PERBANDINGAN HASIL BELAJAR JAJARGENJANG DAN BELAH KETUPAT ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DENGAN STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISON (STAD) PADA SISWA KELAS
VII DI SMP NEGERI 3 MEDAN T.A 2015/2016
Oleh :
Putri Ismila Anggriani NIM 4123111063
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR JAJARGENJANG DAN BELAH KETUPAT ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DENGAN STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISON (STAD) PADA SISWA KELAS
VII DI SMP NEGERI 3 MEDAN T.A 2015/2016 Putri Ismila Anggriani (NIM : 4123111063)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar Jajargenjang dan Belahketupat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada tipe STAD di kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A. 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan semester genap, yang terdiri dari 12 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yang dipilih secara acak diamana kelas VII-K sebagai kelas eksperimen TPS dan kelas VII-L sebagai kelas eksperimen STAD dengan masing-masing jumlah sampel 34 orang dalam tiap kelas. Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu pre-test dan post-test dalam bentuk uraian . Dari hasil penelitian yang diberikan, diperoleh nilai rata-rata postest kelas eksperimen TPS sebesar 76,735 dan kelas eksperimen STAD memperoleh nilai rata-rata 72,029. Dari hasil uji hipotesis post-test diperoleh thitung> ttabel ( 2,407 > 1,668) dengan demikian
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada
penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan
waktu yang direncanakan. Skripsi berjudul “Perbandingan Hasil Belajar
Jajargenjang dan Belah Ketupat Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think-Pair-Share (TPS) dengan Student Teams Achievment Divison (STAD) Pada
Siswa Kelas VII di SMP Negeri 3 Medan T.A 2015/2016.” disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.
Zul Amry, M.Si., Ph.D. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal rencana
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.Si. Bapak Drs. Yasifati
Hia, M.Si. dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga
kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku
Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED,
Bapak Dr. Edy Surya, M.Si., selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs.
Yasifati Hia, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA UNIMED,
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika, dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis dan memberikan
kelancaran selama penyusunan skripsi ini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Kepala Sekolah SMP
v
guru beserta Staf Pegawai SMP Negeri 3 Medan yang telah membantu penulis
selama melaksanakan penelitian.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda yang
tersayang Drs. H. Amarullah SH. M.Pd, Ibunda tercinta Hj. Rohani, yang selalu
memberikan limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, dan pengorbanan
yang tak ternilai harganya. Serta Abang tersayang dr. Doddy Tisna kakak- kakak
tersayang Rina Wardhani, ANKeb dan Fitria Rachmadhani, S.Farm serta adik
tersayang Ayuda Suha yang begitu banyak memberikan doa dan motivasi,
semangat serta dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di
Unimed serta seluruh keluarga yang tak hentinya memberikan doa, dukungan,
semangat dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Terima kasih juga buat sahabat penulis yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan semangat dan dukungan yaitu
Bang Na, Kak Shirley, Roy, Khairul, Aim, Dhiena, Kanura, Husna, Liza, Lida dan
semua teman–teman sekelas Matematika Reguler Dik B’12 yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung dan menemani penulis
dalam suka maupun duka, dalam tangis maupun tawa.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari
segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Penulis
berharap isi skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.
Medan, Juni 2016 Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 6
1.3. Batasan Masalah 7
1.4. Rumusan Masalah 7
1.5. Tujuan Penelitian 7
1.6. Manfaat Penelitian 7
1.7. Definisi Operasional 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis 9
2.1.1 Pengertian Belajar 9
2.1.2 Hasil Belajar 10
2.1.3 Pembelajaran Matematika 11
2.1.4 Model Pembelajaran 13
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif` 14
2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
vii
2.1.6.1Langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe TPS 19
2.1.6.2Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS 20
2.1.6.3Teori Belajar Yang Mendukung Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS 21
2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) 22
2.1.7.1Langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD 24
2.1.7.2Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD 25
2.1.7.3Teori Belajar Yang Mendukung Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 25
2.2 Materi Ajar 27
2.2.2.1Pengertian Belah Ketupat 31
2.2.2.2Sifat-sifat Belah Ketupat 32
2.2.2.3Keliling Belah Ketupat 34
2.2.2.4Luas Belah Ketupat 34
2.3 Kerangka Berpikir 35
2.4 Hipotesis Penelitian 35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 36
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 36
viii
3.2.2 Sampel Penelitian 36
3.3 Variabel Penelitian 36
1. Variabel Bebas 36
2. Variabel Terikat 36
3.4 Jenis dan Desain Penelitian 37
3.4.1.Jenis Penelitian 37
3.4.2.Desain Penelitian 37
3.5 Prosedur Penelitian 38
3.6 Instrumen Pengumpulan Data 40
3.7 Teknik Analisis Data 41
3.7.1.Menghitung Rata-rata Skor 41
3.7.2.Menghitung Standart Deviasi 42
3.7.3.Uji Normalitas 42
3.7.4 Uji Homogenitas 43
3.7.5 Uji Hipotesis 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 46
4.1.1 Skor Pretest Kelas TPS dan Kelas STAD 46
4.1.2 Skor Postest Kelas TPS dan Kelas STAD 47
4.2 Analisis Data Penelitian 47
4.2.1 Uji Normalitas Data 47
4.2.2 Uji Homogenitas Data 48
4.2.3 Uji Hipotesis 49
4.3 Pembahasan Hasil penelitian 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 52
5.2 Saran 52
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 16
Tabel 2.2. Langkah pembelajaran kooperatif tipe TPS 19
Tabel 3.1. Desain Penelitian Two Group (Pre-test dan Pos-test) 37
Tabel 4.1. Data Pre-test Kelas Eksperimen TPS dan STAD 46
Tabel 4.2. Data Post-test Kelas Eksperimen TPS dan STAD 47
Tabel 4.3. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data 48
Tabel 4.4. Data Hasil Uji Homogenitas 49
Tabel 4.5. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis 49
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Jajargenjang 27
Gambar 2.2 Jajargenjang 28
Gambar 2.3 Jajargenjang 28
Gambar 2.4 Jajargenjang 29
Gambar 2.5 Jajargenjang 30
Gambar 2.6 Belah Ketupat 31
Gambar 2.7 Belah Ketupat 32
Gambar 2.8 Belah Ketupat 33
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 TPS 55
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 STAD 61
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 TPS 67
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 STAD 72
Lampiran 5. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) I 77
Lampiran 6. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) II 79
Lampiran 7. Alternatif Penyelesaian (LKS) I 81
Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian (LAS) II 84
Lampiran 9. Soal Pretest 87
Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian dan Peskoran Pretest 88
Lampiran 11. Soal Postest 92
Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian dan Peskoran Postest 93
Lampiran 13. Data Pre-Test Siswa Kelas Eksperimen TPS dan STAD 97
Lampiran 14. Data Post-Test Siswa Kelas Eksperimen TPS dan STAD 99
Lampiran 15. Uji Normalitas Data Pre-Test Kelas Eksperimen TPS 101
Lampiran 16. Uji Normalitas Data Pre-Test Kelas Eksperimen STAD 102
Lampiran 17. Uji Normalitas Data Postest Kelas Eksperimen TPS 103
Lampiran 18. Uji Normalitas Data Postest Kelas Eksperimen STAD 104
Lampiran 19. Perhitungan Mencari Rata-rata, Varians, dan
Standar deviasi Pre-Test Kelas TPS dan Kelas STAD 105
Lampiran 20. Perhitungan Mencari Rata-rata, Varians, dan
Standar deviasi Pre-Test Kelas TPS dan Kelas STAD 107
Lampiran 21. Uji Homogenitas Data Pre-Test 109
Lampiran 22. Uji Homogenitas Data Post-Test 110
Lampiran 23. Uji Hipotesis Pre-Test 111
Lampiran 24. Uji Hipotesis Post-test 113
Lampiran 25. Tabel Z 115
Lampiran 26. Nilai Kritis L 116
Lampiran 27. Tabel F 117
Lampiran 28. Tabel T 119
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan jiwa manusia untuk
berkembang sesuai dengan potensi dan kemampuannya. Pendidikan juga
merupakan faktor pendukung dalam perkembangan dan persaingan dalam
berbagai bidang. Dewasa ini, dunia pendidikan khususnya matematika telah
menjadi perhatian utama dari berbagai kalangan. Hal ini disadari bahwa betapa
pentingnya peranan matematika dalam pengembangan berbagai ilmu dan
teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan matematika mempunyai peranan bagi setiap individu untuk
melatih kemampuan berfikir logis, kritis, sistematis, kreatif dan kemauan
bekerjasama yang efektif. Cara berfikir seperti ini yang dapat dikembangkan
melalui pendidikan matematika karena matematika memiliki struktur dengan
keterkaitan yang kuat dan jelas antara yang satu dengan yang lainnya, serta
memerlukan pola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Hal ini sesuai dengan
banyaknya pendapat yang telah disumbangkan matematika untuk kemajuan
peradaban manusia.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Cornelius (dalam Abdurrahman,
2009:253) bahwa :
“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”
Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253)
mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:
2
(5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) Memberikan kemampuan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.”
Matematika disadari sangat penting untuk diajarkan kepada semua siswa
karena kontribusinya sangat luas dan berguna dalam segala segi kehidupan
manusia. Namun pada kenyataannya banyak orang yang memandang matematika
sebagai bidang studi yang paling sulit, baik tingkat pendidikan sekolah dasar
sampai dengan perguruan tinggi.
Sebagaimana yang diungkapkan Abdurrahman (2012:202) bahwa:
“Dari berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.”
Wahyudin (2008 : 338) bahwa:
“Matematika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk diajarkan maupun dipelajari. Salah satu alasan mengapa demikian adalah karena dalam mempelajari materi baru dalam matematika seringkali memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang satu atau lebih materi yang telah dipelajari sebelumnya.”
Hal ini terlihat dari rendahnya prestasi belajar matematika yang di capai
siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Soekisno (2009) :
"Hasil tes diagnostik yang dilakukan Suryantodan Somerset di 16 sekolah menengah beberapa provinsi di Indonesia menginformasikan bahwa hasil tes pada mata pelajaran matematika sangat rendah.Hasil dari TIMSS-Third-International Mathematics and Science Study menunjukkan Indonesia pada mata pelajaran matematika berada di peringkat 34 dari 38 negara".
Dan berdasarkan nilai UN SMP tahun 2014/2015 bahwa:
“Kemampuan matematika siswa masih rendah jika dibandingkan dengan beberapa mata pelajaran yang diujikan lainnya. Demikian rinciannya, rata UN murni: (1) Bahasa Indonesia = 71,8 (2) Bahasa Inggris = 62,9 (3) IPA = 60,9 (4) Matematika = 59,1”.
Hasil Observasi yang dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara
terhadap narasumber Ibu Sirait selaku guru matematika kelas VII di SMP Negeri
3
matematika yang rendah. Disamping itu, pada proses pembelajaran berlangsung,
hanya beberapa siswa yang yang antusias terhadap pelajaran matematika. Siswa
masih kurang aktif dalam proses pembelajaran. Mereka hanya mendengar
ceramah guru dan mengerjakan soal latihan yang diberikan. Hal ini terjadi hampir
pada setiap materi matematika.
Hal yang sama juga terjadi sewaktu peneliti menjalani program PPLT di
SMP Negeri 1 Batang Kuis, lebih dari 60% siswa mempunyai hasil belajar yang
rendah pada mata pelajaran matematika. Siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran berlangsung, mereka menganggap matematika sebagai pelajaran
yang sulit dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Hal ini menyebabkan
hasil belajar matematika siswa rendah.
Sebagaimana yang diungkapkan Shoimin (2014: 17) bahwa:
“Diakui atau tidak pada zaman yang modern ini, sebagian besar guru mengajar menggunakan metodologi mengajar tradisional. Cara mengajar tersebut bersifat otoriter dan berpusat pada guru, sedangkan siswa hanya dijadikan sebagai objek bukan subjek. Guru memberikan ceramah kepada siswa-siswanya sementara siswa hanya mendengarkan. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi jenuh sehingga sulit menerima materi-materi yang diberikan oleh guru.”
Agar pembelajaran tidak berpusat pada guru dan siswa juga lebih aktif
dalam proses pembelajaran maka guru perlu memilih model pembelajaran yang
memerlukan keterlibatan siswa secara aktif. Penggunaan model pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk membantu
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan
Slavin (dalam Isjoni, 2011:17) bahwa:
“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah
4
Dengan pembelajaran yang kooperatif, guru diharapkan dapat
mengetahui karakteristik cara berpikir siswa sehingga akan meningkatkan hasil
belajar siswa.
Ada banyak tipe dari model pembelajaran kooperatif diantaranya model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-share (TPS). Lyman, F (dalam Trianto,
2009: 81) menyatakan bahwa:
“Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think-Pair-Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.”
Dari uraian di atas model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat
membantu siswa dalam memahami materi-materi pembelajaran matematika
dikarenakan dalam model pembelajaran ini para siswa akan lebih terbuka untuk
berkomunikasi dengan teman sebayanya. Model TPS (Think Pair Share) dapat
mengembangkan pemikiran siswa dan menyatukan aspek-aspek kognitif dan
aspek-aspek sosial dalam pembelajaran serta dapat memberikan kesempatan
terbuka kepada siswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasannya sendiri dan
memotivasi siswa untuk terlibat percakapan dalam kelas.
Selain model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), salah
satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah Student Teams Achievment
Divison (STAD). Menurut Slavin (dalam Rusman, 2011: 213) bahwa:
“Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dibagi menjadi kelompok yang beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok bisa menguasai pelajaran tersebut”
Model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin ini
merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengedepankan aktivitas serta
motivasi antar siswa dalam menguasai materi dan mengoptimalkan hasil belajar.
Setiap siswa harus memastikan teman satu kelompok nya mengusai materi yang
5
heterogen. Pembelajaran tipe ini hasil nya sangat baik karena tetap memakai
prinsip diskusi yang heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan
kelompok.
Dengan karakteristik dari dua model pembelajaran kooperatif tersebut,
pembelajaran yang berlangsung akan membangkitkan ketertarikan siswa pada
matematika dan membuat siswa lebih aktif dan bersosialisasi, mendorong
kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu materi, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dan karena ditemukannya beberapa penelitian
yang relevan mengenai peningkatan hasil belajar dari model pembelajaran
tersebut.
Berdasarkan dari penelitian sebelumnya oleh Laila Sitta, “Perbedaan
hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Teams Achievment Divison)
pada materi aritmatika sosial di kelas VII MTS Teladan Ujung Kubu Tahun
Ajaran 2012/2013”, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
kooperatif tipe STAD.
Dari hasil penelitian oleh Zaka Syahrial “Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada sub pokok
bahasan bilangan rasional berpangkat bilangan bulat”.Menunjukkan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada sub pokok bahasan bilangan rasional berpangkat bilangan bulat di kelas IX
SMP SwastaAr-rahman Medan T.A.2010/2011
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Herfina “Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika
siswa pada pokok bahasan bangun datar dikelas VII SMP Negeri 10 Medan T.A
2009/2010”. Diperoleh Pada siklus 1 yaitu pengajaran dengan model
pembelajaran kooperatiftipe STAD, terdapat 20 orang siswa atau 50% telah
6
ketuntasan. Hasil analisis setelah diberi tindakan pada siklus II, yaitu pengajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat 87,5%
telah mencapai ketuntasan belajar.. Sehingga dari analisis yang dilakukan dapat
ditarik kesimpulan bahwa pengajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
hasil belajar siswa
Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Team Achievement
Division) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Karena keduanya
mampu meningkatkan hasil belajar siswa, maka penulis tertarik ingin melihat
bagaimana perbedaan nilai hasil belajar matematika siswa jika model
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Team
Achievement Division) dibandingkan.
Berdasarkan keseluruhan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui
perbandingan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Teams
Achievment Divison). Karena luasnya cakupan materi matematika peneliti
mengambil materi Segiempat pada sub pokok bahasan Jajargenjang dan Belah
Ketupat yang ada pada kelas VII. Sehingga peneliti mengambil judul
“Perbandingan Hasil Belajar Jajargenjang dan Belah Ketupat Antara Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan Student Teams Achievment Divison (STAD) Pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 3 Medan T.A 2015/2016.”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat di
identifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
2. Matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh siswa.
3. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.
7
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah maka
masalah dalam penelitian ini dibatasi yaitu, perbandingan hasil belajar
Jajargenjang dan Belah ketupat antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS
dengan STAD pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A 2015/2016.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukan pada latar belakang masalah dan
batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil
belajar Jajargenjang dan Belah Ketupat dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS lebih baik dari pada STAD pada siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Medan?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil belajar
antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tipe STAD.
1.6. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar
siswa khususnya pada materi Segiempat sub pokok bahasan Jajargenjang
dan Belah Ketupat.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model
pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien dalam melibatkan siswa
didalamnya sehingga nantinya dapat meningkatkan hasil dan aktivitas
belajar matematika.
3. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Di
masa yang akan datang dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian
8
1.7 Defenisi Operasional Variabel
Defenisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Perbandingan merupakan istilah matematika untuk membandingkan dua
objek atau lebih, sehingga dapat dilihat persamaan dan perbedaannnya.
2. Hasil belajar adalah akhir dari proses belajar dengan kemampuan yang
diperoleh siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotoris setelah
melakukan kegiatan belajar.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) merupakan
model pembelajaran yang membentuk kelompok-kelompok kecil yang
mempengaruhi pola intraksi siswa dimana, prosedur yang digunakan
dalam model pembelajaran ini memberikan waktu berfikir kepada siswa
untuk merespon dan saling membantu dalam memecahkan masalah.
tahapan dalam pembelajaran ini, yaitu : Guru mengajukan suatu
pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan materi, setiap siswa
diminta untuk berpikir sendiri-sendiri terlebih dahulu, dan setelah itu
guru memberikan waktu untuk membentuk kelompok, kemudian setiap
kelompok mempresentasikan hasil belajar keseluruh kelas.
4. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) merupakan model pembelajaran secara berkelompok yang terdiri
dari 4-6 orang dengan tingkat kemampuan yang heterogen, dan terdapat 5
tahapan dalam pembelajaran ini, yaitu: persiapan, kegiatan kelompok,
pelaksanaan tes individu, perhitungan skor individu dan tahap pemberian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
Hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan, dengan
rata-rata nilai hasil belajar siswa berturut-turut adalah 76.735 dan 72.029. Hal ini juga
dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu 2,407 > 1,668.
5.2 Saran
1. Kepada peneliti selanjutnya agar memberikan pengarahan terlebih dahulu
sebelum pembelajaran dimulai kepada setiap kelompok untuk saling
berdiskusi, mengeluarkan pendapat, tukar pikiran serta menyatukan
pikiran-pikiran atau ide setiap anggota kelompok untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan guru.
2. Bagi guru-guru atau peneliti selanjutnya yang akan menggunakan model
kooperatif tipe TPS, sebaiknya lebih memperhatikan jumlah kelompok
yang ada. Agar peneliti tidak kesulitan dalam memberi arahan
3. Bagi guru-guru atau peneliti selanjutnya yang akan menggunakan model
kooperatif tipe STAD sebaiknya lebih memperhatikan alokasi waktu yang
ada. Agar seluruh tahapan-tahapan pembelajaran dapat dikerjakan dengan
baik sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.
4. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk membuat lembar observasi
kegiatan pembelajaran dan merekan kegiatan pembelajaran sebagai bukti
bahwa penelitian yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang telah
53
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka
Cipta, Jakarta.
___________, M., (2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka
Cipta, Jakarta.
Amalia, P., (2015), Perbedaan Hasil Belajar Statistika Antara Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan TPS Pada Siswa Kelas X
SMK TI Ar-Rahman Medan T.A 2014/2015, Universitas Negeri Medan,
Medan.
Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Depdiknas, (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Disdik, Bogor
Djamarah, .S,. (2011), Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Hamalik, O,. (2009), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.
Isjoni, (2009), Cooperative Learning Efektifitas pembelajaran Kelompok,
Alfabeta, Bandung.
_____, (2011), Cooperative Learning Efektifitas pembelajaran Kelompok,
Alfabeta, Bandung.
Istarani, (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Kunandar, (2011), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru, Rajawali Pers, Jakarta.
Nurharini, D., (2008), MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA Untuk
Kelas VII SMP dan MTS, CV. Usaha Makmur, Jakarta.
Rusman, (2011), Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Rajawali Pers, Jakarta.
Shoimin, A., (2014), 68 Model Pembelajaran INOVATIV dalam Kurikulum 2013,
Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.
Siregar, E., dan Nara, H., (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia
54
Sitta, L., (2013), Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD
(Student Teams Achievment Divison) pada materi aritmatika sosial di
kelas VII MTS Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran 2012/2013,
Universitas Negeri Medan, Medan.
Slavin, R.E., (2005), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Nusa Media,
Bandung.
Soekisno, (2009), Matematika, Unnes, Semarang
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Suyatno, (2009), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Massmedia Buana Pustaka,
Surabaya.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
______, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Wahyudin, (2008), Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran, CV. Ipa