PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK
SKRIPSI
OLEH :
ROMAYARNI SARAGIH / 090301177 AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK
SKRIPSI
OLEH :
ROMAYARNI SARAGIH / 090301177 AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pengolahan Tanah yang
berbeda dan Pemberian Pupuk NPK Nama : Romayarni Saragih
Nim : 090301177
Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan Program Studi : Agroekoteknologi
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc Ir. Balonggu Siagian, MS
Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
ROMAYARNI SARAGIH : Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dengan Pengolahan Tanah yang Berbeda dan Pemberian Pupuk NPK, dibimbing oleh B. SENGLI J. DAMANIK dan BALONGGU SIAGIAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan pengolahan tanah yang berbeda dan pemberian pupuk NPK. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat di Jl. Pasar 1 No. 89, Tanjung Sari, Medan yang berada pada ketinggian ± 25 dpl dari bulan Mei sampai Juli 2013, menggunakan rancangan petak terbagi dengan dua faktor yaitu pengolahan tanah (olah tanah 2 x dan olah tanah 1 x) dan pupuk NPK (0; 0,6; 1,2; 1,8; dan 2,4 g/tanaman). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun per sampel, jumlah anakan per sampel, jumlah siung per sampel, bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel, bobot kering umbi per plot dan bobot kering akar per sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per sampel dan bobot kering umbi per sampel. Pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel dan bobot kering umbi per plot. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
ABSTRACT
ROMAYARNI SARAGIH: Growth and Yield of Shallot (Allium ascalonicum L.) on
Different Soil Tillage and Giving NPK Fertilizer, supervised by B. SENGLI J. DAMANIK and BALONGGU SIAGIAN.
The aim of this research was to determine growth and yield of Shallot (Allium ascalonicum L.) on different soil tillage and Giving NPK fertilizer. This research had been conducted at Farm Resident on street Pasar I number 89, Tanjung Sari, Medan at ± 25 m asl from May until July 2013 using split plot design with two factor, i.e. Soil Tillage (twice tillage and once tillage) and dose of
NPK fertilizer (0; 0,3; 0,6; 1,2 and 2,4 g/ plant). Parameter observed were plant height, tillers number per clump, leaves number per clump, clove number per sample, wet weight tuber per sample, wet weight tuber per plot, dry weight tuber per sample, dry weight tuber per plot and dry weight root per sample.
The result showed different soil tillage treatment significantly affected on wet weight tuber per sample and dry weight tuber per sample. NPK fertilizer treatment significantly effected on parameters plant height, wet weight tuber per sample, wet weight tuber per plot, dry weight tuber per sample and dry weight tuber per plot. The interaction of two factor not significantly affected all of parameter observed.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purba Dolok pada tanggal 24 Januari 1991 dari ayah Doniaman Saragih dan ibu Lesri Purba. Penulis merupakan putri keempat dari empat bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Swasta Assisi P. Siantar, Kabupaten Simalungun dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek) dan sebagai asisten praktikum di Laboratorium Budidaya Tanaman Sayuran.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dengan Pengolahan Tanah yang Berbeda dan Pemberian Pupuk NPK”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan Bapa anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh staf pengajar, staf pegawai serta sahabat di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi budidaya bawang merah serta bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, September 2013
DAFTAR ISI
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
Bahan dan Alat ... 16
Metode Penelitian ... 16
Pemeliharaan Tanaman ... 20
Penyiraman ... 20
Penyulaman ... 20
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 21
Panen ... 21
Pengeringan ... 22
Pengamatan Parameter ... 22
Tinggi Tanaman (cm) ... 22
Jumlah Daun per Rumpun (helai) ... 22
Jumlah Siung per Sampel (siung) ... 22
Bobot Basah Umbi per Sampel (g) ... 23
Bobot Basah Umbi per Plot (g) ... 23
Bobot Kering Umbi per Sampel (g) ... 23
Bobot Kering Umbi per Plot (g) ... 23
Bobot Kering Akar per Sampel (g) ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 24
Pembahasan ... 45
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49
Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
LAMPIRAN ... 53
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Rataan tinggi tanaman 2-7 MST (cm) pada pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK ... 25 2. Rataan jumlah anakan per sampel 2-7 MST (anakan) pada pengolahan
tanah dan pemberian pupuk NPK ... 29 3. Rataan jumlah daun per sampel 2-7 MST (helai) pada pengolahan
tanah dan pemberian pupuk NPK ... 32 4. Rataan jumlah siung per sampel (siung) pada pengolahan tanah dan
pemberian pupuk NPK ... 35 5. Rataan bobot basah umbi per sampel (g) pada pengolahan tanah dan
pemberian pupuk NPK ... 36 6. Rataan bobot basah umbi per plot (g) pada pengolahan tanah dan
pemberian pupuk NPK ... 38 7. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) pada pengolahan tanah dan
pemberian pupuk NPK ... 40 8. Rataan bobot kering umbi per plot (g) pada pengolahan tanah dan
pemberian pupuk NPK ... 42 9. Rataan bobot kering akar per sampel (g) pada pengolahan tanah dan
pemberian pupuk NPK ... 44
DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman 2-7 MST (cm) pada pengolahan
tanah ... 26 2. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman 2-7 MST (cm) pada beberapa
dosis pemberian pupuk NPK ... 27 3. Kurva respons tinggi tanaman 7 MST dengan pemberian pupuk NPK ... 28 4. Grafik pertumbuhan jumlah anakan per sampel 2-7 MST (anakan)
pada pengolahan tanah ... 30 5. Grafik pertumbuhan jumlah anakan per sampel 2-7 MST (anakan)
pada beberapa dosis pemberian pupuk NPK... 31 6. Grafik pertumbuhan jumlah daun per sampel 2-7 MST (helai) pada
pengolahan tanah ... 33 7. Grafik pertumbuhan jumlah daun per sampel 2-7 MST (helai) pada
beberapa dosis pemberian pupuk NPK. ... 34 8. Histogram hubungan terhadap bobot basah umbi per sampel dengan
pengolahan tanah ... 37 9. Kurva respons bobot basah umbi per sampel dengan pemberian
beberapa dosis pupuk NPK ... 37 10. Kurva respons bobot basah umbi per plot dengan pemberian beberapa
dosis pupuk NPK ... 39 11. Histogram hubungan terhadap bobot kering umbi per sampel dengan
pengolahan tanah ... 41 12. Kurva respons bobot kering umbi per sampel dengan pemberian
beberapa dosis pupuk NPK ... 41 13. Kurva respons bobot basah umbi per plot dengan pemberian beberapa
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Deskripsi bawang merah varietas Bima ... 53
2. Bagan penelitian ... 54
3. Bagan penanaman pada plot ... 55
4. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian ... 56
5. Data kebutuhan pupuk ... 57
6. Data hasil analisis tanah ... ..58
7. Data pengamatan tinggi tanaman 2 MST (cm) ... 59
8. Sidik ragam tinggi tanaman 2 MST ... 59
9. Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST (cm) ... 60
10. Sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ... 60
11. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) ... 61
12. Sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ... 61
13. Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST (cm) ... 62
14. Sidik ragam tinggi tanaman 5 MST ... 62
15. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm) ... 63
16. Sidik ragam tinggi tanaman 6 MST ... 63
17. Data pengamatan tinggi tanaman 7 MST (cm) ... 64
18. Sidik ragam tinggi tanaman 7 MST ... 64
19. Data pengamatan jumlah anakan per sampel 2 MST (anakan) ... 65
20. Sidik ragam jumlah anakan per sampel 2 MST ... 65
21. Data pengamatan jumlah anakan per sampel 3 MST (anakan) ... 66
22. Sidik ragam jumlah anakan per sampel 3 MST ... 66
23. Data pengamatan jumlah anakan per sampel 4 MST (anakan) ... 67
24. Sidik ragam jumlah anakan per sampel 4 MST ... 67
25. Data pengamatan jumlah anakan per sampel 5 MST (anakan) ... 68
26. Sidik ragam jumlah anakan per sampel 5 MST ... 68
27. Data pengamatan jumlah anakan per sampel 6 MST (anakan) ... 69
28. Sidik ragam jumlah anakan per sampel 6 MST ... 69
29. Data pengamatan jumlah anakan per sampel 7 MST (anakan) ... 70
30. Sidik ragam jumlah anakan per sampel 7 MST ... 70
31. Data pengamatan jumlah daun per sampel 2 MST (helai) ... 71
32. Sidik ragam jumlah daun per sampel 2 MST ... 71
33. Data pengamatan jumlah daun per sampel 3 MST (helai) ... 72
34. Sidik ragam jumlah daun per sampel 3 MST ... 72
35. Data pengamatan jumlah daun per sampel 4 MST (helai) ... 73
36. Sidik ragam jumlah daun per sampel 4 MST ... 73
37. Data pengamatan jumlah daun per sampel 5 MST (helai) ... 74
39. Data pengamatan jumlah daun per sampel 6 MST (helai) ... 75
40. Sidik ragam jumlah daun per sampel 6 MST ... 75
41. Data pengamatan jumlah daun per sampel 7 MST (helai) ... 76
42. Sidik ragam jumlah daun per sampel 7 MST ... 76
43. Data pengamatan jumlah siung per sampel (siung) ... 77
44. Sidik ragam jumlah siung per sampel ... 77
45. Data pengamatan bobot basah umbi per sampel (g) ... 78
46. Sidik ragam bobot basah umbi per sampel ... 78
47. Data pengamatan bobot basah umbi per plot (g) ... 79
48. Sidik ragam bobot basah umbi per plot ... 79
49. Data pengamatan bobot kering umbi per sampel (g) ... 80
50. Sidik ragam bobot kering umbi per sampel ... 80
51. Data pengamatan bobot kering umbi per plot (g) ... 81
52. Sidik ragam bobot kering umbi per plot ... 81
53. Data pengamatan bobot kering akar per sampel (g) ... 82
54. Sidik ragam bobot kering akar per sampel... 82
55. Foto Lahan Penelitian ... 83
ABSTRAK
ROMAYARNI SARAGIH : Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dengan Pengolahan Tanah yang Berbeda dan Pemberian Pupuk NPK, dibimbing oleh B. SENGLI J. DAMANIK dan BALONGGU SIAGIAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan pengolahan tanah yang berbeda dan pemberian pupuk NPK. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat di Jl. Pasar 1 No. 89, Tanjung Sari, Medan yang berada pada ketinggian ± 25 dpl dari bulan Mei sampai Juli 2013, menggunakan rancangan petak terbagi dengan dua faktor yaitu pengolahan tanah (olah tanah 2 x dan olah tanah 1 x) dan pupuk NPK (0; 0,6; 1,2; 1,8; dan 2,4 g/tanaman). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun per sampel, jumlah anakan per sampel, jumlah siung per sampel, bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel, bobot kering umbi per plot dan bobot kering akar per sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per sampel dan bobot kering umbi per sampel. Pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel dan bobot kering umbi per plot. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
ABSTRACT
ROMAYARNI SARAGIH: Growth and Yield of Shallot (Allium ascalonicum L.) on
Different Soil Tillage and Giving NPK Fertilizer, supervised by B. SENGLI J. DAMANIK and BALONGGU SIAGIAN.
The aim of this research was to determine growth and yield of Shallot (Allium ascalonicum L.) on different soil tillage and Giving NPK fertilizer. This research had been conducted at Farm Resident on street Pasar I number 89, Tanjung Sari, Medan at ± 25 m asl from May until July 2013 using split plot design with two factor, i.e. Soil Tillage (twice tillage and once tillage) and dose of
NPK fertilizer (0; 0,3; 0,6; 1,2 and 2,4 g/ plant). Parameter observed were plant height, tillers number per clump, leaves number per clump, clove number per sample, wet weight tuber per sample, wet weight tuber per plot, dry weight tuber per sample, dry weight tuber per plot and dry weight root per sample.
The result showed different soil tillage treatment significantly affected on wet weight tuber per sample and dry weight tuber per sample. NPK fertilizer treatment significantly effected on parameters plant height, wet weight tuber per sample, wet weight tuber per plot, dry weight tuber per sample and dry weight tuber per plot. The interaction of two factor not significantly affected all of parameter observed.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi, maupun dari kandungan gizinya. Komposisi kimia umbi bawang merah per 100 g terdapat air sekitar 80-85%, protein 1.5 %, lemak 0.3 %, karbohidrat 9.2 %,
vitamin B1 0.03 mg, vitamin C 2.0 mg, kalsium (Ca) 36 mg,
besi (Fe) 0.8 mg, fosfor (P) 40.0 mg, energi 39.0 kalori (Rahayu danBerlian, 1999; Sumarni dan Hidayat, 2005).
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2011), luasan panen tanaman bawang merah di Indonesia tahun 2010 adalah 109.634 Ha dengan produksi 1.048.934 ton. Di provinsi Sumatera Utara, produksi bawang merah pada tahun 2010 yaitu 9.413 ton yang mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 12.655 ton pada tahun 2009. Perkiraan kebutuhan bawang merah untuk tahun 2012-2013 di Indonesia berdasarkan data Ditjen BP Hortikultura (2005) adalah 1.060.820 ton sampai 1.105.112 ton.
Areal yang berpotensi untuk pengembangan bawang merah di Indonesia sangat luas, meliputi daerah beriklim kering atau musim hujannya pendek serta tanah yang kurang subur. Agar tanah penanaman berada dalam kondisi yang ideal untuk pertumbuhan tanaman maka perlu dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah untuk bertanam bawang merah sebaiknya dilakukan jauh hari sebelum penanaman. Hal ini dimaksudkan agar tanah telah mengalami proses oksidasi secara sempurna sehingga racun yang terdapat di dalam tanah sudah menguap. Pengolahan tanah umumnya diperlukan untuk menggemburkan tanah sehingga pertumbuhan umbi dari bawang tidak terhambat karena sifat fisika tanah yang kurang optimal. Pengolahan tanah merupakan setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok adalah menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit tanaman, daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Musa, dkk, 2006; Duljapar, 2000).
Ketersediaan unsur hara bagi tanaman selama pertumbuhan sangat diperlukan, karena ketersediaan unsur hara merupakan syarat utama dalam meningkatkan produksi tanaman. Penambahan unsur hara ini akan memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah yang menunjang pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Pupuk majemuk ini, mengandung dua unsur hara atau lebih. Contohnya pupuk NPK Mutiara 16-16-16 yang mengandung unsur N, P,dan K masing-masing 16% (Novizan, 2002).
Hal ini dapat terlihat dengan peran pupuk NPK yang dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah yang menunjang pertumbuhan tanaman dan pengolahan tanah yang bertujuan untuk menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit tanaman dan menyediakan daerah perakaran yang baik sehingga membantu dalam memudahkan pembentukan dan pembesaran umbi yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah. Hingga kini belum ada data tentang pengaruh persiapan tanah yang berbeda dan pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian guna mengetahui pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada pengolahan tanah yang berbeda dan
pemberian pupuk NPK. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan pengolahan tanah yang berbeda dan pemberian pupuk NPK.
Hipotesis Penelitian
1. Pengolahan tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.).
2. Pupuk NPK berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.).
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: Monocotyledonae, Ordo: Liliaceae, Family: Liliales, Genus: Allium, Species:
Allium ascalonicum L. (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Bawang merah merupakan terna rendah yang tumbuh tegak dan tinggi dapat mencapai 15 – 50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah (Wibowo, 2007).
Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas. Dibagian atas discus terbentuk batang semu yang tersususn dari pelepah-pelepah daun. Batang semu berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis (Rukmana, 1995).
Bentuk daun bawang seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek (Rukmana, 1995).
mencapai 30-50 cm. Sedangkan kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek, antara 0,2-0,6 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Biasanya terdiri dari 5-6 benang sari (Wibowo, 2007).
Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tenaman secara generatif (Rukmana, 1995).
Umbi bawang merah yang merupakan umbi ganda ini terdapat lapisan tipis yang tampak jelas dan umbi-umbinya tampak jelas juga sebagai benjolan ke kanan dan ke kiri dan mirip siung bawang putih. Lapisan pembungkus siung umbi bawang merah tidak banyak hanya sekitar 2 – 3 lapis yang mudah kering. Sedangkan lapisan dari setiap umbi berukuran lebih banyak dan tebal. Maka besar kecilnya siung bawang merah tergantung oleh banyak dan tebalnya lapisan pembungkus umbi (Suparman, 2007).
Syarat Tumbuh Iklim
panjang, umbi yang dihasilkan pun kecil-kecil. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah 300 – 2500 mm per tahun, dengan intensitas sinar matahari penuh (Sumadi dan Cahyono, 2005).
Yang paling baik, untuk budidaya bawang merah adalah daerah yang beriklim kering yang cerah dengan suhu udara panas. Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut dan angin sepoi-sepoi. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam. Perlu diingat, pada tempat-tempat yang terlindung dapat
menyebabkan pembentukan umbinya kurang baik dan berukuran kecil (Wibowo, 2007).
Pada suhu yang rendah, hasil berupa umbi dari tanaman bawang merah kurang baik. Pada suhu 220 C tanaman masih mudah membentuk umbi, tetapi hasilnya tidak sebaik jika ditanam di dataran rendah yang bersuhu panas. Daerah yang sesuai adalah yang suhunya sekitar 25-320 C (Rahayu dan Berlian, 1999).
Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70 % penyinaran), suhu udara 25-320 C, dan kelembaban nisbi 50-70% (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Tanah
mengalami pembusukan umbi dan mudah terserang penyakit (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Tanaman ini memerlukan tanah tekstur sedang sampai liat, drinase/aerase baik, mengandung bahan organik, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah : 5,6 - 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah aluvial atau kombinasinya dengan tanah humus (Sutarya dan Grubben, 1995).
Tanaman bawang merah menyukai tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Tanah gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi sehingga hasilnya lebih maksimal. Jenis tanah yang paling baik untuk bawang merah adalah tanah lempung berpasir atau lempung berdebu. Jenis tanah ini mempunyai aerasi dan drainase yang baik karena mempunyai
perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir dan debu (Rahayu dan Berlian, 1999)
Pengolahan Tanah
Pengelolaan sumberdaya lahan untuk mendukung pertanian berkelanjutan perlu diawali dengan kegiatan persiapan lahan melalui teknologi olah tanah dan sistim budidaya pertanian untuk mengurangi pengaruh buruk dari pengolahan tanah biasa dan tetap mempertahankan kondisi tanah agar dapat ditanami dan teknologi olah tanah tersebut merupakan komponen penting dalam pembangunan pertanian (Alfons, 2006).
tanah dan air dapat terjamin, sehingga memungkinkan terlaksananya usaha-usaha di bidang pertanian dalam jangka waktu yang panjang dari generasi ke generasi dengan hasil–hasilnya yang dapat memenuhi harapan (Kartasapoetra, 1991).
Agar tanah penanaman berada dalam kondisi yang ideal untuk pertumbuhan tanaman maka perlu dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah untuk bertanam bawang merah sebaiknya dilakukan jauh hari sebelum penanaman, yaitu minimun satu minggu sebelum tanam. Hal ini dimaksudkan agar tanah telah mengalami proses oksidasi secara sempurna sehingga racun yang terdapat di dalam tanah sudah menguap (Duljapar, 2000).
Pengolahan tanah ini bertujuan antara lain untuk memperbaiki struktur tanah, memperbesar persediaan air, mempercepat pelapukan, meratakan tanah dan memberantas gulma. Sebaiknya pengolahan tanah paling baik dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam
Pengolahan tanah dicangkul sedalam 20 cm untuk mendapat kondisi tanah yang remah dan gembur. Pembuatan bedengan dan parit, ukuran 100-150 cm, panjang parit 40 cm, kedalaman 40-50 cm. Pengolahan tanah dapat dilakukan 2–3 kali sampai mendapatkan struktur tanah yang remah, selanjutnya dilakukan perbaikan bedengan dan lahan siap untuk ditanami (Sutono,dkk, 2007).
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang
cocok dan gembur unt
diperlukan untuk menggemburkan tanah sehingga pertumbuhan umbi dari bawang tidak terhambat karena sifat fisika tanah yang kurang optimal. Pengolahan tanh juga dilakukan untuk memperbaiki drainase, meratakan permukaan tanah dan
Pada tanah gembur, proses pergantian udara dapat lancar, sehingga jumlah partikel-partikel seperti unrus N akan lebih banyak. Di samping itu, umbi atau bakal buah dapat menembus lapisan tanah dengan mudah dan mengalami pembesaran tanpa kesulitan. Pada kondisi tanah yang padat perakaran dan pertumbuhan buah biasanya kurang leluasa. Di samping itu, peredaran udara dan air atau proses aerase akan terhalang. Sebaliknya pada kondisi tanah yang gemur, peredaran udara dan perrkemangan perakaran dan buah akan berjalan secara sempurna (Tim Bina Karya Tani, 2009)
Pengolahan tanah konvensional (Traditional tillage) berupa pencangkulan sedalam 15-20 cm sebanyak dua kali diikuti penggarukan sampai rata memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang besar. Saat dilakukan pengolahan tanah, lahan dalam keadaan terbuka, tanah dihancurkan oleh alat pengolah, sehingga agregat tanah mempunyai kemantapan rendah, tetapi jika pada saat tersebut terjadi hujan, tanah dengan mudah dihancurkan. Dengan demikian Mursito dan Kawiji (2007) mengatakan tujuan pengolahan tanah untuk memberikan lingkungan tumbuh yang optimum bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman, mengendalikan gulma dan memungkinkan infiltrasi air, sehingga air tersedia bagi tanaman.
dekomposisi mineral dan zat organik tanah sehingga zat hara yang dibutuhkan tanaman mudah diserap oleh akar (Redaksi Agromedia, 2007)
Pupuk NPK
Pupuk majemuk atau pupuk campuran ialah pupuk yang sengaja dibuat oleh pabrik dengan mencampurkan dua atau tiga zat (unsur) atau lebih dalam satu pupuk. Pupuk campuran ini sebetulnya sudah lama dibuat oleh pabrik yang pada awalnya merupakan gabungan unsur-unsur yang dikandung pupuk tunggal seperti nitrogen digabung posfat menjadi NP ditambah unsur kalium menjadi NPK dan lain-lain (Lingga, 1989).
Keuntungan dari penggunaan pupuk NPK ialah mengandung unsur N, P, K, dan unsur hara sekunder CaO dan MgO, memberikan keseimbangan unsur nitrogen, fosfat, kalium, kalsium dan magnesium terhadap pertumbuhan tanaman, mudah diaplikasikan dan mudah diserap oleh tanaman butirannya yang mengkilap seperti mutiara lebih efisien pemakaiannya dan menghemat waktu serta lebih ekonomis (PT Meroke Tetap Jaya, 2002).
Penggunaan pupuk majemuk dinilai lebih praktis, karena hanya dengan satu kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan.contoh pupuk majemuk anatara lain diamonium phosphat yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor, serta pupuk NPK mutiara yang mengandung unsur nitrogen, fosfor, dan kalium (Novizan, 2002).
batang tanaman. Sementara unsur K Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peranan utama kalium dalam tanaman ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Dengan adanya kalium yang tersedia dalam tanah menyebabkan ketegaran tanaman terjamin, merangsang pertumbuhan akar, tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit, dan mampu mengatasi kekurangan air pada tingkat tertentu (Rauf, 2000).
Pupuk NPK adalah suatu jenis pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Pupuk majemuk yang sering digunakan adalah pupuk NPK karena mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogenfosfat (NH4H2PO4), dan kalium klorida (KCl). Kadar unsurhara N, P, dan K dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi angka tertentu. Misalnya pupuk NPK 10-20-15 berarti bahwa dalam pupuk itu terdapat 10% nitrogen, 20% fosfor (sebagai P2O5)dan 15% kalium (sebagai K2O) (Chandra, 2011).
Adapun komposisi dari NPK Mutiara (16 : 16: 16) adalah unsur hara utama yang terdiri dari 16 % N (Nitrogen), 16 % P2O5(Posfat), 16 % K2O (Kalium Oksida) dan unsur hara tambahan yang terdiri dari 0,5 % MgO (Magnesium oksida), 6,0 % CaO (Calsium oksida) (PT Meroke Tetap Jaya, 2002).
Unsur N bagi tanaman merupakan unsur yang sangat penting untuk pertumbuhan, pembentukan protein dan berbagai persenyawaan lainnya. Pada umumnya unsur N diperlukan untuk pembentukan bagi vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar tanaman. Jika tanaman kekurangan N maka akan mengakibatkan daun tanaman menjadi kuning terutama daun-daun tua, jika dibiarkan terus akan mengering dan mati (Sarief, 1986).
Di dalam tubuh tanaman, nitrogen bersifat dinamis (mobil) sehingga jika terjadi kekurangan nitrogen pada bagian pucuk, nitrogen yang tersimpan pada daun tua akan dipindahkan ke organ yang lebih muda. Dengan demikian, pada daun-daun yang lebih tua gejala kekurangan nitrogen akan terlihat lebih awal (Novizan, 2002).
Di dalam tubuh tanaman fosfor memberikan peranan yang penting dalam hal beberapa kegiatan (1) pembelahan sel dan pembentukan lemak dan albumin, (2) pembentukan bunga, buah, dan biji, (3) kematangan tanaman melawan efek nitrogen, (4) merangsang perkembangan akar, (5) meningkatkan kualitas hasil tanaman dan (6) ketahanan terhadap hama dan penyakit (Damanik, dkk, 2010).
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit. Penyediaan fosfor yang tidak memadai akan menyebabkan laju respirasi menurun dan berpengaruh pada berbagai reaksi fisiologis dalam tanaman serta dapat menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap hara lain.
Unsur K mempunyai fungsi yaitu memperkuat vigor tanaman, perakaran lebih baik, penting untuk pembentukan klorofil, menambah bobot umbi bawang merah. Kekurangan unsur kalium memperlihatkan daun yang keriting terutama pada daun yang tua tetapi tidak merata, kemudian menyusul timbulya bercak-bercak coklat, mengeriting lalu mati sehingga mempengaruhi produksi (Hakim,dkk, 1986).
Secara umum fungsi dari kalium sangat dibutuhkan untuk pembentukan pati dan tarslokasi hasil-hasil fotosintesis seperti gula. Meskipun kaliaum bukan sebagai penyusun klorofil seperti halnya magnesium yang berfungsi untuk pembentukan klorofil. Pada tanaman umbi-umbian unsur ini berperan dalam pembentukan umbi (Damanik, dkk, 2010).
Meskipun bukan elemen pembentuk bahan organik tetapi peran kalium penting untuk pemebentukan karbohidrat protein, mengeraskan batang tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman dari penyakit, dan meningkatkan kualitas biji. Ion kalium sangat penting bagi berlangsungnya fotosintesis, tanpa kalium fotosintesis berhenti (Isnaini, 2006).
Pemberian pupuk K mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah seperti pembentukan, pembesaran dan pemanjangan umbi serta berpengaruh dalam meningkatkan berat kering bawang merah. Pemberian pupuk kaliaum yang tinggi pada tanaman bawang merah memeberikan hasil yang tinggi pada total hasil tanaman (Napitupulu dan Winarto, 2009)
Menurut Suriatna (1988) kekurangan kalium menyebabkan daun berkerut dan berwarna kuning, pertumbuhan lambat dan kerdil, tanaman mudah patah dan rebah, buah kecil, mutunya jelek dan tidak tahan simpan.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada lahan masyarakat di Jl. Pasar I no.89 Tanjung Sari, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan laut, yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah varietas Bima sebagai tanaman indikator, pupuk NPK (15:15:15) sebagai faktor perlakuan, fungisida Fungstop-P untuk mengendalikan jamur dan air untuk menyiram tanaman.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk membersihkan lahan dari gulma dan untuk melakukan pengolahan tanah serta pembentukan plot-plot pada lahan penelitian, gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, timbangan untuk menimbang produksi tanaman, pacak sampel untuk tanda dari tanaman yang merupakan sampel, buku dan alat tulis untuk menulis data.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan 2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Pengolahan Tanah (T) yang terdiri atas 2 taraf, yaitu : T1 = diolah dan dihaluskan 2x kemudian diratakan T2 = diolah dan dihaluskan 1x kemudian diratakan Faktor II : Pupuk NPK (P) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :
P1 = 0,6 g/tanaman P2 = 1,2 g/tanaman P3 = 1,8 g/tanaman P4 = 2,4 g/tanaman
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 10 kombinasi, yaitu : T1P0 T2P0
T1P1 T2P1 T1P2 T2P2 T1P3 T2P3 T1P4 T2P4
Jumlah ulangan = 3 ulangan
Jumlah plot = 30 plot
Ukuran plot = 100 cm x 100 cm Jarak antar plot = 30 cm
Jarak antar blok = 50 cm Jumlah tanaman per plot = 25 tanaman Jumlah sampel per plot = 4 tanaman Jumlah sampel seluruhnya = 120 tanaman Jarak Tanam = 20 cm x 20 cm Jumlah tanaman seluruhnya = 750 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear sebagai berikut :
Dimana:
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan pengolahan tanah (T) taraf ke-j dan pemberian pupuk NPK (P) pada taraf ke-k
µ : Nilai tengah ρi : Efek dari blok ke-i
αj : Efek perlakuan pengolahan tanah pada taraf ke-j βk : Efek pemberian pupuk NPK pada taraf ke-k
(αβ)jk : Interaksi antara pengolahan tanah taraf ke-j dan pemberian pupuk NPK taraf ke-k
εijk : Galat dari blok ke-i, pengolahan tanah ke-j dan pemberian pupuk NPK
ke-k
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Areal pertanaman yang digunakan terlebih dahulu diukur sesuai kebutuhan, kemudian dibersihkan dari rerumputan, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dengan menggunakan cangkul. Bedengan dibuat membujur searah utara – selatan, supaya penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Kemudian dibuat plot-plot dengan ukuran 100 cm x 100 cm serta jarak antar plot-plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm. Persiapan lahan dilakukan sesuai dengan perlakuan masing-masing yaitu:
- Pada pengolahan tanah sebanyak 2 kali, tanah dicangkul dengan kedalaman + 25 cm kemudian dihaluskan dan diratakan. Interval hari pengolahan selama 7 hari dimana pengolahan I dilakukan pada 2 minggu sebelum tanam dan pengolahan II dilakukan pada 1 minggu sebelum ditanam.
- Pada pengolahan tanah sebanyak 1 kali, tanah dicangkul dengan kedalaman + 25 cm kemudian dihaluskan dan diratakan. Pengolahan tanah dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah II yaitu pada 1 minggu sebelum tanam. Persiapan bibit
Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dibuat garis larikan kecil pada plot dengan kedalaman + 3 cm kemudian dilakukan penanaman dengan meletakkan umbi pada garis larikan tersebut sesuai dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm sehingga diperoleh 25 tanaman per plot. Umbi ditutup ¾ bagian dengan menggunakan tanah halus.
Aplikasi Pupuk
Aplikasi pupuk NPK dilakukan sebanyak dua kali, setengah dosis perlakuan pupuk diberikan pada saat penanaman yang dilakukan dengan cara tugal di sebelah kiri tanaman yang kemudian ditutup dengan tanah. Setengah dosis sisanya diberikan ketika tanaman berumur 3 minggu, dengan cara yang sama di sebelah kanan tanaman dan diberikan sesuai dengan jumlah perlakuan.
Pemeliharaan Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari sesuai dengan kondisi lapangan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor ( + 3 liter air per plot) dan diusahakan agar tanahnya dalam kondisi kapasitas lapang. Pada waktu pembentukan umbi, penyiraman ditingkatkan intensitas, diusahakan agar tanah tetap lembab sepanjang hari, karena tanaman membutuhkan banyak air untuk membantu pembentukan umbi.
Penyulaman
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan sekali setiap dua minggu untuk mengendalikan gulma yang ada disekitar areal pertanaman yang dilakukan secara manual yang sekaligus menggemburkan tanah supaya perakaran tanaman tidak terganggu. Pembumbunan dilakukan sekali setiap minggu mulai pada umur 4 MST hingga 6 MST yang bertujuan untuk menjaga tanaman agar tidak mudah rebah dan menciptakan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan pembesaran umbi serta merangsang pertumbuhan tanaman.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan jika terjadi serangan, dengan menyemprotkan fungisida Fungstop-P dengan konsentrasi 2 g/l air dan interval penyemprotan dilakukan 1 minggu sekali. Penyemprotan harus merata sampai belakang sisi daun. Penyemprotan dilakukan untuk mengendalikan dan mencegah tanaman bawang yang terserang penyakit yang dapat menyebabkan tanaman membusuk.
Panen
Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mengeringkan umbi pada suhu ruangan di Laboratorium Tanaman Perkebunan dalam jangka waktu + 2 minggu. Pengeringan dilakukan sampai penyusutan bobot umbi mencapai 20-25%, dengan kadar air umbi mencapai 80-75%.
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari leher umbi sampai ke ujung daun tertinggi. Tinggi tanaman dihitung mulai 2 MST hingga memasuki fase generatif, yaitu 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu sekali.
Jumlah Daun per Sampel (helai)
Jumlah daun per tanaman dihitung dengan cara menghitung jumlah seluruh daun yang muncul pada rumpun. Dimulai dari umur tanaman 2 MST hingga memasuki fase generatif, yaitu 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu sekali.
Jumlah Anakan per Sampel (anakan)
Jumlah anakan per sampel dihitung dengan cara menghitung jumlah anakan yang terbentuk pada rumpun. Dimulai dari umur tanaman 2 MST hingga memasuki fase generatif, yaitu 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu sekali.
Jumlah Siung per Sampel (siung)
Bobot Basah Umbi per Sampel (g)
Bobot basah umbi per sample ditimbang setelah dilakukan panen. Dengan syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran.
Bobot Basah Umbi per Plot (g)
Bobot basah umbi per plot ditimbang setelah dilakukan panen. Dengan syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran.
Bobot Kering Umbi per Sampel (g)
Bobot kering umbi per sampel ditimbang setelah dikeringkan dengan cara dikeringanginkan pada suhu ruangan selama + 2 minggu sampai penyusutan bobot umbi mencapai 20-25 %, dengan kadar air umbi mencapai 80-75%.
Bobot Kering Umbi per Plot (g)
Bobot kering umbi per plot ditimbang setelah dikeringkan dengan cara dikeringanginkan pada suhu ruangan selama + 2 minggu sampai penyusutan bobot umbi mencapai 20-25 %, dengan kadar air umbi mencapai 80-75%.
Bobot Kering Akar per Sampel (g)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 8-53) diketahui bahwa pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per sampel dan bobot kering umbi per sampel. Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (6 dan 7 minggu setelah tanam (MST)), bobot basah umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, bobot basah umbi per plot dan bobot kering umbi per plot. Interaksi antara pengolahan tanah dan pemberian NPK berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
Tinggi Tanaman (cm)
Data pengamatan tinggi tanaman mulai pengamatan 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 MST dicantumkan pada Lampiran 7, 9, 11, 13, 15 dan 17 sedangkan hasil sidik ragam masing-masing pengamatan dicantumkan pada Lampiran 8, 10, 12, 13, 16 dan 18. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pengolahan tanah berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 dan 7 MST. Interaksi pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman 2-7 MST (cm) pada pengolahan tanah dan
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa pengolahan tanah pada perlakuan T1 (2 x Olah) menghasilkan tanaman tertinggi yaitu 30,91 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2. Tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan T1 yaitu 30,64 cm.
Pemberian pupuk NPK pada perlakuan P4 (2,4 g/tanaman) menghasilkan tanaman tertinggi yaitu 32,88 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan P0, namun berbeda tidak nyata dengan P2 dan P3. Tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu 28,64 cm.
Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman 2-7 MST (cm) pada pengolahan tanah.
Berdasarkan Gambar 1 di atas terlihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan pengolahan tanah yaitu : T1 (2 x Olah) dan T2 (1 x Olah) memiliki perbedaan yang sangat sedikit. Tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan T2 (30,91 cm) dan terendah pada perlakuan T1 (30,64 cm). Hal ini menyebabkan perlakuan pengolahan tanah berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah.
Grafik Pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah 2-7 MST (cm) dengan perlakuan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman 2-7 MST (cm) pada beberapa dosis pemberian pupuk NPK.
Berdasarkan Gambar 2 di atas terlihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman
pada perlakuan pemberian pupuk NPK yaitu : P0 (0 g/tanaman), P1 (0,6 g/tanaman), P2 (1,2 g/tanaman), P3 (1,8 g/tanaman) dan P4 (2,4 g/tanaman)
memiliki pengaruh yang berbeda nyata. Tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 (32,88 cm) dan terendah pada perlakuan P0 (28,41 cm). Hal ini menyebabkan perlakuan pemberian pupuk NPK berbeda nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah.
Kurva respons pemberian beberapa dosis pupuk NPK terhadap tinggi tanaman bawang merah pada 7 MST (cm) dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kurva respons tinggi tanaman 7 MST (cm) dengan pemberian pupuk NPK
Berdasarkan Gambar 3 di atas diketahui bahwa respons pemberian beberapa dosis pupuk NPK dengan tinggi tanaman 7 MST menunjukkan linear positif. Hal ini berarti, semakin tinggi dosis pupuk NPK yang diberikan hingga batas 2,4 g/tanaman akan mengakibatkan peningkatan tinggi tanaman pada tanaman bawang merah.
Interaksi antara pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK menunjukkan respons yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah. Jumlah Anakan per Sampel (anakan)
Data pengamatan jumlah anakan per sampel mulai pengamatan 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 MST dicantumkan pada Lampiran 19, 21, 23, 25, 27 dan 29 sedangkan hasil sidik ragam masing-masing pengamatan dicantumkan pada Lampiran 20, 22, 24, 26, 28 dan 30. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan per sampel.
Rataan jumlah anakan per sampel tanaman bawang merah 2-7 MST (anakan) pada pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah anakan per sampel 2-7 MST (anakan) pada pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK
Olah Tanah Pupuk NPK (g) Rataan
P0= 0 P1= 0,6 P2= 1,2 P3= 1,8 P4= 2,4
2 MST T1= 2 x Olah 4,00 4,50 4,25 4,33 4,33 4,28
T2= 1 x Olah 4,00 3,92 4,25 3,83 3,42 3,88
Rataan 4,00 4,21 4,25 4,08 3,88
3 MST T1= 2 x Olah 4,67 5,17 5,33 5,17 5,08 5,08
T2= 1 x Olah 4,42 4,58 4,75 4,42 4,00 4,43
Rataan 4,54 4,88 5,04 4,79 4,54
4 MST T1= 2 x Olah 5,25 6,25 5,83 6,00 6,08 5,88
T2= 1 x Olah 5,33 5,58 5,58 5,25 4,83 5,32
Rataan 5,29 5,92 5,71 5,63 5,46
5 MST T1= 2 x Olah 5,67 6,33 6,08 6,33 6,58 6,20
T2= 1 x Olah 5,58 5,83 6,17 5,75 5,00 5,67
Rataan 5,63 6,08 6,13 6,04 5,79
6 MST T1= 2 x Olah 5,67 6,33 6,17 6,42 6,67 6,25
T2= 1 x Olah 5,58 5,92 6,25 5,92 5,08 5,75
Rataan 5,63 6,13 6,21 6,17 5,88
7 MST T1= 2 x Olah 5,67 6,33 6,17 6,42 6,75 6,27
T2= 1 x Olah 5,58 5,92 6,25 5,92 5,08 5,75
Rataan 5,63 6,13 6,21 6,17 5,92
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 2 menunjukkan bahwa pengolahan tanah pada perlakuan T1 (2 x Olah) menghasilkan jumlah anakan per sampel tertinggi yaitu 6,27 anakan yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2. Jumlah anakan per sampel terendah terdapat pada perlakuan T2 (1 x Olah) yaitu 5,75 anakan.
dengan perlakuan P0, P1, P3 dan P4. Jumlah anakan per sampel terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu 5,63 anakan.
Grafik Pertumbuhan jumlah anakan per sampel tanaman bawang merah 2-7 MST (anakan) dengan perlakuan pengolahan tanah dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik pertumbuhan jumlah anakan per sampel 2-7 MST (anakan) pada pengolahan tanah.
Berdasarkan Gambar 4 di atas terlihat bahwa pertumbuhan jumlah anakan per sampel pada perlakuan pengolahan tanah yaitu : T1 (2 x 0lah), T2 (1 x Olah) memiliki perbedaan dalam peningkatan jumlah anakan per sampel. Tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan T1 (6,27 anakan) dan terendah pada perlakuan T2 (5,75 anakan). Hal ini menyebabkan perlakuan pengolahan tanah berbeda tidak nyata terhadap jumlah anakan per sampel tanaman bawang merah.
Gambar 5. Grafik pertumbuhan jumlah anakan per sampel 2-7 MST (anakan) pada pemberian pupuk NPK.
Berdasarkan Gambar 5 di atas terlihat bahwa pertumbuhan jumlah anakan per sampel pada perlakuan pemberian pupuk NPK yaitu : P0 (0 g/tanaman), P1 (0,6 g/tanaman), P2 (1,2 g/tanaman), P3 (1,8 g/tanaman) dan P4 (2,4 g/tanaman) memiliki pengaruh yang tidak nyata. Jumlah anakan per sampel tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 (6,21 anakan) dan terendah pada perlakuan P0 (5,63 anakan). Hal ini menyebabkan perlakuan pemberian pupuk NPK berbeda tidak nyata terhadap jumlah anakan per sampel tanaman bawang merah.
Jumlah Daun per Sampel (helai)
Data pengamatan jumlah daun per sampel mulai pengamatan 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 MST dicantumkan pada Lampiran 31, 33, 35, 37, 39 dan 41 sedangkan hasil sidik ragam masing-masing pengamatan dicantumkan pada Lampiran 32, 34, 36, 38, 40 dan 42. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun per sampel.
Rataan jumlah daun per sampel tanaman bawang merah 2-7 MST (helai) pada pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan jumlah daun per sampel 2-7 MST (helai) pada pengolahan tanah
dan pemberian pupuk NPK
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa pengolahan tanah pada perlakuan T1 (2 x Olah) menghasilkan jumlah daun per sampel tertinggi yaitu 27,00 helai yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2. Jumlah daun per sampel terendah terdapat pada perlakuan T2 yaitu 25,07 helai.
Grafik Pertumbuhan jumlah daun per sampel tanaman bawang merah 2-7 MST (helai) dengan perlakuan pengolahan tanah dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik pertumbuhan jumlah daun per sampel 2-7 MST (helai) pada pengolahan tanah.
Berdasarkan Gambar 8 di atas terlihat bahwa pertumbuhan jumlah daun per sampel pada perlakuan pengolahan tanah yaitu : T1 (2 x Olah) dan T2 (1 x Olah) memiliki perbedaan dalam peningkatan jumlah daun per sampel. Jumlah daun per sampel tertinggi diperoleh pada perlakuan T1 (27,00 helai) dan terendah pada perlakuan T2 (25,07 helai). Hal ini menyebabkan perlakuan pengolahan tanah berbeda tidak nyata terhadap jumlah daun per sampel tanaman bawang merah.
Gambar 9. Grafik pertumbuhan jumlah daun per sampel 2-7 MST (helai) pada pemberian pupuk NPK.
Berdasarkan Gambar 9 di atas terlihat bahwa pertumbuhan jumlah daun per sampel pada perlakuan pemberian pupuk NPK yaitu : P0 (0 g/tanaman), P1 (0,6 g/tanaman), P2 (1,2 g/tanaman), P3 (1,8 g/tanaman) dan P4 (2,4 g/tanaman) memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata. Jumlah daun per sampel tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 (27,71 helai) dan terendah pada perlakuan P0 (24,83 helai). Hal ini menyebabkan perlakuan pemberian pupuk NPK berbeda tidak nyata terhadap jumlah daun per sampel tanaman bawang merah.
Jumlah Siung per Sampel (siung)
Data pengamatan jumlah siung per sampel dicantumkan pada Lampiran 43 dan hasil sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 44. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah siung per sampel.
Rataan jumlah siung per sampel tanaman bawang merah (siung) pada pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan jumlah siung per sampel (siung) pada pengolahan tanah dan
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 4 menunjukkan bahwa pengolahan tanah pada perlakuan T1 (2 x Olah) menghasilkan jumlah siung per sampel tertinggi yaitu 12,67 siung yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2. Jumlah siung per sampel terendah terdapat pada perlakuan T2 yaitu 11,50 siung.
Pemberian pada perlakuan P1 (0,6 g/tanaman) menghasilkan jumlah siung per sampel tertinggi yaitu 13,21 siung yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan P0, P2, P3 dan P4. Jumlah siung per sampel terendah terdapat pada perlakuan P4 yaitu 10,88 siung.
Bobot Basah Umbi per Sampel (g)
Data pengamatan bobot basah umbi per sampel dicantumkan pada Lampiran 45 dan hasil sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 46. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per sampel. Interaksi pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel.
Tabel 5. Rataan bobot basah umbi per sampel (g) pada pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK
Olah Tanah Pupuk NPK (g) Rataan
P0= 0 P1= 0,6 P2= 1,2 P3= 1,8 P4= 2,4
T1= 2 x Olah 30,19 32,71 31,25 36,85 38,28 33,86a T2= 1 x Olah 25,48 33,30 33,88 34,41 36,94 32,80b
Rataan 27,83c 33,00b 32,56b 35,63ab 37,61a
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 5 menunjukkan bahwa pengolahan tanah pada perlakuan T1 (2 x Olah) menghasilkan bobot basah umbi per sampel tertinggi yaitu 33,86 g yang berbeda nyata dengan perlakuan T2. Bobot basah umbi per sampel terendah terdapat pada perlakuan T2 yaitu 32,80 g.
Pemberian pupuk NPK pada perlakuan P4 (2,4 g/tanaman) menghasilkan bobot basah umbi per sampel tertinggi yaitu 37,61 g yang berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2 dan P0 namun berbeda tidak nyata dengan P3. Bobot basah umbi per sampel terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu 27,83 g.
Gambar 12. Histogram hubungan terhadap bobot basah umbi per sampel (g) dengan pengolahan tanah
Kurva respons pemberian pupuk NPK terhadap bobot basah umbi per sampel tanaman bawang merah (g) dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Kurva respons bobot basah umbi per sampel (g) dengan pemberian pupuk NPK
Berdasarkan Gambar 13 di atas diketahui bahwa respons pemberian pupuk NPK dengan bobot basah umbi per sampel menunjukkan linear positif. Hal ini
2,4 g/tanaman akan mengakibatkan peningkatan bobot basah umbi per sampel pada tanaman bawang merah.
Interaksi antara pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK menunjukkan respons yang tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel tanaman bawang merah.
Bobot Basah Umbi per Plot (g)
Data pengamatan bobot basah umbi per plot dicantumkan pada Lampiran 47 dan hasil sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 48. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pengolahan tanah berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per plot sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per plot. Interaksi pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per plot.
Rataan bobot basah umbi per plot tanaman bawang merah (g) pada pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan bobot basah umbi per plot (g) pada pengolahan tanah dan
Rataan 606,90b 682,12ab 719,93a 734,48a 760,05a
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Pemberian pupuk NPK pada perlakuan P4 (2,4 g/tanaman) menghasilkan bobot basah umbi per plot tertinggi yaitu 760,05 g yang berbeda nyata dengan perlakuan P0. Bobot basah umbi per plot terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu 606,90 g.
Kurva respons pemberian pupuk NPK terhadap bobot basah umbi per plot tanaman bawang merah (g) dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Kurva respons bobot basah umbi per plot (g) dengan pemberian pupuk NPK
Berdasarkan Gambar 14 di atas diketahui bahwa respons pemberian pupuk NPK dengan bobot basah umbi per plot menunjukkan linear positif. Hal ini berarti, semakin tinggi dosis pemberian pupuk NPK yang diberikan hingga batas 2,4 g/tanaman akan mengakibatkan peningkatan bobot basah umbi per plot pada tanaman bawang merah.
Bobot Kering Umbi per Sampel (g)
Data pengamatan bobot kering umbi per sampel dicantumkan pada Lampiran 49 dan hasil sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 50. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per sampel. Interaksi pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per sampel.
Rataan bobot kering umbi per sampel tanaman bawang merah (g) pada pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) pada pengolahan tanah dan
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 7 menunjukkan bahwa pengolahan tanah pada perlakuan T1 (2 x olah) menghasilkan bobot kering umbi per sampel tertinggi yaitu 27,36 g yang berbeda nyata dengan perlakuan T2. Bobot kering umbi per sampel terendah terdapat pada perlakuan T2 yaitu 26,03 g.
Histogram hubungan pengolahan tanah terhadap bobot kering umbi per sampel tanaman bawang merah (g) dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Histogram hubungan terhadap bobot kering umbi per sampel (g) dengan pengolahan tanah
Kurva respons pemberian pupuk NPK terhadap bobot kering umbi per sampel tanaman bawang merah (g) dapat dilihat pada Gambar 16.
Berdasarkan Gambar 16 di atas diketahui bahwa respons pemberian pupuk NPK dengan bobot kering umbi per sampel menunjukkan linear positif. Hal ini
berarti, semakin tinggi dosis pupuk NPK yang diberikan hingga batas 2,4 g/tanaman maka akan mengakibatkan peningkatan bobot kering umbi per
sampel pada tanaman bawang merah.
Interaksi antara pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK menunjukkan respons yang tidak nyata terhadap bobot kering umbi per sampel pada tanaman bawang merah.
Bobot Kering Umbi per Plot (g)
Data pengamatan bobot kering umbi per plot dicantumkan pada Lampiran 51 dan hasil sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 52. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pengolahan tanah berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per plot sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per plot. Interaksi pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per plot.
Rataan bobot kering umbi per plot tanaman bawang merah (g) pada pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan bobot kering umbi per plot (g) pada pengolahan tanah dan
Rataan 467,90b 569,72a 575,07a 548,33a 586,88a
Tabel 8 menunjukkan bahwa pengolahan tanah pada perlakuan T1 (2 x olah) menghasilkan bobot kering umbi per plot tertinggi yaitu 596,69 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2. Bobot kering umbi per plot terendah terdapat pada perlakuan T2 yaitu 549,58 g.
Pemberian pupuk NPK pada perlakuan P4 (2,4 g/tanaman) menghasilkan bobot kering umbi per plot tertinggi yaitu 586,88 g yang berbeda nyata dengan perlakuan P0. Bobot kering umbi per plot terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu 467,90 g.
Kurva respons pemberian pupuk NPK terhadap bobot kering umbi per plot tanaman bawang merah (g) dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Kurva respons bobot kering umbi per plot (g) dengan pemberian pupuk NPK
Berdasarkan Gambar 16 di atas diketahui bahwa respons pemberian pupuk NPK dengan bobot kering umbi per plot menunjukkan linear positif. Hal ini berarti, semakin tinggi dosis pemberian pupuk NPK yang diberikan hingga batas 2,4 g/tanaman akan mengakibatkan peningkatan bobot kering umbi per plot pada
Interaksi antara pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK menunjukkan respons yang tidak nyata terhadap bobot kering umbi per plot pada tanaman bawang merah.
Bobot Kering Akar per Sampel (g)
Data pengamatan bobot kering akar per sampel dicantumkan pada Lampiran 53 sedangkan hasil sidik ragam pengamatan dicantumkan pada Lampiran 54. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar per sampel.
Rataan bobot kering akar per sampel tanaman bawang merah (g) pada pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan bobot kering akar per sampel (g) pada pengolahan tanah dan
Rataan 0,27500 0,22083 0,26250 0,23750 0,22500
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Berdasarkan Tabel 9 tampak bahwa pengolahan tanah pada perlakuan T1 (2 x Olah) menghasilkan bobot kering akar per sampel tertinggi yaitu 0,25667 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2. Bobot kering akar per sampel terendah terdapat pada perlakuan T2 yaitu 0,23167 g.
P2, P3 dan P4. Tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu 0,22083 g.
Pembahasan
Pengolahan Tanah terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per sampel dan bobot kering umbi per sampel.
Pemberian pupuk NPK (15:15:15) terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (6 dan 7 MST), bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel serta bobot kering umbi per plot.
Pada parameter tinggi tanaman perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata pada 6 dan 7 Minggu Setelah Tanam (MST) dan membentuk hubungan linear positif. Pada rataan tinggi tanaman 7 MST (Tabel 1) dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK sebanyak 2,4 g/tanaman menghasilkan tanaman
tertinggi yakni 32,88 cm yang berpengaruh nyata terhadap perlakuan P0 (0 g/tanaman) namun tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan P1 (0,6 g/tanaman), P2 (1,2 g/tanaman) dan P3 (1,8 g/tanaman). Pemberian unsur
hara makro seperti N, P dan K yang berimbang memang sangat dibutuhkan tanaman pada saat muda karena pada saat tersebut unsur hara makro N, P dan K dapat merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun, sehingga dapat meningkatkan salah satunya adalah tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Rauf (2000) yang menyatakan bahwa unsur N, P, dan K merupakan unsur yang memiliki peran utama yaitu merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun) serta peranan unsur K yang merangsang pertumbuhan akar.
terendah pada pada tanaman dengan tanpa pemberain pupuk NPK yaitu 27,83 g. Bobot basah umbi per plot tertinggi terdapat pada pemberian 2,4 g/tanaman yaitu 760,05 g dan terendah pada tanaman dengan tanpa pemberain pupuk NPK yaitu 606,90 g. Bobot kering umbi per sampel tertinggi terdapat pada pemberian 2,4 g/tanaman yaitu 30,43 g dan terendah pada tanaman dengan tanpa pemberain pupuk NPK yaitu 21,75 g. Bobot kering umbi per plot tertinggi terdapat pada pemberian 2,4 g/tanaman yaitu 586,88 g dan terendah pada tanaman dengan tanpa pemberain pupuk NPK yaitu 467,90 g. Hal ini dikarenakan pemberian pupuk NPK memberi pengaruh dalam pembentukan umbi dimana unsur K berperan secara umum untuk pembentukan umbi dan dapat meningkatkan aktifitas fotosintesis dan kandungan klorofil daun sehingga dapat meningkatkan bobot kering tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Napitupulu dan Winarto (2009) yang menyatakan bahwa kalium berperan dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti pembentukan, pembesaran dan pemanjangan umbi serta berpengaruh dalam meningkatkan bobot bawang merah. Selain itu di dukung oleh Damanik, dkk (2010) yang menyatakan bahwa kalium sangat dibutuhkan untuk proses pembentukan fotosintesis serta dapat meningkatkan berat umbi. Hal ini didukung juga oleh pernyataan Indriani (1998) yang menyatakan bahwa kalium penting bagi pertumbuhan tanaman, antara lain untuk mempertinggi tanaman dan memperbaiki produksi dari umbi.
Interaksi pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah
pemberian pupuk NPK memberikan respon yang tidak berbeda pada setiap parameter.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata pada parameter bobot basah umbi per sampel dan bobot kering umbi per sampel dimana olah tanah terbaik terdapat pada perlakuan T1 (2 x olah tanah).
2. Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman (6 dan 7 MST), bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel dan bobot kering umbi per plot. Dimana kurva respons masih menunjukkan linear positif sehingga dosis
terbaik sementara sesuai hasil penelitian terdapat pada perlakuan P4 (2,4 g/tanaman).
3. Interaksi pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun per sampel, jumlah anakan per sampel, jumlah siung per sampel, bobot basah umbi per sampel, bobobt basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel, bobot kering umbi per plot dan bobot kering akar per sampel.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alfons, J.B. 2006. Peranan Teknologi Olah Tanah Konservasi Mendukung Pertanian Berwawasan Agribisnis. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, Ambon. 1 hal.
Asandhi, A. A., N. Nurtika., N. Sumarni, 2005. Optimasi pupuk dalam usaha tani bawang merah di dataran rendah. J. Hort. 15(3):199-207.
BPS. 2011. Produksi bawang merah Sumatera Utara. Biro Statistik Sumatera Utara, Medan.
Chandra, O. A., 2011. Pengaruh Panjang Gelombang Terhadap Daya Serap Pupuk NPK Dengan Menggunakan Alat Spektrofotometer. Universitas Diponegoro. Semarang.
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, H. Hanum., 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan.USU Press. Medan.
Duljapar, K.2000. Hermada. Budidaya dan Prospek bisnis. Penebar Swadaya, Jakarta.
Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian. Ed-2. UI-Press, Jakarta.
Hakim, N. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugoho, M. R. Saul, M. A. Diha, G. B. Hong dan H. H. Bailey. 1986. Dasar -Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Indranada, H. K. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bima Aksara, Jakarta. Indriani, Y, H., 1998. Pemilihan Tanaman dan Lahan Sesuai Kondisi Lingkungan
dan Pasar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Isnaini. M., 2006. Pertanian Organik. Kreasi Wacana, Jakarta.
Kartasapoetra, G., 1991. Tekhnologi konservasi tanah dan air.Bina aksara, Jakarta.
Lingga, P. 1989. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Budidaya Tanaman Bawang Merah. Diakses dari
www.deptan.go.id/ditjentan/admin/rb/BawangMerah.pdf pada tanggal 10 Maret 2013.
Musa L., Muklis da Rauf, A. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Foundametal of Soil Science). Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Napitupulu, D. Dan L. Winarto. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk N dan K Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah, Medan.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta. PT. Meroke Tetap Jaya, 2002. Pupuk NPK Mutiara 16:16:16, Jakarta.
Rahayu, E, dan N.V.A. Berlian, 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta. Rauf, A. W., Syamsuddin, T., Sri, R. S., 2000. Peranan Pupuk NPK pada
Tanaman Padi. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Loka Pengkajian Teknologi Petanian Koya Barat. Irian Jaya.
Redaksi Agromedia, 2007. Petunjuk Pemupukan. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Rukmana, R, 1995. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius, Jakarta.
Sarief, E. S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Steel, R.G.D., J.H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Bali. Diakses dar
Maret 2013.
Sumadi, B. dan Cahyono, B., 2005. Bawang Merah Intensifikasi Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.
Sumarni dan Hidayat. 2005. Panduan teknis PTT Bawang merah No.3. Balai Penelitian Sayuran IPB. http://agroindonesia.co.id.[3 februari 2013]. Suparman. 2007. Bercocok Tanam Bawang Merah. Azka Press. Bogor. Suriatna, S., 1988. Pupuk dan Pemupukan. PT. Melton Putra, Jakarta.
Sutono. S., W. Hartatik., J. Purnomo. 2007. Penerapan Teknologi Pengelolaan Air dan Hara Terpadu untuk Bawang Merah di Donggala. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Tim Bina Karya Tani, 2008. Pedoman Bertanam Bawang merah. CV Yrama Widya. Bandung.
Wibowo, S., 2007. Budidaya Bawang Merah, Bawang Putih, dan Bawang Bombay . Penebar Swadaya, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Varietas Bawang Merah Bawang Merah Varietas Bima Tinggi tanaman : 25 – 44 cm
Jumlah anakan : 7 – 12 Bentuk daun : silindris
Warna daun : Hijau
Jumlah daun : 14 – 50 helai
Umur panen : 60 HST
Pembungaan : 50 hari, agak sukar Jumlah biji : 120 – 160
Tangkai bunga / rumpun : 2 – 4 Buah / tangkai : 60 – 100
Biji : bulat, agak gepeng, berkeriput hitam Bentuk umbi : Lonjong
Potensi produksi : 9,9 ton / ha
Susut Bobot : 21,5 %
Tahan terhadap : busuk umbi
Lampiran 3. Bagan penanaman pada plot
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
100cm
20cm
20cm
10cm