• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Proses Perancangan Roof Garden 1 Deskripsi Umum 1 Deskripsi Umum

5.2.5 Pengembangan Desain

Tahap pengembangan desain adalah tahap yang dilakukan setelah proposal pada tahap konsep desain telah disetujui oleh klien dalam hal ini adalah pihak RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, setelah terjadi persetujuan tersebut maka turun Surat Perintah Kerja (SPK). Surat perintah kerja ini menjelaskan tentang lingkup pekerjaan bagi pihak Oemardi_Zain sebagai konsultan lanskap. Di dalam SPK tertera produk akhir yang terdiri dari konsep, pengembangan desain, dan gambar kerja.

Konsep yang telah dibuat pada tahap sebelumnya mulai diperbaiki dengan ukuran yang lebih detail. Pada material hardscape yang disajikan seperti jenis dan ukuran material, bentuk, dimensi, ukuran, dan jumlah yang dilengkapi juga dengan gambar-gambar potongan. Sedangkan pada material softscape menunjukkan jenis-jenis tanaman yang digunakan. Pada gambar akan terlihat ukuran, jenis tanaman, letak, serta jumlah tanaman yang digunakan.

Proses pengerjaan pada tahap pengembangan desain ini konsultan lanskap selalu berkomunikasi dengan pihak-pihak yang terlibat terutama kepada pihak konsultan arsitektur. Dengan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat pada proyek ini diharapkan proyek yang dikerjakan berjalan sesuai rencana, sehingga menghasilkan produk akhir yang sesuai dengan keinginan.

Booth (1983), dalam tahap pengembangan desain ini desainer lebih berkonsentrasi terhadap detail penampilan dan kesatuan dari material. Tahap pengembangan desain sudah merupakan tahap teknis dalam proses desain. Sebagian besar produk akhirnya berupa gambar CAD. Gambar yang dihasilkan pada proyek ini terdiri dari gambar keseluruhan dan beberapa gambar parsial yang telah diperbesar.

Pada pengerjaan lanskap roof garden ini gambar-gambar yang disajikan pada tahap pengembangan desain berupa gambar denah lanskap, gambar potongan, denah penanaman pohon dan semak, denah titik lampu, dimensi dan material, dan gambar denah irigasi serta drainase.

Berikut adalah gambar denah lanskap roof garden yang dirancang oleh Oemardi_Zain pada perancangan roof garden di RSCM, dapat dilihat pada Gambar 34. Gambar 35 menunjukkan gambar potongan roof garden pada segmen A dan Gambar 36 menunjukkan gambar potongan lanskap dari roof garden pada segmen B.

Dari denah roof garden yang telah dirancang OZ, roof garden ini termasuk ke dalam jenis taman atap intensif. Jenis ini memiliki desain yang lebih rumit daripada taman atap ekstensif. Proporsi hijauan dan hard material pada roof garden intensif cukup seimbang. Perkerasan pada taman digunakan untuk menunjang aktivitas penggunanya. Jenis tanaman yang digunakan beragam, mulai dari groundcover, semak, sampai pohon tinggi sehingga mampu menghadirkan suatu ekosistem (Lestari, 2008).

Sedangkan roof garden ekstensif umumnya bersifat pasif, taman umumnya digunakan sebagai sekedar estetika dan penghijauan. Perawatannya tidak sesulit taman atap intensif. Jenis tanaman yang biasa digunakan adalah rumput dan groundcover yang memiliki perakaran dangkal.

Gambar 34. Denah Lanskap Roof Garden RSCM

(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

Denah Lanskap

Gambar 35. Potongan Roof Garden RSCM (1)

(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

Gambar 36. Potongan Roof Garden RSCM (2)

(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

Konsep desain yang diterapkan OZ pada denah lanskap roof garden terinspirasi dari sel dan fetus/ janin. Dari unsur sel yang diambil sebagai inspirasi desain, OZ mengambil pola garis yang terbentuk yang kemudian dimodifikasi agar menghasilkan bentukan garis yang lebih baik. Berikut adalah Gambar 37, gambar ilustrasi yang menunjukkan pola garis yang diambil OZ dari bentukan sel.

Gambar 37. Ilustrasi Pengambilan Pola Garis pada Sel (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Sedangkan dari bentukan fetus/ janin, OZ mengambil bentukan mengikuti garis luar yang berbentuk oval. Bentukan oval ini akan dijadikan sebagai pola ruang pada roof garden (Gambar 38).

Gambar 38. Ilustrasi Pengambilan Pola Oval pada Janin (Sumber : Oemardi_Zain, 2011 )

Berikut adalah Gambar 39 yang menunjukkan penerapan garis dari sel dan pola oval dari janin pada denah lanskap.

Gambar 39. Ilustrasi Penerapan Pola Garis dan Oval pada Roof Garden (Sumber : Oemardi_Zain, 2011 )

Dari gambar denah lanskap dapat terlihat prinsip desain yang digunakan OZ, prinsip desain yang paling menonjol adalah adalah Rhythm and Line. Menurut Ingles (2004), rhythm and line (ritme dan garis) ketika terjadi pengulangan terhadap sesuatu dalam suatu waktu dengan adanya standar jarak dan memiliki interval diantara pengulangan tersebut, maka akan terbentuk rhythm (ritme). Garis tercipta ketika material yang berbeda bertemu. Kesatuan dari dua batas suatu material akan membentuk garis pula. Pada denah lanskap tersebut terdapat sebuah pola garis yang merupakan aksis yang menghubungkan keseluruhan area pada roof garden. Pola ini menjadi penghubung dan menyatukan keseluruhan area di roof garden.

Dari keseluruhan denah lanskap terlihat adanya keseimbangan antara elemen hardscape dan softscape yang digunakan OZ pada desain roof garden tersebut. Jumlah tanaman pohon yang cukup banyak, yang lebih dihadirkan untuk mendapatkan fungsinya sebagai peneduh bagi aktivitas di roof garden tersebut. Dengan pola penanaman mengikuti pola garis yang telah terbentuk menambah nilai estetika roof garden tersebut. Selain jenis pohon elemen softscape lainnya yakni jenis rumput menambah kesan hijau roof garden tersebut. Menjadikan ruang tambahan bagi aktivitas untuk bermain bagi anak-anak dan juga bersantai bagi pengguna lainnya.

Elemen hardscape yang digunakan yakni bangku taman, CPG (Children Play Ground), paving, shade sail dan tiang pendukungnya, timber deck, dan elemen water feature. Dari elemen hardscape tersebut yang paling mendominasi adalah paving atau perkerasan yang digunakan sebagai lantai dasar, perkerasan untuk jalan, penggunaan pola, dan dasar pada sitting area.

Penggunaan elemen hardscape dan softscape yang digunakan pada perancangan roof garden di RSCM yang dirancang oleh OZ ini hampir seimbang, adanya perkerasan digunakan untuk mendukung adanya aktivitas yang ada, begitu juga dengan elemen tanaman yang digunakan menggunakan jenis pohon besar yang juga berfungsi untuk menaungi aktivitas di roof garden tersebut selain fungsi adanya tanaman tersebut terhadap lingkungan, dengan menyerap gas-gas rumah kaca. Roof garden yang dirancang OZ ini bisa digolongkan sebagai jenis intensive roof garden. Menurut Lestari (2008), jenis taman atap intensif memiliki

desain yang lebih rumit daripada jenis ekstensif. Ketebalan media yang digunakan minimum 6 inci dengan beban lebih dari 200 kg/m2 . Proporsi hijauan dan hard material pada roof garden ini cukup seimbang. Hal ini dikarenakan oleh adanya perkerasan pada taman digunakan untuk menunjang aktivitas penggunanya. Jenis tanaman yang digunakan beragam, mulai dari ground cover, semak, hingga pohon tinggi sehingga mampu menghadirkan sebuah ekosistem.

Sedangkan extensive roof garden memiliki beban 60-150 kg/ m2 dan ketebalan media tanah minimum 3-6 inci. Umumnya taman bersifat pasif, artinya taman digunakan sekedar sebagai estetika dan penghijauan. Perawatannya tak sesulit taman atap intensif. Jenis tanaman yang lazim digunakan ialah rumput dan groundcover yang memiliki perakaran dangkal (Lestari, 2008). Selain hal tersebut terdapat beberapa hal yang akan dibahas, antara lain :

a. Konstruksi

Menurut Sulistyantara dkk (2004), ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan terkait konstruksi atap bangunan yang akan digunakan untuk perancangan roof garden, yaitu :

- Penambahan beban atap

Dari awal perancangan roof garden RSCM ini, dalam hal konstruksi bangunan terutama bagian yang akan digunakan sebagai roof garden sudah dipertimbangkan oleh konsultan arsitektur. Kolom-kolom struktural pendukung sudah dipersiapkan untuk menahan beban tambahan yang muncul seperti (beban tanaman, media tanam, perkerasan, beban hidup seperti manusia dan aktivitasnya, dan juga beban atap plat beton sendiri). Dalam hal ini OZ selalu berkordinasi dengan konsultan arsitektur mengenai desain roof garden, agar desainnya sesuai dengan daya dukung konstruksi. Berikut adalah gambar 35 yang menunjukkan posisi kolom-kolom pada lantai empat.

Gambar 40. Posisi Kolom Struktural pada Lantai 4 (Sumber : Oemardi_Zain, 2011 )

Ukuran kolom pada roof garden tersebut terbagi dua yang pertama berukuraran 60x60 cm dan yang kedua berukuran 1x1m sedangkan jarak antar kolom sama rata yakni sebesar 7,2 meter. Keberadaan taman di atas atap akan menyebabkan bertambahanya beban yang perlu diperhitungkan. Timbunan tanah dan tanaman akan menambah beban mati, beban angin, dan tambahan beban air pada atap bangunan. Hal ini akan bertambah jika sistem pembuangan air tidak berfungsi dengan baik. Pada umumnya atap hanya diperhitungkan atas berat atap itu sendiri (tebal pelat atap umumnya 10 cm) dan beban yang diakibatkan oleh adanya genangan air pada atap bangunan jika terjadi hujan lebat. Namun jika atap digunakan sebagai taman, adanya beberapa jenis bahan yang sering digunakan dalam pembuatan taman akan memberi tambahan pada beban atap bangunan (Sulistyantara dkk, 2004). Tabel 8 menunjukkan beban dari bahan yang biasa digunakan pada pada bangunan.

Tabel 8. Bahan – Bahan yang Biasa Digunakan Beserta Bebannya

No Bahan Beban ( Kg/M3 )

1 Besi Tuang 7.250

2 Batu Alam 2.600

3 Beton Bertulang 2.400

4 Pasangan Batu Gunung 2.200

5 Beton 2.200

6 Pasangan Batu Cetak 2.200

7 Tanah Merah (basah) 2.000

8 Pasir Jenuh Air 1.800

9 Pasangan Bata 1.750

10 Tanah Merah (Kering) 1.700

11 Kerikil dan Koral 1.650

12 Pasir (Kering- lembab) 1.600

13 Batu Belah 1.500

14 Pasangan Batu Karang 1.450

15 Batu Pecah/ Split 1.450

16 Kayu 1.000

(Sumber : Sulistyantara dkk, 2004)

Pada perancangan roof garden RSCM beberapa material yang digunakan seperti beton, pasangan batu cetak yang digunakan untuk membuat pit tanaman dan low wall, pasir, dan kayu yang digunakan pada pembuatan dek. Perhitungan mengenai daya dukung elemen dari roof garden terhadap konstruksi bangunan secara mendetil dilakukan oleh konsultan sktruktur yang diminta oleh konsultan

arsitektur. Dalam hal ini konsultan lanskap tidak memperoleh data-data secara mendetail hasil dari perhitungan tersebut, konsultan lanskap hanya memberikan data mengenai elemen hard material dan soft material yang digunakan secara mendetail sebagai bahan dasar menghitungkan beban dari roof garden yang dirancang. Sedangkan untuk beban hidup yang perlu diperhitungkan diantaranya pada roof garden di RSCM ini adalah kegiatan bermain, duduk-duduk, dan berjalan. Tabel 9 menunjukkan beban hidup dari aktivitas manusia.

Tabel 9. Aktivitas Manusia dan Bebannya

No Kegiatan Beban (Kg/ m2)

1 Pesta dan dansa 500

2 Olah raga 400

3 Restoran 250

(Sumber : Sulistyantara dkk, 2004) - Lokasi Pohon Besar

Pada perancangan roof garden ini menggunakan beberapa pohon besar, berikut adalah gambar tampak samping peletakan titik pohon besar. Pada perancangan roof garden yang didesain oleh Oemardi_Zain. Beberapa titik pohon-pohon besar tidak tepat berada di atas kolom-kolom struktural, walau demikian posisinya tidak jauh dari titik kolom-kolom struktural. Seharusnya, konsultan lanskap meletakkan posisi tanaman tepat diatas kolom-kolom struktural. Dengan peletakan pohon besar di atas kolom struktural beban dari pohon tersebut dapat ditahan oleh kolom sehingga tidak merusak atap plat beton sekaligus mencegah terjadinya lengkungan atap beton. Berikut adalah Gambar 41, gambar potongan yang menunjukkan posisi pohon besar pada RSCM.

Gambar 41. Posisi Pohon Besar pada Roof Garden RSCM (Sumber: Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011 )

Untuk menanam pohon yang agak besar, perlu dibuat dinding penahan tanah, karena dibutuhkan ketebalan tanah yang cukup untuk menjaga stabilitas

pohon tersebut atau dengan membuat pit pada atap bangunan, sehingga terdapat ruang yang cukup untuk menempatkan tanah yang dibutuhkan (Sulistyantara dkk, 2004). Gambar 42 menunjukkan pit tanaman menurut Sulistyantara dkk (2004), sedangkan Gambar 43 menunjukkan pit pohon yang digunakan pada RSCM.

Gambar 42. Pit untuk Pohon (Sumber : Sulistyantara, 2004)

Gambar 43. Pit Pohon pada Roof Garden RSCM

(Sumber: Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011 )

Pada perancangan roof garden di RSCM ini, OZ juga membuat pit tanaman pada pohon-pohon besar agar tetap menjaga stabilitas pohon, sekaligus menyediakan hara yang cukup bagi tanaman.

- Pencegahan Kebocoran

Menurut Sulistyantara dkk (2004), atap perlu dilengkapi dengan saluran pembuangan air (drainage) sebagaimana lazimnya pada pelat datar konvensional. Lapisan drainase dari butiran kasar (sejenis kerikil) perlu ditambahkan agar air dengan mudah mengalir ke lubang-lubang saluran, lebih-lebih dikala hujan lebat untuk menghindari genangan air yang akan menyebabkan bertambahnya beban.

Pasir atau lembaran yang dapat menyerap air (porous) dari sejenis bahan polystyrene atau susunan batu apung sering kali digunakan, juga tumpukan batu merah yang ringan memiliki keunggulan dalam menyerap air dan menjaga kelembaban pada tingkat yang sesuai. Penggunaan lembaran polystyrene gelombang akan menghasilkan aliran air ke saluran dengan baik, sedang lekukan bawah gelombang dapat berfungsi sebagai tempat cadangan air untuk keperluan tanaman, seperti terlihat pada gambar 44.

Gambar 44. Lapisan Bawah Roof Garden (Sumber : Sulistyantara dkk, 2004)

Gambar 45. Lapisan Bawah Roof Garden RSCM (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Gambar 45 adalah gambar lapisan-lapisan di bawah tanah yang di desain OZ pada perancangan roof garden di RSCM untuk mencegah kebocoran pada atap, tebal atap plat beton pada perancangan roof garden RSCM setebal 20 cm. Lapisan-lapisan tersebut sekaligus sebagai penahan tanah agar tidak turun kebawah namun tetap dapat meneruskan kelebihan air, sehingga bisa tertahan di bagian bawah dan dialirkan ke drainase utama. Dengan adanya lapisan waterproofing tersebut air yang tertahan tidak langsung menempel ke atap bangunan sehingga atap bangunan tetap aman. Lapisan tersebut antara lain : nordrain mat, geotextile layer, screed, dan waterproofing. Berikut adalah gambar lapisan-lapisan tersebut (Gambar 46).

Gambar 46. Gambar Nordrain Mat, Geotextile, dan Pemasangan

Filter yang terbuat dari bahan geotextile dapat berfungsi sebagai pengganti ijuk, yang mengalirkan air ke bawah, tetapi menahan butiran tanah agar tidak

menyumbat saluran air. Untuk mencegah kerusakan lapisan kedap air, maka perlu diberi lapisan penahan, agar akar tanaman tidak merusak lapisan kedap air dan beton di bawahnya.

Selanjutnya air yang berlebih, baik yang berasal dari siraman air, maupun dari air hujan perlu dialirkan melalui lubang pembuangan. Agar tidak menyebabkan adanya genangan air yang dapat menyebabkan resapan dan kebocoran pada atap bangunan atau menyebabkan gangguan pada tanaman. Sebaiknya lubang pembuangan dapat terlihat atau jika terlindung diberi tanda, untuk memudahkan pemeriksaan. Berikut adalah contoh gambar drainase permukaan dan drainase resapan (Gambar 47) dan kerusakan plat atap beton bila sistem drainasenya buruk (Gambar 48).

Gambar 47. Sistem Drainase Permukaan dan Drainase Resapan (Sumber : Lestari, 2008)

Gambar 48. Kerusakan Atap Plat Beton Akibat Genangan (Sumber : Lestari, 2008)

Plat beton dilapisi waterproofing untuk menghindari retak, kebocoran, atau kemungkinan air merembes (Sabirin dalam Lestari, 2008). Tebal atap plat beton pada perancangan roof garden di RSCM memiliki tebal 20 cm. Struktur plat beton dipersiapkan dengan perhitungan daya dukung yang tepat, ketebalan sebaiknya 15-20 cm, kemudian didukung dengan lapisan waterproofing, drainage cell, dan geotextile layer (Sabirin dalam Lestari, 2008).

b. Media Tanam

Pada perancangan roof garden di RSCM ini OZ menggunakan jenis tanaman rumput, pohon kecil dan pohon besar. Untuk tanaman rumput kedalaman

media tanam pada RSCM sedalam 30 cm, untuk pohon kecil dengan kedalaman 70 cm, dan untuk pohon besar sedalam 100 cm. Kedalaman media tanam yang dipersyaratkan untuk menjamin pertumbuhan tanaman pada roof garden adalah seperti dalam Tabel 10 berikut :

Tabel 10. Jenis Tanaman dan Kedalaman Penanaman pada Roof Garden

No Jenis Penanaman Kedalaman Minimum (cm)

1 Rumput 20-30

2 Ground cover dan herba berbunga 25-30

3 Semak 60-75

4 Pohon kecil 75-105

5 Pohon besar 105-180

(Sumber : Sulistyantara dkk, 2004)

Untuk kedalaman media tanam pada penanaman rumput yang dirancang OZ sudah sesuai, bahkan berada di batas tertinggi dari kedalaman tersebut yakni 30 cm, sedangkan standar kedalaman media tanaman rumput antara 20-30 cm. Pada kedalaman media tanam pohon kecil OZ memiliki kedalaman media tanam sebesar 70 cm, sedikit kurang sesuai dengan Sulistyantara dkk (2004) yakni 75-105 cm, sehingga perlu penambahan ketebalan media tanam minimal sebesar 5 cm. Sedangkan pada pohon besar yang dirancang OZ memiliki ketebalan media tanam sebesar 105 cm, sudah sesuai dengan Sulistyantara dkk (2004). Namun masih berada di batas terendahnya, kisaran ketebalan media tanam pohon besar adalah 105-180 cm. Ketebalan media tanam ini tidak hanya berdasarkan ukuran pohon tersebut, namun dilihat dari jenis pohon tersebut juga. Bila pohon tersebut membutuhkan unsur hara yang lebih banyak maka dibutuhkan media tanam yang lebih tebal.

Campuran media tanam ringan merupakan alternatif yang menguntungkan menghindarkan beban yang terlalu berat terhadap struktur bangunan. Meskipun demikian, bila pembuatan drainasenya tidak baik pada saat terjadi kejenuhan air dapat menyebabkan peningkatan berat sampai 585 kg/m3.

Menurut Sulistyantara dkk (2004), kondisi yang harus diperhatikan dalam membuat formula media tanam untuk roof garden adalah ringan, kemampuan dalam menyediakan zat hara dan kelembaban tanah untuk keperluan pertumbuhan tanaman, serta kemampuannya untuk menciptakan struktur media tanam yang

cukup kepadatannya tetapi sekaligus mudah untuk drainasenya. Komposisi media tanam untuk roof garden dapat diberikan contohnya sebagai berikut :

Formula media tanam per m3 : 0,5 m3 pasir

0,5 m3 serutan/ serbuk kayu Ditambahkan ke dalam campuran di atas :

2-5 mm lapisan kulit kayu pinus 1 kg pupuk nitrogen slow release 0,75 pupuk majemuk NPK 6-20-20

1 kg pupuk TSP

0,5 kg pupuk ZA c. Jenis Tanaman

Menurut Sulistyantara dkk (2004), pemilihan jenis tanaman yang akan dipergunakan untuk mengisi roof garden pada dasarnya dilakukan dengan mengacu pada daya adaptasinya terhadap kondisi klimat setempat. Khusus pada pemilihan pohon yang berukuran besar, juga harus diperhitungkan beban yang akan ditimbulkannya terhadap konstruksi bangunan yang menyangganya. Pembatasan ukuran dewasa bagi pohon besar dapat dilakukan sejak awal dengan cara pemangkasan (topping) secara teratur. Struktur bangunan yang memiliki daya dukung beban yang tinggi memiliki keleluasaan dalam memilih berbagai jenis pohon berukuran besar hingga ditumbuhkan secara normal tanpa pemangkasan yag signifikan.

Berikut adalah jenis-jenis tanaman yang bisa digunakan pada roof garden dari jenis rumput, ground cover, pohon, dan jenis tanaman rambat, dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Tanaman yang Dapat Digunakan pada Roof Garden

No Spesies Nama Lokal Famili

A. Rumput

1 Agrostis stolonifera Rumput peking Graminae 2 Axonopus compressus Rumput paitan Graminae 3 Zoysia matrella Rumput manila Graminae

B. Ground Cover

1 Agave americana Siklop Agavaceae 2 Agalaia odorata Kemuning cina Meliacea

No Spesies Nama Lokal Famili

3 Ananas comosus Nenas hias Bromeliaceae 4 Aporrocactus flagelliformis Kaktus ekor tikus Cactaceae 5 Bromelia sp. Bromelia Bromeliaceae 6 Celosia argentea var. plumosa Jengger ayam kuning Amaranthaceae 7 Cephalocereus senilis Old man cactus Cactaceae 8 Chlorophytum comosum Lili paris Liliaceae 9 Coleus blumei Jawer kotok Labiatea 10 Cosmos divercifolius Kembang cakra Asteraceae 11 Costus speciosus Jahe-jahean Zingiberaceae 12 Cyperus papyrus Rumput payung Cyperaceae 13 Dahlia pinnata Dahlia Compositae 14 Euphorbia lactea Cucuk pagar Euphorbiaceae 15 Excocaria cochinensis Sambang darah Euphorbiaceae 16 Gardenia augusta Kaca piring Rubiaceae 17 Hedychium coronarium Gandasuli Zingiberaceae 18 Heliconia psittocorum Heliconia lady di Steritciaceae 19 Heliconia rostata Pisang hias Steritciaceae 20 Hydrangea macrophylla Bunga bokor Hydrangeaceae 21 Ixora javanica Soka berdaun kasar Rubiaceae 22 Ixora sinensis Soka berdaun kecil Rubiaceae 23 Juniperus horizontalus Cemara buaya Cupressaceae 24 Kalanchoe sp. Cocor bebek Crassulaceae 25 Opuntia microdasys Kaktus kuping kelinci Cactaceae 26 Sansevieria trifasciata Lidah mertua Agaveceae 27 Tagetes patula Kenikir Compositae 28 Victoria regia ‘Amazon’ Teratai raksasa Nymphaceae 29 Widelia biflora Bunga seruni Astereceae

C. POHON

1 Annona muricata Sirsak Annonaceae 2 Annona squamosa Srikaya Annonaceae 3 Averrhoa bilimbi Belimbing wuluh Oxalidaceae 4 Bambusa glaucescens Bambu jepang Graminae 5 Bambusa multiplex Bambu pagar Poaceae 6 Bambusa vulgaris Bambu kuning Poaceae 7 Belamcanda chinensis Brojo melintang Iridaceae 8 Bixa orellana Gelinggem Bixaceae 9 Bougainvillea spectabilis Bogenvil Nyctaginaceae 10 Brugmansia versicolor kecubung Solanaceae 11 Brunfelsia nitida Melati kosta Solanaceae 12 Carpentaria acuminata Serai raja Arecaceae 13 Clerodendrum paniculatum Kembang pagoda Verbenaceae 14 Codiaeum variegatum Puring Euphorbiaceae 15 Cordia sebastina Cordia Boraginaceae 16 Cordyline rubra Hangjuang merah Agaveceae 17 Cordyline terminalis Hangjuang merah Agaveceae 18 Duranta repens Anak nakal Verbenaceae 19 Fuchsia magallanica Fusia Onagraceae 20 Gloriosa superba L. Kembang sungsang Liliaceae 21 Pandanus furcatus Pandan raksasa Pandanaceae

No Spesies Nama Lokal Famili

22 Dracaena reflexa Suji Agaveceae 23 Thuja orientalis Cemara kipas Cupressaceae 24 Yucca gigantea Yuka Asparagaceae 25 Zamia loddigesii Zamia Zamiaceae 26 Amherstia nobilis Bunga ratu Fabaceae 27 Antidesma bunius Buni Moraceae 28 Araucaria cunninghamii Cemara norfolk Araucariaceae 29 Araucaria heterophylla Cemara norfolk Araucariaceae 30 Archantophoenix alexander Palem aleksander Palmae 31 Areca catechu Jambe, pinang sirih Arecaceae 32 Areca vestiaria Pinang yaki Arecaceae 33 Areca vestiaria Piang monyet Arecaceae 34 Arenga hdchinsoniana Pinang

35 Arthocarpus communis Sukun Moraceae 36 Arthocarpus heterophylla Nangka Moraceae 37 Arthocarpus integra Cempedak Moraceae 38 Astrocaryum malybo Palem bulu unggas Palmae 39 Averrhoa carambola L. Belimbing manis Oxalidaceae 40 Baccurea racemosa Menteng besar Euphorbiaceae 41 Bactris guineensis Palem abktris Aracaceae 42 Baringtonia asiatica Keben Lecithydaceae 43 Barleria cristata Kemang landep Acanthaceae 44 Borassus bomeense Lontar Arecaceae 45 Brownea capitata Bunga lampion Leguminoseae 46 Caliiandra haemathocephala Kaliandra merah Mimosaceae 47 Canarium commune Kenari Burceraceae 48 Carica papaya Pepaya Caricaceae 49 Caryota urens Pale ekor tupai Aracaceae 50 Cassia siamea Johar Caesalpiniceae 51 Casuarina sumatrana Cemara balon Casuarinceae 52 Cinnamomum burmanicum Kayu manis Lauraceae 53 Citrus aurantifolia Jeruk nipis Rutaceae 54 Coccothrinax alta Palem Arecaceae 55 Cocos nucifera Kelapa gading Arecaceae 56 Crescentia cujete Maja Bignoniaceae 57 Cupressus chasmeriana Cemara khasmir Cupressaceae 58 Cupressus macrocarpa Cemara Cupressaceae 59 Cupressus papuana Cemara gembel Cupressaceae 60 Cynometra cauliflora Nam-nam Fabaceae 61 Dillenia indica Sempur Dilleniaceae 62 Dioon edule Dion, virgin’s palm Cycadaceae 63 Diospyros celebica Eboni Ebenaceae 64 Diospyros kaki Kesemek Ebenaceae 65 Diospyros sp. Bisbul Ebenaceae 66 Durio zibethinus Durian Bombacaceae 67 Dyxoxylum excelcum Pohon majegu Meliaceae 68 Elaes guineensis Kelapa sawit Palmae 69 Eugenia malaccanensis Jambu bol Myrtaceae 70 Eugenia polychepalum Gowok Myrtaceae 71 Filicium desipiens Kerai payung Sapindaceae

No Spesies Nama Lokal Famili

72 Garcinia mangostana Manggis Guttiferae 73 Gigantochiba attroviolaceae Bambu hitam Poaceae 74 Gigantochloa hasskarliana Bambu apus Poaceae 75 Gnetum gnemon Melinjo Gnetaceae 76 Lansium domesticum Duku Meliaceae 77 Licuala grandis Palem kol Arecaceae

Dokumen terkait