• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Vertical Garden dan Roof Garden Sebagai Strategi Mengurangi Dampak Pemanasan Global (Kegiatan Magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant, Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Vertical Garden dan Roof Garden Sebagai Strategi Mengurangi Dampak Pemanasan Global (Kegiatan Magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant, Bogor)"

Copied!
224
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN VERTICAL GARDEN DAN ROOF GARDEN SEBAGAI STRATEGI MENGURANGI DAMPAK

PEMANASAN GLOBAL

(Kegiatan Magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant, Bogor)

DIMAS MUSA WIGUNA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PERANCANGAN VERTICAL GARDEN DAN ROOF GARDEN SEBAGAI STRATEGI MENGURANGI DAMPAK PEMANASAN GLOBAL (Kegiatan Magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant, Bogor)”, adalah benar merupakan hasil karya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

(3)

RINGKASAN

DIMAS MUSA WIGUNA. Perancangan Vertical Garden dan Roof Garden sebagai Strategi Mengurangi Dampak Pemanasan Global. (Kegiatan Magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant, Bogor). Dibimbing oleh ALINDA FM ZAIN

Pemanasan global (global warming) adalah suatu kondisi yang menunjukkan terjadinya peningkatan suhu di permukaan bumi yang bisa mengakibatkan terjadinya perubahan iklim. Pemanasan global yang terjadi dikarenakan peningkatan kadar gas rumah kaca seperti (CO2, CH4, NOx, SOx, dan

CFC) yang umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia. Dampak dari pemanasan global lebih dirasakan di perkotaan seperti Jakarta, banyaknya jumlah manusia dan aktivitasnya menambah jumlah gas rumah kaca, dan juga kurangnya ruang hijau yang seharusnya mampu menyerap gas tersebut.

Banyaknya manusia dan aktivitasnya berdampak pada meningkatnya pembangunan gedung-gedung bertingkat di perkotaan, terutama kota besar seperti Jakarta. Bahkan, terkadang pembangunan tersebut mengalihfungsikan ruang, dari ruang terbuka menjadi ruang terbangun. Hal ini tentunya akan mengurangi ruang terbuka yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas lingkungan kota. Undang - Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang mensyaratkan kota harus memiliki RTH minimal sebesar 30 persen dari total luas kota secara keseluruhan. Sebaliknya, dengan bertambahnya bangunan akan mengakibatkan degradasi lingkungan perkotaan. Ditambah lagi bangunan saat ini yang menggunakan sumber daya alam dan energi yang terlalu berlebihan.

Oemardi_Zain Landscape Consultant adalah sebuah konsultan lanskap yang sudah memiliki pengalaman yang cukup lama di bidang Arsitektur Lanskap. Pada perusahaan tersebut terdapat proyek perancangan vertical garden dan roof garden, sehingga bisa dijadikan bahan studi mahasiswa.

Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah mempelajari dan meningkatkan soft skill serta keterampilan merancang dalam lingkup keprofesian Arsitektur Lanskap, menambah pengetahuan mengenai dunia kerja profesi Arsitektur Lanskap, meningkatkan wawasan dan pengalaman keprofesian dalam bidang perancangan Arsitektur Lanskap. Sedangkan tujuan khususnya, antara lain: menganalisis perancangan vertical garden, menganalisis perancangan roof garden dan menganalisis kelebihan dan kekurangan vertical garden serta roof garden.

Kegiatan magang dilakukan di Oemardi_Zain Landscape Consultant yang bertempat di Bumi Menteng Asri blok BE no. 2 Bogor 16111 Jawa Barat, Indonesia, dari bulan Maret 2011-Juni 2011. Jadwal kerja harian magang dimulai pada pukul 09.00 – 17.30 WIB. Batasan magang adalah mengikuti proses perancangan vertical garden dan roof garden pada Oemardi_Zain Landscape Consultant, baik kegiatan studio maupun kegiatan lapang.

(4)

survei tapak dan juga melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh. Data yang didapat baik berupa data primer atau sekunder dianalisis sesuai tujuan yang ingin dicapai. Selain menganalisis data tersebut, dilakukan diskusi dengan pihak klien agar mengetahui secara langsung keinginan dari klien. Tahapan berikutnya adalah konsep, tahap konsep desain adalah tahapan lanjutan setelah didapat hasil dari tahapan analisis. Konsep desain pada proyek ini dibuat oleh konseptor sekaligus direktur utama Oemardi_Zain yang kemudian diterjemahkan secara bersama-sama dengan para staf dalam satu pertemuan, pada tahap ini diciptakan ide-ide yang sesuai denga tujuan, kemudian dilanjutkan ke tahap pengembangan desain, hingga diakhiri dengan pembuatan gambar kerja.

Perancangan roof garden berlokasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang terletak di Jalan Diponegoro No. 71, Kenari, Senen, Jakarta Pusat. Nama proyek ini adalah perancangan lanskap Pusat Kesehatan Ibu dan Anak (PKIA). Pada proyek ini pihak RSCM sebagai klien. Proses perancangan berawal dari penerimaan proyek, OZ mendapatkan proyek ini melalui kerja sama dengan konsultan arsitektur. Setelah penerimaan proyek, dilakukan riset dan analisis terhadap kondisi eksisting tapak. Melalui kegiatan ini didapatkan data yang akan menjadi bahan analisis konsultan untuk dilanjutkan ke tahap konsep. Konsep umum perancangan lanskap Pusat Kesehatan Ibu dan Anak ini adalah Healing, Activities, and Green Visual. Konsep desain terinspirasi dari bentukan sel dan fetus/ janin. Setelah selesai tahap konsep, tahap selanjutnya adalah pengembangan desain. Dalam tahap ini produk gambar yang dihasilkan berupa gambar denah, potongan, ilustrasi 3 dimensi, dan planting plan. Tahap akhir dari proses ini adalah pembuatan gambar kerja.

Kelebihan vertical garden diantaranya, lebih efektif dalam penyerapan polutan, mereduksi angin, mereduksi kebisingan (15-24 db), biaya perancangan yang lebih murah, menghalangi limpasan hujan ke dinding bangunan, dan mampu mereduksi suhu ruangan sebesar 10 ° C. Kelebihan roof garden diantaranya memberikan ruangan tambahan (interaksi sosial, produksi, habitat satwa), menurunkan suhu permukaan (11-25 °C) dan suhu ruangan (3-4 °C), efektif mengurangi runoff (75 % tertahan, 25 % runoff), lebih banyak pilihan jenis tanaman, mengurangi kebutuhan energi untuk pendingin (75%), dan mampu menambah usia atap bangunan.

Dengan adanya vertical garden dan roof garden bisa menjadi alternatif pilihan perancangan taman bagi owner yang memiliki lahan terbatas, menjadikan gedung-gedung diperkotaan menjadi lebih hijau, mampu menciptakan iklim mikro yang nyaman, dan keberadaan taman ini sangat membantu mengurangi gas rumah kaca dan juga polusi terutama di Jakarta, gas yang menjadi penyebab pemanasan global seperti CO2, CFC, NOx, SOx, dan CH4 yang berada diudara dapat

direduksi oleh tanaman-tanaman pada taman ini, sehingga dengan adanyaperancangan vertical garden ataupun roof garden ini bisa menjadi salah satu strategi mengatasi pemanasan global.

(5)

® Hak Cipta IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

(6)

PERANCANGAN VERTICAL GARDEN DAN ROOF GARDEN SEBAGAI STRATEGI MENGURANGI DAMPAK

PEMANASAN GLOBAL

(Kegiatan Magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant,Bogor)

DIMAS MUSA WIGUNA A44070058

Skripsi :

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Magang : Perancangan Vertical Garden dan Roof Garden

Sebagai Strategi Mengurangi Dampak Pemanasan Global (Kegiatan Magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant, Bogor)

Nama Mahasiswa : Dimas Musa Wiguna

NRP : A44070058

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Alinda F.M Zain, MSi 19660126 199103 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Perancangan Vertical Garden dan Roof Garden sebagai Strategi Mengurangi Dampak Pemanasan Global (Kegiatan Magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant, Bogor) disusun melalui hasil magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant, Bogor. Shalawat dan salam kepada Nabi dan Rasulullah Muhammad SAW, dan para sahabat. Tak lupa doa dan harap semoga Allah meridhoi segala hal yang kita lakukan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menerima banyak masukan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini antara lain sebagai berikut :

1. Dr. Ir. Alinda FM Zain, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas segala saran, kritik, dan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini,

2. Dr. Afra DN Makalew, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik,

3. Fitriyah Nurul H. Utami, ST, MT dan Akhmad Arfin Hadi, SP, MALA selaku dosen penguji,

4. Kedua orang tua H. Wardi, S.Pd dan Hj. Sri Rejeki, S.Pd terima kasih atas semua yang telah diberikan dan juga atas doa-doanya, abang saya Kukuh (FKH IPB ‘41), adik-adikku Rayi, Rahajeng, dan Damar,

5. Teman ARL 44, Starland, Kosan Hamas, Teman sebimbingan (Prita dan Pirka) dan Meri Marlina,

6. Seluruh dosen dan staf Departemen Arsitektur Lanskap,

7. Oemardi_Zain Landscape Consultant (Bapak Ir. Umar Zain, Ibu Dini, Pak Budhi, Mas Hardian, Mas Rahmat, Mbak Citra, Mbak Dwi, Mas Beny, Mbak Dince, Bang Yudi, Mas Nanang, dan Didin).

Bogor, Desember 2012

(9)

RIWAYAT HIDUP

Dimas Musa Wiguna dilahirkan di Kota Kisaran, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal 03 September 1989. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H. Wardi, S.Pd dan Ibu Hj. Sri Rejeki, S.Pd.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1994-1995 di TK ABA II Kisaran, kemudian melanjutkan pendidikan di SD N 010097 Kisaran pada tahun 1995-2001. Pada tahun 2001 penulis masuk ke SMP N 1 Kisaran hingga tahun 2004, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA N 1 Kisaran hingga tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama 1 tahun, dan pada tahun 2008 penulis secara resmi masuk ke Departemen Arsitektur Lanskap.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi dari Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (BEM TPB), Forum Komunikasi Rohis Departemen, Faperta (FKRD-A), dan Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP), dan membentuk sebuah klub musik Landcoustic. Penulis juga pernah mengikuti beberapa kepanitiaan seperti, Ketua Kontingen TPB 44 di Olimpiade Mahasiswa IPB 2008 dan mendapatkan gelar Juara Umum, dan menjadi panitia Workshop Nasional Mahasiswa Arsitektur Lanskap 2010.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan... 2

1.3 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman ... 4

2.2 Taman Vertikal atau Vertical Garden ... 4

2.3 Taman Atap atau Roof Garden ... 6

2.4 Perancangan Lanskap ... 8

2.5 Pemanasan Global (Global Warming) ... 12

2.6 Konsultan Lanskap ... 12

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang ... 13

3.2 Metode Magang ... 13

3.3 Data Magang ... 14

3.4 Tahapan Kegiatan Magang ... 14

3.5 Batasan Magang ... 15

BAB IV KONDISI UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah ... 16

4.2 Visi dan Misi ... 16

4.3 Data Umum... 16

4.4 Struktur Organisasi ... 17

4.5 Tenaga Kerja dan Sistem Kerja ... 17

4.6 Bidang Pekerjaan ... 19

(11)

4.8 Referensi dan Pengalaman Kerja ... 19

4.9 Aplikasi Teknologi dan Informasi ... 21

4.10 Sistem Komunikasi ... 21

4.11 Prosedur Pelaksanaan Proyek ... 22

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Proses Perancangan Vertical Garden ... 23

5.1.1 Deskripsi Umum ... 23

5.1.2 Persiapan ... 23

5.1.3 Riset dan Analisis ... 24

5.1.4 Konsep... 31

5.1.5 Pengembangan Desain ... 32

5.1.6 Rancangan Vertical Garden ... 45

5.2 Proses Perancangan Roof Garden ... 50

5.2.1 Deskripsi Umum ... 50

5.2.2 Persiapan ... 51

5.2.3 Riset dan Analisis ... 52

5.2.4 Konsep... 56

5.2.5 Pengembangan Desain ... 58

5.2.6 Pembuatan Gambar Kerja ... 77

5.3 Kelebihan dan Kekurangan Vertical Garden serta Roof Garden .... 81

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 89

6.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Rincian Data ... 14

2. Perangkat Lunak/ Software yang Digunakan OZ ... 21

3. Jenis Hardware yang Ada di OZ ... 21

4. Jenis Tanaman yang Digunakan pada Vertical Garden ... 33

5. Sifat Arsitektural dan Hortikultural Tanaman ... 33

6. Tanaman yang Dapat Digunakan pada Vertical Garden ... 48

7. Suhu dan Kelembaban Kota Jakarta ... 54

8. Bahan – Bahan yang Biasa Digunakan Beserta Bebannya ... 66

9. Aktivitas Manusia dan Bebannya ... 67

10. Jenis Tanaman dan Kedalaman Penanaman pada Roof Garden ... 71

11. Tanaman yang Dapat Digunakan pada Roof Garden... 72

12. Tanaman yang Digunakan pada Roof Garden RSCM ... 76

13. Reduksi Suhu Bangunan ... 82

14. Penurunan Penggunaan Energi untuk Pendingin ... 86

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Peta Lokasi Magang ... 13

2. Struktur Organisasi OZ ... 18

3. Susunan Layout Studio dan Kondisi Tempat Magang ... 20

4. Alur Pelaksanaan Proyek pada OZ ... 22

5. Bangunan yang Digunakan sebagai Vertical Garden ... 25

6. Bagian Depan dan Samping Bangunan ... 25

7. Peta Lokasi Perancangan ... 26

8. Tampak Depan Vertical Garden ... 28

9. Tampak Samping Vertical Garden ... 29

10. Pola Bagian Depan ... 32

11. Pola Bagian Samping ... 32

12. Media Tanam ... 34

13. Planter Box ... 35

14. Vertical Greening Module ... 35

15. Dimensi Wadah Tanam (Tampak Depan dan Samping) ... 36

16. Detil Planter box ... 36

17. Contoh Besi RHS ... 37

18. Pola Rangka Besi ... 38

19. Detil Pemasangan Rangka Besi ke Dinding ... 38

20. Proses Pengeboran, Dynabolt, dan Steel Plate ... 39

21. Detil Konstruksi Vertical Garden Bagian Depan ... 40

22. Detil Konstruksi Vertical Garden Bagian Samping ... 41

23. Sistem Drainase dan Irigasi pada Planter Box ... 42

24. Sistem Drainase dan Irigasi Vertical Garden Bagian Depan ... 43

25. Sistem Drainase dan Irigasi Vertical Garden Bagian Samping ... 44

26. Ilustrasi Penyusunan Planter Box ... 45

27. Rancangan Vertical Garden Bagian Depan ... 46

28. Rancangan Vertical Garden Bagian Samping ... 47

29. Proses Perancangan Booth (1983) dan Oemardi_Zain ... 51

(14)

31. Kecepatan Angin dan Kenyamanan ... 54

32. Sel dan Janin ... 57

33. Elemen Hardscape ... 58

34. Denah Lanskap Roof Garden RSCM ... 60

35. Potongan Roof Garden RSCM (1) ... 61

36. Potongan Roof Garden RSCM (2) ... 62

37. Ilustrasi Pengambilan Pola Garis pada Sel ... 63

38. Ilustrasi Pengambilan Pola Oval pada Janin ... 63

39. Ilustrasi Penerapan Pola Garis dan Oval pada Roof Garden ... 63

40. Posisi Kolom Struktural pada Lantai 4 ... 65

41. Posisi Pohon Besar pada Roof Garden RSCM ... 67

42. Pit untuk Pohon ... 68

43. Pit Pohon pada Roof Garden RSCM ... 68

44. Lapisan Bawah Roof Garden ... 69

45. Lapisan Bawah Roof Garden RSCM ... 69

46. Gambar Nordrain Mat, Geotextile, dan Pemasangan ... 69

47. Sistem Drainase Permukaan dan Drainase Resapan ... 70

48. Kerusakan Atap Plat Beton Akibat Genangan... 70

49. Gambar 3 Dimensi Roof Garden ... 76

50. Working Drawing Segmen A ... 78

51. Working Drawing Segmen B ... 79

52. Working Drawing Segmen C ... 80

53. Vertical Garden (Indoor) ... 82

54. Vertical Garden di Singapura ... 83

55. Shelterbelts ... 84

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Saluran Drainase dan Irigasi Roof Garden RSCM (1) ... 95

2. Saluran Drainase dan Irigasi Roof Garden RSCM (2) ... 96

3. Saluran Drainase dan Irigasi Roof Garden RSCM (3) ... 97

4. Proyek yang Pernah Diikuti Selama Magang (1) ... 98

5. Proyek yang Pernah Diikuti Selama Magang (2) ... 99

6. Proyek yang Pernah Diikuti Selama Magang (3) ... 100

7. Proyek yang Pernah Diikuti Selama Magang (4) ... 101

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanasan global (global warming) adalah suatu kondisi yang menunjukkan terjadinya peningkatan suhu di permukaan bumi yang bisa mengakibatkan terjadinya perubahan iklim. Pemanasan global yang terjadi dikarenakan peningkatan kadar gas rumah kaca seperti (CO2, CH4, NOx, SOx,

dan CFC) yang umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia (Karyono, 2010). Pada perkotaan dampak dari pemanasan global lebih terasa, salah satu contohnya adalah Jakarta. Banyaknya populasi manusia dan aktivitasnya yang menambah jumlah gas rumah kaca, tingginya tingkat kemacetan sehingga mengakibatkan akumulasi polusi dari transportasi, dan kurangnya ruang hijau yang seharusnya mampu menyerap gas tersebut.

Banyaknya manusia dan aktivitasnya berdampak pada meningkatnya pembangunan gedung-gedung bertingkat di perkotaan, terutama kota besar seperti Jakarta. Bahkan, terkadang pembangunan tersebut mengalihfungsikan ruang, dari ruang terbuka menjadi ruang terbangun. Hal ini tentunya akan mengurangi ruang terbuka yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas lingkungan kota. Undang - Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang mensyaratkan kota harus memiliki RTH minimal sebesar 30 persen dari total luas kota secara keseluruhan. Sebaliknya, dengan bertambahnya bangunan tersebut mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan perkotaan, ditambah lagi bangunan saat ini yang menggunakan sumber daya alam dan energi tidak ramah lingkungan.

(17)

keindahan bagi bangunan, memberikan sumbangan oksigen dan memberikan iklim mikro yang nyaman.

Taman vertikal merupakan penanaman yang dilakukan pada struktur vertikal seperti dinding atau panel yang dilakukan dimana saja (Arifin dkk, 2008 dalam Noviandi, 2011). Vertical garden bisa manjadi salah satu solusi menghadirkan taman pada ruang yang terbatas. Selain memberikan keindahan pada bangunan, manfaat ekologis juga dapat dirasakan pemiliknya, menyerap gas rumah kaca, serta memberikan iklim mikro yang nyaman. Konsep ini akan membuat bangunan-bangunan di perkotaan menjadi lebih ramah lingkungan.

Roof garden atau taman atap adalah satu bentuk penghijauan dengan wadah tanam atau ruang pada atap gedung dan struktur buatan lainnya (Pramukanto, 2005 dalam Lestari, 2008). Roof garden atau taman atap, khususnya di kota-kota besar (metropolis) memiliki peran penting seperti halnya ruang hijau lainnya. Pembangunan gedung-gedung diperkotaan dapat diimbangi dengan konsep taman ini. Taman ini memberikan manfaat seperti filter alami terhadap polusi udara, megendalikan iklim mikro, memberikan iklim mikro yang nyaman menampilkan keindahan visual, sebagai habitat satwa liar, dan menambah nilai ekonomi bangunan (Sulistyantara, Juwana, Sukaton, 2004).

Untuk mengetahui proses perancangan vertical garden dan roof garden tersebut mahasiswa mengikuti kegiatan magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant. Oemardi_Zain Landscape Consultant adalah sebuah konsultan lanskap yang sudah memiliki pengalaman yang cukup lama dibidang Arsitektur Lanskap. Pendirinya adalah Umar Zain yang sangat berpengalaman di bidang Arsitektur Lanskap dan didukung oleh 20 orang staf. Pada perusahaan tersebut terdapat proyek perancangan vertical garden dan roof garden, sehingga bisa dijadikan bahan studi mahasiswa, bersama dengan staf lainnya mahasiswa bisa belajar mengenal proses perancangan lanskap secara umum dan perancangan vertical garden dan roof garden secara khusus.

1.2 Tujuan

(18)

Arsitektur Lanskap, menambah pengetahuan mengenai dunia kerja profesi Arsitektur Lanskap, meningkatkan wawasan dan pengalaman keprofesian dalam bidang perancangan Arsitektur Lanskap. Sedangkan tujuan khususnya, antara lain:

1. menganalisis perancangan vertical garden, 2. menganalisis perancangan roof garden,

3. menganalisis kelebihan dan kekurangan vertical garden serta roof garden.

1.3 Manfaat

Melalui kegiatan magang mahasiswa memperoleh manfaat antara lain: berkembangnya sikap profesionalisme kerja dalam lingkup keilmuan Arsitektur Lanskap yang terwujud melalui kegiatan praktek perancangan, meningkatnya keterampilan teknik perancangan dan menambah pengalaman serta sebagai media pertukaran informasi, ilmu dan teknologi dalam Arsitektur Lanskap antara mahasiswa dan pihak tempat magang,

(19)

2.1 Taman

Eckbo (1964) mengemukakan bahwa taman adalah ruang yang memiliki keterbatasan penggunaan dan bentuk yang fleksibel, dibangun dengan konstruksi yang minimum dan memaksimalkan material alami tanpa diproses terlebih dahulu, untuk beristirahat, viewing, kontemplasi, mediasi, tidur, bermimpi, sosialisasi yang pasif dan bermain bebas.

Selanjutnya Crow (1981) juga mengemukakan bahwa dalam pembuatan sebuah taman lebih baik berbeda dengan yang sudah ada atau yang jarang ditemui. Desain taman adalah sebuah seni, seperti dalam pengetahuan melukis dan bermusik yang tidak hanya mementingkan tampilannya tetapi juga memperhitungkan sampai kenyamanan secara keseluruhan sehingga dapat dinikmati, jadi ilmu desain lanskap tidak hanya untuk dinikmati oleh satu pribadi, tapi untuk kesenangan orang lain juga yang melihat taman tersebut.

2.2 Taman Vertikal atau Vertical Garden

Vertical garden dipelopori oleh Patrick Blanc yang berasal dari Perancis. Vertical garden adalah suatu jawaban untuk mengatasi permasalahan saat ini yaitu pemanasan global. Selain itu dorongan lain muncul karena lahan yang semakin sempit dipenuhi bangunan-bangunan tinggi. Hal tersebut juga diikuti dari isu-isu pemanasan global yang semakin marak.

Dengan konsep vertical garden, sumbangan oksigen (O2) bagi manusia

akan semakin bertambah. Konsep ini akan membuat bangunan-bangunan di perkotaan menjadi eco-friendly. Karena salah satu syarat bangunan yang eco-friendly adalah mengurangi pertambahan emisi dan zat-zat yang dapat mengurangi ozon serta energi yang efisien. Vertical garden dapat membuat gedung pencakar langit di perkotaan menjadi bertambah nilai estetikanya serta menjadi ramah lingkungan (eco-friendly).

(20)

tanaman, karena tanaman berperan penting dalam keseimbangan lingkungan. Tanaman dapat menyediakan ruang yang sejuk dan kaya oksigen untuk manusia. Konsep ini memberikan manfaat antara lain: (1) menambah keindahan alami lingkungan, (2) menciptakan taman indah di lahan terbatas, (3) menahan panas dari luar, (4) mengurangi tingkat kebisingan suara, (5) mengurangi polusi udara, (6) menangkap partikel-partikel polutan, (7) meningkatkan suplai oksigen (Blanc, 2008).

Vertical garden bisa membantu mengurangi dampak global warming dengan skala mikro. Vertical garden juga bisa menjadi solusi bagi orang-orang yang ingin memiliki taman untuk menambah nilai keindahan dari bangunan atau rumahnya, walau dengan lahan yang terbatas. Pembuatan taman ini sebenarnya juga cocok bila dikembangkan di kota-kota besar di Indonesia. Namun, menurut Papilaya (2012), faktor kendala dalam perkembangan perancangan vertical garden di Indonesia adalah karena material konstruksi yang sulit dan harga yang mahal, serta jarangnya sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan.

Vertical garden terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: bingkai logam, lapisan PVC dan lembaran holding. Bingkai logam digantungkan di dinding dan berdiri sendiri. Hal ini dapat memberikan lapisan udara yang bertindak sebagai sistem isolasi yang efisien. Lapisan PVC, lapisan ini memberikan ke seluruh struktur sehingga membuat struktur tersebut tahan air. Lapisan holding, lapisan ini terbuat dari poliamida dan tahan korosi serta mempunyai kapilaritas tinggi yang memungkinkan distribusi air homogen (Blanc, 2008).

Perancangan vertical garden merupakan hasil kreasi yang inovatif untuk menumbuhkan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan. Ditemukannya sistem pertumbuhan vertical garden, maka berkurangnya beban yang harus ditopang pada sebuah dinding sehingga memudahkan dalam penataan desain taman vertikal dalam skala dinding yang luas. Perancangan vertical garden dapat menjadi solusi pembuatan taman pada lokasi lahan yang terbatas.

(21)

Penggunaan teknik tersebut disesuaikan dengan kondisi bangunan. Teknik-teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. teknik planterbox menggunakan wadah yang disusun secara tegak yang di dalamnya diberi media,

b. teknik modul, merupakan modifikasi pot yang dirancang khusus untuk taman vertikal. Modul dipasang pada kerangka besi yang direkatkan pada dinding bangunan,

c. teknik substrat, merupakan teknik penanaman vertical garden dimana tanaman yang digunakan langsung ditanam pada kulit bangunan. Akar tanaman berpegang pada substrat yang ditempelkan dengan teknik khusus pada dinding. Dinding dapat dilindungi dengan lapisan kedap air pada bagian bawah substrat.

Menurut Blanc (2008), media penanaman taman vertikal yang digunakan untuk bangunan yang tinggi yaitu menggunakan felt. Felt adalah bahan semacam kain yang dibuat dari bulu binatang. Bahan ini digunakan untuk tempat pegangan akar. Sehingga memungkinkan membuat zona perakaran yang tipis, tidak lebih dari 5 cm.

2.3 Taman Atap atau Roof Garden

Pengembangan taman atap modern (roof garden atau green roof) merupakan fenomena yang relatif baru. Teknologi taman atap pertama kali dikembangkan di Jerman pada tahun 1980-an yang selanjutnya menyebar ke berbagai negara Eropa lainnya seperti Swiss, Belanda, Austria, Inggris, Italia, Perancis, dan Swedia.

Keberadaan taman atap, khususnya di kota-kota besar (metropolis) memiliki peran penting seperti halnya ruang hijau lainnya. Ancaman terhadap eksistensi RTH akibat pembangunan infrastruktur-infrastruktur kota dapat diimbangi atau dikompensasi dengan mengembangkan taman atap. Pada umumnya manfaat taman atap (roof garden) adalah sebagai berikut (Tecta Green, 2010):

(22)

melalui proses reoksigenasi; taman atap juga berperan dalam menstabilkan jumlah gas rumah kaca (karbon dioksida) di atmosfir kota sehingga dapat menekan efek rumah kaca,

2. menurunkan suhu udara, keberadaan taman atap dapat mengurangi efek panas radiasi sinar matahari yang berasal dari dinding bangunan maupun dari tanah (heat island effect),

3. mengurangi polusi suara/kebisingan, komposisi vegetasi pada taman atap memiliki potensi yang baik dalam meredam kebisingan yang berasal dari luar bangunan (suara bising kendaraan bermotor atau aktivitas industri), 4. menampilkan keindahan pada aspek bangunan (estetika), sama halnya

dengan fungsi taman pada umumnya, taman atap (green roof) menyediakan keindahan bagi aspek bangunan sehingga tampak lebih hidup, asri, dan nyaman,

5. meningkatkan keanekaragaman hayati kota, taman atap dapat berfungsi sebagai habitat sekaligus penghubung bagi pergerakan organisme (wildlife) antar ruang hijau di kawasan perkotaan.

Melihat jenis, ragam tanaman, dan ketebalan media tanam, taman atap bisa dibedakan menjadi taman atap intensif dan taman atap ekstensif. Meskipun sama-sama menarik, keduanya memiliki detil pembuatan peruntukan fungsi utama dan tingkat pemeliharaan yang berbeda. Berikut adalah jenis roof garden tersebut (Lestari, 2008):

1. Intensive Roof Garden

Jenis ini memiliki desain yang lebih rumit daripada jenis ekstensif. Ketebalan media yang digunakan minimum 6 inci dengan beban lebih dari 200 kg/m2 . Proporsi hijauan dan hard material pada roof garden ini cukup seimbang. Hal ini dikaernakan oleh adanya perkerasan pada taman digunakan untuk menunjang aktivitas penggunanya. Jenis tanaman yang digunakan beragam, mulai dari groundcover, semak, hingga pohon tinggi sehingga mampu menghadirkan sebuah ekosistem.

2. Extensive Roof Garden

(23)

digunakan sekedar sebagai estetika dan penghijauan. Perawatannya tak sesulit taman atap intensif. Jenis tanaman yang lazim digunakan ialah rumput dan groundcover yang memiliki perakaran dangkal.

Pada kawasan perkotaan yang sebagian besar ruangnya dipenuhi dengan bangunan-bangunan besar (pencakar langit), memiliki potensi besar untuk dikembangkan taman atap (roof garden). Aplikasi taman atap saat ini telah berkembang luas, tidak hanya terbatas pada gedung-gedung pencakar langit melainkan dapat dikembangkan pada bangunan rumah sekalipun.

Dalam membuat taman di atas gedung harus dipertimbangkan dulu konstruksi atap bangunan, apakah memang didesain untuk mendukung beban media tanam berupa tanah dan pepohonan yang akan ditanam di atasnya atau tidak. Taman atap harus didukung struktur dan konstruksi atap yang kuat. Timbunan tanah dan tanaman akan menambah beban mati, beban angin, dan tambahan beban air pada atap bangunan dan gedung juga harus memiliki sistem drainase yang berfungsi baik.

Untuk menanam pohon berukuran besar, plat lantai lokasi harus didukung kolom struktural agar plat beton tidak runtuh. Selain itu, perlu dibuat dinding penahan tanah karena pohon memerlukan ketebalan tanah yang cukup, atau membuat lubang pada atap bangunan di bawah pohon.

Perlu diingat juga bahwa konstruksi atap rawan bocor, sehingga harus dilengkapi saluran pembuangan air. Lapisan drainase seperti kerikil, pasir, dan batu apung perlu ditambahkan agar air mudah mengalir ke lubang saluran pembuangan. Filter disarankan terbuat dari geotextile atau ijuk karena berfungsi mengalirkan air ke bawah tetapi tetap menahan butiran tanah agar tidak menyumbat lubang pembuangan.

2.4 Perancangan Lanskap

(24)

Christensen (2005) mengemukakan bahwa perancangan lanskap merupakan kegiatan menggambar, membuat permodelan atau melakukan pengaturan struktur, merancang kesesuaian aktivitas pada suatu lahan, merancang fasilitas untuk rekreasi, merancang vegetasi dan tutupan lahan, memperhitungkan metode pengairan dan irigasi serta memperhitungkan dan merancang untuk antisipasi area yang rawan bencana.

Prinsip-prinsip desain menurut Ingles (2004) yaitu: 1. Balance (keseimbangan)

Keseimbangan adalah sesuatu yang bagus dilihat. Apabila tidak seimbang akan merasa tidak nyaman dalam penglihatan. Terdapat tiga macam keseimbangan yaitu symmetric (simetris), asymmetric (asimetris) dan proximal/distal.

2. Focalization of interest (pusat perhatian)

Focal points (pusat perhatian) dapat diciptakan dengan menggunakan tanaman, elemen keras, elemen arsitektur, warna, pergerakan, tekstur, atau kombinasi dari beberapa fitur tersebut.

3. Simplicity

Seperti keseimbangan, simplicity juga dimaksudkan agar membuat nyaman sesuatu untuk dilihat pada suatu lanskap. Simplicity bukan berarti sederhana, membosankan, atau kurang imajinasi. Hanya saja menghindari terlalu banyak penggunaan banyak spesies, terlalu banyak warna, tekstur, bentuk, kurva, dan sudut dalam area.

4. Rhythm and Line (ritme dan garis)

Ketika terjadi pengulangan terhadap sesuatu dalam suatu waktu dengan adanya standar jarak dan memiliki interval diantara pengulangan tersebut, maka akan terbentuk rhythm (ritme). Garis tercipta ketika material yang berbeda bertemu. Kesatuan dari dua batas suatu material akan membentuk garis pula.

5. Proportion (proporsi)

(25)

6. Unity (kesatuan)

Kesatuan merupakan sesuatu yang paling mudah untuk diukur jika kelima prinsip desain sebelumnya telah dimasukkan ke dalam desain. Sebuah kesatuan desain adalah satu dari banyak bagian yang berkontribusi untuk mengkreasikan desain keseluruhan.

Proses desain menurut Booth (1983) yaitu: penerimaan proyek (project acceptance), riset dan analisis (research and analysis), desain (design), gambar konstruksi (construction drawings), dan setelah keempat tahap tersebut dilaksanakan tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan, serta evaluasi setelah konstruksi, dan pengelolaan.

Penerimaan proyek (project acceptance) merupakan tahap pertama, pada tahap ini proposal proyek telah diterima dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu arsitek lanskap dan klien. Pada pertemuan pertama klien menjelaskan keinginannya kepada arsitek lanskap, kemudian terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak. Selanjutnya arsitek lanskap mempersiapkan proposal detail yang mencakup pelayanan, produk, dan biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak.

Tahap kedua adalah riset dan analisis (research and analysis) pada tahap ini arsitek lanskap membutuhkan rencana dasar tapak dan mengadakan inventarisasi tapak dan analisis. Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi (survey) tapak merupakan hal yang penting untuk melengkapi tahap ini, mewawancarai pemilik dan menyusun program.

Setelah tahap riset dan analisis, tahap ketiga adalah desain atau perancangan (design), pada tahap desain terdapat hal penting yaitu :

a. diagram fungsi ideal (ideal functional diagram), yaitu permulaan dari pembuatan grafis suatu desain. Tujuan dibuat diagram ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan yang paling tepat antara fungsi usulan utama dengan ruang perancangan/desain,

(26)

c. rencana konsep (concept plan) merupakan perkembangan langsung menjadi besar dari diagram keterhubungan fungsi tapak. Secara keseluruhan, area terdiri dari diagram fungsi keterhubungan tapak dan membagi semuanya ke dalam beberapa penggunaan yang spesifik pada area tersebut,

d. studi tentang komposisi bentuk (form composition study) dalam tahap ini desainer telah setuju dengan rasional, pertimbangan yang praktis dari fungsi dan lokasi. Dengan kata lain desainer telah mampu menyelesaikan masalah, e. desain awal (preliminary master plan), dalam desain awal semua elemen

desain dimasukan dan dipelajari kesatuan antara satu dengan yang lainnya, gaya grafis semi komplit. Semua elemen desain dipertimbangkan, untuk pertama kalinya, sebagai komponen yang berhubungan dalam keseluruhan lingkungan,

f. rencana induk (master plan) merupakan perbaikan/penghalusan dari desain awal. Perbedaannya dengan desain awal yaitu revisi desain dalam gaya grafis. Walaupun sama memakai gambar tangan tapi memiliki ketepatan bagian-bagian tertentu seperti garis properti, garis bangunan, dan batas dari struktur elemen keras (dinding, lantai, jalan, dek, dll.),

g. desain skematik (schematic design), untuk beberapa proyek proses desain dilanjutkan dengan rencana skematik. Pada skala kecil seperti perumahan atau vest-pocket park, rencana induk dan rencana skematik dianggap sama. Namun, pada skala yang besar dengan tata guna lahan yang banyak, desain skematik dipelajari lagi lebih dalam dengan detail yang dalam pula,

h. design development merupakan tahap terakhir dalam proses mendesain. Dalam tahap ini desainer lebih berkonsentrasi terhadap detail penampilan dan kesatuan dari material,

(27)

2.5 Pemanasan Global (Global warming)

Pemanasan global adalah gejala naiknya suhu permukaan bumi karena naiknya intensitas efek rumah kaca. Terjadinya efek rumah kaca ini juga disebabkan adanya gas rumah kaca yang berada di lingkungan seperti CO2, CFC

(Chloro Fluoro Carbon), Metana, NO2, dan Ozon (Soemarwoto, 1991).

Salah satu hal yang menyebabkan pemanasan global adalah gas rumah kaca. Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Ketika energi ini tiba di permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi inframerah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida, dan metana yang menjadi

perangkap gelombang radiasi ini.

2.6 Konsultan Lanskap

Konsultan lanskap adalah individu kunci atau organisasi yang bertanggung jawab memberikan saran dan mendesain sebuah proyek. Di dalam sebuah konsultan lanskap terdapat kontrak, yaitu persetujuan antara pemilik dan desainer dalam menetapkan tanggung jawab untuk mendesain sebuah proyek (Morrow, 1988).

(28)

BAB III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Magang

Kegiatan magang dilakukan di Oemardi_Zain Landscape Consultant yang bertempat di Bumi Menteng Asri blok BE no. 2 Bogor 16111 Jawa Barat, Indonesia. Lokasi magang dapat dilihat pada Gambar 1. Kegiatan magang dilaksanakan dari bulan Maret 2011-Juni 2011. Jadwal kerja harian magang dimulai pada pukul 09.00 – 17.30 WIB.

Gambar 1. Peta Lokasi Magang 3.2 Metode Magang

Metode magang untuk kegiatan perancangan di Oemardi_Zain Landscape Consultant dilakukan dengan cara :

1. partisipasi aktif dalam kegiatan yang berlangsung di dalam perusahaan, terutama pada kegiatan perancangan vertical garden dan roof garden,

2. menganalisis elemen yang terdapat pada vertical garden dan roof garden,

3. melakukan wawancara dan studi pustaka untuk memperoleh data mengenai Oemardi_Zain Landscape Consultant,

Bogor

(No Scale)

(29)

4. melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap proyek-proyek yang telah selesai dikerjakan,

5. melakukan studi pustaka mengenai vertical garden dan roof garden untuk mengetahui masing-masing kelebihan dan kekurangannya.

3.3 Data Magang

Bentuk data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara lebih rinci bentuk-bentuk data yang digunakan diuraikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Rincian Data

No Jenis data Bentuk Data Sumber Data

1 Perusahaan :

- Sejarah Deskriptif

Oemardi_Zain Landscape Consultant

- Tujuan Deskriptif

- Data umum Deskriptif

- Struktur organisasi Deskriptif/ Gambar - Tenaga kerja dan sistem

kerja Deskriptif

- Bidang pekerjaan Deskriptif

- Layout studio Deskriptif/ Gambar

2 Proses perancangan :

1. Penerimaan proyek Deskripsi

Oemardi_Zain Landscape Consultant 2. Riset dan Analisis Deskripsi/ Gambar

3. Konsep Deskripsi/ Gambar

4. Pengembangan Desain Deskripsi/ Gambar 5. Gambar Kerja Deskripsi/ Gambar 3.4 Tahapan Kegiatan Magang

Tahapan kegiatan magang yang dilakukan pada perusahaan Oemardi_Zain Landscape Consultant dengan cara sebagai berikut:

(30)

referensi yang ada di Oemardi_Zain. Kegiatan ini berlangsung selama dua minggu pertama.

2. Kegiatan studio dan lapang, kegiatan studio dimulai setelah melalui tahap orientasi selama dua minggu selesai. Pada kegiatan studio mahasiswa sudah dilibatkan dalam proses pengerjaan proyek. Selain terlibat dalam proyek yang dijadikan tugas akhir, mahasiswa juga dilibatkan dalam proyek lainnya. Kegiatan lapang dilakukan dalam porsi yang lebih sedikit, kegiatan ini dilakukan hanya beberapa waktu. Pada waktu magang mahasiswa mengikuti kegiatan lapang seperti melihat proyek yang sudah selesai dikerjakan, dan juga melihat kebun pembibitan tanaman yang merupakan mitra kerja perusahaan.

3. Analisis data, merupakan tahapan yang dilakukan setelah mahasiswa selesai melakukan kegiatan magang. Kegiatan analisis data ini menggunakan data-data yang diperoleh baik melalui data primer dan sekunder terkait dengan perusahaan dan data proyek. Kemudian tahap berikutnya, data-data yang telah diperoleh diolah dengan membandingkan hasil data dengan teori. Pada tahap ini dilakukan studi pustaka, diskusi, dan referensi-referensi.

3.5 Batasan Magang

(31)

BAB IV

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah

Oemardi_Zain Landscape Consultant (OZ) adalah sebuah perusahaan konsultan lanskap yang berdiri pada tahun 2004 di Bogor. Pendiri Oemardi_Zain atau sering disingkat dengan OZ adalah Ir. Umar Zain dan Ir. Dini Arfianti. Ir. Umar Zain adalah seorang yang sangat berpengalaman di bidang lanskap. Terlihat dari pengalaman kerja dan proyek yang telah dilaksanakan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga beberapa negara seperti Singapura dan Hongkong. Selain di Bogor, OZ memiliki studio lainnya yaitu di Singapura, Surabaya, dan Bali. Di ketiga kota ini OZ berbentuk asosiasi, gabungan, ataupun merupakan bagian dari suatu perusahaan.

4.2 Visi dan Misi

Oemardi_Zain Landscape Consultant memiliki visi dan misi. Visi dari OZ adalah menjadi leader “to be a world class landscape consultant”. Sedangkan misinya adalah “memberikan servis lanskap dengan produk yang terbaik dengan harga yang relatif murah”.

4.3 Data Umum

Data umum perusahaan merupakan data yang informasinya dapat diakses secara umum serta menjadi identitas suatu perusahaan. Data umum perusahaan sebagai berikut :

Nama perusahaan : Oemardi_Zain Landscape Consultant / OZ

Asal kota : Bogor

Asal negara : Indonesia Tahun pembentukan : 2004

Alamat : Bumi Menteng Asri blok BE No. 2 Bogor 16111 No. Telepon/ fax : +62 251 319 664

(32)

4.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan yang ada di OZ terdiri dari 6 bagian bidang kerja sebagai berikut :

1. Direktur, memiliki tugas sebagai pemimpin perusahaan, yang menentukan segala kebijakan perusahaan, termasuk mengenai proyek-proyek yang ditangani (bertindak sebagai konseptor).

2. Bagian Administrasi dan Keuangan, memiliki tugas sebagai pengatur segala keperluan yang menyangkut administrasi perusahaan, serta dalam hal keuangan perusahaan.

3. Studio Manager, bertugas mengatur kegiatan di dalam studio, mengecek tugas-tugas yang sedang dikerjakan staf, dan membuat daftar proyek-proyek yang dikerjakan.

4. Bidang Teknik, bertugas menjaga dan mengatur segala hal yang berhubungan dengan aset perusahaan, seperti komputer, printer, dan scanner.

5. Arsitek Lanskap dan Arsitek, bertugas mengembangkan dan mendesain hasil dari konsep yang telah ditentukan oleh direktur.

6. Drafter, bertugas menggambar hasil desain yang telah ditentukan.

Pada tahun 2012 Oemardi_Zain menambah jumlah stafnya, tiga orang arsitek lanskap dan empat orang drafter. Gambar 2 adalah gambar skema struktur organisasi perusahaan.

4.5 Tenaga Kerja dan Sistem Kerja

Tenaga kerja yang ada di OZ saat ini (Oktober 2012) berjumlah 20 orang, terdapat 10 orang arsitek lanskap, 3 orang arsitek, 5 orang drafter, dan 1 orang bagian administrasi dan keuangan, dan 1 driver.

(33)
[image:33.842.69.738.105.520.2]

Gambar 2. Struktur Organisasi OZ (Sumber: Oemardi_Zain, 2011)

DIREKTUR/ OWNER Ir. Umar Zain

Citra I. Dwi Juliana Irfan

Nanang Chandra N.

Lisa H Aditya Novi

Arsitek Lanskap Arsitek

Drafter Didin

Bulan Lisyta

Drafter 1, 2, 3, 4 Bagian Adm. & Keuangan

Budhy S.

Studio manager Hardian N.

Bagian Teknis Beny S

(34)

4.6 Bidang Pekerjaan

Jasa yang diberikan oleh OZ dikhususkan pada pekerjaan perencanaan, perancangan, dan supervisi konstruksi lanskap. Lingkup pekerjaan yang ditangani Oemardi_Zain Landscape Consultant terbagi ke dalam 4 kategori yaitu 1) hotel, club, and resort, 2) residential, 3) theme park, 4) civic and commercial.

4.7 Layout Studio

Studio kerja pada OZ dibagi menjadi beberapa ruangan , antara lain ruang tamu, ruang kerja, dan ruang rapat/ ruang pertemuan. Masing-masing ruang tersebut ditata saling berhubungan guna mempermudah kinerja dan komunikasi bagi para staf. Gambar 3 adalah gambar layout kondisi tempat magang pada tahun 2011, pada tahun 2012 setelah melakukan penambahan jumlah staf OZ melakukan penataan kembali studionya.

4.8 Referensi dan Pengalaman Kerja

Beberapa referensi dan pengalaman kerja OZ terkait proyek-proyek yang telah dikerjakan OZ antara lain :

1. Kota Baru Parahyangan Country Club, Bandung 2. Landscape Bungalows at Safari Resort, Singapura 3. Sport Center Graha Raya, Tangerang

4. Cluster Pine Forest, Sentul City, Bogor 5. Cluster Alpensia, Sentul City, Bogor 6. Bukit Menteng, Bintaro Jaya, Tangerang

7. Al Muneera at Khor Al Raha, Abu Dhabi (UEA)

8. Apartement CT 01, Ciputra Hanoi International City, Vietnam 9. Islamic Center, Cibubur

10.Elephent Exhibit, Singapore Zoological Garden, Singapura 11.Universitas Tarumanegara, Jakarta

(35)

/

[image:35.842.48.781.95.480.2]

Gambar 3. Susunan Layout Studio dan Kondisi Tempat Magang (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

(No Scale)

A

B

C

D

A B C D

20

LA : Landscape Architect A : Architect

(36)

4.9 Aplikasi Teknologi dan Informasi

Pada pengerjaan perancangan, beberapa aplikasi perangkat komputer digunakan dalam bentuk software dan hardware untuk memperlancar kinerja konsultan. Beberapa aplikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Sedangkan Tabel 3 menunjukkan jenis hardware yang ada di OZ.

Tabel 2. Perangkat Lunak/ Software yang Digunakan OZ.

No Software Kegunaan

1 AutoCAD 2005, 2007 CAD Drawing

2 3D Studio Max 3D Rendering dan Animasi

3 Adobe Photoshop 3D Rendering

4 Google Sketch Up 3D Rendering

5 Google Earth Map Searching

6 Google Document Searchig

7 Adobe Acrobat Document Publishing

8 Microsoft Office 2007 Document Publishing

9 Yahoo Massanger Internal Communication

Tabel 3. Jenis Hardware yang Ada di OZ

No Hardware Jumlah

1 Server 1

2 Workstation (PC) Laptop 21 3 Printer A3 dan A4 3 4 Scanner A4 1 5 Pesawat Telephone dan Fax 1

6 LCD 1

4.10 Sistem Komunikasi

Komunikasi sangat penting guna mempermudah efektivitas dan efisiensi kerja. Komunikasi internal OZ dilakukan oleh semua staf, baik dengan sesama staf ataupun antara staf dengan atasan/direktur. Komunikasi internal tersebut terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan studio maupun proyek, seperti perkembangan terbaru proyek yang dilakukan, kendala-kendala yang dialami staf, dan pembagian proyek kepada semua staf. Cara yang dilakukan dalam komunikasi internal antara lain :

1. E-mail dari manajemen, yaitu mengenai status perkembangan proyek dan perihal yang berhubungan dengan proyek yang bersangkutan

(37)

3. Rapat internal, diikuti oleh semua staf beserta direktur, membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan studio dan proyek

4. Komunikasi melalui faximile, berupa pengiriman atau penerimaan dokumen-dokumen proyek yang dilakukan antara staf dan klien

5. Komunikasi melalui telepon, dilakukan baik antara staf dengan klien, staf dengan atasan, dan staf dengan sesama staf

6. Komunikasi dengan bantuan software, dilakukan pada saat kerja dengan sesama staf.

4.11 Prosedur Pelaksanaan Proyek

[image:37.595.96.502.44.811.2]

Dalam mengerjakan suatu proyek, OZ melakukan serangkaian tahapan kerja yang dinamakan prosedur pelaksanaan proyek, alur tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Alur Pelaksanaan Proyek pada OZ (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Undangan Tender

Tahap Konsep Desain (Design Concept)

Pembuatan Proposal Konsep

Konsep Disetujui

Turun SPK dan Membuat Kontrak

Tahap Pengembangan Desain (Design Development)

(38)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Proses Perancangan Vertical Garden 5.1.1 Deskripsi Umum

Proyek ini merupakan perancangan lanskap sebuah apartemen di Jakarta yang berlokasi di Jalan K.H.Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat, dengan memasukkan konsep taman vertikal. Oemardi_Zain menerima proyek ini melalui tender, OZ membuat proposal pengajuan kerjasama ke klien bersama dengan konsultan lainnya, dan pada akhirnya OZ dipilih untuk terlibat dalam proyek ini. Adapun pihak – pihak yang terlibat pada proyek perancangan lanskap apartemen ini adalah :

- Owner/ developer/ klien : PT Icon Menara Samudera - Konsultan Lanskap : Oemardi_Zain

- Konsultan Arsitektur : Aboday Design

- Manajemen Konstruksi : PT Ciriajasa Cipta Mandiri - Konsultan struktur : Junaedi Masil Assosiates - M/E Consultant : PT Policipta Multidesain

5.1.2 Persiapan

Pada tahap persiapan pihak konsultan dan klien ( PT Icon Menara Samudera) melakukan perumusan tujuan, program dan berbagi informasi tentang berbagai keinginan, yang diikuti dengan adanya persetujuan kerja antara pihak konsultan dengan klien. Namun sebelum melakukan persetujuan kerja ini Oemardi_Zain diminta oleh klien untuk membuat sebuah proposal penawaran kerja kepada pihak klien, mengenai profil perusahaan, lingkup kerja perusahaan, tahapan/ program kerja proyek dan penawaran pada klien.

(39)

membahas lebih lanjut mengenai program kerja yang akan dilakukan pada proyek tersebut.

Tahap persiapan pada OZ sama dengan halnya tahapan penerimaan proyek atau project acceptance yang ada pada proses perancangan oleh Booth (1983). Menurut Booth (1983) penerimaan proyek (project acceptance) merupakan tahap pertama, pada tahap ini proposal proyek telah diterima dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu arsitek lanskap dan klien. Pada pertemuan pertama klien menjelaskan keinginannya kepada arsitek lanskap, kemudian terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak. Selanjutnya arsitek lanskap mempersiapkan proposal detail yang mencakup pelayanan, produk, dan biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak.

Pada tahap persiapan, OZ mengajukan sebuah proposal penawaran kerja yang berisi profil perusahaan, lingkup kerja perusahaan, tahapan/program kerja proyek. Hal-hal tersebut yang akan menjadi pertimbangan klien untuk memilih konsultan lanskap yang akan diajak kerja sama.

5.1.3 Riset dan Analisis

Pada tahap riset dan analisis terdapat beberapa kegiatan, antara lain kegiatan inventarisasi tapak dan analisa tapak. Kegiatan inventarisasi tapak dilakukan oleh OZ bersama dengan pihak konsultan lainnya dan juga bersama klien. Dari tahap ini didapat data primer mengenai tapak, terkait dengan lokasi tapak, luasan tapak, dan batas tapak, untuk memperoleh data yang lebih lengkap mengenai tapak yang akan didesain, OZ juga menerima data sekunder dari klien.

Setelah didapat data-data primer dan sekunder, tahap selanjutnya dilakukan analisis. Proses analisis ini lebih banyak dilakukan di studio, dengan pertimbangan-pertimbangan yang telah didapat dari kegiatan inventarisasi tapak atau kunjungan langsung ke tapak. Melalui inventarisasi tapak ini konsultan juga melakukan diskusi dengan klien baik di lapang atau pada saat inventariasasi atau sesuai kesepakatan lainnya baik di studio maupun via e-mail.

(40)

sekunder yang nantinya dibutuhkan untuk dianalisis sehingga bisa menjadi pertimbangan dalam mendesain tapak.

Tahapan ini hampir sama dengan proses yang dilakukan menurut Booth (1983) tahap selanjutanya setelah penerimaan proyek adalah riset dan analisis (research and anlysis). Selanjutnya arsitek lanskap membutuhkan rencana dasar tapak dan mengadakan inventarisasi tapak dan analisis. Mengunjungi (survey) langsung ke tapak merupakan hal yang penting untuk melengkapi tahap ini. Mewawancarai pemilik dan menyusun program termasuk bagian dari tahap ini pula. Pada tahap ini diperoleh data-data sebagai berikut :

a. Aspek Fisik

Lokasi tapak berada di Jakarta Pusat, tepatnya di Jl. K.H. Wahid Hasyim No.70, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat. Terlihat pada Gambar 5 dan Gambar 6, menunjukkan ilustrasi 3 dimensi dari bangunan empat lantai yang akan digunakan sebagai vertical garden. Berikut adalah Gambar 7 yang menunjukkan lokasi perancangan vertical garden ini. Tampak dari atas terlihat bagian gedung yang akan digunakan sebagai vertical garden.

Gambar 5. Bangunan yang Digunakan SebagaiVertical Garden (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

(41)
[image:41.842.66.780.58.552.2]

Gambar 7. Peta Lokasi Perancangan (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

(42)

Vertical garden dibangun pada bangunan berlantai empat yang posisinya dekat dengan jalan raya. Lokasi perancangan vertical garden terdapat pada bangunan gedung di bagian depan seluas 35 m2 dan bagian samping seluas 100 m2.

Pemilihan gedung ini salah satunya dikarenakan faktor biaya. Ukuran bangunan yang kecil bisa menekan biaya perancangan vertical garden. Selain itu ruang-ruang di sekitar gedung adalah ruang yang berfungsi sebagai ruang penyimpanan, ruang genset, ruang keamanan, dan dapur. Bagian samping dari bangunan ini merupakan area yang berfungsi sebagai loading area atau area bongkar muat barang. Tingginya tingkat mobilisasi kendaraan akan menghasilkan gas sisa kenderaan yang cukup besar. Gas yang berasal dari asap kendaraan tersebut dapat diserap oleh tanaman dengan adanya vertical garden.

Berikut adalah Gambar 8 yang menunjukkan gambar tampak depan lokasi perancangan vertical garden, sedangkan Gambar 9 menunjukkan gambar tampak samping lokasi perancangan vertical garden.

(43)
[image:43.842.75.766.56.548.2]

Gambar 8. Tampak Depan Vertical Garden (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

(44)
[image:44.842.58.774.77.558.2]

Gambar 9. Tampak Samping Vertical Garden (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

(45)

Persiapan yang telah dilakukan OZ dengan melakukan konsultasi kepada konsultan struktur dan konsultan M/E sudah sangat tepat, hal ini akan menjadikan rancangan yang dibuat bisa sesuai daya dukung dari bangunan, sehingga bangunan mampu menahan beban yang dihadirkan dengan adanya vertical garden seperti (konstruksi, media tanam, tanaman, sistem drainase dan irigasi, planter box) dapat didukung oleh bangunan, yang dalam jangka waktu panjang tidak merusak bangunan. Sehingga fungsi adanya taman ini memberikan manfaat yang maksimal.

b. Aspek Biofisik

Iklim, Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Suhu rata-rata tahunannya sekitar 28,4°C, dengan kelembaban 75% dan kecepatan angin 1,38 m/s (Joga, 2011).

Suhu eksisting jakarta berada diatas batas kenyamanan, sedangkan tingkat kelembaban Kota Jakarta berada di batas tertinggi, mendekati kondisi yang tidak nyaman. Menurut Laurie (1986) iklim ideal bagi manusia adalah udara yang bersih dengan suhu udara kurang lebih 27°C sampai dengan 28°C, dan kelembaban udara antara 40% sampai dengan 75%, udara yang tidak terperangkap dan tidak berupa angin kencang, serta keterlindungan terhadap hujan.

Lokasi perancangan cukup terbuka dan sebagian terlindungi oleh gedung oleh karena itu dipilih tanaman dengan kebutuhan cahaya penuh dan semi naungan. Berada dekat dengan jalan menjadikan lokasi ini dekat dengan sumber polusi yang bersumber dari kendaraan bermotor. Sumber polusi yang ada di kota Jakarta sebagian besar berasal dari transportasi yakni CO2 (92%), NOx (73,4%),

dan SOx (26,5%), selebihnya dari industri, pemukiman dan sampah (Joga, 2011). Ketiga gas tersebut adalah gas yang termasuk dalam gas yang mengakibatkan terjadinya global warming. Adanya vertical garden ini diharapkan mampu mengurangi kadar gas rumah kaca tersebut.

c. Aspek Sosial

(46)

mulai dari mobil pribadi, angkutan umum, dan sepeda motor. Frekuensi mobilisasi cukup tinggi dengan kemacetan dan asap kenderaan.

Pengguna apartemen yang membawa kendaraan ke dalam kawasan apartemen akan menambah polusi di dalam kawasan apartemen. Banyaknya bangunan yang ada dalam kawasan apartemen bisa dimanfaatkan sebagai penangkap gas polutan tersebut. Selain itu, adanya vertical garden ini memberikan visualisasi yang baik bagi pengguna di luar apartemen.

5.1.4 Konsep

Tahap konsep desain adalah tahapan lanjutan setelah didapat hasil dari tahapan analisis. Konsep desain pada proyek ini ditentukan oleh konseptor sekaligus direktur utama Oemardi_Zain yang kemudian diterjemahkan secara bersama-sama dengan para staf dalam satu pertemuan.

(47)
[image:47.595.108.500.85.473.2]

Gambar 10. Pola Bagian Depan

(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

Gambar 11. Pola Bagian Samping

(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011) 5.1.5 Pengembangan Desain

a. Jenis Tanaman

(48)

Tabel 4. Jenis Tanaman yang Digunakan pada Vertical Garden. No Nama Tanaman Syarat Tumbuh Zat yang diserap

1 Asplenium nidus/ kadaka

Semi naungan CO2, partikel halus

2 Bromelia sp. Semi naungan Menyerap berbagai polutan pada malam hari

3 Nephrolepis sp. Semi naungan Formaldehid 4 Scindapsus aureus Penuh atau semi

naungan

CO, benzena, formaldehid, NO2, logam berat ,

5 Thunbergia grandiflora

Penuh NO2, CO, formaldehid,

[image:48.595.101.515.119.758.2]

benzene (Andayani dkk, 2012)

Tabel 5. Sifat Arsitektural dan Hortikultural Tanaman.

Jenis Tanaman Arsitektural Hortikultural

Asplenium nidus -Warna daun hijau, tepi bergelombang, ujung meruncing

-Susunan daun

melingkar dalam bentuk roset

-Pemupukan 1 kali/ 3-4 bulan (pupuk cair) -Semi naungan -Penyiraman intensif

Bromelia sp. -Warna daun terang(merah,hijau) -Daun berduri -Tekstur halus -Berbunga

-Penyiraman intensif -Pemupukan 1 kali/ bulan -Semi naungan

Nephrolepis sp. -Bentuk daun lurus, keriting

-Daun berwarna hijau tua, hijau muda

-Penyiraman intensif -Pemupukan 1 kali/ bulan (pupuk cair)

-Semi naungan Scindapsus aureus -Daun berbentuk hati

-Warna gradasi hijau

-Penyiraman intensif -Pemupukan 1 kali/ 3 bulan (pupuk cair)

-Cahaya penuh, semi naungan

Thunbergia grandiflora -Bunga berwarna kuning, putih, ungu

-Pemupukan 1 kali/ 4-6 bulan

-Penyiraman intensif -Cahaya penuh

(49)

b. Media Tanam

Media tanam yang digunakan pada vertical garden ini adalah campuran sekam bakar atau kokopit yang dicampur dengan kompos. Media tanam yang digunakan dipilih yang ringan dan mampu menyediakan makanan bagi tanaman (Sujayanto, 2011). Keuntungan menggunakan media tanam yang ringan namun dengan fungsi yang maksimal akan mengurangi beban yang akan ditanggung oleh bangunan. Untuk mempertahankan kesuburan media tanam akan digunakan pupuk cair yang disatukan dengan sistem penyiraman. Berikut adalah gambar media tanam yang digunakan (Gambar 12).

Gambar 12. Media Tanam

Sekam bakar mampu memperbaiki struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik. Sekam bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur. Kelebihan kokopit sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P). Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman (Anonim, 2011).

c. Wadah Tanam

Pada perancangan vertical garden di apartemen ini menggunakan teknik planter box, menggunakan wadah yang disusun secara tegak yang di dalamnya diberi media. Dimensi planter box adalah 90x30x30 cm. Penggunaan media ini lebih murah dibandingkan dengan menggunakan VGM yang umumnya

(50)

digunakan. Menurut Tambayong (2009), ada beberapa teknik yang digunakan yaitu dengan planter box, modul, dan substrat. Penggunaan teknik tersebut disesuaikan dengan kondisi bangunan. Teknik-teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Teknik planter box (Gambar 13) menggunakan wadah yang disusun secara tegak yang di dalamnya diberi media.

Gambar 13. Planter Box

b. Teknik modul/ VGM (vertical greening module), merupakan modifikasi pot yang dirancang khusus untuk taman vertikal. Modul dipasang pada kerangka besi yang direkatkan pada dinding bangunan (Gambar 14).

Gambar 14. Vertical Greening Module

c. Teknik substrat, merupakan teknik penanaman pada vertical garden dimana tanaman yang digunakan langsung ditanam pada kulit bangunan. Akar tanaman berpegang pada substrat yang ditempelkan dengan teknik khusus pada dinding. Dinding dapat dilindungi dengan lapisan kedap air pada bagian bawah substrat.

Keuntungan menggunakan wadah tanam ini adalah menggunakan biaya yang lebih murah dibanding menggunakan VGM (Vertical Greening Module). Menurut Syaiful dalam Sujayanto (2011), teknologi VGM memang inovatif hanya saja masih ditemukan kendala, terutama masalah biaya. Jika dihitung, per meter persegi biayanya mencapai Rp 2.500.000,00 hingga Rp 3.000.000,00 harga

Sumber : Penelusuran Google

(51)
[image:51.595.94.494.22.831.2]

tersebut meliputi modul, kerangka besi, sistem irigasi, tanaman, media, dan pemasangannya. Gambar 15 menunjukkan dimensi atau ukuran dari planter box yang digunakan.

Gambar 15. Dimensi Wadah Tanam (Tampak Depan dan Samping) (Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

Dengan pertimbangan biaya tersebut klien meminta OZ untuk melakukan inovasi, dengan tujuan yang sama namun menggunakan wadah tanam yang berbeda. Gambar 16 menunjukkan detil planter box yang digunakan OZ pada perancangan vertical garden pada proyek ini.

Gambar 16. Detil Planter box

(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

(52)

Drain net adalah saluran utama yang berfungsi sebagai aliran pembuangan kelebihan air. Kelebihan air dimungkinkan terjadi karena kelebihan pada saat penyiraman, atau karena adanya tambahan suplai air yang berasal dari hujan. Kelebihan air secara alami akan mengalir ke bagian bawah yang nantinya akan mengalir ke saluran drainase pembuangan utama dan diteruskan menuju drainase yang ada di area apartemen.

Lapisan geotextile layer berfungsi sebagai penahan media tanam agar tidak ikut keluar dari planter box pada saat air mengalir ke bawah. Lapisan ini juga bisa dikatakan sebagai penyaring. Zip drain adalah lapisan terbawah, lapisan ini berfungsi sebagai tempat berkumpulnya dari kelebihan air sementara yang mengalir ke bagian bawah. Manfaat adanya lapisan ini adalah tidak ada air yang mengendap di media tanam, sehingga sistem aerasi pada media tanam tetap terjaga dengan baik.

d. Konstruksi

Konstruksi yang digunakan sebagai tempat meletakkan planter box menggunakan kerangka besi RHS (Gambar 17) yang dirancang mengikuti pola desain dan ukuran yang sesuai dengan planter box. Gambar 18 menunjukkan bentuk rangka besi yang digunakan pada vertical garden bagian depan.

Perancangan vertical garden pada proyek ini menggunakan alternatif perancangan vertical garden dengan menggunakan material yang lebih sederhana, tetap menggunakan kerangka besi atau pilaster sebagai tempat dudukan planter box. Rangka besi yang digunakan adalah susunan dari besi RHS dengan dimensi (40x40x2 mm dan 40x20x2 mm).

Gambar 17. Contoh Besi RHS

(53)
[image:53.595.117.461.90.594.2]

Gambar 18. Pola Rangka Besi (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Seteleh proses pembentukan rangka besi sesuai dengan rancangan. Tahap berikutnya adalah pemasangan kerangka besi tersebut ke dinding bangunan. Berikut adalah detail gambar pemasangan kerangka besi ke dinding bangunan (Gambar 19).

Gambar 19. Detil Pemasangan Rangka Besi ke Dinding (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Pemasangan kerangka besi pada dinding bangunan yang dirancang OZ, menggunakan bahan tambahan lainnya yaitu steel plate. Steel plate merupakan besi berbentuk lempengan. Pada konstruksi ini ukuran yang digunakan adalah steel plate dengan tebal 6 mm. Steel plate ini menempel pada bagian kerangka besi (RHS 40x40x2 mm) dengan menggunakan teknis pengelasan terlebih dahulu.

(54)

dynabolt. Dynabolt adalah baut yang biasa digunakan untuk merekatkan suatu objek ke batu, beton, bata atau material lainnya.

Dynabolt tersebut memiliki selongsong silinder yang akan mengembang ketika baut dikencangkan. Sebelum memasukkan dynabolt ke dinding, terlebih dahulu dinding dilubangi dan diberi tambahan bahan kimia yaitu epoxy yang dimasukkan pada lubang sebelum dynabolt dimasukkan. Ilustrasi proses pengeboran, gambar dynabolt, dan steel plate dapat dilihat pada Gambar 20. Berikut adalah Gambar 21 menunjukkan gambar detil konstruksi vertical garden pada bagian depan, sedangkan Gambar 22 adalah gambar detil konstruksi pada bagian samping.

Gambar 20. Proses Pengeboran, Dynabolt, dan Steel Plate. e. Sistem Drainase dan Irigasi

Sistem drainase atau sistem pembuangan kelebihan air dan sistem irigasi pada perancangan vertical garden ini sudah terpasang pada setiap planter box. Aliran buangan air dari tiap planter box ini saling terhubung dan akhirnya menuju drainase utama dan akan dibuang keluar. Begitu juga dengan sistem irigasi yang sudah tersambung dengan sumber air melalui pipa-pipa yang dirancang secara otomatis.

Sistem irigasi pada vertical garden ini menggunakan sumber air yang berasal dari tandon air. Kemudian dari saluran utama ini disebar ke seluruh planter box menggunakan pipa dengan diameter 0.5 inci atau sekitar 0.75 cm. Pipa-pipa tersebut mengalirkan air ke seluruh planter box pada vertical garden.

(55)
[image:55.842.56.777.60.558.2]

Gambar 21. Detil Konstruksi Vertical Garden Bagian Depan (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

(56)
[image:56.842.60.772.63.557.2]

Gambar 22. Detil Konstruksi Vertical Garden Bagian samping (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

(57)

Pada setiap planterbox yang dialiri pipa tadi terdapat mini sprinkler yang berfungsi membagi sebaran air pada planter box. Sehingga, seluruh tanaman mendapat kebutuhan air yang cukup. Gambar 23 menunjukkan sistem drainase dan irigasi pada planter box. Pada Gambar 24 menunjukkan jalur dainase dan ir

Gambar

Gambar 2. Struktur Organisasi OZ (Sumber: Oemardi_Zain, 2011)
Gambar 3. Susunan Layout Studio dan Kondisi Tempat Magang (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
Gambar 4. Alur Pelaksanaan Proyek pada OZ
Gambar 7. Peta Lokasi Perancangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dan yang ditanyakan adalah luas  PQR , maka dalam hal ini siswa akan terkecoh dalam menentukan sisi mana yang dipakai sebagai alas segitiga, karena kalau kita lihat

Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Pemahaman Good Governance, Integritas Auditor, Budaya Organisasi dan Etos Kerja Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris pada

 Halaman Overview  Halaman Facilities  Halaman Unit Type  Halaman Floor Plan  Halaman Location Map  Halaman Price List  Halaman Concept  Halaman Information

Dengan demikian maka masjid sebagai suatu bangunan yang didalamnya terdapat ruang yang berfungsi sebagai penampungan kegiatan pelaksaan ajaran agama Islam sehingga terdapatlah

Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan penelitian-penelitian yang terkait dengan MEA yang berorientasi kebijakan dan keperluan standarisasi, baik berupa produk

Dalam kehidupan media masih didapti faham sosialis Pancasila dan media sebagai alat revolusi sehingga berimpak pada tidak lancamya komunikasi politik dalam masyarakat,

Taksonomi dari kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq. Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa

Realisasi penerimaan PAD di Banten secara agregat sampai dengan triwulan III- 2020 sebesar Rp9.866,88 miliar atau 78,89 persen dari target. Realisasi penerimaan PAD tumbuh melambat