• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN RUKUN TETANGGA PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK DAN RELIGIUSITAS REMAJA DI DUSUN KRAJAN DESA SUKOREJO KEC. SURUH KAB. SEMARANGTAHUN 2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MANAJEMEN RUKUN TETANGGA PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK DAN RELIGIUSITAS REMAJA DI DUSUN KRAJAN DESA SUKOREJO KEC. SURUH KAB. SEMARANGTAHUN 2018 - Test Repository"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

i

MANAJEMEN RUKUN TETANGGA

PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DALAM

MEMBINA AKHLAK DAN RELIGIUSITAS REMAJA

DI DUSUN KRAJAN DESA SUKOREJO KEC. SURUH

KAB. SEMARANGTAHUN 2018

SKRIPSI

DiajukanuntukMemperolehGelar

SarjanaPendidikan

Disusun Oleh :

TRI MURDIANTO

NIM.111-14-135

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap mahasiswa berikut ini:

Denganini kami mohon kepada Bapak Rektor IAIN Salatiga agar skripsi Saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikumWr.Wb.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Pendidikan Agama Islam (PAI)

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawahini:

Nama : TRI MURDIANTO

NIM : 111-14-135

Jurusan : Tarbiyah

Program : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi :Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islam

dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasi oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.

Salatiga, 13 September 2018 Yang menyatakan

(5)
(6)

vi

MOTTO

Dihadapan Allah SWT derajatkita semua sama, yang

membedakan adalah akhlakkita

.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahanda Suwardi dan ibunda Suparmi, yang selalu mendo’akan dengan tulus serta sabar merawat dan mencurahkan kasih saying yang tanpa henti

untuk penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Kakak tersayang EkoHardiyanto, Erni Wijayanti, Sri Suparsih, dan Nur Ali

yang selalu member motivasi sehingga terselesainya skripsi ini dengan

lancar.

3. Spesial kepada bapak Imam Mas Arum, M.Pd yang tidak henti-hentinya

membimbing dan meluangkan waktunya

4. Sahabat-sahabat terbaik saya, Mustofa, Ahmad Fitahun Niam, Saepul yusup,

Aswab Nasrudin Ma’ruf, Ratna Hidayati yang selalu member dukungan dan semangat.

5. Penyemangatku Devi Diana yang selalu mengingatkan untuk mengerjakan

skripsi ini.

6. Savana Record saudara Eko Haryanto yang memberikan motivasi terbaiknya

untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman Jurusan Tarbiyah Progdi. PAI angkatan 2014 yang setia

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi

beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup

para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia dari

masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya yang

lurus.

Skripsi yang berjudul “Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islam dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan Desa

Sukorejo Kec.Suruh Kab. Semarang Tahun 2018” ini, diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN ) Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan

yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.

Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada:

1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.,selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK)

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati., M. Ag., selaku Ketua Program Pendidikan Agama

(9)

ix

4. Bapak Imam Mas Arum, M. Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam

penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.

Semoga segala amal yang telah diperbuatakan menjadi amal saleh, yang akan

mendaptakan pahala yang berlipat dari Allah SWT, kelak dikemudian hari.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.yarabbal „alamin.

Salatiga, 30 Agustus 2018

Yang menyatakan

(10)

x ABSTRAK

Murdianto, Tri. 2018. Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islam dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.

Kata kunci: Manajemen Rukun Tetangga, Akhlak dan Religiusitas Remaja

Tujuan Penelitian ini adalah untuk 1). Mengetahui bentuk Manajemen Rukun Tetangga di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018 untuk 2).Bentuk Akhlak dan Religiusitas para Remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.3).Faktor penghambat dan pendukung Manajemen Rukun Tetangga dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.

Penelitian ini adalah merupakan penelitian lapangan. Dan menggunakan pendekatan kualitatif. Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, penelitian yang menjelaskan realitas yang ada di lapangan kemudian menganalisisnya dengan cara memaparkan atau mendeskripsikan dengan kata-kata atau kalimat.

Objek dan Lokasi penelitian ini adalah seluruh tokoh masyarakat, tokoh agama, pengurus RT/RW dan para remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang, sedangkan waktu penelitian dimulai tanggal 13 Juli 2018 -12 Agustus 2018.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

LEMBAR BERLOGO ………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iv

HALAMAN PERNYATAAN ………. v

HALAMAN MOTTO ……….. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... vii

KATA PENGANTAR ………. viii

ABSTRAK ……… ix

DAFTAR ISI ……… x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 5

C. Tujuan Penelitian ………. 6

D. Manfaat Penelitian ……… 6

E. Penegasan Istilah ……….. 7

F. Sistematika Penulisan ………... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Manajemen ………. 11

1. Pengertian Manajemen ……….. 11

2. Fungsi-fungsi Manajemen ………. 12

3. Unsur-unsur Manajemen ……… 13

B. Rukun Tetangga ……… 14

1. Definisi Rukun Tetangga ……… 14

2. Tugas Pokok………... 15

(12)

xii

4. Syarat Menjadi Pengurus Rukun Tetangga ……… 18

5. Permasalahan Yang Sering Terjadi ……… 19

C. Pembinaan Remaja ………... 21

D. Remaja 1. Pengertian Remaja ……….. 25

2. Remaja dan Permasalahannya ………. 26

3. Perlunya Pembinaan Remaja ……….. 28

4. Fungsi Agama Bagi Remaja ……… 31

E. Akhlak 1. Pengertian Akhlak ……… 31

2. Macam-macam Akhlak ……… 32

3. Materi Akhlak ………. 35

4. Dasar dan Tujuan Akhlak ……… 39

5. Factor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak …………. 40

F. Religiusitas 1. Definisi Religiusitas ………. 43

2. Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas ………. 44

3. Fungsi Religiusitas ………... 45

4. Dimensi Religiusitas ……… 46

5. Kriteria Orang Yang Mampu Menerapkan aspek Religisuitas …. 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……… 52

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 52

C. Sumber Data ………. 52

D. Instrument Penelitian ……… 53

E. Prosedur Pengumpulan Data ……… 55

F. Analisis Data ……… 57

(13)

xiii BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

1. Deskripsi Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang ………….. 62 a. Kondisi Geografis ………. 62 b. Kondisi Demografis ……….. 63 B. Analisis Data

2. Bentuk Manajemen Rukun Tetangga di Dusun Krajan Desa

Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang………. 83 3. Kondisi Akhlak dan Religisuitas Remaja di Dusun Krajan Desa

Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang ……… 89 4. Faktor Penghambat dan Pendukung Manajemen Rukun Tetangga

Dalam Membina Akhlak Remaja……… 94.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……… 95

B. Saran ……….. 96

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sesungguhnya tujuan utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan

akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral,

jiwa yang bersih, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban

dan pelaksanaannya, menghormaati hak-hak manusia, tahu membedakan baik

dengan buruk, menghindari suatu perbedaan yang tercela dan mengingat Tuhan

dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan (Al-Abrasyi,1984:103). Sewaktu

Allah SWT hendak memuji Nabi-Nya, berfirmandalamQ.S. Al-Qolam Ayat : 4:

Artinya : “Sesungguhnya engkau memiliki moral dan akhlak yang tinggi”

(Departemen Agama, 1989:960).

Oleh karena itu Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

mengutus sseorang Nabi untuk kelangsungan ajaran-ajaran akhlak yang telah

dibawa oleh Nabi-nabi terdahulu, demi menjaga kelangsungan hidup dari

kepunahan akibat dari rusaknya akhlak pada zaman itu. kita ingat betapa rusaknya

bangsa Arab jahiliyah sebelum kedatangan Nabi SAW, yang tidak saja melanda

kalangan rakyat jelata, bahkan lebih parah lagi melanda kaum bangsawan.

(15)

2

dan perampokan dengan kekerasan, pertumpahan darah, menjadi bagian hidup

mereka sehari-hari. Untuk itu seluruh ajaran Nabi Muhammad SAW secara

ringkass dan padat dinyatakan bahwa semua adalah untuk menyempurnakan

akhlak. Dengan demikian, maka akhlak adalah sangat penting artinya dalam

kehidupan manusia agar dalam setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukannya

itu sesuai dengan-Nya, sehingga menjadi sia-sia dan sesat. Akhlak juga sangat

penting artinya agar manusia memiliki bahan dan pedoman dalam pembinaan

dirinya untuk mencapai kepribadian yang utama dan mulia.

Dalam realitas kehidupan sehari-hari, banyak orang-orang yang melakukan

kejahatan baik yang bersifat kriminal maupun bersifat kejahatan ekonomi seperti

korupsi, penipuan dan lain-lain. Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh

orang-orang bodoh saja, tetapi juga dilakukan oleh orang-orang-orang-orang pintar dan berpangkat

tinggi. Seperti halnya kalau kita mau mencermati lebih jeli lagi, maka akan sangat

terasa sekali bagi kita akan adanya gejala kemerosotan akhlak, serta sudah mulai

menguburnya nilai-nilai budi pekerti (akhlak) didalam suatu masyarakat baik di

desa-desa terlebih lagi di kota-kota besar. Mulai dari minum-minuman keras,

narkotika maupun obat-obatan terlarang lainnya sampai dengan tindakan kriminal

yang berupa pencurian, perampokan, penodongan, pemerkosaan dan lain

sebagainya.

Kriminalitas itu pada umumnya merupakan kegagalan dari sistem

(16)

3

seseorang mengendalikan emosi-emosi primitif untuk disalurkan pada perbuatan

yang bermanfaat (Kartono, 1995:227).

Tindak kriminal ini lebih banyak dilakukan oleh pemuda-pemuda

tanggung usia pubertas (remaja), adapun dorongan yang menstimulir aktivitas

mereka adalah sebagai berikut :

1. Impulsif bergiaat atau dinamisme anak muda

2. Keinginan mengetest kemampuan dan kekuatan sendiri

3. Nafsu untuk mendapatkan pengakuan atas aku-Nya anak muda

4. Keinginan untuk kelihatan menonjol dan sebagainya (Kartono, 1995:226).

Ditinjau daari segi kehidupan masyarakat di Dusun Krajan Desa Sukorejo

Kec. Suruh Kab. Semarang ini sangat heterogen, mulai dari pekerjaan sampai

dengan tingkat pendidikannya. Pada umumnya pendidikan para remaja di Dusun

Krajan Desa Sukorejo adalah tamatan SD dan SMP, sehingga dengan modal skill

yang kurang akhirnya rata-rata dari mereka berprofesi sebagai buruh, petani dan

buruh serabutan. Banyak juga di antara mereka yang masih pengangguran,

pekerjaannya hanya nongkrong-nongkrong dan seringkali melakukan hal-hal yang

meresahkan masyarakat,seperti mabuk-mabukan, mencuri bahkan suka

mengganggu anak-anak gadis yang lewat dan sebagainya.

Melihat kondisi para remaja tersebut, kita tahu bahwa masa remaja adalah

masa peralihan diantara masa anak-anak dan masa dewasa, dimana anak-anak

mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak

(17)

4

pula orang dewasa yang telah matang. Masa ini mulai kira-kira pada umur 13

tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun (Daradjat, 2001:96). Menurut Zakiah

Daradjat mengenai batas usia remaja ini sangat sulit menemukannya dan belum

ada kesepakatan antara ahli ilmu pengetahuan, karena hal itu tergantung kepada

keadaan masyarakat dimana remaja itu hidup. Sedang usia remaja yang hampir

disepakati oleh banyak ahli jiwa ialah umur antara 13 dan 21 tahun (Daradjat,

2001:110).

Suatu keadaan jiwa yang dapat dipastikan tentang remaja adalah penuh

kegoncangan. Dan untuk menghadapi kegoncangan jiwanya yang terjadi akibat

perkembangan dan berbagai faktor yang harus mereka hadapi dalam umur yang

sangat banyak dihadapkan kepada berbagai tantangan itu ialah dengan

pengetahuan agama terutama masalah akhlak. Diantara ciri-ciri para remaja

tersebut ialah jiwanya yang massih labil dan penuh dengan kegoncangan, mereka

mulai gelisah dan tak tenang, malah kadang-kadang menentang orang tua yang

mengasihinya (Soen Liang, 1999:95).

Mengingat kondisi para remaja tersebut di atas, maka peran pemimpin

sebuah lingkungan Dusun sangat berpengaruh sebagai pengkontrol pada

tingkahlaku Akhlak Remaja yang menyimpang. Dan akhirnya ketua Rukun

Tetangga memberikan program kerja yang berkaitan dengan religiusitas antara

lain : Al Barjanji, pembacaan Yasin, Tahlil dan terkadang mendatangkan ustadz

untuk memberikan siraman rohani kepada para remaja di dusun tersebut. Untuk

(18)

5

sejauhmana peranan ketua rukun tetangga dalam pembinaan akhlak dan

religiusitas para remaja yang akan penulis tuangkan dalam judul:

“Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islamdalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atasrumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana bentuk Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islam di

Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018?

2. Bagaimana kondisi Akhlak dan Religiusitas para Remaja di Dusun Krajan

Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018?

3. Apa faktor penghambat dan pendukung Manajemen Rukun Tetangga dalam

Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo

Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui bentuk Manajemen Rukun Tetangga di Dusun Krajan Desa

Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.

2. Untuk mengetahui kondisi Akhlak dan Religiusitas para Remaja di Dusun

(19)

6

3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung Manajemen Rukun

Tetangga dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan

Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik dari segi teoritis

maupun praktis yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan khususnya kajian mengenai betapa pentingnya Manajemen Rukun

Tetangga dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi Instansi Pemerintahan Desa terkait gambaran

perilaku Remaja dalam wilayah dusun di tingkat Rukun Tetangga (RT),

untuk dilakukan pembinaan secara intensif.

b. Dapat menumbuhkan perspektif baru dalam rangka mencari relevansi

langkah dalam keberhasilan menanamkan pendidikan akhlak al Karimah

dan religiusitas terutama penanaman pada jiwa remaja.

c. Bagi penulis sendiri, dapat digunakan untuk mengembangkan disiplin ilmu

(20)

7 E.Penegasan Istilah

1. Manajemen

Dalam bahasa arab, istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau

at-tanzhim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan

penempatan segala sesuatu pada tempatnya. Sedangkan secara terminologi

menurut Robert Kritiner mendefinisikan manajemen adalah sebagai suatu

proses kerja melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam

lingkungan yang berubah (Munir dan Wahyu llaihi, 2006: 9-10).

Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa inggris,

management, berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Artinya

manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau

kelompok dalam upanya-upanya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.

Ridwan mendefinisikan manajemen adalah proses merencanakan

mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota

organisasi dan untuk menggunakan semua sumber daya organisasi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Kusnawan, 2009: 7). Dengan kata lain,

melalui manajemen yang baik, suatu pekerjaan dapat dilalui dengan efektif dan

efisien. Efektif bermakna sebagai kemampuan untuk menentukan tujuan yang

memadai (melakukan hal yang tepat). Sedangkan efisien bermakna untuk

meminimalkan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi (melakukan

(21)

8 2. Rukun Tetangga

Rukun Tetangga (RT) adalah pembagian wilayah di Indonesia di

bawah Rukun Warga. Rukun Tetangga bukanlah termasuk pembagian

administrasi pemerintahan, dan pembentukannya adalah melalui musyawarah

masyarakat setempat dalam rangka pelayanan kemasyarakatan yang ditetapkan

oleh Desa atau Kelurahan. Rukun Tetangga dipimpin oleh Ketua RT yang

dipilih oleh warganya. Sebuah RT terdiri atas sejumlah rumah atau KK (kepala

keluarga). Dalam sistem birokrasi di Indonesia, biasanya RT (Rukun Tetangga)

berada di bawah RW (Rukun Warga).

Rukun tetangga merupakan organisasi masyarakat yang diakui dan

dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai

kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan dan

kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran tugas

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di desa dan kelurahan.

Setiap RT banyaknya terdiri dari 30 KK untuk desa dan

sebanyak-banyaknya 50 KK untuk kelurahan yang dibentuk (Permendagri No.7/1983

tentang Pembentukan RT dan RW).

3. Pembinaan Akhlak Remaja

Pembinaan dan akhlak Remaja berarti suatu kegiatan yang

dilaksanakan dalam rangka memperbaiki akhlak Remaja. Pembinaan akhlak

sendiri merupakan tumpuan perhatian utama dalam ajaran Islam. Hal ini dapat

dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang telah

(22)

9 4. Religiusitas

Religi : kata religi atau reliji, berasal dari kata religie (Bahasa

Belanda), atau religion (bahasa Inggris), masuk ke dalam perbendaharaan

bahasa Indonesia di bawah oleh orang-orang barat (Belanda dan Inggris) yang

menjajah Indonesia dan Nusantara dengan membawa dan sekaligus

menyebarkan agama Kristen dan Katholik. Kata religi atau religion itu sendiri

berasal dari bahasa Latin, yang berasal dari kata relegere atau relegare. Kata

relegare mempunyai pengertian dasar “berhati-hati”, dan berpegang pada norma-norma atau aturan secara ketat. Dalam arti bahwa religi tersebut

merupakan suatu keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma hidup yang harus

dipegangi dan dijaga dengan penuh perhatian, agar jangan sampai menyimpang

dan lepas.

F.Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini, penulis mengajukan pembahasan dari beberapa bab

yang berisi tentang keterkaitan tentang studi kasus yang penulis teliti, penulis

memberikan gambaran sebagai berikut:

Pada Bab I berisi Pendahuluan, yang memuat: Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah dan

Sistematika Penulisan.

Pada Bab II Kajian Pustaka, yang pertama berisi Landasan Teori: yang

memuat definisi Manajemen Rukun Tetangga, Tugas Pokok, Hak Kewajiban

(23)

10

Definisi Akhlak Remja dan definisi Religiusitas Remaja. Kedua berisi Kajian

Pustaka (berisi penelitian terdahulu:persamaan dan perbedaanya).

Pada Bab III Metode Penelitian, pada bab ini berisi, pertama yaitu Jenis

Penelitian, kedua yaitu Lokasi dan Waktu Penelitian, ketiga yaitu Sumber Data,

keempat yaitu Prosedur Pengumpulan Data, kelima yaitu Analisis Data dan

keenam adalah Pengecekan Keabsahan Data.

Sedangkan Bab IV berisi Paparan dan Analisis Data, Bab V berisi

(24)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A.Konsep Manajemen

1. PengertianManajemen

Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa inggris,

management, berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Artinya

manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau

kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.Dalam

bahasa arab, istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau at-tanzhim,

yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan

penempatan segala sesuatu pada tempatnya.

Robert Kritiner dalam Munir dan Wahyu llaihi (2006:

9-10)mendefinisikan manajemen adalah sebagai suatu proses kerja melalui orang

lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah.

Sedangkan Ridwan mendefinisikan manajemen adalah proses merencanakan

mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota

organisasi dan untuk menggunakan semua sumber daya organisasi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Kusnawan, 2009: 7).

Dengan kata lain, melalui manajemen yang baik, suatu pekerjaan

dapat dilalui dengan efektif dan efisien. Efektif bermakna sebagai kemampuan

untuk menentukan tujuan yang memadai (melakukan hal yang

tepat).Sedangkan efisien bermakna untuk meminimalkan sumber daya dalam

(25)

12

Manajemen adalah suatu proses atau kerja, yang melibatkan

bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan

organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu

kegiatan, pelaksananya adalah “managing” pengelolaan, sedangkan pelaksananya disebut manager atau pengelola (George R. Terry dan Leslie W.

Rue, 2005: 1).

2. Fungsi-Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen menurut Wahjosumidjo (2005:82-83), sebagai

berikut:

a. Planning : menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu

masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai

tujuan-tujuan itu.

b. Organizing : mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting

dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

c. Actuating : adalah merupakan penggerakan anggota kelompok sedemikian

rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai

sasaran-sasaran usaha yang diinginkan. Actuating merupakan fungsi manajemen

yang secara langsung berusaha merealisasikan programprogram yang telah

direncanakan dan diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga aktifitasnya

senantiasa berhubungan dengan masalah kepemimpinan, dan menggerakkan

sumber daya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.

d. Controling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah

(26)

13

sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan kejalan yang benar dengan

maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan semula.

3. Unsur-unsur Manajemen

Adapun unsur-unsur manajemen menurut Wahjosumidjo (2005:85),

antara lain:

a. Manusia

Manusia yang menjadi pelaku dan ia pulalah yang menetapkan

tujuan didalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Jadi faktor manusia adalah mutlak, tidak akan ada manajemen

tanpa adanya manusia karena manusialah yang merencanakan, melakukan,

menggunakan dan merasakan hal yang berkaitan dengan manajemen.

b. Uang

Uang adalah sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai, sangat

diperlukan untuk mencapai suatutujuan disamping manusianya. Jadi uang

sangat berpengaruh besar dalam kehidupan manusia ataupun manajemen.

c. Method (Cara-cara kerja)

Method adalah cara melaksanakan suatu tujuan guna mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Cara kerja (metode) yang tepat

sangat menentukan kelancaran jalannya roda manajemen dalam suatu

organisasi, sebab dengan cara yang ditata dengan baik, maka akan

menghasilkan produk yang baik pula sehingga tujuan tercapai dengan

(27)

14 d. Bahan-bahan atau Perlengkap

Faktor material ini sangat penting, karena manusia tidak dapat

melaksanakan tugasnya tanpa didukung oleh kelengkapan alat. Sehingga

dalam proses pelaksanaan kegiatan oleh organisasi tertentu perlu disiapkan

bahan perlengkapan apa yang dibutuhkan.

B.Rukun Tetangga

1. Definisi Rukun Tetangga

Rukun Tetangga (RT) merupakan organisasi terkecil dalam struktur

pemerintahan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berfungsi

untuk mengelola kepentingan warga dilingkungannya sekaligus berfungsi

sebagai kepanjangan tangan Pemerintah daerah setempat. Tidak ada batasan

jumlah minimal warga yang dapat dikelola oleh RT. Selama masih dapat

dikoordinasikan dan berjalan dengan efektif dan semua warga sepakat dengan

batas wilayah kepengurusannya, maka keberadaan RT dapat dianggap sah dan

diakui oleh Pemerintah daerah setempat.

Rukun Tetangga berada di bawah Rukun Warga. Rukun tetangga

bukanlah termasuk pembagian administrasi pemerintahan, dan

pembentukannya adalah melalui musyawarah masyarakat setempat dalam

rangka pelayanan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh kelurahan serta

dipimpin oleh Ketua RT.

2. Tugas Pokok

Tugas Pokok RTmenurut Wahjosumidjo (2005:88-89) yaitu:

a. Melancarkan pelayanan masyarakat, dalam hal ini meningkatkan kinerja

(28)

15

b. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berlandaskan Pancasila dan UUD

1945.

c. Memaksimalkan peran serta masyarakat dengan gotongroyong maupun

swadaya dan kegiatan-kegiatan lainnya.

d. Mendorong stabilitas nasional dari susunan paling kecil di dalam

masyarakat dengan menjaga keamanan serta ketertiban wilayah tersebut.

e. Menjadi sarana penghubung yang paling dekat antara masyarakat dan

pemerintah dan secara langsung berhubungan dengan masyarakat.

f.Memberikan informasi dan penjelasan kepada masyarakat atas program

pemerintah.

g. Mendukung pelaksanaan program pemerintah dengan mendorong

masyarakat untuk ikut serta melakukan dukungan dan partisipasi.

h. Membina warga untuk meningkatkan kualitas hidup dalam wilayah tersebut

Disamping itu RT memiliki wewenang untuk menjaga keamanan

lingkungan sekitar, RT juga harus melalukan tugas, fungsi dan hak sebagai

pengurus, agar lingkungan sekitat bisa aman dan sejahtera dengan adanya RT

yang melakukan tugasnya dengan baik.Berikut adalah penjelasan mengenai

tugas, fungsi dan hak pengurus RT dan RWmenurut Wahjosumidjo

(2005:90-92)yaitu:

1) Tugas :

a) Melaksanakan tugas pokok RT dan RW.

b) Melaksanakan musyawarah serta mengambil keputusan dari musyawarah

(29)

16

c) Menerima masukan masyarakat serta memprosesnya dengan melakukan

penyusunan rencana berdasarkan keinginan masyarakat untuk

selanjutnya diproses apakah layak untuk ditindaklanjuti.

d) Membina warga setempat agar hidup dalam kekeluargaan.

e) Membantu dalam pelayanan masyarakat yang menjadi tugas pemerintah

daerah.

f) Membuat laporan atas keberlangsungan kehidupan warga yang sekiranya

perlu dilaporkan.

g) Membuat laporan atas kegiatan organisasi secara berkala

2) Fungsi :

a) Membuat data penduduk akan survey tertentu yang diperlukan sebagai

arsip desa atau kelurahan.

b) Menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan tertentu.

c) Membuat gagasan berdasarkan aspirasi warga.

d) Melakukan koordinasi atas masyarakat serta organisasi itu sendiri.

e) Mengurus fasilitas masyarakat.

f) Menjamin hubungan antarwarga dan Pemerintah Desa atau Kelurahan.

3) Hak :

a) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada kepala desa atau lurah

berdasarkan musyawarah dan masukan dari warga

b) Memilih dan dipilih sebagai pengurus.

c) Memberikan kritik maupun masukan atas keputusan yang dilakukan oleh

(30)

17 3. Tujuan pembentukan RT

Tujuan pembentukan Rukun Tetanggamenurut Wahjosumidjo

(2005:94) sebagai berikut :

a. Melestarikan nilai-nilai budaya gotongroyong di masyarakat.

b. Memelihara nilai-nilai kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Membantu serta meningkatkan kinerja pemerintah di wilayah desa atau

kelurahan.

d. Meningkatkan kelancaran pelayanan masyarakat dalam wilayah desa atau

kelurahan.

e. Menjadi sarana untuk menunjang kesejahteraan masyarakat dengan

mengembangkan potensi swadaya masyarakat yang ada.

4. Syarat Menjadi Pengurus RT

a. Warga Negara Indonesia dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Taat kepada UUD 1945 serta Pancasila dan taat kepada negara dan

pemerintah

c. Tidak pernah memiliki keterlibatan kepada organisasi terlarang dan

memiliki perilaku yang baik, jujur, tegas, adil, serta berwibawa

d. Sehat jasmani dan rohani serta dapat membaca dan menulis

e. Tidak memiliki permasalahan yang berkaitan dengan lembaga hukum

f. Telah tinggal dalam wilayah tersebut selama minimal 6 bulan secara

berkelanjutan

g. Terdaftar pada KK dan berusia 17 tahun ke atas atau pernah menikah dan

memenuhi syarat di atas

(31)

18 5. Permasalahan yang sering terjadi

a. Pada praktiknya, bisa dilihat bahwa sebenarnya di pedesaan yang terletak

jauh dari kota besar, fungsi RT maupun RW sebenarnya tidak terlalu

terlihat. Karena masyarakat akan dengan mudah terhubung langsung

dengan kepala desa atau lurah.

b. Namun, untuk kota-kota besar memang peran RT dan RW cukup jelas.

Untuk membuat SIM, KTP, surat pindah, surat keterangan miskin, dll

biasanya kita akan memerlukan surat pengantar. Dan surat pengantar

resmi tersebut memerlukan tanda tangan dari Ketua RT. Bahkan untuk

membuat surat keterangan berkelakuan baik pun harus memiliki

pengantar dari RT. Jadi bisa dilihat bahwa ternyata peran dari RT itu

besar.

c. Ternyata peran RT dan RW cukup terbatas pada aturan-aturan yang

mutlak seperti dalam hal pendataan warga, tanda tangan surat-surat

penting, maupun memberikan informasi jika ada program tertentu yang

perlu disebarkan kepada masyarakat. Walaupun akhir-akhir ini jika ada

kegiatan gotongroyong hanya akan disiarkan melalui masjid setempat.

d. Sayangnya organisasi masyarakat lebih terfokus pada misi-misi tertulis

dalam peraturan. Apa yang disebut dengan damai dan aman adalah ketika

masyarakat diam dan tidak terjadi masalah. Namun, tidak ada usaha yang

dilakukan untuk mencegah adanya permasalahn yang mungkin saja akan

terjadi di dalam lingkungan tersebut.

e. Masyarakat masih lebih senang untuk bergosip dan melakukan candaan

(32)

19

mereka sendiri dan seharusnya RT maupun RW mengerti bahwa hal

tersebut merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dan ditangani.

f. RT dan RW melakukan fungsi mereka tanpa mengkaji ulang hal-hal yang

sekiranya perlu mereka lakukan. Namun, keadaan yang menunjukkan

realita saat ini semakin kritis. Masyarakat perlu bergerak dan

memperbaiki diri serta lingkungan hidupnya. Bukan hanya kejahatan tapi

juga lingkungan.

g. Banyak sungai yang tercemar dengan sampah rumah tangga, mengapa

tidak ada tindakan? Jika warga memang terus membandel, teruslah juga

menjadi anggota lembaga masyarakat yang bandel untuk melawan

mereka. Terus berikan masukan dan pengarahan kepada masyarakat agar

menjaga lingkungan hidupnya, bukan untuk orang lain tapi untuk diri

mereka sendiri dan orang-orang yang mereka sayangi.

h. Jika ada program tertentu, berikan penyuluhan. Jika pemerintah memiliki

program relokasi warga di perumahan kumuh misalnya, berikan

informasi yang jelas agar warga bisa meningkatkan kualitas hidupnya.

i. Jika banyak warga kota yang tinggal secara ilegal tanpa KTP, berikan

informasi kepada mereka bahwa RT mauun RW bersedia membantu

mereka. Menunjukkan kepada warga bahwa mereka diberikan

kemudahan dan fasilitas oleh negara adalah apa yang seharusnya

(33)

20 4. Pembinaan Remaja

Pembinaan Akhlak dan budi pekerti bagi anak-anak remaja sangat

penting diterapkan di sekolah, . karena adanya pelajaran Akhlak dan Budi

pekerti yang di praktikan di sekolah dapat merubah perilaku yang lebih baik

bagi anak-anak remaja. Berikut sikap dan perbuatan remaja menurut

Wahjosumidjo (2005:99)yang perlu pembinaan untuk kehidupan yang lebih

baik di antaranya:

a. Kejujuran

Kejujuran merupakan kunci keselamatan bagi anak-anak remaja,

karena dengan kejujurannya berterus terang kepada kedua orang tuanya

dalam hal pergaulannya sehingga orangtuanya dengan mudah dapat

memonitoring kegiatan anaknya dalam pergaulannya dengan anak-anak

remaja lainnya, apakah anaknya bergaul dilingkungan anak-anak remaja

yang baik ataukah tidak.

Oleh sebab itu Kejujuran adalah merupakan suatu hal yang

sangat penting diterapkan kepada anak remaja semasa sekolah, yaitu

kejujuran terhadap kedua orangtuanya dan kejujurannya terhadap guru di

sekolahnya,. Karena dengan Kejujurannya dapat menentukan kehidupan

yang lebih baik, baik dalam pergaulan dengan anak-anak remaja seusiannya

maupun dengan yang lainnya., sehingga dapat terhindar dari pergaulan

bebas yang menyalahgunakan narkotika, dan lain-lain.

Mengapa anak-anak remaja sampai terjadi menjadi pecandu

narkotika dan ikut-ikutan Geng antar remaja. Hal ini karena akibat dari

(34)

21

setiap kali keluar rumah anak remaja tersebut selalu berbohong kepada

kedua orangtuianya, tanpa menyebuitkan dengan jelas kemana arah dan

tujuannya dalam pergaulannya selama di luar rumah.

b. Sopan Santun

Sopan santundalam ucapan dan sopan santun dalam perbuatan,

Etika pergaulan yaitu sopan santun dengan sopan santun seseorang

terlihat bersikap ramah dan tidak sombong.

Bagaimana tata cara sopan santun bagi murid di sekolah, apakah

diterapkan sebagai pelajaran di sekolah? karena Praktek Etika pergaulan dan

sikap sopan santun sangat penting diajarkan kepada semua murid

bagaimanana berlaku sikap murid terhadap kedua orang tuanya dan terhadap

guru-guru di sekolahnya. Hal ini perlu diajarkan pada setiap siswa & siswi

bagaimana cara menjawab pertanyaan dengan yang sopan terhadap kedua

orang tuanya dan berlaku santun dalam berkata-kata merupakan inilah ciri

kepribadiaannya yang baik, karena selama ini banyak anak-anak remaja

kalau orang tuanya bertanya, sang anak menjawab” seenaknya saja

“Mama tidak perlu tau urusan anak remaja! ” kita-kata kasar anak terhadap orangtuanya, karena tidak ada praktek berkata-kata yang sopan dan santun

di sekolah.

Penerapan system kejujuran dan pembinaan akhlak kepada semua

siswa dan siswi di sekolah merupakan landasan kehidupan masa depan

anak-anak remaja karena sangat berrguna bagi kemajuan bangsa dan negara.

(35)

22

Seorang remaja harus berbicara dengan akal sehat, harus bicara

dengan benar dan bijaksana. Banyak berzikir dan berdoa lebih diutamakan

daripada membicarakan keburukan orang lain.

d. Pandai menggunakan waktu

Seorang remaja pantang membuang waktu untuk bermain dan

melakukkan hal yang tak berguna. Seorang remaja lebih baik menggunakan

waktunya untuk beribadah, membaca Al-Qur’an dan mengaji, daripada nongkrong, nonton film atau begadang.

e. Jangan banyak melamun dan berkhayal

Remaja yang kuat adalah selalu ingat akhirat dan bekerja keras.

Sebaliknya, muslim yang lemah adalah yang hanyut karena nafsu dan suka

berkhayal.

f.Memilih teman bergaul yang baik

Seorang remaja hendaknya memilih teman yang baik akhlaknya,

berbudi luhur, taat pada ajaran Islam, meskipun dari keluarga miskin dan

bukan atas dasar kekayaan.

g. Menuntut ilmu sebagai ibadah

Dalam menuntut ilmu hendaknya jangan bertujuan untuk mencari

uang atau kedudukan atau agar kelak di kemudian hari menjadi orang kaya

dan terkenal seperti mendapatkan pujian orang karena memiliki berbagai

titel. Mencari ilmu hendaknya menjadikan tujuan menuntut ilmu sebagai

ibadah.

(36)

23

Seorang remaja hendaknya memilih bacaan yang baik dan

bermanfaat. Jangan terlalu banyak berhayal dengan membaca komik, novel

percintaan yang tidak bermutu, karena akan menyebabkan otak kita akan

penuh dengan angan-angan karena dijejali dengan cerita bohongan dan

maksiat. Bacalah buku-buku Islam yang bermutu, majalah-majalah Islam,

dan biasakan juga membaca hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. dari

semenjak muda. Pandai dalam ilmu agama berarti merintis jalan terbaik

menuju surga.

C.Remaja dan Religiusitas 1. Remaja

a. Pengertian Remaja

Dalam membahas pengertian tentang remaja, para ahli mempunyai

asumsi dan pandangan yang berbeda beda. Hal ini tentu saja dipengaruhi

oleh latar belakang pendidikan dan disiplin ilmu yang bebas dan mereka

alami, walaupun pada sisi tertentu memiliki kesamaan.

Menurut Zakiyah Daradjat mendefinisikan remaja adalah tahap

umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh

pertumbuhan fisik cepat (Daradjat, 1995:8).

Orang barat menyebut remaja dengan istilah “puber”, sedangkan orang Amerika menyebutnya “adolesensi”. Keduanya merupakan transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa. Bila ditinjau dari segi perkembangan

biologis, yang dimaksud remaja adalah mereka yang berusia 12 sampai 21

(37)

24

ia mengalami mimpi yang pertama, yang tanpa disadarinya keluar sperma

(Zulkifli, 1989:63).

Ditinjau dari sudut perkembangan fisik, remaja dikenal sebagai

suatu tahap perkembangan fisik di mana alat-alat kelamin manusia

mencapai kematangannya (Hartono, 1999:53).

Jadi yang dimaksud masa remaja adalah suatu tingkatan yang

ditempuh oleh seseorang dari masa anak-anak menuju dewasa dengan

perubahan-perubahan perkembangan baik fisik maupun psikis yang

berlangsung antara 12 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun.

b. Remaja dan Permasalahannya

Berbicara mengenai problem atau persoalan remaja bertitik tolak

dari pendapat Zakiyah Daradjat yang membagi persoalan remaja menurut

larangannya kepada empat macam yaitu:

1) Persoalan dengan dirinya.

2) Persoalan dengan keluarganya.

3) Persoalan dengan pekerjaannya.

4) Persoalan dengan masyarakat (Daradjat, 1983:11).

Adapun persoalan dengan dirinya sendiri, kita bisa mendapatinya

kadang-kadang tampak gembira, kadang-kadang kelihatan murung, kadang

kala ia berfikir tentang lingkungan secara luas dan kadang pula dengan

pikiran sempit. Remaja sedang mengalami perubahan jasmani, mental dan

perasaan. Perubahan tersebut terjadi dengan kecepatan yang tidak sama,

terganggulah keseimbangannya dan kadang-kadang gejolak jiwanya

(38)

25

Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam

perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain misalnya rasa

ketergantungan kepada orang tua belum dapat dihindari. Mereka tidak ingin

orang tua banyak campur tangan dalam urusan pribadinya.

Di antara sebab atau sumber kegoncangan emosi pada remaja

adalah konflik atau pertentangan yang terjadi dalam kehidupan, baik yang

terjadi dalam dirinya sendiri maupun yang terjadi dalam masyarakat umum

atau di sekolah. Di antara sumber kegelisahan remaja yang penting pula

adalah tampak adanya perpedaan antara nilai ke nilai moral dan kelakuan

orang-orang dalam kenyataan hidup. Misalnya ia mendapat didikan bahwa

berdusta itu tidak baik, tapi ia melihat banyak orang yang berdusta dalam

pergaulan hidup ini ( Daradjat, 1983:41).

Berbagai konflik yang dialami oleh remaja menurut Zakiyah

Daradjat adalah :

1) Konflik antara kebutuhn untuk pengendalian diri dan kebutuhan untuk

bebas, dan merdeka. Remaja membutuhkan penerimaan sosial dan

penghargaan serta kepercayaan orang lain kepadanya.

2) Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan akan

ketergantungan kepada orang tua.

3) Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosial.

4) Konflik antara prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja

ketika ia kecil dulu dengan prinsip dan nilai yang dilakukan oleh orang

dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.

(39)

26

Masalah-masalah dan transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa yang sebelumnya didahului oleh berbagai peristiwa

dan perkembangan dan perubahan, baik dari segi fisik maupun psikisnya.

c. Perlunya Pembinaan Remaja

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (indistrialisasi dan

modernisasi) menyebabkan masyarakat berubah pula terutama remaja,

kerusakan yang ditimbulkannya tidak sedikit, sehingga moral pada remaja,

moral orang dewasa bahkan moral anak telah di rusaknya, terutama bagi

mereka yang kurang mendapat pendidikan agama sejak kecil.

Serangan dan wabah kerusakan moral yang masuk bersama

kebudayaan asing yang bertentangan dengan pancasila itu mudah

menyerang dan menimpa masyarakat kita yang memang sudah mengalami

goncangan jiwa dan kehilangan ketentraman batin.

Pertama yang menjadi korbannya adalah para remaja, yang dalam

diri mereka sedang berkecamuk segala persoalan dan pertentangan batin,

yang tumbuh akibat pertumbuhan dirinya yang mengalami perubahan dari

segi disertai pula kegoncangan yang sangat berat itu mencari saluran untuk

mendapatkan tempat untuk menumpahkan kegelisahan dan ketegangan

batin. Setelah ketegangan yang bersifat semantara itu mereka rasakan,

mereka akhirnya akan bertambah gelisah dan goncang, lalu mencari sasaran

yang lebih hebat lagi demikian seterusnya sampai akhirnya sengsara batin.

Menghadapi perilaku remaja yang cenderung untuk mencoba-coba

(40)

27

mendalam maka perlu sekali diadakan pengawasan, pengarahan terhadap

remaja. Prinsip dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah

melalui lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

Dalam usaha pembinaan remaja ini menurut Zakiyah Daradjat

harus dimulai dari keluarga yaitu pembinaan ketentraman batin, dalam hal

ini dapat ditempuh dengan berbagai cara antara lain :

1) Orang tua bisa menjaga kebutuhan dan ketentraman keluarganya.

2) Orang tua bisa membimbing sejak kecil.

3) Seorang guru ikut serta membimbing dalam pembinaan mental.

4) Suasana masyarakat dapat mendukung perkembangan agama (Daradjat,

1982:47.

Sedangkan menurut Singgih D. Gunarsa dalam rangka pembinaan

remaja ini langkah awal mencegah terhadap perbuatan-perbuatan mungkar,

dalam usaha ini menggunakan beberapa cara antara lain :

1) Tindakan preventif, segala tindakan yang bertujuan untuk mencegah

timbulnya kenakalan.

2) Tindakan represif, tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan

remaja.

3) Tindakan kuratif dan rehabilitatif yaitu usaha untuk memperbaiki akibat

perbuatan nakal terutama individu yang telah melakukan perbuatan

tersebut (Gunarsa, 1991:161).

Sedangkan sistem pendekatannya yaitu :

1) Pendekatan secara langsung yaitu diberikan secara langsung kepada

(41)

28

2) Memberikan pendidikan bukan hanya pengetahuan saja, tatapi harus

meliputi pendidikan mental pribadi melalui pengajaran agama.

3) Menyediakan sering-sering guna menciptakan suasana optimal dari

perkembangan pribadi melalui pengajaran agama.

4) Usaha memperbaiki lingkungan sekitar, sosial, keluarga, masyarakat,

dimana banyak terjadi kenakalan remaja (Gunarsa, 1991:162).

d. Fungsi Agama bagi Remaja

Pada pokoknya remaja itu sangat membutuhkan agama dalam

hidupnya, terutama untuk menghadapi kegoncangan jiwanya yang terjadi

akibat perkembangan dan berbagai faktor yang harus mereka hadapi dalam

umur yang sangat banyak dihadapkan kepada berbagai tantangan itu

(Daradjat, 1982:81). Mereka sangat membutuhkan agama karena agama

mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu untuk penenang jiwa dan

untuk mengembalikan ketenangan dan keseimbangan jiwanya.

Memang sangatlah tepat kalau remaja yang mengalami

kegoncangan itu berpegang teguh kepada agama sebagai pedoman dalam

hidupnya, kerena dengan begitu akan dapat mengatasi kegoncangan yang

dialaminya, timbullah kesadaran akan keagungan Tuhan Yang Maha Esa

berkehendak dan berkuasa atas segala sesuatu, sehingga akan terciptalah

anak muda yang berpribadi ikhlas dalam berbuat dan berakhlak mulia.

2. Akhlak dan Religiusitas a. Pengertian Akhlak

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah akhlak ini sering disamakan

(42)

29

Bila dilihat dari segi bahasa (etimologi) perkataan akhlak (bahasa Arab)

adalah bentuk jamak dari kata khulk dalam kamus al-Munjid berarti budi

pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Asmaran As, 1994:1).

Sedang Ahmad Amir mengatakan bahwa akhlaq ialah kebiasaan

kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu,

maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Contohnya bila kehendak itu

dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan (Asmaran

As, 1994:1).

Artinya sebuah perbuatan itu dilakukan secara sadar, tidak terpaksa

dan berulangkali sehingga perbuatan itu telah mapan dan mudah

mengerjakannya tanpa pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu.

Jadi khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat

yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ

timbul berbagai macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Apabila kondisi

jiwa (sifat) tadi menimbulkan perbautan baik dan terpuji menurut

pandangan syariat dan akal pikiran, maka disebutlah budi pekerti yang

tercela (Asmaran As, 1994:3).

b. Macam-macam Akhlak

Berdasarkan baik dan buruknya perbuatan yang dilahirkan oleh

sifat atau kondisi jiwa menurut pandangan syari’at dan akal pikiran tersebut.

Maka akhlakpun ada 2 macam yaitu :

1) Akhlak yang terpuji

(43)

30

a) Maaf, kata maaf berasal dari bahasa Arab, yaitu al-afw. Al-afw

sebagai istilah ajaran akhlak dalam Islam berarti bahwa seseorang

menghapus kesalahan atau membatalkan melakukan pembalasan

terhadap orang yang berbuat jahat atas dirinya ( Asmaran As,

1994:213).

b) Tawakkal atau tawakkul (bahasa Arab) berasal dari kata kerja (fi’il) W-K-L, yang berarti mewakilkan atau menyerahkan. Jika dilihat dari

segi istilah, tawakkal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah

dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti

akibat dari suatu keadaan. Imam Ghozali merumuskan definisi

tawakkal itu sebagai berikut : “tawakkal ialah menyandarkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala tatkala menghadapi suatu kepentingan,

bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala

ditimpa bencana, dengan jiwa yang terang dan hati tentram ( Asmaran

As, 1994:223).

c) Sabar, secara etimologi sabar berarti teguh hati tanpa mengeluh

ditimpa bencana. Yang dimaksud dengan sabar menurut pengertian

Islam ialah tahan menderita sesuatu yang tidak disenangi dengan ridho

dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah ( Asmaran As, 1994:228).

d) Merasa cukup (Qonaah) artinya suka menerima apa yang ada,

maksudnya rela dengan pemberian yang telah dianugerahkan Allah

SWT kepada dirinya, karena merasa bahwa memang itulah yang

(44)

31

e) Dan masih banyak lagi akhlak terpuji ini, seperti: bersyukur, jujur,

amanah, at-taubah, asy-syaja’ah dan sebagainya. 2) Akhlak yang tercela

Yang termasuk akhlak yang tercela ini antara lain :

a) Dengki (hasad) yaitu menginginkan orang lain kehilangan sesuatu

yang baik (Kamil, 1988:133).

b) Dendam (hiqd) yaitu keadaan jiwa di mana rasa permusuhan seorang

pemarah mencekam kukuh dalam jiwanya (Kamil, 1988:136).

c) Kesombongan yaitu keadaan jiwa yang memandang tinggi diri sendiri

(izza) dan rasa diri hebat (ta‟azhushum)(Kamil, 1988:154).

d) Dan masih ada lagi seperti riya’, bakhil, laba, bohong, amarah, kianat dan sebagainya.

c. Materi Akhlak

Yang dimaksud dengan materi akhlak disini adalah isi dari ajaran

akhlak itu sendiri. Pada pokoknya materi akhlak itu adalah meliputi akhlak

terpuji yang harus dimiliki dan akhlak yang tercela yang harus dijauhi dalam

hubungannya kepada Allah, diri sendiri, sesama manusia dan makhluk lain

atau alam sekitar. Dan dalam pembahasan ini hanya mengenai akhklak

manusia terhadap Allah dan sesama manusia.

1) Akhlak manusia terhadap Allah

Manusia sebagai makhluk Allah memiliki tugas dan kewajiban

untuk beriman kepada-Nya dan sebagai kesempurnaan iman yaitu dengan

merealisasikannya dalam bentuk amal (taqwa). Yang dimaksud disini

(45)

32

yang merupakan manifestasi iman dan taqwa itu antara lain adalah

syukur atas nikmat yang Allah berikan dan sabar atas bencana yang Allah

timpakan (Kamil, 1988:16).

Ikhlas dalam setiap perbuatan, mohon ampun pada-Nya atas

segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, baik lahir maupun batin,

selalu bertawakal atas segala doa dan usaha yang telah dilakukan. Dan

dengan kekuatan iman inilah sesungguhnya manusia mampu menghadapi

segala persoalan hidup dengan akhlak yang mulia, tidak mudah

terpancing oleh hal-hal yang tidak baik.

2) Akhlak terhadap sesama manusia

Mengenai akhlak manusia terhadap sesama manusia ini,

meliputi akhlak kepada kedua orang tua, guru, saudara, teman, tetangga

dan anak yatim serta fakir miskin. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai

berikut:

a) Akhlak terhadap kedua orang tua

Islam telah mewajibkan kepada umatnya untuk berbakti

kepada kedua orang tua. Adapun cara berbakti kepada kedua orang tua

tersebut di antaranya adalah :

(1) Mematuhi ibu bapak dalam setiap perilakunya kecuali jika anak

diperintahkan berbuat maksiat, ini tidak perlu dipatuhi.

(2) Banyak mendoakan dan meminta ampun bagi mereka.

(3) Tidak boleh keluar rumah jika mereka tidak mengizinkan.

(4) Segera mengindahkan panggilan mereka jika mereka

(46)

33

(5) Mendoakan mereka lebih-lebih setelah mereka wafat. Banyak

mengulang firman Allah “Ya Allah, kasihinilah mereka sebagaimana mereka telah mendidikku waktu kecil” (Ulwan,

1992:49).

b) Akhlak terhadap guru

Guru adalah orang yang sangat berjasa bagi umat manusia di

muka bumi ini, karena lewat gurulah manusia mengetahui

rahasia-rahasia alam (ilmu pengetahuan), maka Nabi SAW berwasiat agar

siswa itu memiliki adab terhadap gurunya antara lain sebagai berikut :

(1) Seorang murid hendaknya bersikap tawadhuk (rendah hati)

kepada gurunya.

(2) Seorang murid hendaknya memandang gurunya dengan penuh

hormat.

(3) Seorang murid hendaknya duduk di depan gurunya dengan

sopan, tenang, merendah diri dan hormat, mendengarkan,

memperlihatkan dan menerimanya tanpa menoleh kesana-kemari

kecuali jika perlu, tidak gelisah karena mendengar kegaduhan,

terutama saat guru mengajar (Ulwan, 1992:71-74).

c) Akhlak terhadap saudara

Yang dimaksud saudara di sini adalah saudara kandung.

Terhadap saudara kandung hendaklah memiliki sifat mencintai

mereka sehingga dapat berbuat lembut dan baik kepada mereka,

(47)

34

ikut merasakan duka cita mereka, serta siap memberikan

pertolongan dan bantuan (Ulwan, 1992:51).

d) Akhlak terhadap teman

Yang dimaksud teman di sini adalah saudara muslim yang

kita sering bergaul dengannya. Islam telah mengajarkan tata cara dan

kewajiban terhadap sesama teman, yaitu antara lain :

(1) Mengucapkan salam jika ketemu

(2) Menjenguk jika teman sakit

(3) Mendoakan jika bersin, dengan “Alhamdulillah” (orang yang

bersin) dan mendengar “Yarhamukallah” serta“Yahdikumullah” bagi yang bersin.

(4) Memenuhi undangannya, jika saudara kita (teman) memberi

undangan untuk menghadiri hajatnya maka kita wajib

menghadirinya.

e) Akhlak terhadap tetangga

Yang dimaksud tetangga disini adalah orang yang hidup

dalam lingkungan kita atau yang lebih luas lagi, sering kita sebut

masyarakat. Dalam hal ini ada beberapa kewajiban yang harus

diperhatikan oleh masing-masing, antara lain :

(1) Menunjukkan wajah yang jernih terhadap mereka.

(2) Tidak menyakiti mereka, baik yang lesan maupun perbuatan.

(3) Menghormati dan tenggang rasa terhadap mereka.

(48)

35

f) Akhlak terhadap fakir miskin dan anak yatim piatu

Terhadap fakir miskin dan anak yatim piatu hendaklah bersikap :

(1) Menyayangi dan menghormati mereka

(2) Memberi bantuan kepada mereka

d. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak

1) Dasar pembinaan akhlak

Sebagai dasar pembinaan akhlak ini adalah al-Qur’an dan al -Hadits. Dalam surat Ali Imron Ayat 104 yang berbunyi :

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat

yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah

dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung” (Departemen Agama, 1989:93).

2) Tujuan Pembinaan Akhlak

Karena pembinaan mengandung unsur pendidikan, sedang

akhlak (budi pekerti) adalah jiwa dari pendidikan Islam, maka tujuan

pembianaan akhlak sama dengan tujuan pendidikan Islam yaitu

pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup mengahasilkan

orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun wanita, jiwa yang bersih,

kemaauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu

arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, tahu

membedakan buruk dengan baik, memilih suatu fadhilah karena cinta

fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela dan mengingat Tuhan

(49)

36

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak

Untuk tercapainya pembinaan akhlak ini, ada 2 faktor yang

mempengaruhi, yaitu pertama faktor dari dalam diri manusia itu sendiri,

maksudnya adalah adanya kemauan menahan diri (mujahadah) dan melatih

diri (riyadhah), yakni bersusah payah melakukan amal perbuatan yang

bersumberkan akhlak yang baik, sehingga menjadi kebiasaan dan sesuatu

yang menyenangkan (Kamil, 1988:93).

Dan yang kedua adalah faktor dari luar diri manusia tersebut.Ada 4

lingkungan yaitu lingkungan keluarga, Madrasah (sekolah), masyarakat

(mujtama‟) dan masjid (maqomulibadah), yang keempat lignkungan

pendidikan inididi dalam konsep pendidikan Islam biasanya disebut dengan

istilah “catur pusat pendidikan Islam”

1) Lingkungan Keluarga

Para ahli ilmu pendidikan Islam sepakat mengakui bahwa

lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan

anak didik. Maka sudah semestinyalah setiap keluarga muslim berusaha

untuk menciptakan lingkungan keluarganya masing-masing menjadi

lingkungan yang paedagogisreligius, lingkungan yang penuh nilai-nilai

pendidikan dan keagamaan yang indah.

2) Lingkungan Madrasah (sekolah)

Lingkungan madrasah (sekolah) menjadi sangat besar

pengaruhnya terhadap perkembangan anak-anak didik, karena memang

(50)

37

karena itu, maka menjadi kewajiban umat Islam untuk menyelenggarakan

sekolah yang Islami.

3) Lingkungan Masyarakat (Mujtama‟)

Lingkungan masyarakat besar pula pengaruhnya terhadap

perkembangan anak didik, karena dalam kenyataannya, lebih-lebih

setelah anak memasuki Murahiq (remaja), anak akan menghabiskan

sebagaian besar waktunya utnuk berada di lingkungan masyarakatnya.

Oleh karena itu menjadi tugas para orang tua dan pendidik untuk

memulihkan teman-teman pergaulan anak-anaknya dengan teman-teman

yang baik budi pekertinya, dan menjauhkan mereka bergaul dengan

teman-teman yang buruk budi pekertinya.

4) Lingkungan Masjid (MaqamulIbadah)

Berdasarkan sunah Rasulullah, masjid bukanlah hanya sekedar

pusat aktifitas peribadahan hanya sekedar pusat aktifitas peribadahan

didalam Islam tapi juga sebagai pusat sosial dan budaya, serta

aktifitas-aktifitas umat Islam lainnya. Walaupun saat ini terlihat ada pengurangan

fungsi masjid, namun msih tetap sebagai pusat berbagai aktifitas umat

Islam. Dan tidak mungkin umat Islam dalam hidup kesehariannya dapat

terlepas dari masjid dan tempat-tempat iabadah lainnya (Tauhied,

(51)

38 3. Religiusitas

a. Definisi Religiusitas

Menurut Harun Nasution dalam Jalaluddin, pengertian agama

berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi, (relegere, religare), dan agama.

Al–din (Semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa

Arab, kata ini mempunyai arti menguasai, menundukkan, patuh, utang,

balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (Latin) atau relegere berarti

mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun

kata agama terdiri dari a = tidak, gam = pergi yang mengandung arti tidak

pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun temurun (Jalaluddin, 2005:12).

Dengan demikian, makna yang terdapat dalam istilah-istilah diatas

bahwa pada umumnya agama itu mempunyai aturan-aturan dan

kewajiban-kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua orang yang

memeluk agama tersebut. Dimana kesemuanya itu berfungsi untuk mengikat

seseorang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.

Menurut R.H. Thouless dalam Daradjat, agama ialah proses

hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya,bahwa

sesuatu lebih tinggi daripada manusia (Daradjat, 1991:56). Jadi, agama yaitu

hubungan antara makhluk dengan Tuhan yang berwujud ibadah yang

dilaksanakan dalam bentuk sikap sehari-hari.

Dari istilah agama maka muncullah istilah religiusitas. Anshori

membedakan antara agama atau religi dengan religiusitas. Jika agama

menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan dan

(52)

39

oleh seseorang dalam hati. Dister juga berpendapat senada dengan Anshori,

yang mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan karena adanya

internalisasi agama ke dalam diri seseorang. Selain itu, Monks dkk. juga

memaknai keberagamaan itu sebagai keterdekatan yang lebih tinggi dari

manusia kepada Yang Maha Kuasa dimana itu memberikan rasa aman

(Risnawita S, 2014:169). Semakin manusia mengakui adanya Tuhan dan

kekuasaan-Nya, maka akan semakin tinggi tingkat religiusitasnya.

Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang

dimaksud dengan tingkat religiusitas adalah kadar atau tingkat pengabdian

seseorang terhadap agama yang diyakini dan dianutnya, dalam hal ini yaitu

agama Islam.

b. Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas

Robert H. Thouless mengemukakan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi perkembangan sikap religiusitas seseorang, yaitu:

1) Pengaruh pendidikan dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial).

2) Berbagai pengalaman yang membantu sikap keberagamaan atau

religiusitas seseorang terutama pengalaman keindahan dan kebaikan di

dunia lain (faktor alami), konflik moral (faktor moral) dan pengalaman

emosional keagamaan (faktor efektif).

3) Faktor-faktor yang sebagian atau seluruhnya timbul dari kebutuhan yang

tidak terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih,

harga diri dan ancaman kematian.

4) Faktor intelektual yaitu berbagai proses pemikiran verbal (Thouless,

(53)

40 c. Fungsi Religiusitas

Nico Syukur Dister mengemukakan empat fungsi

(emosional-efektif, sosio-moral, intelektual-kognitif dan psikologis) dari religiusitas,

yaitu:

1) Untuk mengatasi frustasi

Ketika seseorang mengalami frustasi maka dia akan mencoba

mengatasinya dengan mengesampingkan kebutuhan atau keinginannya

akan hal yang bersifat keduniawian kepada Tuhan.

2) Untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat

Dimana dalam sebuah agama itu terdapat norma-norma yang

mengatur kehidupan manusia, sehingga dengan adanya religiusitas maka

kehidupan masyarakat akan baik dan tertib.

3) Untuk memuaskan intelek yang ingin tahu

4) Untuk mengatasi ketakutan

Setiap manusia yang mempunyai keyakinan bahwa Tuhan

selalu berada didekatnya maka kecemasan dan ketakutan yang tidak

beralasan akan dapat hilang (Dister, 1992:74).

d. Dimensi Religiusitas

Hurlock dalam M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S mengatakan

bahwa religi terdiri dari dua unsur yaitu keyakinan terhadap ajaran agama

dan pelaksanaan akan ajaran agama. Glock dan Stark membagi dimensi

religiusitas menjadi lima dimensi. Dimana pendapat Glock dan Stark

tersebut sesuai dengan lima aspek agama Islam tentang aspek-aspek

(54)

41 1) Dimensi keyakinan

Menunjukkan tingkatan sejauh mana keyakinan seorang muslim

terhadap kebenaran ajaran agamanya. Seperti keyakinan tentang Allah,

adanya malaikat, surga, para Nabi, dan sebagainya.

2) Dimensi praktik agama atau peribadatan

Menunjukkan tingkat kepatuhan muslim dalam melaksanakan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Seperti menunaikan shalat,

zakat, puasa, haji, dan sebagainya.

3) Dimensi feeling atau penghayatan

Dimensi penghayatan yaitu menunjukkan perasaan keagamaan

yang pernah dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan,

tentram saat berdoa, tersentuh ketika mendengar ayat kitab suci, merasa

takut ketika berbuat dosa, merasa senang doanya dikabulkan, dan

sebagainya.

4) Dimensi pengetahuan agama

Menunjukkan seberapa jauh tingkat pengetahuan dan

pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada

dalam Al-Qur’an, hadits, pengetahuan fikih, dan sebagainya. 5) Dimensi pengamalan

Menunjukkan sejauh mana implikasi atau pengaruh ajaran

agamanya terhadap perilaku seorang muslim dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini menyangkut tentang hubungan dengan sesama manusia dan

hubungan dengan lingkungannya (Risnawita S, 2014:169).

Referensi

Dokumen terkait

Validasi materi bertujuan untuk melihat kesesuaian isi materi pada komik agar materi dapat tersampaikan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin

Gambar 3.16 Tampak kanan animasi berlari karakter Dragon Tampilan animasi serangan normal karakter Dragon dari beberapa sudut pandang ditunjukkan pada Gambar 3.17, dan... Animasi

Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi kandungan limbah akan diikuti dengan semakin banyaknya bentonit berpilar BP 1 maupun kandungan uranium yang ada dalam blok polimer-

Namun, SPL dari suatu perairan yang luas dapat digunakan untuk mengetahui pola distribusi SPL, kondisi arus di suatu perairan, dan interaksinya dengan perairan

Segala Puji, Hormat dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala Kasih Karunia - Nya yang Ia berikan kepada saya sehingga skripsi ini dapat selesai. Skripsi

Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh orang lain yang mempunyai kualitas tertentu, yaitu dokter, bidan, atau juru obat baik yang

Situs Bonokeling memiliki tiga wujud budaya yang tidak dijumpai di tempat lain, yaitu: Islam Kejawen , ritual upacara kepercayaan, dan permukiman dengan pola tata ruang

Negelkerke R Square sebelum ditambahkan variabel kontrol sebesar .201 (lampiran 4), hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel strategi manajemen yang terdiri