• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010-2014 Di Kecamatan Medan Denai.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010-2014 Di Kecamatan Medan Denai."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PADA PEMILIHAN

UMUM KEPALA DAERAH KOTA MEDAN TAHUN 2010-2015

DI KECAMATAN MEDAN DENAI

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

IRFAN ANANDA

050906084

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... vii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 9

1.3 Batasan Masalah ……… 9

1.4 Tujuan Penelitian ……… 9

1.5 Manfaat Penelitian ……… 10

1.6 Kerangka Pemikiran ... 10

- Partisipasi Politik ……… 11

- Bentuk Partisipasi Politik ... 16

- Jenis-jenis Perilaku ……… 17

Masyarakat Dalam Partisipasi Politik - Tujuan Partisipasi Politik ... 18

- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik ... 19

- Pemilihan Kepala Daerah ... 22

- Rekruitmen Politik ... 24

1.7 Metodologi Penelitian ... 25

- Jenis Penelitian ... 26

- Lokasi Penelitian ... 26

- Populasi dan Sampel ... 27

- Teknik Pengumpulan Data ... 28

- Teknik Analisis Data ... 28

(3)

BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 30

BAB III : HASIL DAN ANALISA PENELITIAN ... 31

3.1 Analisa Tabel Tunggal ... 32

3.2 Analisa Tabel Silang ... 47

3.3 Analisa Variabel Penelitia ... 57

BAB IV: PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 65

4.2 Saran ... 66

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah S.W.T atas limpahan berkah, rahmat, hidayah serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta beriring salam Saya berikan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan semua sahabat-sahabatnya yang telah berjuang dan membawa kita kepada jalan yang benar. Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada Ayahanda Drs. Ridwan Hanafiah, SH, MA dan Ibunda Hj. Tetty Sartika Siregar, BA atas cinta, kasih sayang, pengorbanan, dukungan, serta doanya yang selalu diberikan kepada penulis.

Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan program studi S-1 pada Departemen Ilmu Politik FISIP Universitas Sumatera Utara dengan Judul : ”Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010-2014 Di Kecamatan Medan

Denai

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dalam bentuk sumbangan pikiran, tenaga, waktu dan materi yang tidak dapat diukur. Dengan segala kerendahan hati penulis meyampaikan terima kasih kepada Bapak Warjio PhD sebagai dosen pembimbing dalam pikiran, dan kasih sayang dalam penyelesaian skripsi ini. Serta haturan terima kasih juga penulis haturkan kepada Bapak Drs. Heri Kusmanto MA yang telah banyak memberikan pemikiran dalam rangka membangun guna penyelesaian skripsi ini.

(5)

1. Bapak Prof. Dr. Baddaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. H. M.Arif Nasution MA selaku Dekan Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang terdahulu serta informan penulis.

3. Bapak Drs. Zakaria Thaher, MSP selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. T. Irmayani M.Si selaku ketua Depatemen Ilmu Politik.

5. Bapak Drs. Heri Kusmanto MA selaku ketua Departemen Ilmu Politik terdahulu dan selaku dosen pembaca yang juga telah banyak membantu penulis baik dalam penyelesaian skripsi ini dan juga hal-hal terkait di luar. 6. Bapak (Mas) Warjio PhD selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak

membantu penulis dalam melewati masa-masa penyelesaian tulisan ini. Semoga Mas Selalu sehat dan terus maju kedepannya. Sumut butuh Akademisi seperti bapak.

7. Seluruh Dosen dan asisten Dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis, pak Antonius,bang Indra, bang fauzan,pak Toni,buk Evi, buk Rosmery, pak Topan, pak jek, bang Husnul, bang Aidil, Gus Fuad, bang Rudi, bang Walid, terima kasih banyak telah membimbing penulis.

8. Teristimewa buat bang Rusdi dan kak Emma yang telah banyak membantu penulis secara administrasi. Maaf bang Rus selalu merepotkan abang waktu jadwal KRS/KHS berlangsung. (Kalau abang mencalonkan jadi Presiden, tanpa banyak basa basi pasti saya pilih abang. Hahahahaha…). Kakak awak kak Emma, nampaknya aja dari luar kakak awak ini kecam, rupanya hatinya baik sekali. Makasi ya kak. Salam buat bang Syamsul dan Si Cantik di rumah, (Memang buah selalu jatuh dekat dari pohonnya ya kak,hahaha..).

Medan, 18 januari 2012 Penulis

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran bagaimana partisipasi politik masyarakat pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010-2014 di Kecamatan Medan Denai, yaitu dengan melihat faktor sosial ekonomi, faktor politik dan faktor nilai budaya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan realitas masyarakat dalam berpartisipasi politik pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan di Kecamatan Medan Denai berdasarkan fakta dan data yang diperoleh dilapangan . Populasi pada penelitian ini berjumlah 148.178 pemilih dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang, kemudian dilengkapi dengan data primer dan sekunder dengan instrument pengumpulan data dilakukan melalui pertanyaan kepada 100 orang warga masyarakat (responden) di Kecamatan Medan Denai yang ditentukan secara random sampling. Pengumpulan data secara sekunder dilakukan untuk melengkapi data dari 100 responden, baik penyeleksian hasil wawancara dan observasi dilapangan.

Hasil penelitian ini berdasarkan analisa data yaitu dengan analisis tabel tunggal dan analisis tabel silang yang dilakukan menggambarkan bahwa, Pendidikan memang merupakan faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menentukan sikap pada saat pemilihan umum. Karena melalui pendidikan masyarakat dapat menganalisa setiap pilihan yang ditetapkan. Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang tidak bersekolah tetapi ikut berpatisipasi pada pemilukada Kota Medan tahun 2010. walaupun masyarakat itu sendiri tidak mengerti untuk apa mereka memilih. Namun, suara mereka dalam pemilukada Kota medan masih sangat diperhitungkan oleh partai peserta pemilukada Kota Medan tahun 2010. untuk itu, masyarakat hendaknya diberikan pendidikan politik, sehingga mereka tidak salah pilih pemimpinnya.

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran bagaimana partisipasi politik masyarakat pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010-2014 di Kecamatan Medan Denai, yaitu dengan melihat faktor sosial ekonomi, faktor politik dan faktor nilai budaya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan realitas masyarakat dalam berpartisipasi politik pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan di Kecamatan Medan Denai berdasarkan fakta dan data yang diperoleh dilapangan . Populasi pada penelitian ini berjumlah 148.178 pemilih dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang, kemudian dilengkapi dengan data primer dan sekunder dengan instrument pengumpulan data dilakukan melalui pertanyaan kepada 100 orang warga masyarakat (responden) di Kecamatan Medan Denai yang ditentukan secara random sampling. Pengumpulan data secara sekunder dilakukan untuk melengkapi data dari 100 responden, baik penyeleksian hasil wawancara dan observasi dilapangan.

Hasil penelitian ini berdasarkan analisa data yaitu dengan analisis tabel tunggal dan analisis tabel silang yang dilakukan menggambarkan bahwa, Pendidikan memang merupakan faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menentukan sikap pada saat pemilihan umum. Karena melalui pendidikan masyarakat dapat menganalisa setiap pilihan yang ditetapkan. Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang tidak bersekolah tetapi ikut berpatisipasi pada pemilukada Kota Medan tahun 2010. walaupun masyarakat itu sendiri tidak mengerti untuk apa mereka memilih. Namun, suara mereka dalam pemilukada Kota medan masih sangat diperhitungkan oleh partai peserta pemilukada Kota Medan tahun 2010. untuk itu, masyarakat hendaknya diberikan pendidikan politik, sehingga mereka tidak salah pilih pemimpinnya.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang menggunakan sistem demokrasi, dimana rakyat memiliki peranan penting didalam urusan negara, atau demokrasi merupakan kekuasaan rakyat berbentuk pemerintahan dengan semua tingkatan rakyat ikut mengambil bagian dalam pemerintahan. Oleh karena itu, kekuasaan para pemimpin dan pejabat formal itu bukan muncul dari pribadinya, akan tetapi merupakan titipan rakyat atau merupakan kekuasaan yang dilimpahkan rakyat kepada pemimpin dan pribadi – pribadi penguasa.

(9)

kepentingan pribadi para pemimpin dan pejabat untuk mengeruh keuntungan dan memperkaya diri.1

Pembuatan kontrak sosial tersebut dilakukan melalui pemilu (pemilihan umum), yakni sarana demokrasi yang daripadanya dapat ditentukan siapa yang berhak menduduki kursi dilembaga politik negara, legislatif dan eksekutif. Melalui pemilu, rakyat memilih figur yang dapat dipercaya yang akan mengisi jabatan legislatif dan jabatan eksekutif. Dalam pemilu, rakyat yang telah memilih, secara bebas dan rahasia, menjatuhkan pilihannya pada figur yang di nilai sesuai dengan aspirasinya.2

Pembahasan mengenai partisipasi politik masyarakat adalah persoalan menarik untuk diperbincangkan. Melalui partisipasi politik yang diartikan sebagai:

Kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi – pribadi, yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah, partisipasi bisa bersifat individual maupun kolektif, terorganisir ataupun spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif.3

Dalam rangka pembagian kekuasaan negara (secara vertikal) dibentuk daerah – daerah yang bersifat otonom dengan bentuk dan susunan pemerintahannya yang diatur dalam Undang – undang. Sehingga pemerintah pusat menyelenggarakan pemerintahan nasional dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemerintah daerah, pembagian kekuasaan daerah itu disebut dengan disentralisasi yang dipahami sebagai penyerahan wewenang politik dan perundang – undangan untuk perencanaan, pengambilan keputusan dan manajemen pemerintah (pusat) kepada unit – unit sub nasional (daerah/wilayah) administrasi negara atau kepada kelompok – kelompok fungsional

1

Kartini Kartono, Pendidikan Politik, Bandung: Mandar Maju, 1996, h.156-158. 2

Hendarmin Ranadireksa, Arsitektur Konstitusi Demokratik, Bandung: Fokusmedia, 2007,h.173-174. 3

(10)

atau organisasi atau non-pemerintahan swasta.4 Otonomi daerah merupakan bagian dari sistem politik yang diharapkan memberikan peluang bagi warga negara untuk lebih mampu menyumbangkan daya kreatifitasnya.5

Gagasan otonomi daerah melekat pada pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah yang sangat berkaitan dengan demokratisasi kehidupan politik dan pemerintahan baik tingkat lokal maupun ditingkat nasional. Agar demokrasi bisa terwujud maka daerah harus memiliki kewenangan yang luas dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.6

Dengan adanya pemekaran, membuat daerah tersebut membutuhkan seorang kepala daerah yang bertugas memimpin birokrasi, menggerakkan jalannya roda pemerintahan yang meliputi menjadi perlindungan, pelayanan publik dan pembangunan,7 sehingga dilakukanlah pemilihan kepala daerah secara langsung sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan Peraturan Pemerintahan N0. 6 Tahun 2005 mengenai tata cara pemilihan, pengesahan dan pemberhentian kepala daerah, yang merupakan tonggak baru penegakkan kedaulatan rakyat daerah di Indonesia.

Partisipasi politik merupakan kehendak sukarela masyarakat baik individu maupun kelompok dalam mewujudkan kepentingan umum. Sebagaimana dikemukakan oleh ‘Herbert Miclosky” (1991:9) bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui dimana mereka mengambil bagian dalam proses pemulihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum.

4

Bambang Yudhoyono, Otonomi Daerah, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001, h.20. 5

M. Arif Nasution, Nasionalisme dan Isu-Isu lokal, Medan:USU Press, 2005, h.63. 6

Dadang Juliantara, Pembaruan Kabupaten, Yogyakarta: Pembaruan, 2004, h.ix-x. 7

(11)

Dalam hal ini setiap sikap dan perilaku politik individu seyogyanya mendasari pada kehendak hati nurani secara suka rela dalam konstest kehidupan politik. Partisipasi politik amat urgen dalam kontes dinamika perpolitikan di suatu masyarakat. Sebab dengan partisipasi politik dari setiap individu maupun kelompok masyarakat maka niscaya terwujud segala yang menyangkut kebutuhan warga masyarakat secara universal. Sehingga demikian, keikutsertaan individu dalam masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan kepentingan umum. Dan paling ditekankan dalam hal ini terutama sikap dan perilaku masyarakat dalam kegiatan politik yang ada. Dalam artian setiap individu harus menyadari peranan mereka dalam mendirikan kontribusi sebagai insan politik. Dalam hal ini peranan meliputi pemberian suara, kegiatan menghadiri kampanye serta aksi demonstrasi. Namun kegiatan-kegiatan sudah barang tentu harus dibarengi rasa sukarela sebagai kehendak spontanitas individu maupun kelompok masyarakat dalam partisipasi politik.

(12)

Dengan adanya pemilihan kepala daerah setiap individu maupun kelompok masyarakat dapat memanifestasikan kehendak mereka secara sukarela, tanpa pengaruh dari siapapun. Dalam hal ini setiap anggota masyarakat secara langsung dapat memberikan suara dalam pemilihan serta aktif dalam menghadiri kegiatan-kegiatan politiknya, seperti kampanye. Namun keaktifan anggota masyarakat baik dalam memberikan suara maupun kegiatan kampanye tentu harus didorong oleh sikap orientasi yang begitu tinggi. Dan disamping itu pula kesadaran dan motivasi warga masyarakat dalam kegiatan politik sebagaimana di kemukakan tadi sangat penting untuk menopang tingkat partisipasi politik terhadap pemilihan kepala daerah. Karena dengan adanya sikap antusias dari warga masyarakat dalam partisipasi politik tentu membawa pada konsekuensi pada tatanan politik yang stabil.

Oleh karena kesadaran dan pemahaman politik merupakan penunjang dalam mewujudkan stabilitas politik masyarakat dengan kesadaran dan pemahaman politik pula setiap sikap dan perilaku masyarakat secara partisipasi dapat terwujud sebagaimana mestinya. Namun demikian sikap dan perilaku anggota masyarakat dalam partisipasi politik kadang kala mengarah pada sikap apatis, sinisme, dan arogan sehingga yang demikian ini mempengaruhi partisipasi mereka dalam pemilihan kepala daerah, yang akhirnya mereka enggan memberikan suara dalam pemilihan dan juga tidak menghadiri kegiatan-kegiatan politik (kampanye). Fenomena-fenomena ini selalu muncul dimana-mana lebih-lebih lagi dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah.

(13)

Wali Kota dan wakil Wali Kota Medan untuk periode 2010-2015. Ada sepuluh pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan yang ikut serta dalam pemilukada Kota Medan dan telah lulus dalam verifikasi oleh pihak KPUD Medan. Calon tersebut adalah:

1. Pasangan Sjahrial – Yahya 2. Sigit – Nurlisa Ginting

3. Indra Sakty Harahap – Delyuzar 4. Bahdin Nur Tanjung – Kasim 5. Joko – Amir

6. Rahudman – Eldin

7. Prof. Arief Nasution – Supratikno 8. Maulana Pohan – Arif

9. Ajib Syah – Binsar Situmorang 10.Sofyan Tan – Nelly

KPUD sebagai pelaksana pemilukada Kota medan telah mempersiapkan beberapa tahapan proses dari verifikasi Calon, sosialisasi tentang cara pemilihan Umum di Kota Medan sampai dengan mempersiapkan keperluan logistik yang digunakan dalam pemilukada Kota Medan. Ketua KPU Medan, Evi Novida Ginting menjelaskan jika seluruh persiapan Pilkada hampir rampung. Dijelaskannya, saat ini sebanyak 1.961.155 kartu pemilih dan kartu undangan C6 KWK untuk warga yang namanya terdaftar dalam DPT telah didistribusikan, telah memastikan seluruh logistik Pilkada yang meliputi tinta coblos, busa, paku, kertas suara dan logistik lainnya telah disampaikan ke KPPS sejak beberapa waktu lalu. “2.011.121 kertas suara yang sudah termasuk dengan kertas tambahan telah sampai ke KPPS. (kutipan dari Surat Kabar Waspada Medan).

(14)

Pilkada dua putaran ini sesuai UU No 12 tahun 2008 perubahan UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah. Bila merujuk pada Keputusan KPU Medan nomor 35 perubahan ke 2 tahun 2009 tentang tahapan Pilkada, putaran kedua berlangsung 16 Juni 2010, diikuti dua pasangan peraih suara terbanyak. Pilkada Medan putaran kedua sebanyak 1.961.155 pemilih. Jumlah ini menunjukkan ada sebanyak 641,199 pemilih tidak menggunakan hak pilihnya pada Pilkada Medan 2010 ini. Partisipasi pemilih Pilkada Medan ini meningkat dari putaran pertama yang hanya 34,7 persen menjadi 45 persen. Dan hasil terakhir yang diperoleh pasangan Rahudman Harahap - dzulmi Eldin memenangkan pilkada Medan periode 2010 – 2015 dengan mengalahkan pasangan Sofyan Tan – Nelly Armayanti.

(15)

Pada penelitian ini, agar lebih objektif, peneliti memilih Kecamatan Medan Denai yang terdiri dari enam Kelurahan, yang berada di Kota Medan sebagai tempat penelitian. Kecamatan Medan Denai adalah salah satu dari Kecamatan yang ada di Kota Medan, dengan populasi penduduk sebesar 156.342 Kepala Keluarga yang ada dienam Kelurahan yaitu Kelurahan Tegal Sari Mandala I, Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Kelurahan Denai, Kelurahan Binjai dan Kelurahan Medan Tenggara. Dari keenam Kelurahan tersebut terdapat berbagai macam Etnis yang berbeda termasuk adanya etnis Tionghoa. Pekerjaan yang berbeda sehingga menghasilkan pendapatan perekonomian yang berbeda pula. Dari berbagai ragam baik dari etnis dan lain sebagainya maka akan juga dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam memilih calon Walikota dan Wakil Walikota sesuai dengan keinginan individu masing – masing. Adapun pertimbangan yang diperhatikan peneliti dalam melakukan penelitian dengan memilih Kecamatan Medan Denai adalah karena pertimbangan subjektif. “Pertimbangan subjektif adalah pertimbangan berkisar tentang kredibilitas peneliti terhadap apa yang ditelitinya”8, yang mencakup antara lain: 1. penelitian sesuai dengan minat peneliti; 2. penguasaan teori seputar masalah; 3. sesuai disiplin ilmu yang dipelajari; 4. cukup banyak penelitian sebelumnya tentang masalah tersebut; 5. berdasarkan pertimbangan waktu; 6. pertimbangan biaya; 7. situasional masyarakat menyambut baik masalah tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota MedanTahun 2010-2015 di Kecamatan Medan Denai”

8

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana partisipasi politik masyarakat pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010-2014 di Kecamatan Medan Denai”

1.3 Batasan Masalah

Dalam melakukan penelitian penulis perlu membuat pembatasan masalah terhadap masalah yang akan dibahas, agar hasil yang diperoleh tidak menyimpang dari tujuan yang dicapai. Pada penelitian ini penulis hanya membahas masalah :

“Menganalisa factor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat partisipasi politik

masyarakat pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Tahun

2010-2014 di Kecamatan Medan Denai”.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh gambaran bagaimana partisipasi politik masyarakat pada Pemilihan Umum Kepala daerah Kota Medan Tahun 2010-2014 di Kecamatan Medan Denai.

1. Untuk mengetahui bagaimana faktor Sosial Ekonomi. Kondisi Sosial Ekonomi meliputi tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan jumlah keluarga pada Pilkada Kota Medan Periode 2010 – 2014.

(17)

3. Untuk mengetahui bagaimana faktor nilai budaya. Kondisi nilai budaya menyangkut persepsi, pengetahuan sikap dan kepercayaan politik pada Pilkada Kota Medan Periode 2010 - 2014

1.5 Manfaat penelitian

1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya penelitian dibidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya mengenai partisipasi politik. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi

peneliti lain yang ingin meneliti partisipasi politik, khususnya mengenai partisipasi politik masyarakat pada Pemilihan Umum Kepala Daerah.

3. Bagi Peneliti, sebagai penelitian dan memperluas khasanah dan menambah pengetahuan di bidang ilmu politik, khususnya mengenai partisipasi politik masyarakat pada Pemilihan Kepala Daerah.

1.6 Kerangka Teori

Salah satu unsur yang paling penting peranannya dalam penelitian adalah menyusun kerangka teori, karena kerangka teori berfungsi sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari segi mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.

Menurut Masri Singarimbun, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.9 Sedangkan menurut F.N.Karliger sebagaimana dikutip oleh Joko Subagyo pada buku Metode Penelitian

dalam Teori dan Praktek, teori adalah sebuah konsep atau konstruksi yang

berhubungan satu sama lain, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis dari fenomena.10

9

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta:LP3ES, 1989, h.37. 10

(18)

Oleh sebab itu, dalam kerangka teori ini penulis akan memaparkan beberapa teori-teori yang relevan dengan subjek penelitian.

1.6.1 Partisipasi Politik

Partisipasi yang meluas ciri khas modernisasi politik. Istilah partisipasi politik telah diartikan dalam berbagai arti, apakah partisipasi politik itu hanya perilaku atau mencakup pula sikap- sikap dan persepsi yang merupakan syarat mutlak bagi perilaku partisipasi.

Partisipasi politik pada hakekatnya merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Secara umum dalam masyarakat tradisional yang sifat kepemimpinan politiknya lebih ditentukan oleh segolongan elit penguasa, keterlibatan sebagai warga negara dalam ikut serta mempengaruhi pengambilan keputusan, dan mempengaruhi kehidupan bangsa relatif sangat kecil. Warga negara yang hanya terdiri dari masyarakat sederhana cenderung kurang diperhitungkan dalam proses-proses politik.11

Di negara- negara yang proses modrenisasinya secara umum telah berjalan dengan baik, biasanya tingkat partisipasi warga negara meningkat. Partisipasi politik itu merupakan kegiatan yang dilakukan warga negara untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah.12

Berdasarkan buku Samuel P. Huntington dan Joan Nelson13 penulis merangkum defenisi inti yang perlu dicatat dalam partisipasi politik, yakni sebagai berikut:

1. Ia mencakup kegiatan –kegiatan akan tetapi tidak sikap-sikap. Dimana kegiatan politik adalah yang objektif dan sikap-sikap politik yang subjektif.

11

Sudijono Sastroatmojo, Perilaku Politik, Semarang:IKIP Semarang Press, 1995, h.67. 12

Ibid 13

(19)

2. yang diperhatikan dari partisipasi politik adalah kegiatan politik warga negara preman, atau lebih tepat lagi perorangan-perorangan dalam peranan mereka sebagai warga negara preman. Dengan demikian ada hubungan antara partisipasi-partisipasi politik dan orang – orang profesional di bidang politik. 3. yang menjadi pokok perhatian dalam partisipasi politik adalah kegiatan yang

dimaksudkan untuk mempengaruhi pengembilan keputusan pemerintah. Usaha – usaha untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dapat melibatkan usaha membujuk atau menekan pejabat-pejabat untuk bertindak (atau tidak bertindak) dengan cara-cara tertentu.

4. Menurutnya bahwa partisipasi politik mencakup semua kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pemerintah,tak peduli apakah kegiatan itu benar – benar mempunyai efek. Seorang partisipan politik dapat berhasil atau tidak akan dapat berkuasa atau tidak. Dalam pengertian ini, maka kebanyakan partisipan politik mempunyai kekuasaan yang kecil saja, dan hanya beberapa partisipan saja yang mencapai sukses yang cukup besar dalam politik

Pada era saat ini kita dapat melihat, bahwa tingkat partisipasi masyarakat tidak lagi dipengaruhi dimana ia tinggal atau dalam artian pedesaan atau perkotaan. “kesemuanya bergantung pada tingkat perekonomian setiap daerah apabila kita mengetahui bahwa tingkat partisipasi politik disuatu negara bervariasi sejalan dengan tingkat pembangunan ekonominya”.

(20)

Partisipasi politik itu hanya perilaku, atau mencakup sikap-sikap dan persepsi-persepsi (misalnya persepsi-persepsi seseorang tentang relevansi politik bagi urusannya sendiri). Jika ditelusuri lagi secara spesifik, di dalam bukunya akhirnya didefenisikan bahwa partisipasi politik tidak hanya mencakup kegiatan yang oleh pelakunya sendiri dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah, akan tetapi juga kegiatan yang oleh orang lain di luar sipelaku dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Yang pertama dapat dinamakan partisipasi otonom, yang terakhir partisipasi yang dimobilisasikan. Masalah niat, dan persoalan yang berkaitan dengannya, yakni motivasi-motivasi partisipasi politik merupakan hal yang kompleks dan kontroversial.14

Banyak orang bertindak, seperti: memberikan demonstrasi, yang merupakan jenis partisipasi tetapi tidak merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan keinginan sendiri melainkan dikarenakan adanya perintah orang lain yang disebut istilah “Ward Boss”, istilah ini digunakan untuk orang-orang yang dengan menggunakan paksaan, persuasi atau dengan rangsangan-rangsangan materi mereka yang digunakan untuk memobilisasi orang-orang lain dalam usaha mengejar sasaran mereka. Dalam beberapa studi secara eksplisif tidak menganggap tindakan yang dimobilisasi atau yang dimanipulasi sebagai partisipasi politik.

Banyak tanggapan mengenai apa itu partisipasi politik, jadi jelaslah banyak partisipasi di dalam sistem – sistem politik yang demokratis dan kompetitif mengandung suatu unsur tekanan dan manipulasi. Dalam penelitian ini, partisipasi yang dimobolisasi dan yang otonom bukan merupakan kategori-kategori dikotomis

14

(21)

yang dapat di bedakan dengan satu tujuan satu sama lain. Yang benar keduanya adalah satu spectrum, terdapat perbedaan yang bersifat arbiter dan batas – batasnya tidak jelas. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan melihat partisipasi politik masyarakat yang terlihat atau yang dilakukan baik secara otonom maupun dimobilisasi yang ukurannya dapat dilihat dari bentuk partisipasi politik itu sendiri.

Sebagai defenisi umum, sesuai dengan yang diartikan oleh Miriam Budiarjo 15, bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pimpinan Negara secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen. Partisipasi politik juga, senantiasa mengacu pada semua bentuk kegiatan yang dilakukan dengan cara terorganisir maupun tidak.

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam buku Partisipasi Politik di Negara Berkembang mendefenisikan konsep partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal.16

Galen A. Irwin dalam tulisannya mengenai “Polotical Efficacy, Statisfaction and Participation”, partisipasi politik adalah suatu bentuk proses yang sistematis

15

Miriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politi, PT Gramedia, Jakarta, 1982, h.12. 16

(22)

untuk memilih kepala negara dengan jala pemilu. Hasil pemilu haruslah dapat diterima oleh masyarakat umum sebgai kebijakan bersama.17

Menurut Thalha Hi Abu, adaptasi dari buku Michael Rush; Philip Adolf, Pengantar Sosiologi Politik;1993;124 ada berbagai kesulitan dalam penyajian berbagai bentuk partisipasi politik, terlepas dari tipe sistem politik, yaitu: segera muncul dalam ingatan peranan para politisi profesional, pemberi suara, aktivis partai, para demonstran. Menempatkan posisi dari aktivis politik memang dirasa penting, untuk melihat apakah terdapat semacam hubungan hierarkis antara peristiwa – peristiwa di atas. Hierarki yang paling sederhana dan berarti adalah hierarki yang didasarkan atas taraf atau luasnya partisipasi. Namun demikian didapati tingkat hierarki partisipasi politik yang bebrbeda dari suatu sistem politik dengan yang lain, tetapi partisipasi pada suatu tingkat hierarki tidak merupakan prasyarat bagi partisipasi pada suatu tingkatan yang berbeda – beda dalam suatu sistem politik dengan sistem politik lain, lagipula berbeda dalam suatu sistem menurut waktunya. Hierarki partisipasi politik :

 Apatihi Total (masa bodoh), ini merupakan bentuk partisipasi yang paling rendah, bahkan pada bentuk ini sebagian masyarakatnya menghindari berbagai bentuk partisipasi politik, ataupun hanya berpartisipasi pada tingkat yang paling rendah.

 Voting (pemberian suara), pada bentuk ini partisipasi yang dilakukan adalah berupa pemberian suara pada saat pemilu.

 Partisipasi dalam diskusi politik informal, minat umum dalam politik. Pada bagian ini partisipasi yang dilakukan adalah diskusi secara informal dalam ruang lingkup keluarga, teman, terkadang ditempat kerja.

17

(23)

 Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dll. Partisipasi ini lebih nyata dari pada diskusi politik informal.

 Keanggotaan pasif organisasi semu politik.  Keanggotaan aktif organisasi semu politik.  Keanggotaan pasif suatu organisasi politik.  Keanggotaan aktif suatu organisasi politik.  Mencari jabatan politik atau administratif.

 Menduduki jabatan politik atau administratif. Ini merupakan partisipasi politik tertinggi.

1.6.1.1 Bentuk Partisipasi Politik

Menurut Ramlan Surbakti, bentuk partisipasi dibedakan menjadi partisipsi aktif dan partisipasi pasif:

1. Partisipasi aktif mencakup kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda kepada pemerintah, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan, membayar pajak dan ikut dalam kegiatan pemilihan pimpinan pemerintahan.

2. Sedangkan partisipasi pasif antara lain, berupa kegiatan mentaati peraturan pemerintah, menerima, dan melaksanakan begitu saja setiap keputusan pemerintah.18

Lain halnya dengan Miriam Budiarjo yang memandang bentuk partisipasi politik yaitu, partisipasi politik dapat bersifat aktif dan bersifat pasif. Bentuk yang paling sederhana dari partisipasi aktif adalah ikut memberikan suara dalam pemilu,

18

(24)

turut serta dalam demonstrasi dan memberikan dukungan keuangan dengan jalan memberikan sumbangan. Sedangkan bentuk partisipasi pasif adalah bentuk partisipasi yang sebentar-sebentar, misalnya bentuk diskusi politik informal oleh individu-individu dalam keluarga masing – masing, ditempat kerja atau diantara sahabat-sahabat.19

1.6.1.2 Jenis – Jenis Perilaku Masyarakat Dalam Partisipasi Politik

Sementara itu menurut Milbrath dan Goel membedakan partisipasi politik menjadi beberapa kategori perilaku yaitu:

1. Apatis, yaitu orang yang menarik diri dari proses politik.

2. Spektator, yaitu berupa orang – orang yang setidak – tidaknya pernah ikut dalam pemilu.

3. Gladiator, yaitu orang – orang yang secara aktif terlibat dalam proses politik, yakni sebagai komunikator dengan tugas khusus mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye, serta aktivis masyarakat.

4. Pengkritik, yaitu orang – orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang tidak konvensional.20

Menurut Samuel P. Huntington, jenis – jenis perilaku politik antara lain sebagai berikut :

 Kegiatan pemilihan, mencakup suara, akan tetapi juga sumbangan – sumbangan dalam kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan.

19

Miriam Budiarjo, Op. Cit, h.10. 20

(25)

 Lobbying, mencakup upaya – upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat – pejabat pemerintahan dan pemimpin – pemimpin politik dengan maksud mempengaruhi keputusan – keputusan mereka mengenai persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang.

 Kegiatan organisasi, menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi yang tujuannya yang utama dan eksplisit adalah mempengaruhi keputusan pemerintah.

 Mencari Koneksi (Contacting), merupakan tindakan perorangan yang ditujukan terhadap pejabat – pejabat pemerintahan dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat bagi hanya satu atau segelintir orang.

 Tindakan kekerasan (violence), juga dapat berupa partisipasi politik yakni upaya untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dengan jalam menimbulkan kerugian fisik terhadap orang – orang atau harta benda. Kekerasan dapat ditujukan untuk mengubah pimpinan politik (kudeta, pembunuhan), mempengaruhi kebijaksanaan – kebijaksanaan pemerintah (huru-hara, pemberontakan), atau mengubah seluruh sistem politi (revolusi).21

1.6.1.3 Tujuan Partisipasi Politik

Menurut Sudijono Sastroatmojo, partisipasi politik itu merupakan kegiatan yang dilakukan warga negara untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah.22

Sama halnya menurut Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam Partisipasi Politik di Negara Berkembang, seperti dikutip oleh Sudijono Sastroatmojo, tujuan partisipasi politik adalah mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah.23

21

Samuel P. Huntington, Op Cit, h.16-18. 22

(26)

Pendapat senada turut dilontarkan oleh Miriam Budiarjo, bahwa tujuan dari partisipasi politik aktif, yaitu dengan cara datang ke tempat pemungutan suara adalah untuk mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah. 24

Norman H. Nie dan Sidney Verba dalam Handbook of Political Scince, mengatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan pribadi warga negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat – pejabat negara dan tindakan – tindakan yang diambil oleh mereka.25

1.6.1.4 Faktor – Faktor Yang mempengaruhi Partisipasi Politik Masyarakat

Menurut Ramlan Surbakti, faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi politik seseorang adalah kesadaran politik dan kepercayaan orang tersebut kepada pemerintah.26 Aspek kesadaran politik seseorang meliputi kesadaran terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara, baik hak – hak politik, ekonomi, maupun hak –hak mendapatkan jaminan sosial dan hukum.27

Sedangkan menurut Weimer setidaknya ada lima penyebab faktor – faktor yang mempengaruhi meluasnya partisipasi politik, yaitu:

 Modernisasi.

Modernisasi disegala bidang berakibat pada partisipasi warga kota baru seperti kaum buruh, pedagang dan profesional untuk ikut serta mempengaruhi kebijakan dan menuntut keikutsertaannya dalam kekuasaan politik sebagai bentuk kesadarannya bahwa mereka pun dapat mempengaruhi nasibnya sendiri.

 Terjadinya perubahan – perubahan struktur kelas sosial.

23

Ibid, h.68. 24

Miriam Budiarjo,Op Cit, h.1. 25

Ibid, h.2. 26

Ramlan Surbakti, Memahami Politik, Jakarta Grasindo, 2003, h.128. 27

(27)

Perubahan struktur kelas baru itu sebagai akibat dari terbentuknya kelas menengah dan pekerja baru yang makin meluas dalam era industrialisasi dan modernisasi. Hal ini menyebabkan munculnya persoalan, siapa yang berhak ikut serta dalam pembuatan keputusan – keputusan politik mengakibatkan perubahan – perubahan pola partisipasi politik.

 Pengaruh kaum intelektual dan meningkatnya komunikasi massa.

Munculnya ide – ide baru seperti nasionalisme, liberalisme dan egaliterisme mengakibatkan munculnya tuntutan – tuntutan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Komunikasi membantu menyebarluaskan seluruh ide – ide ini kepada masyarakat. Akibatnya masyarakat yang belum maju sekalipun akan menerima ide – ide tersebut secara cepat, sehingga sedikit banyak berimplikasi pada tuntutan rakyat.

 Adanya konflik diantara pemimpin – pemimpin politik.

Pemimpin politik yang bersaing memperebutkan kekuasaan sering kali untuk mencapai kemenangan dilakukan dengan cara mencari dukungan massa, dengan menyuarakan ide – ide partisipasi massa. Implikasinya muncul tuntutan terhadap hak – hak rakyat, baik HAM, keterbukaan, demokratisasi maupun isu – isu kebebasan pers.

 Keterlibatan pemerintah yang semakin meluas dan urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan.

Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah ini seringkali merangsang tumbuhnya tuntutan – tuntutan yang terorganisir untuk ikut serta dalam mempengaruhi pembuatan keputusan politik. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari perbuatan pemerintah dalam segala bidang kehidupan.28

28

(28)

Faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat, yaitu :

1. Faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan jumlah keluarga.

2. Faktor politik. Peran serta politik masyarakat didasarkan kepada politik untuk menentukan suatu produk akhir.

Faktor Politik meliputi :

a. Komunikasi politik, adalah komunikasi yang mempunyai konsekuansi politik baik secara aktual maupun potensial, yang mengatur kelakuan manusia dalam keberadaan suatu konflik. Komunikasi politik antara pemerintah dan rakyat sebagai interaksi antara dua pihak yang menerapkan etika.

b. Kesadaran Politik, kesadaran politik yang menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik. Tingkat kesadaran politik diartikan sebagai tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap permasalahan dan atau pembangunan.

c. Pengetahuan masyarakat terdap proses pengambilan keputusan, akan menentukan corak dan arah suatu keputusan yang akan diambil.

(29)

dan harapan rakyat, untuk meningkatkan kesadaran kritis dan keterampilan masyarakat melakukan analisis dan pemetaan terhadap persoalan aktual dan merumuskan agenda tuntutan mengenai pembangunan.

4. Faktor nilai budaya, merupakan basis yang membentuk demokrasi, hakikatnya adalah politik baik etika politik maupun teknik atau peradapan masyarakat. Faktor nilai budaya menyangkut persepsi, pengetahuan sikap dan kepercayaan politik.29

1.6.2 Pemilihan Kepala Daerah

1. Perspektif Teoritis

David Easton, teorotisi politik pertama yang memperkenalkan pendekatan sistem dalam politik, menyatakan bahwa suatu sistem selalu memiliki sekurangnya tiga sifat, yakni terdiri dari banyak bagian, bagian itu saling berinteraksi dan saling tergantung dan mempunyai perbatasan yang memisahkannya dari lingkungannya yang juga terdiri dari sistem – sistem lain.

Sebagai suati sistem, sistem pemilihan kepala daerah mempunyai bagian – bagian yang merupakan sistem sekunder atau sub – sub sistem. Bagian tersebut adalah

electoral Regulation, Electoral process, dan electoral Law Enforcement. Electoral

regulation adalah segala ketentuan atau aturan mengenai pemilihan kepala daerah

yang berlaku bersifat mengikat dan menjadi pedoman bagi penyelenggara, calon dan pemilih dalam menjalankan peran dan fungsi masing –masing. Elektoral process

adalah seluruh kegiatan yang terkait secara langsung dengan pemilihan kepala daerah yang merujuk pada ketentuan perundang – undangan baik bersifat legal maupun

29

(30)

teknikal. Electoral law enforcement adalah penegakan hukum terhadap aturan – aturan pemilihan kepala daerah baik politisi, administrasi atau pidana. Ketiga bagian ini dapat menjadi pedoman untuk melaksanakan proses pemilihan kepala daerah.

Sebagai suatu sistem pemilihan kepala daerah memiliki ciri – ciri yakni bertujuan memilih kepala daerah, setiap komponen terlibat dan kegiatan mempunyai batas, terbuka, tersusun dari berbagai kegiatan yang merupakan subsistem, masing – masing kegiatan saling terkait dan tergantung dalam suatu rangkaian utuh, memiliki mekanisme kontrol, dan mempunyai kemampuan mengatur dan menyesuaikan diri.

2. Perspektif Praktis.

Kepala daerah adalah jabatan politik dan jabatan publik yang bertugas memimpin birokrasi dan menggerakkan jalannya roda pemerintahan yang berfungsi sebagai perlindungan, pelayanan publik, dan pembangunan. Istilah jabatan publik mengandung arti bahwa kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan kebijakan yang terkait langsung dengan kepentingan rakyat. Oleh karena itu, kepala daerah harus dipilih oleh rakyat dan wajib mempertanggungjawabkan kepercayaan yang telah diberikan oleh rakyat. Jabatan politik bermakna bahwa mekanisme rekutmen kepala daerah dilakukan dengan mekanisme politik yaitu, melalui pemilihan yang melibatkan elemen politik, yaitu rakyat dan partai politik.

Pemilihan kepala daerah merupakan rekutmen politik yaitu, penyeleksian rakyat terhadap tokoh – tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah, baik Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, ataupun Walikota/Wakil Walikota. Aktor utama sistem pemilihan kepala daerah adalah rakyat, partai politik dan calon kepala daerah.30

30

(31)

1.6.3 Rekrutmen Politik

Sistem rekrutmen politik memiliki keragaman yang tiada batas. Salah satu metode tertua yang digunakan untuk memperkokoh kedudukan pemimpin –pemimpin politik adalah dengan penyortiran atau penarikan undian yang dugunakan pada zaman Yunani kuno. Yakni suatu metode yang dibuat untuk mencegah dominasi jabatan dari posisi yang berkuasa dari kelompok individu tertentu dengan cara bergiliran atau rotasi. Misalnya sistem “pilih kasih” Amerika Serikat pada hakikatnya menggunakan sistem pengrekrutan bergilir sedangkan sejumlah negara lain mempunyai ketentuan konstitusional yang dibuat untuk menjamin kadar rotasi personil eksekutif. Metode pengrekrutan lain adalah perebutan kekuasaan dengan jalan menggunakan jalan mengancam atau kekerasan. Penggulingan dengan kekerasan suatu rezim politik, yang mengakibatkan penggantian para pemegang jabatan poliik akan tetapi perubahan para personil birokrasi biasanya hasil lebih lambat, terutama bila berlangsung dalam masyarakat yang kompleks dan sangat maju.

(32)

pemimpin alamiah, artinya pemimpin yang dapat mewakili tipe pemimpin yang dapat timbul dalam suatu sistem politik tertentu.31

Suatu pemilihan dapat dinyatakan sebagai sarana untuk memilih antara dua alternatif atau lebih, dengan jalan pemberian suara yakni berkenaan siapa yang dipilih, oleh siapa dan bagaimana cara memilihnya. Dengan demikian, pemilihan dapat digunakan untuk memilih anggota badan legislatif, eksekutif ataupun presiden.beberapa pemilihan dapat dilukiskan sebagai tidal langsung, yaitu para pemilih memberikan suaranya untuk satu kelompok individu yang merupakan satu badan pemilih presiden dan wakil presiden (electoral college), yang seterusnya memimpin pemilihan kedua untuk menentukan siapa yang akan memegang jabatan yang akan dipertaruhkan. Pada pemilihan langsung, para pemegang jabatan oleh para pemilih, walaupun pilihan para pemilih dibatasi oleh kualifikasi hukum yang diterapkan bagi pemegang jabatan politik, dan oleh metode – metode dengan mana partai politik melakukan seleksi terhadap para calon kandidat mereka.32

Kualifikasi hukum bagi para pemegang jabatan ternyata hanya menuntut, bahwa mereka itu harus orang dewasa, warga negara bagi negara yang bersangkutan, waras dan sebagainya. Hak pilih dibatasi para orang dewasa yang merupakan dasar paling umum dari pemberian suara pemilih. Akan tetapi hal ini biasanya dibatasi oleh faktor kewarganegaraan, kesehatan jiwa dan catatan kejahatan. Dalam beberpa sistem politk, pembatasan seperti itu dilakukan lebih luas dan mencakup kriteria lainnya. Dimasa lampau, beberapa batasan kelompok pemilih hanya merupakan bagian dari kaum minoritas dari rakyat.

Pembatasan hak pilih akan mempunyai pengaruh kiranya penting pada tingkah laku voting terhadap pribadi yang akan dipilih untuk menduduki jabatan politik.

31

Michaek Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta:PT Grafindo Persada, 2003,h.185-187.

32

(33)

Khususnya pada kejadian yang berlaku dimana pembatasan diterapkan terhadap bagian tertentu bagi rakyat yang mungkin tidak terwakili, ini merupakan faktor penting dalam usaha membatasi perwakilan kelas pekerja dan perwakilan bangsa negro. Selanjutnya perluasan seksional hak pilih dapat dihbungkan dengan polarisasi berikutnya dari tingkah laku pemilih, dimana partai itu timbul untuk mewakili bagian dari rakyat.33

1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subyek penelitian. Tipe yang paling umum dari penelitian ini adalah penilaian sikap atau pendapat dari individu, organisasi, keadaan ataupun prosedur yang dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam survey, wawancara, ataupun observasi.34

1.7.2 Lokasi Penelitian

Lokasi pada penelitian ini adalah Kecamatan Medan Denai yang terdiri dari enam Kelurahan yaitu Kelurahan Tegal Sari Mandala I, Kelurahan Tegal Sari Mandala II. Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Kelurahan Denai, Kelurahan Binjai, Kelurahan Medan Tenggara (Menteng).

33

Ibid, h.194-195. 34

(34)

1.7.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditetapkan kesimpulannya. Populasi mempunyai lambang (N).35 Dalam hal ini populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang telah memiliki hak suara di dalam pemilihan umum kepala daerah Kota Medan pada Kecamatan Medan Denai.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin untuk meneliti semua yang ada dipopulasi sehingga dalam hal ini dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul – betul representatif (mewakili).36

Dikarenakan populasi yang bersifat heterogen atau tidak homogen, maka pada teknik penarikan sampel menggunakan Teknik Proportionate Stratified Random

Sampling, yakni populasi yang mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen

dan berstrata secara proporsional.

Beberapa peneliti menyatakan, bahwa besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10%,37 disebabkan jumlah populasi cukup besar yaitu 000 orang, maka adapun rumus yang digunakan untuk menentukan dan pengambilan sampel adalah rumus yang dikemukakan oleh Taro Yamane,

35

Husein Umar, Metode Riset Bisnis, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.h.65. 36

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung:CV Alfabeta, 2006, h.56. 37

(35)

Keterangan:

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d = Presisi, ditetapkan 10% dengan derajat kepercayaan 90% Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:

148.178

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang diperlukan oleh peneliti adalah:

1. Dengan menggunakan data primer yakni, melalui penyebaran angket atau kuesioner dan wawancara dengan pedoman daftar pertanyaan terstruktur yang ditujukan kepada masing – masing responden.

2. Dengan menggunakan data sekunder yakni, melakukan studi pustaka atau dokumen dari kantor Kecamatan Medan Denai.

1.7.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan memberi gambaran mengenai situasi atau kondisi yang terjadi dengan menggunakan analisa kualitatif. Data – data yang telah dikumpul, baik data primer maupun data sekunder yang diperoleh dari

N n =

(36)

lapangan yang akan diekplorasi secara mendalam, selanjutnya akan menghasilkan suatu kesimpulan yang menjelaskan masalah yang akan diteliti.

1.8 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi dan teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

BAB II : DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Menguraikan tentang sejarah umum dan gambaran secara umum masyarakat di Kecamatan Medan denai Kota Medan.

BAB III : PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini akan menguraikan hasil dan analisis dari penelitian yang berhubungan dengan faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat di Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

BAB IV : PENUTUP

(37)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Kecamatan Medan Denai merupakan salah satu Kecamatan dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1973 terbentuk dan disahkan menjadi Kecamatan defenitif dari 4 Kecamatan yang ada di Kota Medan membawahi 18 Kelurahan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1991 tentang pembentukan Kecamatan baru di Provinsi Sumatera Utara dan pemekaran 8 kecamatan di Kota Medan, salah satu kecamatan yang wilayahnya dimekarkan adalah Kecamatan Medan Denai. Kondisi fisik Kecamatan Medan Denai secara geografis berada di Wilayah barat Daya Kota Medanmerupakan dataran secara sedang 5-8 M di atas permukaan laut dan berbatasab dengan kecamatan :

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Tembung Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Amplas

Sebelah Medan Barat : Kecamatan Medan Kota dan Kecamatan Medan Area Sebelah Timur : Kecamatan Percut Sei Tuan / Kab. Deli Serdang

Pada mulanya daerah ini adalah bekas Tembakau Deli, di samping itu Kecamatan Medan Denai juga merupakan juga daerah pengembangan usaha sehingga banyak terdapat usaha Agrobisnis seperti pengolahan kopi, dengan produksi dan produk unggulan dari Kecamatan ini berupa produksi sepatu dan sandal, produksi moulding dan bahan bangunanserta produksi sulaman bordir.

(38)

Salah satu faktor penting di wilayah Kecamatan Medan Denai hampir 91 % wilayahnya telah terbangun dan hanya 9% lagi merupakan lahan kosong, itupun hanya dapat dipergunakan sebagai lahan pekarangan perumahan penduduk.

Berikut ini disajikan data tentang Kecamatan Medan Denai Yaitu;

Tabel 2.1

Data Kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Denai

No Kelurahan Luas (Km²)

Jumlah Lingkungan

Nama Lurah

1. Tegal Sari Mandala I 0,501 12 Elmun, S.Sos

2. Tegal Sari Mandala II 0,87 15 Mopul.B.S.AP, S.Sos 3. Tegal Sari Mandala III 1,03 15 Zainal

4. Denai 1,3 9 Drs. Suangkupon Siregar

5. Binjai 4,14 20 Sutan Fauzia Lubis,

S.STP, M.Si 6. Medan Tenggara 2,07 11 M. Hasibuan

Jumlah 9,911 82

Sumber : Data Kecamatan 2009

(39)

Tabel 2.2

Jumlah penduduk Kecamatan Medan Denai berdasrkan jenis kelamin

No Kelurahan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Jumlah

1. Tegal Sari Mandala I 7,648 7.770 15.418 2. Tegal Sari Mandala II 15.332 15.041 30.373 3. Tegal Sari Mandala III 25.026 22.687 47.713 4. Denai 10.438 9.656 20.094 5. Binjai 27.229 23.825 51.054 6. Medan Tenggara 11.213 10.268 21.481 Jumlah 96.886 89.247 186.133

Persentase 52.05 47.95 100

Sumber : Data Penduduk Kecamatan 2009

(40)

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Denai Berdasarkan Agama

No Kelurahan Agama

Islam Kristen Katholik Hindu Budha 1. Tegal Sari Mandala I 6.912 1.917 1.53 63 6.373 2. Tegal Sari Mandala II 18.363 10.894 1.022

3. Tegal Sari Mandala III 42.525 4.328 860 4. Denai 15.707 2.870 1.517 5. Binjai 32.310 14.830 3.831 6. Medan Tenggara 11.811 86.86 9.68

(41)

BAB III

HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas tentang data yang diperoleh selama penelitian berlangsung, yang terdiri dari karakteristik responden dan jawaban dari respondenmelalui angket yang telah dibagikan terlebih dahulu dan wawacara yang dilakukan oleh peneliti kepada responden selama penelitian berlangsung.

Adapun wawancara dilakukan agar dapat mengetahui pendapat atau pandangan masyarakat secara langsung, tanpa adanya keterpaksaan atas jawaban responden dari pertanyaan yang diberikan peneliti. Adapun hasil dari wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa responden, yaitu masyarakat mengatakan bahwa pendidikan politik penting bagi masyarakat, walaupun tingkat pendidikan masyarakat hanya sampai tamat Sekolah Dasar (SD) atau bahkan tidak sekolah sama sekali, tetapi suara mereka tetap diperhitungkan dalam pemilihan umum. Hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah dan partai politik khususnya, dengan banyaknya partai politik yang berkembang, minat dan keinginan masyarakat untuk menjadikan negara ini berkembang lebih baik semakin besar. Dengan arti, partai politik dapat memberi sosialisasi tentang politik. Sehingga masyarakat tidak merasa enggan dalam mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh partai politik, dan mengikuti setiap proses dan perubahan yang terjadi di Indonesia umumnya dan Di Kota Medan khususnya.

Peneliti juga membagikan angket (kuesioner) kepada masyarakat Kecamatan Medan Denai yang menjadi responden peneliti. Hasil yang di dapat peneliti disajikan dengan berbentuk tabel yang telah direkapitulasi.

(42)

hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa responden untuk mendukung jawaban dari angket yang dibagikan sewaktu penelitian.

Adapun hasil penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu: 1. Karakteristik Responden

2. Variabel Penelitian

Setelah disajikan data – data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka akan dipaparkan analisa dari hasil penelitian

1. Analisa Tabel Tunggal

3.1 Karakteristik Responden

Data mengenai identitas responden akan disajikan dalam bentuk jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, penghasilan (pendapatan) dan pekerjaan.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel masyarakat sebanyak 100 orang. Berikut distribusi responden berdasarkan jenis kelaminnya.

Tabel 1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 62 62 %

Perempuan 38 38 %

Total 100 100 %

Sumber : Hasil Penelitian

(43)

(koran) memudahkan peneliti untuk melakukan tanya jawab kepada responden. Banyaknya responden yang berjenis kelamin laki – laki yang ditemui oleh peneliti lebih disebabkan karena laki – laki lebih banyak memiliki aktivitas diluar rumah daripada perempuan.

Usia masyarakat yang dijadikan responden ini adalah berkisar antara usia 17 sampai 66 tahun. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan usia responden dalam bentuk tabel.

Tabel 2

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Persentase

17-26 19 19 %

27-36 41 41 %

37-46 30 30 %

47-56 9 9 %

57-66 1 1 %

Total 100 100 %

Sumber : Hasil Penelitian

(44)

Dalam penelitian ini, peneliti tidak membatasi atau memberi kriteria pada tingkat pendidikan masyarakat yang menjadi respondennya. Karena itu dalam penelitian itu masih terdapat responden yang tidak sekolah. Berikut tabel distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikannya.

Tabel 3

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

Tidak Sekolah 1 1 %

Tamat SD 13 13 %

Tamat SLTP 32 32 %

Tamat SLTA 36 36 %

Tamat S-1 14 14 %

Dan Lain – lain 4 4 %

Total 100 100 %

Sumber : Hasil Penelitian

Di lihat dari tabel 3 tentang distribusi masyarakat berdasarkan tingkat

pendidikan, tamat SLTA/sederajat lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan yang lain, yaitu sebanyak 36 orang. Hal itu disebabkan ketidakmampuan dari sebagian masyarakat dalam menaggung biaya pendidikan. Kebanyakan dari masyarakat apabila sudah menyelesaikan pendidikannya sampai kepada SLTA maka untuk selanjutnya dia akan membantu keluarganya untuk bekerja.

(45)

Tabel 4

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase

Tidak bekerja 2 2 %

Buruh 11 11 %

Pedagang 39 39 %

Ibu Rumah Tangga 24 24 %

PNS 2 2 %

TNI-POLRI - -

Dan lain – lain 12 12 %

Total 100 100 %

Sumber : Hasil Penelitian

Dari tabel 4 tentang distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat di lihat bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai pedagang, yaitu sebanyak 39 orang. Banyaknya masyarakat yang bekerja sebagai pedagang disebabkan karena letak geografis yang sangat strategis untuk berdagang dan adanya keahlian dari masyarakatnya untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi yang siap untuk dijual ke pasar. Adapun yang sering diperdagangkan adalah sepatu, mukenah, tas, dan lain sebagainya.

(46)

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan

Penghasilan (dalam satu bulan) Jumlah Persentase

< Rp. 500.000 36 36 %

Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 56 56 % Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000 8 8 %

Total 100 100

Sumber : Hasil Penelituan

Di lihat dari tabel 5 tentang distribusi responden berdasarkan penghasilan dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpenghasilan Rp.

3.2 Faktor – faktor Dalam Partisipasi Politik

Data ini diambil untuk mengetahui bagaimana pandangan atau pendapat masyarakat terhadap informasi yang didapat mengenai partisipasi politik masyarakat terutama tentang pemilihan umum di Kecamatan Medan Denai. Berikut ini adalah table tentang partisipasi politik masyarakat.

Tabel 6

Tanggapan Responden Apakah Mengetahui Tentang Pemilihan Umum Kepala

Daerah

Kategori Jumlah Persentase

Sangat mengetahui 20 20%

Kurang mengetahui 35 35%

Cukup mengetahui 27 27%

Tidak mengetahui 18 18%

Total 100 100 %

(47)

Dilihat dari table 6 tentang tanggapanresponden mengenai informasi tentang pemilihan umum dapt dilihat bahwa, pada dasarnya masyarakat kurang mengetahui tentang pemilihan umum. Diperoleh data bahwa, sebanyak 35 orang masyarakat kurang mengetahui tentang pemilihan umum. Hal itu dikarenakan kurangnya sosialisasi dari pemerintah maupun partai politik kepada masyarakat.

Munculnya partai politik pada saat kampanye hanya sebagai figure yang memperkenalkan calonnya kepada masyarakat, namun untuk membagi pengetahuannya tentang pemilihan umum sangatlah jarang. Keingintahuan masyarakat tentang pendidikan politik maupun proses pemilihan umum, menjadi tanggung jawab yang besar bagi partai politik peserta pemilu dan pemerintah daerah maupun pemerintah kota.

Tabel 7

Tanggapan Responden Mengenai Informasi Tentang Pendidikan Politik

Kategori Jumlah Persentase

Sangat membutuhkan 40 40%

Kurang membutuhkan 18 18%

Cukup membutuhkan 30 30%

Tidak membutuhkan 12 12%

Total 100 100 %

Sumber : Hasil Penelitian

Dilihat dari tabel 7 tentang tanggapan responden mengenai informasi tentang pendidikan politik, dapat dilihat bahwa, pada dasarnya masyarakat cukup membutuhkan informasi tentang pendidikan politik.

(48)

dan partai politik, dalam upaya peningkatan pola pikir masyarakat dalam menanggapi perubahan – perubahan yang terjadi di dalam pemerintahan.

Tabel 8

Tanggapan Responden Terhadap Informasi Dari Media Massa Tentang

Pemilihan Umum

Kategori Jumlah Persentase

Sangat membutuhkan 35 35%

Kurang membutuhkan 25 25%

Cukup membutuhkan 30 30%

Tidak membutuhkan 10 10%

Total 100 100 %

Sumber : Hasil Penelitian

(49)

Tabel 9

Tanggapan responden Tentang Walikota dan Wakil Walikota Yang Terpilih,

Apakah Sesuai Dengan Keinginan Responden

Kategori Jumlah Persentase

Sangat sesuai 25 25%

Kurang sesuai 15 15%

Cukup sesuai 57 57%

Tidak sesuai 3 3%

Total 100 100 %

Sumber : Hasil Penelitian

(50)

Tabel 10

Tanggapan Responden Tentang Pelaksanaan Pemilu Apakah Mendukung

Aspirasi Masyarakat

Kategori Jumlah Persentase

Sangat mendukung 33 33%

Kurang mendukung 18 18%

Cukup mendukung 39 39%

Tidak mendukung 10 10%

Total 100 100 %

Sumber : Hasil Penelitian

(51)

Tabel 11

Tanggapan Responden Dalam Keikutsertaan Masyarakat Mengikuti Aktivitas

Kampanye

Kategori Jumlah Persentase

Pernah 46 46 %

Tidak Pernah 54 54 %

Total 100 100 %

Sumber : Hasil Penelitian

Dari tabel 11 tentang tanggapan responden dalam keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti aktivitas kampanye dapat dilihat bahwa, kebanyakan masyarakat tidak pernah mengikuti aktivitas kampanye, yaitu 54 orang. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada salah satu responden, mengatakan bahwa tidak adanya keinginan masyarakat dalam mengikuti kampanye karena mereka menganggap bahwa kampanye itu tidak penting, karena orang – orang yang ada di atas akan tetap di atas. Dan pekerjaan mereka sangatlah lebih penting dilakukan daripada mengikuti

kampanye.

Tabel 12

Tanggapan Responden Berapa Kali Mengikuti Kampanye

Kategori Jumlah Persentase

1 (satu) kali 36 36%

2 (dua) kali 6 6%

Lebih dari 2 (dua) kali 4 4%

Tidak pernah mengikuti kampanye 54 54 %

Total 100 100 %

(52)

Berdasarkan tabel 12 tentang tanggapan responden berapa kali mengikuti kampanye, dapat dilihat bahwa keikutsertaan masyarakat Kecamatan Medan Denai dalam mengikuti kegiatan kampanye adalah anggota ataupun simpatisan dari partai politik yang bersangkutan. Adapun sebagian masyarakat yang mengikuti kampanye adalah orang – orang yang hanya ingin meramaikan kampanye adalah orang – orang yang hanya ingin meramaikan kampanye partai tersebut.

Kegiatan kampanye itu sendiri dianggap tidak penting, karena masyarakat kegiatan tersebut hanya menghabiskan banyak biaya tanpa ada hasil yang jelas yang akan diperoleh masyarakat.

Tabel 13

Tanggapan Responden Terhadap Dukungan Kepada Calon Walikota dan Calon

Wakil Walikota Kota Medan

Kategori Jumlah Persentase

Sangat mendukung 32 32%

Kurang mendukung 18 18%

Cukup mendukung 40 40%

Tidak mendukung 10 10%

Total 100 100 %

Sumber : Hasil Penelitian

(53)

Tabel 14

Tanggapan Responden Sebagai Alasan Dalam Mengikuti Pemilukada Kota

Medan Tahun 2010-2014

Kategori Jumlah Persentase

Menginginkan perbaikan pemerintahan Indonesia 35 35% Suara selaku warga Negara Indonesia 65 65 % Kerena diarahkan oleh partai politik - -

Karena uang - -

Total 100 100 %

Sumber : Hasil Penelitian

Dari tabel 14 tentang tanggapan responden sebagai alasan dalam mengkuti pemilukada Kota Medan tahun 2010 – 2014, yang menjadi tanggapan dan alasan masyarakat kebanyakan adalah suara selaku warga negara Indonesia sebanyak 65 orang. Karena masyarakat yang menjadi responden mengatakan bahwa, ruginya apabila diberikan kesempatan untuk memilih namun tidak menggunakan kesempatan tersebut. Menurut mereka kalaupun ada perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah tidak sepenuhnya dikerjakan . karena masyarakat tidak berharap banyak untuk adanya perbaikan dan perubahan di Kota Medan. Walaupun tidak tertutup kemungkinan adanya perubahan yang terjadi , karena perbaikan dan perubahan yang digaung gaungkan oleh pemerintah hanyalah khayalan belaka yang sulit untuk tercapai.

(54)

yang mengikuti pemilukada dengan alasan karena diarahkan oleh partai politik dan karena uang.

II. Analisa Tabel Silang

Dalam analisa tabel silang, merupakan keterkaitan atau hubungan antara jawaban dari responden terhadap tingkat pendidikan dan penghasilan dari responden. Kategori dalam tingkat pendidikan responden dibagi menjadi tiga bagian: 1. tinggi: artinya responden menyelesaikan pendidikan sampai tamat DIII dan S1. 2. sedang: responden menamatkan pendidikan sampai tamat SLTP hingga SLTA. 3. rendah: termasuk responden yang tidak sekolah dan hanya tamat sekolah dasar. Kategori dalam tingkat penghasilan dibagi pula dalam tiga bagian yaitu: 1. penghasilan tinggi Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000, 2. penghasilan sedang Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000, 3. penghasilan rendah < Rp. 500.000.

Berikut akan dijelaskan hubungan antara keikutsertaan masyarakat dalam pemilihan umum kepala daerah Kota Medan tahun 2010 – 2014 terhadap tingkat pendidikan dan penghasilan responden.

Tabel 15

Hubungan Antara Keikutsertaan Dalam Pemilu Legeslative Terhadap

Tingkat Pendidikan dan Penghasilan

Keikutsertaan Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah

% % % % % % %

Ya 18 18 67 67 13 13 8 8 55 55 35 35 196 196

Tidak - - 1 1 1 1 - - 1 11 1 1 4 4

Total 100 100 200 200

Sumber : Hasil Penelitian

(55)

Dilihat dari tabel 15 tentang keikutsertaan masyarakat dalam pemilu legislative, dapat diketahui bahwa masyarakat yang mengikuti pemilihan umum kepala daerah adalah masyarakat yang berpenghasilan dan berpendidikan sedang. Artinya mereka dapat turut ambil bagian dalam proses pemilihan dengan harapan akan adanya perubahan. Namun pada masyarakat yang berpenghasilan dan berpendidikan tinggi dan rendah juga ikut serta ambil bagian dalam proses pemilihan umum kepala daerah, walaupun ada masyarakat yang tidak mengikuti pemilihan umum dengan alasan kesehatan.

Tabel 16

Hubungan Antara Pendidikan Politik Terhadap

Tingkat Pendidikan dan Tingkat Penghasilan

Informasi Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah

% % % % % % %

Sumber : Hasil Penelitian

Dilihat dari tabel 16 bahwa cukup banyak masyarakat yang membutuhkan informasi tentang pendidikan politik. Masyarakat menganggap bahwa pendidikan politik itu cukup penting baik bagi yang muda maupun yang tua. Dilihat dari segi penghasilan, masyarakat yang berpenghasilan rendah cukup membutuhkan

(56)

pendidikan politik, hal itu dikarenakan kurangnya pembinaan kepada masyarakat kurang mampu tentang pemilihan umum, apabila dilihat dari pendidikan sebanyak 68 responden yang berlatar pendidikan SLTP dan SLTA mengganggap hal itu penting untuk diketahui sebagai proses belajar tentang proses pemilihan umum.

Tabel 17

Perlunya Informasi dari media massa tentang system pemilu berhubungan

Dengan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan

Informasi dari Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah

% % % % % % %

Sumber : Hasil Penelitian

Dilihat dari tabel 17 bahwa keseluruhan masyarakat membutuhkan informasi dari media masa tentang pemilihan umum, tidak berpengaruh pada tingkat pendidikan rendah sampai kepada pendidikan tinggi, penghasilan yang rendah sampai kepada penghasilan yang tinggi. Semua masyarakat cukup membutuhkan informasi tentang pemilihan umum baik itu dari media TV, koran, majalah dan radio. Karena media adalah salah satu sarana penyampai informasi dari pemerintah kepada masyarakatnya.

(57)

Tabel 18

Hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang sistem pemilihan umum

terhadap tingkat pendidikan dan tingakt penghasilan

Pengetahuan Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah

% % % % % % %

Sumber : Hasil Penelitian

Dilihat dari tabel 18 tentang pengetahuan masyarakat tentang system pemilihan umum yang ada, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar masyarakat kurang mengetahui tentang system pemilihan umum. Seperti pada pemilihan umum kepala Daerah tahun 2010, masyarakat cukup merasa puas karena memilih wakilnya secara langsung. Namun, ada sebanyak 2 orang yang sangat mengetahui tentang system pemilihan umum tersebut, dikarena mereka adalah anggota PPS pada saat terjadi pemungutan. Mereka mendapat pembekalan dari anggota KPU dan dari pemerintah daerah tentang pelaksanaan pemilukada Kota Medan 2010.

(58)

Tabel 19

Hubungan antara legislative yang terpilih terhadap tingkat pendidikan dan

Tingkat pendidikan responden Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah

% % % % % % %

Sumber : Hasil Penelitian

Dilihat dari tabel 19 bahwa Walikota dan Wakil Walikota yang terpilih pada pemilihan umum kepala daerah tahun 2010 sudah cukup sesuai dengan keinginan masyarakat. Hal tersebut dijelaskan dalam tabel diatas bahwa masyarakat baik yang berpendidikan dan penghasilan tinggi sampai kepada yang rendah merasa cukup senang dengan hasil yang dicapai. Hanya perlu adanya pembenahan dan pembangunan di Kecamatan Medan Denai dalam pemilihan umum kepala daerah Kota Medan tahun 2010.

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

hipertensi dengan tekanan darah rata-rata pasien di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah tingkat

Perlindungan merek dan hak cipta yang dimiliki oleh Arema adalah penggunaan logo sebagai hak cipta yang dapat dikomersialisasikan sehingga Arema menerapkan perlindungan

a. Menu aturan umum squash, dalam menu ini materi yang akan disampaikan yaitu aturan umum squash yang terdiri dari aturan cara bermain olahraga squash, standar lapangan yang

Pertama adalah menyiapkan lingkungan yang akan dibuat untuk membangun sebuah Data Warehouse, dalam hal ini yang harus disiapkan adalah membuat Runtime Repository,

Hasil temu bual dengan peserta kajian turut menunjukkan wujudnya keperluan untuk pembangunan satu program intervensi keluarga yang dapat membantu ibu bapa dan

Pekerja yang mempraktiskan amalan pengurusan Islam ini juga berupaya membantu organisasi untuk mencapai matlamat dan objektif yang ditetapkan serta mendapat keredhaan Allah

Temuan yang seperti ini memperkuat keyakinan bahwa ekonomi kreatif berawal dari kinerja kreativitas, dimana faktor kreativitas pada posisi perkembangan teknologi ekonomi kreatif