BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA NYANYIAN IO-IO PADA
MASYARAKAT KARO SINGALUR LAU
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Jhon Christanto Pranata Sembiring
2103340032
PRODI PENDIDIKAN MUSIK
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
Jhon Christanto Pranata Sembiring. NIM 2103340032. Nyanyian Io-io Pada Masyarakat Karo Singalur Lau (Studi Terhadap Bentuk Musik, Fungsi dan Makna). Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian BentukMusik, Fungsi dan Makna Nyanyian io-io pada masyarakat Karo Singalur Lau. Io-io merupakan nyanyian dari etnik Karo yang sudah sangat jarang sekali terdengar lagi ketenarannya. Sampai saat ini generasi muda khususnya sudah tidak mengenal lagi nyanyian ini akibat perkembangan zaman dan populernya lagu-lagu pop dari pada lagu tradisional. Hal ini mendorong penulis untuk mengangkat ini dan menjadikannya topik penelitian.
Teori yang digunakan adalah teori bentuk musik, teori fungsi dan teori makna. Bentuk musik merupakan susunan yang utuh dari beberapa frase nyanyian io-io. Fungsi merupakan kegunaan dari nyanyian io-io pada aktivitas sehari-hari di Desa Juhar. Makna adalah maksud yang tersimpul dari hal yang ingin ditunjukkan atau ingin diungkapkan,
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah penyanyi io-io (perio-io), seniman Karo, keluarga yang mengetahui io-io terkhusus pada masyarakat Desa Juhar. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi yang dilakukan langsung terhadap objek yang akan diteliti.
Adapun hasil penelitian yang menunjukan bahwa. Hasil dari penelitian dan wawancara menunjukan bahwa bentuk musik nyanyian io-io terdiri dari 35 birama, dan terdapat 4 motif dalam 8 frase, yaitu 4 frase antecedent (pertanyaan) dan 4 frase consequent (jawaban) dan terdapat 1 kalimat dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Fungsi nyanyian io-io adalah fungsi pengungkapan emosional atau sarana ekspresi diri, dan fungsi hiburan. Dan adapun makna yang terkandung dalam nyanyian io-io adalah makna perasaan, makna religius, danmaknakepercayaan.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkat-Nya Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini
sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri
Medan. Skripsi ini berjudul “Bentuk, Fungsi dan Makna Nyanyian Io-io Pada
Masyarakat Singalur Lau”.
Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan
kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terimakasih yang tiada terhingga
kepada :
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum.Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan.
3. Uyuni Widiastuti,M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik,FakultasBahasa Dan Seni
Universitas Negeri Medan.
4. Dr. Pulumun P. Ginting, S.Sn, M.Sn. Ketua Prodi Pendidikan Musik dan
sekaligus Pembimbing Skripsi I.
5. Muklis Hasabullah, M.Sn sebagai Pebimbing Skripsi II.
6. Dra.Pita HD Silitonga, M.Pd sebagai Pembimbing Akademik dan sekaligus
Dosen Penguji I.
7. Lamhot Sihombing,M.Pd sebagai Dosen Penguji II
8. Seluruh Dosen di Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan.
9. Teristimewa kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Drs. Mail Sembiring
dan Ibunda Dra. Juniaty Ginting, M.Pd yang selalu mendidik, memberikan
kasih sayang yang tak terhingga mendukung baik secara moril maupun
materil, memberikan motivasi, semangat dan doa yang tulus yang tiada
hentinya demi kesuksesan penulis.
10.Freddy Erta Sembiring dan Ferry Agina Lewis Sembiring, kedua adik
iii
11.Terimakasih kepada Aksi Pinem dan Edianta Pinem yang telah memberi
semangat dan memberikan informasi kepada penulis untuk menyelesaikan
Skripsi ini.
12.Teman-teman terbaik penulis Anton Darco Hutasohit, Yehezkiel Tarigan,
Franky Sinsuko Ginting, EkoSuheri, Redy Kusuma, Afri Ketaren, Andre Dwi
Cahya, teman-temandari group musik Otalah „n Friends dan teman-teman
Pendidikan Musik dan Tari Stambuk 2010dan 2011 yang telah memberikan
doa, motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini. Teman-teman Permata GBKP
Runggun RBM yang terbaik, terimakasih atas doa dan motivasi kepada
penulis.
Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang
diharapkan baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan Skripsi ini.Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi yang
sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam
usaha peningkatan mutu pendidikan, khususnya dibidang pendidikan musik.
Medan, April 2016
Penulis,
Jhon Christanto Pranata Sembiring
iv
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A.Landasan Teoritis ... 8
5. Pengertian Musik Tradisional Karo ... 19
6. Masyarakat Karo Singalur Lau ... 22
v
B.Keberadaan Nyanyian io-io... 48
vi
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
vii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 4.1 ( Tugu Selamat Datang Desa Juhar ) ... 43
2. Gambar 4.2 ( Diskusi dengan tokoh adat Desa Juhar ) ... 44
3. Gambar 4.3 ( Silahturahmi dengan warga Desa Juhar )... 47
4. Gambar 4.4 ( Meri br. Tarigan/perio-io ) ... 49
5. Gambar 4.5 ( Lestari br. Ginting/perio-io )... 49
6. Gambar 4.6 ( Diskusi dengan Meri br.Tarigan) ... 50
7. Gambar 4.7 ( Tiaman br. Sembiring/perio-io ) ... 51
8. Gambar 4.8 ( perio-io ras si erjabaten ) ... 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia atau disebut dengan Nusantara adalah sebuah Negara yang
terdiri dari banyak Pulau dan sebuah Bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan
etnik, agama, bahasa, dan lainnya. Sumatra merupakan salah satu Pulau yang
mediami Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sumatra sendiri memiliki Provinsi
yang bernama Sumatra Utara. Sumatra Utara sendiri terbagi atas beberapa
Kabupaten. Karo merupakan sebuah Kabupaten yang mendiami kawasan Sumatra
Utara.
Karo menjadi nama Kabupaten juga sebagai nama sebuah etnik yang
berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak
Karo. Karo memiliki adat istiadat dan berbagai kebudayaan yang diturunkan
secara turun temurun oleh nenek moyang etnik Karo, baik itu dari upacara
kebudayaan, kesenian, arsitektur, musik, dan yang lainnya. Tatanan adat istiadat
dalam etnik karo adalah seperti merga silima, tutur siwaluh dan rakut sitelu.
Tidak hanya itu, etnik Karo juga memiliki bahasa atau dialek sendiri yang disebut
dengan Cakap Karo. Etnik Karo sangat menghargai warisan kebudayaan yang
diturunkan secara turun menurun oleh nenek moyang mereka, terutama pada
musik.
Musik memiliki perananan yang sangat penting bagi etnik Karo dalam
menjalankan segala kegiatan kebudayaan maupun kehidupan sehari-hari. Musik
2
yang terdapat pada etnik Karo terdiri dari berbagai instrument musik dan
komposisi. Instrument musik yang terdapat pada etnik Karo adalah antara lain
seperti : kulcapi, gendang, penganak, surdam, balobat, gong, keteng-keteng dan
sebagainya. Dan secara komposisi musik pada etnik karo terdiri dari gendang lima
sedalanen dan gendang telu sedalanen.
Tidak hanya itu, etnik karo juga memiliki seni suara atau musik vokal
yang sangat khas. Rengget dalam bahasa etnik karo merupakan tehnik vokal yang
khas dari etnik Karo yang membedakan seni suara etnik Karo berbeda dari etnis
lain yang ada di Sumatra Utara. Menurut Perikuten Tarigan (2004 : 118-119)
musik vokal atau nyanyian dalam kebudayaan masyarakat karo terdiri dari
beberapa jenis, yaitu katoneng-katoneng, tangis-tangis, io-io, didong doah, dan
nyanyian percintaan muda-mudi dalam etnik karo.
Secara komposisi, katoneng-katoneng telah memiliki garis melodi yang
baku, namun lirik atau teks dari komposisi tersebut senantiasa berubah
disesuaikan dengan satu konteks upacara. Katoneng-katoneng dapat juga disebut
dengan pemasu-masun. Tangis-tangis adalah nyayian yang berisi tentang
kesedihan atau penderitaan seseorang. Contoh tangis-tangis pada etnik karo dapat
dilihat pada upacara kemalangan. Isi dari tema lagu adalah berupa ungkapan
kesedihan karena salah satu anggota keluarga telah meninggal dunia. Didong doah
adalah rangkaian kata yang disajikan bibi sirembah ku lau (saudara perempuan
ayah pengantin wanita) pada saat pesta perkawinan permen na (anak perempuan
saudara laki-laki) dengan cara bernyanyi. Disamping itu, etnik Karo memiliki
3
rindu seseorang kepada seseorang kekasih, orang tua atau kerabat yang sedang
dirindukan.
Dari uraian di atas penulis akan mengangkat io-io yang merupakan salah
satu nyanyian tradisional etnik Karo sebagai bahan penelitian. Io-io terdiri dari
beberapa jenis yaitu seperti io-io Pagar Batu dan io-io Singalur Lau. Singalur
Lau dalam etnik Karo juga memiliki arti sebagai sebutan untuk kelompok etnik
Karo yang mendiami daerah tertentu. Etnik Karo yang mendiami daerah tersebut
adalah seperti di daerah : Kecamatan Tiga Binanga, Kecematan Juhar, dan
Kecamatan Munte. Adapun lokasi penelitian yang akan dituju penulis adalah
Kecamatan Juhar. Alasan penulis memilih nyayian io-io sebagai bahan penelitian
adalah karena seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan io-io tersebut
sudah mengalami banyak perubahan, begitu pula dengan komposisi musik atau
lagunya. Minat etnik Karo lebih tinggi terhadap lagu-lagu pop dibandingkan
dengan lagu-lagu tradisi. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya beredar
lewat rekaman kaset komersial, sedangkan untuk lagu-lagu tradisi sangat minim
persentase penyajiannya, khususnya io-io.
Sehubungan dengan itu, sebagai salah satu anggota dari masyarakat
terlebih-lebih sebagai Mahasiswa Unimed Prodi Seni Musik, penulis ingin
meneliti ataupun mengupas tentang “ Bentuk, Fungsi dan Makna Nyanyian
Io-io Pada Masyarakat Karo Singalur Lau “. Sekalipun tujuan penulisan ini bukan
untuk pelestarian, namun hasil dari penelitian dan tulisan tentang nyanyian io-io
ini diharapkan dapat menjadi bahan dokumentasi yang berharga mengenai musik
4
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari
interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan
yang lain sebagainya) yang menimbulkan beberapa pernyataan. Sesuai dengan
pendapat Hadeli (2006 : 23).
Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua
faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang meimbulkan tanda-tanya dan
dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban. Tujuan
dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah
serta cakupan masalah yang dibahas tidak terlalu luas.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas
maka didapati beberapa hasil identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Bagaimana bentuk komposisi nyanyian io-io pada masyarakat Karo Singalur
Lau?
2. Apa fungsi dari nyanyian io-io bagi masyarakat Karo Singalur Lau?
3. Bagaimana apresiasi masyarakat Karo Singalur Lau terhadap nyanyian io-io
ditengah perkembangan zaman terlebih-lebih terhadap generasi muda?
4. Apa makna dari nyanyian io-io bagi masyarakat Karo Singalur Lau?
5. Instrument musik apa saja yang digunakan dalam nyanyian io-io pada masyarakat
5
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan dari masalah
yang akan diteliti. Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah untuk
mempersingkat cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, kemampuan menulis,
maka peneliti mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah pemecahan
masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai
dengan pendapat Sugiyono (2008 : 286) mengatakan bahwa pembatasan dalam
penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi, serta
faktor keterbatasan tenaga, dana, dan waktu. Berdasarkan pendapat diatas, maka
penulis membatasi ruang lingkup permasalahan penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana bentuk komposisi nyanyian io-io pada masyarakat Karo Singalur Lau?
2. Apa fungsi nyanyian io-io bagi masyarakat Karo Singalur Lau?
3. Apa makna dari nyanyian io-io bagi masyarakat Karo Singalur Lau?
D. Rumusan Masalah
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan segala topik penelitian
ditemukan, kemudian peneliti merumuskan masalah apa yang dipermasalakan.
Menurut pendapat Sugiono (2010 : 35) Rumusan masalah itu merupakan suatu
pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.
Berdasarkan pendapat tersebut serta uraian yang terdapat pada latar
belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka dapat
disimpulkan suatu pertanyaan : “Bagaimana Bentuk, Fungsi, dan Makna
6
E. Tujuan Penelitian
V. Wiratna Sujarweni (2014 : 55) mengatakan bahwa, Tujuan penelitian
mengenai apa saja yang akan dicapai dalam penelitian tersebut dan selalu
menuliskan apa yang ingin dicapai dalam rumusan masalah. Tujuan penelitian
merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh peneliti sebelum melakukan
penelitian. Tanpa adanya tujuan yang jelas, maka arah kegiatan yang dilakukan
tidak terarah karena tidak tahu apa yang akan dicapai dalam kegiatan tersebut.
Oleh karena itu tujuan yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan bentuk komposisi nyanyian io-io pada masyarakat Karo
Singalur Lau.
2. Mendeskripsikan fungsi nyanyian io-io pada masyarakat Karo Singalur Lau.
3. Mendeskripsikan makna nyanyian io-io bagi masyarakat Karo Singalur Lau.
F. Manfaat Penelitian
Selain tujuan penelitian, setiap penelitian juga harus memiliki manfaat,
sehingga penelitian tersebut tidak hanya teori semata tetapi dapat dipakai oleh
pihak-pihak yang membutuhkan. Menurut V. Wiratna Sujarweni (2014 : 56) yang
mengatakan bahwa manfaat penelitian berkenaan dengan manfaat yang ilmiah dan
praktis berkenaan dengan hasil dari penelitian. Penulis berharap hasil dari
penelitian ini nantinya dapat bermanfaat sebagai :
1. Sebagai bahan pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai bentuk, fungsi,
7
2. Sebagai bahan refrensi bagi peneliti berikutnya yang memiliki keterkaitan tentang
topik penelitian ini.
3. Sebagai bahan skripsi sarjana yang diwajibkan bagi setiap Mahasiswa Universitas
Negeri Medan Fak. Bahasa dan Seni Jurusan Sendratasik Prodi. Seni Musik.
4. Sebagai kepustakaan di Prodi. Pendidikan Seni Musik Jurusan Sendratasik
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Nyanyian io-io di Desa Juhar umumnya dilakukan oleh para wanita Karo yang
sedang bekerja di ladang atau sawah. Mereka bernyanyi untuk melepaskan penat
tentang kerinduan yang mereka rasakan, mereka percaya syair-syair dan alunan
musik yang mereka buat dapat menjadi sebuah doa yang besar untuk sebuah
pengharapan kepada yang dirindukan. Tetapi dengan perkembangan zaman nyanyian
ini beralih ke sarana hiburan dan mengalami perubahan pada konsep pertunjukkan
dan juga penambahan pada alat musik yang digunakan untuk mengiringi nyanyian
tersebut. Tradisi yang biasanya dimainkan pada saat sambil bekerja di lading atau
sawah kini berubah menjadi seni pertunjukkan dalam acara kesenian lainnya.
2. Nyanyian io-io ini memiliki bentuk musik yang terdiri dari 35 birama, dan terdapat 4
motif dalam 8 frase, yaitu 4 frase antecedent (pertanyaan) dan 4 frase consequent
(jawaban) dan terdapat 1 kalimat dengan 3 aksen atau pengulangan sebanyak 3 kali.
3. Nyanyian io io ini juga memiliki fungsi pengungkapan emosional atau saran ekspresi
diri, dan fungsi hiburan. Fungsi pengungkapan emosional dapat dilihat pada syair
senandung yang dapat mempengaruhi emosional para wanita Karo yang melakukan
nyanyian tersebut, banyaknya harapan yang dipanjatkan kedalam doa yang
terkandung pada syair tersebut tersebut. Sehingga dalam doa orang yang dirindukan
tetap dalam diberkati, dan berharap dapat bisa bertemu kembali.
70
4. Fungsi hiburan pada nyanyian io-io ini memasuki psikologi kegembiraan masa
sehingga mampu menghilangkan perasaan jenuh dan penyemangat dalam kehidupan
sehari-hari. Melalui lirik yang terdapat di dalam nyanyian serta alunan musik
tradisional Karo yang dimainkan dalam mengiringi nyanyian tersebut, penonton dapat
menikmati keindahannya. Para warga dan masyarakat tidak hanya dapat menikmati
kesenian nyanyian saja, tetapi mereka juga memiliki kesempatan untuk berkumpul
dan saling bercengkrama.
5. Nyanyian io-io ini memiliki beberapa makna diantaranya makna perasaan, makna
nada dan makna tujuan. Dalam makna perasaan menceritakan tentang rasa syukur dan
semangat dalam melakukan aktivitas. Makna nada yang dalam nyanyian ini
menceritakan lagu yang ada di dalam nyanyian io-io ini merupakan syair-syair yang
di gabungkan menjadi satu dengan menggunakan instrumen yang ada. Makna tujuan
dari nyanyian io-io tersebut menceritakan tentang tujuan untuk memanjat doa kepada
Tuhan agar orang yang dirindukan selalu dalam perlindunganNya dan dapat segera
bertemu lagi.
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa saran antara
lain :
1. Hendaknya pemerintah khususnya pemerintahan Kabupaten Karo lebih
memperhatikan lagi kesenian vokal dengan menyertakan dalam berbagai pementasan
kesenian serta mendokumentasikannya dalam bentuk audio maupun audiovisual agar
mempunyai bukti fisik yang otentik sehingga hak kepemilikannya resmi dan bukan
hanya sekedar pengakuan saja tanpa mempunyai bukti hak milik kesenian vokal
71
2. Hendaknya kesenian vokal tradisional tetap dilestarikan dan diajarkan kepada
generasi penerus karena semakin begitu sedikitnya seniman vokal tradisional yang
ada sekarang ini, serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari karena sangat
berpengaruh positif dalam menjalin silaturahmi dan berbagi pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belumlah mampu dikatakan sebagai tulisan
yang baik. Penulis sangat mengharapkan partisipasi dari rekan-rekan pecinta budaya,
khususnya budaya Karo demi memperbaiki tulisan ini. Tulisan ini hanyalah sebuah
awal dari tujuan untuk menjaga eksistensi kebudayaan Nusantara, terkhususnya
72
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 2009.” Apresiasi Karya Seni Musik Daerah Nusantara “. Bandung : Sarana Ilmu
Aswita, Effi & Thamrin. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Medan : Diktat Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan
Bangun, Tridah. 1986. Manusia Batak Karo. Jakarta : Inti Idayu Press
Budilinggono, (1993).Bentuk dan Analisis Musik.Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Barus, Elieser, 2013. “ Fungsi dan Makna Gendang Lima Sedalanen pada
Upacara Muncang di Dusun III Namo Rindang Desa Mbaruai Kecamatan Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang “. Etnomusikologi USU
Corazon, CD. 2007. Traditional Musical Instrument of The Philippines Nevada : FMA digest
Daminto. 2004. “Kerangka teoritis Penelitian”, Jakarta : Gramedia Pustaka
Djelantik, A.A.M. 2000. ESTETIKA Sebuah Pengantar. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukkan Indonesia.
Fatimah Djajasudarmah, T,(2013). SEMANTIK 2, Relasi
MaknaParadigmatiksintagmatik-derivasional. Bandung: PT Refika
Aditama
Hadelli, 2006. “ Metode Penelitian Kependidikan”, Padang : Quantum
Hasibuan, Melayu S. P, (2006). Manajemen Sumber Daya Manusi, Edisi Revisi I. Jakarta: Bumi Aksara
Kaban, Lidya Natalina. 2011.“ Gendang lima Sedalanen pada upacara Mbuah
Page Kerja Tahun Di desa Barus jahe Kecamatan Barus Jahe tanah Karo, Medan : Skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan Unimed.
73
Miller, Michael. 2002. The Complete Idiot’s Guide to Music Theorg” Indianapolis : Pearson Education,Inc.
Prins, Darwan. 2008. Adat Karo. Medan : Bina Media Perintis
Purba, Prawika Lestari. 2014. ” Kajian Bentuk Dan Makna Lagu Juma Tidahan
Di Desa Sarima Tondang Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun “.
Universitas Negeri Medan : Skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan Unimed.
Sihombing, Lamhot 2013. “Vokal”. Medan : Universitas Negri Medan. : Buku diktat vokal wajib
Sitepu, Cynthia. 2013. ”Peranan Gendang Sarune Dalam Tari Topeng Gundala-
Gundala Seberaya di Desa Tiga Panah Kabupaten Karo”. Skripsi Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan : Skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan Unimed.
Setyadin, 2005. “ Metode Penelitian Kualitatif ” : Teori dan Praktik, Jakarta : Bumi Aksara
Sugiyono, 2008. “ Metode Penelitian Kualitatif Kuantitaif dan R&D “. Bandung : Alfabetha.
Sitohang, Lerin, 2014. “ Bentuk Dan Penyajian Gondang Mangaliat Dalam
Upacara Panangok Saring-saring Di desa Sabulan Samosir ”.
Universitas Negeri Medan : Skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan Unimed.
Suroso, Panji, 2012. “ Ketoprak Door Di Helvetia “. Medan : Unimed Press
Subagyo, B. Andreas. 2001. Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Silitonga, Pita Hotma Dameria, (2014). Teori Musik. Medan : Unimed Prees
Tarigan, Sarjani. 2008. “Dinamika Orang Karo, Budaya, dan Modernasime”. Medan
74
Tarigan, Perikuten. 2004. Musik Tradisional Karo. Dalam Pluralitas Musik Etnik Batak Toba, Mandailing, Melayu, Pakpak-Dairi, Angola, Karo, Simalungun, Pusat Dokumentasi, dan Pengkajian Kebudayaan Batak, Medan: Universitas HKBP Nomensen.
Wahyuni Suryanita, (2012). Fungsi dan Manfaat Laboratorium Sebagai Sumber Belajar. Artikel. http://wahyunisuryanita.blogspot.com/2012/12/fungsi-dan-manfaat-laboratorium-sebagai.htm
https://id.wikipedia.org/wiki/Makna