• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP PENGEMBANGAN SIKAP EMPATI ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK/RA BINMUDORA TG. MORAWA TAHUN AJARAN 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP PENGEMBANGAN SIKAP EMPATI ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK/RA BINMUDORA TG. MORAWA TAHUN AJARAN 2015/2016."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP PENGEMBANGAN SIKAP EMPATI ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK/RA BINMUDORA

TG. MORAWA TAHUN AJARAN 2015/2016

Skripsi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

OLEH

WAHYU PRATAMA HSB

1123113026

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Wahyu Pratama Hsb, NIM : 1123113026. Pengaruh Metode Bercerita Terhadap Pengembangan Sikap Empati Anak Usia 5-6 Tahun di TK/RA Binmudora Tanjung Morawa T.A 2015/2016.

Dalam penelitian ini yang menjadi sebuah masalah adalah kemampuan sikap berempati anak yang belum berkembang dengan baik, empati merupakan sikap kepedulian terhadap orang lain. Sehingga dengan menggunakan metode bercerita, guru dapat menanamkan sikap-sikap positif dan nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita yang dapat mempengaruhi sikap empati anak. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode bercerita taterhadap pengembangan sikap empati anak usia 5-6 tahun di TK/RA Binmudora Tanjung Morawa.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua kelas kelompok yang memiliki karakteristik yang sama yaitu kelas B1 dan kelas B2. Penentuan sampel kelas dilakukan secara acak (random) dengan jumlah sampel tiap kelas sebanyak 20 anak. Variabel bebas adalah metode bercerita sedangkan variabel terikat adalah sikap empati. Intrumen pengumpulan data yaitu pedoman observasi. Analisis data mengunakan uji-t. Dan observasi dilakukan pengobservasi dengan pedoman observasi yang telah disediakan. Dengan taraf

nyata α = 0,05. Berdasarkan hasil analisis data diatas diperoleh rata-rata nilai

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat

selesai dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Metode Bercerita Terhadap

Pengembangan Sikap Empati Anak Usia 5-6 Tahun di TK/RA Binmudora

Tanjung Morawa T.A. 2015/2016”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk

memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada program

studi PG PAUD.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Sehingga, penulis mohon kritik dan saran dari berbagai pihak, agar hasilnya

lebih baik lagi.

Penulis juga menyadari bahwa banyak bantuan yang tak ternilai dari

berbagai pihak, dengan ini penulis berkesempatan mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Medan Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd

beserta jajarannya.

2. Bapak Dr. Nasrun, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

UNIMED.

3. Bapak Prof. Dr. Yusnadi, MS sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik,

Bapak Drs. Aman Simaremare, MS sebagai Wakil Dekan II Bidang

Kepegawaian dan Perlengkapan Umum, dan Bapak Drs. Edidon

Hutasuhut, M.Pd sebagai Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

(6)

5. Bapak Drs. Aman Simaremare, MS, selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dra Nasriah, M.Pd, Ibu Dra. Sariana Marbun, M.Pd, dan

Ibu Dra. Numaniah, M.Pd selaku Dosen penguji yang telah memberikan

kritik dan saran serta masukan kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini agar lebih baik.

7. Seluruh Dosen Prodi PG PAUD FIP UNIMED, yang telah membimbing

dan membagikan ilmunya. Khususnya Ibu Dra. Numaniah, M.Pd selaku

dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama

mengikuti perkuliahan.

8. Seluruh civitas akademika FIP UNIMED, Khusunya Kak Ika yang telah

banyak memberikan bantuan kepada penulis baik informasi maupun

motivasi agara penulis tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Ibu Elpikasna Dalimunthe selaku Kepala TK/RA Binmudora yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian eksperimen di sekolah

tersebut. Bapak/Ibu guru dan pegawai di TK/RA Binmudora khususnya

Ummi Khoirunnisa Lubis selaku guru kelas B1 dan Ummi Selfi

Agustianingsih selaku guru kelas B2 dan seluruh siswa/i yang telah

memberikan bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan

penelitian.

10.Teristimewa kedua orang tua tercinta, Ayah tercinta dan Mama tersayang

(7)

doa. Untuk adik tersayang Muhammad Arief Hsb, Fadhillah Free Hsb,

dan Arya Husnan Hsb, dan keluarga besar yang telah memberikan

dukungan, motivasi dan doa kepada penulis.

11. Kepada teman sekaligus teman-teman seperjuangan di Prodi PG PAUD

angkatan 2012 dan sahabat-sahabat yang selalu membantu dan setia

dalam suka maupun duka, Siti Rahmah, Choirun Nisya BB, Qaulan

Raniyah, Annisa Rahma, Rahmi Wardah Ningsih, Zakiah Darajat BB,

kakak Regina Imeda, kakak Mesra Khairani, kakak Tika dan kakak

Sakinah Siregar.

Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima dari

berbagai pihak, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah SWT

membalasnya. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan

dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan.

Medan, Mei 2016

Penulis

Wahyu Pratama Hsb

(8)

DAFTAR ISI

2.1.1.2 Yang Dapat Dilakukan Guru Agar Anak Bersikap Lebih Empati . 12 2.1.1.3 Aspek-Aspek Empati... 13

2.1.1.4 Komponen-Komponen Empati ... 15

2.1.1.5 Proses Empati ... 17

2.1.1.6 Menumbuhkan Kemampuan Empati ... 22

2.1.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Empati... 23

2.1.2 Metode Bercerita ... 27

2.1.2.1 Pengertian Metode Bercerita ... 27

2.1.2.2 Teknik Bercerita ... 29

2.1.2.3 Cara Memilih Cerita Yang Baik ... 30

2.1.2.4 Langkah-Langkah Metode Bercerita ... 30

2.1.2.5 Kelebihan Dan Kekurangan Metode Bercerita ... 32

2.1.2.6 Manfaat Metode Bercerita Bagi Anak TK ... 32

(9)

2.1.2.8 Beberapa Tema Kegiatan Bercerita Bagi Anak Usia Dini ... 34

2.1.2.9 Rancangan Kegiatan Bercerita Bagi Anak TK --- 35

2.3. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 41

3.2.1 Populasi ... 41

3.2.2 Sampel Penelitian ... 42

3.3 Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional... 42

3.3.1 Variabel Penelitan ... 42

3.3.2 Defenisi Operasional ... 43

3.4 Desain Penelitian ... 43

3.5 Instrument Penelitian ... 44

3.6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 47

3.7. Teknik Analisi Data ... 48

3.8. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 53

3.8.1. Lokasi Penelitian ... 53

3.8.2. Waktu Penelitian ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1. Hasil Penelitian ... 54

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian ... 60

4.2.1. Uji Normalitas Data ... 60

4.2.2. Uji Homogenitas ... 61

4.2.3. Pengujian Hipotesis ... 62

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 66

Daftar Pustaka ... 67

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Lembar Observasi Proses Pembelajaran ... 31

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Metode Bercerita ... 38

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 43

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Sikap Empati Anak Usia 5-6 Tahun ... 45

Tabel 3.3 Interprestasi Data Kemampuan Berempati ... 50

Tabel 3.4 Jadwal Rencana Penelitian ... 54

Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Pengembangan Sikap Empati Anak Kelas Eksperimen ……... 55

Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Pengembangan Sikap Empati Anak Kelas Kontrol ... 57

Tabel 4.3 Perbedaan Hasil Data Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 59

Tabel 4.4 Ringkasan Uji Normalitas Data Dengan Uji Liliefors ... 61

Tabel 4.5 Ringkasan Uji Homogenitas Varians ... 62

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Histogram Tentang Kemampuan Sikap Empati Anak Kelas

Eksperimen ...

... 56

Gambar 4.2 Histogram Tentang Kemampuan Sikap Empati Anak Kelas

Eksperimen

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp 1 Kisi-Kisi Lembar Observasi Anak Kelas Eksperimen Lamp 2 Kisi-Kisi Lembar Observasi Anak Kelas Eksperimen Lamp 3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Anak Kelas Kontrol Lamp 4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Anak Kelas Kontrol

Lamp 5 Data Mentah Hasil Observasi Anak Di Kelas Eksperimen Lamp 6 Data Mentah Hasil Observasi Anak Di Kelas Kontrol

Lamp 7 Nilai Rata-Rata, Simpangan Baku Data Kelas Kelas Eksperimen (X1) Kelas Kontrol (X2)

Lamp 8 Perhitungan Mean (Rata-Rata), Standar Deviasi, Dan Varians Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

Lamp 9 Uji Normalitas Lamp 10 Uji Homogenitas Lamp 11 Uji Hipotesis

Lamp 12 Langkah-Langkah Metode Bercerita Di Kelas Eksperimen Lamp 13 Langkah-Langkah Metode Bercerita Di Kelas Kontrol Lamp 14 Nilai Untuk Distribusi F

Lamp 15 Nilai Kritis L Untuk Uji Liliefors

Lamp 16 Tabel Wilayah Luas Di Bawah Kurva Normal 0 Ke Z Lamp 17 Nilai Kritis Untuk Distribusi T

Lamp 18 Foto Penelitian

Lamp 19 RKM Dan RKH Surat Izin Penelitian

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir hingga

berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

di rumah atau mengikuti kegiatan dalam bentuk berbagai lembaga pendidikan

prasekolah. Menurut Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14: “Pendidikan anak usia dini

didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut”.

Taman Kanak-Kanak TK merupakan salah satu lembaga Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD) yang menyediakan pendidikan untuk anak usia 4 sampai 6

tahun. Para pendidik meletakkan dasar kearah perkembangan kognitif, bahasa,

fisik motorik, nilai agama dan moral, sosial-emosional dan seni. Dengan adanya

pendidikan Taman Kanak-Kanak maka diharapkan dapat mengembangkan

keterampilan dan kemampuan anak secara optimal.

Masa usia dini merupakan periode emas (golden ege ) bagi perkembangan

anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun – tahun

berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di

(14)

kognitif maupun sosialnya. Untuk itu pendidikan anak usia dini

merupakan pemberian rangsangan – rangsangan (stimulus) dari lingkungan

terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.

Masa usia dini merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan

paling sibuk aktivitasnya, anak juga sudah memiliki keterampilan dan

kemampuan seperti menghargai, menerima, menyayangi, memperlakukan anak

dengan kasih dan membantu atau menghibur anak ketika mereka mengalami

kesulitan, walaupun belum sempurna. Pada anak usia dini ada beberapa aspek

perkembangan yang harus dikembangkan, salah satunya kemampuan sosial.

Kemampuan sosial adalah kemampuan individu untuk bersosialisasi

dengan orang lain, baik orang-orang yang ada disekitarnya maupun orang-orang

yang jauh dari lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain kemampuan sosial

merupakan kemampuan anak untuk menyesuaikan diri, untuk saling

berkomunikasi, bekerja sama, dan saling mengerti satu sama lainnya. Agar

kemampuan sosial anak sebagai makluk sosial dapat berkembang dengan baik

maka diperlukan bantuan orang lain termasuk guru. Salah satu yang terpenting

yang harus dimiliki anak dalam aspek perkembangan sosial adalah sikap empati

sehingga ia mampu mengerti akan memahami orang lain.

Hal ini sejalan dengan isi Permen Nomor 58 Tahun 2009, yang

menunjukkan bahwa lingkup perkembangan sosial anak usia 5-6 tahun meliputi:

1) Bersikap kooperatif dengan teman, 2) Menunjukkan sikap toleran yaitu

(15)

menunjukkan rasa empati, 4) mengenal tata krama dan sopan santun sesuai

dengan nilai sosial budaya setempat, 5) menghargai keunggulan orang lain”.

Sikap empati dapat dikembangkan sebagai pembelajaran nilai dengan

sasaran pembentukan perilaku bukan untuk transfer pengetahuan. Oleh karena itu

dalam mengembangkan sikap empati anak, pembelajaran yang diberikan guru

harus menyentuh semua aspek perkembangan anak dari aspek kognitif, aspek

afektif, maupun aspek psikomotor dengan lebih menekankan pada perkembangan

aspek afektif.

Syapiro (1999:173) juga menyatakan bahwa “salah satu kemampuan

yang harus dikembangkan pada anak di Taman Kanak-Kanak adalah

keterampilan sosial berempati, yaitu kemampuan untuk faham, tenggang rasa dan

memberikan perhatian kepada orang lain”. Anak yang kurang memiliki empati

akan kelihatan kurang perhatian kepada keadaan sosial serta kesulitan yang

dialami oleh orang lain. Anak juga tidak terbiasa dan terlatih berbagi kebahagiaan

serta kurang peka terhadap situasi dan kondisi yang terjadi disekitar.

Empati ini merupakan dasar bagi kecerdasan moral. Empati berperan

meningkatkan sifat kemanusiaan, keadaban, dan moralitas. Empati merupakan

emosi yang mengusik hati nurani anak ketika melihat kesusahan orang lain.

Hal tersebut juga membuat anak dapat menunjukkan toleransi dan kasih sayang,

memahami kebutuhan orang lain, serta mau membantu orang yang sedang dalam

kesulitan. Anak yang belajar berempati akan jauh lebih pengertian, penuh

(16)

Setiap anak mempunyai potensi berempati berbeda-beda, maka seorang

guru atau orang tua harus mampu mengasah potensi tersebut dan dianjurkan untuk

mengembangkan empati anak hingga terbentuk karakter yang diharapkan. Untuk

itulah guru Taman Kanak-Kanak harus pandai memilih dan menentukan metode

yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan berempati anak. Pemilihan

dan penempatan metode ini harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan

karakteristik anak usia Taman Kanak-Kanak.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan empati

di sekolah khususnya di Taman Kanak-Kanak diantaranya dengan bercerita,

bernyanyi, bersajak, dan berkarya wisata, tetapi disesuaikan dengan tema yang

terdapat dalam kurikulum pembelajaran sebagai panduan guru menyampaikan

pembelajaran di Taman Kanak-Kanak.

Guru cenderung mengajarkan sikap empati pada anak ketika anak telah

melakukan kesalahan, kemudian guru hanya sekedar memperingati dan

menyuruh anak untuk meminta maaf, dan mengakui bahwa yang dilakukan anak

tersebut salah. Sehingga anak tersebut tidak memahami apa yang dirasakan oleh

temannya dan cenderung mengulangi kesalahnya.

Dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari tanpa sadar guru telah

menanamkan sikap empati pada anak, yaitu : anak berbagi makanan kepada

teman yang tidak membawa bekal, ketika anak berkelahi dan salah satunya

menangis ‘guru meminta anak tersebut untuk saling bersalaman dan saling

(17)

Pada saat bermain anak lebih suka bermain dengan anak yang berjenis

kelamin sama dengannya dan hanya tiga sampai empat orang anak. Anak juga

sering menolak teman yang ingin bermain dengannya bila anak tersebut belum

pernah bermain dengannya. Anak belum dapat menempatkan dirinya pada posisi

orang lain, sehingga anak tidak merasakan apa yang dirasakan oleh temannya.

Anak baru mau bermain bersama semua teman-temannya ketika diperintahkan

oleh guru.

Guru atau orang tua dapat membantu mengembangkan nilai-nilai sosial

yang didalamnya termasuk mengembangkan empati anak dengan bercerita, karna

anak-anak lebih menyukai jika diberikan cerita-cerita pendek yang disertai

gambar, kemudian guru dapat melibatkan emosi anak, sehingga anak merasakan

apa yang dirasakan oleh tokoh tersebut dan seolah-olah anak terlibat dan menjadi

tokoh dalam cerita tersebut.

Dengan menggunakan metode bercerita anak dapat mengambil intisari dari

cerita yang dibacakan guru serta menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari.

Metode bercerita juga dapat menggerakkan anak untuk mengeksperesikan

perasaan agar terjadi pembiasan tingkah laku yang baik dan mencegah perbuatan

kejam.

Menanamkan sikap empati pada anak melalui cerita atau dongeng adalah

cara mendidik yang bijak dan cerdas. Anak yang mempunyai kemampuan empati

kuat cenderung tidak begitu agresif dan rela terlibat dalam perbuatan yang lebih

prososial, sehingga anak yang bersikap empati memiliki kemampuan yang lebih

(18)

Melalui kegiatan bercerita, anak mendapat pengalaman belajar yang unik

dan menarik, serta dapat menggetarkan perasaan anak, membangkitkan semangat,

dan menimbulkan keasyikan tersendiri, maka kegiatan bercerita memungkinkan

pengembangan dimensi perasaan anak Taman Kanak-Kanak. Bilamana guru

dalam kegiatan bercerita akan menjadikan perasaan anak larut dalam kehidupan

imajinatif dalam cerita itu. Anak merasa sedih bila tokoh dalam cerita itu disakiti,

dan anak akan senang sekali bila ada tokoh lain yang melindungi, yang baik hati,

dan suka menolong.

Kremer & Dietzen dalam Taufik (2012:90) menemukan bahwa

“treatmen-treatmen yang diarahkan kepada pembelajaran empati dapat meningkatkan

kemampuan empati, karena ekspresi-ekspresi empatik yang ditunjukkan oleh

orang tua dan guru kepada anak-anaknya dapat menjadi model atau sarana bagi

anak-anak untuk meningkatkan empati dan perilaku prososialnya”.

Anak-anak sangat suka mengadopsi nilai-nilai empati yang diajarkan

dengan mencontoh perilaku sang guru atau orang tua dan menerapkan nilai nilai

empati yang diajarkan. Dengan menggunakan metode bercerita dapat

menanamkan nilai-nilai empati dan dapat digunakan untuk mengasah perasaan,

pemahaman, dan perilaku empati. Orang tua, guru atau orang dewasa lainnya

dapat mengembangkan empati yang dapat diajarkan, dicontohkan, disadarkan,

serta didorong sehingga dapat dicapai anak.

Dari penjelasan di atas, dibandingkan dengan metode karya wisata,

bernyanyi, dan bersajak, metode bercerita lebih cocok digunakan dalam

(19)

metode bercerita anak akan lebih mudah dalam mengadopi pesan-pesan dan inti

cerita.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis merasa penting untuk

mengembangkan sikap empati anak dengan cara memberikan pengajaran melalui

metode bercerita. Dengan itu, penulis mengajukan judul penelitian “ Pengaruh

Metode Bercerita terhadap Pengembangan Sikap Empati Anak Usia 5-6 Tahun di

TK/RA BINMUDORA Tanjung Morawa.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan

beberapa masalah yang berhubungan dengan mengembangkan sikap empati anak

antara lain :

1. Kurangnya kemampuan anak berempati dengan temannya.

2. Kurangnya pemahaman guru tentang cara mengembangkan sikap empati

anak usia 5-6 tahun.

3. Anak kurang termotivasi saat kegiatan pembelajaran.

4. Penerapan metode bercerita yang digunakan oleh guru untuk

mengembangkan sikap empati anak masih kurang tepat.

5. Pengelolaan kelas yang kurang tepat sehingga kegiatan bercerita menjadi

tidak kondisif dan membosankan.

1.3Pembatasan Masalah

Masalah penelitian ini dibatasi pada “Pengembangan sikap empati anak

usia 5-6 tahun melalui metode bercerita di TK/RA BINMUORA Sei Merah

(20)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ani adalah : Apakah ada pengaruh

metode bercerita terhadap pengembangan sikap empati anak usia 5-6 tahun di

TK/RA BINMUORA Sei Merah Tanjung Morawa ?

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode bercerita

terhadap pengembangan sikap empati anak usia 5-6 tahun di TK/RA

BINMUORA Sei Merah Tanjung Morawa.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan.

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi bidang

keilmuan pendidikan anak usia dini yaitu memberi sumbangan ilmiah untuk

mengembangkan sikap empati anak melalui pemberian stimulasi metode

bercerita.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Membantu anak agar memiliki sikap empati.

2. Memberi masukan kepada guru dalam menentukan metode pembelajaran

yang tepat bagi anak Taman Kanak-Kanak khususnya pada

(21)

3. Meningkatkan kemampuan guru menggunakan metode bercerita untuk

mengembangkan sikap empati anak usia 5-6 tahun.

4. Untuk menambah wawasan peneliti mengenai pengembangan

kemampuan sikap berempati menggunakan metode bercerita.

5. Sebagai bahan masukan bagi peneliti yang lain yang bermaksud

mengadakan penelitian pada masalah yang sama atau berhubungan

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Dari hasil observasi anak yang dibelajarkan dengan metode bercerita

menggunakan media buku cerita dan papan planel di kelas eksperimen

memperoleh nilai rata-rata 3,57 tergolong dalam kategori baik sekali.

2. Dari hasil observasi anak yang dibelajarkan dengan metode bercerita tanpa

menggunakan media di kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 2,69

tergolong dalam kategori baik.

3. Ada pengaruh yang signifikan pada penerapan metode bercerita

menggunakan media buku cerita dan papan planel terhadap

pengembangan sikap empati anak usia 5-6 tahun di TK/RA Binmudora

Tg Morawa T.A 2015/2016. Hal ini terlihat dari meningkatnya

aspek-aspek kemampuan sikap empati anak diantaranya yaitu anak dapat

menyesuaikan diri dengan teman-temannya, mau menerima keputusan

orang lain, mau berkomunikasi dan memperhatikan, dan anak mau

(23)

5.2 Saran

Berdasarka pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas

maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi guru dan calon guru diharapkan dapat memanfaatkan atau menerapkan

metode bercerita dalam mengembangkan sikap empati anak.

2. Bagi sekolah sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijakan untuk

meningkatkan kwalitas pembelajaran khususnya dalam penerapan metode

bercerita dalam mengembangkan sikap empati anak dan menyediakan

media untuk penerapan metode bercerita, sehingga kegiatan bercerita

menjadi lebih menarik minat anak.

3. Bagi orangtua dapat menambah pengetahuan orangtua terkait pemanfaatan

metode bercerita dalam mengembangkan kemampuan sikap empati anak.

4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut agar menambah

pengetahuan dan memperluas wawasan tentang pengaruh metode bercerita

(24)

Daftar Pustaka

Azwar, Saifuddin (2014). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidikan Nasional, Standar kompetensi Taman Kanak-Kanak & Raudhatul Atfal, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas: 2003.

.(2009). Permendiknas No 58 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini

Goleman, Daniel (1999). Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia.

Hidayat, Heri (2003). Aktifitas Mengajar Anak TK. Bandung: Katarsis.

Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada

Istarani. 2012. Kumpulan 39 Metode Pembelajaran. Medan: Iscom Medan

Moeslichatoen.2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta

Saam, Zulfan (2013). Psikologi Konseling. Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Shapiro, Lawrence E. (1999).Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sudjana. 2009. Metode Statistik. Bandung: Tarsito Bandung.

Sugiono.2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Gambar

Gambar 4.1  Histogram Tentang Kemampuan Sikap Empati Anak Kelas
gambar, kemudian guru dapat melibatkan emosi anak, sehingga anak merasakan

Referensi

Dokumen terkait

establishment of the zone distribution services into 4 zones, replacement of customer’s water meters that have been damaged, scheduling and recording the amount of water for operation

hitung untuk variabel motivasi belajar siswa signifikan pada taraf nyata α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa memberikan pengaruh yang signifikan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta berdasarkan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, maka perlu

PERTAMA Memberhentikan dengan hormat dan keanggotaan Senat Akademik Institut Teknologi Bandung nama-nama seperti yang tercantum dalam lampiran 1 Surat Keputusan

Hope Doloksanggul dimana sub pembahasan dari bab keempat ini adalah hubungan hukum para pihak yang timbul di dalam pelaksanaan perjanjian pengadaan barang dan jasa antara

Penggunaan Multimedia Interaktif pada Pembelajaran Konsep Reproduksi Hewan untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik dan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX..

c.   bahwa perlu dibentuk Tim Teknis untuk merumuskan spesifikasi teknis dalam pengadaan peralatan3. laboratoriurnlpenelitian tersebut

Pengertian perjanjian telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Pasal 1313, yaitu bahwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana