• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kecerdasan Emosional Ibu dengan Perilaku Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Serta Indeks Plak Gigi Anak di TK.Y.P Kristen Andreas Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Kecerdasan Emosional Ibu dengan Perilaku Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Serta Indeks Plak Gigi Anak di TK.Y.P Kristen Andreas Medan"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL IBU DENGAN

PERILAKU MEMELIHARA KESEHATAN GIGI

DAN MULUT ANAK SERTA INDEKS PLAK

GIGI ANAK TK Y.P ANDREAS MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ROSINTA FARIDA A.Y.S NIM: 090600097

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/

Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2014

Rosinta Farida A.Y.S

Hubungan Kecerdasan Emosional Ibu dengan Perilaku Memelihara Kesehatan

Gigi dan Mulut Serta Indeks Plak Gigi Anak di TK.Y.P Kristen Andreas Medan.

ix + 28 halaman

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional ibu

dengan perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya dan hubungan

kecerdasan emosional ibu dengan skor plak gigi anaknya. Populasi pada penelitian ini

adalah ibu dan anaknya, dan jumlah sampel masing-masing 100 orang. Pengumpulan

data mengenai kecerdasan emosional dan perilaku ibu anak TK dilakukan dengan

pengisian kuesioner. Skor plak anak diperiksa dengan menggunakan disclosing

solution, kaca mulut, dan sonde, dengan indeks plak Quingley and Hein. Kategori

kecerdasan emosional dan perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya

86% ibu memiliki kecerdasan emosional tinggi dan 14% ibu memiliki kecerdasan

emosional sedang, sedangkan kecerdasan emosional yang rendah tidak ditemukan.

Kategori perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anakknya 48% ibu

memiliki perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut anak adalah kategori baik,

31% kategori perilaku sedang dan 21% kategori perilaku buruk. Hasil penelitian

menunjukkan perilaku ibu memelihara kesehatan gigi anak 74% ibu membawa anak

ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali, 74% ibu memberikan pasta gigi sebesar kacang

polong, 73% ibu memberikan pasta gigi yang mengandung fluor sewaktu anak

menyikat gigi, 71% ibu memberikan kepada anak buah-buahan ketika anak hendak

jajan, 68% ibu menggunakan sikat gigi khusus anak-anak untuk menyikat gigi

anaknya, 61% ibu gunakan jenis bulu sikat halus untuk menyikat gigi anak, 57% dua

(3)

berkumur setelah anak makan yang manis atau susu. Perilaku ibu yang masih kurang

adalah ibu membantu menyikatkan gigi anak 39% dan mengganti sikat gigi anaknya

tiga bulan sekali 20%. Kecerdasan emosional ibu anak TK tinggi memiliki rata-rata

skor plak 1,15±0,005 dan kecerdasan emosional ibu anak TK sedang memiliki

rata-rata skor plak anak TK 1,39±0,030. Hasil penelitian juga menunjukkan kecerdasan

emosional ibu tinggi, perilaku ibu memelihara kesehatan gigi mulut anaknya baik

55,81%, dan kecerdasan emosional ibu sedang, perilaku ibu memelihara kesehatan

gigi mulut anaknya sedang adalah 50%. Terdapat hubungan signifikan antara

kecerdasan emosional ibu anak TK dan perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut

anaknya (p=0,000).

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 2 Juli 2014

Pembimbing Tanda tangan

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini dipertahankan di hadapan tim penguji

Pada tanggal 2 Juli 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Lina Natamiharja, drg.,SKM

ANGGOTA : 1. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,

pengarahan, saran-saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala

kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima

kasih kepada:

1. Prof. Nazzrudin, drg., sp. Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku Ketua Departemen dan dosen

penguji di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi

Masyarakat FKG USU atas masukan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini

dapat berjalan dengan lancar.

3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing

penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Gema Nazri Yanti drg, M.Kes selaku dosen penguji dan seluruh staf

pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi

Masyarakat FKG USU atas masukan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini

dapat berjalan dengan lancar..

5. Irmansyah, drg., Ph.D selaku penasehat akademik, yang telah banyak

memberikan otivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di

fakultanKedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Prof. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku Ketua Komisi Etik

(7)

kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

7. Kepala Sekolah dan guru-guru di TK. Y.P Andreas Medan yang telah

memberikan izin kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan

baik.

8. Ucapan terima kasih kepada bapak Sukiwi Tjong selaku pimpinan di TK.

Y.P Andreas Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian di sekolah tersebut.

9. Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada ayahanda

A. Situmorang, SH dan ibunda M. br Nadeak, Bsc yang telah memberikan

memberikan dorongan, baik moril maupun materil serta doanya kepada penulis.

10. Penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada orang yang

dikasihi Erwin Tampubolon, SE yang telah memberikan motivasi, doa, dan dukungan

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

11. Ucapan terima kasih dari penulis kepada adik tersayang Anggiat Tumpal

Parlindungan Situmorang yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang

diberikan kepada penulis.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman seangkatan

FKG 2009 dan teman-teman d’cinamote FKG yang tidak dapat disebutkan satu per

satu atas semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama melakukan

penelitian.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan

sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, perkembangan penelitian dan ilmu

pengetahuan.

Medan, 29 Juni 2014

Penulis,

(Rosinta Farida A.Y.S)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL . ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... .... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional ... 5

2.2 Perilaku Ibu memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut ... 7

2.3 Plak Dental ... 11

2.4 Kerangka Konsep ... 13

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 14

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 14

3.4 Variabel Penelitian ... 14

4.2 Kategori Kecerdasan Emosional dan Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK ... 20

(9)

4.4 Hubungan Kecerdasan Emosional dan Perilaku Memelihara

Kesehatan Gigi dan Mulut anak TK ………. 23 4.5 Kecerdasan Emosional Ibu dengan Skor Plak Gigi Anak TK… 24

BAB 5 PEMBAHASAN ... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 6.1 Kesimpulan ... 27 6.2 Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria penilaian skor plak gigi.. ... 13

2. Kategori Perilaku ... 17

3. Karakteristik Responden Ibu anak TK (n=100) ... 19

4. Karakteristik Responden Anak TK (n=100) ... 19

5. Kategori Kecerdasan Emosional Ibu Anak TK (n=100) ... 20

6. Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK (n=100) ... 21

7. Kategori Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK (n=100) ... 22

8. Hubungan Kecerdasan Emosional Ibu dengan Tingkat Pendidikan Ibu (n=100) ... ... 23

9. Hubungan Kecerdasan Emosional Ibu dengan Perilaku Memelihata Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya (n=100)……….. 24

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

3. Kuesioner Kecerdasan Emosional

4. Kuesioner Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya

5. Kartu Pemeriksaan Plak Gigi

6. Hasil Jawaban Responden

7. Hasil Output Statistik Analisis Data

8. Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang

Kesehatan.

9. Surat Keterangan Izin Riset dari Sekolah TK. Y.P Andreas Medan

(12)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/

Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2014

Rosinta Farida A.Y.S

Hubungan Kecerdasan Emosional Ibu dengan Perilaku Memelihara Kesehatan

Gigi dan Mulut Serta Indeks Plak Gigi Anak di TK.Y.P Kristen Andreas Medan.

ix + 28 halaman

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional ibu

dengan perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya dan hubungan

kecerdasan emosional ibu dengan skor plak gigi anaknya. Populasi pada penelitian ini

adalah ibu dan anaknya, dan jumlah sampel masing-masing 100 orang. Pengumpulan

data mengenai kecerdasan emosional dan perilaku ibu anak TK dilakukan dengan

pengisian kuesioner. Skor plak anak diperiksa dengan menggunakan disclosing

solution, kaca mulut, dan sonde, dengan indeks plak Quingley and Hein. Kategori

kecerdasan emosional dan perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya

86% ibu memiliki kecerdasan emosional tinggi dan 14% ibu memiliki kecerdasan

emosional sedang, sedangkan kecerdasan emosional yang rendah tidak ditemukan.

Kategori perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anakknya 48% ibu

memiliki perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut anak adalah kategori baik,

31% kategori perilaku sedang dan 21% kategori perilaku buruk. Hasil penelitian

menunjukkan perilaku ibu memelihara kesehatan gigi anak 74% ibu membawa anak

ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali, 74% ibu memberikan pasta gigi sebesar kacang

polong, 73% ibu memberikan pasta gigi yang mengandung fluor sewaktu anak

menyikat gigi, 71% ibu memberikan kepada anak buah-buahan ketika anak hendak

jajan, 68% ibu menggunakan sikat gigi khusus anak-anak untuk menyikat gigi

anaknya, 61% ibu gunakan jenis bulu sikat halus untuk menyikat gigi anak, 57% dua

(13)

berkumur setelah anak makan yang manis atau susu. Perilaku ibu yang masih kurang

adalah ibu membantu menyikatkan gigi anak 39% dan mengganti sikat gigi anaknya

tiga bulan sekali 20%. Kecerdasan emosional ibu anak TK tinggi memiliki rata-rata

skor plak 1,15±0,005 dan kecerdasan emosional ibu anak TK sedang memiliki

rata-rata skor plak anak TK 1,39±0,030. Hasil penelitian juga menunjukkan kecerdasan

emosional ibu tinggi, perilaku ibu memelihara kesehatan gigi mulut anaknya baik

55,81%, dan kecerdasan emosional ibu sedang, perilaku ibu memelihara kesehatan

gigi mulut anaknya sedang adalah 50%. Terdapat hubungan signifikan antara

kecerdasan emosional ibu anak TK dan perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut

anaknya (p=0,000).

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecerdasan emosional atau Emotional Quotient adalah kemampuan

memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan

perasaan perasaan itu untuk memantau pikiran dan tindakan.1 Kecerdasan emosional

yang baik ditandai dengan keterampilan seseorang untuk menangani emosi dan

pikirannya sendiri.2 Kecerdasan emosional menurut Goleman adalah kemampuan

mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri

sendiri, dan kemampuan mengenali emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam

hubungannya dengan orang lain. Melalui kecerdasan emosional, manusia belajar

mengelola perasaannya sehingga dapat mengekspresikan secara tepat dan efektif.

Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta

kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi.1

Perilaku kesehatan gigi dan mulut meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan

yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya. Dalam

konsep ini yang dimaksud kesehatan gigi dan mulut adalah gigi dan semua jaringan

yang ada di dalam mulut, termasuk gusi.

Blum tahun 1974 menjelaskan status kesehatan gigi dan mulut masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun

sosial budaya), perilaku dan pelayanan kesehatan. Dari segi biologis perilaku adalah

kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku umumnya dapat

diamati oleh orang lain atau disebut sebagai internal activities seperti persepsi, emosi,

pikiran dan motivasi.3

Kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak merupakan faktor penting yang

harus diperhatikan. Kerusakan gigi yang terjadi pada usia anak-anak dapat

mempengaruhi pertumbuhan gigi selanjutnya.4 Proses terjadinya kerusakan gigi itu

(15)

terjadi karena rendahnya kepedulian orang tua terhadap tumbuh kembang anak,

termasuk rongga mulutnya, padahal kesehatan gigi dan mulut yang tidak diperhatikan

akan berdampak kepada kemampuan anak secara keseluruhan, baik fisik maupun

kecerdasannya.5

Penelitian Indra Wahyu membuktikan bahwa perlu adanya dukungan ibu

dengan perilaku dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya. Hasil

penelitian menyatakan ada hubungan signifikan antara dukungan ibu dengan perilaku

memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya. Sebanyak 34% ibu menjaga kesehatan

gigi dan mulut anak dengan kategori baik, 60% kategori cukup, dan 6% kategori

kurang. 6

Penelitian Sumanti menunjukkan bahwa tingkat partisipasi orangtua dalam

perawatan kesehatan sisi dan mulut anak masih kurang (41%). Dari penelitian ini

menyatakan bahwa partisipasi orang tua dalam perawatan gigi dan mulut anak yang

memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut masih rendah.7

Faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan kepada

anak-anak adalah orang tua. Orang tua yang sehat dan gizinya baik akan mewariskan

kesehatan yang baik pula kepada anaknya. Sebaliknya, kesehatan orang tua,

khususnya kesehatan ibu yang rendah dan kurang gizi, akan mewariskan kesehatan

rendah pula kepada anaknya.8 Perilaku orang tua merupakan pengaruh paling kuat

dan berpotensi mempengaruhi perkembangan anak. Orang tua dengan kecerdasan

emosi yang baik dapat menangani emosi mereka ketika mereka dihadapkan dengan

situasi stres. Kecerdasan emosional ibu sangat berpengaruh dalam memelihara dan

berinteraksi dengan anaknya.9 Orang tua perlu memiliki dimensi kecerdasan

emosional untuk memotivasi dirinya sendiri. Orang tua yang mampu memotivasi diri

cenderung lebih gigih ketika berhadapan dengan situasi sulit, aneh dan kritis serta

mampu mencari solusi tanpa takut terhadap kegagalan. Orang tua yang mampu

memotivasi diri sendiri akan lebih mampu menunjukkan perilaku memelihara gigi

(16)

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dari 91,1%

masyarakat Indonesia yang menyikat gigi tiap hari hanya 7,3% yang mengikuti

rekomendasi menyikat gigi pada waktu yang tepat. Kebanyakan masyarakat atau

90,7% menyikat gigi di saat mandi di pagi atau sore hari. Kebiasaan menyikat gigi

yang salah inilah yang menyebabkan kondisi lebih dari 70 % masyarakat Indonesia

mengalami gigi berlubang. Bahkan, data Riskesdas melaporkan setiap orang memiliki

paling sedikit lima gigi berlubang.11 Data Riskesdas 2007 juga melaporkan 23%

penduduk yang menyadari dirinya mempunyai masalah gigi dan mulut, 30% di antara

mereka menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga profesional gigi. Artinya

hanya 7% effective demand orang yang berobat gigi. Persentase perawatan sangat

rendah, dan terjadinya keterlambatan perawatan yang tinggi, serta kerusakan gigi

yang sebagian besar berakhir dengan pencabutan.12

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

hubungan kecerdasan emosional ibu-ibu anak dengan perilaku memelihara kesehatan

gigi dan mulut anak, karena kecerdasan emosional seorang ibu anak berkaitan dengan

perilaku ibu membantu menyikat gigi anaknya dan akan menyebabkan plak gigi anak

rendah sehingga akan mengurangi terjadinya karies dan gangguan pada gigi geligi

anaknya. Tempat yang dipilih peneliti untuk melakukan penelitian adalah sekolah TK

Y.P.Kristen Andreas karena banyak ditemui populasi anak usia 3-5 tahun dan sekolah

tersebut berada tidak jauh dari tempat tinggal peneliti sehingga akses lebih mudah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan kecerdasan emosional ibu dengan perilaku

memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya dan skor plak gigi anaknya?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional ibu dengan perilaku

(17)

2. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional ibu dengan skor plak

gigi anaknya.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan kecerdasan emosional ibu dengan perilaku ibu memelihara

kesehatan gigi dan mulut anaknya.

2. Ada hubungan kecerdasan emosional ibu dengan skor plak gigi anaknya.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan :

1. Sebagai bahan masukan untuk program penyuluhan yang dilakukan

petugas kesehatan kepada ibu-ibu di puskesmas.

2. Sebagai masukan untuk Departemen Ilmu Kedokteran Gigi USU untuk

menambah referensi penelitian.

3. Memberi pengalaman kepada peneliti dalam melakukan penelitian

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kecerdasan Emosional

Konsep kecerdasan emosional awalnya dikembangkan oleh Peter Salovey dan

John Mayer pada tahun 1990. Mereka mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai

kemampuan merasakan dan mengekspresikan emosi dengan tepat, sesuai situasi

seperti menerima perspektif orang lain, kemampuan memahami emosi dan

pengetahuan emosional seperti memahami peran emosi dalam hubungan pertemanan,

kemampuan menggunakan perasaan guna melancarkan pemikiran seperti berada

dalam suasana hati yang positif, yang dikaitkan dengan pemikiran kreatif, serta

kemampuan mengatur emosi diri sendiri dan orang lain seperti mengendalikan

amarah.13 Setelah penelitian yang dilakukan Salovey dan Mayer pada tahun 1990

muncul penelitian lain yang mencoba untuk mengembangkan teori tersebut di

antaranya Martinez pada tahun 1997 yang mendefinisikan emotional intelligence

sebagai suatu gabungan dari ketrampilan, kapabilitas dan kompetensi yang

mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengatasi tuntutan dan tekanan

lingkungan.14

Menurut Daniel Goleman seorang professor dari Universitas Havard dalam

bukunya yang berjudul : Emotional Intelligence, mengatakan bahwa koordinasi

suasana hati adalah inti hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai

menyesuaikan diri dengan suasana hati individu lain atau dapat berempati, orang

tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah

menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial dan lingkungannya. Goleman

menambahkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki

seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan,

mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta dapat menempatkan emosinya

pada posisi yang tepat, memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati.15

Pada kenyataan perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran

(19)

meliputi sekelompok kemampuan emosional atau kemampuan sosial yang turut

berperan dalam kecerdasan emosional, yang terbagi menjadi lima wilayah utama.

Kelima aspek kecerdasan emosional tersebut adalah:15

1. Kesadaran diri

Kesadaran diri dalam mengenali perasaan, sewaktu perasaan itu terjadi

merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada wilayah ini diperlukan adanya

pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan dan pemahaman

tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya

membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan, sehingga tidak peka terhadap

perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan

terhadap sesuatu masalah. 15

2. Mampu mengelola emosi

Kemampuan dalam mengelola emosi sebagai landasan dalam mengenal diri

sendiri atas emosi. Emosi dikatakan berhasil jika dapat dikelola. Langkah yang

dilakukan hendaknya mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat

menghilangkan rasa kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit

kembali dengan cepat dari semua itu. 15

3. Memotivasi diri sendiri

Memotivasi diri sendiri merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk

melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki.14 Kemampuan

seseorang dalam memotivasi diri dapat ditelusuri melalui berbagai hal, di antaranya:15

a. Cara mengendalikan dorongan hati.

b. Derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja sekarang.

c. Kekuatan berpikir positif.

d. Optimisme.

Seseorang yang memiliki kemampuan memotivasi diri akan cenderung

memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam

dirinya. Selain itu juga memiliki keinginan yang berbeda-beda antara satu orang dan

orang lain.

(20)

Kata empati sendiri memiliki arti kemampuan alam perasaan seseorang untuk

menempatkan diri ke dalam alam perasaan orang lain sehingga dapat memahami

pikiran, perasaan, dan perilakunya. Manusia yang berempati merupakan kemampuan

seseorang dalam menghangatkan suasana untuk menempatkan dirinya pada situasi

dan perasaan orang lain, tetapi dia tetap berada di luar perasaan orang lain dan tetap

mempertahankan perasaan dirinya. 15

5. Mampu menjalin sosial dengan orang lain

Menjalin sosial dengan orang lain merupakan sifat yang hakiki pada diri

manusia sebagai makhluk sosial. Kemampuan tersebut dibuktikan manusia dalam

pergaulan dengan orang lain dan penampilan yang selaras dengan alam perasaannya

sendiri. Selain itu harus mampu memimpin dan mengorganisir orang lain dan mampu

mengatasi permasalahan yang muncul dalam pergaulan antar sesama manusia. 15

2.2Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas makhluk hidup. Dari sudut

pandang biologis, semua makhluk hidup dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai

manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Yang

dimaksud perilaku manusia, pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas manusia

itu sendiri sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia

adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,

maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.8

Berdasarkan pembagian domain oleh Bloom dan untuk kepentingan

pendidikan praktis, dikembangkan 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut :8

1. Pengetahuan ( Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan dapat menghasilkan

pengetahuan tersebut dan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

(21)

objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi

dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni : 8

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan,

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu

masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan

yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

atau penelitian terhadap suatu objek tertentu.

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap itu

adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek.

(22)

lain.Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan

intensitasnya, sebagai berikut: 8

a.Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang

diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap

objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak

atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa

yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan

keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang

mencemoohkan atau adanya risiko lain.

3. Tindakan atau Praktik (Practice)

Seperti yang telah disebutkan di atas sikap adalah kecenderungan untuk

bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk

terwujudnya tindakan perlu faktor antara lain adanya faktor lain antara lain adanya

fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi

3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni : 8

a. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu terapi masih

tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seeseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu

hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanisme.

(23)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya,

apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah

dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

Banyak faktor yang menyebabkan sulitnya meningkatkan status kesehatan

gigi dan mulut anak di Indonesia. Tapi mungkin perlu dicermati satu hal yang teramat

penting, yaitu peranan ibu. Ibu memegang peranan penting dalam keluarga, sebagai

seorang istri dan ibu dari anak-anaknya. Figur pertama yang dikenal anak begitu ia

lahir adalah ibunya. Oleh karena itu, perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh

sang anak.17 Hal ini dapat dikontrol dengan pengawasan dan perilaku kesehatan

terhadap gigi anak oleh ibu dari sejak dini, yakni meliputi : 16

1. Ibu hendaknya terbiasa untuk membantu dan mengajari anak saat sedang

menyikat gigi. Bila ibu bersama-sama dengan anak melakukan pembersihan gigi,

anak akan lebih termotivasi dan meniru contoh dari ibunya. Selain itu ibu juga dapat

memperhatikan apakah cara sikat gigi anak sudah benar. Sebaiknya ibu tidak

membiarkan anak sendirian atau hanya ditemani oleh pengasuhnya saat menyikat

gigi. Pasta gigi dengan aneka rasa dan warna memang menarik bagi anak, dan

formulanya sudah dirancang sedemikian rupa agar aman bila tertelan. Pasta gigi yang

mengandung fluor sebaiknya diberikan setelah anak berusia 3 tahun yang mana ia

sudah mampu berkumur. 16

2. Ibu harus mengawasi jenis jajanan anak. Permen dan coklat atau makanan

manis lain tetap dapat diberikan, namun perlu ditekankan tentang pentingnya

menyikat dan membersihkan gigi sebelum tidur. 16

3. Sebaiknya seorang ibu dapat meluangkan waktu untuk melihat dan

memeriksa rongga mulut anak. Bila hal ini sering dilakukan, anak tidak akan terlalu

merasa asing saat harus dibawa ke dokter gigi. Sehingga bila ada kelainan dalam

rongga mulut anak dapat ditemukan sedini mungkin. 16

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan gigi anak sangat

dipengaruhi oleh perilaku kesehatan yang diterapkan ibu terhadap anaknya sejak dini.

Ibu dapat menjadi pemandu yang baik dalam membantu anak memberikan

(24)

2.3Plak Dental

Plak adalah suatu lapisan yang menempel pada permukaan gigi yang kadang

juga ditemukan pada gusi dan lidah. Lapisan ini tidak lain adalah sekumpulan sisa

makanan, bakteri dan mikroorganisme lainnya.5 Pembentukan plak tidak terjadi

secara acak tetapi terjadi secara teratur. Pelikel yang berasal dari saliva atau cairan

gingiva akan terbentuk terlebih dahulu pada gigi.17

Pelikel merupakan kutikel yang tipis, bening dan terdiri atas glikoprotein.

Setelah pembentukan kutikel, bakteri tipe kokus terutama streptokokus akan melekat

ke permukaan kutikel yang lengket, misalnya permukaan yang memungkinkan

terjadinya perlekatan koloni bakteri. Organisme ini akan membelah dan membentuk

koloni. Perlekatan mikro-organisme akan bertambah erat dengan adanya produksi

dekstran dari bakteri sebagai produk sampingan aktivitas metabolisme, kemudian tipe

organisme yang lain akan melekat pada masa dan flora gabungan yang padat

sehingga berisi bentuk organisme filamen.17

2.3.1 Struktur Plak Dental

Plak dental diklasifikasikan menjadi plak supragingival dan plak subgingival

berdasarkan lokasinya pada permukaan gigi. Plak supragingival berada pada koronal

dari tepi gingival. Plak supragingival yang berada tepat pada tepi gingival dinamakan

secara khusus sebagai plak marginal. Plak subgingival adalah plak yang lokasinya

apikal dari tepi gingival, di antara gigi dengan jaringan yang mendindingi sulkus

gingiva. Secara morfologis, plak subgingival dibedakan pula atas plak subgingival

dengan gigi dan plak subgingival yang berkaitan dengan jaringan.18

Plak supra dan subgingival hampir tiga perempat bagian terdiri atas bakteri.

Terbukti bahwa 1 mg plak mengandung kurang lebih 3x108 bakteri. Plak yang

terletak pada gigi dekat gingival, prosesnya akan berlangsung mulai dari marginak

dan mengarah pada penyakit-penyakit periodontal (gingivitis marginal, periodontitis

marginal, bahkan hinga abses periodontal). Di samping bakteri plak mengandung

glikoprotein dan polisakarida ekstraseluler (PSE) yang bersama-sama membentuk

(25)

2.3.2 Pembentukan Plak Dental

Mekanisme pembentukan plak merupakan suatu pembelahan internal dan

deposisi permukaan. Berbagai varietas bakteri akan melekat pada kolum ini dan

berlipat ganda sehingga dalam 3-4 minggu akan terbentuk flora organisme yang

mencerminkan adanya keseimbangan ekosistem organisme pada permukaan gigi.

Penumpukan plak dental sudah dapat terlihat satu sampai dua hari setelah

seseorang tidak melakukan prosedur higiene oral. Plak tampak sebagai massa

globular berwarna putih, keabu-abuan atau kuning. Gesekan jaringan dan bahan

makanan terhadap permukaan gigi akan membersihkan permukaan gigi, namun

pembersihan yang demikian hanya efektif pada dua pertiga koronal permukaan gigi.

Dengan demikian plak umumnya dijumpai pada sepertiga gingival permukaan gigi,

karena pada daerah tersebut tidak terganggu oleh gesekan makanan maupun jaringan.

Penumpukan plak lebih sering terjadi pada retakan, pit dan fisur pada permukaan

gigi, di bawah restorasi yang berlebih dan sekitar gigi yang erupsinya tidak teratur.18

Lokasi dan laju pembentukan plak bervariasi di antara individu.Faktor yang

mempengaruhi laju pembentukan plak adalah higiene oral, serta faktor faktor pejamu

seperti diet dan komposisi serta laju aliran saliva.18

Penumpukan plak dalam jumlah sedikit yang tidak terlihat secara visual dapat

dideteksi dengan cara menggesekkan probe atau eksplorer sepanjang sepertiga

gingival permukaan gigi atau dengan menggunakan bahan pewarna plak (disclosing

solution). Pembentukan plak interproksimal lebih sukar terlihat secara visual tetapi

dapat dideteksi dengan probe atau eksplorer.18

2.3.3 Indeks Plak Quigley and Hein

Indeks plak ini mengukur plak berdasarkan pada perluasan penumpukan plak

pada permukaan gigi. Pengukuran pada setiap gigi kecuali gigi dengan tambalan.

Dilakukan pada 2 sisi yaitu bagian bukal dan lingual dengan disclosing

solution.20 Cara penghitungan skor:

(26)

Gambar 1. Indeks plak Quigley and Hein

Tabel 1. Kriteria penilaian skor plak gigi

Skor Kriteria

0 Tidak ada plak

1 Bercak-bercak plak yang terpisah-pisah pada servikal margin gigi

2 Lapisan plak tipis melingkari servikal margin ± 1 mm pada servikal margin gigi

3 Lapisan plak yang lebih lebar dari 1 mm tapi menutupi kurang dari 1/3 mahkota gigi

4 Lapisan plak yang menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 mahkota gigi

5 Plak menutupi lebih dari 2/3 mahkota gigi

2.4Kerangka Konsep

Kecerdasan Emosional Ibu

Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Anak

TK

(27)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional, yang

mempelajari faktor risiko kecerdasan emosional ibu dan efek yaitu perilaku

memelihara kesehatan gigi anak dan skor plak.

3.2Lokasi dan waktu penelitan

a. Penelitian dilakukan di sekolah TK Y.P.Kristen Andreas Medan Jalan

Pendawa Medan.

b. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2013 dan selesai bulan

Mei 2014. Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka,

mempersiapkan proposal penelitian, dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian

sampai penyusunan laporan akhir.

3.3Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah ibu beserta anaknya yang berusia 3-5

tahun dan bersekolah di TK Y.P.Kristen Andreas Medan yang berjumlah populasi

100 orang, memenuhi kriteria inklusi.

Kriteria Inklusi anak:

1. Berusia 3-5 tahun.

2. Keadaan kesehatan umum baik.

3. Mendapat persetujuan orang tua.

4. Ibu dan anak mau diperiksa dan kooperatif.

3.4Variabel penelitian

a. Variabel Bebas (Faktor risiko)

Variabel bebas atau faktor risiko pada penelitian ini adalah kecerdasan

(28)

b. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah perilaku ibu anak dalam

memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya, dan indeks plak anaknya.

3.5Definisi Operasional

1. Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam

memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan

menunda kepuasan, serta dapat menempatkan emosinya pada posisi yang tepat,

memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati.12 Penelitian kecerdasan emosional

(EQ) dilaksanakan oleh biro yang bernama PERSONA konsultasi Psikologi.

Lembaga ini berada di kompleks Bumi Asri blok C no. 43 Pondok Kelapa Medan

dengan izin praktek HIMPSI 00490611.

Skala pengukuran interval yang akan diberikan skor ( nilai ) pada kuesioner

favorable (pernyataan positif)

• Untuk jawaban sangat setuju (SS) diberikan skor 4 • Untuk jawaban setuju (S) diberikan skor 3

• Untuk jawaban tidak setuju ( TS ) diberikan skor 2

• Untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) diberikan skor 1

Skala pengukuran interval yang akan diberikan skor ( nilai ) pada kuesioner

unfavorable (pernyataan negative)

• Untuk jawaban sangat setuju (SS) diberikan skor 1 • Untuk jawaban setuju (S) diberikan skor 2

• Untuk jawaban tidak setuju ( TS ) diberikan skor 3

• Untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) diberikan skor 4

Pada Kecerdasan emosional ibu anak dikategorikan menjadi 3 kategori

(Sumber PERSONA Konsultan Psikologi):

a. Kategori tinggi (skor 80-53).

Termasuk orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Artinya

mampu menyadari emosi-emosi dengan tepat, mampu menahankannya dan mampu

(29)

membuat marah. Tahu pasti apa yang menjadi penyebab timbulnya emosi. Juga

memiliki sikap optimis, tidak mudah putus asa, sabar, tabah, dan tangguh. Juga

termasuk orang yang dapat berempati terhadap orang lain. Anda mampu menjalin

hubungan sosial yang baik dengan orang lain dan mengembangkannya lebih

mendalam.

b. Kategori sedang (skor 52-25).

Tidak selalu memahami perasaan diri sendiri, masih terjebak oleh emosi

sendiri sehingga kurang mampu bekerja dengan efektif. Terkadang dapat

mengendalikan emosi namun kadang juga lepas kendali ketika menghadapi

persoalan. Juga belum mampu memotivasi diri sendiri dengan baik, masih kurang

dapat membina hubungan sosial dengan orang lain, dan juga kurang mampu

berempati kepada orang lain.

c. Kategori rendah (skor <25).

Belum memahami diri sendiri dengan baik. Emosi mudah sekali dipengaruhi

faktor eksternal, sehingga emosi yang muncul dapat lebih mengendalikan diri.

Akibatnya mudah menderita stres, depresi, dan mudah putus asa ketika menghadapi

persoalan. Sering kali merasa bahwa hidup sudah tidak dapat menjadi lebih baik lagi.

Secara umum tidak memahami suasana emosi dalam diri.

2. Perilaku ibu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya yaitu :

a. Ibu membantu anak menyikatkan gigi anak dua kali sehari setelah sarapan

dan sebelum tidur malam.

b. Ibu menyikat gigi anak dua kali sehari, pagi setelah sarapan dan sebelum

tidur

c. Ibu memilih sikat gigi anak berukuran kecil dengan tangkai yang mudah

digenggam.

d. Ibu memilih sikat gigi anak yang berbulu lembut (soft) .

e. Ibu mengganti sikat gigi anak tiga bulan sekali.

f. Ibu memberikan pasta gigi yang mengandung fluor.

g. Ibu memberikan pasta gigi kira-kira 0,5 cm atau sebesar biji kacang

(30)

h. Ibu membawa anak ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

i. Ibu memberikan jenis makanan atau jajan yang tidak merusak gigi seperti

buah-buahan.

j. Ibu memberikan air putih untuk berkumur kepada anak setelah makan

atau minum yang manis.

Perilaku ibu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya dibagi

menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang dan buruk.

Tabel 2. Kategori Perilaku.23

Skor Kategori

8-10 Baik

5-7 Sedang

0-4 Buruk

3. Skor plak : skor kebersihan gigi yang diukur menggunakan indeks

Quigley and Hein dengan kriteria skor 0-5 untuk anak usia 3-5 tahun.

Tabel 3. Kriteria penilaian skor plak gigi

Skor Kriteria

0 Tidak ada plak

1 Bercak-bercak plak yang terpisah-pisah pada servikal margin gigi

2 Lapisan plak tipis melingkari servikal margin ± 1 mm pada servikal margin

gigi

3 Lapisan plak yang lebih lebar dari 1 mm tapi menutupi kurang dari 1/3

mahkota gigi

4 Lapisan plak yang menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 mahkota gigi

(31)

3.6Prosedur Penelitian

1. Para ibu dikumpulkan dalam satu ruangan kelas dan diintruksikan untuk

mengisi kuesioner kecerdasan emosional ibu yang dibagikan oleh psikologi dari biro

yang bernama PERSONA konsultasi psikologi.

2. Kuesioner perilaku di berikan juga oleh dua orang tenaga peneliti untuk

diisi oleh ibu anak.

3. Pemeriksaan skor plak gigi anak dilakukan dengan pemeriksaan rongga

mulut menggunakan disclosing solution, kaca mulut dan sonde dengan indeks plak

modifikasi Turkey dari Quigley-Hein:18

4. Digunakan bahan pewarna gigi bewarna merah rose untuk memeriksa plak

yang terbentuk pada mahkota gigi. Caranya dengan meneteskan disclosing solution

ke ujung lidah dan diinstruksikan agar ujung lidah mengoleskannya keseluruh

permukaan gigi.

5. Pemeriksaan dilakukan pada tiap gigi yaitu : permukaan bukal dan lingual.

6. Pengukuran plak gigi anak dilakukan pada pagi hari di ruangan yang telah

disediakan pihak sekolah dengan penerangan matahari melalui jendela kelas.

7. Pengumpulan data di lapangan dilakukan oleh peneliti dan dibantu 2 orang

tenaga peneliti lainnya. Untuk menghindari terjadinya kesalahan pengukuran maka

kepada pengumpul data dilakukan kalibrasi sehingga diperoleh interpretasi yang sama

dan konsisten.

3.7Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dan tabulasi dilakukan dengan menggunakan komputer.

Analisis data untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional ibu anak dengan

perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya menggunakan uji

chi-square, sedangkan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional ibu anak

(32)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Persentase usia responden ibu paling banyak dijumpai adalah kelompok 30-39

tahun yaitu 80% dengan tingkat pendidikan SMU sebanyak 71% (Tabel 3).

Tabel 3. Karakteristik Responden Ibu (n=100)

Karakteristik n %

Persentase usia anak TK Andreas yang paling banyak adalah usia 5 tahun

yaitu 42%, usia 4 tahun 31%, dan usia 3 tahun 27%. Persentase responden jenis

kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 61%, perempuan 39%. (Tabel 4).

Tabel 4. Karakteristik Responden Anak TK (n=100)

(33)

4.2 Kategori Kecerdasan Emosional dan Perilaku Ibu Memelihara

Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK

Sebanyak 86% ibu memiliki kecerdasan emosional tinggi dan 14% ibu

memiliki kecerdasan emosional sedang, sedangkan kecerdasan emosional yang

rendah tidak ditemukan (Tabel 5).

Tabel 5. Kategori Kecerdasan Emosional Ibu Anak TK (n=100)

Kategori Kecerdasan Emosional Ibu Anak TK

n %

Tinggi

Sedang

Rendah

86

14

-

86

14

0

Perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya yang sudah baik

adalah sebanyak 74% ibu membawa anak ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali,

banyaknya pasta gigi yang diberikan ibu sewaktu menyikat gigi adalah sebesar biji

kacang polong 74%, 73% ibu memberi pasta gigi yang mengandung fluor sewaktu

anak menyikat gigi, 71% bila anak hendak jajan ibu memberikan kepada anak

buah-buahan, 68% ibu menggunakan sikat gigi khusus anak-anak untuk menyikat gigi

anaknya, 61% ibu gunakan jenis bulu sikat halus untuk menyikat gigi anak, 57% dua

kali dalam satu hari ibu menyikatkan gigi anaknya dan 56% ibu menyuruh anak

berkumur setelah anak makan makanan manis atau susu. Perilaku ibu yang masih

kurang adalah ibu membantu menyikatkan gigi anak 39% dan mengganti sikat gigi

(34)

Tabel 6. Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK (n=100)

Perilaku Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Ibu Anak TK

n %

Ibu membantu menyikatkan gigi anak a. Ya, selalu

a. Dua kali sehari,pagi setelah sarapan dan sebelum tidur b. Dua kali sehari sewaktu mandi pagi dan sore

c. Satu kali sehari sewaktu mandi pagi atau sore d. Tidak tentu

a. Sikat gigi khusus anak-anak b. Sikat gigi dewasa

c. Sembarang ukuran

a. Bila bulu sikat sudah tidak lurus lagi b. Tiga bulan sekali

c. Bila bulu sikat sudah benar-benar rusak d. Tidak pernah mengganti sikat gigi anak

52

Ibu memberikan pasta gigi yang mengandung fluor sewaktu anak menyikat gigi

Berapa banyak pasta gigi yang diberikan ke anak Ibu sewaktu menyikat gigi

(35)

Tabel 6. Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK (Lanjutan)

Perilaku Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Ibu

Anak TK n %

Kapan Ibu membawa anak ke dokter gigi

a. Setiap 6 bulan sekali b. Tidak pernah

c. Setiap tahun d. Kalau sakit gigi

74

Bila anak ibu hendak jajan maka jenis makanan apa yang ibu berikan kepada anak

a. Memberikan buah-buahan

b. Memberikan permen atau cokelat.

c. Memberikan keripik atau goreng-gorengan d. Memberikan minuman bersoda

71

Apa yang Ibu lakukan setelah memberi makanan manis atau susu kepada anak

a. Menyuruh anak berkumur-kumur dengan air putih b. Menyuruh anak menyikat gigi

c. Tidak melakukan apa-apa. d. Menyuruh anak minum air putih

56

Sebanyak 51% ibu memiliki perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut

anak adalah kategori baik, 40% sedang, dan 9% buruk. (Tabel 7)

Tabel 7. Kategori Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK (n=100)

Kategori Perilaku Ibu Memelihara

Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya

(36)

4.3 Hubungan Kecerdasan Emosional Ibu dan Tingkat Pendidikan

Ibu dengan kecerdasan emosional tinggi mempunyai tingkat pendidikan SMU

sebanyak 80,23%. Ibu dengan kecerdasan emosional sedang mempunyai tingkat

pendidikan SMP sebanyak 42,85%. Ada hubungan antara kecerdasan emosional

dengan tingkat pendidikan (p= 0,000) (tabel 8)

Tabel 8. Hubungan Kecedasan emosional ibu dan tingkat pendidikan ibu (n=100)

Kecerdasan Emosional

Ibu Anak TK

Tingkat Pendidikan Jumlah

(%)

4.4 Hubungan Kecerdasan Emosional dan Perilaku Memelihara

Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK

Ibu dengan kecerdasan emosional tinggi mempunyai perilaku memelihara

kesehatan gigi dan mulut anaknya baik sebanyak 55,81%. Ibu dengan kecerdasan

emosional sedang mempunyai perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya

sedang 50%. Ada hubungan antara kecerdasan emosional ibu dengan perilaku

(37)

Tabel 9. Hubungan Kecedasan emosional dan Perilaku Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya (n=100)

Kecerdasan Emosional Ibu Anak TK

Perilaku Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya

Jumlah

4.5 Kecerdasan Emosional Ibu dengan Skor Indeks Plak Gigi Anak TK

Kecerdasan emosional ibu anak TK tinggi memiliki rata-rata skor plak anak

TK 1.15 ± 0.005 dan sedang memiliki rata-rata skor plak anak TK 1,39±0,030. (Tabel

10).

Tabel 10. Kecerdasan Emosional Ibu dengan Skor Indeks Plak Gigi Anak TK (n=100)

Kecerdasan Emosional Ibu Anak TK

Jumlah (%)

(38)

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kecerdasan emosional ibu

dengan perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya (p= 0,000). Semakin

tinggi kecerdasan emosional ibu anak TK maka semakin baik perilaku memelihara

kesehatan gigi dan mulut anaknya, dan sebaliknya semakin rendah kecerdasan

emosional ibu anak TK maka semakin rendah pula perilaku memelihara kesehatan

gigi dan mulut anaknya. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan di

Kecamatan Blimbing kota Malang oleh Wahyu yaitu ada hubungan yang signifikan

antara dukungan ibu dengan perilaku memelihara kesehatan gigi dan anaknya (p=

0,002).6

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kecerdasan emosional

dengan tingkat pendidikan (p= 0,000). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.22 Kecerdasan emosional ibu anak TK tinggi rata-rata skor plak gigi anak TK 1,15±0,005 dan kecerdasan emosional ibu

sedang memiliki rata-rata skor plak anak TK 1,39±0,030. (Tabel 10)

Sebanyak 57% ibu menyikat gigi anaknya dua kali dalam satu hari yaitu pagi

setelah serapan dan malam sebelum tidur, menyediakan sikat gigi khusus anak-anak

68% dan menggunakan sikat gigi yang bulunya halus 61%. Hal ini mungkin

disebabkan karena informasi tentang kesehatan gigi dan mulut sudah banyak

dipublikasikan di berbagai media cetak maupun elektronik, misalnya surat kabar,

majalah, bulletin kesehatan, internet, TV, radio dan sebagainya.

Sebagian besar ibu memberikan pasta gigi yang mengandung fluor kepada

anaknya 73%, dengan ukuran sebesar biji kacang polong 74%. Namun, masih ada ibu

(39)

dianjurkan memberikan pasta gigi dengan ukuran sebesar biji kacang polong untuk

menghindari fluorosis pada gigi anak.23

Sebagian besar ibu memberikan buah-buahan sebagai jajanan anak yaitu 71%,

dan setelah memberi makanan manis atau susu ibu menyuruh anak berkumur dengan

air putih 56%. Hal ini cukup baik karena pola jajan dapat mengurangi resiko

terjadinya penyakit gigi dan mulut pada anak.7

Persentase yang ibu tidak selalu membantu menyikat gigi anak 61%, hanya

39% yang selalu membantu menyikat gigi anaknya. Sebanyak 80% ibu tidak

mengganti sikat gigi anaknya tiga bulan sekali, dan ibu yang mengganti sikat gigi tiga

bulan sekali sangat sedikit yaitu 20%. Hal ini menunjukkan ibu kurang membantu

dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anaknya. Perlu adanya penyuluhan

bagi ibu-ibu di puskesmas tentang bagaimana menjaga kesehatan gigi dan mulut

anak.

Ibu yang membawa anaknya ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali 74%. Hal ini

sudah baik, karena pemeriksaan rutin 6 bulan sekali sangat berguna terutama dalam

memonitor pertumbuhan dan perkembangan gigi anak serta mendeteksi kelainan

rongga mulut anak sejak dini.24

Penelitian ini menunjukkan bahwa 48% ibu memiliki perilaku memelihara

kesehatan gigi dan mulut anak kategori baik, 31% kategori perilaku sedang dan 21%

kategori perilaku buruk. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan

di Kecamatan Blimbing pada anak usia prasekolah di TK Ar-Ridho kota Malang

yaitu 34% menjaga kesehatan gigi anak baik, 60% kategori cukup, dan 6% kategori

(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Ibu dengan kecerdasan emosional tinggi mempunyai perilaku memelihara

kesehatan gigi dan mulut anaknya baik sebanyak 55,81%. Ibu dengan kecerdasan

emosional sedang mempunyai perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya

sedang 50%. Ada hubungan antara kecerdasan emosional ibu dengan perilaku

memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya (p=0,000).

Kecerdasan emosional ibu anak TK tinggi rata-rata skor plak anaknya

1,15±0,005 dan kecerdasan emosional ibu sedang rata-rata skor plak anaknya

1,39±0,030.

6.2 Saran

1. Diharapkan orang tua semakin meningkatkan kecerdasan emosional dan

perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya.

2. TK melakukan program penyuluhan kepada ibu-ibu tentang pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut.

3. Puskesmas mengadakan program penyuluhan kesehatan khususnya

mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak kepada masyarakat secara

(41)

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurhidayah RE. Pentingnya kecerdasan emosional bagi perawat. JKRSU 2006;

2(1) :39 - 44

2. Santoso A, Ghondoyoewono T. Correlation beetween emotional quality with

motivation of dental and oral health. Dentistry UI. 2009:7

3. Herijulianti E, Tati SI, Artini S. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC, 2002: 35-39

4. Rachmawati D. PHP Sebelum dan sesudah menyikat gigi siswa usia 6-12 tahun di

TK Al-Azhar dan TK Al-Islam. JPDGI 2006; 56(3)

5. Djamil MS. A-Z Kesehatan gigi. Solo: Metagraf, 2011 : 37, 47

6. Wahyu, Indra. Hubungan dukungan keluarga (ibu) terhadap perilaku menjaga

kesehatan gigi anak usia prasekolah. http://indrawahyu.blogspot.com (10 Maret

2014)

7. Sumanti, V. Faktor yang berhubungan dengan partisipasi orang tua dalam

perawatan kesehatan gigi anak di puskesmas Tegallalang 1.

http:/vivinsumanti.blogspot.com (11 Juli 2014)

8. Notoadmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta,

2010: 13,133

9. Aminabadi NA, Pourkazemi M. The impact of maternal emotional intelligence

and parenting style on child anxiety and behavior in the dental setting. Med Oral

Patol Oral Cir Bucal 2012; 17 (6) : e1094

10.Ardiana A. Hubungan kecerdasan emosional perawat dengan perilaku caring

perawat pelaksanan menurut persepsi pasien di ruang rawat inap

RSU.Dr.H.Koesnadi Bondowoso.Tesis. Depok: Universitas Indonesia, 2010: 16

11.Sedyaningsih RE. Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada

peringatan bulan kesehatan gigi nasional 2011. 3 Mei 2011

(42)

12.Natamiharja L, Dwi NS. Hubungan pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu

terhadap status karies gigi balitanya. Dentika Dental J 2010; 15(1) : 38

13.Santrock JW. Child development. Alih Bahasa. Mila Rachmawati. Jakarta:

Erlangga, 2007 : 325-326

14.Tridhonanto. Meraih Sukses dengan kecerdasan emosional. Jakarta : PT Elex

Media Komputindo, 2010: 7, 40

15.Sakdanur. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja kepala sekolah.

JPD 2005; 6(1) : 48

16.Notoadmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010:27

17.Mozartha M. Perilaku ibu tentukan kesehatan gigi anak.

<http://www.klikdokter.com/ article/detail/88> (26 Agustus 2013).

18.Nurdin. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial siswa di

sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan 2009; 9(1)

19.Dalimunthe SH. Periodonsia. Edisi ke-2. Medan: Bagian Periodonsia FKG USU,

2008: 62, 107

20. Ririh N. Status emosional ibu pengaruhi kesehatan gigi anak. 25 Agustus 2011.

21.Cugini M, Thompson M, Warren PR. Correlations beetween two plaque indices

in assessment of tooth brush effectiveness. Journal of Cotemporary Dental

Practice 2006; 7(5)

22.Sondang P, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008:

69-70

23.Notoadmodjo S.Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta,

(43)

Hasil Output Statistic

Statistics

Umur Pendidikan Perilaku

Kecerdasan Emosional

N Valid 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(44)

(I)Umur (tahun) (J) Umur (tahun

Mean difference (I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower

Skor Indeks Plak Gigi Anak*KE_Tinggi

No Nilai KE Kategori KE Skor Indeks Plak Kategori Indeks Plak

(45)
(46)

76 57 tinggi 0.93 rendah

Skor Indeks Plak Gigi Anak*KE_Sedang

No. Nilai KE Kategori KE Skor Indeks Plak Kategori Indeks Plak

(47)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KE1 Indeks Plak Gizi

N 100 100

Normal Parametersa,b Mean 57.7800 1.8588

Std. Deviation 5.11599 .13222

Most Extreme Differences Absolute .118 .102

Positive .075 .102

Negative -.118 -.085

Kolmogorov-Smirnov Z 1.178 1.017

Asymp. Sig. (2-tailed) .124 .252

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Paired Samples Correlations

95% Confidence interfal for Mean

(48)
(49)
(50)

3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 2 4 4 3 3 3 3 62 Tinggi

Pemeriksaan Indeks Plak Gigi Anak TK

RA RB

Skor Plak Gigi Bukal Lingual Bukal Lingual RA+RB:40

(51)
(52)
(53)

11 12 8 9 1.00

12 10 5 8 0.88

13 9 10 9 1.03

18 18 20 17 1.83

7 8 11 12 0.95

8 11 9 5 0.83

5 9 10 8 0.80

11 12 8 9 1.00

12 10 5 7 0.85

12 10 5 9 0.90

13 9 10 5 0.93

Gambar

Tabel
Gambar 1. Indeks plak Quigley and Hein
Tabel 2. Kategori Perilaku.23
Tabel 3. Karakteristik Responden Ibu  (n=100)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini didapat masih banyak orangtua (ayah dan ibu) yang perannya dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak masih rendah yaitu dalam hal mengajari anak cara

Kondisi ini mendorong peneliti untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya melalui analisa huboogan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kesehatan

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan buruk (Bad Habits) terhadap kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia

Hasil ini sejalan dengan kondisi kebersihan gigi dan mulut juga dengan kategori buruk, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada ibu hamil terdapat perilaku yang

Gambaran Sikap dan Perilaku Responden Mengenai Kesehatan Gigi dan Rongga Mulut Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan Gender

Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, semakin baik pengetahuan cara memelihara kesehatan gigi dan mulut yang dimiliki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut adalah sedang dan perilaku kesehatan gigi dan

Interpretasi : Ada hubungan yang tinggi antara tingkat penerimaan terhadap pesan iklan pasta gigi yang ditonton dengan perilaku murid dalam memelihara kesehatan