• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Open Ended

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Open Ended"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

(

Penelitian Tindakan Kelas di SD I Al Syukro Ciputat)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Nur Azizah Turohmah NIM 109018300112

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

(Penelitian Tindakan Kelas di SD I Al Syukro Ciputat Tangerang Selatan), Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan pendekatan Open Ended untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa, aktivitas belajar siswa, dan respon siswa terhadap pendekatan Open Ended. Penelitian ini dilakukan di SD I Al Syukro kelas IV pada tahun ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus menggunakan empat tahap antara lain: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi aktivitas mengajar guru, jurnal harian, pedoman wawancara guru, tes kemampuan berpikir kritis matematis dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan Open Ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 60,86 menjadi 65,5 pada siklus II. Selain itu penerapan pendekatan Open Ended juga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan respon siswa. Hal ini terlihat dari prosentase aktivitas belajar pada siklus I sebesar 46,4 % menjadi 77,86 % pada siklus II, serta prosentase respon positif dengan menggunakan lembar jurnal harian siswa mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 46,6% menjadi 71,60% pada siklus II.

(7)

ii

Approach To Improve Critical Thinking Mathematically of Students (Classroom Action Research in SD I Al Syukro Chester South Tangerang), Thesis Department of Elementary School Teacher Education, Faculty of Tarbiya and Teaching UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

This aims of research is analyze the application of Open Ended approach to improve students' mathematical critical thinking skills, student learning activities, and student responses to Open Ended approach. This research was conducted in SD I Al Syukro fourth grade in the academic year 2013/2014. The method of this research is Classroom Action Research (CAR), which is conducted in two cycles using four stages : planning, implementation, observation and reflection. The instruments are observation sheet student learning activities, teacher observation sheet teaching activities, daily students journals, intervies, mathematical critical thinking skills test and documentation.

The results of research are the aplication of Open Ended approach can improve students' mathematical critical thinking skills. Improved critical thinking skills can be seen from the mathematical average increase in value in the first cycle of 60.86 to 65.5 in the second cycle. Besides, the implementation of open-ended approach can also increase the activity of learning and student response. This can be seen from the percentage of learning activities in the first cycle by 46.4% to 77.86% in the second cycle, as well as the percentage of positive responses by using a daily students journals sheets of students has increased in the first cycle of 46.6% to 71.60% in second cycle.

(8)

iii

panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senatiasa mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada jurusan pendidikan guru madrasah ibtidaiyah. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan hambatan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat terselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulisa mengucapkan yang sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah membantu dan memberikan moril dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis ssampaikan kepada:

1. Dr. fauzan, MA, ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, yang telah memberikan izin atas penyusunan skripsi.

2. Asep Ediana Latip, M.Pd, sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

3. Dr. Kadir, Dosen Pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, masukan serta mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

4. Bapak dan ibu dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis beserta staf jurusan yang selalu membantu penulis dalam proses administrasi.

5. Syafi’i, S.Pd.I, kepala sekolah SD I Al Syukro yang telah mengizinkan

(9)

iv

telah memotivasi dan membantu dalam penyelesaian penulis skripsi ini. 7. Kepada kakek dan nenek yang tak henti-hentinya mendo’akan kepada

penulis. Pa’de Poniman beserta keluarga, Lik Muryani beserta keluarga,

Lik Supri beserta keluarga yang telah memberikan do’a kepada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan An-Nisa yang selalu memberikan motivasi

dan do’a serta teman-teman seperjuangan di bangku kuliah yang selalu

memberikan semangat dan do’a kepada penulis, khususnya kelas C di

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2009.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, Mei 2014

Penulis

(10)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 7

1. Pembelajaran Matematika ... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Hakikat Matematika dan Pembelajaran Matematika ... 8

2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 9

a. Pengertian Berpikir Kritis Matematis ... 9

b. Indikator Berpikir Kritis Matematis ... 11

3. Pendekatan Open Ended ... 15

a. Pengertian Pendekatan Open Ended ... 15

b. Aspek-aspek Pendekatan Open Ended ... 17

c. Menyusun Rencana Pembelajaran Pendekatan Open Ended ... 18

(11)

vi

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 23

C. Subjek Penelitian ... 26

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 26

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 26

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 30

G. Data dan Sumber Data ... 30

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 30

I. Teknik Pengumpulan Data ... 32

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 33

K. Analisis Data dan Interpretasi Data... 36

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 38

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskrisi Data ... 39

a. Survei Pendahuluan ... 39

b. Pelaksanaan Siklus I ... 41

c. Pelaksanaan Siklus II ... 58

B. Analisis data ... 75

C. Pembahasan ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(12)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 93

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 101

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 108

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus II... 120

Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siklus I ... 131

Lampiran 6 Soal Tes Akhir Siklus I... 132

Lampiran 7 Deskriptor Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siklus I ... 133

Lampiran 8 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siklus II ... 135

Lampiran 9 Soal Tes Akhir Siklus II ... 136

Lampiran 10 Deskriptor Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siklus II ... 137

Lampiran 11 Pedoman Wawancara ... 139

Lampiran 12 Lembar Observasi Kegiatan Aktivitas Siswa ... 141

Lampiran 13 Lembar Obeservasi Kegiatan Mengajar Guru... 142

Lampiran 14 Lembar Jurnal Harian Siswa ... 143

Lampiran 15 Hasil Wawancara Guru ... 144

Lampiran 16 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siklus I ... 147

Lampiran 17 Hasil Perhitungan Distribusi Frekuensi Siklus I ... 148

Lampiran 18 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siklus II ... 151

Lampiran 19 Hasil Perhitungan Distribusi Frekuensi Siklus II ... 152

Lampiran 20 Hasil Perhitungan Mean, Prosentase, dan Standar Deviasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I ... 155

Lampiran 21 Hasil Perhitungan Mean, Prosentase, dan Standar Deviasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus II ... 157

Lampiran 22 Hasil Uji Validitas Siklus I dan Siklus II ... 159

(13)

viii

Lampiran 24 Hasil Daya Pembeda Butir Soal Siklus I dan Siklus II ... 161 Lampiran 25 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Siklus I dan siklus II... 162 Lampiran 26 Hasil Lembar Observasi Kegiatan Aktivitas Siswa Siklus I

(14)

ix Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14

Tahap Penelitian Kegiatan Pendahuluan ... 27

Tahap Penelitian Siklus I ... 28

Tahap Penelitian Siklus II ... 29

Tabel Indeks Reliabilitas ... 34

Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 35

Klasifikasi Daya Pembeda ... 36

Pedoman Penskoran Butiran Item Tes Kemapuan Berpikir Kritis Matematis ... 37

Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pra Penelitian ... 40

Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran Siswa Siklus I ... 49

Hasil Pengamatan Aktivitas Mengajar Guru Siklus I ... 52

Rekapitulasi Respon Siswa Dari Jurnal Harian Siswa Siklus I .. 53

Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ... 55

Hasil Refleksi Pembelajaran Pada Siklus I ... 57

Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran Siswa Siklus II ... 66

Hasil Pengamatan Aktivitas Mengajar Guru Siklus II ... 68

Rekapitulasi Respon Siswa Dari Jurnal Harian Siswa Siklus II ... 70

Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II... 71

Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II ... 75

Statistik Deskriptif Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 76

Perbandingan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Tes Siklus I dan Siklus II ... 77

(15)

x

Gambar 3.2 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 25

Gambar 4.1 Jawaban siswa yang masih keliru ... 43

Gambar 4.2 Siswa sedang mempresentasikan hasil jawaban ... 45

Gambar 4.3 Jawaban siswa yang salah ... 47

Gambar 4.4 Siswa sedang diskusi kelompok ... 62

Gambar 4.5 Jawaban salah beberapa kelompok ... 64

Gambar 4.6 Hasil jawaban tes siklus II indikator memfokuskan pertanyaan . 86

Gambar 4.7 Hasil jawaban tes siklus II indikator mengidentifikasi asumsi ... 86

Gambar 4.8 Hasil jawaban tes siklus II indikator mengidentifikasi asumsi ... 87

Gambar 4.9 Hasil jawaban tes siklus II indikator menentukan tindakan ... 87

(16)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan, maju mundurnya kualitas manusia dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Adapun tujuan pendidikan seyogyanya harus menyiapkan individu agar dapat membentuk manusia berwawasan luas, sehingga mampu memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta dapat memberikan solusi untuk permasalahan tersebut. Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan dasar. Di samping itu juga berfungsi mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.1 Pendidikan diarahkan kepada terbinanya manusia Indonesia sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Permendiknas No.41 Tahun 2007 dalam standar proses yang berbunyi:2

Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka diselenggarakanlah rangkaian kependidikan, baik formal maupun non formal. Pendidikan formal proses belajar dan pembelajaran meliputi berbagai bidang ilmu pengetahuan diantaranya ilmu agama, sains, sosial, bahasa dan

1

Umar Tirtaraharja dan S.L La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2005) h. 265

2

(17)

matematika. Dalam sistem pendidikan, matematika merupakan bidang studi yang menduduki peranan penting. Hal ini dapat dilihat dengan adanya jam pelajaran matematika di sekolah yang lebih banyak di banding dengan jam mata pelajaran lainnya. Selain itu juga, matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan di semua jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan sebagian di perguruan tinggi (PT). Namun, dibalik pentingnya peranan yang dimiliki matematika, matematika juga merupakan mata pelajaran yang masih ditakuti oleh sebagian besar siswa. Banyak siswa di setiap jenjang pendidikan menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan sering menimbulkan berbagai masalah yang sulit untuk dipecahkan, sehingga berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa.

Rendahnya mutu pendidikan matematika di Indonesia dibuktikan datahasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007.3

Rendahnya mutu pendidikan matematika tersebut bukan hanya disebabkan pelajaran matematika yang sulit, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi berbagai hal seperti siswa itu sendiri, guru, Strategi pembelajaran, maupun lingkungan belajar yang saling berhubungan satu sama lain. Faktor dari siswa yaitu kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan. Faktor lain yaitu adanya anggapan/asumsi yang keliru dari guru-guru yang menganggap bahwa pengetahuan matematika itu dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Akan tetapi, dalam perkembangan seperti sekarang ini, guru dituntut

3R. Rosnawati, “Kemampuan Penalaran MatematikaSiswa SMP Indonesia pa

da

TIMMS 2011”, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan

(18)

agar tugas dan peranannya tidak lagi sebagai pemberi informasi melainkan sebagai pendorong belajar agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematikanya.

Salah satu kemampuan dasar matematika adalah kemampuan bernalar matematika, menurut Krulik dan Rudnick bahwa penalaran meliputi berpikir dasar, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.4 Wijaya mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis sebagai bagian dari keterampilan berpikir perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, sebab banyak sekali persoalan-persoalan dalam kehidupan yang memerlukan pemecahan.5 Sehingga dalam memutuskan suatu permasalahan, tidak secara langsung mengarah kesimpulan tanpa benar-benar memikirkannya. Sesorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis matematis tinggi mampu menganalisis masalah, menentukan tindakan yang tepat, serta melakukan tindak lanjut dari tindakan yang diambil.

Akan tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah, jarang sekali siswa diberi kesempatan untuk berpikir kritis dalam menghadapi suatu permasalahannya. Utomo dan Ruijter memaparkan bahwa pada latihan pemecahan soal ternyata hanya sebagian kecil siswa yang dapat mengerjakannya dengan baik, sebagian besar tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Setelah diberi petunjuk pun, mereka masih juga tidak dapat menyelesaikan soal-soal tersebut, sehingga guru menerangkan seluruh penyelesaiannya.6

Berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran dan wawancara terhadap

guru mata pelajaran matematika kelas IV SD I Al Syukro ditemukan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa rendah, terbukti pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa menyelesaikan soal hanya menyelesaikan jawaban dengan satu cara yaitu yang diajarkan oleh guru. Siswa tidak

4

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2010), h. 63

5Ibid

., h. 66

6

(19)

dituntut untuk menyelesaikan soal dengan mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya. Sehingga saat diberikan soal berupa non rutin siswa akan merasa kesulitan menyelesaikannya. Hal ini berdampak pada rendahnya kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

Untuk memberikan kemampuan berpikir kritis kepada siswa, tidak diajarkan secara khusus sebagai satu mata pelajaran tetapi melalui setiap mata pelajaran aspek berpikir kritis mendapatkan tempat yang utama. Sehingga setiap kegiatan pembelajaran harus mampu menumbuhkan dan meningkatkan dimensi pemahaman, pengertian dan ketrampilan dari para siswa untuk memahami kenyataan dan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan kesehariannya di tengah keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pergaulan yang lebih luas dalam masyarakat. Atas dasar permasalahan tersebut mаka kemampuan berpikir matematis siswa harus ditingkatkan. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat dilakukan dengan mengadakan perubahan-perubahan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, perlu dirancang suatu pembelajaran yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi pemikirannya baik dengan guru, teman maupun terhadap materi matematika itu sendiri. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat.

Strategi pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki siswa yaitu siswa secara aktif mengemukakan ide pokok dari materi belajar, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan pelajaran yang sudah dipelajari kedalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pembelajaran aktif adalah proses pembelajaran yang tidak hanya berdasarkan pada proses mendengarkan atau mencatat. Pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Salah satunya adalah pendekatan Open Ended.

(20)

disesuaikan dengan kemampuan siswa.7 Dalam pembelajaran dengan pendekatan Open Ended, siswa diharapkan bukan hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu jawaban dengan menghubungkan pembelajaran matematika dengan konsep yang dimiliki oleh siswa, sehingga siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti dalam bentuk karya ilmiah yang berjudul "Peningkatan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Open Ended pada SD I Al Syukro Universal".

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah diantaranya adalah:

1. Kemampuan berpikir kritis matematika siswa masih rendah. 2. Mata pelajaran matematika kurang diminati siswa.

3. Penggunaan metode pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga siswa lebih cenderung pasif.

4. Siswa kurang terlatih untuk menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematika karena soal-soal yang diberikan guru tergolong mudah dan kurang bervariasi.

5. Cara penyelesaian soal-soal matematika siswa homogen, masih terpaku pada apa yang diajarkan guru maupun contoh pengerjaan di buku paket.

7 Feni Rita fiantika,”Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Open Ended Berlatar belakang Kooperatif pada Operasi Hitung Bilangan Bulat Siswa” makalah disampaikan

(21)

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka pembatasan masalah yaitu:

1. Pembelajaran menggunakan pendekatan Open Ended

2. Kemampuan yang akan dikembangkan adalah kemampuan berpikir kritis pada indikator,

a. Memfokuskan pertanyaan b. Menentukan tindakan c. Mengidentifikasi asumsi

3. Materi yang akan digunakan adalah operasi bilangan bulat. D. Perumusan Masalah Penelitian

Dari pembatasan masalah diatas, maka diperoleh pertanyaan yaitu:

1. Bagaimana penerapan pendekatan Open Ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa?

2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan Open Ended?

E. Tujuan penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa melalui pendekatan Open Ended.

2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan Open Ended.

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini:

1. Bagi guru, sebagai sumber informasi tentang penggunaan pendekatan Open Ended dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi sekolah, menjadi sebuah manivestasi yang baik bagi peningkatan mutu sumber daya manusia dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan.

(22)

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.8 Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Adapun proses kegiatan belajar mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang, perubahan yang terjadi berlaku dalam waktu relatif lama dan disertai usaha. Perubahan yang dimaksudkan adalah terjadi dalam berbagai bentuk perilaku dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Bloom, perubahan tingkah laku yang didapat setelah proses belajar dapat diamati melalui tiga ranah yaitu meliputi:

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan kemampuan intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah afektif, berkenaan dengan kemampuan emosional atau sikap dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi

8

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung,:PT Remaja Rosda Karya, 2010),h.87-90.

(23)

kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai dan karakterisasi diri.

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan.9

b. Hakekat Matematika dan Pembelajaran Matematika

Berdasarkan asal katanya matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan berpikir (bernalar).10 Menurut Ruseffendi, matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.11 Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman maupun aktivitas manusia secara empiris, kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.12 Menurut James dan James, matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya yang terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.13 Bidang studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang, yaitu aritmatika, aljabar dan geometri. Aritmatika merupakan cabang matematika yang mencakup pengetahuan tentang

9

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung:Alfabeta, 2010), h. 33.

10

Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung:UPI Press, 2006) h.3.

11

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA UPI, 2001), h. 18.

12

Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 202.

13

(24)

bilangan, sedangkan aljabar berkenaan dengan penggunaan abjad dalam aritmatika, dan geometri berkenaan dengan titik dan garis.14

Menurut Mohammad Surya, pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.15 Dengan demikian pembelajaran matematika adalah suatu upaya membelajarkan siswa untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi dengan menghubungkan informasi maupun pengetahuan yang telah dimiliki dalam struktur berpikirnya berupa konsep-konsep matematika yang telah dimiliki.

2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa a. Pengertian Berpikir Kritis matematis

Menurut Vincent ruggiero, berpikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; bеrpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna.16 Berpikir adalah aktivitas jiwa yang mempunyai kecenderungan final yaitu pemecahan persoalan yang dihadapi.17 Unsur unsur keterampilan berpikir diantaranya: a) Mengamati, b) Kemampuan untuk mengidentifikasi asumsi, c) Kemampuan untuk berpikir secara deduktif, d) Kemampuan untuk interpretasi yang logis, e) Kemampuan untuk mengevaluasi argumentasi mana yang lemah dan yang kuat.18

14

Abdurrahman, op.cit., h.204-205.

15

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat jenderal pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 7.

16

Elaine B. Johnson, Ctl, Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Mizan Media Utama, 2012) h.187.

17

Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta: CV pedoman Ilmu Jaya, 2006) h. 77.

18

(25)

Berpikir merupakan aktivitas jiwa yang memiliki kecenderungan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi menggunakan pengalaman-pengalaman yang telah ada pada diri manusia. Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian yang terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir adalah kemampuan yang melibatkan aktivitas mental seseorang untuk merumuskan masalah, memecahkan maslah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami sesuatu.

Kata “kritis” berarti “tepat” dan “tajam” dalam berpikir.19 Menurut Webster’s New Encyclopedic All New, kritis adalah menerapkan atau mempraktikkan penilaian yang teliti dan objektif.20 Sehingga berpikir kritis dapat diartikan berpikir yang membutuhkan kecermatan dalam membuat keputusan.

Ennis berpendapat bahwa berpikir kritis adalah proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal mengenai yang dipercayai dan dikerjakan.21 Gerhand mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses komplek yang melibatkaan penerimaan dan penguasaan data, analisis data, evaluasi data, mempertimbangkan aspek kuantitaif dan kualitatif, serta membuat seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi. Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai 1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berbeda dalam jangkauan pengalaman seseorang. 2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran logis. 3) suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.22 Dewey berpendapat bahwa berpikir kritis secara

19

Johnson, loc. Cit. 20

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2010), h. 62

21Ibid

.

22

(26)

esensial adalah sebuah proses aktif, proses dimana kita memikirkan berbagai hal secara lebih mendalam untuk diri kita, mengajukan berbagai pertanyaan untuk diri kita, menemukan informasi yang relevan untuk diri kita, dan seorang pemikir kritis tidak begitu saja menerima informasi dari orang lain secara pasif.23

Berpikir kritis adalah berpikir mendalam terhadap suatu permasalahan dengan melibatkan data yang ada untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang logis. Seifert & Hoffnung, menyebutkan beberapa komponen pemikiran kritis, yaitu:

1. Basic operations of reasoning ,

Untuk berpikir secara kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk menjelaskan, mengeneralisisasi, menarik kesimpulan deduktif, dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secar mental.

2. Domain-spesific knowledge

Dalam menghadapi suatu problem, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang topic atau kontennya.

3. Metacognitive knowledge

Pemikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan informasi baru, dan mereka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut.

4. Values, beliefs, and dispositions

Berpikir secara kritis berarti melakukan penilaian secara fair dan obyektif.24

b. Indikator berpikir kritis matematis

Menurut Santock, untuk berpikir secara kritis, untuk memecahkan setiap permasalahan atau untuk mempelajari sejumlah

23Ibid

., h. 2.

24

(27)

pengetahuan baru, siswa harus mengambil peran aktif di dalam belajar, dalam artian siswa harus berupaya mengembangkan sejumlah proses berpikir aktif, diantaranya:

1. Mendengarkan secara seksama

2. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan-pertanyaan 3. Mengorganisasi pemikiran-pemikiran mereka

4. Memperhatikan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan 5. Melakukan deduksi (penalaran dari umum ke khusus)

6. Membedakan antara kesimpulan yang valid dan yang tidak valid secara logika

7. Belajar bagaimana mengajukan pertanyaan-pertanyaan klarifikasi (seperti "ара intinya?", "ара yang anda maksud dengan pertanyaan ini?", dan mengapa?").25

Sedangkan Untuk menilai tingkat kemampuan berpikir kritis seseorang diperlukan suatu indikator berpikir kritis. Menurut Watson dan Glaser untuk menilai kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dengan pengukuran melalui tes yang mencakup lima buah indikator, yaitu:

1. Mengenal asumsi 2. Melakukan inferensi 3. Deduksi

4. Interpretasi

5. Mengevaluasi argumen26

Menurut Ennis, indikator kemampuan berpikir kritis dikelompokkan dalam lima aspek:

1. Memberikan penjelasan sederhana a. Memfokuskan pertanyaan b. Menganalisis pertanyaan

25Ibid

., h. 156

26

(28)

c. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan

2. Membangun ketrampilan dasar

a. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak. b. Mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil

observasi 3. Menyimpulkan

a. Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi b. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi c. Membuat dan menentukan nilai pertimbangan 4. Membuat penjelasan lebih lanjut

a. Mendefinisikan istilah dan pertimbangan dalam tiga dimensi b. Mengidentifikasi asumsi

5. Strategi dan taktik a. Menentukan tindakan

b. Berinteraksi dengan orang lain.27

Selain itu, Ennis menyatakan bahwa terdapat enam unsur dasar dalam berpikir kritis, yaitu:

1. Fokus (Focus)

Langkah awal dari berpikir kritis adalah mengidentifikasi masalah dengan baik. Permasalahan yang menjadi fokus bisa terdapat dalam kesimpulan sebuah argumen. Indikator fokus yang dimaksudkan adalah siswa mampu memfokuskan pertanyaan atau masalah dan menentukan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.

2. Alasan (Reason)

Alasan yang diberikan harus logis untuk disimpulkan seperti yang tercantum dalam fokus. Alasan berasal dari informasi, teorema, atau sifat yang diketahui. Indikator reason yang

27

Husnidar,dkk.,”penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untukMeningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis siswa”, Jurnal Didaktik Matematika, Vol. I,

(29)

dimaksudkan adalah siswa mampu memberikan alasan mengenai jawaban yang dikemukakan.

3. Kesimpulan (Inference)

Penarikan kesimpulan yang benar harus didasarkan pada langkah-langkah dari alasan menuju kesimpulan yang masuk akal atau logis. Indikator inference yang dimaksudkan adalah siswa mampu membuat kesimpulan dari alasan yang dikemukakan dengan cara membuat langkah-langkah dalam penyelesaian.

4. Situasi (Situation)

Situasi yang dimaksud adalah mencocokkan dengan situasi yang sebenarnya. Indikator situation yang dimaksudkan adalah siswa mampu menjawab soal sesuai konteks permasalahan, dapat menggunakan bahasa matematika dan mampu menjawab soal- soal aplikasi.

5. Kejelasan (Clarity)

Harus ada kejelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam argumen tersebut sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membuat keputusan. Indikator clarity yang dimaksud adalah siswa mampu memberikan kejelasan lebih lanjut baik definisi atau keterkaitan konsep.

6. Tinjauan ulang (Overview)

Indikator overview yang dimaksud adalah siswa mampu mengecek apa yang telah ditemukan,diputuskan, dipertimbangkan, dipelajari dan disimpulkan.28

Berdasarkan indikator yang dikemukakan oleh beberapa ahli, peneliti akan membatasi indikator berpikir kritis yang sesuai dengan kemampuan berpikir kritis tingkat sekolah dasar yaitu:

1. Memfokuskan pertanyaan 2. Mengidentifikasi asumsi 3. Menentukan tindakan

28

(30)

3. PendekatanOpen Ended

a. Pengertian pendekatan Open Ended

Istilah pendekataan secara harfiah dalam kamus besar Indonesia diartikan sebagai "proses, perbuatan, cara mendekati". Menurut sanjaya pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran29. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.30 pendekatan adalah suatu cara yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut pandang bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran umum atau khusus dikelola.31

Dari pengertian pendekatan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Pendekatan adalah suatu jalan, cara, atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut begaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman.

Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended adalah pembelajaran yang dimulai dengan memberikan soal yang memiliki banyak jawaban yang benar (problem terbuka atau incomplete) kepada siswa. Shimada berpendapat bahwa pendekatan Open Ended adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara pemahaman, kemampuan atau cara berpikir siswa yang telah dipelajari sebelumnya. Pendekatan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman menemukan, mengenali dan dan memecahkan masalah dengan beberapa

29

Dewi, op. cit., h. 38

30

Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,. (Jakarta: Kencana, 2008) h. 127

31

(31)

cara berbeda.32 Pendekatan Open Ended merupakan salah satu pendekatan yang membatu siswa melakukan penyelesaian masalah secara kreatif dan menghargai keragaman berfikir yang mungkin timbul selama mengerjakan soal.33

Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open Ended, dimulai dengan pertanyaan dalam bentuk Open Ended (soal yang memiliki banyak jawaban) yang diarahkan untuk menggiraing tumbuhnya pemahaman atas masalah yang diajukan. Bedger menyatakan bahwa pertanyaan Open Ended bukanlah bentuk pertanyaan dengan banyak pilihan tanpa option. Juga bukan pertanyaan yang hanya memiliki satu jawaban yang benar. Namun lebih mengarah pada pertanyaan dimana siswa memiliki peluang untuk berpikir lebih leluasa, komprehensif tanpa harus kehilangan konteksnya. Keleluasaan berpikir yang ditawarkan kepada siswa jelas membutuhkan kepekaan guru untuk menginterpretasikan sekaligus mampu menggunakan banyak kritera dalam merespon jawaban siswa.

Dasar keterbukaan dari pertanyaan Open Ended dapat diklasifikasikan kedalam tiga tipe, yaitu : Process in open (proses terbuka) yaitu tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar, end products are open (hasil akhir yang terbuka) yaitu tipe soal yang diberikan mempunyai jawaban yang banyak, ways to developare open (cara pengembangan lanjutannya terbuka) yaitu ketika siswa telah selesai menyelesaikan masalah awal mereka dapat menyelesaikan masalah barudengan mengubah kondisi dari masalah yang pertama.34

Katsuro mengemukakan bahwa ada tiga perbedaan jawaban dalam pendekatan Open Ended, yaitu:

a. Siswa mengerti perbedaan jawaban-jawaban. Siswa mengetahui alasan-alasan dari perbedaan yang timbul dalam jawaban-jawaban siswa.

32Ibid

., h. 159

33Ibid.,

h. 155

34Ibid.,

(32)

b. Siswa mengerti hubungan antara perbedaan jawaban-jawaban.

c. Siswa berkembang pengetahuan matematikanya dan berpikir berdasarkan perbedaan jawaban-jawaban.

Dengan demikian untuk menyelesaikan pertanyaan Open Ended, siswa dituntut untuk mengembangkan metode atau strategi dalam memperoleh jawaban yang benar. Sehingga siswa tidak hanya diminta untuk menjawab soal dengan benar, tetapi menjelaskan bagaimana proses menemukan jawaban yang benar.

b. Aspek-Aspek Pendekatan Open Ended

Perlu digaris bawahi bahwa kegiatan matematika dan kegiatan siswa bisadisebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut:35

1. Kegiatan siswa harus terbuka

Yang dimaksud kegiatan harus terbuka ialah kegiatan pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka.

2. Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir

Kegiatan matematika adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses pengabstraksian dalam pengalaman nyata dalam kegiatan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya. Pada dasarnya kegiatan matematika akan mengundang proses manipulasi dan manifestasi dalam dunia matematika.

Suatu pendekatan Open Ended dalam pembelajaran harus dibuat sedapat mungkin sebagai petunjuk dan pelengkap dari problem. Pada saat yang bersamaan kegiatan matematika yang lebih berharaga dan

“kaya” dapat terselenggara melalui problem tadi. Dalam menggunakan problem, kegiatan matematika dapat dipandang sebagai operasi konkrit benda yang dapat ditemukan melalui sifat-sifat inhern. Analogi dan inferensi terkandung dalam situasi lain misalnya dari jumlah benda yang lebih besar.

35

(33)

3. Kegiatan siswa dan kegiaan matematika merupakan satu kesatuan Kegiatan siswa dan kegiatan matematika dikatakan terbuka secara simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dan berpikir matematika siswa terperhatika guru melalui kegiatan-kegiatan matematika yang bemanfaat untuk menjawab permasalahan yang lainnya. Dengan kata lain, ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan permasalahan yang diberikan, dengan sendirinya akan mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematika pada tingkatan berpikir yang lebih tinggi.

c. Menyusun Rencana Pembelajaran Pendekatan Open Ended

Langkah penting lain yang harus dikembangkan guru dalam pembelajaran melalui pendekatan Open Ended adalah menyusun rencana pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran sebelum problem tersebut disampaikan pada siswa36, yakni : 1) Apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-konsep matematika dan

bernilai?

Masalah harus mendorong siswa untuk berfikir dari erbagai sudut pandang. Selain itu, masalah juga harus kaya dengan konsep-konsep matematika yang sesuai dengan siswa berkemampuan rendah sampai tinggi untuk menggunakan strategi sesuai dengan kemampuannya. 2) Apakah level matematika dari masalah itu cocok dengan siswa?

Pada saat menyelesaikan masalah, siswa harus menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Jika soal tersebut diprediksi diluar jangakaun siswa, maka guru harus mengubahnya. 3) Apakah masalah itu mengundang pengembangan konsep matematika

lebih lanjut?

Masalah harus terkait dengan konsep-konsep matematika lebih tinggi sehingga memacu siswa berpikir tingkat tinggi.

36Ibid

(34)

Sawada (Shimada dan Becker) menyarankan langkah-langkah dalam menyusun rencana pembelajaran dengan pendekatan Open Ended. Dalam pendekatan Open Ended, guru memberikan keadaan suatu masalah yang mana penyelesaian atau jawabannya tidak hanya satu cara. Langkah-langkah ini sekaligus merupakan kriteria evaluasi implementasi proses belajar mengajar dengan metode ini. Adapun langkah-langkah tersebut

adalah”37

1. Menyusun daftar respon yang diharapkan dari siswa.

Siswa diharapkan merespon masalah yang diberikan dengan berbagai cara. Namun, mengingat kemampuan siswa dalam mengemukakan gagasan dan pikirannya masih terbatas, maka guru perlu menuliskan daftar antisipasi respon siswa terhadap masalah. Hal ini diperlukan sebagai upaya mengarahkan dan membantu siswa memecahkan masalah sesuai dengan cara dan kemampuannya.

2. Menetapkan tujuan yang hendak dicapai

Guru harus benar-benar memahami peran masalah yang akan diberikan kepada siswa dalam keseluruhan pembelajaran. Apakah masalah yang akan diberikan kepada siswa diperlakukan sebagai pengenalan konsep baru atau sebagai rangkuman dari kegiatan belajar siswa. Berdasarkan berberapa hasil penelitian masalah Open Ended efektif digunakan untuk pengenalan konsep baru atau dalam merangkum kegiatan belajar.

3. Bila perlu menggunakan alat-alat bantu atau media untuk membantu kelancaran metode penyampaian soal.

4. Mengkemas soal dalam bentuk semenarik mungkin

Mengingat pemecahan masalah Open Ended memerlukan waktu untuk berpikir, maka konteks permasalahan yang disampaikan harus dikenal baik oleh siswa dan harus menarik perhatian serta membangkitkan semangat intelektual.

37

(35)

5. Mengalokasikan waktu secukupnya.

Guru harus memperhitungkan waktu yang dibutuhkan siswa untuk memahami masalah, mendiskusikan kemungkinan pemecahannya, dan merangkum apa yang telah dipelajari. Oleh karena itu guru dapat membagi waktu dalam dua periode. Periode pertama, siswa bekerja secara individual atau kelompok dalam memecahkan masalah dan membuat rangkuman dari hasil pemecahan masalah. Periode kedua, digunakan untuk diskusi kelas mengenai strategi dan pemecahan serta penyimpulan dari guru.

d. Keunggulan dan kelemahan pendekatan Open Ended

Dalam pendekatan Open Ended guru memberikan permasalahan kepada siswa yang solusinya atau jawabannya tidak perlu ditentukan hanya satu jalan/ cara. Oleh karena itu ada beberapa keunggulan pendekatan Open Ended antara lain:

1. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.

2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan matematik secara komprehensif.

3. Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.

4. Siswa secara instrinsik termotivasi untuk memberika bukti atau penjelasan.

5. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.38

Selain keunggulan, pendekatan Open Ended memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:

1. Menyiapkan masalah matematikayang bermakna bukanlah pekerjaan yang mudah.

38Ibid.,

(36)

2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon peemasalahan yang diberikan.

3. Siswa yang memiliki kemampuan tinggi bisa merasa ragu dengan jawaban mereka.

4. Memungkinkan ada beberapa siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.39

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, guru harus memiliki perencanaan yang baik dan memahami pemecahan masalah dengan pendekatan Open Ended.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan sebagai bahan penguat pada penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lely Lailatus Syarifah yang berjudul

“Pengaruh Pendekatan Open Ended terhadap kemampuan berpikir kritis

matematik siswa” yang dilakukan pada tahun 2012 di SMPN 3 Tangerang Selatan pada materi himpunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Open Ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, hal ini ditunjukkan dengan analisis data menggunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata kedua kelas diperoleh nilai t hitung sebesar 4,02, sedangkan t tabel dengan taraf signifikan 5 % dan derajat kebebasan (dk)= 78 adalah 1,66. Sehingga hipotesis alternatif (H1) diterima.

2. Penelitian yang dilakukan Elih Sholihat yang berjudul “ pendekatan Open Ended terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar

matematika” yang dilakukan pada tahun 2009 di MTsN Model Babakan Sirna Leuwisadeng Bogor pada materi segi empat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Open Ended dapat meningkatkan

39

(37)

kemampuan berpikir kreatif siswa, hal ini dapat dilihat dari perbedaan nilai rata-rata kelas kontrol dengan nilai rata-rata kelas ekperimen, dimana nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 52,2 sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen 69,83.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Suryani yang berjudul “ pengaruh metode Problem solving (Pemecahan Masalah) terhadap ketrampilan berpikir kritis siswa pada konsep listrik dinamis” yang dilakukan pada tahun 2009 di SMA Hang Tuah 1 Jakarta, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata pretest dan nilai rata-rata posttest, dimana nilai rata-rata pretest sebesar 35,97 dan nilai rata-rata posttest sebesar 58,83.

C. Hipotesis Tindakan

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian a. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDI Al-Syukro berlokasi di Gang Maung, Ciputat – Tangerang Selatan di kelas IV semester 2.

b. Waktu penelitian

Pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada semester 2 (Genap) Tahun ajaran 2013/2014.

B. Metode Penelitian Dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan ialah penelitian tindakan kelas atau yang biasa dikenal Classroom Action Research (CAR). Menurut Ebbutt, penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksimereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.40

Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kurt Lewin, model ini menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau penelitian tindakan. Konsep pokok penelitian tindakan model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).41

Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang digambar sebagai berikut:

40

Rochiati Wiratmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), h. 12

41

Djunaidy Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 64.

(39)
[image:39.595.123.511.114.622.2]

Gambar 3.1

Desain PTK Model Kurt Lewin

Model ini terdiri dari beberapa siklus, dimana setiap siklus terdapat empat komponen yaitu:

a. Perencanaan

1. Mengidentifikasi masalah tentang proses belajar siswa

2. Melakukan wawancara terhadap guru bidang studi matematika 3. Data yang telah diidentifikasi, dianalisis berdasarkan hasil

wawancara dan disimpulkan

4. Merencanakan tindakan yang lebih tepat berdasarkan asal penyebab masalah- masalah itu dengan menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan instrument penelitian berupa pedoman wawancara, pedoman observasi terhadap guru dan siswa, catatan lapangan yang disusun bersama kolaborator. b. Pelaksanaan

(40)

c. Observasi

Pada tahap ini peneliti dibantu oleh observer mengamati aktivitas mengajar dan aktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu, obsevasi berupa kegiatan mengamati, mencatat dan mendokumentasikan segalaaktivitas siswa selama proses pembelajaran berdasarkan lembr observasi.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilakukan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan.

[image:40.595.120.513.189.684.2]

Adapun alur desain penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan digambarkan sebagai berikut:42

Gambar 3.2: alur penelitian tindakan kelas

42

Suharsimi Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009) h. 16 Kemampuan berpikir

kritis siswa rendah Perencanaan siklus I siklus I yaitu Pelaksanaan melaksanakan

pembelajaran

Pengamatan siklus I Refleksi siklus I

Kemampuan berpikir kritis siswa masih

rendah

Perencanaan siklus II

Pelaksanaan siklus II yaitu melaksanakan pembelajaran

Pengamatan siklus II Refleksi siklus II

Kemampuan berpikir kritis siswa mencapai

keberhasilan

Jika belum mencapai keberhasilan, maka dilanjutkan ke siklus

(41)

C. Subyek Penelitian

Adapun kelas yang dijadikan subyek penelitian adalah kelas IV dengan jumlah 22 siswa yang terdiri dari 12 laki-laki dan 10 Perempuan. Pertimbangan dipilihnya kelas tersebut adalah berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sebelum penelitian yang dirundingkan dengan guru kelas bahwa kemampuan berpikir kritis matematik di kelas tersebut rendah. Partisipasi yang terlibat dalam penelitian ini adalah peneliti, guru bidang studi matematika.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana dan pelaksana kegiatan. Peneliti merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh seorang guru. Guru tersebut adalah guru mata pelajaran matematika kelas V yang bertindak sebagai observer (pengamat).

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Pada penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus, yang dimaksud untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa setelah mendapat tindakan yaitu berupa pendekatan Open Ended. Setiap siklus dalam penelitian ini, peneliti dan observer akan mengamati respon siswa dalam setiap tindakan pengajaran yang dilakukan dalam kelas, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Apabila pada siklus I terdapat kekurangan, maka siklus II diarahkan untuk perbaikan.

(42)
[image:42.595.120.509.126.636.2]

Tabel 3.1

Tahap Penelitian Kegiatan Pendahuluan Pendahuluan

1. Observasi awal ke sekolah 2. Pembuatan surat izin penelitian

3. Mengobservasi proses belajar mengajar matematika di kelas 4. Menentukan subyek penelitian

5. Wawancara guru tentang aktivitas dan hasil belajar siswa

6. Melakukan diagnosa mengenai timbulnya permasalahan yang ada 7. Membuat instrumen dan perencanaan tindakan

8. Mensosialisasikan hasil obserasi kepada guru bidang studi matematika

(43)
[image:43.595.111.514.135.705.2]

Tabel 3.2

Tahap penelitian Siklus I Tahap Perencanaan 1. Menyiapkan kelas Penelitian

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) 3. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator

4. Menyiapkan ringkasan materi siklus 1 5. Membuat latihan Soal

6. Menyusun daftar respon siswa yang diharapkan

7. Menyiapkan pedoman observasi proses pembelajaran siswa

8. Menentukan indikator keberhasilan siklus dengan guru bidang studi 9. Menyiapkan soal tes akhir siklus 1

10.Menyiapkan alat dokumentasi

Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti melaksanakan penelitian dengan melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan Open Ended sesuai dengan RPP secara individual

b. Memberikan tes akhir siklus I kepada setiap siswa berupa soal uraian yang mengurkur kemampuan berpikir kritis matematis terdiri dari 5 soal.

Tahap Pengamatan

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan dimana peneliti mengamatiaktivitas belajar siswa dan guru saat proses jalannya pembelajaran berdasarkan lembar observasi, dan mendokumentasikan kegiatan siswa dibantu guru.

Tahap Refleksi

(44)
[image:44.595.112.508.117.665.2]

Tabel 3.3

Tabel Penelitian Siklus II Tahap Perencanaan

1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan perbaikan dari siklus I

2. Mendiskusikan hasil refleksi siklus I agar siklus II lebih efektif dengan guru kolaborator

3. Menyiapkan ringkasan materi siklus 2

4. Menyusun daftar respon siswa yang diharapkan

5. Menyiapkan pedoman observasi proses pembelajaran siswa

6. Menentukan indikator keberhasilan siklus dengan guru bidang studi 7. Menyiapkan soal tes akhir siklus II

8. Menyiapkan alat dokumentasi

Tahap pelaksanaan

1. Peneliti melaksanakan penelitian dengan melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan Open Ended sesuai dengan RPP yang telah dibuat secara kelompok

2. Memberikan tes akhir siklus II kepada setiap siswa berupa soal uraian yang mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

Tahap pengamatan

Pada tahap ini peneliti mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses jalannya pembelajaran berdasarkan lembar observasi dan mendokumentasikan kegiatan siswa.

Tahap refleksi

(45)

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan

Keberhasilan penelitian ini adalah dapat meningkatkan ketrampilan berpikir kritis siswa dengan menggunakan pendekatan Open Ended pada pembelajaran matematika dalam materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah:

a. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang menunjukkan rata-rata nilai kelas diperoleh mencapai 65.

b. Peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang menunjukkan skor rata-rata presentase aktivitas keseluruhan siswa mencapai 70%. c. Hasil pengamatan melalui lembar observasi menunjukkan 70% siswa

memberikan respon positif.

G. Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan data kuantitatif

a. Data kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru saat proses pembelajaran, pedoman wawancara terhadap guru, hasil dokumentasi selama proses pembelajaran berlangsung, hasil jurnal harian siswa .

b. Data kuantitatif

Data kuantitaif diperoleh dari hasil tes kemampuaan berpikir kritis siswa pada setiap siklus yang dikerjakan siswa.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari peneliti, siswa kelas IV, dan guru mata pelajaran yang sekaligus sebagai observer.

H. Instrumen Pengumpulan Data

(46)

a. Tes

Tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, tes berbentuk pemberian tugas berupa pertanyaan uraian yang dapat menunjukan dan mengambarkan kemampuan berpikir kritis siswa yang harus dijawab dan dikerjakan sehingga diperoleh hasil pengukuran instrumen tes tersebut. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti, maka setiap instrumen harus mempunyai Skala pengukuran yang terkait dengan penelitian ini adalah menggunakan rating scale dimana data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.43 Yang terpenting adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen.

b. Non tes

1. Lembar Observasi

Berupa pengamatan terhadap objek yang akan dicatat datanya, dengan persiapan yang matang dilengkapi dengan instrumen tertentu. Observasi biasanya digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya, maupun dalam situasi buatan.44

2. Lembar Jurnal Harian

Cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran siswa.

3. Lembar Wawancara

Pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan secara lisan, dan pertanyaan yang diajukan dalam wawancara itu telah dipersiapkan secara tuntas.

4. Dokumentasi

43

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2010), h.141.

44

(47)

Dilakukan dengan meneliti bahan dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.

I. Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Observasi proses pembelajaran Open Ended

Data hasil observasi dalam penelitian ini ada dua. Pertama, data observasi terhadap tindakan pembelajaran peneliti yang diisi oleh observer. Pedoman observasi pada peneliti digunakan untuk menilai proses mengajar peneliti Kedua, data dari hasil observasi proses pembelajaran siswa yang diisi oleh peneliti dan observer, pedoman observasi pada siswa untuk mengetahui aktivitas dan tingkat

b. Hasil tes siswa pada setiap akhir siklus.

Instrument yang digunakan adalah lembar soal uraian yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan melihat indikatornya setelah diberi pelakuan. Agar kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat terlihat maka tes dibuat dalam bentuk uraian berupa soal pemecahan masalah matematika materi operasi bilangan bulat.

Untuk memperolah soal tes yang baik maka soal tes tersebut harus diuji Validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran.

c. Wawancara; peneliti melakukan wawancara kepada guru bidang studi di awal dan diakhir penelitian. Wawancara di awal penelitian dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran, kesulitan belajar matematika siswa, tingkat kemampuan berpikir kritis matematika siswa, dan strategi belajar yang digunakan guru, sedangkan wawancara di akhir penelitian dilakukan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap penggunaan pendekatan Open Ended.

(48)

e. Jurnal harian; jurnal harian dibuat untuk mengetahui tanggapan dan sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open Ended dan mengetahui pengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Siswa mengisi jurnal harian pada setiap akhir proses pembelajaran.

Setelah lembar jurnal terkumpul dan dikelompokkan respon siswa yang memiliki kesamaan terhadap pembelajaran, maka data yang didapat dibuat dalam tabel frekuensi yang dilengkapi dengan presentase, dalam hal ini menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: P = Presentase

F = Frekuensi Jawaban Responden N = Jumlah Responden

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Agar dapat diperoleh data yang valid instrumen tes diuji cobakan untuk mengetahui dan mengukur validitas, reabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran soal. Adapun perhitungan dilakukan dengan menggunakan miscrosoft excel.

1. Uji Validitas

Pengambilan validitas ini untuk mengetahui apakah soal itu valid atau tidak, dan tentunya tes disesuaikan dengan materi yang sudah diajarkan dan tujuan pembelajaran. Untuk pengujiannya menggunakan rumus product moment sebagai berikut:45

45Ibid.,

h. 72

(49)

Keterangan:

rxy : Koefisien kolerasi n : Banyaknya subyek

ΣX : Jumlah seluruh skor X

ΣY : Jumlah seluruh skor Y

ΣXY : Jumlah Hasil perkalian tiap -tiap skor asli dari x dan у Ftabel = r (α , dk) = r (α , n – 2)

Untuk menentukan kriteria uji instrumennya, jika: rhitung< rtabel maka butir item dinyatakan tidak valid rhitung> rtabel maka butir item dinyatakan valid 2. Uji Reliabilitas

Untuk mengukur koefisien reliabilitas tes uraian kemampuan berpikir kritis matematis denganmenggunakan rumus Alpha:46

r 11 =

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes 1 = Bilangan konstan

= Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item = Varian total

Untuk menghitung Si 2dan St 2 gunakan rumus varians berikut ini:

S2

=

[image:49.595.119.510.99.749.2]

Indeks reliabilitas diklasifikasikan sebagai berikut :47

Tabel 3.4 Indeks Reliabilitas

r11 Keterangan

r < 0,20 Sangat rendah

0,20 < r < 0,40 Rendah 0,40 < r < 0,70 Sedang 0,70 < r < 0,90 Tinggi 0,90 < r < 1,00 Sangat tinggi

46

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h.208

47

(50)

3. Tingkat Kesukaran

Taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang sesuai dengan criteria perangkat soal yang diharuskan untuk mengukur taraf kesukaran digunakan rumus :48

P = Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul

JS = Jumlah skor maksimum suatu item x Jumlah seluruh siswa peserta tes

[image:50.595.124.511.196.591.2]

Adapun klasifikasi interpretasi untuk taraf kesukaran tiap butir soal yang digunakan adalah sebagai berikut:49

Tabel 3.5

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Nilai (P) Kategori

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang menjawab dengan benar (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang menjawab salah (berkemampuan rendah). Untuk mengetahui daya pembeda dalam instrumen penelitian ini, maka digunakan rumus sebagai berikut:

Dp = -

48

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Ed. 2,h. 223

49Ibid.,

(51)

Keterangan:

Dp = Daya pembeda

BA = Jumlah skor siswa kelompok atas BB = Jumlah skor siswa kelompok bawah JA = Jumlah skor maksimal kelompok atas JB = Jumlah skor maksimal kelompok bawah

[image:51.595.115.515.138.670.2]

Patokan yang pada umumnya digunakan untuk mengetahui klasifikasi daya pembeda pada butir-butir item hasil tes adalah sebagai berikut:50

Tabel 3.6

Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai (D) Kategori

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

Negatif Tidak Baik

K.Analisis Data dan Interpretasi Data

Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menelaah seluruh sumber yang telah diperoleh untuk mendapatkan data tersebut. Berdasarkan lembar observasi, angket, pedoman wawancara dan dokumentasi yang dianalisis secara deskriptif.. Sedangkan analisis data kuantitatif menggunakan tes matematika yang digunakan berupa tes kemampuan berpikir kritis dengan melihat indikatornya.

50Ibid.,

(52)
[image:52.595.121.518.158.758.2]

Tabel 3.7

Pedoman Penskoran Butir Item Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Aspek yang

diukur

Skor Respon siswa pada masalah

Memfokuskan pertanyaan

0 Tidak menjawab

1 Melakukan kesalahan dalam menghubungkan konsep atau fakta yang digunakan untuk menyelesaikan soal yang diberikan

2 Dapat menghub

Gambar

Gambar 3.1 Desain PTK Model Kurt Lewin
Gambar 3.2: alur penelitian tindakan kelas
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Tahap penelitian Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut sukirno (2004:333) inflasi yaitu kenaikkan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di

The result revealed that the addition of 12% velvet bean flour into the rations increased dry matter consumption (P&lt;0.05), but did not affect ADG, FE, IOFC, carcass production,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas proses pembelajaran senam lantai di SMA ALFA CENTAURI dari perspektif perencanaan dan

Pengeluaran Konsumsi yaitu pengeluaran rutin negara dalam hal ini belanja pegawai yang mencakup gaji dan pensiun, tunjangan serta belanja barang-barang dalam negeri, dana

 When separating a mixture of water and fine solid particles in a gravity settling device, it is common in such operations to add a flocculating agent to the mixture to assist

Salah satu yang menjadi kendala dalam perdagangan baik antara Indonesia dengan EU maupun dengan mitra dagang lainnya adalah buruknya infrastruktur di Indonesia. Infrastruktur

Studi Inhibator Korosi Berbasis Imidazoline Salt Pada Brine Water Di Pipa Penyalur Minyak Mentah Perilaku Adsorpsi Emas Dari Larutan Ammonium Thiosulfat Dengan Karbon Aktif Dan

Misalnya dengan diadakannya pameran seni budaya daerah, event- event perlombaan budaya daerah, pemasaran produk-produk budaya yang dimiliki setiap daerah (makanan, kerajinan,