Oleh:
MARIO HANDRIKOVARO A44070040
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
MARIO HANDRIKOVARO. Desain Lanskap Terminal-3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta (dibimbing oleh ANDI GUNAWAN dan DEWI REZALINI ANWAR).
Bandara internasional merupakan gerbang suatu negara yang menjadi akses masuk berbagai aspek politik, sosial-budaya, ekonomi dan wisata. Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Bandara Soetta) merupakan bandara internasional terbesar di Indonesia, namun belakangan ini terjadi peningkatan jumlah penumpang per tahunnya. Oleh karena itu, PT (Persero) Angkasa Pura II sebagai pihak pengelola bandara menambah jumlah kapasitas penumpang untuk meningkatkan pelayanan dengan membangun Terminal 3 yang memiliki kapasitas total sebesar 20 juta per tahun. Dilain sisi, bertambahnya kapasitas bandara akan berpotensi lebih besar dalam memberikan dampak pencemaran lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendesain lanskap Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta guna meningkatkan kualitas lingkungan kawasan dan mendukung konsep eco-airport. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan jenis datanya terdiri dari data primer dan sekunder, seperti data fisik, biofisik, dan sosial.
Dalam melakukan analisis, Grand Design Bandara Soetta digunakan sebagai pedoman selama proses mendesain, serta karakteristik Terminal 3, seperti: 1) lanskap, keadaan fisik dan biosik pada tapak; 2) arsitektur, desain bangunan minimalis dan modern; 3) perilaku pengguna, keadaan sosial pada tapak; dan 4) ketentuan (rule of thomb), kebijakan/aturan yang berlaku pada kawasan bandara agar tidak membahayakan keselamatan dan keamanan pengguna selama operasional bandara.
Konsep dasar yang digunakan pada Terminal 3 adalah Eco-Airport. Dalam proses mendesain perlu diperhatikan kriteria-kriteria eco-airport agar dapat mewujudkan bandara yang ramah lingkungan. Berdasarkan tinjauan kriteria dalam eco-airport tersebut, terdapat tiga hal yang paling penting untuk diperhatikan, yaitu mengurangi emisi polutan atmosfer, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mempromosikan pengurangan limbah, serta daur ulang limbah.
Konsep desain yang dikembangkan pada lanskap Terminal 3 adalah Tropical Rainforest. Konsep ini merupakan turunan dari konsep dasar ( eco-airport) dengan cara menciptakan hutan pada lanskap Terminal 3. Konsep ini akan menghadirkan stratifikasi dan permainan tegakan pohon yang ditanam secara tidak teratur, serta keberagaman keanekaragaman hayati dengan vegetasi lokal sebagai hasil transformasi dari lanskap hutan hujan tropis.
bagian timur bangunan utama Terminal 3 terdapat area konservasi yang berfungsi untuk memperbaiki kualitas visual dan lingkungan pada bandara, khususnya mengurangi polutan dan kebisingan akibat operasional bandara. Pada zona pembatas dipilih tanaman yang mampu menyerap polutan, daunnya tidak mudah rontok, dan batangnya tidak mudah patah. Selain itu, di setiap sisi jalur sirkulasi kendaraan, pejalan kaki, dan kereta bandara terdapat beragam jenis vegetasi, baik jenis perdu maupun semak.
Keunggulan dalam pemilihan vegetasinya, yaitu 87,5 % merupakan tanaman lokal asli Indonesia dan 33,3 % memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap polutan. Didalam desain ini, terdapat sejumlah ruang kosong (lawn area) agar matahari masih bisa masuk ke permukaan tanah sehingga kelembabannya terjaga, serta mencegah hewan liar (khususnya jenis Aves) untuk datang dan berkembangbiak. Rencana fasilitas yang dapat mendukung terciptanya bandara ramah lingkungan, antara lain seperti area konservasi, taman lingkungan, biodiversity boardwalk, fasilitas kereta bandara (monorail), stasiun kereta bandara, gedung parkiran, teknologi Solar Panel, dan Photocatalysts.
@ Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau Menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, Penelitian, penelitian karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
Tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.
Oleh:
MARIO HANDRIKOVARO A44070040
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
Menyetujui, Menyetujui, Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
Dr.Ir. Andi Gunawan, MAgr. Sc Dewi Rezalini Anwar, SP, MADes NIP : 19620801 198703 1 002 NIP : 19800318 200812 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr.Ir. Siti Nurisjah MSLA NIP : 19480912 197412 2 001
Tanggal pengesahan :
Nama Mahasiswa : Mario Handrikovaro
NRP : A44070040
Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 27 November 1989. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, pasangan Maryono Prawiro Sutarto dan Sri Hanung Sularmi. Penulis memulai pendidikan formal di TK Al-Islamiyah pada tahun 1994 Jakarta. Tahun 2001 penulis lulus dari jenjang pendidikan dasar di SDN 06 Gedong Pagi, Pasar Rebo Jakarta. Selanjutnya, pada tahun 2004 lulus dari SMPN 102 Cijantung, Jakarta dan tahun 2007 lulus dari SMAN 42 Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Tahun 2007 penulis diterima Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Pengalaman organisasi penulis di IPB antara lain pada tahun 2007-2008 menjadi ketua divisi Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (BEM TPB), tahun 2008-2009 menjadi pengurus divisi keprofesian di Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP), tahun 2009-2010 menjadi ketua divisi Kreatif Event Organitation Shutter (Klub Fotografi IPB), selanjutnya tahun 2009-2011 sebagai pendiri sekaligus ketua HIMASKAP Photography Club (HPC), Klub Fotografi Himaskap. Selama berorganisasi di IPB, penulis pernah beberapa kali menjadi ketua acara dan moderator. Selain itu, penulis pernah menjadi Partisipan Student Charette International Federation of Landscape Architecture (IFLA) 47th in Suzhou, China pada tahun 2010.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas segala berkat dan pertolongan-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian ini yang berjudul Desain Lanskap Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang merupakan syarat kelulusan studi pada Program Studi Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Papa (Ir. Maryono Prawiro Sutarto, MM) dan Mama (Dra. Sri Hanung Sularmi), Kakak Afri Handrianus Maryono, SE dan Ferdian Handriansyah, ST serta saudara-saudara lainnya yang telah memberikan semangat, perhatian, nasihat, doa, dan kasih sayang, serta pengorbanan lainnya yang tak terhingga.
2. Dr.Ir. Andi Gunawan, MAgr. Sc selaku dosen pembimbing I dan Dewi Rezalini Anwar, SP, MADes selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, dorongan, nasehat, doa, dan bantuan lainnya yang telah diberikan, serta Akhmad Arifin Hadi, SP, MALA selaku dosen penguji sidang yang telah memberikan semangat, nasihat, doa, dan bantuan lainnya.
3. Drs Sudaryanto, MM sebagai Senior General Manager Angkasa Pura II dan Arif Darmawan, S.Kom, MM sebagai General Manager Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta yang sekaligus kakak sepupuku yang telah memberi kesempatan untuk melakukan penelitian di Terminal 3, serta memberikan bantuan dan semua pelajaran yang berharga.
4. Terima kasih untuk semua pihak yang tidak disebutkan satu per satu untuk doa dan dukungannya kepada penulis selama studi dan selama mengerjakan penelitian ini.
semua keberhasilan memerlukan usaha dan pengorbanan (ada harga yang harus dibayar untuk sebuah keberhasilan). Semoga hasil skripsi ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
Bogor, Desember 2011
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.3 Manfaat Penelitian ... 2
1.4 Kerangka Pikiran ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap ... 5
2.2 Perancangan Lanskap ... 5
2.3 Lanskap Bandara ... 8
2.4 Bandara Internasional Soekarno-Hatta ... 11
2.5 Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta ... 13
III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu ... 16
3.2 Metode Studi ... 17
3.3 Batasan Studi ... 22
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum Bandara Internasional Soekarno-Hatta ... 23
4.1.1 Kondisi Fisik dan Biofisik ... 23
4.1.1.1 Batas Tapak dan Geografi ... 23
4.1.1.2 Iklim ... 24
4.1.1.3 Geologi dan Tanah ... 24
4.1.1.4 Topografi dan Draenase ... 25
4.1.1.5 Hidrologi ... 25
4.1.1.6 Pemandangan (view) ... 27
4.1.1.7 Vegetasi ... 27
4.1.2.8 Satwa ... 28
4.1.2.9 Sirkulasi dan Aksesibilitas ... 28
4.1.2.10 Fasilitas pada Tapak ... 29
4.1.3.1 Sejarah ... 31
4.1.3.2 Pengelola Bandara ... 32
4.1.3.3 Pengunjung ... 34
4.2 Kondisi Umum Terrminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta 35 4.2.1 Kondisi Fisik dan Biofisik ... 35
4.2.1.1 Batas Tapak dan Geografi ... 35
4.2.1.2 Iklim ... 36
4.2.1.3 Geologi dan Tanah ... 36
4.2.1.4 Topografi dan Draenase ... 40
4.2.1.5 Hidrologi ... 42
4.2.1.6 Pemandangan (view) ... 44
4.2.2.1 Vegetasi ... 45
4.2.2.2 Satwa ... 47
4.2.2.9 Sirkulasi dan Aksesibilitas ... 48
4.2.2.10 Fasilitas pada Tapak ... 48
4.2.3 Kondisi Sosial ... 49
4.2.3.1 Sejarah ... 52
4.2.3.2 Pengelola Bandara ... 52
4.2.3.3 Pengunjung ... 52
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis ... 53
5.1.1 Kondisi Fisik ... 53
5.1.1.1 Batas Tapak dan Geografi ... 53
5.1.1.2 Iklim ... 53
5.1.1.3 Geologi dan Tanah ... 61
5.1.1.4 Topografi dan Draenase ... 63
5.1.1.5 Hidrologi ... 66
5.1.1.6 Pemandangan (view) ... 67
5.1.2.1 Vegetasi ... 70
5.1.2.2 Satwa ... 75
5.1.2.9 Sirkulasi dan Aksesibilitas ... 75
5.1.2.10 Fasilitas pada Tapak ... 77
5.1.3 Kondisi Sosial ... 78
5.1.3.1 Sejarah ... 78
5.1.3.2 Pengelola Bandara ... 78
5.1.3.3 Pengunjung ... 79
5.2 Sintesis ... 80
5.3 Konsep ... 80
5.3.2 Konsep Desain ... 85
5.3.3 Konsep Pengembangan ... 86
5.3.3.1 Konsep Tata Ruang ... 86
5.3.3.2 Konsep Sirkulasi ... 89
5.3.3.3 Konsep Fasilitas ... 89
5.3.3.4 Konsep Vegetasi... 92
5.3.3.5 Konsep Visual ... 96
5.4 Desain Lanskap Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta 96 5.4.1 Sirkulasi ... 104
5.4.2 Fasilitas ... 105
5.4.3 Vegetasi ... 114
5.4.4 Visual ... 121
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 125
6.2 Saran ... 126
DAFTAR PUSTAKA ... 127
1. Aspek, Jenis, dan Sumber Data yang Diperlukan ... 19
2. Proses Desain Lanskap Terminal 3 ... 21
3. Jumlah Penumpang, Kargo, dan Penerbangan Pesawat di Bandara Soetta . 35 4. Kegunaan Pohon Berdasarkan Fungsi Memperbaiki Iklim ... 56
5. Identifikasi Kegunaan Pohon Berdasarkan Fungsi Arsitektural ... 93
6. Identifikasi Fungsi Pohon Berdasarkan Fungsi Engineering ... 94
7. Ruang Lingkup Eco-Airpot ... 98
8. Langkah Desain yang Dilakukan di Terminal 3 ... 98
9. Fasilitas Pendukung Terminal 3 ... 105
10. Jenis Vegetasi yang ditanam di Kawasan Terminal 3 Bandara Soetta ... 118
11. Identifikasi Kegunaan Pohon Berdasarkan Fungsi Estetis ... 121
1. Kerangka Pikir Desain Lanskap Terminal 3 ... 4
2. Peta Orientasi Lokasi Penelitian ... 16
3. Proses Desain Menurut Booth (1983) ... 17
4. Foto Udara Bandara Soetta ... 23
5. Keadaan Draenase di Bandara Soetta ... 25
6. Lokasi Saluran Draenase Bandara Soetta ... 25
7. Keadaan Penampungan Air di Bandara Soetta ... 26
8. Keadaan Pengelolaan Air Limbah di Bandara Soetta ... 26
9. Lokasi Pengelolaan Air Limbah Bandara Soetta ... 26
10. Good view di Bandara Soetta ... 27
11. Vegetasi yang Terdapat di Bandara Soetta ... 28
12. Satwa yang dapat Mengganggu Keselamatan Penerbangan ... 29
13. Sirkulasi Kendaraan di Bandara Soetta ... 30
14. Foto Udara Terminal 3 ... 37
15. Peta Inventarisasi Terminal 3 ... 38
16. Grafik Rata-rata Suhu Udara untuk Wilayah Cengkareng ... 39
17. Grafik Rata-rata Kelembaban Udara untuk Wilayah Cengkareng ... 39
18. Grafik Rata-rata Kecepatan Angin untuk Wilayah Cengkareng ... 39
19. Grafik Rata-rata Curah Hujan untuk Wilayah Cengkareng ... 40
20. Grafik Rata-rata Tekanan Udara untuk Wilayah Cengkareng ... 40
21. Peta Topografi Terminal 3 ... 41
22. Keadaan Topografi dan Draenase di Sekitar Tapak ... 42
23. Peta Hidrologi Terminal 3... 43
24. Drainase Menuju Bak Penampungan Air (pond) di Sekitar Tapak ... 44
25. Pemandangan (View) yang Berada di Terminal 3 ... 45
26. Tutupan Vegetasi Terminal 3 ... 46
27. Vegetasi yang Terdapat di Terminal 3 ... 47
28. Satwa yang dapat Mengganggu Keselamatan Penerbangan ... 48
29. Penanda Sirkulasi Area Kedatangan Terminal 3 ... 49
30. Peta Sirkulasi Terminal 3 ... 50
31. Peta Kondisi Umum Fasilitas Terminal 3 ... 51
32. Master Plan Bandara Soetta ………. ... 54
33. Potongan Perubahan Suhu dan Kelembaban Udara oleh Vegetasi ……… . 55
34. Potongan Reduksi Kecepatan Angin oleh Vegetasi ……….. .. 58
35. Ilustrasi Reduksi Radiasi Matahari oleh Permukaan Material ... 59
36. Potongan Reduksi Matahari oleh Vegetasi ... 61
38. Peta Kemiringan Lahan Terminal 3 ... 65
39. Analisis visual ... 69
40. Potongan Vegetasi membentuk Open Space dan Private ... 71
41. Potongan Vegetasi membentuk Canopied Space... 71
42. Analisis Tapak... 81
43. Sintesis ... 82
44. Ilustrasi Konsep Desain pada Terminal 3 ... 86
45. Konsep Tata Ruang ... 90
46. Konsep Sirkulasi ... 91
47. Konsep Vegetasi ... 95
48. Diagram Konsep ... 97
49. Site Plan ... 102
50. Blow up Site Plan ... 103
51. Jalur Sirkulasi Terminal 3 ... 105
52. Perspektif jalur sirkulasi Terminal 3 ... 106
53. Ilusrtasi Gerbang ... 107
54. Ilusrtasi Shelter (drop off) ... 108
55. Ilustrasi Pos Jaga ... 108
56. Ilustrasi Penerangan (lighting) ... 109
57. Ilustrasi Gazebo... 109
58. Ilustrasi Foodcouert ... 110
59. Ilustrasi Gedung Parkiran ... 111
60. Ilustrasi Stasiun Kereta Api Bandara ... 111
61. Ilustrasi Jalur Pejalan Kaki ... 112
62. Ilustrasi Biodiversity Boardwalk ... 112
63. Ilustrasi Tempat Sampah ... 113
64. Ilustrasi Penggunaan Solar Panel di Terminal 3 ... 114
65. Proses Kerja Photocatalysts dan Aplikasi Penggunaan Photocatalysts ... 115
66. Planting Plan ... 120
67. Potongan Tampak ... 122
68. Perspektif Spot ... 123
1. Anggaran Dana Penelitian ... 130
2. Kuisioner ... 131
3. Hasil kuisioner ... 134
4. Detail Konstruksi Gerbang... 135
5. Detail Konstruksi Shelter ( Drop off) ... 136
6. Detail Konstruksi Pos Jaga ... 137
7. Detail Konstruksi Penerangan (lighting)... 138
8. Detail Konstruksi Gazebo ... 139
9 Detail Konstruksi Foodcourt ... 140
10. Detail Konstruksi Gedung Parkiran ... 141
11. Detail Konstruksi Stasiun Kereta Api Bandara ... 142
12. Detail Konstruksi Jalur Pejalan Kaki ... 143
13. Detail Konstruksi Wooden Boardwalk ... 144
14. Detail Konstruksi Tempat Sampah ... 145
15. Detail Konstruksi Draenase ... 146
16. Detail Konstruksi Water Retention ... 147
Oleh:
MARIO HANDRIKOVARO A44070040
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
MARIO HANDRIKOVARO. Desain Lanskap Terminal-3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta (dibimbing oleh ANDI GUNAWAN dan DEWI REZALINI ANWAR).
Bandara internasional merupakan gerbang suatu negara yang menjadi akses masuk berbagai aspek politik, sosial-budaya, ekonomi dan wisata. Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Bandara Soetta) merupakan bandara internasional terbesar di Indonesia, namun belakangan ini terjadi peningkatan jumlah penumpang per tahunnya. Oleh karena itu, PT (Persero) Angkasa Pura II sebagai pihak pengelola bandara menambah jumlah kapasitas penumpang untuk meningkatkan pelayanan dengan membangun Terminal 3 yang memiliki kapasitas total sebesar 20 juta per tahun. Dilain sisi, bertambahnya kapasitas bandara akan berpotensi lebih besar dalam memberikan dampak pencemaran lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendesain lanskap Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta guna meningkatkan kualitas lingkungan kawasan dan mendukung konsep eco-airport. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan jenis datanya terdiri dari data primer dan sekunder, seperti data fisik, biofisik, dan sosial.
Dalam melakukan analisis, Grand Design Bandara Soetta digunakan sebagai pedoman selama proses mendesain, serta karakteristik Terminal 3, seperti: 1) lanskap, keadaan fisik dan biosik pada tapak; 2) arsitektur, desain bangunan minimalis dan modern; 3) perilaku pengguna, keadaan sosial pada tapak; dan 4) ketentuan (rule of thomb), kebijakan/aturan yang berlaku pada kawasan bandara agar tidak membahayakan keselamatan dan keamanan pengguna selama operasional bandara.
Konsep dasar yang digunakan pada Terminal 3 adalah Eco-Airport. Dalam proses mendesain perlu diperhatikan kriteria-kriteria eco-airport agar dapat mewujudkan bandara yang ramah lingkungan. Berdasarkan tinjauan kriteria dalam eco-airport tersebut, terdapat tiga hal yang paling penting untuk diperhatikan, yaitu mengurangi emisi polutan atmosfer, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mempromosikan pengurangan limbah, serta daur ulang limbah.
Konsep desain yang dikembangkan pada lanskap Terminal 3 adalah Tropical Rainforest. Konsep ini merupakan turunan dari konsep dasar ( eco-airport) dengan cara menciptakan hutan pada lanskap Terminal 3. Konsep ini akan menghadirkan stratifikasi dan permainan tegakan pohon yang ditanam secara tidak teratur, serta keberagaman keanekaragaman hayati dengan vegetasi lokal sebagai hasil transformasi dari lanskap hutan hujan tropis.
bagian timur bangunan utama Terminal 3 terdapat area konservasi yang berfungsi untuk memperbaiki kualitas visual dan lingkungan pada bandara, khususnya mengurangi polutan dan kebisingan akibat operasional bandara. Pada zona pembatas dipilih tanaman yang mampu menyerap polutan, daunnya tidak mudah rontok, dan batangnya tidak mudah patah. Selain itu, di setiap sisi jalur sirkulasi kendaraan, pejalan kaki, dan kereta bandara terdapat beragam jenis vegetasi, baik jenis perdu maupun semak.
Keunggulan dalam pemilihan vegetasinya, yaitu 87,5 % merupakan tanaman lokal asli Indonesia dan 33,3 % memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap polutan. Didalam desain ini, terdapat sejumlah ruang kosong (lawn area) agar matahari masih bisa masuk ke permukaan tanah sehingga kelembabannya terjaga, serta mencegah hewan liar (khususnya jenis Aves) untuk datang dan berkembangbiak. Rencana fasilitas yang dapat mendukung terciptanya bandara ramah lingkungan, antara lain seperti area konservasi, taman lingkungan, biodiversity boardwalk, fasilitas kereta bandara (monorail), stasiun kereta bandara, gedung parkiran, teknologi Solar Panel, dan Photocatalysts.
@ Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau Menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, Penelitian, penelitian karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
Tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.
Oleh:
MARIO HANDRIKOVARO A44070040
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
Menyetujui, Menyetujui, Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
Dr.Ir. Andi Gunawan, MAgr. Sc Dewi Rezalini Anwar, SP, MADes NIP : 19620801 198703 1 002 NIP : 19800318 200812 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr.Ir. Siti Nurisjah MSLA NIP : 19480912 197412 2 001
Tanggal pengesahan :
Nama Mahasiswa : Mario Handrikovaro
NRP : A44070040
Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 27 November 1989. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, pasangan Maryono Prawiro Sutarto dan Sri Hanung Sularmi. Penulis memulai pendidikan formal di TK Al-Islamiyah pada tahun 1994 Jakarta. Tahun 2001 penulis lulus dari jenjang pendidikan dasar di SDN 06 Gedong Pagi, Pasar Rebo Jakarta. Selanjutnya, pada tahun 2004 lulus dari SMPN 102 Cijantung, Jakarta dan tahun 2007 lulus dari SMAN 42 Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Tahun 2007 penulis diterima Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Pengalaman organisasi penulis di IPB antara lain pada tahun 2007-2008 menjadi ketua divisi Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (BEM TPB), tahun 2008-2009 menjadi pengurus divisi keprofesian di Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP), tahun 2009-2010 menjadi ketua divisi Kreatif Event Organitation Shutter (Klub Fotografi IPB), selanjutnya tahun 2009-2011 sebagai pendiri sekaligus ketua HIMASKAP Photography Club (HPC), Klub Fotografi Himaskap. Selama berorganisasi di IPB, penulis pernah beberapa kali menjadi ketua acara dan moderator. Selain itu, penulis pernah menjadi Partisipan Student Charette International Federation of Landscape Architecture (IFLA) 47th in Suzhou, China pada tahun 2010.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas segala berkat dan pertolongan-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian ini yang berjudul Desain Lanskap Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang merupakan syarat kelulusan studi pada Program Studi Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Papa (Ir. Maryono Prawiro Sutarto, MM) dan Mama (Dra. Sri Hanung Sularmi), Kakak Afri Handrianus Maryono, SE dan Ferdian Handriansyah, ST serta saudara-saudara lainnya yang telah memberikan semangat, perhatian, nasihat, doa, dan kasih sayang, serta pengorbanan lainnya yang tak terhingga.
2. Dr.Ir. Andi Gunawan, MAgr. Sc selaku dosen pembimbing I dan Dewi Rezalini Anwar, SP, MADes selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, dorongan, nasehat, doa, dan bantuan lainnya yang telah diberikan, serta Akhmad Arifin Hadi, SP, MALA selaku dosen penguji sidang yang telah memberikan semangat, nasihat, doa, dan bantuan lainnya.
3. Drs Sudaryanto, MM sebagai Senior General Manager Angkasa Pura II dan Arif Darmawan, S.Kom, MM sebagai General Manager Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta yang sekaligus kakak sepupuku yang telah memberi kesempatan untuk melakukan penelitian di Terminal 3, serta memberikan bantuan dan semua pelajaran yang berharga.
4. Ukhti tercinta, Meidina Megan Andriani yang selalu setia memberikan semangat, doa, dan bantuan disaat susah maupun senang.
5. Teman-teman satu bimbingan skripsi, yaitu Rini Avryani, Julius, dan Fyna Noviana yang saling memberikan semangat dan dorongan baik susah maupun senang.
7. Teman-teman Arsitektur Lanskap 44 yang selalu ceria setiap saat dalam menghadapi berbagai ujian dan tugas.
8. Senior Arsitektur Lanskap angkatan 42 dan 43 Institut Pertannian Bogor, serta junior Arsitektur Lanskap angkatan 45 dan 46 Institut Pertannian Bogor.
9. Dosen serta seluruh staf Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, terima kasih atas bimbingan dan kerja samanya selama ini.
10.Terima kasih untuk semua pihak yang tidak disebutkan satu per satu untuk doa dan dukungannya kepada penulis selama studi dan selama mengerjakan penelitian ini.
Dalam sebuah kehidupan pasti semuanya mengalami berbagai macam kesulitan, namun dibalik itu semua ada sebuah keberhasilan yang akan dipetik apabila kita mau bekerja keras dan berdoa kepada-Nya. Menurut salah satu peribahasa dalam bahasa inggris mengatakan bahwa No free lunch, yang artinya semua keberhasilan memerlukan usaha dan pengorbanan (ada harga yang harus dibayar untuk sebuah keberhasilan). Semoga hasil skripsi ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
Bogor, Desember 2011
KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penelitian ... 2 1.3 Manfaat Penelitian ... 2 1.4 Kerangka Pikiran ... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanskap ... 5 2.2 Perancangan Lanskap ... 5 2.3 Lanskap Bandara ... 8 2.4 Bandara Internasional Soekarno-Hatta ... 11 2.5 Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta ... 13 III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu ... 16 3.2 Metode Studi ... 17 3.3 Batasan Studi ... 22 IV. KONDISI UMUM
4.1 Kondisi Umum Bandara Internasional Soekarno-Hatta ... 23 4.1.1 Kondisi Fisik dan Biofisik ... 23 4.1.1.1 Batas Tapak dan Geografi ... 23
4.1.1.2 Iklim ... 24 4.1.1.3 Geologi dan Tanah ... 24
4.1.1.4 Topografi dan Draenase ... 25
4.1.1.5 Hidrologi ... 25 4.1.1.6 Pemandangan (view) ... 27
4.1.1.7 Vegetasi ... 27 4.1.2.8 Satwa ... 28
4.1.3.1 Sejarah ... 31 4.1.3.2 Pengelola Bandara ... 32
4.1.3.3 Pengunjung ... 34 4.2 Kondisi Umum Terrminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta 35
4.2.1 Kondisi Fisik dan Biofisik ... 35 4.2.1.1 Batas Tapak dan Geografi ... 35
4.2.1.2 Iklim ... 36 4.2.1.3 Geologi dan Tanah ... 36
4.2.1.4 Topografi dan Draenase ... 40
4.2.1.5 Hidrologi ... 42 4.2.1.6 Pemandangan (view) ... 44
4.2.2.1 Vegetasi ... 45 4.2.2.2 Satwa ... 47
4.2.2.9 Sirkulasi dan Aksesibilitas ... 48 4.2.2.10 Fasilitas pada Tapak ... 48 4.2.3 Kondisi Sosial ... 49
4.2.3.1 Sejarah ... 52 4.2.3.2 Pengelola Bandara ... 52
4.2.3.3 Pengunjung ... 52 V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis ... 53 5.1.1 Kondisi Fisik ... 53
5.1.1.1 Batas Tapak dan Geografi ... 53
5.1.1.2 Iklim ... 53 5.1.1.3 Geologi dan Tanah ... 61
5.1.1.4 Topografi dan Draenase ... 63
5.1.1.5 Hidrologi ... 66 5.1.1.6 Pemandangan (view) ... 67
5.1.2.1 Vegetasi ... 70 5.1.2.2 Satwa ... 75
5.1.2.9 Sirkulasi dan Aksesibilitas ... 75 5.1.2.10 Fasilitas pada Tapak ... 77 5.1.3 Kondisi Sosial ... 78
5.1.3.1 Sejarah ... 78 5.1.3.2 Pengelola Bandara ... 78
5.1.3.3 Pengunjung ... 79 5.2 Sintesis ... 80
5.3.2 Konsep Desain ... 85 5.3.3 Konsep Pengembangan ... 86 5.3.3.1 Konsep Tata Ruang ... 86 5.3.3.2 Konsep Sirkulasi ... 89 5.3.3.3 Konsep Fasilitas ... 89 5.3.3.4 Konsep Vegetasi... 92 5.3.3.5 Konsep Visual ... 96 5.4 Desain Lanskap Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta 96
5.4.1 Sirkulasi ... 104 5.4.2 Fasilitas ... 105 5.4.3 Vegetasi ... 114 5.4.4 Visual ... 121 VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 125 6.2 Saran ... 126 DAFTAR PUSTAKA ... 127
1.1 Latar Belakang
Bandara internasional merupakan bandara berkapasitas besar yang memiliki rute penerbangan langsung antar negara/benua dan sebagai penghubung dengan bandara lokal lainnya. Bandara internasional merupakan gerbang suatu negara yang menjadi akses masuk berbagai aspek politik, sosial-budaya, ekonomi dan wisata. Indonesia memiliki sejumlah bandara yang berskala internasional, diantaranya adalah Bandara Internasional Ngurah Rai, Sepinggan, Syamsudin Noor, Soekarno-Hatta, Hasanuddin, Sam Ratulangi, Juanda, Adisumarmo, Adi Sucipto, Achmad Yani, dan Husein Sastranegara. Bandara ini umumnya lebih besar dan memiliki landasan pacu lebih panjang, serta memiliki fasilitas imigrasi/ bea-cukai untuk melayani penerbangan internasional menuju dan dari negara lainnya.
Bandara Internasional Soekarno-Hatta (yang selanjutnya disebut Bandara Soetta) merupakan bandara internasional terbesar di Indonesia. Bandara ini pada awalnya memiliki dua terminal bandara dengan kapasitas 18 juta penumpang per tahun, namun pada tahun 2010 jumlah rata-rata penumpang per tahunnya meningkat menjadi 43,7 juta per tahun atau lebih dari dua kali lipatnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pelayanan PT (Persero) Angkasa Pura II sebagai pihak pengelola Bandara Soetta menambah jumlah kapasitas penumpang. Penambahan daya tampung penumpang dilakukan oleh PT (Persero) Angkasa Pura II dengan membangun Terminal 3 yang memiliki kapasitas total sebesar 20 juta penumpang per tahun. Dengan bertambahnya kapasitas dan jumlah penumpang bandara, maka jumlah pergerakan operasional penerbangan pada kawasan bandara akan semakin bertambah.
Disisi lain, bertambahnya kapasitas bandara akan berpotensi lebih besar dalam memberikan dampak pencemaran lingkungan. Polusi udara, getaran, emisi
gas CO2, dan kebisingan yang merupakan dampak dari pengoperasian pesawat
Oleh karena itu, pembangunan Terminal 3 menggunakan pendekatan yang berbasis ekologis, yaitu pembangunan yang menekankan kepada hubungan saling menguntungkan antara manusia dengan lingkungannya agar tetap berkelanjutan, serta tetap mempertahankan fungsi keamanan, keselamatan dan kenyamanan bandara. Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara No. 124/IV
2009, eco-airport (bandara ramah lingkungan) adalah bandara yang
memperhatikan aspek ekologis dalam desain dan pembangunannya agar tercipta
lingkungan yang sehat di bandara dan sekitarnya. Dengan penerapan konsep
eco-airport, maka dampak dari pencemaran lingkungan akibat operasi bandara dapat diminimalkan, sehingga terciptanya lingkungan yang nyaman bagi pengguna bandara dan masyarakat sekitar. Selain itu, konsep ini sesuai dengan agenda lingkungan hidup dunia, terutama kepada mitra ASEAN dan Jepang yang
tergabung dalam penandatanganan dokumen inisiatif pembuatan pedoman
eco-airport, ASEAN-Japan Eco-Airport Guidline. Dengan demikian, Terminal 3 diharapkan menjadi contoh sekaligus langkah awal mewujudkan bandara yang berorientasi ekologis di Indonesia agar setara dengan bandara-bandara di Asia bahkan di dunia.
Dalam rangka mewujudkan bandara yang ramah lingkungan, maka perlu diadakan desain lanskap pada Terminal 3 Bandara Soetta. Desain ini dilakukan dengan meminimalkan dampak pencemaran lingkungan akibat operasional
bandara dan mengembangkan potensi lanskap yang dapat mendukung konsep
eco-airport. Selain itu, dalam proses mendesain perlu diperhatikan kriteria-kriteria eco-airport agar dapat mewujudkan bandara yang ramah lingkungan.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendesain lanskap Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta guna meningkatkan kualitas lingkungan kawasan
dan mendukung konsep eco-airport.
1.3 Manfaat
1. menjadi bahan masukan alternatif desain lanskap bagi pengelola Bandara Soetta (Angkasa Pura II) dalam pembangunan kawasan Terminal 3;
2. menjadi model pengembangan desain lanskap terminal bandara bagi
bandara dengan konsep eco-airport bagi bandara lainnya di Indonesia;
3. menambah informasi dan pemahaman masyarakat mengenai bandara yang
ramah lingkungan.
1.4 Kerangka Pikir
Pembangunan jalur hijau dan taman yang berwawasan lingkungan dikawasan bandara merupakan upaya pengembangan kawasan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada. Dalam pembangunan kawasan Terminal 3, dilakukan optimalisasi tapak dengan mengintegrasikan faktor utama berupa ruang terbuka hijau dengan faktor pendukung aktivitas berupa fasilitas-fasilitas pada tapak. Hasil analisis terhadap faktor-faktor tersebut kemudian diterjemahkan dalam bentuk zona, sirkulasi, vegetasi, dan fasilitas berdasarkan ragam fungsi, serta konsep yang akan dikembangkan.
Dalam melakukan analisis, hal yang perlu diperhatikan adalah konsep Grand design Bandara Soetta sebagai pedoman selama proses mendesain dari pihak pengelola bandara (PT Angkasa Pura II), serta karakteristik Terminal 3, seperti: 1) lanskap, keadaan fisik dan biosik pada tapak; 2) arsitektur, desain bangunan minimalis dan modern; 3) perilaku pengguna, keadaan sosial pada
tapak; dan 4) ketentuan (rule of thomb), kebijakan/aturan yang berlaku pada
kawasan terminal bandara agar tidak membahayakan keselamatan dan keamanan pengguna selama operasional bandara. Aspek-aspek dalam analisis tersebut diidentifikasi, baik berupa masalah yang terjadi agar diminimalisir dampaknya maupun potensi yang terdapat pada tapak untuk dioptimalkan. Selain itu,
diperhatikan karakter bandara dengan konsep eco-airport. Hasil identifikasi
Gambar 1 Kerangka pikir Perancangan Lanskap Terminal 3 Bandara
Internasional Soekarno-Hatta
Karakteristik Terminal 3 Bandara
Lanskap
Perilaku Pengguna Arsitektur
Desain Lanskap Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta
Ketentuan (rule of thomb) Grand Design Bandara
Internasional Soekarno Hatta
Terminal 3
Kendala dan Potensi
Solusi Bandara
dengan Konsep Eco-airport
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanskap
Menurut Simond (2006), karakter lanskap alami dapat terbagi kedalam beberapa katagori, seperti pegunungan, danau, ngarai, kolam, bukit pasir, laut, hutan, padang pasir, padang rumput, anak sungai, sungai, rawa, bukit, dan lembah. Karakter lanskap hutan dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan bentukan lahan, pola bebatuan, bentukan air permukaan, dan pola penanaman.
Karakter hutan hujan tropis terlihat jelas pada penutupnya yang mayoritas terdiri dari tanaman berkayu berbentuk pohon (Richard, 1966). Hutan hujan tropis merupakan suatu komunitas yang sangat kompleks dengan ciri utama adalah dominan pepohonan dengan berbagai ukuran. Kanopi hutan menyebabkan iklim mikro yang berbeda dengan keadaan di luarnya; cahaya kurang dan kelembaban yang lebih tinggi dengan suhu yang rendah (Whitmore, 1998). Dengan demikian, adanya elemen dan pola desain lanskap yang alami tersebut akan menciptakan suasana natural dan iklim mikro yang nyaman pada kawasan Terminal 3.
2.2 Desain Lanskap
Desain adalah ilmu dan seni pengorganisasian ruang dan massa dengan mengkomposisikan elemen lanskap alami dan non alami, serta seluruh kegiatan yang ada didalamnya agar tercipta suatu karya tata ruang yang secara fungsi berdaya guna dan secara estetis bernilai indah, sehingga tercapai kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia, serta makhluk hidup lain di dalamnya (Rachman, 1984).
Prinsip-prinsip desain menurut Ingles (2004) yaitu : 1. Balance (keseimbangan)
Keseimbangan adalah sesuatu yang bagus dilihat. Apabila tidak seimbang akan merasa tidak nyaman dalam penglihatan. Terdapat tiga macam keseimbangan
yaitu symmetric (simetris), asymmetric (asimetris) dan proximal/distal.
Keseimbangan simetris (symmetric balance) adalah keseimbangan yang dapat
dengan kata lain bentuk antara kanan-kiri, depan-belakang sama.
Keseimbangan asimetris (asymmetric balance) merupakan keseimbangan
asimetris, secara visual terlihat berat sebelah pada satu sisi atau komposisi di kedua sisi tidak seimbang, tetapi material yang digunakan dapat berbeda dan bermacam-macam. Keseimbangan asimetris lebih berpotensi untuk lebih banyak menarik perhatian pengunjung karena ada dua sisi yang berbeda
sehingga dapat lebih dipertunjukkan. Proximal/distal balance adalah
keseimbangan asimetris, namun lebih lanjut dapat dilihat dengan penglihatan kedalam. Selain itu, dalam menyeimbangkan hubungan antara kanan/kiri dalam komposisi lanskap, dibutuhkan keseimbangan dekat/jauh.
2. Focalization of interest (pusat perhatian)
Segala sesuatu yang didesain dengan baik menjadi ciri sebagai pusat perhatian, yaitu satu tempat dalam komposisi dimana mencuri penglihatan pengunjung
untuk pertama kalinya. Focal points (pusat perhatian) dapat diciptakan dengan
menggunakan tanaman, elemen keras, elemen arsitektur, warna, pergerakan, tekstur, atau kombinasi dari beberapa fitur tersebut.
3. Symplicity (Simpel)
Seperti keseimbangan, simpel juga dimaksudkan agar membuat nyaman untuk
dilihat dalam suatu lanskap. Simplicity bukan berarti sederhana, membosankan,
atau kurang imajinasi. Namun, prinsip ini untuk menghindari terlalu banyak penggunaan spesies yang beragam, terlalu banyak warna, tekstur, bentuk, kurva, dan sudut dalam area.
4. Rhythm and Line (ritme dan garis)
Ketika terjadi pengulangan terhadap sesuatu dalam waktu tertentu dengan
standar jarak dan memiliki interval, maka akan terbentuk rhythm (ritme). Garis
tercipta ketika material yang berbeda bertemu. Kesatuan dari dua batas suatu material akan membentuk garis pula.
5. Proportion (proporsi)
6. Unity (kesatuan)
Kesatuan merupakan sesuatu yang paling mudah untuk diukur jika kelima prinsip desain sebelumnya telah dimasukkan ke dalam desain. Sebuah kesatuan desain adalah satu dari banyak bagian yang berkontribusi untuk mengkreasikan desain keseluruhan.
Dahl dan Molnar (2003) membuat prinsip-prinsip sebagai kerangka acuan
dalam mendesain, yaitu: 1) Must have a purpose, yaitu desain yang dibuat harus
memiliki tujuan yang jelas; 2) Design for people, yaitu desain yang dibuat dapat
digunakan oleh manusia, sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan.
Desain yang dibuat dapat berfungsi secara maksimal; 3) Both functional and
aesthetic requirements must be met, yaitu Fungsional dan keindahan harus terdapat dalam suatu desain. Kedua faktor tersebut menyatu sehingga menghasilkan desain yang maksimal dan dapat dinikmati oleh pengguna.
Lebih lanjut Dahl dan Molnar (2003) menjelaskan proses desain tapak, yang terdiri dari:
1. Survei (Survey)
a) Inventarisasi faktor yang berada di dalam tapak, seperti: elemen
konstruksi, sumberdaya alam, kekuatan alam, dan persepsi karakteristik.
b) Inventarisasi faktor yang berada di luar tapak, seperti: pola tata guna
lahan, system draenase, visual smells and sounds, karakter estetik,
utilitas umum di lokasi dan kapasitas jalan untuk sistem transportasi 2. Analisis (Analysis)
a) Program kerjasama
b) Diagram hubungan
c) Analisis tapak
3. Sintesis (Synthesis)
a) Konsep desain (Design concept)
4. Perencanaan akhir (Final plan)
5. Bantuan Komputer (Computer support)
keahlian dalam merancang dan memiliki background hortikultur, selain itu juga memiliki dasar dalam pemahaman prinsip-prinsip desain, syarat tanaman dan metode konstruksi lanskap (Hannebaum, 2002).
Pemilihan materi atau bahan juga merupakan hal penting dalam perancangan lanskap. Perbedaan materi atau bahan yang digunakan tersebut dapat berguna menjadi fungsi-fungsi tertentu. Begitu pula dengan merancang objek, ruang, dan materi harus didesain seefektif mungkin dalam fungsinya (Simond, 2006).
2.3 Lanskap Bandara
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No.11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, bandara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra antar moda transportasi yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan penunjang lainnya yang terdiri atas bandara umum dan bandara khusus, yang selanjutnya bandara umum disebut dengan bandara. Tatanan kebandarudaraan nasional adalah sistem kebandarudaraan secara nasional yang menggambarkan perencanaan bandara berdasarkan rencana tata ruang, pertumbuhan ekonomi, keunggulan komparatif wilayah, kondisi alam dan geografi, keterpaduan intra dan antar moda transportasi, kelestarian Iingkungan, keselamatan dan keamanan penerbangan, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya.
Bandara seharusnya direncanakan sebagai suatu pintu gerbang, dimana semua kebutuhan dan karakteristik pesawat diakomodasi. Selain itu, transportasi udara perlu dihubungkan dengan pusat industri dan distribusi. Penumpang pesawat serta pintu gerbang tersebut akan dihubungkan ke pusat penduduk dan aktivitas kota dengan akses sirkulasi jalan yang efisien. Dengan demikian,
penumpang dapat langsung datang untuk check in dan check baggage, serta
meninggalkan bandara dengan mudah (Simond, 2006).
bandara sehingga muncul sebuah konsep baru yaitu konsep Eco-Airport. Konsep ini berawal dari kesadaran para pengelola bandara di berbagai belahan di dunia agar pro-aktif dalam merespon isu lingkungan hidup dan mengambil kebijakan yang jelas tentang konsep bandara masa depan yang ramah lingkungan. Dengan demikian, konsep tersebut mampu untuk meminimalisir polusi dan efek pemanasan global dari pengoperasian bandara.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara No. 124/IV
2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Bandara Udara Ramah Lingkungan (
Eco-Airport), Bandar Udara Ramah Lingkungan (Ecological Airport/Environmental Friendly Airport selanjutnya disingkat menjadi Eco-airport) adalah bandara yang telah dilakukan pengukuran yang terukur terhadap beberapa komponen yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan untuk menciptakan
lingkungan yang sehat di bandara dan sekitarnya. Tujuan diselenggarakannya
eco-airport, yaitu:
a. mewujudkan bandara yang mempunyai visi global lingkungan hidup;
b. melaksanakan pengelolaan bandara yang terpadu, serasi, dan selaras
dengan lingkungan sekitar;
c. menyelenggarakan bandara yang dapat mendukung tercapainya
pembangunan berkelanjutan (sustainable developoment).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan konsep ini adalah membuat bandara yang sehat dan ramah lingkungan. Berdasarkan hasil keputusan dari
konferensi ASEAN-Japan Eco-Airport Guidline terdapat beberapa komponen
ecoairport yang harus diperhatikan dalam pengoperasian sarana transportasi penerbangan, yaitu:
1. Komponen udara
Industri penerbangan rentan menghasilkan berbagai polusi seperti, karbon monoksida, nitrogen oksida, dan debu.
2. Komponen tanah
3. Komponen air
Polusi air dan kontaminasi sangat berpotensi terjadi pada air tanah, yang merupakan akibat dari penggunaan air dalam jumlah besar untuk pencucian badan pesawat, air minum, toilet, dan lain-lain.
4. Komponen energi
Penggunaan enargi listrik, gas, bahan bakar kendaraan, dan pesawat bekontribusi terhadap efek pemanasan.
5. Komponen limbah
Sebagai tempat berkumpulnya manusia, bandara seringkali menghasilkan jumlah sampah yang sangat besar. Hal ini penting diperhatikan untuk
mewujudkan eco-airport. Salah satu cara untuk mengatasi limbah tersebut,
yaitu dengan mengelolanya secara efektif dan efisien.
6. Komponen lingkungan alami
Bandara tidak berdiri sendiri dan membutuhkan dukungan alam sekitarnya, sehingga bandara yang bervisi lingkungan seharusnya tidak merusak lingkungan sekitarnya, baik lingkungan sosial maupun fisik.
Langkah menuju eco-airport yang sesungguhnya harus memperhatikan
setiap komponen tersebut. Jika salah satunya terabaikan, maka sistem
pengembangan eco-airport akan mengalami kendala karena setiap komponen
saling berkaitan antara satu dengan lainnya.
Selain itu, menurut Narita Eco-Airport Master Plan (2010), pembuatan eco
-airport memiliki beberapa ruang lingkup yang harus diperhatikan, diantaranya adalah (1) lingkungan lokal; (2) lingkungan global; (3) sumber daya daur ulang; (4) lingkungan alam; (5) lingkungan komunikasi; (6) aktivitas lingkungan pada kantor NAA; dan (7) manajemen lingkungan. Namun, sesuai dengan batasan
dalam penelitian ini, aspek yang diperhatikan dalam mendesain eco-airport hanya
empat ruang lingkup, yaitu lingkungan lokal, lingkungan global, sumber daya daur ulang, dan lingkungan alam.
lingkup global yaitu, mengurangi emisi polutan atmosfer, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mempromosikan pengurangan konsumsi energi. Selanjutnya, tahapan yang dilakukan pada sumber daya daur ulang adalah mempromosikan hemat penggunaan air dan mempromosikan pengurangan limbah, serta daur ulang limbah. Pada lingkungan alam dilakukan tahapan melestarikan alam disekitar bandara dan bekerjasama untuk merevitalisasi pertanian daerah lokal disekitar bandara. Berdasarkan tinjauan aspek utama dalam tahapan penanggulangan tersebut, terdapat tiga hal yang paling penting untuk diperhatikan, yaitu mengurangi emisi polutan atmosfer, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mempromosikan pengurangan limbah, serta daur ulang limbah.
2.4 Bandara Internasional Soekarno-Hatta
Bandara Soetta terletak di Cengkareng, Indonesia. Nama bandara ini diambil dari nama Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno dan Wakil Presiden, Mohammad Hatta. Pada awalnya Bandara Soetta terdiri dari dua terminal, yaitu Terminal 1 dan 2. Terminal 1 dan 2 dibagi lagi kedalam tiga sub-terminal. Terminal 1A, 1B, dan 1C digunakan oleh perusahaan penerbangan dalam negeri untuk jalur penerbangan domestik. Terminal 2D dan 2E digunakan untuk jalur penerbangan internasional. Sedangkan, Terminal 2F digunakan oleh perusahaan penerbangan Garuda Indonesia untuk jalur penerbangan domestik.
Terminal 1 Bandara Soetta dibangun pada tahun 1985 dan selesai tahapan pembangunan Bandara Soetta fase kedua (Terminal 2) pada tahun 1992. Kedua Terminal tersebut mempunyai desain arsitektur dengan konsep tradisional, yaitu dapat dilihat pada bentukan atap yang beratap genting merah khas arsitektur bangunan joglo.
Pada awal tahun 1990-an Bandara Soetta pernah menerima penghargaan
internasional Aga Khan Award sebagai the best landscape airport di dunia.
dengan menyempurnakan hal-hal yang sudah baik dan memperbaiki kekurangan yang ada. Namun, semuanya harus dilakukan dengan mengacu pada rancangan induk secara terpadu. Ciri gubahan masa sebagai bandara lanskap yang ramah lingkungan dan gaya bangunan tradisional Indonesia mempunyai nilai keindahan tersendiri yang sebaiknya dipertahankan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No.11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional,penggunaan bandara ditetapkan berdasarkan pertimbangan aspek (ayat 1huruf a), yaitu :
a. rencana induk nasional bandara; b. pertahanan dan keamanan negara;
c. potensi pertumbuhan dan perkembangan pariwisata;
d. kepentingan dan kemampuan angkutan udara nasional serta potensi permintaan penumpang dan kargo;
e. potensi pengembangan ekonomi nasional dan perdagangan luar negeri; f. potensi kondisi geografis;
g.aksesibilitas dengan bandar udara intemasional di sekitamya; h. keterkaitan intra dan antar moda; dan
i. kepentingan angkutan udara haji.
Rencana induk nasional bandara sebagaimana dimaksud dalam ayat 7 huruf a, ditunjukkan dengan arah kebijakan nasional bandara. Oleh karena itu, dalam pengembangan bandara dengan mendirikan terminal baru harus mengacu terhadap rencana induk nasional bandara. Sementara itu, Bandara Soetta dikelompokkan kedalam hierarki sebagai bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No.11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, hierarki bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a terdiri atas:
a. bandara pengumpul (hub); dan
b. bandara pengumpan (spoke).
a. bandara pengumpul dengan skala pelayanan primer, yaitu bandara sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang melayani penumpang dengan jumlah ≥ 5.000.000 (lima juta) orang per tahun;
b. bandara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder yaitu bandara sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan PKN yang melayani
penumpang dengan jumlah ≥ 1.000.000 (satu juta) dan < 5.000.000 (lima
juta) orang per tahun; dan
c. bandara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yaitu bandara sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan PKN dan PKW terdekat yang
melayani penumpang denganjumlah ≥ 500.000 (lima ratus ribu) dan <
dari 1.000.000 (satu juta) orang per tahun.
Sedangkan, bandara pengumpan adalah bandara yang mempunyai cakupan pelayanan dan mempengaruhi perkembangan ekonomi lokal; bandara tujuan atau bandara penunjang dari bandara pengumpul; dan bandara sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan kegiatan lokal.
2.5 Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta
Pihak pengelola Bandara Soetta sebagai bandara pengumpul dengan pelayanan primer, dalam meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan penumpang perlu melakukan pengembangan fasilitas-fasilitas bandara sesuai kapasitas penumpang per tahun dan sesuai dengan rencana induk bandara. Oleh karena itu, pihak pengelola saat ini sedang melakukan pengembangan bandara dengan membangun terminal baru, yaitu Terminal 3.
Pembangunan Terminal 3 ini menjadikan Bandara Soetta memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan, tidak seperti bandara umumnya di Indonesia yang hanya menjadi tempat kedatangan dan singgah sementara untuk menunggu penerbangan. Saat ini di luar negeri, bandara dipandang sebagai pusat aktivitas strategis yang terintegrasi. Bandara dikaitkan dengan berbagai fasilitas dan jasa non-aeronautical seperti, hotel, pusat hiburan, pusat perbelanjaan, kompleks pameran dan konferensi, pusat perdagangan, gedung perkantoran, ruang logistik,
Terminal 3 menggunakan konsep bandara yang modern dan ramah lingkungan. Penekanan bandara dengan konsep ekologis diciptakan dengan memperhatikan hubungan manusia dan lingkungannya, dengan tetap mempertahankan fungsi keamanan, keselamatan dan kenyamanan bandara. Dengan konsep tersebut, maka perlu didukung dengan desain lanskap yang lebih hijau dengan pepohonan yang ditanam disekitar Terminal 3. Fungsi pepohonan tersebut tidak hanya sebagai peneduh atau penghijauan, tetapi juga menjadi
bagian penting dari konsep eco-airport dimana manfaat teknisnya adalah
meredam kebisingan suara dan menyerap polutan. Menurut (Harris dan Dines,
1995), pendekatan terhadap kontrol suara ada dua, yaitu acoustical planning,
dimana potensi masalah kebisingan diminimalkan dalam sebuh desain sebelum
pelaksanaan konstruksi dan retrofitting, dimana masalah kebisingan dimitigasi
dengan perubahan pembangunan existing.
Menurut Yeang (2008), desain ekologis atau ecodesign adalah penggunaan
prinsip dan strategi desain ekologis untuk merancang pembangunan lingkungan, serta tata cara hidup manusia agar terintegrasi dengan lingkungan alam,termasuk hingga biosfer, berisi semua bentuk kehidupan yang ada di bumi. Sedangkan,
desain berkelanjutan (sustainable design) dapat didefinisikan sebagai desain
ekologis, yaitu memastikan masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengurangi adanya perubahan pada generasi mendatang, termasuk meminimalkan dampak kerusakan lingkungan dengan integrasi lingkungan manusia dan alam. Tujuan ini harus menjadi dasar dalam mendesain semua lingkungan buatan
manusia. Dasar dalam ecodesign adalah kesehatan manusia dan lingkungannya,
bergantung pada udara yang dihirup dan air yang diminum, serta kualitas tanah
yang tidak terkontaminasi. Dalam beberapa dekade mendatang kelangsungan
hidup manusia akan tergantung pada kualitas lingkungan alam dan kemampuan manusia untuk mempertahankan lingkungan tanpa merusaknya.
Menjaga kualitas lingkungan di bandara merupakan suatu kegiatan yang
tidak dapat ditolak lagi. Oleh karena itu, melalui eco-airport berbagai masalah
diimplementasikan, dipantau, dan dikaji ulang oleh pengelola bandara termasuk stakeholder. Siklus ini terus dilakukan untuk perbaikan mutu lingkungan hidup di bandara.
Green design atau ecodesign bukan sekedar hanya tentang desain dengan
penggunaan energi yang rendah, ecodesign bukan pula sebuah struktur tunggal
dengan sistem dan seperangkat teknologi yang bertema ekologis (Yeang, 2008). Namun, tujuan utamanya adalah mengintegrasi dampak lingkungan yang dibangun dengan lingkungan alamnya. Teknologi tersebut dapat menjadi bagian dalam perlengkapan untuk mendesain yang berwawasan ekologis. Sehingga, dalam melakukan perancangan kawasan Terminal 3 harus memperhatikan lanskap
sekitarnya untuk mendukung konsep eco-airport. Selain itu, menurut Yeang
(2008), basis dari ecodesign adalah konsep ekosistem, yaitu hubungan antara
III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten dengan lokasi yang berada pada Terminal 3 (Gambar 2). Waktu penelitian sejak pelaksanaan hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 9 bulan (Februari 2011-Oktober 2011).
[image:48.612.108.506.234.673.2]Tanpa Skala (Sumber: http://maps.google.com/)
3.2 Metode Studi
Penelitian inidilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung di tapak dan di sekeliling tapak. Sebagai pedoman pelaksanaan kerja di lapang, penelitian ini menggunakan proses desain yang dikemukakan oleh Booth (1983), dimana proses desain tersebut meliputi
beberapa tahapan, yaitu project acceptance, research/analysis, concept, dan
construction drawing. Tahapan proses desain ini dapat dilihat pada Gambar 3.
---
---
---
Gambar 3 Proses Desain Menurut Booth (1983)
Tahapan penelitianini antara lain yaitu: 1. Project Acceptance (Penerimaan Proyek)
Tahap pertemuan antara mahasiswa dengan pihak pengelola Bandara Soetta, PT (Persero) Angkasa Pura II. Terkait hal ini, konsep yang dibuat harus mengacu pada konsep awal desain pembangunan Terminal 3 dengan
Penerimaan Projek
Penelitian/ Analisis
[image:49.612.112.498.228.619.2]Konsep/ Desain
Gambar Konstruksi
a.Rencana persiapan dasar
b.Inventarisasi tapak
c.Wawancara klien d.Program pengembangan
a.Diagram Konsep b.Rencana konsep
c.Studi pembentuk komposisi d.Desain pendahuluan e.Desain skematik f.Master plan
g.Desain pengembangan
a.Layout plan
b.Planting plan
menggunakan konsep modern dan ramah lingkungan, serta selaras dengan Grand Design Bandara Soetta.
2. Research/Analysis (Riset dan Analisis Data)
Tahapan yang dilakukan, antara lain rencana persiapan dasar,
inventarisasi/ analisis tapak, wawancara klien, dan program pengembangan.
Sebelum tahapan ini dimulai, dilakukan tahapan persiapan yang mencakup kegiatan studi pustaka, penetapan tujuan perancangan, penyusunan rencana kerja, dan pengumpulan informasi tentang program dari pengelola yang terkait dengan pengembangan kawasan.
Pada tahap pengumpulan data, diperlukan suatu pemahaman dan penghayatan kondisi tapak. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan survei langsung pada tapak yang terdiri dari, pengukuran langsung dengan menggunakan alat-alat survei, pengamatan secara langsung di lokasi penelitian, dan melakukan dokumentasi keadaan tapak dengan menggunakan kamera. Selain itu, dilakukan studi banding ke Terminal 1 dan 2, serta lingkungan di sekitarnya. Sedangkan, data sekunder diperoleh dengan studi pustaka atau bahan-bahan literatur yang terkait dan mendukung tujuan dilakukannya penelitian, seperti dari pihak PT (Persero) Angkasa Pura II dan stasiun klimatologi.
Data yang dikumpulkan berupa data fisik, biofisik, dan sosial. Data inventarisasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Data fisik berupa lokasi dan aksesibilitas terhadap daerah-daerah di sekitarnya, serta akses masuk tapak akan berpengaruh terhadap pola pengembangan tapak. Sedangkan, data vegetasi berupa kepadatan dan keragaman vegetasi, serta data iklim yang berupa kecepatan angin, suhu, kelembaban, dan curah hujan merupakan data biofisik. Tahapan ini akan menghasilkan peta eksisting.
Kebijakan pengelola Bandara Soetta menjadi hal yang harus
diperhatikan dalam tahapan analisis, dengan berpedoman pada Landscape
Master Plan of Brisbane Airport (2009) dalam melakukan analisis, karena bandara ini telah dilakukan pengkajian sebelumnya untuk mewujudkan
Tabel 1 Aspek, Jenis, dan Sumber Data yang Diperlukan
ASPEK JENIS DATA SUMBER
DATA CARA PENGAMBILAN DATA CARA ANALISIS DATA Data Fisik dan Biofisik
Batas Tapak &
Geografi AP 2 Studi pustaka
Kualitatif deskriptif
Iklim Stasiun
Klimatologi Studi pustaka
Kuantitatif dan kualitatif Topografi &
Kemiringan
Lapang dan
AP 2 Survei dan pustaka
Kuantitatif dan kualitatif Drainase Lapang Survei Lapang Kualitatif
deskriptif Aksesibilitas &
Sistem Transportasi
Lapang dan
AP 2 Survei dan pustaka
Kualitatif deskriptif
View Lapang Survei Lapang Kualitatif
deskriptif Vegetasi &
Satwa
Lapang dan
AP 2 Survei Lapang
Kualitatif deskriptif Geologi & Tanah Lapang dan
AP 2 Survei dan pustaka
Kualitatif deskriptif Hidrologi Lapang dan
AP 2 Survei dan pustaka
Kualitatif deskriptif Fasilitas &
Utilitas Lapang Survei Lapang
Kualitatif deskriptif
Data Sosial
Sejarah AP 2 Studi pustaka Kualitatif deskriptif Kondisi Sosial Lapang dan
AP 2 wawancara dan pustaka Kuantitatif dan kualitatif Perilaku
Pengunjung Lapang Kuisioner/wawancara
Kuantitatif dan kualitatif Potensi
Pengunjung Lapang Kuisioner/wawancara
Kuantitatif dan kualitatif
Hal-hal yang diperhatikan dalam analisis tapak tersebut, antara lain (1)
konteks regional, (2) lanskap yang bernilai (biodiversity and
landscapeconnectivity,scenic amenity, design for water, separation of urban areas), (3) jaringan ruang terbuka (landscape character, cultural connection, outdoor recreation and connectivity, sport and recreation and sport, community focus and tourism), dan (4) faktor keamanan (minimising bird and flying fox attraction, lighting, runway operational constraints, security restricted area constraints).
mempengaruhi keadaan tapak. Analisis sosial ekonomi menentukan bentuk aktivitas dan fasilitas pada tapak sesuai dengan fungsi yang akan dikembangkan. Sedangkan, analisis fisik dan biofisik menghasilkan potensi pada tapak yang dapat digunakan untuk pengembangan fungsi. Hasil analisis ini disajikan dalam gambar analisis dan penjelasan secara deskriptif. 3. Concept (konsep)
Tahapan pengumpulan ide terhadap suatu objek, yaitu pemikiran umum, penemuan atau ciptaan. Konsep umum desain lanskap terminal 3
adalah Eco-Airport yang dapat dikembangkan berdasarkan keadaan tapak,
sumberdaya tapak, peruntukan, serta simbol tertentu. Berdasarkan
Eco-Airport Master Plan in Narita Eco-Airport (2010), konsep ini diwujudkan
dengan memperhatikan kriteria-kriteria dalam eco-airport. Sedangkan,
konsep fungsi dikembangkan berdasarkan kegunaan suatu tapak, seperti mengurangi erosi, draenase yang buruk, beban pemeliharaan, menghindari vandalism, mengontrol kerusakan dari hewan, mencegah datangnya hewan (khususnya burung). Hasil akhir dari konsep ini disajikan dalam gambar siteplan dan perspektif dengan menggunakan AutoCAD dan Google Skatch up 7 (Free).
4. Construction drawing (gambar konstruksi)
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini terdiri dari pekerjaan hardscape dan softscape working drawing. Pekerjaan hardscape dan softscape working drawing, antara lain:
a) mempersiapkan landscape layout plans untuk menggambar level,
dimensi draenase, dan pemilihan material; dan
b) mempersiapkan typical detail, elevations, dan section.
Sedangkan, pekerjaan softscape working drawing adalah:
a) mempersiapkan detail softscape plans dan penjelasan penulisan
spesifikasinya untuk penempatan softscape; dan
b) mempersiapkan jumlah dan material softscape untuk melengkapi
Metode studi yang menggunakan metode deskriptif ini memiliki anggaran dana dengan rincian yang dapat dilihat pada Tabel 13 di Lampiran. Sedangkan, pedoman pelaksanaan kerja di lapang yang menggunakan proses desain yang dikemukakan oleh Booth (1983) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Proses Desain Lanskap Terminal 3
NO. PROSES DESAIN TAHAPAN HASIL
1. Project Acceptance Persiapan Proposal Surat Perizinan
2. Research/Analysis
Invent Peta Existing Analysis Peta Analysis Synthesis Peta Block Plan
3. Concept Conceptual
Peta Konsep Pengembangan
Design Site Plan
Perspektif
[image:53.612.114.508.194.399.2]4. Construction Drawing Gambar Detail
Gambar Konstruksi dan Detail
Detail Image
Tapak pada penelitian ini memiliki karakteristik yang unik karena mempunyai persyaratan khusus dalam mendesain lanskap dan ruang terbuka.
Berdasarkan acuan Landscape Master Plan of Brisbane Airport (2009), strategi
prinsip perencanaan bandara berkelanjutan,antara lain:
1. Lanskap berkelanjutan, yaitu dengan menggunakan perencanaan dan desain
lanskap yang berkelanjutan dan ruang terbuka (drought tolerance, non-bird
and flying fox attracting, cost-effective maintenance),
2. Lanskap yang bernilai dikelola untuk meminimalkan dampak
lingkungan, keseimbangan membangun bentuk bandara, dan melengkapi
nilai keanekaragaman hayati (biodiversity and landscape connectivity,scenic
amenity, design for water, deparation of urban areas), dan
3. Jaringan ruang terbuka menyediakan lanskap yang atraktif dan inovatif
untuk kenyamanan pengguna (landscape character, cultural connection,
Dalam proses tahapan gambar konstruksi dan ilustrasi, beberapa komponen
didalam aspek arsitektural bentukan bangunan diambil pada 3D Warehouse
sebagai referensi, yaitu beberapa komponen pada bangunan utama Terminal 3,
stasiun bandara (jembatan penyeberangan, monorail, dan jalurnya), ilustrasi
batu-batuan dan mobil.
3.3 Batasan studi
VI. KONDISI UMUM
4.1 Kondisi Umum Bandara Internasional Soekarno-Hatta
4.1.1 Kondisi Fisik dan Biofisik
Dalam penelitian ini, dibahas beberapa kondisi fisik dan biofisik pada Bandara Soetta, antara lain: batas tapak dan geografi; iklim; geologi dan tanah;
topografi dan draenase; hidrologi; dan pemandangan (view); vegetasi; satwa;
sirkulasi dan akesibilitas; serta fasilitas pada tapak.
4.1.1.1 Batas Tapak dan Geografi
Bandara Soetta terletak di Cengkareng, Kabupaten Tangerang, Banten. Bandara Soetta secara administratif terletak di Desa Rawa Rengas, Kelurahan Blendung, Neglasari, Kodya Tangerang, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Bandara Soetta berjarak sekitar 30 km dari pusat kota di Jakarta. Secara geografis, Bandara Soetta terletak pada koordinat
06°07’49,1080” LS dan 106°39”40,134” BT, dengan batas wilayah:
1. Utara : Desa Rawa Rengas
2. Selatan : Kelurahan Blendung
3. Barat : Kelurahan Selapajang
4. Timur : Desa Rawa Bokor
Berikut dapat dilihat pada Gambar 4 mengenai kondisi umum Bandara Soetta.
Bandara Soetta memiliki luas tanah sebesar 1800 Ha dengan penyediaan
sarana pelayanan 2 (dua) landasan pacu (Runway) yang berdimensi: 60 m x
3660m dan 60 m x 3600 m, arah landas pacu 07 R, 25 L dan 07 L, 25 R, permukaan berbahan dasar beton dengan pergerakan pesawat udara 600 pergerakan/hari, dan operasional bandara selama 24 Jam.
4.1.1.2 Iklim
Bandara Soetta terletak dibawah khatulistiwa 6” Lintang Selatan yang beriklim tropis-humid. Berdasarkan Stasiun Meteorologi Klas I Soekarno-Hatta
Cengkareng, suhu udara rata-rata pada kawasan ini sekitar 30-33°C, dengan
tingkat kelembaban udara rata-rata ± 79,5 %. Arah angin pada kawasan bandara ini dominan bergerak dari arah utara dengan kecepatan antara 1,1-5,4 km/jam. Lama penyinaran yang tercatat sekitar antara 46-87%. Selain itu, curah hujan rata-ratanya sekitar 2340 mm setiap tahunnya dengan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Februari sebesar 440 mm setiap bulannya, sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 60 mm setiap bulannya. Tekanan udara rata-ratanya sekitar 1009,5 mb dengan tekanan udara maksimum adalah 1010,2 mb dan minimum adalah 1009 mb.
4.1.1.3 Geologi dan Tanah
Bandara Soetta secara geologis termasuk kedalam dataran rendah Jakarta bagian barat, yang tersusun atas endapan aluvium pantai, endapan delta, dan sebagian tersusun atas material gunung api. Jenis tanah pada kawasan Bandara Soetta umumnya merupakan lapisan aluvial. Lapisan aluvial yang terbentuk pada daerah ini sebagai hasil erosi lapukan batuan dari daerah-daerah yang lebih tinggi letaknya. Selain itu, lapisan aluvial yang terdapat pada kawasan ini terjadi karena pada bagian barat kawasan Bandara Soetta terdapat Sungai Cisadane Tangerang yang mengalir dari hulu di daerah Bogor sampai ke Laut Jawa.
4.1.1.4 Topografi dan Draenase
Secara umum, kawasan Bandara Soetta memiliki kemiringan antara 0-5% (datar), dengan ketinggian rata-rata adalah 12,31 meter diatas permukaan laut
rata-rata (MSL = Mean Sea Level).
Jenis saluran drainase yang berada di Bandara Soetta termasuk kedalam jenis draenase terbuka. Semua buangan limbah cair pada Bandara Soetta diolah
terlebih dahulu melalui WTP (Water Treatment Plant) sebelum dibuang ke badan
air penerima. Berikut ini dapat dilihat mengenai saluran draenase (Gambar 5) dan letaknya (Gambar 6) pada Bandara Soetta.
Gambar 5 Keadaan Draenase di Bandara Soetta
Gambar 6 Lokasi Saluran Draenase Bandara Soetta
4.1.1.5 Hidrologi
letaknya (Gambar 9). Keberadaannya sangat penting untuk mengolah limbah cair yang dapat mencemari lingkungan sekitar. Sebagian hasil pengolahan limbah cair tersebut dapat digunakan lagi oleh pihak PT (Persero) Angkasa Pura II untuk menyirami vegetasi yang berada di Bandara Soetta. Selain itu, pada saat menuju
Bandara Soetta melalui jalan tol terdapat rawa-rawa (Basin), serta pada bagian
barat Bandara Soetta terdapat sungai Cisadane yang mengalir dari wilayah Bogor menuju Laut Jawa.
Gambar 7 Keadaan Penampungan Air di Bandara Soetta
Gambar 8 Keadaan Sistem Hidrologi di Bandara Soetta
4.1.1.6 Pemandangan (view)
Kawasan Bandara Soetta memiliki sejumlah pemandangan yang menarik (good view), seperti pada area penerimaan dengan gapura Bali yang menjadi pintu gerbang Bandara-Soetta, serta patung Soekarno dan Hatta sebagai simbol Bandara Soetta, bentukan bangunan terminal yang radial, area perkantoran dengan tower,
dan area ruang terbuka hijau lainnya (Gambar 10). Menurut Simond (2006), view
[image:59.612.142.482.254.473.2]yang baik merupakan suatu pemandangan yang diamati dari titik menguntungkan dan menarik pandangan mata.
Gambar 10 Good view di Bandara Soetta
4.1.1.7 Vegetasi
Beberapa jenis vegetasi yang ditanam di Bandara Soetta, yaitu Bungur (Lagerstroemia speciosa), Kecrutan (Lagerstromia sp), Biola Cantik (Ficus pandurata), Mahoni (Swietania mahagoni), Trembesi (Samanea saman), Palem
Raja (Oreodexa regia), Palem Putri (Veitchia Merillii), Tabebuia (Tabebuia
Kecik sebagai vegetasi peneduh. Jenis tanaman lainnya berfungsi sebagai penambah nilai estetik kawasan Bandara Soetta. Berikut ini dapat dilihat pada Gambar 11 mengenai jenis-jenis vegetasi yang terdapat di Bandara Soetta pada lokasi yang berbeda.
Gambar 11 Vegetasi yang Terdapat di Bandara Soetta
4.1.1.8 Satwa
Satwa yang ditemukan di Bandara Soetta dibagi menjadi dua, yaitu hewan peliharaan masyarakat sekitar Bandara Soetta dan hewan lia