• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

2.2 Taman Vertikal atau Vertical Garden

Vertical garden dipelopori oleh Patrick Blanc yang berasal dari Perancis. Vertical garden adalah suatu jawaban untuk mengatasi permasalahan saat ini yaitu pemanasan global. Selain itu dorongan lain muncul karena lahan yang semakin sempit dipenuhi bangunan-bangunan tinggi. Hal tersebut juga diikuti dari isu-isu pemanasan global yang semakin marak.

Dengan konsep vertical garden, sumbangan oksigen (O2) bagi manusia akan semakin bertambah. Konsep ini akan membuat bangunan-bangunan di perkotaan menjadi eco-friendly. Karena salah satu syarat bangunan yang eco-friendly adalah mengurangi pertambahan emisi dan zat-zat yang dapat mengurangi ozon serta energi yang efisien. Vertical garden dapat membuat gedung pencakar langit di perkotaan menjadi bertambah nilai estetikanya serta menjadi ramah lingkungan (eco-friendly).

Vertical garden dapat menciptakan iklim sendiri yang spesifik dan menciptakan iklim mikro yang nyaman di sekitarnya. Model ini didominasi oleh

tanaman, karena tanaman berperan penting dalam keseimbangan lingkungan. Tanaman dapat menyediakan ruang yang sejuk dan kaya oksigen untuk manusia. Konsep ini memberikan manfaat antara lain: (1) menambah keindahan alami lingkungan, (2) menciptakan taman indah di lahan terbatas, (3) menahan panas dari luar, (4) mengurangi tingkat kebisingan suara, (5) mengurangi polusi udara, (6) menangkap partikel-partikel polutan, (7) meningkatkan suplai oksigen (Blanc, 2008).

Vertical garden bisa membantu mengurangi dampak global warming dengan skala mikro. Vertical garden juga bisa menjadi solusi bagi orang-orang yang ingin memiliki taman untuk menambah nilai keindahan dari bangunan atau rumahnya, walau dengan lahan yang terbatas. Pembuatan taman ini sebenarnya juga cocok bila dikembangkan di kota-kota besar di Indonesia. Namun, menurut Papilaya (2012), faktor kendala dalam perkembangan perancangan vertical garden di Indonesia adalah karena material konstruksi yang sulit dan harga yang mahal, serta jarangnya sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan.

Vertical garden terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: bingkai logam, lapisan PVC dan lembaran holding. Bingkai logam digantungkan di dinding dan berdiri sendiri. Hal ini dapat memberikan lapisan udara yang bertindak sebagai sistem isolasi yang efisien. Lapisan PVC, lapisan ini memberikan ke seluruh struktur sehingga membuat struktur tersebut tahan air. Lapisan holding, lapisan ini terbuat dari poliamida dan tahan korosi serta mempunyai kapilaritas tinggi yang memungkinkan distribusi air homogen (Blanc, 2008).

Perancangan vertical garden merupakan hasil kreasi yang inovatif untuk menumbuhkan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan. Ditemukannya sistem pertumbuhan vertical garden, maka berkurangnya beban yang harus ditopang pada sebuah dinding sehingga memudahkan dalam penataan desain taman vertikal dalam skala dinding yang luas. Perancangan vertical garden dapat menjadi solusi pembuatan taman pada lokasi lahan yang terbatas.

Dalam perancangan vertical garden, menurut Tambayong (2009), ada beberapa teknik yang digunakan yaitu dengan planter box, modul, dan substrat.

Penggunaan teknik tersebut disesuaikan dengan kondisi bangunan. Teknik-teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. teknik planterbox menggunakan wadah yang disusun secara tegak yang di dalamnya diberi media,

b. teknik modul, merupakan modifikasi pot yang dirancang khusus untuk taman vertikal. Modul dipasang pada kerangka besi yang direkatkan pada dinding bangunan,

c. teknik substrat, merupakan teknik penanaman vertical garden dimana tanaman yang digunakan langsung ditanam pada kulit bangunan. Akar tanaman berpegang pada substrat yang ditempelkan dengan teknik khusus pada dinding. Dinding dapat dilindungi dengan lapisan kedap air pada bagian bawah substrat.

Menurut Blanc (2008), media penanaman taman vertikal yang digunakan untuk bangunan yang tinggi yaitu menggunakan felt. Felt adalah bahan semacam kain yang dibuat dari bulu binatang. Bahan ini digunakan untuk tempat pegangan akar. Sehingga memungkinkan membuat zona perakaran yang tipis, tidak lebih dari 5 cm.

2.3 Taman Atap atau Roof Garden

Pengembangan taman atap modern (roof garden atau green roof) merupakan fenomena yang relatif baru. Teknologi taman atap pertama kali dikembangkan di Jerman pada tahun 1980-an yang selanjutnya menyebar ke berbagai negara Eropa lainnya seperti Swiss, Belanda, Austria, Inggris, Italia, Perancis, dan Swedia.

Keberadaan taman atap, khususnya di kota-kota besar (metropolis) memiliki peran penting seperti halnya ruang hijau lainnya. Ancaman terhadap eksistensi RTH akibat pembangunan infrastruktur-infrastruktur kota dapat diimbangi atau dikompensasi dengan mengembangkan taman atap. Pada umumnya manfaat taman atap (roof garden) adalah sebagai berikut (Tecta Green, 2010):

1. mengurangi tingkat polusi udara, vegetasi pada taman atap mampu merubah polutan (toksin) di udara menjadi senyawa tidak berbahaya

melalui proses reoksigenasi; taman atap juga berperan dalam menstabilkan jumlah gas rumah kaca (karbon dioksida) di atmosfir kota sehingga dapat menekan efek rumah kaca,

2. menurunkan suhu udara, keberadaan taman atap dapat mengurangi efek panas radiasi sinar matahari yang berasal dari dinding bangunan maupun dari tanah (heat island effect),

3. mengurangi polusi suara/kebisingan, komposisi vegetasi pada taman atap memiliki potensi yang baik dalam meredam kebisingan yang berasal dari luar bangunan (suara bising kendaraan bermotor atau aktivitas industri), 4. menampilkan keindahan pada aspek bangunan (estetika), sama halnya

dengan fungsi taman pada umumnya, taman atap (green roof) menyediakan keindahan bagi aspek bangunan sehingga tampak lebih hidup, asri, dan nyaman,

5. meningkatkan keanekaragaman hayati kota, taman atap dapat berfungsi sebagai habitat sekaligus penghubung bagi pergerakan organisme (wildlife) antar ruang hijau di kawasan perkotaan.

Melihat jenis, ragam tanaman, dan ketebalan media tanam, taman atap bisa dibedakan menjadi taman atap intensif dan taman atap ekstensif. Meskipun sama-sama menarik, keduanya memiliki detil pembuatan peruntukan fungsi utama dan tingkat pemeliharaan yang berbeda. Berikut adalah jenis roof garden tersebut (Lestari, 2008):

1. Intensive Roof Garden

Jenis ini memiliki desain yang lebih rumit daripada jenis ekstensif. Ketebalan media yang digunakan minimum 6 inci dengan beban lebih dari 200 kg/m2 . Proporsi hijauan dan hard material pada roof garden ini cukup seimbang. Hal ini dikaernakan oleh adanya perkerasan pada taman digunakan untuk menunjang aktivitas penggunanya. Jenis tanaman yang digunakan beragam, mulai dari groundcover, semak, hingga pohon tinggi sehingga mampu menghadirkan sebuah ekosistem.

2. Extensive Roof Garden

Taman atap jenis ini memiliki beban 60-150 kg/ m2 dan ketebalan media tanah minimum 3-6 inci. Umumnya taman bersifat pasif, artinya taman

digunakan sekedar sebagai estetika dan penghijauan. Perawatannya tak sesulit taman atap intensif. Jenis tanaman yang lazim digunakan ialah rumput dan groundcover yang memiliki perakaran dangkal.

Pada kawasan perkotaan yang sebagian besar ruangnya dipenuhi dengan bangunan-bangunan besar (pencakar langit), memiliki potensi besar untuk dikembangkan taman atap (roof garden). Aplikasi taman atap saat ini telah berkembang luas, tidak hanya terbatas pada gedung-gedung pencakar langit melainkan dapat dikembangkan pada bangunan rumah sekalipun.

Dalam membuat taman di atas gedung harus dipertimbangkan dulu konstruksi atap bangunan, apakah memang didesain untuk mendukung beban media tanam berupa tanah dan pepohonan yang akan ditanam di atasnya atau tidak. Taman atap harus didukung struktur dan konstruksi atap yang kuat. Timbunan tanah dan tanaman akan menambah beban mati, beban angin, dan tambahan beban air pada atap bangunan dan gedung juga harus memiliki sistem drainase yang berfungsi baik.

Untuk menanam pohon berukuran besar, plat lantai lokasi harus didukung kolom struktural agar plat beton tidak runtuh. Selain itu, perlu dibuat dinding penahan tanah karena pohon memerlukan ketebalan tanah yang cukup, atau membuat lubang pada atap bangunan di bawah pohon.

Perlu diingat juga bahwa konstruksi atap rawan bocor, sehingga harus dilengkapi saluran pembuangan air. Lapisan drainase seperti kerikil, pasir, dan batu apung perlu ditambahkan agar air mudah mengalir ke lubang saluran pembuangan. Filter disarankan terbuat dari geotextile atau ijuk karena berfungsi mengalirkan air ke bawah tetapi tetap menahan butiran tanah agar tidak menyumbat lubang pembuangan.

2.4 Perancangan Lanskap

Perancangan adalah sebuah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi dan biologi serta efek psikologis dan fisik yang ditimbulkan dari bentuk, warna dan ruang, hasil dari pemikiran yang saling berhubungan (Simonds dan Starke, 2006).

Christensen (2005) mengemukakan bahwa perancangan lanskap merupakan kegiatan menggambar, membuat permodelan atau melakukan pengaturan struktur, merancang kesesuaian aktivitas pada suatu lahan, merancang fasilitas untuk rekreasi, merancang vegetasi dan tutupan lahan, memperhitungkan metode pengairan dan irigasi serta memperhitungkan dan merancang untuk antisipasi area yang rawan bencana.

Prinsip-prinsip desain menurut Ingles (2004) yaitu: 1. Balance (keseimbangan)

Keseimbangan adalah sesuatu yang bagus dilihat. Apabila tidak seimbang akan merasa tidak nyaman dalam penglihatan. Terdapat tiga macam keseimbangan yaitu symmetric (simetris), asymmetric (asimetris) dan proximal/distal.

2. Focalization of interest (pusat perhatian)

Focal points (pusat perhatian) dapat diciptakan dengan menggunakan tanaman, elemen keras, elemen arsitektur, warna, pergerakan, tekstur, atau kombinasi dari beberapa fitur tersebut.

3. Simplicity

Seperti keseimbangan, simplicity juga dimaksudkan agar membuat nyaman sesuatu untuk dilihat pada suatu lanskap. Simplicity bukan berarti sederhana, membosankan, atau kurang imajinasi. Hanya saja menghindari terlalu banyak penggunaan banyak spesies, terlalu banyak warna, tekstur, bentuk, kurva, dan sudut dalam area.

4. Rhythm and Line (ritme dan garis)

Ketika terjadi pengulangan terhadap sesuatu dalam suatu waktu dengan adanya standar jarak dan memiliki interval diantara pengulangan tersebut, maka akan terbentuk rhythm (ritme). Garis tercipta ketika material yang berbeda bertemu. Kesatuan dari dua batas suatu material akan membentuk garis pula.

5. Proportion (proporsi)

Proporsi terpusat pada hubungan ukuran antara semua fitur lanskap, termasuk hubungan vertikal dan horizontal.

6. Unity (kesatuan)

Kesatuan merupakan sesuatu yang paling mudah untuk diukur jika kelima prinsip desain sebelumnya telah dimasukkan ke dalam desain. Sebuah kesatuan desain adalah satu dari banyak bagian yang berkontribusi untuk mengkreasikan desain keseluruhan.

Proses desain menurut Booth (1983) yaitu: penerimaan proyek (project acceptance), riset dan analisis (research and analysis), desain (design), gambar konstruksi (construction drawings), dan setelah keempat tahap tersebut dilaksanakan tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan, serta evaluasi setelah konstruksi, dan pengelolaan.

Penerimaan proyek (project acceptance) merupakan tahap pertama, pada tahap ini proposal proyek telah diterima dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu arsitek lanskap dan klien. Pada pertemuan pertama klien menjelaskan keinginannya kepada arsitek lanskap, kemudian terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak. Selanjutnya arsitek lanskap mempersiapkan proposal detail yang mencakup pelayanan, produk, dan biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak.

Tahap kedua adalah riset dan analisis (research and analysis) pada tahap ini arsitek lanskap membutuhkan rencana dasar tapak dan mengadakan inventarisasi tapak dan analisis. Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi (survey) tapak merupakan hal yang penting untuk melengkapi tahap ini, mewawancarai pemilik dan menyusun program.

Setelah tahap riset dan analisis, tahap ketiga adalah desain atau perancangan (design), pada tahap desain terdapat hal penting yaitu :

a. diagram fungsi ideal (ideal functional diagram), yaitu permulaan dari pembuatan grafis suatu desain. Tujuan dibuat diagram ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan yang paling tepat antara fungsi usulan utama dengan ruang perancangan/desain,

b. diagram fungsi keterhubungan tapak (site-related functional diagram), tahap ini mengadopsi hubungan yang telah terbentuk dalam diagram fungsi ideal untuk mengetahui kondisi dari tapak tersebut,

c. rencana konsep (concept plan) merupakan perkembangan langsung menjadi besar dari diagram keterhubungan fungsi tapak. Secara keseluruhan, area terdiri dari diagram fungsi keterhubungan tapak dan membagi semuanya ke dalam beberapa penggunaan yang spesifik pada area tersebut,

d. studi tentang komposisi bentuk (form composition study) dalam tahap ini desainer telah setuju dengan rasional, pertimbangan yang praktis dari fungsi dan lokasi. Dengan kata lain desainer telah mampu menyelesaikan masalah, e. desain awal (preliminary master plan), dalam desain awal semua elemen

desain dimasukan dan dipelajari kesatuan antara satu dengan yang lainnya, gaya grafis semi komplit. Semua elemen desain dipertimbangkan, untuk pertama kalinya, sebagai komponen yang berhubungan dalam keseluruhan lingkungan,

f. rencana induk (master plan) merupakan perbaikan/penghalusan dari desain awal. Perbedaannya dengan desain awal yaitu revisi desain dalam gaya grafis. Walaupun sama memakai gambar tangan tapi memiliki ketepatan bagian-bagian tertentu seperti garis properti, garis bangunan, dan batas dari struktur elemen keras (dinding, lantai, jalan, dek, dll.),

g. desain skematik (schematic design), untuk beberapa proyek proses desain dilanjutkan dengan rencana skematik. Pada skala kecil seperti perumahan atau vest-pocket park, rencana induk dan rencana skematik dianggap sama. Namun, pada skala yang besar dengan tata guna lahan yang banyak, desain skematik dipelajari lagi lebih dalam dengan detail yang dalam pula,

h. design development merupakan tahap terakhir dalam proses mendesain. Dalam tahap ini desainer lebih berkonsentrasi terhadap detail penampilan dan kesatuan dari material,

Tahap keempat adalah pengerjaan gambar konstruksi (construction drawings). Dalam tahap ini desainer mempersiapkan gambar-gambar konstruksi. Gambar-gambar tersebut yaitu gambar rencana layout, grading plan, rencana penanaman, dan detail konstruksi dengan spesifikasinya. Semua gambar-gambar tersebut dipersiapkan sebagai komunikasi bagaimana membangun semua elemen dalam proyek.

2.5 Pemanasan Global (Global warming)

Pemanasan global adalah gejala naiknya suhu permukaan bumi karena naiknya intensitas efek rumah kaca. Terjadinya efek rumah kaca ini juga disebabkan adanya gas rumah kaca yang berada di lingkungan seperti CO2, CFC (Chloro Fluoro Carbon), Metana, NO2, dan Ozon (Soemarwoto, 1991).

Salah satu hal yang menyebabkan pemanasan global adalah gas rumah kaca. Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Ketika energi ini tiba di permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi inframerah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.

2.6 Konsultan Lanskap

Konsultan lanskap adalah individu kunci atau organisasi yang bertanggung jawab memberikan saran dan mendesain sebuah proyek. Di dalam sebuah konsultan lanskap terdapat kontrak, yaitu persetujuan antara pemilik dan desainer dalam menetapkan tanggung jawab untuk mendesain sebuah proyek (Morrow, 1988).

Menurut Gold (1980), konsultan lanskap adalah pengembang yang memiliki tanggung jawab moral dalam hal penyediaan ruang dan fasilitas rekreasi dalam kota. Perencana kota dan arsitektur lanskap berperan penting dalam kegiatan preservasi, perancangan ruang terbuka, pembangunan fasilitas rekreasi, dan program sosial sebagai pelayanan kebutuhan rekreasi bagi manusia.

BAB III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Magang

Kegiatan magang dilakukan di Oemardi_Zain Landscape Consultant yang bertempat di Bumi Menteng Asri blok BE no. 2 Bogor 16111 Jawa Barat, Indonesia. Lokasi magang dapat dilihat pada Gambar 1. Kegiatan magang dilaksanakan dari bulan Maret 2011-Juni 2011. Jadwal kerja harian magang dimulai pada pukul 09.00 – 17.30 WIB.

Gambar 1. Peta Lokasi Magang 3.2 Metode Magang

Metode magang untuk kegiatan perancangan di Oemardi_Zain Landscape Consultant dilakukan dengan cara :

1. partisipasi aktif dalam kegiatan yang berlangsung di dalam perusahaan, terutama pada kegiatan perancangan vertical garden dan roof garden,

2. menganalisis elemen yang terdapat pada vertical garden dan roof garden,

3. melakukan wawancara dan studi pustaka untuk memperoleh data mengenai Oemardi_Zain Landscape Consultant,

Bogor

(No Scale)

4. melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap proyek-proyek yang telah selesai dikerjakan,

5. melakukan studi pustaka mengenai vertical garden dan roof garden untuk mengetahui masing-masing kelebihan dan kekurangannya. 3.3 Data Magang

Bentuk data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara lebih rinci bentuk-bentuk data yang digunakan diuraikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Rincian Data

No Jenis data Bentuk Data Sumber Data

1 Perusahaan :

- Sejarah Deskriptif

Oemardi_Zain Landscape Consultant

- Tujuan Deskriptif

- Data umum Deskriptif

- Struktur organisasi Deskriptif/ Gambar - Tenaga kerja dan sistem

kerja Deskriptif

- Bidang pekerjaan Deskriptif

- Layout studio Deskriptif/ Gambar

2 Proses perancangan :

1. Penerimaan proyek Deskripsi

Oemardi_Zain Landscape Consultant 2. Riset dan Analisis Deskripsi/ Gambar

3. Konsep Deskripsi/ Gambar

4. Pengembangan Desain Deskripsi/ Gambar 5. Gambar Kerja Deskripsi/ Gambar 3.4 Tahapan Kegiatan Magang

Tahapan kegiatan magang yang dilakukan pada perusahaan Oemardi_Zain Landscape Consultant dengan cara sebagai berikut:

1. Orientasi, merupakan tahap pengenalan mahasiswa terhadap tempat magang seperti struktur organisasi, sejarah perusahaaan, pembagian kerja, staf, sistem kerja, proyek yang dikerjakan, jadwal kerja, peralatan kerja, dan juga sistem penyimpanan file proyek. Pada tahap ini mahasiswa magang belum terlibat langsung ke proyek, mahasiswa lebih banyak melihat proyek-proyek yang sudah dikerjakan, membaca buku-buku

referensi yang ada di Oemardi_Zain. Kegiatan ini berlangsung selama dua minggu pertama.

2. Kegiatan studio dan lapang, kegiatan studio dimulai setelah melalui tahap orientasi selama dua minggu selesai. Pada kegiatan studio mahasiswa sudah dilibatkan dalam proses pengerjaan proyek. Selain terlibat dalam proyek yang dijadikan tugas akhir, mahasiswa juga dilibatkan dalam proyek lainnya. Kegiatan lapang dilakukan dalam porsi yang lebih sedikit, kegiatan ini dilakukan hanya beberapa waktu. Pada waktu magang mahasiswa mengikuti kegiatan lapang seperti melihat proyek yang sudah selesai dikerjakan, dan juga melihat kebun pembibitan tanaman yang merupakan mitra kerja perusahaan.

3. Analisis data, merupakan tahapan yang dilakukan setelah mahasiswa selesai melakukan kegiatan magang. Kegiatan analisis data ini menggunakan data-data yang diperoleh baik melalui data primer dan sekunder terkait dengan perusahaan dan data proyek. Kemudian tahap berikutnya, data-data yang telah diperoleh diolah dengan membandingkan hasil data dengan teori. Pada tahap ini dilakukan studi pustaka, diskusi, dan referensi-referensi.

3.5 Batasan Magang

Batasan magang difokuskan pada proses perancangan vertical garden dan roof garden pada Oemardi_Zain Landscape Consultant, baik kegiatan studio maupun kegiatan lapang.

BAB IV

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah

Oemardi_Zain Landscape Consultant (OZ) adalah sebuah perusahaan konsultan lanskap yang berdiri pada tahun 2004 di Bogor. Pendiri Oemardi_Zain atau sering disingkat dengan OZ adalah Ir. Umar Zain dan Ir. Dini Arfianti. Ir. Umar Zain adalah seorang yang sangat berpengalaman di bidang lanskap. Terlihat dari pengalaman kerja dan proyek yang telah dilaksanakan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga beberapa negara seperti Singapura dan Hongkong. Selain di Bogor, OZ memiliki studio lainnya yaitu di Singapura, Surabaya, dan Bali. Di ketiga kota ini OZ berbentuk asosiasi, gabungan, ataupun merupakan bagian dari suatu perusahaan.

4.2 Visi dan Misi

Oemardi_Zain Landscape Consultant memiliki visi dan misi. Visi dari OZ adalah menjadi leader “to be a world class landscape consultant”. Sedangkan misinya adalah “memberikan servis lanskap dengan produk yang terbaik dengan harga yang relatif murah”.

4.3 Data Umum

Data umum perusahaan merupakan data yang informasinya dapat diakses secara umum serta menjadi identitas suatu perusahaan. Data umum perusahaan sebagai berikut :

Nama perusahaan : Oemardi_Zain Landscape Consultant / OZ

Asal kota : Bogor

Asal negara : Indonesia Tahun pembentukan : 2004

Alamat : Bumi Menteng Asri blok BE No. 2 Bogor 16111 No. Telepon/ fax : +62 251 319 664

Email : oemardi_zain@yahoo.com Website : www.oemardizain.com

4.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan yang ada di OZ terdiri dari 6 bagian bidang kerja sebagai berikut :

1. Direktur, memiliki tugas sebagai pemimpin perusahaan, yang menentukan segala kebijakan perusahaan, termasuk mengenai proyek-proyek yang ditangani (bertindak sebagai konseptor).

2. Bagian Administrasi dan Keuangan, memiliki tugas sebagai pengatur segala keperluan yang menyangkut administrasi perusahaan, serta dalam hal keuangan perusahaan.

3. Studio Manager, bertugas mengatur kegiatan di dalam studio, mengecek tugas-tugas yang sedang dikerjakan staf, dan membuat daftar proyek-proyek yang dikerjakan.

4. Bidang Teknik, bertugas menjaga dan mengatur segala hal yang berhubungan dengan aset perusahaan, seperti komputer, printer, dan scanner.

5. Arsitek Lanskap dan Arsitek, bertugas mengembangkan dan mendesain hasil dari konsep yang telah ditentukan oleh direktur.

6. Drafter, bertugas menggambar hasil desain yang telah ditentukan.

Pada tahun 2012 Oemardi_Zain menambah jumlah stafnya, tiga orang arsitek lanskap dan empat orang drafter. Gambar 2 adalah gambar skema struktur organisasi perusahaan.

4.5 Tenaga Kerja dan Sistem Kerja

Tenaga kerja yang ada di OZ saat ini (Oktober 2012) berjumlah 20 orang, terdapat 10 orang arsitek lanskap, 3 orang arsitek, 5 orang drafter, dan 1 orang bagian administrasi dan keuangan, dan 1 driver.

Sistem kerja yang diterapkan di OZ adalah teamwork, yaitu setiap proyek yang ada, nantinya akan ditangani oleh seorang project manager yang kemudian membentuk sebuah tim kerja yang saling melengkapi. Namun, untuk pelaksanaannya dapat juga dikerjakan oleh staf yang lain diluar tim awal yang telah dibentuk. Project manager biasanya mendapat tugas langsung dari direktur mengenai proyek yang dipegang.

Gambar 2. Struktur Organisasi OZ (Sumber: Oemardi_Zain, 2011)

DIREKTUR/ OWNER Ir. Umar Zain

Citra I. Dwi Juliana Irfan

Nanang Chandra N.

Lisa H Aditya Novi

Arsitek Lanskap Arsitek

Drafter Didin

Bulan Lisyta

Drafter 1, 2, 3, 4 Bagian Adm. & Keuangan

Budhy S. Studio manager Hardian N. Bagian Teknis Beny S 18

4.6 Bidang Pekerjaan

Jasa yang diberikan oleh OZ dikhususkan pada pekerjaan perencanaan, perancangan, dan supervisi konstruksi lanskap. Lingkup pekerjaan yang ditangani Oemardi_Zain Landscape Consultant terbagi ke dalam 4 kategori yaitu 1) hotel, club, and resort, 2) residential, 3) theme park, 4) civic and commercial.

4.7 Layout Studio

Studio kerja pada OZ dibagi menjadi beberapa ruangan , antara lain ruang

Dokumen terkait