PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY DAN
PROJECT BASED LEARNING PADA MATERI
SISTEM PERIODIK UNSUR
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh:
HAQQI ANNAZILI NASUTION NIM: 8146142011
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia Berbasis Model Inquiry dan Project Based Learning Pada Materi Sistem
Periodik Unsur”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah dan dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta seluruh ummat yang mencintainya dan Insya Allah selalu berada di jalannya. Adapun penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kimia di Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis perlu menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Bapak Prof. Dr.Ramlan Silaban, M.Si. sebagai Ketua Prodi Pendidikan Kimia Pascasarjana Universitas Negeri Medan sekaligus dosen pembimbing tesis I dimana dalam penyusunan tesis ini dengan tulus dan ikhlas mengoreksi dan memberikan motivasi serta saran sekaligus meluangkan waktu untuk diskusi kepada penulis selama melakukan perkuliahan dan menyelesaikan tesis ini. Begitu juga kepada Bapak Dr. Simson Tarigan, M.Si. sebagai dosen pembimbing tesis II yang telah banyak berjasa dan tidak pernah bosan membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis selama melakukan perkuliahan hingga penyusunan tesis ini selesai. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Mahmud, M.Sc., Bapak Dr. Marham Sitorus, M.Si. dan Ibu Dr. Nurfazriani, M.Si. sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran yang membangun demi kesempurnaan penyusunan tesis ini.
Ucapan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si. dan Bapak Dr. Ajat Sudrajat, M.Si. yang telah menjadi validator instrumen penelitian dan penuntun praktikum kimia yang telah dikembangkan serta seluruh Dosen Pascasarjana Unimed Prodi Pendidikan Kimia yang telah membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan kepada mahasiswanya. Ucapan terima kasih juga kepada Kepala Sekolah, Guru dan peserta didik dari SMA Negeri 1 Kisaran, SMA Negeri 2 Kisaran dan SMA Muhammadiyah 8 Kisaran yang telah banyak membantu penulis selama proses penelitian berlangsung.
mendoakan penulis agar selalu diberikan kemudahan dan rahmat dari Allah SWT. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga besar penulis dan rekan-rekan seperjuangan mahasiswa/i Pascasarjana Prodi Pendidikan Kimia Angkatan XXV serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk semuanya.
Akhirnya, kepada Allah SWT penulis mohonkan, kiranya segala bantuan yang telah diterima mendapat balasan yang berlipat ganda dari-Nya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.
Medan, 2016 Penulis
DAFTAR ISI
2.1 Penelitian dan Pengembangan (Riset dan Development) 9
2.1.1 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan (Research and Development) 10
2.2 Karakteristik Mata Pelajaran Kimia 11
2.3 Pengertian Laboratorium 12
2.3.1 Fungsi Laboratorium 12
2.3.2 Peranan Laboratorium Sekolah 13
2.3.3 Peranan Laboratorium dalam Kegiatan Pembelajaran Kimia 14
2.3.4 Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sarana Praktikum / Eksperimen 14
2.4 Model Pembelajaran Inkuiri (inquiry) 16
2.4.1 Pengertian Inquiry 16
2.4.2 Konsep Dasar Inquiry 16
2.4.3 Prinsip-prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry 17
2.5 Model Pembelajaran Project Based Learning 20
2.5.1 Pengertian Project Based Learning 20
2.5.2 Kegunaan Project Based Learning 21
2.5.3 Langkah-langkah Project Based Learning 22
2.5.4 Kandungan Elemen-elemen Penting Project Based Learning 24
2.6 Hasil Belajar 24
2.7 Sistem Periodik Unsur 25
2.7.1 Sistem Periodik Unsur (SPU) 25
2.7.2 Perkembangan Dasar Pengelompokan Unsur 25
2.7.3 Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Sistem Periodik 29
2.7.4 Sifat-sifat Periodik Unsur 29
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 33
3.4 Analisis Pembelajaran 34
3.9.2 Pengolahan Data Efektifitas dan Uji Hipotesis 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 42
4.1 Deskripsi Umum Penelitian 4 2
4.2 Pengembangan Penuntun Praktikum 42
4.3 Analisis Penuntun Praktikum Kimia yang Telah Dikembangkan 44
4.3.1 Kelayakan Isi 45
4.3.3 Kelayakan Penyajian 58
4.4 Standarisasi Penuntun Praktikum Kimia di Kelas X 62
4.5 Uji Coba Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Inquiry dan Project Based Learning pada Materi Sistem
Periodik Unsur 64
4.6 Aplikasi Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Inquiry dan Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar
Pesrta didik 65
4.6.1 Uji Normalitas Data 66
4.6.2 Uji Homogenitas Data 66
4.6.3 Uji Hipotesis 66
4.6.4 Efektifitas Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Inquiry dan Project Based Learning pada Materi Sistem
Periodik Unsur 66
4.7 Analisis Pembelajaran 67
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 73
5.1 Kesimpulan 73
5.2 Saran 73
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Sistem Periodik Unsur Modern 25
Tabel 2.2 Sistem Periodik yang Disusun Menurut Mendeleev 27
Tabel 2.3 Jumlah Unsur Dalam Setiap Periode Pada Sistem Periodik Unsur Modern 28
Tabel 3.1 Deskripsi populasi dan sampel pada SMA yang ditetapkan sebagai sampel
pada penelitian pengembangan penuntun praktikum berbasis model inquiry
dan project based learning 34
Tabel 3.2 Kriteria Persentase Kelayakan 39
Tabel 3.3 Kriteria Skala Kelayakan 39
Tabel 3.4 Nilai N-Gain Ternormalisasi dan Klarifikasi 40
Tabel 4.1 Hasil Analisis Penuntun Praktikum Kimia yang Sudah Ada dan
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Perubahan Panjang Jari-jari Atom Dalam Sistem Periodik Unsur 30
Gambar 2.2 Kecenderungan Energi Ionisasi Atom Dalam Sistem Periodik Unsur 30
Gambar 2.3 Kecenderungan Sifat Logam dan Kereaktifan Atom Dalam Sistem Periodik
Unsur 31
Gambar 3.1 Diagram Alur Tahapan Penelitian 36
Gambar 4.1 Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Inquiry dan Project Based Learning Berdasarkan Aspek Cakupan
Materi dan Model Pembelajaran 44
Gambar 4.2 Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Inquiry dan Project Based Learning Berdasarkan Aspek Keakuratan 45
Gambar 4.3 Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Inquiry dan Project Based Learning Berdasarkan Aspek Kemutahiran 47
Gambar 4.4 Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Inquiry dan Project Based Learning Berdasarkan Aspek Menumbuhkan
Karakter Produktif 48
Gambar 4.5 Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Inquiry dan Project Based Learning Berdasarkan Aspek Merangsang
Keingintahuan 49
Gambar 4.6 Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Inquiry dan Project Based Learning Berdasarkan Aspek Mengembangkan
Kecakapan Hidup 50
Gambar 4.7 Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Inquiry dan Project Based Learning Berdasarkan Aspek Komunikatif 52
Gambar 4.8 Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Inquiry dan Project Based Learning Berdasarkan Aspek Dialogis dan
Interaktif 53
Gambar 4.9 Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Inquiry dan Project Based Learning Berdasarkan Aspek Lugas 54
Inquiry dan Project Based Learning Berdasarkan Aspek Kesesuaian dengan
Kaidah Bahasa Indonesia 55
Gambar 4.11 Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Inquiry dan Project Based Learning Berdasarkan Aspek Penggunaan
Istilah, Simbol dan Lambang 56
Gambar 4.12 Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Inquiry dan Berbasis Model Project Based Learning Berdasarkan Aspek
Teknik Penyajian 57
Gambar 4.13 Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Inquiry dan Project Based Learning Berdasarkan Penyajian Materi 59
Gambar 4.14 Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Inquiry dan Project Based Learning Berdasarkan Aspek Penyajian
Pembelajaran 60
Gambar 4.15 Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model
Inquiry dan Project Based Learning Berdasarkan Kelayakan Secara
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Silabus Kurikulum 2013 tentang Sistem Periodik Unsur 80
Lampiran 2. Instrumen Tes Penelitian (Pilihan Berganda) 83
Lampiran 3. Nilai Pretest dan Posttest dengan Penuntun Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Inquiry 89
Lampiran 4. Nilai Pretest dan Posttest dengan Penuntun Dengan Menggunakan Model
Project Based Learning 90
Lampiran 5. Kelayakan Isi Jawaban Angket Dosen dan Guru Untuk Model Pembelajaran
Inquiry 91
Lampiran 6. Kelayakan Isi Jawaban Angket Dosen dan Guru Untuk Model Pembelajaran
Project Based Learning 92
Lampiran 7. Kelayakan Bahasa Jawaban Angket Dosen dan Guru Untuk Model
Pembelajaran Inquiry 93
Lampiran 8. Kelayakan Bahasa Jawaban Angket Dosen dan Guru Untuk Model
Pembelajaran Project Based Learning 94
Lampiran 9. Kelayakan Penyajian Jawaban Angket Dosen dan Guru Untuk Model
Pembelajaran Inquiry 95
Lampiran 10. Kelayakan Penyajian Jawaban Angket Dosen dan Guru Untuk Model
Pembelajaran Project Based Learning 96
Lampiran 11. Tabulasi Kelayakan Penuntun Praktikum dari Hasil Jawaban Angket
Untuk Model Inquiry 97
Lampiran 12. Tabulasi Kelayakan Penuntun Praktikum dari Hasil Jawaban Angket
Untuk Model Project Based Learning 98
Lampiran 13. Penilaian Angket A 99
Lampiran 14. Uji Normalitas, Homogenitas, dan Hipotesis 101
Lampiran 15. Angket A 103
Lampiran 16. Angket B (Model Pembelajaran Inquiry) 105
Lampiran 17. Angket B (Model Pembelajaran Project Based Learning) 111
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pada pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang terdapat dalam pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum 2013 menjelaskan bahwa pengembangan Kurikulum 2013 mengacu pada standar nasional pendidikan. Tujuannya adalah untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Ilmu kimia termasuk rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dipelajari di Sekolah Menengah Atas (SMA). Ilmu kimia tumbuh dan berkembang melalui eksperimen (Kurniati dan Wahyuningrum, 2011), sehingga dalam pembelajaran kimia di sekolah perlu dilakukan pembelajaran berbasis eksperimen. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan praktikum. Melalui kegiatan praktikum dapat memberikan pengalaman langsung sebagai hasil pembelajaran bermakna (Anderson & Krathwohl, 2010).
melakukan pengujian hipotesis dengan merancang eksperimen, dan pengolahan data, serta mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan dan tulisan (BSNP, 2006).
Tujuan kurikulum 2013 yang mengacu pada pencapaian tujuan pendidikan nasional melalui pembelajaran kimia dapat dicapai dengan proses pembelajaran di kelas dan juga ditambahkan dengan kegiatan praktikum untuk mempermudah memahaminya. Tujuan pendidikan antara lain dapat tercapai melalui praktikum di laboratorium dan sejarah sepakat hal ini dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran tersebut (Lazarowitz & Tamir, 1994). Kegiatan praktikum di sekolah dapat melatih siswa menjadi pemikir ilmiah dan memiliki pemahaman yang mendalam terhadap konsep ilmiah (Stone, 2013).
Menurut Rutherford and Ahlgren (dalam Liliasari, 2007) bahwa kerangka berfikir sains sebagai wahana pengembangan berfikir meliputi; (1) di alam ada pola yang konsisten dan berlaku universal; (2) sains merupakan proses memperoleh pengetahuan untuk menjelaskan fenomena; (3) sains selalu berubah dan bukan kebenaran akhir; (4) sains hanyalah pendekatan terhadap yang “mutlak” karena itu tidak bersifat “bebas nilai”, dan (5) sains bersifat terbatas, sehingga tidak dapat menentukan baik atau buruk. Dengan demikian, apabila guru kimia hanya menguasai terminologi kimia sebagai sains secara hafalan, sehingga dalam proses pembelajaranpun dilakukan secara verbalistis (hafalan), maka hakekat berfikir sains tidak dimiliki oleh guru tersebut. Akibatnya pembelajaran kimia berlangsung secara monoton, membosankan, dan tidak menarik minat siswa dalam belajar kimia. Oleh karena itu, pembelajaran kimia membutuhkan dukungan praktek langsung untuk memahami teori yang sedang dipelajari dan kegiatan praktikum tersebut dapat juga mengembangkan keterampilan sains peserta didik sehingga membentuk keterampilan, pengetahuan dan karakter peserta didik (Mulyasa, 2007).
Sedikitnya ada empat alasan yang dikemukakan para pakar pendidikan IPA mengenai pentingnya kegiatan praktikum (Woolnough & Allsop, 1985). Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar melaksanakan eksperirnen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang pemahaman materi pelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya penuntun praktikum kimia yang tepat bagi peserta didik agar proses praktikum dapat berjalan dengan tepat dan efisien serta tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran sains termasuk kimia adalah pembelajaran di mana siswa tidak hanya dituntut untuk mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains, pengenalan rumus-rumus, dan pengenalan istilah-istilah melalui latihan secara verbal. Dalam pembelajarannya, guru juga dituntut untuk lebih banyak memberikan pengalaman kepada siswa serta membimbing siswa agar dapat menggunakan pengetahuan kimianya tersebut dalam kehidupannya sehari-hari (Gallagher, 2007). Banyak guru yang mampu menguasai materi kimia dengan baik tetapi masih banyak juga yang belum mampu mengajarkan materi kepada siswa secara efektif dan efisien. Agar pembelajaran dapat berlangsung efektif, diperlukan upaya pendekatan atau strategi yang tepat sehingga siswa dapat belajar dengan tuntas dan bermakna. Praktikum di laboratorium kurang efektif tanpa adanya strategi untuk membantu peserta didik agar lebih mudah memahami materi yang dipelajarinya dan meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik serta membuat proses pembelajaran berjalan efektif (Abrahams and Millar, 2008). Selain itu, proses pembelajaran kimia juga membutuhkan contoh konkrit untuk memahaminya sehingga memerlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat yaitu seperti model pembelajaran inquiry dan projectbased learning.
Salah satu strategi pembelajaran lainnya yang dapat membantu peserta didik agar memiliki kreativitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi serta membantu dalam penyelidikan yang mengarah pada penyelesaian masalah-masalah nyata adalah project based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek (Thomas, 2000). Project based learning dapat menstimulasi motivasi, proses, dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik dengan menggunakan masalah-masalah yang berkaitan dengan pelajaran kimia pada situasi nyata.
Keunggulan dari model project based learning adalah dapat meningkatkan motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek dan merasa bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan daripada komponen kurikulum yang lain serta meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari berbagai sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks, sedangkan kelemahan dari model project based learning adalah sulitnya mengkontrol kondisi kelas dan mudah menjadi ribut saat pelaksanaan proyek karena adanya kebebasan pada peserta didik sehingga memberi peluang untuk ribut dan untuk itu diperlukannya kecakapan guru dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik (Susanti, 2008).
Pada hasil penelitian terdahulu yaitu pengaruh penerapan model pembelajaran Inquiry
terhadap prestasi belajar peserta didik diperoleh hasil yaitu kualifikasi baik yang ditunjukan oleh
rata-rata 71,3 yang berarti terdapat peningkatan prestasi belajar siswa (Ahmad, 2010). Selain itu, penelitian lainnya yang menerapkan model pembelajaran Project Based Learning dan Problem Based learning terhadap hasil belajar siswa diperoleh hasil penelitian bahwa hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran Project Based Learning lebih tinggi dibandingkan hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Miftah dan Puji, 2014).
mengenai pengaruh buku penuntun praktikum IPA aspek kimia materi pokok asam basa dan garam karya Hayatun Nupus, S.Pd.Si berpengaruh positif terhadap prestasi belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Jalaksana (Rahmyani, 2012) dan ini juga dibuktikan bahwa penggunaan penuntun praktikum yang dikembangkannya pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit dapat menigkatkan hasil belajar hingga 77 % (zakiah, 2014).
Praktikum tidak harus dilakukan dengan menggunakan peralatan dan bahan kimia yang mahal, namun dapat juga dilaksanakan dengan menggunakan peralatan sederhana yang didesain sendiri oleh guru dan peserta didik itu sendiri dengan menggunakan barang-barang yang ada di sekitar kita. Demikian pula bahan-bahan kimia yang tersedia di sekitar kita. Seandainya gedung laboratorium kimia telah dibuat, namun untuk melaksanakan kegiatan eksperimen di laboratorium tersebut membutuhkan biaya tinggi karena mahalnya bahan kimia, maka alam telah menyediakan bahan yang dapat dipakai tanpa harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi. Berbagai eksperimen kimia telah banyak dilakukan dengan menggunakan bahan yang ada di sekitar kita, contohnya antara lain seperti eksperimen yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu seperti tentang: (1) Untuk menerangkan topik Konsep Mol, Fruen (1992) mempelajari jumlah partikel dari suatu senyawa dengan cara memperkirakan jumlah molekul air yang terdapat dalam bak mandi di rumah, percobaan dilakukan dengan terlebih dahulu mengukur volume bak mandi, dan menimbang berat beberapa ml air untuk menentukan berat jenisnya, (2) sedangkan cara yang berbeda dilakukan oleh Kanda (1995) untuk mempelajari pengaruh konsentrasi asam-basa pada reaksi kesetimbangan indikator alam. Oleh karena itu, dibutuhkan penuntun praktikum kimia yang efisien yaitu penuntun praktikum kimia yang dapat dilakukan dengan peralatan, bahan dan cara yang sederhana serta mudah untuk dipahami, sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Survey awal pada November 2015 juga dilakukan melalui wawancara dengan guru kimia yang ada di dua sekolah yatiu SMA Al-Washliyah Desa Pakam di Kabupaten Batubara dan SMA Muhammadiyah 8 Kisaran di Kabupaten Asahan ternyata menyimpulkan rata-rata masih belum adanya buku penuntun praktikum kimia di sekolah-sekolah yang ada di sana Oleh karena itu, guru jarang melakukan praktikum di kelas sehingga mengakibatkan ilmu yang diperoleh siswa hanya terbatas pada teori-teori saja.
kimia dapat tercapai dengan baik.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin melakukan pengembangan penuntun praktikum kimia SMA yang dirancang dalam tiga bentuk praktikum yaitu praktikum yang menggunakan media video, lingkungan dan laboratorium serta menggunakan atas dua model yaitu model Inquiry dan Project Based Learning. Pengembangan penuntun kimia khususnya pada materi kimia sistem periodik unsur bertujuan agar dapat dilakukan dalam keadaan apapun sehingga mudah untuk dilakukan dan tujuan pembelajaran juga dapat tercapai dengan baik karena dikombinasikan dengan penggunaan model pembelajaran Inquiry dan Project Based Learning. Dengan demikian, penulis ingin meneliti tentang
“Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia Dengan Menggunakan Model Inquiry dan
Project Based Learning Pada Materi Sistem Periodik Unsur”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat didefenisikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Pengembangan penuntun praktikum kimia kelas X SMA dengan menggunakan model Inquiry dan Project Based Learning pada materi sistem periodik unsur.
2. Efektifitas pembelajaran kimia yang menggunakan penuntun praktikum kimia kelas X SMA dengan menggunakan model Inquiry dan Project Based Learning pada materi sistem periodik unsur.
3. Penuntun Praktikum kimia yang penggunaannya efisien dalam kegiatan praktikum di sekolah.
4. Penuntun praktikum kimia yang dilaksanakan dengan fasilitas laboratorium sederhana. 5. Tingkat keaktifan dan kesiapan peserta didik kelas X dalam melaksanakan praktikum
kimia.
6. Model yang sesuai untuk buku penuntun praktikum kimia. 7. Peran guru dalam kegiatan praktikum kimia di laboratorium.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah dalam identifikasi masalah di atas, maka ini hanya dibatasi pada:
1. Pengembangan penuntun praktikum kimia pada kelas X SMA/MA
3. Efektifitas pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan penuntun praktikum kimia yang telah dikembangkan didasarkan pada hasil belajar peserta didik.
4. Hasil belajar peserta didik yang akan diukur dibatasi pada ranah kognitif dari taksonomi Bloom yang meliputi aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4).
5. Lokasi dibatasi hanya pada tiga SMA/MA di wilayah Kabupaten Asahan.
6. Materi yang diteliti dibatasi pada materi sistem periodik unsur yaitu perkembangan sistem periodik unsur dan sifat-sifat keperiodikan unsur-unsur kimia kelas X SMA.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah hasil pengembangan penuntun praktikum pada materi sistem periodik unsur layak digunakan?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan penuntun praktikum kimia pada materi sistem periodik unsur antara yang menggunakan model inquiry dan yang menggunakan model project based learning?
3. Apakah terdapat efektifitas pembelajaran yang diajarkan dengan penuntun praktikum kimia yang menggunakan model inquiry dan yang menggunakan model project based learning?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan penuntun praktikum kimia yang efisien pada materi sistem periodik unsur dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry dan Project Based Learning. 2. Untuk mengetahui kelayakan penuntun praktikum dengan menggunakan model
pembelajaran Inquiry dan Project Based Learning yang telah dikembangkan.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar dengan menggunakan penuntun praktikum kimia pada materi sistem periodik unsur yang menggunakan model pembelajaran Inquiry dan Project Based Learning.
1.6 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Memberikan penuntun praktikum berbasis model pembelajaran yang efisien sehingga memudahkan guru untuk mengajarkan materi sistem periodik unsur kepada peserta didik. 2. Bagi guru dan peserta didik, dari hasil penelitian ini diperoleh penuntun praktikum kimia
pada materi sistem periodik unsur yang efisien.
3. Untuk para peneliti, agar melakukan penelitian atau pengembangan lebih lanjut terkait penelitian pendidikan dan terinspirasi untuk melakukan penelitian atau pengembangan selanjutnya.
1.7 Defenisi Operasional
Adapun defenisi operasional dari penelitian ini adalah:
1. Panduan Praktikum adalah panduan yang memuat topik, tujuan, prosedur dan tata tertib praktikum. Dalam pelaksanaannya praktikum dipandu oleh instruktur dan dibantu oleh ko-instruktur dan laboran.
2. Pembelajaran Inquiry merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
3. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkaan pengembangan penuntun praktikum kimia yang telah dilakukan maka
diperoleh penuntun praktikum kimia yang efisien pada materi sistem periodik unsur
dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry dan Project Based Learning.
2. Hasil validasi dosen dan guru terhadap tiga kriteria uji kelayakan tersebut diperoleh nilai
rata-rata sebesar 3,627 untuk penuntun praktikum kimia yang menggunakan model
inquiry dan 3,493 untuk penuntun praktikum kimia yang menggunakan model project
based learning. Berdasarkan data tersebut, maka diperoleh kesimpulan penuntun
praktikum kimia dengan menggunakan model Inquiry dan Project Based Learning yang
efisien dan layak digunakan serta tidak perlu direvisi.
3. Berdasarkan data yang diperoleh, maka dilakukan uji hipotesis independent sample t-test
dengan menggunakan program SPSS Versi 16.0 for windows bahwa t tabel = 2,0244 dan
t hitung = 3,729 sehingga t hitung > t tabel. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan antara
peningkatan hasil belajar peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan penuntun
praktikum kimia dengan model Inquiry dan model Project Based Learning pada materi
sistem periodik unsur yang telah dikembangkan.
4. Berdasarkan nilai rata-rata gain ternormalisasi di kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II berturut-turut adalah 0,787 dengan persentase sebesar 78,7 % dan 0,607
dengan sebesar 60,7 %, dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang menggunakan
penuntun praktikum kimia dengan model pembelajaran Inquiry lebih efektif dari pada
peserta didik yang menggunakan penuntun praktikum kimia dengan model pembelajaran
Project Based Learning.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini, adapun yang dapat disarankan
adalah:
1. Bagi para guru
Dalam peranan sebagai fasilitator dan motivator yang harus mampu memperhatikan
peserta didik. Saran kepada guru untuk lebih mempertimbangkan bagaimana peluang bagi
penuntun praktikum kimia agar peserta didik memiliki kebebasan mengembangkan diri
melalui kegiatan praktikum yang membuat mereka lebih mudah memahami materi yang
sedang dipelajari. Diharapkan dengan pemahaman yang tepat akan dapat meningkatkan
efektifitas proses belajar mengajar.
2. Bagi Peserta didik
Peserta didik disarankan untuk lebih giat melatih diri dalam berpikir dan memahami
berbagai permasalahan dengan mengembangkan rasa keingintahuannya sehingga peserta
didik mampu memaksimalkan kegiatan belajar baik di dalam maupun di luar kelas.
3. Bagi Peneliti lain
Sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis seperti
mengkolaborasikan antara model Inquiry dan model Project Based Learning dengan tujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan psikomotorik, kognitif dan spritual yang lebih baik
lagi melalui praktikum yang aktif dan efisien sehingga memperoleh hasil yang berguna bagi