• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMK AL Fattah Tigaraksa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMK AL Fattah Tigaraksa"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Surotul Hidayat

NIM: 108018200011

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2015.

Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses pengintegrasian cara-cara untuk mengelola (perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, penghapusan dan pengendalian) semua sarana yang menunjang dalam proses pendidikan baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan eifisien. Penelitian dilakukan di SMK Al Fattah . Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana dalam pembelajaran di SMK Al Fattah Tigaraksa.

Pendekatan metode dalam penelitian ini menggunakan mix method antara pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan metode yang dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dalam pendekatan kualitatif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengolah data dari angket, yang menggunakan analisis prosentase. Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana dan seluruh guru yang berjumlah 23 orang. Teknik Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan cara; 1) Wawancara, 2) Angket, 3) Observasi, dan 4) Studi Dokumentasi. Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di SMK Al Fattah Tigaraksa dilakukan dengan berbagai macam cara. Mulai dari pengelolaan perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengawasan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana dalam pembelajaran di SMK Al Fattah Tigaraksa dalam kategori cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan skala dengan skor rata-rata 76,45% (kategori baik).

Mengacu dari hasil penelitian, penulis memberikan saran bagi sekolah agar lebih memperhatikan tentang pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan supaya proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien serta maksimal.

(6)
(7)

ii Assalaamuíalaikum Wr.Wb.

Alhamdulillaahirabbilíaalamin. Puji serta syukur bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad, shalawat serta salam semoga tetap dicurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita baginda Nabi Muhammad SAW. yang telah membimbing kita pada jalan yang diridhai Allah SWT.

Selama penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Manajemen Pendidikan, penulis banyak mendapatkan dukungan baik moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd, dosen pembimbing yang selalu

membimbing penulis dengan penuh kebijaksanaan dan memberikan arahan-arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dra. Manerah, dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan akademik dan motivasi kepada penulis selama proses perkuliahan.

(8)

iii

7. Almarhum Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan moral dan material, do’a dan senyuman yang menyemangati penulis untuk tabah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi.

8. Kakak-kakak, terimakasih atas kesediaan untuk selalu mendampingi, dan motivasi yang membuat penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih pula atas kasih sayangnya.

9. Pimpinan Pondok Pesantren Al Fattah Tigaraksa Kab. Tangerang, semoga Allah memberi keberkahan dan kesehatan.

10.Kepala SMK Al Fattah Tigaraksa Kab. Tangerang, semoga Allah memberi keberkahan dan kesehatan.

11.Semua dewan guru dan siswa/siswi SMK Darussalam Ciputat, yang telah membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi.

12.Teman-teman kelas A dan B KI-MP angkatan 2008 yang menjadi partner selama proses perkuliahan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, setiap saran dan kritik konstruktif selalu disambut dengan tangan terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Wassalaamuíalaikum Wr.Wb.

Jakarta, Maret 2015

(9)

iv ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Indentifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian... 7 7 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ... 8

A. Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 8

1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 8

2. Fungsi, Jenis, dan Sifat Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 12

3. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah ... 17

B. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 26

1. Perencanaan ... 32

2. Pengadaan ... 34

3. Pemeliharaan ... 39

4. Penghapusan ... 44

5. Pengendalian ... 47

(10)

v

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 52

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Teknik Pengolahan Data ... 54

G. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 60

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 60

1. Sejarah Berdirinya SMK Al Fattah Tigaraksa ... 60

2. Keadaan Siswa SMK Al Fattah Tigaraksa ... 62

3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMK Al Fattah Tigaraksa ... 63

4. Gambaran Umum Sarana dan Prasarana SMK Al Fattah Tigaraksa.. 63

B. Deskripsi Data ... 70

C. Interpretasi Data ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

(11)

vi

1. Tabel 3.1 Kisi-kisi instrument pengelolaan sarana dan prasana

pendidikan... 58

2. Tabel 4.1 Keadaan siswa SMK Al Fattah Tigaraksa ... 62

3. Tabel 4.2 Tenaga pendidik dan kependidikan ... 63

4. Tabel 4.3 Pengelolaan terhadap sarana dan prasarana pendidikan ... 71

5. Tabel 4.4 Menyusun daftar sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam mendukung materi di sekolah ... 72

6. Tabel 4.5 Meminta bantuan kepada rekan kerja dalam melakukan pengelolaan terhadap kebutuhan sarana dan prasarana ... 72

7. Tabel 4.6 Membahas masalah kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan kepala sekolah ... 73

8. Tabel 4.7 Mengusahakan sendiri sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah ... 74

9. Tabel 4.8 Mengajukkan pengadaan sarana dan prasarana pengajaran yang dibutuhkan kepada kepala sekolah... 74

10.Tabel 4.9 Mendukung proses sekolah dalam pengadaan sarana dan prasarana pendidikan ... 75

11.Tabel 4.10 Melengkapi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah .... 75

12.Tabel 4.11 Guru terlibat langsung dalam pembuatan sarana dan prasarana di sekolah... 76

13.Tabel 4.12 Melengkapi sarana dan prasarana pengajaran di sekolah melibatkan siswa... 77

14.Tabel 4.13 Pembuatan sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah melibatkan siswa ... 77 15.Tabel 4.14 Guru memanfaatkan sarana dan prasarana pengajaran

(12)

vii

18.Tabel 4.17 Guru mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana pendidikan dalam proses KBM. ... 80 19.Tabel 4.18 Menggunakan fasilitas pendidikan yang bervariasi dalam

melaksanakan proses KBM ... 81 20.Tabel 4.19 Guru diberi wewenang dan tugas untuk merawat sarana

dan prasarana pendidikan di sekolah ... 81 21.Tabel 4.20 Siswa diberi wewenag untuk menjaga sarana dan prasarana

pendidikan di sekolah... 82 22.Tabel 4.21 Memberi tanggung jawab terhadap siswa merawat sarana

dan prasarana pendidikan di sekolah ... 82 23.Tabel 4.22 sarana dan prasarana yang rusak menjadi tanggung jawab

sekolah... 83 24.Tabel 4.23 Memberikan arahan pada siswa dalam menggunakan

sarana dan prasarana pendidikan ... 84 25.Tabel 4.24 Penggunaan sarana dan prasarana pendidikan oleh siswa

dalam KBM di bawah pengawasan guru... 84 26.Tabel 4.25 Pengawasan diperlukan dalam proses penggunaan sarana

dan prasarana pendidikan di sekolah ... 85 27.Tabel 4.26 Memberisihkan sarana dan prasarana pendidikan di

sekolah………... 86

(13)

viii

Lampiran 1 : Pedoman wawancara kepala sekolah

Lampiran 2 : Pedoman wawancara wakil kepala sekolah bid. sarpars

Lampiran 3 : Angket untuk guru

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Dalam kehidupannya, manusia harus dididik dan mendidik dirinya agar terbentuk kemampuan untuk menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupannya secara terus menerus. Salah satu usaha tersebut dilakukan melalui proses belajar mengajar di sekolah sebagai satuan pendidikan.Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha tersebut, diantaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai

1

(15)

disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal. Seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan

kejiwaan peserta didik”.2

Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang amat penting, karena keberadaannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran di sekolah.

Pada kenyataannya masih banyak sekolah yang sarana dan prasarananya belum memadai sesuai dengan standar pengelolaan sarana dan prasarana yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sarana dan prasarana harus dikelola secara sistematis. Dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah harus ada faktor yang menunjang untuk kelancaran proses kegiatan di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran di sekolah. Dengan alasan bahwa pengetahuan murid tidak terbatas pada pengetahuan konseptual semata, tetapi butuh pemahaman secara praktek agar murid benar-benar mengerti kegunaan dari ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru dan manfaatnya untuk diamalkan pada kehidupan sehari-hari.

Meskipun telah bermunculan sekolah-sekolah yang kualitasnya baik, tetapi masih banyak juga sekolah yang masih dipandang minus sebagian masyarakat. Kenyataan memperlihatkan sebagian sekolah masih memiliki kekurangan yang meliputi rendahnya kualifikasi dan kompetensi pendidik serta sarana dan prasarana yang belum memadai.

2

(16)

Masyarakat juga memandang bahwa sekolah adalah satu-satunya tempat belajar yang dalam banyak hal kurang dikelola secara profesional. Pemahaman seperti ini tentu saja kurang menguntungkan, karena ada kesan bahwa kalau sesuatu itu diletakkan dalam hanya sekolah tempat belajar. Kalau tidak dikelola secara profesional, maka wajar kalau dalam banyak hal juga seadanya termasuk di dalam hal partisipasi keuangan. Kalau sudah demikian, maka dampaknya akan mengena pada hal-hal lain. misalnya pada pembangunan sarana dan prasarana, penyediaan sarana pembelajaran, kesejahteraan guru dan pegawai, dan sebagainya.

Untuk menepis anggapan negatif masyarakat tentang sekolah, diperlukan suatu standar pendidikan untuk meningkatkan mutu di satuan pendidikan. Karena standar merupakan acuan dasar atau tolak ukur bagi semua pihak sehingga dapat menetapkan kriteria minimum dan maksimum sesuatu. Maka dari itu pemerintah menetapkan 8 (Delapan) Standar Pendidikan yang harus dipenuhi setiap Satuan pendidikan yang ada di Indonesia termasuk Sekolah.

Hal ini tertera di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 BAB IX tentang Standar Pendidikan Nasional Pendidikan pasal 35 ayat (1) bahwa Standar Nasional Pendidikan terdiri atas Standar Isi, Proses, Kompetensi Lulusan, Tenaga Kependidikan, Sarana Dan Prasarana, Pengelolaan, Pembiayaan, Dan Penilaian Pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.3Untuk sekolah, standar ini berfungsi sebagaian acuan agar output sekolah dapat berkompetensi dengan satuan lembaga pendidikan lainnya dibidang norma, intelektual maupun spiritual.

Karena hal ini berkaitan dengan mutu pendidikan, pasal 35 Undang-Undang nomor 2 tahun 2003 mengamanatkan perlunya Standar Nasional Pendidikan yang dijelaskan pada BAB XII pasal 45 tentang sarana dan parasarana pendidikan ayat (1) setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi Fisik, Kecerdasan Intelektual, Sosial, Emosional dan Kejiwaan

3

(17)

Peserta Didik, dan ayat (2) ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pada semua satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut pada peraturan pemerintah.4

Standar yang telah ditetapkan pemerintah yang berupa Undang-Undang bertujuan untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu masih jauh dari apa yang diharapkan dan belum terlaksana secara optimal di Sekolah-sekolah yang ada di Negeri ini terutama sekolah. Sampai hari ini masih banyak sekolah yang belum mampu mengimplemtasikan standar sarana dan parasarana pendidikan secara benar terutama dalam persoalan pengelolaan sarana dan parasarana pendidikan, yang diantaranya adalah perencanaan dalam mengadakan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan perlengkapan sekolah, pemeliharaan sarana dan prasarana, penghapusan serta pengendalian yang dapat diartikan pengawasan program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan.

Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya pendidikan yang perlu dan penting untuk dikelola dengan baik serta merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manajemen pendidikan. Seperti gedung, tanah, perlengkapan administrasi sampai pada sarana yang digunakan langsung dalam proses belajar mengajar di kelas.

Dengan keterbatasan sarana prasarana pendidikan dan pengajaran di sekolah sudah tentu mempengaruhi hasil pembelajaran siswa. Dengan kata lain proses pelaksanaan pendidikan di sekolah dan permasalahan pembelajaran bukan hanya dihadapi oleh guru yang bersangkutan, tetapi didukung pula oleh keberadaan dan kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan tersebut.

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi maka dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan usaha pemanfaatan alat peraga dan alat praktek sebagai sarana untuk membangkitkan motivasi belajar siswa serta menghemat waktu.

Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk

4

(18)

mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas.Sarana sering disebut juga sebagai administrasi materiil, atau administrasi peralatan, adalah segenap proses penataan yang bersangkut-paut dengan pengadaan, pendayagunaan dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Proses Belajar Mengajar (PBM) atau Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) akan semakin sukses bilamana ditunjang dengan sarana prasarana pendidikan yang memadai. Tentunya sarana dan prasarana pendidikan tersebut harus dikelola dengan baik, agar mempunyai manfaat yang baik bagi seluruh komponen sekolah.5

Seperti halnya keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan Al Fattah(SMK Al Fattah) yang merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam atau instusi yang bergerak di bidang pendidikan yang terletak di daerah Jl. Aria Jaya Santika Kp. Seglog Desa Pasir Bolang Kec. Tigaraksa Kab. Tangerang, yang sarana dan prasarananya belum memadai, baik dari lingkungan sekolahnya, gedung, maupun fasilitas-fasilitas yang lain, dan secara umum mengenai pengelolaan, pemanfaatan, pemeliharaan serta pengadaan sarana prasarana belum efektif. Untuk itu penulis ingin mengetahui pentingnya peranan sarana dan prasarana pendidikan bagi kelancaran proses belajar mengajar, maka perlu dilakukan usaha-usaha tertentu kearah pengelolaan, pengadaan, penggunaan, dan pemeliharaan sarana pendidikan secara efektif dan efisien serta penyusunan yang obyektif dan rasional.

Untuk menjawab persoalan di atas maka pada kesempatan ini penulis mencoba untuk melakukan penelitian tentang “PENGELOLAAN SARANA

DAN PRASARANA PENDIDIKAN DISMK AL FATTAHTIGARAKSA”.

5

(19)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat didefinisikan masalah yang ada sebagai berikut:

1. Belum terpenuhinya pengadaan sarana dan parasarana yang menunjang proses pendidikan di SMK Al Fattah Tigaraksa.

2. Adanya kegiatan Pemeliharaan yang belum efektif di SMK Al Fattah Tigaraksa.

3. Pelaksanaan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMK Al Fattah Tigaraksa belum maksimal.

4. Sistem pengendalian sarana dan prasarana pendidikan yang kurang baik di SMK Al Fattah Tigaraksa.

C.Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan peneliti dalam biaya, waktu, dan kemampuan akademik. Maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di SMK Al Fattah Tigaraksa.

Adapun yang dimaksud dengan Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses pengintegrasian cara-cara untuk mengelola (perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, penghapusan dan pengendalian) semua sarana yang menunjang dalam proses pendidikan baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan eifisien.

Pembatasan masalah yang diambil adalah:

1. Belum terpenuhinya pengadaan sarana dan parasarana yang menunjang proses pendidikan di SMK Al Fattah Tigaraksa.

2. Ekegiatan Pemeliharaan yang belum efektif di SMK Al Fattah Tigaraksa.

(20)

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka yang menjadi perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Bentuk Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMK Al Fattah Tigaraksa?”.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui realitas pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Al Fattah Tigaraksa (SMK Al Fattah Tigaraksa).

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah: untuk meningkatkan kompetensi manajerial sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsi manajerial pendidikan. 2. Bagi para Guru: sebagai bahan untuk diterapkan dalam proses kegiatan

belajar mengajar, sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan.

3. Bagi Peneliti: sabagai bahan untuk wawasan baru mengenai permasalahan pengelolaan sarana prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang terjadi di sekolah.

(21)

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Sarana dan Prasarana Pendidikan

1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan

(22)

alat-alat yang digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan agar mutu pendidikan yang dihasilkan oleh sekolah dapat berjalan dengan optimal.

Sarana adalah semua barang yang diperlukan baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang dianggap sebagai penunjang pelaksanaan tugas pendidikan di sekolah.1 Sarana yang dimaksud dari pengertian yang sudah dijelaskan adalah bahwa apa saja yang berupa benda/barang dan alat-alat yang digunakan di dalam proses pendidikan dan dapat menunjang proses pembelajaran disekolah disebut dengan sarana.

Dalam dunia pendidikan sarana bisa diartikan sebagai alat yang digunakan dalam proses pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada anak didik, sehingga anak didik terbantu dengan adanya alat pendidikan untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan. maka tujuan pendidikan akan tercapai dengan optimal. Dengan demikian, sarana dalam lembaga pendidikan lebih dikenal dengan sebutan sarana pendidikan.

Menurut rumusan tim penyusun pedoman pembakuan media pendidikan Departemen Pendidikan Kebudayaan:

“Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar, baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian

tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien.”2

Lebih jelasnya lagi akan dijelaskan dalam pengertian luas, sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabotan yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.3

Sarana di dalam pendidikan selain diartikan sebagai alat, perangkat maupun perabotan yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran, ternyata dari pendapat yang telah dijelaskan di atas dapat diartikan juga

1

Piet A, Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), Cet. 1, h. 170

2

Suharsimi, Arikunto, Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1993), cet. 2, h. 82.

3

(23)

bahwa yang termasuk sarana di dalam pendidikan yaitu segala sesuatu yang diperlukan di dalam proses belajar-mengajar termasuk juga fasilitas yang digunakan oleh pendidik dan peserta didik pada saat proses pembelajaran. Selain itu, penjelasan tentang sarana pendidikan akan lebih jelas dikemukakan oleh pendapat Ahmad Tafsir yang berpendapat bahwa sarana pendidikan merupakan semua yang digunakan guru dan murid dalam proses pendidikan. ini mencangkup perangkat keras dan perangkat lunak, perangkat keras seperti gedung sekolah dan alat laboratorium dan perangkat lunak seperti kurikulum, metode dan administrasi.4 Menurut E. Mulyasa sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses mengajar. seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat media pengajaran.5

Dari beberapa pengertian tersebut, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan baik berupa fasilitas, barang dan alat-alat yang secara langsung, bergerak maupun yang tidak bergerak dan menunjang proses belajar mengajar agar memudahkan siswa dalam menerima pelajaran. sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara lancar, efektif dan efisien. Contoh sarana pendidikan yaitu Buku pelajaran, alat tulis, Papan tulis, kursi, meja dan alat atau media yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

Prasarana secara etimologi (arti kata), merupakan alat tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Prasarana pendidikan misalnya lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga dan sebagainya.6 Secara umum, prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.7

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi Dan Implementasi), (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002 ) cet. 1, h, 49

6

Tholib, Kasan, Teori Dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Pres), h. 91, t.t.

7

(24)

Sama halnya dengan sarana, prasarana juga bukan hanya alat dan perangkat yang digunakan dalam proses pendidikan di sekolah secara tidak langsung, tetapi fasilitas juga dikategorikan sebagai prasarana dalam pendidikan. Diantaranya yaitu: halaman, kebun/taman sekolah, jalan menuju sekolah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah semua bentuk fasilitas, barang maupun alat yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pengajaran atau pendidikan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan langsung dalam proses pembelajaran baik yang berupa fasilitas, barang maupun alat-alat. Sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung secara efektif. Peran sarana dalam pendidikan sangatlah penting, karena Apabila sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran kelengkapannya tidak diperhatikan akan menghambat proses berjalannya pembelajaran.

Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua bentuk fasilitas, barang atau alat yang secara tidak langsung dapat menunjang proses pendidikan. karena prasarana sebagai alat pendidikan yang digunakan secara tidak langsung, maka kehadirannya bersifat mendukung di dalam proses pembelajaran. Tetapi tetap saja perannya sangat dibutuhkan dan berpengaruh dalam proses belajar. Contoh prasarana pendidikan diantaranya: ruang kelas, perpustakaan, masjid, kebun, halaman dan lain sebagainya yang menunjang proses pendidikan.

Adapun yang termasuk dalam sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan adalah peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar, bahan habis pakai, lahan, ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru atau pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang kerja, ruang kantin, tempat olahraga,dan tempat beribadah.8 Dari beberapa penjelasan tentang sarana dan prasarana pendidikan, maka dapat disimpulkan

8

www.djpp.depkumham.go.id, mengenai Peraturan Pemerintah RI no. 19 Tahun 2005 Tentang

(25)

bahwa yang dimaksud dengan sarana dan prasarana pendidikan adalah semua fasilitas, barang dan alat-alat yang menunjang dalam proses pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung dan mempunyai peran yang masing-masing dan bersifat penting serta menjadi faktor pendukung dalam menunjang proses pembelajaran.

2. Fungsi, Jenis, dan Sifat Sarana dan Prasarana Pendidikan

Secara umum, sarana dan prasarana pendidikan merupakan segala fasilitas, barang/benda dan alat yang digunakan dalam proses pendidikan. salah satunya yaitu dalam proses belajar-mengajar. Bagi guru dan murid sarana sangat menunjang dalam penyampaian materi-materi pembelajaran yang diberikan di kelas. Proses transferisasi ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik membutuhkan alat pendidikan yang digunakan dalam memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu, sarana dan prasarana pendidikan memiliki fungsi, jenis, dan sifat yang berguna bagi terlaksananya proses pembelajaran dengan baik. Serta hakikat sarana dan prasarana harus mempunyai fungsi yang sangat beragam dalam membantu proses pembelajaran untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sarana dan prasarana pendidikan pun memiliki berbagai jenis dan sifat bermacam-macam, sehingga proses pendidikan menjadi menarik bagi siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dengan demikian, Sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di sekolah-sekolah dapat ditinjau dari fungsi, jenis dan sifatnya, antara lain:

1. Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM, prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan). Termasuk dalam prasarana pendidikan adalah tanah, halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan sekolah, jaringan jalan, air, listrik, telepon, serta perabotan/meliber.

Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM, seperti alat pelajaran, alat peraga, alat praktek dan media pendidikan. 9

9

(26)

Prasarana pendidikan pada pengertian yang telah dijelaskan, mempunyai peran secara tidak langsung dalam menunjang proses pembelajaran. maka prasarana menjadi faktor pendukung dalam pendidikan. Sehingga fungsi kehadirannya kurang menentukan efektifnya proses belajar-mengajar. Namun, bukan berarti dalam kegiatan pengadaannya tidak diperhatikan karena tanpa adanya prasarana pendidikan ini dapat menghambat proses pendidikan yang berlangsung di sekolah. Hal ini disebabkan prasarana di dalam proses pendidikan dapat berguna sebagai faktor pendukung dan di dalamnya terjadi aktifitas pendidikan. Yang termasuk di dalam prasarana pendidikan yaitu: gedung/bangunan sekolah (ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, ruang laboratorium, perpustakaan, lapangan, kebun/taman, jamban, ruang tata usaha, ruang konseling, ruang UKS, tempat ibadah, ruang organisasi, gudang, dan jamban), jaringan jalan, air, listrik telepon, serta perabotan/meliber.

Sedangkan sarana pendidikan berfungsi secara langsung di dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, fungsi sarana sangat penting dan ikut terlibat langsung dalam proses belajar-mengajar (PBM). dan juga dapat dikatakan bahwa fungsi kehadirannya dalam proses belajar-mengajar sangat menentukan efektifitas kegiatan tersebut. Misalnya, buku pelajaran yang digunakan peserta didik pada saat pembelajaran. karena tanpa adanya buku pelajaran, proses terjadinya tranferisasi ilmu pengetahuan dari guru kepada peserta didik kurang berjalan optimal. Yang termasuk dalam sarana pendidikan yaitu: alat pelajaran, alat peraga, alat praktek dan media pendidikan. Jadi, tanpa adanya sarana dan prasarana pendidikan proses pembelajaran kurang berjalan dengan baik. maka fungsi dari sarana dan prasarana tersebut harus dipahami dengan baik.

(27)

2. Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan non fisik.

Fasilitas fisik atau fasilitas material yaitu segala sesuatu yang berwujud benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha, seperti kendaraan, mesin tulis, komputer, perabotan, alat peraga, model, media, dan sebagainya.

Fasilitas Nonfisik yakni sesuatu yang bukan benda mati, atau kurang dapat disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha seperti manusia, jasa, uang.10

Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, fasilitas yang dimaksud adalah berbentuk sarana dan prasarana pendidikan yang digunakan di sekolah. Fasilitas ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu fasilitas Fisik dan Nonfisik. Fasilitas fisik atau yang biasa juga disebut dengan fasilitas materil, yaitu semua bentuk sarana dan prasarana pendidikan yang digunakan sekolah dan berupa benda mati tetapi mempunyai peran penting yang secara langsung melancarkan usaha atau proses pendidikan yang ada di sekolah. Misalnya, kendaraan yang biasa digunakan untuk transportasi, mesin tulis yang biasanya digunakan seperti mesin tik atau komputer, perabotan yang menunjang proses pendidikan, alat peraga yang digunakan dalam proses belajar mengajar, model kerangka manusia atau anatomi tubuh manusia yang dipakai saat pembelajaran praktek bidang studi, media pembelajaran/pendidikan, dan lain sebagainya.

Ada juga pendapat lain yang mengartikan sarana dan prasarana pendidikan sebagai kebutuhan fisik sekolah. Menurut Tholib Kasan yang dimaksud kebutuhan fisik sekolah adalah:

a) Kantor, b) Sekolah, c) Rumah dinas, d) Gudang,

10

Ary, H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro),

(28)

e) Laboratorium dll,11

Sedangkan sarana dan prasarana yang dikategorikan ke dalam fasilitas Nonfisik, yaitu segala hal yang secara tidak langsung merupakan faktor-faktor pendukung proses pendidikan. Tetapi bukan berupa benda mati atau kurang bisa disebut dengan benda ataupun dibendakan dan perannya dapat memudahkan atau melancarkan segala usaha yang dilaksanakan di dalam proses pendidikan. yang termasuk dalam fasilitas nonfisik diantaranya faktor Sumber Daya Manusia; sebagai pendukung proses kegiatan belajar mengajar, kemudian Jasa; salah satu contohnya yaitu kinerja guru dalam mengajar. Memberikan motivasi kepada peserta didik dan melayani konsultasi peserta didik saat mengalami permasalahan. Yang terakhir adalah Uang; Faktor ekonomi merupakan faktor yang terpenting tetapi tidak semua hal dapat didukung /ditukar oleh uang karena ada sarana kreatif lain yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran. tetapi kehadiran uang juga sangat penting, karena pengadaan barang-barang atau sarana dan prasarana sebagian besar karena adanya fungsi uang tersebut.

Secara umum, fungsi yang dikategorikan sebagai jenis bisa digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam arti bahwa adanya klasifikasi sarana dan prasarana dapat ditinjau dari segi sifatnya, antara lain:

3. Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak. a. Barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan,

dikelompokan menjadi barang habis pakai dan barang tidak habis pakai.

1) Barang habis pakai adalah barang yang susut volumenya pada waktu dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat susut terus sampai habis atau tidak berfungsi lagi, seperti spidol, kapur tulis, tinta, kertas, penghapus, hapusan dan lain sebagainya.

2) Barang tidak habis pakai ialah barang-barang yang dapat dipakai berulang kali serta tidak susut volumenya semasa

11

(29)

digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, tetapi tetap memerlukan perawatan agar selalu siap pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti mesin tulis, komputer, mesin tik, kendaraan, perabot, media pendidikan dan sebagainya. b. Barang tidak bergerak adalah barang yang tidak

berpindah-pindah letaknya atau tidak bisa diberpindah-pindahkan, seperti tanah, bangunan/gedung, sumur menara dan lain sebagainya.12

Sarana dan prasarana yang dipakai di sekolah dapat diklasifikasikan sifatnya menjadi barang-barang yang bergerak dan tidak bergerak. Barang yang bergerak ini dapat dipindah tempatkan dan pastinya volume barang tersebut dapat terjangkau oleh penggunanya. Barang yang dapat dipindahkan ini terbagi menjadi barang yang habis pakai dan barang tidak habis pakai.

Barang-barang habis pakai ini dipergunakan pada jangka waktu tertentu saja karena volumenya akan susut pada saat digunakan dan sampai barang tersebut habis nilai gunanya. Barang yang termasuk habis pakai, antara lain kapur tulis dan spidol yang digunakan dalam proses pembelajaran. Barang tidak habis pakai jangka waktu penggunaannya biasanya lebih lama dari pada barang habis pakai, karena volumenya tidak berkurang sedikitpun hanya saja membutuhkan perawatan yang berkesinambungan dan memerlukan anggaran biaya yang perlu diperhitungkan. Sehingga barang tersebut siap pakai pada waktu akan dipergunakan. misalnya mesin tik, komputer yang dipergunakan dalam proses pendidikan, kendaraan sebagai alat transportasi sehingga memudahkan pihak sekolah dalam melakukan aktivitas yang ada di sekolah, media pendidikan dan lain sebagainya.

Selanjutnya adalah barang yang tidak bergerak atau tidak dapat dipindah tempatkan letaknya. Secara fisik barang-barang yang tidak bisa digerakkan ini dapat berupa prasarana atau fasilitas yang digunakan di dalam proses pendidikan. Yang termasuk

12

(30)

barang tidak bisa digerakkan yaitu lahan, gedung/bangunan yang didalamnya berlangsung proses pendidikan, sumur menara, dan lain sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan, Dengan menggunakan sarana dan prasarana pendidikan ini proses pembelajaran yang ada dalam pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien. Fungsi sarana dan prasarana dalam pendidikan dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung, baik dari jenisnya yang dapat dibedakan secara fisik dan nonfisik, serta sifatnya yang dapat digerakan/dipindahkan dan tidak bergerak harus dipenuhi kebutuhannya secara lengkap dari lahan, gedung/bagunan, media pembelajaran, hingga alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran. Serta perawatannya juga harus diperhatikan. sehingga sarana dan parasarana yang ada di sekolah dapat terjaga kegunaan dan manfaatnya, sehingga pada saat dibutuhkan fasilitas atau barang tersebut dapat digunakan sesuai dengan yang diharapkan.

3. Standar Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di Sekolah

Di Indonesia, memiliki delapan standar pendidikan yang digunakan untuk meningkatan mutu pendidikan. Delapan standar ini berfungsi sebagai tolak ukur bagi semua pihak sehingga dapat menetapkan kriteria minimum dan maksimum di setiap satuan pendidikan. Delapan kriteria ini adalah: Standar isi, Proses, Kompetensi Lulusan, Tenaga Kependidikan, Sarana Dan Prasarana, Pengelolaan, Pembiayaan, dan Penilaian Pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.13 Salah satu standar yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan adalah standar sarana dan prasarana yang ada di setiap tingkatan pendidikan. Di

13

(31)

bawah ini adalah standar sarana dan prasarana pendidikan yang harus dipenuhi oleh Satuan Pendidikan Tingkat Menengah

a. Kelengkapan Sarana Dan Prasarana

Sebuah sekolah sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1. Ruang kelas,

2. Ruang perpustakaan, 3. Ruang laboratorium IPA, 4. Ruang pimpinan,

5. Ruang guru, 6. Ruang tata usaha, 7. Tempat beribadah, 8. Ruang konseling, 9. Ruang UKS,

10.Ruang organisasi kesiswaan, 11.Jamban,

12.Gudang,

13.Ruang sirkulasi,

14.Tempat bermain/berolahraga.14

Dalam pengadaan satuan pendidikan, lahan, bangunan dan kelengkapan sarana dan prasaran pendidikan harus sesuai dengan standar yang tertera dalam Peraturan Menteri No. 40 Tahun 2008 yang telah dipaparkan diatas. Hal ini dilakukan agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan efektif serta efisien. Permen ini berlaku bagi setiap satuan pendidikan yang ada di Indonesia, apabila tidak dilaksanakan akan menghambat proses belajar dan mutu output pendidikan yang ada di lembaga pendidikan tersebut tertinggal dalam segi prestasi.

Penjelasan yang lebih rinci dari lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 40 tahun 2008 tentang Standar Sarana Dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan sebagai berikut:

14

(32)

1. Lahan adalah bidang permukaan tanah yang diatasnya terdapat sarana dan prasarana sekolah/madrasah meliputi bangunan, lahan praktik, lahan untuk sarana dan prasarana penunjang, dan lahan pertamanan.

2. Gedung adalah bangunan yang digunakan untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah.

3. Ruang kelas adalah ruang untuk pembelajaran teori dan praktik yang tidak memerlukan peralatan khusus.

4. Ruang perpustakaan adalah ruang untuk menyimpan dan memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka. 5. Ruang laboratorium adalah ruang untuk pembelajaran secara

praktik yang memerlukan peralatan khusus.

6. Ruang pimpinan adalah ruang untuk pimpinan untuk melakukan kegiatan pengelolaan sekolah/madrasah.

7. Ruang guru adalah ruang untuk guru bekerja diluar kelas, beristirahat, dan menerima tamu.

8. Ruang Tata Usaha adalah ruang untuk pengelolaan administrasi sekolah/madrasah.

9. Ruang konseling adalah ruang untuk peserta didik mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir.

10.Ruang UKS adalah ruang untuk menangani peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan dini dan ringan di sekolah/madrasah.

11.Tempat beribadah adalah tempat warga sekolah/madrasah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masng-masing pada waktu sekolah.

(33)

14.Gudang adalah ruang untuk menyimpan peralatan pembelajaran diluar kelas, peralatan sekolah/madrasah yang tidak/belum berfungsi, dan arsip sekolah/madrasah.

15.Ruang sirkulasi adalah ruang penghubung antar bagian bangunan sekolah/madrasah

16.Tempat olahraga/tempat bermain adalah ruang terbuka atau tertutup yang dilengkapi dengan sarana untuk melakukan pendidikan jasmani dan olahraga.15

Ketentuan-ketetuan mengenai standar setiap ruang di sekolah beserta sarana yang ada. Setiap ruang diatur dalam standar yang di jelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia dari perabot, media pendidikan yang digunakan dalam pembelajaran dan perlengkapan lainnya yang dipakai di dalam kelas akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:

1. Ruang Kelas

a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktik yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktik dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.

b. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.

c. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 32 peserta didik. d. Rasio minimum ruang kelas adalah 2 m²/peserta didik,

rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas adalah 5 m.

e. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan.

f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.

g. Ruang kelas dilengkapi dengan sarana yang di dalamnya terdapat perabot: Kursi peserta didik, meja peserta didik, kursi guru, meja guru, lemari, dan papan panjang. Selanjutnya ada media pendidikan yaitu papan tulis, kemudian ada perlengkapan lain yang dibutuhkan di dalalam ruang kelas yaitu tempat sampah, tempat cuci tangan, jam dinding dan kontak kotak.

15

(34)

Sarana yang terdapat di ruang kelas tersebut harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

2. Ruang Perpustakaan,

a. Ruang Perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.

b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan satu setengah kali luas ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan adalah 5 cm.

c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.

d. Ruang perustakaan terletak di bagian sekolah/madrasah yang mudah dicapai.

e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada standar sarana yang berlaku, yaitu buku yang terdapat di dalam perpustakaan adalah: buku teks pelajaran, buku panduan pendidikan, buku pengayaan, buku referensi, dan sumber lainnya. Kemudian ada juga perabot yang mendukung kelengkapan perpustakaan sekolah, yaitu: rak buku, rak majalah, rak surat kabar, meja baca, kursi baca, kursi kerja, meja kerja/sirkulasi, lemari catalog, lemari, papan pengumuman dan meja multimedia. Selanjutnya ada media pendidikan juga yang dibutuhkan dalam perpustakaan yaitu peralatan multimedia, kemudian ada perlengkapan lainnya juga seperti buku inventaris, tempat sampah, kotak kontak dan jam dinding sesuai standar yang telah ditetapkan.

3. Ruang Laboratorium IPA,

a. Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya tempat kegiatan pembelajaran IPA secara praktik yang memerlukan peralatan khusus.

b. Ruang laboratorium IPA dapat menampung minimum satu rombongan belajar.

c. Rasio minimum luas ruang laboratorium IPA adalah 2,4 m²/peserta didik. untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium adalah 48 m². termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m². Lebar minimum ruang laboratorium IPA adalah 5 m².

d. Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan fasilitas untuk member pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan.

e. Tersedia air bersih.

(35)

meja persiapan, lemari alat, lemari bahan,dan bak cuci. Peralatan pendidikan juga dibutuhkan dan sangat penting dalam menunjang proses belajar mengajar/praktik, diantaranya: mistar, jangka sorong, timbangan, stopwatch, rol meter, thermometer 100 C, gelas ukur, massa logam, multimeter AC/DC, 10 kilo ohm/volt, batang magnet, globe, model tata surya, garpu tala, bidang miring, dynamometer, katrol tetap, katrol bergerak, balok kayu, percobaan muai panjang, percobaan optik, percobaan rangkaian listrik, gelas kimia, model molekul sederhana, pembakar spiritus, cawan penguapan, kaki tiga, plat tetes, pipet tetes+karet, mikroskop monokuler, kaca penmbesar, poster genetika, model kerangka manusia, model tubuh manusia, gambar/model pencernaan manusia, gambar/model system peredarana darah manusia, gambar/model system pernafasan manusia, gambar/model jantung manusia, gambar/model mata manusia, gambar/model telinga manusia, gambar/model tenggorokan manusia, dan petunjuk percobaan. Ada juga media pendidikan yaitu papan tulis, dan perlengkapan lain yang juga menunjang kelengkapan ruang laboratorium IPA, diantaranya: kotak kontak, alat pemadam kebakaran, peralatan P3K, tempat sampah, dan jam dinding. Semua sarana yang terdapat di dalam ruang laboratorium IPA harus sesuai standar yang telah di tetapkan.

4. Ruang Pimpinan,

a. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan sekolah/madrasah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsure komite sekolah/majelis madrasah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya.

b. Luas minimum ruang pimpinan adalah 12 m² dan lebar minimum adalah 3 m. Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah/madrasah, dapat dikunci dengan baik.

Ruang pimpinan dilengkapi sarana sebagaimana terdapat standar yang telah ditetapkan yaitu perabot: kursi pimpinan, meja pimpinan, kursi danmeja tamu, lemari, dan papan statistic. Kemudian terdapat perlengkapan liannya yaitu: symbol kenegaraan, tempat sampah, dan jam dinding.

5. Ruang Guru

a. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta menerima tamu baik peserta didik maupun tamu lainnya. b. Rasio minimum luas ruang guru adalah 4 m²/pendidik atau luas

minimum adalah 40 m².

(36)

d. Ruang guru dilengkapi sarana yang di dalamnya terdapat perabot: kursi kerja, meja kerja, lemari, kursi tamu, papan statistikdan papan pengumuman. Dalam ruang guru juga terdapat perlengkapan lain seperti tempat sampah, tempat cuci tangan, dan jam dinding.

6. Ruang Tata Usaha

a. Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk mengerjakan administrasi sekolah/madrasah.

b. Rasio minimum luas ruang tata usaha adalah 4 m²/petugas dan luas minimum adalah 16 m².

c. Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah ataupun dari lingkungan sekolah/madrsah, serta dekat dengan ruang pimpinan.

d. Ruang tata usaha dilengkapi sarana yang di dalamnya ada kursi kerja, meja kerja, lemari, dan papan statistik yang termasuk dalam perabotan. Kemudian dibutuhkan juga perlengkapan lain yaitu: mesin ketik/komputer, filling cabinet, brankas, telepon, jam dinding, kotak kontak, penanda waktu, dan tempat sampah sesuai dengan standar yang ada.

7. Tempat Beribadah

a. Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah/madrasah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah/madrasaah.

b. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap SMK, dengan luas minimum adalah 12 m².

c. Tempat beribadah dilengkapi dengan sarana diantaranya perabot yang di dalamnya terdapat lemari/rak. Kemudian perlengkapan lain diantaranya perlengkapan ibadah dan jam dinding sesuai dengan satndar yang telah ditetapkan.

8. Ruang Konseling

a. Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.

b. Luas minimum ruang konseling adalah 9 m².

c. Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin privasi peserta didik.

(37)

9. Ruang UKS

a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat penanganan dini peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah/madrasah. b. Luas minimum ruang UKS adalah 12 m².

c. Ruang UKS dilengkapi sarana yang di dalamnya ada perabot yaitu: tempat tidur, lemari, meja, dan kursi. Dan perlengkapan lainnya diantaranya catatan kesehatan peserta didik, perlengkapan P3K, tandu, selimut, tensimeter, thermometer badan, timbangan badan, pengukur tinggi badan, tempat sampah, tempat cuci tangan dan jam dinding.

10.Ruang Organisasi Kesiswaan

a. Ruang organisasi kesiswaan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan kesekretariatan pengelolaan organisasi kesiswaan.

b. Luas minimum ruang organisasi kesiswaan adalah 9 m².

Ruang organisasi kesiswaan dilengkapi sarana diantaranya meja, kursi, papan tulis, dan lemari. Perlengkapan lainnya yaitu jam dinding.

11.Jamban

a. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil. b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta didik

pria, 1 unit jamban untuk setiap 30 orang peserta didik wanita, dan 1 unit jamban guru. Jumlah minimum jamban di setiap sekolah/madrasah adalah 3 unit.

c. Luas minimum 1 unit jamban adalah 2 m².

c. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, mudah dibersihkan.

d. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

e. Jamban dilengkapi sarana yang termasuk dalam perlengkapan lainnya yaitu: kloset jongkok, tempat air, gayung, gantungan pakaian, dan tempat sampah.

12.Gudang

a. Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pembelajaran di luar kelas, tempat menyimpan sementara peralatan sekolah/madrasah yang tidak/belum berfungsi, dan tempat menyimpan arsip sekolah/madrasah yang telah berusia lebih dari 5 tahun.

b. Luas minimum gudang adalah 21 m². c. Gudang dapat dikunci

(38)

13.Ruang sirkulasi

a. Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang dalam bangunan sekolah/madrasah sebagai tempat berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung dihalaman sekolah/madrasah.

b. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-ruang di dalam bangunan sekolah/madrasah dengan luas minimum adalah 30% dari luas total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum adalah 1,8 m dan tinggi minimum adalah 2,5m.

c. Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan baik, beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

d. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm.

e. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dilengkapi dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga.

f. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tidak lebih dari 25 m.

g. Lebar minimum tangga adalah 1,8 m, tinggi maksimum anak tangga adalah 17 cm, lebar anak tangga adalah 25-30 cm, dan dilengkapi dengan pegangan tangan yang kokoh dengan tinggi 85-90 cm.

h. Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.

i. Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

14.Tempat Bermain/Berolahraga.

a. Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara dan kegiatan ekstrakulikuler.

b. Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga adalah 3 m²/peserta didik. Jika banyak peserta didik kurang dari 334 orang, maka luas minimum tempat bermain/berolahraga adalah 1000 m². c. Di dalam luasan tersebut terdapat tempat berolahraga berukuran

minimum 30 m x 20 yang memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang mengganggu kegiatan berolahraga.

d. Sebagian tempat bermain ditanami pohon penghijauan.

(39)

f. Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir. g. Tempat bermain/berolahraga dilengkapi sarana atau peralatan

pendidikan yaitu: tiang bendera, bendera, peralatan bola voli, peralatan sepak bola, peralatan bola basket, peralatan senam, peralatan atletik, peralatan seni budaya, dan peralatan keterampilan. Kemudian perlengkapan lain yang dibutuhkan yaitu pengeras suara dan tape recorder. Semua standar dalam sarana yang termasuk dalam kelengkapan sarana di Sekolah Menengah Kejuruan akan dijelaskan lebih rinci dalam lampiran. 16

B. Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Menurut Winarto Hamiseno, yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto, pengelolaan adalah substantif (inti) atau maknanya sama dengan mengelola. Sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian.17

Istilah lain dari kata pengelolaan adalah „’Manajemen’’. Manajemen adalah kata yang berasal dari bahasa inggris, yaitu Management. Manajemen atau pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar Sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar dan efektif.18 Manajemen dibutuhkan oleh setiap organisasi, lembaga, sekolah, karena tanpa manajemen semua usaha yang dilakukan akan sia-sia dan sulit untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang baik. Sedangkan menurut Nanang Fatah, manajemen atau pengelolaan diartikan sebagai proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.19

16

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Menengah Kejuruan. h.42

17

Suharsimi, Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,

(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996) h.8

18

Suharsimi, Arikunto, Pengelolaan Kelas…,hal. 8

19

(40)

Manajemen pada dasarnya merupakan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu.20 Jadi, manajemen adalah proses penyatuan atau pengintegrasian sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi satu kesatuan dengan cara mengelola atau mengatur untuk menyelesaikan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah suatu kegiatan yang meliputi antara lain; perencanaan, pengorganisasian, sampai kepada pengawasan untuk mencapai tujuan oganisasi yang efektif dan efesien.

Pencapaian mutu pendidikan akan semakin optimal apabila faktor-faktor di dalam proses pendidikan yang mendukung berjalannya proses belajar mengajar dapat terpenuhi. Salah satu faktornya yaitu sarana dan prasarana yang memadai dan dapat menunjang proses transferisasi ilmu pengetahuan yang diberikan pendidik kepada peserta didik. Peran yang dijalankan sarana dan prasarana pedidikan sangatlah penting, karena mempunyai fungsi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam melancarkan kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah. Oleh karena itu, pihak sekolah bertanggung jawab di dalam memenuhi kebutuhan dan kelengkapan barang-barang serta fasilitas sekolah yang akan digunakan oleh pihak sekolah. Maka, hal ini membutuhkan langkah-langkah sistematis yang terwujud dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Proses ini mempunyai tahapan-tahapan yang harus ditempuh. Adapun ruang lingkup dari pengelolaan sarana dan prasarana yang tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah Yaitu:

1. Merencanakan, memenuhi dan mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan

2. Mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi mendukung proses pendidikan

20

(41)

3. Melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah/madrasah

4. Menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkatan 5. Pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan memperhatikan

kesehatan dan keamanan lingkungan.21

Ruang lingkup pengelolaan yang tertera di dalam Peraturan Menteri yang telah dijelaskan tersebut langkah awalnya adalah dengan kegiatan perencanaan kemudian evaluasi sarana dan prasarana. selanjutnya pengadaan dengan cara melengkapi fasilitas yang ada di sekolah terutama fasilitas untuk proses pembelajaran, langkah berikutnya yaitu dengan menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas yang ada di sekolah dengan menyesuaikan kebutuhan pendidikan yang ada di dalamnya seperti media pendidikan dan alat peraga yang mengacu pada kurikulum yang digunakan di sekolah tersebut, serta langkah terakhir adalah dengan kegiatan pemeliharaan semua fasilitas yang ada di sekolah. Selain tertera di dalam peraturan menteri, Ada juga beberapa yang berpendapat tentang langkah-langkah pengelolaan sarana dan prasarana, di antaranya adalah menurut Piet A. Sahertian pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan dan penentuan kebutuhan perlengkapan sekolah 2. Penganggaran dan perencanaan biaya

3. Pengadaan

4. Penyimpanan dan penyaluran 5. Pemeliharaan perlengkapan 6. Penghapusan

7. Pengendalian22

Pendapat yang disampaikan oleh Piet Sahertian sama halnya dengan yang tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Bahwa langkah pertama yang digunakan dalam pengelolaan diawali dengan kegiatan perencanaan. Hal ini dapat meliputi penentuan kebutuhan perlengkapan

21

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 Tentang StandarPengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, h.24

22

(42)

sekolah baik perlengkapan administrasi, media dan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran dan proses pendidikan yang terjadi di sekolah. Namun, tahapan-tahapan selanjutnya mengalami beberapa perbedaan-perbedaan yang sangat jelas, antara lain menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional langkah berikutnya adalah mengevaluasi, menyusun skala prioritas, dan pemeliharaan fasilitas. Sedangkan Piet sahertian berpendapat langkah selanjutnya yang harus dilakukan dalam penglolaan sarana dan prasarana pendidikan yaitu: penganggaran dan perencanaan biaya, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran, pemeliharaan, penghapusan dan yang terakhir adalah pengendalian. Perbedaan ini disebabkan langkah-langkah yang dipaparkan oleh Piet Sahertian lebih terperinci dan lebih detail sedangkan dalam Peraturan Menteri yang menguraikan proses pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan langkah-langkah atau tahapannya lebih secara umum.

Senada dengan pendapat Piet sahertian yang menjelaskan ruang lingkup pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan secara lebih rinci yaitu berawal dari perencanaan sampai dengan tahap pengendalian. hal ini dapat dijumpai dari pendapat Ary H gunawan yang menjelaskan secara Kronologis-Operasional kagiatan administrasi sarana dan prasarana pendidikan meliputi:

1. Perencanaan pengadaan barang 2. Prakualifikasi rekanan

3. Pengadaan barang

4. Penyimpanan, inventarisasi, penyaluran 5. Pemeliharaan, rehabilitasi

6. Penghapusan dan penyingkiran 7. Pengendalian23

Tahapan atau langkah-langkah pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang telah dijelaskan di atas, dari langkah awal-awal hingga akhir dapat terlihat jelas banyaknya persamaan tahapan yang harus dilaksanakan dengan pendapat Piet Sahertian. Hanya saja terdapat perbedaan sedikit yaitu dalam kegiatan penganggaran dan perencanaan biaya. Di dalam pendapat Ary

23

(43)

H Gunawan kegiatan ini dimasukkan ke dalam tahapan perencanaan pengadaan barang. Jadi, dalam kegiatan perencanaan selain merencanakan apa saja barang-barang yang akan dipenuhi kebutuhannya di sekolah, kegiatan ini juga meliputi berapa banyak biaya yang dibutuhkan oleh sekolah dalam memenuhi kebutuhan perlengkapan sekolah dan penganggaran untuk pengalokasian dana untuk pemeliharaan fasilitas yang ada di sekolah. Perbedaan selanjutnya yaitu pada tahapan prakualifikasi rekanan yang ada di dalam proses pengelolaan yang dijelaskan oleh Ary H Gunawan. Kegiatan ini meliputi adanya kerja sama antara pihak sekolah dengan pihak pengadaan barang yang akan digunakan sekolah. Bentuk kegitan ini dilakukan dengan sistem tender atau lelang, hal ini dilakukan karena dikhawatirkan adanya manipulasi dan penyalahgunaan anggaran dana dan biaya yang akan dikeluarkan pihak sekolah dengan kualitas yang diinginkan sekolah.

Berbeda dengan tiga pendapat yang telah dijelaskan di atas, bahwa ruang lingkup pengelolaan berawal dari kegiatan perencanaan yang di dalamnya meliputi kegiatan perencanaan biaya atau penganggaran alokasi dana untuk kebutuhan perlengkapan sekolah. lain halnya dengan yang dijelaskan oleh Ibrahim Bafadal bahwa proses pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan berawal dari kegiatan pengadaan. Hal ini dapat dicermati dari langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengadaan

- Analisis kebutuhan - Analisis Anggaran - Seleksi

- Keputusan - Pemerolehan 2. Pendistribusian

- Pengalokasian - Pengiriman

3. Penggunaan dan pemeliharaan 4. Inventarisasi

5. Penghapusan24

24

(44)

Dari langkah-langkah di atas, dapat dilihat jelas persamaan pendapat dari Piet Sahertian dan Ary H Gunawan bahwa proses awal dari pengelolaan sarana dan parasarana pendidikan diawali dengan perencanaan pengadaan kebutuhan perlengkapan sekolah, kemudian langkah selanjutnya adalah proses pengadaan barang-barang atau perlengkapan sekolah. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional dan pendapat Ibrahim Bafadal terdapat perbedaan yang menyatakan bahwa langkah awalnya yaitu: pengadaan dan perencanaan dalam kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan digabungkan menjadi satu kegiatan yang di dalamnya ada langkah-langkah yang harus ditempuh. antara lain: merencanakan, menganalisis kebutuhan, menganalisis anggaran, memenuhi, memperoleh dan mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan25.

Pengadaan perlengkapan sekolah biasanya dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pendidikan di sekolah. Penyesuaian ini diharapkan seiring dengan upaya yang dilakukan oleh sekolah dan pemerintah sebagai bentuk kepedulian pada pendidikan. sehingga tujuan pendidikan yang diinginkan dapat tercapai yaitu membentuk peserta didik yang mempunyai mutu yang optimal.

Jadi, pada hakikatnya empat pendapat yang telah dikemukakan mempunyai banyak persamaan di dalam tahapan-tahapan yang akan ditempuh dalam proses pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan. Hanya saja ada yang dijelaskan secara umum dan ada juga yang menjelaskan secara terperinci/detail. Dan dari keempat pendapat tersebut, dapat penulis analisa bahwa adanya ruang lingkup pengelolaan sarana dan prasarana yang berbeda pada tahapan-tahapan yang akan dijalankan untuk mengelola sarana dan prasarana pendidikan. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa untuk mengelola sarana dan prasarana yang maksimal harus dimulai dari perencanaan. Hal ini terbukti dalam setiap kegiatan yang memerlukan

25

(45)

pengelolaan, pasti diawali dengan perencanaan. karena perencanaan merupakan kegiatan untuk memulai program yang akan dilaksanakan secara sistematis. oleh karena itu, dalam tahap awal pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan membutuhkan perencanaan. Dari keempat pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan yaitu standar pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan mempunyai tahapan-tahapan yang harus ditempuh sebagai berikut: 1) Perencanaan, 2) Pengadaan, 3) Pemeliharaan, 4) Penghapusan, dan 5) Pengendalian. Adapun penjelasan dari langkah-langkah dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan

Adanya perencanaan memudahkan sekolah untuk mengelola dan menganalisis kebutuhan-kebutuhan apa saja yang akan dipenuhi dalam program kerja perencanaan sarana dan prasarana pendidikan untuk mencapai hasil yang maksimal. Dengan adanya perencanaan ini, komitmen dan usaha keras pihak sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan dapat terwujud dengan baik. Adapun perencanaan dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan akan dijelaskan sebagai berikut:

Ditinjau dari arti katanya, perencanaan adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan dan program-program yang akan dilakukan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan. 26 Senada dengan pernyataan tersebut Perencanaan juga dapat dikatakan sebagai tindakan yang akan dilakukan di masa yang akan datang seperti definisi yang diberikan oleh Anderson dan Bowman berbunyi: “Perencanaan adalah proses mempersiapkan seperangkat putusan bagi

perbuatan di masa yang akan datang”.27

Dapat dipahami bahwa perencanaan perlengkapan pendidikan adalah suatu proses memikirkan

26

Ibrahim, Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah …, h. 26 27

Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan (Dasar Teoretis Untuk Praktek Profesional),

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2:  Tenaga Pendidik dan Kependidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Waktu respon dari mobile robot cukup singkat, karena mobile robot langsung bergerak ketika nilai sensor accelerometer dikirimkan, perbedaan waktu yang terjadi

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas kasih dan anugrahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari dalam bentuk informasi baik lisan maupun tertulis, seperti: yang diperoleh dari jawaban kuesioner yang disebarkan

Dengan mengikuti standar akreditasi rumah sakit di Indonesia maka diharapkan rumah Dengan mengikuti standar akreditasi rumah sakit di Indonesia maka diharapkan

Bahwa dari fakta hukum yang telah dipertimbangkan di atas, menurut Mahkamah terdapat pelanggaran-pelanggaran hak-hak perseorangan untuk menjadi calon ( right to be candidate )

Penelitian ini termasuk penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel terikat dalam kondisi yang dikendalikan

“Dek B sekarang sudah punya pacar”.. Pengungkapan tersebut yang tidak dikompromikan oleh pasangan tentu akan menimbulkan kecurigaan. Hal ini tentu karena tidak adanya

Mata kuliah ini memberikan pengalama secara nyata kepada mahasiswa dalam mengaplikasikan konsep keperawatan anak dengan melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan