• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.3 Riset dan Analisis

Pada tahap riset dan analisis terdapat beberapa kegiatan, antara lain kegiatan inventarisasi tapak dan analisa tapak. Kegiatan inventarisasi tapak dilakukan oleh OZ bersama dengan pihak konsultan lainnya dan juga bersama klien. Dari tahap ini didapat data primer mengenai tapak, terkait dengan lokasi tapak, luasan tapak, dan batas tapak, untuk memperoleh data yang lebih lengkap mengenai tapak yang akan didesain, OZ juga menerima data sekunder dari klien.

Setelah didapat data-data primer dan sekunder, tahap selanjutnya dilakukan analisis. Proses analisis ini lebih banyak dilakukan di studio, dengan pertimbangan-pertimbangan yang telah didapat dari kegiatan inventarisasi tapak atau kunjungan langsung ke tapak. Melalui inventarisasi tapak ini konsultan juga melakukan diskusi dengan klien baik di lapang atau pada saat inventariasasi atau sesuai kesepakatan lainnya baik di studio maupun via e-mail.

Proses riset dan analisis ini merupakan tahapan kedua yang dilakukan OZ setelah tahapan persiapan atau penerimaan proyek, pada tahap ini OZ mengunjungi tapak secara langsung, mengumpulkan data-data primer dan

sekunder yang nantinya dibutuhkan untuk dianalisis sehingga bisa menjadi pertimbangan dalam mendesain tapak.

Tahapan ini hampir sama dengan proses yang dilakukan menurut Booth (1983) tahap selanjutanya setelah penerimaan proyek adalah riset dan analisis (research and anlysis). Selanjutnya arsitek lanskap membutuhkan rencana dasar tapak dan mengadakan inventarisasi tapak dan analisis. Mengunjungi (survey) langsung ke tapak merupakan hal yang penting untuk melengkapi tahap ini. Mewawancarai pemilik dan menyusun program termasuk bagian dari tahap ini pula. Pada tahap ini diperoleh data-data sebagai berikut :

a. Aspek Fisik

Lokasi tapak berada di Jakarta Pusat, tepatnya di Jl. K.H. Wahid Hasyim No.70, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat. Terlihat pada Gambar 5 dan Gambar 6, menunjukkan ilustrasi 3 dimensi dari bangunan empat lantai yang akan digunakan sebagai vertical garden. Berikut adalah Gambar 7 yang menunjukkan lokasi perancangan vertical garden ini. Tampak dari atas terlihat bagian gedung yang akan digunakan sebagai vertical garden.

Gambar 5. Bangunan yang Digunakan SebagaiVertical Garden (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Gambar 6. Bagian Depan dan Samping Bangunan (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Gambar 7. Peta Lokasi Perancangan (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Vertical garden dibangun pada bangunan berlantai empat yang posisinya dekat dengan jalan raya. Lokasi perancangan vertical garden terdapat pada bangunan gedung di bagian depan seluas 35 m2 dan bagian samping seluas 100 m2.

Pemilihan gedung ini salah satunya dikarenakan faktor biaya. Ukuran bangunan yang kecil bisa menekan biaya perancangan vertical garden. Selain itu ruang-ruang di sekitar gedung adalah ruang yang berfungsi sebagai ruang penyimpanan, ruang genset, ruang keamanan, dan dapur. Bagian samping dari bangunan ini merupakan area yang berfungsi sebagai loading area atau area bongkar muat barang. Tingginya tingkat mobilisasi kendaraan akan menghasilkan gas sisa kenderaan yang cukup besar. Gas yang berasal dari asap kendaraan tersebut dapat diserap oleh tanaman dengan adanya vertical garden.

Berikut adalah Gambar 8 yang menunjukkan gambar tampak depan lokasi perancangan vertical garden, sedangkan Gambar 9 menunjukkan gambar tampak samping lokasi perancangan vertical garden.

Bangunan ini sudah disiapkan oleh konsultan arsitektur untuk dikombinasikan dengan menghadirkan vertical garden. Setelah gambar dari konsultan arsitektur selesai, tahap berikutnya OZ melakukan perancangan vertical garden dengan berpedoman pada gambar dari konsultan arsitektur. Selesainya desain vertical garden, OZ melakukan konsultasi ke konsultan struktur untuk mengetahui daya dukung bangunan dengan perancangan vertical garden yang sudah dibuat. Kemudian konsultan struktur melakukan analisis perhitungan dari beban yang akan ditimbulkan vertical garden dengan kekuatan dari bangunan. Dari tahap itu, konsultan struktur menyatakan bahwa bangunan mampu menahan beban vertical garden tersebut. Dalam hal ini OZ tidak memperoleh hasil perhitungan tersebut. Kemudian dilanjutkan diskusi dengan konsultan M/E untuk mengetahui sistem drainase dan irigasinya.

Gambar 8. Tampak Depan Vertical Garden (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Gambar 9. Tampak Samping Vertical Garden (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Persiapan yang telah dilakukan OZ dengan melakukan konsultasi kepada konsultan struktur dan konsultan M/E sudah sangat tepat, hal ini akan menjadikan rancangan yang dibuat bisa sesuai daya dukung dari bangunan, sehingga bangunan mampu menahan beban yang dihadirkan dengan adanya vertical garden seperti (konstruksi, media tanam, tanaman, sistem drainase dan irigasi, planter box) dapat didukung oleh bangunan, yang dalam jangka waktu panjang tidak merusak bangunan. Sehingga fungsi adanya taman ini memberikan manfaat yang maksimal.

b. Aspek Biofisik

Iklim, Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Suhu rata-rata tahunannya sekitar 28,4°C, dengan kelembaban 75% dan kecepatan angin 1,38 m/s (Joga, 2011).

Suhu eksisting jakarta berada diatas batas kenyamanan, sedangkan tingkat kelembaban Kota Jakarta berada di batas tertinggi, mendekati kondisi yang tidak nyaman. Menurut Laurie (1986) iklim ideal bagi manusia adalah udara yang bersih dengan suhu udara kurang lebih 27°C sampai dengan 28°C, dan kelembaban udara antara 40% sampai dengan 75%, udara yang tidak terperangkap dan tidak berupa angin kencang, serta keterlindungan terhadap hujan.

Lokasi perancangan cukup terbuka dan sebagian terlindungi oleh gedung oleh karena itu dipilih tanaman dengan kebutuhan cahaya penuh dan semi naungan. Berada dekat dengan jalan menjadikan lokasi ini dekat dengan sumber polusi yang bersumber dari kendaraan bermotor. Sumber polusi yang ada di kota Jakarta sebagian besar berasal dari transportasi yakni CO2 (92%), NOx (73,4%),

dan SOx (26,5%), selebihnya dari industri, pemukiman dan sampah (Joga, 2011). Ketiga gas tersebut adalah gas yang termasuk dalam gas yang mengakibatkan terjadinya global warming. Adanya vertical garden ini diharapkan mampu mengurangi kadar gas rumah kaca tersebut.

c. Aspek Sosial

Pengguna yang ada di sekitar lokasi adalah pengguna apartemen, pengendara yang berada diluar lokasi, yang secara tidak langsung dapat melihat adanya vertical garden nantinya, dan pejalan kaki. Jenis kendaraan yang melintasi

mulai dari mobil pribadi, angkutan umum, dan sepeda motor. Frekuensi mobilisasi cukup tinggi dengan kemacetan dan asap kenderaan.

Pengguna apartemen yang membawa kendaraan ke dalam kawasan apartemen akan menambah polusi di dalam kawasan apartemen. Banyaknya bangunan yang ada dalam kawasan apartemen bisa dimanfaatkan sebagai penangkap gas polutan tersebut. Selain itu, adanya vertical garden ini memberikan visualisasi yang baik bagi pengguna di luar apartemen.

Dokumen terkait