HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL IBU DENGAN
PERILAKU MEMELIHARA KESEHATAN GIGI
DAN MULUT ANAK SERTA INDEKS PLAK
GIGI ANAK TK Y.P ANDREAS MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
ROSINTA FARIDA A.Y.S NIM: 090600097
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/
Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2014
Rosinta Farida A.Y.S
Hubungan Kecerdasan Emosional Ibu dengan Perilaku Memelihara Kesehatan
Gigi dan Mulut Serta Indeks Plak Gigi Anak di TK.Y.P Kristen Andreas Medan.
ix + 28 halaman
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional ibu
dengan perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya dan hubungan
kecerdasan emosional ibu dengan skor plak gigi anaknya. Populasi pada penelitian ini
adalah ibu dan anaknya, dan jumlah sampel masing-masing 100 orang. Pengumpulan
data mengenai kecerdasan emosional dan perilaku ibu anak TK dilakukan dengan
pengisian kuesioner. Skor plak anak diperiksa dengan menggunakan disclosing
solution, kaca mulut, dan sonde, dengan indeks plak Quingley and Hein. Kategori
kecerdasan emosional dan perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya
86% ibu memiliki kecerdasan emosional tinggi dan 14% ibu memiliki kecerdasan
emosional sedang, sedangkan kecerdasan emosional yang rendah tidak ditemukan.
Kategori perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anakknya 48% ibu
memiliki perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut anak adalah kategori baik,
31% kategori perilaku sedang dan 21% kategori perilaku buruk. Hasil penelitian
menunjukkan perilaku ibu memelihara kesehatan gigi anak 74% ibu membawa anak
ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali, 74% ibu memberikan pasta gigi sebesar kacang
polong, 73% ibu memberikan pasta gigi yang mengandung fluor sewaktu anak
menyikat gigi, 71% ibu memberikan kepada anak buah-buahan ketika anak hendak
jajan, 68% ibu menggunakan sikat gigi khusus anak-anak untuk menyikat gigi
anaknya, 61% ibu gunakan jenis bulu sikat halus untuk menyikat gigi anak, 57% dua
berkumur setelah anak makan yang manis atau susu. Perilaku ibu yang masih kurang
adalah ibu membantu menyikatkan gigi anak 39% dan mengganti sikat gigi anaknya
tiga bulan sekali 20%. Kecerdasan emosional ibu anak TK tinggi memiliki rata-rata
skor plak 1,15±0,005 dan kecerdasan emosional ibu anak TK sedang memiliki
rata-rata skor plak anak TK 1,39±0,030. Hasil penelitian juga menunjukkan kecerdasan
emosional ibu tinggi, perilaku ibu memelihara kesehatan gigi mulut anaknya baik
55,81%, dan kecerdasan emosional ibu sedang, perilaku ibu memelihara kesehatan
gigi mulut anaknya sedang adalah 50%. Terdapat hubungan signifikan antara
kecerdasan emosional ibu anak TK dan perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut
anaknya (p=0,000).
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 2 Juli 2014
Pembimbing Tanda tangan
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini dipertahankan di hadapan tim penguji
Pada tanggal 2 Juli 2014
TIM PENGUJI
KETUA : Prof. Lina Natamiharja, drg.,SKM
ANGGOTA : 1. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,
pengarahan, saran-saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. Prof. Nazzrudin, drg., sp. Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku Ketua Departemen dan dosen
penguji di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi
Masyarakat FKG USU atas masukan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini
dapat berjalan dengan lancar.
3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Gema Nazri Yanti drg, M.Kes selaku dosen penguji dan seluruh staf
pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi
Masyarakat FKG USU atas masukan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini
dapat berjalan dengan lancar..
5. Irmansyah, drg., Ph.D selaku penasehat akademik, yang telah banyak
memberikan otivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di
fakultanKedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
6. Prof. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku Ketua Komisi Etik
kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
7. Kepala Sekolah dan guru-guru di TK. Y.P Andreas Medan yang telah
memberikan izin kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan
baik.
8. Ucapan terima kasih kepada bapak Sukiwi Tjong selaku pimpinan di TK.
Y.P Andreas Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian di sekolah tersebut.
9. Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada ayahanda
A. Situmorang, SH dan ibunda M. br Nadeak, Bsc yang telah memberikan
memberikan dorongan, baik moril maupun materil serta doanya kepada penulis.
10. Penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada orang yang
dikasihi Erwin Tampubolon, SE yang telah memberikan motivasi, doa, dan dukungan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
11. Ucapan terima kasih dari penulis kepada adik tersayang Anggiat Tumpal
Parlindungan Situmorang yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang
diberikan kepada penulis.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman seangkatan
FKG 2009 dan teman-teman d’cinamote FKG yang tidak dapat disebutkan satu per
satu atas semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama melakukan
penelitian.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, perkembangan penelitian dan ilmu
pengetahuan.
Medan, 29 Juni 2014
Penulis,
(Rosinta Farida A.Y.S)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL . ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... .... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah... ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Hipotesis Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional ... 5
2.2 Perilaku Ibu memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut ... 7
2.3 Plak Dental ... 11
2.4 Kerangka Konsep ... 13
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 14
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 14
3.4 Variabel Penelitian ... 14
4.2 Kategori Kecerdasan Emosional dan Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK ... 20
4.4 Hubungan Kecerdasan Emosional dan Perilaku Memelihara
Kesehatan Gigi dan Mulut anak TK ………. 23 4.5 Kecerdasan Emosional Ibu dengan Skor Plak Gigi Anak TK… 24
BAB 5 PEMBAHASAN ... 25
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 6.1 Kesimpulan ... 27 6.2 Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 28
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kriteria penilaian skor plak gigi.. ... 13
2. Kategori Perilaku ... 17
3. Karakteristik Responden Ibu anak TK (n=100) ... 19
4. Karakteristik Responden Anak TK (n=100) ... 19
5. Kategori Kecerdasan Emosional Ibu Anak TK (n=100) ... 20
6. Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK (n=100) ... 21
7. Kategori Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK (n=100) ... 22
8. Hubungan Kecerdasan Emosional Ibu dengan Tingkat Pendidikan Ibu (n=100) ... ... 23
9. Hubungan Kecerdasan Emosional Ibu dengan Perilaku Memelihata Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya (n=100)……….. 24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
3. Kuesioner Kecerdasan Emosional
4. Kuesioner Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya
5. Kartu Pemeriksaan Plak Gigi
6. Hasil Jawaban Responden
7. Hasil Output Statistik Analisis Data
8. Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang
Kesehatan.
9. Surat Keterangan Izin Riset dari Sekolah TK. Y.P Andreas Medan
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/
Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2014
Rosinta Farida A.Y.S
Hubungan Kecerdasan Emosional Ibu dengan Perilaku Memelihara Kesehatan
Gigi dan Mulut Serta Indeks Plak Gigi Anak di TK.Y.P Kristen Andreas Medan.
ix + 28 halaman
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional ibu
dengan perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya dan hubungan
kecerdasan emosional ibu dengan skor plak gigi anaknya. Populasi pada penelitian ini
adalah ibu dan anaknya, dan jumlah sampel masing-masing 100 orang. Pengumpulan
data mengenai kecerdasan emosional dan perilaku ibu anak TK dilakukan dengan
pengisian kuesioner. Skor plak anak diperiksa dengan menggunakan disclosing
solution, kaca mulut, dan sonde, dengan indeks plak Quingley and Hein. Kategori
kecerdasan emosional dan perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya
86% ibu memiliki kecerdasan emosional tinggi dan 14% ibu memiliki kecerdasan
emosional sedang, sedangkan kecerdasan emosional yang rendah tidak ditemukan.
Kategori perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anakknya 48% ibu
memiliki perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut anak adalah kategori baik,
31% kategori perilaku sedang dan 21% kategori perilaku buruk. Hasil penelitian
menunjukkan perilaku ibu memelihara kesehatan gigi anak 74% ibu membawa anak
ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali, 74% ibu memberikan pasta gigi sebesar kacang
polong, 73% ibu memberikan pasta gigi yang mengandung fluor sewaktu anak
menyikat gigi, 71% ibu memberikan kepada anak buah-buahan ketika anak hendak
jajan, 68% ibu menggunakan sikat gigi khusus anak-anak untuk menyikat gigi
anaknya, 61% ibu gunakan jenis bulu sikat halus untuk menyikat gigi anak, 57% dua
berkumur setelah anak makan yang manis atau susu. Perilaku ibu yang masih kurang
adalah ibu membantu menyikatkan gigi anak 39% dan mengganti sikat gigi anaknya
tiga bulan sekali 20%. Kecerdasan emosional ibu anak TK tinggi memiliki rata-rata
skor plak 1,15±0,005 dan kecerdasan emosional ibu anak TK sedang memiliki
rata-rata skor plak anak TK 1,39±0,030. Hasil penelitian juga menunjukkan kecerdasan
emosional ibu tinggi, perilaku ibu memelihara kesehatan gigi mulut anaknya baik
55,81%, dan kecerdasan emosional ibu sedang, perilaku ibu memelihara kesehatan
gigi mulut anaknya sedang adalah 50%. Terdapat hubungan signifikan antara
kecerdasan emosional ibu anak TK dan perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut
anaknya (p=0,000).
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecerdasan emosional atau Emotional Quotient adalah kemampuan
memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan
perasaan perasaan itu untuk memantau pikiran dan tindakan.1 Kecerdasan emosional
yang baik ditandai dengan keterampilan seseorang untuk menangani emosi dan
pikirannya sendiri.2 Kecerdasan emosional menurut Goleman adalah kemampuan
mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri, dan kemampuan mengenali emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungannya dengan orang lain. Melalui kecerdasan emosional, manusia belajar
mengelola perasaannya sehingga dapat mengekspresikan secara tepat dan efektif.
Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi.1
Perilaku kesehatan gigi dan mulut meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan
yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya. Dalam
konsep ini yang dimaksud kesehatan gigi dan mulut adalah gigi dan semua jaringan
yang ada di dalam mulut, termasuk gusi.
Blum tahun 1974 menjelaskan status kesehatan gigi dan mulut masyarakat
dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun
sosial budaya), perilaku dan pelayanan kesehatan. Dari segi biologis perilaku adalah
kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku umumnya dapat
diamati oleh orang lain atau disebut sebagai internal activities seperti persepsi, emosi,
pikiran dan motivasi.3
Kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak merupakan faktor penting yang
harus diperhatikan. Kerusakan gigi yang terjadi pada usia anak-anak dapat
mempengaruhi pertumbuhan gigi selanjutnya.4 Proses terjadinya kerusakan gigi itu
terjadi karena rendahnya kepedulian orang tua terhadap tumbuh kembang anak,
termasuk rongga mulutnya, padahal kesehatan gigi dan mulut yang tidak diperhatikan
akan berdampak kepada kemampuan anak secara keseluruhan, baik fisik maupun
kecerdasannya.5
Penelitian Indra Wahyu membuktikan bahwa perlu adanya dukungan ibu
dengan perilaku dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya. Hasil
penelitian menyatakan ada hubungan signifikan antara dukungan ibu dengan perilaku
memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya. Sebanyak 34% ibu menjaga kesehatan
gigi dan mulut anak dengan kategori baik, 60% kategori cukup, dan 6% kategori
kurang. 6
Penelitian Sumanti menunjukkan bahwa tingkat partisipasi orangtua dalam
perawatan kesehatan sisi dan mulut anak masih kurang (41%). Dari penelitian ini
menyatakan bahwa partisipasi orang tua dalam perawatan gigi dan mulut anak yang
memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut masih rendah.7
Faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan kepada
anak-anak adalah orang tua. Orang tua yang sehat dan gizinya baik akan mewariskan
kesehatan yang baik pula kepada anaknya. Sebaliknya, kesehatan orang tua,
khususnya kesehatan ibu yang rendah dan kurang gizi, akan mewariskan kesehatan
rendah pula kepada anaknya.8 Perilaku orang tua merupakan pengaruh paling kuat
dan berpotensi mempengaruhi perkembangan anak. Orang tua dengan kecerdasan
emosi yang baik dapat menangani emosi mereka ketika mereka dihadapkan dengan
situasi stres. Kecerdasan emosional ibu sangat berpengaruh dalam memelihara dan
berinteraksi dengan anaknya.9 Orang tua perlu memiliki dimensi kecerdasan
emosional untuk memotivasi dirinya sendiri. Orang tua yang mampu memotivasi diri
cenderung lebih gigih ketika berhadapan dengan situasi sulit, aneh dan kritis serta
mampu mencari solusi tanpa takut terhadap kegagalan. Orang tua yang mampu
memotivasi diri sendiri akan lebih mampu menunjukkan perilaku memelihara gigi
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dari 91,1%
masyarakat Indonesia yang menyikat gigi tiap hari hanya 7,3% yang mengikuti
rekomendasi menyikat gigi pada waktu yang tepat. Kebanyakan masyarakat atau
90,7% menyikat gigi di saat mandi di pagi atau sore hari. Kebiasaan menyikat gigi
yang salah inilah yang menyebabkan kondisi lebih dari 70 % masyarakat Indonesia
mengalami gigi berlubang. Bahkan, data Riskesdas melaporkan setiap orang memiliki
paling sedikit lima gigi berlubang.11 Data Riskesdas 2007 juga melaporkan 23%
penduduk yang menyadari dirinya mempunyai masalah gigi dan mulut, 30% di antara
mereka menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga profesional gigi. Artinya
hanya 7% effective demand orang yang berobat gigi. Persentase perawatan sangat
rendah, dan terjadinya keterlambatan perawatan yang tinggi, serta kerusakan gigi
yang sebagian besar berakhir dengan pencabutan.12
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
hubungan kecerdasan emosional ibu-ibu anak dengan perilaku memelihara kesehatan
gigi dan mulut anak, karena kecerdasan emosional seorang ibu anak berkaitan dengan
perilaku ibu membantu menyikat gigi anaknya dan akan menyebabkan plak gigi anak
rendah sehingga akan mengurangi terjadinya karies dan gangguan pada gigi geligi
anaknya. Tempat yang dipilih peneliti untuk melakukan penelitian adalah sekolah TK
Y.P.Kristen Andreas karena banyak ditemui populasi anak usia 3-5 tahun dan sekolah
tersebut berada tidak jauh dari tempat tinggal peneliti sehingga akses lebih mudah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan kecerdasan emosional ibu dengan perilaku
memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya dan skor plak gigi anaknya?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional ibu dengan perilaku
2. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional ibu dengan skor plak
gigi anaknya.
1.4 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan kecerdasan emosional ibu dengan perilaku ibu memelihara
kesehatan gigi dan mulut anaknya.
2. Ada hubungan kecerdasan emosional ibu dengan skor plak gigi anaknya.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan :
1. Sebagai bahan masukan untuk program penyuluhan yang dilakukan
petugas kesehatan kepada ibu-ibu di puskesmas.
2. Sebagai masukan untuk Departemen Ilmu Kedokteran Gigi USU untuk
menambah referensi penelitian.
3. Memberi pengalaman kepada peneliti dalam melakukan penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Kecerdasan Emosional
Konsep kecerdasan emosional awalnya dikembangkan oleh Peter Salovey dan
John Mayer pada tahun 1990. Mereka mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
kemampuan merasakan dan mengekspresikan emosi dengan tepat, sesuai situasi
seperti menerima perspektif orang lain, kemampuan memahami emosi dan
pengetahuan emosional seperti memahami peran emosi dalam hubungan pertemanan,
kemampuan menggunakan perasaan guna melancarkan pemikiran seperti berada
dalam suasana hati yang positif, yang dikaitkan dengan pemikiran kreatif, serta
kemampuan mengatur emosi diri sendiri dan orang lain seperti mengendalikan
amarah.13 Setelah penelitian yang dilakukan Salovey dan Mayer pada tahun 1990
muncul penelitian lain yang mencoba untuk mengembangkan teori tersebut di
antaranya Martinez pada tahun 1997 yang mendefinisikan emotional intelligence
sebagai suatu gabungan dari ketrampilan, kapabilitas dan kompetensi yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengatasi tuntutan dan tekanan
lingkungan.14
Menurut Daniel Goleman seorang professor dari Universitas Havard dalam
bukunya yang berjudul : Emotional Intelligence, mengatakan bahwa koordinasi
suasana hati adalah inti hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai
menyesuaikan diri dengan suasana hati individu lain atau dapat berempati, orang
tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah
menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial dan lingkungannya. Goleman
menambahkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan,
mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta dapat menempatkan emosinya
pada posisi yang tepat, memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati.15
Pada kenyataan perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran
meliputi sekelompok kemampuan emosional atau kemampuan sosial yang turut
berperan dalam kecerdasan emosional, yang terbagi menjadi lima wilayah utama.
Kelima aspek kecerdasan emosional tersebut adalah:15
1. Kesadaran diri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan, sewaktu perasaan itu terjadi
merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada wilayah ini diperlukan adanya
pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan dan pemahaman
tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya
membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan, sehingga tidak peka terhadap
perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan
terhadap sesuatu masalah. 15
2. Mampu mengelola emosi
Kemampuan dalam mengelola emosi sebagai landasan dalam mengenal diri
sendiri atas emosi. Emosi dikatakan berhasil jika dapat dikelola. Langkah yang
dilakukan hendaknya mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat
menghilangkan rasa kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit
kembali dengan cepat dari semua itu. 15
3. Memotivasi diri sendiri
Memotivasi diri sendiri merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki.14 Kemampuan
seseorang dalam memotivasi diri dapat ditelusuri melalui berbagai hal, di antaranya:15
a. Cara mengendalikan dorongan hati.
b. Derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja sekarang.
c. Kekuatan berpikir positif.
d. Optimisme.
Seseorang yang memiliki kemampuan memotivasi diri akan cenderung
memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam
dirinya. Selain itu juga memiliki keinginan yang berbeda-beda antara satu orang dan
orang lain.
Kata empati sendiri memiliki arti kemampuan alam perasaan seseorang untuk
menempatkan diri ke dalam alam perasaan orang lain sehingga dapat memahami
pikiran, perasaan, dan perilakunya. Manusia yang berempati merupakan kemampuan
seseorang dalam menghangatkan suasana untuk menempatkan dirinya pada situasi
dan perasaan orang lain, tetapi dia tetap berada di luar perasaan orang lain dan tetap
mempertahankan perasaan dirinya. 15
5. Mampu menjalin sosial dengan orang lain
Menjalin sosial dengan orang lain merupakan sifat yang hakiki pada diri
manusia sebagai makhluk sosial. Kemampuan tersebut dibuktikan manusia dalam
pergaulan dengan orang lain dan penampilan yang selaras dengan alam perasaannya
sendiri. Selain itu harus mampu memimpin dan mengorganisir orang lain dan mampu
mengatasi permasalahan yang muncul dalam pergaulan antar sesama manusia. 15
2.2Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas makhluk hidup. Dari sudut
pandang biologis, semua makhluk hidup dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Yang
dimaksud perilaku manusia, pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas manusia
itu sendiri sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia
adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.8
Berdasarkan pembagian domain oleh Bloom dan untuk kepentingan
pendidikan praktis, dikembangkan 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut :8
1. Pengetahuan ( Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan dapat menghasilkan
pengetahuan tersebut dan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi
dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni : 8
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan
secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
masalah atau objek yang diketahui.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan
yang dimiliki.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penelitian terhadap suatu objek tertentu.
2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap itu
adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek.
lain.Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan
intensitasnya, sebagai berikut: 8
a.Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan (objek).
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap
objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak
atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa
yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan
keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang
mencemoohkan atau adanya risiko lain.
3. Tindakan atau Praktik (Practice)
Seperti yang telah disebutkan di atas sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk
terwujudnya tindakan perlu faktor antara lain adanya faktor lain antara lain adanya
fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi
3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni : 8
a. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu terapi masih
tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seeseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu
hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanisme.
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya,
apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.
Banyak faktor yang menyebabkan sulitnya meningkatkan status kesehatan
gigi dan mulut anak di Indonesia. Tapi mungkin perlu dicermati satu hal yang teramat
penting, yaitu peranan ibu. Ibu memegang peranan penting dalam keluarga, sebagai
seorang istri dan ibu dari anak-anaknya. Figur pertama yang dikenal anak begitu ia
lahir adalah ibunya. Oleh karena itu, perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh
sang anak.17 Hal ini dapat dikontrol dengan pengawasan dan perilaku kesehatan
terhadap gigi anak oleh ibu dari sejak dini, yakni meliputi : 16
1. Ibu hendaknya terbiasa untuk membantu dan mengajari anak saat sedang
menyikat gigi. Bila ibu bersama-sama dengan anak melakukan pembersihan gigi,
anak akan lebih termotivasi dan meniru contoh dari ibunya. Selain itu ibu juga dapat
memperhatikan apakah cara sikat gigi anak sudah benar. Sebaiknya ibu tidak
membiarkan anak sendirian atau hanya ditemani oleh pengasuhnya saat menyikat
gigi. Pasta gigi dengan aneka rasa dan warna memang menarik bagi anak, dan
formulanya sudah dirancang sedemikian rupa agar aman bila tertelan. Pasta gigi yang
mengandung fluor sebaiknya diberikan setelah anak berusia 3 tahun yang mana ia
sudah mampu berkumur. 16
2. Ibu harus mengawasi jenis jajanan anak. Permen dan coklat atau makanan
manis lain tetap dapat diberikan, namun perlu ditekankan tentang pentingnya
menyikat dan membersihkan gigi sebelum tidur. 16
3. Sebaiknya seorang ibu dapat meluangkan waktu untuk melihat dan
memeriksa rongga mulut anak. Bila hal ini sering dilakukan, anak tidak akan terlalu
merasa asing saat harus dibawa ke dokter gigi. Sehingga bila ada kelainan dalam
rongga mulut anak dapat ditemukan sedini mungkin. 16
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan gigi anak sangat
dipengaruhi oleh perilaku kesehatan yang diterapkan ibu terhadap anaknya sejak dini.
Ibu dapat menjadi pemandu yang baik dalam membantu anak memberikan
2.3Plak Dental
Plak adalah suatu lapisan yang menempel pada permukaan gigi yang kadang
juga ditemukan pada gusi dan lidah. Lapisan ini tidak lain adalah sekumpulan sisa
makanan, bakteri dan mikroorganisme lainnya.5 Pembentukan plak tidak terjadi
secara acak tetapi terjadi secara teratur. Pelikel yang berasal dari saliva atau cairan
gingiva akan terbentuk terlebih dahulu pada gigi.17
Pelikel merupakan kutikel yang tipis, bening dan terdiri atas glikoprotein.
Setelah pembentukan kutikel, bakteri tipe kokus terutama streptokokus akan melekat
ke permukaan kutikel yang lengket, misalnya permukaan yang memungkinkan
terjadinya perlekatan koloni bakteri. Organisme ini akan membelah dan membentuk
koloni. Perlekatan mikro-organisme akan bertambah erat dengan adanya produksi
dekstran dari bakteri sebagai produk sampingan aktivitas metabolisme, kemudian tipe
organisme yang lain akan melekat pada masa dan flora gabungan yang padat
sehingga berisi bentuk organisme filamen.17
2.3.1 Struktur Plak Dental
Plak dental diklasifikasikan menjadi plak supragingival dan plak subgingival
berdasarkan lokasinya pada permukaan gigi. Plak supragingival berada pada koronal
dari tepi gingival. Plak supragingival yang berada tepat pada tepi gingival dinamakan
secara khusus sebagai plak marginal. Plak subgingival adalah plak yang lokasinya
apikal dari tepi gingival, di antara gigi dengan jaringan yang mendindingi sulkus
gingiva. Secara morfologis, plak subgingival dibedakan pula atas plak subgingival
dengan gigi dan plak subgingival yang berkaitan dengan jaringan.18
Plak supra dan subgingival hampir tiga perempat bagian terdiri atas bakteri.
Terbukti bahwa 1 mg plak mengandung kurang lebih 3x108 bakteri. Plak yang
terletak pada gigi dekat gingival, prosesnya akan berlangsung mulai dari marginak
dan mengarah pada penyakit-penyakit periodontal (gingivitis marginal, periodontitis
marginal, bahkan hinga abses periodontal). Di samping bakteri plak mengandung
glikoprotein dan polisakarida ekstraseluler (PSE) yang bersama-sama membentuk
2.3.2 Pembentukan Plak Dental
Mekanisme pembentukan plak merupakan suatu pembelahan internal dan
deposisi permukaan. Berbagai varietas bakteri akan melekat pada kolum ini dan
berlipat ganda sehingga dalam 3-4 minggu akan terbentuk flora organisme yang
mencerminkan adanya keseimbangan ekosistem organisme pada permukaan gigi.
Penumpukan plak dental sudah dapat terlihat satu sampai dua hari setelah
seseorang tidak melakukan prosedur higiene oral. Plak tampak sebagai massa
globular berwarna putih, keabu-abuan atau kuning. Gesekan jaringan dan bahan
makanan terhadap permukaan gigi akan membersihkan permukaan gigi, namun
pembersihan yang demikian hanya efektif pada dua pertiga koronal permukaan gigi.
Dengan demikian plak umumnya dijumpai pada sepertiga gingival permukaan gigi,
karena pada daerah tersebut tidak terganggu oleh gesekan makanan maupun jaringan.
Penumpukan plak lebih sering terjadi pada retakan, pit dan fisur pada permukaan
gigi, di bawah restorasi yang berlebih dan sekitar gigi yang erupsinya tidak teratur.18
Lokasi dan laju pembentukan plak bervariasi di antara individu.Faktor yang
mempengaruhi laju pembentukan plak adalah higiene oral, serta faktor faktor pejamu
seperti diet dan komposisi serta laju aliran saliva.18
Penumpukan plak dalam jumlah sedikit yang tidak terlihat secara visual dapat
dideteksi dengan cara menggesekkan probe atau eksplorer sepanjang sepertiga
gingival permukaan gigi atau dengan menggunakan bahan pewarna plak (disclosing
solution). Pembentukan plak interproksimal lebih sukar terlihat secara visual tetapi
dapat dideteksi dengan probe atau eksplorer.18
2.3.3 Indeks Plak Quigley and Hein
Indeks plak ini mengukur plak berdasarkan pada perluasan penumpukan plak
pada permukaan gigi. Pengukuran pada setiap gigi kecuali gigi dengan tambalan.
Dilakukan pada 2 sisi yaitu bagian bukal dan lingual dengan disclosing
solution.20 Cara penghitungan skor:
Gambar 1. Indeks plak Quigley and Hein
Tabel 1. Kriteria penilaian skor plak gigi
Skor Kriteria
0 Tidak ada plak
1 Bercak-bercak plak yang terpisah-pisah pada servikal margin gigi
2 Lapisan plak tipis melingkari servikal margin ± 1 mm pada servikal margin gigi
3 Lapisan plak yang lebih lebar dari 1 mm tapi menutupi kurang dari 1/3 mahkota gigi
4 Lapisan plak yang menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 mahkota gigi
5 Plak menutupi lebih dari 2/3 mahkota gigi
2.4Kerangka Konsep
Kecerdasan Emosional Ibu
Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Anak
TK
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional, yang
mempelajari faktor risiko kecerdasan emosional ibu dan efek yaitu perilaku
memelihara kesehatan gigi anak dan skor plak.
3.2Lokasi dan waktu penelitan
a. Penelitian dilakukan di sekolah TK Y.P.Kristen Andreas Medan Jalan
Pendawa Medan.
b. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2013 dan selesai bulan
Mei 2014. Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka,
mempersiapkan proposal penelitian, dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian
sampai penyusunan laporan akhir.
3.3Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah ibu beserta anaknya yang berusia 3-5
tahun dan bersekolah di TK Y.P.Kristen Andreas Medan yang berjumlah populasi
100 orang, memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria Inklusi anak:
1. Berusia 3-5 tahun.
2. Keadaan kesehatan umum baik.
3. Mendapat persetujuan orang tua.
4. Ibu dan anak mau diperiksa dan kooperatif.
3.4Variabel penelitian
a. Variabel Bebas (Faktor risiko)
Variabel bebas atau faktor risiko pada penelitian ini adalah kecerdasan
b. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah perilaku ibu anak dalam
memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya, dan indeks plak anaknya.
3.5Definisi Operasional
1. Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan
menunda kepuasan, serta dapat menempatkan emosinya pada posisi yang tepat,
memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati.12 Penelitian kecerdasan emosional
(EQ) dilaksanakan oleh biro yang bernama PERSONA konsultasi Psikologi.
Lembaga ini berada di kompleks Bumi Asri blok C no. 43 Pondok Kelapa Medan
dengan izin praktek HIMPSI 00490611.
Skala pengukuran interval yang akan diberikan skor ( nilai ) pada kuesioner
favorable (pernyataan positif)
• Untuk jawaban sangat setuju (SS) diberikan skor 4 • Untuk jawaban setuju (S) diberikan skor 3
• Untuk jawaban tidak setuju ( TS ) diberikan skor 2
• Untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) diberikan skor 1
Skala pengukuran interval yang akan diberikan skor ( nilai ) pada kuesioner
unfavorable (pernyataan negative)
• Untuk jawaban sangat setuju (SS) diberikan skor 1 • Untuk jawaban setuju (S) diberikan skor 2
• Untuk jawaban tidak setuju ( TS ) diberikan skor 3
• Untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) diberikan skor 4
Pada Kecerdasan emosional ibu anak dikategorikan menjadi 3 kategori
(Sumber PERSONA Konsultan Psikologi):
a. Kategori tinggi (skor 80-53).
Termasuk orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Artinya
mampu menyadari emosi-emosi dengan tepat, mampu menahankannya dan mampu
membuat marah. Tahu pasti apa yang menjadi penyebab timbulnya emosi. Juga
memiliki sikap optimis, tidak mudah putus asa, sabar, tabah, dan tangguh. Juga
termasuk orang yang dapat berempati terhadap orang lain. Anda mampu menjalin
hubungan sosial yang baik dengan orang lain dan mengembangkannya lebih
mendalam.
b. Kategori sedang (skor 52-25).
Tidak selalu memahami perasaan diri sendiri, masih terjebak oleh emosi
sendiri sehingga kurang mampu bekerja dengan efektif. Terkadang dapat
mengendalikan emosi namun kadang juga lepas kendali ketika menghadapi
persoalan. Juga belum mampu memotivasi diri sendiri dengan baik, masih kurang
dapat membina hubungan sosial dengan orang lain, dan juga kurang mampu
berempati kepada orang lain.
c. Kategori rendah (skor <25).
Belum memahami diri sendiri dengan baik. Emosi mudah sekali dipengaruhi
faktor eksternal, sehingga emosi yang muncul dapat lebih mengendalikan diri.
Akibatnya mudah menderita stres, depresi, dan mudah putus asa ketika menghadapi
persoalan. Sering kali merasa bahwa hidup sudah tidak dapat menjadi lebih baik lagi.
Secara umum tidak memahami suasana emosi dalam diri.
2. Perilaku ibu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya yaitu :
a. Ibu membantu anak menyikatkan gigi anak dua kali sehari setelah sarapan
dan sebelum tidur malam.
b. Ibu menyikat gigi anak dua kali sehari, pagi setelah sarapan dan sebelum
tidur
c. Ibu memilih sikat gigi anak berukuran kecil dengan tangkai yang mudah
digenggam.
d. Ibu memilih sikat gigi anak yang berbulu lembut (soft) .
e. Ibu mengganti sikat gigi anak tiga bulan sekali.
f. Ibu memberikan pasta gigi yang mengandung fluor.
g. Ibu memberikan pasta gigi kira-kira 0,5 cm atau sebesar biji kacang
h. Ibu membawa anak ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
i. Ibu memberikan jenis makanan atau jajan yang tidak merusak gigi seperti
buah-buahan.
j. Ibu memberikan air putih untuk berkumur kepada anak setelah makan
atau minum yang manis.
Perilaku ibu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya dibagi
menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang dan buruk.
Tabel 2. Kategori Perilaku.23
Skor Kategori
8-10 Baik
5-7 Sedang
0-4 Buruk
3. Skor plak : skor kebersihan gigi yang diukur menggunakan indeks
Quigley and Hein dengan kriteria skor 0-5 untuk anak usia 3-5 tahun.
Tabel 3. Kriteria penilaian skor plak gigi
Skor Kriteria
0 Tidak ada plak
1 Bercak-bercak plak yang terpisah-pisah pada servikal margin gigi
2 Lapisan plak tipis melingkari servikal margin ± 1 mm pada servikal margin
gigi
3 Lapisan plak yang lebih lebar dari 1 mm tapi menutupi kurang dari 1/3
mahkota gigi
4 Lapisan plak yang menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 mahkota gigi
3.6Prosedur Penelitian
1. Para ibu dikumpulkan dalam satu ruangan kelas dan diintruksikan untuk
mengisi kuesioner kecerdasan emosional ibu yang dibagikan oleh psikologi dari biro
yang bernama PERSONA konsultasi psikologi.
2. Kuesioner perilaku di berikan juga oleh dua orang tenaga peneliti untuk
diisi oleh ibu anak.
3. Pemeriksaan skor plak gigi anak dilakukan dengan pemeriksaan rongga
mulut menggunakan disclosing solution, kaca mulut dan sonde dengan indeks plak
modifikasi Turkey dari Quigley-Hein:18
4. Digunakan bahan pewarna gigi bewarna merah rose untuk memeriksa plak
yang terbentuk pada mahkota gigi. Caranya dengan meneteskan disclosing solution
ke ujung lidah dan diinstruksikan agar ujung lidah mengoleskannya keseluruh
permukaan gigi.
5. Pemeriksaan dilakukan pada tiap gigi yaitu : permukaan bukal dan lingual.
6. Pengukuran plak gigi anak dilakukan pada pagi hari di ruangan yang telah
disediakan pihak sekolah dengan penerangan matahari melalui jendela kelas.
7. Pengumpulan data di lapangan dilakukan oleh peneliti dan dibantu 2 orang
tenaga peneliti lainnya. Untuk menghindari terjadinya kesalahan pengukuran maka
kepada pengumpul data dilakukan kalibrasi sehingga diperoleh interpretasi yang sama
dan konsisten.
3.7Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dan tabulasi dilakukan dengan menggunakan komputer.
Analisis data untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional ibu anak dengan
perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya menggunakan uji
chi-square, sedangkan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional ibu anak
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Persentase usia responden ibu paling banyak dijumpai adalah kelompok 30-39
tahun yaitu 80% dengan tingkat pendidikan SMU sebanyak 71% (Tabel 3).
Tabel 3. Karakteristik Responden Ibu (n=100)
Karakteristik n %
Persentase usia anak TK Andreas yang paling banyak adalah usia 5 tahun
yaitu 42%, usia 4 tahun 31%, dan usia 3 tahun 27%. Persentase responden jenis
kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 61%, perempuan 39%. (Tabel 4).
Tabel 4. Karakteristik Responden Anak TK (n=100)
4.2 Kategori Kecerdasan Emosional dan Perilaku Ibu Memelihara
Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK
Sebanyak 86% ibu memiliki kecerdasan emosional tinggi dan 14% ibu
memiliki kecerdasan emosional sedang, sedangkan kecerdasan emosional yang
rendah tidak ditemukan (Tabel 5).
Tabel 5. Kategori Kecerdasan Emosional Ibu Anak TK (n=100)
Kategori Kecerdasan Emosional Ibu Anak TK
n %
Tinggi
Sedang
Rendah
86
14
-
86
14
0
Perilaku ibu memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya yang sudah baik
adalah sebanyak 74% ibu membawa anak ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali,
banyaknya pasta gigi yang diberikan ibu sewaktu menyikat gigi adalah sebesar biji
kacang polong 74%, 73% ibu memberi pasta gigi yang mengandung fluor sewaktu
anak menyikat gigi, 71% bila anak hendak jajan ibu memberikan kepada anak
buah-buahan, 68% ibu menggunakan sikat gigi khusus anak-anak untuk menyikat gigi
anaknya, 61% ibu gunakan jenis bulu sikat halus untuk menyikat gigi anak, 57% dua
kali dalam satu hari ibu menyikatkan gigi anaknya dan 56% ibu menyuruh anak
berkumur setelah anak makan makanan manis atau susu. Perilaku ibu yang masih
kurang adalah ibu membantu menyikatkan gigi anak 39% dan mengganti sikat gigi
Tabel 6. Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK (n=100)
Perilaku Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Ibu Anak TK
n %
Ibu membantu menyikatkan gigi anak a. Ya, selalu
a. Dua kali sehari,pagi setelah sarapan dan sebelum tidur b. Dua kali sehari sewaktu mandi pagi dan sore
c. Satu kali sehari sewaktu mandi pagi atau sore d. Tidak tentu
a. Sikat gigi khusus anak-anak b. Sikat gigi dewasa
c. Sembarang ukuran
a. Bila bulu sikat sudah tidak lurus lagi b. Tiga bulan sekali
c. Bila bulu sikat sudah benar-benar rusak d. Tidak pernah mengganti sikat gigi anak
52
Ibu memberikan pasta gigi yang mengandung fluor sewaktu anak menyikat gigi
Berapa banyak pasta gigi yang diberikan ke anak Ibu sewaktu menyikat gigi
Tabel 6. Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK (Lanjutan)
Perilaku Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Ibu
Anak TK n %
Kapan Ibu membawa anak ke dokter gigi
a. Setiap 6 bulan sekali b. Tidak pernah
c. Setiap tahun d. Kalau sakit gigi
74
Bila anak ibu hendak jajan maka jenis makanan apa yang ibu berikan kepada anak
a. Memberikan buah-buahan
b. Memberikan permen atau cokelat.
c. Memberikan keripik atau goreng-gorengan d. Memberikan minuman bersoda
71
Apa yang Ibu lakukan setelah memberi makanan manis atau susu kepada anak
a. Menyuruh anak berkumur-kumur dengan air putih b. Menyuruh anak menyikat gigi
c. Tidak melakukan apa-apa. d. Menyuruh anak minum air putih
56
Sebanyak 51% ibu memiliki perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut
anak adalah kategori baik, 40% sedang, dan 9% buruk. (Tabel 7)
Tabel 7. Kategori Perilaku Ibu Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK (n=100)
Kategori Perilaku Ibu Memelihara
Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya
4.3 Hubungan Kecerdasan Emosional Ibu dan Tingkat Pendidikan
Ibu dengan kecerdasan emosional tinggi mempunyai tingkat pendidikan SMU
sebanyak 80,23%. Ibu dengan kecerdasan emosional sedang mempunyai tingkat
pendidikan SMP sebanyak 42,85%. Ada hubungan antara kecerdasan emosional
dengan tingkat pendidikan (p= 0,000) (tabel 8)
Tabel 8. Hubungan Kecedasan emosional ibu dan tingkat pendidikan ibu (n=100)
Kecerdasan Emosional
Ibu Anak TK
Tingkat Pendidikan Jumlah
(%)
4.4 Hubungan Kecerdasan Emosional dan Perilaku Memelihara
Kesehatan Gigi dan Mulut Anak TK
Ibu dengan kecerdasan emosional tinggi mempunyai perilaku memelihara
kesehatan gigi dan mulut anaknya baik sebanyak 55,81%. Ibu dengan kecerdasan
emosional sedang mempunyai perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya
sedang 50%. Ada hubungan antara kecerdasan emosional ibu dengan perilaku
Tabel 9. Hubungan Kecedasan emosional dan Perilaku Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya (n=100)
Kecerdasan Emosional Ibu Anak TK
Perilaku Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya
Jumlah
4.5 Kecerdasan Emosional Ibu dengan Skor Indeks Plak Gigi Anak TK
Kecerdasan emosional ibu anak TK tinggi memiliki rata-rata skor plak anak
TK 1.15 ± 0.005 dan sedang memiliki rata-rata skor plak anak TK 1,39±0,030. (Tabel
10).
Tabel 10. Kecerdasan Emosional Ibu dengan Skor Indeks Plak Gigi Anak TK (n=100)
Kecerdasan Emosional Ibu Anak TK
Jumlah (%)
BAB 5
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kecerdasan emosional ibu
dengan perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya (p= 0,000). Semakin
tinggi kecerdasan emosional ibu anak TK maka semakin baik perilaku memelihara
kesehatan gigi dan mulut anaknya, dan sebaliknya semakin rendah kecerdasan
emosional ibu anak TK maka semakin rendah pula perilaku memelihara kesehatan
gigi dan mulut anaknya. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan di
Kecamatan Blimbing kota Malang oleh Wahyu yaitu ada hubungan yang signifikan
antara dukungan ibu dengan perilaku memelihara kesehatan gigi dan anaknya (p=
0,002).6
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kecerdasan emosional
dengan tingkat pendidikan (p= 0,000). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.22 Kecerdasan emosional ibu anak TK tinggi rata-rata skor plak gigi anak TK 1,15±0,005 dan kecerdasan emosional ibu
sedang memiliki rata-rata skor plak anak TK 1,39±0,030. (Tabel 10)
Sebanyak 57% ibu menyikat gigi anaknya dua kali dalam satu hari yaitu pagi
setelah serapan dan malam sebelum tidur, menyediakan sikat gigi khusus anak-anak
68% dan menggunakan sikat gigi yang bulunya halus 61%. Hal ini mungkin
disebabkan karena informasi tentang kesehatan gigi dan mulut sudah banyak
dipublikasikan di berbagai media cetak maupun elektronik, misalnya surat kabar,
majalah, bulletin kesehatan, internet, TV, radio dan sebagainya.
Sebagian besar ibu memberikan pasta gigi yang mengandung fluor kepada
anaknya 73%, dengan ukuran sebesar biji kacang polong 74%. Namun, masih ada ibu
dianjurkan memberikan pasta gigi dengan ukuran sebesar biji kacang polong untuk
menghindari fluorosis pada gigi anak.23
Sebagian besar ibu memberikan buah-buahan sebagai jajanan anak yaitu 71%,
dan setelah memberi makanan manis atau susu ibu menyuruh anak berkumur dengan
air putih 56%. Hal ini cukup baik karena pola jajan dapat mengurangi resiko
terjadinya penyakit gigi dan mulut pada anak.7
Persentase yang ibu tidak selalu membantu menyikat gigi anak 61%, hanya
39% yang selalu membantu menyikat gigi anaknya. Sebanyak 80% ibu tidak
mengganti sikat gigi anaknya tiga bulan sekali, dan ibu yang mengganti sikat gigi tiga
bulan sekali sangat sedikit yaitu 20%. Hal ini menunjukkan ibu kurang membantu
dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anaknya. Perlu adanya penyuluhan
bagi ibu-ibu di puskesmas tentang bagaimana menjaga kesehatan gigi dan mulut
anak.
Ibu yang membawa anaknya ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali 74%. Hal ini
sudah baik, karena pemeriksaan rutin 6 bulan sekali sangat berguna terutama dalam
memonitor pertumbuhan dan perkembangan gigi anak serta mendeteksi kelainan
rongga mulut anak sejak dini.24
Penelitian ini menunjukkan bahwa 48% ibu memiliki perilaku memelihara
kesehatan gigi dan mulut anak kategori baik, 31% kategori perilaku sedang dan 21%
kategori perilaku buruk. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan
di Kecamatan Blimbing pada anak usia prasekolah di TK Ar-Ridho kota Malang
yaitu 34% menjaga kesehatan gigi anak baik, 60% kategori cukup, dan 6% kategori
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Ibu dengan kecerdasan emosional tinggi mempunyai perilaku memelihara
kesehatan gigi dan mulut anaknya baik sebanyak 55,81%. Ibu dengan kecerdasan
emosional sedang mempunyai perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya
sedang 50%. Ada hubungan antara kecerdasan emosional ibu dengan perilaku
memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya (p=0,000).
Kecerdasan emosional ibu anak TK tinggi rata-rata skor plak anaknya
1,15±0,005 dan kecerdasan emosional ibu sedang rata-rata skor plak anaknya
1,39±0,030.
6.2 Saran
1. Diharapkan orang tua semakin meningkatkan kecerdasan emosional dan
perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya.
2. TK melakukan program penyuluhan kepada ibu-ibu tentang pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut.
3. Puskesmas mengadakan program penyuluhan kesehatan khususnya
mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak kepada masyarakat secara
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurhidayah RE. Pentingnya kecerdasan emosional bagi perawat. JKRSU 2006;
2(1) :39 - 44
2. Santoso A, Ghondoyoewono T. Correlation beetween emotional quality with
motivation of dental and oral health. Dentistry UI. 2009:7
3. Herijulianti E, Tati SI, Artini S. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2002: 35-39
4. Rachmawati D. PHP Sebelum dan sesudah menyikat gigi siswa usia 6-12 tahun di
TK Al-Azhar dan TK Al-Islam. JPDGI 2006; 56(3)
5. Djamil MS. A-Z Kesehatan gigi. Solo: Metagraf, 2011 : 37, 47
6. Wahyu, Indra. Hubungan dukungan keluarga (ibu) terhadap perilaku menjaga
kesehatan gigi anak usia prasekolah. http://indrawahyu.blogspot.com (10 Maret
2014)
7. Sumanti, V. Faktor yang berhubungan dengan partisipasi orang tua dalam
perawatan kesehatan gigi anak di puskesmas Tegallalang 1.
http:/vivinsumanti.blogspot.com (11 Juli 2014)
8. Notoadmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta,
2010: 13,133
9. Aminabadi NA, Pourkazemi M. The impact of maternal emotional intelligence
and parenting style on child anxiety and behavior in the dental setting. Med Oral
Patol Oral Cir Bucal 2012; 17 (6) : e1094
10.Ardiana A. Hubungan kecerdasan emosional perawat dengan perilaku caring
perawat pelaksanan menurut persepsi pasien di ruang rawat inap
RSU.Dr.H.Koesnadi Bondowoso.Tesis. Depok: Universitas Indonesia, 2010: 16
11.Sedyaningsih RE. Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada
peringatan bulan kesehatan gigi nasional 2011. 3 Mei 2011
12.Natamiharja L, Dwi NS. Hubungan pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu
terhadap status karies gigi balitanya. Dentika Dental J 2010; 15(1) : 38
13.Santrock JW. Child development. Alih Bahasa. Mila Rachmawati. Jakarta:
Erlangga, 2007 : 325-326
14.Tridhonanto. Meraih Sukses dengan kecerdasan emosional. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo, 2010: 7, 40
15.Sakdanur. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja kepala sekolah.
JPD 2005; 6(1) : 48
16.Notoadmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010:27
17.Mozartha M. Perilaku ibu tentukan kesehatan gigi anak.
<http://www.klikdokter.com/ article/detail/88> (26 Agustus 2013).
18.Nurdin. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial siswa di
sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan 2009; 9(1)
19.Dalimunthe SH. Periodonsia. Edisi ke-2. Medan: Bagian Periodonsia FKG USU,
2008: 62, 107
20. Ririh N. Status emosional ibu pengaruhi kesehatan gigi anak. 25 Agustus 2011.
21.Cugini M, Thompson M, Warren PR. Correlations beetween two plaque indices
in assessment of tooth brush effectiveness. Journal of Cotemporary Dental
Practice 2006; 7(5)
22.Sondang P, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008:
69-70
23.Notoadmodjo S.Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta,
Hasil Output Statistic
Statistics
Umur Pendidikan Perilaku
Kecerdasan Emosional
N Valid 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
(I)Umur (tahun) (J) Umur (tahun
Mean difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower
Skor Indeks Plak Gigi Anak*KE_Tinggi
No Nilai KE Kategori KE Skor Indeks Plak Kategori Indeks Plak
76 57 tinggi 0.93 rendah
Skor Indeks Plak Gigi Anak*KE_Sedang
No. Nilai KE Kategori KE Skor Indeks Plak Kategori Indeks Plak
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KE1 Indeks Plak Gizi
N 100 100
Normal Parametersa,b Mean 57.7800 1.8588
Std. Deviation 5.11599 .13222
Most Extreme Differences Absolute .118 .102
Positive .075 .102
Negative -.118 -.085
Kolmogorov-Smirnov Z 1.178 1.017
Asymp. Sig. (2-tailed) .124 .252
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Paired Samples Correlations
95% Confidence interfal for Mean
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 2 4 4 3 3 3 3 62 Tinggi
Pemeriksaan Indeks Plak Gigi Anak TK
RA RB
Skor Plak Gigi Bukal Lingual Bukal Lingual RA+RB:40
11 12 8 9 1.00
12 10 5 8 0.88
13 9 10 9 1.03
18 18 20 17 1.83
7 8 11 12 0.95
8 11 9 5 0.83
5 9 10 8 0.80
11 12 8 9 1.00
12 10 5 7 0.85
12 10 5 9 0.90
13 9 10 5 0.93