• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN TEATER MODERN DI MEDAN PADA TAHUN 1933-2000.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKEMBANGAN TEATER MODERN DI MEDAN PADA TAHUN 1933-2000."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN TEATER MODERN DI

MEDAN PADA TAHUN 1933-2000

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

TIARMA HUTASOIT

3123121056

PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

TIARMA HUTASOIT. NIM 3123121056. PERKEMBANGAN TEATER MODERN DI MEDAN PADA TAHUN 1933-2000. SKRIPSI S-1. JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH. FAKULTAS ILMU SOSIAL. UNIVERSITAS NEGERI MEDAN. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang berkembangnya teater modern di Medan, perkembangan aktivitas teater modern di Medan pada tahun 1933-2000, dan faktor-faktor penghambat perkembangan teater modern di Medan pada tahun 1933-2000. Penelitian ini dilaksanakan di Medan dengan menentukan Taman Budaya Sumatera Utara dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai lokasi penelitian. Untuk memperoleh data dalam skripsi ini digunakan metode penelitian lapangan (Field research) dan dikombinasikan dengan Penelitian Kepustakaan (Library research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari lapangan melalui wawancara dengan tokoh-tokoh yang memiliki andil dalam bidang seni terutama seni pertunjukan teater dan para penikmat teater yang sering ambil andil dalam pementasan-pementasan teater yang berlangsung di Taman Budaya Sumatera Utara. Selanjutnya data diperoleh berdasarkan buku-buku dan tulisan-tulisan berupa buletin-buletin, koran-koran yang berkaitan dengan perkembangan teater di Medan, Sumatera Utara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, sebelum teater modern terdapat teater rakyat yang berkembang dan mengalami pasang surut di Medan. Seperti Makyong, Tembut-tembut, Hoda-hoda dan lain-lain. Selain itu juga berkembang teater bangsawan, komedie stamboel, dan juga teater opera. Kedua, aktivitas teater modern di Medan dapat dicatat sejak tahun 1933 yang ditetapkan sebagai munculnya corak teater modern di Medan

yang dibawa oleh kelompok teater luar yaitu teater Orion (Miss Riboet’s) dan Dardanela.

Yang kemudian mendorong pembaharuan pertunjukan teater Diguliana dan Rasuna Wiss. Ketiga, faktor yang menjadi penghambat perkembangan teater di Medan terbagi menjadi dua bagian yaitu: faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal berupa kurangnya mutu pertunjukan yang dipertunjukkan. Sedangkan faktor eksternal seperti kondisi ruangan pertunjukan teater yang sangat sempit dan sangat panas.

(6)

ii

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan karuniaNya, maka saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul

“ Perkembangan Teater Modern di Medan Pada Tahun 1933-2000”. Skripsi ini

meruapakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan

Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Penulisan menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

ditemui kekurangan yang harus diperbaiki, hal ini disebabkan karena keterbatasan

pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu dengan segenap

kerendahan hati penulis menerima segala masukan baik itu berupa saran maupun

kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Berkat bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu dengan

kerendahan hati, saya sebagai penulis sangat mengucapkan terimakasih kepada

berbagai pihak yang telah turut membantu dalam penulisan skripsi ini, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNIMED.

3. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku Ketua Jurusan dan Bapak Syahrul

Nizar, S.Hum, M.A selaku Sekretaris Jurusan yang membantu administrasi

(7)

iii

4. Terkhusus buat Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum, sebagai Dosen Pembimbing

dalam penulisan skripsi ini yang membantu dalam penulisan ini lewat kritik

dan saran beliau yang sangat berguna bagi penulis dalam melaksanakan

penulisan skripsi ini.

5. Kepada Ibu Dr. Samsidar Tanjung, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing

Akademik dan Dosen Penguji yang telah banyak memberikan kemudahan dan

masukan yang sangat berguna selama mahasiswa Pendidikan Sejarah dan

dalam melaksanakan penulisan skripsi ini.

6. Kepada Bapak Dr. Phil Ichwan Azhari, M.Si, sebagai Dosen Penguji dan

Pembanding.

7. Kepada Bapak Drs. Ponirin, M.Si, sebagai Dosen Penguji dan Pembanding.

8. Terkhusus buat kedua orang tua saya yang selalu setia mendampingi saya

secara moril maupun materil dalam melaksanakan perkuliahan saya dan juga

dalam penulisan skripsi ini. Arigatou gozaimasu okaasan to otoosan...

9. Kepada semua saudara-saudariku yang tetap setia dan rela berkorban waktu,

tenaga demi keberlangsungan perkuliahan saya.

10.Kepada keluarga besar kelas B Reguler 2012 terimakasih buat motivasi dan

bantuan teknis dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Kepada kakanda-kakanda dan adinda-adinda di Sanggar Teater LKK Unimed

tercinta. Tetap berkarya dan ikhlas yaa.. DKOKUK..!!!

12.Kepada semua informa yang mau berbagi informasi, pengalaman, dan banyak

(8)

iv

13.Kepada PPLT SMA Negeri 1 Lubuk Pakam, penulis tidak lupa berterimakasih

pada teman-teman atas kebersamaan dan motivasinya yang penulis dapat baik

secara tidak langsung maupun secara langsung. Arigatou ne...

Akhir kata penulis hanya bisa membalas semua kebaikan kalian semua lewat

doa, agar hari ini hingga kelak kuasa-Nya selalu dilimpahkan kepada kita semua.

Medan, Agustus 2016

Penulis

(9)

i

(10)

ii

2. Dardanella ... 46

b. Masa Berkembang Teater Modern (1933-1942) ... 48

c. Mati Suri-nya Teater Modern di Medan (1942-1945) ... 51

d. Bangkitnya Teater Modern di Medan (1945-1950) ... 52

e. Teater Modern di Medan Setelah Merdeka (1950-1980) ... 55

f. Teater Modern di Medan pada tahun 1980-2000 ... 61

D. Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Teater Modern di Medan pada tahun 1933-2000 ... 64

a. Faktor Eksternal ... 66

b. Faktor Internal ... 69

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 72

B. SARAN ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Wawancara Peneliti ... 25

Tabel 4.1 Faktor ektrinsik penghambat perkembangan teater ... 66

Tabel 4.2 Faktor Internal penghambat perkembangan teater ... 69

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap segi kehidupan manusia tidak terlepas dari kesenian. Dan kesenian

itu sendiri tidak pernah mati dan menghilang atau pun habis termakan

zaman/waktu. Baik itu seni bahasa atau sastra, seni gerak (acting), seni rias

(make-up), seni busana (costum), seni dekorasi (scenery) seni suara atau musik,

seni tata lampu (lighting), seni tari dan koreografi, seni rupa, maupun seni

pertunjukan/pentas. Salah satu seni pertunjukan yang masih disukai masyarakat

pada saat ini ialah teater. Teater merupakan seni pertunjukan yang banyak dikenal

dengan berbagai istilah seperti “drama”, “sandiwara” dan yang lainnya. Namun

sebenarnya pengertian teater lebih luas dari sekedar drama. Menurut Herman. J.

Waluyo dalam bukunya Drama Teori Dan Pengajarannya, Drama merupakan

tiruan kehidupan manusia yang di proyeksikan diatas pentas. Dengan kata lain

drama merupakan potret kehidupan manusia, potret suka duka, pahit manis, hitam

putih kehidupan manusia (2001:1).

Berbeda halnya dengan teater yang menyangkut seluruh kegiatan dan

proses menuju pementasan. Baik itu pemilihan naskah, penggarapan, pelatihan,

ataupun pementasan dan penikmatan pentas. Seperti dikemukakan oleh H.

Soediro Satoto bahwa teater merupakan istilah lain dari drama, tetapi dalam arti

(13)

2

penyajian/pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dipublik (analisis

drama & teater 2012:6).

Secara etimologis teater berasal dari bahasa Yunani yaitu “theatron” yang

diturunkan dari kata “Theaomai” yang berarti takjub melihat ataupun memandang.

Di Medan, perkembangan teater dapat dicatat mulai dari teater tradisional, teater

transisi, dan teater modern (kontemporer). Teater tradisional yang berkembang di

Medan ialah Makyong. Pementasan teater ini dilakukan dengan cara improvisasi

atau latihan dasar. Sedangkan teater transisi merupakan teater yang ditandai

dengan pemisahan unsur-unsur tari, musik, dan lawakan. Teater ini lebih dikenal

dengan sebutan “sandiwara” atau “tonil”. Pertunjukan pada masa transisi ini

dikenal dengan Bangsawan atau Stambul yang mendapat apresiasi dari penduduk

yang mayoritas suku melayu. Sedangkan teater modern di Medan ditandai dengan

adanya naskah pementasan yang dipergunakan sebagai suatu hasil karya sastra

dalam pertunjukan. Pada masa teater modern ini, teater yang dipertontonkan telah

dibatasi dan dijalankan berdasarkan naskah yang disusun oleh penulis naskah.

Perkembangan teater modern di Medan memiliki lika-liku yang sangat

menarik. Pertunjukan teater tersebut memiliki fungsi dan eksistensi yang berbeda

sesuai dengan zaman ataupun keadaan yang tengah berlaku di masyarakat umum.

Seperti jika kita tilik kembali ke masa silam dimana masa-masa teater (masa

sebelum penjajahan Jepang) di Medan sedang populer dan penonton/audiens

selalu memenuhi gedung teater yang bertempat di gedung kesenian jalan Veteran

2 Medan bahwa seniman-seniman Medan mempergunakan pentas bukan hanya

(14)

3

perjuangan menuju kemerdekaan seperti perhimpunan Sandiwara yang bernama

“Diguliana” dan “Rasuna Wis” yang beranggotakan orang-orang yang baru

kembali dari pembuangan ke Tanah Merah alias Boven Digul di Irian Barat.

Selain guna menghibur penonton, Teater diguliana menggunakan pentas

sandiwara sebagai alat perjuangan dengan menggunakan naskah dan akting

mereka diatas panggung. Hal ini merupakan suatu pengetahuan yang penting kita

ketahui dan kita pahami. Bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia oleh

pemuda-pemuda Sumatera Utara tidak hanya dilakukan dengan pertempuran/perlawanan

fisik tetapi juga dengan pementasan guna membangkitkan nasionalisme

masyarakat/audiens.

Landasan penulis mengangkat judul ini ialah masih langkanya kajian

sejarah terutama kajian tentang Sejarah Kesenian misalnya, mengenai kajian

sejarah Seni Rupa, Tari, Musik, Film, dan Teater yang pernah ada dan

berkembang di Sumatera Utara khususnya Medan. Selain itu, kurang dan semakin

menurunnya pengetahuan masyarakat terutama pelajar dan mahasiswa tentang

teater. Apa itu teater dan bagaimana itu teater serta seperti apa teater-teater yang

ada disumatera utara? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan fasih

dan mapan oleh masyarakat terutama pelajar dan mahasiswa di Sumatera Utara

khususnya Medan.

Pemilihan kurun waktu yang dimulai sejak tahun 1933 pada penelitian ini

bertolak dari suatu alasan bahwa pada tahun 1933 terjadi pementasan teater guna

menghibur dan menyampaikan pesan moral terhadap masyarakat dengan

(15)

4

ialah dikemas dalam sebuah tulisan berupa naskah. Sebelum tahun 1933,

pementasan teater yang ada di Sumatera Utara merupakan pementasan sandiwara

yang disebut sebagai Tonil atau lawakan. Pementasan ini dilakukan dengan

improvisasi penuh. Pelaku teater tidak menghafalkan naskah atau dialog

melainkan menghafalkan script dan mengimprovisasinya di pentas dengan

kreatifitas sendiri yang muncul pada saat pementasan itu juga. Sehingga pada

tahun 1933 muncul teater dengan warna baru yang diperkenalkan oleh rombongan

Diguliana. Dimana pada tahun 1933 teater yang dipentaskan baik itu di lapangan

yang disebut sebagai teater Arena maupun di dalam gedung pertunjukan yang

disebut dengan teater Procenium telah memiliki koridor pementasan berupa

naskah. Jadi, pertunjukan yang dipentaskan telah diatur secara utuh dalam naskah

yang ditulis oleh pengarang/penulis cerita. Pementasan dengan menggunakan

naskah menjadi batasan teater transisi dengan teater modren di Medan, Sumatera

Utara. Teater transisi yang lebih identik dengan lawakan dan tonil maupun

sandiwara ini digantikan dengan teater Modern yang dibawa oleh rombongan

teater “Dardanellanya” Miss Dja, Piedro dan Anjas Asmara pada tahun 1933 dan

juga Miss Riboet’s Orion. Yang kemudian disusul dengan kemunculan teater

Diguliana dan Rasuna Wiss. Pada tahun 1940 an muncul teater modren lain yang

terkenal dan besar namanya di Medan, Sumatera Utara seperti teater Surya

Negara, Nirwana, Sriwidjaya, Sri Timur, Pelita Timur, Menara, Irama, Brooms

dan lain-lain.

Perkembangan teater yang semakin menjadi-jadi ini memicu para seniman

(16)

5

pendudukan Jepang masa-masa kejayaan teater di Medan ini mulai mogok.

Masuknya bala tentara Jepang ke Medan menjadi faktor keruntuhan zaman

keemasan yang belum lama dinikmati oleh masyarakat Medan. Satu demi satu

perkumpulan sandiwara mulai gulung tikar dan yang masih tetap bertahan dan

bergerak harus mengganti nama grupnya dengan nama Jepang. Kendati pun

demikian teater di Medan tetap bertahan dengan kondisi “hidup segan mati tidak

mau”. Hingga pada masa pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, Grup

Teater di Medan tidak dapat dibungkam untuk berkarya dan disirnakan

keberadaannya dari khalayak. Seperti sekarang Grup teater yang masih cukup

terkenal yang merupakan grup teater tertua di Medan ialah TENA (Teater

Nasional) Medan yang didirikan oleh Sori Siregar, Rusly Mahady, Burhan

Piliang, Mazwad Azham dan Alm. Iskak S yang dikenal sebagai “Pandawa

Lima”nya TENA.

Pada masa sekarang ini, teater semakin semarak walau masih dengan

situasi penonton yang masih minim dikarenakan perkembangan teknologi yang

tidak mengharuskan rakyat untuk pergi ke gedung teater untuk menonton teater.

Dengan banyaknya tokoh-tokoh dan grup-grup Teater yang pernah berkarya dan

mengharumkan nama Medan dan banyaknya karya-karya seniman Medan yang

sangat penting untuk kita ketahui dan kita kenang maka peneliti tertarik untuk

mengkaji perkembangan Teater Modern di Medan. Baik itu latarbelakang

perkembangan teater maupun perkembangan aktivitas teater di Medan. Oleh

karena itu peneliti mengadakan penelitian ini dengan judul “Perkembangan

(17)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka

dapat diidentifikasi beberapa masalah berikut ini, yaitu:

a. Perkembangan bentuk Teater di Medan pada tahun 1933 - 2000

b. Perkembangan aktivitas Teater di Medan pada tahun 1933-2000.

c. Latarbelakang perkembangan teater di Medan pada tahun 1933- 2000.

d. Perkembangan sarana dan prasarana Teater di Medan pada tahun 1933 - 2000

e. Peranan Teater di Medan pada tahun 1933 - 2000

f. Faktor penghambat perkembangan teater di Medan pada tahun 1933 - 2000.

g. Pergeseran fungsi teater di Medan pada tahun 1933-2000.

h. Aliran-aliran teater yang berkembang di Medan pada tahun 1933-2000.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penelitian ini memiliki

rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana latar belakang berkembangnya teater modern di Medan?

b. Bagaimana perkembangan aktivitas teater modern di Medan pada tahun 1933 -

2000?

c. Apa faktor-faktor yang menghambat perkembangan teater modern di Medan

(18)

7

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan yang penulis

kemukakan diatas, maka tujuan utama penulisan dan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui latar belakang berkembangnya teater modern di Medan.

b. Untuk mengetahui perkembangan aktivitas teater modern di Medan pada tahun

1933 hingga 2000.

c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat perkembangan teater

modern di Medan pada tahun 1933-2000.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan dan penelitian ini ialah :

a. Menambah wawasan pengetahuan kepada peneliti tentang perkembangan

teater modern di Medan pada tahun 1933 -2000.

b. Menambah wawasan pengetahuan kepada mahasiswa sejarah sebagai

konsumtif penulisan ini tentang perkembangan teater modern di Medan pada

tahun 1933 -2000

c. Sarana penyampaian informasi kepada masyarakat khususnya yang berdomisili

di Medan tentang perkembangan teater modern di Medan pada tahun 1933 -

(19)

72 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Latar belakang perkembangan teater di Medan ialah dimulai dari teater

tradisional atau yang lebih dikenal dengan teater rakyat. Teater rakyat dipentaskan

pada saat-saat tertentu saja berbeda dengan teater modern yang dipentaskan kapan

saja dan dimana saja selama terdapat unsur-unsur pementasan yang mencakup

pemain, penonton, dan pentas. Kemudian diikuti dengan perkembangan teater

transisi yaitu teater bangsawan, komedi stambul atau lebih dikenal dengan

sandiwara atau tonil dan teater opera. Setelah itu pada tahun 1930an muncullah

warna teater baru yaitu teater modern yang sudah dipentaskan dalam ruangan dan

memiliki naskah sebagai koridor pemain dalam melakonkan lakonnya diatas

pentas. Lebih jelasnya mengenai perkembangan ini dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 5.1 Ciri-ciri perkembangan teater di Medan

Teater yang

- Pertunjukan dilakukan bukan

(20)

73

- Belum memiliki naskah

- Mulai digeluti oleh kaum

terpelajar

Teater modern Tahun 1930an

hingga sekarang

- Sudah dikoridori oleh naskah

- Dipentaskan dalam ruangan

ataupun gedung pertunjukan

- Memiliki management yang

lebih terkoordinir

- Lebih banyak digeluti oleh kaum

terpelajar dari pada masyarakat awam.

- Bukan hanya sekedar hiburan

tetapi juga meningkatkan nilai seni pertunjukannya.

Mengenai faktor-faktor penghambat perkembangan teater modern di Medan,

Penulis menyimpulkan bahwa kendali tersebut lebih banyak dikarenakan

kekurangan dana dan juga pelayanan dari kru-kru pementasan dan juga semakin

berkembangnya teknologi yang semakin memanjakan masyarakat. Selain itu,

pertunjukan yang lebih kreatif masih belum banyak dijumpai sehingga menutup

pintu hati penonton untuk menoton menonton dan menyaksikan pertunjukan teater

di Medan.

B. Saran

Sehubungan dengan konflik-konflik ataupun kendala-kendala baik itu secara

internal maupun eksternal yang dihadapi dalam melangsungkan perkembangan

teater Modern yang lebih baik di Medan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

baik oleh pemerintah yang juga menaungi bidang-bidang kesenian di Medan dan

juga oleh pekerja teater di Medan pun juga oleh penikmat teater dan pihak-pihak

yang diharapkan kontribusinya dalam perkembangan teater modern di Medan

(21)

74

a. Tunjangan material dari pemerintah yang lebih baik lagi. Sehingga para

seniman dapat berkarya dengan leluasa dan memanfaatkan tunjangan

guna meningkatkan hasrat seni bagi insan-insan seniman di Medan

b. Semangat yang lebih baik lagi dari para seniman dan pola fikir yang

lebih menggambarkan kesabaran dalam menghadapi keadaan sekarang

ini. Apabila dana tunjangan yang diberikan oleh pemerintah belum

mencukupi ada baiknya lebih kreatif lagi dalam pencarian dana seperti

melakukan penggalangan dana dan juga melakukan workshop-workshop

dengan melibatkan pelajar-pelajar dan mahasiswa-mahasiswa yang

nantinya diharapkan menjadi penerus.

c. Diharapkan kontribusi dari berbagai pihak seperti pihak sekolah-sekolah

ataupun universitas-universitas supaya mendorong pelajar-pelajar pun

mahasiswa-mahasiswa untuk lebih kreatif dan mencintai kesenian di

Medan dengan ikut andil dan bukan hanya sekedar penonton atau

penikmat saja.

d. Juga diharapkan pelayanan yang lebih bagus dari kru-kru pementasan.

Seperti sapa ramah tamah kru saat menyambut kedatangan penonton dan

juga saat menghantarkan penonton setelah selesainya pertunjukan.

e. Pelayanan yang total seperti penyediaan kursi yang aman dan nyaman

serta penyediaan Air Conditionar(AC) atau alat pendingin ruangan

lainnya.

f. Selain itu juga perlu diperhatikan mutu ataupun kualitas pertunjukan

(22)

75

saja. Melainkan harus meninggalkan pesan dan kesan bagi penikmat

atapun penonton.

g. Juga perlu diperhatikan proses pemasaran ataupun pengenalan teater ke

masyarakat ataupun penonton oleh kru-kru pementasan dan pihak yang

bertanggung jawab dalam sebuah pementasan. Penonton yang disuguhi

dengan promosi yang menarik contoh dengan menciptakan desain tiket

atau brosur yang menarik dan menuntut perhatian penonton akan

menimbulkan rasa penasaran penonton dan menuntun penonton

(23)

76

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Z. 1990. Penulisan Karangan Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta : PT. Mediatama Sarana Perkasa

Daliman, A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak.

Satoto, H. Soediro. 2012. Analisis Drama Dan Teater. Yogyakarta : Penerbit Ombak.

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan.

Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak.

Soedarsono, R.M.1999. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sumardjo, Jakob. 1992. Perkembangan Teater Modern Dan Sastra Drama Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Thompson, Paul. 2012. Suara Dari Masa Silam. Teori dan Metode Sejarah Lisan. Yogyakarta : Penerbit Ombak.

TWH, Muhammad. 1992. Sejarah Teater dan Film Di Sumatera Utara. Medan : Bali Scan.

Waluyo, Herman. 2001. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta : PT. Hanindita Graha Widya.

Buletin Departemen Pendidikan dan Kebudyaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Taman Budaya Prop. Sumatera Utara.1988. No 8

Buletin Departemen Pendidikan dan Kebudyaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Taman Budaya Prop. Sumatera Utara.1989. No 10

Buletin Departemen Pendidikan dan Kebudyaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Taman Budaya Prop. Sumatera Utara. 1990. No 13

(24)

77

Buletin Departemen Pendidikan dan Kebudyaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Taman Budaya Prop. Sumatera Utara. 1992. No 17

Kliping Teater Departemen Pendidikan dan Kebudyaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Taman Budaya Prop. Sumatera Utara. 1992

Kliping Teater Departemen Pendidikan dan Kebudyaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Taman Budaya Prop. Sumatera Utara. 1996.

Kliping Teater Departemen Pendidikan dan Kebudyaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Taman Budaya Prop. Sumatera Utara tahun 1997.

Kliping Teater Departemen Pendidikan dan Kebudyaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Taman Budaya Prop. Sumatera Utara tahun 1998.

Jurnal penelitian:

Deslafiana. Analisis Nilai-Nilai Budaya Melayu Dalam Teater Makyong.

http://jurnal.umrah.ac.id /index.php/Deslafiana.E-Jurnal.html.

(diakses tanggal 7 Juli 2016)

Muhardi. Kajian Semiotik Dalam Nakah Teater Makyong Muda Yayasan Konservatori Seni.http://jurnal.umrah.ac.id /index.php/Muhardi.E-Jurnal.html (diakses 7 Juli 2016)

Wiflihani. Teater Tradisional Melayu Makyong dalam Lintasan Sejarah dan Kekinian di Sumatera Utara.

http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis.

Gambar

Tabel 3.1 Hasil Wawancara Peneliti  ........................................................................
Tabel 5.1 Ciri-ciri perkembangan teater di Medan

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang di atas, adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana partisipasi politik masyarakat pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang perempuan bekerja sebagai buruh pabrik di Kecamatan Medan Deli Kelurahan Titipapan Lingkungan VI, untuk

EKO SUSILO NIM.. Penelitian ini bertujuan untuk: 1). menghetahui latar belakang terjadinya tindakan Teror yang di lakukan oleh Teroris di kota Medan. 2) menguraikan

Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk: (1) mengetahui latar belakang berdiri dan perkembangan surat kabar Retnodhoemilah (1895-1900), (2) mengetahui

buah di pasar modern di Kota Medan dan untuk menganalisis faktor-faktor yang.. menyebabkan keputusan konsumen membeli buah di pasar modern di

Gambaran perilaku personal hygiene siswa yang menderita skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan yaitu dengan personal hygiene baik (79,4%).. Prevalensi

Kesimpulan : Gambaran pengetahuan siswa yang menderita skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan yaitu dengan tingkat pengetahuan

Munculnya perkembangan seni rupa modern pada periode 1960-an, dapat menjadi tawaran kebaruan bahasa ungkap para seniman melaui media, teknik, gaya dan corak