MUHAMMAD ALI PASHA DAN AL-AZHAR
Kajian tentang : Pengaruh Pembaharuan di Mesir Terhadap Modernisasi Pendidikan di Al-Azhar
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)
Oleh :
Yuli Emma Handayani
NIM : 107022001291
PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
!"# #
Dengan Ini Saya Menyatakan Bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli dari saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana dalam jenjang Strata satu (S1) di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan dari jiplakan karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 6 Desember 2011
Yuli Emma Handayani
ABSTRAK
Yuli Emma Handayani
Muhammad Ali Pasha Dan Al-Azhar,
Kajian tentang : Pengaruh Pembaharuan di Mesir Terhadap Modernisasi Pendidikan di Al-Azhar.
Naiknya Muhammad Ali sebagai penguasa Mesir pada tahun 1805, seperti raja-raja Islam lainnya juga mementingkan soal yang bersangkutan dengan militer karena ia yakin bahwa kekuasaannya hanya dapat dipertahankan dan diperbesar dengan kekuatan militer. Tetapi berlainan dengan raja-raja lain, ia mengerti bahwa di belakang kekuatan militer itu mesti ada kekuatan ekonomi yang sanggup membelanjai pembaharuan dalam bidang militer dan bidang-bidang yang bersangkutan dengan urusan militer. Muhammad Ali melakukan Modernisasi Mesir dengan meniru kebijakan Utsmani, membangun angkatan darat dan laut yang modern dengan memanfaatkan keahlian perwira Prancis. Muhammad Ali juga membangun pabrik-pabrik senjata. untuk menunjang biaya itu, ia membangun infra-struktur untuk pertumbuhan ekonomi di Mesir khususnya system irigrasi, transportasi umum, pertanian dan industry.
Modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan. Dengan membawa sebuah ide pembaharuan, di mulailah pembaharuan di bidang pendidikan di Mesir oleh Muhammad Ali Pasya. Dalam rangka memperkuat kedudukannya dan sekaligus melaksanakan pembaharuan pendidikan di Mesir, Muhammad Ali, mengadakan pembaharuan dengan mendirikan berbagai macam sekolah yang meniru sistem pendidikan dan pengajaran di Barat. Selain itu Muhammad Ali juga mengirim siswa-siswa untuk belajar ke Perancis yang dikirim oleh Muhammad Ali ke Eropa. Hal ini dilakukan agar mereka yang diutus mampu menguasai ilmu pengetahuan Barat, untuk selanjutnya mampu dikembangkan dan direalisasikan di Mesir.
"!# #
Dengan mengucapakan Alhamdulillahirrabil’ alamin sebagai rasa terima kasih dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan karena berkat petunjuk, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada panutan kita Nabi besar Muhammad Rasulullah SAW, beserta keluarganya dan para sahabatnya. Semoga kita dapat syafaat di akhirat kelak. Sehingga penulis telah mampu menjalani dan menyelesaikan syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora Universitas UIN Syarif Hidayatullah. Berkat karunia-Nya juga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Muhammad Ali Pasha dan Al-Azhar, kajian tentang: pengaruh pembaharuan terhadap modernisasi pendidikan di Al-Azhar Mesir.”
kepada Jilan Ri’fai orang tersayang dan kawan-kawan SPI angkatan 2007 yang telah memberikan motivasi dan masukan-masukan kepada penulis terkait dengan penulisan skripsi ini.
Jakarta, 27 Oktober 2011
"!!!# #
PENGESAHAN PANITIA UJIAN………...iii
LEMBAR PERNYATAAN………...iv
ABSTRAK ………...v
KATA PENGANTAR ………...vi
DAFTAR ISI ………viii
BAB I :
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah ………1B. Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah ………6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….6
D. Tinjauan Pustaka ………...7
E. Metode Penelitian ………..8
F. Sistematika Penulisan ………9
BAB II :
SEJARAH AL-AZHAR MESIR
A. Awal Berdirinya al-Azhar di Mesir ……….11B. Al-Azhar Pada Masa Kemunduran Islam ………...15
C. Sistem Pendidikan Sebelum Ali Pasha ………...16
BAB III : MUHAMMAD ALI PASHA DAN PEMBAHARUAN
DI MESIR
A. Kedudukan Muhammad Ali Sebagai Pasha di Mesir ……….22C. Pengiriman Muhammad Tantawi Sebagai Imam Tentara ke Perancis ………...28
BAB IV : MODERNISASI PENDIDIKAN DI AL-AZHAR
MESIR
A. Pengaruh Pendidikan Barat di al-Azhar ………..34 B. Dampak Perkembangan al-Azhar yang berkaitan dengan Pengaruh Barat……….36 C. Tokoh-tokoh yang berperan penting dalam Pembaharuan dan
berbagai Perubahan yang dapat mereka perjuangkan di al-Azhar ………...38
BAB V :
KESIMPULAN
A. Kesimpulan ……….50
B. Saran Dan Kritik ……….52
"! !
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang MasalahModernisasi dan modernisme, seperti yang terdapat umpamanya dalam aliran-aliran “modern dalam Islam” dan “Islam dan modernisasi”. Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat-istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Pikiran dan aliran ini segera memasuki lapangan agama dan modernisme dalam hidup keagamaan di Barat mempunyai tujuan untuk menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama katolik dan protestan dengan ilmu pengetahuan dan falsafat modern. Aliran ini akhirnya membawa kepada timbulnya sekularisme di masyarakat Barat.
#! !
Sebagaimana halnya di Barat, di dunia Islam juga timbul pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Dengan jalan demikian pemimpin-pemimpin Islam modern berharap akan dapat melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada kemajuan.1
Di dalam dunia Modern, Barat selalu menjadi barometer bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di seluruh dunia. Salah satu contoh ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah modern bisa kita lihat di salah satu universitas terkemuka yang ada di Mesir, yaitu Al-Azhar.
Al-Azhar merupakan Universitas terbesar didunia saat ini, Al-Azhar, letaknya di jantung Kairo pramodern. Al-Azhar hampir tidak menyesuaikan diri dengan zaman modern selama satu abad terakhir. Universitas-mesjid yang telah berusia seribu tahun ini, tetap menjadi titik pusat kehidupan keagamaan dan budaya Islam bagi Mesir dan seluruh Dunia Islam. Sejak itu, Al-Azhar telah diperluas dan dirancang-ulang. Pengajaran terorganisasi telah dimulai di sini pada 978. Nama masjid ini “yang cemerlang” tampaknya merujuk kepada putri Nabi Muhammad Saw, Fathimiah Al-Zahra, nenek moyang Dinasti Fathimiyah.Al-Azhar merupakan salah satu pusat dakwah di Kairo bagi kaum !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"
$%&'(! )%*'+,-(.!!"#$%&%'(%)* +%,%#* -.,%#/* 0"1%'%&* !"#232'%)* 4%)* 5"'%3%)6! /%0%&+%1!2'3%(!2,(+%(41!"556.!
! !
Fathimiyah, yaitu orang-orang Syi-ah Isma’iliyah yang mengklaim sebagai imam sejati.2
Shalah Din dan keturunan Ayyubiyahnya kurang menghargai Al-Azhar ketika mereka merestorasi Mesir ke Islam Sunni pada 1171 M. Para sultan dan emir Dinasti Mamluk (1250-1517) melindungi dan merestorasi masjid-kini Sunni- merupakan satu dari banyak tempat ilmu keislaman di Kairo. Karena letak Kairo di Sungai Nil, sebagai jalan menuju ke Suriah, dan sebagai rute haji dari kawasan Maghribi menuju Makkah.Membuat Kairo secara alamiah menjadi pusat kebudayaan.Penjarahan Mongol atas Baghdad (1258) dan hancurnya Islam di Spanyol, mengangkat Kairo sebagai pusat keagamaan dan kebudayaan.
Penaklukan Utsmaniyah atas Mesir pada 1517 telah mengalihkan kekuasaan dan patronase ke Istanbul.Namun, Al-Azhar dapat bertahan dari serangan tersebut dan muncul sebagai tempat ilmu Islam-Arab terkemuka. Al-Azhar juga menjadi penghubung vital antara penduduk berbahasa Arab dan elit militer berbahasa Turki. Pada akhir abad ketujuh belas, para syaikh masjid memilih ketuanya sendiri, Syaikh Al-Azhar. Para syaikh bermazhab Syafi’i, yang dominan di Kairo dan Daerah Delta, memonopoli jabatan itu dari 1725 hingga 1870. Hal ini menujukkan otonomi yang besar karena kaum penguasa Utsmaniyah sendiri bermazhab Hanafi.3
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! #
2%8&,!9%+,:.!0"1%'%&*!"'%4%$%)*-.,%#1!/%0%&+%1!;<!=%>%4&%?,(8-1!#@@A.!!
7
A! !
Penaklukan Napoleon di Mesir (1798-1801) merusak tatanan yang berumur tiga ratus tahun ini dan menempatkan provinsi-provinsi Mesir, yang rentan dan tidak siap, ke dalam system politik global yang didominasi oleh Barat.Bangsa Mesir menghadapi Barat dalam posisi yang secara material sangat lemah.Pada tahap-tahap terakhir kekuasaan Utsmaniyah, provinsi-provinsi Mesir memasuki periode kemunduran yang hebat.Karena sibuk mempertahankan wilayah-wilayahnya di Eropa yang memberinya banyak kekuatan, Utsmaniyah mengabaikan Mesir dan pusat-pusat Arab lainnya.Despotism local tumbuh subur di negeri-negeri Arab, dan ekonomi tenggelam ke tingkat bertahan hidup karena melemahnya hubungan kesultanan.Pada akhir abad kedelapan belas, jelas bahwa formula-formula lama mengalami krisis genting meskipun di Mesir, ulama sebagai sebuah badan korporat bertahan sebagai satu dari beberapa unsur kohesif yang tersisa.
! !
sekedar pertahanan hidup. menjadi Negara yang cukup kuat untuk menghadapi serangan selanjutnya dari Eropa dan cukup kuat mempertahankan kemerdekaan de facto-nya dari kesultanan Utsmaniyah. Dalam memperkuat Negara, dan khususnya militernya, Muhammad Ali meluncurkan upaya industrialisasi mesir yang pertama, yang meminjam model dan teknisi Barat. Dengan mengeksploitasi kekuatan baru ini, Muhammad ali memproyeksikan kekuatan mesir di luar negeri, yang melibatkan mesir dalam lima peperangan dari 1811 sampai 1828. Di dalam negeri, dia berupaya mendisiplinkan penduduk melalui bentuk baru pendidikan dan organisasi social yang bertujuan untuk dinastinya. Dalam prosesnya, dia berlawanan dengan ulama. Dia membatasi pengaruh ulama ketika mengonsolidasikan kekuataannya.4
Meskipun demikian, sebagian ulama Al-Azhar tidak hanya berhenti pada nalar koridor Sunni an sich reformasi keagamaan menjadi sebuah keniscayaan bagi beberapa ulama pada masa modern. Sejak dibukanya kran studi ke Perancis dan kedatangan Jamaluddin al-Afghani ke Mesir pada tahun 1871 M.
Ri’fah Tahtawi Salah satu ulama yang ditunjuk sebagai imam dan mahasiswa di Paris, Perancis. Tahtawi merupakan ulama pertama yang membuka diri terhadap pengetahuan barat. Tahtawi merupakan sosok yang penting dalam mewujudkan reformasi di Al-Azhar, karena ia telah membuka trobosan baru dalam modernisasi pendidikan, spirit kebangsaan, dan keterbukaan dalam melihat Barat. Sejak masa Tahtawi, Al-Azhar relative mampu mengatasi problem psikologis antara Islam dan Barat. Setelah itu, !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
A
6! !
tidak sedikit para ulama Al-Azhar yang belajar di Paris, dan setelah kembali menjadi ke Al-Azhar mereka justru mendapatkan posisi strategis sebagai Grand Syaikh Al-Azhar.5
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka pada penulisan skripsi ini, penulis merasa perlu membatasi penulisan skripsi ini pada bahasan majunya Mesir pada masa Muhammad Ali Pasha dan dampak tidak langsung terhadap pendidikan di Al-Azhar.
Penulis merumuskan masalah skripsi ini sebagai berikut :
1. Bagaimana Perkembangan Universitas Al-Azhar di Mesir ?
2. Bagaimana Hubungan Pembaharuan yang dilakukan Muhammad Ali dengan Pembaharuan Pendidikan di Al-Azhar ?
3. Siapa sajakah Ulama yang mempunyai peran besar dalam mengupayakan Modernisasi Pendidikan di Al-Azhar ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini pula terdapat beberapa tujuan dan manfaat penelitian, adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! K
! !
a. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Universitas Al-Azhar di Mesir. b. Untuk mengetahui Pengaruh Pembaharuan Muhammad Ali di Mesir
terhadap Pembaharuan Pendidikan di Al-Azhar.
c. Untuk mengetahui Tokoh-tokoh yang berperan penting dalam pembaharuan dan berbagai perubahan di Al-Azhar.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Agar memberikan Manfaat kepada mahasiswa maupun masyarakat umum mengenai sejarah perkembangan Universitas al-Azhar di Mesir.
b. Untuk mendapatkan gelar Sarjana (S1) Jurusan SPI (Sejarah Peradaban Islam) Fakultas Adab dan Humaniora.
c. Untuk memperkaya pengetahuan bagi pembaca dan penulis guna dalam mengembangkan studi sejarah.
D. Tinjauan Pustaka
Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian pustaka yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya untuk mendapatkan landasan teori megenai masalah yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar sesuai dengan kerangka berfikir ilmiah. Adapun Buku yang saya jadikan sumber dalam penulisan skripsi yang berjudul: MUHAMMAD ALI DAN AL-AZHAR, kajian tentang : pengaruh pembaharuan di Mesir terhadap modernisasi pendidikan di
J! !
Keulamaan. Zuhairi Misrawi.” Jakarta: Kompas. Agustus 2010. Buku ini memberikan informasi yang lengkap tentang Al-Azhar.Karena mengupas Sejarah Mesir, Kairo, dan Al-Azhar. “Mehdi Nakosteen. Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat”. Risalah Gusti. Surabaya.2003. Dan sumber-sumber sekunder
lain yang dijadikan sebagai tambahan dan pelengkap dalam penelitian ini.
E. Metodologi Penelitian
Skripsi ini ditulis dengan menggunakan metode penelitian sejarah dengan melalui empat tahap.
! !
Interpretasi Interpretasi adalah pemahaman yang mendalam mengenai teks-teks Yang telah melalui fase kritik, dimana penulis sudah menemukan Korelasi dan pemahaman yang baru mengenai tema yang dibahas.
Historiografi pemahaman yang diperoleh setelah melalui beberapa tahap ditransfer Dalam bentuk tulisan dengan pola umum-khusus, yakni dimulai Dengan pemaparan historisitas Muhammad Ali Pasha dan Al-Azhar, Kajian tentang : pengaruh pembaharuan di mesir terhadap modernisasi Pendidikan di Al-Azhar Mesir.
F. Sistematika Penulisan
Bab I : Berisi tentang signifikan tema yang diangkat, pembatasan dan perumusan masalah, metedologi penelitian, tujuan penulisan serta sistematika penulisan. Bab II : Sejarah Al-Azhar di Mesir dari masa ke masa yang meliputi sejarah berdirinya Al-Azhar. Pasang surut pendidikan yang terjadi di Al-Azhar mulai dari masa jaya Islam sampai masa kemunduran Islam, dan secara khusus sistem pendidikan Al-Azhar menjelang Muhammad Ali berkuasa di Mesir.
"@! !
Bab IV : Berisi tentang Modernisasi Pendidikan di Al-Azhar Mesir, pengaruh pendidikan Barat di Al-Azhar, dampak perkembangan Al-Azhar yang berkaitan dengan pengaruh Barat, tokoh-tokoh yang berperan penting dalam pembaharuan dan berbagai perubahan seperti yang dapat mereka perjuangkan.
Bab V : Merupakan Bab penutup, yang berisi mengenai kesimpulan dari seluruh isi tulisan.
""!
BAB II
SEJARAH AL-AZHAR MESIR
A. Awal BerdirinyaAl-Azhar Di Mesir
Jami`ah al-Azhar didirikan pada tahun 359 H/970 M pada masa
pemerintahan Khalifah al-Mu`izz Lidinillah dari Dinasti Fatimiyyah, dan
selesai dibangun pada tahun 361 H/971 M.1 Nama yang mula-mula diberikan
untuk masjid tersebut adalah Jami`ul Kahhirah, yang dinisbatkan kepada nama
ibu kota di mana masjid tersebut dibangun. Sedangkan belakangan masjid
tersebut diberi nama putri Rasulullah SAW. Pada mulanya lembaga ini
berfungsi sebagai masjid pada umumnya, yaitu dipergunakan sebagai tempat
shalat, dan tempat beribadah lainnya, khususnya ketika Dinasti Fatimiyyah
masjid tersebut dipergunakan sebagai simbol penyelenggaraan ritual
keagamaan yang berhubungan dengan faham syiah.
Berdasarkan informasi di atas masjid tersebut dalam memainkan
perannya berorientasi pada faham syiah, hal ini sejalan dengan faham yang
dianut oleh Istana. Akan tetapi ketika Dinasti Ayubiyyah dan Dinasti Mamluk
berkuasa masjid tersebut tidak difungsikan untuk shalat Jumat, hal ini lantaran
anggapan dari para pejabat Dinasti Ayubiyyah yang menganggap khutbah
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"
!!"#$%& '"($ksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam 1 . Cet. Ke-12. Jakarta, PT.Ichtiar Baru van Hoeve, 2003. Hal 200.
! !
"#!
Jumat di masjid Al-Azhar tidak sah, karena adanya pendapat yang melarang
adanya dua khutbah Jumat dalam satu kota.2
Munculnya al-Azhar sebagai lembaga pendidikan bermula ketika
Khalifah al-Mu`izz Lidinillah pada tahun 362 H/973 M memindahkan ibu kota
Daulat Fatimiyyah dari kota Qairawan di Tunisia ke Qahirah di Mesir, dan
pada tahun 975 M ia meresmikan pendirian Perguruan Al-Azhar yang
berdasarkan Mazhab Syiah Ismailiyyah.3 Sudah barang tentu pendirian dan
pengembangan Masjid Al-Azhar menjadi lembaga pendidikan semata-mata
karena dorongan untuk melestarikan dan mengembangkan ajaran mazhab
yang dianut oleh kekhalifahan. Pada tahun 365 H/975 M untuk pertama
kalinya dimulai kegiatan ilmiah dalam bentuk kuliah-kuliah yang diberikan
oleh Abu Hasan Ali ibn Muhammad ibn Nu`man al-Qairani yang menjabat
sebagai hakim tinggi (qadi al-qudat), dengan materi yang diajarkan mengenai
prinsip fikih Syiah yang terdapat dalam kitab al-Ikhtisar. Meskipun kegiatan
ilmiah yang dilakukan untuk pertama kalinya masih bersifat sederhana, namun
cukup bagi kita untuk membuat kesimpulan bahwa kegiatan ilmiah sebagai
cikal bakal tumbuhnya masjid Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan tinggi
(Jami`ah al-Azhar) dimulai pada waktu tersebut. program kegiatan pendidikan
yang dikembangkan oleh Daulat Fatimiyyah mencakup dua hal, pertama
dilaksanakannya pengajaran dan pembentukan undang-undang, kedua
dilaksanakannya dakwah secara rahasia.4 Wujud dari dua program dimaksud
tampak jelas dengan adanya dokumen Propagandis Agung (Da`id Du`ah),
! !
yang berisi tentang kedua agenda pokok dalam mengembangkan pendidikan
di Al-Azhar.
Usaha selanjutnya dilakukan oleh Ya`kub ibn Killis yang dikenal
dengan seri Ibn Killis yang memberikan perhatian cukup besar bagi
peningkatan Al-Azhar. Kegiatan tersebut berlangsung ketika Daulat
Fatimiyyah diperintah oleh Al-Azis Billah Abu Mansur Nazzar (365-386
H/975-996 M). Bentuk kegiatan yang dilakukan Ibn Killis adalah dengan
mengadakan kuliah secara teratur dan terus-menerus, ia juga menghimpun
para ulama untuk menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiah khususnya ulama
fikih. Banyak ulama yang terlibat dalam kegiatan tersebut, menurut catatan
sejarah setidaknya terdapat 35 orang ulama yang aktif dalam kegiatan kuliah
yang dilaksanakan oleh ibn Killis. Salah satu ulama yang terkenal adalah
al-Aqabah Abu Ya`kub al-Khandaq.5 Dalam melaksanakan tugas pengajian
ilmiah tersebut kehidupan para ulama dijamin dan disediakan oleh pemerintah,
sehingga fokus perhatian para ulama tinggi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Meskipun demikian pola pembelajaran dan materi yang
diajarkan dalam seri kuliah Ibn Killis tetap mengacu kepada mazhab Syiah.
Keistimewaan Mesir dan Al-Azhar, keduanya tidak bisa dipisahkan,
karena Mesir merupakan wadah peradaban besar yang pernah ada di muka
bumi, sedangkan Al-Azhar merupakan wadah pendidikan Islam yang
mempunyai sejarah dan dinamika yang unik dan menarik. Al-Azhar
merupakan salah satu cikal bakal system pendidikan tinggi yang reputasinya
diakui dunia internasional.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
E
! !
">!
Sejak awal berdirinya pada tahun 973 M, Al-Azhar telah menjadi
bagian penting dalam pembentukan generasi muda muslim yang mempunyai
wawasan keagamaan yang luas. Meskipun awal mulanya dijadikan sebagai
wadah untuk proliferasi paham Syiah Ismailiah dalam rangka menandingi
paham Sunni yang merupakan paham mayoritas kalangan muslim di Mesir,
tetapi dalam bentangan sejarah selanjutnya Al-Azhar menjadi pusat peradaban
Sunni. Berakhirnya dinasti fatimiah di Mesir, maka berakhirlah pula dominasi
paham Syiah Ismailiah di Mesir. Hingga sekarang ini, paham Sunni
merupakan paham mayoritas kalangan muslim di Mesir, dan dunia pada
umumnya.
Al-Azhar menjadi menara ilmu yang mampu melestarikan
kemajemukan khazanah Islam. Kritik dan otokritik merupakan karakter yang
menonjol dalam pendidikan keagamaan di Al-Azhar, sehingga melahirkan
dialog dan sintesa yang bersifat dinamis. Perbedaan diantara para ulama di
dalam tubuh Al-Azhar merupakan sebuah pemandangan yang biasa. Mereka
dipersatukan oleh spirit untuk melestarikan khazanah Sunni.
Pada puncaknya, Al-Azhar merupakan kiblat keulamaan. Al-Azhar
menjadi salah satu institusi pendidikan terpenting, karena telah melahirkan
para ulama yang mempunyai integritas keilmuan yang mumpuni. Mereka
adalah ulama yang meninggalkan karya-karya brilian di dalam berbagai
bidang keilmuan. Salah satu kelebihan Al-Azhar yang masih dipertahankan
hingga sekarang ini, yakni kekaryaan. Ulama bukan hanya sekelompok orang
yang mempunyai charisma, karena status social tertentu. Ulama pada
! !
ditekuninya, melakukan proses pendidikan hingga ke jenjang yang paling
tinggi, serta mempunyai karya-karya keulamaan yang berkualitas.
B. Al-Azhar Pada Masa Kemunduran Islam
Pasang surut terjadi di dunia Islam, demikian halnya dengan
Universitas al Azhar. Setelah Dinasti Fatimiyyah runtuh dan kekuasaan berada
di tangan Dinasti Ayubiyyah, hingga akhirnya berhasil direbut oleh Dinasti
Mamluk keberadaan al-Azhar tidak berkembang sebagaimana pada masa
kekuasaan Dinasti Fatimiyyah. Rentang waktu tidak aktifnya Al-Azhar
sebagai sarana kegiatan keagamaan maupun keilmuan cukup lama lebih
kurang selama satu abad.6
Ada dua faktor yang menyebabkan pada kedua masa setelah masa
kekuasaan Dinasti Fatimiyyah Al-Azhar tidak difungsikann. Pertama, adanya
perbedaan faham yang dianut oleh keduanya, yaitu di mana Dinasti
Fathimiyyah menganut faham Syiah, sedangkan Dinasti Ayubiyyah menganut
faham sunni; Kedua, ketika kekuasaan berada di tangan Dinasti Mamluk,
dunia Islam dalam keadaan kemelut akibat penaklukan yang dilakukan oleh
tentara Tar-Tar (Mongol) terhadap Baghdad. Masa kejatuhan Dinasti Mamluk
tidak bisa di hindari. Berkurangnya pendapatan keuangan telah mempengaruhi
aktivitas keilmuan yang berlangsung di Al-Azhar dan beberapa lembaga
pendidikan lainnya. Di samping itu, invasi Dinasti Ottoman telah
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
J
! !
"J!
menyebabkan Dinasti Mamluk harus mengakhiri kekuasaan mereka. Al-Azhar
pun tidak terlepas dari pengaruh goncangan sosial-politik tersebut.7
Selain itu, kejatuhan dinasti Islam tidak bisa dilepaskan dari krisis
keuangan. Ketidakmampuan mereka untuk mengelola keuangan pemerintahan
telah meyebabkan mereka di ambang kejatuhan. Di samping adanya ancaman
dari dinasti lain, yang menjadikan mereka harus siap untuk mengakhiri
kekuasaannya di saat tidak mampu lagi membiayai mahalnya anggaran
pertahanan. Oleh karena itu hampir satu abad Masjid Al-Azhar tidak berfungsi
dengan baik, baik sebagai pusat ibadah maupun sebagai tempat
kegiatankeilmuan sebagaimana yang telah dirintis oleh Jauhar Katib
al-Siqilli pada masa pemerintahan Dinasti Fatimiyyah.8
C. Sistem Pendidikan Sebelum Ali Pasha
Seperti lazimnya di sekolah Islam pramodern, di Al-Azhar materi yang
diperbincangkan pada halaqah-halaqah ini tidak hanya terbatas pada
pengkajian agama (baca; Islam), namun juga mengkaji disiplin dan persoalan
lain sesuai dengan apa yang diperlukan masyarakat. Selain itu, diajarkan pula
disiplin-disiplin yang menjadi pendukung kajian agama Islam. Dalam hal ini
antara lain kajian tentang bahasa dan sastra Arab, baik nahwu, sorof maupun
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
C
!!!:5*(-!<*(:!"CE!
9
! I0*! L-! M*H,&'7:! -".$/$0& -8,*$9& @22$+& :,9$2& A$6*$%& B"+*6$:! .*/*01*-! 5N! 2*3*O0*P,+&G!5607*&*-!"888:!D*(:!#=9!
!
! !
balagah. Selain terjadi pengembangan materi, terdapat pula perkembangan di
bidang sarana dan prasarana 'pendidikan', yakni adanya upaya untuk membuat
tempat khusus di (samping) masjid yang digunakan untuk melakukan
kajian-kajian tersebut. Tempat khusus ini kemudian dikenal sebagai Maktab. Maktab
inilah yang dapat dikatakan sebagai cikal bakal institusi pendidikan Islam.9
A-Ma'mun, salah satu khalifah Daulat Bani Abbasiyah, mendirikan
Bait al-Hikmah di Bagdad pada tahun 815 M--- sebuah institusi yang cukup
layak disebut sebagai institusi pendidikan. Pada Bait al-Hikmah ini terdapat
ruang-ruang kajian, perpustakaan dan observatorium (laboratorium).
Meskipun demikian, Bait al-Hikmah belum dapat dikatakan sebagai sebuah
institusi pendidikan yang cukup sempurna, karena sistem pendidikan masih
sekedarnya dalam majlis-majlis kajian dan belum terdapat 'kurikulum
pendidikan' yang diberlakukan di dalamnya.
Institusi pendidikan Islam yang mulai menggunakan sistem pendidikan
'modern' baru muncul pada pertengahan awal abad-19 dengan didirikannya
Perguruan (Universitas) Al-Azhar di Kairo. Al-Azhar, selain dilengkapi
dengan perpustakaan dan laboratorium, mulai diberlakukan sebuah 'kurikulum
pengajaran'. Pada kurikulum ini diatur urutan materi beserta disiplin-disiplin
yang harus diajarkan kepada peserta didik. Meski pendirian Al-Azhar
bertujuan sebagai wadah 'kaderisasi' bagi kader-kader Syi'ah, namun
kurikulum yang berlaku dapat dianggap sebagai sebuah kurikulum yang
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
8
! L'+*44,0! )3*&Q*(,:!:,9$2& ($%& C$+$%"6$/$D& E.$/$%;& -".$/$0;& ($%& 1"2*3*/$%<! F&,7,!E:!R+,S607,1*7!I+&G+67,*!50677-!!.*/*01*-!"88;:!D*(:!98!
! !
"9!
berimbang. Pada kurikulum Al-Azhar diajarkan disiplin-disiplin ilmu agama
dan juga disiplin-disiplin ilmu 'umum' (aqliyyah). Ilmu agama yang ada dalam
kurikulum Al-Azhar antara lain tafsir, hadis, fiqh, qira'ah, teologi (kalam),
sedang ilmu akal yang ada dalam kurikulum Al-Azhar antara lain filsafat,
logika, kedokteran, matematika, sejarah dan geografi.10
Ketika Salahuddin al-Ayyubi (seorang sunni) pada abad XI M berhasil
menguasai Kairo, sebagai pusat Bani Fatimiyyah, ia memandang adanya
Al-Azhar sebagai sebuah institusi pendidikan sebagai sesuatu yang sangat
penting, sehingga keberadaan Al-Azhar tidak diusik sama sekali, selain
peniadaan materi-materi yang berbau syi'ah. Bahkan pada masa Salahuddin
inilah Al-Azhar berada dalam puncak kejayaan, di mana Al-Azhar, menurut
beberapa kalangan, dianggap mampu melaksanakan kurikulum yang
berimbang antara materi agama dan pengembangan intelektual.11
Institusi pendidikan Islam ideal dari masa kejayaan Islam lainnya
adalah Perguruan (Madrasah) Nizamiyah. Perguruan ini diprakarsai dan
didirikan oleh Nizam al-Mulk-perdana menteri pada kesultanan Seljuk pada
masa Malik Syah-pada tahun 1066/1067 M di Bagdad dan beberapa kota lain
di wilayah kesultanan Seljuk. Madrasah Nizamiyah didirikan sebagai upaya
membendung arus propaganda syi'ah yang berpusat di Kairo dengan
Al-Azhar. Madrasah Nizamiyah pun telah memiliki spesifikasi khusus sebagai
sebuah institusi pendidikan dengan spesifikasi pada teologi dan hukum Islam.
! !
Dan karena spesifikasi ini pulalah Madrasah Nizamiyah sering disebut sebagai
Universitas Ilmu Pengetahuan Teologi Islam.12
Madrasah Nizamiyah merupakan perguruan pertama Islam yang
menggunakan sistem sekolah. Artinya, dalam Madrasah Nizamiyah telah
ditentukan waktu penerimaan siswa, test kenaikan tingkat dan juga ujian akhir
kelulusan. Selain itu, Madrasah Nizamiyah telah memiliki manajemen
tersendiri dalam pengelolaan dana, memiliki kelengkapan fasilitas pendidikan
dengan perpustakaan yang berisi lebih dari 6000 judul buku yang telah diatur
secara katalog dan juga laboratorium, memiliki sistem perekrutan tenaga
pengajar yang ketat dan pemberian bea siswa untuk yang berprestasi.13
Madrasah Nizamiyah merupakan Perguruan Islam modern yang
pertama, Meski Madrasah Nizamiyah memiliki spesifikasi pada kajian teologi
dan hukum Islam, namun dalam kurikulum yang digunakan terdapat pula
perimbangan yang proporsional antara disiplin ilmu keagamaan (tafsir, hadis,
fiqh, kalam dan lainnya) dan disiplin ilmu aqliyah (filsafat, logika,
matematika, kedokteran dan lailnnya). Bahkan, pada masa itu, kurikulum
Nizamiyah menjadi kurikulum rujukan bagi institusi pendidikan lainnya.14
Selain adanya institusi pendidikan yang memiliki kapabilitas tinggi,
pada masa kejayaan Islam, kegiatan keilmuan benar-benar mendapat perhatian
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"#
! ! L6<&,! X*/G7166+:!B8%+/*5F,*& :,9$2& $+$,& !F%*$& :%+"9"3+F$9& A$/$+<&)'0*%*@*-! 2,7*(*<!O'71,-!#==;:!D*(:!"#;!
!
";
! ! Y*Q('0! 2*<?*+:& :,9$2& $%(& 78("/%*+G;& C/$%,H8/2$+*8%& 8H& $%& :%+"99"I+F$9& C/$(*+*8%-!!1603:!$<7,+!LG<*??*&-!N<6!R+,S607,1@!GP!Z<,W*BG-!5'71*/*-!"89E! !
">
! !
#=!
serius dari pemerintah. Sehingga kebebasan akademik benar-benar dapat
dilaksanakan, kebebasan berpendapat benar-benar dihargai, kalangan
akademis selalu didorong untuk senantiasa mengembangkan ilmu melalui
forum-forum diskusi, perpustakaan selalu terbuka untuk umum, Namun
setelah kejatuhan Bagdad pada tahun 1258 M, dunia pendidikan Islam pun
mengalami kemunduran dan kejumudan. Paradigma pendidikan Islam pun
mengalami distorsi besar-besaran.15
Dari tiga sub bab di atas dapat ditegaskan bahwa, pendidikan dalam
dunia Islam mengalami kemunduran dan kejumudan. Seiring dengan
kemunduran Islam terutama setelah kejatuhan Bagdad Tahun 1258 M.
pendidikan tidak lagi mampu menjadi sebuah sarana pendewasaan umat.
Sehingga pendidikan menjadi tidak lebih dari sekedar sarana mempertahankan
dan melestarikan nilai-nilai tradisional dari ancaman serangan gagasan barat
yang dicurigai akan meruntuhkan tradisi Islam, terutama standar moralitas
Islam. Pendidikan tidak lagi mampu menjadi sebuah proses intelektualisasi
yang merekronstruksi pola pikir peserta didik melalui interprestasi secara
continue dengan berbagai disiplin ilmu sesuai perkembangan jaman. Melihat
fenomena diatas, adanya upaya untuk menemukan kembali semangat dalam
pendidikan Islam tampaknya diperlukan, hal ini merupakan salah satu upaya
untuk mengangkat kembali dunia ke-pendidikan Islam sehingga mampu
berkembang kembali di tengah masyarakat.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"E
! !
Pembaharuan Pendidikan di Al-Azhar Mesir sebelum dan sesudah
pada masa Muhammad Ali Pasha:
Sistem Pendidikan di Al-Azhar Sebelum Muhammad Ali Pasha
Modernisasi Pendidikan di Al-Azhar Era Muhammad Ali Pasha
Di ajarkan disiplin-disiplin tentang kajian Islam seperti : mengkaji tentang bahasa dan sastra Arab, baik nahwu, sorof maupun balagah.
Kurikulum Al-Azhar diklasifikasikan dalam dua kelas: bidang studi agama dan bidang studi umum.
Dengan memasukkan ilmu-ilmu modern kedalam kurikulumnya. Di antaranya memasukkan mata kuliah aljabar, matematika, ilmu ukur dan ilmu bumi.
Kurikulum yang mula-mula
dipergunakan adalah fiqh,tafsir, hadis, teologi (kalam),dan ilmu agama lainnya. Selain itu ilmu akal yang ada dalam kurikulum Al-Azhar antara lain: filsafat, ilmu sejarah, kedokteran, ilmu hitung, logika,dsb.
Mengadopsi tata cara dan model
pendidikan Barat, mengirim siswa-siswa ke Barat untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk dikembangkan di Al-Azhar.
Dalam sistem pendidikan Yaitu, pendidikan di Masjid dan Kuttab yang secara tradisional sebagai pendidikan agama.
! !
BAB III
MUHAMMAD ALI PASHA DAN PEMBAHARUAN DI MESIR
A. Kedudukan Muhammad Ali Sebagai Pasha Di Mesir
Muhammad Ali Pasya sangat luas diketahui oleh masyarakat karena
banyak ditulis diberbagai buku biografi baik secara lokal maupun
internasional. Beliau lahir di Kawallah, Yunani, pada tahun 1765, seorang
keturunan Turki dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Tidak seperti
anak-anak lain, masa kecilnya dihabiskan untuk membantu orang tuannya,
dan tidak sempat mengenyam pendidikan.
Pada usia dewasa ia berkerja sebagai pemungut pajak, dan karena
keberhasilannya, ia kemudian diangkat sebagai menantu oleh salah
seorang gubernur Utsmani. Selanjutnya ia masuk dinas militer dan
kariernya terus naik. Ketika pengiriman pasukan ke Mesir, ia diangkat
sebagai wakil perwira yang mengepalai pasukan. Dalam pertempuran yang
terjadi dengan tentara Perancis, ia menunjukkan keberanian yang luar
biasa dan segera diangkat menjadi kolonel. Ketika tentara perancis ke luar
dari Mesir pada tahun 1801, Muhammad Ali turut memerankan peranan
penting dalam kekosongan politik akibat hengkangnya tentara Perancis
tersebut.
Dalam waktu yang bersamaan, dari Istambul datang pula Pasa
! !
dapat memenagkannya dan mengangkat dirinya sebagai Pasa baru pada
tahun 1805 dengan persetujuan penguasa Utsmani di Istambul Turki.
Beliau berkuasa pada tahun 1805-1848.
Ia diberikan kepercayaan sebagai pemimpin militer pada era Turki
Utsmani dan menjadi seorang pemimpin tersohor kebanggaan negara
Mesir, terutama dalam merevolusi negara tersebut menjadi sebuah negara
industri dan modern. Bahkan, orang Mesir sendiri mengenalnya sebagai
seorang pahlawan. Walaupun tidak dilahirkan di Mesir dan tidak
berbahasa Arab, namun keinginannya untuk membangun dan
meningkatkan sumber penghasilan ekonomi bagi negara Mesir sangat
besar. Inisiatif, visi dan semangat yang dimilikinya tak mampu
menandingi pahlawan-pahlawan lain yang sezaman dengannya.
Muhammad Ali memperkuat kekuatannya dengan memajukan
negara dari segala kehidupan. Kepercayaan yang dimilikinya sebagai
seorang Sultan Utsman mampu menggerakkan pemerintahan Mesir untuk
memodernisasikan kekuatan dan administrasi militer. Muhammad Ali
Pasha mengundang para ahli militer barat untuk melatih angkatan
bersenjata Mesir dan juga mengirim misi ke luar negeri (Eropa) guna
mempelajari ilmu kemiliteran. Pada tahun 1815 M untuk pertama kalinya
Mesir mendirikan Sekolah Militer yang sebagian besar instrukturnya
didatangkan dari Eropa. Tidak hanya itu, ia juga banyak mengimpor
! !
"$!
Terinspirasi oleh pelatihan militer bangsa Eropa, Muhammad Ali
kemudian melatih bala tentaranya berdasarkan “ Nidzam al-Jadid “ atau
bisa disebut dengan peraturan baru. Ia mengatur tentara-tentara Mesir dan
mulai memperkuatkannya dengan menjadikan para petani luar daerah
untuk mengikuti wajib militer. Upaya itu ternyata cukup berhasil untuk
menjadikan kekuatan militer Mesir semakin berkembang.
Beranjak ke dalam bidang ekonomi, salah satu dampak
perkembangan tersebut adalah ekspor kapas ke negara Eropa. Hal itu
sangat menguntungkan, karena adanya angsuran terhadap para petugas
administrasi yang dijadikan sebagai salah satu titik poin keuntungan bagi
Mesir. Selain itu wisatawan asing juga turut menyumbangkan pendapatan
bagi devisa Negara.
Kemudian, dalam tatanan sosial Muhammad Ali Pasha mengubah
pengaturan administrasi bagi penduduk desa dan kota dengan sistem yang
lebih modern. Pembangunan prasarana masyarakat umum mulai
digalakkan, seperti pembangunan Rumah Sakit, sekaligus mendatangkan
beberapa dokter spesialis untuk menangani problematika penduduk
setempat.
Dan berlanjut dalam bidang pendidikan, untuk memperkuat
kedudukannya dan sekaligus melaksanakan pembaruan pendidikan di
! !
mendirikan berbagai macam sekolah yang meniru sistem pendidikan dan
pengajaran di Barat.1
Di dalam pemerintahannya, beliau mendirikan kementerian
pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan. Membuka Sekolah Teknik
(tahun 1839), Sekolah Kedokteran (tahun 1827), Sekolah Apoteker (tahun
1829), Sekolah Pertambangan (tahun 1834), Sekolah Pertanian (tahun
1836), dan Sekolah Penerjemahan (tahun 1836).2
Masih dalam konteks melakukan upaya pembaruan dalam bidang
pendidikan, Muhammad Ali Pasya juga mengirim siswa-siswa untuk
belajar ke Italia, Perancis, Inggris, dan Austria antara tahun 1823-1844,
ada sebanyak 311 pelajar yang dikirim oleh Muhammad ali pasya ke
Eropa.3
Hal ini dilakukan agar mereka yang diutus mampu menguasai ilmu
pengetahun Barat, untuk selanjutnya nanti mampu dikembangkan dan
direalisasikan di Mesir. Serta dalam rangka mengalihkan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi yang telah berkembang di Barat tersebut,
Muhammad Ali Pasya menggalakkan penerjemahan buku-buku yang
berbahasa asing ke dalam Bahasa Arab. Sehingga beliau mendirikan
Sekolah Penerjemahan pada tahun 1836.
Gerakan pembaharuan yang dibawanya telah memperkenalkan ilmu
pengetahuan dan teknologi Barat kepada umat Islam, dan sampai pada
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 1
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 2004, hal. 120 2
Suwito. Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta, Prenada Media, 2005. hal. 165
3
! !
"&!
suatu waktu dapat menyingkap awan hitam yang menyelimuti pola pikir
dan sikap keagamaan, yang sekaligus menjadi awal kelahiran para tokoh
Muslim seperti Muhammad Abduh, Muhammad Rsyid Ridho, Rifa’ah
Badawi, Rafi’ al-Tahtawi, dan Hasan al Bana. Mereka merupakan
ulama-ulama yang berpengetahuan luas, berwawasan modern dan tidak
berpandangan sempit.4
Adapun usaha-usaha yang dilakukannya Muhammad Ali Pasya
dalam rangka pembaruan pendidikan Islam di Mesir adalah:
a. Mendirikan kementerian pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan
untuk mengurus permasalahan pendidikan,
b. Mendirikan sekolah-sekolah,
c. Mengadopsi tata cara dan model pendidikan barat,
d. Mendatangkan guru dan tenaga ahli dari Barat, terutama Perancis,
e. Mengirim siswa-siswa ke Barat untuk belajar ilmu pengetahuan dan
teknologi,
f. Mengadakan penerjemahan buku-buku
B. Hubungan Muhammad Ali Pasha Dengan Dunia Barat
Penguasa baru Mesir yang energetic berupaya mengubah Negara
yang terbelakang , yang ekonominya sekedar pertahanan hidup, menjadi
Negara yang cukup kuat untuk mengadapi serangan dari Eropa dan cukup
kuat untuk mempertahankan kemerdekaan de facto-nya dari kesultanan
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! $
!Harun Nasution. Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang, 1996. Hal. 30.
! !
Utsmaniyah. Dalam memperkuat Negara, dan khusunya militernya,
Muhammad Ali meluncurkan upaya industrialisasi Mesir yang pertama,
yang meminjam model dan teknisi Barat. Dengan mengeksploitasi
kekuatan baru ini, Muhammad Ali memproyeksikan kekuatan Mesir di
luar negeri, yang melibatkan Mesir dalam lima peperangan 1811 sampai
1828. Di dalam negeri, dia berupaya mendisiplinkan penduduk melalui
bentuk baru pendidikan dan organisasi social yang akan menyalurkan
segenap energy untuk tujuan dinastinya. Dia memperlemah atau
mengeliminasi lembaga penengah basis petani dan birokrasi Negara
tersentralisasikan.5
Kelahiran Mesir modern tidak bisa dilepaskan dari Muhammad Ali
Pasha (1805 M). ia dikenal sebagai pembawa obor pencerahan. Salah
satunya, karena Muhammad Ali melakukan modernisasi hampir di
berbagai sektor kehidupan dengan cara melakukan hubungan diplomatic
dengan Perancis, terutama dalam bidang kebudayaan.
Modernisasi dilakukan dengan membangun sekolah dan perguruan
tinggi yang salah satu misinya adalah pengembangan sumber daya
manusia. Sebab itu, Muhammad Ali Pasha mencanangkan, pendirian
sekolah kedokteran, teknik, kemiliteran, music, agrobisnis, penerbitan,
desain grafis dan menggagas tentang pengiriman sejumalah pelajar ke
Eropa.
Untuk bersaing dengan Negara-negara lainnya, Kairo harus
dipersiapkan sedemikian rupa untuk menggalakkan pendidikan modern
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! %
! !
"(!
yang memungkinkan generasi muda Mesir mempunyai kesempatan yang
lebih luas untuk mengisi pembangunan. Kairo dijadikan sebagai lanskap
dari proyek modernisasi tersebut.6
C. Pengiriman Muhammad Tantawi Sebagai Imam Tentara Ke Perancis
Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi adalah pembawa pemikiran
pembaharuan yang besar pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad
ke-19 di Mesir. Dalam gerakan pembaharuan Muhammad Ali Pasya,
al-Tahtawi turut memainkan peranan.
Al-Tahtawi dilahirkan pada tahun 1801 di Tahta, suatu kota yang
terletak di Mesir bagian selatan. Ia berasal dari keluarga berekonomi
lemah. Dimasa kecilnya Al-Tahtawi terpaksa belajar dengan bantuan dari
keluarga ibunya. Ketika berumur 16 tahun ia berkesempatan untuk belajar
di Al-Azhar Kairo. Setelah menyelesaikan studinya ia mengajar disana
selama 2 tahun, kemudian diangkat menjadi imam mahasiswa yang belajar
dan dikirim oleh Muhammad Ali Pasya ke Paris.
Keikutsertaannya dalam rombongan pengiriman pelajar-pelajar
Mesir ke Perancis merupakan titik penting yang dilalui Tahtawi dalam fase
hidupnya. Pada fase ini Tahtawi mulai bersentuhan dengan dunia baru
yang tidak pernah ia rasakan ketika berada di Mesir. Walaupun mungkin
persentuhan secara intelektual dengan dunia modern dalam pengertian
sempit sudah ia dapatkan, ketika ia banyak belajar dan berkomunikasi
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! &
!Zuhairi Misrawi. Al-Azhar menara ilmu, reformasi, dan kiblat keulamaan.
Jakarta, Kompas, 2010.
! !
dengan Syekh Hasan al-Athar, yang menjadi salah seorang gurunya di
Al-Azhar. Dimana ketika itu ia mulai diperkenalkan dengan ilmu-ilmu
modern.
Rombongan pelajar yang dikirim oleh Muhammad Ali pada tahun
1826 berjumlah 41 orang orang pelajar. Namun setelah fase itu jumlah
tersebut bertambah hingga mencapai jumlah 114 orang. Bidang keilmuan
yang dipelajari meliputi banyak hal di antaranya : administrasi perang,
administrasi pemerintahan, politik, ilmu statistic, mekanik perang, kimia,
kedokteran, ilmu kelautan, seni tulis dan bangunan, pertanian,
pertambangan, sejarah alam, terjemah dan lain-lainnya. Utusan ini
diharapkan nantinya bisa memberikan kontribusi dalam membangun dan
memajukan Mesir pada periode berikutnya.
Pada mulanya, Tahtawi tidak masuk dalam list rombongan yang
akan diberangkatkan ke Perancis. Namun berkat usulan dan rekomendasi
Syeikh Hasan al-Athar. Ia diikutsertakan sebagai salah satu dari anggota
rombongan dengan ditemani dua orang ulama dari Al-Azhar. Ia menerima
misi tersebut, bahkan ia bertekad untuk belajar seperti pelajar lainnya,
disamping menjalankan tugasnya sebagai penasehat keagamaan dan imam
shalat. Hal itu bukan berati tanpa kendala, orang tua (ibunya) tidak mau
memberikan pernyataan setuju dengan keberangkatannya ke Perancis.
Akhirnya pada tanggal 24 April 1826, rombongan pelajar Mesir
berangkat menuju Perancis dengan menggunakan kapal perang Perancis “
La Truite’ dari pelabuhan Alexandria. Pada tanggal 17 Mei 1826
! !
#*!
pelabuhan di perancis. Seperti telah diputuskan sebelumnya, bahwa
Tahtawi bertekad untuk belajar selain menjalankan tugasnya sebagai
penasehat keagamaan dan imam shalat. Setibanya di Paris ia mempelajari
bahasa Perancis, sebagai dasar untuk mempelajari ilmu-ilmu lainnya.
Tahtawi lebih tertarik bahasa tersebut dari sisi bagaimana memahami arti
kata atau ungkapan, ketimbang mempelajari cara pengucapan atau dialek
bahasa Perancis. Menurut Tahtawi memahami bahasa Perancis yang ia
lakukan bukan dalam konteks menjadikan dirinya seorang yang piawai
bicara dan bercakap-cakap dalam bahasa Perancis dengan fasih. Akan
tetapi ia ingin mentransfer ilmu pengetahuan yang ada ke dalam bahasa
Arab melalui cara terjemah.
Dalam masa tugasnya ia memanfaatkan waktunya untuk belajar
dan membina pengalaman sebanyak-banyaknya. Ia mendapat banyak
kesan selama ia berada di Paris sehingga kesan yang didapatnya, ia
tuangkan dalam sebuah buku Takhlis Al-Ibriz Fi Talkhis Bariz. Buku itu
mengisahkan pengalaman ia selama berada di Paris dan juga berisi seputar
kehidupan dan kemajuan eropa yang dilihatnya selama di Paris. Di antara
pendapat baru yang dikemukakannya adalah ide pendidikan yang
universal. Sasaran pendidikannya terutama ditujukan kepada pemberian
kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan di tengah
masyarakat. Menurutnya, perbaikan pendidikan hendaknya dimulai
dengan memberikan kesempatan belajar yang sama antara pria dan wanita,
! !
Wanita yang terdidik akan menjadi isteri dan ibu rumah tangga yang
berhasil.7
Bagi Al-Tahtawi, pendidikan itu sebaiknya dibagi dalam tiga
tahapan. Tahap I adalah pendidikan dasar, diberikan secara umum kepada
anak-anak dengan materi pelajaran dasar tulis baca, berhitung, al-Qur’an,
agama, dan matematika. Tahap II, pendidikan menengah, materinya
berkisar pada ilmu sastra, ilmu alam, biologi, bahasa asing, dan ilmu-ilmu
keterampilan. Tahap III, adalah pendidikan tinggi yang tugas utamanya
adalah menyiapkan tenaga ahli dalam berbagai disiplin ilmu.8
Dalam proses belajar mengajar, Al-Tahtawi menganjurkan
terjalinnya cinta dan kasih sayang antara guru dan murid, laksana ayah dan
anaknya. Pendidik hendaknya memiliki kesabaran dan kasih sayang dalam
proses belajar mengajar. Ia tidak menyetujui penggunaan kekerasan,
pemukulan, dan semacamnya, sebab merusak perkembangan anak didik.
Dengan demikian, dipahami bahwa Al-Tahtawi sangat memperhatikan
metode mengajar dengan pendekatan psikologi belajar.
Tahtawi merupakan sosok yang penting bagi modernisasi
Al-Azhar, karena ia telah membuka jalan bagi orang-orang Al-Azhar untuk
belajar di Barat. Kendatipun demikian, ia tidak kehilangan identitasnya
sebagai seorang ulama yang menjaga tradisi. Ia gunakan pengalaman di
Barat sebagai kesempatan untuk memperkaya wawasan dan pengalaman,
sehingga semua itu bermanfaat bagi di karena ia telah memulai pentingnya
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! '
!Abdul Sani. Lintasan Sejarah Pemikiran-Perkembangan Modern Dalam Islam. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 1998. Hal, 88
(
! !
#"!
trobosan baru dalam modernisasi pendidikan, spirit kebangsaan, dan
keterbukaan dalam melihat Barat. Sejak masa Tahtawi, Al-Azhar relatif
mampu mengatasi problem psikologis antara Islam dan Barat.9
Setelah Al-Azhar mengalami kemunduran, catatan penting yang
diambil dari sub bab diatas adalah pada saat dipilihnya Muhammad Ali
sebagai Gubernur Mesir. Penguasa baru mesir yang energetic berupaya
mengubah Negara yang terbelakang yang berpenduduk kira-kira dua juta
jiwa, yang ekonominya sekedar pertahanan hidup. menjadi Negara yang
cukup kuat untuk menghadapi serangan selanjutnya dari Eropa dan cukup
kuat mempertahankan kemerdekaan de facto-nya dari kesultanan
Utsmaniyah. Dalam memperkuat Negara, dan khususnya militernya,
Muhammad Ali meluncurkan upaya industrialisasi mesir yang pertama,
yang meminjam model dan teknisi barat. Pembaharuan yang di bawa
Muhammad Ali diantaranya adalah melakukan pembenahan di bidang
politik, Muhammad Ali juga membuat lompatan-lompatan baru dalam
pembangunan Negara. kesadaran yang tinggi akan arti penting pendidikan
dan ilmu pengetahuan bagi kemajuan sebuah bangsa. Ia sadar bahwa usaha
untuk mengadakan pembaharuan tradisi pendidikan di Mesir, sebagaimana
yang terjadi di lembaga pendidikan Kuttab dan al-Azhar tidaklah mudah.
Karena kuatnya tradisi dalam mempertahankan keberadaan lembaga
pendidikan tersebut. Langkah yang dilakukannya adalah mengadakan
pembaharuan pendidikan dengan sistem sekoah modern. Hasilnya
mengalami kemajuan, Mesir mulai mengenal dualisme dalam sistem
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! )
! ?>,;161! @186;413! !"#!$%&'( )*+&'&( ,")-.( '*/0')&1,.( 2&+( 3,4"&5( 3*-"&)&&+6(
! !
pendidikan. Yaitu, pendidikan di Masjid dan Kuttab yang secara
tradisional sebagai pendidikan agama dan pendidikan umum yang
diselenggarakan di sekolah-sekolah.
Muhammad Ali membawa pengaruh yang besar dalam menjadikan
Mesir sebagai negara Modern dan memajukan pendidikan di Universitas
al-Azhar. Gerakan pembaharuannya tersebut telah memperkenalkan ilmu
pengetahuan dan teknologi Barat kepada umat Islam.
!
BAB IV
MODERNISASI PENDIDIKAN DI AL-AZHAR MESIR
A.
Pengaruh Pendidikan Barat Di Al–AzharSumbangan yang luar biasa, baik berupa lembaga maupun tokoh,
bagi warisan intelektual dalam peradaban dunia telah diberikan oleh Islam.
Namun, setelah priode klasik, baik Timur maupun Barat, cenderung
mengabaikan prestasi mereka. Para ilmuan Kristen mereguk keuntungan
filsafat yang disediakan para ilmuwan Islam. Masyarakat Islam melanjutkan
kegiatan masa-masa awal (bangsa Yunanai) sehingga kita mengenal
kemajuan peradaban itu. Islam mewujudkan dirinya sendiri dalam sebuah
buku tradisi untuk membimbing perilaku manusia melalui prinsip-prinsip
keadilan hukum yang melindungi hak-hak pribadi dan masyarakat.
Sementara menyebutkan madrasah dan masjid-masjid yang besar
abad ke-11 dan ke-12 sebagai universitas, lembaga-lembaga itu sebetulnya
tidak sebanding dengan universitas abad pertengahan. Pada intinya,
masyarakat Islam tidak pernah mengembangkan lembaga universitas yang
didasarkan pada masyarakat ilmuwan yang bergabung bersama dalam bentuk
! !
Meski Barat tidak dapat melihat dengan jelas bahwa bentuk dan
struktur akademik dan universitas di Barat berasal dari lembaga-lembaga
pendidikan tinggi Islam. Tetapi, warisan yang diterima dari Islam jauh lebih
penting dari sekedar gudang pengetahuan dan sebuah jembatan yang
menghubungkan pendidikan masa kuno dan modern. Pembaharuan terhadap
tradisi intelektualisme dan pendidikan Islam bukannya tidak pernah dilakukan,
bahkan sejak awal abad ke 19 berbagai negara Islam telah melakukan
pembaharuan pendidikannya. Modernisasi Al-Azhar, sebagai sampel lembaga
pendidikan ilmu-ilmu keislaman, sekalipun telah diupayakan semenjak abad
ke-19, dapat dikatakan tak berubah dalam posisi intelektual-spiritualnya%!Pola
pendidikan di Barat, pada dasarnya sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup
yang dialami oleh barat adalah sebagai hasil dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Yang dicapai oleh
bangsa-bangsa Barat sekarang, tidak lain adalah merupakan pengembangan
dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia
Islam. Maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan Islam, sumber
kekuatan dan kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali.
Penguasaan tersebut harus dicapai melalui proses pendidikan. Untuk
itu harus meniru pola pendidikan yang dikembangkan oleh dunia Barat,
sebagaimana dulu dunia Barat pernah meniru dan mengembangkan system
pendidikan dunia Islam. Dalam hal ini, usaha pembaharuan pendidikan Islam
adalah dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah dengan pola sekolah Barat.
"&! !
untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern tersebut banyak
dilakukan oleh penguasa-penguasa di berbagai negeri Islam.
Ekspedisi Napoleon ke Mesir membawa perubahan signifikan bagi
perkembangan bangsa Mesir, terutama yang menyangkut pembaharuan dan
modernisasi pendidikan di sana. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Perancis banyak memberikan inspirasi bagi tokoh-tokoh Mesir untuk
melakukan perubahan secara mendasar sistem dan kurikulum pendidikan yang
sebelunya dilakukan secara konvesional.
Namun, efek pembaharuan pada Al-Azhar baru dirasakan dalam
lapangan reorganisasi, system ujian, dan pengenalan pokok-pokok kajian baru,
dan tidak dalam kandungan ilmu-ilmu Islam seperti teologi dan filsafat.
Sebagai contoh di Mesir terdapat tokoh semcam Rifa'ah al-Tahtawi,
Muhammad Abduh dalam posisi sebagai anggota Majelis Tinggi Al-Azhar
pernah menggagas pembaharuan Al-Azhar dengan memasukkan mata kuliah
matematika, aljabar, ilmu ukur dan ilmu bumi ke dalam kurikulum.
B. Dampak Perkembangan Al-Azhar Yang Berkaitan Dengan Dunia
Barat
Pembaharuan dan modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari
datangnya Napoleon Bonaparte di Alexandria, Mesir pada tanggal 2 Juli
1798 M. Tujuan utamanya adalah menguasai daerah Timur, terutama
India. Napolen Bonaparte menjadikan Mesir, hanya sebagai batu loncatan
saja untuk menguasai India, yang pada waktu itu dibawah pengaruh
! !
dengan pasukan perang, tetapi juga dengan membawa seratus enam puluh
orang diantaranya pakar ilmu pengetahuan, dua set percetakan dengan
huruf latin, Arab, Yunani, peralatan eksperimen (seperti: teleskop,
mikroskop, kamera, dan lain sebagainya), serta seribu orang sipil. Tidak
hanya itu, ia pun mendirikan lembaga riset bernama Institut di Egypte,
pembangunan yang mengenalkan ilmu pengetahuan modern terhadap
Mesir dan mengenalkan sejarah Mesir pada Eropa modern melalui karya
yang mereka tulis. Ilmu-ilmu yang terdiri dari empat element, yaitu: ilmu
alam, ilmu pasti, ekonomi dan politik, serta ilmu sastra dan kesenian.
Lembaga ini bertugas memberikan masukan bagi Napoleon dalam
memerintah Mesir.Lembaga ini terbuka untuk umum terutama ilmuwan
(ulama’) Islam.
Ini adalah moment pertama kali ilmuwan Islam kontak langsung
dengan peradaban Eropa, termasuk Abd al-Rahman al-Jabarti.Baginya
perpustakaan yang dibangun oleh Napoleon sangat menakjubkan karena
Islam diungkapkan dalam berbagai bahasa dunia.untuk memenuhi
kebutuhan ekspedisinya, Napoleon berusaha keras mengenalkan teknologi
dan pemikiran modern kepada Mesir serta menggali Sumber Daya
Manusia (SDM) Mesir dengan cara mengalihkan budaya tinggi Perancis
kepada masyarakat setempat. Sehingga dalam waktu yang tidak lama,
banyak diantara cendekiawan Mesir belajar tentang perpajakan, pertanian,
kesehatan, administrasi, dan arkeologi.
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan
"(! !
dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan yang dialami oleh
bangsa-bangsa Eropa membawa dampak kepada pola pembaharuan
pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola pendidikan modern di
Al-Azhar.
C. Tokoh-tokoh Yang Berperan Penting Dalam Pembaharuan Di
Al-Azhar
1. Muhammad Abduh :
Muhammad Abduh adalah tokoh pembaharuan paruh kedua abad
XIX.Beliau lahir dan besar dilingkungan pedesaan dalam keluarga bukan
pendidik yang memegang teguh ajaran agama.Muhammad Abduh lahir
pada tahun 1848 M/ 1265 H di sebuah desa di Propinsi Gharbiyah Mesir
Hilir.Ayahnya bernama Muhammad Abduh ibn Hasan Khairullah, lahir di
lingkungan keluarga petani yang hidup sederhana, taat dan cinta ilmu
pengetahuan. Orang tuanya berasal dari kota Mahallaj Nashr. Situasi
politik yang tidak stabil menyebabkan orang tuanya berpindah-pindah, dan
kembali ke Mahallaj Nashr setelah situasi politik mengizinkan.
Masa pendidikannya dimulai dengan pelajaran dasar membaca dan
menulis yang didapatkannya dari orang tuanya.Kemudian sebagai
pelajaran lanjutan beliau belajar Al Qur’an pada seorang hafiz.Dalam
masa waktu dua tahun, beliau telah menjadi seorang hafiz.Pendidikan
selanjutnya ditempuhnya di Thanta, sebuah lembaga pendidikan Masjid
Ahmadi.
Ia belajar kepada Syaikh Ahmad di Thantha pada tahun 1862. Dan
! !
iaberjumpa dengan Jamaluddin al-Afghani kali pertama dan menjadi
muridnya pada tahun 1871 sewaktu menetap di Mesir.
Pada tahun 1877 ia berhasil menyelesaikan studinya di Al-Azhar
dengan mendapatkan gelar ‘alim dan mengajar di sana. Tidak lama
kemudian ia bersama-sama dengan gurunya diusir dari Mesir karena kasus
politik. Pada tahun 1880 ia kembali lagi ke Mesir dan diangkat menjadi
redaktur Waqa’iul Mishriyyah, surat kabar resmi pemerintah Mesir.
Kariernya terus menanjak, hingga akhirnya diangkat menjadi anggota
Majlis al-‘Ala Al-Azhar pada tahun 1894. Pada saat inilah ia banyak
melakukan perombakan dan perbaikan secara mendasar terhadap Al-Azhar
menjadi Universitas.
Menurutnya, umat Islam mengalami problem autentisitas Islam
yang dianutnya.Hal ini menyebabkan umat Islam mengalami
kemunduran.Islam yang dianut umat bukanlah Islam yang
sebenarnya.Untuk meraih kejayaannya kembali harus ada kesadaran untuk
kembali kepada Islam sejati, Islam era klasik.Disamping juga melakukan
gerakan pembaharuan dan modernisasi dalam berbagai hal termasuk
pendidikan.
Dari Muhammad Ali Pasya, Muhammad Abduh mendapat warisan
pendidikan yang timpang, yaitu adanya dua tipe pendidikan. Dua tipe
pendidikan tersebut adalah:
a. Sekolah-sekolah agama, dengan Al-Azhar sebagai lembaga
#*! !
b. Sekolah-sekolah modern.
Kedua tipe tersebut tidak tidak punya hubungan antara satu dengan
lainnya, masing- masing berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan pendidikannya.Sekolah-sekolah agama berjalan di atas
garis tradisional baik dalam kurikulum maupun metode pengajaran yang
diterapkan. Ilmu Barat tidak diberikan di sekolah-sekolah agama
(madrasah), dengan demikian pendidikan agama kala itu tidak
mementingkan perkembangan intelektual, padahal Islam mengajarkan
untuk mengembangkan aspek jiwa tersebut sejajar dengan perkembangan
jiwa yang lain.
Sosok Muhammad Abduh melihat segi-segi negatif dari kedua
bentuk corak pendidikan tersebut. Beliau memandang bahwa pendidikan
dengan tipe pertama tidak dapat dipertahankan lagi, jika dipertahankan
juga, menyebabkan ummat Islam akan tertinggal jauh, terdesak oleh arus
kehidupan dan pemikiran modern. Sedangkan pemikiran kedua justru
adanya bahaya yang mengancam sendi-sendi agama dan moral yang akan
tergoyahkan oleh pemikiran modern yang mereka serap. Dari sanalah
Muhammad Abduh melihat pentingya mengadakan perbaikan di dua
instansi tersebut, sehingga jurang yang lebar bisa di persempit.
Dia juga mengatakan, umat Islam harus dinamis.Islam tidak
bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern.Kemajuan Islam
sebagaimana yang pernah dicapai pada masa-masa keemasannya adalah
! !
Situasi yang demikian melahirkan pemikiran Muhammad Abduh
dalam bidang pemikiran formal dan nonformal.Dalam bidang pendidikan
formal tujuannya yang utama adalah menghapuskan dualisme pendidikan
yang tampak dengan adanya dua tipe pendidikan seperti di atas. Untuk itu,
beliau bertolak dari tujuan pendidikan yang dirumuskan sebagai berikut:
a. Mendidik akal dan jiwa dan menyampaikannya kepada batas-batas
kemungkinan seseorang mencapai kebahagian hidup dunia dan
akhirat,
b. Juga mementingkan pendidikan spiritual agar lahir generasi yang
mampu berpikir dan punya akhlak yang mulia serta jiwa yang bersih.
Menurut pandangan beliau, pendidikan itu penting sekali,
sedangkan ilmu pengetahuan itu wajib dipelajari.Sehingga beliau selalu
memikirkan bagaimana alternatif untuk keluar dari stagnasi yang dihadapi
sekolah agamanya di Mesir, yakni di Al-Azhar.Abduh berpendapat bahwa
pendidikan yang diamatinya cenderung menghasilkan lulusan dan
masyarakat yang jumud, tidak transparan, statis, tidak ada
perubahan.Hanya dengan meningkatkan mutu pendidikan Islam dan
mengemukakan kembali ajaran-ajaran dasar Islam dengan bahasa yang
jelas dan tegas, dan pengaaruh-pengaruh yang merusak, dapat keluar dan
lenyap.
Adapun kurikulum-kurikulum yang disusun oleh muhammad
abduh, yaitu:
#,! !
Kurikulum Perguruan Tinggi Al-Azhar disesuaikannya dengan
kebutuhan masyarakat pada masa itu.Dalam hal ini, beliau
memasukkan filsafat, logika dan ilmu peengetahuan modern ke dalam
kurikulum Al-Azhar.Upaya ini dilakukan agar output-nya dapat
menjadi ulama modern.
Demikian juga dengan ilmu-ilmu umum perlu diajarkan di
Al-Azhar. Dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern ke
lembaga-lembaga pendidikan agama dan sebaliknya, dimaksudkan untuk
memperkecil jurang pemisah antara golongan ulama dan ahli modern,
dan diharapkan kedua golongan ini bersatu dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan yang muncul di zaman modern.
Dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern sebagai syarat
menguasai IPTEK guna kelangsungan pembangunan Islam ke dalam
Al-Azhar dan dengan memperkuat pendidikan agama sebagai bekal
tuntunan dan perbaikan moralitas ummat, di sekolah-sekolah
pemerintah, paling tidak akan bisa melahirkan para ilmuan yang tidak
kosong akan ilmu pengetahuah agama, dan juga akan terwujud
ulama-ulama yang tidak buta akan ilmu pengetahuan umum, sehingga para
lulusan Sekolah Pemerintah maupun Al-Azhar tidak lagi parsial dalam
memahami ilmu.1
b. Tingkat Sekolah Dasar
Beliau beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama
hendaknya sudah dimulai semenjak masa kanak-kanak.Oleh karena
! !
itu, mata pelajaran agama hendaknya dijadikan sebagai inti semua
mata pelajaran.
Pandangan ini mengacu pada anggapan bahwa ajaran agama
(Islam) merupakan dasar pembentukan jiwa dan pribadi muslim.
Dengan memiliki jiwa kepribadian muslim, rakyat Mesir akan
memiliki jiwa kebersamaan dan nasionalisme untuk dapat
mengembangkan sikap hidup yang lebih baik, sekaligus dapat meraih
kemajuan.
c. Tingkat Atas
Upaya yang dilakukan Muhammad Abduh adalah dengan
mendirikan Sekolah Menengah Pemerintah untuk menghasilkan ahli
dalam berbagai lapangan administrasi, militer, kesehatan dan
sebagainya.Melalui lembaga ini, beliau merasa perlu untuk
memasukkan beberapa materi, khususnya pendidikan agama.Sejarah
Islam dan kebudayaan Islam.Di madrasah yang berada di bawah
naungan Al-Azhar, Abduh mengajarkan Ilmu Mantiq, Falsafah dan
Tauhid.
Dalam metode pengajaran ia pun membawa cara baru dalam
dunia pendidikan saat itu, ia mengkritik dengan tajam penerapan
metode hafalan tanpa pengertian yang dipraktekan terutama di sekolah
agama. Dari apa yng dipraktekannya ketika mengajar di Al-Azhar
terlihat bahwa ia menerapkan metode diskusi untuk memberikan
pengertian yang mendalam pada muridnya. Dan ia memperingatkan