SKRIPSI
PENGARUH PERPUTARAN TOTAL AKTIVA DAN LEVERAGE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BARANG
KONSUMSI DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
ELGINA BUNGARIA LUMBANTOBING 090502082
PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
“Pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia”
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage (Debt to Asset) terhadap Kinerja Keuangan (ROA)perusahaan barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan tahunan dari perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 dari website Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Capital MarketDirectory (ICMD), jurnal-jurnal dan penelitian-penelitian terdahulu. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi berganda dengan tingkat signifikansi
(α) 5%. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar pada BEI. Metode purposive sampling digunakan untuk menentukan sampel pilihan. Dari metode ini, didapatkan 20 sampel perusahaan barang konsumsi dengan tahun pengamatan adalah lima tahun berurut, sehingga diperoleh sampel sebanyak 100 sampel.
Hasil uji-F menunjukkan bahwa Perputaran Total Aktiva dan Debt to Asset secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset dan hasil uji-t menunjukkan bahwa Perputaran Total Aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadapReturn On Assetdan Debt to Asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset.
ABSTRACT
The Effect of Total Asset Turnover and Leverage to Financial Performance Consumer Goods Companies in Indonesian Stock Exchange
The purposeof this studyis to knowandanalyze theeffect ofTotal Asset Turnoverand Leverage (Debt to Asset) to Financial Performance (ROA) consumer goods companies listed on the Indonesian Stock Exchange.
The data used in this study is secondary data. Secondary data obtained from the annual financial statements of listed consumer goods companies on the Stock Exchange during the period 2008-2012 from the Indonesian Stock Exchange website and the Indonesian Capital Market Directory (ICMD), journals and previous studies.Method of data analysis used in this study is a model of multiple regression analysis with a significance level (α) of 5%. Population in this research is that consumer goods companies listed on the IndonesianStock Exchange.Purposive sampling method is used to determine the sample selection. Of this method, 20 samples obtained consumer goods company with five years of observations is sequential, in order to obtain a sample of 100 samples.
F-test results showed that Total Assets Turnover and Debt to Asset jointly significant effect on return on assets and the t-test results showed that the Total Assets Turnover positive and significant impact on Return On Assets and Debt to Asset significantly and negatively related to return On Assets.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasih
karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia” dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini ditemui beberapa kesulitan, namun berkat
bantuan, motivasi, bimbingan dan doa dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Pertama sekali, peneliti mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, Bapak Mardimpu Lumbantobing dan Mama Linen Sitorus Pane atas kasih sayang, nasihat, dan dukungan yang tanpa henti diberikan kepada peneliti. Kemudian pada kesempatan
ini, peneliti menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr. Azhar Maksum, MEc, Ak sebagai Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.E sebagai Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembaca
Penilai yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si sebagai Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Marhayanie, SE, M.Si sebagai Sekertaris Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si sebagai Dosen Pembimbing penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beliau karena
telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan pengertian.
6. Kepada dosen-dosen Universitas Sumatera Utara khususnya dosen-dosen
Fakultas Ekonomi yang telah mengajar dan memberikan ilmunya kepada
penulis dengan baik dan penuh kesabaran.
7. Kepada Abangku Dedy Irwan Tobing, Adikku Imelda Lena Tobing, Hirap
Januardi Tobing dan Risman Yosua Tobing serta keluarga besarku, terima
kasih banyak atas doa dan dukungan yang kalian berikan.
8. Kepada Timku Marulitua Simbolon, Agnesia Tondang, Susii Siburian dan
Adryan Singarimbun terimakasih atas kerjasama, dukungan dan
semangatnya.
9. Kepada rekan- rekan seperjuangan di GMKI FE USU terkhusus buat
Pengurus Komisariat m.b 2011-2012, Bg Agustinov, Bg Josri, Bg
Sotardodo, Bg Ferry, Ka Widanny, Grace, Afrii, Rome, Tamba, Vevy,
Lika, Robin, Valen, Headhi yang telah memberikan semangat dan
dukungannya.
10.Kepada Kelompok Kecilku Bg Cyhardji Hutabarat, Erbina Meliana,
11.Kepada sahabat dan teman-temanku di Manajemen Novaria, Rebecca,
Christin, Sarly Monica, Sri Juliana, Irene, Sri Asrulina serta teman-teman
lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu. Terimakasih
atas cerita dan pengalaman baru serta semangat dan dukunganya.
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Tinggilah iman kita, tinggilah ilmu kita dan tinggilah pengabdian kita. Ut Omnes
Unum Sint, Shalom.
Medan, Juli 2013
DAFTAR ISI
4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Barang Konsumsi ... 41
4.2 Hasil Penelitian ... 61
4.2.1 Analisis Deskriptif ... 61
4.2.2.1Uji Asumsi Klasik ... 72
4.2.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 81
4.2.2.3 Pengujian Hipotesis ... 82
4.4 Pembahasan ... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91
5.1 Kesimpulan ... 91
5.2 Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Data Rata-rata Total Aktiva, Hutang, dan Laba Bersih
Pada Perusahaan Barang Konsumsi Tahun 2008-2012 …. 5
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Sampel ... 26
Tabel 3.2 Daftar Perusahaan Barang Konsumsi yang menjadi Sampel ... 27
Tabel 3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 32
Tabel 4.1 Perputaran Total Aktiva Perusahaan Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012 ... 61
Tabel 4.2 Debt to Assets Perusahaan Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012 ... 65
Tabel 4.3 Return On Assets Perusahaan Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012 ... 68
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Rata-rata Penjualan Perusahaan Barang Konsumsi
Tahun 2008-2012 ... 4
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 22
Gambar 4.1 Histogram Dependent Variabel ... 73
Gambar 4.2 Normal P-Plot of Regresion Standardized Residual ... 74
Gambar 4.5 Grafik Histogram Setelah Transformasi Ln ... 77
Gambar 4.6 Normal P-Plot of Regresion ... 77
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Daftar Perusahaan Barang Konsumsi
yang terdaftar di BEI ….………... 96 2 Data Perputaran Total Aktiva, Debt to Assets, dan
Return On Assets Tahun 2008-2012 ... 71 3 Hasil Pengolahan SPSS ... 100
ABSTRAK
“Pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia”
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage (Debt to Asset) terhadap Kinerja Keuangan (ROA)perusahaan barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan tahunan dari perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 dari website Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Capital MarketDirectory (ICMD), jurnal-jurnal dan penelitian-penelitian terdahulu. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi berganda dengan tingkat signifikansi
(α) 5%. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar pada BEI. Metode purposive sampling digunakan untuk menentukan sampel pilihan. Dari metode ini, didapatkan 20 sampel perusahaan barang konsumsi dengan tahun pengamatan adalah lima tahun berurut, sehingga diperoleh sampel sebanyak 100 sampel.
Hasil uji-F menunjukkan bahwa Perputaran Total Aktiva dan Debt to Asset secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset dan hasil uji-t menunjukkan bahwa Perputaran Total Aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadapReturn On Assetdan Debt to Asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset.
ABSTRACT
The Effect of Total Asset Turnover and Leverage to Financial Performance Consumer Goods Companies in Indonesian Stock Exchange
The purposeof this studyis to knowandanalyze theeffect ofTotal Asset Turnoverand Leverage (Debt to Asset) to Financial Performance (ROA) consumer goods companies listed on the Indonesian Stock Exchange.
The data used in this study is secondary data. Secondary data obtained from the annual financial statements of listed consumer goods companies on the Stock Exchange during the period 2008-2012 from the Indonesian Stock Exchange website and the Indonesian Capital Market Directory (ICMD), journals and previous studies.Method of data analysis used in this study is a model of multiple regression analysis with a significance level (α) of 5%. Population in this research is that consumer goods companies listed on the IndonesianStock Exchange.Purposive sampling method is used to determine the sample selection. Of this method, 20 samples obtained consumer goods company with five years of observations is sequential, in order to obtain a sample of 100 samples.
F-test results showed that Total Assets Turnover and Debt to Asset jointly significant effect on return on assets and the t-test results showed that the Total Assets Turnover positive and significant impact on Return On Assets and Debt to Asset significantly and negatively related to return On Assets.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu diarahkan pada
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan yang dilakukan setiap
perusahaan sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan
utama yang ingin dicapai oleh perusahaan, khususnya perusahan yang profit
oriented adalah memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh tersebut
selanjutnya akan digunakan untuk pengembangan perusahaan. Semakin ketatnya
persaingan menyebabkan perusahaan- perusahaan berusaha untuk membenahi
kinerjanya dengan berbagai strategi yang dilakukan.
Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat melalui kondisi laporan
laba rugi dan neraca perusahaan tersebut. Analisis rasio keuangan merupakan
salah satu cara perusahaan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Banyak
rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, salah satunya
adalah return on asset. Rasio ini mengukur ssberapa besar kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Sehingga kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dapat dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja keuangan
perusahaan. Laba bersih yang diperoleh perusahaan merupakan selisih antara
penerimaan dan pengeluaran perusahaan. Penerimaan perusahaan berupa
berupa beban usaha dan beban lain- lain yang dikeluarkan untuk membiayai
kegiatan operasional perusahaan.
Setiap kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan selalu
berhubungan dengan modal yang dibutuhkan perusahaan. Modal yang digunakan
dalam setiap kegiatan operasional tersebut dapat berasal dari internal dan
eksternal perusahaan. Modalinternal perusahaan berasal darihasil operasi berupa
laba yang ditahan sedangkan modal eksternal perusahaan dapat berupa hutang dan
modal sendiri atau dalam bentuk saham.
Hutang merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan yang
digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan dimana saatnya harus
dikembalikan (Brigham, 2009:101). Perusahaan menilai sejauh mana perusahaan
mengggunakan hutang dalam mendanai modalnya dengan menggunakan rasio
hutang yang dimiliki perusahaan (Van Horne, 2005:209). Rasio hutang tersebut
terdiri dari rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) dan rasio hutang
terhadap total aktiva (debt tototal asset ratio).
Rasio hutang terhadap ekuitas menjelaskan bahwa seberapa besar
pendanaan dari hutang digunakan jika dibandingkan dengan pendanaan ekuitas.
Semakin rendah rasio hutang tehadap ekuitas maka semakin tinggi tingkat
pendanaan perusahaaan yang disediakan oleh pemegang saham. Rasio hutang
terhadap total aktiva menjelaskan peran penting pendanaan hutang bagi
perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung
mendanai modal perusahaan termasuk aktiva yang miliki oleh perusahaan
tersebut. Semakin tinggi rasio hutang terhadap total aktiva maka akan semakin
tinggi risiko keuangannya (Van Horne, 2005:210). Tetapi di sisi lain risiko
keuangan yang tinggi harus diimbangi dengan kinerja keuangan perusahaan yang
tinggi. Manajemen perusahaan harus dapat membuat kebijakan yang tepat dalam
mengambil keputusan pendanaan untuk memenuhi kebutuhan perusahaandalam
bentuk aktiva yang digunakan dalam beroperasi agar dapat menghasilkan laba
yang maksimal.
Perusahaan dalam mengambil setiap keputusan keuangan perusahaaan
diharapkan dapat mempertimbangkan antara risiko dan profitabilitas dari setiap
aktivitas perusahaan. Efisiensi perusahaan merupakan bukti perusahaan dapat
menyeimbangkan risiko dan profitabilitas perusahaan. Perputaran total aktiva
(modal) dapat mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan aktivanya
untuk meningkatkan penjualan perusahaan (Van Horne, 2005:121) dengan kata
lain dapat mengukur pendayagunaan aktiva perusahaan dalam meningkatkan
penjualan. Semakin tinggi tingkat perputaran aktiva perusahaan maka semakin
tinggi tingkat penjualan yang dimiliki perusahaan dengan menggunakan aktivanya
dan akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Perputaran total
aktiva yang rendah menunjukkan perusahaan tidak menghasilkan cukup banyak
volume bisnis. Perusahaan sebaiknya melakukan langkah untuk meningkatkan
penjualan, menjual beberapa aset atau konversi dari keduanya (Brigham dan
Perusahaan yang menjadi subjek penelitian ini adalah Perusahaan Barang
Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan sektor barang
konsumsi terdiri dari beberapa sub sektor yaitu sub sektor makanan dan minuman,
sub sektor rokok, sub sektor farmasi, sub sektor kosmetik dan barang keperluan
rumah tangga dan sub sektor peralatan rumah tangga. Perkembangan industri
barang konsumsi di Indonesia memiliki pengaruh yang cukup positif dalam
beberapa segi khususnya dunia ekonomi. Indonesia yang sebagian besar
pendapatan dalam negerinya berasal dari sektor pajak, sangat diuntungkan dengan
berkembangnya industri barang konsumsi khususnya industri rokok karena
pemerintah mengenakan tarif yang cukup tinggi bagi cukai rokok dan industi yang
lainnya.
. Sumber:
Gambar 1.1
Rata-Rata Penjualan Perusahaan Barang Konsumsi Tahun 2008-2012
Pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa perusahaan barang konsumsi di Bursa
Efek Indonesia memiliki rata-rata penjualan yang semakin meningkat setiap
0
tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil kegiatan operasional perusahaan
yang semakin baik dan respon konsumen yang baik.Perputaran aktiva yang
semakin tinggi juga dialibatkan oleh efektivitas perusahaan dalam mengelola
aktivanya sehingga penjualan perusahaan semakin tinggi (Van Horne, 2005:212).
Peningkatan penjualan perusahaan setiap tahun dapat memberikan dampak
positif terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Laba yang akan
diterima oleh perusahaan akan semakin meningkat akibat pengelolaan aktiva dan
keputusan pendanaan yang baik pada perusahaan. Data berikut ini
memperlihatkan rata-rata total aktiva, total hutang, dan laba bersih perusahaan
barang konsumsi.
Tabel 1.1
Data Rata-Rata Total Aktiva, Hutang dan Laba Bersih Pada Perusahaan Barang Konsumsi Tahun 2008-2012
Periode Total Aktiva Total Hutang Laba Bersih
2008 5,396,162,000,000 2,713,159,250,000 569,999,600,000
2009 4,812,760,604,828 2,191,641,441,537 723,524,050,980
2010 5,552,752,821,827 2,325,280,388,389 1,067,610,645,030
2011 6,437,061,588,285 5,986,699,803,700 5,968,342,818,343
2012 8,893,295,179,687 3,801,097,987,048 1,441,151,952,642
Sumber:
Dari data Tabel 1.1 menunjukkan bahwa laba bersih perusahaan yang
mengalami peningkatan setiap tahun. Laba bersih perusahaan yang mengalami
peningkatan setiap tahun menggambarkan bahwa kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba semakin meningkat sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja
Rata-rata total aktiva yang dimiliki perusahaan pada tahun 2008 sampai
tahun 2009 mengalami penurunan, hal tersebutmengindikasikan perusahaan
menggunakan aktiva yang lebih kecil dalam menghasilkan laba yang diperoleh
pada tahun 2009 sedangkan pada tahun 2010 sampai dengan 2012 mengalami
peningkatan yang mengindikasikan perusahaan menggunakan aktiva yang lebih
banyak dalam menghasilkan laba yang diperoleh setiap tahunnya Data tersebut
menyatakan bahwa penggunaan dan pengelolaan aktiva perusahaan dengan baik
sehingga meningkatkan pejualan yang dimiliki perusahaan. Penjualan perusahaan
yang semakin meningkat mengakibatkan laba bersih perusahaan akan semakin
meningkat sehingga kinerja keuangan perusahaan semakin baik.
Rata-rata total hutang yang dimiliki perusahaan dalam tabel 1.1
memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan proporsi pendanaan perusahaan
melalui hutang pada tahun 2010 dan 2011 sedangkan pada tahun 2009 dan 2012
terjadi penurunan. Peningkatan hutang perusahaan akan mengakibatkan risiko
keuangan perusahaan semakin tinggi. Pendanaan hutang yang semakin tinggi
mengindikasikan laba perusahaan akan semakin tinggi. Perubahan leverage
perusahaan tersebut akan memberikan dampak yang baik terhadap kinerja
keuangan perusahaan jika perusahaan memiliki manajemen hutang yang baik.
Peningkatan total hutang yang diikuti peningkatan laba bersih pada data tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan mengelola risiko dengan baik dengan
manajemen hutang yang baik.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin meneliti pengaruh penggunaan
dengan judul penelitian ini adalah “Pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan penjelasan dari latar belakang yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut “Apakah perputaran total aktiva dan leverage berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa
Efek Indonesia? “
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumuan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perputaran
total aktiva dan leverage terhadap kinerja keuangan Perusahaan Barang Konsumsi
di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Manajer Perusahaan
Sebagai bahan kajian dan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan
dalam menetapkan strategi perusahaan kedepan dalam peningkatan kinerja
keuangan perusahaan melalui perputaran total aktiva dan leverage perusahaan.
Sebagai bahan informasi, referensi dan perbandingan untuk meneliti
selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian.
3. Bagi Peneliti
Sebagai bahan kajian dan referensi untuk pengembangan wawasan dan pola
pikir peneliti terutama berkaitan dengan perputaran total aktiva, leverage dan
kinerja keuangan perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kinerja Keuangan Perusahaan (Financial Performance)
Setiap perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan dari
pemegang sahamnya. Menurut Facruddin (2011), kesejahteraan para pemegang
saham dapat ditingkatkan melalui kinerja perusahaan (firm performance) yang
baik, dimana kinerja perusahaan merupakan prestasi kerja perusahaan.
Pengukuran kinerja perusahaan dalam penelitian ini diukur melalui analisis rasio
keuangan perusahaan.
Menurut Sucipto (2003), kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil
banyak keputusan individual yang dibuat secara terus- menerus oleh manajemen.
Di dalam metode penilaian kinerja keuangan, perusahaan harus didasarkan pada
data keuangan yang dipublikasikan yang dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi
keuangan yang berlaku.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan
keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu pengukuran kinerja
keuangan berdasarkan laporan keuangan perusahaan.Analisis rasio keuangan
merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan.
Laporan keuangan umumnya menyediakan data mentah, dan
membutuhkan manajer keuangan untuk mengolahnya sehingga dapat menjadi
sebuah informasi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil
keputusan.
Analisis Laporan keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan
rasio-rasio keuangan. Rasio Keuangan merupakan “indeks yang menghubungkan dua
angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka
lainnya” (Van Horne, 2005: 202). Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi
kondisi dan kinerja perusahaan. Dari rasio keuangan ini akan terlihat kondisi
kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
Hasil rasio keuangan ini juga digunakan untuk menilai kinerja manajemen
dalam satu periode, apakah sudah mencapai target yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kemudian dapat juga menilai kemampuan manajemen dalam
memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.
Menurut Kasmir (2008 : 105) analisis keuangan suatu perusahaan, dengan
menggunakan rasio keuangan dapat digolongkan sebagai analisis:
1. Rasio neraca: yaitu rasio yang membandingkan angka-angka yang
hanya bersumber dari neraca
2. Rasio laporan laba rugi: yaitu rasio yang membandingkan angka-angka
yang hanya bersumber dari laporan laba rugi
3. Rasio antarlaporan: yaitu rasio yang membandingkan angka-angka dari
dua sumber (data campuran) baik yang ada di neraca, maupun yang ada
Teknik analisis keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan
sangat umum dilakukan oleh perusahaan, untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan saat ini . Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti
tertentu. Banyak peneliti membagi rasio keuangan dalam berbagai jenis rasio.
Bentuk- bentuk rasio keuangan menurut beberapa ahli adalah:
Menurut J. Fred Wetson (2004 :202), rasio keuangan ada tiga jenis yaitu:
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio), terdiri dari:
a) Rasio lancar (Current Ratio)
b) Rasio perputaran kas
c) Rasio utang terhadap kekayaan bersih
2. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio), yang terdiri dari:
a) Rasio laba bersih
b) Tingkat laba atas penjualan
c) Tingkat laba atas akuntansi
3. Rasio Efisiensi ( Activity Ratio),Terdiri dari:
a) Waktu pengumpulan piutang
b) Perputaran persediaan ( Inventory Turn Over)
c) Rasio aktiva terhadap nilai bersih (Total Asset Turn Over)
d) Rasio Perputaran investasi
James C Van Horne (2005:204) Mengemukakan empat bentuk rasio
keuangan yaitu:
a) Rasio lancar (Current Ratio)
b) Rasio sangat lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
c) Rasio Perputaran Kas
2. Rasio Leverage
a) Total utang dibandingkan dengan total aktiva atau rasio utang (Debt
Ratio)
b) Jumlah kali perolehan bunga (Times Interest Earned)
c) Lingkup arus kas (Cash Flow Coverage)
3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
a) Perputaran sediaan (Inventory Asset Turn Over)
b) Rata-rata jangka waktu penagihan/ perputaran piutang (Avarage
Collection Period)
c) Perputaran total aktiva (Total Asset Turn Over)
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
a) Margin laba bersih
b) Pengembalian investasi
c) Pengembalian ekuitas
Return On Asset (ROA) adalah salah satu rasio profitabilitas yang
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan. Return On Asset (ROA) merupakan pengukuran
kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan, semakin
tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan perusahaan. Return On Asset dapat
dihitung dengan membandingkan antara keuntungan setelah pajak (earning after
tax) dengan total aktiva.
ROA=��������� ℎ������ ℎ�����
��������� X 100 %
2.1.4 Rasio Aktivitas
Rasio aktivas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya, juga dapat
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber
daya perusahaan. Rasio aktivitas juga digukan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Rasio ini digunakan untuk mengukur hari rata-rata sediaan tersimpan
digudang, perputara modal kerja, perputara aktiva tetap dalam satu periode. Rasio
aktivitas diperoleh dengan cara membandingkan antara tingkat penjualan dengan
investasi dalam aktiva untuk satu periode
Secara umum, rasio aktivitas yang ada digunakan, akan mampu
memperlihatkan efektivitas perusahaan secara maksimal. Adapun jenis-jenis rasio
aktivitas (Van Horne 2005:211) yaitu:
Perputaran piutang (receivable turnover) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kualitas piutang perusahaan dan seberapa
berhasilnya perusahaan dalam penagihannya. Rasio ini menunjukkan
berapa kali piutang usaha telah berputar menjadi kas selama tahun
tersebut. Semakin tinggi perputan piutang suatu perusahaan maka semakin
pendek waktu antara penjualan kredit dan peagihan tunainya.
Untuk menghitung rasio kredit tahunan bersih dan nilai piutang
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran sediaan
=
Penjualan kredit tahunan bersih PiutangApabila rasio perputaran piutang suatu perusahaan rendah, ini
merupakan indikasi kurangnya kebijakan penagihan terhadap piutang
perusahaan dan sejumlah tagihan yang jatuh tempo masih berada dalam
catatan perusahaan. Demikian pula apabila perputaran piutang tinggi
berarti perusahaan bekerja secara efisien dalam penagihan piutang
perusahaan. Hal ini mengakibatkan tidak terjadi penumpukan modal pada
pihak lain berupa piutang.
2. Perputaran Sediaan
Perputaran sediaan merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini
berputar dalam satu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio
perputaran sediaan (inventory turn over). Dapat diartikan pula bahwa
barang sediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini, semakin
jelek demikian pula sebaliknya.
Untuk menghitung rasio perputaran sediaan dilakukan dengan dua
yaitu: pertama, membandingkan antara harga pokok barang yang dijual
dengan nilai sediaan, dan kedua, membandingkan antara penjualan dan
nilai sediaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran sediaan
=
PenjualanSediaan
Apabila rasio perputaran sediaan suatu perusahaan tinggi, ini
menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan
semakin baik. Demikian pula apabila perputaran sediaan rendah berarti
perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak
barang sediaan yang menumpuk. Hal ini mengakibatkan investasi dalam
pengembalian yang rendah.
3. Total Assets Turn Over
Total Asset Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan
mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
Rasio total assets turn over diperoleh dengan cara
membandingkan penjualan dengan total aktivaRasio ini memperlihatkan
seberapa efisien perusahaan menggunakan aktivanya untuk mengingkatkan
penjualannya dan mengindikasi perusahaan bekerja mendekati kapasitas (
Rasio Total Asset Turn over = Penjualan Total Aktiva
Bila rasio total asset turnover suatu perusahaan rendah hal ini berarti
perusahaan belum mampu memaksimalkan aktiva yang dimiliki. Dalam
hal ini perusahaan diharapkan untuk meningkatkan lagi pejnualannya dan
mengurangi sebagian aktiva yang kurang produktif.
Semakin tinggi rasio total asset turnoverberarti semakin efisien
penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan dengan
kata lain jumlah aset yang sama dapat memperbesar volume penjualan
apabila perputaran total aktivanya ditingkatkan atau diperbesar. Perputaran
taotal aktiva ini penting bagi para kreditur dan manajemen perusahaan
karena hal ini menunjukkan efisiensi penggunaan seluruh aktiva dalam
perusahaan (Syamsuddin, 2000:62).
2.1.5 Rasio Leverage (Hutang)
Hutang dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagaikewajiban
keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan kepada pihak lain. Hutang
digunakan perusahaan sebagai sumber dana eksternal untuk membiayai kebutuhan
yang diperlukan oleh perusahaan.
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain
yang harus dipenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber atau modal
hutang memilliki 3 (tiga) implikasi penting, yaitu (Brigham & Houston,
2006:101):
1. Dengan memperoleh dana melalui hutang, para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut sekaligus
membatasi investasi yang mereka berikan.
2. Kreditor akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri
sebagai suatu batasan keamanan sehingga semakin tinggi proporsi dari
jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham maka semakin kecil
risiko yang harus dihadapi kreditor
3. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai denga hasil
pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan maka pengembalian
dari modal pemilik akan diperbesar.
Rasio hutang merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan
dibiayai oleh hutang dan sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang
dipinjam (Van Horne, 2005:209). Rasio hutang dapat diukur dengan
menggunakan debt to asset ratio (rasio hutang terhadap aktiva) dan debt to equity
ratio (rasio hutang terhadap ekuitas).
a. Debt to Asset Ratio
Rasio ini menekankan peda peran penting pendanaan hutang bagi
perusahaan denga menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang
didukung oleh pendanaan hutang (Van Hornre, 2005:210). Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Debt to Asset Ratio=���������
Semakin tinggi debt to asset ratio maka semakin besar risiko keuangan
perusahaan, sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin rendah
risiko keuangan perusahaan. Hal tersebut diakibatkan oleh semakin besar
persentase pendanaan yang disediakan oleh ekuitas pemegang saham
sehingga semakin besar jaminan perlindungan yang didapat oleh kreditor
perusahaan.
b. Debt to Equity Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan
dengan modal sendiri. Rasio ini dihung dengan rumus sebagai berikut:
Debt to Asset Ratio= ���������
������ x 100%
Semakin rendah rasio ini maka semakin tinggi tingkat pendanaan yang
disediakan oleh pemegang saham sehingga perlingungan terhadap kreditor
akan semakin tinggi.
2.2 Penelitian Terdahulu
Annizti (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan
Rasio Modal Kerja dan Hutang dengan Rentabilitas Ekonomi Pada Industri Rokok
di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuanuntuk menganalisis hubungan
rasio modal kerja yang terdiri dari working capital turnover, receivable turnover,
inventory turnover,dan utang yang terdiri dari debt to equity ratio dan debt to
assets ratio dengan rentabilitas ekonomi pada industry Rokok di Bursa Efek
Indonesia.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel working capital turnover,
receivables turnover, inventory turnover memiliki hubungan yang positip dan
memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan dengan rentabilitas ekonomi
pada industry rokok di Bursa Efek Indonesia.
Falentina Hutagaol (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Rasio Likuiditas, Rasio Leverage dan Rasio Aktivitas terhadapa ROI Perusahaan
Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh current ratio, debt ratio,debt to equity ratio, fix ased
turnover, account receivabel turnover, inventory turnover terhadap retun on
investment pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial debt to equity ratio dan
inventory turnover berpengaruh signifikan terhadap ROI sedangkan current ratio,
debt ratio, fixed ased turnover, account receivabel turnover memiliki pengaruh
tidak signifikan terhadap ROI.
Rina G Silitonga (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Hubungan Efektivitas Modal Kerja dan Rasio Hutang dengan Rentabilitas ROI
pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh, working capital turnover, total assetturnoverdan
debt to assset ratio terhadap retun on investment pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwatotal asset
turnoverdan debt to assset ratio secara parsialberpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROI sedangkan working capital turnover memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap ROI.
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu (Erlina dan Sri Mulyani, 2007:28). Kerangka
konseptual akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
Kinerja keuangan perusahaandipengaharui oleh setiap kegiatan operasional
perusahaan tersebut. Perusahaan diharapkan dapat mengelola aktiva yang
dimilikinya untuk menghasilkan keuntungan dari setiap kegitan operasional yang
dilakukan.
Efektivitas merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh perusahaan
dalam peningkatan kinerjanya. Perputaran total aktiva perusahaan dapat mengukur
seberapa efektif perusahaan mengggunakan aktivanya untuk penjualan
perusahaan. Semakin tinggi tingkat perputaran tital aktiva perusahaan maka akan
semakin tinggi penjualannya dan tentunya memberikan peningkatan terhadap
profitabilitas perusahaan.
Sumber dana yang digunakan untuk membiayai kebutuhan perusahaan
berasal dari dalam dan luar perusahaan. Sumber dana dari dalam perusahaan
berasal dari hasil operasi berupa laba yang ditahan sedangkan sumber dana dari
luar perusahaan dapat berupa hutang dan modal sendiri .
Hutang adalah sumber pendanaan dari luar perusahaan berupa kewajiban
yang dibayarkan kepada kreditor. Rasio hutang dapat digunakan untuk mengukur
sejauh mana perusahaan menggunakan hutang untuk mendanai kebutuhan
yang dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi persentase hutang dalam membiayai
aktiva maka semakin besar jumlah modal yang digunakan dalam menghasilkan
keuntungan. Debt to equity ratio menunjukkan perbandingan antara hutang dan
ekuitas yang dimiliki perusahaan.
Rasio hutang menjelaskan indikasi umum tentang nilai kredit dan risiko
keuangan perusahaan (Van Horne, 2005:209). Semakin tinggi rasio hutang suatu
perusahaan maka risiko yang dimiliki perusahaan akan semakin tinggi tetapi di
sisi lain kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan akan semakin
tinggi jika perusahaan memiliki manajemen hutang yang baik.
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka dibuat
kerangka konseptual sebagai berikut :
Sumber: Van Horne (2005)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Return on Asset (Y) Perputaran Total Aktiva (�1)
Berdasarkan teori dan kerangka konseptual, penelitian ini akan
membangun hipotesis dalam menguji hubungan bagaimana masing-masing
variabel independen berhubungan dengan variabel dependen.
Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan berdasarkan latar belakang
dan tinjauan pustaka ini adalah sebagai berikut : “Perputaran total aktiva dan debt
to asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on asset pada
perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
penelitian asosiatif dengan hubungan kausal, sebab tujuan penelitian berusaha
menjelaskan hubungan sebab akibat dalam bentuk pengaruh antar variabel melalui
pengujian hipotesis. Menurut Rochaety,dkk (2009:17), penelitian asosiatif
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui pemanfaatan media internet dengan situs
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret 2013 sampai Juli 2013.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan data laporan keuanganperusahaan barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2008-2012.
3. Variabel Dependent (Y) adalah kinerja keuangan perusahaan yaitu
berupa return on asset (ROA).
3.4 Definisi Operasional
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.4.1 Variabel Independen (X)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah perputaran total aktiva dan
leverage.
1. Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover)(�1)
Rasio ini memperlihatkan seberapa efisien perusahaan menggunakan
aktivanya untuk mengingkatkan penjualannya dan mengindikasi perusahaan
bekerja mendekati kapasitas ( Brealey, 2006:79). Rasio ini dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Total Asset Turnover = ���������
����� ������x 100%
2. Debt to Asset(�2)
Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan hutang bagi
perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang
didukung oleh pendanaan hutang (Van Horne, 2005:210). Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Debt to Asset Ratio= ���������
3.4.2 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keungan perusahaan
yang diproyeksikan melalui Return on Asset (ROA). Return On Asset (ROA)
merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di
dalam perusahaan, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan
perusahaan. Return On Asset dapat dihitung dengan membandingkan antara
keuntungan setelah pajak (earning after tax) dengan total aktiva.
ROA=����� ���� ℎ������ ℎ�����
��������� X 100 %
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rasio. Dengan menggunakan laporan keuangan sebagai instrumen untuk
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa
orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya
atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009:103). Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
sebanyak 30 perusahaan.
Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan
kriteria tertentu (purposive sampling) dengan tujuan untuk mendapatkan sampel
yang representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Sampel yang
digunakan dalam penelitian adalah sampel yang memenuhi kriteria berikut :
1. Perusahaan barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2008
sampai dengan tahun 2012.
2. Perusahaan barang konsumsi dengan laporan keuangan yang
dipublikasikan dengan lengkap mulai tahun 2008 sampai dengan tahun
2012.
3. Perusahaan barang konsumsi memiliki laba bersih pada tahun 2008
sampai dengan tahun 2012.
Tabel 3.1
Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel
No Kriteria Sampel Jumlah
1 Perusahaan barang konsumsi yang go publ ic di BEI mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2012
30
2 Perusahaan barang konsumsi yang tidak mempublikasikan laporan keuangan mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2012
(5)
3 Perusahaan barang konsumsi yang mengalami rugi mulai
tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 (5)
Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas, maka penarikan sampel
penelitian diperoleh berjumlah 20 perusahaan dan perusahaan tersebut menjadi
sampel penelitian. Data perusahaan dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Daftar Perusahaan Barang Konsumsi yang Menjadi Sampel
No Kode Nama Perusahaan
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
2 DLTA Delta Djakarta Tbk
3 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
4 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
5 MYOR Mayora Indah Tbk
6 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk
7 SKLT Sekar Laut Tbk
8 STTP Siantar Top Tbk
9 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
10 GGRM Gudang Garam Tbk
11 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
12 INAF Indofarma Tbk
18 TCID Mandom Indonesia Tbk
19 UNVR Unilever Indonesia Tbk
3.7 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
yang digunakan berupa laporan tahunan dan informasi tambahan yang terdapat
dalam situs resmi Bursa Efek Indonesia.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan
mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku-buku referensi
untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data
sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia.
3.9 Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis yaitu analisis deskriptif
dan analisis regresi.
3.9.1 Analisis Deskriptif
Teknik analisis deskriptif adalah metode analisis dimana data- data yang
dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif
sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.
3.9.2 Metode Analisis Statistik
Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear
berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh perputaran total aktiva dan
asset(ROA) perusahaan barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2008-2012. Adapun persamaan regresi yang digunakan, yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan:
Y = Return on Asset
a = Konstanta
X1 = Perputaran Total Aktiva
X2 = Debt to Asset
b 1 = Koefisien regresi variabel X1
b 2 = Koefisien regresi variabel X2
e = Standard error
3.9.3 Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan bantuan program software SPSS 17.0 for
Windows (Statistic Product & Service Solution) dalam penelitian ini. Sebelum
melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan tidak bisa
dilakukan pengujian asumsi klasik. Adapun syarat Asumsi Klasik yang harus
dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai
berikut:
1. Uji Normalitas
Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas
data populasi. Hasil uji normalitas yang baik adalah bentuk distribusi normal
berada pada suatu garis lurus. Sedangkan jika titik-titik tersebut membentuk
seperti huruf S, maka menunjukkan bahwa data menjulur (skew) (Rochaety
et.al, 2009:104). Uji ini juga dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara
lain:
a. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov
Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang
garis diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut:
H0 = data residual berdistribusi normal
Ha = data rasidual tidak berdistribusi normal
Dengan menggunakan tingkat signifikan (�) 5%. Jika nilai Asymp.Sig
(2 tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual
berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig (2 tailed)< taraf nyata
(α), maka H0 diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal.
b. Pendekatan Histogram
Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal.
Kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu
diantaranya adalah mean, modus, dan median pada tempat yang sama.
Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama
“kemiringan kurva” atau “kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan
suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (arah kanan) dan bertanda
negatif (arah kiri).
PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x)
melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari
keduanya berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan
indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak
selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot
agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data
adalah menyebar normal.
2. Uji Heteroskedastisitas
Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians
dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas. Salah satu uji untuk mengetahui
heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual
pada diagram pencar (scatter plot). Analisis pada gambar scatter plot yang
menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas
(Nugroho, 2005:63) jika:
1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0
2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja
3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk bola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Uji ini juga dapat dilakukan melalui uji Glejser, yaitu dengan meregres
dari taraf nyata 5%, maka dianggap tidak terjadi masalah heteroskedastisitas,
dan begitu sebaliknya.
3. Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Gejala autokorelasi
dideteksi dengan menggunakan Durbin-Watson test. Untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson(DW)
dengan ketentuan sebagai berikut:
Kriteria pengambilan keputusan uji autokorelasi ditunjukkan pada
Tabel 3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Hipotesis nol Jika Keputusan
Tidak ada autokorelasi positif 0<DW<dL Ditolak Tidak ada autokorelasi positif DL< DW < dU No decision Tidak ada autokorelasi negatif 4-dL< DW < 4 Ditolak Tidak ada autokorelasi negatif 4-dU< DW <4-dL No decision Tidak ada autokorelasi, positif atau
negatif
dU < DW < 4-dU Tidak ditolak
Sumber: Situmorang dan Lufti (2011) Keterangan:
dL = Batas bawah dU = Batas Atas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara veriabel independen. Jika terjadi korelasi,
maka dikatakan terdapat masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pengujian
terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi
variabel dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan
sebagai berikut:
1. Bila VIF >5 terdapat masalah multikolinieritas
2. Bila VIF<5 tidak terdapat masalah multikolinieritas
3. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas
4. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas.
3.9.4 Pengujian Hipotesis
Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan
digunakan untuk menganalisis, yaitu melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:
1.Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
bebas secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:
H0:b1=�2=0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara
bersamaan dari perputaran total aktivadan debt to asset
ratio terhadap return on asset (ROA) perusahaan barang
Ha: minimal satu ��≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara
bersamaan dari perputaran total aktivadan debt to asset
ratio terhadap return on asset (ROA) perusahaan barang
konsumsi di Bursa Efek Indonesia
Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.F >
0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara
bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika
nilai sig. F < 0,05 maka Haditerima, artinya ada pengaruh yang signifikan
secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan
nilai Fhitung dan nilai Ftabel. Dimana kriterianya, yaitu:
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%
Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%
2.Uji Signifikansi Parsial (uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel
bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:
Perputaran Total Aktiva
H0 : b1 = 0, artinya perputaran total aktivatidak berpengaruh yang
signifikan terhadap return on asset (ROA) perusahaan
H0 : b1 ≠ 0, artinya perputaran total aktivaberpengaruh yang signifikan
terhadap return on asset (ROA) perusahaan barang
konsumsi di Bursa Efek Indonesia.
Debt to Asset
H0 : b2 = 0, artinya debt to asset ratio tidak berpengaruh yang signifikan
terhadap return on asset (ROA) perusahaan barang
konsumsidi Bursa Efek Indonesia.
H0 : b2 ≠ 0, artinya debt to asset ratio berpengaruh yang signifikan
terhadap return on asset (ROA) perusahaan barang
konsumsidi Bursa Efek Indonesia.
Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. t>
0,05 H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel
bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. t< 0,05 Ha diterima,
artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai ttabel.
Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:
H0 diterima jika- ttabel< thitung < ttabel pada α = 5%
3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan
besarnya variasi variabel terikat (dependent variable) yang dipengaruhi
oleh variasi variabel bebas (independent variable). Pengukuran besarnya
persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai
koefisien determinasi multiple R2 (koefisien determinan mengukur
proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas).
Apabila nilai R2 suatu regresi (mendekati satu), maka semakin baik
regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Gambaran Umum Pasar Modal Di Indonesia
Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal
atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun
1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda
untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Perkembangan pasar modal
Indonesia mengalami pasang dan surut, seirama dengan perjalanan Negara
Indonesia. Pada zaman penjajahan Belanda, misalnya, pasar modal Indonesia
pernah mengalami pasang. Kemudian, seiring dengan berakhirnya kekuasaan
Belanda di Indonesia, pasar modal juga mengalami kemunduran. Selanjutnya, saat
negara Indonesia mengalami kemelut (termasuk kesulitan ekonomi), pada tahun
1960-an, pasar modal juga tidak bisa menunjukkan aktivitas yang baik. Catatan
terakhir menunjukkan, pasar modal Indonesia mengalami masa pasang ketika
pembangunan ekonomi yang dilakukan sejak Orde Baru mulai menunjukkan hasil
pada ahir tahun 1980-an. Pada tahun 1997, ekonomi Indonesia dilanda krisis
moneter yang menyebabkan pasar modal juga terkena imbasnya.
Kegiatan perdagangan saham sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda,
yaitu ketika nama Indonesia masih Hindia Belanda. Kegiatan perdagangan efek
di Batavia (sekarang Jakarta) dimulai pada tanggal 14 desember 1912, Surabaya
Kegiatan ini ditutup ketika Perang Dunia II berlangsung (1940). Pada waktu itu,
perdagangan efek tidak terorganisasi dengan baik sehingga sulit untuk
mendapatkan data historis tentang kemajuan perdagangan.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan
seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Bursa
efek Indonesia memaparkan tentang perkembangan pasar modal di Indonesia
dalam situsnya
1. 14 Desember 1912: Bursa efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
pemerintah Hindia Belanda.
2. 1914-1918: Bursa efek di Batavia ditutup selama Perang Duni I.
3. 1925-1942: Bursa efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan bursa efek
di Semarang dan Surabaya.
4. Awal tahun 1939: Karena isu politik (Perang Dunia II) bursa efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
5. 1942-1952: Bursa efek di Jakarta di Jakarta ditutup kembali selama Perang
Dunia II.
6. 1952: Bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan Undang-Undang
Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman
(Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof. DR. Sumitro
Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan adalah Obligasi
7. 1956: Program nasionalisasi perusahaan Belanda, bursa efek mengalamai
kelesuan.
8. 1956-1977: Perdagangan di bursa efek mengalami kevakuman.
9. 10 Agustus 1977: Bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Suharto.
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dijalankan BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar
Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai hari berdirinya Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT
Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
10. 1977-1987: Perdagangan di bursa efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga
1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrument perbankan
dibandingkan instrument pasar modal.
11. 1987: Pemerintah mengeluarkan Paket Des 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum
dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
12. 1988-1990: Paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal
diluncurkan. Pintu Bursa Efek Jakarta (BEJ) terbuka untuk asing. Aktivitas
bursa terlihat meningkat.
13. 2 Juni 1988: Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) sedangkan organisasinya
terdiri dari broker dan dealer.
14. Desember 1988: Pemerintah mengeluarkan Paket Des 88 (PAKDES 88) yang
memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan
15. 16 Juni 1989: Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
16. 13 Juli 1992: Swastanisasi Bursa Efek Jakarta (BEJ). BAPEPAM berubah
menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai hari
berdirinya Bursa Efek Jakarta.
17. 22 Mei 1995: Sistem otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
18. 10 November 1995: Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun
1995 tentang pasar modal yang diberlakukan mulai Januari 1996.
19. 1995: Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
20. 2000: Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
21. 2002: Bursa Efek Jakarta (BEJ) mulai mengaplikasikan system perdagangan
jarak jauh (remote trading).
22. 2007: Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan berubah menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
23. 2 Maret 2009: Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek
4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Barang Konsumsi 1. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) didirikan pada tanggal 26 Januari 1990 dengan nama PT Asia Intiselera. Perusahaan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 1990.Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan Perusahaan meliputi usaha bidang perdagangan, perindustrian,
peternakan, perkebunan, pertanian, perikanan dan jasa. Sedangkan kegiatan usaha
entitas anak meliputi usaha industri mie dan perdagangan mie, khususnya mie
kering, mie instan dan bihun, snack, industri biskuit, permen, perkebunan kelapa
sawit, pembangkit tenaga listrik, pengolahan dan distribusi beras.
Kantor pusat Perusahaan berada di Jakarta. Lokasi pabrik mie kering,
biskuit dan permen terletak di Sragen, Jawa Tengah. Usaha perkebunan kelapa
sawit terletak di beberapa lokasi di Sumatera dan Kalimantan. Usaha pengolahan
dan distribusi beras terletak di Cikarang, Jawa Barat dan Sragen, Jawa Tengah.
Pada tanggal 14 Mei 1997, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Saham Perdana 45 juta saham
dengan nilai nominal Rp500,- per saham dan Harga Penawaran Rp950,- kepada masyarakat. Pada tanggal 11 Juni 1997, saham tersebut telah efektif dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) didirikan tanggal 15 Juni 1970 dan
memulai kegiatan usaha komersia
pabriknya berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat, Bekasi Timur – Jawa Barat.
Pabrik “Anker Bir” didirikan pada tahun 1932 dengan nama Archipel Brouwerij.
Dalam perkembangannya, kepemilikan dari pabrik ini telah mengalami beberapa
kali perubahan sehingga berbentuk PT Delta Djakarta pada tahun 1970.
DLTA merupakan salah satu anggota dari San Miguel Group, Filipina.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DLTA yaitu
terutama untuk memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam dengan
merek “Anker”, “Carlsberg”, “San Miguel”, “San Mig Light” dan “Kuda Putih”.
DLTA juga memproduksi dan menjual produk minuman non-alkohol dengan
merek “Sodaku”.
Pada tahun 1984, DLTA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK
untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham(IPO) Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 347.400 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan
harga penawaran Rp2.950,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Februari 1984.
3. PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indofood Sukses Makmur merupakan salah satu perusahaan yang
cikal bakalnya berasal dari PT Sarimi Asli Jaya pada tahun 1984 yang kemudian
bergabung dengan PT Sanmaru Food Manufacturing tahun 1984, PT Supermi
Indonesia pada tahun 1986 dan berhasil mengakuisisi PT Sari Pangan Nusantara
pada tahun 1989 yang kemudian berganti nama menjadi PT Pangan Jaya
Intikusuma pada tahun 1990 yang diprakarsai oleh Sudono Salim. Hingga
kemudian pada tahun 1994 PT Pangan Jaya Intikusuma berganti nama menjadi PT
Indofood Sukses Makmur Tbk.
Satu tahun kemudian PT Indofood Sukses Makmur Tbk berhasil
mengakuisisi sebuah perusahaan tepung skala nasional bernama Bogasari yang
dikenal dengan berbagai produk-produk unggulan diantaranya adalah tepung
beras Rosebrand, tepung terigu Kunci Biru, Segitiga Biru, Cakra Kembar,
Lencana Emas dan masih banyak lagi produk-produk unggulan dari Bogasari
lainnya.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk sendiri pada saat ini memiliki lebih dari
40 produk yang terbagi menjadi beberapa segmentasi dan divisi, diantaranya
yaitu:
1. Divisi Makanan Ringan (snack) dengan produk Chitato, Chiki, JetZ,
Qtela, Cheetos, Lays dan Trenz.
2. Divisi Mie Instan (noodles) dengan produk Indomie, Supermi, Sarimi,
Sakura, Pop Mie, Pop Bihun
3. Divisi Susu (dairy) dengan produk Indomilk, Cap Enaak, Tiga Sapi,
4. Divisi Penyedap Makanan (seasoning) dengan produk Bumbu Racik,
Freiss, Sambal Indofood, Kecap Indofood, Maggi, Piring Lombok,
Bumbu Instant Indofood
5. Divisi Nutrisi dan Susu Formula (nutrition) dengan produk Promina
dan SUN
6. Divisi Kemasan (packing)
Pada tahun 2005 PT Indofood Sukses Makmur Tbk membentuk
perusahaan kerjasama bersama dengan
sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan di wilayah Kalimantan
Barat yang kemudian diikuti oleh kepemilikan saham perusahaan Pacsari Pte yang
bergerak di bidang perkapalan sebesar 55% pada tahun 2006.Hingga tahun 2012
semester pertama, PT Indofood Sukses Makmur Tbk telah tercatat memiliki
penghasilan yang mencapai sebesar Rp 24,58 Trilyun atau naik sebesar 12,5%
pada tahun sebelumnya yang berkisar antara Rp 21 Trilyun. Dengan visi dan misi
menjadi salah satu perusahaan penghasil pangan terbesar, PT Indofood Sukses
Makmur Tbk kini telah bertransformasi menjadi salah satu perusahaan pangan
dengan penghasilan terbesar di Indonesia.
4. PT Multi Bintang Indonesia Tbk
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
nama N.V. Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen dan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 1929. Kantor pusat MLBI berlokasi di Talavera Office Park
pabrik berlokasi di Jln. Daan Mogot Km.19, Tangerang 15122 dan Jl. Raya
Mojosari – Pacet KM. 50, Sampang Agung, Jawa Timur.
MLBI adalah bagian dari Grup Asia Pacific Breweries dan Heineken,
dimana pemegang saham utama adalah Fraser & Neave Ltd. (Asia Pacific
Breweries) dan Heineken N.V. (Heineken) Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MLBI beroperasi dalam industri bir dan
minuman lainnya.
Pada tahun 1981, MLBI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK
untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) MLBI kepada masyarakat sebanyak 3.520.012 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
dengan harga penawaran Rp1.570,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Desember 1981.
5. PT Mayora Indah
PT Mayora Indah Tbk merupakan salah satu perusahaan produksi
pangan di Indonesia yang telah hadir sejak 17 Februari 1977. Semenjak
beberapa dekade, PT Mayora Indah Tbk yang awalnya hanya merupakan
industri biskuit rumahan telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan
besar dan berkembang pesat dengan merk-merk makanan yang dikenal baik
oleh masyarakat dan begitu laris di pasaran.
PT Mayora Indah Tbk yang merupakan produsen dari merk-merk
terkenal seperti minuman energi Energen, kopi Torabika, Astor, permen