagai materi selama
penulis menjalani perkuliahan di Fakultas Ekonomi,
7. Ucapan terima kasih kepada kakanda penulis Melli Manihuruk S. Sos
dan Asri Manihuruk S. Sos serta adinda penulis tercinta Imral
Manihuruk, Joko Frima Manihuruk, Tardo Manihuruk, dan Monika
Manihuruk, yang telah memberikan perhatian, dukungan serta doa
kepada penulis.
8. Rekan mahasiswa Manajemen stambuk 2006: Alexander Ginting, Ade
Ikhwan, Afia Randa Ritonga yang memberikan doanya maupun
pemikiran hingga tulisan ini dapat selesai.
9. Kepada seluruh responden penelitian ini yang telah meluangkan
penelitian sehingga dapat menjawab permasalahan penelitian, dan dapat
menyusun laporan penelitian yang berbentuk skripsi ini.
10.Kepada seluruh sanak famili, terimakasih atas doa dan
nasehat-nasehatnya agar penulis dapat tegar dan sabar dalam penyelesaian
skripsi ini, serta kepada teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, yang telah banyak memberikan dukungan semangat serta
doa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini
Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran begitu
juga waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian, penulis
menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan masukan yang
membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis kiranya skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan penelitaian ... 5
1.3.2 Manfaat penelitian ... 5
1.4 Kerangka Konseptual ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 7
2.1.1 Pengertian Usaha Kecil ... 7
2.1.2 Ciri-ciri Usaha Kecil ... 8
2.1.3 Pengertian Wirausahawan ... 9
2.1.4 Ciri-ciri Wirausahawan ... 11
2.1.5 Manfaat membuka Usaha Sendiri ... 13
2.2 Faktor-faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha kecil... 16
2.3 Tahap Menyusun Rencana Usaha ... 19
2.4 Hipotesis ... 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian ... 24
3.2 Tempat dan waktu penelitian ... 24
3.3 Batasan operasional ... 24
3.4 Defenisi operasional ... 24
3.4.1 variabel bebas ... 24
3.4.2 variabel terikat ... 25
3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 26
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 28
3.9 Metode Analisis data ... 29
3.10 Uji Validitas dan Realibitas ... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Singkat Pasar Horas ... 34
4.1.1 Gambaran Umum Responden ... 35
4.2 Hasil Penelitian ... 38
4.2.1 Analisis Data ... 38
4.2.2 Uji Validitas dan Reabilitas ... 45
4.2.3 Uji Asumsi Klasik ... 48
4.2.4 Analisis Regresi Linear Berganda ... 53
4.2.5 Pengujian Hipotesis ... 54
4.3 Pembahasan ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ciri-ciri dan Watak Kewirausahawan ... 12
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel ... 26
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert ... 27
Tabel 4.1 Data Pribadi Pedagang di Pasar Horas ... 36
Tabel 4.2 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38
Tabel 4.3 Karateristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 38
Tabel 4.4 Kaateristik Responden Bedasarkan Umur ... 39
Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Variabel Modal ... 40
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Variabel Peluang ... 41
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Variabel Pendidikan... 42
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Variabel Emosional ... 43
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Variabel Pengalaman ... 44
Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden Variabel Memulai Usaha Kecil .... 44
Tabel 4.11 Item-Total Statistic ... 45
Tabel 4.12 Tabel nilai Corrected item-totel correlation semua item pertanyan ... 46
Tabel 4.13 Tabel Conbrach’s Alpha per Variabel Pertanyaan ... 47
Tabel 4.14 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 50
Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolikolineritas ... 52
Tabel 4.16 Regresi Linear Berganda ... 53
Tabel 4.17 Hasil Uji-F ... 58
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ... 65
Lampiran 2 Master Jawaban ... 69
Lampiran 3 Total Jawaban dari setiap Pertanyaan ... 71
Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 73
Lampiran 5 Uji Normalitas ... 73
Lampiran 6 Koefisien Determinasi ... 74
Lampiran 7 Uji F(simultan) ... 75
Lampiran 8 Uji Regresi Linear Berganda ... 75
Lampiran 9 Uji Heterokedasitas ... 76
ABSTRAK
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia, tidak terlepas dari kesalahan konsepsi pembangunan ekonomi masa lalu. Kebijakan yang berorientasi pada pengembangan usaha berskala besar, justru semakin melemahkan tatanan ekonomi nasional. Ketergantungan usaha besar pada komponen usaha besar pada komponen impor dan modal asing menyebabkan mereka rentan terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah, ketika krisis ekonomi melanda bangsai ini. Di Pajak Horas terdapat berbagai pedagang mikro (usaha kecil) yang berjualan pakaian dan barang-barang non pakaian dengan konsumen yang cukup ramai.
Wirausahawan merupakan seorang pejuang yang tangguh, pada awalnya mungkin dia membangun usahanya untuk memenuhi kebutuhannya hidupnya sendiri, tetapi begitu usahanya berkembang, maka wirausahawan itu dapat menjadi penolong bagi beberapa orang maupun banyak orang. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan isu yang sangat menarik untuk dicermati dan disikapi. Hal ini dapat dilihat pada saat krisis melanda, dimana banyak pengusaha besar yang gulung tikar, akan tetapi sebagian besar Usaha Kecil Menengah (UKM) tetap eksis sampai sekarang.
Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode analisis regresi dan Metode analisis kualitatif melalui analisis regresi berganda dan dilengkapi dengan pengujian asumsi klasik. Responden yang digunakan adalah pedagang pakaian pada Pajak Horas dengan jumlah responden 30 (tiga puluh) responden yang diambil melalui metode purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel peluang dan variabel emosional serta pengaruh yang negatif dan tidak signifikan untuk variabel modal, pendidikan, dan pengalaman terhadap memulai usaha kecil pada Pajak Horas.
ABSTRACT
The economic crisis that hit Indonesia, is inseparable from the conception of economic development mistakes of the past. Policy-oriented large-scale enterprise development, even more debilitating national economic order. Dependence on the efforts of the major business components in imports and foreign capital causes them vulnerable to fluctuations in the exchange rate, when the economic crisis hit this rotten. In there are various merchants Pasar Horas micro (small businesses) are selling clothing and non-clothing items are pretty crowde with customers. Entrepreneur is a tough fighter, at first maybe he build his business to meet the needs of his own life, but that business has grown, so that entrepreneurs can be a life saver for some people and a lot of people. Sector Small and Medium Enterprises are a very interesting issue to be observed and addressed. This can be seen when the crisis hit, where many large employers out of business, but most of the Small and Medium Enterprises
still exist until now. The method used in this analysis is the method of regression analysis
and the method of qualitative analysis through multiple regression analysis and fitted with the classic assumption test. Respondents were clothing merchants used Pasar Horas on the number of respondents 30 (thirty) of respondents were taken through a purposive sampling method. The results showed there was a positive and significant effect on the variable and variable emotional opportunities as well as the influence of the negative and not significant to the variable capital, education, and experience to start a small business on Pasar Horas.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuh dan berkembangnya perekonomian di suatu negara tidak
terlepas dari peran para pengusaha swasta besar, menengah dan kecil. Wirauasaha
(enterpreneurs) berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan infrastruktur
jalan, bangunan, serta barang dan jasa yang dibutuhkan manusia. Penyerapan
tenaga kerja yang begitu banyak serta perputaran yang begitu besar dan cepat,
tidak mungkin terjadi tanpa adanya peran wirausaha (enterpreneurs). Hal ini
menunjukkan bahwa peran wirausahawan atau masyarakat pengusaha sangat
penting dan strategis dalam memicu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
suatu negara (www.antaranews.com)
Menurut Suryana (2003:13) kewirausahaan dapat didefenisikan sebagai
suatu kemampuan kreatif dan inovatif (Create new and different) yang dijadikan
kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah
barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko.
Dengan demikian pengetahuan kewirausahaan adalah keseluruhan apa yang
diketahui tentang segala bentuk informasi yang diolah dan berproses dalam ranah
kognitif berupa ingatan dan pemahaman tentang cara berusaha sehingga
menimbulkan keberanian mengambil resiko secara rasional dan logis dalam
menangani suatu usaha.
UKM (Usaha Kecil Menengah) terbagi dua yaitu: usaha kecil dan usaha
menengah. Usaha kecil juga merupakan salah satu bagian penting dari
perekonomian suatu negara ataupun daerah, peran penting tersebut telah banyak
negara termasuk juga Indonesia agar terus berupaya untuk mengembangkan UKM
(Usaha Kecil Menengah)
Disamping UKM (Usaha Kecil Menengah) ada usaha mikro, usaha
mikro adalah usaha yang bersifat mengahsilkan pendapapatan dan dilakukan oleh
masyarakat kecil (menengah). Ciri–ciri usaha mikro antara lain adalah modal
usahanya tidak lebih dari 10 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan), tenaga
kerja tidak lebih dari 5 orang, sebagian besar menggunakan anggota keluarga dan
menghadapi persaingan yang ketat (www.smeru.or.id/newslet
microbussinesses.2004)
Setidaknya tiga alasan yang mendasari negara berkembang dan
pentingnya keberadaan UKM (Usaha Kecil Menengah) yaitu pertama, kinerja
UKM (Usaha Kecil Menengah) lebih baik dalam hal menghasilakan tenaga kerja
produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamika UKM (Usaha Kecil Menengah)
yang mencapai peningkatan terhadapa produktifitas yang baik melalui investasi
maupung perubahan teknologi. Ketiga, karena sering diyakini bahwa UKM
(Usaha Kecil Menengah) memiliki keunggulan dalam hal flexibilitas dari pada
usaha besar (Barney, dkk, 2001:249). Lebih lanjut usaha usaha kecil telah
memainkan peranan penting dalam hal menyerap tenaga kerja, meningkatkan
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), telah menjadi isu yang
menarik untuk dicermati dan disikapi. Hal ini dikarenakan ada beberapa alasan :
1. Saat kritis sektor UMKM dapat bertahan sampai saat ini (tetap eksis)
2. Perhatian pemerintah terhadap sektor usaha mikro kecil (UKM) masih
kurang dan terjadi dikotomi antara pelaku UMK dengan pelaku
ekonomi menengah dan besar.
3. Sektor UMKM yang jumlahnya cukup banyak sangant potensial
menyerap tenaga kerja.
4. Sektor UMKM memiliki peran penting dan kontribusinya cukup besar
dalam struktur perekonomian nasional. (Wahyuni, dkk, 2005 : 91)
Menurut Queen,dkk (Pandji, 2002:244) faktor – faktor yang mendorong
wirausahawan untuk memulai usaha kecil antara lain, inovatif, berani mengambil
resiko dan proaktif. Akan tetapi, menurut Pandji 2003 243, faktor yang
mendorong wirausahawan untuk memulai usaha kecil adalah modal, peluang,
pendidikan, emosional dan pengalaman . Dan menurut longenecker faktor – faktor
yang mendorong wirausaha memulai usaha kecil adalah pengalaman.
Dengan faktor–faktor tersebut wirausahawan mampu menciptakan ide–
ide yang cemerlang, optimis dalam berusaha untuk memikirkan dan
mengembangkan gagasan baru untuk diminati banyak orang. Serta memiliki
motivasi untuk berkarya yang secara mandiri yang tidak bergantung pada orang
lain dan selalu berinisiatif untuk maju dalam melakukan yang terbaik untuk
Fenomena yang terjadi saat ini adalah terdapat banyaknya pedagang
UKM (Usaha Kecil Menengah) dengan berbagai macam dagangan yang berbeda
antara satu pedagang dengan pedagang yang lain. Cara pedagang usaha kecil itu
memasarkan usahanya pada umumnya memiliki startegi bervariasi dengan usaha
besar, yakni harganya yang lebih murah dibandingkan di toko lain.
Pasar Horas merupakan salah satu tempat UKM (Usaha Kecil
Menengah) yang berada di jantung kota Pematangsiantar. Menurut Siahaan,
pedagang yang berjualan dilingkungan Pasar Horas rata-rata mempunyai tenaga
kerja sebanyak 1 (satu) sampai 3 (tiga) orang yang sebagian besar berasal dari
keluarganya sendiri, teman ataupun tetangga mereka.
Pasar Horas termasuk usaha mikro, apabila dilihat dari ciri-ciri dan
pengertiannya. Akan tetapi, karena pengertian yang masih tumpang tindih antara
usaha mikro dengan usaha kecil, maka usaha mikro dimasukkan kedalam kategori
usaha kecil. (www.smeru.or.id/newslet microbssinesses.2004)
Melihat fenomena diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil pada Pasar Horas, Pematang Siantar SUMUT”.
1.2 Perumusan Masalah
Sesuai judul yang digunakan peneliti, maka permasalahan yang ingin
dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: “ Apakah faktor modal, peluang,
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1 Mengetahuai faktor–faktor yang mendorong seseorang untuk
membuka usaha kecil.
2 Mengetahuai dasar–dasar pertimbangan yang digunakan
wirausahawan dalam menentukan jenis usaha yang akan digeluti.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1 Sebagai sumber informasi untuk menjadi pertimbangan bagi para
wirausahawan dalam membuka usaha kecil dan sebagai bahan
masukan kepada para wirausahawan mengenai bagaimana
pentingnya alasan mendirikan usaha
1. Sebagai sumbangan pemikiran akademis, khususnya dalam
manajemen usaha kecil di Pasar horas Pematangsiantar.
2. Menambah dan memperluas wawasan peneliti sehinggan dapat
menambah cakrawala pemikiran dalam bidang pembukaan usaha
baru, khususnya dalam bisnis kecil dan menengah.
3. Sebagai bahan referensi bagi pihak lain terutama bagi para
mahasiswa.
1.4 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek
Memulai usaha kecil logis diterangkan, dikembang dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah
diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survei literatur (Kuncoro
2003:44)
Menurut Pandji (2002:234) memulai usaha adalah suatu langkah untuk
menjalankan semua rencana usaha, baik rencana yang akan dijalankan itu untuk
usaha besar ataupun untuk usaha kecil.
Maka dengan demikian dalam kerangka penelitian ini dikemukakan
variabel yang akan diteliti, yaitu, modal, peluang, pendidikan, emosional dan
pengalaman sebagai X1, X2, X3, X4, X5 dan memulai usaha kecil sebagai Y
Gambar 1.1 Kerangka konseptual
Sumber: (Pandji, 2002), dan (Longenecker, 2000) yang diolah penulis.
Kegiatan memulai usaha kecil tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa
adanya faktor-faktor pendukungnya. Jadi faktor-faktor yang mendorong
wirausahawan untuk memulai usaha kecil adalah a. Modal b. Peluang c.
Pendidikan d. Emosional e. Pengalaman
.
Faktor –faktor yang mendorong wirausahawan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Usaha Kecil
Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam Undang – Undang
tentang usaha kecil No. 5 tahun 1995, yang disebut usaha kecil adalah memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan (aset) bersih paling banyak Rp. 200 juta tidak
termasuk tanah dan bangunan
2. Memiliki hasil penjualan tahunan (omset) paling banyak 1 Miliar
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, atau terafiliasi baik langsung maupun
langsung dengan usaha besar maupun usaha menengah, berbentuk
badan usaha perseorangan, badan usaha tidak berbadan hukum
(Iwantono, 2002:4)
Menurut UU Nomor 9 Tahun 1999 ditetapkan bahwa usaha kecil adalah
suatu unit usaha yang memiliki nilai aset neto (tidak termasuk tanah dan
bangunan) tidak melebihi Rp 200 juta atau penjualan pertahun tidak lebih besar
dari Rp 1 Miliar, milik WNI, berdiri sendiri dan berafiliasi langsung atau tidak
langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha
Defenisi yang tercantum dalam UU tersebut sebagai dasar
mengelompokkan jenis-jenis usaha. Menurut Kementrian Negara Koperassi dan
UKM, kelompok usaha kecil termasuk didalam kelompok usaha mikro. Usaha
mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan bersifat tradisonal
dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan berbadah hukum dan
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 100 juta. Sedangkan menurut BPS
(Biro Pusat Statistik) (2005), usaha kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja
paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 19 (sembilan belas) orang
termasuk pengusaha.
2.1.2 Ciri – Ciri Usaha Kecil
Menurut istilah umum ketenagakerjaan (http://www.usaha kecil
menengah) ciri–ciri industri berskala kecil adalah:
a. Pemilik adalah golongan ekonomi lemah dan pada umumnya
sekaligus menjadi pimpinan (single ownership and management)
b. Hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja masih bersifat
kekeluargaan.
c. Tidak mampu menyediakan jaminan (collateral) yang berguna
untuk mendapatkan kredit dari dunia perbankan.
d. Adminstrasi perusahaan pada umumnya masih bersifat sederhana,
kurang teratur, dan belum berbadan hukum.
Menurut Hutasuhut dalam (www.smeru.or.id) ciri–ciri dan watak usaha
kecil adalah sebagai berikut:
b. Berorientasi pada tugas, hasil yang didorong oleh kebutuhan untuk
berprestasi, berorientasi pada keuntungan, mempunyai ketekunan dan
ketabahan, mempunyai tekad dan kerja keras.
c. Mempunyai kemampuan dalam mengambil resiko dan mengambil
keputusan secara tepat dan cermat.
d. Mempunyai jiwa kepemimpinan, suka bergaul dan menanggapi
saran dan kritik.
e. Berjiwa inovatif, kreatif dan berorientasi kemasa depan.
2.1.3 Pengertian Wirausahawan
Kata “wirausaha” dalam bahasa Indonesia adalah padanan kata bahasa
Perancis “entrepreneur”, yang sudah dikenal sejak abad ke 17. Menurut Holt
(dalam Riyanti, 2003:21), kata entrepeneur berasal dari kata kerja entreprende.
Kata “wirausaha” merupakan gabungan dari kata “wira” (gagah berani, perkasa)
dan kata “usaha”. Jadi, wirausaha berarti orang yang gagah berani atau perkasa
dalam usaha.
Menurut Zimmerer & Schorborough (dalam Suryana, 2006:15) :
“an entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk
and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by
identifying opportunities and assembling the necessary resources to
capatilize on them”
Menurut Marzuki Usman (dalam Suryana, 2006:15) wirausaha adalah
seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan dan
keterampilan untuk menghasilkan produk, proses produksi, bisnis, dan organisasi
usaha baru. Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur
internal yang meliputi mativasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan,
semangat, dan kemampuan memanfaatkan peluang usaha.
Menurut Sri Edi Swasono (dalam Suryana, 2006:16) wirausaha adalah
pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah
pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung resiko yang mempunyai visi ke depan
dan memiliki keunggulan dalam prestasi di bidang usaha.
Menurut Prawirokusumo dalam Suryana, 2006:16) wirausaha adalah
mereka yang melakukan usaha-usaha kreatif dan inovatif dengan jalan
mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang dan
perbaikan hidup.
Wirausaha adalah pribadi unggul yang mencerminkan budi yang luhur
dan sifat yang pantas diteladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri dapat
melahirkan suatu sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusiaan yang
berlandaskan kebenaran dan kebaikan (Suryana, 2006:50)
Secara sederhana wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang
berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan. Berjiwa berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut, cemas
sekalipun dalam kondisi tidak pasti (Kasmir, 2009:16)
Para ahli mendefenisikan wirausahawan dari pandangan atau segi yang
berbeda- beda. Dari segi karakteristik pelaku, wirausahawan (entrepreneur)
usaha milik sendiri, atau mereka yang bisa menciptakan pekerjaan bagi orang lain.
Defenisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang memiliki kemauan
normal bisa menjadi seorang wirausahawan asalkan mau dan mempunyai
kesempatan untuk belajar dan berusaha
Kewirausahawan merupakan semangat perilaku dan kemampuan untuk
memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh
keuntungan untuk diri sendiri atau pelayanan yang lebih baik terhadap pelanggan
atau masyarakat dengan selalu berusaha dan mencari dan melayani langganan
lebih banyak dan lebih baik, menyediakan produk yang lebih baik dan lebih
bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efesien, melalui keberanian
mengambil resiko, kreativitas, inovasi, serta kemampuan manajemen (Sutrisno,
2003:3)
Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996, hlm.1130) mengartikan
wirausaha sebagai : “Orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produk baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya”.
2.1.4 Ciri-ciri Wirausahawan
Menurut Sulipan, (2005) memberi kesimpulan bahwa ciri-ciri seorang
wirausahawan yang baik adalah sebaagi berikut:
1. Mempunyai semangat dan kemampuan
untuk mengatasi kesulitan dan permasalahan.
2. Mempunyai kemampuan dalam menilai
3. Mempunyai keberanian untuk mengambil
resiko dalam menjalankan usahanya dalam mengejar suatu
keuntungan
4. Mempunyai daya, kreassi, imajinasi dalam
mengembangkan bidang usaha yang digeluti.
5. Mempunyai cara menganalisa yang tepat,
sistematis, dan metodologi dalam mengembangkan usahanya.
6. Memiliki kemampuan, kemajuan, dan tekad
bulat dalam mengembangkan bidang usahanya guna mencapai
kemajuan dan tujuan
7. Membawa teknik baru dalam
mengorganisasikan usahanya secara tepat guna, efektif dan efesien.
8. Berusaha tidak konsumtif dan selalu
menanamkan kembali keuntungan yang diperoleh dalam kegiatan
usahanya.
Menurut Geoffrey G. Meredith (Suryana, 2006:24) mengemukakan
ciri-ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Ciri-ciri dan Watak Kewirausahaan
Ciri-ciri Watak
1) Percaya Diri Keyakinan, ketidaktergantungan,
individualitas, dan optimisme.
hasil berorientasi laba, ketekunan dan
ketabahan, tekad kerja keras,
mempunyai dorongan kuat, energik
dan inisiatif
2) Pengambilan resiko dan suka
tantangan
Kemampuan untuk mengambil
resiko yang wajar.
3) Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul
dengan orang lain, menanggapi
saran-saran dan kritik
4) Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel
5) Berorientasi ke masa depan Pandangan ke depan, perspektif
Sedangkan ciri-ciri wirausahawan secara umum adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai kemampuan yang kuat untuk berusaha.
2. Mempunyai perjuangan yang tidak kenal lelah dalam berusaha.
3. Percaya pada keyakinan diri sendiri untuk maju.
4. Bertanggungjawab atas kemampuan dan kemajuan dalam bidang
usahanya.
5. Berpikir positif untuk maju dalam bidang usahanya.
6. Pandai dalam cara bernegosiasi untuk memajukan bidang
usahanya.
7. Berinisiatif, kreatif, dan disiplin terhadap kegiatan usahanya.
Kebanyakan wirausahwan membuka usahanya untuk kepuasan diri.
Rutinitas yang membosankan, kreasi yang dihambat-hambat, birokrasi yang
panjang dan kaku, atau suasana yang tidak menyenangkan. Budaya (culture)
perusahaan yang tidak cocok merupakan hal yang bisa menciptakan motif, dan
mendorong orang untuk segera mencari kebebasan. Jika mereka bekerja sebagai
orang gajian, maka semua yang mereka lakukan hanya untuk pimpinan
perusahaan. Sedangkan, dengan berwirausaha maka semua pekerjaan yang
dilakukan untuk dirinya sendiri. Ada beberapa keuntungan yang menarik yang
bisa didapatkan dari membuka usaha sendiri (Sarosa, 2003:5) adalah sebagai
berikut:
1. Potensi penghasilan yang tidak terbatas
Membuka usaha berbeda dengan bekerja sebagai karyawan di
perusahaan orang lain. Kalau bekerja sebagai karyawan, penghasilan
adalah sebesar gaji (mungkin ditambah dengan tunjangan – tunjangan
bila ada), dimana gaji dantunjangan tersebut telah ditetapkan
berdasarkan jabatan (masa kerja) oleh pemilik perusahaan. Dalam hal
ini seseorang hanya dapat menerima keputusan yng dibuat oleh pemilik
perusahaan. Sebaliknya, bila membuka usaha sendiri maka penghasilan
yang didapatkan bisa dalam jumlah yang lebih besar, bahkan tidak
terbatas, tergantung dari kinerja dan pengolahan usaha.seorang
wirausahawan bebas menentukan berapa yang akan didapatnya, potensi
untuk menerima penghasilan yang tidak terbatas ini merupakan daya
2. Memaksimalkan Kemampuan.
Kemempuan yang dimaksud bisa berupa ide ataupun kemampuan yang
lain seperti menjual, bernegosiasi, dan lain-lain. Dengan memiliki usaha
sendiri maka wirausahawan memiliki kebebasan seluas – luasnya untuk
berkreasi dengan ide – ide tersebut. Untuk bekerja dengan adanya
batasan – batasan yang mungkin akan sering ditemui jika memilih
untuk bekerja sebagai karyawan disuatu perusahaan. Sudah tentu
dengan adanya kebebasan bekerja dan berkreasi secara maksimal maka
semangat kerjapun tinggi. Semangat kerja yang tinggi inilah yang
diharapkan dapat membuahkan hasil yang maksilmal bagi usahanya
sendiri, dengan berwirausaha seseorang bebas berkreasi, akan tetapi
maju tidaknya usaha tersebut teragantung pada pimpinannya dalam
mengelola usaha tersebut.
3. Bebas Mengatur Kerja
Dengan menjadi seorang karyawan, sebenarnya seseorang telah
melakukan suatu transaksi dengan perusahaan tempat bekerja, yaitu jual
beli. Seseorang telah menjual waktu dan kemampuannya untuk
digunakan oleh perusahaan. Jika bekerja sebagai karyawan maka ada
keterbatasan untuk mengatur waktu, sebagian besar waktu dihabiskan
diluar rumah. Akan tetapi seseorang, dapat mengatur waktu kerjanya
Wirausahawan adalah seperti orang bebas yang mempunyai tanggung
jawab, semakin sukses seorang wirausahawan semakin banyak waktu
luangnya. Seorang wirausahawan bukanlah seorang yang makin sibuk
jika usahanya mulai berkembang.
4. Sikap Mental Yang Mandiri
Sebagai seorang manajer dalam usaha sendiri, maka bersikap mandiri
dalam menjalankan usahanya yang merupakan tuntutan yang harus
dilakukan. Sikap mental yang kuat dan mandiri sanagat dibutuhkan
pada saat sedang menghadapi masalah yang berat sehingga menuntut
untuk dapat mengambil tindakan yang cepat dan tepat. Pada situasi
seperti ini tidak ada siapapun yang bisa diandalkan selain diri sendiri,
karena setiap wirausahawan merupakan manajer pada usahanya. Justru
wirausahawan tersebut yang diharapkan oleh para karyawan untuk
dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Kemandirian dan sikap
mental yang kuat dalam berbisnis dan kehidupan pribadi si pengusaha
sangat berkorelasi dan saling mempengaruhi. Self manajemen
(manajemen diri sendiri) merupakan hal yang sangat penting yang harus
dilakukan oleh seorang wirausahawan untuk memberikan contoh bagi
para bawahan atau karyawannya.
2.2 Faktor–Faktor Yang Mendorong
Wirausahawan Memulai Usaha kecil
Faktor apa yang sebenarnya menggerakkan seseorang untuk memiliki
dipublikasikan di media, pengakuan ini bukanllah suatu hal yang mudah
didapatkan. Lust of power atau haus akan kekuasaan dapat dikatakan sebagai
alasan seseorang ingin menjadi wirausahawan, mereka yakin apabila mereka
punya power atau kekuasaan, mereka dapat melakukan sesuatu lebih lancar dan
efesiaen (Abdinagoro 2004:2). Dengan pengetahuan dan kemampuan yang
mereka miliki dapatlah merubah cara pengerjaan sesuatu apapun (Pandji
2002:243), maka faktor–faktor yang mendorong wirausahawan memulai usaha
kecil adalah sebagai berikut:
1. Modal
Modal merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam berbagai
aktivitas yang dilakukan, karena modal dapat membiayai semua
kegiatan operasional dalam usaha, seperti: untuk pengadaan bahan
baku, membayar upah tenaga kerja, pemasaran, produksi dan lain-
lain.akan tetapi masalah modal kadangkala tidak menjadi masalah bagi
orng yang mempunyai kelebihan dana, tetapi bagi orang yang
mempunyai dana relatif kecil itu memang menjadi masalah. Kedua
orang tersebut, ketika akan memulai usaha jelas mempunyai keinginan
yang sama. Apabila seseorang mempunyai jiwa wirausaha, maka dia
mampu menciptakan nilai tambah dari keterbatasan.
2. Peluang
Banyak orang membayangkan dirinya mengelola bisnis milik mereka
sendiri, membuat keputusan – keputusan kunci, dan menghasilkan
usaha. Seorang wirausahawan harus dapat melihat dan memanfaatkan
peluang sehingga dapat memberikan keuntungan bagi usahanya.
Peluang atau kesempatan tidak datang berulang–ulang, tetapi mungkin
hanya sekali saja dalam waktu yang sangat singkat, sehingga diperlukan
antisipasi dan waktu yang tepat untuk melihat berbagai peluang agar
tidak mengalami kegagalan. Para wirausahawan harus dapat mengukur
dan memperkirakan ukuran pertumbuhan dan potensi laba dari setiap
peluang yang ada, dan berhati–hati dalam mengevaluasi peluang
sebelum memilih pasar dan sasaran yang ingin dicapai.
Ada tiga fase pendekatan mengidentifikasi peluang dalam bisnis, yaitu:
1. Menemukan gagasan.
2. Mengidentifikasi peluang yang ada.
3. Melaksanakan manajemen usaha yang diciptakan.
3. Pendidikan
Pendidikan salah satu faktor yang diperlukan dalam memulai dan
menjalankan usaha, baik usaha kecil maupun usaha menengah.
Pendidikan diperlukan untuk membuat perencanaan bisnis yaitu
meliputi perencanaan keuangan dan pengelolaan usaha. Pada umumnya
hanya sedikit yang mempunyai laporan keuangan yang sederhana, hal
ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan. Pengetahuan tersebut
diperoleh melaui pendidikan formal, seperti: dari SMU atau Perguruan
Tinggi, dan pendidikan non formal, seperti: pelatihan tentang UKM dan
4. Emosional
Suatu keadaan yang mampu mempengaruhi tindakan seseorang untuk
melakukan suatu rencana yang dikehendaki. Tindakan emosional itu
juga merupakan dorongan pribadi seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan. Dengan dorongan emosi maka orang dapat bertindak sesuai
dengan keinginannya
5. Pengalaman
Pengalaman merupakan pengetahuan yang didapat dari pekerjaan yang
terakhir maupun pada pekerjaan yang pernah dilakukan pada masa
sekarang. Dengan adanya pengalaman sering kali membuat seseorang
untuk melihat kemungkinan untuk memodifikasi produk yang telah ada,
memperbaiki pelayanan dan menduplikasikan konsep bisnis dalam
lokasi yang berbeda. Pengalaman dapatlah merupakan suatu hal yang
sangat berharga karena adanya pengalaman seseorang dapat lebih
memahami terhadap apa yang sedang dikerjakan (Longenecker,
2000:95).
2.3 Tahap Menyusun Rencana Usaha
Penyusunan rencana usaha bisa dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut, (Musrofi, 2004:139)
Sebelum memulai usaha tentu timbul pertanyaan dari mana
memulainya. Hal tersebut dapat dimulai dari ide usaha yang usaha
dipilih, diterapkan dan selanjutnya ditindak lanjuti. Persoalan yang
sebenarnya, usaha yang dijalankan tersebut bergerak dibidang apa. Pada
umumnya kadang kala wirausahawan terjebak dalam persoalan ini.
Mereka tidak menyadari atau mengetahui kearah mana usahanya akan
berjalan untuk selanjutnya .
2. Visi dan Tujuan
Seseorang yang memulai usaha dari nol, biasanya tidak mau berpikir
tentang nasib usahanya dalam jangka panjang, yang penting jalan dan
menguntungkan, begitu kira-kira yang ada dibenak orang. Hal ini pun
tidak masalah. Namun, jauh lebih baik apabila ada visi dan misi,
meskipun usaha itu dimulai dari usah kecil.
Dengan adanya visi, diharapkan orang akan tekun, dan terus menerus
termotivasi menuju visi tersebut. Apabila tidak punya visi, hanya
terfokus pada keuntungan jangka pendek. Ketika usaha kurang
menguntungkan langsung mencari usaha baru atau memilih usaha yang
lain, dan seterusnya. Dan bisa juga berhenti atau trauma untuk memulai
usaha karena takut gagal lagi
Visi dapat dirai melalui beberapa tahapan. Setiap tahapan dilingkupkan
kedalam tujuan jangka pendek. Tujuan yang baik adalah tujuan yang
dapat diperiksa dan terukur, apakah tujuan tersebut tercapai atau tidak.
Measurable (terukur), Accountabiliting (pertanggungjawaban),
Realistic (realistik atau relevan)
3. Strategi
Strategi merupakan jawaban dari pertanyaan bagaimana cara mencapai
apa yang diinginkan dan dituju mempunyai implikasi pada semua aspek
usaha, yang meliputi beberapa aspek, yaitu: aspek pasar/pemasaran,
aspek teknik/produksi, aspek lokasi dan aspek manajemen.
4. Aspek Pasar/Pemasaran
Pemasaran merupakan pertukaran produk atau jasa dengan uang. Pasar
merupakan sekelompok orang yang akan memanfaatkan produk atau
jasa tersebut. Selain menjual produk atau jasa kepada pasar, yang
pertama kali harus dilakukan adalah mengidentifikasi pasar tersebut.
Proses pemasaran strategis, dengan aktivitas utama berupa pemilihan
nilai yang mencakup aktivitas utama berupa pemilihan nilai yang
mencakup aktivitas:
a. Segmentasi pasar (Segmentation)
b. Penentuan target pasar (Targeting)
c. Penentuan posisi pasar (Positioning)
Proses pemasaran praktis dengan aktivitas inti berupa penciptaan nilai
yang mencakup 4P yaitu:
c. Sistem distribusi (place/distribution)
d. Promosi (promotion)
5. Rencana Teknik/Produksi
Rencana produksi pada dasarnya mencakup bagaimana proses produksi
atau mekanisme usaha, penentuan apasaja fasilitas produksi yang
dibutuhkan, berapa kapasitas produksi, bagaimana menyediakan bahan
baku dan bahan pembantu, penyediaan mesin dan alat perlengkapan
lainnya.
6. Aspek Lokasi
Lokasi adalah faktor penting dalam usaha, jika seseorang akan memulai
usaha, pemikiran dan pertimbangannya hanya terfokus pada
keberhasilan pada jangka pendek. Aspek pemilihan lokasi usaha perlu
dikaji secara serius karena menyangkut masalah efisiensi. Pada
prinsipnya ada 3 (tiga) faktor yang menjadi bahan pertimbangan untuk
memilih lokasi usaha, yaitu:
1. Bahan baku, pasar dan transportasi
2. Lingkungan
3. Lain-lain yang menunjang
7. Aspek Manajemen
Aspek manajemen sangat penting untuk diperhatikan, menurut
disebabkan tidak bagusnya aspek manajemen (Musrafi, 2004:168).
Aspek manajemen mencakup bagaimana pengelolaan orang-orang yang
terlibat di dalam usaha.
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang hendak dicari kebenarannya
melalui riset. Dikatakan jawaban sementara karena hipotesis pada dasarnya
merupakan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan
masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis perlu diuji terlebih dahulu melalui
analisis data (Suliyatno, 2006:53)
Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka konseptual maka
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
“Variabel modal, peluang, pendidikan, emosional dan pengalaman berpengaruh
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian bentuk explanatory
yaitu, yang bertujuan untuk menjelaskan Faktor-faktor yang mendorong
wirausahawan memulai usaha kecil.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan adalah di Pasar Horas, Pematangsiantar.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011
3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini terbatas pada alasan – alasan yang mendorong
wirausahawan memulai usaha kecil, yang terdiri dari :
a. Variabel Independen (X) yang terdiri dari faktor modal (X1), peluang
(X2), pendidikan (X3), emosional (X4), dan pengalaman (X5)
b. Variabel dependen (Y) yakni memulai usaha kecil pada Pasar Horas
c. Responden penelitiannya adalah pedagang pakaian yang berjualan
pakaian di Pasar Horas, Pematang Siantar
3.4 Defenisi Opersional
3.4.1 Variabel bebas
Adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lain.
Adapun yang termasuk variabel bebas dalam penelitian ini
adalah:
a. Modal (X1) yaitu sejumlah dana yang akan dipergunakan
dalam memulai usaha baik untuk usaha dan untuk
perkembangan berjalannya usaha.
b. Peluang (X2) yaitu kesempatan yang diidentifikasi dan dirinci
untuk melihat potensi usaha bagi wirausahawan kemudian
diimplementasikan untuk memberi keuntungan bagi
wirausaha itu sendiri.
c. Pendidikan (X3) yaitu keahlian (skill) dan teknik – teknik
yang diperoleh oleh wirausahawan dalam memulai usaha
kecil.
d. Emosional (X4) yaitu keadaan pribadi seseorang yang mampu
mempengaruhi emosinya dalam mengambil keputusan dalam
memulai usaha yang meliputi: dorongan pribadi, karena
tidak mempunyai pekerjaan.
e. Pengalaman (X5) suatu keadaan yang pernah dialami,
dijalani, dan dirasakan.
Adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas.
Adapun yng menjadi variabel terikat adalah memulai usaha kecil
pada Pasar Horas Pematang Siantar (Y)
Tabel 3.1
Defenisi Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala Ukur
Modal (X1) a. Jumlah modal
b. Sumber Modal c. Perolehan modal
Likert
Peluang (X2) a. Lokasi yang
strategis
b. Retribusi yang murah
c. Izin usaha
d. Jaminan keamanan
Likert
Pendidikan (X3) a. Tingkat pendidikan
b. Jenis pendidikan non formal
Likert
Emosional (X4) a. Dorongan pribadi
b. Usaha sampingan c. Usaha turun
temurun dari keluarga
d. Tidak mempunyai pekerjaan lain
Likert
Pengalaman (X5) a. Pengalaman dari
orang lain b. Pengalaman diri
sendiri
Likert
Memulai usaha kecil a. Modal b. Peluang c. Pendidikan d. Emosional e. Pengalaman
[image:39.595.161.516.323.744.2]3.5 Skala Pengukuran Variabel
Pengukuran masing – masing variabel ini menggunakan skala likert.
Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah skala likert (Umar,
2003:98). Skala likert digunakan untuk mengukur sikap pendapatan dan persepsi
seseorang atau sekelompok atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dengan skala likert maka variabel yang diukur dan dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item –
item instrumen yang dapat berupa pertanyaan (Sugiono, 2004:86). Skala likert
[image:40.595.247.469.396.584.2]menggunakan tingkatan jawaban dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert
No Pertanyaan Skor
1 Sangat setuju 5
2 Setuju 4
3 Kurang setuju 3
4 Tidak setuju 2
5 Sangat tidak setuju 1
Sumber: Sugiono (2004)
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau
obyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
2008:72). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua pedagang
pakaian yang berdagang di Pasar Horas Pematang Siantar.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedagang yang
menjual pakaian yakni sebanyak 40 (empat puluh) pedagang.
3.7 Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer
dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden terpilih
pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan
daftar pertanyaan /kuesioner dan wawancara dengan responden
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui buku, jurnal,
majalah yang dianggap menjadi referensi pendukung, berupa
teori-teori dan informasi yang berkaitan dengan penelitian.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data primer melalui:
a. Observasi
Horas, Pematangsiantar, untuk melengkapi catatan penelitian yang
diperlukan.
b. Wawancara
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara melalui tatap muka
(face to face) dengan responden terpilih. Wawancara dilakukan
dengan menggunakan alat bantu berupa seperangkat daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu atau sering
disebut interview guide
c. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
d. Studi Dokumentasi
Mengumpulkan data – data melalui informasi dari buku – buku,
tulisan ilmiah, dan internet yang memiliki relevansi penelitian
3.9 Metode Analisis Data
a. Metode Analisis Deskriptif
Yaitu merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada
melalui pengumpulan, menyusun dan menganalisis data sehingga
memberikan gambaran yang jelas mengenai objek penelitian
Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengadakan prediksi nilai
dari variabel terikat yaitu memulai usaha kecil (Y) dengan ikut
memperhitungkan variabel bebas yang terdiri dari modal (X1),
peluang (X2), pendidikan (X3), emosional (X4), dan pengalaman (X5)
sehingga dapat diketahui pengaruh terhadap memulai usaha kecil
pada Pasar Horas, Pematang Siantar. Analisis regresi berganda
dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi software SPSS
(Statistic Product and Services Solution) 12,0 for Windows. Adapun
model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dimana: Y = Memulai usaha kecil
a = Konstanta
b1-b5 = Koefisien regresi
X1 = Modal
X2 = Peluang
X3 = Pendidikan
X4 = Emosional
X5 = Pengalaman
3.10 Uji Validitas dan Realibitas
1. Uji Validitas dan Realibitas
Uji Validitas dan Realibitas dilakukan untuk menguji apakah suatu
kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Validitas
menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang
seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur
melakukan tugasnya mencapai sasaran. Pengukuran dikatakan valid
jika mengukur tujuannya dengan nyata dan benar. Realibitas
menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya. Dikatakan
konsistensi jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama
diperoleh hasil yang berbeda–beda (Jogiyanto, 2004:120)
2. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh bersama – sama
terhadap variabel terikat. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya secara
bersama – sama tidak terdapat pengaruh dari variabel bebas (X1, X2,
X3, X4, X5), yaitu faktor modal, peluang, pendidikan, emosional dan
pengalaman terhadap memulai usaha kecil, yaitu variabel terikat (Y).
Ha : b1≠ b2≠ b3≠ b4≠ b5), artinya bersama – sama terdapat pengaruh
dari (X1, X2, X3, X4, X5), yaitu faktor modal, peluang, pendidikan,
emosional dan pengalaman terhadap memulai usaha kecil, yaitu
variabel terikat (Y)
Ho diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%
Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%
3. Uji signitifikan simultan (uji-t)
Uji-t menunjukkan seberapa besar variabel secara bebas individual
terhadap variabel terikat ho: b1 = 0, artinya secara parsial tidak ada
pengaruh dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5),yaitu faktor modal,
peluang, pendidikan, emosional, dan pengalaman terhadap memulai
usaha kecil, yaitu variabel terikat (Y) Ha : b1 ≠ 0 artinya secara
parsialterdapat pengaruh dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) yaitu
faktor modal, peluang, pendidikan, emosional, dan pengalaman
terhadap memulai usaha kecil, yaitu variabel terikat (Y)
Kriteria pengambilan keputusan:
Ho diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%
Ha diterima jika thitung > ttabel pada α = 5%
4. Koefisien Determinan (R2)
Koefisien Determinan (R2) pada intinya mengukur seberapa
kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2
semakin besar (mendekati satu),maka dapat dikatakan bahwa
pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) adalah besar terhadap
varibel terikat (Y). Hal ini berati model yang digunakan semakin kuat
untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap
variabel terikat.sebaliknya jika R2 semakin mengecil (mendekati nol)
X5) terhadap variabel terikat (Y) semakin mengecil. Hal ini berarti
model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh
variabel bebas yang diteliti terhadap variabvel terikat.
5. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dapat menggunkan model regresi linear berganda dalam
menganalisis variabel – variabel, maka terlebih dahulu diuji syarat –
syarat yang harus dipenuhi. Dengan kata lain menguji dengan model
asumsi klasik, yakni sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Data
Penguijian normalitas data dilakukan untuk melihat normal
tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Model regresi yang
baik adalah distribusi normal atau mendekati normal.
2. Pengujian Multikolinearitas (korelasi yang sempurna)
Pengujian ini untuk melihat apakah pada model regresi
ditemukan korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi
maka dinamakan telah terdapat problem multikolinearitas pada
penelitian ini.
3. Pengujian Homoskesdastisitas/Heteroskesdastisitas
Pengujian Homoskesdastisitas/Heteroskesdastisitas untuk
melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
antara variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke
Homoskesdastisitas dan jika variance berbeda maka disebut
Heteroskesdastisitas. Model regresi yang baik adalah
Homoskesdastisitas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat Pasar Horas
Sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,
Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan Siantar. Pematangsiantar yang
berkedudukan di Pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti keturunan marga
Damanik yaitu Tuan Sangnawaluh Damanik, yang memegang kekuasan
sebagai raja tahun 1906.
Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera
Utara, dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena
letak Pematangsiantar yang strategis, ia dilintasi oleh Jalan Raya Lintas
Sumatera. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk
sebanyak 240.787 jiwa (2000).
Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52
ke Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota
ini memiliki 8 hotel berbintang, 10 hotel melati dan 268 restoran. Di kota ini
masih banyak terdapat sepeda motor BSA model lama sebagai becak
bermesin yang menimbulkan bunyi yang keras.
Sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian kota
yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Simalungun ini adalah industri
besar dan sedang. Dari total kegiatan ekonomi di tahun 2000 yang mencapai
Rp 1,69 trilyun, pangsa pasar industri mencapai 38,18 persen atau Rp 646
miliar. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyusul di urutan kedua,
dengan sumbangan 22,77 persen atau Rp 385 miliar.
Menurut Ketua KP2H Gd IV, Agus Butarbutar, seluruh kios di Pasar
Horas mulai gedung I, II, III dan gedung IV berjumlah kurang lebih 4.000
kios. Pedagang hanya meminati kios di Lantai I dan II. Awalnya, kios lantai 3
(tiga) sempat ditempati pedagang, tapi karena sepi pembeli, akhirnya
pedagang meninggalkannya. “Kejadian ini sudah ada 10 tahun lebih. Kosong
semua. setiap hari diperkirakan ratusan lebih pedagang kaki lima ditemukan
berjejer manjajakan dagangannya di sepanjang pinggir jalan atau trotoar.
Kondisi pedagang kaki lima ini membuat arus lalu lintas keluar masuk pasar
horas yang diapit Jalan Sutomo dan Jalan Merdeka ini sering macet
Para pedagang di Pasar Horas mempunyai latar yang berbeda-beda,
perbedaan tersebut yang meliputi jenis kelamin, umur, status, pendidikan
terakhir dan alamat tempat tinggal pedagang. Secara umum, gambaran
pedagang dapat dilihat pada hasil penyebaran kuesioner, wawancara, dan
[image:49.595.141.491.371.752.2]observasi yang dilakukan penulis untuk penelitian ini, dapat dilihat pada
Tabel 4.1
Tabel 4.1
Data Pribadi Pedagang di Pasar Horas
No Responden Jenis Kelamin
Umur
(Tahun)
Lama
Berjualan
Pendidikan
Terakhir
1 1 Perempuan 45 tahun 23 tahun SMA
2 2 Perempuan 23 tahun 3 tahun SMA
3 3 Perempuan 34 tahun 3 tahun Strata 1
4 4 Perempuan 49 tahun 12 tahun Diploma II
5 5 Laki-laki 37 tahun 5 tahun SMA
6 6 Perempuan 25 tahun 3 tahun Strata 1
7 7 Perempuan 20 tahun 2 tahun Diploma
8 8 Perempuan 23 tahun 2 tahun Strata 1
9 9 Perempuan 25 tahun 1 tahun SMA
10 10 Laki-laki 22 tahun 1 tahun SMA
11 11 Perempuan 26 tahun 4 tahun SMA
12 12 Laki-laki 26 tahun 10 bulan Strata 1
13 13 Perempuan 32 tahun 1 tahun SMA
14 14 Perempuan 28 tahun 3 tahun Strata 1
16 16 Laki-laki 28 tahun 8 bulan SMA
17 17 Perempuan 24 tahun 2 bulan SMA
18 18 Perempuan 35 tahun 2 tahun SMA
19 19 Laki-laki 37 tahun 8 tahun Strata 1
20 20 Perempuan 50 tahun 17 tahun SMA
21 21 Laki-laki 33 tahun 6 bulan SLTP
22 22 Perempuan 27 tahun 4 tahun SMA
23 23 Perempuan 46 tahun 14 tahun SLTP
24 24 Perempuan 38 tahun 7 tahun SMA
25 25 Perempuan 41 tahun 4 tahun SMA
26 26 Perempuan 25 tahun 11 bulan Strata 1
27 27 Laki-laki 35 tahun 6 tahun SLTP
28 28 Laki-laki 28 tahun 1 tahun SMA
29 29 Perempuan 40 tahun 10 tahun SMA
30 30 Perempuan 30 tahun 5 bulan SMA
31
31
Laki- laki 35 tahun 5 tahun SMA
32
32
Laki- laki 40 tahun 8 tahun SMA
33
33
Perempuan 30 tahun 3 tahun SMA
34
34
Laki- laki 49 tahun 12 tahun SLTP
35
35
36
36
Permpuan 48 tahun 15 tahun SMA
37
37
Laki-laki 42 tahun 17 tahun SMA
38
38
Laki-laki 29 tahun 3 tahun DIPLOMA
39
39
Laki-laki 37 tahun 8 tahun DIPLOMA
40
40
Perempuan 38 tahun 14 tahun SMA
Sumber: Hasil Penelitian 2011 (data diolah)
Para pedagang di Pasar Horas tinggal pada alamat yang berbeda-beda,
pada umumnya pedagang yang sudah lama berjualan di Pasar Horas.
Walaupun lokasi alamatnya yang berbeda-beda tidak menjadikan hal itu
sebgai hambatan dalam masalah bagi mereka, karena mereka juga dapat
sampai pada lokasi berjualan pada pagi hari.
Pedagang di Pasar Horas memiliki tingkat pendidikan yang
berbeda-beda, pendidikan para pedagang ada yang hanya sebatas tingkta SLTP,
lulusan SMA/MA, Diploma, dan ada juga sudah memperoleh gelar Sarjana
Strata 1.
4.2.1 Analisis Data
1. Metode Analisis Deskriptif
[image:52.595.104.518.280.393.2]a. Kareteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Kareteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 25 62,5%
Perempuann 15 37,5%
Total 40 100%
Sumber: Penelitian 2007 (data diolah)
Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dalam
penelitian ini adalah perempuan, yakni sebanyak 62,5% dan selebihnya adalah
laki-laki, yakni sebanyak 37,5%.
[image:52.595.187.508.590.732.2]b. Karateristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Tabel 4.3
Karateristik Responden BerdasarkanTingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan Jumlah Persentase
Strata 1 7 17,5%
Diploma 4 10%
SMA 24 60%
Total 40 100%
Sumber: Penelitian 2012 (data diolah)
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pedagang usaha makanan di Pasar
Horas umumnya sudah mempunyai tingkat pendidikan yang lumayan bagus mulai
lulusan SLTP hingga perguruan tinggi. Responden yang paling banyak adalah
lulusan SMA/MU, yakni sebanyak 24 60%, disusul oleh lulusan perguruan
tinggi strata 1, yakni 17,5% dan diploma 12,5%. Sementara itu pedagang yang
hanya lulusan SLTP sebanyak 10%, oleh karena itu responden dalam penelitian
ini umumnya mudah memberikan jawaban karena mereka memahami tujuan
penelitian ini
[image:53.595.105.517.614.757.2]c. Karateristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.4
Karateristik Responden Berdasarkan Umur
Umur responden Jumlah Persentase
21 – 30 17 42,5%
31 – 40 13 32,5%
41 – 50 10 25%
Sumber: Penelitian 2012 (data diolah)
Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rata-rata usia responden adalah 35
tahun, dengan komposisi usia responden antara 21-30 tahun sebanyak 42,5%,
usia antara 31-40 tahun sebanyak 32,5%, usia antara 41-50 tahun sebanyak 25%.
Kondisi usia pedagang juga merupakan faktor untuk membuat mahasiswa lebih
akrab.
2. Analisis Deskriptif Variabel
Penelitian ini menggunakan 5 variabel bebas (independen) yaitu variabel
modal, peluang, pendidikan, emosional, dan pengalaman serta satu variabel terikat
(dependen) yaitu memulai usaha kecil pada Pasar Horas
a. Variabel Modal
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan kepada 40 responden.
Variabel modal terdiri dari 3 (tiga) pertanyaan (item). Distribusi jawaban
[image:54.595.116.513.582.731.2]responden tentang variabel modal dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Distribusi Jawaban Responden Variabel Modal
Item
Pertanyaan
SS S KS TS STS
F % F % F % F % F %
1 20 50% 19 47.5% 1 2.5% 0 0% 0 0%
2 20 50% 20 50% 0 0% 0 0% 0 0%
3 22 55% 18 45% 0 0% 0 0% 0 0%
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa persentase untuk
pertanyaan nomor 1 (satu), tanggapan responden sangat setuju 50%, setuju 47,5%,
dan kurang setuju 2,5%, Sementara pada nomor 1 (satu) tidak ada responden yang
menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Selanjutnya pertanyaan nomor 2 (dua), tanggapan responden sangat setuju
50%, setuju 50%.
Persentase untuk pertanyan nomor 3 (tiga), yaitu tanggapan responden
sangat setuju 55%, setuju 45%.
b. Variabel Peluang
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan kepada 40 responden.
Variabel peluang terdiri dari 4 (empat) pertanyaan (item). Distribusi jawaban
[image:55.595.127.520.584.758.2]responden tentang variabel modal dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Distribusi Jawaban Responden Variabel Peluang
Item
Pertanyaan
SS S KS TS STS
F % F % F % F % F %
4 17 42,5% 15 37.5% 6 15% 2 5% 0 0%
5 17 42,5% 13 32,5% 7 17,5% 3 7,5% 0 0%
6 16 40% 14 30% 6 15% 4 10% 0 0%
Sumber: Penelitian 2012 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa persentase untuk
pertanyaan nomor 4 (empat), tanggapan responden sangat setuju responden 42,5%,
setuju 37,5% , kurang setuju 15%, tidak setuju 5%.
Selanjutnya pertanyaan nomor 5 (lima), tanggapan responden sangat setuju
42,5%, setuju 32,5%, kurang setuju 17,5%,tidak setuju 7,5%.
Persentase untuk pertanyan nomor 6 (enam), yaitu tanggapan responden
sangat setuju 40%, setuju 35%, kurang setuju 15%, tidak setuju 10%.
Persentase untuk pertanyaan no 7 (tujuh), yaitu tanggapan responden sangat
setuju 42,5%, setuju 32,5%, kurang 10%,tidak setuju 12,5%, sangat tidak setuju
2,5%.
c. Variabel Pendidikan
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan kepada 40 responden.
Variabel peluang terdiri dari 2(duat) pertanyaan (item). Distribusi jawaban
[image:56.595.118.521.613.729.2]responden tentang variabel modal dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Distribusi Jawaban Responden Variabel Pendidikan Item
Pertanyaan
SS S KS TS STS
F % F % F % F % F %
8 18 45% 18 45% 4 10% 0 0% 0 0%
9 16 40% 22 55% 2 5% 0 0% 0 0%
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa persentase untuk
pertanyaan nomor 8 (delapan), tanggapan responden sangat setuju 45%, setuju
45%, dan kurang setuju 10%.
Selanjutnya pertanyaan nomor 9 (sembilan), tanggapan responden sangat
setuju 40%, setuju 55%, kurang setuju 5%.
d. Variabel Emosional
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan kepada 40 responden.
Variabel peluang terdiri dari 4 (empat) pertanyaan (item). Distribusi jawaban
[image:57.595.125.520.420.593.2]responden tentang variabel modal dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.8
Distribusi Jawaban Responden Variabel Emosional Item
Pertanyaan
SS S KS TS STS
F % F % F % F % F %
10 23 57,5% 10 25% 5 12,5% 2 5% 0 0%
11 21 52,5% 15 37,5% 1 2,5% 3 7,5% 0 0%
12 22 55% 14 35% 3 7,5% 1 2,5% 0 0%
13 21 52,5% 17 42,5% 1 2,5% 1 2,5% 0 0%
Sumber: Penelitian 2012 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa persentase untuk
pertanyaan nomor 10 (sepuluh), tanggapan responden sangat setuju sebanyak
57,5%, setuju 25%, dan kurang setuju 12,5%, tidak setuju 5%.
Selanjutnya pertanyaan nomor 11 (sebelas), tanggapan responden sangat
Persentase untuk pertanyan nomor 12 (dua belas), yaitu tanggapan
responden sangat setuju 55%, setuju 35%, kurang setuju 7,5%, tidak setuju 2,5%.
Persentase untuk pertanyaan nomor 13 (tiga belas), yaitu tanggapan
responden sangat setuju 52,5%, setuju 42,5%, kurang setuju 2,5%, tidak setuju
2,5%.
e. Variabel Pengalaman
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan kepada 40 responden.
Variabel peluang terdiri dari 2 (dua) pertanyaan (item). Distribusi jawaban
[image:58.595.119.522.423.547.2]responden tentang variabel modal dapat dilihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9
Distribusi Jawaban Responden Variabel Pengalaman Item
Pertanyaan
SS S KS TS STS
F % F % F % F % F %
14 19 47,5% 13 32.5% 6 15% 2 5% 0 0%
15 20 50% 13 32,5% 6 15% 1 2,5% 0 0%
Sumber: Penelitian 2012 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa persentase untuk
pertanyaan nomor 14 (empat belas), tanggapan responden sangat setuju responden
47,5%, setuju 42,5%, kurang setuju 15%, tidak setuju 5%.
Selanjutnya pertanyaan nomor 15 (lima belas), tanggapan responden sangat
setuju 50%, setuju 32,5%, kurang setuju 15%, tidak setuju 2,5%.
f. Variabel Memulai Usaha Kecil
Variabel peluang terdiri dari 5 (lima) pertanyaan (item). Distribusi jawaban
[image:59.595.124.521.224.425.2]responden tentang variabel modal dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10
Distribusi Jawaban Responden Variabel Memulai Usaha Kecil Item
Pertanyaan
SS S KS TS STS
F % F % F % F % F %
16 21 52,5% 14 35% 4 10% 1 2,5% 0 0%
17 18 45% 15 37,5% 5 12,5% 2 5% 0 0%
18 17 42,5% 13 32,5% 5 12,5% 5 12,5% 0 0%
19 24 60% 12 30% 3 7,5% 1 2,5% 0 0%
20 22 55% 12 30% 5 12,5% 1 2,55 0 0%
Sumber: Penelitian 2012 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa persentase untuk
pertanyaan nomor 16 (enam belas), tanggapan responden sangat setuju responden
52,5%, setuju 35%, kurang setuju 10%, tidak setuju 2,5%.
Selanjutnya pertanyaan nomor 17 (tujuh belas), tanggapan responden sangat
setuju 45%, setuju 37,5%, kurang setuju 12,5%, tidak setuju 5%.