• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

5.2. Proses Perancangan Roof Garden 1 Deskripsi Umum

Proyek ini berlokasi di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Terdapat dua perancangan lanskap yang dilakukan oleh OZ yang pertama adalah perancangan untuk bagian Ground Floor (GF) dan yang kedua adalah perancangan pada bagian Roof Garden (RG) atau taman atap. Pada tulisan ini akan lebih difokuskan pada perancangan roof garden.

Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (biasa disingkat RSCM) adalah sebuah rumah sakit pemerintah yang terletak di Jakarta Pusat, Indonesia. Selain menjadi RS pemerintah, RSCM juga berfungsi sebagai RS pendidikan, salah satunya adalah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di lokasi rumah sakit ini.

Nama proyek ini adalah Perancangan Lanskap Pusat Kesehatan Ibu dan Anak (RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo) dan adapun pihak – pihak yang terlibat dalam proyek ini, adalah :

- Pemberi tugas : (RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo) - Team Leader : Ir. Ronal L. Tambun, IAI

- Manajemen Konsultan : PT Galih Karsa Utama - Konsultan Lanskap : Oemardi_Zain

- Konsultan Perencana :

Ada lima tahapan yang dilakukan Oemardi_Zain dalam proses perancangan roof garden atau taman atap pada proyek ini, yaitu : tahap persiapan, tahap riset dan analisis (research and appraisal), tahap konsep desain (concept design), tahap pengembangan desain (design development) dan tahap pembuatan gambar kerja (working drawing).

Berikut adalah Gambar 29 yang menunjukkan proses perancangan menurut Booth dan proses perancangan yang dilakukan oleh Oemardi_Zain. Dari proses penerimaan proyek, kemudian tahap riset dan analisis masih sama. OZ memisahkan pengembangan desain pada satu tahap sendiri, sedangkan pada Booth tahap itu digabung dalam tahap desain. Pada tahap akhir Booth

PT Indah Karya (Persero) dan PT Tigarasa Multiyasa

menggunakan istilah gambar kontruksi sedangkan OZ menggunakan istilah gambar kerja.

Gambar 29. Proses Perancangan Booth (1983) dan Oemardi_Zain 5.2.2 Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahapan perumusan tujuan, program dan informasi lain tentang berbagai keinginan dari klien, dalam proyek perancangan lanskap kali ini klien adalah pihak (RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo/ RSCM), kemudian diikuti dengan persetujuaan kerja antara pihak konsultan dengan klien.

Pada proyek ini Oemardi_Zain Landscape Consultant tidak berdiri sendiri, OZ berada dibawah konsultan arsitektur. Jadi, OZ tidak berhubungan langsung dengan owner namun melalui konsultan arsitektur. Setiap pekerjaan yang dikerjakan oleh OZ disampaikan terlebih dahulu kepada konsultan arsitektur, kemudian konsultan arsitektur yang bertemu dengan owner, hal ini juga berdampak pada sistem pembayaran. Jika OZ berdiri sendiri dalam suatu proyek

sistem pembayaran yang diterima langsung dari owner/pemberi tugas, namun pada proyek ini pembayaran yang diterima OZ melalui konsultan arsitektur. 5.2.3 Riset dan Analisis

Pada tahap riset dan analisis terdapat beberapa kegiatan, antara lain kegiatan inventarisasi tapak dan analisa tapak. Kegiatan ini ditujukan untuk memperoleh data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perancangan. Dari data-data tersebut kemudian dianalisis, analisis data-data tersebut akan dikaitkan dengan tujuan dari perancangan.

Menurut Reid (2001) pada tahap inventarisasi dan analisis, para profesional lanskap mengumpulkan dan mencatat informasi tentang karakteristik fisik dari sebuah tapak, seperti ukuran-ukuran tapak dan bangunan, tumbuh-tumbuhan, tanah, iklim, drainase, arah-arah pandangan dan faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh yang baik. Pada tahap riset dan analisis proyek perancangan roof garden ini diperoleh data-data sebagai berikut :

a. Aspek Fisik

Lokasi tapak perancangan lanskap roof garden Pusat Kesehatan Ibu dan Anak (RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo) terletak di Jalan Diponegoro No. 71, Kenari, Senen, Jakarta Pusat. Gambar 30 menunjukkan lokasi perancangan roof garden pada kawasan RSCM.

Gambar 30. Peta Lokasi Perancangan (Sumber : Oemardi_Zain, 2011) (No Scale)

Luas segmen A adalah 895 m2, segmen B seluas 1592 m2, dan segmen C 434 m2 dengan area roof garden yang cukup luas bisa dijadikan alternatif ruang aktivitas tambahan bagi pengguna yang berada di Rumah Sakit tersebut, selain itu manfaat lainnya seperti perbaikan kualitas lingkungan akan didapatkan.

Posisi gedung pada kawasan RSCM dekat dengan jalan utama, pintu utama tepat mengarah ke arah jalan utama. Ini akan memberikan kemudahan bagi pasien yang dibawa kerumah sakit agar bisa segera mendapatkan pelayanan. Pada Gambar 30 terlihat segmen A, B, dan C. Segmen itu berada pada ketinggian lantai lima gedung, sedangkan bagian lainnya hingga mencapai lantai dua belas. Posisi ini sesuai bila digunakan sebagai roof garden, ditinjau juga dari aspek biofisik sekitar gedung agar intensiats seperti angin dan radiasi tidak terlalu tinggi, yang akan berpengaruh terhadap vegetasi yang digunakan, selain itu dilihat dari aspek sosial dari pengguna tapak pada ketinggian tersebut masih dirasakan nyaman bagian manusia baik secara iklim mikro atau psikis, atau rasa takut terhadap ketinggian.

Dalam perancangan roof garden ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, seperti kondisi angin dan radiasi matahari yang lebih besar dikarenakan posisi roof garden cukup tinggi dari permukaan, tepatnya berada di lantai 5 gedung yang dibangun. Ditambah lagi dengan keadaan Kota Jakarta yang cukup panas, dan juga tingginya polusi, sehingga dibutuhkan adanya tanaman-tanaman yang dapat memberikan naungan di roof garden tersebut, berfungsi ekologis terhadap iklim mikro di sekitar roof garden, dan juga mampu memberikan tambahan estetika bangunan.

Adanya roof garden ini akan menciptakan tambahan ruangan bagi pengguna rumah sakit, sebagai area bersantai, area refleksi, area bermain bagi anak-anak, dan juga sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Selain itu harus diperhitungkan juga kekuatan konstruksi bangunan, dari atap plat beton dan juga kolom struktural.

b. Aspek Biofisik

Dari data sekunder didapatkan bahwa kondisi iklim Jakarta rata-rata pertahun, memiliki suhu sebesar 28,4°C, kelembaban 75%, dan kecepatan angin 1,38m/s (Joga, 2011). Untuk kategori suhu dan kelembaban, menurut Laurie

(1986) iklim ideal bagi manusia adalah udara yang bersih dengan suhu udara kurang lebih 27°C sampai dengan 28°C, dan kelembaban udara antara 40% sampai dengan 75%, udara yang tidak terperangkap dan tidak berupa angin kencang, serta keterlindungan terhadap hujan. Berikut adalah Tabel 7 yang menunjukkan perbandingan antara suhu dan kelembaban Kota Jakarta dengan standar kenyamanan menurut Laurie (1986).

Tabel 7. Suhu dan Kelembaban Kota Jakarta

Suhu (°C) Kelembaban (%) THI

Jakarta 28,4 75 26,98

Standar

(Nyaman) 27-28 40-75 21-27

Sumber Laurie (1986) Nieuwolt, 1975 dalam

Margaretha, 2007

Dari data tersebut didapatkan bahwa kondisi iklim Kota Jakarta mendekati kondisi yang tidak nyaman. Begitu juga dengan hasil perhitungan THI (Temperature Humidity Index) menunjukkan kondisi yang sama. Untuk itu perlunya ditingkatkan keberadaan taman atau hutan kota, yang bisa membantu menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban. Bila ditinjau dari kondisi kecepatan angin, kecepatan angin Kota Jakarta sebesar 1,38m/s, angka ini berada pada kategori kecepatan maksimal berada dibawah kondisi paling nyaman yang seharusnya yakni 0,25-0,5 m/s. Berikut adalah Gambar 31 yang menunjukkan pengaruh angin terhadap kenyamanan menurut Frick dan Setiawan (2002).

Gambar 31. Kecepatan Angin dan Kenyamanan (Sumber : Heinz Frick & Pujo L. Setiawan, 2002)

Salah satu cara agar dapat mengembalikan kondisi Kota Jakarta ke kondisi nyaman atau paling tidak menjauh dari kondisi yang tidak nyaman adalah dengan memperbanyak jumlah tanaman di perkotaan. Adanya tanaman akan membantu menurunkan suhu sekaligus meningkatkan kelembaban. Di tengah keterbatasan

lahan di Jakarta, roof garden bisa menjadi salah satu alternatif meningkatkan jumlah taman dengan memanfaatkan gedung-gedung bertingkat.

Semakin tinggi bangunan dari permukaan, maka kecepatan anginnya akan bertambah, begitu juga dengan perancangan roof garden yang berada di lantai 5. Selain tingginya kecepatan angin, tingkat radiasi sinar matahari cukup tinggi sehingga dibutuhkan tanaman yang cukup adaptif terhadap tingginya kecepatan angin dan radiasi matahari.

Pada perancangan roof garden berbagai jenis tanaman bisa digunakan dari jenis rumput, semak, perdu, tanaman rambat, tanaman air, hingga pohon. Namun untuk pohon terdapat beberapa persyaratan seperti, perakaran ringkas, mudah pengangkutan, tidak berduri, dan bukan tanaman besar (Sulistyantara dkk, 2004). c. Aspek Sosial

Pengguna yang berada di lokasi diantaranya para dokter, tenaga medis, staf dan pekerja rumah sakit, pasien, pegunjung, dan mahasiswa FK UI. Keberadaan pengguna tapak akan diikuti dengan aktivitasnya yang terkadang bisa berdampak kurang baik bagi lingkungan, seperti kendaraan yang dipergunakan menghasilkan emisi seperti CO2, NOx, dan CO, dua dari gas tersebut (CO2 dan NOx) tergolong gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global. Selain itu penggunaan AC (Air Conditioner) atau pendingin ruangan menghasilkan gas rumah kaca jenis lainnya yakni CFC (Chloro Fluoro Carbon). Selain diperlukannya ruang hijau secara horizontal untuk menjerat gas tersebut, keberadaan roof garden akan membantu mengurangi keberadaan gas tersebut pada lokasi yang lebih tinggi.

Aktivitas yang terjadi tidak hanya pada lantai dasar, namun juga berada di lantai-lantai gedung bertingkat. Untuk memberikan kemudahan bagi mereka dalam melakukan aktivitas di ruang terbuka tanpa harus turun ke lantai paling bawah, roof garden bisa menjadi alternatif untuk memberikan ruang tambahan aktivitas. Adanya taman ini diharapkan mampu memberikan alternatif ruang aktivitas tambahan yang nyaman bagi masing-masing pengguna seperti,

 Dokter : beristirahat, bersantai

 Pasien anak-anak : bermain

 Pengunjung, mahasiswa : ruang interaksi sosial

5.2.4 Konsep

Setelah dilakukan tahap analisis, tahap berikutnya adalah tahap konsep. Konsep pada proyek ini ditentukan oleh konseptor yaitu direktur Oemardi_Zain. Setelah proses pembuatan konsep selesai, konseptor menjelaskan kepada para staf pada suatu pertemuan. Pada tahap konsep ini dilakukan penciptaan ide-ide yang menyangkut tema dari desain lanskapnya dan kemudian proyek diberikan kepada seorang Project Manager (PM). Project Manager kemudian membentuk sebuah tim kerja yang didalamnya terdapat beberapa staf, dan juga mahasiswa magang.

Berada dalam sebuah tim kerja memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk belajar berkomunikasi dengan tim, berbagi ilmu baik dari segi teknis penggunaan software, cara kerja, untuk meningkatkan efektivitas kerja, sehingga bisa meningkatkan keterampilan mahasiswa khususnya dalam perancangan.

Konsep umum perancangan lanskap Pusat Kesehatan Ibu dan Anak ini adalah Healing, Activities, and Green Visual. Healing mengacu pada adanya taman ini bisa memberikan ruang untuk kegiatan yang terkait dengan kesehatan seperti terapi dan reflexiology bagi pasien yang baru melakukan operasi. Activities mengacu kepada tambahan ruang untuk beraktivitas baik bagi pengunjung untuk berinteraksi sosial, seperti dokter, staf dan tenaga medis. Green visual mengacu pada adanya taman ini mampu memberikan pandangan yang baik serta memberikan kesan hijau bangunan sehingga mampu melembutkan kesan bangunan gedung, baik bagi orang yang berada di roof garden atau di luar bangunan.

Konsep desain terinspirasi dari bentukan sel dan fetus/ janin. Sel merupakan unit dasar fungsional kehidupan semua makhluk hidup, terdiri dari satu atau lebih sel. Janin adalah tahap pertama sebuah penciptaan makhluk hidup. Bentukan atau pola dari hal tersebut yang nantinya akan diterapkan pada perancangan roof garden. Berikut adalah gambar bentuk sel dan janin yang dijadikan sebagai inspirasi desain oleh OZ (Gambar 32).

Gambar 32. Sel dan Janin (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Cara memperoleh ide desain atau inspirasi desain yang dilakukan oleh OZ cukup sederhana mengambil analogi dari elemen-elemen yang terkait dengan proyek tersebut. Hal ini menjadi inspirasi tersendiri bagi mahasiswa magang dalam memperoleh ide desain dari setiap proyek terutama dalam hal perancangan lanskap. Pada kegiatan magang mahasiswa juga disarankan untuk membuka buku-buku referensi yang ada di perusahaan untuk menambah ide-ide desain tersebut.

Perancangan roof garden ini juga penerapan salah satu konsep green building. Hal ini tidak hanya untuk nilai keindahan namun juga menghadirkan nilai ekologis sehingga baik bagi lingkungan. Dalam tahap konsep yang ada di OZ terdapat tahapan yang disebut landscape strategy. Landscape strategy merupakan langkah untuk mengembangkan konsep yang telah dibuat dengan mencari, memilih dan menempatkan ide-ide dari konsep ke dalam desain tapak. Landscape strategy ini dibagi 2 bagian, yaitu soft landscape dan hard landscape.

Material perancangan taman menurut Crow (1981) yaitu land form, plant material, water, sculptural forms, garden boundaries dan ground pattern. Land form adalah bentukan lahan alami yang merupakan sebuah pondasi bagi setiap lanskap. Material tanaman (plant material) merupakan salah satu media untuk berkreasi dalam merancang suatu taman, selain itu juga dapat memperbaiki iklim mikro.

Soft landscape mengacu kepada penggunaan jenis-jenis tanamannya. Pada proyek roof garden ini akan digunakan jenis tanaman yakni jenis rumput dan pohon. Jenis pohon ditujukan untuk mengambil fungsinya sebagai peneduh, sedangkan jenis tanaman lain untuk melengkapi, menambah nilai estetika.

Untuk desain hardscape pada roof garden ini ditujukan pada aspek fungsional dan estetisnya. Ada beberapa jenis hardscape yang akan digunakan pada roof garden ini, yaitu seating, playground, reflexiology path, planter, art

work dan water feature. Seating, playground, dan reflexiology path, lebih ditujukan pada aspek fungsionalnya. Untuk menambah nilai estetika dari roof garden tersebut ditambah art work dan water feature, namun tetap memberikan nilai fungsional yang baik bagi roof garden. Berikut adalah image reference dari elemen hardscape yang digunakan OZ (Gambar 33).

Gambar 33. Elemen Hardscape (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Elemen air berguna untuk menciptakan keseimbangan lingkungan serta memberikan kesejukan. Sculptural form adalah salah satu bentuk seni, biasanya berupa suatu patung atau pahatan yang terbuat dari batu dan berfungsi untuk menghiasi taman dan sculpture ini telah ada sejak zaman Roma (Hannebaum, 2002).

5.2.5 Pengembangan Desain

Tahap pengembangan desain adalah tahap yang dilakukan setelah proposal pada tahap konsep desain telah disetujui oleh klien dalam hal ini adalah pihak RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, setelah terjadi persetujuan tersebut maka turun Surat Perintah Kerja (SPK). Surat perintah kerja ini menjelaskan tentang lingkup pekerjaan bagi pihak Oemardi_Zain sebagai konsultan lanskap. Di dalam SPK tertera produk akhir yang terdiri dari konsep, pengembangan desain, dan gambar kerja.

Konsep yang telah dibuat pada tahap sebelumnya mulai diperbaiki dengan ukuran yang lebih detail. Pada material hardscape yang disajikan seperti jenis dan ukuran material, bentuk, dimensi, ukuran, dan jumlah yang dilengkapi juga dengan gambar-gambar potongan. Sedangkan pada material softscape menunjukkan jenis-jenis tanaman yang digunakan. Pada gambar akan terlihat ukuran, jenis tanaman, letak, serta jumlah tanaman yang digunakan.

Proses pengerjaan pada tahap pengembangan desain ini konsultan lanskap selalu berkomunikasi dengan pihak-pihak yang terlibat terutama kepada pihak konsultan arsitektur. Dengan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat pada proyek ini diharapkan proyek yang dikerjakan berjalan sesuai rencana, sehingga menghasilkan produk akhir yang sesuai dengan keinginan.

Booth (1983), dalam tahap pengembangan desain ini desainer lebih berkonsentrasi terhadap detail penampilan dan kesatuan dari material. Tahap pengembangan desain sudah merupakan tahap teknis dalam proses desain. Sebagian besar produk akhirnya berupa gambar CAD. Gambar yang dihasilkan pada proyek ini terdiri dari gambar keseluruhan dan beberapa gambar parsial yang telah diperbesar.

Pada pengerjaan lanskap roof garden ini gambar-gambar yang disajikan pada tahap pengembangan desain berupa gambar denah lanskap, gambar potongan, denah penanaman pohon dan semak, denah titik lampu, dimensi dan material, dan gambar denah irigasi serta drainase.

Berikut adalah gambar denah lanskap roof garden yang dirancang oleh Oemardi_Zain pada perancangan roof garden di RSCM, dapat dilihat pada Gambar 34. Gambar 35 menunjukkan gambar potongan roof garden pada segmen A dan Gambar 36 menunjukkan gambar potongan lanskap dari roof garden pada segmen B.

Dari denah roof garden yang telah dirancang OZ, roof garden ini termasuk ke dalam jenis taman atap intensif. Jenis ini memiliki desain yang lebih rumit daripada taman atap ekstensif. Proporsi hijauan dan hard material pada roof garden intensif cukup seimbang. Perkerasan pada taman digunakan untuk menunjang aktivitas penggunanya. Jenis tanaman yang digunakan beragam, mulai dari groundcover, semak, sampai pohon tinggi sehingga mampu menghadirkan suatu ekosistem (Lestari, 2008).

Sedangkan roof garden ekstensif umumnya bersifat pasif, taman umumnya digunakan sebagai sekedar estetika dan penghijauan. Perawatannya tidak sesulit taman atap intensif. Jenis tanaman yang biasa digunakan adalah rumput dan groundcover yang memiliki perakaran dangkal.

Gambar 34. Denah Lanskap Roof Garden RSCM

(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

Denah Lanskap

Gambar 35. Potongan Roof Garden RSCM (1)

(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

Gambar 36. Potongan Roof Garden RSCM (2)

(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

Konsep desain yang diterapkan OZ pada denah lanskap roof garden terinspirasi dari sel dan fetus/ janin. Dari unsur sel yang diambil sebagai inspirasi desain, OZ mengambil pola garis yang terbentuk yang kemudian dimodifikasi agar menghasilkan bentukan garis yang lebih baik. Berikut adalah Gambar 37, gambar ilustrasi yang menunjukkan pola garis yang diambil OZ dari bentukan sel.

Gambar 37. Ilustrasi Pengambilan Pola Garis pada Sel (Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Sedangkan dari bentukan fetus/ janin, OZ mengambil bentukan mengikuti garis luar yang berbentuk oval. Bentukan oval ini akan dijadikan sebagai pola ruang pada roof garden (Gambar 38).

Gambar 38. Ilustrasi Pengambilan Pola Oval pada Janin (Sumber : Oemardi_Zain, 2011 )

Berikut adalah Gambar 39 yang menunjukkan penerapan garis dari sel dan pola oval dari janin pada denah lanskap.

Gambar 39. Ilustrasi Penerapan Pola Garis dan Oval pada Roof Garden (Sumber : Oemardi_Zain, 2011 )

Dari gambar denah lanskap dapat terlihat prinsip desain yang digunakan OZ, prinsip desain yang paling menonjol adalah adalah Rhythm and Line. Menurut Ingles (2004), rhythm and line (ritme dan garis) ketika terjadi pengulangan terhadap sesuatu dalam suatu waktu dengan adanya standar jarak dan memiliki interval diantara pengulangan tersebut, maka akan terbentuk rhythm (ritme). Garis tercipta ketika material yang berbeda bertemu. Kesatuan dari dua batas suatu material akan membentuk garis pula. Pada denah lanskap tersebut terdapat sebuah pola garis yang merupakan aksis yang menghubungkan keseluruhan area pada roof garden. Pola ini menjadi penghubung dan menyatukan keseluruhan area di roof garden.

Dari keseluruhan denah lanskap terlihat adanya keseimbangan antara elemen hardscape dan softscape yang digunakan OZ pada desain roof garden tersebut. Jumlah tanaman pohon yang cukup banyak, yang lebih dihadirkan untuk mendapatkan fungsinya sebagai peneduh bagi aktivitas di roof garden tersebut. Dengan pola penanaman mengikuti pola garis yang telah terbentuk menambah nilai estetika roof garden tersebut. Selain jenis pohon elemen softscape lainnya yakni jenis rumput menambah kesan hijau roof garden tersebut. Menjadikan ruang tambahan bagi aktivitas untuk bermain bagi anak-anak dan juga bersantai bagi pengguna lainnya.

Elemen hardscape yang digunakan yakni bangku taman, CPG (Children Play Ground), paving, shade sail dan tiang pendukungnya, timber deck, dan elemen water feature. Dari elemen hardscape tersebut yang paling mendominasi adalah paving atau perkerasan yang digunakan sebagai lantai dasar, perkerasan untuk jalan, penggunaan pola, dan dasar pada sitting area.

Penggunaan elemen hardscape dan softscape yang digunakan pada perancangan roof garden di RSCM yang dirancang oleh OZ ini hampir seimbang, adanya perkerasan digunakan untuk mendukung adanya aktivitas yang ada, begitu juga dengan elemen tanaman yang digunakan menggunakan jenis pohon besar yang juga berfungsi untuk menaungi aktivitas di roof garden tersebut selain fungsi adanya tanaman tersebut terhadap lingkungan, dengan menyerap gas-gas rumah kaca. Roof garden yang dirancang OZ ini bisa digolongkan sebagai jenis intensive roof garden. Menurut Lestari (2008), jenis taman atap intensif memiliki

desain yang lebih rumit daripada jenis ekstensif. Ketebalan media yang digunakan minimum 6 inci dengan beban lebih dari 200 kg/m2 . Proporsi hijauan dan hard material pada roof garden ini cukup seimbang. Hal ini dikarenakan oleh adanya perkerasan pada taman digunakan untuk menunjang aktivitas penggunanya. Jenis tanaman yang digunakan beragam, mulai dari ground cover, semak, hingga pohon tinggi sehingga mampu menghadirkan sebuah ekosistem.

Sedangkan extensive roof garden memiliki beban 60-150 kg/ m2 dan ketebalan media tanah minimum 3-6 inci. Umumnya taman bersifat pasif, artinya taman digunakan sekedar sebagai estetika dan penghijauan. Perawatannya tak sesulit taman atap intensif. Jenis tanaman yang lazim digunakan ialah rumput dan groundcover yang memiliki perakaran dangkal (Lestari, 2008). Selain hal tersebut terdapat beberapa hal yang akan dibahas, antara lain :

a. Konstruksi

Menurut Sulistyantara dkk (2004), ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan terkait konstruksi atap bangunan yang akan digunakan untuk perancangan roof garden, yaitu :

- Penambahan beban atap

Dari awal perancangan roof garden RSCM ini, dalam hal konstruksi bangunan terutama bagian yang akan digunakan sebagai roof garden sudah dipertimbangkan oleh konsultan arsitektur. Kolom-kolom struktural pendukung sudah dipersiapkan untuk menahan beban tambahan yang muncul seperti (beban tanaman, media tanam, perkerasan, beban hidup seperti manusia dan aktivitasnya, dan juga beban atap plat beton sendiri). Dalam hal ini OZ selalu berkordinasi dengan konsultan arsitektur mengenai desain roof garden, agar desainnya sesuai dengan daya dukung konstruksi. Berikut adalah gambar 35 yang menunjukkan posisi kolom-kolom pada lantai empat.

Gambar 40. Posisi Kolom Struktural pada Lantai 4 (Sumber : Oemardi_Zain, 2011 )

Ukuran kolom pada roof garden tersebut terbagi dua yang pertama berukuraran 60x60 cm dan yang kedua berukuran 1x1m sedangkan jarak antar

Dokumen terkait