• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Teknologi Sistem Peresapan Biopori Untuk Mencegah Aliran Permukaan Dan Erosi Serta Peningkatan Produksi Tanaman Pada Tanah Latosol Darmaga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Teknologi Sistem Peresapan Biopori Untuk Mencegah Aliran Permukaan Dan Erosi Serta Peningkatan Produksi Tanaman Pada Tanah Latosol Darmaga"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI TEKNOLOGI SISTEM PERESAPAN BIOPORI UNTUK MENCEGAH ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI SERTA PENINGKATAN

PRODUKSI TANAMAN PADA TANAH LATOSOL DARMAGA

ANDAREAS HALOMOAN HARIANJA

A14050760

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMMARY

ANDAREAS HALOMOAN HARIANJA. Application of Technology Biopori Infiltration System to Prevent Surface Flow and Erosion and Improving Soil Crop Production on Darmaga Latosol. Supervised by KAMIR RAZIUDIN BRATA and YAYAT HIDAYAT.

Surface runoff and erosion are the main problem causing land degradation on sloping upland agriculture. Biopore infiltration system is one of water harvesting technology developed on arid region. The experiment aimed at studying the effect of biopore infiltration system to control surface runoff and erosion on sloping upland.

The research was conducted in Cikabayan experimental farm, University Farm, Bogor, and in ITSL Laboratory, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. The Research was done from January 2009 until March 2010. The objective of this research to study the effectiveness of the biopori infiltration system in preventing damage to land by surface runoff and erosion, as well as in improving agricultural production on upland.

Completely randomized block experimental design was used to analyze data collected from five treatments arranged randomly in three blocks as replications. Applied treatments were: control (T0); ridge terrace with contour channel according to the size of a width of 20 cm and 15 cm deep in intervals of 2 m (T1); T1 treatment combined with vertical mulching 4 tons of rice straw/ha (T2); T1 treatment combined with 2 infiltration hole in the contour channel at intervals of 1 m, diameter 8 cm and 100 deep, filled with rice straw (T3); and combinations of treatments T2 and T3 (T4).

(3)

RINGKASAN

ANDAREAS HALOMOAN HARIANJA. Aplikasi Teknologi Sistem Peresapan Biopori untuk Mencegah Aliran Permukaan dan Erosi serta Peningkatan Produksi Tanaman pada Tanah Latosol Darmaga. Di bawah bimbingan KAMIR RAZIUDIN BRATA dan YAYAT HIDAYAT.

 

Aliran permukaan dan erosi adalah masalah utama yang menyebabkan degradasi lahan pada pertanian lahan kering di lahan yang miring. Sistem peresapan biopori adalah salah satu bentuk teknologi pemanenan air yang dikembangkan di daerah kering. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem peresapan biopori dalam mengontrol aliran permukaan dan erosi pada lahan kering yang miring.

Penelitian bertempat di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, dan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan Januari 2009 sampai Maret 2010. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji efektivitas sistem peresapan biopori dalam mencegah terjadinya kerusakan lahan oleh aliran permukaan dan erosi, serta dalam meningkatkan produksi pertanian pada lahan kering.

Rancangan Acak Kelompok digunakan unutuk menganalisis data yang dikumpulkan dari lima perlakuan yang disusun secara acak dalam tiga blok sebagai ulangan. Perlakuan yang diaplikasikan adalah: control (T0); teras gulud dengan saluran menurut kontur berukuran lebar 20 cm dan dalam 15 cm dengan interval 2 m (T1); perlakuan T1 dikombinasikan dengan mulsa vertikal jerami padi 4 ton/ha (T2); perlakuan T1 dikombinasikan dengan 2 lubang resapan pada saluran menurut kontur dengan interval 1 m, diameter 8 cm dan dalaman 100 cm diisi dengan jerami padi (T3); dan kombinasi perlakuan T2 dan T3 (T4).

(4)

APLIKASI TEKNOLOGI SISTEM PERESAPAN BIOPORI UNTUK MENCEGAH ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI SERTA PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN PADA TANAH LATOSOL

DARMAGA

ANDAREAS HALOMOAN HARIANJA

A14050760

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Penelitian :Aplikasi Teknologi Sistem Peresapan Biopori untuk Mencegah Aliran Permukaan dan Erosi serta Peningkatan Produksi Tanaman pada Tanah Latosol Darmaga

Nama Mahasiswa : Andareas Halomoan Harianja

Nomor Pokok : A14050760

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Ir. Kamir R Brata, M.Sc Dr. Ir. Yayat Hidayat, M.Si NIP. 19481212 197603 1 002 NIP. 19650103 199212 1 002

Mengetahui, Ketua Departemen,

Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc NIP. 19621113 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sei Rokan, Riau pada tanggal 6 April 1987. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan bapak Molken Harianja dan ibu Nurpi Nababan.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999 di SDN 048 Pagaran Tapah, kemudian pada tahun 2002 menyelesaikan studi di SLTPN I Kota Lama. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMAN I Ujung Batu dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) dan pada tahun 2006 diterima di Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(7)

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan hikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi. Skripsi yang berjudul Aplikasi Teknologi Sistem Peresapan Biopori untuk Mencegah Aliran Permukaan dan Erosi serta Peningkatan Produksi Tanaman pada Tanah Latosol .” ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Kamir Raziudin Brata, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah memberikan banyak bimbingan, pengarahan, serta masukan selama masa pelaksanaan penelitian, maupun saat penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Yayat Hidayat, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Eni Dwi Wahjuni, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Keluarga tercinta Bapak, Mamak, Abang Andi Auro Harianja, Arry Lambok Harianja, dan Anggi Permana Harianja atas doa, dukungan, cinta, kasih sayang, perhatian, kepercayaan dan kesabaran selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Adik Bagus Sriana selaku rekan kerja dalam malaksanakan penelitian atas dukungan dan kerjasamanya selama ini.

6. Iwan Gunawan selaku rekan kerja dalam melaksanakan penelitian atas segala dukungan, bantuan dan kerjasamanya selama ini.

7. Seluruh Staf dan Dosen pengajar Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan atas segala bimbingannya selama ini.

(8)

dukungan dan canda tawa selama ini.

10.Soilers lainnya yang telah banyak memberikan bantuan, semangat, dan dukungan, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Juni 2011

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Sifat Umum Latosol ... 3

2.2. Teras Gulud ... 4

2.3. Mulsa Vertikal ... 4

2.4. Sistem Peresapan Biopori ... 5

2.5. Aliran Permukaan dan Erosi ... 7

2.7. Budidaya Padi Gogo ... 9

2.8. Budidaya Jagung ... 10

III. BAHAN DAN METODE ... 11

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

3.2. Bahan dan Alat ... 11

3.3. Metode Penelitian ... 11

3.4. Pelaksanaan Percobaan di Lapang ... 12

3.4.1. Persiapan Lahan... 12

3.4.2. Penanaman ... 13

3.4.3. Pemupukan ... 13

(10)

3.5. Parameter yang Diamati ... 14

3.5.1. Karakteristik Tanah ... 14

3.5.2. Aliran Permukaan dan Erosi Tanah ... 14

3.5.3. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman ... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1. Aliran Permukaan dan Erosi ... 16

4.2. Karakteristik Tanah ... 21

4.3. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman ... 24

4.3.1. Tinggi Tanaman Jagung dan Padi Gogo... 24

4.3.2. Produksi Tanaman ... 25

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

5.1. Kesimpulan ... 28

5.2. Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Jenis dan Metode Analisis Aliran Permukaan dan Erosi ... 16 2. Aliran Permukaan (m3/ha) dan Erosi (ton/ha)

Selama Satu Musim Tanam Jagung dan Padi Gogo ... 17 3. Unsur Hara (kg/ha) yang Terangkut

Airan Permukaan dan Erosi pada Petakan T0 ... 18 4. Sedimen (ton/ha) yang Dikembalikan ke Petakan

untuk Setiap Musim Tanam Jagung dan Padi Gogo ... 20 5. Unsur Hara (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen .... 21 6. Hasil Analisis Sifat Fisik di Laboratorium ... 22 7. Pori Drainase Cepat, Pori Drainase Lambat,

dan Air Tersedia (% Volume)... 22 8. Kadar Unsur Hara Analisis Awal Penelitian ... 23 9. Kadar Unsur Hara Analisis Akhir Penelitian ... 23 10. Tinggi Tanaman (cm) Jagung dan Padi Gogo

serta Jumlah Anakan Produktif ... 24 11. Bobot Biji dan Biomassa Kering Jagung (ton/ha)

serta Bobot Gabah dan Jerami Kering Padi Gogo (ton/ha) ... 25

Lampiran

1. Analisis Sidik Ragam Aliran Permukaan (m3/ha) Musim Tanam Jagung .. 31 2. Analisis Sidik Ragam Erosi (ton/ha) Musim Tanam Jagung ... 31 3. Analisis Sidik Ragam Aliran Permukaan (m3/ha) Musim Tanam Padi ... 32 4. Analsisi Sidik Ragam Erosi (ton/ha) Musim Tanam Padi ... 32 5. Analisis Sidik Ragam Sedimen (m3/ha) yang Dikembalikan

ke Petakan Musim Tanam Jagung... 33 6. Analisis Sidik Ragam Sedimen (m3/ha) yang Dikembalikan

ke Petakan Musim Tanam Padi Gogo ... 33 7. Analisis Sidik Ragam C-organik (kg/ha) yang Dikembalikan

(12)

8. Analisis Sidik Ragam Nitrogen (kg/ha) yang Dikembalikan

ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Jagung ... 34

9. Analisis Sidik Ragam Fosfor (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Jagung ... 35

10.Analisis Sidik Ragam Kalium (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Jagung ... 35

11.Analisis Sidik Ragam Kalsium (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Jagung ... 36

12.Analisis Sidik Ragam C-organik (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Padi Gogo ... 36

13.Analisis Sidik Ragam Nitrogen (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Padi Gogo ... 37

14.Analisis Sidik Ragam Fosfor (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Padi Gogo ... 37

15.Analisis Sidik Ragam Kalium (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Padi Gogo ... 38

16.Analisis Sidik Ragam Kalsium (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Padi Gogo ... 38

17.Rataan Curah Hujan (mm), Evaporasi (mm) dan Aliran Permukaan (mm) yang Terjadi untuk Musim Tanam Jagung ... 39

18.Rataan Curah Hujan (mm), Evaporasi (mm) dan Aliran Permukaan (mm) Yang Terjadi untuk Musim Tanam Padi Gogo ... 40

19.Analisis Sidik Ragam Pori Drainase Cepat Tanah ... 41

20.Analisis Sidik Ragam Pori Drainase Lambat Tanah... 41

21.Analisis Sidik Ragam Air Tersedia Tanah ... 42

22.Analisis Sidik Ragam C-organik (%) Tanah Awal... 43

23.Analisis Sidik Ragam Nitrogen (%) Tanah Awal ... 43

24.Analisis Sidik Ragam Fosfor (ppm) Tanah Awal ... 44

25.Analisis Sidik Ragam Kalium(%) Tanah Awal ... 44

26.Analisis Sidik Ragam Kalsium (%) Tanah Awal ... 45

27.Analisis Sidik Ragam Magnesium (%) Tanah Awal ... 45

28.Analisis Sidik Ragam Natrium (%) Tanah Awal ... 46

29.Analisis Sidik Ragam Zn (ppm) Tanah Awal ... 46

30.Analisis Sidik Ragam Fe (ppm) Tanah Awal ... 46

31.Analisis Sidik Ragam Mn (ppm) Tanah Awal ... 46

(13)

33.Analisis Sidik Ragam C-organik (%) Tanah Akhir ... 48

34.Analisis Sidik Ragam Nitrogen (%) Tanah Akhir ... 49

35.Analisis Sidik Ragam Fosfor (ppm) Tanah Akhir ... 49

36.Analisis Sidik Ragam Kalium (%) Tanah Akhir ... 50

37.Analisis Sidik Ragam Kalsium (%) Tanah Akhir ... 50

38.Analisis Sidik Ragam Magnesium (%) Tanah Akhir ... 51

39.Analisis Sidik Ragam Natrium (%) Tanah Akhir ... 51

40.Analisis Sidik Ragam Zn (ppm) Tanah Akhir ... 52

41.Analisis Sidik Ragam Fe (ppm) Tanah Akhir ... 52

42.Analisis Sidik Ragam Mn (ppm) Tanah Akhir ... 53

43.Analisis Sidik Ragam Cu (ppm) Tanah Akhir ... 53

44.Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung (cm) ... 54

45.Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Padi Gogo (cm) ... 54

46.Analisis sidik Ragam Anakan Produktif Padi Gogo ... 55

47.Analisis Sidik Ragam Bobot Biji Kering Padi Gogo (ton/ha) ... 55

48.Analisis Sidik Ragam Bobot Biomassa Kering Jagung (ton/ha) ... 56

49.Analisis Sidik Ragam Bobot Gabah Kering Padi Gogo (ton/ha) ... 56

50.Analisis Sidik Ragam Bobot Jerami Kering Padi Gogo (ton/ha) ... 57

53. Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman (cm) Padi Gogo ………...……. 58

54. Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman (cm) Jagung ………...……... 58

55. Hasil Perhitungan Biomassa Kering (ton/ha) Jagung ………...……… 58

56. Hasil Perhitungan Jerami Kering (ton/ha) Padi Gogo ………...….. 58

57. Hasil Perhitungan Biji Kering (ton/ha) Jagung ………...…………. 58

58. Hasil Perhitungan Gabah Kering (ton/ha) Padi Gogo ………...……... 59

59. Hasil Perhitungan Sedimen Terselamatkan (ton/ha) Jagung ………...……. 59

60. Hasil Perhitungan Sedimen Terselamatkan (ton/ha) Padi Gogo ……...…... 59

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya permintaan bahan pangan didorong oleh peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi bahan pangan tersebut diperlukan lahan potensial. Lahan kering adalah lahan yang dinilai berpotensi untuk pengembangan pertanian. Lahan kering di Indonesia selain memiliki areal yang cukup luas, juga dapat ditanami komoditas yang lebih beragam.

Pengembangan usaha pertanian lahan kering sering dihadapkan pada berbagai permasalahan. Kesuburan tanah yang rendah, sumber air yang tergantung air hujan, dan lahan kering umumnya mempunyai topografi yang miring menjadi kendala yang dihadapi. Topografi yang miring akan mempercepat kerusakan lahan karena terjadinya aliran permukaan dan erosi. Kerusakan tersebut juga dipercepat dengan adanya sistem pertanian yang mengangkut keluar sisa tanaman tanpa ada usaha pengembalian ke lahan. Untuk mencegah aliran permukaan, maka air hujan yang jatuh harus diresapkan dan disimpan dalam tanah. Aliran permukaan tidak hanya menghilangkan air tetapi juga termasuk unsur hara , bahan organik, dan bahan tanah. Terbuangnya aliran permukaan akan mengakibatkan tanah yang miskin unsur hara akan semakin miskin unsur hara.

Salah satu bentuk teknologi pengendalian aliran permukaan adalah pemanenan air dengan sistem peresapan biopori. Secara teknis sistem peresapan biopori dapat dibuat dengan membangun saluran peresapan biopori (SPB) dan lubang resapan biopori (LRB). Saluran dan lubang dalam sistem peresapan biopori digunakan sebagai simpanan depresi untuk menampung dan meresapkan air. Sistem peresapan biopori merupakan teknologi pemanenan air yang dikembangkan pada derah kering.

(15)

walaupun masih terjadi aliran permukaan keluar (Suryana, 1993; Brata, 1998; Noeralam, 2002).

Penerapan sistem peresapan biopori yang efektif diharapkan dapat mencegah kehilangan air, unsur hara, bahan organik, dan bahan tanah. Unsur hara dan bahan tanah yang tertampung pada saluran dan lubang sistem peresapan biopori dapat dikembalikan ke derah pertanaman. Air yang meresap ke dalam tanah akan menjadi cadangan air di daerah perakaran dan sumber air bersih bagi daerah sekitarnya.

1.2. Tujuan

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sifat Umum Latosol

Tanah Latosol adalah tipe tanah yang terbentuk melalui proses latosolisasi. Proses latosolisasi memiliki tiga proses utama, yaitu (1) pelapukan intensif yang terjadi terus menerus, (2) terjadi pencucian basa-basa yang mengakibatkan penumpukan ses-kuioksida, dan (3) terjadi penumpukan mineral liat kaolinit. Proses latosolisasi biasanya terjadi pada daerah-daerah yang memiliki curah hujan tinggi, sehingga gaya hancur bekerja lebih cepat (Soepardi, 1983). Menurut Soepraptohardjo (1978) tanah latosol di Indonesia adalah tanah mineral yang berbahan induk tuf vulkan. Tipe tanah ini berada pada ketinggian 5-1000 m di atas permukaan laut dengan topografi datar sampai bergunung. Solum tipe tanah ini setebal 1,5-3 m, warna merah kuning, batas-batas horison baur dan bertekstur liat. Tanah Latosol tersebar luas di Indonesia seperti di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Penggunaan tanah Latosol cukup luas sebagai lahan pertanian khususnya perkebunan.

Tanah Latosol dari daerah Darmaga pada umumnya sifat fisiknya sudah baik dengan ciri-ciri bertekstur liat berdebu, lempung berdebu sampai lempung berpasir. Bobot isi berkisar antara 0,90-0,97 g/cm3, porositas tanah berkisar antara 63 %-68 %. Pori drainase cepat tergolong sangat rendah sampai rendah, drainase dan tata udara tergolong baik, air tersedia rendah sampai sangat tinggi (Soeparto, 1982).

(17)

2.2 Teras Gulud

Teras gulud adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibangun dengan cara menggali saluran menurut kontur dan tanah hasil galian ditumpukkan di hilir saluran (Suda, 2000). Tujuan menempatkan guludan di sebelah hilir saluran pada teras gulud adalah untuk mengendalikan aliran permukaan dengan menampung dan memberikan tambahan waktu kepada saluran untuk meresapkan air aliran permukaan ke dalam tanah.

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengaplikasian teras gulud mampu menekan aliran permukaan dan erosi, walupun masih terjadi aliran keluar (Lestari, 2004; Hutasoit, 2005). Pemeliharaan saluran teras gulud cukup sulit dilakukan karena saluran cepat penuh terisi oleh longsornya dinding saluran dan sedimen halus yang terangkut aliran permukaan (Brata, 2001). Teras gulud pada umumnya dibangun pada lahan dengan kemiringan berkisar 15 % (Suripin, 2002).

Jarak antar guludan tergantung pada kepekaan erosi tanah, erosivitas hujan, dan kecuraman lereng (Arsyad, 2000). Data hasil penelitian Gunawan (2007) menunjukkan bahwa pemendekan jarak antar saluran, penambahan mulsa vertikal, dan lubang resapan pada saluran teras gulud berpengaruh nyata dalam meningkatkan jumlah sedimen dan unsur hara terselamatkan. Perlakuan dengan jarak antar saluran 2 m yang dikombinasikan dengan mulsa vertikal dan lubang resapan menyelamatkan sedimen dan unsur hara terbanyak dibandingkan dengan jarak antar saluran 4 m dan 6 m.

2.3 Mulsa Vertikal

(18)

Dalam skala percobaan laboratorium Fairbourn dan Gardner (1972 dalam Brata, 1998) menunjukkan bahwa alur yang diberi mulsa vertikal dapat meningkatkan infiltrasi yang lebih besar dari pada alur tanpa mulsa. Mulsa vertikal dapat menurunkan laju evaporasi dari sekitarnya. Mulsa vertikal pada alur akan mengalami proses pengomposan, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Efektivitas penggunaan mulsa vertikal dalam penurunan laju aliran permukaan dan erosi meningkat dengan makin pendeknya jarak antar saluran (Brata, 1998). Pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal untuk mengisi saluran teras gulud dapat mempunyai manfaat ganda yaitu: (1) mencegah longsornya dinding saluran serta melindungi permukaan resapan dari tumbukan air hujan dan penyumbatan pori oleh sedimen halus, (2) dapat menghindari kemungkinan penularan hama dan penyakit tanaman yang ada pada sisa tanaman, (3) aktivitas organisme yang membantu proses pelapukan sisa tanaman bahkan dapat memperbaiki kondisi fisik tanah sekitar saluran dan meningkatkan daya resap saluran, (4) campuran kompos dan sedimen yang tertampung dalam saluran cukup gembur sehingga mudah diangkut dari saluran untuk dikembalikan ke bidang pertanaman setelah panen, dan (5) saluran yang sudah dikosongkan dapat digunakan untuk mengumpulkan dan mengomposkan sisa tanaman sehingga memudahkan persiapan lahan untuk musim tanam berikutnya (Brata, 2001).

2.4 Sistem Peresapan Biopori

(19)

Saluran peresapan biopori (SPB) adalah saluran yang memanfaatkan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal sehingga terjadi proses pembentukan biopori oleh aktivitas fauna tanah pada saluran. SPB dirancang untuk meningkatkan laju peresapan air ke dalam tanah. Hasil penelitian Brata (1995) dan Brata (1998) menunjukkan bahwa pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal pada saluran teras gulud nyata mengurangi aliran permukaan dan erosi pada tanah Oxic Dystrudept.

Dimensi SPB yang digunakan adalah saluran dengan lebar 20 cm dan kedalaman 15 cm dengan guludan dimensi lebar 20 cm dan tinggi 15 cm, sehingga lebar saluran dan guludan hanya 40 cm yang merupakan jarak antar baris tanaman yang cukup rapat. Galian SPB sedalam 15 cm belum mengangkat lapisan bawah, sehingga peresapan air akan melalui lapisan yang memiliki banyak liang cacing serta bekas akar yang melapuk. Menurut Arsyad (2000) struktur tanah yang baik dan lubang-lubang atau celah-celah yang ditimbulkan oleh aktivitas binatang-binatang tanah dapat memperbesar peresapan air ke dalam tanah. Menurut Vermeul (1993 dalam Weust 2001) pengolahan tanah yang terus menerus dapat merusak jaringan biopori yang telah dibuat oleh aktivitas akar tanaman dan fauna tanah. Namun aplikasi teknologi SPB belum banyak dilakukan petani. Sebagian besar kegiatan usaha tani di lahan kering masih membiarkan aliran permukaan hilang melalui saluran pembuangan air (SPA). Terbuangnya air ini berdampak terhadap hilangnya unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Sisa biomassa tanaman tidak dimanfaatkan sebagai mulsa vertikal pada SPB, tetapi dibakar yang mengakibatkan polusi udara dan pencemaran lingkungan.

(20)

Teknologi LRB memiliki banyak manfaat dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan lestari. Menurut Brata dan Nelistya (2009) manfaat yang diperoleh dari penerapan LRB yaitu: (1) memperbaiki ekosistem tanah, (2) mencegah banjir, (3) menambah cadangan air tanah, (4) mengatasi kekeringan, (5) mempermudah penanganan sampah, (6) mengubah sampah menjadi kompos, (7) mengurangi emisi gas rumah kaca dan metan, dan (8) mengatasi masalah akibat genangan.

2.5 Aliran Permukaan dan Erosi

Aliran permukaan adalah bagian dari hujan yang jatuh dan diterima oleh suatu tempat penampungan, mengalir di atas permukaan tanah (Arsyad, 2000). Bentuk aliran permukaan (surface runoff) inilah yang paling penting sebagai penyebab erosi karena merupakan pengangkut partikel tanah. Aliran permukaan juga dapat membawa unsur hara dari petakan pertanaman. Jumlah unsur hara yang hilang berbeda-beda pada setiap sistem pembukaan lahan dan sistem olah yang diterapkan (Rachim, 2003).

Percobaan yang dilakukan oleh Kang dan Lai (1981 dalam Rachim 2003) pada beberapa kombinasi sistem pembukaan lahan dan sistem olah menunjukkan bahwa kehilangan unsur hara tertinggi melalui aliran permukaan dan erosi terjadi pada kombinasi perlakuan pembukaan lahan dengan traktor/bulldozzer-tanpa olah, pembukaan lahan secara manual-sistem olah konvensional, dan pembukaan lahan secara manual-tanpa olah. Aliran permukaan mempunyai jumlah, kecepatan dan gejolak yang menentukan kemampuannya untuk menyebabkan erosi. Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran permukaan ialah iklim, topografi, vegetasi, tanah, dan manusia.

(21)

terjadinya banjir yang kronis setiap musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.

Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air (Arsyad, 2000). Kepekaan tanah terhadap erosi berbeda-beda. Hal ini terjadi karena tanah-tanah tersebut memiliki perbedaan kepekaan terhadap kehilangan partikel-partikel tanahnya. Bila permukan tanah mengalami basah-kering berulang-ulang maka tanah akan hancur menjadi agregat yang lebih kecil, apabila tanah yang hancur ini berpartikel kecil, akan lebih mudah hilang melalui aliran permukaan (Eden, 1999). Hilangnya tanah bagian permukaan yang paling subur dapat mengakibatkan tanaman atau tumbuhan tidak dapat tumbuh secara normal.

(22)

2.7 Budidaya Padi Gogo

Kebutuhan beras sebagai salah satu pangan utama penduduk Indonesia terus meningkat. Peningkatan ini terjadi karena selain penduduk terus bertambah dengan laju peningkatan dua persen pertahun, juga adanya perubahan pola konsumsi penduduk dari non beras ke beras (Tim Peneliti Badan Litbang Pertanian, 1998). Selama ini andalan produksi padi nasional terfokus pada lahan sawah irigasi terutama di Pulau Jawa. Sumbangan lahan kering atau padi gogo yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia masih sangat terbatas. Usaha pencetakan lahan sawah baru akan menghadapi kendala dalam penyiapan sumber air dan berbagai sarana penunjang lainnya. Pengembangan lahan kering akan jauh lebih murah karena relatif tidak memerlukan kelengkapan sarana penunjang seperti pada lahan sawah irigasi. Disamping itu pengembangan padi di lahan kering dapat dikombinasikan dengan usaha pengembangan komoditas lainnya.

Luas lahan kering dataran rendah (<700m di atas permukaan laut) yang dimiliki Indonesia sekitar 52,83 juta ha. Lahan kering yang berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan hanya sekitar 5,1 juta ha (Tim Peneliti Badan Litbang Pertanian, 1998). Pada saat ini luas panen padi gogo di Indonesia sekitar 1,12 juta ha yang tersebar pada beberapa provinsi.

(23)

2.8 Budidaya Jagung

Jagung merupakan tanaman yang peka terhadap kekurangan unsur nitrogen. Kebutuhannya terhadap sumber nitrogen (urea) dapat mencapai 250-300 kg/ha. Pupuk urea ini diberikan 1/3 dosis saat tanam dan saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam. Pupuk SP-36 dengan dosis 200 kg/ha dan KCL sebesar 75-100 kg/ha diberikan pada saat tanam (Purwono dan Purnamawati, 2008).

Kemiringan tanah yang optimum untuk tanaman jagung maksimum 8% karena kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis basah. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan secara merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji, tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air (Effendi, 1984).

(24)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada kemiringan lahan 15 %. Tanah Latosol Darmaga/Typic Dystrudepts (Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm) dipilih sebagai pewakil tanah dengan tingkat kesuburan sedang yang banyak digunakan untuk pertanian lahan kering tadah hujan. Tanaman jagung hibrida (Zea mays) ditanam sebagai tanaman indikator pada musim pertama dan tanaman padi gogo (Oryza sativa) pada musim tanam kedua. Penelitian berlangsung dari bulan Januari 2009 sampai Maret 2010. Analisis sifat fisik dan beberapa sifat kimia tanah dan air dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB.

3.2 Bahan dan Alat

Tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jagung hibrida (Zea mays) sebagai tanaman indikator pada musim pertama dan tanaman padi gogo (Oryza sativa) varietas Situ Bagendit pada musim tanam kedua. Pupuk yang diberikan adalah Urea, 18, KCl dan Dolomit. Dosis Urea 100 kg/ha, SP-18 200 kg/ha, KCl 100 kg/ha, dan Dolomit 2 ton/ha. Mulsa vertikal yang digunakan adalah jerami padi sebanyak 4 ton bahan kering per hektar untuk musim tanam jagung. Mulsa vertikal yang digunakan untuk musim tanam padi gogo adalah biomassa tanaman jagung. Peralatan yang digunakan adalah petak pengukur erosi, bak penampung, ombrometer, timbangan, ember, cangkul, gelas ukur, meteran, peralatan lapang, dan peralatan laboratorium.

3.3 Metode Penelitian

(25)

dengan menggunakan bak penampung aliran permukaan dan erosi yang diletakkan diujung bawah petakan erosi. Perlakukan yang diujikan terdiri dari:

a. T0, tanpa perlakuan teknik konservasi tanah dan air.

b. T1, teras gulud : teras gulud dibuat dengan cara menggali saluran menurut kontur dengan dimensi saluran lebar 20 cm dan kedalaman 15 cm. Tanah hasil galian ditumpukkan pada bagian hilir saluran membentuk guludan dengan dimensi guludan lebar 20 cm dan tinggi 15 cm. Teras gulud dibangun dengan interval jarak saluran 2 m pada lereng yang seragam.

c. T2, teras gulud dengan bersaluran resapan biopori (SPB). SPB adalah teras gulud yang salurannya diisi dengan jerami padi sebanyak 4 ton bahan kering per hektar untuk musim tanam jagung, dan biomassa jagung untuk musim tanam padi gogo sebagai mulsa vertikal.

d. T3, teras gulud dengan lubang resapan biopori (LRB). LRB dengan diameter lubang 10 cm dan kedalaman lubang 100 cm diisi dengan serasah tanaman dan bahan organik lainnya dengan interval 1 m pada dasar saluran.

e. T4, yaitu SPB yang dikombinasikan dengan LRB.

Masing-masing perlakuan diulang tiga kali sehingga diperoleh sebanyak 15 satuan percobaan pada kemiringan lereng 15 %.

Gambar 1. Penampang Petak Erosi

3.4 Pelaksanaan Percobaan di Lapang 3.4.1 Persiapan Lahan

(26)

10 m2 sebanyak 15 petak sesuai jumlah satuan percobaan yang dibutuhkan. Perlakuan T1 dibuat teras gulud. T2 dibuat teras gulud bersaluran resapan biopori yang diisi dengan jerami padi sebanyak 4 ton bahan kering per hektar untuk musim tanam jagung dan biomassa jagung untuk musim tanam padi gogo. Perlakuan T3 dibuat teras dengan LRB di dasar saluran dengan jarak antar lubang 1 m. T4 dibuat teras gulud yang salurannya diisi mulsa vertikal sebanyak 4 ton jerami padi kering per hektar untuk musim tanam jagung dan biomassa jagung untuk musim tanam padi gogo dan salurannya dibuat LRB, dengan jarak antar lubang 1 m.

3.4.2 Penanaman

Benih jagung hibrida (Zea mays) untuk musim tanam pertama dan padi gogo (Oryza sativa) varietas Situ Bagendit untuk musim tanam kedua, ditanam dengan metode baris ganda. Jarak tanam jagung dan padi gogo 20 cm x 20 cm dalam baris ganda dan jarak antar baris ganda masing-masing 60 cm dan 40 cm. Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam yang telah dibuat dengan menggunakan tugal sebanyak 1 biji per lubang untuk jagung dan 3 biji per lubang untuk padi gogo.

3.4.3 Pemupukan

Pupuk dasar diberikan dengan cara ditaburkan pada alur yang dibuat di tengah baris ganda sedalam 5 cm, kemudian ditutup dengan tanah. Dosis pupuk Urea adalah 100 kg/ha, SP-18 200 kg/ha, KCl 100 kg/ha, dan Dolomit 2 ton/ha diberikan 2 hari sebelum tanam. Pupuk Urea, SP-18 dan KCl dengan dosis yang sama diberikan kembali pada saat tanaman berumur 6 Minggu Setelah Tanam (MST).

3.4.4 Pemeliharaan dan Pengamatan

(27)

menghindari persaingan dengan tanaman utama. Pemberantasan hama dengan insektisida Decis dan Baycarp pada saat terjadi gejala dan serangan serangga. Pengamatan variabel produksi untuk tanaman jagung meliputi bobot pipilan dan biomassa kering. Pengamatan variabel produksi untuk tanaman padi gogo meliputi bobot gabah dan jerami kering.

3.4.5 Panen

Panen dilakukan apabila klobot tongkol jagung telah menguning dan kering untuk tanaman jagung. Panen dilakukan apabila bulir padi telah menguning atau pada saat tanaman sudah berumur 110 sampai dengan 120 hari untuk tanaman padi gogo. Kegiatan pasca panen yang dilakukan adalah penimbangan tongkol buah dengan klobot, tongkol tanpa klobot, pengeringan dan pemipilan biji dari klobot, pengeringan sampel dengan oven bersuhu 650C selama 5 s/d 6 hari untuk mengetahui berat kering gabah dan jerami.

3.5 Parameter yang Diamati 3.5.1 Karakteristik Tanah

Contoh tanah untuk analisis sifat fisik dan kimia diambil pada awal dan akhir penelitian. Contoh tanah komposit diambil dari 3 lokasi mewakili bagian hulu, tengah, dan hilir pada setiap petak yang berbeda dengan kedalaman 0 - 20 cm. Analisis sifat kimia tanah meliputi C-Organik, N total, P-tersedia, kation-dapat dipertukarkan (K, Ca, Mg, Na). Pengambilan contoh tanah utuh diambil dari 3 lokasi mewakili hulu, tengah, dan hilir pada setiap petakan untuk analisis sifar fisik. Analisis sifat fisik tanah meliputi bobot isi, porositas dan kadar air tanah.

3.5.2 Aliran permukaan dan Erosi Tanah

(28)

melalui pengambilan sampel aliran permukaan dan erosi pada beberapa kejadian hujan. Sedimen yang dapat diselamatkan diukur dengan menimbang sedimen yang tertampung dalam saluran dan lubang resapan biopori, sedimen dikosongkan dari saluran sampai dasar saluran semula. Data aliran permukaan, erosi, dan sedimen dijumlahkan sebanyak terjadinya aliran permukaan dan erosi untuk masing-masing musim tanam dan dikonversikan menjadi ton/ha. Tabel 1 menyajikan jenis analisis dan metode yang digunakan untuk mengetahui kandungan unsur hara yang terdapat pada aliran permukaan dan erosi.

Tabel 1. Jenis dan Metode Analisis Aliran Permukaan dan Erosi

Parameter Jenis Analisis Metode Analisis Pengestrak

Aliran Permukaan Nitrat AAS H2SO4

K, Ca, Mg, Na AAS NH4OAc pH 7

Erosi

C-Organik Walkey-Black K2Cr2O7 N

N-Total Micro-Kjeldhal H2SO4

P-Tersedia Bray-1 Bray-1

KTK Destilasi NH4OAc pH 7

K, Ca, Mg, Na NH4OAc pH 7 NH4OAc pH 7

3.5.3 Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Untuk pengamatan pertumbuhan dan produksi tanaman, tiap petak percobaan dipilih secara acak 9 tanaman contoh. Pengamatan pada tanman meliputi

1. Tinggi Tanaman

Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dari pangkal hingga titik tumbuh. Dilakukan pada 3 sampai dengan 11 MST.

2. Jumlah Anakan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pengamatan tinggi tanaman untuk tanman padi gogo

3. Biomassa Tanaman

(29)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Aliran Permukaan dan Erosi

Aliran permukaan dan erosi selama musim tanam jagung dan padi gogo pada masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Aliran Permukaan (m3/ha) dan Erosi (ton/ha) Selama Satu Musim Tanam Jagung dan Padi Gogo

Perlakuan Musim Tanam Jagung Musim Tanam Padi Aliran Permukaan Erosi Aliran Permukaan Erosi

T0 193,27A* 1,37A* 423,09A* 24,17A*

T1 0B 0B 0B 0B T2 0B 0B 0B 0B T3 0B 0B 0B 0B T4 0B 0B 0B 0B BNT α 5% 7,45 1,36 69,09 1,73

BNT α 1% 10,85 1,97 100,52 2,51

*) Angka yang diikuti huruf besar yang berbeda dalam setiap perlakuan pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata pada taraf α 1% berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan T1, T2, T3, dan T4 sangat nyata menurunkan jumlah aliran permukaan dari 193,27 m3/ha pada musim tanam jagung dan 423,09 m3/ha pada musim tanam padi gogo menjadi 0 ton/ha terhadap T0. Aliran permukaan yang terjadi pada perlakuan T1, T2, T3, dan T4 tertampung pada setiap saluran. Air aliran permukaan yang tertampung dapat diserap dengan baik, sehingga tidak ada aliran permukaan yang keluar dari petak perlakuan T1, T2, T3, dan T4. Hasil analisis sidik ragam aliran permukaan musim tanam jagung dan padi gogo dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1 dan Tabel Lampiran 3.

(30)

sidik ragam erosi musim tanam jagung dan padi gogo dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2 dan Tabel Lampiran 4.

Unsur hara (kg/ha) yang terangkut oleh aliran permukaan dan erosi selama musim tanam jagung dan padi gogo disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Unsur Hara (kg/ha) yang Terangkut Aliran Permukaan dan Erosi pada Petakan T0

Unsur Hara Musim Tanam Jagung Musim Tanam Padi Gogo Aliran Permukaan Erosi Aliran Permukaan Erosi

C - 51,64 - 471,73

N 23,49 2,55 51,42 35,85

P - 0,02 - 0,26

K 0,48 0,07 1,06 0,89

Ca 6,48 0,16 14,19 5,72

Mg 0,71 0,30 1,56 5,72

Na 0,31 0,04 0,67 0,68

-) Unsur hara yang tidak diukur jumlahnya

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa kehilangan unsur hara N dan Ca melalui aliran permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan unsur hara lain untuk masing-masing musim tanam. Hal ini terjadi karena perbedaan tingkat kelarutan pada masing-masing unsur hara. Tingkat kelarutan tinggi yang dimiliki oleh unsur hara N dan Ca yang menyebabkan jumlah kehilangan unsur hara tersebut lebih tinggi dibandingkan unsur hara lain. Jumlah kehilangan unsur hara melalui aliran permukaan pada musim tanam jagung lebih kecil dibandingkan musim tanam padi gogo. Hal ini terjadi karena jumlah aliran permukaan yang keluar dari petakan T0 (Tabel 2) pada musim tanam jagung lebih kecil dibandingkan pada musim tanam padi gogo, sehingga kehilangan unsur haranya lebih sedikit.

(31)

mati dan dekomposisi sisa-sisa tanaman banyak mengandung unsur hara C. Selain sifat mobil yang dimiliki unsur hara N ketersediaanya di dalam tanah cukup tinggi pada lapisan atas tanah. Tingginya kehilangan N juga berasal dari pupuk urea yang ditambahkan yang diduga terangkut oleh erosi. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa kehilangan unsur hara melalui erosi pada musim tanam jagung lebih kecil dibandingkan pada musim tanam padi gogo. Hal ini terjadi karena jumlah erosi yang terjadi pada musim tanam jagung (Tabel 2) lebih kecil daripada padi gogo, sehingga jumlah kehilangan unsur haranya juga kecil.

Jumlah sedimen yang tertampung pada setiap saluran yang dikembalikan ke dalam petakan untuk musim tanam jagung dan padi gogo dengan tingkat kemiringan lereng 15 % disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Sedimen (ton/ha) yang Dikembalikan ke Petakan pada Setiap Musim Tanam Jagung dan Padi Gogo

Perlakuan Musim Tanam Jagung Musim Tanam Padi

T0 0Cc* 0D*

*) Angka yang diikuti huruf besar yang berbeda dalam setiap faktor perlakuan menunjukkan perbedaan sangat nyata pada taraf 1% dan angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

(32)

peningkatan daya resap tanah oleh kombinasi SPB dan LRB (T4) yang menyebabkan jumlah sedimen yang dapat dikembalikan paling banyak.

Pada musim padi gogo terjadi perbedaan sangat nyata antara perlakuan T1 dan T2 dengan perlakuan T3 dan T4. Penambahan biomassa jagung pada SPB pada perlakuan T2 yang lebih dari 4 ton bahan kering per hektar (Tabel 11) memenuhi seluruh saluran. Hal ini diduga menyebabkan pengurangan daya tampung sedimen karena saluran cepat terisi penuh. Saluran teras gulud (T1) walupun tidak terisi oleh biomassa jagung tetapi jumlah sedimen yang dikembalikan paling kecil. Hal ini diduga terjadi karena aliran permukaan yang mengangkut partikel tanah yang sudah tertampung kembali keluar dari saluran yang belum sempat meresapkannya ke dalam tanah. LRB pada T3 memiliki jumlah sedimen yang dapat dikembalikan terbanyak. Hal ini diduga karena seluruh biomassa jagung (Tabel 11) dimasukkan ke dalam LRB, sehingga salurannya kosong. Kosongnya saluran pada T3 dan meningkatnya daya resap tanah oleh bantuan LRB menyebabkan daya tampungnya lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan lain. Kombinasi SPB dan LRB pada T4 yang saluran dan lubangnya diberi biomassa jagung, menyebabkan daya tampung sedimennya lebih kecil jika dibandingkan dengan T3. Penurunan daya tampung saluran walupun tidak ada air yang kembali keluar saluran yang menyebabkan jumlah sedimennya lebih kecil jika dibandingkan dengan T3.

Jumlah sedimen yang dikembalikan ke petakan pada musim tanam padi gogo lebih banyak dibandingkan musim tanam jagung. Hal ini terjadi karena curah hujan yang terjadi pada musim tanam padi gogo lebih banyak dibandingkan musim tanam jagung (Tabel Lampiran 17 dan Tabel Lampiran 18), sehingga lebih banyak sedimen yang tertampung dan mengendap pada saluran. Hasil analisis sidik ragam jumlah sedimen yang dikembalikan ke petakan untuk musim tanam jagun dan padi gogo dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5 dan Tabel Lampiran 6.

(33)

unsur hara yang tidak terbawa keluar petakan oleh aliran permukaan dan erosi, tetapi tertampung dalam saluran bersama sedimen. Unsur hara dikatakan dapat terselamatkan karena pada akhir musim tanam jagung dan padi gogo sedimen yang tertampung dalam saluran tersebut dikembalikan ke petakan.

Tabel 5. Unsur Hara (kg/ha) Terselamatkan Bersama Sedimen

Perlakuan

Musim Tanam Jagung Musim Tanam Padi Gogo

C N P K Ca C N P K Ca

T0 0 E* 0 E* 0 Cc* 0 D* 0 B* 0 E* 0 Cd* 0C* 0C* 0b*

T1 355.53D 13.33D 0.10Bb 0.54BC 1.60A 565.19D 48.37Bc 0.31Bb 1.17B 10.27a

T2 776.82C 20.50C 0.13ABb 0.76AB 2.37A 655.55C 61.09Bb 0.37Ba 1.51A 12.61a

T3 453.70B 21.11B 0.13ABb 0.62B 2.04A 1021.03B 82.76Aa 0.50A 1.77A 13.11a

T4 671.84A 35.41A 0.19Aa 0.86A 2.39A 878.01A 84.75Aa 0.53A 1.66A 14.83a

BNT α 5% 57,63 0,51 0,06 0,15 1,63 49,72 8,80 0,05 0,27 11,38

BNT α 1% 83,85 0,75 0,08 0,22 2,37 72,34 12,80 0,07 0,39 16,56

*) Angka yang diikuti huruf besar yang berbeda dalam setiap faktor perlakuan menunjukkan perbedaan sangat nyata pada taraf 1% dan angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Uji BNT pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan T1, T2, T3, dan T4 sangat nyata meningkatkan jumlah unsur hara terselamatkan terhadap T0. Unsur hara yang dapat diselamatkan pada setiap perlakuan untuk masing-masing musim tanam berada pada urutan terbanyak yaitu C dan N. Tingginya jumlah unsur hara C terselamatkan pada perlakuan T1, T2, T3, dan T4 dikarenakan tingginya kandungan C dalam tanah yang terangkut bersama sedimen yang mengendap dalam saluran. Adanya penambahan mulsa vertikal pada perlakuan T2, T3, dan T4 yang banyak mengadung C, menyebabkan jumlah C terselamatkan lebih banyak dibandingkan perlakuan T1 pada setiap musim tanam.

(34)

penambahan mulsa vertikal dan pupuk urea menyebabkan kandungan N tinggi pada sedimen.

Jumlah unsur hara yang terselamatkan bersama sedimen pada musim tanam padi gogo lebih banyak dibandingkan musim tanam jagung. Hal ini dikarenakan jumlah sedimen terselamatkan pada musim tanam padi gogo (Tabel 4) lebih banyak dibandingkan musim tanam jagung. Tingginya curah hujan pada musim tanam padi gogo menyebabkan lebih banyak unsur hara yang terangkut oleh aliran permukaan dan erosi yang mengendap dalam saluran (Tabel Lampiran 17 dan Tabel Lampiran 18). Hasil analisis sidik ragam unsur hara terselamatkan bersama sedimen dapat dilihat pada Tabel Lampiran 7 sampai dengan Tabel Lampiran 16.

4.2 Karakteristik Tanah

Data hasil analisis bobot isi dan porositas tanah awal serta akhir penelitian disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Analisis Sifat Fisik di Laboratorium

Perlakuan Bobot Isi (g/cm

*) Angka yang diikuti huruf kecil dalam setiap perlakuan pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada taraf α 5% berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

(35)

dilihat dari pertumbuhan tanaman (Tabel 10) dan produksi Tanaman (Tabel 11) yang menunjukkan tanaman pada T4 pertumbuhannya lebih optimal dari pada perlakuan lainnya.

Data Hasil analisis kadar pori drainase cepat, pori drainase lambat, dan air tersedia Tabel 7.

Tabel 7. Pori Drainase Cepat, Pori Drainase Lambat, dan Air Tersedia (% Volume)

Perlakuan Pori Drainase Cepat Pori Drainase Lambat Air Tersedia T0 8,46 a* 3,04 a* 8,30 a*

T1 8,46 a 3,04 a 8,30 a

T2 7,39 a 3,06 a 8,97 a

T3 7,39 a 3,05 a 8,98 a

T4 7,38 a 3,06 a 8,97 a

BNT α 5 % 1,57 0,03 1,07

*) Angka yang diikuti huruf kecil dalam setiap perlakuan pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada taraf α 5% berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

(36)
(37)

Data yang disajikan dalam Tabel 8 berdasarkan uji BNT menunjukkan bahwa kadar unsur hara untuk setiap petakan perlakuan pada saat awal penelitian tidak berbeda nyata. Data ini mengindikasikan tingkat kesuburan tanah awal pada saat awal penelitian tidak berbeda. Hasil analisis sifat kimia tanah pada saat akhir penelitian yang disajikan dalam Tabel 9 berdasarkan uji BNT juga menunjukkan bahwa kadar unsur hara untuk setiap petakan perlakuan tidak berbeda nyata. Data ini menunjukkan bahwa semua petakan penelitian memiliki tingkat kesuburan yang sama diakhir penelitian. Hasil analisis sidik ragam sifat kimia tanah awal dan akhir penelitian dapat dilihat pada Tabel Lampiran 23 sampai dengan Tabel Lampiran 44.

4.3 Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

4.3.1 Tinggi Tanaman Jagung dan Padi Gogo

Tinggi tanaman yang diukur pada musim tanam jagung dan padi gogo serta jumlah anakan produktif padi gogo disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Tinggi Tanaman (cm) Jagung dan Padi Gogo serta Jumlah Anakan Produktif

Perlakuan Tinggi Tanaman Jagung Musim Tanam Padi Gogo Tinggi Tanaman Anakan Produktif T0 223,7 a* 64,1 a* 13 C*

T1 230,0 a 67,4 a 15 ABC

T2 221,3 a 65,0 a 17 AB

T3 226,8 a 64,6 a 18 AB

T4 229,6 a 64,8 a 19 A

BNT α 5% 8,44 8,82 3

BNT α 1% 12,28 12,83 4

*) Angka yang diikuti huruf besar yang berbeda dalam setiap faktor perlakuan menunjukkan perbedaan sangta nyata pada taraf 1% dan angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

(38)

tanaman. Keadaan ini sejalan dengan tidak adanya aliran permukaan dan erosi yang keluar dari petakan T1, T2, T3, dan T4 yang mengakibatkan kerusakan lahan. Adanya pengembalian sedimen yang mengandung unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman mendukung pertumbuhan yang optimum. Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung dan padi gogo dapat dilihat pada Tabel Lampiran 45 dan Tabel Lampiran 46.

Pada Tabel 10 dengan uji BNT dapat dilihat bahwa perlakuan T1, T2, T3, dan T4 sangat nyata menambah jumlah anakan produktif dibandingkan dengan T0. Hal ini terjadi karena tidak adanya aliran permukaan dan erosi yang keluar mulai dari musim tanaman jagung yang dapat merusak lahan. Adanya pengembalian sedimen dari musim tanam jagung yang mengandung unsur hara yang penting bagi pertumbuhan optimal. Hasil analisis sidik ragam anakan produktif padi gogo disajikan dalam Tabel Lampiran 47.

4.3.2 Produksi Tanaman

Data produksi tanaman jagung dan padi gogo disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Bobot Biji dan Biomassa Kering Jagung (ton/ha) serta Bobot Gabah dan Jerami Kering Padi Gogo (ton/ha)

Perlakuan Musim Tanam Jagung Musim Tanam Padi Gogo Biji Biomassa Gabah Jerami T0 4,81 b* 4,97 a* 3,88 Bc* 5,91 De* T1 5,46 ab 5,07 a 6,01 Ab 6,18 Dd T2 5,64 ab 5,08 a 6,45 Ab 6,52 Cc T3 5,67 ab 5,33 a 8,29 Aa 7,17 Bb T4 5,98 a 5,42 a 9,26 Aa 7,95 Aa BNT α 5% 0,89 0,89 2,11 0,23 BNT α 1% 1,30 1,17 3,07 0,34

*) Angka yang diikuti huruf besar yang berbeda dalam setiap faktor perlakuan menunjukkan perbedaan sangta nyata pada taraf 1% dan angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

(39)

jagung. Pada perlakuan T4 tidak berpengaruh nyata meningkatkan biomassa kering jagung tetapi nyata meningkatkan bobot biji kering jagung terhadap T0. Pada Tabel 11 dapat dilihat adanya kecinderungan peningkatan bobot biji dan biomassa kering jagung. Hal ini terjadi karena adanya teras gulud pada perlakuan T1, pembuatan SPB pada perlakuan T2, pembuatan LRB pada perlakuan T3, dan kombinasi SPB dan LRB pada perlakuan T4 yang mampu mencegah kerusakan lahan akibat aliran permukaan dan erosi. Adanya pengembalian sedimen yang mengendap di saluran yang mengandung unsur hara yang penting bagi tanaman. Penambahan unsur hara melalui mulsa vertikal baik pada saluran dan atau lubang resapan pada perlakuan T2, T3, dan T4. Hasil analisis sidik ragam bobot biji kering tanaman jagung disajikan pada Tabel Lampiran 48 dan 49.

Berdasarkan Tabel 11 dengan uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan T1, T2, T3, dan T4 sangat nyata meningkatkan bobot gabah kering padi gogo terhadap T0. Hal ini terjadi karena pada perlakuan T1, T2, T3, dan T4 tidak terjadi aliran permukaan yang mengangkut sedimen dan unsur hara yang dapat merusak tanah. Sedangkan pada perlakuan T0 terjadi aliran permukaan dan erosi, bahkan sejak musim tanam jagung yang dapat merusak tanah. Hal ini juga didukung dengan adanya pengembalian sedimen pada perlakuan T1, T2, T3, dan T4 dari musim tanam jagung ke petakan pertanaman musim tanam padi gogo yang mengandung unsur hara. Data pada Tabel 11 juga dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan nyata bobot gabah kering padi gogo antara perlakuan T1 dan T2 dengan perlakuan T3 dan T4. Hal ini terjadi karena jumlah sedimen dan unsur hara yang dikembalikan ke petakan dari musim tanam jagung pada perlakuan T3 dan T4 lebih banyak dari pada petakan T1 dan T2 (Tabel 4 dan Tabel 5). Hasil analisis sidik ragam bobot gabah kering tanaman padi gogo disajikan pada Tabel Lampiran 50.

(40)

masing-masing perlakuan sangat berbeda nyata (Tabel 4). Hal ini juga didukung dengan jumlah unsur hara yang dikembalikan pada masing-masing petak perlakuan juga sangat berbeda nyata terutama unsur hara C dan N (Tabel 5). Hasil analisis sidik ragam bobot jerami kering tanaman padi gogo disajikan pada Tabel Lampiran 51.

(41)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Aplikasi sistem peresapan biopori (T2 dan T3) serta kombinasinya (T4) efektif mencegah kerusakan lahan akibat aliran permukaan dan erosi serta menyelamatkan sedimen dan unsur hara yang terkandung selama penelitian berlangsung.

2. Aplikasi sistem peresapan biopori (T2 dan T3) cenderung meningkatkan produksi tanaman jagung, tetapi kombinasinya (T4) nyata meningkatkan produksi tanaman jagung jika dibandingkan dengan T0.

3. Aplikasi sistem peresapan biopori (T2 dan T3) serta kombinasinya (T4) sangat nyata meningkatkan produksi tanaman padi gogo jika dibandingkan dengan T0. Hal ini terjadi adanya pencegahan kerusakan lahan oleh aliran permukaan dan erosi selama penelitian serta adanya upaya pengembalian unsur hara melalui sedimen dan biomassa jagung ke petakan.

5.2 Saran

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.

Brata, K. R. 1995. Efektivitas mulsa vertikal sebagai tindakan konservasi tanah dan air pada pertanian lahan kering di Latosol Darmaga. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 5 (1): 13-19.

Brata, K. R. 1998. Pemanfaatan jerami padi sebagai mulsa vertikal untuk

pengendalian aliran permukaan, erosi, dan kehilangan unsur hara dari pertanian lahan kering. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 1 (1): 21-27.

Brata, K. R. 2001. Teknik Mulsa Vertikal pada Teras Gulud. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Brata, K. R., dan A. Nelistya. 2009. Lubang Resapan Biopori. Penebar Swadaya. Jakarta.

Eden, T. 1999. Elements of Tropical Soil Science. St. Martin’s Press, New York.

Effendi, S. 1984. Bercocok Tanam Jagung. Yasaguna. Jakarta.

Gunawan, W. 2007. Pengaruh Panjang Lereng, Penambahan Mulsa Vertikal, dan Lubang resapan pada Guludan Bersaluran Terhadap Sifat Fisik Tanah, Jumlah Sedimen atau Unsur Hara Terselamatkan. Skripis Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. IPB.

Hutajulu, P. 1991. Pengaruh Tindakan Konsrvasi Berupa Pemberian Bahan Organik dan Mulsa serta Pengolahan Tanah Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah pada Beberapa Musim Tanam pada Oxic Dystrupept. Skripsi Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB.

Hutasoit, V. R. M. 2005. Efektifitas Sistem Microcatchment dalam Menekan Aliran Permukaan dan Erosi serta Peranannya Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai pada Musim Kemarau. Skripsi Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB.

Lestari. 2004. Pengaruh modifikasi Sistem Microcatchment Terhadap Kehilangan Unsur Hara Serta Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Pada Pertanian Lahan Kering. Skripsi Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB.

(43)

Noeralam, A. 2002. Teknik Pemanenan Air yang Efektif dalam Pengelolaan Tanah pada Usaha Tani Lahan Kering. Disertasi Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB.

Oldeman, L. R. 1975. Agroclimatic map of Java. Contr. Res. Inst. For Agriculture, Bogor Indonesia. 174: 1-22.

Purwono, dan H. Purnamawati. 2008. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rachim, S. E. 2003. Pengendalian Erosi Tanah. PT. Bumi Askara, Jakarta.

Sinukaban, N. 1986. Dasar Dasar Konservasi Tanah dan Perencanaan Pertanian Konservasi. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Sitorus, S. R. P. 2004. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. IPB Press, Bogor.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soeparto. 1982. Sifat-sifat dan Klasifikasi Beberapa Tanah Daerah Bogor-Jakarta. Tesis Departemen Ilmu-ilmu Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Soepraptohardjo, M. 1978. Jenis-jenis Tanah di Indonesia. Bagian Pedologi, Lembaga Penelitian Tanah. Bogor.

Suda, C. A. 2000. Gender, culture, and enviromental conservation in Western Kenya: contextualizing community participation and the choice of the techniques. Nordic Journal of African Studies 9 (1): 31-48.

Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta.

Suryana, T. 1993. Pengaruh Mulsa Vertikal Terhadap Aliran Permukaan dan Erosi pada Latosl (Oxic Dystropept) Darmaga Selama Satu Musim Pertanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas CP-1. Skripis Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. IPB.

Tim Peneliti Badan Litbang Pertanian. 1998. Laporan Hasil Penelitian Optimasi Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Teknologi untuk Pengembangan Sektor Pertanian dalam Pelita VII. Pusat Penelitian dan Agroklimat, Bogor.

(44)
(45)

Tabel Lampiran 1. Analisis Sidik Ragam Aliran Permukaan (m3/ha) Selama Satu Musim Tanam Jagung

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 31,35 15,68 1,00 4.46 / 8.65 α0,05=7,45

PERLAKUAN 4 89651,92 22412,98 1429,82 3.84 / 7.01 α0,01=10,85

GALAT 8 125,40 15,68

TOTAL 14 89808,68

Tabel Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam Erosi (ton/ha) Selama Satu Musim Tanam Jagung

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,03 0,02 1,00 4.46 / 8.65 α0,05=1,36

PERLAKUAN 4 4,52 1,13 71,81 3.84 / 7.01 α0,01=1,97

GALAT 8 0,13 0,02

TOTAL 14 4,68

Tabel Lampiran 3. Analisis Sidik Ragam Aliran Permukaan (m3/ha) Selama Satu Musim Tanam Padi Gogo

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 2692,88 1346,44 1,00 4.46 / 8.65 α0,05=69,09

PERLAKUAN 4 429614,81 107403,70 79,77 3.84 / 7.01 α0,01=100,52

GALAT 8 10771,54 1346,44

TOTAL 14 443079,23

Tabel Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Erosi (ton/ha) Selama Satu Musim Tanam Padi Gogo

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 66,10 33,05 1,00 4.46 / 8.65 α0,05=1,73

PERLAKUAN 4 1913,09 478,27 14,47 3.84 / 7.01 α0,01=2,51

GALAT 8 264,42 33,05

(46)

Tabel Lampiran 5. Analisis Sidik Ragam Sedimen (ton/ha) yang Dikembalikan ke Petakan untuk Musim Tanam Jagung

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 10,81 5,41 2,04 4.46 / 8.65 α0,05=3,07

PERLAKUAN 4 371,56 92,89 35,02 3.84 / 7.01 α0,01=4,46

GALAT 8 21,22 2,65

TOTAL 14 403,59

Tabel Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Sedimen (ton/ha) yang Dikembalikan ke Petakan untuk Musim Tanam Padi Gogo

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,59 0,29 0,01 4.46 / 8.65 α0,05=9,98

PERLAKUAN 4 4524,05 1131,01 40,24 3.84 / 7.01 α0,01=14,52

GALAT 8 224,84 28,11

TOTAL 14 4749,48

Tabel Lampiran 7. Analisis Sidik Ragam C-organik (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Jagung

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 3610,68 1805,34 1,93 4.46 / 8.65 α0,05=57,63

PERLAKUAN 4 1098813,38 274703,35 293,20 3.84 / 7.01 α0,01=83,85

GALAT 8 7495,31 936,91

TOTAL 14 1109919,37

Tabel Lampiran 8. Analisis Sidik Ragam Nitrogen (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Jagung

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,15 0,08 1,03 4.46 / 8.65 α0,05=0,51

PERLAKUAN 4 1999,68 499,92 6694,16 3.84 / 7.01 α0,01=0,75

GALAT 8 0,60 0,07

(47)

Tabel Lampiran 9. Analisis Sidik Ragam Fospor (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Jagung

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 1,95 4.46 / 8.65 α0,05=0,06

PERLAKUAN 4 0,06 0,01 16,14 3.84 / 7.01 α0,01=0,08

GALAT 8 0,01 0,00

TOTAL 14 0,07

Tabel Lampiran 10. Analisis Sidik Ragam Kalium (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Jagung

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,01 0,01 0,95 4.46 / 8.65 α0,05=0,15

PERLAKUAN 4 1,35 0,34 54,70 3.84 / 7.01 α0,01=0,22

GALAT 8 0,05 0,01

TOTAL 14 1,41

Tabel Lampiran 11. Analisis Sidik Ragam Kalsium (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Jagung

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 1,31 0,66 0,87 4.46 / 8.65 α0,05=1,63

PERLAKUAN 4 11,79 2,95 3,93 3.84 / 7.01 α0,01=2,37

GALAT 8 6,00 0,75

TOTAL 14 19,10

Tabel Lampiran 12. Analisis Sidik Ragam C-organik (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Padi Gogo

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 1089,38 544,69 0,78 4.46 / 8.65 α0,05=49,72

PERLAKUAN 4 1849763,86 462440,97 663,11 3.84 / 7.01 α0,01=72,34

GALAT 8 5579,06 697,38

(48)

Tabel Lampiran 13. Analisis Sidik Ragam Nitrogen (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Padi Gogo

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 108,20 54,10 2,48 4.46 / 8.65 α0,05=8,80

PERLAKUAN 4 14294,39 3573,60 163,76 3.84 / 7.01 α0,01=12,80

GALAT 8 174,58 21,82

TOTAL 14 14577,18

Tabel Lampiran 14. Analisis Sidik Ragam Fospor (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Padi Gogo

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 1,08 4.46 / 8.65 α0,05=0,05

PERLAKUAN 4 0,54 0,13 227,31 3.84 / 7.01 α0,01=,07

GALAT 8 0,00 0,00

TOTAL 14 0,54

Tabel Lampiran 15. Analisis Sidik Ragam Kalium (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Padi Gogo

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,01 0,00 0,20 4.46 / 8.65 α0,05=0,27

PERLAKUAN 4 6,24 1,56 75,30 3.84 / 7.01 α0,01=0,39

GALAT 8 0,17 0,02

TOTAL 14 6,41

Tabel Lampiran 16. Analisis Sidik Ragam Kalsium (kg/ha) yang Dikembalikan ke Petakan Bersama Sedimen Musim Tanam Padi Gogo

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 45,27 22,64 0,62 4.46 / 8.65 α0,05=11,38

PERLAKUAN 4 419,50 104,87 2,87 3.84 / 7.01 α0,01=16,56

GALAT 8 292,49 36,56

(49)
(50)

Tabel Lampiran 18. Rataan Curah Hujan (mm), Evaporasi (mm) yang Terjadi untuk Musim Tanam Padi Gogo

Tanggal

Musim Tanam Padi Gogo

(51)

Tabel Lampiran 19. Analisis Sidik Ragam Pori Drainase Cepat Tanah

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,009 0,0045 1,267606 4,46 / 8,65 α0,05=1,57

PERLAKUAN 4 4,14756 1,03689 292,0817 3,84 / 7,01 α0,01=2,29

GALAT 8 0,0284 0,00355

TOTAL 14 4,18496

Tabel Lampiran 20. Analisis Sidik Pori Drainase Lambat Tanah

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,004 0,002 2,222222 4,46 / 8,65 α0,05=0,03

PERLAKUAN 4 0,0012 0,0003 0,333333 3,84 / 7,01 α0,01=0,05

GALAT 8 0,0072 0,0009

TOTAL 14 0,0124

Tabel Lampiran 21. Analisis Sidik Ragam Air Tersedia Tanah

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,02304 0,01152 96 4,46 / 8,65 α0,05=1,07

PERLAKUAN 4 1,63236 0,40809 3400,75 3,84 / 7,01 α0,01=1,55

GALAT 8 0,00096 0,00012

TOTAL 14 1,65636

Tabel Lampiran 23. Analisis Sidik Ragam C-organik (%) Tanah Awal

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,63 0,31 2,43 4.46 / 8.65 α0,05=0,68

PERLAKUAN 4 0,44 0,11 0,85 3.84 / 7.01 α0,01=0,98

GALAT 8 1,03 0,13

(52)

Tabel Lampiran 24. Analisis Sidik Ragam Nitrogen (%) Tanah Awal

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 1,65 4.46 / 8.65 α0,05=0,00330

PERLAKUAN 4 0,01 0,00 802,39 3.84 / 7.01 α0,01=0,00480

GALAT 8 0,00 0,00

TOTAL 14 0,01

Tabel Lampiran 25. Analisis Sidik Ragam Fospor (ppm) Tanah Awal

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 2,86 1,43 0,03 4.46 / 8.65 α0,05=12,62

PERLAKUAN 4 62,77 15,69 0,35 3.84 / 7.01 α0,01=18,36

GALAT 8 359,21 44,90

TOTAL 14 424,83

Tabel Lampiran 26. Analisis Sidik Ragam Kalium (%) Tanah Awal

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 0,51 4.46 / 8.65 α0,05=0,0132

PERLAKUAN 4 0,00 0,00 1,11 3.84 / 7.01 α0,01=0,0191

GALAT 8 0,00 0,00

TOTAL 14 0,00

Tabel Lampiran 27. Analisis Sidik Ragam Kalsium (%) Tanah Awal

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 0,05 4.46 / 8.65 α0,05=0,03

PERLAKUAN 4 0,00 0,00 0,51 3.84 / 7.01 α0,01=0,04

GALAT 8 0,00 0,00

(53)

Tabel Lampiran 28. Analisis Sidik Ragam Magnesium (%) Tanah Awal

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 1,45 4.46 / 8.65 α0,05=0,0143

PERLAKUAN 4 0,00 0,00 0,40 3.84 / 7.01 α0,01=0,0208

GALAT 8 0,00 0,00

TOTAL 14 0,00

Tabel Lampiran 29. Analisis Sidik Ragam Natrium (%) Tanah Awal

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 0,07 4.46 / 8.65 α0,05=0,0010

PERLAKUAN 4 0,00 0,00 0,56 3.84 / 7.01 α0,01=0,0014

GALAT 8 0,00 0,00

TOTAL 14 0,00

Tabel Lampiran 30. Analisis Sidik Ragam Zn (ppm) Tanah Awal

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 2,34 4.46 / 8.65 α0,05=0,00475

PERLAKUAN 4 5906,08 1476,52 231913954,18 3.84 / 7.01 α0,01=0,00691

GALAT 8 0,00 0,00

TOTAL 14 5906,08

Tabel Lampiran 31. Analisis Sidik Ragam Fe (ppm) Tanah Awal

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 0,66 4.46 / 8.65 α0,05=0,0030

PERLAKUAN 4 0,78 0,19 76525,83 3.84 / 7.01 α0,01=0,0044

GALAT 8 0,00 0,00

(54)

Tabel Lampiran 32. Analisis Sidik Ragam Mn (ppm) Tanah Awal

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 11,94 4.46 / 8.65 α0,05=0,0007

PERLAKUAN 4 251,44 62,86 478014589,73 3.84 / 7.01 α0,01=0,0010

GALAT 8 0,00 0,00

TOTAL 14 251,44

Tabel Lampiran 33. Analisis Sidik Ragam Cu (ppm) Tanah Awal

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,04 0,02 2,61 4.46 / 8.65 α0,05=0,17

PERLAKUAN 4 137,05 34,26 4453,82 3.84 / 7.01 α0,01=0,24

GALAT 8 0,06 0,01

TOTAL 14 137,15

Tabel Lampiran 34. Analisis Sidik Ragam C-organik (%) Tanah Akhir

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 1,11 0,55 1,43 4.46 / 8.65 α0,05=1,17

PERLAKUAN 4 1,62 0,41 1,05 3.84 / 7.01 α0,01=1,70

GALAT 8 3,09 0,39

TOTAL 14 5,82

Tabel Lampiran 35. Analisis Sidik Ragam Nitrogen (%) Tanah Akhir

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 1,29 4.46 / 8.65 α0,05=0,015

PERLAKUAN 4 0,00 0,00 7,15 3.84 / 7.01 α0,01=0,022

GALAT 8 0,00 0,00

(55)

Tabel Lampiran 36. Analisis Sidik Ragam Fospor (ppm) Tanah Akhir

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 2,86 1,43 0,03 4.46 / 8.65 α0,05=12,62

PERLAKUAN 4 62,77 15,69 0,35 3.84 / 7.01 α0,01=18,36

GALAT 8 359,21 44,90

TOTAL 14 424,83

Tabel Lampiran 37. Analisis Sidik Ragam Kalium (%) Tanah Akhir

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 0,62 4.46 / 8.65 α0,05=0,01

PERLAKUAN 4 0,00 0,00 5,51 3.84 / 7.01 α0,01=0,02

GALAT 8 0,00 0,00

TOTAL 14 0,00

Tabel Lampiran 38. Analisis Sidik Ragam Kalsium (%) Tanah Akhir

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 0,48 4.46 / 8.65 α0,05=0,0099

PERLAKUAN 4 0,00 0,00 5,38 3.84 / 7.01 α0,01=0,0144

GALAT 8 0,00 0,00

TOTAL 14 0,00

Tabel Lampiran 39. Analisis Sidik Ragam Magnesium (%) Tanah Akhir

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 0,48 4.46 / 8.65 α0,05=0,010

PERLAKUAN 4 0,00 0,00 5,38 3.84 / 7.01 α0,01=0,014

GALAT 8 0,00 0,00

(56)

Tabel Lampiran 40. Analisis Sidik Ragam Natrium (%) Tanah Akhir

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 1,64 4.46 / 8.65 α0,05=0,0003

PERLAKUAN 4 0,00 0,00 14,27 3.84 / 7.01 α0,01=0,0004

GALAT 8 0,00 0,00

TOTAL 14 0,00

Tabel Lampiran 41. Analisis Sidik Ragam Zn (ppm) Tanah Akhir

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 6,98 3,49 1,24 4.46 / 8.65 α0,05=3,16

PERLAKUAN 4 266,53 66,63 23,59 3.84 / 7.01 α0,01=4,60

GALAT 8 22,59 2,82

TOTAL 14 296,11

Tabel Lampiran 42. Analisis Sidik Ragam Fe (ppm) Tanah Akhir

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,00 0,00 0,06 4.46 / 8.65 α0,05=0,28

PERLAKUAN 4 0,73 0,18 8,56 3.84 / 7.01 α0,01=0,40

GALAT 8 0,17 0,02

TOTAL 14 0,90

Tabel Lampiran 43. Analisis Sidik Ragam Mn (ppm) Tanah Akhir

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 26,14 13,07 1,36 4.46 / 8.65 α0,05=5,84

PERLAKUAN 4 434,98 108,75 11,29 3.84 / 7.01 α0,01=8,50

GALAT 8 77,03 9,63

(57)

Tabel Lampiran 44. Analisis Sidik Ragam Cu (ppm) Tanah Akhir

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 0,60 0,30 0,72 4.46 / 8.65 α0,05=1,22

PERLAKUAN 4 5,71 1,43 3,41 3.84 / 7.01 α0,01=1,77

GALAT 8 3,35 0,42

TOTAL 14 9,66

Tabel Lampiran 45. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung (cm)

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 151,36 75,68 3,77 4.46 / 8.65 α0,05=8,44

PERLAKUAN 4 169,31 42,33 2,11 3.84 / 7.01 α0,01=12,28

GALAT 8 160,68 20,09

TOTAL 14 481,35

Tabel Lampiran 46. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Padi Gogo (cm)

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 76,93 38,46 1,75 4.46 / 8.65 α0,05=8,82

PERLAKUAN 4 20,16 5,04 0,23 3.84 / 7.01 α0,01=12,83

GALAT 8 175,36 21,92

TOTAL 14 272,45

Tabel Lampiran 47. Analisis Sidik Ragam Anakan Produktif Tanaman Padi Gogo

SUMBER Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel BNT

KELOMPOK 2 8,97 4,48 2,15 4.46 / 8.65 α0,05=3

PERLAKUAN 4 68,59 17,15 8,23 3.84 / 7.01 α0,01=4

GALAT 8 16,67 2,08

Gambar

Tabel Lampiran 17. Rataan Curah Hujan (mm), Evaporasi (mm) yang Terjadi untuk Musim Tanam Jagung
Tabel Lampiran 18. Rataan Curah Hujan (mm), Evaporasi (mm) yang Terjadi untuk Musim Tanam Padi Gogo
Tabel Lampiran 60. Analisis Sidik Ragam Porositas (%) Tanah Awal
Tabel 1. Jenis dan Metode Analisis Aliran Permukaan dan Erosi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dimana Science park di Sulawesi Utara dimaksudkan untuk menjadi pusat pengembangan dalam bidang teknologi untuk menghasilkan produk yang berdasarkan salah satu

mendapatkan rencana pemesanan bahan baku yang diberikan pada pihak supplier dengan menggunkan metode kanban, jumlah pemesanan wiper pivot yang dilakukan setiap

Pada perencanaan mekanikal elektrikal plumbing (MEP) gedung farmasi di STIKES Muhammadiyah Klaten, penulis akan mendesain gambar yang berupa sketsa, gambar

Dalam kaitan tersebut metode analisis ekonomi teknik yang diintegrasikan dengan analisis produktivitas dapat dikembangkan untuk mengukur efek investasi di sektor

Hence, this study would like to discuss the influence of Jalil, Rasheed, and Laila on Mariam’s personality changes in Khaled Hosseini’s A Thousand Splendid Suns1.

Sehingga dalam mempelajari buku ini nantinya akan menggunakan versi edukasi dengan registrasi terlebih dahulu di web Autodesk AutoCAD memiliki kemampuan untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, peran keluarga, dan sumber informasi (media) dengan perilaku seksual remaja pranikah di SMP I Parang

Dari ketiga granul effervescent yang telah diformulasi, yang menghasilkan granul paling baik adalah granul effervescent formula 1 dimana warna granul putih cerah